I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K. R.
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / tanggal lahir : Manado / 23 Maret 1951
Status perkawinan : Menikah
Jumlah anak : 2 (dua)
Pendidikan terakhir : S1
Suku / Bangsa : Bantik / Indonesia
Pekerjaan : Pensiunan / IRT
Agama : Kristen Protestan
Alamat sekarang : Malalayang 1, lingkungan 8
Tanggal pemeriksaan : 8 Mei 2015 & 9 Mei 2015
Tempat pemeriksaan : Poli Kejiwaan RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Rumah di Malalayang 1, lingkungan 8
Nomor telpon : 08124405020
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 8 dan 9 Mei 2015, di poliklinik
kejiwaan RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dan di rumah
(Malalayang) dari:
Autoanamnesis dengan pasien
Aloanamnesis dengan :
Tn. T. A., 41 tahun, anak pasien, agama Islam, Suku Bantik,
pendidikan terakhir S1, pekerjaan PNS.
A. Keluhan utama
Mual dan muntah, nyeri perut, sulit tidur, pasien merasa cemas dan takut
dengan sakitnya.
1
B. Riwayat gangguan sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
dengan keluhan mual muntah, nyeri perut, pasien merasa cemas dan takut
dengan sakitnya.
Mual, muntah dan nyeri perut sudah dirasakan pasien sejak 4 bulan
yang lalu. Pasien telah dirawat sebanyak 4 kali di rumah sakit dengan
keluhan yang sama. Awalnya muncul keluhan ini saat pasien tengah
bermasalah dengan kakak kandung pasien.
Pasien mengatakan bahwa sejak kurang lebih 8 bulan yang lalu,
pasien mengalami masalah keluarga yang berat. Kakak kandung pasien
adalah seorang pecandu narkoba. Kakak kandung pasien sering meminta
uang kepada pasien, jika tidak dipenuhinya kakak pasien akan marah-marah.
Pada awalnya pasien memenuhi setiap permintaan kakak pasien,
namun pada akhirnya pasien mulai merasa terbebani. Keluarga pasien yang
pada awalnya hanya membiarkan pasien memberikan uang kepada kakak
pasien akhirnya melarang dan mulai marah pada pasien.
Di hari-harinya pasien sering menangis di malam hari tanpa diketahui
keluarganya. Pasien merasa sedih, cemas dan takut pada kakak pasien.
Pasien merasa kehilangan semangat dan sulit tidur di malam hari. Pasien
sering terbangun di malam hari dan pasien mengatakan bahwa sering
terbayang orang-orang dan keluarga pasien yang telah meninggal. Pasien
mengira bahwa akan segera meninggal. Ketakutan pasien semakin
meningkat saat mengalami hal ini.
Kakak pasien mengalami kecelakaan dan mengalami lumpuh, kakak
pasien juga menderita TB paru. Karena seluruh anggota keluarga pasien
sudah tidak memikirkan kakak pasien, akhirnya pasien kembali membantu
kakak pasien walaupun sudah dilarang oleh suami dan anak-anak pasien.
Pasien membantu secara diam-diam tanpa diketahui suami dan anak pasien,
walaupun pada akhirnya tetap diketahui keluarga pasien.
Keluhan mual dan muntah serta nyeri perut pasien muncul pada saat
masalah dengan kakak pasien terjadi. Pasien merasa takut mati karena
penyakitnya. Pasien sudah berobat ke beberapa dokter dan telah dirawat di
2
rumah sakit 4 kali dengan keluhan yang sama. Pasien juga pergi ke spesialis
penyakit dalam untuk mengobati sakitnya. Menurut pasien keluhan ini
menambah tekanan dalam hidupnya bersamaan dengan masalah kakaknya.
Saat ini pasien hanya mengkhawatirkan sakitnya saja. Karena sakitnya
ini pasien sudah tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Menurut keluarga
pasien, pasien yang dulunnya adalah seorang periang, sejak masalah dengan
kakak pasien dan sakitnya sekarang, pasien menjadi murung dan terlihat
depresi.
Masalah dengan kakak pasien sudah berakhir. Kakak pasien
meninggal bulan Mei 2015. Pasien disarankan oleh saudara pasien untuk
mencoba berobat ke dokter spesialis kedokteran jiwa. Pasien menerima
saran tersebut dan datang ke poliklinik kejiwaan di RS. Prof. V. L.
Ratumbuysang.
C. Riwayat gangguan sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatrik
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya.
2. Riwayat gangguan medis
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, pasien tidak memiliki
riwayat gangguan medis lainnya. Kejang dan kelainan neurologis lainnya
disangkal.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak pernah menggunakan zat psikoaktif sebelumnya. Pasien
tidak merokok dan minum minuman keras.
