Teori Dependensi Klasik
Windi Andriani (170710130004)
Liizah Diana Manjil
(170710130009)
Windi Rismayanti (170710130012)
Rita Lismawati (170710130015)
Irfan Abdul Aziz (170710130016)
M. Asa Avisena (170710130017)
AfinaYurani (170710130021)
Pretty Puteri Pertiwi
(170710130023)
M. Irfan Widyarto (170710130029)
Putri Fitriani (170710130031)
Lina Harliana (170710130034)
Prilia Isaura
(170710130041)
Indra Ajmal (170710130054)
Febby Kania Bantilan
(170710130058)
Putik Larasari H (170710130060)
Sandi Reysaputra
(170710130066)
Sejarah Lahirnya Teori Dependensi Klasik
• Teori dependensi pertama kali muncul di Amerika Latin pada tahun 1960-an.
• Teori ini merupakan jawaban atas kegagalan program yang dijalankan oleh Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsa-
Bangsa untuk Amerika Latin (KEPBBAL) pada masa awal tahun 1960-an. Pada tahun 1950-an banyak pemerintahan
di Amerika Latin yang dikenal cukup “populis” mecoba menitikberatkan pada proses industrialisasi melalui program
industrialisasi subtitusi impor (ISI). Program ini seharusnya menciptakan keberhasilan untuk pertumbuhan ekonomi
sekaligus pemerataan hasil pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan rakyat namun program ini gagal sehingga
menyebabkan timbulnya berbagai masalah ekonomi seperti pengangguran, inflasi, devaluasi, dan penurunan nilai
tukar perdagangan. Namun pada akhirnya pemerintahan yang populis ini tumbang akibat banyaknya gerakan
perlawanan rakyat.
• Teori ini juga merupakan jawaban atas krisis teori Marxis ortodoks di Amerika
Latin yang mengharuskan melalui tahapan industri “borjuis” sebelum melampaui
revlusi sosialis proletar. Tetapi Rovolusi RRC pada tahun 1949 dan Revolusi
Kuba pada akhir tahun 1950-an mengajarkan bahwa negara Dunia Ketiga tidak
harus selalu mengikuti tahapan-tahapan perkembangan tersebut.
• Model pembangunan kapitalisme dianggap secara sinis sebagai penindas dan
agen utama penyebab kemiskinan pada sebagian besar negara-negara Dunia
Ketiga. Dan Imperialisme, bukan lagi keterbelakangan dan kurangnya
modernisasi.
• Teori modernisasi, klasik maupun temporer, melihat permasalahan pembangunan
lebih banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
• Teori dependensi menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan
pembangunan negara Dunia Ketiga.
• Teori dependensi mewakili “suara negara-negara pinggiran” yang menentang
hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju.
• Teori dependensi muncul sebagai paradigma baru untuk memberikan jawaban
atas kegagalan program KEPBBAL, krisis teori Marxis ortodoks, dan
menurunnya kepercayaan terhadap teori modernisasi di Amerika Serikat.
Warisan Pemikiran
KEPBBAL
• Proses perumusan kerangka dari perspektif dependensi, yang pada mulanya
merupakan paradigma pembangunan yang khas Amerika latin, berkaitan erat
dengan KEPBBAL. Dengan apa yang dikenal sebahagai ‘manifesto kepbbal’,
prebisch ketua kepbbal, memberikan kritik tentang keusangan konsep pembagian
kerja internasional (international division of labor/IDL).
• Menurut skema IDL, Amerika latin akan lebih banyak memperoleh keuntungan jika, disatu
pihak, ia lebih memfokuskan pada upaya memproduksi bahan pangan dan bahan mentah yang di
perlukan oleh negara-negara industri. Yang perlu ditanyakan kemudian adalah bagaimana
prebisch merumuskan strategi pembangunan Amerika latin. Pada garis besarnya prebisch
mengajukan gagasan dasar bahwa pembagian kerja internasional yang hanya menguntungkan
negara industri harus dihentikan, dan Amerika latin harus melakukan pembangunan industri
untuk menjain kebutuhan dalam negeri, di samping tetap memperhatikan dan menjaga, paling
tidak untuk sementara, kemampuan ekspor bahan pangan dan bahan mentahnya.
• Pemerintah hendaknya aktiv terlibat sebagai koordinator program industrialisasi. Keteribatan
pemerintah merupakan suatu keharusan untuk memutus rantai keterbelakangan.
Neo-Marxisme
Menurut Foster-Carter, Neo-Marxisme berbeda dengan marxisme ortodox, dalam beberapa hal sebagai
berikut:
1. Jika marxisme ortodox melihat imperialisme dari sudut pandang negara-negara utama (core
countries), sebagai tahapan lebih lanjut darii perkembangan kapitalisme di Eropa Barat, yakni
kapitalisme monopolistk,neo-arxisme melihat imperialisme dari sudut pandang negara pinggiran,
dengan lebih memberikan perhatian pada akibat imperialisme pada negara-negara dunia ketiga.
