STRATEGI DINAS KESEHATAN DALAM
PENYELENGGARAAN KESEHATAN
LINGKUNGAN DI KOTA SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
Mursi
NIM. 6661110054
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2016
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sebaik-baiknya manusia ialah Manusia yang bermanfaat bagi orang lain
(HR. Ahmad)
Hidup tiada mungkin tanpa perjuangan, tanpa pengorbanan, mulia
adanya…
(Indonesia Jaya-Chaken M)
“Ku persembahkan Buku Catatan Perjuangan Cinta
karyaku ini, Untuk Bapak dan Ibu tercinta
Kakakku dan Adikku tersayang
Serta Guru dan Sahabat tercinta”
ABSTRAK
Mursi. 6661110054. Strategi Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan di Kota Serang. Program Studi Ilmu Administrasi
Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: Hasuri
Waseh, M.Si. Dosen Pembimbing II: Listyaningsih, S.Sos., M.Si.
Kondisi kesehatan lingkungan di Kota Serang masih dalam keadaan yang belum
optimal. Masih rendahnya kepemilikan rumah sehat, rendahnya pemanfaatan air
bersih, rendahnya kepemilikan sanitasi dasar yang mencakup kepemilikan
jamban, kepemilikan tempat sampah, kepemilikan pembuangan air limbah, serta
tingginya angka penyakit berbasis lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis strategi yang tepat yang dilakukan Dinas Kesehataan dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang. Penelitian ini
menggunakan teori yang didasarkan pada analisis SWOT yang dikemukakan oleh
Siagian dalam penentuan alternatif strategi. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode desktiptif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang
digunakan adalah model Miles & Huberman. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa strategi yang tepat untuk diterapkan dalam penyelenggaraan kesehatan
lingkungan di Kota Serang adalah strategi penguatan manajemen organisasi Dinas
Kesehatan Kota Serang, strategi memperkuat kerjasama lintas sektor dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan, strategi medorong peran serta masyarakat
untuk berperan aktif dalam menangani permasalahan kesehatan lingkungan,
strategi penguatan kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai kesehatan
lingkungan. Saran yang dapat diberikan yaitu memberikan perhatian khusus
terhadap program kesehatan lingkungan, meningkatkan kerjasama lintas sektor,
keterlibatan dan peran serta komunitas sosial serta melakukan sosialisasi yang
terus menerus secara masif dan kreatif.
Kata Kunci: Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan, Strategi
ABSTRACT
Mursi. 6661110054. Strategy of the Department of Health in the implementation of
environmental health in the Serang city. Department of Public Administration.
Faculty of Social and Political Science. The 1st
advisor: Hasuri Waseh, M.Si.
2nd
advisor: Listyaningsih, M.Si
Environmental health conditions in Serang city is still which is not optimal. The low
home ownership a healthy, low utilization of clean water, lack of ownership that
covers basic sanitation latrine ownership, ownership of the trash, the ownership of
wastewater disposal, as well as high rates of disease based on the environment.
The purpose of this research is to analyze the appropriate strategy undertaken by the
Department of Health in the implementation of environmental health in Serang City.
This research used a theory based on the SWOT analysis put forward by Siagian in
determining strategic alternatives. This research used a qualitative approach with
descriptive methods. Data collection techniques are used: interviews, observation,
and documentation. Data analysis in this study research is a model of Miles and
Huberman. The result show that the right strategy to be applied in the
implementation of the environmental health situation in Serang City is the strategy of
strengthening the organization's management to Serang City Department of Health,
cross-sectorial strategy to strengthen cooperation in the implementation of
environmental health, the strategy encourages participation of the community to
actively participate in addressing environmental health issues, strategy to strengthen
public awareness and concern about environmental health. The recommendation
could be given are to give special attention to the environmental health program,
increase the cross-sector cooperation, engagement and participation of the social
community as well as to socialize continually.
Keywords: Implementation of Environmental Health, Strategy.
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
berkat, rahmat dan hidayah-Nya yang selalu diberikan kepada kita semua,
termasuk pada nikmat Iman, Islam dan sehat wal’afiat. Atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya pula, maka peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul
penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu “Strategi Dinas Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Kota Serang”
Peneliti menyadari bahwa penyusunan ini tidak akan selesai tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak yang selalu membimbing serta mendukung peneliti
secara moril dan materil. Maka dari itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, M.Pd sebagai Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
3. Ibu Rahmawati, S.Sos, M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
4. Bapak Iman Mukroman, M.Ikom sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si sebagai Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa dan juga sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu
sabar dalam memberikan arahan sehingga akhirnya selesai juga penelitian
ini.
7. Bapak Riswanda, Ph.D sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa dan juga sebagai Ketua Penguji Skripsi yang memberikan
masukan-masukan positif dalam penelitian ini.
8. Bapak Hasuri Waseh, M.Si sebagai Pembimbing I yang membantu dan
memberikan arahan dan bimbingan bagi peneliti dalam menyusun
skripsi ini.
9. Ibu Titi Stiawati, M.Si sebagai Dosen Penguji Skripsi yang memberikan
masukan-masukan positif dalam penelitian ini.
10. Bapak Maulana Yusuf, M.Si sebagai Penguji Seminar Proposal yang
memberikan masukan dalam penelitian ini.
11. Bapak Julianes Cadith, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik
iii
yang memberikan arahan dan masukan dalam perkuliahan.
12. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., MM yang menjadi pembimbing dalam
berorganisasi. Terima kasih atas segala pembelajaran dalam berorganisasi.
13. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
14. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan dukungan secara moril dan materil
serta doa yang tidak pernah henti untuk kesuksesan anak-anaknya di masa
depan. Mohon maaf apabila selama ini saya belum mampu memberikan
yang terbaik dan tidak mampu membalas segala kebaikanmu.
15. Untuk Kakakku Suherman, SE., MM, Sukmariah, Edi Suaedi, Asmawati,
Umi Kulsum, Wawan Solihin, S.Sy serta adikku Fery Stiawan yang
membantu dan memberikan dorongan dalam menyelesaikan penelitian ini.
16. Sahabat seperjuangan Yunita, Aida Nurdianah Putri, Besar Haryadi,
Ridwan Hapipi, Royhan, Andani Pratama, Ressa Ahmad Perdana,
Herdandi. Terima kasih atas bantuannya dan selalu menjadi teman diskusi
yang baik. serta seluruh teman-teman Administrasi Negara kelas B
angkatan 2011.
17. Keluarga Besar BKC Untirta yang telah memberikan kesempatan untuk
mengembangkan diri dan pertama kali belajar tentang kepemimpinan di
kampus.
18. Keluarga Pengurus HIMANE 2012 yang telah memberikan kesempatan
untuk belajar dan mengembangkan diri. Terima kasih untuk Ka Adi Fajar
iv
Nugraha, Ka Dicky Rizki Fadilah atas bimbingannya serta kawan-kawan
pengurus lainnya.
19. Keluarga Kecilku Pengurus HIMANE 2013 yang menjadi kawan dan
keluarga yang mampu menemani untuk menjalankan amanah hingga akhir
kepengurusan. Terima kasih untuk Wakil Ketua Besar Haryadi, Sekertaris
yang menjadi penyejuk hati kami Aida Nurdianah Putri dan teman-teman
lainnya. Yunita, Sutiawan, Ade Mulyadi, Nurlita, Wa ode Nusa, Helen
Kartika, Wungu Amali Ilmi, Vina Valiana, Hesti, Mia Megawati, Fahmi
Abduh, Dwi Febri, Agista, Ahmad Tivany, Wahyu Nugraha, Tabah
Nuriman, Dodo Widarda, Restu Ramadhan, Epa Enjela, Rizka Oktavaini,
Fitri Widya Astuti, Deo Hasiholan.
20. Keluarga GERASI UNTIRTA 2014 yang telah mengajarkan arti
kepemimpinan berintergritas semoga akan selalu terjaga walau dalam
keadaan apapun. Amin terima kasih Adi Nugraha, Ires Restu, Habibah,
Refki Abdilah, Ulum, Tatis, Nopi Kurnia, Dayat, Nia Restiana, Dhika
Rifansyah yang telah menjadi teman untuk sama-sama belajar berintegritas.
21. Kawan-kawan KKM 115 tahun 2014 yang banyak cerita bersama untuk
ketika melakukan pengabidan masyarakat. Ando Sitohang, Asti Dian,
Chintia Nur Rahmat, Fajar Iman Gunawan Laowo, Dida Septiadi, Fahmi
Firmansyah, Ichwan Nur, Lilik Milkiyah, Melis, Siamatul Isma, Riska Nur
Oktapiana, Sinta Aprilian, Ulfa Nurbaeti.
v
22. Kepada Kakak/Abang yang menjadi teman diskusi dan yang mau berbagi
Harits Hijrah Wicaksana, S.Sos., M.Si, Chandra Parmanto, S.Sos, M. Dace
Ali Yusri, S.Sos, Musarofa S.Sos, Eldha Furqon, M.Si.
23. Kepala Sekolah SMAN 7 Kota Serang serta rekan-rekan guru yang selalu
memberikan motivasi dan semangatnya. Terima kasih telah memberikan
ruang untuk menjadi bagian dari pendidik.
24. Dinas Kesehatan Kota Serang yang telah mengijinkan saya untuk meneliti
dan membantu dalam proses penelitian ini hingga selesai.
25. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh
informan penelitian yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan
skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang juga terlibat dalam penyusunan
skripsi ini.
Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan
selesainya penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang
membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti
sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.
Cilegon, 17 Februari 2016
Peneliti
Mursi
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAT PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 12
1.3 Batasan Masalah....................................................................................... 13
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 13
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 13
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 14
1.7 Sistematika Penulisan .............................................................................. 14
vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 20
2.1.1 Pengertian Manajemen Stratejik ................................................... 20
2.1.1.1 Proses Manajemen Strategi ............................................... 25
2.1.1.2 Pengertian Strategi ............................................................ 30
2.1.2 Analisus SWOT ............................................................................ 36
2.1.3 Pengertian Kesehatan Lingkungan ................................................ 44
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 56
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................... 64
2.4 Asumsi Dasar .......................................................................................... 65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 66
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ............................................................ 67
3.3 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 67
3.4 Fenomena yang diamati .......................................................................... 67
3.3.1 Definisi Konsep .............................................................................. 67
3.3.2 Definisi Oprasional ........................................................................ 68
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 69
3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................ 73
3.7 Informan Penelitian ................................................................................. 74
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ...................................................... 76
3.9 Uji Kreadibilitas Data ............................................................................. 78
viii
3.10 Jadwal Penelitian ..................................................................................... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................... 81
4.1.1 Keadaan Wilayah Kota Serang ....................................................... 81
4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Serang ................................................. 83
4.1.1.2 Keadaan Penduduk Kota Serang ........................................ 83
4.1.2 Deskripsi Dinas Kesehatan Kota Serang ........................................ 86
4.1.2.1 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Serang ..................... 86
4.1.2.2 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan . 87
4.2 Deskripsi Data ......................................................................................... 90
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ............................................................... 90
4.2.2 Data Informan Peneliti ................................................................... 92
4.3 Temuan Lapangan .................................................................................. 94
4.3.1 Strengths ......................................................................................... 94
4.3.2 Weaknesses ................................................................................... 104
4.3.3 Opportunities ................................................................................ 112
4.3.4 Threats .......................................................................................... 119
4.4 Pembahasan ........................................................................................... 126
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 138
5.2 Saran ...................................................................................................... 138
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Rekapitulasi Inspeksi Rumah Sehat Kota Serang 2013 ............................ 6
1.2 Rekapitulasi Cakupan Keluarga Memiliki Sarana dan Akses Air Bersih
Kota Serang 2013 ...................................................................................... 8
1.3 Rekapitulasi Cakupan Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi
Dasar Kota Serang 2013 .......................................................................... 11
2.1 Matriks TOWS ........................................................................................ 43
3.1 Informan Penelitian ................................................................................. 75
3.2 Jadwal Penelitian ..................................................................................... 80
4.1 Data Luas Wilayah Kota Serang ............................................................. 82
4.2 Data Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2010-2013 .......... 84
4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun
2013 ......................................................................................................... 85
4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ............................................. 85
4.5 Informan Penelitian ................................................................................. 93
4.6 Matriks SWOT ...................................................................................... 129
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Model Manajemen Komperehensif .......................................................... 29
2.2 Alur Kerangka Berpikir ............................................................................ 63
3.1 Analisis Data Model Interaktir ................................................................. 73
4.1 Analisis SWOT ....................................................................................... 136
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN II Surat Keterangan Penelitian
LAMPIRAN III Pedoman Wawancara
LAMPIRAN IV Membercheck
LAMPIRAN V Katagorisasi Data
LAMPIRAN VI Dokumentasi Penelitian
LAMPIRAN VII Data Pendukung Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization) adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat pada manusia. permasalahan kesehatan lingkungan
yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang adalah berkisar pada
sanitasi (jamban), penyediaan air bersih, perumahan (housing), pembuangan
sampah, dan pembuangan air limbah (air kotor). Notoatmojo (2007:165)
Kondisi lingkungan amat sangat penting dalam kehidupan karena
lingkungan mempengaruhi bagi manusia yang menempatinya. Jika lingkungan
yang ditempati bersih maka manusia yang menempatinya juga akan terjaga
kesehatannya. Namun sebaliknya, jika kondisi lingkungan yang ditempatinya
tidak terjaga kesehatan lingkungannya maka akan berpengaruh bagi kesehatan
manusia yang menempatinya. permasalahan kesehatan lingkungan yang buruk
akan muncul berbagai jenis penyakit yang menyerang dan mengancam kesehatan
tubuh manusia. seperti diantaranya adalah Penyakit Diare, ISPA, Demam
Berdarah, Disentri, Hepatitis A, Kolera, Tiphus, Ganguan Kulit dan penyakit
lainnya.
Berdasarkan deklarasi Johannesburg atau kesepakatan global yang
dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDGs) yang disepakati
seluruh negara di dunia termasuk Indonesia untuk berkomitmen memperbaiki dan
2
meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik dari aspek derajat kesehatan dan
aspek lainnya yang memiliki batas waktu dan target teukur. Selain itu, dalam
kesepakatan global tersebut mentargetkan bahwa pada tahun 2015 mengurangi
proporsi penduduk belum mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar harus
mendapatkannya. Sedangkan pada tahun 2025 seluruh penduduk dunia harus
mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar.
Indonesia masih menghadapi tantangan yang cukup serius dalam
mengatasi persoalan-persoalan kesehatan lingkungan. Permasalahan kesehatan
lingkungan sangatlah kompleks dan butuh penanganan yang cukup serius untuk
mengatasi permasalahan ini. Tidak hanya menitik beratkan persoalan ini kepada
pemerintah, namun semua pihak ikut terlibat untuk mengatasi persoalan ini.
Adapun permasalahan kesehatan lingkungan di Indonesia masih rendah, dapat
dilihat dari gambaran Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 mencatat Jumlah
Rumah Tangga Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat berkisar 56,58%, Presentase
Penduduk Memiliki Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) hanya mencapai
60.91%, Jumlah Kepemilikan Rumah Sehat hanya mencapai 61,81%. Namun
jumlah tersebut merupakan angka nasional, masih banyak daerah-daerah di
Indonesia yang masih rendah kondisi kesehatan lingkungannya.
Menyikapi permasalahan kesehatan lingkungan yang masih harus menjadi
salah satu fokus pembanguan Indonesia, Pemerintah Pusat membuat Rencana
Strategis yang disusun Kementerian Kesehatan untuk tahun 2010-2014 dengan
visi baru yaitu “Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan” dengan Misinya
; (1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
3
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani ; (2) Melindungi kesehatan
masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna,
merata, bermutu, dan berkeadilan ; (3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan
sumberdaya kesehatan, (4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Arah kebijakan, sasaran, strategi, fokus prioritas serta program-program di
lingkungan Kementerian Kesehatan telah ditetapkan melalui surat Keputusan
Menteri Kesehatan No. 60 Tahun 2010.
Semangat Pemerintah Pusat dalam upaya pembangunan di bidang
kesehatan seharusnya diimbangi oleh pembangunan yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah untuk sinergi dan saling melengkapi. Diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah atau Otonomi Daerah. Maka peran serta dan
tanggung jawab Pemerintah Darah dalam menangani permasalahan kesehatan
lingkungan ini amat sangat besar kewenangannya karena penyelenggaraan
Otonomi Daerah yang memberikan kewenangan yang luas kepada Pemerintah
Daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang prima karena
Pemerintah Daerah lebih dekat dengan masyarakat sehingga mengetahui apa dan
bagaimana kondisi persoalan-persoalaan yang dihadapi masyarakat dan juga
mengetahui kebutuhan apa yang menjadi kebutuhan prioritas masyarakatnya.
Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota memiliki
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang fokus dalam menangani urusan di bidang kesehatan lingkungan
yaitu Dinas Kesehatan. Selain Dinas Kesehatan ada beberapa SKPD yang
4
memiliki keterkaitan dalam menangani urusan kesehatan lingkungan seperti UPT
Puskesmas, Badan Lingkungan Hidup Daerah, Dinas Tata Kota dan SKPD
lainnya. Dalam menangani urusan kesehatan lingkungan secara umum Dinas
Kesehatan memiliki bagian yang fokus dalam mengurusi persoalan kesehatan
lingkungan yaitu Seksi Kesehatan Lingkungan di bawah koordinasi Bidang
Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan lingkungan dengan tugas pokok
untuk melaksanakan perencanaan, pengembangan, pembinaan teknis, pengawasan
dan pengendalian upaya penyelenggaraan kesehatan lingkungan.
Permasalahan kesehatan lingkungan di daerah menjadi isu yang sangat
strategis untuk dibahas dan dikaji karena mengingat bahwa masih banyak daerah-
daerah di Indonesia yang kondisi kesehatan lingkungannya masih rendah salah
satunya di Kota Serang. Pada Profil Kesehatan Kota Serang Tahun 2012 yang
mendeskripsikan bahwa jumlah Rumah Tangga Berprilaku Hidup Bersih dan
Sehat di Kota Serang hanya mencapai 37,17%. Selain itu pada hasil Survei
Kebutuhan Masyarakat (SKM) Kota Serang Tahun 2014 yang dilakukan pada
tahun 2013 menunjukan bahwa prioritas kebutuhan sanitasi/kesehatan lingkungan
masih cukup tinggi dengan angka 2,86 dengan keterangan angka 4.00 sangat
mendesak, 3.00 mendesak 2.00 cukup mendesak dan 1.00 tidak mendesak. Pada
angka hasil SKM tersebut dapat dikatagorikan cukup mendesak. Secara rinci data
SKM di atas sebagai berikut: Kecamatan Kasemen dengan angka 3,50,
Kecamatan Walantaka 3,12, Kecamatan Taktakan 2,94, Kecamatan Cipocok Jaya
2,90, Kecamatan Curug 2,50 dan Kecamatan Serang 2,17.
5
Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara awal, ada beberapa
permasalahan yang terjadi terkait dengan kesehatan lingkungan di Kota Serang.
Adapun beberapa permasalahan yang ditemukan mengenai kesehatan lingkungan
di Kota Serang yang peneliti amati diantaranya ialah sebagai berikut:
Pertama, rendahnya kepemilikan Rumah Sehat di Kota Serang. Masih
banyaknya rumah-rumah di Kota Serang yang tidak memenuhi syarat sebagai
Rumah Sehat hal itu bisa terlihat pada masyarakat Kecamatan Kasemen,
Kecamatan Walantaka dan Kecamatan Curug. Rumah merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan pangan. Kondisi rumah akan
berpengaruh terhadap kesehatan pada manusia yang menempatinya. Sehingga
rumah yang sehat adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi agar
penghuninya dapat tumbuh sehat sehingga akan bekerja secara produktif. Dalam
observasi awal yang dilakukan peneliti, peneliti masih menemukan tidak
sedikitnya rumah di Kota Serang yang masih belum dikatakan layak masuk dalam
katagori Rumah Sehat, karena masih banyak rumah yang masih belum memenuhi
standar Rumah Sehat diantaranya rumah yang berdiri tepi aliran sungai, lantai
yang masih tanah belum disemen, ventilasi udara yang belum terpenuhi,
pencahayaan, tidak memiliki jamban dan lain sebagainya. Adapun data
Rekapitulasi Inspeksi Rumah Sehat Kota Serang Tahun 2013 dapat dilihat sebagai
berikut :
6
Tabel 1.1
Rekapitulasi Inspeksi Rumah Sehat Kota Serang 2013
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
YANG
SEHAT
%
RUMAH
SEHAT
JUMLAH
1 SERANG
SERANG KOTA 2,019 62%
69,4%
RAU 1,769 65%
SINGANDARU 2,190 75%
CIRACAS 2,602 78%
UNYUR 1,952 67%
2 CIPOCOK
JAYA
BANTEN
GIRANG 1,806 57%
50.30% BANJAR
AGUNG 321 14%
CIPOJOK JAYA 2,293 80%
3 CURUG CURUG 1,440 49% 49%
4 KASEMEN
KASEMEN 673 33%
23,6% KILASAH 529 21%
SAWAHLUHUR 83 17%
5 TAKTAKAN TAKTAKAN 2,198 73%
57% PANCUR 872 41%
6 WALANTAKA WALANTAKA 1,339 42%
44% KALODRAN 993 46%
JUMLAH 23,079 51,25% 51,25%
(Sumber: Dinas Kesehatan Kota Serang 2013)
Berdasarkan data Rekapitulasi Inspeksi Rumah Sehat Kota Serang Tahun
2013 mengenai kepemilikan Rumah Sehat di Kota Serang yang disajikan di atas,
peneliti menyimpulkan bahwa kepemilikan Rumah Sehat di Kota Serang masih
rendah. Adapaun Kecamatan yang dikatakan sangat rendah dalam kepemilikan
Rumah Sehat di Kota Serang adalah Kecamatan Kasemen, dapat dilihat dari data
di atas Kecamatan Kasemen dalam kepemilikan Rumah Sehat hanya berjumlah
24%, urutan terendah kedua ialah Kecamatan Walantaka dengan kepemilikan
7
Rumah Sehat sebanyak 44% dan urutan ketiga terendah ialah Kecamatan Curug
dengan jumlah 49% kepemilikan Rumah Sehat.
Kedua, masih rendahnya pemanfaatan air bersih di Kota Serang. Air bersih
merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi. Air sangat penting dan tak dapat
dipisahkan dalam khidupan makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Air yang dikonsumsi dan digunakan akan berpengaruh terhadap kesehatan
penggunanya. Namun pada realitanya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di
Kota Serang masih ada masyarakat yang masih memanfaatkan air aliran
sungai/irigasi sebagai air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
seperti untuk mandi, mencuci pakaian serta perlengkapan alat rumah tangga
lainnya bahkan ada yang menggunakannya untuk air minum. Pada observasi yang
dilakukan oleh peneliti di salah satu Kecamatan di Kota Serang, ternyata masih
banyak masyarakat yang masih memanfaatkan air aliran irigasi sebagai air yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti untuk mandi dan
mencuci. Bahkan sering melihat ketika melewati jalan yang berdekatan dengan
aliran irigasi menemukan orang yang sedang mandi dan menggosok gigi namun di
dekat tempat orang itu mandi ada yang sedang mencuci pakaian atau
perlengkapan rumah tangga bahkan yang lebih ekstrim lagi didekat orang yang
sedang mandi atau mencuci di tempat yang berdekatan ada orang yang sedang
membuang hajat atau BAB.
Peristiwa tersebut terjadi karena kebutuhan air bersih bagi masyarakat di
Kota Serang masih belum terpenuhi karena Kota Serang belum memiliki PDAM
serta kondisi air yang kualitasnya kurang baik sehingga di beberapa wilayah
8
airnya berbau dan tidak bersih. Sehingga fenomena seperti yang peneliti jelaskan
di atas dalam observasi awalnya merupakan salah satu faktor masalah kesehatan
lingkungan di Kota Serang. Selain itu juga yang menjadi permasalahan mengapa
fenomena-fenomena di atas dapat terjadi karena kesadaran masyarakat masih
sangat rendah terhadap pentingnya penggunaan air bersih sehingga masyarakat
masih banyak yang memanfaatkan air sungai atau irigasi dan yang lainnya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun data tentang Akses Pemakaian Air
Bersih Kota Serang Tahun 2013 yang di miliki oleh Dinas Kesehatan Kota
Serang. Adapun dapat dilihat dari data sebagai berikut:
Tabel 1.2
Rekapitulasi Cakupan Keluarga Memiliki Sarana dan Akses Air
Bersih Kota Serang 2013
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH SARANA AIR
BERSIH JUMLAH
AKSES PEMAKAI AIR
BERSIH JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH %
1 SERANG
SERANG
KOTA 10,259 92%
79%
51295 99%
95%
RAU 8,345 77% 41725 82%
SINGANDARU 5,131 79% 25655 98%
CIRACAS 4,912 70% 24560 97%
UNYUR 9,956 78% 49780 99%
2 CIPOCOK
JAYA
BANTEN
GIRANG 4,403 75%
82%
22,015 97%
90% BANJAR
AGUNG 7,383 91% 36,915 93%
CIPOCOK
JAYA 2,505 80% 12,525 80%
3 CURUG CURUG 9,026 75% 75% 45,130 85% 85%
4 KASEMEN
KASEMEN 5,006 46%
53%
25,030 60%
61% KILASAH 4,757 68% 23,785 64%
SAWAH
LUHUR 1,237 45% 6,185 60%
5 TAKTAKAN TAKTAKAN 10,749 80%
67% 53,745 96%
89% PANCUR 3,221 53% 19,620 81%
6 WALANTAKA WALANTAKA 9,603 82%
77% 48,015 82%
86% KELODRAN 6,370 72% 31,850 90%
Jumlah 102,863 74% 72% 517,830 90% 87%
9
(Sumber: Dinas Kesehatan Kota Serang 2013)
Berdasarkan dari data yang di sajikan dalam tabel di atas mengenai
Rekapitulasi Cakupan Keluarga Memiliki Sarana dan Akses Air Bersih Kota
Serang Tahun 2013 dapat dilihat seberapa besar jumlah sarana air bersih dan
akses pemakaian air bersih di Kota Serang. Data di atas dapat disimpulkan bahwa
di Kota Serang terdapat 2 (dua) Kecamatan yang termasuk jumlah sarana air
bersih yang masih rendah yaitu Kecamatan Kasemen dan Kecamatan Taktakan.