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Prenatal dan Perianal
Pasien adalah anak ke 5 dari 8 bersaudara. Pasien lahir normal pervaginam
dirumah dibantu oleh biang kampung. Lahir dalam keadaan sehat tanpa
cacat. Lahir dalam keadaan sehat dan tanpa cacat. Saat lahir pasien langsung
menangis, tidak di dapatkan tanda-tanda asfiksia atau pun icterus
3
neonatorum. Berat badan dan panjang badan saat lahir tidak diperoleh
keterangan. Pasien lahir dalam keadaan sehat.
B. Masa Kanak Awal (usia 0-3 tahun)
Stadium 1. Basic Trust vs Basic Mistrust (0-1 tahun)
Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak
lain. Pasien diasuh sendiri oleh ayah dan ibunya. Sejak kecil pasien
merupakan anak yang aktif. Suka bergerak dan terkadang suka menangis,
dan bila di belai oleh ibunya, pasien menjadi tenang. Pasien juga menangis
ketika haus, dan pada saat diberikan ASI pasien langsung menjadi diam dan
tenang. Pasien mendapat ASI sampai usia sekitar 6 bulan secara eksklusif.
Pada usia 10 bulan pasien sudah mulai bisa mengoceh.
Stadium 2. Autonomy vs Shame and Doubt (1-3 tahun)
Pada usia 15 bulan, pasien yang sudah mulai belajar berdiri dan berjalan.
Pasien sudah mulai diajarkan untuk BAK di toilet dan dapat ke toilet secara
mandiri saat ingin BAK. Pada usia ini pasien sudah diajarkan untuk BAB di
kamar mandi dan bisa mengatakan kepada orang tuanya kalau ingin BAB.
Selain itu, pasien suka menarik taplak meja hingga jatuh. Pasien suka
mengambil remote tv dan memainkannya. Pasien juga suka berlari kesana
kemari dan tidak bisa diam di tempat. Pasien sering bersembunyi jika ada
orang baru yang ingin bermain dengannya. Tapi lama-kelamaan pasien mau
di ajak bermain dan di gendong oleh orang tersebut.
C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)
Stadium 3. Initiative vs Guilt (3-5 tahun)
Sebelum masuk sekolah, kegiatannya bermain bersama teman-temannya.
Pasien pernah sekolah di TK dan merupakan anak yang cukup aktif dan
suka penasaran dengan hal-hal yang baru. Saat ada pelajaran menggambar,
pasien dengan senang mengikuti. Pasien juga sering mengajak teman-
temannya untuk bermain diluar bersama. Pasien terkadang suka merebut
mainan temannya, namun saat ditegur atau di marah oleh guru dan ibunya,
pasien menjadi menunduk dan mengikuti perintah gurunya atau ibunya
4
untuk mengembalikan mainan temannya serta meminta maaf kepada
temannya.
Stadium 4. Industry vs Inferiority (6-11 tahun)
Pasien masuk sekolah di SD pada usia 6 tahun. Pasien bergaul seperti biasa
dengan teman-temannya. Pasien sering bermain di pantai dekat rumahnya,
pasien sering membuat istana pasir atau mengubur kakinya kedalam pasir.
Kemudian pasien bermain bersama teman-temannya. Pasien merupakan
anak yang cukup aktif disekolahnya dan senang mengikuti kegiatan
olahraga. Pasien sering menjadi diam dan menyendiri saat bertengkar
dengan teman-temannya. Pasien tidak mau bicara dengan temannya jika
sedang bertengkar dengan temannya. Pasien setiap harinya pergi ke sekolah
sendiri tanpa di antar oleh orangtuanya karena rumahnya dekat dengan
sekolah. Pasien selalu mengikuti aturan – aturan yang ada. Pasien juga
sering menegur temannya jika tidak mengikuti aturan yang ada. Pasien juga
sering merasa sedih jika segala sesuatu tidak dilaksanakan dengan
sempurna.
D. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Stadium 5. Identify vs Confusion (11 tahun – masa akhir remaja)
Pasien bersekolah di dekat rumahnya. Pasien adalah anak yang aktif dan
terlihat seperti anak biasa. Pasien aktif di gereja. Pasien memiliki banyak
teman bermain dan bergaul di sekolahnya. Pasien aktif dalam kegiatan
olahraga, terutama di bidang bola voli. Pasien sering mendapatkan prestasi
bola voli bersama teman-temannya mewakili sekolahnya.