2. Marxisme ortodok cenderung berpendapat tentang tetap dan perlu berlakunya pelaksanaan dua
tahap revolusi. Revolusi borjuis harus terjadi terlebih dahulu sebelum revolusi sosialis.
3. Jika revolusi sosialis terjadi, marxisme ortodok lebih suka pada pilihan dan percaya, bahwa revolusi
itu dilakukan oleh kaum proletar industri di perkotaan.
Frank : Pembangunan dan Keterbelakangan
• Sebelum mengurai konsep keterbelakangan dan model eksploitasi satelit-metropolisnya,Frank
memulai terlebih dahulu memberikan keritik kepada teori Medernisasi.
• Dengan demikian,menurut Frank kategori teoritis yang dirumuskan akan sangat berorientasi kepada
Barat.
• Pertama, teori modernisasi memiliki kekurangan karena ia hanya memberikan penjelasan “faktor
dalam” (internal)sebagai penyebab pokok keterbelakangan Dunia Ketiga.
• Dengan mengesampingkan konteks sejarah lahir dan berkembangnya negara Dunia Ketiga dan dengan
sepenuhnya menggunakan “ukuran” sejarah perkembangan Barat,teori modernisasi juga beranggapan
bahwa negara-negara dunia ketiga tersebut kini sedang berada pada tahap awal pembangunannya.
• Menurut Frank, negara Dunia Ketiga tidak akan dapat dan tidak perlu mengikuti arah
pembangunan negara-negara Barat,karena mereka memiliki pengalaman kesejarahan
yang berbeda,yang negara Barat tidak pernah merasakan sebelumnya.
• Sebagai reaksi penjelasan Faktor dalam dari teori modernisasi,Frank memberikan
penjelasan “faktor luar”(eksternal) untuk memahami persoalan pembangunan Dunia
Ketiga.
• Bagi Frank bukan foedalisme atau tradisionalisme yang menjadikan negara negara Dunia
Ketiga berkembang.
• Menurut frank karena kolonialisme dan dominasi asing terjadilah pembalikan sejarah dari
perkembangan negara “maju” di Dunia Ketiga dan memaksanya untuk mengikuti arah
perkembangan keterbelakangan ekonomi.
• Untuk memberikan gambaran yang unik dan menyeluruh dari proses keterbelakangan negara
Dunia Ketiga ini Frank merumuskannya dalam konsep “mewujudnya
keterbelakangan”(development of underdevelopment).
• Frank juga merumuskan apa yang dikenal dengan model satelit-metropolis(a matropolis-satelit
model),untuk menjelaskan bagaimana mekanisme ketergantungan dan keterbelakangan negara
Dunia Ketiga mewujud.
• Model hubungan satelit-metropolis ini tidak hanya berlaku pada tingkat hubungan
internasional,melainkan juga berlaku untuk memahami hubungan regional dan lokal didalam
negara Dunia Ketiga itu sendiri.
• Keseluruhan rangkaian hubungan satelit-metropolis ini dibangun semata hanya untuk melakukan
pengambilan serplus ekonomi.
• Bagi Frank, proses pengambilan surplus ekonomi secara nasional dan global serta terarah inilah
yang menyebabkan keterbelakangan dinegara dunia ketiga disatu pihak dan pembangunan
dinegara barat dilain pihak.
Mendasarkan diri pada garis besar model satelit-metropolisnya ini,Frank telah merumuskan
beberapa hipotesa yang menarik untuk menguji pembangunan di Dunia ketiga.
1. Berlawanan dengan perkembangan yang terjadi pada metropolis dunia,yang tidak memiliki
kota satelit sama sekali,pembangunan yang terjadi dimetropolis nasional dan kota-kota yang
lebih kecil dibawahnya akan dibatasi oleh status kesatelitannya.
2. Negara satelit akan mengalami pembangunan ekonomi yang pesat apabila dan ketika mereka
memiliki hubungan dan keterkaitan yang terendah intensitasnya dengan metropolis di Barat.
3. Ketika metropolis bangkit dati krisisnya dan membangun kembali hubungan
perdagangan dan investasinya,yang kmudian mengakibatkan adanya proses inkorporasi
kembali negara Dunia Ketiga kedalam sistem hubungan kapitalis internasional,proses
industrialisasi yang telah terjadi pada negara-negara satelit ini akan ditarik dan
dieksploitir kembali kedalam hubungan global tersebut.
4. Daerah-daerah paling terbelakang dan paling feodal sekarang ini adalah daerah-
daerah yang memiliki derajat hubungan dan keterkaitan sangat dekat dengan metropolis
dimasa lampau.
