EFEK EKSTRAK ETANOL BUNGA KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius L.) TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN G
(IgG) DAN PENINGKATAN BOBOT LIMPA PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus)
SULASTRY UMARH511 02763-1
JURUSAN FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2006EFEK EKSTRAK ETANOL BUNGA KASUMBA TURATE
(Carthamus tinctorius L.) TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN G (IgG) DAN PENINGKATAN BOBOT LIMPA PADA MENCIT JANTAN
(Mus musculus)
SKRIPSI
Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhiSyarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana
SULASTRY UMARH511 02 763-1
JURUSAN FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2006EFEK EKSTRAK ETANOL BUNGA KASUMBA TURATE
(Carthamus tinctorius L.) TERHADAP AKTIVITAS IMUNOGLOBULIN G (IgG) DAN PENINGKATAN BOBOT LIMPA PADA MENCIT JANTAN
(Mus musculus)
SULASTRY UMAR
H51102763-1
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama,
Drs. Kus Haryono, MSNIP. 130 785 084
Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,
Mufidah, S.Si., M.Si. Dr. rer.nat. Marianti A. ManggauNIP. 132 240 180 NIP. 132 010 567
Pada tanggal, 2 November 2006
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, segala kemuliaan dan puja hanya milik Allah SWT,
Tuhan pemilik rahmat yang maha sempurna. Dengan limpahan hidayah
dan ilmu-Nya pula, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar
kesarjanaan pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
Begitu banyak kendala yang penulis hadapi dalam rangka
penyusunan skripsi ini, namun berkat dukungan dan bantuan berbagai
pihak, akhirnya penulis dapat melewati kendala-kendala tersebut. Oleh
karena itu, penulis menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada :
Bapak Drs. Kus Haryono, MS., Ibu Mufidah S.Si., M.Si. dan Ibu
Dr.rer-nat. Marianti A. Manggau sebagai pembimbing yang penuh
kesabaran dan pengertian memberikan bimbingan dan arahan serta
bantuannnya selama pendidikan hingga penyusunan skripsi ini.
Ibu Ketua Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Hasanuddin,
Bapak Ketua Program Non Reguler Farmasi, Bapak dan Ibu Dosen
beserta seluruh staf Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Hasanuddin atas
segala fasilitas yang diberikan selama penulis menempuh studi hingga
menyelesaikan penelitian ini.
Ibu Dra.Sukati Kadis, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang
selalu membimbing, mengarahkan selama proses studi penulis.
Anti, Wiah, A.Sri Marlina, Titis, Kak Rustam, Uphe, Eri, Kak
Habibie, Kak Roni dan Asmin yang selalu membantu penulis
menyelesaikan penelitian ini hingga penyusunan skripsi.
Teman-teman seperjuangan Ema, Ningsih, Nayu, Asma,
Monalisa, Kak Yanti, Kak Marlina, Uni, Iir, Ama, Purnama, Imoy, Kak
Rudin, Bunda Jum, Nita, Vely, Hanne, Tati serta seluruh teman-teman
angkatan 2002 yang selalu membantu penulis dalam menempuh
pendidikan hingga penyusunan skripsi.
Seluruh keluarga besarku di Bima yang selalu membantu penulis
setiap saat.
Akhirnya semua ini tiada artinya tanpa dukungan moril yang
sangat berarti dari kedua orang tua tercinta H.Umar Sidik, B.Ac dan
Ibunda Hj.St.Arafah atas kasih sayang dan cinta yang diberikan selama
ini, juga untuk saudara-saudaraku Abdul Rahman, Irma Dan Muh.Syaiful
yang selalu menemaniku dalam suka dan duka kehidupan.
Dan seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
berbagai hal hingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Menyadari segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki,
maka penyusunan skripsi ini tentulah tidak dapat mencapai
kesempurnaan, namun semoga karya kecil ini dapat menambah
pengetahuan kita mengenai ciptaan-Nya dan keagungan-Nya.
Akhirnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahua. Amin........
Makassar, 2 November 2006
Sulastry Umar
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang efek ekstrak etanol bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap aktivitas imunoglobulin G (IgG) dengan metode hemaglutinasi dan peningkatan bobot limpa pada mencit jantan (Mus musculus). Secara empiris bunga kasumba turate digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan penyakit campak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek farmakologi ekstrak etanol bunga kasumba turate sebagai imunostimulan. Lima belas ekor Mencit dibagi kedalam 4 kelompok perlakuan, dimana tiap kelompok terdiri atas 3 ekor. Kelompok pertama sebagai kontrol negatif hanya diberi peroral suspensi Natrium CMC 1 % selama enam hari dan 3 kelompok lainnya diberi ekstrak etanol bunga kasumba turate dengan konsentrasi masing-masing 0,25 % b/v (1,67 mg/20 g BB mencit), 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g BB mencit), dan 0,75 % b/v (5 mg/20 g BB mencit) selama enam hari berturut-turut. Selanjutnya semua hewan dalam kelompok perlakuan diberi sel darah merah domba (SDMD) 2 % secara intraperitonial dan pada hari kesepuluh setelah pemberian SDMD, darah mencit dari semua kelompok perlakuan diambil secara intrakardial kemudian dilakukan pembedahan mencit untuk mengambil limpa dan dilakukan penimbangan bobot limpa. Pengujian aktivitas imunoglobulin G (IgG) menggunakan metode hemaglutinasi berdasarkan titer imunoglobulin G (IgG) yaitu pengenceran tertinggi serum darah mencit (Mus musculus) yang masih menunjukkan aglutinasi. Berdasarkan hasil analisis statistika dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan analisis lanjutan dengan metode uji Beda Nyata Terkecil (BNT) memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak etanol bunga kasumba turate dengan konsentrasi 0,25 % b/v (1,67 mg/20 g BB mencit), 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g BB mencit) dan 0,75 % b/v (5 mg/20 g BB mencit) secara signifikan dapat meningkatkan aktivitas imunoglobulin G (IgG) dan bobot limpa, dan konsentrasi yang paling efektif adalah 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g BB mencit).
