LAPORAN PENELITIAN“Pergerakan MHTI dalam menegakkan Khilafah Islamiyah”
Oleh: Vanny Rosa Marini (1113051000025)
1. Latar Belakang
Menurut pamflet yang diberikan MHTI (Muslimah Hizbut Tharir Indonesia) ketika
melakukan open house di Saung depan Perpustakaan Utama UIN pada 28 November lalu,
menjelaskan bahwa Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik internasional yang
berideologi Islam. Hizbut Tahrir berdiri pada tahun 1953 di al-Quds (Baitul Maqdis),
Palestina. Gerakan yang menitikberatkan perjuangan membangkitkan umat di seluruh
dunia untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui tegaknya kembali Khilafah Islamiyah
ini dipelopori oleh Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani. Beliau adalah seorang ulama alumni al-
Azhar, Mesir dan pernah menjadi hakim di Mahkamah Syariah di Palestina.
Hizbut Tahrir kini telah berkembang ke seluruh negara Arab di Timur Tengah,
termasuk di Afrika seperti Mesir, Libya, Sudan dan Aljazair juga ke Turki, Inggris, Perancis,
Jerman, Austria, Belanda dan negara-negara Eropa lainnya hingga ke Amerika Serikat,
Rusia, Uzbekistan, Tajikistan, Kirgistan, Pakistan, Malaysia, Australia sampai ke negara kita
Indonesia.
Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dengan merintis dakwah di
kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Pada era 1990-an ide-ide dakwah Hizbut Tahrir
merambah ke masyarakat melalui berbagai aktivitas dakwah di masjid, perkantoran,
perusahaan, kampus dan perusahaan.
Tidak seperti Hizbut Tahrir di negara lain, yang para anggota muslimah nya masih
menginduk ke anggota lelakinya ketika berdakwah, namun di dalam ruang lingkup Hizbut
Tahrir di beberapa negara termasuk Indonesia ternyata ada wadah sendiri untuk menaungi
para akhwat (perempuan)nya. Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia atau yang biasa disebut
MHTI juga bergerak menyebarkan ide-ide dakwah di kampus, melakukan beberapa
kegiatan khusus akhwat seperti mentoring, diskusi, talk show, seminar dan lain-lain dalam
rangka membina mahasiswa menjadi sosok revolusioner yang berideologi Islam.
Niat baik MHTI tak langsung bisa diterima mentah-mentah oleh masyarakat umum,
tak jarang berbagai predikat kurang baik atau pandangan miring terlanjur melekat dalam
tubuh MHTI. Banyaknya tudingan yang tidak mengenakkan pun rasanya sudah menjadi
‘makanan sehari-hari’ bagi mereka, aksi penolakkan dari saudara seiman pun tak jarang
mereka hadapi. Dari kalangan intelektual sampai masyarakat awam yang belum pernah
menerima materi dakwah MHTI bisa dipastikan langsung menganggap MHTI adalah
sekumpulan perempuan yang fanatik terhadap kehidupan Islam atau arab.
Karena jalan dakwah memang tidak dilengkapi dengan fasilitas layaknya hotel
bintang lima, namun adalah jalan terjal berbatu dan berduri yang hampir selalu ditemui.
Menegakkan Khilafah Islamiyah yang dirasa memang sulit atau bahkan mustahil bagi
sebagian orang tak menyurutkan semangat para pejuang muslimah ini. MHTI secara haqqul
yaqin dengan pertolongan dan izin Allah suatu saat Khilafah Islamiyah in sya Allah bisa
berdiri dengan kokoh. Yang terus mereka lakukan hanyalah berdakwah dengan cara
memberikan pemikiran-pemikiran yang diharapkan bisa menyadarkan umat supaya rindu
terhadap kehidupan yang bersistem islam namun tetap dengan jalan damai.
2. Metode Penelitian
Disini saya akan menggunakan metode penelitian kualitatif, menggali data dengan
cara observasi lapangan dan wawancara narasumber yang diharapkan akan memberi hasil
informasi dan laporan yang akurat.
3. Kerangka Teori
Beberapa indikator teori Karl Marx ialah mempelajari tentang kehidupan
berkelompok dimana dalam suatu kelompok tersebut ada tingkatan-tingkatan atau
stratanya serta mencari tahu adakah konflik dalam kelompok tersebut.
