BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemerdekaan Indonesia bukan berarti Negara Indonesia terbebas dari segala masalah
yang ada.Terdapat beberapa oknum ataupun organisasi masyarakat yang menginginkan
ideologi mereka yang menjadi landasan negara yang telah disepakati sebelumnya, salah
satunya adalah organisasi dari partai politik Partai Komunis Indonesia (PKI). Hingga saat
ini masih banyak organisasi masyarakat yang menginginkan separatis dengan kedaulatan
NKRI.
Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali pertama bagi PKI.
Sebelumnya,pada tahun 1948 PKI sudah pernah mengadakan pemberontakan di Madiun.
Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso. Tujuan dari
pemberontakan itu adalah untuk menghancurkan Negara RI dan menggantinya menjadi
negara komunis.Beruntunglah pada saat itu Muso dan Amir Syarifuddin berhasil ditangkap
dan kemudian ditembak mati sehingga pergerakan PKI dapat dikendalikan.
Namun, melalui demokrasi terpimpin kiprah PKI kembali bersinar. Terlebih lagi dengan
adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang Nasakom (Nasional, Agama, Komunis) yang
sangat menguntungkan PKI karena menempatkannya sebagai bagian yang sah dalam
konstelasi politik Indonesia. Bahkan, Presiden Soekarno mengangap aliansinya dengan PKI
menguntungkan sehingga PKI ditempatkan pada barisan terdepan dalamdemokrasi
terpimpin.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan-
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah Pemberontakan PKI Madiun?
2. Bagaimana Sejarah gerakan DI/ TII Jawa Barat ?
3. Bagaimana Sejarah Gerakan DI / TII Kalimantan?
1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah penulis ingin mencaritahu tujuan, latar
belakang dari G30S PKI, gerakan DI / TII di Jawa barat dan Gerakan DI / TII di Kalimantan,
siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat dan korban-korban, serta alasan pemerintah hingga
akhirnya memutuskan untuk membubarkan gerakan ini.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan kajian tentang paham
komunis penulis dan juga pembaca makalah ini, penulis juga mengharapkan tulisan ini
dapat memotifasi pembaca yang kurang menyukai sejarah Indonesia mengetahui lebih
dalam sejarah negeri sendiri yang diharapkan dapat menambah rasa nasionalisme anak
muda.
Selain semua manfaat yang didapat di atas penulis juga mendapatkan manfaat lain
yaitu memenuhi tugas pelajaran sejarah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemberontakan PKI Madiun (G 30 S PKI)
Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu
(Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa
yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana
enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam
suatu usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis
Indonesia.
Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh
dunia, di luar Tiongkok danUni Soviet.Sampai pada tahun 1965 anggotanya berjumlah
sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya.PKI juga mengontrol
pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan
Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani) ,
organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta
anggota dan pendukung.
Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di
bawah dekrit presiden – sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI.Ia memperkuat
tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang
penting.Sukarno menjalankan sistem “Demokrasi Terpimpin”.PKI menyambut “Demokrasi
Terpimpin” Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk
persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan
NASAKOM.
Pada era “Demokrasi Terpimpin”, kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum
burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan
petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak.
Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi
birokrat dan militer menjadi wabah.
3
G 30 S PKI adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September sampai
1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang
lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta (pengambilan kekuasaan) yang kemudian
dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan
hak mereka.Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara polisi dan para pemilik tanah.Pada
permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyak
milik Amerika Serikat.
1. SEJARAH SINGKAT G 30 S PKI
PERISTIWA Madiun (Madiun Affairs) adalah sebuah konflik kekerasan atau situasi
chaos yang terjadi di Jawa Timur bulan September – Desember 1948. Peristiwa ini diawali
dengan diproklamasikannya negara Soviet Republik Indonesia pada tanggal 18 September
1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia dengan didukung pula
oleh Menteri Pertahanan saat itu, Amir Sjarifuddin.