Kata kunci : Bunga kasumba turate, imunoglobulin G (IgG), hemaglutinasi, bobot limpa, mencit.
ABSTRACT
A research about the effect of the ethanol extract of kasumba turate flower (Carthamus tinctorius L.) on the immunoglobulin G (IgG) activity by hemaglutination method and increase of spleen weight of male mice (Mus musculus) had been conducted. Empirical by kasumba turate flower has been used by people to treatment a morbili disease. This research was aimed to see the aim of this research was pharmacology effect of the ethanol extract of kasumba turate flower as imunostimulant. The 15 mice was divided into 4 treatment groups, where each group consisted of 3 mice. The first group as negative control that was only administrated was suspension of Natrium CMC 1 % w/v for 6 days period of time, and three others groups were administrated by etanol extract of kasumba turate flower with the consentration of each administration was 0.25 % w/v (1.67 mg/20 g BW mice), 0.5 % w/v (3.3 mg/20 g BW mice), and 0.75 % w/v (5 mg/20 g BW mice) respectively for six days. Later, all of the mice that was used in the treatment groups was given Cell Red Blood Cell (CRBC) 2 % v/v by intraperitonial and 10 days after that, the blood from all of the treatment group was collected by intracardial and surgery the mice to lift and weight the spleen. The activity of immunoglobulin G (IgG) was measured by hemaglutination method based on the titer of immunoglobulin G (IgG) three was the highest dilution of mencit blood serum in which agglutination was showed. The result of statistical analysis with the Complete Random Device (CRD) method and than continued with the Least Significant Difference (LSD) method showed that administration of ethanol extract of kasumba turate flower on the concentration 1.67 mg/20 g BW mice, 3.3 mg/20 g BW mice, and 5 mg/20 g BW mice significantly increased Imunoglobulin G (IgG) activity and the spleen weight, and effective concentration is 3.3 mg/20 g BW mice.
Key word : Kasumba turate flower, imunoglobulin G (IgG), hemaglutination, spleen weight, mice.
DAFTAR ISI
Halaman
UCAPAN TERIMA KASIH …..……………………………………… iv
ABSTRAK……………………………………………………………… vii
ABSTRACT…………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL............................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 4
II.1 Uraian Tanaman Bunga Kasumba Turate …………… 4
II.1.1 Klasifikasi .................................................................... 4
II.1.2 Penamaan Tanaman Kasumba Turate ………………. 4
II.1.3 Morfologi ………………………………………………… 4
II.1.4 Kandungan Kimia ....................................................... 6
II.1.5 Kegunaan ………………………………………………. 7
II.2 Uraian Sistem Pertahanan Tubuh ……………………… 7
II.2.1 Imunitas ………………………………………………… 7
II.2.2 Sistem Imun Nonspesifik …………………………….. 8
II.2.3 Sistem Imun Spesifik ………………………………… 10
II.3 Antibodi ………………………………………………….... 13
II.3.1 Imunoglobulin ………………………………………….. 13
II.3.2 Struktur dan Klasifikasi Imunoglobulin ……………… 13
II.3.3 Fungsi Imunoglobulin …………………………………. 15
II.4 Imunoglobulin G (IgG) ………………………………..…. 16
II.4.1 Struktur dan sifat ……………………………………… 16
II.4.2 Aktivitas Biologi dan Imunologi ……………………… 16
II.5 Antigen ……………………………………………………. 17
II.6 Teknik Imunokimia ………………………………………. 18
II.6.1 Imunopresipitasi ………………………………………. 18
II.6.2 Aglutinasi ………………………………………………. 18
II.6.3 Hemaglutinasi Pasif …………………………………… 19
II.7 Limpa ............................................................................ 20
II.8 Ekstrak dan Ekstraksi ……………………………………. 21
II.8.1 Definisi Ekstrak Ekstraksi ……………………………. 21
II.8.2 Metode Maserasi ………………………………………. 22
II.9 Uraian Tentang Natrium Karboxymethylcellulosa …..… 23
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN …………………………… 24
III.1 Alat dan Bahan yang digunakan ……………………….. 24
III.2 Penyiapan Sampel Penelitian ……………………….… 24
III.2.1 Pengambilan Sampel ………………………………… 24
III.2.2 Pengolahan Sampel .………………………………… 24
III.2.3 Ekstraksi Sampel ……………………………………… 24
III.2.4 Pembuatan Larutan Koloidal Na- CMC 1 % b/v …… 25
III.2.5 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Bunga
Kasumba Turate......................................................... 25
III.3 Pengujian Aktivitas IgG pada Hewan Uji ……………… 26
III.3.1 Penyiapan Suspensi Sel Darah Merah Domba 2 % .. 26
III.3.2 Penyiapan (PBS) phospat Buffered saline ……..…. 26
III.3.3 Pemilihan Hewan Uji ………………………………...… 27
III.3.4 Penyiapan Hewan Uji …………………………………. 27
III.3.5 Perlakuan Terhadap Hewan Uji ……………………… 27
III.3.6 Pengambilan Sel Darah Merah Uji …………….......... 28
III.3.7 Penimbangan Bobot Limpa ......…………………….... 29
III.3.8 Uji Hemaglutinasi ……………………………………. 29
III.4 Pengumpulan dan Analisa Data ……………………… 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….. 30
IV.1 Hasil Penelitian ………………………………………… 30
IV.2 Pembahasan ………….………………………………… 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………. 37
V.1 Kesimpulan ……………………………………………… 37
V.2 Saran …………………………………………………….. 37
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 38
Lampiran ……………………………………………………………… 41
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data titer Imunoglobulin G (IgG) pada sumur mikrotitrasi interprestasi hasil berdasarkan hemaglutinasi yang teramati......... 30
2. Hasil pengamatan titer Imunoglobulin G (IgG) pada mencit jantan 10 hari setelah diberikan SDMD 2 %…………................................. 31
3. Pengamatan bobot limpa ……………………………………………... 31
4. Data titer imuoglobulin G (IgG) setelah ditransformasi dengan [2Log (tier)]+1 …………………………………………………............... 42