Pada Kecamatan Kasemen terdapat 3 (tiga) UPT Puskesmas dan semuanya
memiliki jumlah sarana air bersih yang masih rendah jumlah tersebut diantaranya
Puskesmas Kasemen dengan persentase mencapai 46%, Puskesmas Kilasah 68%
dan Puskesmas Sawah Luhur 45%. Selain itu di Kecamatan Taktakan Puskesmas
Pancur memiliki jumlah sarana air bersih hanya mencapai 53%.
Ketiga, masih rendahnya kepemilikan sarana Sanitasi Dasar di Kota
Serang yang mencakup kepemilikan jamban, kepemilikan tempat sampah dan
juga kepemilikan pembuangan air limbah. Dilihat dari aspek kepemilikan jamban,
dalam observasi yang dilakukan di Kota Serang peneliti masih sangat rendahnya
kepemilikan jamban sehingga hal yang sangat realistis yang sering ditemukan
peneliti dalam observasinya masyarakat masih memanfaatkan ruang terbuka
seperti kebun, sawah atau aliran irigasi digunakan untuk sarana BAB (buang air
besar) dan damapknya sangat sering dirasakan adanya bau-bau yang tak sedap,
selain itu juga sebenarnya ada beberapa sarana MCK umum yang di bangun di
beberapa kampung tertentu yang peneliti temui namun keberadaanya tidak secara
10
maksimal dimanfaatkan masyarakat sehingga kondisinya tidak terawat dan
bahkan saat ini sudah tidak digunakan sebagaimana mestinya.
Selain itu, pada aspek kepemilikan tempat sampah juga secara kasat mata
peneliti pada saat observasi dapat dilihat sangat minimnya sarana tempat sampah
baik yang dimiliki secara personal/individu maupun secara kelompok/umum.
Sehingga yang terjadi masyarakat membuang sampah di lahan-lahan yang kosong
seperti pekarangan rumah, kebun, pinggiran jalan, saluran irigasi dan tempat-
tempat lainnya pada akhirnya menyebabkan pemandangan yang tidak indah,
aroma yang tidak sedap serta menjadi sarang tumbuhnya bakteri penyebab
penyakit.
Pada aspek kepemilikan sarana pembuangan air limbah juga masyarakat
masih kurang memperhatikan persoalan itu karena dari hasil pengamatan peneliti
dalam observasinya menemukan banyak pemukiman atau rumah-rumah
masyarakat yang belum memperhatikan saluran pembuangan air limbah seperti
yang ditemukan peneliti saat observasi di Kecamatan Kasemen dan Kecamatan
Curug saluran air limbah rumah tangga tidak disalurkan dengan baik namun hanya
disalurkan di belakang rumahnya tanpa dibuatkan saluran yang layak seperti di
dibuat saluran khusus lengkapi oleh pipa. Sehingga pada akhirnya belakang rumah
tersebut menjadi genangan air limbah yang akhirnya menjadi sarang penyakit
serta menyebabkan bau yang tak sedap. Tidak hanya di Kecamatan Kasemen saja
namun di Kecamatan lain juga banyak masyarakat yang tidak memperhatikan
saluran pembuangan air limbah (SPAL) seperti di Kecamatan Curug, Kecamatan
Walantaka, Kecamatan Taktakan. Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok
11
Jaya juga demikian namun tidak separah kecamatan lainnya. Adapun Data
Rekapitulasi Cakupan Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
Kota Serang Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.3
Rekapitulasi Cakupan Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi
Dasar Kota Serang 2013
NO KECAMATAN PUSKESMAS
J A M B A N TEMPAT SAMPAH PEMBUANGAN AIR LIMBAH
KK MEMILIKI KK MEMILIKI KK MEMILIKI
JUMLAH % JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH JUMLAH % JUMLAH
1 SERANG
SERANG KOTA 9,244 83%
77%
8,002 72%
69%
8,155 73%
70%
RAU 7,557 69% 5,834 54% 6,803 63%
SINGANDARU 4,635 71% 4,481 69% 3,788 58%
CIRACAS 5,920 84% 5,424 77% 5,746 82%
UNYUR 9,857 77% 9,096 71% 9,697 76%
2 CIPOCOK JAYA
BANTEN GIRANG 3,608 61%
69%
4,906 83%
59%
3,567 61%
52% BANJAR AGUNG 5,561 69% 2,897 36% 2,576 32%
CIPOCOK JAYA 2,387 76% 1,797 57% 1,976 63%
3 CURUG CURUG 5,911 49% 49% 7,081 59% 59% 7,303 61% 61%
4 KASEMEN
KASEMEN 3,238 30%
31%
1,989 18%
33%
1,993 18%
28% KILASAH 2,581 37% 1,882 27% 2,110 30%
SAWAH LUHUR 743 27% 1,437 53% 1,011 37%
5 TAKTAKAN TAKTAKAN 7,705 57%
47% 6,702 50%
48% 6,462 48%
43% PANCUR 2,209 36% 2,707 45% 2,318 38%
6 WALANTAKA WALANTAKA 6,743 57%
54% 6,918 59%
43% 8,089 69%
54% KALODRAN 4,389 50% 2,297 26% 3,358 38%
JUMLAH 82,288 69% 55% 73,450 62% 52% 74,952 63% 51%
(Sumber: Dinas Kesehatan Kota Serang 2013)
Berdasarkan dari data Rekapitulasi Cakupan Keluarga Dengan Kepemilikan
Sarana Sanitasi Dasar Kota Serang Tahun 2013 yang disajikan di atas
menunjukan rendahnya kepemilikan sarana Sanitasi Dasar di Kota Serang
12
Khususnya di beberapa Kecamatan masih kurang dari 50% kepemilikannya. Dari
data di atas dapat dilihat dalam kepemilikan jamban Kecamatan Kasemen yang
paling rendah dengan jumlah 31% kemudian Kecamatan Taktakan 47% dan
Kecamatan Curug 49%. Kepemilikan tempat sampah pun Kecamaan Kasemen
yang terendah dengan jumlah 33% kemudian Kecamatan Walantaka 43% dan
Kecamatan Taktakan 48%. Serta kepemilikan pembuangan air limbah Kecamatan
Kasemen juga dikatagorikan sangat rendah dengan jumlah 28% dan Kecamatan
Taktakan 43%. Kesimpulan dari data diatas Kecamatan Kasemen merupakan
Kecamatan yang paling rendah jika dibandingkan dengan jumlah kepemilikan
Sanitasi Dasar di Kecamatan yang lainnya.
Keempat, tingginya angka penyakit berbasis lingkungan di Kota Serang.
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Serang Tahun 2012 mengenai
kesehatan lingkungan menunjukan angka penyakit berbasis lingkungan di Kota
Serang cukup tinggi. dari data Profil Kesehatan Kota Serang Tahun 2012
mencatat jumlah penyakit berbasis lingkungan di Kota Serang yaitu Diare
(25.051 kasus), ISPA (5.778 kasus), Demam Berdarah (394 kasus) serta beberapa
penyakit lainnya.
Berdasarkan dari uruaian latar belakang masalah yang telah diuraikan di
atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi
Dinas Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Kota
Serang”
1.2 Identifikasi Masalah
13
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mencoba
mengidentifikasikan masalah pada penelitian ini, maka identifikasi masalahnya
adalah
1. Rendahnya kepemilikan Rumah Sehat di Kota Serang terlihat pada pada
masyarakat Kecamatan Kasemen dengan jumlah 24%, Kecamatan
Walantaka 44% dan Kecamatan Curug 49%.
2. Masih rendahnya pemanfaatan air bersih di Kota Serang.
3. Masih rendahnya kepemilikan sarana Sanitasi Dasar di Kota Serang yang
mencakup kepemilikan jamban, kepemilikan tempat sampah dan juga
kepemilikan pembuangan air limbah
4. Tingginya angka penyakit berbasis lingkungan seperti Diare, ISPA dan
Demam Berdarah
1.3 Batasan Masalah
Batasan Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian yang diteliti yaitu
pada Strategi Dinas Kesehatan dalam Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di
Kota Serang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan beberapa identifikasi
masalah mengenai kesehatan lingkungan di Kota Serang, maka permasalahan
yang dapat peneliti rumuskan adalah Bagaimana strategi Dinas Kesehatan yang
tepat dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang?
1.5 Tujuan Penelitian
14
Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti mempunyai tujuan untuk
mengetahui dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai strategi yang
sebaiknya dilakukakan Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan kesehatan
lingkungan di Kota Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Praktis
Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai
berikut.
a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai kondisi kesehatan lingkungan di Kota Serang.
b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan masukan dan
informasi secara tertulis maupun sebagai referensi instansi khususnya
Dinas Kesehatan Kota Serang.
1.6.2 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi upaya aplikasi atas teori-
teori Administrasi Negara atas Permasalahan Manajemen pada lingkup
pengetahuan sosial.
15
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah
dipahami maka penelitian ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa digunakan
sesuai petunjuk penulisian penelitian dari perguruan tinggi tempat penulis belajar,
dengan ketentuan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan
yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling
umum hingga menukik ke arah yang paling spesifik dan relevan dengan judul.
Materi dari uraian ini dapat bersumber pada hasil penelitian dari yang sudah ada
sebelumnya, hasil pengamatan dan wawancara terkait. Latar belakang masalah
perlu diuraikan secara aktual dan logis.
1.2 Identifikasi Masalah
Menjelaskan identifikasi peneliti terhadap permasalahan yang muncul dari
uraian pada latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dapat diajukan
dalam bentuk pernyataan.
1.3 Batasan Masalah
Menjelaskan keterbatasan kemapuan dan kemapuan berfikir peneliti
terhadap permasalahan dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah.
1.4 Rumusan Masalah
Dari sejumlah masalah hasil identifikasi peneliti di atas, ditetapkan
masalah yang paling penting yang berkaitan dengan fokus penelitian. Pembatasan
16
masalah mencakup fokus dan lokus penelitian, termasuk di dalamnya membuat
batasan definisi konsep dan operasional yang digunakan dalam penelitian.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi
dan tujuan penelitian sejalan dengan isi dari tujuan penelitian.
1.6 Manfaat penelitian
Menguraikan manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis pada
pengembangan ilmu pengetahuan dari hasil penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah
dipahami maka tugas Metode Penelitian Administrasi ini disusun berdasarkan
ketentuan yang biasa digunakan sesuai petunjuk dari perguruan tinggi dimana
penulis belajar.
BAB II Tinjauan Pustaka dan Asumsi Dasar
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang
relevan dengan permasalahan yang variabel penelitian sehingga akan memperoleh
konsep penelitian yang jelas.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjelaskan tentang referensi penelitian yang sudah
ada sebelumnya untuk memberi gambaran pada peneliti tentang penelitiannya.
2.3 Kerangka Pemikiran penelitian
17
Kerangka pemikiran penelitian menggambarkan alur pikiran peneliti
sebagai kelanjutan dari deskripsi teori untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur pikiran
peneliti serta kaitan antar teori yang diteliti.
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar menjelaskan tentang perkiraan awal peneliti terhadap suatu
masalah atau kajian yang diteliti. Biasanya untuk memperjelas maksud peneliti,
peneliti menggunakan presentase dalam asumsi dasar.
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Menjelaskan metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian.
3.2 Ruang Lingkup/Fokus penelitian
Menjelaskan tentang fokus yang diteliti oleh peneliti.
3.3 Lokasi Penelitian
Tempat penelitian dilakukan sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan.
3.4 Teknik Pengumulan Data
Menjelaskan tentang teknik dalam mendapatkan atau mengumpulkan data.
Disini teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi kepustakaan,
dan dokumentasi
3.5 Instrumen Penelitian
18
Menjelaskan tentang instrumen penelitian yang dipakai oleh peneliti dalam
melakukan penelitian. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang dipakai
adalah peneliti itu sendiri.
3.6 Informan Penelitian
Informan penelitian menjelaskan informan penelitian yang mana yang
memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai dengan
sifat data yang diteliti.
3.8 Uji Keabsahan Data
Menjelaskan pernyataan tentang pengujian keabsahan data. Pada
penelitian ini lebih menekankan pada aspek realibilitas yang berkenaan dengan
derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.
3.9 Jadwal penelitian
Menjelaskan tentang waktu penelitian dari pelaksanaan penelitian sampai
penelitian tersebut berakhir.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
` penjelasan mengenai obyek penelitian yang meliputi alokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian ini
19
menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan serta hal lain yang
berhubungungan dengan obyek penelitian.
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
mempergunakan teknik analisa data yang relevan.
4.3 Temuan Lapangan
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
menggunakan teknik analisa data kualitatif.
4.4 Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut dari lebih rinci terhadap hasil
penelitian.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan
juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan permasalahan serta
asumsi dasar penelitian.
5.2 Saran
Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung
masalah dalam penelitian ini, di mana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi
panduan dalam penelitian. Penelitian mengenai Strategi Dinas Kesehatan dalam
Penyelengaraan Kesehatan di Kota Serang akan dikaji dengan beberapa teori
dalam ruang lingkup Administrasi Negara untuk mendukung masalah penelitian
diantaranya yaitu: Manajemen Strategi, Analisis SWOT, Kesehatan Lingkungan,
serta untuk melengkapi peneliti lampirkan penelitian terdahulu sebagai bahan
kajian dalam penelitian ini.
2.1.1 Pengertian Manajemen Strategi
Manajemen strategi merupakan suatu proses yang dinamik karena
berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi selalu
memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan.
Salah satu alasan utamanya ialah karena kondisi yang dihadapi oleh satu
organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal selalu berubah-ubah.
Dengan kata lain strategi manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi satuan
yang mampu menampilkan kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil adalah
organisasi yang tingkat efektifitas dan produktivitasnya semakin lama semakin
tinggi.
21
Manajemen strategi berhubungan dengan proses memilih strategi dan
kebijakan dalam rangka upaya memaksimali sasaran-sasaran organisasi yang
bersangkutan. Manajemen stratejik meliputi semua aktivitas yang menyebabkan
timbulnya perumusan sasaran organisasi, strategi-strategi dan pengembangan
rencana-rencana, tindakan-tindakan dan kebijakan untuk mencapai sasaran-
sasaran strategitersebut untuk organisasi yang bersangkutan secara total.
Manajemen strategis (strategic management) didefinisikan sebagai suatu
set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi
rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan (Pearce and
Robbins, 2011:5). Selanjutnya pendapat yang tidak jauh berbeda dari Hunger dan
Wheelen yang memeberikan definisi Manajemen strategi adalah serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam
jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan,
perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang),
implementasi strategis, dan evaluasi serta pengendalian (Hunger, David &
Wheelen, 2003 : 4). Ditambah lagi pendapat dari Nawawi (2000:148) yang
memberikan definisi manajemen strategik sebagai proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai
penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran didalam suatu organisasi, untuk mencapai
tujuannya.
22
Pendapat lain yaitu Menurut David (2010:5)
“Manajemen strategis adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplemenatsikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional
yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya”.
Menurut Hitt (1997) ada lima tugas manajemen strategi:
1. Memutuskan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh
badan/organisasi dan menentukan visi strategi.
2. Mengkonversi visi dan misi strategi kedalam bentuk kinerja yang
telah ditargetkan dengan sasaran yang terukur.
3. Menetapkan strategi untuk mencapai hasil yang diharapkan
(crafting).
4. Mengimplementasikan dan melaksanakan strategi yang telah
dipilih secara efisien dan efektif.
5. Evaluasi kinerja, tinjauan (reviewing) pengembangan baru,
memulai melakukan penyesuaian koreksi dalam bentuk petunjuk,
tujuan, strategi atau implementasi dalam bentuk pengalaman yang
betul-betul nyata, kondisi yang berubah, ide baru dan peluang
baru.
2.1.1.1 Pendekatan dalam Manajemen Strategi
1. Berpikir Strategi
23
Salah satu kapabilitas yang unik dalam strategi adalah kemampuan berfikir
stratejik (strategic thinking), berfikir stratejik adalah kemampuan organisasi untuk
menjawab permasalahan yang berkenaan dengan pertanyaan:
1) Sebaiknya apa yang kita lakukan bagi organisasi?
2) Mengapa dan bagaimana organisasi mampu
mengembangkannya?
Untuk menjawab pertanyaan pokok tersebut perlu adanya nalar sebagai
berikut:
1) Identifikasi faktor-faktor kunci yang menyebabkan
keberhasilan.
2) Kemampuan analisis output organisasi dan
menginformasikannya kepada masyarakat.
3) Pengukuran dan analisis keunggulan dibanding yang lain.
4) Antisipasi terhadap respon yang lain dan perubahan lingkungan
sepanjang masa.
5) Mengekspoitasi sesuatu yang baru dan berbeda ketimbang
pesaing.
6) Mengutamakan atau memprioritaskan investasi dalam usaha
yang menigkatkan keunggulan.
Pada dasarnya berpikir stratejik adalah berpikir nalar tentang
perkembangan organisasi berdasarkan keunggulan-keunggulan kapabilitas
organisasi untuk menghadapi tantangan, ancaman, dan misi organisasi.
2. Ketrampilan Strategi
24
Seorang Top Manajer (Manajer Senior) memerlukan ketrampilan stratejik
(strategic skill):
a. Analisis Strategi, yang terdiri dari:
1) Organization healt audit, yaitu mengadakan penelitian/
pemeriksaan (analisis) secara cermat terhadap kesehatan
organisasi sendiri, baik terhadap kesehatan kelemahan-
kelemahan/ kekurangan-kekurangan maupun terhadap
kekuatan-kekuatan atau kelebihan-kelebihannya.
2) Enivronmental Scanning, yaitu meneliti, memeriksa,
menganalisis secara mendalam situasi dan kondisi
lingkungan yang dapat mempengaruhi organisasi
b. Perencanaan Strategi (Strategic Plannig), yang terdiri atas:
1) Scenario profiling, yaitu membuat suatu jalan cerita atau
menggambarkan peristiwa atau hal-hal yang mungkin yang
mungkin terjadi pada masa yang akan datang (waktu
tertentu) yang dihadapi dengan berfokus kepada faktor-
faktor perubahan yang pokok.
2) Perencanaan Program (program planning) yaitu membuat
suatu perencanaan strategi dengan melalui langkah-langkah
secara berurutan dengan melihat perubahan yang terjadi,
dimulai dari menetapkan tujuan, prioritas dan penentuan
25
cara bertindak, sampai pada langkah pengecekan
(monitoring) sejauhmana keberhasilan dari pelaksanaan
perencanaan tersebut.
c. Manajemen Strategi (strategic management), yang terdiri dari:
1) Translation Process, yaitu proses penjabaran yang dimulai
dari adanya keinginan dari pemimpin yang lebih tinggi
dijabarkan menjadi kebijaksanaan dan aplikasi di lapangan,
yaitu pembuatan rencana kepala dan urutan kegiatan,
sampai kepada bagaimana melayani masyarakat di
lapangan.
2) Management Audit, yaitu, mengecek atau memeriksa
bagaimana manajemen suatu organisasi dengan melihat
hasil (result) dan prosesnya bagaimana manajemen itu
berjalan.
2.1.1.2 Proses Manajemen Strategi
Hunger dan Wheelen (2003:9) menyebutkan bahwa dalam proses
manajemen strategis meliputi empat elemen dasar yaitu: (1) pengamatan
lingkungan, (2) perumusan strategi, (3) implementasi strategi, dan (4)
evaluasi dan pengendalian. Interaksi keempat elemen tersebut
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1
Proses Tahapan Manajemen Strategi
Pengamatan
Lingkungan
Perumusan
Strategi
Implementasi
Strategi
Evaluasi dan
Pengendalian
26
Sumber : Wheelen and Hunger (2003:11)
Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa dalam tahapan manajemen
strategik saling memiliki interaksi dan timbal balik dari tahap pertama
hingga akhir. Manajemen strategik ini dapat dilihat sebagai suatu proses
yang meliputi sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan beruntun
(Kuncoro, 2006 : 13). Proses manajemen strategik bersifat dinamis dan
merupakan sekumpulan komitmen, keputusan, dan aksi yang diperlukan
suatu perusahaan atau organisasi untuk mencapai strategic competiveness
dan menghasilkan keuntungan diatas rata-rata (Kuncoro, 2006 : 13). Dari
tahapan proses manajemen strategik tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa manajemen strategik merupakan sekumpulan keputusan dan
tindakan yang menghasilkan perumusan dan implementasi rencana yang
didesain untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Manajemen strategik
melibatkan pengambilan keputusan jangka panjang yang berorientasi masa
depan serta rumit dan membutuhkan cukup banyak sumber daya, maka
partisipasi manajemen puncak sangat penting (Pearce & Robinson, 2008 :
13).
A. Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan ini meliputi dari kegiatan memonitor, evaluasi,
dan mengumpulkan informasi dari lingkungan eksternal dan internal
perusahaan. Tujuannya yaitu untuk mengidentifikasi faktor strategis,
27
elemen eksternal dan internal akan memutuskan strategi dimasa yang akan
datang bagi perusahaan.
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan
kelamahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam
pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel
tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan yang meliputi
struktur, budaya, dan sumber daya organisasi. (Wheelen and Hunger,
2003:11). Perusahaan juga membandingkan keberhasilan di masa lalu
serta pertimbangan tradisional dengan kapabilitas perusahaan saat ini guna
menentukan tingkat kapabilitas perusahaan di masa depan (Pearce &
Robinson, 2008:16).
Lingkungan eksternal organisasi terdiri atas seluruh kondisi serta
kekuatan yang mempengaruhi pilihan strategis dan menentukan situasi
kompetitifnya. Model manajemen strategis membagi lingkungan eksternal
dalam tiga segmen interaktif: lingkungan jauh, lingkungan industri, dan
lingkungan operasi (Pearce & Robinson, 2008:16).
Untuk melakukan analisis lingkungan ini memerlukan suatu alat
analisis yang dinamakan analisis SWOT. SWOT merupakan akronim yang
digunakan untuk mendeskripsikan Strengths (Kekuatan), Weaknesses
(Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan Threats (Ancaman) yang
merupakan faktor strategis bagi perusahaan spesifik (Wheelen and
Hunger, 2012:224).
B. Formulasi Strategi
28
Formulasi strategi merupakan pengembangan perencanaan jangka
panjang untuk manajemen yang efektif melalui analisis lingkungan.
Termasuk juga didalamnya terdapat misi, visi, dan tujuan dari perusahaan,
mengembangkan strategi, dan pengarahan kebijakan (Wheelen and
Hunger, 2012:65).
a) Misi
Misi dapat didefinisikan sebagai alasan atau tujuan suatu organisasi
berdiri. Misi merupakan langkah awal dari proses pengembangan strategi
organisasi. Pernyataan misi yang disusun dengan baik mendefinisikan
tujuan mendasar dan unik yang membedakan suatu organisasi dengan
organisasi lain (Hunger and Wheelen, 2003:13). Oleh karena itu, sebuah
misi yang efektif akan sangat membantu organisasi dalam
memformulasikan strateginya. Pengertian yang sama juga dijelaskan oleh
Pearch and Robinson (2008:31) misi yaitu maksud unik yang
membedakan suatu organisasi dengan organisasi lain yang sejenis dan
mengidentifikasikan lingkup operasinya dalam hal produk, pasar, serta
teknologi.
Misi dapat diterapkan secara sempit atau secara luas. Sebagai
contoh, misi yang ditetapkan secara sempit untuk asosiasi penyimpanan
dan peminjaman atau komunitas bank adalah meminjamkan uang untuk
orang-orang dalam komunitas lokal. Tipe pernyataan misi sempit
menegaskan secara jelas bisnis utama organisasi, misi ini juga secara jelas
29
membatasi jangkauan aktivitas organisasi yang berhubungan dengan
produk atau jasa yang ditawarkan, teknologi yang digunakan, dan pasar
yang dilayani. Misi sempit juga membatasi kesempatan-kesempatan untuk
tumbuh. Sebaliknya, misi luas melebarkan jangkauan aktivitas organisasi
untuk memasukkan banyak tipe atau jasa, pasar, dan teknologi (Hunger
and Wheelen, 2003:13).
b) Visi
Visi menggambarkan aspirasi dasar atau mimpi dari sebuah
organisasi, yang biasanya merupakan inisiatif pendiri atau pemimpin
organisasi dengan dukungan dari semua anggota. Pernayataan visi
menyajikan maksud strategis perusahaan yang memfokuskan energi dan
sumber daya perusahaan pada pencapaian masa depan yang diinginkan
(Pearce and Robinson, 2008:44).adapun enam kriteria dari sebuah visi
yang efektif adalah sebagai berikut (Luis et al, 2011:43):
1. Dapat dibayangkan
Visi harus dapat memberikan gambaran masa depan yang akan
dicapai oleh organisasi.