Pada saat itu hingga era Orde Lama peristiwa ini dinamakan Peristiwa Madiun (Madiun
Affairs), dan tidak pernah disebut sebagai pemberontakan Partai Komunis Indonesia
(PKI).Baru di era Orde Baru peristiwa ini mulai dinamakan pemberontakan PKI.
Bersamaan dengan itu terjadi penculikan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Madiun,
baik itu tokoh sipil maupun militer di pemerintahan ataupun tokoh-tokoh masyarakat dan
agama. Masih ada kontroversi mengenai peristiwa ini.Sejumlah pihak merasa tuduhan
bahwa PKI yang mendalangi peristiwa ini sebetulnya adalah rekayasa pemerintah Orde
Baru (dan sebagian pelaku Orde Lama).
Tawaran bantuan dari Belanda
Pada awal konflik Madiun, pemerintah Belanda berpura-pura menawarkan bantuan
untuk menumpas pemberontakan tersebut, namun tawaran itu jelas ditolak oleh
pemerintah Republik Indonesia. Pimpinan militer Indonesia bahkan memperhitungkan,
Belanda akan segera memanfaatkan situasi tersebut untuk melakukan serangan total
terhadap kekuatan bersenjata Republik Indonesia. Memang kelompok kiri termasuk Amir
Syarifuddin Harahap, tengah membangun kekuatan untuk menghadapi Pemerintah RI,
yang dituduh telah cenderung berpihak kepada AS.
4
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, muncul berbagai
organisasi yang membina kader-kader mereka, termasuk golongan kiri dan golongan
sosialis. Selain tergabung dalam Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), Partai Sosialis
Indonesia (PSI) juga terdapat kelompok-kelompok kiri lain, antara lain Kelompok Diskusi
Patuk, yang diprakarsai oleh Dayno, yang tinggal di Patuk, Yogyakarta. Yang ikut dalam
kelompok diskusi ini tidak hanya dari kalangan sipil seperti D.N. Aidit, Syam
Kamaruzzaman, dll., melainkan kemudian juga dari kalangan militer dan bahkan beberapa
komandan brigade, antara lain Kolonel Joko Suyono, Letkol Sudiarto (Komandan Brigade
III, Divisi III), Letkol Soeharto (Komandan Brigade X, Divisi III. Kemudian juga menjadi
Komandan Wehrkreis III, dan menjadi Presiden RI), Letkol Dahlan, Kapten Suparjo, Kapten
Abdul Latief dan Kapten Untung Samsuri.
Pada bulan Mei 1948 bersama Suripno, Wakil Indonesia di Praha, Musso, kembali dari
Moskow, Rusia.Tanggal 11 Agustus, Musso tiba di Yogyakarta dan segera menempati
kembali posisi di pimpinan Partai Komunis Indonesia. Banyak politisi sosialis dan
komandan pasukan bergabung dengan Musso, antara lain Mr. Amir Sjarifuddin Harahap, dr.
Setiajid, kelompok diskusi Patuk, dll.
Aksi saling menculik dan membunuh mulai terjadi, dan masing-masing pihak
menyatakan, bahwa pihak lainlah yang memulai.Banyak perwira TNI, perwira polisi,
pemimpin agama, pondok pesantren di Madiun dan sekitarnya yang diculik dan dibunuh.
Tanggal 10 September 1948, mobil Gubernur Jawa Timur RM Ario Soerjo (RM Suryo) dan
mobil 2 perwira polisi dicegat massa pengikut PKI di Ngawi. Ketiga orang tersebut dibunuh
dan mayatnya dibuang di dalam hutan. Demikian juga dr. Muwardi dari golongan kiri,
diculik dan dibunuh.Tuduhan langsung dilontarkan, bahwa pihak lainlah yang
melakukannya.Di antara yang menjadi korban juga adalah Kol. Marhadi yang namanya
sekarang diabadikan dengan Monumen yang berdiri di tengah alun-alun Kota Madiun dan
nama jalan utama di Kota Madiun.