E. Riwayat Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Sejak SD sampai dengan SMA, pasien selalu naik kelas dan selesai tepat
waktu. Saat SMA pasien sering mendapat juara di kelas. Pasien adalah
orang yang cerdas dan aktif juga di bidang olahraga. Pasien merupakan
anak yang cukup berprestasi dalam hal olahraga, terutama bola voli. Ia
mewakili sekolahnya dalam pertandingan antarsekolah. Setelah lulus
5
SMA, pasien melanjutkan ke perguruan tinggi di Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi. Saat semester dua, pasien mendapat tawaran
kerja dan akhirnya pasien berhenti kuliah. Saat kerja, pasien
mendapatkan beasiswa untuk kuliah kembali. Pasien mendapatkan gelar
sarjana Administrasi Niaga di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil di Bulog bagian badan
pemeriksaan. Pasien bekerja selama 34 tahun, tidak pernah berpindah-
pindah tempat kerja.
3. Riwayat Psikoseksual
Orientasi pasien pada lawan jenis. Pasien memiliki beberapa pacar saat
masih bersekolah. Secara umum, hubungan pasien dengan pacarnya baik,
tidak terdapat konflik yang berarti antara pasien dengan kekasihnya.
4. Riwayat Perkawinan
Pasien telah menikah dan dikaruniai dua orang anak.
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Kristen Protestan dan rajin mengikuti ibadah. Sebelum
sakit, pasien aktif dalam kegiatan jemaat. Pasien terpilih sebagai
bendahara jemaat selama dua periode.
6. Riwayat Kehidupan Sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya tergolong harmonis, pasien hanya
memiliki masalah dengan kakak pasien. Hubungan dengan tetangga
pasien sangat baik, pasien juga mengikuti perkumpulan suku Bantik.
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah dipenjara atau melakukan perbuatan melanggar
hukum.
8. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama dengan suaminya, anak pertama bersama istri,
dan kedua cucunya di Malalayang I, Lingkungan VIII. Pasien tinggal di
rumah permanen dengan 5 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang
tamu, 1 ruang keluarga. Pasien tidur sendiri di kamar.
6
Denah Rumah
KT : Kamar tidur RT : Ruang Tamu
T : Teras rumah RK : Ruang Keluarga
D : Dapur
9. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke 5 dari 8 bersaudara. Kedua orang tua pasien
telah meninggal saat pasien umur 35 tahun. Saat kedua orang tuanya
meninggal, pasien sering diam dan bersedih, serta duduk melamun
sendirian. Namun, setelah beberapa hari pasien sudah kembali seperti
biasanya. Hubungan pasien dengan kedua orang tuanya baik, pasien tidak
pernah bertengkar dengan kedua orang tuanya. Hubungan pasien dengan
kakak kedua pasien tidak baik. Kakak kedua pasien memusuhi pasien
tanpa sebab yang jelas serta sering mengancam pasien. Hubungan dengan
saudara yang lain tidak memiliki masalah.
7
KT
KT
KT
KT
KTD
RK KT
RT
T
T
Silsilah Keluarga/Genogram
Keterangan
Pria Meninggal
Wanita Pasien
F. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien sadar penuh kalau dirinya saat ini sedang dalam kondisi sakit dan
memerlukan bantuan untuk pengobatan. Pasien takut dengan kondisi
sakitnya. Pasien takut akan meninggal dunia. Pasien sudah tidak merasa
tertekan seperti dulu. Saat ditanya mana yang lebih tertekan saat bermasalah
dengan kakaknya atau saat mengalami sakitnya, pasien merasa lebih
tertekan saat mengalami masalah dengan kakaknya.
G. Persepsi Keluarga tentang Pasien
Keluarga menyadari pasien sedang sakit. Menurut keluarga pasien, pasien
adalah orang yang terburu-buru, tidak sabar, dan sering cemas dengan
penyakit yang dialaminya. Jika mengalami sakit, pasien ingin cepat-cepat
sembuh. Saat ini kondisi pasien sudah agak lebih membaik dibandingkan
dengan kondisi pasien saat sedang mengalami masalah dengan kakak
pasien. Saat ini pasien lebih bersemangat untuk berobat.
8
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien merupakan seorang perempuan, berusia 64 tahun, tampak sesuai
usianya, berkulit sawo matang, memakai pakaian rapi berwarna coklar.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik. Selama wawancara
pasien dapat duduk dengan tenang, kontak mata baik dengan pemeriksa,
dan pasien merespon pertanyaan yang diberikan dengan baik. Gerakan
pasien lambat, tidak terlalu banyak gerakan.
3. Sikap terhadap Pemeriksa
Secara umum pasien cukup kooperatif, pasien menjawab pertanyaan
pemeriksa dengan baik. Pasien lebih cenderung diam dan tampak cemas
ketika dilakukan pemeriksaan di poli. Pasien lebih terbuka saat dilakukan
home visit ketika berada di rumah.