Dalam tema laporan ini yaitu “Pergerakan MHTI dalam menegakkan Khilafah
Islamiyah” merupakan relasi teori dari Karl Marx yang merupakan Marxisme dan Teori
Kritis. Teori kritis yaitu kritik atas teori yang terdiri dari: 1) Kritik terhadap teori marxian,
determinisme mekanistik yang tidak memusatkan pada aspek lain, seperti eliminasi sosial.
2) Kritik terhadap Positivisme, kehidupan sosial yang dilihat sebagai proses alamiah
sehingga susah memasuki perubahan. 3) Kritik terhadap sosiologi, sosiologi tidak cukup
bisa memberikan perubahan kepada masyarakat karena terlalu ilmiah, pandangan yang
menghilangkan unsur individu.
4. Hasil Penelitian
4.1 Kegiatan Dakwah MHTI terkait Khilafah Islamiyah
Berawal pada tahun 2008 Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sepakat untuk memberi
jalan sendiri pada anggota muslimahnya untuk melakukan dakwah secara mandiri khusus
hanya kepada kaum perempuan di masyarakat luar pada semua level dan jenjang
pendidikan. MHTI merambah dakwah dari kampus-kampus, perkantoran, majelis ta’lim
ibu-ibu hingga ke sekolah-sekolah.
MHTI mengaku dalam berdakwah tidaklah terikat waktu, bagi MHTI setiap waktu
adalah dakwah. Mereka berprinsip bahwa dakwah adalah sebagai poros kehidupan, semua
aktivitas selain dakwah itu selalu mengitari dakwah tersebut. Ber-amar ma’ruf nahi
munkar, memberi nasihat, berbicara santai sambil menyelipkan anjuran-anjuran syar’i
itulah dakwah, jadi berada dimanapun dan kapanpun bisa sambil berdakwah.
Namun dalam mengembangkan dakwah tersebut agar lebih luas dan lebih besar lagi
diadakan fokus dakwah tersendiri seperti dengan cara menyelenggarakan open house
sebulan sekali, kajian rutin atau talkshow di kampus-kampus, masyarakat, dan wilayah
lainnya dengan tujuan supaya kegiatan dakwah lebih terorganisir.
Dalam rangka membuka kesadaran rakyat untuk taat kepada hukum islam dan
membangun Khilafah Islamiyah Hizbut Tahrir Indonesia menggunakan beberapa media
contohnya official website yang sudah dilengkapi streaming kajian atau kegiatan yang
diselenggarakan HTI, buletin Al-Islam yang terbit setiap hari jum’at, majalah Al-Wa’ie,
tabloid Media Umat hingga radio HTI. Menurut pengamatan saya, para MHTI juga turut
membantu menyebarkan tabloid Al-Islam di setiap hari jumat. Mereka menaruh tabloid
tersebut dengan jumlah yang lumayan banyak pada spot-spot tertentu dan salah satu
tempatnya adalah di Area Akhwat Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Banyaknya isu miring menyangkut dakwah MHTI yang kadang disebut utopis,
ekstrim bahkan fanatik akan Khilafah Islamiyah juga anggapan-anggapan tidak
mengenakkan yang sering datang bahkan dari sesama muslim tidak kemudian menciutkan
semangat para pejuang MHTI. Mereka hanya berusaha selalu meyakini bahwa dakwah
mereka tidaklah menyimpang atau berlebihan, mereka mengaku berdakwah dengan
mengikuti cara berdakwah yang dilakukan Rasulullah SAW dahulu. Rasulullah yang
menikmati perih dan sakitnya berdakwah tidak pernah gentar, ragu-ragu atau mundur.
Begitu pula dengan MHTI mereke cenderung tidak menghiraukan berbagai angin miring
yang menerpa sambil terus berusaha mencerdaskan umat, menyatukan pikiran dan
menyamakan pandangan bahwa mereka saudara seiman yang sedang rindu akan
kehidupan islam dan berusaha mengembalikannya.