Kelompok kiri menuduh sejumlah petinggi Pemerintah RI saat itu, termasuk Wakil
Presiden/Perdana Menteri Mohammad Hatta telah dipengaruhi oleh Amerika Serikat
untuk menghancurkan Partai Komunis Indonesia, sejalan dengan doktrin Harry S. Truman,
Presiden AS yang mengeluarkan gagasan Domino Theory. Truman menyatakan, bahwa
apabila ada satu negara jatuh ke bawah pengaruh komunis, maka negara-negara
5
tetangganya akan juga akan jatuh ke tangan komunis, seperti layaknya dalam permainan
kartu domino. Oleh karena itu, dia sangat gigih dalam memerangi komunis di seluruh
dunia.
Kemudian pada 21 Juli 1948 telah diadakan pertemuan rahasia di hotel “Huisje
Hansje” Sarangan, dekat Madiun yang dihadiri oleh Soekarno, Hatta, Sukiman, Menteri
Dalam negeri, Mohamad Roem (anggota Masyumi) dan Kepala Polisi Sukanto, sedangkan di
pihak Amerika hadir Gerald Hopkins (penasihat politik Presiden Truman), Merle Cochran
(pengganti Graham yang mewakili Amerika dalam Komisi Jasa Baik PBB). Dalam
pertemuan Sarangan, yang belakangan dikenal sebagai “Perundingan Sarangan”,
diberitakan bahwa Pemerintah Republik Indonesia menyetujui Red Drive Proposal
(proposal pembasmian kelompok merah).Dengan bantuan Arturo Campbell, Sukanto
berangkat ke Amerika guna menerima bantuan untuk kepolisian RI. Campbell yang
menyandang gelar resmi Atase Konsuler pada Konsulat Jenderal Amerika di Jakarta,
sesungguhnya adalah anggota Central Intelligence Agency – CIA
Diisukan, bahwa Sumarsoso tokoh Pesindo, pada 18 September 1948 melalui radio
di Madiun telah mengumumkan terbentuknya Pemerintah Front Nasional bagi Karesidenan
Madiun. Namun Soemarsono kemudian membantah tuduhan yang mengatakan bahwa
pada dia mengumumkan terbentuknya Front Nasional Daerah (FND) dan telah terjadi
pemberontakan PKI. Dia bahwa FND dibentuk sebagai perlawanan terhadap ancaman dari
Pemerintah Pusat
Pada 19 September 1948, Presiden Soekarno dalam pidato yang disiarkan melalui
radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memilih: Musso-Amir
Syarifuddin atau Soekarno-Hatta. Maka pecahlah konflik bersenjata, yang pada waktu itu
disebut sebagai Madiun Affairs (Peristiwa Madiun), dan di zaman Orde Baru terutama di
buku-buku pelajaran sejarah kemudian dinyatakan sebagai pemberontakan PKI Madiun.
Peristiwa
Isu Dewan Jenderal
Pada saat-saat genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan
Jenderal, yang mengungkapkan bahwa para petinggi Angkatan Darat tidak puas terhadap
Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno
memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka untuk
6
diadili.Namun secara tak terduga, dalam operasi penangkapan tersebut para jenderal
tersebut terbunuh.
Isu Dokumen Gilchrist
Dokumen Gilchrist diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia, Andrew
Gilchrist. Beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal.Dokumen ini
oleh beberapa pihak dianggap pemalsuan. Di bawah pengawasan Jenderal Agayant dari
KGB Rusia, dokumen ini menyebutkan adanya “Teman Tentara Lokal Kita” yang
mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat.
Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberi daftar nama anggota PKI kepada tentara
untuk “ditindaklanjuti”.
Isu Keterlibatan Soeharto
Menurut isu yang beredar, Soeharto saat itu menjabat sebagai Pangkostrad (Panglima
Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat) tidak membawahi pasukan.
Korban
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando
Operasi Tertinggi)
2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang
Perencanaan dan Pembinaan)
4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
5. Brigjen TNI Donald Issac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang
Logistik)
6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan
Darat)
7. Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari
upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan
ajudan beliau, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan
tersebut.
8. Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
7
9. Bripka Karel Satsuin Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II
dr.J.Leimena)
10. Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
11. Letkol Sugiyanto Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang
dikenal sebagai Lubang Buaya.Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
Pasca Kejadian
Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI Angkatan Darat, PKI mampu menguasai dua
sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor
Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI menyiarkan
pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para perwira tinggi
anggota “Dewan Jenderal” yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah.
Diumumkan pula terbentuknya “Dewan Revolusi” yang diketuai oleh Letkol Untung Sutopo.
Di Jawa Tengah dan DI.Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap Kolonel
Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala Staf
Korem 072/Yogyakarta).Mereka diculik PKI pada sore hari 1 Oktober 1965.Kedua perwira
ini dibunuh karena secara tegas menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pada
tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi
pembentukan Dewan Revolusioner oleh para “pemberontak” dengan berpindah ke
Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan. Pada tanggal 6
Oktober, Sukarno mengimbau rakyat untuk menciptakan “persatuan nasional”, yaitu
persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya untuk penghentian kekerasan.
Biro Politik dari Komite Sentral PKI segera menganjurkan semua anggota dan organisasi-
organisasi massa untuk mendukung “pemimpin revolusi Indonesia” dan tidak melawan
angkatan bersenjata.
Penangkapan dan Pembantaian
Dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini, semua partai kelas buruh yang diketahui,
ratusan ribu pekerja, dan petani Indonesia dibunuh atau dimasukkan ke kamp-kamp
tahanan untuk disiksa dan diinterogasi.Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa
Tengah (bulan Oktober), Jawa Timur (bulan November) dan Bali (bulan Desember).Berapa
8
jumlah orang yang dibantai tidak diketahui dengan persis (perkiraan yang konservatif
menyebutkan 500.000 orang, sementara perkiraan lain menyebut dua sampai tiga juga
orang).Namun diduga setidaknya satu juta orang menjadi korban dalam bencana enam
bulan yang mengikuti kudeta itu. Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok
pemuda dari organisasi-organisasi muslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan
Tameng Marhaenis PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal, terutama di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya menjadi penuh mayat-
mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu “terbendung mayat”. Pada akhir 1965,
antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan pendukung-pendukung PKI telah
menjadi korban pembunuhan dan ratusan ribu lainnya dipenjarakan di kamp-kamp
konsentrasi, tanpa adanya perlawanan sama sekali.
Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret)
Lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno memberi Suharto
kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret.Ia memerintah Suharto untuk
mengambil “langkah-langkah yang sesuai” untuk mengembalikan ketenangan dan untuk
melindungi keamanan pribadi dan wibawanya.Kekuatan tak terbatas ini pertama kali
digunakan oleh Suharto untuk melarang PKI.
Kepemimpinan PKI terus mengimbau massa agar menuruti kewenangan rejim Sukarno-
Suharto. Aidit, yang telah melarikan diri, ditangkap dan dibunuh oleh TNI pada tanggal 24
November, tetapi pekerjaannya diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI, Nyoto.
Pertemuan Jenewa, Swiss
Menyusul peralihan kekuasaan ke tangan Suharto, diselenggarakanlah pertemuan
antara para ekonom orde baru dengan para CEO korporasi multinasional di Swiss.
Korporasi multinasional diantaranya diwakili perusahaan-perusahaan minyak dan bank,
General Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American Tobacco,
American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, US Steel, ICI,
Leman Brothers, Asian Development Bank, dan Chase Manhattan. Kebijakan ekonomi pro
liberal sejak saat itu diterapkan.
Peringatan
9
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan
30 September.Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut juga
ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada tanggal 30
September. Selain itu pada masa Soeharto biasanya dilakukan upacara bendera di
Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam
para pahlawan revolusi di TMP Kalibata.Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah
tidak ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang dilanjutkan.