B. Mood dan Afek
1. Mood : Hipotimia
2. Afek : Menyempit
3. Keserasian : Serasi
C. Bicara
1. Kualitas : spontan, volume kecil, suara jelas, intonasi sedang,
artikulasi baik
2. Kuantitas : menjawab sesuai pertanyaan
3. Hendaya : tidak ada hendaya bahasa
D. Gangguan Persepsi
Tidak ada gangguan persepsi
E. Pikiran
1. Proses/arus pikir : koheren, menjawab sesuai pertanyaan, arus wajar
9
dan lancar, produktivitas baik, ide cukup.
2. Isi pikiran : tidak ada waham, tidak ada obsesi
F. Kesadaran dan Kognitif
1. Taraf Kesadaran : kompos mentis. Pasien dapat mengarahkan,
mempertahankan dan memusatkan perhatiannya.
2. Orientasi
Orientasi waktu : baik, pasien dapat mengetahui waktu saat
pemeriksaan.
Orientasi tempat : baik, pasien dapat mengetahui dimana rumah dan
rumah sakit.
Orientasi orang : baik, pasien dapat mengenali keluarganya dan
dokter yang mewawancarainya.
3. Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang : baik, pasien dapat menceritakan
masa kecilnya dengan baik
Daya ingat jangka sedang : secara umum baik
Daya ingat jangka pendek : baik, pasien dapat mengatakan apa
yang ia kerjakan dari kemarin
hingga sampai saat wawancara
berlangsung
Daya ingat segera : secara umum baik
4. Konsentrasi dan Perhatian
Baik. Ketika wawancara berlangsung pasien dapat memusatkan
perhatiannya terhadap pertanyaan pemeriksa.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik. Pasien dapat membaca dan menulis dengan jelas.
6. Kemampuan Visuospatial
Baik. Pasien dapat menggambar denah rumah pasien dengan baik.
7. Intelegensi dan Daya Informasi
Baik. Semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik.
10
G. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang cukup
lama dengan baik dan tenang.
H. Daya Nilai dan Tilikan
1. Penilaian Realitas : baik, tidak terganggu.
2. Tilikan : tilikan VI. Pasien menyadari sepenuhnya tentang
situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.
I. Taraf dapat dipercaya
Secara keseluruhan dapat dipercaya
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : kompos mentis
3. Tanda vital : TD:110/70 mmHg, N:74x/m, R:20x/m, S:36,50C
4. Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
5. R.Thoraks : C: BJ I-II reguler, bising (-)
P: Sp. Vesikuler, Rh -/-, Wh-/-
6. R.Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal
Hepar dan Lien tidak teraba
7. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
B. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak (-), Pupil: bulat isokor, refleks cahaya +/+.
N. Kranialis : baik. Fungsi sensoris dan motoris di ekstremitas baik
Refleks fisiologis: normal. Refleks patologis (-).
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
11
VI. IKHTISIAR PENEMUAN BERMAKNA
Ny. KR, 64 tahun, suku Bantik, Kristen Protestan, menikah, memiliki
2 orang anak, saat ini sebagai pensiunan, tinggal di Malalayang datang
dengan keluhan ke Poliklinik Kesehatan Jiwa pada tanggal 11 mei 2015,
dengan kelihan yaitu Mual dan muntah, nyeri perut, sulit tidur, pasien
merasa cemas dan takut dengan sakitnya.
Awalnya muncul keluhan yaitu saat pasien sedang bermasalah dengan
kakak pasien. Sebelumnya pasien tidak pernah merasakan hal ini. Sejak
bermasalah dengan kakak pasien, pasien takut, cemas, sulit tidur, gangguan
pola makan serta terbayang – bayang tentang kematian. Pasien juga
mengeluhkan cepat lelah saat beraktivitas, kehilangan semangat, dan
perasaan sedih terus menerus.
Dalam pemeriksaan status mental, mood hipotimia, afek menyempit.
Pasien terlihat kurang bersemangat. Tidak ada periode manik ataupun
hipomanik. Dari pemeriksaan fisik tidak didapati adanya kelainan.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status mental,
menunjukkan keadaan yang cukup baik. Keluhan pasien Mual muntah, nyeri
perut, pasien merasa cemas dan takut terhadapa penyakitnya. Berdasarkan
anamnesis didapatkan pasien sulit tidur, nafsu makan berkurang, tidak
bersemangat dalam melakukan aktivitas, terbayang kematian, cepat lelah.
Ditemukan juga sumber stressor pada pasien yang menyebabkan terjadinya
gangguan medis. Pada Aksis I, kriteria diagnostik pasien ini adalah gangguan
depresi mayor dengan tingkat depresi berat.