MHTI hanya menyesalkan mengapa banyak orang Islam yang menganggap aneh
gerakan dakwah mereka, dimana sesama mulim seharusnya saling menghargai dan
mendukung bukannya saling bermusuhan. Musuh kita bukanlah sesama muslim, sesama
muslim tidak perlu saling menjatuhkan cara dakwah tiap-tiap golongan yang berbeda-beda
selama mereka masih dalam jalur ahlus sunnah wal jama’ah. Musuh umat muslim yang
sesungguhnyaadalah kafir harbi fi’lan yaitu kafir yang memerangi kaum muslim
menggunakan ghazwul fikr atau perang pemikiran yang menjajah umat Indonesia secara
halus sekali. Maka dari itu MHTI merasa perlu adanya upaya dakwah untuk mencerdaskan
dan menyadarkan umat tak terkecuali dengan membangun pola berpikir untuk
menerapkan hukum Islam secara totalitas yaitu dibawah naungan Khilafah Islamiyah.
Sampai saat ini diakui MHTI pelan tapi pasti semakin banyak masyarakat yang
antusias dengan dakwah mereka, semakin banyak masyarakat yang berkenan mengikuti
acara-acara mereka. MHTI kini juga mendapat respon positif dari para dosen UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terkait Khilafah Islamiyah yang dulunya menganggap mereka utopis.
Kini langkah MHTI selanjutnya tinggal semakin meyakinkan umat bahwa Khilafah bisa
berdiri tegak dengan cara menggambarkan konsepnya secara lebih jelas lagi. Saat ini
sedikit-sedikit namun pasti umat semakin sadar akan urgensi Khilafah Islamiyah.
Metode dakwah MHTI adalah dengan menyalurkan pemikiran-pemikiran yang
terkonsep jelas, rencana kedepan MHTI adalah ingin semakin menggambarkan sistem
Khilafah dalam segala bidang seperti politik, ekonomi, pendidikan secara tuntas dan detail
dengan lebih massive dan lebih besar lagi kepada masyarakat dengan harapan masyarakat
bisa mempunyai gambaran langsung tentang sistem Islam dan semakin rindu akan
berdirinya sistem Islam secara totalitas.
Indikator teori yang saya temukan dalam tema ini ialah sebagai berikut, Hizbut
Tahrir adalah suatu tingkat tertinggi dalam organisasi ini dimana ia menaungi Hizbut Tahrir
dari seluruh negara termasuk HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), dibawah HTI ada sebuah
tempat lagi yang khusus menaungi para muslimahnya yaitu MHTI. Pergerakan MHTI dalam
menegakkan Khilafah Islamiyah tidak selalu berjalan mulus namun seringkali menuai
berbagai pandangan miring dan protes yang menyebabkan sebuah konflik-konflik kecil
walaupun beberapa konflik tersebut tidak berbuntut panjang.
4.2 Sasaran Dakwah MHTI
Islam sebagai agama yang kaffah yang tidak hanya mengatur masalah ibadah dan
muamalah namun mengatur serta sampai ke masalah-masalah pribadi manusia juga
termasuk didalamnya membatasi pergaulan antara lelaki dan perempuan supaya tidak
terlalu dekat yang dimana dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah. Berangkat dari situ
sehingga Islam mensyariatkan interaksi terpisah antara lelaki dan perempuan kecuali jika
ada uzur yang syar’i. Di dalam ruang lingkup Hizbut Tahrir Indonesia juga ternyata benar-
benar ingin menerapakan syariat Islam tersebut sehingga MHTI mengadakan dakwah
secara terpisah sendiri hanya kepada masyarakat perempuan dan generasinya. Karena
diharapkan ketika MHTI sudah berfokus berdakawah hanya kepada perempuan, bisa
mencakup lebih banyak objek dakwah.