5. Hasil analisis sidik ragam (ASR) perlakuan terhadap rasio perubahan aktivitas Imunoglobulin G (IgG) ....................................... 45
6. Hasil perbandingan antar perlakuan ………………..……………….... 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar bagian-bagian tanaman kasumba turate......................... 6
2. Unit dasar antibodi yang terdiri atas 2 rantai berat dan 2 rantai ringan................................................................................ 14
3. Kurva Aktivitas Imunoglobulin G (IgG) terhadap konsentrasi ekstrak etanol bunga kasumba turate ……….……... 34
4. Kurva Berat Limpa pada Mencit ……….……............................... 35
5. Foto data titer Imunoglobulin G (IgG) pada sumur mikrotitrasi … 48 6. Tumbuhan bunga kasumba turate…….…..……........................... 51
7. Pemberian secara oral pada mencit (Mus musculus) ………........ 52
8. Domba sumber antigen sel darah merah domba (SDMD) …........ 52
9. Pencucian sel darah merah domba (SDMD)................................. 53
10.Penyuntikkan antigen SDMD secara intraperitonial ..…….…....... 53
11.Pengambilan darah mencit secara intrakardial ………………....... 54
12.Proses Pembedahan mencit dengan mengangkat limpa.............. 54
13.Limpa............................................................................................. 55
14.Pengisian sumur mikrotitrasi ……………………………………....... 55
15.Penambahan antigen (SDMD) ke dalam sumur yang berisi PBS dan serum darah mencit ……………………….………………. 56
16.Profil KLT ekstrak bunga kasumba turate....................................... 56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema kerja……………………………………………………….......... 41
2. Perhitungan statistika data aktivitas imunoglobulin G (IgG) mencit jantan pada pemberian ekstrak bunga kasumba turate
berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) dan uji beda nyata Terkecil (BNT)…………........................................................... 42
3. Data dan grafik hasil titer hemaglutinasi dan peningkatan bobot limpa........................................................................................ 48
4. Gambar dan foto hasil penelitian ……………………….……………... 51
BAB I
PENDAHULUAN
Kasumba turate merupakan obat tradisional yang secara empiris
digunakan masyarakat pada pengobatan penyakit campak. Penyebab
penyakit campak adalah virus campak atau morbili. Secara garis besar
penyakit campak bisa dibagi menjadi 3 fase. Fase pertama disebut masa
inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase kedua (fase
prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu, seperti batuk,
pilek, dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair. Bila
melihat sesuatu, mata akan silau (photo phobia). Terkadang juga terjadi
diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik,
berkisar 38-40,5°C. Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah
seiring dengan demam tinggi yang terjadi. Biasanya bercak memenuhi
seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, ini pun
tergantung pada daya tahan tubuh anak, bila daya tahan tubuh baik maka
bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh (1).
Menurut Yasser (1996), ekstrak kasumba turate dapat
menghambat pertumbuhan tiga bakteri penyebab demam tifoid yaitu
Salmonella thyposa, Salmonella parathypi A dan B (2).
Kekebalan tubuh adalah resistensi terhadap penyakit terutama
penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan
dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun dan reaksi yang
dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan
lainnya disebut respon imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup (3).
Imunoglobulin merupakan substansi molekul dalam serum yang
mampu menetralkan sejumlah mikroorganisme penyebab infeksi. Molekul
ini dibentuk oleh sel B dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai
reseptor permukaan untuk antigen dan sebagai antibodi yang disekresikan
ke dalam cairan ekstraseluler. Injeksi suatu substansi asing ke dalam
binatang yang mampu membuat respon imun akan menghasilkan antibodi
spesifik yang muncul dalam serum setelah berlangsung beberapa waktu.
Imunogen tersebut akan menyebabkan pengiriman sinyal pada sel-sel
yang bertugas untuk membuat antibodi. Ada 5 kelas imunoglobulin yaitu
IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE (4).
IgG merupakan komponen utama imunoglobulin serum, dengan
berat molekul 160.000 dalton. Kadarnya dalam serum sekitar 13 mg/ml,
merupakan 75 % dari semua imunoglobulin. IgG merupakan
imunoglobulin utama yang dibentuk atas rangsangan antigen. IgG dapat
menembus plasenta dan masuk ke dalam peredaran darah janin,
sehingga pada bayi baru lahir IgG yang berasal dari ibulah yang
melindungi bayi terhadap infeksi. Molekul ini mempunyai waktu paruh
relatif lama (23 hari) (3, 4).
Limpa merupakan tempat respon imun utama terhadap antigen.
Limpa juga merupakan saringan untuk darah. Mikroba dalam darah
dibersihkan oleh makrofag dalam limpa. Limpa merupakan tempat utama
fagosit memakan mikroba yang dilapisi antibodi. Oleh karena itu pada
penelitian ini dilakukan juga pengukuran berat relatif limpa dari tiap mencit
untuk mengetahui pengaruh peningkatan aktivitas sistem imun terhadap
peningkatan bobot relatif limpa (3).
Ada dua golongan imunostimulan, yaitu imonostimulan biologi dan
sintetik. Contoh imunostimulan biologi antara lain adalah hormon timus,
limfokin, interferon, antibodi monoklonal, jamur dan tanaman. Bahan
imunostimulan yang berasal dari tanaman dapat diisolasi dari pegagan,
mahkota dewa, daun dewa, sambiloto, jahe, mengkudu, meniran,
temulawak. Contoh imunostimulan sintetik antara lain levamisol,
isoprinosin serta muramil peptidase (5).