Dos Santos: Struktur Ketergantungan
•Teori depedensi lebih memfokuskan diri pada persoalan pembangunan di
Dunia Ketiga. Dalam usaha memberikan batasan pengertian klasik tentang
“ketergantungan”, Dos Santos merumuskan bahwa hubungan antara negara
dominan (dominant countries) dengan negara tergantung (dependent countries)
merupakan hubungan yang tidak sederajat (setara), karena pembangunan di
negara dominan terjadi atas biaya yang dibebankan pada negara tergantung.
Dos Santos juga telah merumuskan kemungkinan kesejarahan tiga bentuk utama situasi ketergantungan, yaitu :
1. Ketergantungan kolonial
Pada bentuk ketergantungan kolonial, kemampuan modal negara dominan yang bekerja sama dengan negara penjajah
melakukan tindakan monopoli pemilikan tanah, tenaga kerja (perbudakan), dan ekspor barang hasil bumi dari negara
yang dijajah.
2. Ketergantungan industri keuangan
Sejak kurang lebih akhir abad ke-19, ketergantungan industri keuangan muncul. Ekonomi negara tergantung lebih
terpusat pada ekspor bahan mentah dan produk pertanian untuk keperluan konsumsi dan pasar negara-negara Eropa.
3. Ketergantungan teknologi industri
Bentuk ini lahir setelah Perang Dunia II ketika pembangunan industri mulai terjadi pada berbagai negara terbelakang.
Dos Santos melihat batasan struktural upaya pembangunan industri di negara Dunia Ketiga.
Batasan Struktural Upaya Pembangunan Industri di Negara Dunia Ketiga
1. Pembangunan industri akan bergantung pada kemampuan sektor ekspor. Hanya dengan ekspor,
negara Dunia Ketiga dapat memproleh devisa yang hendak digunakan sebagai dana untuk
membeli barang-barang modal. Oleh karena itu negara Dunia Ketiga akan berusaha keras untuk
tetap menguasai sektor ekspor tradisional, yang dengan demikian negara Dunia Ketiga dipaksa
mempertahankan hubungan dan struktur yang telah ada.
2. Akibat lebih jauh dari ketergantungan pada perolehan devisa, pembangunan industri di negara
Dunia Ketiga akan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi neraca pembayaran internasional yang
cenderung untuk defisit.
3. Pembangunan industri sangat kuat dipengaruhi oleh monopoli teknologi negara maju.
Akibat ketergantungan teknologi bagi negara Dunia Ketiga :
1. Ketimpangan pembangunan yang selama ini lebih terlihat pada tingkat internasional akan mewujud secara
lebih nyata pada tingkat regional dan nasional. Ini nampak pada perbedaan struktur produksi antara sektor
ekspor “tradisional” yang menghasilkan produk pertanian dan sektor ekspor “modern” pada tempat dimana
teknologi dan sumber daya keuangan terpusat.
2. Kombinasi penggunaan teknologi padat modal dan melimpah serta murahnya tenaga kerja mengakibatkan
terjadinya perbedaan tajam dari berbagai tingkat upah domestik. Menurut Dos Santos, ini akan menjadikan
adanya konsentrasi pendapatan pada satu sektor ekonomi dan kelas sosial tertentu, yang menurut pemikiran
Marxis dapat disebut sebagai tindakan eksploitasi tenaga kerja.
3. Ketimpangan struktur produksi juga akan membawa akibat pada keterbatasan berkembanganya pasar
domestik negara Dunia Ketiga. Pertumbuhan pasar barang-barang konsumsi akan dibatasi oleh kemampuan
daya beli masyarakat, sebagai akibat kecilnya penciptaan lowongan pekerjaan industri padat modal.
• Dos Santos menyimpulkan bahwa keterbelakangan ekonomi negara Dunia Ketiga bukan
disebabkan oleh tidak terintegrasinya ke dalam tata ekonomi kapitalisme. Menurutnya,
tindakan pengawasan ketat dan monopoli modal asing, dan pembiayaan pembangunan
dengan modal asing, serta penggunaan teknologi maju pada tingkat internasional dan
nasional merupakan sebab utama mengapa negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai
posisi menguntungkan dalam interaksinya dengan negara maju, yang pada gilirannya
menjadikan negara Dunia Ketiga memproduksi keterbelakangan, kesengsaraan, dan
marginalisasi sosial di dalam batas kewilayahan.
Amin: Teori Peralihan Kapitalisme Pinggiran
Teori peralihan kapitalisme pinggiran menurut Amin mengandung berbagai pernyataan pokok
sebagai berikut:
1. peralihan kapitalisme pinggiran berbeda secara mendasar dengan peralihan kapitalisme
pusat(utama)
2. Kapitalisme pinggiran dicirikan oleh tanda-tanda ekstraversi ( exstraversion)
3. Bentuk distorsi lain adalah apa yang dikenal dengan istilah hipertropi pada sektor tersier di
negara pinggiran.
