JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG
ILMU EKONOMI DAN MANAJEMEN
Judul Penelitian
MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI
SUATU EKONOMI TERBUKA:
Kasus Indonesia 1969-1995
Oleh
AMRIZAL
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Borobudur Jakarta, November 1996
2
KATA PENGANTAR
Membuat Karya Ilmiah atau melalukan penelitian sudah merupakan tugas pokok
yang harus dilakukan oleh staf pengajar suatu perguruan tinggi. Tugas ini dibuat dalam
rangka memenuhi persyaratan pengusulan akreditasi atau jenjang kepangkatan pada
Fakultas Ekonomi Universitas Borobudur Jakarta. Meskipun tugas ini sepertinya tidak
lebih dari hanya sekedar suatu persyaratan saja, namun penulis telah berfikir berkali-kali
tentang isi karya Ilmiah yang dibuat ini harus benar-benar dikaji secara ilmiah pula sesuai
dengan namanya, dan inipun sebatas kemampuan yang penulis miliki hingga saat ini.
Alasan lain kenapa karya ilmiah ini harus dibuat demikian adalah
berkemungkinan kalau sekarang batas kemampuan penulis hanya sebatas yang mampu
penulis buat seperti ini, maka mungkin suatu saat bisa untuk lebih disempurnakan.
Agaknya tidaklah terlalu berkelebihan kalau penulis katakan bahwa data yang digunakan
bukanlah data main-mainan, akan tetapi merupakan data resmi yang telah dihimpun oleh
pemerintah atau badan-badan ilmiah lainya.
Karena selain karya Ilmiah ini diajukan terhadap Kopertis Wilayah III dan
sebagai pertinggal juga penulis sediakan untuk kepustakaan Fakultas Ekonomi
Universitas Borobudur, sehingga harapan penulis hanya sekedar untuk dapat dibaca oleh
mahasiswa atau pembaca lainya yang bernuansakan ilmiah pula, mungkin paling tidak
akan dapat membantu menambah khasanah pengetahuan sipembaca atau menjadi
semacam suatu pertanyaan ataupun tanggapan terhadap penulis atas kurang lebihnya
kemapuan yang penulis miliki.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Rektor Universitas
Borobudur Prof. DR. H. Basir Barthos, bapak Dekan Fakultas Ekonomi Prof. DR. H.
Masngudi, SE, APU beserta jajarannya serta mahasiswa semuanya. Tidak terlupa salam
yang istimewa terhadap fihak Kopertis Wilayah III Jakarta tempat tujuan pengusulan
akreditasi ini dan berbagai fihak yang telah disibukkan atas pengusulan akreditasi ini,
demikian dan terima kasih.
Jakarta, 25 November 1996
( Amrizal )
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1. PENDAHULUAN
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
3. KERANGKA ANALISIS DAN PEMBENTUKAN MODEL
3.1. Hubungan Jangka Panjang: Tabungan, Investasi Dan Modal
3.2. Bentuk Fungsi: Tabungan, Impor Dan Modal
4. PERHITUNGAN SERTA ANALISIS TEORITIS EKONOMI TERBUKA
4.1. Hasil Estimasi Beberapa Agregatif Ekonomi Fungsi Pendapatan
4.2. Interpretasi Antar-inter Koefisien Hasil Estimasi Jangka Panjang
5. KESIMPULAN
DAFTAR KEPUSTAKAAN
4
1. PENDAHULUAN
Sebahagian besar para ahli ekonomi pembangunan menyadari bahwa tindakan
memobilisasi tabungan pada suatu perekonomian, berkaitan langsung dengan besarnya
konsumsi yang dilakukan pada periode bersamaan sebagai skedul yang kembar siam,
hingga terbentuknya pendapatan disposibel sebagaimana halnya yang terdapat didalam
ekonomi dua sektor (two-sector's economy), bahwa penggunaan penting dari pendapatan
sesudah pajak adalah tabungan (saving) yang ditujukan untuk konsumsi sekarang, hingga
timbulnya pendapatan nasional netto.
Adapun demikian, disadari pula bahwa bahagian pendapatan yang tidak
digunakan untuk konsumsi pada periode tertentu, seringkali tidak seluruhnya dapat
digerakkan menjadi sumber dana untuk pembentukan modal (investasi) pada periode
yang sama. Didalam teori ekonomi terbuka atau ekonomi empat sektor (four-sector's
economy), terbukti dengan terdapatnya yang dinamakan dengan domestic private sector
sebesar tabungan dikurangi investasi atau sebesar government budget ditambah dengan
net export.
Ditinjau dari segi pembiayaan pembangunan secara keseluruhannya, dan tanpa
mengingkari kenyataan yang telah dialami selama ini, dimana Indonesia masih dibarengi
beban dengan terdapatnya kesenjangan tabungan-investasi sebesar kelebihan impor dari
ekspor barang-barang dan jasa-jasa non-faktor pada sektor perdagangan luar negeri.
Kerumitan segi pembiayaan tersebut dapat lebih jelas terlihat bila pada mana
dimasukkan unsur "pendapatan netto" terhadap luar negeri dari faktor produksi yang
selama ini bernilai negatif dengan kecenderungan yang semakin meningkat sepanjang
tahun, yang secara nyata telah membuat nilai PNB berada pada jumlah yang rendah
dibawah jumlah PDB atau bertanda terdapatnya kesenjangan kebutuhan devisa yang
semakin melebar sepanjang tahun dan berupa masalah utama yang cukup menghambat
usaha pembangunan selama ini.
Kesenjangan kebutuhan devisa semacam yang dimaksud, antara lain disebabkan
karena membesarnya pembayaran pandapatan netto terhadap luar negeri. Besarnya
pendapatan netto tersebut, dimana dalam neraca pembayaran dapat dilihat (khususnya
dalam neraca jasa-jasa non-migas) yang terutama berupa selisah dari pembayaran bunga
pinjaman serta transfer keuntungan PMA/Bank asing dengan transfer tenaga kerja di luar
negeri. Khususnya mengenai pembayaran bunga dan pinjaman pada luar negeri, dapat
dilihat pada APBN dan lebih tepatnya dalam pengeluaran rutin.
Sejarah mencatat , negara-negara yang tidak mempunyai tingkat tabungan yang
cukup untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu, pada umumnya
selalu menutup kesenjangan pembiayaan (kesenjangan tabungan-investasi) tersebut
dengan mencari sumber-sumber dana dari luar negeri, sehingga dalam sistem ekonomi
terbuka akibat adanya ekspor dan impor telah mengalir arus modal asing ( capital foreign
inflow ) berupa dana luar negeri guna menggerakan proses perekonomian yang lebih
mengesankan ( Mudrajad Kuncoro: 1987,h.27 ).
5
Peranan modal dalam pembangunan telah lama diperbincangkan oleh para ahli
ekonomi pembangunan ( development economist ). Secara garis besar, pemikiran mereka
adalah ( Holins B. Chenery:1973, h.454 ) adalah sebagai berikut:
(1) Sumber modal asing ( dana eksternal ) yang dapat dimanfaatkan oleh negara-
negara sedang berkembang ( NSB ) sebagai dasar untuk mempercepat
investasi dan pertumbuhan ekonomi.
(2) Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perubahan
struktur produksi dan perdagangan.
(3) Modal asing dapat berperan penting dalam mobilisasi dana maupun
transformasi struktural.
(4) Kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan
struktural benar-benar terjadi, meskipun modal asing dimasa selanjutnya lebih
produktif.
Studi empiris mengenai dampak modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi
pada umumnya difokuskan dengan mengestimasi fungsi Neo-Klasik, yang
menggambarkan bagaimana pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh akumulasi faktor-
faktor produksi seperti ini selanjutnya dapat dipisahkan menurut asalnya, dalam negeri
atau luar negeri. Hasil studi secara umum memberikan indikasi bahwa arus modal asing
telah menimbulkan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara sedang
berkembang kawasan Asia dan Pasifik ( Colins Stoneman: 1975, h.11 ).
Asumsi dasar yang melatarbelakangi pemikiran tersebut adalah bahwa setiap satu
dollar modal asing yang masuk akan meningkatkan kenaikan satu dollar impor dan
investasi ( G.F. Papanek: 1972, h.934 ). Dengan asumsi ini dan Incremental Capital
Output Ratio ( ICOR ) yang stabil, dimungkinkan untuk menghitung dampak modal asing
yang masuk terhadap pertumbuhan ekonomi. Atau sebaliknya, dapat dihitung berapa
modal asing yang diperlukan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tertentu.
Pemikiran yang mendukung bahwa modal asing berpengaruh positif terhadap
tabungan dan pembiayaan impor, mendapat banyak tantangan dari kubu ahli ekonomi
pembangunan yang lain ( Thomas E. Weiskoff: 1972, h.25 ). Mereka berkesimpulan,
bahwa sebagian kecil berpengaruh positif terhadap tabungan dan pertumbuhan ekonomi,
sebagian besar digunakan untuk konsumsi.
Sebagaimana yang diungkapkan Mudrajad Kuncoro melalui Hendra Esmara,
dimana bahwa penganut dari teori ketergantungan ( dependencia ) agaknya sependapat
dengan ini. Samir Amin, Paul Baran, Cardoso, Gunder Frank, Prebisch, Dos Santos
adalah nama-nama yang sering disebut sebagai pendukung utama teori ini ( Mudrajad
Kuncoro: 1989, h.31 ).
6
Hipotesis utama teori ketergantungan adalah: (a) PMA dan bantuan lauar negeri
dalam jangka pendek memperbesar pertumbuhan ekonomi, namum dalam jangka panjang
( 5 - 20 tahun ) menghambat pertumbuhan ekonomi. (b) Makin banyak negara bergantung
pada PMA dan bantuan luar negeri, makin besar perbedaan penghasilan yang pada
gilirannya pemerataan tidak tercapai ( Frans Kho Mariakasih: 1982, h.793 ).
Lepas daripada perbedaan visi dan hipotesis dari pendukung teori dependencia
dengan Neo-Klasik, maka Rana dan Dowling telah mencoba pula menyusun suatu model
konferehensif berdasarkan sistem persamaan simultan ( simultaneous equation ) untuk
menelusuri dampak arus modal asing dibanding ekspor, pertumbuhan angkatan kerja
sekaligus menunjukan hubungan timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan tabungan.