Berdasarkan penggunaan secara empiris dimasyarakat maka dapat
ditarik sebuah hipotesa bahwa ekstrak kasumba turate dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian tentang efek ekstrak etanol kasumba turate terhadap aktivitas
immunogloblin yang ada pada darah mencit (Mus musculus) terutama
immunoglobulin G (IgG). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
efek ekstak etanol 70 % kasumba turate terhadap aktuvitas IgG darah
mencit (Mus musculus).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uraian Tanaman Kasumba Turate
II.1.1 Klasifikasi Tanaman Kasumba Turate (6)
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Carthamus
Spesies : Carthamus tinctorius L.
II.1.2 Penamaan Tanaman Kasumba Turate (6)
Kasumba (secara umum), kembang pulu (Jawa), rale (Bugis).
II.1.3 Morfologi (6)
Tegak lurus bercabang banyak, tanaman menahun, tinginya 30-180
cm. Sistem akar terbentuk dengan baik, berwarna coklat kehijauan, akar
tebal dan gemuk, menusuk sampai 3 m kedalam tanah, cabang
sampingnya tipis mendatar, sebagaian besar terdapat diatas 30 cm.
Tangkai berbentuk selinder, padat dengan intisari lunak, berkayu didekat
pangkal. Daun tersusun secara spiral dengan ukuran 4-20 cm x 1-5 cm.
Tepi daun berduri-bergerigi, berwarna hijau gelap mengkilap dan
berbentuk herba ketika masih muda, berubah menjadi keras dan kaku
setelah tua. Bagian kepala terletak di ujung berbentuk jambangan besar,
panjang sekitar 4 cm dan diameter 2,5-4 cm, hanya mengandung bunga-
bunga tunggal (florest). Memiliki banyak kelopak involucral, tersusun
spiral, bagian luar membujur dan menyempit diatas bagian dasar, 3-7 cm
x 0,5-1,6 cm. Bagian atas seperti daun dan spinescent, tegak atau
menyebar, tidak terkatup, dengan rambut panjang pada tepi bawah,
berwarna hijau lebih muda daripada daun, bagian bawah terkatup,
berwarna putih kehijauan, berambut panjang pada bagian luar, khususnya
pada tepi, sedangkan pada bagian dalam glabrous; disekitar bagian
tengah kepala, kontriksinya menjadi kurang jelas dan bagian yang seperti
daun menjadi tidak nampak; kelopak yang paling dalam berbentuk lanset,
2-2,5 cm x 1-4 mm, ujung spinescent, ciliate. Dasar bunganya rata sampai
berbentuk kerucut, banyak, tegak, bebulu putih dengan panjang 1-2 cm
dan terdapat 20-80 bunga tunggal (Florest) berkelamin ganda, tubular,
aktinomorf, panjangnya sekitar 4 cm glabrous, kebanyakan berwarna
jingga kemerahan yang menjadi merah gelap saat mekar, kadang-kadang
kuning; mahkotanya tersusun oleh 5 lobus, panjang tubular 18-22 mm,
lobus menyebar, sedikit oblongata sampai linier, 7 mm x 1 mm; benang
sari 5, epipetalous, tertanam pada bagian mulut, filamen 1-2 mm, anthers
5 mm, berkumpul, membentuk kolom; ovarium berbentuk elips,
panjangnya 3,5-4,5 mm, satu sel, satu ovulet, bearing cakram pada
bagian atas; penghalang tipis, panjang 28-30 mm, glabrous, mendesak
mulut kolom serbuk sari, stigma panjangnya 5 mm, bifidus, kuning,
dengan rambut pendek.
Gambar 1. Kasumba Turate (Catharantus tinctorius L.) : 1. Tanaman utuh; 2. Cabang tanaman dengan bunga; 3. Kuncup bunga; 4. Bunga lengkap; 5. Bagian apikal dari floret yang membuka; 6. Ovarium dengan pappus; 7. Achene dengan pappus.
II.1.4 Kandungan Kimia (6)
Safflower (kasumba) mengandung 2 kelompok besar pigmen yang
larut dalam air, yaitu carthamidin kuning dan dye carthamin, yang
berwarna orange-merah dan larut dalam larutan alkali. Bunganya
mempunyai 0,3-0,6 % carthamin. Flavonoids, glikosida, sterol dan derivat
serotonin telah diidentifikasi dari bunga dan biji.
II.1.5 Kegunaan (6)
Bunga kasumba turate atau safflower dikenal sebagai bahan
tambahan kosmetik dan belum digunakan secara luas dalam pengobatan.
Di Cina, bunganya digunakan untuk pengobatan pada penyakit seperti
penyumbatan pembuluh darah diotak, sterilitas pada laki-laki, rematik dan
bronkhitis, dan sebagai teh tonik untuk memperkuat sirkulasi darah dan
hati. Pengobatan dengan safflower juga menunjukkan efek yang
bermanfaat pada sakit dan pembengkakan karena trauma. Kasumba
turate juga biasanya digunakan oleh masyarakat di daerah Sulawesi
Selatan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit campak
(morbili).
II.2 Uraian Sistem Pertahanan Tubuh
II.2.1 Imunitas
Respons imun diperlukan untuk tiga hal, yaitu pertahanan ,
homeostasis dan pengawasan. Pertama ditujukan terhadap infeksi
mikroorganisme, yang kedua terhadap eliminasi komponen-komponen
tubuh yang sudah tua dan yang ketiga terhadap penghancuran sel- sel
yang bermutasi . Respon imun dapat diartikan sebagai suatu sistem agar
tubuh dapat mempertahankan keseimbangan antara lingkungan di luar
dan di dalam badan (7).
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit
infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam
resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun dan reaksi yang
dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan
lainnya disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup (3,8).
Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau nonspesifik
(natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquired).
Respons imun nonspesifik adalah respons pertahanan inheren yang
secara nonselektif mempertahankan tubuh dari benda-benda asing atau
abnormal dari jenis apapun, walaupun baru pertama kali terpajan. Respon
seperti ini membentuk lini pertama pertahanan terhadap berbagai bahan
yang mengancam, termasuk agen infeksi, iritan kimia dan cedera jaringan
yang menyertai trauma mekanis seperti luka bakar. Respons imun
spesifik di pihak lain secara selektif menyerang benda asing tertentu yang
mereka temui sebelumnya. Respons-respons spesifik ini diperantarai
oleh limfosit yang setelah mendapat pajanan berikutnya ke agen yang
sama, mengenali dan secara diskriminatif melawan agen tersebut (7,9).