4. Teori efek penggandaan investasi (multiplier effects of investments) tidak dapat diterapkan
secara mekanis pada negara pinggiran.
5. Ciri-ciri struktural negara belakang tidak dapat dicampuradukan atau disamakan dengan
negara-negara maju pada waktu negara maju tersebut berada dalam tahap permulaan
perkembangannya dahulu.
6. Keseluruhan profil kontradiksi struktural yang telah disebut terdahulu menyebabkan
adanya ganjalan yang tak terhindarkan, yang menghalangi terjadinya pertumbuhan di
negara pinggiran.
7. Bentuk khusus keadaan keterbelakangan negara kapitalis pinggiran dipengaruhi oleh
karakteristik formasi sosial pada masa pra-kapitalisnya, dan proses serta periode kapan
negara pinggiran tersebut terintegrasi dalam sistem ekonomi kapitalis dunia.
Asumsi Dasar Teori Dependensi Klasik
Pendukung teori Dependensi berasal dari disiplin Ilmu sosial.
Para pendukung aliran dependensi ini memiliki komitmen politik dan ideologi yang
berlainan.
Penganut aliran dependensi memiliki asumsi dasar:
1. Mereka menganggap keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu gejala yang sangat
umum berlaku bagi seluruh Dunia ketiga. Ciri khas suatu negara hal ini adalah yang tak
terhindarkan ketergantungan dalam pembangunan politik ekonominya yang membentuk
kompleksitas sejarah perkembangan dunia nampak terabaikan.
2. Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh “faktor luar”, faktor luar disini
terletak berada diluar jangkauan politik ekonomi dalam negeri suatu negara.
3. Ketergantungan lebih dilihatnya sebagai masalah ekonomi yang terjadi akibat mengalirnya
surplus ekonomi dari negara Dunia ketiga ke negara maju.
4. Situasi ketergantungan merupakan bagian yang terpisahkan dari proses polarisasi regional
ekonomi global, maksud disini keterbelakangan di negara dunia Ketiga dan pembangunan di
negara sentral tidak lebih tidak kurang sebagai dua aspek dari satu proses akumulasi modal.
5. Keadaan ketergantungan dilihat sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan
pembangunan, bahwa pembangunan yang otonom dan berkelanjutan hampir dapat dikatakan
tidak mungkin dalam situasi pemindahan surplus ekonomi ke negara maju
Implikasi Kebijaksanaan Teori Dependensi Klasik
Secara filosofis, Teori dependesi Klasik meninjau kembali tentang “pembangunan”
Pembangunan lebih tepat diartikan sebagai peningkatan standar hidup bagi setiap
penduduk di negara Dunia Ketiga.
Upaya radikal perumusan kembali pengertian pembangunan ini memiliki akibat pemilihan
sikap politik tertentu. Teori dependensi menganjurkan semakin erat terikat dengan negara
maju semakin memperburuk situasi ketergantungan dan keterbelakngan negara pinggiran
Akibat pemilihan sikap politik ini membuat teori dependensi menganjurkan agar negara
pinggiran memotong hubungan dan keterkaitanya dengan negara sentral. Menurut teori ini
juga negara pinggrian seharusnya menganut model pembangunan “yang berdiri di kaki
sendiri atau berdikari” untuk melaksanakan dan mencapai pembangunan yang otonom dan
bebas dari ketergantungan.
Teori depedensi menyadari sepenuhnya bahwa yang memiliki kekuasaan kemungkinan
besar tidak akan menyetujui kebijaksanaan pembangunan yang mencoba memutuskan
hubungan dengan negara maju, karena itu kebanyakam penganut teori dependensi
berpendapat bahwa revolusi sosialis mungkin diperlukam dan tak dapat dihindari untuk
mengakhiri kekuasaan para elite yang telah mapan ini.
Perbandingan Teori Dependensi Klasik dan Teori Modernisasi
Elemen Perbandingan Teori Modernisasi Klasik
Teori Dependensi Klasik
PersamaanFokus Perhatian Pembangunan Dunia
KetigaSama
Metode Sangat abstrak Sama
Dwi-kutub Struktur Teori
Tradisional dan modern
Sentral (metropolis) dan pinggiran (satelit)
PerbedaanWarisan Teoretis Teori Evolusi dan
FungsionalismeProgram KEPBBAL dan Marxis Ortodoks
Sebab Keterbelakangan
Faktor dalam Faktor luar
Hubungan Internasional
Saling menguntungkan
Merugikan negara Dunia Ketiga
Masa Depan Dunia Ketiga
Optimis Pesimis
Pemecahan Masalah Lebih mendekatkan keterkaitan dengan negara maju
Mengurangi keterkaitan dengan negara sentral.
Akibat Ekonomi Kolonialisme
Menurut Baran, India merupakan salah satu negara maju di dunia pada abad-18 .