2. Diinginkan
Sebuah visi harus menjadi keinginan atau mengadopsi
kepentingan jangka panjang dari anggota, pelanggan, dan
pihak-pihak lainnya yang memiliki keterkaitan dengan
perusahaan.
30
3. Dapat dicapai
Visi mengandung sasaran-sasaran jangka panjang yang realitas
dan dapat tercapai.
4. Fokus
Visi harus jelas dalam memberikan panduan dalam proses
pengambilan keputusan.
5. Fleksibel
Visi memberikan keleluasan bagi perusahaan dalam
menetapkan inisiatif atau tanggapan terhadap perubahan
lingkungan bisnis.
6. Dapat dikomunikasikan
Sebuah visi harus mudah untuk dikomunikasikan dan dapat
dengan mudah dijelaskan dalam waktu kurang dari lima menit.
Dalam pembentukan visi dan misi organisasi, nilai budaya
merupakan sesuatu pernyataan yang tidak terpisahkan. Nilai budaya
organisasi merupakan keyakinan atau kepercayaan mendasar dari apa yang
boleh atau tidak boleh dilakukan dalam mengeksekusi strategi dan
merealisasikan misi dan visi organisasi.
c) Tujuan
Pernyataan tujuan merupakan uraian dan visi yang menjadi sasaran
jangka menengah yang konkret dan terukur. Tujuan adalah hasil akhir
aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan
dan kapan akan diselesaikan, dan sebaliknya diukur jika memungkinkan.
31
Pencapaian tujan organisasi merupakan hasil dari penyelesaian misi
(Hunger and wheelen, 2003:15)
d) Strategi
Strategi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan secara
berbeda atau lebih baik dari kompetitor (atau masa lalu) untuk memberi
nilai tambah kepada pelanggan sehingga mampu mencapai sasaran jangka
menengah atau jangka panjang organisasi (uis et al, 2011:61). Menurut
Chandler (1962) yang dikutip dalam Kuncoro (2006:1) strategi adalah
penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang organisasi, diterapkannya
aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Pengertian lain dari strategi adalah rencana berskala besar, dengan
orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk
mencapai tujuan perusahaan (Pearce & Robinson, 2008:6). Jadi
berdasarkan pengertian-pengertian mengenai strategi yang telah
dijabarkan, strategi merupakan rencana atau penentuan tujuan yang
dilakukan organisasi dalam jangka menengah dan jangka panjang.
e) Kebijakan
Kebijakan merupakan suatu pengarahan untuk melakukan
pengambilan keputusan dalam tahap formulasi strategi dengan
implementasinya. Perusahaan menggunakan kebijakan untuk membuat
karyawan dan seluruh pihak perusahaan membuat keputusan dan
32
melakukan aksi yang mendukung misi, tujuan, dan strategi perusahaan
(Wheelen and Hunger, 2012:69).
C. Implementasi Strategi
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen
mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui
pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Proses tersebut mungkin
meliputi perubahan budaya secaara menyelurh, struktur dan atau sistem
manajemen dari organisasi secara keseluruhan. Kecuali ketika diperlukan
perubahan secara drastis pada perusahaan, manajer level menengah dan
bawah akan mengimplementasi strateginya secara khusus dengan
pertimbangan dari manajemen puncak. Kadang-kadang dirujuk sebagai
perencanaan operasional, implementasi strategi sering melibatkan
keputusan sehari-hari dalam alokasi sumber daya (Hunger and Wheelen,
2003:17).
a) Program
Program adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah-
langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan
sekali pakai (Hunger and Wheelen, 2003:17). Program dibuat
sebagai tindakan orientasi strategi.
b) Anggaran
Anggaran adalah program yang dinyatakan dalam benuk satuan
uang, setiap program akan dinyatakan secara rincai dalam
biaya, yang dapat digunakan oleh manajemen untuk
33
merencanakan dan mengendalikan (Hunger and Wheelen,
2003:18). Jadi dalam anggaran digunakan perencanaan dan
kontrol anggaran, agar biaya yang dibutuhkan dalam setiap
program dapat diketahui.
c) Prosedur
Prosedur, terkadang dikatakan Standard Operating Procedures
(SOP). Prosedur adalah sistem langkah-langkah atau teknik-
teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci
bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan (Hunger and
Wheelen, 2003:18).
D. Evaluasi dan Pengendalian
Evaluasi dan pengendalian adalah proses yang melaluinya
aktivitas-aktivitas perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja
sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan (Hunger and
Wheelen, 2003:19). Evaluasi dan pengendalian dapat menunjukan secara
tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan
mendorong proses baru.
Pengendalian strategis (strategic control) berkaitan dengan proses
pelacakan sebuah strategi apakah telah dilaksanakan, dengan mendeteksi masalah-
masalah atau perubahan dalam asumsi-asumsi dasarnya, dan membuat
penyesuaian yang diperlukan (Pearce & Robinson, 2008:510). Pengendalian
strategi berkaitan dengan pengarahan langkah tindakan, atas nama strategi, pada
34
saat langkah tersebut dilakukan dan ketika hasil akhir terlihat beberapa tahun
kedepan. Tahap pengendalian strategis ini merupakan suatu jenis khusus dari
pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian
proses manajemen strategi, dengan maksud untuk memperbaiki dan memastikan
bahwa sistem tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam tahap ini akan
coba di evaluasi apakah implementasi strategi benar-benar sesuai dengan
formulasi strategi atau tidak. Atau apakah asumsi-asumsi yang kita gunakan
dalam analisis lingkungan masih valid atau tidak sebaliknya. Hasil dari tahap
pengendalian strategis ini akan sangat bermanfaat dan akan menjadi input untuk
proses manajemen strategi perusahaan selanjutnya.
Tilles menyebutkan enam pertanyaan kualitatif yang bermanfaat pada
evaluasi strategi (David, R. Fred. 2010:510) :
1) Apakah strategi secara internal konsisten?
2) Apakah strategi konsisten dengan lingkungan?
3) Apakah strategi tepat bila dihadapkan dengan sumber daya yang
tersedia?
4) Apakah strategi melibatkan tingkat resiko yang bias diterima?
5) Apakah strategi mempunyai kerangka waktu yang benar?
6) Apakah strategi bias dijalankan?
Evaluasi dan pengendalian dapat menunjukan secara tepat kelemahan-
kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses baru.
Evaluasi dan pengendalian merupakan langkah akhir yang utama dari rangkaian
proses model manajemen strategis. Sasaran dan evaluasi dan pengendalian yaitu
35
munculnya umpan balik. Umpan balik dapat dijadikan masukan bagi organisasi
untuk mengidentifikasikan kesalahan atau kekurangan dari implementasi strategi.
Proses evaluasi dan pengendalian ini dapat mengikuti model lima langkah
umpan balik sebagai berikut:
Gambar 2.2
Proses Evaluasi dan Kontrol
Sumber: Hunger and Wheelen (2003:384)
Keterangan gambar 2.3
1) Menentukan apa yang diukur : proses dan hasil harus dapat diukur
dalam cara yang objektif dan konsisten.
Mengambil
tindakan
perbaikan
Apakah kinerja sudah sesuai
dengan standar
Mengukur
Kinerja
Tetapkan
terlebih
dahulu
standar-
standar yang
digunakan
Tentukan
apa yang
akan diukur
BERHENTI
36
2) Menetapkan standar kinerja : standar adalah ukuran atas hasil
kinerja yang dapat diterima. Setiap standar biasanya memasukkan
tentang toleransi, yang menentukan penyimpangan yang diterima.
3) Mengukur kinerja aktual : pengukuran harus dilakukan pada saat
awal penentuan standar.
4) Membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah
ditetapkan : jika hasil aktual berada diluar rentang toleransi, proses
pengukuran berhenti disini.
5) Mengambil tindakan perbaikan : jika hasil aktual berada di luar
yang ditetapkan, maka harus diambil sebuah tindakan untuk
memperbaiki penyimpangan tersebut. Hal yang harus diperhatikan
yaitu:
a) Apakah penyimpangan yang terjadi hanya merupakan suatu
kebetulan?
b) Apakah proses yang sedang berjalan tidak berfungsi dengan
baik?
c) Apakah proses yang sedang berjalan tidak sesuai dengan upaya
pencapaian standar yang diinginkan? Tindakan harus diambil
tidak hanya untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi,
tetapi juga untuk mencegah berulangnyapenyimpangan tersebut
(Hunger and Wheelen, 2003:384).
Pengendalian strategis (strategic control) berkaitan dengan proses
pelacakan sebuah strategi apakah telah dilaksanakan, dengan mendeteksi masalah-
masalah atau perubahan dalam asumsi-asumsi dasarnya, dan membuat
penyesuaian yang diperlukan (Pearce and Robinson, 2011:510). Pengendalian
strategi berkaitan dengan pengarahan langkah tindakan, atas nama strategi, pada
saat langkah tersebut dilakukan dan ketika hasil akhir terlihat beberapa tahun
kedepan. Tahap pengendalian strategis ini merupakan suatu jenis khusus dari
pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian
proses manajemen strategi, dengan maksud untuk memperbaiki dan memastikan
bahwa sistem tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam tahap ini akan
coba di evaluasi apakah implementasi strategi benar-benar sesuai dengan
formulasi strategi atau tidak. Atau apakah asumsi-asumsi yang kita gunakan
37
dalam analisis lingkungan masih valid atau tidak sebaliknya. Hasil dari tahap
pengendalian strategis ini akan sangat bermanfaat dan akan menjadi input untuk
proses manajemen strategi perusahaan selanjutnya.
2.1.2 Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal dimana para
pemimpin menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis
organisasi. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif
diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal organisasi
(kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman).
Kesesuaian yang baika akan memaksimalkan kekuatan dan peluang organisasi
serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat,
asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain
dari strategi yang berhasil. (Pearce and Robinson, 2008:200).
Analisis SWOT merupakan bagian dari manajemen strategi, dengan
menganalisis faktor eksternal maupun internalnya. Menurut Siagian (2007:172)
menerangkan bahwa analisis SWOT merupakan salah satu instrument analisis
yang ampuh apabila digunakan dengan tepat. SWOT merupakan akronim untuk
kata-kata Strengths (Kekuatam), Weakness (Kelemahan), Opportunities
(Peluang), Threats (Ancaman). Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam
tubuh suatu organisasi termasuk satuan bisnis tertentu, sedangkan peluang dan
ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau
perusahaan atau satusn bisnis yang bersangkutan. Jika analisis SWOT dapat
merupakan instrument yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik,
38
keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu strategi perusahaan
untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang
sehingga sekaligus berperan sebagai alat untum meminimalisasi kelemahan yang
terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan
harus dihadapi. Jika para penentu strategi perusahaan mampu melakukan kedua
hal tersebut dengan tepat, biasanya upaya untuk memilih dan menentukan strategi
yang efektif membuahkan hasil yang diharapkan. Faktor-faktor yang perlu di
perhatikan diantaranya;
a. Faktor-faktor berupa kekuatan. yang dimaksud dengan faktor-faktor
kekuatan yang dimiliki oleh suatu perusahaan termasuk satuan-satuan bisnis
didalamnya adalah antara lain kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi
yang berakibat pada pemilihan keunggulan komparatif oleh unit usaha dipasaran.
Dikatakan demikian karena satuan bisnis memiliki sumber keterampilan, produk
andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari para pesaing dalam
merumuskan kebutuhan pasar yang sudah dan direncanakan akan dilayani oleh
satuan usaha yang bersangkutan. Contoh-contoh bidang-bidang keunggulan itu
antara lain ialah kekuatan pada sumber keuangan, citra positif, keunggulan
kedudukan di pasar, hubungan dengan pemasok, loyalitas pengguna produk dan
kepercayaan para berbagai pihak yang berkepentingan.
b. Faktor-faktor kelemahan. Jika berbicara tentang kelemahan yang terdapat
dalam tubuh suatu bisnis, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan
dalam hal sumber, keterampilan dan kemapuan yang menjadi penghalang serius
bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai
39
keterbatasan dan kemampuan tersebut bias terdapat pada sarana dan prasarana
yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah,
keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang
tidak atau kurang diminati oleh para pengguna atau calon pengguna dan tinggkat
perolehan keuntungan yang kurang memadai.
c. Faktor peluang. Definisi sederhana tentang peluang ialah berbagai situasi
lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis. Yang dimaksud
dengan berbagai situasi tersebut antara lain ialah:
1. Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan penggunaan produk.
2. Identifikasi suatu segmem pasar yang belum mendapat perhatian.
3. Perubahan dalam bentuk persaingan.
4. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang membuka
berbagai kesempatan baru dalam kegiatan berusaha.
5. Hubungan dengan para pembeli yang akrab.
6. Hubungan dengan pemasok yang harmonis.
d. Faktor ancman. Pengertian ancaman merupakan kablikan pengertian
peluang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-
faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis. Jika tidak
diatasi ancaman akan menjadi ganjalanbagi satuan bisnis yang bersangkutan
baik untuk masa sekarang maupun masa depan. Berbagai contohnya, antara
lain adalah:
1. Masuknya pesaing baru di apsar yang sudah dilayani oleh satuan bisnis.
2. Pertumbuhan pasar yang lamban.
3. Meningkatkan posisi tawar pembeli produk yang dihasilkan.
4. Menguatnya posisi tawar pemasok bahan mentah atau bahan baku yang
diperlukan untuk diproses lebih lanjut menjadi produk tertentu.
5. Perkembangan dan perubahan teknologi yang belum dikuasai.
6. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang sifatnya restrifik.
40
Pengalaman banyak perusahaan menujukan bahwa analisis SWOT dapat
diterapkan dalam paling sedikit tiga bentuk untuk membuat keputusan yang
sifatnya stratejik pula.
Pertama, Analisis SWOT memungkinkan para pengambil keputusan kunci
dalam suatu perusahaan menggunakan kerangka berpikir logis dalam pembahasan
yang merak lakukan yang menyangkut situasi dalam diaman organisasi berada,
identifikasi dan analisis berbagai alternatife yang layak untuk dipertimbangkan
dan akhirnya mejatuhkan pilihan pada alternative yang diperkirakan paling
ampuh.
Kedua, penerapan analisis SWOT ialah dengan pembandingan secara
sistematik antara peluang dan ancaman eksternal di satu pihak dan kekuatan dan
kelemahan internal di lain pihak. Maksud utama penerapan pendekatan ini adalah
untuk mengidentifikasi dan mengenali satu dari empat pola yang bersifat khas
dalam keselarasan situasi internal dan eksternal yang dihadapi oleh satuan bisnis
yang bersangkutan. Kempat pola tersebut biaanya digambar dalam Sel.
Ketiga, setiap orang yang sudah memahami dan pernah menggunakan
analisis SWOT pasti menyadari bahwa tantangan utama dalam penerapan analisis
SWOT terletak pada identifikasi dari posisi sebenarnya suatu satuan
bisnis.dikatakan demikian karena tidak mustahil suatu satuan bisnis yang
menghadapi berbagai peluang juga harus berupaya menghilangkan berbagai
ancaman. Mungkin pula terjadi bahwa satuan bisnis memiliki kelemahan, tetapi
juga juga berbagai faktor kekuatan dalam menghadapi pesaing. Karena itu penting
untuk menyadari bahwa nilai analisis SWOT tidak terletak hanya pada
41
penempatan satuan bisnis pada Sel tertentu akan tetapi memungkinkan para
penentu strategi prusahan untuk melihat posisi satuan bisnis yang sedang diteliti
tersebut secara menyeluruh disoroti khusus dari sudut produk yang dihasilkan dan
pasar yang dilayani.
Setelah dilakukan analisis SWOT yang memetakan analisis lingkungan
eksternal dan internal organisasi, maka perusahaan tentunya memikirkan
bagaimana organisasi menggunakan analisis SWOT dalam menuangkan strategi
yang akan dilakukan. Dalam penyusunan strategi, organisasi tidak selalu harus
mengejar semua peluang yang ada. Tetapi, perusahaan dapat membangun suatu
keuntungan kompetitif dengan mencocokkan kekuatannya dengan peluang masa
depan yang akan dikejar. Untuk dapat membangun strategi yang
mempertimbangkan hasil dari analisis SWOT, dibangunlah TOWS Matriks.
TOWS Matriks (TOWS hanya kebalikan atau kata lain dalam ungkapan SWOT)
mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman pada lingkungan eksternal
dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan dari organisasi, sehingga hasil
yang diperoleh dapat digambarkan melalui empat set alternatif strategi (Wheelen
and Hunger, 2012:230).
Matriks Kekuatan – Kelemahan – Peluang – Ancaman (Strenght-
Weaknesses-Opportunities-Threats – SWOT ) adalah alat pencocokan yang
penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi:
Strategi SO (Kekuatan-Peluang), Strategi WO (Kelemahan-Peluang), Strategi ST
(Kekuatan-Ancaman), dan Strategi WT (Kelemahan-Ancaman). Mencocokkan
faktor-faktor eksternal dan internal utama merupakan bagian tersulit dalam
42
mengembangkan Matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik – dan
tidak ada satu pun paduan yang paling benar (David .R. Fred, 2010:327)
Strategi SO (SO Strategies) memanfaatkan kekuatan internal organisasi
untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer tentunya
menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi dimana kekuatan internal
dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai tren dan kejadian
eksternal. Secara umum, organisasi akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT
untuk mencapai situasi dimana mereka dapat melaksanakan Strategi SO. Jika
sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang
untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika sebuah
organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka organisasi akan berusaha
untuk menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.
Strategi WO (WO Strategies) bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang,
peluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal
yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut.
Strategi ST (ST Strategies) menggunakan kekuatan sebuah organisasi
untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan
berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara
langsung didalam lingkungan eksternal.
Strategi WT (WT Strategies) merupakan taktik defensif yang diarahkan
untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.
Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan
43
internal benar-benar dalam posisi yang membahayakan. Dalam kenyataannya,
perusahaan semacam itu mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup,
melakukan merger, penciutan, menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi.
Pada tabel berikut dapat menjelaskan TOWS Matriks secara singkat:
Tabel 2.1
Matriks TOWS
Faktor-faktor
Internal
Faktor-faktor
Eksternal
Kekuatan (S)
Daftarkan 5-10
kekuatan Internal disini
Kelemahan (W)
Daftarkan 5-10 kekuatan
Internal disini
Peluang (O)
Daftarkan 5-10
kekuatan Eksternal
disini
Strategi S-O
Buat strategi disini
yang menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi W-O
Buat strategi disini yang
memanfaatkan peluang
untuk mengatasi
kelemahan
Ancaman (T)
Daftarkan 5-10
kekuatan Eksternal
disini
Strategi S-T
Buat strategi disini
yang menggunakan
kekuatan untuk
Strategi W-T
Buat strategi disini yang
meminimalkan
kelemahan dan
44
menghindari ancaman menghindari ancaman
Sumber : Hunger and Wheelen, (2003:231)
1) S-O strategi : Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
2) W-O strategi : Memanfaatkan peluang untung mengatasi
kelemahan
3) S-T strategi : Menggunakan kekuatan untuk
mengatasi/mengurangi dampak dari ancaman
4) W-T strategi : Menghilangkan atau mengurangi kelemahan agar
tidak rentan terhadap ancaman.
Dari hasil kompetisi diatas akan diperoleh banyak kemungkinan strategi
yang dapat dilakukan organisasi. Tetapi, organisasi harus berani memilih
beberapa strategi yang kritikal dan memberikan dampak terbesar bagi kemajuan
organisasi. Organisasi harus mempertimbangkan pemilihan strategi yang sesuai
dengan nilai-nilai perusahaan dan tanggung jawab organisasi terhadap lingkungan
sekitar (social responsibility). Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas maka
akan diperoleh strategi yang diterima oleh anggota masyarakat.
2.1.3 Pengertian Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan menurut Notoatmojo (2007:165) pada hakikatnya
adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula.
45
Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari faktor resiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial (PP No.
66 Tahun 2014).
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat. Untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan
adanya empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu: keturunan,
lingkungan, perilaku dan pelayan kesehatan. Keempat faktor tersebut disamping
berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama
lainnya.
Derajat Kesehatan manusia / masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor,
faktor-faktor ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial
dan kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat dalam bidang kesehatan tercermin
melalui angka Morbiditas (Angka Kesakitan), Mortalitas (Angka Kematian) dan
Status Gizi.
Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Menurut Notoatmojo (2007:165)
antara lain mencakup:
a. perumahan
b. pembuangan kotoran manusia (tinja)
c. Penyediaan air bersih
d. pembuangan sampah
e. pembuangan air kotor (air limbah)
f. rumah hewan ternak (kandang), dan sebagainya
46
Mengingat bahwa permasalahan kesehatan lingkungan di negara-negara
yang sedang berkembang adalah berkisar pada sanitasi (jamban), penyediaan
air bersih, perumahan (housing), pembuangan sampah, dan pembuangan air
limbah (air kotor).
A. Perumahan (Housing)
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.
Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami
perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua,
kemudian berkembang, dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-
hutan dan di bawah pohon. Sampai abad modern ini manusia sudah
membangun rumah (tempat tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan
peralatan yang serba modern.
Rumah Sehat (Mubarak, 2009:185) secara umum yang dimaksud
dengan rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan air bersih,
berjarak 100 meter dari tempat pembuangan sampah, dekat dengan sarana
pembersihan, serta berada di tempat di mana air hujan dan air kotor tidak
menggenang.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah
a. Faktor lingkungan (baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan
social)
Membangun sebuah rumah harus memperhatikan tempat dimana
rumah itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa
47
ataukah di kota, di daerah dingin ataukah di daerah panas, di daerah
dekat gunung berapi (daerah gempa) ataukah daerah bebas gempa, dan
sebagainya. Rumah di daerah pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan
kondisi sosioal budaya pedesaan misalnya bahannya, bentuknya,
menghadapnya dan lain sebaginya. Rumah di daerah gempa harus
dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah
dekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap
serangan binatang buas.
b. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan
keuangan penghuninya. Mendirikan rumah adalah bukan sekedar
berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya.
Oleh karena itu, kemampuan pemeliharaan oleh penghuinya perlu
dipertimbangkan.
c. Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat
Dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan begitu
modern. Akan tetapi teknologi modern itu sangat mahal dan bahkan
kadang-kadang tidak dimengerti masyarakat. Rakyat pedesaan
bagaimanapun sederhananya, sudah mempunyai teknologi perumahan
sendiri yang sudai dipunyai oleh masyarakat turun-temurun. Dalam
rangka penerapan teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudai
48
dipunyai oleh masyarakat tersebut dimodifikasi. Segi-segi yang
merugikan kesehatan dikurangi dan di pertahankan segi-segi yang
sudah positif. Contoh: rumah limasan yang terbuat dari dinding dan
atapnya dari daun rumbia yang dihuni oleh orang yang memang
kemampuanya sejauh itu, dapat di pertahankan, hanya kesadaran dan
kebiasaan membuat lubang angina (jendela) yang cukup perlu
ditanamkan kepada mereka.
d. Kebijaksanaan (peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna
tanah.
Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan belum
merupakan problem, namun di kota sudah menjadi masalah yang besar
Syarat-syarat rumah yang sehat
1. Bahan banguan
a. Lantai: ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk
kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-
rumah orang yang mampu di pedesaan dan ini pun mahal. Oleh
karena itu, untuk lantau rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang
dipadatkan. Syarat yang penting di sini adalah tidak berdebu pada
musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk
memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh
dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda
yang berat dan kemudian dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah
dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.
49
b. Dinding: tembok adalah baik, namun di samping mahal, tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah teropis, lebih-lebih bila
ventilasi tidak cukup. Dinding dirumah di daerah tropis khususnya di
pedesaan, lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela
tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut
dapat merupakan ventilasi dan tempat menambah penerangan
alamiah.
c. Atap: Genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan
maupun di pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah
tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan
masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak
masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun
rumbai atau daun kelapa pun dapat di pertahankan. Atap seng atau
asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga
meimbulkan suhu panas di dalam rumah.
d. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)
Kayu untuk tiang, bamboo untuk kaso dan reng adalah umum di
pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tetapi
perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bamboo merupakan sarang
tikus yang baik. Untuk menghindari ini maka cara memotongya
harus menurut ruas-ruas bambu tersebut, apabila tidak pada ruasnya,
maka lubang pada ujung-ujung bamboo yang digunakan untuk kaso
tersebut ditutup dengan kayu.
50
2. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap segar. Hal
ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah
tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kurangnya oksigen dalam rumah yang berarti kadar karbon dioksida
yang bersifat racun bagi penghuningya menjadi meningkat. Disamping
itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara
dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit
dan penyerapan. Kelembaban ini akan menjadi media yang baik untuk
bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit)
Fungsi kedua ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari
bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi
aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan
selalu mengalir. Fungsi lain adalah untuk menjaga agar ruangan selalu
tetap dalam kelembaban (humudity) yang optimum.
3. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah,
terutama cahaya matahari, disamping kurang nyaman juga merupakan
media atau tempat baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau
dan akhirnya dapat merusak mata.
51
4. Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tak sebanding dengan
jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal
ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi
oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakitinfeksi,
akan mudah menular kepada anggta keluarga yang lain. Luas bangunan
yang optimum adalah apabila dapat penyediakan 2,5-3 m2 untuk setiap
orang (tiap anggota keluarga).
5. Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a. Penyediaan air bersih yang cukup
b. Pembuangan tinja
c. Pembuangan air limbah (air bekaas)
d. Pembuangan sampah
e. Fasilitas dapur
f. Ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka
atau atau belakang).
Di samping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu
diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni
52
a. Gudang merupakan tempat menyimpan hasil panen. Gudang dapat
berupa bagian dari rumah tempat tinggal atau bangunan tersendiri.
b. Kandang ternak. Karena ternak adalah bagian hidup para petani,
maka kadang-kadang merupakan sumber penyakit pula. Maka
sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal
atau dibikinkan kandang tersendiri.
B. Penyediaan Air bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan
lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan
makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari
air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air,
untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk
minum, masak, mandi, mencuci, dan sebaginya. Menurut perhitungan
WHO di Negara-negara maju setiap orang memerlukan air antara 60-12
liter per hari. Sedangkan di Negara-negara berkembang termasuk
Indonesia setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter air per hari.
a). Syarat-syarat air minum yang sehat
Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut
hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan,
setidak-tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang
sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:
a. Syarat fisik
53
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak
berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya. Cara
mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
b. Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala
bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui
apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah
dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Bila dari
pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka
air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
c. Syarat kimia
Air minum yang sehat harus zat-zat tertentu dalam jumlah tertentu
pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air
akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan, maka air
minum berasal dari mata air dan sumur dalam dapat diterima sebagai air
yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan teresbut asalkan tidak
tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran manusia dan binatang.
Oleh karena itu, maka air atau sumur yang ada di pedesaan harus
mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar tidak dicemari oleh
penduduk yang menggunakan air tersebut.
C. Pembuangan Kotoran Manusia
54
Yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau
zat yang tidak terpakai lagi oleh tubuh dan yang dikeluarkan dari dalam
tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk
tinja (faces), air seni (urine) dan CO2. Mengenai pembuangan kotoran
manusia ini akan dibahas tempat pembuangan 2 (dua) kotoran manusia
berupa tinja (faces), air seni (urine) yang di sebut jamban atau kakus
(latrine).
Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh tinja manusia antara
lain: tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi,
tambang, pita) schistosomiasis dan sebagainya.
a. Pengelolaan Pembuangan Kotoran Manusia
Untuk mencegah sekurang-kurangnya kontaminasi tinja terhadap
lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan
baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau
jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan
apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
4) Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang-binatang lainnya.
5) Tidak menimbulkan bau.
6) Mudah digunakan dan di pelihara(maintenance)
55
7) Sederhana desainnya
8) Murah
9) Dapat diterima oleh permukaan.
Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi , maka perlu
diperhatikan antara lain:
1) Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban
terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain,
terlindung dari pandangan orang (privacy) dan sebagainya.
2) Bangunan jamban sebagiknya mempunyai lantai yang kuat tempat
berpijak yang kuat dan sebagainya.
3) Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak
mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya.
4) Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas
pembersih
D. Pengelolaan Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak
dipakai oleh manusia atau benda padat yang sudah tidak digunakan agi
dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan
masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (wste) adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang
yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari
sampah tersebut hidup berbagai miko organisme penyebab penyakit
56
(bacteri patagon) dan jugs binatang serangga sebagai pemindah/penyebar
penyakit
(vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai
sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan
masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan untuk kepentingan
kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud
dengan pengelolaan sampah disini adalah meliputi pengumpulan,
pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengelolaan sampah
sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan
masyarakat dan lingkungan hidup.
E. Pengelolaan Air Limbah
Air limbah atau air buangan adalah air sisa yang dibuang yang
berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya
dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan
hidup. batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari
cairan dan smapah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan,
perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan
dan air hujan yang mungkin ada (Kusonoptranto, 1985)
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah
air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga
maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya. Sesuai
dengan zat-zat yang terkandung dalam air limbah ini, maka air yang tidak
57
diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan
masyarakat dan lingkungan hidup antara lain:
a. Menjadi transimisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama
kolera, tifus abdominalis, desentri baciler.
b. Menjadi media berkembang biaknya mikro-organisme pathogen.
c. Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva
nyaamuk.
d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan
hidup lainnya.
f. Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak
nyaman dan sebagainya.
Untuk mencegah atau mengurangi akibat-akibat buruk tersebut
diperlukan kondisi, persyaratan dan upaya-uaya sedemikian rupa sehingga
air limbah tersebut:
a. Tidak mengakibatkan kontraminasi terhadap sumber air minum.
b. Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah.
c. Tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan air sungai
atau tempat-tempat rekreasi.
d. Tidak dihinggapi serangga, tikus, dan tidak menjadi tempat
berkembang biaknya berbagai bibit penyakit dan vector.
e. Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dapat
dicapai anak-anak.
58
f. Baunya tidak mengganggu.
2.2 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian “Manajemen Strategi Dinas Kesehatan Dalam
Pengelolaan Kesehatan Lingkungan Di Kecamatan Kasemen Kota Serang”.
Peneliti melakukan peninjauan terhadap penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, baik berupa jurnal, skripsi maupun tesis, yang terkait dengan tema
yang diambil dalam penelitian ini. Peneliti mengambil dua penelitian terdahulu
sebagai pembanding dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian pertama yaitu
diambil dari jurnal yang berjudul “Peran Pemerintah Kecamatan Likupang Timur
Dalam Meningkatkan Kesehatan Lingkungan Di Desa Likupang Dua”, yang
dilakukan oleh Wahyu Pramana A.M. Nabeto.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pen peran Pemerintah Kecamatan
Likupang Timur dalam meningkatkan kesehatan lingkungandi Desa Likupang
Dua masih „belum makasimal‟, yang diperjelas dengan:1. Dari segi perencanaan,
inventarisasi lingkungan hidup, penyusunan rencana perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah desa likupang dua belum mempunyai
program yang jelas dan konkrit, sehingga tidak ada kebijakan dalam pengelolaan
lingkungan hidup demi terciptanya kesehatan lingkungan, 2. Pengendalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan yaitu di desa likupang dua seperti
pencemaran udara dari limbah hasil tangkapan ikan yang membusuk sudah dalam
kategori yang tinggi, tetapi tidak ada tindak lanjut dari pemerintah kecamatan,
maupun pemerintah desa untuk menyelesaikan hal tersebut, 3. Langkah konkrit
upaya pemeliharaan lingkungan dari pemerintah desa likupang dua belum dapat
59
dirasakan warga, masih sebatas rencana pengadaan tempat umum pembuangan
sampah, 4. Pengawasan dan penegakkan hukum belum dilaksanakan, pemerintah
desa likupang dua hanya bersifat pasif menunggu laporan dari masyarakat.
Persamaan penelitian ini dengan penulis yaitu Penulis melakukan
penelitian dengan objek utama yang sama yaitu peran pemerintah dalam
pengelolaan kesehatan lingkungan . Dengan melihat objek yang sama maka
peneliti menjadi dapat lebih memahami bagaimna pentingnya peran pemerintah
dalam pengelolaan kesehatan lingkungan. Perbedaan penelitian ini dengan penulis
yaitu fokus yang dipilih penelitian terdahulu yaitu peran Pemerintah Kecamatan,
tetapi penelitian yang penulis ambil saat ini berfokus pada manajemen strategi
Dinas Kesehatan.
Selanjutnya pada penelitian tesis yang berjudul “Evaluasi kualitas
lingkungan hidup: Studi kasus di desa Banten kecamatan Kasemen Kabupaten
Serang Propinsi Banten” yang dilakukan oleh Rachmatullah Muhammad,
mahasiswa pasca sarjana Universitas Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. mengidentifikasi kondisi/kualitas
lingkungan hidup di Desa Banten, 2. mengetahui variabel-variabel kualitas
lingkungan alami, lingkungan sosial maupun lingkungan fisik yang mempunyai
hubungan dengan kualitas lingkungan hidup di Desa Banten, 3. mengetahui
peran/upaya relokasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Desa
Banten, dan 4. merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan kualitas
lingkungan hidup di Desa Banten.
60
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian
adalah Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Propinsi Banten.
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah penyebaran kuesioner,
observasi lapangan, data sekunder. Analisis data mengunakan analisis deskriptif
dan analisis statistik.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: 1. kualitas lingkungan
hidup di Desa Banten masih rendah apabila mencermati kondisinya baik ( dari
kualitas lingkungan alami, sosial maupun fisik. Kualitas lingkungan alami
kondisinya yaitu 97,8% menyatakan bahwa kualitas air permukaan di sekitar
lingkungan mereka buruk, 71,7 % responden mengatakan bahwa kualitas air tanah
di tempat mereka tidak layak untuk dikonsumsi dan 26,1% responden mengatakan
kualitas udara sudah buruk serta 94,6% responden merasa kebutuhan air bersih
dapat tercukupi. Kualitas lingkungan sosial kondisinya yaitu sebagian besar
responden harus menanggung lebih dari 3 jiwa (52,2%), 96,7%-nya menyatakan
pendidikan penting bagi anak-anak mereka, sebagian besar responden memiliki
penghasilan diatas Rp. 300.000 per bulan (81,5%) dan 61,9% responden aktif
memiliki hubungan yang erat dengan warga lainnya. Kualitas lingkungan fisik
kondisinya yaitu sebagian responden telah memiliki jamban (73,9%), kualitas
lantai rumah yang tergolong baik yaitu terbuat dari semen (58,7%) bahkan
keramik (14,1%), sedangkan yang ventilasi rumahnya hanya 1 arah sebesar
67,4%, dan aloes jalan lingkungan di pemukiman respondenkondisinya sudah
beraspal (56,5%), kondisi bangunan rumah responden sebagian bangunan
61
permanen (52,2%) serta 75,0% responden melakukan pengelolaan limbah padat
dengan cara di bakar.
2. variabel-variabel kualitas lingkungan alami yang berkorelasi dengan
kualitas lingkungan hidup ada dua variabel yaitu kuantitas air tanah dan kualitas
air tanah; kualitas lingkungan sosial yang berkorelasi dengan kualitas lingkungan
hidup yaitu variabel persepsi tentang pendidikan dan variabel pendapatan; dan
kualitas lingkungan fisiklbuatan yang berkorelasi dengan kualitas lingkungan
hidup ada lima variabel yaitu variable lantai rumah, kondisi bangunan, ventilasi,
jalan lingkungan serta variabel pengelolaan limbah padat. Variabel-variabel
tersebut baik kualitas lingkungan alami, sosial maupun fisik mempunyai nilai
probabilitas (p) <0,05 sehingga memiliki signifikansi, selain itu variabel-variabel
tersebut panting untuk diidentifikasi untuk mengetahui variabel apa saja yang
berhubungan dengan kualitas lingkungan hidup, sehingga dalam upaya
peningkatan kualitas lingkungan hidup dapat lebih di arahkan pada variabel-
variabel tersebut, sehingga strategi yang dirumuskan dalam peningkatan kualitas
lingkungan hidup dapat lebih tepat sasaran dan disesuaikan dengan kondisi
sesungguhnya.
3. relokasi tidak mampu meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Desa
Banten karma secara lingkungan sosial dan alami cenderung mengalami
penurunan yang disebabkan pendapatan yang tidak meningkat, pengeluaran yang
cenderung membesar dan tidak adanya program pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan pendapatan. Peningkatan hanya terjadi, pada lingkungan fisik yang
disebabkan adanya penataan rumah dan lingkungan yang lebih tertata rapi.
62
4. solusi/strategi untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup antara
lain: (a) penyediaan sarana air bersih; (b) pengembalian fungsi bantaran sungai;
(c) peningkatan pendapatan dengan pemberdayaan masyarakat; (d) melakukan
pengelolaan limbah padat; (e) pemberian pelatihan/keterampilan; (f) pemberian
bantuan untuk penataan rumah; (g) mendirikan puskesmas pembantu di sekitar
permukiman penduduk.
Persamaan penelitian ini dengan penulis yaitu objek permasalahan yang
diteliti sama yaitu pada kondisi lingkungan di wilayah Kecamatan Kasemen
sehingga memberikan gambaran bagi penulis mengenai kondisi lingkungan yang
masih buruk. Perbedaannya yaitu pada fokus yang diteliti yaitu penulis meneliti
pada manajemen strategi.
Terakhir pada penelitian jurnal yang berjudul “Manajemen Strategis
Program Perbaikan Gizi Masyarakat Oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta
(Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah di TK dan SD
Kecamatan Jebres Surakarta Tahun 2010)” yang dilakukan oleh Iis Noviana
Tahun 2011, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskroptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan
metode wawancara dan studi dokumentasi. Teknik penarikan sampel
menggunakan purposive sampling. Dalam menganilisis permasalahan peneliti
mendeskripsikan manajemen strategis dari empat elemen menejemen strategis
dari Wheleen dan Hunger yaitu dengan melihat pengamatan lingkungan dan
prumusan strategis yang telah tercantum dalam Rencana Strategis Dinas
63
Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2006-2010 kemudian implementasi serta
evaluasi dan pengendalian strategi. Implementasi mengacu pada dua unsur pokok
yaitu pengembangan strategi dalam program, anggaran, dan prosedur serta
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya yang meliputi pengorganisasian
dan pelaksanaan. Evaluasi dan pengendalian menggunakan metode lima langkah
umpan balik. Hasil dari penelitian ini adalah Manajemen Strategis Program
perbaikan gizi dengan kegiatan PMT-AS dilihat dari implementasinya cukup
berhasil. Hasil evaluasi dan pengendalian yaitu meningkatnya presentase status
gizi sasaran PMT-AS di Kecamatan Jebres setelah pemberian PMT-AS.
Persamaan penulis dengan penelitian ini adalah Fokus yang diteliti sama
yaitu mengenai manajemen strategis pada Program Pemerintah. Sedangkan
perbedaaannya adalah obyek penelitian yang penulis lakukan yaitu pada
pengelolaan kesehatan lingkungan, sedangkan pada penelitian terdahulu pada
program perbaikan gizi.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiyono, 2009:92) mengemukakan bahwa
seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun
kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran
merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan.Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam
penelitian ini, diperlukan sebuah kerangka konsep atau model penelitian.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi Kesehatan lingkungan di Kecamatan
Kasemen masih sangat buruk, selain itu juga peran dari Pemerintah Daerah
64
belum optimal dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kecamatan
Kota Serang. Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahannya
yaitu: (1) Rendahnya kepemilikan Rumah Sehat, (2) Masih rendahnya
pemanfaatan air bersih, (3) Masih rendahnya kepemilikan Sanitasi Dasar yang
mencakup kepemilikan jamban, kepemilikan tempat sampah dan juga
kepemilikan pembuangan air limbah , dan (4) Tingginya angka penyakit
berbasis lingkungan. Untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang maka peneliti
menggunakan teknik Analisis SWOT. Adapun Teknik Analisis SWOT adalah
suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-
langkah strategi dalam mengoptimalkan usaha yang lebih menguntungkan.
Dalam analisis faktor internal akan menentukan aspek-aspek yang menjadi
kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal akan
menentukan aspek-aspek yang menjadi peluang (opportunities) dan ancaman
(threaths) dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan
alternative strategi yang dapat dijalankan dalam penyelenggaraan kesehatan
lingkungan di Kota Serang sehingga meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat yang mencakup Morbiditas (Angka Kesakitan) menurun, Mortalitas
(Angka Kematian) menurun dan status gizi masyarakat meningkat dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk Berpriaku Hidup Bersih dan Sehat.
Untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir penulis dalam penelitian ini dapat dilihat
gambar dibawah ini :
65
Output:
Strategi yang tepat dalam
penyelenggaraan kesehatan
lingkungan di Kota Serang.
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran Penelitian
Input :
1. Rendahnya kepemilikan Rumah Sehat
2. Masih rendahnya pemanfaatan air bersih
3. Masih rendahnya kepemilikan Sanitasi Dasar
yang mencakup kepemilikan jamban, kepemilikan
tempat sampah dan juga kepemilikan pembuangan
air
Proses:
Analisis SWOT
a) Strengths (Kekuatan)
b) Weakness (Kelemahan)
c) Opportunities (Peluang)
d) Threats (Ancaman)
(Siagian, 2007 : 172)
Outcome:
Meningkatnya derajat kesehatan
lingkungan di Kota Serang.
66
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan kajian
pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Berdasarkan
pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, peneliti telah
melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi
bahwa penelitian tentang Strategi Dinas Kesehatan Dalam Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan Di Kota Serang masih belum optimal, hal ini dilihat
berdasarkan dengan masih adanya permasalahan-permasalahan dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan baik faktor internal maupun faktor
eksternal.
66
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan penelitan adalah seperangkat asumsi yang saling berkolerasi
satu dengan yang lain mengenai fenomena alam semesta. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif-kualitatif yaitu penelitian tentang data yang
ditentukan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun
dalam kalimat, misalnya kalimat wawancara antara peneliti dan informan.
Pada penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dalam kondisi
yang alamiah atau natural setting, peneliti mengumpulkan data berdasarkan
observasi yang wajar. Dalam melakukan penelitiannya, peneliti merupakan alat
utama dalam pengumpulan data karena penelitilah yang langsung terjun
kelapangan mencari data dengan wawancara secara mendalam. Subjek yang
diteliti berkedudukan sama dengan peneliti. Orang yang diteliti dipandang sebagai
partisipan, konsultan atau kolega peneliti dalam menangani kegiatan
penelitiannya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu berusaha
mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai Strategi Dinas
Kesehatan Dalam Penyelengaraan Kesehatan Lingkungan Di Kota Serang.
Informasi yang digali melalui wawancara mendalam terhadap informan (Dinas
Kesehatan, UPT PUSKESMAS, Masyarakat serta pengamat). Teknik kualitatif
dipakai sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk
67
memahami realitas rasional sebagai realitas subjektif kualitas pengelolaan
kesehatan lingkungan di Kota Serang. Proses observasi dan wawancara mendalam
bersifat sangat utama dalam pengumpulan data. Dari observasi diharapkan mampu
menggali permasalahan yang ada di dalam Strategi Dinas Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Kota Serang, guna mengevaluasi kerja
stakeholder yang terkait dalam pengelolaan kesehatan lingkungan di Kota Serang.
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Ruang lingkup atau fokus penelitian ini adalah manajeman strategi pada
Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang
dengan dilihat dari Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Serang. Penentuan lokasi
penelitian ini dengan alasan bahwa di yang menangani urusan penyelengaraan
kesahatan lingkungan ialah di Dinas Kesehatan.
3.4 Fenomena yang diamati
3.3.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual berfungsi untuk pemberian penjelasan tentang konsep
dari variable yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka
teori yang akan digunakan. Adapun definisi konsep dari judul ini tentang “Strategi
Dinas Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Kota Serang”
yaitu:
68
1. Manajemen Strategi
Strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis
meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis
atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategis, dan evaluasi serta
pengendalian
2. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimal pula.
3.3.2 Definisi Oprasional
Adapun variabel dalam penelitian ini tentang “Strategi Dinas Kesehatan
Dalam Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Kota Serang” pada observasi
awal ditemukan masalah mendasar dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan
ialah belum optimalnya Strategi yang digunakan oleh Dinas Kesehatan dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan di pengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Oleh karena itu, untuk kesuksesan dan keberhasilan dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang diperlukan manajemen
strategi khusus agar lebih optimal diperlukan penelitian lebih jauh dalam
pengamatan lingkungan dengan menggunakan analisis SWOT menurut Siagian
(2007:172):
69
a. Strengths (Kekuatam) adalah dengan faktor-faktor kekuatan yang dimiliki
oleh suatu perusahaan termasuk satuan-satuan bisnis didalamnya adalah
antara lain kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat
pada pemilihan keunggulan komparatif oleh unit usaha dipasaran.
b. Weakness (Kelemahan) ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal
sumber, keterampilan dan kemapuan yang menjadi penghalang serius bagi
penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai
keterbatasan dan kemampuan tersebut bias terdapat pada sarana dan
prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang
rendah, keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar,
produk yang tidak atau kurang diminati oleh para pengguna atau calon
pengguna dan tinggkat perolehan keuntungan yang kurang memadai.
c. Opportunities (Peluang) adalah berbagai situasi lingkungan yang
menguntungkan bagi suatu satuan bisnis.
d. Threats (Ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan suatu satuan bisnis. Jika tidak diatasi ancaman akan menjadi
ganjalanbagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang
maupun masa depan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012:63).
70
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai
berikut.
3.4.1 Sumber data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya
dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui:
1. Observasi
Sedangkan observasi menurut Moloeng (2007) adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi
motif, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasan dan sebagainya.
Menurutnya, observasi diklasifikasikan menjadi dua cara yaitu cara
berperan serta dan cara yang tidak berperan serta.Observasi berperan
serta, pengamat melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai
pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang
diamatinya. Namun observasi tanpa berperan serta, pengamat hanya
melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan.
Dalam penelitian ini, teknik observasi yang dipakai ialah
observasi tanpa berperan serta. Peneliti hanya sebagai pengamat saja
tanpa menjadi anggota resmi organisasi yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara Merupakan proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara
pewancara dan informan. Adapun teknik pengumpulan data dengan
cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam.
71
Wawancara mendalam (indepth interview) adalah data yang diperoleh
terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman,
pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan
penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan
selama proses penelitian.
Dalam penelitian ini wawancara dipergunakan untuk
mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak terkait penelitian, dalam
rangka memperoleh informasi tentang hal-hal yang belum tercantum
dalam observasi. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan
metode wawancara semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaannya
lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan
permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat dan memberi informasi mengenai pengelolaan
kesehatan lingkungan. Sebagaimana yang disarankan oleh (Esterberg:
2002) dalam Sugiyono (2008:73) peneliti akan mendengarkan secara
teliti dan mencatat apa yang akan dikemukakan oleh informan
(Esterberg: 2002) dalam Sugiyono (2008:73)
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih
dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan
kriteria informan dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih
dan terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara
peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.
72
b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai.
c. Menentukan strategi dan taktik berwawancara.
d. Mempersiapkan pencatat data wawancara.
3.4.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui
kegiatan studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data yang diteliti.
1. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang
relevan dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan
text books maupun jurnal ilmiah.
2. Dokumentasi
Menurut Guba dan Lincolin (1981) dalam Moleong (2007:161)
dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film dari record yang
tidak dipersiapkan karena adanya permintaan dari seorang penyelidik.
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari arsip dan dokumen. Dokumen merupakan cataatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan, peraturan, kebijakan,
laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,
gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012:82).
73
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari
informan penelitian yaitu melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung dari informan yaitu
melalui data-data dan dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri (human instrument) karena peneliti adalah manusia dan
hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya,
serta mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu,
peneliti juga berperan serta dalam pengamatan atau participant observation
(Moleong, 2007:9). Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui
evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan
teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal
memasuki lapangan (Sugiyono, 2012:59). Jadi, peneliti mempunyai peran yang
sangat penting dalam penentuan sukses atau tidaknya suatu penelitian dengan
kesiapan peneliti dalam terjun langsung ke lapangan.
Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data lisan dan tulisan, oleh
sebab itu untuk mendapatkan data dibutuhkan alat bantu berupa daftar pertanyaan
untuk mewawancarai informan dan handphone. Handphone digunakan untuk
merekam wawancara dengan informan. Hasil rekaman kemudian ditranskripsikan
melalui peralatan sehingga memudahkan untuk mengelompokkan data.
74
Dalam mencari sumber data, peneliti menggunakan teknik wawancara
mendalam terhadap narasumber (informan) yang bersangkutan dengan fokus
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara mendalam (indepth
interview) adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-
orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan pengetahuan informan
penelitian. Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang
diperlukan selama proses penelitian. Selain wawancara mendalam, sumber data
dalam penelitian ini juga di dapat dari hasil observasi, dimana sumber data dari
hasil wawancara dan observasi merupakan sumber data primer. Selain itu, sumber
data yang lainnya juga didapat dari hasil dokumentasi dan studi literatur/pustaka
sebagai sumber data sekunder.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai Strategi Dinas
Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Kota Serang. Oleh
karena itu dalam penentu narasumber atau yang dapat disebut dengan informan
peneliti menggunakan teknik purposive. Teknik Purposive yaitu teknik
pengambilan data dari informan dengan pertimbangan bahwa orang yang
dijadikan informan penelitian merupakan orang yang mengetahui tentang
pelaksanaan pengelolaan kesehatan lingkungan di Kecamatan Kasemen, sehingga
memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang diharapkan.