II.2.2 Sistem Imun Nonspesifik
Mekanisme fisiologik imunitas nonspesifik berupa komponen
normal tubuh yang selalu ditemukan pada individu sehat dan siap
mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkan
mikroba tersebut. Jumlahnya dapat ditingkatkan oleh infeksi, misalnya
jumlah sel darah putih meningkat selama fase akut pada banyak penyakit.
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu,
telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak
menunjukkan spesifisitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi
tubuh terhadap banyak patogen potensial. Sistem tersebut merupakan
pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan
dapat memberikan respon langsung (3).
Respon imun nonspesifik merupakan respon imun tambahan
sebagai akibat dari proses umum dan bukan dari proses yang terarah
pada organisme penyebab penyakit spesifik, yang meliputi (10);
1. Fagositosis terhadap bakteri dan penyerbu lainnya oleh sel darah
putih dan sel pada sistem makrofag jaringan. Jika bakteri masuk ke
tubuh melalui suatu kerusakan di kulit, makrofag yang sudah berada
di daerah tersebut segera memfagosit mikroba-mikroba asing yang
masuk tersebut
2. Pengrusakan oleh asam lambung dan enzim pencernaan terhadap
organisme yang tertelan ke dalam lambung
3. Daya tahan kulit terhadap invasi organisme
4. Adanya senyawa kimia tertentu dalam darah yang melekat pada
organisme asing atau toksin dan menghancurkannya. Beberapa
senyawa tersebut adalah (1) lisozim, suatu polisakarida mukolitik
yang menyerang bakteri dan membuatnya terlarut; (2) polipeptida
dasar, yang bereaksi dengan bakteri gram positif tertentu dan
membuatnya menjadi tidak aktif; (3) kompleks komplemen,
merupakan suatu sistem yang terdiri dari kurang lebih 20 protein,
yang dapat diaktifkan melalui bermacam-macam cara untuk merusak
bakteri; dan (4) limfosit pembunuh alami yang dapat mengenali dan
menghancurkan sel-sel asing, sel-sel tumor, dan bahkan beberapa sel
yang terinfeksi.
II.2.3 Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik ini berbeda dengan sistem imun nonspesifik.
Sistem imun ini mempunyai kemampuan dalam mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Senyawa asing yang pertama kali muncul
dalam tubuh segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi
sensitasi sel-sel imun tersebut. Bila suatu saat senyawa asing yang sama
masuk atau terpapar kembali maka tubuh akan lebih cepat mengenal dan
kemudian menghancurkannya (10).
Oleh karena sistem tersebut hanya dapat menyingkirkan benda
asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem ini disebut spesifik.
Untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh, sistem
imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Pada
umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi-komplemen-fagosit
dan antara sel T makrofag. Imunitas didapat seringkali mampu
memberikan perlindungan yang kuat. Ini merupakan alasan mengapa
suatu proses ‘vaksinasi’ sangat penting dalam melindungi manusia
terhadap penyakit dan toksin (10,11).
Respon imun spesifik dibagi dalam 3 golongan, yaitu (3):
a. Respon imun seluler
Banyak mikrorganisme yang hidup dan berkembang biak intra
seluler, antara lain dalam makrofag sehingga sulit dijangkau oleh antibodi.
Untuk melawan mikroorganisme intraseluler itu diperlukan respon imun
seluler yang merupakan fungsi limfosit T. Sub populasi sel T yang disebut
sel T penolong (T-helper) akan mengenali mikrooganisme atau antigen
bersangkutan melalui MHC (major histocompatibility complex) kelas II
yang terdapat pada permukaan sel makrofag. Sinyal ini menginduksi
limfosit untuk memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk diantaranya
interferon, yang dapat membantu makrofag menghancurkan
mikrorganisme intrasel yang disajikan melalui MHC kelas I secara
langsung (cell to cell). Sel T–sitotoksik (T-cytotoxic) juga
menghasilkan gamma interferon yang mencegah penyebaran
mikroorganisme ke dalam sel lain.
b. Respon imun humoral
Respon ini diawali dengan diferensiasi limfosit B menjadi satu
populasi (klon) sel plasma yang memproduksi dan melepaskan antibodi
spesifik ke dalam darah. Juga pada respon humoral berlaku respon primer
yang membentuk klon sel B memori. Setiap klon limfosit diprogramkan
untuk memproduksi satu jenis antibodi spesifik terhadap antigen tertentu
(clonal selection). Antibodi ini berikatan dengan antigen membentuk
kompleks antigen-antibodi yang dapat mengaktivasi komplemen dan
mengakibatkan hancurnya antigen tersebut. Supaya limfosit B
berdiferensiasi dan membentuk antiodi diperlukan bantuan limfosit T-
penolong yang atas sinyal-sinyal tertentu baik melalui MHC maupun sinyal
yang dilepaskan oleh makrofag, merangsang produksi antibodi. Selain
oleh sel T-penolong, produksi antibodi juga diatur oleh sel T-penekan,
sehingga produksi antibodi seimbangn san sesuai dengan yang
dibutuhkan.
c. Interaksi antara respon imun seluler dengan humoral
Interaksi ini disebut antibody dependent cell mediated cytotoxity
(ADCC) karena sitolisis baru terjadi bila dibantu oleh antibodi. Dalam hal
ini antibodi berfungsi melapisi antigen sasaran, sehingga sel NK (natural
killer) yang mempunyai resesptor terhadap fragmen Fc antibodi tersebut
dapat melekat erat pada sel atau atau antigen sasaran. Perlekatan sel NK
pada kompleks antigen-antibodi mengakibatkan sel NK dapat
menghancurkan sel sasaran (3).