Kondisi ekonomi di India secara relatif sudah maju dan India mempunyai industri
teksil yang sudah di ekspor secara luas di pasar Asia dan Eropa pada abad tersebut.
Pada periode yang sama Revolusi industri belum terjadi di negara Inggris, oleh
karena itu tidak sulit memahami bahwa industri tekstil di negara inggris masih berada
pada tahap awal perkembangan
Inggris mempunyai kekuatan militer yang sangat kuat menurut ukuran saat itu. Secara
khusus, Inggris memiliki armada angkatan laut yang kuat untuk menjadikan banyak negara
dunia ketiga menjadi negara jajahannya. India merpakan salah satu negara yang manjadi
jajahan inggris dan menybabkan terjadinya eksploitasi yang dilakukan oleh pemikik modal
Inggris. Ekploitasi tersebut menjadikan negara India keterblakangan atau tertinggal. Proses
keterblakangan tersebut dimulai dengan perampasan kekayaan India. Diperkiarakan kurang
lebih antara 500.000.000 dolar AS dan 1.000.000.000 dolar AS kekayaan India telah
dirampas oleh Inggris. Pada abad-20, setiap tahun rata – rata 10% dari pendapatan nasional
kotor India diambil oleh Inggris.
Disamping itu Inggris menggunakan cara lain untuk menghancurkan pesaing
dalam industri tekstilnya yaitu India dengan cara memberlakukan kebijakan
deindustrialisasi India. Kebijakan ini dilakukan karena sejak abad ke-18 industri
dipedesaan Inggris berkembang secara pesat dan untuk mempercepat ekspansi
industri pedesaan di Inggris, Inggris melakukan usaha – usaha untuk menghilangkan
industri tekstil yang berdara di India.
Kebijakan Deindustrialisasi
1) Diperintahkan pengrajin India bererja di pabrik – pabrik yang dimiliki oleh Inggris.
2) Perdaganga lokal diatur dengan ketat dan di saat yang sama diberlakuka aturan tarif impor ekspor barang kecuali untuk sutra India dan barang katun dari inggris.
Di samping kebijakan deindustrialisasi Inggris juga menghendaki agar India
dijadikan negara yang khusus untuk menanam dan menghasilkan katun yang
diharapkan dapat menjamin kelancaran kebutuhan bahan mentah yang
diberlakukan oleh pabrik – pabrik Inggris. Penemuan teknologi tupertenunan
baru di Eropa menjadikan industri tekstil di India hancur.
Secara ringkas, Baran berpendapat bahwa pemindahan surplus ekonomi dari
India ke Inggris melalui kebijkan deindustrialisasi India dan membanjirnya barang
produksi Inggris ke India serta pemiskinan masal pedesaan India telah menjadi
sebab India menjadi keterblakangan. Kolonilisme Inggris tidak hanya memberikan
dampak terhadap ekonomi, tetapi juga memiliki dampak negatif terhadap politik
dan dampak sosial-budaya India.
Akibat Politik dan Budaya
Tujuan didirikannya kolonial
• Menjaga stabilitas penjajahan
• Menjamin kelancaran pengambilan barang mentah
• Memudahkan pengiriman barang
Langkah-langkah dalam mengambil alih negara jajahan
“Menjinakkan” daerah jajahan
Setelah mampu
menguasai daerah jajahan
Mulai melakukan rekayasa sosial agar penduduk jajahan seakan
suka rela membantu pihak kolonial dalam mencapai
tujuannya
Menyerahkan sebagian kekuasaan kepada penduduk lokal untuk menjalankan roda
administrasi dengan tetap mengabdi kepada kolonial
• Roda administrasi diserahkan kepada penduduk lokal elite
• Dalam bidang pendidikan, pemerintah kolonial hanya bertujuan untuk tetap
mempertahankan penduduk jajahan dalam kebiadaban dan kegelapan, serta untuk
tidak berkembangnya budaya ilmiah dan industrialisasi.
• Dampak dari kolonialisme ini berdampak luas dan dalam waktu yang lama.
• Kolonialisme pemicu lahirnya keterbelakangan dan muncullah imperialisme di
Asia Timur
TUMBUHNYA IMPERIALISME DI ASIA TIMUR LANDSBERG
• KONTEKS SEJARAH
Landsberg mengatakan :
Banyak faktor yang menyebabkan pembangunan negara dunia ketiga tetap memprihatinkan.
Diantaranya :
1. Karena lemahnya dasar-dasar pengembangan Industri.
negara dunia ketiga dipaksa untuk menggunakan sejumlah devisa yang besar untuk
mengimpor barang konsumsi.
2. Karena membutuhkan devisa tersebut, dunia ketiga terpaksa mengandalkan
dana yang didapat dari ekspor produk primer.
3. Kurangnya kemampuan negara-negara dunia ketiga untuk mengumpulkan
devisa yang menjadikannya terjebak dalam lilitan hutang untuk luar negri.
