AUDITING STANDARDS AND REPORTING
April 20
2013
By: ISMUADI & DIANAMAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS SYIAHKUALA BANDA ACEH
Paper Auditing
1 | P a g e
A. STANDAR AUDITING
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing
merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri
atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA).
Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar
yang tercantum di dalam standar auditing. Di Amerika Serikat, standar auditing
semacam ini disebut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) yang
dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA).
Pernyataan Standar Auditing (PSA) merupakan penjabaran lebih lanjut dari
masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. PSA berisi
ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik
dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang diterbitkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia(IAPI) ini bersifat wajib bagi seluruh anggota
IAPI. Termasuk di dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing
(IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap
ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA. Dengan demikian, IPSA
memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-
ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perluasan lebih lanjut
berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh
anggota IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.
2
Standar auditing yang berlaku umum dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
a) Standar Umum
Standar umum menekankan pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki
auditor.
a. Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan
memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor.
b. Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua
hal yang berhubungan dengan audit.
c. Auditor harus menerapkan kemahiran profesional dalam melaksanakan audit
dan menyusun laporan.
b) Standar Pekerjaan Lapangan
a. Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi
semua asisten sebagaimana mestinya.
b. Auditor harus memperoleh pemahaman yang cukup mengenai entitas serta
lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah
saji yang material dalam laporan keuangan karena kesalahan atau kecurangan
dan untuk merancang sifat, waktu serta luas prosedur audit selanjutnya.
c. Auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan
prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat
menyangkut laporan keuangan yang diaudit.
3
c) Standar Pelaporan
a. Auditor harus menyatakan dalam laporan auditor apakah laporan keuangan
telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Auditor harus mengidentifikasikan dalam laporan auditor mengenai keadaan
dimana prinsip-prinsip tersebut tidak secara konsisten diikuti selama periode
berjalan jika dikaitkan dengan periode sebelumnya.
c. Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan yang informatif belum
memadai maka auditor harus menyatakannya dalam laporan auditor.
d. Auditor harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak bisa diberikan
dalam laporan auditor. Jika tidak dapat menyatakan satu pendapat secara
keseluruhan maka auditor harus harus menyatakan alasan-alasan yang
mendasarinya dalam laporan auditor.
Dalam semua kasus, jika nama seorang auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan maka auditor harus dengan jelas menunjukkan sifat pekerjaan auditor jika
ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor dalam laporan auditor.
Standar pelaporan untuk audit atas laporan keuangan menuurut PSA-IAPI
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Standar pelaporan pertama; laporan audit harus menyatakan apakah laporan
keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau prinsip lain yang berlaku secara komprehensif.
2. Standar Pelaporan Kedua; “Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan denganpenerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam perode sebelumnya.”
4
3. Standar Pelaporan Ketiga; “Pengungkapan informatif dalam laporan keungan
harus dipandsng memadi, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.”
4. Standar Pelaporan Keempat; “Laporan auditor harus memuat suatu
pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau
suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor
harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang yang
dilaksanakan,jika ada, dan tingkat tanggung jawab yaang dipikul auditor”.
Di samping standar pelaporan menurut PSA-IAPI di atas, untuk audit sektor publik
terdapat Standar Pelaporan Tambahan sebagai berikut :
1. Pernyataan Standar Pelaporan Tambahan pertama adalah: ”Laporan hasil
pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan
Standar Pemeriksaan”.
Pernyataan standar ini mengacu kepada standar pemeriksaan yang berlaku,
yang harus diikuti oleh pemeriksa selama melakukan pemeriksaan. Jika
pemeriksa tidak dapat mengikuti Standar Pemeriksaan, pemeriksa dilarang
untuk menyatakan demikian. Dalam situasi demikian, pemeriksa harus
mengungkapkan alasan tidak dapat diikutinya standar pemeriksaan tersebut
dan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan. Dalam menilai dampak terhadap
hasil audit sebagai akibat tidak mengikuti standar, auditor mungkin perlu
untuk mengkualifikasi opininya, tidak memberikan opini, atau mundur dalam
penugasan audit.
5
2. Pernyataan Standar Pelaporan Tambahan kedua adalah : ”Laporan hasil
pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa
telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap
penyajian laporan keuangan”.
Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
ditemukan dalam pemeriksaan keuangan, dimuat dalam laporan atas
kepatuhan. Apabila pemeriksa tidak menemukan ketidakpatuhan dalam
pengujian kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
pemeriksa tidak menerbitkan laporan atas kepatuhan. Apabila pemeriksa
menerbitkan laporan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan, laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus memuat
suatu paragraf yang merujuk kepada laporan tersebut.