Model ini telah diuji untuk menelusuri dampak arus modal asing di sembilan
negara Asia ( Birma, RRC, India, Singapura, Korea, Nepal, Philipines, Sri Langka dan
Thailand ). Keunikan model mereka adalah kemampuanya memisahkan danpak langsung
dan dampak total modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi dengan mengunakan
metode two-stage least square ( Pradumma B. Rana dan J.M. Dowling Jr: 1988, h.4 ).
Keberadaan model Rana dan Dowling untuk kasus Indonesia telah dilakukan oleh
Mudrajad Kuncoro yang menggunakan data tahun 1969-1984, dengan hasil penemuanya
bahwa bantuan luar negeri membawa dampak langsung dan dampak total yang negatif
bagi pertumbuhan ekonomi. Disisi lain, dampak langsung bantuan luar negeri yang
membawa dampak langsung yang negatif terhadap tabungan dalam negeri menunjukan
bahwa bantuan luar negeri tersebut telah berperan sebagai subsitusi tabungan dalam
negeri.
Kendati demikian, dampak total bantuan luar negeri yang positif bagi tabungan
dalam negeri memberikan indikasi adanya kenaikan proporsi tabungan dalam negeri dari
golongan masyarakat yang memperoleh kenaikan pendapatan. Karena adanya korelasi
yang erat antara investasi asing dengan bantuan luar negeri, yang berarti masuknya
bantuan luar negeri (resmi ) selalu dibarengi dengan masuknya investasi asing. Bantuan
luar negeri membawa dampak langsung dan dampak total yang negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi ( Mudrajad Kuncoro: 1989, h.26 ).
Tanpa menolak langsung hasil-hasil studi terdahulu, ada beberapa catatan yang
kiranya menarik untuk diperhatikan: (a) Selalu adanya pertentangan pendapat diantara
peneliti-peneliti mengenai dampak modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi maupun
tabungan dalam negeri, padahal diketahui bahwa mereka saling menggunakan model
maupun metode analisis yang berbeda untuk peristiwa yang sama. (b) Sangat jarang
sekali diperbincangkan upaya untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi berdasarkann
sumber dana yang tersedia dari tingkat tabungan dalam negeri.
Keadaan demikian, mungkin bermula karena banyaknya hambatan-hambatan
yang menyulitkan untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, dan
keharusan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi diasenyelir dengan
mengutamakan modal asing sebagai peralatan analisa yang menarik untuk tujuan
menentukan tingkat investasi yang diperlukan pada tingkat pertumbuhan ekonomi
tertentu.
Tabel 1 . PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA: MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1995
( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )
K o n s u m s i L u a r N e g e r i T a b u n g a n
Rumah Pemerintah Jumlah Inves tas i Perubaan Ekspo r Impor Impor Impor Ekspo r Pendapatan Masyarakat Pemerintah Jumlah Pajak Tidak Penyusutan Stok Produk
Tangga Bruto Stok Non Barang To tal Netto Netto Langsung Modal Domestik
Fakto r Modal Netto Bruto Bruto
Tahun Ch G Ct It Xt M"t M't M t Xt-M t Fi Sh Sg St T i Di Kt Yt
1969 44154 .9 4409 .6 48564 .5 5984 .0 0 20119 .6 2643 .0 3200 .9 5843 .9 14275.7 1309 .1 19576 .2 683 .5 20259 .7 1616 .7 3431.0 0 .0 68824 .2
1970 44983 .5 5154 .1 50137.6 7959 .0 0 22493 .0 2294 .8 4309 .3 6604 .1 15888 .9 1242 .7 22546 .5 1301.4 23847.9 1714 .1 3688 .4 114089 .6 73985.5
1971 46191.4 5520 .5 51711.9 9645.8 0 25424 .6 2393 .3 5219 .1 7612 .4 17812 .2 1033 .9 25755.4 1702 .6 27458 .0 1920 .6 3945.8 147299 .0 79169 .9
1972 47002 .6 5974 .2 52976 .8 11482 .8 0 30837.5 2243 .2 6430 .0 8673 .2 22164 .3 -41.9 30743 .9 2903 .2 33647.1 2112 .0 4317.0 133443 .1 86623 .9
1973 50408 .0 7626 .2 58034 .2 13441.1 0 36574 .0 2569 .4 9058 .9 11628 .3 24945.7 -645.6 34743 .9 3642 .9 38386 .8 2383 .8 4807.6 132284 .5 96421.0
1974 57331.7 6827.4 64159 .1 16022 .5 0 38971.6 6802 .9 8567.8 15370 .7 23600 .9 -2375.0 32472 .2 7151.2 39623 .4 2317.9 5174 .5 225885.4 103782 .5
1975 60821.2 8899 .0 69720 .2 18360 .2 0 38030 .4 7230 .1 9932 .7 17162 .8 20867.6 -2373 .6 31400 .2 7827.6 39227.8 3210 .8 4993 .8 387243 .6 108948 .0
1976 62969 .8 9550 .8 72520 .6 19462 .9 0 44505.8 9187.8 10850 .7 20038 .5 24467.3 -1040 .5 34321.8 9608 .4 43930 .2 2841.5 5911.5 302083 .3 116450 .8
1977 65355.7 11124 .0 76479 .7 22559 .5 0 48702 .4 9964 .4 10965.3 20929 .7 27772 .7 -2281.8 41098 .4 9233 .8 50332 .2 5382 .4 4124 .3 276110 .9 126811.9
1978 71922 .4 13081.7 85004 .1 25957.6 0 49201.3 12298 .9 11279 .3 23578 .2 25623 .1 -3057.0 43181.1 8399 .6 51580 .7 3483 .6 6833 .6 362780 .1 136584 .8
1979 83423 .5 14325.7 97749 .2 27104 .8 0 49139 .3 16737.6 12131.3 28868 .9 20270 .4 -5086 .0 35435.9 11939 .3 47375.2 4120 .6 7288 .1 460626 .7 145124 .4
1980 101437.6 12670 .5 114108 .1 32223 .1 0 46369 .5 22149 .3 11084 .2 33233 .5 13136 .0 -5966 .0 29825.8 15533 .3 45359 .1 4527.9 7978 .0 358265.3 159467.2
1981 115498 .5 17478 .4 132976 .9 35811.4 0 45261.0 29710 .5 12515.9 42226 .4 3034 .6 -4629 .4 22195.2 16650 .8 38846 .0 4170 .3 8609 .9 498006 .5 171822 .9
1982 127303 .4 18917.4 146220 .8 40464 .6 0 38952 .7 31602 .0 14089 .9 45691.9 -6739 .2 -7899 .2 17726 .6 15998 .8 33725.4 4542 .0 8803 .7 896366 .1 179946 .2
1983 122095.3 18734 .2 140829 .5 43630 .2 8820 .7 41398 .9 36806 .5 14519 .5 51326 .0 -9927.1 -6650 .0 28309 .9 14213 .9 42523 .8 4840 .5 9172 .8 2347961.9 183353 .3
1984 125293 .1 19373 .6 144666 .7 41004 .9 13400 .8 44108 .1 32179 .1 15292 .4 47471.5 -3363 .4 -7852 .0 36918 .9 14123 .4 51042 .3 5260 .0 9790 .9 649500 .1 195709 .0
1985 124844 .4 20853 .8 145698 .2 43961.6 20195.5 40665.8 35588 .2 14388 .6 49976 .8 -9311.0 -7879 .8 41843 .4 13002 .7 54846 .1 6119 .8 10033 .0 1823309 .5 200544 .3
1986 128827.0 21433 .9 150260 .9 48008 .9 19413 .3 46852 .1 36768 .8 15291.1 52059 .9 -5207.8 -7700 .7 52461.0 9753 .4 62214 .4 7056 .4 10629 .8 854974 .9 212475.3
1987 134965.9 21397.7 156363 .6 50642 .4 14982 .2 53698 .5 35166 .1 17922 .1 53088 .2 610 .3 -8695.8 58386 .8 7848 .1 66234 .9 9644 .8 11136 .2 1113573 .0 222598 .5
1988 141933 .7 23018 .0 164951.7 56478 .6 3469 .7 54268 .2 19323 .5 23840 .6 43164 .1 11104 .1 -6792 .1 66935.1 4117.3 71052 .4 13870 .1 11800 .1 994299 .5 236004 .1
1989 148783 .1 25432 .5 174215.6 64024 .9 4390 .8 59937.3 24226 .2 24740 .5 48966 .7 10970 .6 -7225.6 68511.0 10875.3 79386 .3 17695.6 12665.5 922662 .8 253601.9
1990 162207.3 26248 .9 188456 .2 73355.6 10232 .9 60207.7 34868 .1 25416 .2 60284 .3 -76 .6 -8346 .7 65336 .1 18175.8 83511.9 17869 .3 13327.5 1086255.4 271968 .1
1991 176722 .2 28093 .7 204815.9 78142 .0 6164 .3 72177.1 45281.9 25146 .8 70428 .7 1748 .4 -8714 .3 68754 .2 17300 .5 86054 .7 17792 .3 14552 .6 1202444 .7 290870 .6
1992 183046 .7 29731.9 212778 .6 82001.5 7170 .0 82761.4 48763 .1 26289 .3 75052 .4 7709 .0 -79832 .1 78701.1 18179 .4 96880 .5 19655.6 -54511.7 1351492 .2 309659 .1
1993 192958 .4 29756 .7 222715.1 86667.3 10545.5 88230 .9 53817.8 24565.2 78383 .0 9847.9 -12552 .6 91237.7 15823 .0 107060 .7 21171.1 16488 .8 1420748 .8 329775.8
1994 208062 .1 30442 .6 238504 .7 98589 .0 14836 .0 97002 .1 69841.5 24449 .5 94291.0 2711.1 -39729 .8 95400 .3 20735.8 116136 .1 -6894 .1 17732 .0 1406140 .4 354640 .8
1995 234245.4 30850 .6 265096 .0 112386 .4 15852 .7 104491.8 89164 .2 24870 .4 114034 .6 -9542 .8 -11923 .8 102638 .7 16057.6 118696 .3 23209 .7 19189 .6 1479616 .3 383792 .3
Sumber Diolah oleh penulis dari: Nota Keuangan Dan RAPBN tahun 1988/89; BPS, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok) tahun 1983-1988,
1988-1993 dan 1993-1996; Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edisi 1996.