Pada Aksis II, ciri kepribadian pasien ini adalah ciri kepribadian obsesif-
kompulsif. Hal ini dilihat dari aktivitas pasien yang sering melakukan segala
sesuatu sesuai dengan aturan-aturan, ketertiban. Pasien selalu berusaha
menyelesaikan semuanya dengan sempurna.
Pada aksis III , pasien memiliki gangguan medis yaitu Gastritis.
12
Pada aksis IV, Masalah keluarga yang timbul yaitu kakak pasien yang
sering meminta uang kepada pasien, marah –marah dan mengancam pntuk
membunuh pasien, sehingga pasien merasa cemas dan takut.
Pada aksis V, Global Assessment of Fungsional (GAF) scale, current 70 -
61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik. HLPY : 60 -51 : beberapa gejala sedang atau disabilitas
yang moderat dalam pekerjaan sosial atau fungsi sosial.
VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Depresi Mayor
Aksis II : Ciri kepribadian obsesif-kompulsif
Aksis III : Gastritis
Aksis IV : Masalah keluarga
Aksis V : GAF current : 70 – 61 : beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
masih baik. GAF HLPY : beberapa gejala sedang atau
disabilitas yang moderat dalam pekerjaan sosial atau fungsi
sosial.
IX. PROBLEM
A. Organobiologi : pasien mengalami gastritis.
B. Psikologi : mengalami gangguan depresi
C. Lingkungan & ekonomi sosial : Kesulitan dalam interaksi sosial,
pasien hanya mengurung diri dalam
rumah mengkhawatirkan sakitnya.
X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmako
Fluoxetine 20 mg 1 – 0 – 0
Diazepam 5 mg 0 – 0 – 1
13
B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
1. Terhadap pasien
Psikoterapi Suportif
Pada pasien diberikan motivasi dan memberikan dukungan agar
pasien tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi
hidup ini
Psikoterapi Reedukatif
Memberikan edukasi dan dukungan agar memahami ganggunnya
lebih lanjut, cara pengobatan efek samping yang dapat muncul, serta
pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat
Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
Pada pasien depresi perlu adanya terapi perilaku kognitif untuk
mengatasi gejala depresi pasien. Terapi perilaku kognitif atau cognitive
behavioral therapy disarankan untuk diberikan pada pasien oleh terapis
atau psikiater. CBT pada pasien depresif diberikan dalam beberapa bagian
besar yang terdiri dari beberapa sesi. Terapi ini dibagi dalam tiga bagian
besar : (1) bagaimana pikiran mempengaruhi mood (2) bagaimana
aktivitas mempengaruhi mood (3) bagaimana hubungan mempengaruhi
mood.
2. Terhadap keluarga
Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan
pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit. Menyampaikan
informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab
penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat
memahami menerima kondisi pasien untuk minum obat dan control secara
teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.
14
XI. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
XII. ANJURAN
Dianjurkan kepada keluarga pasien agar dapat mengawasi pasien, memotivasi
pasien, dan membantu pasien. Selain itu memberikan konseling kepada
keluarga terhadap penyakit yang dialami oleh pasien, sehingga keluarga juga
dapat membantu pemulihan kondisi pasien.
XIII. DISKUSI
Diagnosis
Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan dan pesimis yang
berhubungan dengan suatu penderitaan. Depresi merupakan kondisi
emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat
mendalam, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain
dan tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual dan minat serta
kesenangan dalam aktivitas yang biasa di lakukan. Depresi merupakan
gangguan suasana hati atau mood yang dalam edisi DSM yang dikenal sebagai
gangguan afektif. Depresif adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada
alam perasaan (affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan,
kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, dan putus asa.
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis
didapatkan pasien terdapat perasaan tertekan dan kehilangan minat serta
semangat, perasaan sedih yang terus menerus, pasien juga didapati sulit tidur
dan nafsu makan berkurang.Pasien juga merasa cemas dan takut dengan
sakitnya. Keluhan ini sudah dialami pasien sejak 8 bulan yang lalu. Interaksi
sosial pasien juga berkurang.