6
B. LAPORAN AUDIT
Laporan merupakan hal yang sangat penting dalam penugasan audit, Para
pemakai laporan keuangan mengandalkan laporan auditor untuk memberikan
kepastian atas laporan keuangan perusahaan. Laporan audit adalah tahap akhir dari
keseluruhan proses audit.
Laporan audit dapat didefinisikan sebagai sarana untuk mengomunikasikan
pekerjaan audit dan temuan audit secara komprehensif, yang diberikan oleh tim audit
kepada organisasi audit. Laporan audit adalah penting untuk diperhatikan auditor
agar hasil audit dapat bermanfaat bagi pengguna laporan audit seperti kreditur, para
investor, dan lain lain.
1. Peranan Laporan Audit
Selain sebagai ringkasan dari pekerjaan audit dan temuan audit, Laporan
audit juga merupakan dasar dalam membuat Surat Opini Audit, Rekomendasi dan
membuat Keputusan Audit. Peranan utama dari Laporan Audit adalah:
a) Laporan audit adalah jalan utama bagi institusi audit untuk memahami
informasi tentang proses audit. Tim audit harus menyerahkan laporan kepada
institusi audit yang menugaskan pada saat audit selesai sehingga institusi
audit dapat memahami proses dan hasil dari audit yang dilakukan oleh tim
audit tersebut.
b) Laporan audit adalah dasar dalam pembuatan Surat Opini Audit dan
Keputusan Audit. Laporan Audit mengevaluasi kewajaran, ketaatan dan
kinerja dari auditan dan memberikan opini dan rekomendasi berdasarkan
7
temuan audit. Berdasarkan informasi tersebut institusi audit membuat Surat
Opini Audit dan Keputusan Audit.
c) Laporan audit adalah dasar yang penting untuk mengumpulkan dan mengolah
informasi audit. Laporan audit menyampaikan informasi dan masalah yang
berhubungan dengan belanja dan peendapatan serta kegiatan-kegiatan
ekonomi yang relevan dari institusi atau proyek yang diaudit. Institusi audit
dapat memproses lebih lanjut informasi yang penting dan masalah yang
disajikan dalam Laporan Audit dan melalui Laporan Audit ini institusi audit
dapat menyediakan informasi tentang isu-isu individual atau informasi yang
terintegrasi kepada institusi audit di tingkat yang lebih tinggi, dan
depertemen yang berkompeten lainnya.
Menurut Modul Manajemen Audit BPK-RI, laporan audit tertulis berfungsi untuk :
a) Mengkomunikasikan hasil audit kepada pejebat pemerintah, yang bewenang
berdasarkan peraturan perudang-undangan yang berlaku,
b) Membuat hasil audit terhindar dari kesalahpahaman,
c) Membuat hasil audit sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi
terkait, dan
d) Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan perbaikan
yang semestinya telah dilakukan.
Manfaat laporan audit diantaranya adalah:
a) Memberikan penguatan terhadap kehandalan informasi laporan keuangan
atau informasi lain yang disajikan oleh auditan
8
b) Sebagai bukti lampiran yang harus disampaikan dalam penyerahan SPT
seperti dalam ketentuan UU KUP pasal 4 ayat (4b)
c) Sebagai syarat untuk perusahaan yang akan go public
d) Sebagai bukti pelaksanaan tugas
e) Sebagai sumber referensi untuk perencanaan audit berikutnya
f) Sebagai alat pembuktian apabila ada sanggahan dari pihak yang terlibat
g) Sebagai media untuk mengkomunikasikan informasi–informasi penting yang
diperoleh selama pelaksanaan audit.
2. Syarat-Syarat Laporan Audit
Pada setiap akhir pelaksanaan audit, auditor harus menyiapkan konsep
Laporan Audit. Isi konsep Laporan Audit tersebut harus mudah dimengerti dan bebas
dari penafsiran ganda serta memenuhi standar pelaporan yaitu:
a) Lengkap. Laporan harus memuat semua informasi yang dibutuhkan untuk
memenuhi tujuan audit, meningkatkan pemahaman yang benar dan memadai
atas hal yang dilaporkan, dan memenuhi persyaratan isi laporan.
b) Akurat. Laporan harus menyajikan bukti yang benar dan menggambarkan
temuan dengan tepat. Satu ketidakakuratan dalam laporan dapat
menimbulkan keraguan atas validitas sebuah laporan dan dapat mengalihkan
perhatian pembaca dari substansi laporan tersebut. Laporan harus
memasukkan hanya informasi, temuan, dan simpulan yang didukung bukti
kompeten dan relevan dalam KKP. Bukti yang dilaporkan harus
mencerminkan kebenaran logis atas masalah yang dilaporkan.
