OTONOMI KHUSUS OTONOMI KHUSUS PROVINSI PROVINSI PAPUAPAPUA
JOHN JULIUS BOEKORSJOM
NPM 170230110505
LATAR BELAKANG PENELITIANLATAR BELAKANG PENELITIAN
Perubahan Paradigma Penyelesaian Papua
Pendekatan Keamanan Perubahan Kesejahteraan
Kebijakan Otonomi Khusus
Pemberian Kewenangan Disertai Dengan Aliaran Dana Otonomi Khusus
Penerapan otonomi asimetris (asyimmetric authonomy) pada Provinsi Papua dihadapkan dengan sejumlah permasalahan
Tidak ada signifikansi terhadap perubahan
Kesejahteraan
Model Otonomi Khusus Papua dalam Penciptaan Kesejahteraan
Hasil Otonomi Khusus Papua
Lingkup Analisis:1.Kondisi lingkungan2.Hubungan antar organisasi3.Sumberdaya organisasi untuk implementasi program4.Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana
LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG
Komitmen pemerintah dan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi, telah melahirkan kesadaran dan pemikiran baru dalam menangani berbagai permasalahan yang mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemikiran dan kesadaran baru tersebut ditandai dengan adanya perubahan paradigma dalam penanganan berbagai masalah bangsa dari pendekatan keamanan menjadi pendekatan kesejahteraan dengan memperhatika.n kesetaraan dan keberagaman kehidupan sosial budaya masyarakat lokal
Perubahan Paradigma Penyelesaian Papua
Pendekatan Keamanan Pendekatan Kesejahteraan
Kebijakan Otonomi Khusus Bagi Papua
Pasal 1 butir b Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjelaskan bahwa otonomi khusus adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada Provinsi Papua untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat Papua.
Kebijakan Otonomi Khusus
Pemberian Kekhususan Provinsi Papua
Realitas Kebijakan Otonomi Khusus
Rondinelli dan Cheema (1983)
Kondisi Lingkungan
Hubungan Antar Organisasi
Dukungan Sumber Daya
Karakteristik Lembaga Pelaksana
Kinerja dan Dampak
Kebijakan Otonomi Khusus Papua
Hasil (terjadi kompelsitas masalah)
Penolakan Oleh Masyarakat Papua
Pemerintah Pusat tetap Mepertahankan Model Kebijakan Otonomi Khusus
Model Otonomi Khusus Papua yang Lebih Ideal Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Asli Papua
JUDUL:OTONOMI KHUSUS PROVINSI PAPUA
RUMUSAN MASALAHRUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Mengapa otonomi khusus Provinsi Papua belum mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat Papua?“
TUJUAN PENELITIANTUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
“Untuk memperoleh konsep baru bagi pengembangan ilmu pemerintahan khususnya mengenai pencapaian tujuan sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat Papua”
TINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKA
Rondineli dan Cheema (1983) merumuskan definisi desentralisasi dengan lebih merujuk pada perspektif administrasi, secara eksplisit dikemukakan bahwa desentralisasi adalah:
Desentralisasi dapat dimaknai sebagai transfer perencanaan, pengambilan keputusan, atau otoritas administrative dari pemerintah
pusat kepada organisasinya di lapangan, unit -unit administrative lokal, organisasi semi otonom dan organisasi parastatal, pemerintahan lokal, atau organisasi nonpemerintah.
RESOURCES FOR PROGRAM IMPLEMENTATION
•Control over funds•Adequacy of budget•Availability of budgetary resources •Support of national political leaders •Support of local political leaders •Support of National beaurocracy
ENVIRONMENT CONDITIONS
•Political structure•Policy making process•Local power structure •Socio cultural factors•Organizatio of program beneficiaries•Adequacy of physical imprastructure
PERFORMANCE AND IMPACT
•Achievement of policy goals•Affect on local administrative capacity and performance •Effect on productivity, income, participation, and access to government service
CHARACTERISTIC OF IMPLEMENTATION AGENCIES
•Technical, managerial and political skill of staff•Capacity to coordinate, control and integrate subunit decision •Agency’s political resources and support •Effectiveness of internal communication•Agencies rapport with program beneficiaries •Linkages with constituency organizations •Quality of agency leadership •Commitment of staff to agency programs•Location of agencies within administrative systems
INTERORGANIZATIONAL RELATIONSHIP
•Clarity and consistency of program objectives •Appropriate allocation of functions Effectiveness of planning, budgeting and implementation procedures •Quality of inter-organizational communication•Effectiveness of linkages among organization
FACTORS AFFECTING IMPLEMENTATION OF DECENTRALIZATION POLICIES
PROPOSISIPROPOSISI
Beradasarkan teori Rondinelli dan Cheema yang telah diuraikan di atas, dapat dikemukakan proposisi penelitian sebagai berikut:
”Implementasi Kebijakan Otonomi Khusus Papua berikaitan dengan kondisi lingkungan, hubungan antarorganisasi, sumber daya yang tersedia, karakteristik instansi pelaksana, kinerja dan dampak”
JENIS PENELITIANJENIS PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang berkaitan dengan Otonomi Khusus Provinsi Papua.
Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) mengenai realitas implementasi Otonomi Khusus Provinsi Papua. Dengan begitu, metode penelitian yang digunakan untuk meneliti implementasi Otonomi Khusus Provinsi Papua pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci dengan melakukan teknik pengumpulan data secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
TEKNIK ANALISA DATATEKNIK ANALISA DATA
Reduksi Data
Verifikasi/ Kesimpulan
Sajian Data
Pengumpulan Data
SEKIAN DAN TERIMAKSIHSEKIAN DAN TERIMAKSIH
Top Related