Sistem imun nonspesifik dan sistem imun spesifik berinteraksi
dalam menghadapi infeksi. Sistem imun nonspesifik bekerja dengan cepat
dan sering diperlukan untuk merangsang sistem imun spesifik. Mikroba
ekstraselular mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin. Kompleks
antigen-antibodi mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik. Virus
intraselular merangsang sel yang diinfeksinya untuk melepas IFN yang
mengerahkan dan mengaktifkan sel NK. Sel dendritik terinfeksi bermigrasi
ke kelenjar getah bening dan mempresentasikan antigen yang
dimakannya ke sel T. Sel T yang diaktifkan bermigrasi ke tempat infeksi
dan memberikan bantuan ke sel NK dan makrofag (3).
II.3 Antibodi
II.3.1 Imunoglobulin
Bila darah dibiarkan membeku akan meninggalkan serum yang
mengandung berbagai bahan larut tanpa sel. Bahan tersebut
mengandung molekul antibodi yang digolongkan dalam protein yang
disebut globulin dan sekarang dikenal sebagai imunoglobulin.
Imunoglobulin merupakan substansi pertama yang diidentifikasi sebagai
molekul dalam serum yang mampu menetralkan sejumlah
mikroorganisme penyebab infeksi. Imunoglobulin merupakan molekul
glikoprotein yang dibentuk oleh sel B dalam dua bentuk yang berbeda
yaitu sebagai reseptor permukaan untuk antigen dan sebagai antibodi
yang disekresikan ke dalam cairan ekstraseluler. Antibodi yang
disekresikan dapat berfungsi sebagai adaptor yang mengikat antigen
melalui binding sites-nya yang spesifik. Antibodi yang terbentuk secara
spesifik mengikat antigen baru lainnya yang sejenis (3, 4).
II.3.2 Struktur dan Klasifikasi Imunoglobulin
Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 rantai berat (H-chain)
yang identik dan 2 rantai ringan (L-chain) yang juga identik (Gambar 3).
Setiap rantai ringan terikat pada rantai berat melalui ikatan disulfida (S-S),
demikian pula rantai berat satu dengan yang lain diikat dengan ikatan S-
S. Molekul ini oleh enzim proteolitik papain dapat dipecah menjadi 3
fragmen, yaitu 2 fragmen yang mempunyai susunan sama terdiri atas
rantai berat (H) dan rantai ringan (L) disebut fragmen Fab (Antigen-
binding fragment) dan 1 fragmen yang hanya terdiri atas rantai berat saja
disebut fragmen Fc. Fragmen Fab dengan antigen binding site, berfungsi
mengikat antigen, sebaliknya fragmen Fc merupakan fragmen yang
konstan. Fragmen ini tidak mempunyai kemampuan mengikat antigen
tetapi dapat bersifat sebagai antigen (determinan antigen) (4).
Gambar 2. Unit dasar antibodi yang terdiri atas 2 rantai berat dan 2 rantai ringan yang identik, diikat menjadi satu oleh ikatan disulfida yangdapat dipisah-pisah dalam berbagai fragmen, A = rantai berat (berat molekul : 50.000-77.000), B = rantai ringan (berat molekul : 25.000), C = ikatan disulfide (1).
Lima kelas utama imunoglobulin dalam serum manusia yaitu IgG,
IgA, IgM, IgD dan IgE. Kelima imunoglobulin ini menunjukkan perbedaan
pada rantai beratnya. Dimana IgG mempunyai rantai berat gama (),
sedangkan mempunyai rantai berat mu (), pada IgA rantai beratnya alfa
(), pada IgD rantai delta () dan pada IgE rantai beratnya epsilon () (4).
Disamping kelima kelas immunoglobulin, diketahui beberapa
subkelas Ig, yaitu subkelas IgG : IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4, sedangkan
IgA adalah IgA1 dan IgA2 dan subkelas IgD yaitu IgD1 dan IgD2.
Subkelas immunoglobulin satu dengan lain berbeda dalam susunan asam
amino dan berat molekul, dengan sifat bilogiknya (4).
II.3.3 Fungsi Imunoglobulin
Beberapa keadaan, antibodi mengadakan fungsi proteksinya
dengan menetralkan antigen secara langsung. Tetapi yang lebih sering
adalah bahwa dalam melaksanankan fungsinya dibantu oleh sistem
efektor lain, misalnya komplemen, fagosit dn sel sitotoksik. Disamping itu
reseptor Fc yang terdapat pada beberapa subpopulasi sel T dan sel B
diduga terlibat dalam pengaturan produksi berbagai isotype antibodi
walaupun mekanismenya yang pasti belum diketahui. Reseptor IgG yang
lain terdapat pada permukaan syncytiotrofoblast. Reseptor ini dapat
mengikat berbagai isotype IgG dan sangat penting untuk transfer IgG ibu
dalam sirkulasi darah janin, sehingga janin mendapat proteksi yang
diperlukan (12).
II.4 Imunoglobulin G (IgG)
II.4.1 Struktur dan Sifat
IgG merupakan komponen utama imunoglobulin serum, dengan
berat molekul 160.000 dalton. Kadarnya dalam serum sekitar 13 mg/ml,
merupakan 75 % dari semua imunoglobulin. IgG ditemukan dalam
berbagai cairan, antara lain cairan serebrospinal (CSS) dan juga urin. IgG
merupankan imunoglobulin terbanyak dalam darah, CSS dan peritoneal.
IgG pada manusia terdiri atas 4 subkelas yaitu IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4
yang berbeda dalam sifat dan aktivitas biologik (3).
Struktur IgG sangat sederhana karena hanya terdiri atas 1 unit
imunoglobulin saja. Berat molekul IgG juga lebih kecil dari pada IgM, yaitu
1,5.10-5kD, walaupun lebih dua kali albumin, protein terbanyak di dalam
plasma. Antibodi kelas IgG mampu mlakukan aglutinasi, presipitasi,
mengaktifkan komplemen, mengikat diri ke sel fagosit sehingga juga
bersifat opsonin (13).