Dari hasil perbandingan alokasi ekonomi Indonesia dengan pola normal Chenery-
Syrquin, maka pada perekonomian Indonesia telah terdapatnya "net capital inflow" yang
bernilai positif dan cukup besar terutama sekali pada Pelita pertama dan Pelita kedua
(kecuali untuk tahun 1982 dan tahun 1983) karena ekspor yang membaik, sehingga
terdapatnya "tabungan potensial" yang belum tersalurkan menjadi investasi produktif,
dan dapat dikatakan bahwa the willingness to save belum tersalur secara optimal.
Tabungan potensial tersebut, terutama sekali terdapat pada sektor masyarakat
(baik berupa tabungan rumah tangga, tabungan perusahaan maupun tabungan
perorangan), sedangkan potensi tabungan pemerintah yang berasal dari penerimaan pajak
boleh dikatakan telah tersalur sebagaimana mestinya, karena disebabkan bahwa
penarikan pajak mengandung unsur paksaan dan tidak seperti tabungan masyarakat yang
mengandung unsur sukarela dari segi penarikannya ( Amrizal: Ibid, h.82 ).
Hingga dewasa ini kenyataan bahwa dasar-dasar pokok umum yang semakin
dapat diterima oleh hampir semua ahli ekonomi pembangunan, sehubungan dengan teori
maupun analisa ekonomi yang terpakai dan kebanyakan bertumpu pada seorang ahli
ekonomi Inggeris seperti John Maynard Keynes. Dalam hubungan ini, yang menjadi
perhatian pokok untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah bagaimana tabungan itu
dapat dimobilisir sebanyak mungkin agar sumber pembiayaan investasi sebagai modal
produktif dalam proses pembangunan melalui kebijaksanaan fiskal dan moneter yang
saling mendukung.
Beranjak dari kemantapan dan kelemahan beberapa studi terdahulu, maka dalam
studi ini dibahas analisa bersifat konferehensif yang menghubungkan fungsi tabungan
jangka panjang dengan model agregat Harrod-Domar, hingga modifikasinya diharapkan
dapat menentukan kesamaan analisis ekonomi dua sektor, tiga sektor dan empat sektor
dari segi pertumbuhan ekonomi yang mampu dicapai dan berapa besarnya kaemampuan
tabungan masyarakat, Pajak dan impor membentuk investasi dalam pembiayaan ekonomi
selama periode penelitian yang dilakukan, dan menentukan sumbangan tabungan
terhadap pendapatan serta memberikan infak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Lebih menarik daripada itu, adalah kemampuanya menjawab berapa besarnya
kebutuhan tingkat tabungan masyarakat yang trade-off dengan penerimaan pajak pada
tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu ( karena dapat diketahui beberapa fungsi
tabungan: tabungan total dan tabungan masyarakat dan tabungan pemerintah jangka
panjang ) serta dengan diketahui fungsi impor dan stok modal jangka panjang sekaligus
akan menjawab saving-gap atau investment-gap dengan melakukan penaksiran ekonomi
Indonesia yang bersifat terbuka tentang berbagai aspek ekonomi "expenditur side" dan
pertumbuhan ekonomi.
Dalam konteks ini analisis yang dibahas ditujukan melihat kemampuan ekonomi
dalam memobilisasi tabungan dan investasi, oleh karena telah diketahui bahwa alokasi
ekonomi Indonesia nampaknya terdapat kemampuan menabung "the ability to save" yang
lebih tinggi dari kemauan menabung "the willingness to save ". Aspek yang akan
9
menonjol dalam pembahasan ini, adalah terletak pada sejauh mana kemampuan
menabung menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Didalam keadaan nyata, banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya
tabungan didalam masyarakat. Sebagaimana definisi Keynes menyatakan bahwa
tabungan adalah bagian dari pendapatan periode tertentu yang tidak habis dikonsumsi
pada periode bersangkutan dan tabungan yang tinggi akan mampu pula menciptakan
pertumbukan ekonomi serta sokongan sektor perdagangan luar negeri yang mantap
selama ini.
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Dalam literatur ekonomi modern, dimana tabungan didefinisikan sebagai bagian
dari pendapatan yang tidak dikonsumsi pada periode yang bersamaan. Teori ini dikenal
sebagai teori Keynes yang pertama menghubungkan tabungan dengan pendapatan.
Kehadiran Keynes yang menghubungkan tabungan dengan pendapatan dan oleh
Keynes dianggap sebagai koreksi terhadap teori Klasik sebelumnya yang melihat
tabungan sebagai bagian dari teori kapital/modal dan menghubungkan tabungan bukan
dengan pendapatan, akan tetapi dengan tingkat bunga ( the interest rate of money ).
Sementara Keynesian, konsep tabungan sebagai fungsi dari pendapatan dianggap
sebagai salah satu sumbangan Keynes yang penting terhadap perkembangan ilmu dan
analisa ekonomi, yang tidak seperti pandangan Klasik sebelum dia, dianggap bahwa : (1)
Dapat mengaitkan (coupling) sektor moneter dengan sektor produksi dari perekonomian
secara makro dan (2) Menganggap bahwa kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan
moneter dapat sama-sama efisien dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ( Rustam
Didong: 1987, h.52 ).
Setiap ikhtiar untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
selalu diperlukan sejumlah investasi yang cukup besar dari berbagai kegiatan ekonomi
produktif, karena investasi dan pertumbuhan ekonomi mempunyai proses saling terkait
serta salaing berpengaruh antara satu dengan lainya dalam proses produksi secara
nasional, dan investasi tersebut adalah berasal dari tabungan ( Wirzon: 1988, h.99 ).
Negara-negara sedang berkembang untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang
tinggi menghadapi keterbatasan sumber dana yang tersedia dalam negeri. Penyebab dari
keterbatasan tersebut adalah karena tingkat pendapatan dan tingkat tabungan ( rate of
gross domestic saving ) yang rendah. Akibatnya, dana yang bisa dihimpun untuk
investasi ( gross domestic investment ) jauh lebih rendah dari yang diperlukan untuk
mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi ( rate of economy's growth ) yang bisa
meningkatkan kesejahteraan rakyat sesuai dengan yang diharapkan.
10
Para ahli ekonomi pembangunan (development economists) yang banyak
bermunculan terutama sejak permulaan tahun 50-an, sebagaimana disimpulkan oleh
Rustam Didong seperti G.M. Meiers dalam bukunya yang berjudul "Leading Issues in
Economic Development" (1976) dan Arthur Lewis "The State of Development Theory"
(1984), tidak begitu ingin untuk mempertajam perbedaan kedua konsep tabungan
tersebut.
Bagi development economists yang dianggap lebih relevan dalam upaya mereka
memahami proses pembangunan ekonomi dari negara-negara berkembang, adalah
melihat tabungan sebagai sumber dana untuk pembentukan modal "capital formation".
Paling jauh, mereka hanya menilai perbedaan konsep Keynes dan Klasik mengenai
tabungan itu dalam konteks perbedaan antara apa yang disebut kemampuan menabung
"The ability to save" dan kemauan menabung "The willingness to save" ( Rustam
Didong: Ibid, h.52 ).
Dikebanyakan negara berkembang, dimana sebahagian besar tabungan terbentuk
dalam unit-unit yang sangat kecil. Lembaga-lembaga keuangan bank, simpan pinjam dan
lembaga-lembaga keuangan non-bank yang biasa menjadi saluran bagi tabungan tersebut
untuk menjadi investasi, boleh dikatakan belum tersedia secara memadai, sehingga
tabungan yang terjadi untuk sebahagian besar lainnya masih tetap tinggal sebagai
tabungan saja (berbentuk hording dan semacamnya) dan tidak tersalur sebagai
pembentukan modal.
Dengan kata lain, terdapatnya perbedaan antara dana yang tersedia (loanable
fund) dengan kemampuan untuk investasi (the ability to invest). Dengan demikian, maka
lembaga-lembaga keuangan bank, pasar uang dan pasar modal, asuransi dan lembaga-
lembaga keuangan non-bank dipandang sangat penting perannya bagi para ahli ekonomi
pembangunan sebagai salah satu unsur penggerak dalam pembangunan, menggerakan
keinginan untuk menabung, menyalurkan tabungan tersebut sebagai sumber dana efektif
dalam pembentukan modal dan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi.
Secara eksplisit terdapat dua faktor utama untuk menjaring potensi tabungan di
dalam masyarakat secara nasional. Faktor-faktor tersebut antara lain bersifat ekonomi dan
non-ekonomi. Perbedaan antara kedua faktor itu terletak pada mana membedakan antara
kemampuan menabung (the ability to save) dengan kemauan menabung (the willingness
to save) yang sama-sama menentukan besarnya tabungan sukarela (voluntary save) dari
masyarakat ( Rustam Didong: Ibid, h.52 ).
Perbedaan antara Kemampuan menabung dan kemauan menabung dalam
masyarakat pada umumnya ditentukan oleh faktor-faktor yang bersifat ekonomi, seperti :
(1) Tingkat pendapatan bersih per kapita ( Teori Absolute Income Ala Keynes ). Dalam
hal ini, maka semakin tinggi pendapatan perkapita, semakin tinggi kemampuan
menabung. (2) Distribusi pendapatan bersih per kapita "Teori Relative Income Ala
Duesenberry" ( Duesenberry J.S: 1949 ).
11
Dalam pada itu, kemampuan menabung seseorang disamping ditentukan oleh
tingkat pendapatannya sendiri dan juga ditentukan oleh tingkat pendapatan serta gaya
hidup/konsumsi dari orang-orang sekitarnya, sehingga tingkat tabungan masyarakat bisa
lebih rendah daripada yang seharusnya jika distribusi pendapatan semakin timpang
(Nurkse R: 1953 dan 1967). dan (3) Tingkat laba bersih pemilik modal ( Teori Wealth
atau Life Cycle Ala Ando-Modigliani ), yaitu semakin besar pendapatan dalam bentuk
surplus usaha, semakin tinggi kemampuan menabung.