15
Berdasarkan DSM V
Kriteria Diagnostik Gangguan Depresi Mayor
A. 5 atau lebih gejala yang ada dan bertahan dalam waktu 2
minggu dan terjadi perubahan dari fungsi sebelumnya:
setidaknya satu gejala ada (1) mood depresi (2) kehilangan
minat
1. Perasaan depresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari,
seperti yang ditunjukan dengan satu gejala subjektif (sedih,
kosong, putus asa) atau dari pengamatan orang lain
2. Terlihat nyata berkurang minat dan kesenangan dalam
semua atau hampir semua kegiatan sepanjang hari, hampir
setiap hari seperti yang ditunjukkan oleh salah satu hal
subjektif atau berdasarkan pengamatan)
3. Kehilangan berat badan secara signifikan tanpa diet atau
naik berat badan (kehilangan 5% berat badan dalam satu
bulan), atau nafsu makanyang menurun atau meningkat
hampir setiap hari
4. Insomnia atau hipersomnia setiap hari
5. Agitasi psikomotor atau retardasi setiap hari
6. Kelelahan atau kehilangan energy setiap hari
7. Perasaan yang tidak dibutuhkan atau tidak pantas atau rasa
salah yang berlebihan hampir setiap hari
8. Berkurang kemampuan berpikir atau konsentrasi atau rasa
bersalah yang tidak pantas setiap hari
9. Pikiran berulang tentang kematian (tidak hanya rasa takut
mati), pikiran berulang tentang bunuh diri tanpa rencana
spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana spesifik untuk
bunuh diri
B. Gejala yang ada menyebabkan distress klinik yang signifikan
atau impairment dalam kehidupan social atau hal penting
16
lainnya
C. Episode ini tidak disebabkan gangguan fisiologi atau substansi
dari kondisi medis lain
D. Terjadi episode depresi major yang tidak dapat dijelaskan
dengan gangguan skizoafektif, skizofrenia, skizofreniform,
delusi, atau skizofrenia spectrum yang spesifik dan tidak
spesifik dan gangguan psikotik lainnya
E. Tidak pernah ada episode manic atau hipomanik
Berdasarkan PPDGJ III hal ini sesuai dengan kriteria yaitu :
Gejala utama meliputi :
1. Perasaan depresif atau perasaan tertekan
2. Kehilangan minat dan semangat
3. Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah.
Gejala lain meliputi :
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang
2. Perasaan bersalah dan tidak berguna
3. Tidur terganggu
4. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
5. Perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
6. Pesimistik
7. Nafsu makan berkurang
Pasien digolongkan dalam episode depresif berat tanpa gejala
psikotik. Pada pasien terdapat 3 gejala utama depresi dan 4 dari gejala
lainnya. Pasien sudah mengalaminya lebih dari dua minggu. Pasien juga
sudah tidak mampu meneruskan kegiatan sosial dan kegiatan rumah
tangga.
17
Ciri kepribadian obsesif – kompulsif adalah sebagai berikut
Pola pervasif preokupasi dengan urutan, perfeksionisme, dan pengendalian mental
dan interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi,
dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Terpreokuasi dengan perincian, aturan, daftar, urutan, susunan, atau jadwal
sampai tingkat dimana aktivitas utama hilang
2. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas
(misalnya, tidak mampu menyelesaikan suatu proyek karena tidak
memenuhi standarnya sendiri yang terlalu ketat)
3. Secara berlebihan setia kepada pekerjaan dan produktivitas sampai
mengabaikan aktivitas waktu luang dan persahabatan (tidak disebabkan oleh
kebutuhan ekonomi yang besar)
4. Terlalu berhati-hati, teliti, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas,
etika, atau nilai-nilai
5. Tidak mampu membuang benda-benda yang usang atau tidak berguna
walaupun tidak memiliki nilai sentimental
6. Enggan untuk mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain
kecuali mereka tunduk dengan tepat caranya mengerjakan
7. Memiliki gaya belanja yang kikir baik untuk dirinya sendiri maupun orang
lain, uang dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk bencana
dimasa depan
8. Menunjukkan kekakuan dan keras kepala
Terapi
Fluoxetine merupakan antidepresan oral yang secara kimia tidak
berhubungan dengan antidepresan trisiklik, tetrasiklik atau antidepresan
lainnya. Fluoxetine bekerja secara spesifik dan selektif menghambat re-
uptake serotonin pada sinapsis neuron, tetapi tanpa penghambatan pada re-
uptake sistem non adrenergik. Indikasinya adalah Fluoxetine diindikasikan
18
untuk pengobatan gangguan depresi mayor. Pasien juga diberikan diazepam
di malam hari agar penderita bisa tidur.
Keberhasilan pengobatan pasien tidak hanya dengan meminum obat
(farmakologi) namun juga melalui edukasi baik terhadap pasien maupun
keluarga. Keluarga pasien juga diberikan konseling keluarga dalam bentuk
menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan
penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga
dapat memahami menerima kondisi pasien untuk minum obat dan control
secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan dan memberikan
pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga
pada perjalanan penyakit.
Terapi perilaku kognitif
Pada pasien depresi perlu adanya terapi perilaku untuk meningkatkan
kepercayaan diri pasien. Terapi ini dibagi dalam tiga bagian : (1) bagaimana
pikiran mempengaruhi mood (2) bagaimana aktivitas mempengaruhi mood
(3) bagaimana akitivitas mempengaruhi mood.