II.4.2 Aktivitas biologi dan imunologi
IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan berperan pada
imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan. IgG komplemen bekerja saling
membantu sebagai opsonin (memudahkan fagositosis) pada pemusnahan
antigen. IgG memiliki sifat opsonin yang efektif karena sel-sel fagosit,
momosit dan makrofag, mempunyai reseptor untuk fraksi Fc dari IgG
(Fcγ-R) sehingga dapat mempererat hubungan antara fagosit dengan sel
sasaran. Opsonin dalam bahasa yunani berarti menyiapkan untuk
dimakan. Selanjutnya proses opsonisasi tersebut dibantu oleh reseptor
untuk komplemen pada permukaan fagosit (3).
II.5 Antigen
Antigen yang disebut juga imunogen adalah bahan yang dapat
merangsang respons imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan
antibodi yang sudah ada tanpa memperhatikan kemampuannya untuk
merangsang produksi antibodi. Secara sederhana antigen didefinisikan
sebagai substansi yang ketika dimasukkan secara parenteral ke dalam
seekor binatang dapat menyebabkan produksi antibodi dari binatang
tersebut dan akan bereaksi secara spesifik dengan antibodi yang
dihasilkan. Karena kekebalan didapat tidak akan terjadi sampai adanya
invasi yang pertama oleh organisme asing atau toksin, maka jelaslah
tubuh harus mempunyai suatu mekanisme untuk mengenali invasi
permulaan. Setiap toksin atau setiap macam organisme hampir selalu
mengandung satu atau lebih senyawa kimiawi yang khas sehingga
membuatnya berbeda sengan semua senyawa yang lain. Pada umumnya,
semua senyawa tersebut adalah protein-protein atau polisakarida besar
dan senyawa inilah yang membentuk kekebalan didapat. Bahan-bahan ini
disebut sebagai antigen (1, 14,15).
II.6 Teknik Imunokimia
II.6.1 Imunopresipitasi
Teknik imunopresipitasi merupakan salah satu cara yang banyak
dipakai untuk mengukur kadar antigen atau antibodi. Antibodi yang
direaksikan dengan antigen spesifik membentuk kompleks yang tidak larut
(presipitat) yang dapat diukur dengan berbagai cara. Reaksi presipitasi
dapat dilangsungkan dalam media cair maupun media semi solid (gel) (4).
Perbandingan antigen dan antibodi merupakan faktor terpenting
dalam reaksi presipitasi. Pembentukan presipitat terjadi apabila antara
konsentrasi antigen dengan antibodi terjadi kesetimbangan. Kondisi
antigen berlebihan akan mengakibatkan melarutnya kembali kompleks
yang terbentuk, sedangkan antibodi berlebihan menyebabkan kompleks
antigen-antibodi tetap ada dalam larutan (4).
II.6.2 Aglutinasi
Pengujian berdasarkan reaksi aglutinasi adalah metode serologik
klasik untuk mendeteksi antigen atau antibodi. Umumnya aglutinasi terjadi
bila antigen yang berbentuk partikel direaksikan dengan antibodi spesifik.
Partikel yang membawa antigen pada permukaannya dapat diikat oleh
antiserum selanjutnya partikel dapat berkumpul dengan partikel lainnya
dengan terikat atau diikat oleh antibodi. Fenomena aglutinasi dapat
dijadikan pedoman tes kualitatif, secara sederhana mengindikasikan
kehadiran antibodi. Itu juga dapat menjadi cara pengukuran
semikuantitatif yang berguna untuk mengetahui konsentrasi antibodi yang
mengaglutinasi. Prosedur yang umum untuk kasus terakhir, yaitu
menambahkan beberapa partikel yang membawa antigen pada satu seri
tabung yang mengandung pengenceran dari antibodi (biasanya
pengenceran 2 kali). Pengenceran tertinggi dari serum/larutan yang masih
menunjukkan aglutinasi didefinisikan sebagai titer antibodi (4, 16).
Reaksi aglutinasi berlangsung dalam 2 tahap, yaitu pertama
antibodi dengan salah satu reseptor pengikat antigen (antigen binding
sites) bereaksi dengan antigen. Karena pada umumnya antibodi memiliki
lebih dari satu reseptor pengikat antigen, maka pada tahap kedua dengan
perantaraan reseptornya yang lain, antibodi bereaksi dengan molekul
antigen lain yang mungkin sudah berikatan dengan salah satu molekul
antibodi sehingga terbentuklah gumpalan antigen-antibodi (4, 16, 17).
II.6.3 Hemaglutinasi Pasif
Pada hemaglutinasi pasif, sel darah merah diaglutinasi oleh
antibodi yang menyerang antigen yang telah digabungkan secara kimiawi
pada permukaan sel darah merah. Jadi sel darah merah merupakan
indikator nyata dari interaksi antigen-antibodi. Langkah pertama cara ini
yaitu mensensitasi sel darah merah yaitu dengan menggabungkan
antigen kedalamnya. Langkah terakhir yaitu dengan menambahkan sel
darah merah yang telah disensitasi tadi ke dalam pengenceran bertingkat
dari antibodi. Pengenceran tertinggi dari larutan yang masih menunjukkan
aglutinasi didefinisikan sebagai titer dari antibodi (4, 16, 17).
II.7 Limpa
Limfosit hampir selalu terdapat dimana-mana dalam tubuh, tetapi
cenderung terpusat dalam jaringan tertentu (jaringan limfoid) yang
bersama-sama merupakan sistem yang terkoordinasi. Komponen-
komponen sistem ini mencakup kelenjar limfe, limpa, timus, jaringan
limfoit yang berhubungan dengan permukaan mukosa, dan sumsum
tulang (18).