Perempuan adalah ummu wa robbatul bait yaitu ibu (atau calon) dan pengatur
rumah tangga juga sebagai pencetak generasi. Seorang pencetak generasi haruslah cerdas
dalam memahami agamanya sendiri, memilki keilmuan yang tinggi dan berkualitas supaya
bisa mencetak keturunan yang berkualitas pula. Karena alasan kepedulian inilah MHTI ingin
bisa lebih dekat dengan para wanita di luar sana supaya mendekat kepada Allah, taat
kepada hukum-hukumnya demi menjadikan wanita sebagai pemroduksi generasi yang
berkualitas. Dengan cara seperti itu MHTI bisa lebih fokus kepada masalah seputar
kewanitaan dan membantu para wanita menyelesaikan problemnya dengan cepat, benar
dan syar’i. MHTI lebih lanjut sering membahas isu-isu khusus kewanitaan yang sedang
berlangsung yang biasanya tidak diketahui oleh kaum laki-laki sehingga ketika isu-isu
seputar wanita itu muncul sebuah permasalahan MHTI bisa dengan mudah mengetahui
dan bisa dengan langsung membantu mencarikan jalan keluarnya. MHTI ingin menjadikan
wanita sebagai generasi yang cerdas dalam membina keluarga yang berlandaskan hukum-
hukum Islam.
MHTI berusaha menyampaikan dakwah dengan menggunakan asupan-asupan
pemikiran yang berdasarkan al-Qur’an dan Hadits secara damai tanpa kekerasan atau
pemaksaan kepada semua level masyarakat. Hingga saat ini MHTI memiliki beberapa
kontak penanggung jawab dari berbagai jamaah dari kalangan intelektual atau
cendekiawan, siswa dan mahasiswa, majelis ta’lim, rohis rumah sakit, hingga para calon
legislatif. Dengan memperbanyak link dari semua kalangan masyarakat akan
mempermudah jalan MHTI dalam memerikan materi dakwah sehingga ketika hendak
mengadakan acara dakwah bisa dengan mudah tinggal menghubungi penanggung jawab
suatu komunitas masing-masing dan kegiatan bisa segera dilangsungkan.
Memang respon yang diterima masyarakat berbeda-beda, jika dalam suatu daerah
tidak pernah mendapat materi dakwah MHTI dan yang sampai kepada mereka hanyalah
berita miringnya bisa jadi membutuhkan waktu yang lama untuk meyakinkan masyarakat
pada daerah tersebut untuk mempercayai ajaran-ajaran yang dibawa MHTI. Namun bisa
juga didaerah lain yang jarang tersentuh pemikiran islam dan sedang rindu akan kehidupan
islam atau komunitas tersebut sudah sering terkontak dengan MHTI bisa juga dengan
mudah menerima dakwah MHTI. Dengan interaksi yang terus-menerus diharapkan semakin
menghilangkan asumsi negatif masyarakat terhadap MHTI.
MHTI juga berharap dengan pendekatan seperti itu bisa semakin meyakinkan
masyarakat umum akan urgensinya penerapan hukum Islam secara menyeluruh dengan
menegakkan Khilafah Islamiyah. MHTI tidak pernah memaksakan kepada setiap masyarakat
untuk turut bergabung dalam kegiatan dakwah MHTI, dan tidak pernah memaksa kepada
tiap individu yang pernah mengikuti kegitatan MHTI untuk juga memilih jalan untuk
berdakwah bersama mereka. Paling tidak ketika masyarakat sudah paham bahwa hukum
Islam harus dilaksanakan secara menyeluruh, mereka sudah bisa menanamkan pemikiran-
pemikiran yang islami tersebut kegenerasi-generasi mereka yang selanjutnya,
membentengi diri dan keluarga dari ghazwul fikr atau perang pemikiran yang sekuler,
pluralis atau liberal. Karena yang terpenting bagi MHTI adalah masyarakat meskipun tidak
tergabung dengan MHTI mereka sudah tercerdaskan dan semakin sadar bahwa kita harus
memiliki satu visi dan tujuan yang sama yaitu memperjuangkan hukum-hukum Islam yang
wajib diterapkan secara totalitas, menegakkan syariah secara kaffah dan tidak setengah-
setengah dibawah naungan khilafah demi menggapai ridho dari Allah SWT untuk
kelangsungan kehidupan beramasyarakat yang baik di dunia dan terlebih di akhirat nanti.
Indikator teori yang saya temukan dalam tema ini ialah sebagai berikut, ketika MHTI
menggelar kajian dakwah tentang Khilafah Islamiyah disauatu daerah yang belum pernah
mereka datangi, belum pernah mendapat pengetahuan tentang Khilafah Islamiyah dan
hanya mendengar kabar miring tentang MHTI maka saat itulah konflik muncul. Bisa
dimungkinkan terjadinya perang pemikiran, aksi saling bantah ataupun protes.