Modul 1 : Pikiran. Tujuan dari modul ini yaitu memberikan informasi
mengenai bagaimana pikiran kita mempengaruhi mood. Sesi awal akan
menetapkan struktur dan tujuan dari sesi berikutnya. Yang terpenting bahwa
pasien tau bahwa yang akan dilakukan dalam wawancara ataupun dalam
terapi adaalah rahasia. Pada sesi pertama ini dimulai dialog tetntang depresi :
bagaimana pasien mengalami hal tersebut. Terapis menyajikan bahwa pada
modul pertama ini tujuannya adalah untuk memahami bagaimana pikiran kita
mempengaruhi suasana hati kita. Pikiran didefinisikan dalah tiga sesi.
Kemudian tiga sesi berikutnya mendeskripsikan bagaimana kesalahan
berpikir dapat berkaitan dengan depresi, serta bagaimana memodifikasi
suasana hati kita. Sesi ini kemudian dilanjutkan dengan sesi dengan tujuan
member pasien strategi untuk meningkatkan pikiran positif dan mengurangi
pikiran negative yang tidak sehat sehingga dapat mengurangi gejala depresi.
19
Modul II: Aktivitas (Bagaimana aktivitas kita mempengaruhi suasana hati
kita). Sesi dalam modul ini memungkinkan peserta berpartisipasi dalam
kegiatan yang menyenangkan. Ada diskusi tentang kehadiran depresi yang
dapat membatasi keikutsertaan pasien dalam kegiatan yang menyenangkan,
sehingga meningkatkan gejala depresi. Selama sesi ini, kegiatan yang
menyenangkan didefinisikan dan hambatan untuk terlibat di dalamnya
diidentifikasi. Modul ini juga bekerja dengan cara belajar untuk menetapkan
tujuan yang jelas dapat membantu mengurangi depresi. Langkah-langkah
dalam menetapkan tujuan dicapai diajarkan dan dipraktekkan di sesi ini.
Tujuan utama dari modul ini adalah bahwa peserta meningkatkan kendali atas
hidupnya dan belajar untuk mengidentifikasi alternatif yang akan
memungkinkan serta memberikan dia kebebasan dalam menentukan
pilihan.Bersama-sama dengan terapis, tujuan dan kegiatan yang ditetapkan
yang akan membantu meningkatkan suasana hati peserta.
Modul III: Hubungan (Bagaimana Hubungan kita mempengaruhi suasana
hati kita) Sesi dalam modul ini memperkenalkan konsep bagaimana hubungan
kita mempengaruhi suasana hati kita. Dukungan sosial dan bagaimana hal itu
membantu kita menghadapi situasi sulit dibahas. Peserta belajar untuk
mengidentifikasi dan memperkuat jaringan dukungan sosial mereka. Sesi
terakhir mengintegrasikan tema dari modul sebelumnya. Terapis bersama-
sama dengan peserta memeriksa bagaimana pikiran mempengaruhi kegiatan,
dukungan sosial dan hubungan peserta terlibat dalam. Latihan ini digunakan
untuk mengajarkan keterampilan komunikasi yang akan membantu peserta
membangun hubungan. Setelah sesi berakhir, evaluasi terapi dilakukan
dengan peserta untuk mengidentifikasi keberhasilan yang dicapai.
XIV. WAWANCARA
20
Wawancara dilakukan di Poliklinik kejiwaan RS. Prof. dr. V. L. Ratumbuysang
pada tanggal 8 Mei 2015.
Keterangan :
Q : Pemeriksa
A : Pasien
Q : Selamat siang bu,,,
A : Slamat siang dok...
Q : Saya dokter muda cliff, ini dgn ibu siapa?
A : ibu K. R. Dokter,,,,
Q : tinggal dimana bu?
A : di malalayang dokter...
Q : so umur brapa dg ini?
A : 64 dokter...
Q : ada yang bisa dibantu bu? Ada keluhan apa datang berobat?
A : Qt pe puru saki dokter taputar-putar... kg mual muntah le
Q : so brapa lama Bu?
A : kira-kira 4 bulan lalu dok, kita so 4 kali maso rumah saki dokter
Q : Oh iyo kong ada keluhan laeng le?
A : ada dokter, qt susah ja tidor malam dokter.
Q : so brapa lama bu?
A : so lama dokter... bagini kwa dokter, kita ada masalah dengan tpe keluarga
tepatnya kita pe kakak, mar sudah kw dokter, so nda skarang..
21
Q : Masalah apa bu? Kong so brapa lama?
A : Sebenarnya rahasia dokter, mar qt cerita jo... So lama kwa ini dokter, so dari 8
bulan ato 9 bulan lalu dokter. Tpe kaka laki-laki dokter bekeng qt stres dulu, apa
dia mo minta kita musti kase.