Sebaliknya, kemauan menabung masyarakat disamping ditentukan oleh faktor-
faktor diatas, lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor yang bersifat non-ekonomi
seperti : (1) Tersedia atau tidaknya lembaga-lembaga yang memadai yang memudahkan
masyarakat untuk menabung, (2) Tinggi rendahnya tingkat bunga yang ditawarkan serta
(3) Persepsi masyarakat terhadap kegiatan menabung. Dalam hal ini, semakin
berkembang lembaga keuangan seperti Bank, Kredit, Simpan-pinjam, pasar uang dan
pasar modal, maka semakin terangsang masyarakat untuk menabung; apalagi jika
masing-masing lembaga keuangan dapat menawarkan balas jasa yang bersaing dan
menjamin rasa kepastian.
Dilihat dari kerangka pemikiran ini, maka langkah-langkah dan kebijaksanaan
yang telah diambil pemerintah dalam mengembangkan dan lebih menyebarluskan
lembaga-lembaga perbankan, pasar uang dan pasar modal, deregulasi perbankan,
simpanan pedesaan (Simpedes) dapat dikatakan sudah tepat, walaupun masih perlu
penyempurnaan-peyempurnaan dan kesemuanya ini akan dapat meningkatkan kemauan
menabung serta tabungan sukarela dari masyarakat ( Rustam Didong: Ibid, h.53 ).
3. KERANGKA ANALISIS DAN PEMBENTUKAN MODEL
Model makro perekonomian yang bersifat terbuka merupakan model yang paling
komplit daripada dua model ekonomi lainnya seperti ekonomi dua sektor dan ekonomi
tiga sektor. Perekonomian terbuka disebut juga model ekonomi empat sektor artinya
bahwa sektor perdagangan luar negeri ikut berpegaruh dalam perekonomian nasional.
Secara formal ekonomi terbuka adalah sebagai berikut:
A = C + I + G + ( X – M ) ( 1 )
Y = C + S + ( T - R ) ( 2 )
A = Y ( ... Aggregate, Demand = Supply ) ( 3 )
Dalam pengkajian ekonomi kuantitatif , khususnya menggunakan analisis ekonomi empat
sektor paling jarang digunakan oleh karena upaya untuk sampai pada tujuan tersebut pasti
melalui analisis ekonomi dua dan tiga sektor terlebih dahulu. Secara garis besar model
keseimbangan untuk ketiga-tiganya adalah sebagai:
C + I = Y = C + S ( 4 )
C + I + G = Y = C + S + T ( 5 )
C + I + G + ( X - M ) = Y = C + S + ( T - R ) ( 6 )
12
Kondisi equilibrium dalam ekonomi dua sektor, dimana investasi harus sama
dengan tabungan. Dalam ekonomi tiga sektor terdapat semacam hubungan antara output
nasional dengan pendapatan disposible Yd = Y + R - T = C + S, dimana bagian dari
pendapatan harus dikeluarkan pajak T sehingga sektor swasta menerima Transfer
payment R yang pada gilirannya dialokasikan pada konsumsi dan tabungan.
Disamping itu, karena dalam ekonomi tiga sektor terdapatnya semacam gap yang
besar karena terjadinya kelebihan permintaan kaum investor dan pemerintah, maka untuk
mengimbanginya diperlukan pajak T lebih besar dari pengeluaran pemerintah yang
berarti total tabungan sebagaimana dimaksudkan pada ekonomi dua sektor. Berikut ini
adalah perluasan dari persamaan (4) dan (5) yang ditulis dalam jangka panjang sebagai
berikut:
St = It ( 7 )
dimana :
St = St ( Yt ) = s Yt
Ct = 1 - St ( Yt ) = c Yt
MPC + MPS = 1
c + s = 1
Multiplier ( ) = 1/MPS
St = Sh + Sg = It ( 8 )
dimana:
St = S t ( Yt ) = {[s (1 – t )] + t }Yt
Sh = Sh ( Yt ) = { s (1 – t ) }Yt
Ch = 1- Sh( Yt ) = { c (1 – t ) }Yt
Sg = Sg( Yt ) = t Yt
MPC + MPS + MPT = 1
{c (1 – t ) + s (1 – t ) + t = 1
Multiplier ( ) = 1/[ s(1-t) + t ]
MPS = s (1 – t ) + t = MPS (1 - MPT ) + MPT
MPC = 1 - [s (1 – t ) + t ] = 1 - MPS ( 1 - MPT ) + MPT
Berbeda halnya dengan ekonomi empat sektor, terutama sekali karena pembahasan paling
komplit adalah terjadinya semacam penggeseran nilai-nilai taksiran kuantitatif. Dalam
ekonomi empat sektor tidak dikenal adanya pendapatan disposibel, namun demikian
transfer payment R dan juga tabungan pemerintah tetap ada.
13
Nilai penggeseran yang terjadi tentu saja pada tabungan pemerintah dan tabungan
masyarakat oleh karena berobahnya nilai transfer payment dimaksud sebagai akibat
adanya sektor perdagangan luar negeri, khususnya dalam hal ini adalah Impor M dan
alokasi dari transfer payment yang merupakan tambahan pendapatan terjadi pada sektor
swasta, yaitu pada tabungan masyarakat dan konsumsi. Pembuktiannya dapat dilakukan
bilasaja persamaan (6) didefinisikan dalam bentuk lain sebagai
( I + G + R ) - ( S + T ) = ( M - X ) ( 9 )
S - I = ( G + R - T ) + Nx (10 )
pada persamaan (9) juga terjadi semacam gap atau jurang yang jauh lebih besar, yaitu
jurang dalam negeri yang disebut juga sebagai "internal-gap" oleh karena terjadinya
kelebihan permintaan kaum investor dan pemerintah, maka untuk tujuan
mengimbanginya dalam hal ini diperlukan impor lebih besar dari ekspor, biasanya akibat
balasan sektor perdagangan luar negeri adalah dengan mengalirny "capital foreign
inflows". Sedangkan pada persamaan (10) S - I = domestic private sector, ( G + R - T )
= budged deficit dan Nx = Net export.
Dengan adanya penggeseran nilai tersebut, jelas pula bahwa semua agregatif
makro ekonomi mengalami perbedaan, dan tidak heran kalau yang dimaksudkan dengan
pajak T pada ekonomi tiga sektor membingungkan untuk diperkirakan dari fungsi
tabungan pemerintah, karena dua kemungkinan lainya masih ada seperti "Pajak tidak
langsung netto" pada Pendapatan nasional dan "pajak langsung plus tidak langsung" pada
APBN. Adapun demikian, dalam analisis ini tetap saja harus dilakukan melalui tabungan
pemerintah asalkan penggeseran nilai tersebut harus diteliti secara seksama. Berikut ini
adalah uraian lanjutan dari persamaan (10), sebagai:
I = S + ( T - R - G ) - ( X - M ) ( 11 )
I = [ S + ( T - G ) - R ] + ( M - X ) ( 12 )
I + G + X = S + ( T - R) + M ( 13 )
I + X = S + M ( 14 )
persamaan (13) merupakan identitas pedapatan nasional untuk ekonomi empat sektor,
bila didefinisikan dalam jangka panjang maka diperlukan asumsi sektor pemerintah, G =
R = 0. Pengertian yang lebih pantas untuk hal ini adalah bahwa konsumsi pemerintah G
telah lansung bersubsitusi kedalam konsumsi, dan begitu pula halya dengan Transfer
payment R telah tersubsitusi kedalam investasi berupa budget deficit. Dengan demikian
persamaan (13) memberikan definisi menjadi persamaan (14), sehingga revisi selanjutnya
dengan persamaan (7) dan (8) menjadi sebagai berikut:
St = Sh + Mt = It ( 15 )
14
dimana:
Sh(Yt) = St(Yt) - Mt(Yt)
= { Sh(Yt) + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Mt(Yt) }
= [s(1-t) + s(1-t)] - m
= s(1-t) - m , m = MPM
MPC + MPS + MPT = 1
MPT = ( MPC + MPS) - 1 ,t = MPT
= { [1-Sh(Yt) ] + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] -1
= { Ch(Yt) + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - 1 }
= {[ c(1-t) + s(1-t) ] - 1 }
Sh(Yt) = St(Yt) - Mt(Yt)
= s (1 – t ) - m , m = MPM
St(Yt) = Sh(Yt) + Mt(Yt)
= s (1 – t ) + m = Sh(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] + MPM
Ch(Yt) = c (1 – t ) - m = [ 1 - Sh(Yt) ] [ 1 - Sg(Yt) ] - MPM
Sh(Yt) = s (1 – t ) = Sh(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ]
Sg(Yt) = t = MPT
Mt(Yt) = m = MPM
MPC + MPS + MPT + MPM = 1
[c (1 – t ) - m ] + s (1 – t ) + t + m = 1
Multiplier ( ) = 1/ [ s (1 – t ) + t + m ]
MPS = s(1-t) + m = MPS ( 1 - MPT ) + MPM
MPC = 1 - [ s(1-t) + m ] = 1 - [ MPS ( 1 - MPT ) + MPM ]
Baik ekonomi dua sektor, tiga sektor dan empat sektor harus berorientasi pada
pendapatan nasional yang sama, sehingga tidak harus dikenal dengan adanya istilah
ekonomi tertutup dan juga ekonomi terbuka, yaitu sepanjang pengertian tertutup adalah
tanpa hubungan dan terbuka karena adanya hubungan dengan luar negeri.
Ekonomi Indonesia adalah bersifat terbuka yang berarti adanya hubungan dagang
dengan negara luar, sehingga ada pula hubungan lateral, bilateral dan multilateral.
Persamaan (7), (8) dan (15) adalah analisis fungsi jangka panjang dan pembahasan
ekonomi empat sektor tidak dapat dengan mengabaikan ekonoi dua dan tiga sektor
lainya, karena merupakan hubungan yang saling terkait.