3.6 Informan Penelitian
Peneliti pada mulanya menelusuri informan dari berbagai status yang
terlibat dalam Strategi dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota
Serang, informan yang memiliki kaya informasi dipilih dan sub-subunit dipilih
75
untuk mengkasi kajian yang lebih dalam. Penentuan informan ini dengan memilih
narasumber yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan kesehatan di Kota
Serang sebagai berikut berikut :
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No Informan Status Informan
1 Kapala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas
Kesehatan Kota Serang
Key Informan
2 Pegawai atau Staff pada Seksi Kesehatan
Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Serang
Key Informan
3 Sanitarian Puskesmas Key Informan
4 Badan Lingkungan Hidup Key Informan
5 Forum Kota Serang Sehat Key Informan
6 Camat Key Informan
7 Masyarakat (Ketua RW/Kader POSYANDU) Key Informan
(Sumber: Peneliti, 2014)
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja data, mengorganisasikan data, memilih-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2012:88).
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian
dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian
dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi,
76
mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta
menyimpulkan data. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan
model analisis interaktif dari Miles & Huberman, seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.1
Analisis Data Model Interaktif
(Sumber : Sugiyono, 2012:88)
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian
dan melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal
yang harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh
informasi mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan.
Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Penarikan
Kesimpulan
Penyajian Data
77
2. Reduksi Data
Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian
laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian di
reduksi, di rangkum, dan kemudian dipilih hal yang pokok, di fokuskan
untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya (melalui
proses penyuntingan, pemberian kode, dan pentabelan). Reduksi data
dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada
tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak
diperlukan disortir agar diberi kemudahan dalam penampilan, penyajian,
serta untuk menarik kesimpulan sementara.
3. Penyajian Data
Penyajian data (display data) dimaksudkan agar lebih
mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini
merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga
kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data tersebut kemudian dipilih-
pilih dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun
sesusai dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras
dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan
sementara diperoleh pada waktu data direduksi.
4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan
78
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan
mencatat keteraturan pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar
dan kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan terus berubah selama proses pengumpulan data masih terus
berlangsung dan tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi apabila kesimpulan
tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsistensi penelti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.8 Uji Keabsahan Data
Uji kreadibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis
kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2009:121).
Pada penelitian ini, dalam menguji kreadibilitas data peneliti melakukan
triangulasi dan member check untuk member kepercayaan terhadap penelitiannya.
1. Triangulasi
Menurut Moloeng (2007:330), trianggulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan
melalui sumber lainnya. Terdapat 3 macam teknik triangulasi, yaitu
triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Pada
79
penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Triangulasi sumber berarti untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber
melalui hasil wawancara atau disebut juga dengan mewawancarai lebih
dari satu informan yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Triangulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung, observasi
tidak langsung, dan dokumentasi. Pada observasi tidak langsung ini
dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kejadian yang
kemudian dari hasil pengamatan tersebut di ambil benang merah yang
menghubungkan diantara keduanya.
2. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2009:129).
3.9 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti Strategi Dinas Kesehatan
Dalam Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Di Kota Serang. Waktu
penelitiannya dimulai dari bulan Oktober 2014.
80
Tabel 3.2
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
2014 2015 2016
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb
1 Pengumuman
Judul
2 Observasi
Awal
3 Penyusunan
Proposal
4
Bimbingan
dan
Perbaikan
Proposal
5 Seminar
Proposal
6 Perbaikan
proposal
7
Proses
Pencarian
Data di
Lapangan
8
Pengolahan
Data di
Lapangan
9
Penyusunan
Laporan
Penelitian
dan
Bimbingan
10 Sidang
Skripsi
(Sumber, Peneliti 2015)
81
81
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang
meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum Kota
Serang, gambaran umum Dinas Kesehatan Kota Serang. Hal tersebut akan dijelaskan
di bawah ini:
4.1.1 Keadaan Wilayah Kota Serang
Kota Serang merupakan pemekaran dari Kabupaten Serang yang terbentuk pada
tanggal 10 Agustus 2007 berdasarkan Undang-undang No. 32 tahun 2007. Secara
administratif Kota Serang dibagi dalam 6 kecamatan dan 66 kelurahan. Kecamatan
Kasemen merupakan kecamatan dengan wilayah terluas yaitu sekitar 63,36 km2 atau
sekitar 23,75% dari luas wilayah Kota Serang. Sementara kecamatan dengan luas
wilayah paling sempit adalah Kecamatan Serang yang hanya sekitar 9,7% dari luas
wilayah Kota Serang, atau sekitar 25,88 km2. Berdasarkan penjelasan Undang-
undang No. 32 Tahun 2007, disebutkan bahwa Kota Serang memiliki luas wilayah
keseluruhan ± 266,71 km2, sedangkan hasil inventarisasi luas wilayah dari 6 (enam)
kecamatan tersebut adalah 266,74km2
atau sekitar 3,08% dari luas wilayah Provinsi
Banten. Tabel berikut ini memberikan gambaran tentang rincian jumlah kelurahan
dan luas wilayah serta persentase luas wilayah masing-masing kecamatan dimaksud
di atas.
82
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kota Serang
Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Luas
(km2) %
1 Curug 10 49,6 18,59
2 Walantaka 14 48,48 18,18
3 Cipocok Jaya 8 31,54 11,82
4 Serang 12 25,88 9,70
5 Taktakan 12 47,88 17,95
6 Kasemen 10 63,36 23,75
Jumlah 66 266,74 100,00
Sumber: BPS Kota Serang, 2013
Sesuai pasal 5 Undang-undang Nomor. 32 Tahun 2007 Kota Serang memiliki batas-
batas wilayah sebagai berikut:
83
(1) sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Banten;
(2) sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pontang, Kecamatan Ciruas,
Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang;
(3) sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikeusal, Kecamatan Petir,
Kecamatan Baros Kabupaten Serang; dan
(4) sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Waringin
Kurung, Kecamatan Kramat Watu Kabupaten Serang.
4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Serang
Visi Kota Serang
”Terwujudnya Kota Serang Madani sebagai Kota Pendidikan yang
Bertumpu pada Potensi Perdagangan, Jasa, Pertanian dan Budaya.”
Misi Kota Serang
1. Pembangunan dan Peningkatan Infrastruktur;
2. Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan;
3. Pembangunan dan Peningkatan Kualitas Kesehatan;
4. Peningkatan Ekonomi Kerakyatan serta Optimalisasi Potensi
Pertanian dan Kelautan;
5. Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan, Hukum, dan Peningkatan
Penghayatan terhadap Nilai Agama.
84
4.1.1.2 Keadaan Penduduk Kota Serang
Dalam konteks demografi, menurut data Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil tahun 2014 Kota Serang memiliki jumlah penduduk 589,581 jiwa dengan
kompoisi penduduk laki-laki berjumlah 305.119 jiwa dan penduduk perempuan
berjumlah 284.462 jiwa. Kepadatan penduduk di Kota Serang terbilang cukup tinggi,
yang rata-rata mencapai 2.210 jiwa per km2 pada tahun 2013.
Bila dilihat dari struktur usianya, penduduk Kota Serang didominasi oleh
penduduk usia produktif yakni usia 15 – 64 tahun sebanyak 450.609 jiwa atau sekitar
76,43%, usia non produktif yakni usia 0 – 14 tahun dan usia diatas 65 tahun masing-
masing sebesar 121.800 jiwa (20,66%) dan 17.172 (2,91%). Gambaran tentang hal ini
dapat dilihat dari tabel komposisi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur
sepanjang tahun 2010-2013 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2010-2013
No Kelompok Umur Jumlah
1 0 – 4 36,703
2 5 – 9 41,314
3 10 -14 43,783
4 15 – 19 56,135
5 20 – 24 63,327
6 25 – 29 65,164
7 30 – 34 63,494
8 35 – 39 56,448
9 40 – 44 48,497
10 45 – 49 37,583
11 50 – 54 28,109
85
12 55 – 59 19,432
13 60 – 64 12,420
14 65 – 69 7,460
15 70 – 74 5,240
16 75 > 4,472
Jumlah 589,581
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2014
Berdasarkan tingkat pendidikannya, penduduk Kota Serang
sebagian besar tamat sekolah dasar (34,80%), diikuti penduduk yang
belum/tidak bersekolah sebanyak 22,57%, serta penduduk berpendidikan
SMA/sederajat sebanyak 21,81%, dan berpendidikan SMP/sederajat
sebanyak 14,38%. Gambaran tentang komposisi penduduk berdasarkan
tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tahun 2013
No Pendidikan Jumlah %
1 Tdk/Blm Sekolah 113.844 19,31
2 Blm Tamat SD 19.247 3,26
3 Tamat SD 205.191 34,80
4 SLTP 84.8 14,38
5 SLTA 128.584 21,81
6 D-I/II 3.449 0,58
7 DIII 7.963 1,35
8 DIV/S1 24.298 4,12
9 S2 2.09 0,35
10 S3 115 0,02
Total 589.581 100,00
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2014
Bila dilihat dari keragaman agama yang dianut penduduknya, Kota
Serang telah mencerminkan sebagai kota yang tumbuh sebagai kota yang
86
heterogen. Hal ini tampak dari komposisi penduduk menurut agama dan
kepercayaan sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 4.4
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah %
1 Islam 576.157 97,72
2 Kristen Protestan 67.52 1,15
3 Kristen Katholik 34.26 0,58
4 Hindu 297 0,05
5 Budha 2.945 0,50
6 Kepercayaan 4 0,0007
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2014
4.1.2 Deskripsi Dinas Kesehatan Kota Serang
Dinas Kesehatan yang dikepalai seorang Kepala Dinas yang bertanggungjawab
kepada walikota dan pelaksana kebijakan pemerintah Kota Serang di bidang
Kesehatan.
4.1.2.1 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Serang
Visi Dinas Kesehatan Kota Serang
“Terwujudnya Masyarakat yang Hidup Sehat dan Mandiri Menuju Kota
Serang Madani”
Misi Dinas Kesehatan Kota Serang
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, maka Dinas Kesehatan
menetapkan misi sebagai pernyataan komprehenshif pelaksanaan tugas pokok
87
dan fungsi serta sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Misi Dinas
Kesehatan Kota Serang adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan Kapasitas Kelembagaan yang Efektif dan Efisien
2. Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang Berkualitas
3. Mewujudkan Pembiayaan Kesehatan Bagi Masyarakat yang Tidak
Mampu
4. Memberikan Pelayanan dan Penanganan Masalah Kesehatan Secara
Terpadu dan Berkesinambungan
5. Menggerakan dan Memberdayakan Masyarakat untuk Hidup Sehat
4.1.2.2 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang
kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Serang mempunyai tugas melaksanakan
kewenangan otonomi daerah di bidang kesehatan, melaksanakan urusan kesehatan
berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan yang diserahkan kepada Pemerintah
Daerah.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan perencanaan bidang kesehatan;
b. Perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan;
c. Pelaksanaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kesehatan;
88
d. Pembinaan, koordinasi, pengendalian dan fasilitas pelaksanaan kegiatan
bidang kesehatan;
e. Pelakaksanaan kegiatan penatausahaan Dinas;
f. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Adapun dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Serang memberikan tugasnya kepada Seksi Kesehatan Lingkungan di bawah
koordinasi Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan
dengan tugas pokok Seksi Kesehatan Lingkungan adalah melaksanakan kebijakan
teknis bidang kesehatan lingkungan. adapun tugas pokok Seksi Kesehatan
Lingkungan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Penyuluhan rencana kegiatan bidang kesehatan lingkungan;
b. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan lingkungan;
c. Penyelenggaraan kegiatan kesehatan lingkungan;
d. Penyusuna bahan pembinaan, koordinasi, fasilitas bidang kesehatan lingkungan;
e. Evaluasi dan pelaporan bidang kesehatan lingkungan;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Serang terdiri dari:
a) Unsur Pimpinan adalah Kepala Dinas.
b) Unsur Pembantu Pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari :
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.
c) Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari :
89
SUB BAG UMUM
DAN
KEPEGAWAIAN
1. Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan, terdiri dari :
a) Seksi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit;
b) Seksi Surveilan dan Imuniasai;
c) Seksi Kesehatan Lingkungan.
2. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, terdiri dari :
a) Seksi Kesehatan Keluarga;
b) Seksi Gizi Kesehatan Remaja dan Usia Lanjut;
c) Seksi Promosi Kesehatan.
3. Bidang Bina Pelayanan dan Sumber Daya Keehatan, terdiri dari :
a) Seksi Kesehatan Dasar dan Rujukan;
b) Seksi Sumber Daya Kesehatan;
c) Seksi Kesehatan Khusus.
4. Bidang Pembinaan Kefarmasian dan Pembiayaan, terdiri dari :
a) Seksi Obat dan Alat Kesehatan;
b) Seksi Makanan, Minuan, Kosmetik dan Obat Tradisional;
c) Seksi Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan.
d) Unit Pelaksana Teknis.
e) Kelompok Jabatan Fungsional.
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Serang
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN
EVALUASI &
PELAPORAN
KEPALA DINAS
90
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Serang, 2015
SEKSI
KESEHATAN
KELUARGA
SEKSI PROMOSI
KESEHATAN
SEKSI GIZI
KESEHATAN
REMAJA DAN USILA
SEKSI
KESEHATAN
LINGKUNGAN
SEKSI SURVEILAN DAN
IMUNISASI
SEKSI
PENGENDALIAN
DAN
PENANGULANGAN
PENYAKIT
BIDANG BINA
PELAYANAN DAN
SUMBER DAYA
KESEHATAN
BIDANG PEMBINAAN
KEFARMASIAN DAN
PEMBIAYAAN
UPT LABKES UPT GUDANG OBAT
BIDANG BINA
KESEHATAN
MASYARAKAT
BIDANG PENCEGAHAN
PENGENDALIAN
PENYAKIT DAN KESLING
SEKSI SUMBER
DAYA
KESEHATAN
SEKSI KESEHATAN
DASAR DAN
RUJUKAN
SEKSI
KESEHATAN
KHUSUS
SEKSI OBAT DAN
ALKES
SEKSI MAKANAN,
MINUMAN,
KOMETIK DAN
OBAT TRADISIONAL
SEKSI PEMBIAYAAN
DAN JAMINAN
KESEHATAN
UPT PUSKESMAS
91
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan
menggunakan teknik data kualitatif. Dalam penelitian ini, penelitian mengenai
strategi penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang, peneliti
menggunakan analisis SWOT. Teori tersebut memberikan gambaran yang berguna
atas komponen-komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan
organisasi untuk menjamin dapat berjalan dalam kehidupan organisasi. Strategi yang
efektif mencakup hubungan yang konsisten yang terdiri dari faktor-faktor strategis
yaitu strengths, weaknesses, opportunities, threats dari sebuah organisasi. Langkah
penentuan strategi ini yaitu; pertama, Peneliti menentukan faktor-faktor yang
termasuk dalam strengths, weaknesses, opportunities, threats dari sebuah organisasi
penyelenggara kesehatan lingkungan di Kota Serang. Kedua, peneliti mencocokkan
peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi suatu organisasi
tertentu dengan kekuatan dan kelemahan internalnya dalam Matriks SWOT (dikenal
juga dengan TOWS), untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif strategis.
Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat
dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan serta data atau hasil dokumentasi
lainnya. Kata-kata dan tindakan informan merupakan sumber utama penelitian.
92
Sumber data dari informan dicatat dengan menggunakan alat tulis dan direkam
melalui handphone yang peneliti gunakan dalam penelitian. Sumber data sekunder
yang didapatkan peneliti berupa dokumentasi seperti dokumen-dokumen Rencana
Strategi Dinas Kesehatan kota Serang Tahun 2014-2018, Profil Kesehatan Kota
Serang merupakan data mentah yang harus diolah dan dianalisis kembali untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya berupa foto-foto
lapangan dimana foto-foto terebut merupakan foto kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi dilakukan reduksi data untuk mendapatkan tema dan
polanya serta diberi kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban
yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta
dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun jawaban penelitian, untuk mempermudah
peneliti dalam melakukan reduksi data, peneliti memberikan kode pada aspek
tertentu, yaitu :
a. Kode Q menunjukkan daftar pertanyaan.
b. Kode , , , , dan seterusnya menunjukkan daftar urutan pertanyaan.
c. Kode I menunjukkan informan.
d. Kode , , , , , menunjukkan daftar urutan informan dari
kategori Instansi yaitu terdiri dari Dinas Kesehatan Kota Serang.
93
e. Kode , , menunjukkan daftar urutan informan kategori pihak lain
yang terkait kesehatan lingkungan.
f. Kode , menunjukkan daftar urutan informan kategori masyarakat yaitu
dari Kader Kesehatan Lingkungan, ketua RW/Tokoh Masyarakat dan masyarakat
umum.
g. Kode P menunjukkan Peneliti.
Setelah pembuatan koding pada tahap reduksi data, langkah selanjutnya
adalah penyajian data, dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk
dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data
penelitian. Data-data tersebut kemudian dipilih-pilih dan disisikan untuk disortir
menurut kelompoknya dan disusun sesusai dengan kategori yang sejenis untuk
ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-
kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. Selanjutnya dengan
triangulasi yaitu proses check dan recheck antara sumber data dengan sumber data
lainnya. Setelah semua proses analisis data telah dilakukan peneliti dapat melakukan
penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir dapat diambil ketika peneliti telah merasa
bahwa data peneliti sudah jenuh.
4.2.2 Data Informan
Pada penelitian ini, mengenai strategi Dinas Kesehatan dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang Adapun informan-informan
94
yang peneliti tentukan, merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Informan dalam penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak) baik
pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator, pelaksana
penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang, serta pihak lainnya yang
memahami terhadap permasalahan kesehatan lingkungan di Kota Serang yang
dijadikan informan dalam penelitian ini adalah Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan
Dinas Kesehatan Kota Serang, Staff Kesehatan Lingkungnan, Sanitarian UPT
PUSKESMAS. Stakeholders yang terkait dalam penelitian ini sebagai informan
adalah Badan Lingkungan Hidup Daerah, Camat dan Pengurus Forum Kota Serang
Sehat. Masyarakat yang menjadi informan adalah Kader Kesehatan Lingkungan,
Ketua RW/Tokoh Masyarakat. Adapun informan-informan pada penelitian ini dapat
dilihat pada tebel berikut ini.
95
Tabel 4.5
Informan Penelitian
No Informan Status Informan (SI) Jenis Kelamin Usia
Kode
Informan
(I)
1 Yetty Hermans, SKM,
M.Si
Kasi Kesling (Kesehatan
Lingkungan) Dinas
Kesehatan
Perempuan 42
2 R. Bambang Tri
Wibowo, SKM
Staff Kesling (Kesehatan
Lingkungan)
Laki-laki 37
3 Darusmini Staff Kesling (Kesehatan
Lingkungan)
Perempuan 45
4 Arif Rahman Staff Kesling (Kesehatan
Lingkungan)
Laki-laki 32
5 Diyah Ayu Affiam, SKM Sanitarian UPT
PUSKESMAS Curug
Perempuan 35
6 Dian Oktaviana, SKM Sanitarian UPT
PUSKESMAS Serang
Kota
Laki-laki 40
7 Hendra Yoga P Kesubid Media
Lingkungan Hidup
Laki-laki 45
8 H. Iwan Darmawan,
S.Sos
Camat Curug Laki-laki 48
9 Dr. Rahmi winangsih,
M.Si
Wakil Sekretaris Forum
Kota Serang Sehat/
Dosen FISIP Untirta
Laki-laki 47
10 Fahruroji Wiraswasta/Tokoh
Masyarakat
Laki-laki 54
11 Mafudoh Kader Kesling/Posyandu Peremuan 43
(Sumber, Peneliti 2015)
4.3 Temuan Lapangan
96
Data lapangan dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti
dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti
gunkaan yaitu analisis SWOT. Dimana dalam analisis SWOT dapat menentukan
strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan,
Analisis SWOT membantu memilih strategi alternatif untuk meningkatkan derajat
kesehatan lingkungan di Kota Serang.
4.3.1 Strengths (kekuatan)
Stengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek,
atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi yaitu hal-hal positif yang menjadi kekuatan dalam
mencapai tujuan. Strengths bersifat internal bukan hal-hal yang datang dari luar,
strengths biasanya berisi manfaat organisasi, anggaran organisasi, Sumber Daya
Manusia (SDM), kemampuan teknologi. Tujuan dari penilaian kekuatan dalam
organisasi ialah untuk melihat keunggulan dari suatu organisasi agar dapat
mengurangi kelemahan dan menutupi ancaman agar dapat mencapai tujuan organisasi
tersebut. Kesehatan lingkungan merupakan aspek yang sangat penting dalam
kehidupan, Karena kesehatan lingkungan sangat mempengaruhi bagi
keberlangsungan hidup manusia yang menempatinya. Kesehatan lingkungan
memiliki peran yang sangat penting maka dari itu kesehatan lingkungan tentunya
harus menjadi perhatian khusus agar terwujudnya kondisi kesehatan lingkungan yang
optimal. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
97
“Kesehatan lingkungan itu yah sangat penting, karena lingkungan
mempengaruhi kesehatan mayarakat. Jadi jika kesehatan lingkungannya
baik maka kesehatan masyrakatnya pun akan baik dan sebaliknya apabila
disuatu tempat kondisi kesehatan lingkungannya masih rendah
katakanalah maka kesehatan masyarakatnya pun akan rendah pula”.
(wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal 24
November pukul 09.30)
Seperti yang disampaikan yang menyatakan bahwa kesehatan lingkungan
itu sangat penting, karena lingkungan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Ketika
lingkungan sehat maka maka masyarakat akan sehat dan akan lebih produktif dalam
bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari. seperti yang disampaikan oleh
sebagai berikut :
“Kesehatan lingkungan itu sangat penting sekali, setidaknya jika
lingkungan kita sehat maka masyarakat akan sehat dan lebih produktif
dalam bekerja dan melakukan apa saja, melakukan aktivitas sehari-hari’.
(wawancara, di Kampus Untirta, tanggal 03 Desember pukul 13.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa begitu pentingnya
kesehatan lingkungan dalam kehidupan kita karena memang suatu hal yang tidak
terpisahkan dari kehidupan kita segala aspek akan dipengaruhi oleh lingkungan.
berbagai upaya terus dilakukan untuk terwujudnya kesehatan lingkungan yang
optimal di Kota Serang. Dalam hal ini, Dinas Kesehatan selaku SKPD yang
membidangi urusan kesehatan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan yang mana tugas tersebut dilimpahkan kepada
Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Serang. Adapun upaya-upaya
yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Serang antara lain seperti yang disampaikan
oleh sebagai berikut :
98
“Dalam penyelenggraan kesehatan lingkungan Dinkes lebih mengarah
pada pemicuan yang mana fokus utamanya adalah mengubah perilaku
masyarakat yang sadar akan lingkungan sehingga meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota
Serang, tanggal 24 November pukul 09.30)
Seperti yang disampaikan yang menyatakan bahwa tugas Dinas
Kesehatan Kota Serang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan lebih
mengarah pada pemicuan untuk mendorong masyarakat untuk sadar dan peduli
terhadap kesehatan lingungan. seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
Kita berupaya menyadarkan kesadaran masyarakat dalam kesehatan
lingkungan kita bentuk dan agar melahirkan rasa kesadaran sehingga
masyarakat secara mandiri peduli dengan kesehatan lingkungan.
Prinsipnya kita melakukan ini bukan menggurui masyarakat dan mereka
tidak merasa di gurui. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota
Serang, tanggal 26 November pukul 15.00)
Berdasarkan pernyataan bahwa pemicuan yang dilakukan oleh Seksi
Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Serang bertujuan untuk membentuk
kesadaran masyarakat agar peduli dengan kesehatan lingkungannya serta membentuk
kemandirian masyarakat untuk menjaga lingkungannya karena partisipasi
masyarakatlah yang menjadi objek perubahan dari kesadaran menjadi tindakan atau
perilaku.
Permasalahan kesehatan lingkungan menjadi isu strategis yang sedang
menjadi topik hangat baik lingkup nasional maupun internasional. Mengingat masih
sangat rendahnya kondisi kesehatan lingkungan di banyak negara. Di Indonesia
Pemerintah Pusat melalui Kementrian Kesehatan yang membidangi persoalan
kesehatan terus melakukan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan lingkungan
99
dan implemntasi komitmen Pemerintah dalam Millennium Development Goals
(MDGs) untuk memperbaiki dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu upaya yaitu Menteri Kesehatan mengelurkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Strategi nasional ini
merupakan bentuk upaya pemerintah dalam mengatasi persoalan kesehatan
lingkungan. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) menjadi pedoman dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan mengingat masih banyak daerah-daerah yang
masih sangat buruk kesehatan lingkungannya. Maka Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan kekuatan yang dimiliki
Dinas Kesehatan sebagai landasan bagi Dinas Kesehatan Kota Serang dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan.
“Kita memiliki dasar dalam melakukan program-program kesehatan
lingkungan salah satunya yaitu keputusan menteri kesehatan tentang STBM.
Jadi itu dasarnya sudah jelas dari pusat. Kita di daerah mengacu pada aturan
itu”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal 24
November pukul 09.30)
Berdasarkan hasil wawancara dengan , menerangkan bahwa Keputusan
Menteri Kesehatan tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
merupakan landasan Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan.