STRATEGI
IOEISI
INDUSTRIALISASI SUBSTITUSI IMPOR
(ISI) 1960
Tujuan :• dapat membantu negara dunia ketiga melepaskan diri dari
ketergantungan terhadap ekspor
primer• Negara dunia ketiga tidak lagi melakukan
impor barang konsumsi.
sebagian besar penduduk di negara-negara dunia ketiga masih dalam
keadaan miskin.Borjuis domestik tidak cukup
memiliki modal dan teknologi untuk memulai program Industrialisasi yang
sudah dicanangkan.Sekalipun negara dunia ketiga dapat mengurangi atau bahkan sama sekali menghilangkan ketergantungannya terhadap impor barang konsumsi.
INDUSTRIALISASI BERORIENTASI EKSPOR (IOE)
Tujuan : Meningkatkan Volume ekspor
dari produk yang dihasilkan didalam negeri dipasar dunia.
para pemilik modal dinegara dunia ketiga mampu
mengembangkan Industri dalam negri dan sekaligus menyiapkan
lapangan pekerjaan. mampu mengumpulkan
devisa dan memberikan stimulasi untuk melakukan
akumulasi modal.
Total persentase ekspor barang-barang produksi
negara dunia ketiga meningkat dari 9,2% ditahun 1960 menjadi
hampir 17% ditahun 1969, rata-rata meningkat sebesar
14% antara tahun 1970-1976.
Karakteristik IOE : siapa mengekspor kepada siapa
Landsberg membagi kedalam dua kategori negara dunia ketiga Kategori A meliputi :
Brasilia, Meksiko, Argentina, India
Karakteristik: memiliki SDA yang
besar.Mempunyai dasar-dasar
yang kuat untuk pengembangan industri
besar.Memiliki pasar potensial dalam negeri yang besar dan memiliki prasarana yang dasar yang relatif
cukup.
Barang-barang yang diekspor
ke negara maju terkonsentrasi pada barang hasil produksi
tradisonal.Seperti: tekstil, kulit, sepatu,
sandal, kayu dan berbagai produk
makanan
Kategori B meliputi:Singapura, Hongkong,
Korea Selatan, dan Taiwan.
Barang – barang hasil Produksi
tidak Tradisional Seperti:
Barang- barang hasil Industri
ringan, pakaian, mesin, barang-barang logam,
dan benda-benda elektronik.
Dapat dikatakan sebagai negara yang berhasil
sebagai negara Pengekspor, dan siap berkompetisi
dipasar Internasonal dengan negara lebih
maju.
Setelah menguji Konteks Sejarah, Karakteristik,
Munculnya, dan Akibat dari gelombang Industrialisasi
diwilayah Asia Timur
Landsberg menyatakan :IOE hanya merupakan salah satu bentuk
baru dominasi empirialisme, yang nantinya akan membawa negara dunia ketiga
menjadi negara Industri yang bergantung, bukan negara Industri yang Mandiri.
Lahirnya IOE
1. Adanya perluasan pasar, dalam pengertian wilayah dan daya beli,dan barang-barang
konsumsi di negara maju.
2. Adanya biaya peningkatan biya produksi di negara maju.
3. Penemuan – penemuan yang mengagumkan dalam bidang teknologi komunikasi dan
transportasi memfasilitasi pertumbuhan usaha subkontrak internasional.
4. Usaha subkontrak internasional ternyta mampu menghasilkan laba yang sangat tinggi.
5. Negara-negara yang tergabung dalam kelompok B merupakan negara yang tepat untuk
usaha subkontrak.
Akibat IOE
1. Produk industri yang telah dapat dihasilkan oleh negara Dunia Ketiga yang telah
mengikuti strategi IOE sebagian besar, kalau tidak hampir semua , dibuat untuk
kepentingan ekspor.
2. Usaha subkontrak biasanya hanya membutuhkan dan menggunakan tenaga kerja
dengan keterampilan dan kecakapan rendah , yang diperlukan untuk terlibat dalam
proses produksi yang sederhana, seperti, pekerjaan perakitan pada industri semi
konduktor
3. Dengan tanpa memerhatikan , dan karena memang tidak berpengaruh, bentuk usaha
yang dirumuskan dalam industri subkontrak , mitra lokal biasanya tidak mampu untuk
berdiri sebagai pihak pengendali , dan atau memiliki posisi tawar –menawar
4. Dengan tidak mengabaikan usaha-usaha yang dilalukan negara-negara di Asia Timur
untuk melakukan perbaikan dan di versifikasi produk ekspornya untuk membangun
dasar-dasar industri yang lebih dinamis.
5. Landsberg berpendapat bahwa ketidakstabilan dunia juga mempengaruhi dan
menghambat pertumbuhan industri di negara kelompok B.