15
3.1. Hubungan Jangka Panjang: Tabungan, Investasi Dan Modal
Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, diasumsi bahwa ada hubungan
ekonomi langsung antara besarnya stok kapital K keseluruhan dengan PDB, maka model
sederhana pertumbuhan ekonomi ini, sebagaimana yang telah disusun Harrod-Dommar
sebagai berikut ( Michael P. Todaro: 1977, h.65 ):
St = s Yt ( 15 )
It = Kt ( 16 )
Kt/Yt = k ( 17 )
atau Kt/Yt = k ( 18 )
persamaan (16) s/d persamaan (19) setelah diolah menurut sementinya, maka model
sederhana pertumbuhan ekonomi Harrod-Dommar tersebut dapat ditulis sebagai:
Yt/Yt = s/k ( 20 )
bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan secara bersamaan oleh pembagian antara
nisbah tabungan nasional s dengan nisbah kapital/output nasional k atau pembagian
antara MPS dengan ICOR.
Pada ekonomi empat sektor, semua posisi agregatif ekonomi yang ada pada
ekonomi tiga sektor berubah secara otomatis. Sebagai contoh yang sederhana, upaya
peningkatan pajak tetap akan mengurangi kemampuan untuk menabung, maka
berkurangnya pendapatan masyarakat yang disebut sebgai pendapatan disposibel
(disposible income ), dan antara tabungan dengan pajak terjadinya trade-off, yaitu
keadaan yang saling tumpang tindih, yaitu kenaikan pada satu fihak dan menurunkan
fihak lain.
Begitu juga halnya dengan ikutnya sektor luar negeri kondisi trade-off masih tetap
terjadi dan yang lebih menarik lagi adalah terjasinya trade-gap, sehingga munculnya
istilah investment-gap dan saving-gap. Karena adanya perdagangan luar negeri
kebijaksanaan ekonomi menjadi semakin komplit yang harus dijalankan oleh kerna
disamping kebijaksanaan fiskal, moneter dan kebijaksanaan perdagangan luar negeri
justru yang lebih menetukan, sehingga dikenal pula dalam istilah ekonomi dalam
pembentukan tabungan, yaitu tabungan luar negeri dan investasi asing.
Tabungan adalah sumber pembentukan modal atau disebut juga sebagai investasi,
dan investasi tersebut adalah perubahan modal. Kalau besar kecilnya tabungan ditentukan
oleh pendapatan, sedangkan investasi atau perubahan modal dipengaruhi oleh perubahan
pendapatan atau untuk konsep ini harus dibedakan antara konsep COR = k = Kt/Yt dan
ICOR = It/Yt = Kt/Yt, atas dasar perbedaan tersebut maka modal mempunyai fungsi
sebagai berikut:
16
It = k Yt ( 21 )
Kt = k Yt ( 22 )
Kt - Kt-1 = k ( Yt - Yt-1 ) ( 23 )
Kt = k ( Yt - Yt-1 ) + Kt-1 ( 24 )
Kt = k Yt + k Yt-1 ( 25 )
3.2. Bentuk Fungsi: Tabungan, Impor Dan Modal
Fungsi-fungsi yang dibentuk tidak lai dari yuang diperlukan saja dalam analisa
ekonomi empat sektor. Dari uraian persamaan(15) sudah tampak bahwa yang diperlukan
antara lain fungsi: tabungan St, tabungan masyarakat Sh, tabungan pemerintah Sg dan
impor barang-barang dan jasa-jasa. Keempat fungsi tersebut sudah cukup untuk
menjawab samapai menentukan besarnya multiplier untuk masing-masing sektor yang
dikaji. Untuk tujuan menentukan pertumbuhan ekonomi, maka perlu ditambahkan fungsi
Stok modal ( capital ) Kt, jelas bahwa keseluruhannya fungsi jangka pendek dan setelah
diestimasi baru dijadikan fungsi jangka panjang, yaitu sebagai berikut:
St = - (C +G ) + ( 1 - c ) Yt ( 26 )
Sh = - C + ( 1-c)(1 - t ) Yt ( 27 )
Sg = -G + t Yt ( 28 )
Mt = M + m Yt ( 29 )
Kt = K + k Yt-1 , dimana: Kt = k Yt ( ... lihat pers 25 ) ( 30 )
Keterangan:
St = St(Yt) = tabungan tahun t, dalam milyar rupiah.
Sh = Sh(Yt) = tabungan masyarakat tahun t, dalam milyar rupiah
Sg = Sg(Yt) = tabungan pemerintah tahun t, dalam milyar rupiah
Mt = Mt(Yt) = impor tahun t, dalam milyar rupiah
Kt = Stok Modal tahun t, dalam milyar rupiah
Yt = Produk Domestik Bruto tahun t, dalam milyar rupiah
Yd = Pendapatan disposibel (disposible income)
Yt = Selisih produk domestik bruto tahun t dengan produk domestik bruto
tahun t-1, dalam milayar rupiah.
Yt/Yt = pertumbuhan ekonomi pada tahun t, dalam persentase.
MPC + MPS + MPT + MPM = 1 APC + APS + APT + APM = 1
s = Marginal Propensity to Save ( MPS )
t = rate of taxes "dihitung sebagai proportional taxes
dari gross domestic product" ( MPT )
17
m = Rate of Import "dihitung secara proporsional dari selisih nilai antar
sektor ekonomi" ( MPM )
k = Incremental Capital-Output Ratio ( ICOR )
C = konsumsi otonom
G = pengeluaran pemerintah otonom
K = modal otonom
1- t = bagian pendapatan yang tersisa setelah dipotong pajak
s(1-t) = (1-c)(1-t)
= bagian dari tabungan masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak
s(1-t) + t = (1-c)(1-t) + t
= MPS ( 1-MPT ) + MPT
= bagian dari tabungan yang tersisa setelah konsumsi
c(1-t) = (1-s)(1-t)
= bagian dari konsumsi masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak
1 -[s(1-t)] = 1 - [ (1-c)(1-t) ]
= bagian dari konsumsi yang tersisa setelah dipotong pajak.
s(1-t) + m = MPS ( 1-MPT ) + MPM
= bagian dari tabungan yang tersisa setelah konsumsi
c(1-t) - m = bagian dari pendapatan yang dikonsumsi setelah dipotong pajak
s(1-t) = tingkat tabungan masyarakat yang terjadi dan dihitung secara
proporsional terhadap pendapatan
t = tingkat pajak yang terjadi dan dihitung secara proporsional terhadap
pendapatan
m = tingkat impor yang terjadi dan dihitung secara proporsional
terhadap pendapatan
Multiplier () = 1/ { 1- [ c(1-t) - m ] }
= angka pengganda, merupakan pembagian dari perubahan pendapatan
terhadap perubahan investasi
GR (%) = [ s(1-t) + m ] / k
= Laju pertumbuhan ekonomi, yang merupakan pembagian
antara MPS dengan ICOR.
18
4. PERHITUNGAN SERTA ANALISIS TEORITIS EKONOMI TERBUKA
4.1. Hasil Estimasi Beberapa Agregatif Ekonomi Fungsi Pendapatan
Meramalkan sesuatu tidaklah banyak faedahnya. Akan tetapi, membuat perkiraan
secara kuntitatif maupun kualitatif banyak kegunaannya, antara lain: Memperkirakan
persyaratan-persyaratan potensi pembangunan yang harus dipenuhi untuk mencapai suatu
tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu dalam jangka panjang dan mengukur batas-batas
kemampuan optimal prestasi ekonomi yang telah dilalui hanya dengan pemanfaatan
tabungan dalam negeri sebagai pembiayaan pembangunan maupun pertumbuhan
ekonomi ( Mohammad Sadli: 1982, h.3 ).
Berikut adalah lima buah hasil estimasi "Ordinary-Least Suares Method" jangka
pendek. Kelima estimasi ini mampu menganalisis pendapatan nasional suatu ekonomi
yang bersifat terbuka, dan biasanya lebih populer dugunakan dalam jangka panjang.
Kelima Estimasi tersebut sebagai berikut:
St = 2370.857 + 0.295202 Yt
S(ai): (0.017369)
t(ai): (16.99542)
df = 25, SE = 8012, 593
r2 = 0.920342
r = 0.959344
r2 = 0.917156
F = 288.8443
D-W = 0.811351
Sh = 789.3590 + 0.246157 Yt
S(bi): (0.022072)
t(bi): (11.15223)
df = 25, SE = 10181.04
r2 = 0.832632
r = 0.912487
r2 = 0.825938
F = 124.3723
D-W = 0.305920
19
Sg = 1581.498 + 0.049045 Yt
S(ci): (0.008434)
t(ci): (5.814988)
df = 25, SE = 3890.782
r2 = 0.574931
r = 0.758242
r2 = 0.557929
F = 33.81408
D-W = 0.553495
Mt = -15755 + 0.304258 Yt
S(di): (0.012752)
t(di): (23.85895)
df = 25, SE = 588.682
r2 = 0.957930
r = 0.978739
r2 = 0.956247
F = 569.2497
D-W = 0.064493
Kt = - 138692 + 5.236756 Yt-1
S(di): (0.860617)
t(di): (6.084879)
df = 25, SE = 399666.2
r2 = 0.596941
r = 0.772620
r2 = 0.580819
F = 37.02576
D-W = 0.562712
Statistical Table:
t0.005 = 2.787 f0.01 (v1, v2) = 7.77
t0.01 = 2.485 f0.05 (v1, v2) = 4.24
t0.025 = 2.060
t0.05 = 1.708 d0.01 (dl, du) = 1.00 - 1.31
t0.10 = 1.316 d0.05 (dl, du) = 1.22 - 1.55
20
Secara statistik kelima Hasil estimasi yang dilakukan adalah significant pada taraf
kepercayaan ( Significant level ) = 1 % atau atau pada taraf keyakinan ( confidence
level ) 1- = 99 % sebagaimana yang dapat dilihat bahwa masing-masingnya Ttest > T-
table. Sementara itu Ftest dari kelima fungsi yang diestimasi pada umumnya besar dan
berada diatas F-table yang juga pada = 1 %. Begitu juga dengan uji statistk Durbin-
Watson yang significant pada taraf kepercayaan yang sama.
Disamping itu koefisien determinasi dan korelasi kelima hasil estimasi telah
memperlihatkan hubungan yang begitu kuat dengan masing-masing variabel peubah
(independent variable ). Dengan demikian, kiranya dalam pengujian statistik kelima hasil
estimasi tidaklah diragukan lagi kebenarannya.