Landasan tersebut menjadi dasar kekuatan yang dimiliki Dinas Kesehatan Kota
100
Serang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan. Pernyataan selanjutnya juga
disampaikan , sebagai berikut :
“Dinas Kesehatan dalam penyelenggraan kesehatan lingkungan mengacu
pada aturan dari mentri kesehatan salah satu strategi atau programnya yaitu
STBM (Sanitasi Totaal Berbasis Masyarakat) yang mana STBM ini menjadi
acuan bagi kami dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan. STBM ini
merupakan pendekatan yang untuk merubah perilaku hidup sehaat dan bersih
masyarakat dengan memberdayakan masyarakat itu sendiri dengan metode
pemicuan”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal
26 November pukul 15.00)
Berdasarkan pernyataan , menerangkan bahwa dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kota Serang mengacu pada Strategi Nasional
yaitu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang merupakan strategi nasional
untuk memperbaiki dan meningkatkan derajat kesehatan lingkungan.
Kota Serang merupakan salah satu daerah dengan kondisi kesehatan
lingkungan yang masih rendah. Pada Profil Kesehatan Kota Serang Tahun 2012
mencatat tingkat PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di kota Serang hanya
mencapai 37%. Selain itu pula rumah sehat di kota serang masih rendah, tinggkat
kepemilikan sanitasi dasar seperti jamban, SPAL dan tempat sampah juga masih
cukup rendah. Sehingga membutuhkan penanganan yang serius untuk mengatasi
permasalahan ini dan membutuhkan peran serta dari semua stakeholders untuk
memecahkan permasalahan ini. Kebijakan Pemerintah Kota Serang saat ini
menjadi kekuatan untuk memperbaiki kesehatan lingkungan di Kota Serang. Seperti
yang disampaikan oleh sebagai berikut :
101
“Kebijakan pemerintah kayaknya sih sudah mulai melirik kita. Karena di
BAPPEDA sudah mengetahui mengenai masih buruknya kondisi kesling
di Kota Serang. Kalo dulu masih dipandang sebelah mata. Tapi sekarang
sudah melirik dan semoga besok-besok kita di pelototin. Artinya kita
diberi perhatian khusus mengingat kondisi kesling di Kota Serang masih
sangat kurang. Bukan permasalahan duit. Tapi program apapun bisa di
dukung. Pa walikota sudah mulai melirik itu juga atas bantuan pa
kosasih yang dulunya kepala DINKES sekarang menjadi ASDA dan baru
kali itu kepala DINKES yang memperhatikan kesling. Awalnya kita
kesulitan anggaran ketika tahun 2009 anggaran kita cuma sekitar 80
juta. Sekarang 400 juta. Karena memang kesling dianggap siapa si lo?
Ngapain aja kerjanya? Karena memang merubah orang dari perilaku
yang tidak baik menjadi baik ga seperti orang sakit pergi ke dokter yang
di kasih obat sembuh. Kalo kesling yah pasti tidak secepat dan
manfaatnya tidak secara langsung”. (wawancara, di Kantor Dinas
Kesehatan Kota Serang, tanggal 26 November pukul 15.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan , menerangkan bahwa kebijakan
Pemerintah Kota Serang untuk saat ini sudah mulai melirik dalam artian Pemerintah
Kota Serang sudah mulai memberikan perhatian terhadap kesehatan lingkungan
dibandingkan sebelumnya. Hal tersebut menjadi angin segar karena memang
sebelumnya kesehatan lingkungan dipandang sebelah mata. Hal tersebut bisa terjadi
mungkin atas masukan-masukan yang disampaikan oleh Asisten Daerah yang
sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kota Serang yang dianggap
peduli terhadap kesehatan lingkungan. Bentuk dukungannya bisa dilihat dari alokasi
anggaran untuk kesehatan lingkungan mengalami peningkatan tiap tahunnya yang
sebelumnya pada tahun 2009 anggaran untuk program kesehatan lingkungan sebesar
Rp. 80.000.000 dan saat ini anggaran yang diberikan mencapai Rp. 400.000.000
walaupun belum cukup memang namun setidaknya mengalami peningkatan. Selain
itu juga BAPPEDA sudah mengetahui data dan fakta mengenai kesehatan lingkungan
102
di Kota Serang seperti apa. Sehingga harapannya kedepan secara bertahap Pemerintah
Kota Serang dengan kebijakannya untuk memberikan dukungan secara penuh
terhadap kesehatan lingkungan dan dianggap penting. Pernyataan selanjutnya juga
disampaikan , sebagai berikut :
“Sejak tahun 2013 kebijakan pemerintah Kota Serang sudah mulai
melirik dan mendukung program-program kesehatan lingkungan.
Walikota sudah mengetahui kondisi kesehatan lingkungan dan pada acara
kemarin deklarasi stop BABS (buang air besar sembarangan) di
Kecamatan Serang walikota berkomitmen untuk memperhatikan
kesehatan lingkungan”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota
Serang, tanggal 01 Desember pukul 10.00)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh , menerangkan bahwa
Pemerintah Kota Serang sejak tahun 2013 sudah mulai memberikan perhatian
terhadap kesehatan lingkungan dan memberikan dukungan. Pada saat acara Deklarasi
Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang dilakukan oleh 4 (empat)
kelurahan di Kecamatan Serang yaitu Kelurahan Serang, Kelurahan Lontar Baru,
Kelurahan Lopang dan Kelurahan Sumur Pecung pada tanggal 11 November 2015
peneliti yang pada saat itu ada di lokasi kegiatan juga mendengarkan sambutan
Walikota Serang dan dalam sambutannya Walikota Serang memiliki komitmen untuk
memperhatikan kesehatan lingkungan dan akan memberikan perhatian khusus dan
salah satu bentuk perhatian Pemerintah Kota Serang ialah dengan adanya Forum Kota
Serang Sehat. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :.
“Dengan adanya Forum Kota Serang Sehat (FKSS) merupkan salah satu
bentuk perhatian pemerintah sudah ada. satu langkah lebih baik. Cuma
pemerintah harus lebih konsen dan komitmen terhadap terwujudnya kota
sehat ini harus menjadi acuan SKPD untuk bekerjasama dalam mengatasi
103
permasalahan kesehatan lingkungan ini”. (wawancara, di Kampus
Untirta, tanggal 03 Desember pukul 13.00)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh , menerangkan bahwa
perhatian pemerintah dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan saat ini sudah ada
salah satunya dengan pembentukan Forum Kota Serang Sehat (FKSS) ini
menunjukan dukungan pemerintah yang diharapkan menjadi wadah dan memberikan
kontribusi untuk turut terlibat dalam memperbaiki kesehatan lingkungan di Kota
Serang. Akan tetapi perlu komitmen dari semua pihak agar terjalin kerjasama dengan
optimal.
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang amat penting dalam
suatu organisasi. Kualitas sumber daya manusia menjadi salah satu kekuatan untuk
tercapainya suatu tujuan organisasi. Berkaitan dengan penyelenggaraan kesehatan
lingkungan. Tenaga kesehatan lingkungan atau sanitarian diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
Tenaga Sanitarian. Sehingga sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas
Kesehatan Seksi Kesehatan Lingkungan merupakan para professional yang mengerti
tentang mengenai kesehatan lingkungan karena para pegawai atau sanitarian memiliki
pendidikan yang mempuni tentang kesehatan lingkungan. Seperti yang disampaikan
adalah sebagai berikut :
“Untuk pegawai di Seksi Kesihatan Lingungan, alhamdulilah untuk
sekarang semua berlatar belakang pendidikan yang sesuai dengan
tugasnya. Ada pendidikan khusus mengenai kesehatan lingkungan. Dari
mulai struktural, JFU (jabatan fungsional umum), serta para sanitarian
104
mereka memiliki pendidikan yang mempuni, baik D3 kesehatan
lingkungan bahkan skrang sudah banyak yang S1, ibu juga berasal dari
SKM. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal 24
November pukul 09.30)
Seperti yang disampaikan oleh yang menyatakan bahwa kualitas
pegawai atau SDM yang dimiliki oleh Seksi Kesihatan Lingungan sudah sangat baik
karena mereka dari latar belakang pendidikan kesehatan lingkungan yang khusus
untuk tenaga kesehatan lingkungan atau sanitarian ini. Mengenai tenaga kesehatan
lingkungan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian. Selain itu untuk
meningkatkan kualitas para pegawai perlu dilakukan pelatihan-pelatihan. Seperti
yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Kita selalu ada pelatihan mengenai alat sanitasi, kita ulang lagi kita
refresh takut lupa, terus pelatihan klinik sanitasi, STBM, air kadang-
kadang juga Provinsi ngadain kita ngirim, biasanya kalo pelatihan
diadakan oleh Provinsi terus kita bikin program pelatihan untuk pegawai
supaya berbagi pengetahuan”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan
Kota Serang, tanggal 26 November pukul 15.00)
Pernyataan serupa disampaikan oleh :
“Untuk SDM di Kesling yah sudah memadai. Karena basicnya dari
pendidikan kesling jadi pasti tau tugas dan perannya”. (wawancara, di
Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal 24 November pukul 09.30)
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh bahwa pelatihan
dilakukan sebagai upaya penguatan untuk meningkatkan kualitas pegawai atau SDM
kesehatan lingkungan dalam melakukan tugas dan fungsinya serta saling belajar
105
ketika ada kebijakan atau pengetahuan-pengetahuan yang terbaru sehingga
memfasilitasi untuk saling belajar.
Dari data lapangan yang telah dijelaskan di atas peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa yang menjadi faktor kekuatan (strengths) Dinas Kesehatan Kota
Serang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan diantaranya adalah adanya
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852 Tahun 2008 Tentang
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang mendorong
Pemerintah Daerah untuk mewujudkan kesehatan lingkungan yang optimal.
Kebijakan Pemerintah Kota Serang saat ini sudah berorientasi dan mendukung pada
kesehatan lingkungan dilihat dari misi Kota Serang dalam bidang kesehatan yaitu
pembangunan dan peningkatan kualitas kesehatan menunjukan komitmennya untuk
meningkatkan pembangunan dalam bidang kesehatan dan dalam program unggulan
Pemerintah Kota Serang pada RPJMD 2014-2018 memilik program pemerataan
akses dan layanan mutu kesehatan, penataan lingkungan terpadu, kawasan kumuh dan
kantong kemiskinan serta menuju Kota Serang Sehat. Selain itu tenaga kesehatan
lingkungan atau sanitarian memiliki kualitas yang baik dan profesional karena
berlatar belakang dari pendidikan kesehatan lingkungan.
4.3.2 Weaknesses (Kelemahan)
Kelemahan merupakan kondisi kekurangan yang terdapat didalam organisasi.
Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi.
Kelemahan Dinas Kesehatan khususnya Seksi Kesehatan Lingkungan dilihat dari
106
kekurangan yang ada dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang
yang dapat menghambat penyelenggaraan kesehatan lingkungan.
Sumber daya manusia merupakan faktor yang penting untuk menjalankan
fungsi organisasi agar tercapainya tujuan organisasi. Tugas dan tanggung jawab
untuk menjalankan organisasi tentunya harus proporsional dalam artian harus sesuai
antara tugas yang dijalankan dengan jumlah SDM yang dibutuhkan untuk
tercapaianya tujuan tersebut. Namun perlu diketahui bahwa SDM yang dimiliki
Dinas Kesehatan Kota Serang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan masih
sangat terbatas dalam artian belum proporsional karena jumlah SDM yang dimiliki
masih sangat kurang. Hal tersebut merupakan kelemahan yang menjadi hambatan
Dinas Kesehatan Kota Serang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan. Seperti
yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Dari segi kuantitas kami masih sangat kekurangan karena untuk
menangani permasalahan kesling yang sangat kompleks kesling hanya
memiliki 6 orang termasuk ibu serta dibantu 11 sanitarian yang bertugas
di wilayah kerja puskesmasnya. Kita masih sangat kurang SDM, idealnya
untuk 1 sanitarian menangani 1 kelurahan. Namun di Kota Serang dengan
jumlah 66 kelurahan hanya memiliki 11 sanitarian dan kami pun termasuk
sanitarian jadi jumlahnya 17 orang. Di Seksi Kesehatan Lingkungan pun
kita ber 6. Kita bekerja kebanyakan di lapangan selalu membuat laporan
untuk evaluasi dan lain sebagianya. Terus banyak pertemuan pelatihan
atau rapat dan lainnya hari ini saja kita 3 orang dibagi-bagi untuk menghadiri kegiatan. Tapi prinsipnya kita berdayakan yang ada saat ini
kita saling membantu kerja keroyokan. Kewenangan penambahan itu dari
pihak terkait berkaitan pada formasi mungkin kaitannya juga dengan
anggaran dan lain.”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota
Serang, tanggal 24 November pukul 09.30)
107
Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa SDM yang dimiliki untuk
menangani permasalahan kesehatan lingkungan di Kota Serang jumlahnya sedikit
dan belum proporsional. Jika mengacu pada prinsip yang proporsional untuk
mengatasi permasalahan kesehatan lingkungan di Kota Serang membutuhkan 66
tenaga kesehatan lingkungan atau sanitarian karena idealnya 1 kelurahan 1 sanitarian
agar lebih fokus dan program-program bisa berjalan dengan baik. Namun pada
realitanya selain jumlah sanitarian yang sedikit. Para sanitarian tersebut tidak sedikit
yang diberikan tugas lain di PUSKESMAS karena memang tenaga kesahatan lainpun
terbatas. Selanjutnya pendapat yang disampaikan dari adalah sebagai berikut :
“kita bekerja sesuai tupoksi ditempatkan di kesling walaupun di
puskesmas terkadang kita merangkap berbagai bidang pekerjaan ada yang
jadi promkes (promosi kesehatan) ada yang jadi surveler ada yang macem-
macem lah, bendahara pun terkadang ada karena di puskesmas terkadang
kekurangan orang juga jadi harus serba bisa.” (wawancara di UPT
PUSKESMAS Curug, tanggal 26 November 2015 pukul 10.00 WIB)
Berdasarkan pernyataan oleh yang menyatakan bahwa selain
menjalankan tugasnya sebagai sanitarian di wilayah kerja puskesmanya ternyata
banyak juga sanitarian dibeberapa puskesmas di Kota Serang yang memiliki tugas
tambahan yang diberikan oleh puskesmas untuk membantu pelayanan seperti
diantaranya sanitarian menjabat bendahara atau mengerjakan tugas lainnya seperti
surveler, promkes dan tugas-tugas lainnya karena tenaga kesehatan yang ada di
puskesmas ternyata masih kurang sehingga untuk terselenggaranya pelayanan secara
optimal harus memaksimalkan SDM yang ada di puskesmas tersebut. Hal itu menjadi
108
salah satu hambatan bagi sanitarian dalam menjalankan tugasnya karena dirasa berat
tugas dan tanggung jawabnya. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Sanitarian kita sedikit, namun pada kenyataannya sanitarian di
Puskesmas diberikan tugas lain seperti promkes dan tugas lain karena
kurangnya tenaga kesehatan di puskesmas. Itu mungkin menjadi salah
satu kenapa banyak yang pindah karena dari kesling sendiri sudah berat
tugasnya”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal
26 November pukul 15.00)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh bahwa sanitarian bekerja
tidak hanya sesuai tugas pokok dan fungsinya saja melainakan sanitarian
mengerjakan tugas lain yang diberikan di puskesmas wilayah sanitarian bekerja
karena tenaga kesehatan yang dimiliki puskesmas masih kurang jadi untuk
terselenggaranya pelayanan maka memberdayakan tenaga kesehatan yang ada di
puskesmas dengan memaksimalkan tugas yang diberikan walaupun dianggap berat
tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu juga ternyata dengan jumlah SDM yang
sangat minim dan pekerjaan yang cukup banyak memotivasi SDM mengajukan
pindah dan jelas menghambat dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota
Serang. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Eksodus juga menjadi hambatan karena mereka pindah di kabupaten
atau kota lain atau pindah SKPD lain dan kita ga bisa bisa nahan-nahan.
Karena memang mungkin tugas atau kerjanya berat. Walaupun sudah
kota tapi kita masih ngurusin masalah jamban, sampah dan sanitasi dasar
lainnya kota itu seharusnya sudah masuk ke pengelolaan makanan, hotel,
tempat-tempat umum”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota
Serang, tanggal 26 November pukul 15.00)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh yang menyatakan bahwa
untuk mengajukan pindah tempat tugas baik pindah SKPD maupun pindah ke daerah
109
lain adalah hal yang wajar. Pekerjaan seorang sanitarian di Kota Serang terbilang
masih cukup berat karena walaupun sudah menjadi kota namun perilaku
masyarakatnya masih sangat rendah dalam menjaga kesehatan lingkungan. Tugas
sanitarian masih mengurusi hal-hal yang mendasar seperti sanitasi dasar. Seharusnya
untuk daerah kota sudah mengurusi hal yang lainnya.
Belum optimalnya anggaran yang dialokasikan untuk penyelenggaraan
kesehatan lingkungan di Kota Serang. Selain SDM, Faktor lain yang sangat penting
dalam organisasi ialah anggaran. Anggaran dibutuhkan untuk menjalankan organisasi
sehingga tercapai tujuan organisasi tersebut. Jika dalam organisasi keterbatasan
anggaran maka akan menjadi hambatan dalam mecapai tujuan organisasi tersebut.
Dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan ternyata anggaran yang dialokasikan untuk penyelenggaraan
kesehatan masih sangat minim. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Mengenai anggaran, saya rasa masih dapat dikatakan belum optimal
karena anggaran untuk kesling sendiri masih kurang. Namun pada
prinsipnya dengan berapapun anggaran kesling selalu mengoptimalkan
program-program tentunya dengan menggunakan prioritas dalam
mengunkan anggaran”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota
Serang, tanggal 24 November pukul 09.30)
Berdasarkan hasil wawancara dengan yang menyatakan bahwa anggaran
untuk penyelenggaraan kesehatan lingkungan masih belum optimal. Karena dengan
kondisi kesehatan lingkungan yang masih rendah di Kota Serang perlu adanya
perhatian dan penangan khusus agar program yang dilakukan berjalan dengan baik.
Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
110
“Sebenarnya masih kurang, karena masih ada bebrapa program yang
tidak terlaksana, sebenarnya tiap tahun kita mengalami kenaikan
anggaran untuk program saat ini sekitar 400 juta per tahun. Namun
masih dirasa belum maksimal. Awalnya kita kesulitan anggaran ketika
tahun 2009 anggaran kita cuma sekitar 80 juta”. (wawancara, di Kantor
Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal 26 November pukul 15.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan yang menyatakan bahwa anggaran
untuk penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang masih kurang.
walaupun tiap tahunnya anggaran yang di alokasikan untuk kesehatan lingkungan
mengalami kenaikan. Pada tahun 2015 anggaran yang diberikan untuk program
kesehatan lingkungan mencapai Rp. 400.000.000. Anggaran tersebut dirasa belum
optimal untuk menunjang dalam membangun kesehatan lingkungan di Kota Serang
yang masih buruk. Pada awal-awal anggaran yang diberikan sangat minim sehingga
hal tersebut menjadi hambatan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota
Serang. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Anggaranpun kurang mendukung menurut saya. Anggaran untuk
orientasi kesehatan lingkungan masih sangat minim. Seharusnya idealnya
seperti anggaran pendidikan 20%. Namun realitanya kesehatan
lingkungan paling sekitar belum nyampe kali 5% gitu. Belum orientasi
pada kesehatan lingkungan”. (wawancara, di Kampus Untirta, tanggal 03
Desember pukul 13.00)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh yang menyatakan bahwa
anggaran yang dialokasikan untuk penyelenggaraan kesehatan lingkungan masih
sangat kurang dan pemerintah belum berorientasi untuk perbaikan kesehatan
lingkungan. Menurutnya seharusnya anggaran yang dialokasikan untuk
penyelenggaraan kesehatan lingkungan harus diberikan perhatian khusus dari
111
pemerintah mengingat saat ini kondisi kesehatan lingkungan di Kota Serang masih
membutuhkan penanganan khusus.
Belum terpenuhinya sarana dan prasarana yang mendukung dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang seperti kendaraan oprasional
dan komputer menjadi suatu hambatan dalam penyelenggaraan di Kota Serang.
Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Sarana prasarana yah. Untuk sarana dan prasarana ada perkantoran
dan prasarana di lapangan. Untuk sarpras kantor kita masih kekurangan
computer/ laptop karena terkadang kita harus bergantian dalam
mengerjakan laporan sedangan tugas kita banyak di lapangan sedangkan
setiap saat harus membuat laporan triwulan atau laporan lain yang di
butuhkan oleh instansi lain sewaktu-waktu termasuk seperti penelitian ade
ini. Selain itu kamera kita hanya punya 1 sedangkan kita sering
melakukan kegiatan diwaktu yang sama namun tempat yang berbeda.
Motor dinas pun hanya ada 2 butuh mobil kesling untuk menunjang
kegiatan dilapangan. Pengajuan sering dilakukan namun belum di acc
sampai saat ini.Untuk sarpras di lapangan kita juga masih kekurangan
karena para sanitarian ini belum di bekali motor dinas. Namun untuk
logistik seperti famplet, spanduk atau perlengkapan selalu kita cetak. Kita
juga ingin ada mobil kesling untuk memudahkan kita dalam melakukan
kegiatan seperti inspeksi-inspeksi”. (wawancara, di Kantor Dinas
Kesehatan Kota Serang, tanggal 24 November pukul 09.30)
Berdasarkan hasil wawancara dengan yang menyatakan bahwa sarana
dan prasarana yang dimiliki Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Serang untuk menunjang kegiatan masih terbatas seperti laptop dan kendaraan
oprasional untuk para sanitarian karena mereka bekerja lebih banyak di lapangan agar
bergerak lebih cepat. Namun pengadaan sarana dan prasarana yang dilakukan Dinas
Kesehatan Kota Serang masih belum maksimal karena mengingat anggaran yang
terbatas. Pernyataan sama di samapaikan oleh sebagai berikut :
“Sarana dan prasarana belum lah belum mencukupi. Motor oprasional
untuk para sanitarian karena mereka bekerja kebanyakan di luar kantor.
Mobil oprasional kesling juga peru agar bergeraknya lebih cepat untuk
112
inspeksi atau kegiatan lainnya di lapangan. Untuk alat dan logistik seperti
sanitarian kit, media untuk sosialisasi lain sih saya rasa cukup untuk
bekal teman-teman sanitarian”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan
Kota Serang, tanggal 01 Desember pukul 09.00)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh yang menyatakan bahwa
masih kurangnya sarana untuk menunjang kegiatan seperti laptop dan kendaraan
oprasional. Namun untuk logistik seperti alat atau media untuk yang lain sudah
cukup.
Penyelenggaraan kesehatan lingkungan dirasa sangat perlu untuk menerapkan
media sosialisasi secara kekinian guna melakukan sosialisasi yang lebih luas kepada
masyarakat. Tidak adanya media sosialisasi pada media massa seperti via website
resmi yang dikelola oleh Dinas Kesehatan menjadi kelemahan untuk
mensosialisasikan tentang kesehatan lingkungan di Kota Serang. Seperti yang
disampaikan oleh sebagai berikut :
“kami sudah merencanakan akan dikembangkan SIMKESLING (sistem
informasi manajeman kesehatan lingkungan) yang mana harapannya
akan menjadi media informasi yang memberikan informasi serta
menerima masukan atau laporan terkait kesling”. (wawancara, di Kantor
Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal 24 November pukul 09.30)
Pernyataan sama di samapaikan oleh sebagai berikut :
“Untuk web khusus belum ada, mungkin nanti akan kita kembangkan
SIMKESLING”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang,
tanggal 26 November pukul 15.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan dan yang menerangkan
bahwa dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kota Serang
belum mengunakan media elektonik seperti website. Pada penjelasannya pula
113
menerangkan bahwa akan mengembangkan SIMKESLING (sistem informasi
manajeman kesehatan lingkungan) sebagai media sosialisasi agar berjalan efektif.
Sering terjadinya rotasi jabatan menjadi suatu hambatan karena dinamika
kerja akan mengalami perubahan karena perlu beradaptasi. Di dalam pemerintahan
seperti PNS (Pegawai Negeri Sipil) atau yang sekarang dikenal dengan sebutan ASN
(Aparatur Sipil Negara) terjadinya rotasi jabatan hal yang biasa dan wajar terjadi.
Baik karena jenjang karir maupun karena faktor politis karena kewenangan kepala
daerah. Rotasi jabatan akan menjadi hambatan apabila tidak sesuai dengan
kompetensinya. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
"Rotasi jabatan menjadi hambatan jelas, kita hampir setahun sekali
kasinya ganti, masalah kita itu juga. Jadi kadang-kadang meninggalkan
pekerjaan berat untuk kasi yang baru. Kadang-kadang yang baru tidak
mengerti, ancaman banget karena kadang tidak mau belajar. Kalo bu yeti
kasi yang sekarang mending. Beliau dari latar belakang pendidikan atau
backgroundnya kesling. Biasanya ada yang mau belajar ada yang tidak
belajar bahkan ada yang bukan dari kesling pernah menjabat kasi
kesling”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal
26 November pukul 15.00
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh yang menerangkan
bahwa rotasi jabatan sering terjadi khususnya pada jabatan Kepala Seksi. Rotasi
jabatan pasti memiliki pengaruh baik itu pengaruh yang positif maupun negatif
karena ada perpindahan pekerjaan dan tanggung jawab. Kadang rotasi jabatan
tersebut menjadi ancaman ketika orang tersebut sulit untuk beradaptasi dan tidak mau
untuk belajar sehingga pekerjaan akan terhambat karena peran dari leader untuk
114
mengarahkan bawahannya tidak optimal hal itu yang akan menghambat dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan
Dari data lapangan yang telah dijelaskan di atas peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa yang menjadi faktor kelemahan (weaknesses) Dinas Kesehatan
Kota Serang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan diantaranya adalah masih
sangat kurang tenaga kesehatan atau sanitarian di Kota Serang, para sanitarian ini
memiliki tugas lain yang diberikan puskesmas wilayah kerjanya, alokasi anggaran
dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan masih belum optimal, masih kurangnya
sarana dan prasarana yang menunjang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan,
penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang belum memanfaatkan media
elektonik dalam melakukan sosialisasi sehingga masih kurang masif serta rotasi
jabatan yang sering terjadi khususnya untuk jabatan Kepala Seksi sehingga
menghambat kinerja dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan.