Q : hmm, minta doi ato bagmana bu?
A : dia kwa dokter pang ba pake obat, narkoba dokter. Jadi dia j minta akang doi p
qt , ato minta mkang, ato apapun itu... kong kita musti mo kase...
Q : klo ibu nd kase dang?
A : So sagala macam dokter dia ja bilang, dia ancam mo bunung lah, ato mo
pukul..
Q : ohh. Kong bagimana ibu saat itu dang?
A : Pertama kita kase-kase, mar akhirnya qt stress,, tiap kita lia p dia tpe kapala
saki, ba suar dingin dokter.. stress skali pokoknya.
Q : ibu pe stress bagimana? Cuma susah tidor ato? Makan bagmana?
A : stress skali dokter, qt sampe manangis-manangis dokter, tiap malam Cuma ta
bayang-bayang, ba pikir truss...
Q : ibu pe kegiatan hari-hari dang?
A : masih ja bkg noh, mar so susah, ja ta pikir trusss... tiap malam qt so ja
tabayangkan mo mati dokter, ta so ja ta bayang-bayang qt pe org tua dg dorang
samua yang so lebe dulu mati...
Q : mar ibu nda sampe ba pikir mo bunuh diri toh?
A : nda dokter, qt tako mo mati, masih suka mo umur panjang.
Q : Itu perasaan itu muncul tiap hari? Ato kadang-kadang?
A : Tiap hari dokter....
Q : Tiap hari ibu sedih-sedih, ilang smangat, susah tidor, susah makan?
22
A : iyo dokter...
Q : Pernah nda, di satu saat tiba-tiba ibu senang bagitu? Tiba-tiba rasa sanang,
walaupun nd ada alasan?
A : nyanda pernah noh dokter, mo sanang bagimana kalo amper tiap hari rasa stres
qt dokter....
Q : kong ibu pe keluhan yang skarang ini dang muncul pas itu masalah ato?
A : Sementara itu masalah dokter... pas 4 bulan lalu qt lebe stres, tpe kakak maso
rumah saki kong tpe sudara-sudara laeng so nimau lia p dia. Dia ada cilaka, so
lumpuh, jadi akhirnya qt pi lia jo walaupun dia bkg susah pa qt dokter.
Q : saat itu ibu lebe stres ato?
A : Iyo noh dokter...
Q : skarang dang?
A : skarang so nda stres dg itu dokter, dia so meninggal, jadi sudah noh... skarang
qt stress dg qt pe saki ini, tape maag saki skali mar drg bilang nda apa-apa kata
dokter. Terakhir qt maso di siloam dua minggu. Qt so suru endoskopi, ada rupa
luka ato blas bagitu pa qt p maag kata dokter. Terakhir di siloam kong tpe
kamanakan suru pigi ka dokter psikiater kage kata karna qt p stress...
Q : ohh iyo ibu, boleh jadi juga sih. Ibu pe stress skarang deng dulu bagimana
dang? Mana lebe stress?
A : adoh dokter, tetap yang dulu... qt sampe manangis-manangis, ilang nafsu
makan, kong susah tidor,... so nda smangat... kacau pokoknya dokter...
Q : waktu itu bagimana bu? Ibu capat lalah?
A : iyo dokter, kong tambah le terakhir qt s nd ja makan bae-bae, karna itu sto qt
pe maag muncul...
Q : waktu b priksa di rumah sakit bgmana dpe hasil?
A : dorang Cuma da bilang Cuma maag biasa, ada blas sadiki skali kata...
23
Q : ohhh iyo dang ibu,,, ibu kemungkinan memang mungkin sakit yang skrang
ada dpe hubungan dengan ibu p stress dulu ne, mar trg musti lia ulang nanti ne..
sabantar dokter mo priksa dg mo kase obat... ne..
A : oh iyo dokter makase neh...
Q : oh iyo bu, nanti qt mo berkunjung ke rumah ne... mo lia ibu p perkembangan,
boleh bu? Nanti qt hubungi kalo boleh...
A : oh iyo dokter... boleh skali
Q : oh iyo bu trima kasih ne. Nanti qt hubungi pa ibu ulang, skarang tunggu di
luar dulu ne nanti pangge ulang...
A : oh iya dokter, trima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Binarupa Aksara Publisher. 2010.
2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan dari PPDGJ III dan
DSM 5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta.
2013.
3. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2010.
4. Maslim R. Penggunaan Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2014.
5. Rosello J, Bernal G. Treatment Manual for Cognitive Behavioral
Therapy for depression. University of Pueto Rico. 2007.
Lampiran
25
Top Related