4.2. Interpretasi Antar-inter Koefisien Hasil Estimasi Jangka Panjang
Berikut ini adalah fungsi-fungsi jangka pendek dan jangka panjang yang
didapatkan dari hasil estimasi "Ordinary-Least Squares Method" yang untuk selanjutnya,
khususnya fungsi jangka panjang akan digunakan untuk menaksir analisis pendapatan
nasional ekonomi dua, tiga dan empat sektor. Fungsi jangka pendek dan jangka panjang
tersebut ditulis sebagai berikut:
Fungsi Jangka Pendek Fungsi Jangka Panjang
St = - (C +G ) + ( 1 - c ) Yt = St(Yt) ,St = ( 1 - c ) Yt = St(Yt)
= 2370.857 + 0.295202 Yt = 0.295202 Yt
Sh = -C + ( 1 - c )(1 - t ) Yt = Sh(Yt) ,Sh = ( 1-c )( 1-t ) Yt = Sh(Yt)
= 789.3590 + 0.246157 Yt = 0.246157 Yt
Sg = -G + t Yt = Sg(Yt) ,Sg = t Yt = Sg(Yt)
= 1581.498 + 0.049045 Yt = 0.049045 Yt
Mt = M + m Yt = Mt(Yt) ,Mt = m Yt = Mt(Yt)
= -15755 + 0.304258 Yt = 0.304258 Yt
Kt = K + k Yt-1 = Kt(Yt-1) ,Kt = k Yt-1 = Kt(Yt-1)
= -138692 + 5.236756 Yt-1 = 5.236756 Yt-1
Sebagaimana yang diungkapkan Hendra Esmara, kini timbul persoalan: mana
yang lebih baik dipergunakan selaku sumber pembiayaan pembangunan, pajak atau
tabungan masyarakat ?. Simposium internasional mengenai mobilisasi tabungan personal
di negara-negara sedang berkembang, yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa
di Jamaica (1980), mengambil kesimpulan bahwa : "...There was no simple formula to
determine the optimum relationship among government savings, business savings and
21
personal savings". Dengan nada yang sama Higgins menyatakan : "There is no simple or
general answer to this question" ( Hendra Esmara: 1987, h.11 ).
Sedemikian sulitnya menentukan pilihan antara pengerahan tabungan masyarakat
dan pemungutan pajak, maka dalam analisa jangka panjang kiranya tidak terdapat
alternatif lain, terkecuali melalui penekanan konsumsi secara umum. Walaupun secara
historis adalah agak kurang seksama berbicara mengenai teori-teori ekonomi makro yang
berasal daripada ahli ekonomi Klasik, namun secara analitis adalah bermanfaat untuk
ditayangkan kembali oleh karena kebanyakan diantara teori-teori tersebut masih
bermanfaat, kendatipun tidak lengkap untuk dipakai dalam analisa sekarang. Untuk
tujuan membangun dan mengakumulasi investasi yang lebih tingggi, sepanjang outward-
looking oriented tidak dapat diandalkan, satu-satunnya jalan adalah "mengencangkan ikat
pinggang". Apakah terjadi atau tidak upaya kuno demikian, berikut ini hasil interpretasi
parameter hasil estimasi untuk ekonomi sektor terbuka, yaitu:
Ekonomi 2 Sektor:
St = It
St = St(Yt) = s Yt = 0.295202 Yt
Ct = 1 - St(Yt) = c Yt = 0.704797 Yt
MPC + MPS = 1
c + s = 1
0.704797 + 0.295202 = 1
Multiplier ( ) = 1/MPS = 3.387500
Pert. Eko, GR (%) = MPS/ICOR = 0.056371
Ekonomi 3 Sektor:
St = Sh + Sg = It
St = St(Yt) = s Yt = 0.295202 Yt
Sh = Sh(Yt) = [ s (1– t) ] Yt = 0.246157 Yt
Sg = Sg(Yt) = t Yt = 0.049045 Yt
St = Sh + Sg = It
St = Sh(Yt) + Sg(Yt) = { [ s (1– t) ] + t } Yt = 0.295202 Yt
Ct = [ 1- St(Yt) ] = { 1 - [ s (1– t ) + t ] } Yt = 0.704797 Yt
Ch = { [ 1 - St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] } Yt = [ c (1– t) ] Yt = 0.670229 Yt
Sh = { St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] } Yt = [ s (1– t) Yt = 0.280724 Yt
22
Sg = Sg(Yt) = 0.049045 Yt
MPC + MPS + MPT = 1
c(1 – t) + s (1 – t ) + t = 1
0.670229 + 0.280724 + 0.049045 = 1
Multiplier ( ) = 1/[ s (1– t ) + t ] = 1/ [ 0.280724 + 0.049045 ] = 3.032414
atau:
Tt = { St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Sh(Yt) } = { [ s ( 1 - t ) - s ( 1 - t ) } Yt
= 0.280724 Yt - 0.246157 Yt = 0.034567 Yt
= Tt(Yt) = t Yt = 0.034567 Yt , t = MPT = 0.034567
St = Sh + Tt = It
Sh = St(Yt) [ 1 - Tt(Yt) = [ s (1– t )] Yt = 0.284998 Yt = MPS Yt
Tt = Tt(Yt) = t Yt = 0.034567 Yt = MPT Yt
Ch = { [ 1- St(Yt) ] [ 1 - Tt(Yt) ] } = 0.680435 Yt = MPC Yt
MPC + MPS + MPT = 1
c(1– t) + s(1– t) + t = 1
0.680435 + 0.284998 + 0.034567 = 1
MPS = s (1– t ) + t = 0.246157 + 0.049045 = 0.295202
MPC = 1 - [ s (1– t ) + t ] = { 1 - 0.295202 } = 0.704797
ICOR = k = 5.236756
Multiplier ( ) = 1/ [ s(1-t) + t ] = 3.129254
Pert. Eko, GR (%) = MPS/ICOR = 0.056371
Ekonomi 4 Sektor:
St = Sh + Mt = It
Sh(Yt) = St(Yt) - Mt(Yt)
= { Sh(Yt) + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Mt(Yt) } Yt
= { [s (1– t) + s (1–t )] - m } Yt
= { s (1– t ) - m } Yt , m = MPM
= 0.222623 Yt
Tt = { St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Sh(Yt) } = { [ s ( 1 - t ) - s ( 1 - t ) } Yt
= 0.280724 Yt - 0.246157 Yt = 0.034567 Yt , t = MPT = 0.034567
St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] = 0.295202 [ 1 - 0.049045 ] = 0.280724 Yt ( ....2 Sektor )
Sh(Yt) + Tt(Yt) = 0.246157 + 0.034567 = 0.280724 Yt (.... 3 Sektor )
Sh(Yt) + Mt(Yt) = [ 0.222623 + m ] Yt = 0.280724 Yt (.... 4 Sektor )
23
Sh(Yt) = [ s(1-t) - m ] Yt
0.222623 Yt = [ 0.280724 - m ] Yt
m = 0.280724 - 0.222623 , m = MPM = 0.058101
St(Yt) = Sh(Yt) + Mt(Yt)
= s(1-t) + m = Sh(Yt) [ 1 - Tt(Yt) ] + MPM = 0.295749
Ch(Yt) = c(1-t) - m = [ 1 - Sh(Yt) ] [ 1 - Tt(Yt) ] - MPM = MPC = 0.669684
Sh(Yt) = s(1-t) = Sh(Yt) [ 1 - Tt(Yt) ] = MPS = 0.237648
Tt(Yt) = t = MPT = 0.034567
Mt(Yt) = m = MPM = 0.058101
MPC + MPS + MPT + MPM = 1
[ c(1-t) - m ] + s(1-t) + t + m = 1
0.669684 + 0.237648 + 0.034567 + 0.058101 = 1
MPS = s(1-t) + m = MPS ( 1 - MPT ) + MPM = 0.295749
MPC = 1 - [ s(1-t) + m ] = 1 - [ MPS ( 1 - MPT ) + MPM ] = 0.7042250
ICOR = k = 5.236756
Multiplier ( ) = 1/ [ s(1-t) + t + m ] = 2.930565
Pert. Eko, GR (%) = MPS/ICOR = 0.056475
Hasil analisa yang mengherankan sebagaimana yang terdapat dalam buku Ben
Franklin yang berjudul "Poor Richard's Almanac" tidak jemu-jemunya mengotbahkan
doktrin tabungan dalam hubungannya dengan apa yang dinamakan Paradoks Kehematan
dan kini timbul suatu generasi ahli keuangan baru yang nampaknya berpendapat bahwa
kebajikan dimasa lampau mungkin menjadi dosa modern dimasa-masa depressi ( Paul A.
Samuelson: 1975, h.313 ).
Dinamakan paradoks karena hampir semua kita terbiasa berpendapat bahwa
kehematan selalu merupakan hal yang baik. Dalam teori ekonomi, pertimbangan yang
dapat membantu kita menjelaskan paradoks secara ilmiah tanpa emosi adalah bahwa kita
harus berhati-hati dengan apa yang dinamakan "Logical fallacy of composition", yang
berarti apa yang baik bagi masing-masing orang secara sendiri-sendiri tidaklah dengan
sendirinya selalu baik bagi semua.
Dalam beberapa keadaan, kehati-hatian swasta (private prudence) mungkin
merupakan kebodohan sosial. Khususnya hal ini berarti bahwa usaha setiap dan masing-
masing orang untuk memperbesar tabungannya, mengakibatkan berkurangnya tabungan
aktuil keseluruhan orang dalam masyarakat bersangkutan ( Paul A. Samuelson: 1975,
h.313 ).
Kenapa tidak hal semacam diatas dapat terjadi, sebab bila individu yang
menabung akan berarti mengurangi konsumsinya dan ini berarti pula bahwa ia
membelanjakan daya beli yang lebih kecil dari sebelumnya, sehingga bagia orang lain
pendapatannya bisa menjadi berkurang, oleh karena pengeluaran seseorang adalah
merupakan pendapatan bagi orang lain.
24
Pertimbangan yang kedua menjelaskan paradoks kehematan ini terletak pada
pertanyaan "apakah pendapatan nasional yang bersangkutan berada pada tingkat merosot
atau tidak". Jika perekonomian berada dalam keadaan full-employment, maka sudah jelas
ada kecenderungan semakin besar bahagian pendapatan yang digunakan untuk konsumsi
sekarang, semakin kecil bahagian yang tersedia bagi pembentukan modal.