4.3.3 Opportunities (Peluang)
Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa yang akan
datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi itu sendiri.
Mengatasi buruknya kesehatan lingkungan di Kota Serang perlu mengoptimalkan
segala peluang dan potensi yang ada guna memperbaiki atau meningkatkan sekaligus
menciptakan lingkungan yang sehat serta mengubah perilaku masyarakat agar
melakukan perilaku hidup sehat dan bersih agar terwujudnya kondisi Kota Serang
Sehat. Peluang atau potensi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesehatan
115
lingkungan dapat dilihat dari penataan potensi pengembangan wilayah Kota Serang
karena akan berpengaruh terhadap adanya perubahan secara nyata bagi masyarakat
sekitar dan akan menjadi sorotan pemerintah dan stakeholders. Potensi
pengembangan wilayah yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Serang Tahun 2014-2018 dan secara umum pengembangan
potensi wilayah di Kota Serang terdapat pada sejumlah kawasan yang memiliki nilai
strategis, sesuai dengan rencana tata ruang, yaitu:
a) Pengembangan potensi pariwisata di kawasan cagar budaya Banten Lama
b) Pengembangan potensi cagar alam di kawasan margasatwa Pulau Dua
c) Pengembangan potensi perumahan, perkantoran, wisata belanja, dan kawasan
sport center atau pusat perkotaan olahraga di kota satelit Curug dan
Kemanisan Curug
d) Pengembangan potensi perdagangan dan jasa serta pendidikan di koridor
kawasan cepat tumbuh Cipocok Jaya dan Curug
e) Pengembangan Water Front City di Kecamatan Kasemen
f) Pengembangan Kawasan Agropolitan di Taktakan
g) Pengembangan potensi kawasan Agrowisata buatan di Kecamatan Curug dan
Cipocok Jaya
Pengembangan potensi wilayah memiliki kaitan erat dengan kondisi
kesehatan lingkungan. Karena hakikatnya setiap pembangunan akan berdampak pada
perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Jika dibagi per Kecamatan Kota Serang
116
memiliki 6 (enam) kecamatan yang mana 2 (dua) Kecamatan diantaranya Kecamatan
Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya menjadi pusat perkotaan sehingga
pembangunan yang terjadi sangat pesat ditandai dengan pesatnya pembangunan
perumahan, pusat perbelanjaan dan pertokoan. Hal tersebut memberikan perubahan
pada lingkungan sekitar termasuk kebiasaan masyarakat. Karena berkembangnya
perumahan dan pertokoan mengakibatkan sempitnya lahan-lahan kosong sehingga
memaksa masyarakat untuk membuat jamban untuk BAB kemudian perubahan lain
ialah masuknya pendatang mempengaruhi kebiasaan masyarakat. Terjadi perbedaan
yang signifikan antara kecamatan yang menjadi pusat kota dengan kecamatan lain
seperti Kecamatan Kasemen, Kecamatan Taktakan, Kecamatan Curug dan
Kecamamatn Walantaka yang masih sangat minim perumahan dan pusat perbelanjaan
sehingga kesehataan yang masih buruk terjadi pada 4 (empat) Kecamatan tersebut.
Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Kondisi kesehatan lingkungan di Kota Serang masih kurang,
indikatornya rendahnya rumah sehat, kepemilikan jamban atau sanitasi
dasar lainnya. Kecamatan yang kondisi kesehatan lingkungannya sudah
baik yaitu Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya. Untuk
Kecamatan Kasemen, Curug, Walantaka dan Taktakan masih rendah.
Untuk Kecamatan Kasemen dalam katagori merah. Curug kuning,
Walantaka kuning, dan Taktakan kuning. warna merah merupakan tanda
di bawah atau masih sangat buruk, kuning itu sedang. Kalau hijau seperti Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya sudah baik. Hal itu
terbantu karena adanya perumahan-perumahan. Perumahan itu
menaikan cakupan. Menjadi pusat perkotaan sehingga berkembangnya
perumhan dan perdagangan dan itu mengubah kebiasaan masyarakat”.
(wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal 26
November pukul 15.00
117
Berdasarkan hasil wawancara dengan , pembangunan memiliki pengaruh
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan. Karena pembangunan akan memiliki
dampak pada lingkungan sekitar seperti yang telah dijelaskan di atas Kecamatan
Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya memiliki memiliki kondisi kesehatan
lingkungan yang baik dibandingkan dengan kecamatan yang lain karena ada
pengaruh dari Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya menjadi salah satu
pusat perkotaan sehingga perkembangnya pembangunan perumahan dan pusat
perbelanjaan yang membawa perubahan semakin berkurangnya lahan kosong
sehingga masyarakat tidak lagi dolbon atau BABS (Buang Air Besar Sembarangan),
tidak lagi membuang sampah sembarangan. Menjadi pusat perkotaan dan
perdagangan menjadikan 2 (dua) kecamatan tersebut menjadi sasaran pendatang dan
hal tersebut membawa dampak pada perubahan kebiasaan masyarakat. Sedangakan
kondisi kesehatan lingkungan di Kecamatan Kasemen, Kecamatan Taktakan,
Kecamatan Curug dan Kecamatan Walantaka masih rendah dipengaruhi oleh sangat
minim pengembangan wilayah yang belum optimal.
Penataan potensi pengembangan wilayah di Kota Serang sudah menjadi
perhatian pemerintah sehingga dalam pengembangan wilayah tersebut memberikan
diharapkan memberikan dampak positif untuk kemajuan Kota Serang dan
memperhatikan potensi yang ada sehingga pengembangan wilayah di Kota Serang
menjadi lebih optimal. Penataan potensi wilayah menjadi peluang untuk memperbaiki
kesehatan lingkungan di Kota Serang. Karena pengembangan wilayah tidak terfokus
118
di satu titik saja melainkan merata dan tertata dengan baik sesuai dengan potensi yang
ada. Hal tersebut diharapkan akan berdampak pada perubahan kebiasaan masyarakat
yang kurang baik menjadi baik serta meningkatnya kesehatan lingkungan di Kota
Serang.
Dinas Kesehatan Kota Serang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
bidang kesehatan termasuk dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan. Namun
peran Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan tidak
menyeluruh dalam artian Dinas Kesehatan bertugas untuk memeriksa kesehatan
lingkungan serta melakukan pemicuan atau mengubah kesadaran masyarakat agar
berperilaku sehat. seperti yang disampaikan adalah sebagai berikut :
”Dalam penyelenggraan kesehatan lingkungan DINKES lebih mengarah
pada pemicuan yang mana fokus utamanya adalah mengubah perilaku
masyarakat yang sadar akan lingkungan sehingga meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Untuk penanganan sarana dan lainnya menjadi
kewenangan SKPD yang terkait”. (wawancara, di Kantor Dinas
Kesehatan Kota Serang, tanggal 24 November pukul 09.30)
Pernyataan selanjutnya juga disampaikan , sebagai berikut :
“Fokus kita dari Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Serang yaitu pada pemicuan, salah satunya program STBM (Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat) yang secara nasional terus menerus di
deklarasikan. Kita berupaya menyadarkan kesadaran masyarakat dalam
kesehatan lingkungan kita bentuk dan agar melahirkan rasa kesadaran
sehingga masyarakat secara mandiri peduli dengan kesehatan
lingkungan. Prinsipnya kita melakukan ini bukan menggurui masyarakat
dan mereka tidak merasa di gurui. Dan kita melakukan pemeriksaan dan
pengawasan kesehatan lingkungan”. (wawancara, di Kantor Dinas
Kesehatan Kota Serang, tanggal 26 November pukul 15.00)
119
Berdasarkan hasil wawancara menyimpulkan bahwa tugas Dinas Kesehatan
Kota Serang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan yakni melakukan
pembinanan pada masyarakat, melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap
sanitasi dasar, air serta sanitasi tempat-tempat umum namun untuk program lain
seperti pengadaan sarana parasarana seperti tempat sampah, jamban atau MCK
umum, pemenuhan air bersih merupakan tugas dari SKPD lain.
Penyelenggaraan kesehatan lingkungan tentunya tidak sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Dinas Kesehatan. Karena banyak SKPD dan lembaga lain yang
terlibat atau memiliki tanggung jawab dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan
seperti diantaranya: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas
Tata Kota, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kecamatan dan Kelurahan, Forum Kota Serang
Sehat, LSM dan mahasiswa serta SKPD atau lembaga lainnya yang terkait.
Banyaknya SKPD yang terlibat menjadi sebuah peluang dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan di Kota Serang jika dioptimalkan dengan baik tentunya. Seperti
yang disampaikan oleh sebagai berikut :
“Sebenernya untuk menangani kesehatan lingkungan ini banyak pihak
yang terlibat dan menjalin kerjasama seperti BLH, Dinas PU, Dinas Tata Kota, Dindik, BAPPEDA, Disperindagkop, BPMPKB, PKK Forum Kota
Serang Sehat, HAKLI, Kecamatan, Kelurahan dan pihak pihak lainnya”.
(wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal 24
November pukul 09.30)
Pernyataan selanjutnya juga disampaikan , sebagai berikut :
120
“Peluang atau potensi di Kota Serang banyak sebenarnya dalam urusan
kesling ini. Dalam mengurusi kesling ini selain Dinas Kesehatan dinas
lain pun berkaitan seperti Dinas PU, BLHD, Tata Kota dan SKPD
lainnya. Jika hal ini di manfaatkan maka permasalahan kesehatan
lingkungan bisa segera teratasi. Selain itu LSM, NGO,perusahaan,
mahasiswa serta adanya Forum Kota Serang Sehat adalah potensi”.
(wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal 26
November pukul 15.00)
Berdasarkan hasil wawancara menyimpulkan bahwa sebenarnya peluang
untuk mewujudkan kesehatan lingkungan yang baik di Kota Serang sangat terbuka
karena sebenarnya banyak SKPD terkait yang memiliki tanggung jawab dalam
penyelenggaraan kesehatan lingungan seperti Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Dinas Tata Kota, Badan Lingkungan Hidup Daerah, Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koprasi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kecamatan dan Kelurahan. Selain itu banyak lembaga atau forum yang bisa
dilibatkan guna membantu penyelenggaraan kesehatan lingkungan seperti Forum
Kota Serang Sehat, LSM, Mahasiswa, Perusahaan, NGO, Kader Kesehatan, RT, RW
serta yang lainnya.
Dari data lapangan yang telah dijelaskan di atas peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa yang menjadi faktor peluang (opportunities) Dinas Kesehatan
Kota Serang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan diantaranya adalah Kota
Serang memiliki perancanaan tata ruang yang dalam pembangunan maka perlu di
dorong pembangunan potensi wilayah yang berwawasan lingkungan dan berdampak
pada perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat, dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan sebenarnya banyak SKPD yang terlibat diantaraanya Dinas
121
Kesehatan, Dinas Tata Ruang, Badan Lingkungan Hidup Daerah, Dinas Pekerjaan
Umum dan sebagianya, peluang juga bisa dimanfaatkan dari masyarakat itu sendiri
dengan cara memberdayakan dan juga banyak stakeholders yang bisa menjadi mitra
seperti komunitas sosial, NGO dan sebagain serta perusahaan, di era perkembangan
teknologi ini perlu memanfaatkan media elektonik untuk melakukan sosialisasi-
sosialisasi secara kreatif dan masif.
4.3.3 Threats (Ancaman)
Threats Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi itu sendiri. Kondisi yang terjadi merupakan ancaman dari
luar organisasi itu sendiri, misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi
lingkungan sekitar.
Dinas Kesehatan Kota Serang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan
juga memiliki hambatan yang disebabkan oleh faktor eksternal atau hambatan yang
berasal dari luar organisasi, sehingga akibatnya penyelenggaraan kesehatan
lingkungan di Kota Serang belum optimal. Salah satu hambatan tersebut adalah
masyarakat yang masih kurang peduli terhadap kesehatan lingkungan. Seperti yang
disampaikan yang menyatakan sebagai berikut :
“Masyarakat masih banyak yang belum memahami tentang kesehatan
lingkungan sehingga mereka kurangnya kesadaran dan kurang respek.
Selain itu faktor ekonomi juga menjadi ancaman karena masih banyak
masyarakat yang belum terpenuhinya kebutuhan tersebut. Dan yang
menjadi ancaman lainnya adalah tanah masih luas. Selama tanah masih
luas mereka akan buang sampah sembarangan, BAB sembarangan atau
122
dolbon dan limbah juga. Jadi menganggap belum menjadi kebutuhan
utama sanitasi dasar itu. Kalo tanah sudah tidak ada yang kosong pasti
akan sadar.Partisipasi dari masyarakat juga baik sih, ada masyarakat
yang peduli dan proaktif. Tidak semua masyarakat menjadi hambatan
karena mereka juga ada yang membatu kita juga. Seperti kader kesling
banyak peran yang mereka lakukan misalnya ada kejadian diare,
keracunan makanan dan sejenisnya mereka adalah ujung tombak yang
melaporkan kepada kami nanti kita follow up. Mereka bukan bawahan
kita tapi mereka adalah mitra kita secara sukarela”. (wawancara, di
Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal 24 November pukul 09.30)
Pernyataan selanjutnya juga disampaikan , sebagai berikut :
“Masyarakat menjadi kendala, ekonomi masyarakat juga tapi ada juga
dari segi ekonomi dia mampu udah kebeli motor, hp bagus dan alat
elektroniknya tapi belum memiliki jamban karena menganggap jamban
adalah bukan kebutuhan yang penting dianggapnya belum butuh jamban
dan sanitasi lain karena lahan juga masih luas makanya banyak yang
masih BAB sembarangan atau disebut dolbon lah. Sarana air bersih di
Kota Serang masih sangat minim”. (wawancara di UPT PUSKESMAS
Curug, tanggal 26 November 2015 pukul 10.00 WIB
Berdasarkan hasil wawancara menerangkan bahwa yang menjadi hambatan
paling mendasar ada pada masyarakat itu sendiri, seperti diantaranya kurangnya
memahami arti pentingnya kesehatan lingkungan sehingga banyak masyarakat yang
tidak peduli terhadap kesehatan lingkungan, kemudian hambatan lain disebabkan oleh
faktor ekonomi masyarakat yang masih belum tercukupi sehingga banyak yang belum
memiliki sarana sanitasi dasar, selain itu juga karena di Kota Serang masih banyak
lahan kosong yang cukup luas sehingga masyarakat masih merasa belum
membutuhkan sanitasi dasar tersebut. Walaupun tidak semua masyarakat seperti itu,
ada juga masyarakat yang proaktif bahkan turut membantu secara sukarela seperti
kader kesehatan lingkungan yang menjadi ujung tombak ketika ada suatu kejadian
123
penyakit yang berbasis lingkungan menimpa masyarakat kader tersebut melapor agar
segera dilakukan tindakan. Pembangunan sarana umum seperti MCK umum dan
tempat sampah masih dianggap tidak efektif karena dalam kenyataanya sarana umum
yang dibangun tidak berfungsi dengan baik serta partisipasi masyarakat dalam
kepedulian untuk merawat sarana tersebut masih rendah dan sarana air bersih di Kota
Serang sangat minim. Seperti yang disampaikan yang menyatakan sebagai
berikut:
“Untuk membuat jamban saja ga cukup 1 juta, sekitar 1,5 juta realnya
untuk membuat jamban dari mulai bahan dan upah. Mereka masih banyak
tidak punya sumber mata pencaharian atau penghasilan yang tetap.
Buruh harian leapas seperti tukang bangunan contohnya yang tidak pasti
proyeknya tidak setiap hari dan penghasilannya rendah. Pembanguna
MCK umum juga tidak efektif. Karena masyarakat juga harus siap untuk
menyediakan tanah hibah dan itu yang menjadi berat. Selain itu
pembangunan MCK tidak berfungsi dengan baik karena lokasi yang tidak
tepat karena berhubungan dengan tanah hibah jadi dimana saja asallah
yang penting terbangun bagi pemerinatah akhirnya ga berfungsi baik
bahkan perawatannya juga yang masyarakat tidak merasa memiliki
akanya awal-awal dong berfungsinya 2 bulan kemudian pasti udah ga
berfungsi dan tak terawat dan banyak yg hilang kaya lampu, pintu rusak
bahkan closed yang sudah tak terawat. Tempat sampah pun saya rasa
kasusnya sama seperti tadi tidak terawat”. (wawancara, di lakukan di Kp.
Limpar Kelurahan/Kecamatan Curug, tanggal 28 November pukul 14.00)
Kemampuan ekonomi masyarakat yang terbatas ternyata menjadi hambatan
dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan untuk membangun sarana dan
prasarana seperti sanitasi dasar. Karena penghasilan yang sangat minim sedangkan
untuk memenuhi kebutuhan tinggi. Program pemerintah untuk membangun sarana
prasarana seperti tempat samapah atau bak sampah, MCK umum tidak optimal
dikarenakan program-program memiliki keterbatasan. Kesadaran masyarakat juga
124
masih kurang kepeduliannya untuk menjaga dan merawat fasilitas tersebut sehingga
fungsi fasilitas tersebut tidak berlangsung lama. Seperti yang disampaikan
adalah sebagai berikut:
“Sarana prasarana untuk beberapa fasilitas pun belum terpenuhi seperti
tempat sampah di pemukiman sih belum mendukung. Kalo di perumahan-
perumahan tiap rumah sudah ada tapi di pemukiman banyak yang belum
memiliki jamban juga. Ada juga fasilitas umum yang sudah di bangun
namun tidak dijaga dan dirawat makanya sering kali rusak karena
masyarakat masih sangat rendah dalam menjaga dan memiliki fasilitas
umum tersebut. Selain itu permasalahan sampah numpuk masyarakat
bingung harus dikemanakan”. (wawancara, di Kampus Untirta, tanggal
03 Desember pukul 13.00)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh , menerangkan sarana dan
prasarana yang menunjang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota
Serang masih sangat minim khususnya dipemukiman. Selain itu kepedulian
masyarakat yang masih rendah dalam kepedulian terhadap kesehatan lingkungan.
Sarana atau fasilitas umum yang dibangun tidak efektif dan perawatannya masih
buruk serta masyarakat masih kesulitan untuk mengatasi permasalahan sampah.
Peran dari stakeholders sangat penting dalam penanganan kesehatan
lingkungan di Kota Serang ini mengingat banyak stakeholders yang harus teribat
untuk mengatasi permasalahan tersebut seuai tugas pokok dan fungsinya seperti
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Tata Kota, Badan
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kecamatan dan Kelurahan untuk itu kerjasama menjadi hal yang sangat
penting untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun saat ini kerjasama menjadi
125
sebuah hambatan dalam mengatasi permasalahan kesehatan lingkungan karena belum
berjalan dengan baik. Seperti yang disampaikan adalah sebagai berikut :
“Sejauh ini memang kerjasama sudah terjalin karena dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan ini melibatkan banyak pihak atau
lintas sektor yang harus berperan. Namun dirasa masih kurang. Sejauh
ini belum ada dukungan dari komunitas-komunitas mahasiswa atau
kepemudaan lainnya. Paling hanya dengan lintas sekotor saja”.
(wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang, tanggal 24
November pukul 09.30)
Berdasarkan hasil wawancara dengan , menerangkan bahwa kerjasama
dengan lintas sektor sudah berjalan namun belum optimal dalam pelaksanaannya.
Selain itu juga belum adanya komunitas baik dari mahasiswa atau komunitas lainnya
yang turut melibatkan diri dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan. Seperti
yang disampaikan adalah sebagai berikut :
“Sebenarnya pada tahun 2011/2012 kita ada pokja AMPL (air minum
dan penyehatan lingkungan) jadi limbah sanitasi segala macam. Jadi
disitu ada LH, Tata Kota, DINKES dan SKPD lain. Kita saling
bekerjsama dan kordinasi. Kalau dulu berjalan bagus, sekarang sudah
tidak berjalan entah kenapa, itu bagus banget sebenarnya dan kabupaten
atau kota yang berhasil karena pokjanya berjalan baik sanitasinya bagus.
Tapi sekarang mungkin masih dikatakan kurang dalam kerjasamanya.
Sebenarnya mengatasi permasalahan lingkungan ini kan banyak yang
berperan seperti Dinas PU untuk mngatasi sarana, persampahan ada
yang bertanggung jawab, air bersih juga. Kalo kita bekerjasama dan
punya komitmen dan semangat yang sama maka optimis bisa
terselesaikan”. (wawancara, di Kantor Dinas Kesehatan Kota Serang,
tanggal 26 November pukul 15.00)
Berdasarkan hasil wawancara dengan , menerangkan bahwa hubungan
kerjasama dengan lintas sektor pada tahun 2011/2012 sudah berjalan baik karena
adanya kelompok kerja atau pokja sehingga kita SKPD terkait melakukan kerjasama
126
dan saling melengkapi untuk mengatasi permasalahan kesehatan lingkungan tersebut.
Namun saat ini pokja tersebut sudah tidak berjalan dan hal ini yang menjadi
hambatan karna kurangnya kerja sama lintas sektor padahal permasalahan kesehatan
ini harus menjadi perhatian bersama dan harus bekerjasama dan sinergi sesuai
dengan tugas dan fungsinya. Pernyataan selanjutnya juga disampaikan , sebagai
berikut :
“SKPD terkait harus bekerjasama karena yang saya lihat masih ego
sentris, berjalan masing-masing dan belum sinergi. Kerjasama antara
DINKES dan FKSS saat ini sudah berjalan baik. Kita saling membantu
mensosialisasikan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat, sekolah-sekolah juga membentuk pokja walaupun belum
secara maksimal. Namun kerjasama yang dilakukan antar SKPD masih
sangat sangat lemah atau sangat kurang menurut saya. Karena memang
kerjasama baru sebatas di atas meja rapat saja, wacana aja wacana
terus. Tindakan nyatanya kurang dalam masyarakat. Harusnya saling
melengkapi sesuai dengan perannya”. (wawancara, di Kampus Untirta,
tanggal 03 Desember pukul 13.00)
Berdasarkan pernyataan , menerangkan bahwa kerjasama antara Dinas
Kesehatan Kota Serang dan Forum Kota Serang Sehat sudah berjalan baik karena
sudah melakukan kerjasama untuk melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada
masyarakat di sekolah-sekolah dan membentuk pokja sebagai bentuk kerjasama.
Namun hubungan kerjasama antar SKPD yang terkait atau lintas sektor masih sangat
kurang. masih ada ego sentris sehingga dalam perannya masih berjalan masing-
masing. Kerjasama yang dilakukan lintas sektor masih sebatas wacana di atas meja
rapat. Namun pada pelaksanannya belum berjalan dengan baik. Selain itu limbah dari
127
perusahaan juga menjadi ancaman. Seperti pernyataan yang disampaikan ,
sebagai berikut :
“Perusahaan atau industri-industri juga menjadi salah satu ancaman
karena limbah yang dihasilkan jika tidak diolah dengan baik maka akan
berdampak pada pencemaran dan mengancam kesehatan lingkungan.
Saya rasa masih banyak perusahaan atau industri lain masih tidak
memperhatikan dampak itu”. (wawancara, di lakukan di Kp. Limpar
Kelurahan/Kecamatan Curug, tanggal 28 November pukul 14.00)
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh , menerangkan bahwa
perusahaan atau pelaku usaha juga menjadi salah satu ancaman jika tidak
memperhatikan dampak lingkungan. Contohnya limbah industri yang mencemari
sungai cibanten di Kecamatan Kasemen walaupun Kota Serang sangat sedikit industri
namun dampak tersebut tidak terlepas dari industri-industri yang berada di sekitar
Kota Serang seperti Kabupaten serang. Selain itu di Kecamatan Curug sebagai
kecamatan dengan potensi pengembangan di bidang peternakan ternyata menjadi
ancaman karena banyak pula peternak ayam yang tidak memperhatikan kesehatan
lingkungan tersebut.
Dari data lapangan yang telah dijelaskan di atas peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa yang menjadi faktor ancaman (threats) Dinas Kesehatan Kota
Serang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan diantaranya adalah masih
banyak masyarakat yang tidak peduli dan sadar untuk menjaga kesehatan lingkungan,
kondisi ekonomi masyarakat banyak yang belum tercukupi untuk memiliki sanitasi
dasar, Kota Serang masih memiliki banyak lahan kosong sehingga masyarakat masih
BABS dan buang sampah sembarangan, tidak terpenuhinya sarana penunjang seperti
128
air bersih, tempat sampah umum seta sarana lainnya, masih lemahnya kerjasama antar
SKPD dan stakeholders lain dan perusahaan atau pelaku usaha yang tidak
memperhatikan kesehatan lingkungan.