9
c) Obyektif. Laporan harus disajikan secara seimbang dalam isi dan nada. Ini
berarti auditor harus menyajikan hasil audit secara netral dan menghindari
kecenderungan melebih-lebihkan atau terlalu menekankan kinerja yang
kurang.
d) Meyakinkan. Laporan audit harus menjawab tujuan audit, temuan disajikan
secara persuasif, dan kesimpulan serta rekomendasi disusun secara logis
berdasarkan fakta yang disajikan.
e) Jelas. Laporan audit harus mudah dibaca dan dipahami. Laporan harus ditulis
dengan bahasa yang jelas dan sesederhana mungkin, sepanjang hal ini
dimungkinkan. Jika digunakan istilah teknis, singkatan, dan akronim yang
tidak begitu dikenal, hal itu harus didefinisikan dengan jelas. Penggunaan
akronim diusahakan seminimal mungkin. Pengorganisasian materi laporan
seara logis dan keakuratan serta ketepatan dalam menyatakan fakta dan
dalam mengambil simpulan, adalah penting untuk kejelasan dan pemahaman
bagi pembaca Laporan Audit.
f) Ringkas. Laporan audit harus disajikan secara ringkas tidak lebih panjang
dari yang diperlukan untuk mendukung pesan. Jika terlalu rinci, dapat
menurunkan kualitas laporan bahkan dapat menyembunyikan pesan yang
sesungguhnya dan mengurangi minat pembaca. Pengulangan yang tidak perlu
juga harus dihindari.
3. Bentuk dan Bagian-bagian Laporan Audit
Laporan Audit umumnya terdiri dari judul, tujuan laporan, bagian utama,
tanda tangan dari ketua tim audit, dan tanggal laporan.
10
Bagian-Bagian Dari Laporan Audit Standar
a. Judul Laporan; Standar auditing mengharuskan pemberian judul dan harus
memuat kata independen.
b. Alamat yang dituju laporan audit; Laporan biasanya ditujukan kepada
perusahaan yang bersangkutan, pemegang saham, atau dewan direksinya.
c. Paragraf pendahuluan; Paragraf pertama ditujukan untuk tiga hal:
1) Paragraf ini merupakan pernyataan sederhana bahwa KAP
bersangkutan telah melaksanakan audit.
2) Paragraf ini mencantumkan laporan keuangan yang diaudit, termasuk
tanggal neraca, dan periode akuntansi untuk laporan rugi laba dan
laporan arus kas.
3) Paragraf ini menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung
jawab manajemen dan tanggung jawab auditor hanyalah untuk
menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit
d. Paragraf ruang lingkup; Menyatakan bahwa audit dirancang untuk dapat
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji yang material yaitu auditor hanya bertanggung jawab untuk mencari
kekeliruan yang signifikan yang mempengaruhi keputusan pemakai laporan
keuangan. Paragraf ini juga menyatakan bahwa auditor telah mengevaluasi
ketepatan standar akuntansi, estimasi, dan pengungkapan serta penyajian
laporan keuangan. Jadi audit memberikan suatu tingkat keyakinan yang
tinggi tetapi bukan merupakan jaminan.
e. Paragraf pendapat; Menyatakan bahwa yang diberikan adalah suatu pendapat
dan bukan suatu pernyataan mutlak atau jaminan. Tujuannya adalah untuk
11
menunjukkan bahwa kesimpulan yang diambil didasarkan atas pertimbangan
profesional. Dalam paragraf ini auditor diminta untuk menyatakan
pendapatnya mengenai laporan keuangan secara keseluruhan termasuk
mengenai apakah perusahaan mengikuti standar-standar akuntansi yang
berlaku umum.
f. Tanda tangan , nama, dan nomor register akuntan publik; Nama ini
menunjukkan partner akuntan publik atau auditor yang bertanggung jawab
secara hukum dan jabatan atas mutu auditnya menurut standar profesional.
g. Tanggal laporan audit; Tanggal yang dipakai adalah tanggal saat auditor telah
menyelesaikan bagian terpenting dari prosedur auditing di lapangan. Tanggal
ini menunjukkan sampai tanggal berapa setelah laporan keuangan auditor
bertanggung jawab atas peninjauan terhadap peristiwa yang terjadi.
4. Laporan Audit Kepatuhan
Laporan atas kepatuhan mengungkapkan: (1) ketidakpatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk pengungkapan atas
penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata, maupun
penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana, dan (2) ketidakpatutan yang
signifikan terhadap pelaksanaan undang-undang.