Bila pada mana terdapatnya pengangguran (unemployment) yang sulit diatasi,
maka konsumsi dan investasi menjadi komplementer dan tidak saling bersaingan. Dalam
hal semacam ini, membantu yang satu dan juga membantu yang lain oleh karena
konsumsi yang tinggi mendorong investasi yang tinggi. Dalam keadaan dimana
berkomplementernya konsumsi dengan investasi, maka tindakan yang mendorong
pengencangan ikat pinggang (yaitu usaha untuk mengurangi konsumsi guna
memperbesar tabungan), hanya berakibat berkurangnya pendapatan.
Pada tingkat pendapatan yang rendah dan karena adanya induced-disinvestment,
maka akan menjadi rendahnya investasi. Dengan demikian, pendapatan dan investasi
benar-benar sudah berkurang oleh karena usaha memperbesar tabungan dalam masa
pengangguran, berakibat berkurangnya tabungan dan investasi yang benar-benar
terlaksana.
Usaha pemulihan kiranya dapat ditemui melalui kebijaksanaan ekonomi makro
apabila paradoks kehematan sudah hilang dalam operasinya, sehingga usaha pengketatan
ikat pinggang yang mendorong kegiatan menabung guna meningkatkan investasi sebagai
sumber pembiayaan dapat terwujud dan tercapainya suatu lingkungan full-employment,
sehingga konsumsi dan investasi pasti saling bersaingan. Hanya dalam keadaan seperti
itulah kebajikan individual selalu sama dengan kebajikan sosial (dan tidak lagi
merupakan kebodohan sosial). Pendek kata didalam kebijaksanaan ekonomi makro harus
dihindarkan inflationary-gap atau deflationary-gap sedemikian rupa, sehingga tabungan
dan investasi full-employment persis sama besarnya tanpa inflasi ( Hendra Esmara:
1987,h.56 ).
Hasil penemuan yang kiranya cukup menonjol untuk diperhatikan adalah bahwa
potensi tabungan masyarakat nampaknya jauh lebih besar dibandingkan potensi tabungan
pemerintah terhadap ability and willingness to save dikalangan masyarakat dan menaikan
pertumbuhan ekonomi. Namun demikian upaya peningkatan pajak pasti merugikan atau
menurunkan tabungan masyarakat, terbukti pada ekonomi tiga sektor bahwa bagian dari
tabungan yang tersisa setelah dipotong pajak adalah sebesar 0.246157 atau sekitar 24,61
% rata-rata setiap tahunnya. Potensi tabungan secara total adalah 0.295202 atau 29,52 %
rata-rata per tahun, berarti tabungan pemerintah menymbang sebesar 0.0409045 atau
sebesar 4,09 % rata-rata per tahun.
Selanjutnya, nisbah pajak dalam perekonomian adalah sebesar 0.034567 atau
sebesar 3,46 % rata-rata per tahun dan angka ini lebih kecil daripada tabungan
pemerintah oleh karena disamping berupa angka taksiran tanpa melalui regresi, selainnya
itu memang tidak mustahil kiranya tabungan pereintah lebih besar karena ia merupakan
25
selisih antara "penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin" dalam APBN.
Sedangkan proporsi pajak yang merupakan nilai taksiran tersebut diasumsi sebagai
"pajak langsung ditambah pajak tidak langsung" yang berarti kalau ditinjau dalam pos
penerimaan dalam negeri adalah "tidak termasuk penerimaan bukan pajak".
Dalam analisis ekonomi empat sektor, ternyata bahwa sumbangan impor cukup
besar dalam memebentuk tabungan dana investasi selama ini. Mungkin kalau dalam
ekonomi Indonesia secara tuntas meninggalkan Impor atau meniadakan impor ( dengan
kata lain hanya ekspor saja yang ditingkatkan ), maka yang akan terjadi adalah
berkurangnya pendapatan nasional secara drastis. Besarnya proporsi impor 0.304258 atau
30,43 % dari pendapatan nasional rata-rata per tahun dan angka ini jauh lebih besar dari
pada nilai proporsi tabungan terhadap pendapatan, berarti tabungan juga dianikan oleh
impor.
Dugaan Impor lebih mantap demikian diasumsikan karena impor yang diperlukan
tersebut banyak mengandung barang modal yang bagi Indonesia masih dibutuhkan untuk
perses produksi dalam negeri selanjutnya. Baik tabungan masyarakat, pajak dan Impor
kesemuanya adalah unsur utama yang membentuk tabungan. Dalam ekonomi terbuka
atau ekonomi empat sektor masing masing nisbahnya adalah 0.222623 , 0.034567 dan
0.058101 atau 22,62 %, 3,46 % dan 5,81 % rata-rata setiap tahun.
Selama periode penelitian yang dilakukan ini, dan total keseluruhanya adalah
0.315291 atau 31,53 % rata-rata setiap tahun dan berarti nisbah konsumsi yang terjadi
setelah pajak dan impor adalah sebesar 0.684709 atau sebesar 68,47 % rata-rata per
tahun. Hal yang sama dapat diperhatikan pada bagian perhitungan diatas, bahwa baik
untuk dua, tiga dan empat sektor secara harfiah tabungan masyarakat terbentuk pada
proporsi yang persis sama, yaitu sebesar 0.280724 atau 28,07 % rata-rata per tahun ( lihat
hasil perhitungan ).
Dengan memperhatikan atau memperbandingkan analisa yang dilakukan,
memang tanpa dipungkiri lagi bahwa teori ekonomi klasik kuno jelas terbukti
keberadaanya tanpa memandang prakondisi ekonomi tersebut sehat atau tidak, dan
ternyata trade-off yang terjadi akibat pajak menurunkan tabungan dan berikutnya
konsumsi turun. Perhatikan ketiga sektor tersebut terjadi penurunan yang beruntun yang
dari dua sektor hingga sampai empat sektor nisbah konsumsi semakin menurun masing -
masing 70,48 % , 67,02 % dan 65,88 % sehingga tidak ditolah dalam hal ini teori kalsik
kuno "paradok kehematan", dimana setiap upaya memperbesar tabungan tetap saja harus
dilakukan melalui upaya mengencangkan ikat pinggang.
Meskipun terjadinya perbedaan proporsi agregatif ekonomi antara dua sektor, tiga
sektor maupun empat sektor, namun "Marginal Propensity to Save" tetap saja sama, yaitu
sebesar 0.295202 yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi adalah sebesar
0.704797 atau MPC + MPS = 1, berarti laju pertumbuhan ekonomi yang dicapat
Indonesia adalah sebesar 5,64 % rata-rata per tahun. Perbedaan proporsi tersebut hanya
terjadi sebagai angka pengganda ( multiplier ) untuk masing-masing sektor ekonomi yang
diteliti, dan semakin banyak sektor ekonomi yang dikaji maka nilai multiplier
26
menunjukan angka yang semakin menurun pula oleh karena makin banyaknya sektor
yang dikaji dan angka kecil berkiprah melipat gandakan agregatif ekonomi yang banyak
yang menghasilkan nilai yang sama dalam pendapatan nasional.
Hal yang jelas, baik pendapatan maupun konsumsi yang tersisa setelah dipotong
pajak tetap menjadi turun, masing-masing Peningkatan tabungan selaku sumber
pembiayaan pembangunan melalui pemupukan tabungan masyarakat dan pemungutan
pajak hanya dapat terjadi dengan melakukan ekspansi kebijaksanaan moneter melalui
pengembangan pasar uang serta pasar modal dan kebijaksanaan fiskal yang progressif
berdasarkan ability to pay.
Peningkatan pajak akan merupakan trade-off terhadap kemungkinan kenaikan
tabungan. Peningkatan pajak yang terlalu tinggi akan dapat merugikan atau mengurangi
tabungan masyarakat, khususnya tabungan dunia usaha. Walaupun pajak akan dapat
memaksa masyarakat menciptakan tabungan melalui bentuk tabungan pemerintah tetapi
dilain pihak ia akan dapat mematikan inisiatif untuk menggerakan dunia usaha. Dengan
demikian, fungsi perpajakan disamping merupakan alat penciptaan tabungan pemerintah,
ia harus pula memberikan dorongan bagi peningkatan investasi masyarakat. Hal ini dapat
dilakukan dengan mempergunakan perpajakan selaku alat pemberian konsesi dan
berbagai kemudahan lainnya di dalam mendorong dunia swasta ( Hendra Esmara: 1987,
Ibid, h.12 ).
Dilain pihak, analisis yang kiranya mendukung agar kedua tabungan masyarakat
dan tabungan pemerintah tersebut dapat naik secara bersamaan antara lain, bahwa upaya
memanfaatkan tabungan masyarakat sebagai sumber dana potensial bagi pembentukan
modal adalah dengan menyempurnakan pasar uang yang ada serta mengembangkan pasar
modal dengan segala peralatan yang diperlukan. Hal yang patut diperhatikan adalah
memperkecil segmentasi antara pasar uang dan pasar modal yang masih terpisah-pisah.,
bahkan kalau dapat dihilangkan segmentasi tersebut sama sekali.
Sedangkan upaya pemanfaatan tabungan pemerintah dari penerimaan pajak harus
dilakukan pada "tingkat optimum" hingga tidak memungkinkan lagi terjadinya aspek
yang saling meniadakan (trade-off) antara tabungan dengan pajak, antara lain harus
disesuaikan dengan kemungkinan serta kemampuan masing-masingnya, terkecuali kalau
memang kedua perangkat moneter dan fiskal yang ada semakin diperkaya secara
serempak dalam kebijaksanaan makro ekonomi Indonesia.
5. KESIMPULAN
Dalam jangka panjang, mobilisasi tabungan dan investasi tetap saja berjalan
sebagaimana adanya perekonomian suatu negara. Nampaknya tidak terdapat alternatif
lain untuk meningkatkan tabungan selaku sumber pembiayaan, terkecuali bila dilakukan
penekanan konsumsi secara umum. Peningkatan tabungan melalui pemupukan tabungan
masyarakat dan pemungutan pajak hanya akan dapat terjadi masing-masing dengan
melakukan ekspansi kebijaksanaan moneter melalui pengembangan pasar uang serta
27
pasar modal, dan dengan melakukan kebijaksanaan fiskal yang progressif berdasarkan the
ability to pay.