Sritua Arief dan Adi Sasono: ketergantungan dan keterbelakangan di Indonesia
Karya Sritua Arief dan Adi Sasono dapat dikatakan sebagai karya generasi awal,di
indonesia secara jelas menggunakan teori dependensi untuk menjelaskan persoalan
pembangunan politik ekonomi di indonesia. Namun nampaknya sejak akhir tahun
1980-an , Adi sasono secara sungguh-sungguh telah mencoba meninjau kembali
pendiriannya tentang keabsahan teori dependensi untuk menguji pembangunan di
indonesia.
• Hampir seluruh proses kajian penelitian dirumuskan ,hipotesis yang diajukan sampai
pada kesimpulan ,tidak jauh beda dengan penelitian biasanya ditawarkan oleh teori
dependensi klasik kajian ini dimulai dengan menguji kembali warisan kolonial belanda
yang di tinggalkan .seperti kebanyakan analisa sejarah yang lain tentang indonesia ,
rentang waktu dalam kajian ini dimulai sejak di berlakukannya tanam paksa .bagi mereka
pelaksanaan tanam paksa dijadikan sebagai “pangkal tolak untuk melihat bangunan
struktural yang diwarisi indonesia pada waktu negara merdeka.
• Dengan sedikit gegabah kajian ini melompat untuk menguji proses pembangunan
di indonesia setelah kemerdekaan , khususnya setelah pasca 1966 sampai akhir
1970-an . Mungkin karena singkatnya (yang sesungguhnya tidak mengurangi arti
pentingnya), masa penjajahan jepang dilewati begitu saja .dengan tanpa alasan
yang jelas , hal yang sama dilakukan terhadap masa pemerintahan Soekarno-
Hatta
Untuk mengamati pembangunan ekonomi di Indonesia pada masa pemerintahan
Orde baru, Arief dan Sasono menggunakan lima tolok ukur yakni
1. Sifat pertumbuhan ekonomi
2. Penyerapan tenaga kerja
3. Proses industrialisasi
4. Pembiyayaan pembangunan
5. Persedian makanan
Secara ringkas setelah memperhatikan kelima tolok ukur yang digunakan
(dengan pengecualian tolok ukur yang kelima) Areif dan Sasono menyimpulkan
bahwa situasi ketergantungan dan keterbelakangan sebagian besar telah atau sedang
mewujud di Indonesia. Tesis teori dependensi “sebagian besar telah terbukti dapat
menerangkan dan menganalisis proses ekonomi Indonesia , sebagai negara bekas
jajahan dan sebagai suatu negara yang mengandung banyak unsur egalitarian.
Tenaga Teori Dependensi Klasik
Pada bagian ini lebih difokuskan pada sejauh mana ketiga hasil kajian yang diuraikan sebelumnya, yaitu :
1. Kolonialisme di India
2. Imperialisme di Asia Timur
3. Ketergantungan serta keterbelakangan di Indonesia.
Hal ini mencerminkan karakteristik yang khas teori dependensi dalam usahanya menguji persoalan pembangunan Dunia ketiga. Maka
daripada itu dengan dilihat secara jelas dan dapat dicari kekuatan teori dependensi dalam mengarahkan pola pikir peneliti, para
perencana kebijaksanaan, dan pengambilan keputusan untuk mengikuti tesis-tesis yang diajukan. Sebelumnya, bagian ini bukan
bermaksud untuk membandingkan keunggulan satu teori dengan teori lainnya, dalam hal ini teori dependensi dibanding dengan dua
pendekatan pokok lain. Namun, ditujukan untuk menggali sejauh mana teori dependensi mempengaruhi peta pemikiran persoalan
pembangunan. Dari ketiga hasil kajian tersebut memiliki beberapa asumsi, yaitu : Ketergantungan pembangunan terjadi negara-
negara tersebut, karena dari faktor luar yang tidak terjangkau oleh pengendalinya yang berakibat pada keterbelakangan
pembangunan ekonomi.
Ketergantungan dan Faktor Luar
Dari penjelasan sebelumnya, bahwa tenaga inti yang dimiliki teori dependensi klasik dapat mengarahkan peneliti dan pengambilan keputusan untuk menguji dominasi asing sejauh mana dapat mempengaruhi pembangunan negara Dunia Ketiga, yaitu:
1. Hasil studi tentang kolonialisme di India, Baran, bahwa bagaiman Inggris dengan berjalannya kebijakan, seperti perampokan kekayaan, deindustrisasi, dan pencabutan akar budaya yang berakibat India menjadi negara terbelakang .
2. Hasil studi oleh Landsberg, bahwa perusahaan transnasional dengan strategi sub-kontrak internasionalnya tetap mampu menguasai dan mengendalikan sejak penelitian, perencanaan produk sampai pemasaran, tanpa sedikit kemungkinan alih kemampuan yang memadai yang diperlukan oleh negara-negara Asia Timur.