4.3 Langkah-langkah MHTI dalam mewujudkan berdirinya Khilafah Islamiyah
MHTI mengaku langkah-langkah untuk perwujudan Khilafah Islamiyah mereka
mencontoh beberapa tahapan yang dilakukan Rasulullah dulu yaitu yang pertama adalah
tatsqif atau pembinaan.
Untuk menegakkan khilafah kita butuh adanya perubahan sistem, namun
perubahan sistem itu tidak akan terjadi jika individu-individu dalam negara ini tidak
memahami Islam. Perubahan sistem bisa terjadi jika masyarakat sudah memahami betul
tentang pemikiran islam, jika masyarakat bisa bersatu menjadi satu visi dan tujuan serta
berpikir untuk menegakkan sistem yang sama dan sudah menginginkan sistem Khilafah,
maka kita tinggal meminta kekuasaan itu dan perubahan sistem akan sangat mungkin
untuk segera dilakukan.
Sehingga hal-hal kecil yang bisa dilakukan MHTI mulai dari hal yang paling
sederhana adalah membina individu-individu tersebut, karena dengan membina individu,
individu itu akan tercerdaskan dan semakin taat dengan hukum-hukum Allah, semakin
paham dengan sistem Islam. MHTI membina para individu tersebut dengan selalu
mengingatkan untuk Sholat Malam, memperbanyak tilawah al-Qur’an, perbanyak
membaca buku-buku Islam. Setelah memahami buku-buku Islam, barulah memhami buku
lain sehingga para individu bisa meng-compare dan menemukan pemikiran sendiri.
Sehingga seorang individu tadi tidak hanya mempunyai kedekatan dengan Allah tapi juga
mempunyai pikiran yang lebih global yang bisa menguntungkan banyak ummat. Setelah
satu individu sudah dengan mudah dibimbing, akan ada gerakan pembinaan yang lebih
besar lagi yaitu dengan pembinaan masyarakat.
Yang kedua yaitu interaksi dakwah kepada umat dengan betul-betul masuk
ketengah-tengah umat dengan aksi pencerdasaan secara besar-besaran. Selain
menggambarkan sistem islam, juga akan diperlihatkan tentang kerusakan sistem demokrasi
yang berjalan saat ini, menjelaskan kerusakan sistem demokrasi itu dibagian mana saja
sehingga umat akan semakin sadar bahwa sistem pemerintahan yang sedang berjalan saat
ini tengah bobrok karena tidak berlandaskan al-Qur’an dan Hadits yang kemudian
diharapkan dari umat adalah kerinduan mereka berkehidupan dibawah sistem Islam.
Setelah melewati tahapan pertama dan kedua, dan ketika umat sudah bersatu
membentuk suatu pergerakan yang besar dalam satu pemikiran, satu perasaan dan satu
tujuan untuk menerapkan syariat Islam secara total, maka itulah saatnya melangkah
kepada tahapan yang ketiga yaitu tatbiqul ahkam atau penerapan hukum. Tahapan ini
merupakan awal kebangkitan umat Islam, tahapan ini adalah awal kehidupan baru Daulah
Islamiyah yang telah dinanti-nantikan oleh Hizbut Tahrir yang tersebar di seluruh negara.
Saat ini HTI telah mencapai tahapan kedua akhir, yaitu tahapan dimana tinggal
menunggu naik selangkah lagi menuju ke tahapan ketiga yaitu penerapan hukum. Karena
dari Hizbut Tahrir skala internasional sudah semakin banyak orang-orang yang
menginginkan diterapkannya Khilafah Islamiyah termasuk dari kalangan orang-orang barat.
MHTI yakin-seyakin yakinnya meskipun dirasa sulit untuk membangun Daulah Islamiyah
namun suatu saat Islam akan kembali berjaya dan memimpin dunia. Yang bisa mereka
lakukan sekarang sembari menunggu tahapan terakhir tersebut hanyalah terus berdakwah
dengan tetap mengikuti cara Rasulullah yang dinilai ampuh dan menyerahkan hasilnya
kepada Allah SWT.