Laporan audit yang baku wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),
Merupakan laporan yang audit dengan nilai yang terbaik menurut auditor. Laporan
bentuk ini digunakan apabila kondisi berikut terpenuhi:
a) Semua laporan keuangan: Neraca, Laporan Rugi Laba, Perhitungan Laba
Ditahan, dan Laporan Arus Kas, sudah tercakup di dalam laporan keuangan.
12
b) Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.
c) Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor telah melaksanakan
penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya untuk menyimpulkan
bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan sudah terpenuhi.
d) Laporan keuangan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
umum. Ini berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah disertakan
dalam catatan kai dan bagian lain dari laporan keuangan.
e) Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf penjelasan
atau modifikasi kata-kata dalam laporan keuangan.
5. Laporan Yang Menyimpang Dari Bentuk Standar
Selain Laporan Audit yang standar, ternyata ada juga Laporan Audit yang
Menyimpang, atau lebih tepatnya, Laporan yang Menyimpang dari Bentuk Standar.
Maksud dari penyimpangan disini adalah penyimpangan dari pendapat wajar tanpa
syarat (Unqualified Opinion). Menurut SPAP PSA No. 29 Pasal 20-74 tentang
Penyimpangan dari pendapat wajar tanpa syarat, dijelaskan bahwa ada beberapa
kondisi yang menyebabkan terjadinya penyimpangan tersebut.
Kondisi 1 : Pembatasan ruang lingkup pemeriksaan auditor; Ini terjadi
apabila auditor tidak berhasil mengumpulkan bukti yang mencukupi untuk
menyimpulkan apakah laporan keuangan yang diauditnya telah disajikan
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Penyebab utama adalah
pembatasan yang disebabkan oleh klien dan pembatasan yang disebabkan
oleh kendala di luar auditor maupun klien.
13
Kondisi 2 : Laporan Keuangan tidak disajikan sesuai dengan GAAP
Kondisi 3 : Auditor tidak independen
Jenis-jenis penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian, antara lain :
a) Pendapat Wajar dengan Pengecualian (QUALIFIED OPINION)
Kondisi tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian.
Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan.
Pendapat ini diberikan apabila ada pembatasan ruang lingkup audit (Kondisi 1) atau
tidak ditaatinya standar akuntansi yang berlaku umum (Kondisi 2). Pendapat ini
hanya dapat digunakan apabila auditor yakin bahwa laoran keuangan secara
keseluruhan disajikan secara wajar.
Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus
menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah
yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Untuk laporan jenis ini, harus
dicantumkan kata “kecuali untuk” pada paragraf pendapat.
b) Pendapat Tidak Wajar (ADVERSE OPINION)
Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat ini diberikan bila
auditor merasa yakin bahwa keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat
14
salah saji yang material atau menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara wajar
posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dan auditor memiliki bahan bukti yang cukup memadai melalui
penyelidikan yang memadai tentang ketidaksesuaian tersebut.
Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus menjelaskan dalam
paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya. Jika pendapat tidak
wajar dinyatakan oleh auditor, paragraf pendapat harus berisi perujukan langsung ke
paragraf terpisah yang menjelaskan dasar untuk pendapat tidak wajar tersebut.
c) Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (DISCLAIMER OF OPINION)
Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor
tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak menyatakan
suatu pendapat bilamana auditor tidak berhasil untuk meyakinkan dirinya sendiri
bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara wajar, karena banyaknya
pembatasan ruang lingkup audit (Kondisi 1) atau hubungan yang tidak independen
antara auditor dan klien menurut kode etik profesional (Kondisi 3).. Jika auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua
alasan substantif yang mendukung pernyataannya tersebut.
Pernyataan tidak memberikan pendapat adalah cocok jika auditor tidak
melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya
memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan
pendapat harus tidak diberikan karena auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa
terdapat penyimpangan material dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Jika pernyataan tidak memberikan pendapat disebabkan pembatasan
15
lingkup audit, auditor harus menunjukkan dalam paragraf terpisah semua alasan
substantive yang mendukung pernyataannya tersebut.
Hal-hal yang menyebabkan dikeluarkannya opini Wajar dengan Pengeculian,
Pendapat tidak Wajar, atau Tidak Memberikan Pendapat, adalah sebagai berikut:
a) Pembatasan Lingkup Audit
Auditor dapat menentukan bahwa ia dapat menyatakan pendapat wajar tanpa
pengecualian hanya jika audit telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Publik Indonesia dan oleh karena itu hanya jika ia dapat
menerapkan prosedur audit yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan.