3. Kemudian hasil studi tentang Indonesia memiliki kesimpulan yang sama. Walaupun terjadi pertumbuhan ekonomi, di lain pihak terjadi kemiskinan masal, karena ketergantungan modal dan teknologi dari negara sentral dan juga menyebabkan terjadinya arus keluar dari surplus ekonomi yang dapat dihasilkan di dalam negeri.
Ketergantungan Ekonomi
• Dengan merumuskan ketergantungan sebagai akibat adanya suatu ketimpangan , seperti nilai tukar barang dalam transaksi ekonomi , teori dependensi telah mampu mengarahkan para pengikutnya untuk berfokus pada dimensi ekonomi dari situasi ketergantungan. Walaupun teori dependensi tidak mengesampingkan dimensi politik dan budaya, hanya dapat dilihat sebagai akibat lanjutan dari demensi ekonomi.
• Sebagai contoh, dimensi rkonomi kolonialisme, sepert program deindustrialisasi, ekspor produk pertanian, pemindahan surplus ekonomi adalah faktor penyebab munculnya dan menajamnya pelapisan sosial di India. Menurut Landsberg Industrialisasi di Asia Timur muncul akibat kecendrungan yang menganggap dimensi ekonomi adalah penyebab utamanya., seperti :
1. Tingginya upah buruh di negara maju
2. Inovasi teknologi transportasi dan komunikasi
3. Rendahnya upah buruh dengan produktivitas tinggi di Asia Timur yang merupakan variabel munculnya industralisasi.
• Kemudian, Sritua Arief dan Adi Sasono menegaskan bahwa terjadinya jurang pemisah yang semakin lebar antara si kaya dan si miskin di Indonesia, dan disaat yang bersamaan terjadi penyingkiran tenaga kerja di sektor pertanian secara besar-besaran.
Ketergantungan dan Pembangunan
• Teori dependensi klasik hampir sempurna dalam menguraikan akibat negatif dari ketergantungan yang dialami negara Dunia Ketiga. Bahkan teori dependensi menyatakan, bahwa dengan tidak lagi dalam situasi ketergantungan, negara Dunia Ketiga akan mampu mencapai pembangunan ekonomi yang otonom.
• Dalam hal ini, Baran misalnya menyatakan dengan tegas, bahwa situasi ketergantungan yang terjadi pada masa kolonial di India dapat mengganggu jalannya pembangunan secra formal di India dan memperoleh kemerdekaan. Lansberg juga menyebut, bahwa sekalipun IOE mampu menumbuhkan industri dan menciptakan lapangan kerja. Tidak akan mampu menumbuhkan pembangunan yang mandiri dan berkelanjutan. Kemudian, Sritua Arief dan Adi Sasono berpendapat, bahwa pelaksanaan tanam paksa merupakan pangkal tolak yang bertujuan melihat bangunan struktual Indonesia sekarang. Mereka juga menyimpulkan, bahwa dengan perubahan struktural, seperti menghilangkan situasi keterganyungan dan penjebolan belenggu sistem politik yang ada ini, Indonesi baru dapat mencapai tujuang pembangunan yang telah dirumuskan oleh konstitusi negara.
Kritik Terhadap Teori Dependensi Klasik
Metode Pengkajian
• Kritik terhadap arus pemikiran Modernisasi
• Teori dependensi merupakan alat propaganda politik ideologi revolusioner marxisme.
• Teori dependensi hanya memilih lalu menganalisa data tanpa secara khusus melihat dan mengkaji
faktor yang menentukan bentuk dan arah pembangunan di negara dunia ketiga tersebut. Kritik
terhadap arus pemikiran Modernisasi
• Teori dependensi merupakan alat propaganda politik ideologi revolusioner marxisme.
• Teori dependensi hanya memilih lalu menganalisa data tanpa secara khusus melihat dan mengkaji
faktor yang menentukan bentuk dan arah pembangunan di negara dunia ketiga tersebut.
Kategori Teoritis
• Teori ini berpendapat bahwa ketergantungan yang terjadi di Dunia ketiga diakibatkan
faktor eksternal.
• Tidak menganalisa dari segi internal seperti, kelas dan formasi sosial, perebutan
kekuasaan politik.
• Negara dunia ketiga dikatakan pasif dan hanya memiliki ruang gerak yang sempit untuk
tumbuh dan membangun negaranya sendiri.
Implikasi Kebijaksanaan
• Teori ini berpendapat, bahwa selama hubungan pertukaran yang tidak berimbang ini
terus terjadi, maka ketergantungan dan keterbelakangan negara Dunia Ketiga tetap
tak terselesaikan.
• Pada akhirnya teori dependensi klasik ini digantikan oleh teori dependensi baru yang
mengatakan bahwa negara dunia ketiga mampu menangkap dan mengarahkan
pembangunan
Top Related