Indikator teori yang saya temukan dalam tema ini ialah sebagai berikut, MHTI dalam
melakukan pembinaan memulai dari ruang lingkup yang paling kecil yaitu kepada individu
kemudian meningkat ke ruang lingkup yang lebih besar lagi yaitu terjun langsung ke
tengah-tengah masyarakat dengan aksi pencerdasan secara massive.
4.4 Sistem keanggotaan MHTI
Berbeda dengan organisasi lain, MHTI benar-benar menginginkan para anggotanya
sebagai pejuang sejati yang cerdas bukan sekedar ikut-ikutan atau main-main ketika ingin
bergabung dengan MHTI. Sehingga untuk menjadi anggota MHTI ada proses pencerdasan
atau pembelajaran terlebih dulu yang biasanya dilakukan dengan mentoring. Seorang
individu akan diberi pelajaran-pelajaran keislaman, dibekali pemikiran-pemikiran yang
sesuai hukum-hukum Islam, diberi pengetahuan secara intensif. Jadi ketika individu sudah
dianggap mumpuni dan ilmu nya cukup maka ia dipersilahkan untuk memilih masuk
kedalam keanggotaan MHTI atau tidak. Karena syarat menjadi anggota MHTI adalah orang
yang sudah paham betul dengan pemikiran Islam, kemudian jika dia sudah paham betul
dengan Hizbut Tahrir baru ia bisa bergabung.
Dalam pemilihan anggota siapa saja yang telah mengikuti kegiatan mentoring
mempunyai kesempatan yang sama untuk masuk kedalam tubuh MHTI dan berdakwah
bareg. Lamanya waktu mentoring tidak mempengaruhi cepat atau tidaknya seseorang bisa
masuk kedalam MHTI. Semua tergantung komitmen dan kesungguhan tiap individu yang
ingin bergabung, siapa yang punya keinginan kuat dan komitmen harus berusaha
mendalami ilmu islam. Dalam perekrutan anggota tidak ada waktu yang secara resmi
menyatakan perekrutan secara berkala, jadi siapapun yang ingin menimba ilmu di MHTI
kapanpun bisa langsung menghubungi para anggota MHTI.
MHTI percaya semua level masyarakat dari segala jenjang pendidikan ketika ia
sudah mempunyai pemikiran kuat tentang Islam mereka memiliki potensi yang sama besar
untuk menegakkan Khilafah Islamiyah bersama-sama, sehingga semua masyarakat dari
segala umur boleh bergabung dalam gerakan dakwah ini.
Namun, struktur keanggotaan MHTI sama saja seperti organisasi yang lain yang
memiliki ketua hanya lebih simple saja dari segi jumlahnya dan tidak terlalu terstruktur
secara formal. Di dalam suatau chapter atau bagian daerah hanya ada satu PJ (Penanggung
Jawab) yang bertugas sebagai manajemen sekaligus ketua atau pengontrol tiap chapter.
Dalam pemilihan penanggung jawab juga tidak berdasarkan lama atau tidak nya ia
menjadi anggota, namun berdasarkan pemikiran karena memang MHTI mengandalkan
pada kekuatan pemikiran. jika dirasa seseorang sudah kuat pemikirannya tentang hukum-
hukum Islam dan mampu menjalankan amanah sebagai penanggung jawab maka ia bisa
langsung menjabat sebagai penanggung jawab.
Anggota yang lain bertugas mengatur kegiatan-kegiatan dakwah MHTI,
menghubungi penanggung jawab dari tempat-tempat yang akan dikunjungi,
mempersiapkan kebutuhan konsumsi dan peralatan, mengumpulkan massa, menyebarkan
flyer atau pamflet. Semuanya dilakukan bersama-sama tanpa ada pembagian fungsi lebih
khusus lagi. Karena memang struktur keanggotaan MHTI hanya ada satu penanggung
jawab dan sisanya adalah anggota biasa. Namun semuanya memiliki tanggung jawab yang
sama serta harus memiliki komitmen kuat dalam satu misi dan visi yaitu mencerdaskan
umat dalam rangka membangun kesadaran akan pentingnya penegakkan hukum-hukum
islam secara sempurna dibawah naungan Khilafah.