Akhir konflik
Kekuatan pasukan pendukung Musso digempur dari dua arah: Dari barat oleh
pasukan Divisi II di bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto, yang diangkat menjadi
Gubernur Militer Wilayah II (Semarang-Surakarta) tanggal 15 September 1948, serta
pasukan dari Divisi Siliwangi, sedangkan dari timur diserang oleh pasukan dari Divisi I, di
bawah pimpinan Kolonel Sungkono, yang diangkat menjadi Gubernur Militer Jawa Timur,
tanggal 19 September 1948, serta pasukan Mobiele Brigade Besar (MBB) Jawa Timur, di
bawah pimpinan M. Yasin.
Panglima Besar Sudirman menyampaikan kepada pemerintah, bahwa TNI dapat
menumpas pasukan-pasukan pendukung Musso dalam waktu 2 minggu.Memang benar,
kekuatan inti pasukan-pasukan pendukung Musso dapat dihancurkan dalam waktu singkat.
Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya. Pasukan Republik
yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah barat, bertemu di Hotel
Merdeka di Madiun.Namun pimpinan kelompok kiri beserta beberapa pasukan pendukung
mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah, sehingga tidak dapat segera ditangkap.
Baru pada akhir bulan November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Musso
tewas atau dapat ditangkap. Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk Mr. Amir
Syarifuddin Harahap, mantan Perdana Menteri RI, dieksekusi pada 20 Desember 1948, atas
perintah Kol. Gatot Subroto.
10
B. PEMBERONTAKAN DI/TII JAWA BARAT
Sekarmadji Marijan Kartosuwiryo merupakan komisaris Partai Masyumi wilayah Jawa
Barat. Ia mempunyai ide akan mendirikan Negara Islam Indonesia sudah sejak tahun 1942.
Upaya Kartosuwiryo tersebut diawali dengan mendirikan pesantren Sufah yang digunakan
untuk latihan kemiliteran bagi pemuda-pemuda Islam khususnya Hizbullah dan Sabilillah
serta digunakan untuk menyebarkan propaganda pembentukan “Negara Islam”.
Pada tanggal 14 Agustus 1947 setelah Agresi Militer Belanda I, Kartosuwiryo
menyatakan “perang suci” melawan Belanda. Gerakan Kartosuwiryo semakin tidak sejalan
dengan pemerintah RI ketika berdasarkan perjanjian Renville ”pasukan TNI di daerah
kantong-kantong Gerilya harus hijrah ke wilayah yang dikuasai RI” tetapi Kartosuwiryo
menolak melakukan hijrah ke wilayah RI. Kartosuwiryo bersama 4.000 orang pengikutnya
memilih tetap tinggal di Jawa Barat.
Februari 1948 kegiatan Masyumi di Jawa Barat dibekukan dan diganti dengan Majelis
Umat Islam dan mengangkat Kartosuwiryo sebagai imam dari Negara Islam Indonesia
(NII). Kartosuwiryo juga membentuk Tentara Islam Indonesia(TII). Tanggal 7 Agustus
1949 secara resmi Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia
(NII) yang berlandaskan kanun azasi
Tanggal 25 Januari 1949 terjadi kontak senjata pertama kali antara TNI dan DI/TII
ketika pasukan Divisi Siliwangi melakukan hijrah (long march) dari Jawa Barat ke Jawa
Tengah. Peperangan bahkan terjadi antara TNI-DI/TII-Tentara Belanda. Munculnya DI/TII
mengakibatkan penderitaan rakyat Jawa Barat karena rakyat sering mendapat teror dari
DI/TII bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka merampok rakyat terutama
rakyat yang tinggal di daerah terpencil seperti lereng gunung.
11
Upaya damai dilakukan pemerintah RI melalui Moh. Natsir (pemimpin Masyumi)
melalui surat tetapi tidak berhasil. Bahkan upaya untuk membentuk komite yang dipimpin
oleh Moh. Natsir pada bulan September 1949 tetapi upaya tersebutpun gagal mengajak
Kartosuwiryo untuk kembali ke pangkuan RI.