4.4 Pembahasan
Dari pemaparan di atas mengenai gambaran umum analisis SWOT Dinas
Kesehatan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang dapat
diketahui bahwa dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang Dinas
Kesehatan masih mengalami permasalahan yang cukup kompleks sehingga perlu
analisis yang lebih mendalam.
Permasalahan yang kompleks dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di
Kota Serang sehingga dalam identifikasi masalah peneliti mengamati masih
identifikasi diantaranya masih rendahnya kepemilikan Rumah Sehat di Kota Serang,
masih rendahnya pemanfaatan air bersih di Kota Serang, masih rendahnya
kepemilikan sarana Sanitasi Dasar di Kota Serang yang mencakup kepemilikan
jamban, kepemilikan tempat sampah dan juga kepemilikan pembuangan air limbah
dan tingginya angka penyakit berbasis lingkungan seperti Diare, ISPA dan Demam
Berdarah (DBD).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu kiranya menganalisis lebih
mendalam untuk menentukan strategi yang tepat dalam mengatasi permasalahan
kesehatan lingkungan. Dalam analisis SWOT akan dianalisis apa yang menjadi
129
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sehingga dapat merumuskan strategi
yang tepat. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
Faktor kekuatan (strengths) Dinas Kesehatan Kota Serang dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan diantaranya adalah adanya Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852 Tahun 2008 Tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang mendorong Pemerintah
Daerah untuk mewujudkan kesehatan lingkungan yang optimal. Kebijakan
Pemerintah Kota Serang saat ini sudah berorientasi dan mendukung pada kesehatan
lingkungan dilihat dari misi Kota Serang dalam bidang kesehatan yaitu Pembangunan
dan Peningkatan Kualitas Kesehatan menunjukan komitmennya untuk meningkatkan
pembangunan dalam bidang kesehatan dan dalam program unggulan Pemerintah Kota
Serang pada RPJMD 2014-2018 memilik program pemerataan akses dan layanan
mutu kesehatan, penataan lingkungan terpadu, kawasan kumuh dan kantong
kemiskinan serta menuju Kota Serang Sehat. Selain itu tenaga kesehatan lingkungan
atau sanitarian memiliki kualitas yang baik dan profesional karena berlatar belakang
dari pendidikan kesehatan lingkungan.
Faktor kelemahan (weaknesses) Dinas Kesehatan Kota Serang dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan diantaranya adalah masih sangat kurang
tenaga kesehatan atau sanitarian di Kota Serang, para sanitarian ini memiliki tugas
lain yang di puskesmas wilayah kerjanya, alokasi anggaran dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan masih belum optimal, masih kurangnya sarana dan prasarana
130
yang menunjang dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan, penyelenggaraan
kesehatan lingkungan di Kota Serang belum memanfaatkan media massa dalam
menyosialisasikan sehingga masih kurang massif dan rotasi jabatan yang sering terjai
khususnya untuk jabatan Kepala Seksi sehingga menghambat kinerja dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan.
Faktor peluang (opportunities) Dinas Kesehatan Kota Serang dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan diantaranya adalah Kota Serang memiliki
perancanaan tata ruang yang dalam pembangunan maka perlu di dorong
pembangunan potensi wilayah yang berwawasan lingkungan yang akan berdampak
pada perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat, dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan sebenarnya banyak SKPD yang terlibat diantaraanya Dinas
Kesehatan, Dinas Tata Ruang, Badan Lingkungan Hidup Daerah, Dinas Pekerjaan
Umum dan sebagainya, peluang juga bisa dimanfaatkan dari masyarakat itu sendiri
dengan cara memberdayakan dan juga banyak stakeholders yang bisa menjadi mitra
seperti komunitas sosial, NGO, serta perusahaan. Pada era perkembangan teknologi
ini perlu memanfaatkan media elektonik untuk melakukan sosialisasi-sosialisasi
secara kreatif dan masif.
Faktor ancaman (threats) Dinas Kesehatan Kota Serang dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan diantaranya adalah masih banyak masyarakat
yang tidak peduli dan sadar untuk menjaaga kesehatan lingkungan, kondisi ekonomi
masyarakat banyak yang belum tercukupi untuk memiliki sanitasi dasar, Kota Serang
131
masih memiliki banyak lahan kosong sehingga masyarakat masih BABS dan buang
sampah sembarangan, tidak terpenuhinya sarana penunjang seperti air bersih, tempat
sampah umum serta sarana lainnya, masih lemahnya kerjasama antar SKPD dan
stakeholders lain dan perusahaan atau pelaku usaha yang tidak memperhatikan
kesehatan lingkungan. Jika digambarkan menggunakan Matriks SWOT dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Matriks SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strengths (S) Weaknesses (W)
a. Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 852
Tahun 2008 Tentang
Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
b. Kebijakan Pemerintah
Kota Serang sudah
mulai memperhatikan
kesehatan lingkungan.
c. Kualitas tenaga
kesehatan lingkungan
(sanitarian) sudah baik
a. Kurangnya tenaga
kesehatan lingkungan
(sanitarian)
b. Adanya tugas lain yang
diberikan kepada sanitarian
c. Alokasi anggaran untuk
kesehatan lingkungan
belum optimal
d. Kurangnya sarana dan
prasarana penunjang dalam
penyelenggaraan kesehatan
lingkungan
e. Belum adanya media
sosialisasi elektronik
f. Sering terjadi Rotasi
Jabatan.
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
132
a. Pengembangan
potensi wilayah kota
akan berdampak pada
perubahan
masyarakat
b. Banyak intansi/SKPD
yang harusnya teribat.
c. Banyak masyarakat
dan stakeholders
yang bisa dijadikan
mitra seperti NGO,
Komunitas Sosial dan
Perusahaan.
d. Pemanfaatan media
massa.
a. Mendorong
pembangunan dengan
orientasi kesehatan
lingkungan.
b. Membangun kelompok
kerja dan sinkronisasi
program kesehatan
lingkungan dengan
SKPD terkait.
c. Merangkul stakeholders
yang bisa dijadikan
mitra seperti NGO,
Komunitas Sosial dan
Perusahaan untuk peduli
dan melakukan gerakan
dalam bidang kesehatan
lingkungan.
d. Mengembangkan media
massa untuk
akuntabilitas serta
mensosialisasikan
kepada masyarakat luas.
a. Membangun koordinasi dan
kerjasama yang baik antar
dengan SKPD lain.
b. Mengoptimalkan SDM
yang ada dan melibatkan
stakeholders.
c. Mengoptimalkan anggaran
yang ada serta membangun
kemitraan dengan
stakeholders.
d. Mengoptimalkan peran
media elektonik dalam
melaksanakan program
kesehatan lingkungan.
Threats (Ancaman) Strategi ST Strategi WT
a. Masih banyak
masyarakat yang tidak
paham dan peduli
terhadap kesehatan
lingkungan.
b. Keadaan ekonomi
masyarakat yang
rendah
c. Banyak lahan yang
masih kosong.
d. Belum terpenuhinya
sarana dan prasarana
penujang kesehatan
lingkungan
e. Kerjasama antar
SKPD dan
stakeholders tidak
berjalan baik
a. Melakukan sosialisasi
secara masif dan kreatif
agar masyarakat akan
sadar dan peduli
terhadap kesehatan
lingkungan.
b. Memotivasi dan
memfasilitasi
masyarakat yang
keadaan ekonominya
masih rendah untuk
memiliki sarana dan
prasarana.
c. Membangun koordinasi
dan kerjasama antar
SKPD serta stakeholder
agar terintegrasi dan
bersama-sama
a. Melakukan pengadaan
sarana dan prasarana
penunjang.
b. Menambah jumlah tenaga
sanitarian serta memperjelas
dan memfokuskan tugas dan
fungsi sanitarian.
c. Membuat media elektonik
yang membantu dalam
program penyadaran
masyarakat tentang
kesehatan lingkungan.
d. Melakukan kerjasama dan
singronisasi program antar
SKPD yang terkait dalam
penyelenggaraan kesehatan
lingkungan.
e. Membangun kemitraan
133
f. Dampak lingkungan
dari perusahaan atau
pelaku usaha.
mengatasi permasalahan
kesehatan lingkungan.
d. Melakukan pengawasan
dan pembinaan kepada
pelaku usaha.
dengan stakeholder dan
pihak swasta untuk
membantu mengatasi
permasalahan ini.
Sumber : (Penelitian diolah, 2015)
1. Strategi SO (Strengths – Opportunities)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara,
bahwa strategi penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang
berdasarkan strategi SO (Strengths – Opportunities) yang dapat dilakukan
diantaranya : Mendorong pembangunan dengan orientasi kesehatan lingkungan
karena setiap pembangunan tentunya memiliki dampak dalam lingkungan baik
secara fisik ataupun lingkungan sosial dalam penyelanggaraan kesehatan
lingkungan pembangunan yang berorientasi pada kesehatan lingkungan perlu
dilakukan agar terciptanya perubahan kebiasaan masyarakat dalam BABS
(Buang Air Besar Sembarangan), Buang sampah sembarangan dan perilaku
tidak sehat lainnya akan secara bertahap dapaat berubah. Membangun
kelompok kerja dan sinkronisasi program kesehatan lingkungan dengan SKPD
terkait karena persoalan kesehatan lingkungan ini bukaan hanya tugas Dinas
Kesehatan semata namun SKPD lain memiliki peran seperti BLHD, Dinas
Pekerjaan Umum dan SKPD lain harus turut terintegrasi dan bersama-sama
mengatasi permasalahan ini. Merangkul stakeholders yang bisa dijadikan mitra
seperti NGO, Komunitas Sosial dan Perusahaan untuk peduli dan melakukan
134
gerakan dalam bidang kesehatan lingkungan. Merangkul dan mendorong peran
serta masyarakat atau komunitas sosial untuk turut membantu mengatasi
permasalahan kesehatan lingkungan di Kota Serang ini. Mengembangkan
media massa sebagai sarana akuntabilitas serta mensosialisasikan kepada
masyarakat luas karena peran media massa sangat penting di era globalisasi ini
agar mudah mengakses serta lebih efektif untuk menyampakan informasi.
2. Strategi ST (Strengths – Thretas)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara,
bahwa strategi penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang, strategi
ST (Strengths – Thretas) yang dapat dilakukan diantaranya : Membangun
koordinasi dan kerjasama yang baik antar dengan SKPD lain, dengan
melakukan koordinasi dan kerjasama akan lebih mudah dalam mengatasi
permasalahan kesehatan lingkungan. Mengoptimalkan SDM yang ada dan
melibatkan stakeholders, dengan keterbatasan SDM yang ada perlu kiranya
melibatkan partisipasi dari stakeholders seperti komunitas sosial, mahasiswa,
NGO dan lain sebagaianya untuk terlibat dalam melakukan penyelenggaraan
lingkungan secara masif. Mengoptimalkan anggaran yang ada serta
membangun kemitraan dengan stakeholders, memang anggaran merupakan
sangat penting dalam organisasi namun keterbatasan anggaran bisa diantisipasi
dengan membangun kemitraan dengan perusahaan yang memiliki dana CSR
135
dan pihak swasta untuk turut serta mengatasi permasalahan kesehatan di Kota
Serang. Mengoptimalkan peran media massa dalam melaksanakan program
kesehatan lingkungan karena dengan cara mensosialisasikan tentang pentingnya
kesehatan lingkungan dengan fakta-fakta yang ada sehingga menumbukan
kesadaran dan kepedulian masyarakat serta mengubah perilaku-perilaku yang
bertentangan dengan hidup sehat.
3. Strategi WO (Weakneses – Opportunities)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara,
bahwa strategi penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang, strategi
WO (Weakneses – Opportunities) yang dapat dilakukan diantaranya :
Melakukan sosialisasi secara masif dan kreatif agar masyarakat akan sadar dan
peduli terhadap kesehatan lingkungan, dengan cara ini akan terlihat perubahan
yang terjadi perlu sosialisasi dan pembinaan yang berkala dan kreatif agar
masyarakaat tidak bosan serta sasaran tidak hanya orang tua melainkan para
pemuda dan anak-anak perlu dibina. Memotivasi dan memfasilitasi masyarakat
yang keadaan ekonominya masih rendah untuk memiliki sarana dan prasarana,
dengan mendorong masyarakat untuk memiliki jamban dengan keadaan
ekonomi yang tidak memadai ini tantangan memang namun seperti inilah tugas
dari Dinas Kesehatan bukan memberikan bantuan fisik untuk membantu
masyarakat Dinas Kesehatan perlu bekerjasama dengan SKPD terkait dan
136
memberikan rekomendasi agar bantuan yang diberikan menjadi efektif.
Membangun koordinasi dan kerjasama antar SKPD serta stakeholder agar
terintegrasi dan bersama-sama mengatasi permasalahan kesehatan lingkungan.
Melakukan pengawasan dan pembinaan kepada pelaku usaha, cara ini perlu
dilakukan agar para pelaku usaha memperhatikan dampak pada kesehatan
lingkungan.
4. Strategi WT (Weaknesses – Threats)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara
bahwa strategi penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang, strategi
WT (Weaknesses – Threats) yang harus dilakukan diantaranya : Melakukan
pengadaan sarana dan prasarana penunjang, untuk melancarkan pelaksanan
program sangat penting sekali sarana dan prasarana terutama kendaraan seperti
motor dan mobil oprasional kesehatan lingkungan yang dirasa perlu selain itu
juga komputer yang sangat dibutuhkan. Menambah jumlah tenaga sanitarian
serta memperjelas dan memfokuskan tugas dan fungsi sanitarian, agar
terciptanya pola kerja yang optimal. Membuat media elektonik yang membantu
dalam program penyadaran masyarakat tentang kesehatan lingkungan.
Melakukan kerjasama dan singronisasi program antar SKPD yang terkait dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan. Membangun kemitraan dengan
stakeholder dan pihak swasta untuk membantu mengatasi permasalahan ini.
137
Berdasarkan strategi analisis SWOT yang telah disajikan di atas, peneliti
mencoba merumuskan strategi alternative yang dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan
dalam mengatasi permasalahan kesehatan lingkungan di Kota Serang, strategi
alternative tersebut diantaranya ialah:
1. Strategi I, Strategi penguatan kelembagaan organisasi Dinas Kesehatan Kota
Serang. Pada strategi ini Dinas Kesehatan Kota Serang perlu melakukan
penguatan kelembagaan dengan cara meningkatkan manajemen organisasi
dengan memperhatikan perencanaan program-program dalam upaya mengatasi
permasalahan kesehatan lingkungan, meningkatkan kekuatan SDM dengan
meningkatkan kualitas serta menambah tenaga sanitarian secara proporsional,
meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar bidang, meningkatkan alokasi
dana untuk program kesehatan lingkungan, meningkatkan sarana dan prasarana
guna menunjang penyelenggaraan kesehatan lingkungan, mengembangkan media
massa seperti websate untuk memberikan informasi serta menjadi media
sosialisasi secara kreatif terkait kesehatan lingkungan.
2. Strategi II, Strategi memperkuat kerjasama lintas sektor dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan. Pada strategi ini Dinas Kesehatan perlu meningkatkan
komunikasi lintas sektor baik secara formal maupun informal. Meningkatkan
kerjasama dengan stakeholders atau SKPD memiliki peran untuk mengatasi
permasalahan kesehatan lingkungan seperti Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Dinas Tata Kota, Badan Lingkungan Hidup Daerah, Dinas Pekerjaan
138
Umum, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koprasi, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kecamatan dan Kelurahan. Melakukan sinkronisasi program kerja
SKPD terkait kesehatan lingkungan agar terintegrasinya program yang terarah
dan efektif sehingga SKPD berjalan beriringan tidak tumpang tindih dan berjalan
masing-masing. Membentuk kelompok kerja yang melibatkan lintas sektor untuk
berperan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan.
3. Strategi III, Strategi medorong peran serta masyarakat untuk berperan aktif
dalam menangani permasalahan kesehatan lingkungan. Stratregi ini diharapkan
Dinas Kesehatan Kota Serang merangkul masyarakat atau komunitas-komunitas
sosial untuk bersama-sama terlibat dalam mengatasi permasalahan kesehatan
lingkungan, Dinas Kesehatan melakukan pembinaan terhadap komunitas-
komunitas sosial untuk membantu dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan,
memfasilitasi dan mendorong komunitas-komunitas sosial dalam melaksanakan
kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan baik melalui kerjasama
ataupun kompetisi perlombaan agar menumbuhkan rasa tanggung jawab serta
semangat melakukan perubahan dalam masyarakat. Selain itu Dinas Kesehatan
harus membangun kemitraan dengan perusahaan untuk turut memberikan
dukungan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan dengan pemanfataan
dana CSR untuk dioptimalkan guna memperbaiki permasalahan kesehatan
lingkungan di Kota Serang.
139
4. Strategi IV, Strategi penguatan kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai
kesehatan lingkungan. Pada strategi ini Dinas Kesehatan perlu meningkatkan
pemahaman masyarakat melalui sosialisasi atau pembinaan yang dilakukan
secara continue atau berjalan terus-menerus dan dilakukan secara masif dan
kreatif maksudnya ialah dengan memanfaatkan media massa, melakukan
sosialisasi/pembinaan di sekolah-sekolah, pembinaan masyarakat secara
kelompok, memotivasi atau mendorong kemandirian masyarakat untuk
menyadari bahwa memiliki rumah sehat, sanitasi dasar serta melakukan perilaku
hidup bersih dan sehat merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting.
138
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai strategi Dinas Kesehatan dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang yang di dalamnya
menggunakan teknik analisis SWOT yang menyatakan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan organisasi guna mencapai tujuannya. Berdasarkan hasil
analisa dan perumusan strategi yang telah dilakukan, maka alternatif yang dapat
dijadikan rumusan strategi Dinas Kesehatan dalam penyelenggaraan kesehatan
lingkungan di Kota Serang adalah sebagai berikut :
a. Strategi penguatan kelembagaan organisasi Dinas Kesehatan Kota Serang.
b. Strategi memperkuat kerjasama lintas sektor dalam penyelenggaraan kesehatan
lingkungan.
c. Strategi medorong peran serta masyarakat untuk berperan aktif dalam menangani
permasalahan kesehatan lingkungan.
d. Strategi penguatan kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai kesehatan
lingkungan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Dinas Kesehatan dalam
Penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang, maka peneliti mencoba
139
memberikan saran dari hasil penelitiannya agar dapat membantu dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Dinas Kesehatan perlu memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan
lingkungan dengan memperhatikan kendala tenaga sanitarian, meningkatkan
pendanaan dan meningkatkan sarana prasarana guna menunjang program-
program kesehatan lingkungan.
2. Dinas Kesehatan perlu mengoptimalkan kerjasama lintas sektor dengan
melakukan koordinasi secara intensif serta mengoptimalkan peran Forum Kota
Serang Sehat (FKSS).
3. Dinas Kesehatan perlu merangkul komunitas-komunitas sosial seperti LSM,
mahasiswa, NGO serta perusahaan untuk turut serta dalam mengatasi
permaslahan kesehatan lingkungan dengan melibatkan dalam kegiatan-kegiatan
serta mengadakan kompetisi-kompetisi guna menarik perhatian serta
memfasilitasi gagasan ide untuk melakukan perbaikan kesehatan lingkungan.
4. Dinas Kesehatan perlu meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat
dengan melakukan sosialisasi atau pembinaan secara continue atau berjalan
terus-menerus secara masif dan kreatif dengan memanfaatkan media massa,
melakukan sosialisasi/pembinaan di sekolah-sekolah, pembinaan masyarakat
secara kelompok, memotivasi atau mendorong kemandirian masyarakat untuk
menyadari bahwa memiliki rumah sehat, sanitasi dasar serta melakukan perilaku
hidup bersih dan sehat merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
David, R. Fred. 2010. Strategic Management. Jakarta: Selemba Empat
Handoko, T. Hani . 2001. Manajemen. Yogyakarta: PT BPFC
Hasibuan, Melayu. S. P. Manajemen (Dasar, Pengertian dan Masalah). 2011,
Jakarta : PT. Gunung Agung
Hunger, David and Thomas, L. Wheelen. 2003 Manajemen Strategis. Yogyakarta:
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mubarok, I. Wahid dan Cahyatin, Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Lingkungan.
Jakarta : Salemba Medika
Nawawi, Hadari. 2000. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit di Bidang
Pemerintah dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Notoatmojo, Suekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Pearch, A. John and Robinson, B. Richard. 2011. Manajemen Strategi –
Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian Edisi 10. Jakarta: Salemba
Empat
Robbins, Stephen. P. & Coulter Mary. 2009. Manajemen Eight Edition. Jakarta:
PT. Indeks
Siagian, P. Sondang. 2007. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Soedjadi. 1995, O&M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, Gunung
Agung : Jakarta
vii
Sugiyono. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta:
Bandung
_______. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
_______. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sukarni, Mariyati. 1994, Kesehatan Keluarga dan Lingkungan, Kanisius :
Yogyakarta
Tripomo, Tedjo dan Udin. 2005. Manajemen Strategis. Bandung: Rekayasa Sains
Dokumen :
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2014. Profil Kota Serang. Serang
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2014. RPJMD Kota Serang Tahun
2014-2018. Serang
Dinas Kesehatan, 2013. Data Kesehatan Lingkungan Kota Serang. Serang
Dinas Kesehatan, 2013. Profil Dinas Kesehatan Kota Serang. Serang
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
852/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang
KESEHATAN LINGKUNGAN
Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1982 Tentang
KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP.1982
viii
UPT PUSKESMAS Kasemen. 2013. Laporan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Kasemen. Serang
UPT PUSKESMAS Kilasah. 2013. Laporan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Kilasah. Serang
UPT PUSKESMAS Sawah Luhur. 2013. Laporan Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Sawah Luhur. Serang
Sumber Lain :
Dzakwan, Mufid. 2013. Prinsip dan Langkah Manajemen Strategik.
Melalui,<yayasanyamka.blogspot.com/2013/05/prinsip-dan-langkah-
manajemen-strategik.html?m=1> [25/10/2014]
Suryana. 2010. Manajemen Strategik Untuk Bisnis dan Organisasi Non Profit.
Melalui,
<http://docs.google.com/document/d/1P3a_2Yppm_EPH10dhAyQNyN-
BW1uBE7UPyATCDvLcKY/mobilebasic?hl=en> [25/10/2014]
Yunita. 2015. Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan
Bayah Kabupaten Lebak. Serang: Ilmu Administrasi Negara FISIP-
UNTIRTA
DOKUMENTASI PENELITIAN DI DINAS KESEHATAN KOTA SERANG
Keterangan : Narasumber : Yetty Hermans, SKM, M.Si
Jabatan : Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan
Kota Serang
Keterangan : Narasumber : Darusmini
Jabatan : Staff Kesling (Kesehatan Lingkungan)
Keterangan : Narasumber : Arif Rahman
Jabatan : Staff Kesling (Kesehatan Lingkungan)
Keterangan : Narasumber : R. Bambang Tri Wibowo, SKM
Jabatan : Staff Kesling (Kesehatan Lingkungan)
DOKUMENTASI PENELITIAN
Keterangan : Narasumber : Dian Oktaviana, SKM
Jabatan : Sanitarian UPT PUSKESMAS Serang Kota
Keterangan : Narasumber : Diyah Ayu Affiam, SKM
Jabatan : Sanitarian UPT PUSKESMAS Curug
Keterangan : Narasumber : Hendra Yoga P
Jabatan : Kesubid Media Lingkungan Hidup-BLHD
Keterangan : Narasumber : H. Iwan Darmawan, S.Sos
Jabatan : Camat Curug
Keterangan : Narasumber : Dr. Rahmi winangsih, M.Si
Jabatan : Wakil Sekretaris Forum Kota Serang Sehat/ Dosen
FISIP Untirta
DOKUMENTASI PENELITIAN MASYARAKAT
Keterangan : Narasumber : Fahruroji
Jabatan : Tokoh Masyarakat
Keterangan : Narasumber : Mafudoh
Jabatan : Kader Kesling/Posyandu
DOKUMENTASI LAPANGAN
Sumber : Peneliti, 2016
RIWAYAT HIDUP
Nama : Mursi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Cilegon, 11 Maret 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. Teuku Cik Ditiro Link. Seruni RT 04/03
Kelurahan Kedaleman Kecamatan Cibeber Kota Cilegon,
Banten 42422
Email : [email protected]
Motto Hidup : Kesadaran dan kepekaan yang akan menggerakan langkah
kita.
Pendidikan Formal :
1999-2005 : SD Negeri Kedaleman III
2005-2008 : SMP Negeri 5 Cilegon
2008-2011 : SMA Negeri 3 Cilegon
2011-2016 : Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pengalaman Organisasi:
2011 : Ketua Cabang Karate UKM Ikatan Beladiri UNTIRTA
2012 : Pengurus HIMANE (Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi
Negara) FISIP UNTIRTA Divisi Pengkajian dan Pengembangan
Sumber Daya Mahasiswa
2012 : Anggota Laskar Muda FOSMAI (Forum Silaturahmi Mahasiswa
Islam) FISIP UNTIRTA.
2013 : Ketua HIMANE ((Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi
Negara) FISIP UNTIRTA
2014 : Ketua Gerakan Mahasiswa Anti Korupsi UNTIRTA (GERASI
UNTIRTA)
Top Related