Indikator teori yang saya temukan dalam tema ini ialah sebagai berikut, di dalam
MHTI tentunya terdapat struktur keanggotan namun hanya terdiri dari 2 tingkatan yaitu
Ketua (atau Penanggung Jawab) dan sisanya adalah anggota.
4.5 Masyarakat di luar MHTI memandang kegiatan dakwah MHTI dalam upaya
menegakkan Khilafah Islamiyah
Tidak semua orang-orang dari kalangan yang lebih ‘alim menyetujui gerakan
dakwah MHTI, saya ambil contoh orang ‘alim dari kalangan intelek yaitu salah satu dosen
UIN yang memberi pernyataan bahwa golongan yang berkoar-koar ingin menegakkan
Khilafah Islamiyah adalah mereka yang tidak tau sejarah peradaban islam. Beliau
mengingatkan jangan sekali-kali melupakan sejarah tidak lupa beliau menceritakan betapa
bobroknya sistem Khilafah sepeninggal Rasulullah dan Khulafa al-Rasyidin. Yaitu para
khalifah yang sukanya berjudi, mabuk-mabukan dan main wanita. Hingga kini dosen
tersebut menganggap bahwa demokrasi adalah sistem yang best of the best untuk
Indonesia dan dunia. Menurut beliau, sistem Khilafah adalah sistem pemerintahan yang
otoriter dimana warga tidak akan mempunyai hak bebas untuk berdemokrasi. Beliau juga
menyatakan bahwa sistem Khilafah yang benar hanya pada saat masa kepemerintahan
Rasulullah dan Khulafa al-Rasyidin yang sangat dekat dengan demokrasi namun dosen
tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut sistem seperti apa yang dinyatakan persis dengan
demokrasi.
Masih dari jajaran dosen UIN, ada seorang dosen lagi yang menyatakan bahwa
terlepas dari pemerintahan Rasulullah dan Khulafa al-Rasyidin sistem Khilafah yang ‘benar’
hanya pada tiga masa kepemerintahan yaitu Al-Ma’mun, Harun al-Rasyid dan Umar bin
Abdul Aziz. Sisanya adalah para khalifah yang ‘melenceng’ dari syariat islam.
Begitu pula dengan masyarakat umum yang belum pernah menerima materi
dakwah yang dibawa oleh MHTI masih cenderung menganggap MHTI adalah sebuah
golongan pergerakan para perempuan yang utopis dan fanatik. Karena belum pernah
menerima materi dakwah MHTI maka mereka ini masih belum pro terhadap berdirinya
Khilafah Islamiyah, masyarakat masih menganggap bahwa sistem Islam dibawah naungan
Khilafah adalah sistem pemerintahan yang otoriter karena hanya ada satu kepemerintahan
untuk semua sistem termasuk ekonomi, pendidikan, hukum dan lain-lain.
MHTI yang menginginkan hukum-hukum Islam diterapkan secara totalitas
menyatakan bahwa tidak akan bisa sistem Islam berjalan secara sempurna tanpa adanya
Khilafah Islamiyah dan menegakkan Khilafah Islamiyah merupakan salah satu cara untuk
menjalankan syariat Islam secara sempurna. Masyarakat di luar masih menganggap
pernyataan tersebut tidak bisa dijadikan hujjah karena merupakan pendapat yang
subyektif.
Seorang mahasiswi UIN menyatakan bahwa mendukung berdirinya Khilafah
Islamiyah tidak termasuk menerapkan syariat secara sempurna karena didalam dua sumber
hukum syara’ yaitu al-Qur’an dan Hadits tidak terdapat nash atau teks yang secara jelas
menyatakan bahwa sebuah negara harus mendirikan pemerintahan dengan sistem Khilafah
Islamiyah.
MHTI sendiri mengakui bahwa memang didalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada dalil
yang secara khusus dan spesifik menyatakan bahwa sebuah negara harus menjadikan
Khilafah Islamiyah sebagai sistem pemerintahannya, namun ada banyak ayat-ayat al-Qur’an
yang menyiratkan bahwa menerapkan hukum dan sistem Islam secara totalitas adalah
wajib. Contohnya adalah pada surah an-Nisaa’ ayat 13 yang artinya “Itulah batas-batas
(hukum) Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan RasulNya, Dia akan memasukkannya
kedalam surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya.