Tidaklah dapat dihindari bahwa Peningkatan pajak akan merupakan trade-off
terhadap kemungkinan kenaikan tabungan. Upaya pemerintah melakukan kebijaksanaan
moneter dan fiskal mengharuskan perhitungan yang cermat sepanjang kedua dapat
dilakukan secara serasi yang tidak saling merugikan. Kenyataan yang terjadi dan tidak
dapat dihindari adalah kalau peningkatan pajak terlalu tinggi akan dapat merugikan atau
mengurangi tabungan masyarakat, khususnya tabungan dunia usaha.
Walaupun pajak akan dapat memaksa masyarakat menciptakan tabungan melalui
bentuk tabungan pemerintah tetapi dilain pihak ia akan dapat mematikan inisiatif untuk
menggerakan dunia usaha. Dengan demikian, fungsi perpajakan disamping merupakan
alat penciptaan tabungan pemerintah, ia harus pula memberikan dorongan bagi
peningkatan investasi masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan
perpajakan selaku alat pemberian konsesi dan berbagai kemudahan lainnya di dalam
mendorong dunia swasta, sehingga memungkinkan masyarakat menerima pendapatan
yang masih tinggi, meskipun pada intinya kewajiban pajak yang diemban tidak harus
dilupakan sama sekali.
Dalam waktu sekarang impor tidak bisa diperkecil sampai tingkat yang minim
oleh karena dan bagaimanapun juga impor masih membawa berkah meningkatkan
pendapatan dalam masyarakat. Kalau impor diturunkan, berati ada pula kemungkinan
bahwa aktivitas proses produksi mengalami penurunan yang selanjutnya output ataupun
pendapatan nasional turun drastis oleh karena impor yang digunakan diindonesia masih
berkatagori sebagian besar mengandung impor barang modal.
Impor juga meningkatkan tabungan masyarakat melalui peningkatan produksi
nasional dari barang modal. Kalau impor diperkecil pada masa sekarang berarti pula
memperkecil output dan pendapatan nasional, sehingga tabungan juga menjadi turun dan
turun pula investasi dan bahkan berkemungkinan turunya pertumbuhan ekonomi untuk
masa mendatang. Tanpa impor pendapatan nasional turun tajam sekali, jelas turunya
pendapatan masyarakat serta inisiatif usaha swasta bisa mati, sehingga tipis sekali
kemungkinan kebijasanaan fiskal yang dilakukan pemerintah dalam pajak akan berhasil
oleh karena masyarakat pasti lebih membutuhkan hidup dengan pemenuhan konsusi
ketimbang membayar pajak sekalipun itu adalah kewajiban.
Analisis makro yang kiranya mendukung agar kedua tabungan masyarakat dan
tabungan pemerintah tersebut dapat naik secara bersamaan antara lain, dengan
memanfaatkan tabungan masyarakat sebagai sumber dana potensial bagi pembentukan
modal dengan cara menyempurnakan pasar uang yang ada serta mengembangkan pasar
modal dengan segala peralatan yang diperlukan. Lakukan upaya yang pantas seperti
memperkecil segmentasi antara pasar uang dan pasar modal yang masih terpisah-pisah
selama ini dan kalau boleh, hilangkan segmentasi tersebut sama sekali.
28
Dalam penelitian ini paradok kehematan secara tidak disadari telah terlaksana dan
berati pembangunan di Indonesia senantiasa dilakukan melalui upaya pengketatan ikat
pinggang atau terjadinya penahanan atau mungkin pembatasan konsumsi oleh
masyarakat. Upaya pemanfaatan tabungan pemerintah dari penerimaan pajak harus
dilakukan pada "tingkat optimum" hingga tidak memungkinkan lagi terjadinya aspek
yang saling meniadakan (trade-off) antara tabungan dengan pajak, antara lain harus
disesuaikan dengan kemungkinan serta kemampuan masing-masingnya, terkecuali kalau
memang kedua perangkat moneter dan fiskal yang ada semakin diperkaya secara
serempak dalam kebijaksanaan makro ekonomi Indonesia.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abimanyu, Anggito.,"Minyak Bumi Dan Bantuan Luar Negeri Dalam Perekonomian
Indonesia" (Yogyakarta: STIE-YKPN,1988).
Amrizal., "Pengembangan Tabungan Dalam Negeri Dan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia", Sripsi Sarjana, Universitas Andalas Padang, 1992 ).
Chenery, Hoolis B. dan Nicholas G. Carter.,"Foreign Assistance and Development
Performance 1960-1970", American Economic Review, Vol. 63, No.2 (Mei
1973).
Didong, Rustam., "Pengembangan Tabungan Dalam Negeri Dan Pembiayaan
Pembangunan", forum Ekonomi, Tahun IV, No. 41 (Maret 1987).
Duesenberry, James S., "Income, Saving and The Theory of Consumer Bahavior"
(Cambridge, Mass. Harvard University Press, 1949 ).
Esmara, Hendra.,"Politik Perencanaan Pembangunan : Teori, Kebijaksanaan dan
Prospek" (Padang: Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Perencanaan
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas pada rapat senat terbuka, 27
Juli 1985).
_____________.,"Ekonomi Indonesia Dalam Transisi" (Padang: Pusat Penelitian
Universitas Andalas, 1987).
F. Modigliani,. "Fluctuation in the Saving Income Ratio; A Problem in Economic
Forecasting", in Studies in Income and Wealth, Vol. 11, November 1949.
Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975)., "A Simultaneous Equations Model of Saving
in Developing Countries", Journal of Political Economy, 83 (b).
Kuharjo, Noorooso., "Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang" (Jakarta:
Akademika Pressindo, 1981).
Kuncoro, Mudrajad., "Dampak Arus Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Tabungan Domestik", Prisma 9 (Jakarta: LP3ES, 1989).
Mariakasih, Frans Kho.,"Praktek dan Teori Pembangunan Ketergantungan
(Dependencia)", analisa, No.9 (September 1982).
Nio, Thress.,"Utang Luar Negeri RI" (Jakarta : Harian Kompas, 12 Juli 1988).
Nopirin., "Efek Kebijaksanaan Pemerintah Terhadap Pembentukan Modal", dalam
Ekonomi Moneter (Editors), edisi pertama, buku II (Yokyakarta: BPFE-UGM,
1987).
Nurkse, Ragnar., "Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries and
Patterns of Trade and Development", Oxford University Press, 1967.
29
Papanek G.F., "The Effect of aid and Other Resources Transfers on Savings and Growth
in Less Developed Countries", Economic Journal, Vol.82, No.327 (September
1972).
Pattisiana, Engelina., "Dampak-dampak Kegiatan Penanaman Modal Asing Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia", Analisa, No.9 (September 1982).
Rana, Pradumna B. dan J. Malcolm Dowling Jr., "The Impact of Foreign Capital on
Growth: Evidence From Asian Developing Countries", The Developing
Economies, Vol. XXVI, No.1 (March 1988).
Samuelson, Paul P., "Economics", eleventh edition (New York: Mc Graw-Hill
International Book Company, 1980).
Sadli, Mohammad., "Prospek Jangka Pnjang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia", Prisma 2
( Jakarta: LP3ES, Feb 1982 ).
Stoneman, Colins., "Foreign Capital and Economic Growth", World Development, Vol.
3, No.1 (January 1975).
Todaro, Michel P., "Economics For Developing World" (London: Longman Group
Limited, 1977).
Wardhana, Ali., "Ekonomi Dunia dan Strategi Indonesia" (Jakarta: Harian Kompas, 29
Agustus 1987).
Wieskoff, Thomas E., "The Impact of Foreign Capital Inflow on Domestic Saving in
Underdeveloped Countries", Journal of International Economics, Vol 2 (February
1972).
------+++++------
Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:
30
Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:
Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN
JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN
PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil
Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL
& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi
10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.
Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah
DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016
12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN
TRANSPORTASI 2014 s/d 2017
I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta
Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:
02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang
004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen
005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia
006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994
007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia
008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia
010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri
011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan
012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth 013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan
014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat
015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995
016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan
017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen
019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan
020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi
021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka
022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi
023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka
024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas
026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan
028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana
029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
31
004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara
031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth
034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif
035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen 036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan
037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen
038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia
039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan
040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)
041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka
042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)
043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia
044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal
046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana
047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor) 048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana
049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia
050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi
051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera
052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan
054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada
Kemampuan Sendiri
055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan
056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan
057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi 058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional
059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat
061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi
Aliran Dana Luar Negeri
062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan
005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi
065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi
066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi 067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan
068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro
069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional
070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro
071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro
073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial
074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial
32
II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi
Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Hasil Estimasi
File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Non-Estimasi
File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi
File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA
Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA
Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL
ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation
Result Function (242 halaman)
008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan
080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun 081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia
009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA
083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-
STATE GROWTH
084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai
085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber
Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off
010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010 Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010
Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
33
011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010
Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna
Kendaraan Pribadi Dan Umum
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)
File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010 atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)
File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010
atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung
Pandang
012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011
Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan
File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011
Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan
File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011
Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia
File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011
Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik
File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia
File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik
File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau
File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik
File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011
Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara
File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011
Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri
File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011
Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik
File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011 Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional
34
10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009
Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil
Pribadi Di Jakarta
File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010
Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi
Dan Umum
File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010
Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI
File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010
Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-
UJUNG PANDANG
File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016
Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute
JAKARTA-UJUNG PANDANG
014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014
Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA
File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014
Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API
INDONESIA
File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014
Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN
PENERBANGAN DOMESTIK
015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,
Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017
Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan
Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara
File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017
Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA
LUAR NEGERI
35
III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017
File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015 Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017 Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015
Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017
Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey
Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt 134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt
135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h
137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h
138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h
139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h
141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h
36
12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014
Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015
Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016
Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017
Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017
Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017
Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
37
Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan
didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN
ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan
keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.
KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah
dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai
MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar
mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN
TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan
juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai
bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah
Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF
(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya
bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan
dalam sebuah Daftar Harga).
Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),
sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan
ilmiah yang disusun oleh Amrizal.
Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal
ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar
TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:
Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari
Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)
keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),
cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut
ke dalam Google.
Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah
files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat
tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......
-------- Jakarta, 14 September 2017--------
Top Related