Pembatasan terhadap lingkup audit, baik yang dikenakan oleh klien maupun oleh
keadaan, seperti waktu pelaksanaan audit, kegagalan memperoleh bukti kompeten
yang cukup, atau ketidakcukupan catatan akuntansi, mungkin mengharuskan auditor
memberikan pengecualian di dalam pendapatnya atau pernyataan tidak memberikan
pendapat. Dalam hal ini, alasan pengecualian atau pernyataan tidak memberikan
pendapat harus dijelaskan oleh auditor dalam laporannya.
Keputusan auditor dalam memberikan pendapat wajar dengan pengecualian
atau pernyataan tidak memberikan pendapat karena pembatasan lingkup audit
tergantung atas penilaian auditor terhadap pentingnya prosedur yang tidak dapat
dilaksanakan tersebut bagi auditor dalam memberikan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
Bila klien mengenakan pembatasan yang secara signifikan membatasi lingkup
audit, biasanya auditor harus mempertimbangkan untuk menyatakan tidak
memberikan pendapat.
16
Pembatasan lain atas lingkup audit.
Kadang-kadang catatan atas laporan keuangan berisi informasi yang tidak
diaudit, seperti perhitungan proforma atau pengungkapan lain yang serupa. Jika
auditor tidak dapat menerapkan prosedur audit yang dipandang perlu, ia harus
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau menyatakan tidak
memberikan pendapat karena pembatasan atas lingkup auditnya.
b) Perikatan dengan pelaporan terbatas.
Auditor mungkin diminta untuk melaporkan hasil audit atas salah satu unsur
laporan Hal-hal yang menyebabkan dikeluarkannya opini Wajar dengan
Pengeculian, Pendapat tidak Wajar, atau Tidak Memberikan Pendapat, adalah
sebagai berikut keuangan pokok dan tidak yang lain. Perikatan ini tidak menyangkut
pembatasan lingkup audit jika akses auditor terhadap informasi yang mendasari
laporan keuangan pokok tidak dibatasi dan jika ia menerapkan semua prosedur audit
yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan. Perikatan ini menyangkut pembatasan
tujuan pelaporan, bukan pembatasan lingkup audit. Auditor mungkin diminta hanya
melaporkan hasil audit atas neraca saja.
c) Penyimpangan dari Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia
Apabila laporan keuangan secara material terpengaruh oleh suatu
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan auditor
telah mengaudit laporan keuangan tersebut berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan publik Indonesia, maka ia harus menyatakan pendapat
wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar. Dasar yang melandasi
pendapat tersebut harus dinyatakan dalam laporan auditor.
17
Bila auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus
menjelaskan semua alasan yang menyebabkan ia berkesimpulan bahwa terdapat
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, dalam
paragraf (atau beberapa paragraf) penjelasan yang terpisah, sebelum paragraf
pendapat dalam laporan auditor. Lebih lanjut, paragraf pendapat dalam laporannya
harus berisi bahasa pengecualian yang sesuai dan yang merujuk ke paragraf
penjelasan tersebut.
Penyimpangan dari Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia yang
Menyangkut Risiko atau Ketidakpastian, dan Pertimbangan Materialitas.
Penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang
menyangkut risiko atau ketidakpastian umumnya dikelompokkan ke dalam satu di
antara tiga golongan:
1. Pengungkapan yang tidak memadai,
2. Ketidaktepatan prinsip akuntansi,
3. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal.
d) Perubahan akuntansi.
Auditor harus menilai perubahan dalam prinsip akuntansi agar ia mengetahui
(a) prinsip akuntansi yang baru diterapkan adalah prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia, (b) metode akuntansi untuk memperlakukan dampak perubahan
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, (c) alasan
yang mendasari perubahan akuntansi adalah beralasan. Jika perubahan akuntansi
tidak memenuhi kondisi tersebut, laporan auditor harus menunjukkan hal ini, dan
pendapat auditor harus berisi pengecualian.
18
Jika (a) prinsip akuntansi yang baru diterapkan bukan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, (b) metode akuntansi untuk memperlakukan dampak
perubahan tersebut tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia, atau (c) manajemen tidak memberikan alasan perubahan yang beralasan,
auditor harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau, jika dampak
perubahan tersebut cukup material, auditor harus menyatakan pendapat tidak wajar
atas laporan keuangan.
Jika manajemen tidak memberikan alasan yang masuk akal tentang perubahan
prinsip akuntansi yang diterapkan, auditor harus menyatakan pengecualian mengenai
perubahan akuntansi yang telah dilakukan oleh perusahaan tanpa alasan yang masuk
akal tersebut.
19
Top Related