Dan itulah kemenangan yang agung.” Dan pada surah al-Ma’idah ayat 1 yang artinya
“Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.” Dan dalam
salah satu kaidah ushul fiqh, perintah mengerjakan sesuatu berarti perintah pula
mengerjakan wasilah-wasilahnya. Disini yang berlaku sebagai wasilah yaitu Khilafah
Islamiyah itu sendiri yang akan mengantarkan kepada pemberlakuan syariat Islam secara
totalitas.
MHTI juga mengingatkan kita bahwa hukum-hukum Allah harus dipatuhi tanpa
terkecuali jika kita tidak ingin menjadi orang yang munafik, berdalil menggunakan surah an-
Nisaa’ ayat 61 yang artinya “Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Marilah (patuh)
kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul.’ (niscaya) engkau
(Muhammad) melihat orang-orang munafik menghalangi dengan keras darimu.” MHTI
senantiasa khawatir pada keadaan masyarakat yang belum sadar akan pentingnya
penerapan hukum-hukum Islam.
Indikator teori yang saya temukan dalam tema ini ialah sebagai berikut, terjadinya
konflik di kalangan cendekiawan maupun mahasiswa yang masih belum mendukung aksi
dakwah MHTI dalam upaya penegakkan Khilafah Islamiyah menunjukkan bahwa MHTI
masih menimbulkan konflik walaupun tujuannya MHTI adalah baik. Konflik yang
ditimbulkan memang tidak sampai menimbulkan aksi-aksi ekstrim yang besar namun hanya
sekedar pada perang pemikiran dan aksi-aksi yang terselubung seperti suatu kelompok
mewanti-wanti untuk tidak mendekati MHTI bahkan ada yang tidak memperbolehkan
anggotanya untuk bergabung dalam gerakan yang dilakukan MHTI.
5. Penutup
Hizbut Tahrir adalah partai politik islam yang berlandaskan pada hukum-hukum
yang telah ditetapkan oleh al-Qur’an dan Hadits sehingga Hizbut Tahrir memilih jalan
kampanye nya sendiri diluar demokrasi. Hizbut Tahrir memiliki misi dan tujuan untuk
mengembalikan lagi kehidupan islam, untuk menerapkan hukum-hukum Islam secara
totalitas supaya tidak terjadi kerusakan yang semakin besar di bumi ini yang semua itu bisa
terlaksana jika Khilafah Islamiyah bisa berdiri di bumi ini.
Hizbut Tahrir terutama di Indonesia tidak memilih masuk ke jajaran parlemen yang
diisi berbagai macam partai politik demokrasi seperti sekarang karena ia tau banyak sekali
sandiwara dan pemalsuan di dalam parlemen yang memang sudah diatur oleh Undang-
Undang dimana pembuatan UU nya tidak berdasarkan al-Qur’an dan Hadits. HTI tidak
mendaftarkan dirinya secara resmi dalam parlemen dan memilih berjuang menegakkan
kehidupan islam diluar panggung parlemen demokrasi.
MHTI sebagai bagian dari Hizbut Tahrir memiliki misi yang lebih fokus mengarah
kepada permasalahan wanita dan generasinya, memilih memfokuskan dakwah tentang
Daulah Islamiyah kepada kaum wanita yang masih awam.
Tujuan utama MHTI sebagai bagian dari HTI dan Hizbut Tahrir seluruh dunia adalah
menerapkan hukum dan sistem Islam secara totalitas dengan menjadikan Khilafah
Islamiyah sebagai wasilah atau tangga yang akan mengantarkan kepada penerapan hukum
Islam tadi secara kaffah.
6. Daftar Pustaka
Djalil, A. Basiq. Ilmu Ushul Fiqh Satu & Dua. Jakarta: Kencana, 2010.
Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama. Bandung: Rosdakarya, 2009.
Narasumber : Sari Yulianti
Jabatan di MHTI : Penanggung Jawab MHTI Chapter Kampus UIN & Ciputat
Top Related