Operasi militer untuk menumpas gerakan DI/TII dimulai pada tanggal 27 Agustus
1949. Operasi ini menggunakan taktik ”pagar betis” yang dilakukan dengan menggunakan
tenaga rakyat berjumlah ratusan ribu untuk mengepung gunung tempat gerombolan
bersembunyi. Tujuan taktik ini adalah untuk mempersempit ruang gerak DI/TII. Selain itu
digunakan juga Operasi tempur Bharatayudha dengan sasaran menuju basis pertahanan
DI/TII. Operasi tersebut baru berhasil pada tanggal 4 Juni 1962 dengan tertangkapnya
Kartosuwiryo di daerah Gunung Geber, Majalaya oleh pasukan Siliwangi.
C. PEMBERONTAKAN DI / TII DI KALIMANTAN SELATAN
Gerakan DI/TII di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar yang memiliki
beberapa nama samaran, yakni Haderi Bin Umar atau Angli. Pada tanggal 10 Oktober 1950,
Ibnu Hajar memproklamasikan berdirinya DI/TII di Kalimantan Selatan. Untuk
12
memperkuat kedudukannya, Ibnu Hajar memebentuk kesatuan komando yang dinamakan
Kesatuan Rakyat Tertindas. Aktivitas kesatuan ini melakukan pengacauan dan terror
kepada rakyat Banjarmasin dan sekitarnya.
Untuk memadamkan pemberontakan Ibnu Hajar itu, pemerintah menempuh 2 upaya
yaitu upaya damai dan operasi militer. Ketika upaya damai dilakukan, pemerintah berhasil
mengajak Ibnu Hajar dan kawan-kawan menghentikan petualangannya dan kembali dalam
kesatuan TNI. Namun, setelah bergabung dan mendapatkabn persenjataan kembali
akhirnya Ibnu Hajar kembali melakukan petualangannya. Kemudian, pemerintah
melakukan operasi militer dengan mengirim kesatuan-kesatuan TNI siap tempur.
Pada tahun 1959, Ibnu Hajar dapat dibekuk dan diajukan ke Mahkamah Militer untuk
diadili. Tanggal 22 Maret 1965 dia di hukum mati.
13
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Peristiwa G 30 S PKI adalah peristiwa berdarah bunuh membunuh yang tidak jelas
kepastiannya, dalam peristiwa ini 6 jendral tewas dan PKI dituduh sebagai
pembunuhnya. Kronologinya akan dibahas pada poin-poin di bawah. Sesudah
kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30
September.Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian
Pancasila.Isu mengenai peristiwa G 30 S PKI, dari mulai tuduhan-tuduhan kudeta
sampai kematian para jenderal tidak begitu jelas.
Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang
penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17
Agustus 1949 dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya
penumpasan dengan operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda.
Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya
melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan diberi kesempatan untuk
menyerah, dan akan diterima menjadi anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah, akan
tetapi setelah menyerah melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi.
Selanjutnya pemerintah mengerahkan pasukan TNI sehingga pada akhir tahun 1959
Ibnu Hajar beserta seluruh anggota gerombolannya pun tertangkap.
B. Saran
Kita sebagai siswa harus memahami lebih dalam tentang pergerakan pergerakan
yang terjadi di Indonesia pasca Kemerderkaan.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://sabenggo1.blogspot.co.id/2014/01/pemberontakan-pki-tahun1948-di-madiun.html
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2014/03/peristiwa-pemberontakan-pki-di-madiun-1948.html
https://dailygrin.wordpress.com/2014/02/27/makalah-pki/
http://mkssej6.blogspot.co.id/2012/10/1.html
http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/11/pemberontakan-ditii-di-jawa-barat.html
http://www.materikelas.com/2015/08/pemberontakan-ditii-di-kalimantan.html
http://www.artikelsiana.com/2014/09/Pemberontakan-DITII-Cara-Pemerintah-Penanggulangannya.html#_
http://sejarahilmuku.blogspot.co.id/2013/04/sejarah-ditii.html
http://memangautiss.blogspot.co.id/2010/10/sejarah-pemberontakan-di-indonesia.html
15
Top Related