Limpa adalah massa besar yang terdiri dari limfosit dan makrofag
yang dirangkai ke dalam aliran darah. Sinusoid limpa dipenuhi oleh darah
bukan oleh limfe. Berselang-seling dalam jaringan sinusoid darah serta
makrofag-makrofagnya terdapat nodulus jaringan limfoid yang mirip
nodulus yang berada dalam korteks kelenjar limfe. Seperti halnya dengan
kelenjar limfe, struktur limpa memungkinkan interaksi yang erat antara
limfosit, makrofag, dan benda-benda yang dibawa dalam aliran darah
(18).
Limpa terdiri atas pulpa merah yang terutama merupakan tempat
penghancuran eritrosit dan pulpa putih yang terdiri atas jaringan limfoid. Di
dalam limpa, limfosit T menumpuk di bagian tengah lapisan limfoid
periarteriolar, sedangkan sel B terdapat dalam pusat-pusat germinal di
bagian perifer. Sel B dapat dijumpai dalam bentuk tidak teraktivasi mapun
teraktivasi. Dalam pusat-pusat germinal juga dijumpai sel dendritik dan
makrofag. Makrofag spesifik umumnya terdapat di daerah marginal, dan
sel ini bersama-sama dengan sel dendritik berfungsi sebagai APC yang
menyajkan antigen kepada sel B (4).
Limpa merupakan tempat respon imun utama terhadap antigen
asal darah. Seperti halnya dengan kelenjar getah bening, limpa terdiri atas
zona sel T (senter genrminal) dan zona sel B (zona folikel). Arteriol
berakhir dalam sinusoid vaskular yang mengandung sejumlah eritrosit,
makrofag, sel dendritik, limfosit dan sel plasma. Antigen yang dibawa APC
masuk ke dalam limpa melalui sinusoid vaskular (3).
Limpa juga merupakan saringan untuk darah. Mikroba dalam darah
dibersihkan makrofag dalam limpa. Limpa merupakan tempat utama
fagosit memakan mikroba yang dilapisi antibodi (opsonisasi). Individu
tanpa limpa akan menjadi rentan terhadap infeksi bakteri berkapsul
seperti pneumokok dan meningokok, oleh karena mikroba tersebut
biasanya hanya disingkirkan melalui opsonisasi dan fungsi fagositosis
terganggu bila limpa tidak ada (3).
Aktivitas limpa seperti penyaring limfatik dalam pembuluh darah
vaskular. Limpa merupakan tempat penting untuk produksi antibodi dalam
responnya terhadap partikel antigen intravena seperti bakteri. Limpa, juga
merupakan organ utama untuk membersihkan partikel (19).
II.8 Ekstrak dan Ekstraksi
II.8.1 Definisi Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
mengekstraksi simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok,
diluar pengaruh cahaya matahari langsung (20).
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan dan termasuk biota
laut. Sel tanaman dan hewan berbeda terutama ketebalannya sehingga
diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengekstraksi zat
aktif yang berada dalam sel tersebut (20).
Umumnya, zat aktif yang terkandung dalam tanaman maupun
hewan lebih larut dalan pelarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif
dalam tanaman adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dan pelarut organik diluar sel. Maka larutan terpekat akan
berdifusi ke luar sel, dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi
suatu keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam sel dan di luar
sel (21).
II.8.2 Metode Maserasi (20)
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung
zat aktif yang mudah larut dalam larutan penyari, tidak mengandung zat
yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, sitraks dan lain-lain.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara
pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah
diusahakan.
II.9 Uraian Tentang Natrium Karboksimetilselulosa (22)
Natrium karboksimetilselulosa adalah garam polikarboksimetil eter
selulosa, berupa serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak
berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik. Mudah terdispersi dalam
air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (5%), dalam
eter P dan dalam pelarut organik lain.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan Yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan adalah bejana maserasi, lemari pendingin,
jarum oral, jarum suntik, pengaduk elektrik, sumur mikrotitrasi (wheel
plate) 96 lubang, sentrifuge, timbangan analitik dan timbangan hewan.
Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, etanol 70 %,
Betadin®, kasumba turate, larutan koloidal Natrium CMC 1 %, mencit
jantan (Mus musculus), sel darah merah domba 2 %, larutan PBS
(phosphate buffered saline).
III.2 Penyiapan Sampel Penelitian
III.2.1 Pengambilan Sampel
Sampel penelitian yang digunakan adalah Kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.) diperoleh dari Desa Waji-Waji Kabupaten Bone.
III.2.2 Pengolahan Sampel
Kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) yang diperoleh sudah
dalam bentuk kering.
III.2.3 Ekstraksi Sampel
Sampel ditimbang sebanyak 500 g kemudian dimasukan kedalam
bejana maserasi dan direndam selama 3 hari dengan menggunakan
pelarut etanol 70 % sambil sesekali di aduk. Wadah maserasi ditutup
rapat, di simpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
Setelah disaring, ditambahkan cairan penyari etanol yang baru dan
dilakukan maserasi kembali. Maserasi dilakukan sampai pelarut tidak
berwara hijau lagi. Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian di kumpulkan,
diuapkan dengan menggunakan rotavapor kemudian diangin-anginkan
sampai diperoleh ekstrak etanol kental.
III.2.4 Pembuatan Larutan Koloidal Na-CMC 1 % b/v (22)
Sebanyak 1 g Na-CMC di masukan sedikit demi sedikit kedalam
50 ml air suling panas (suhu 70°C) sambil diaduk dengan pengaduk
elektrik hingga terbentuk larutan koloidal dan dicukupkan volumenya
hingga 100 ml dengan air suling .
III.2.5 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Kasumba Turate
Suspensi ekstrak etanol kasumba turate (Carthamus tinctorius L.)
dibuat dengan menambahkan larutan koloidal Natrium CMC 1 % b/v
sebagai pembawa, di buat dalam konsentrasi 0,25 % b/v (1,67 mg/20 g
BB mencit), 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g BB mencit), dan 0,75 % b/v (5 mg/20 g
BB mencit). Cara pembuatan konsentrasi 0,25 % b/v (1,67 mg/20 g BB
mencit) adalah dengan menimbang ekstrak sebanyak 0,25 g kemudian
digerus dalam lumpang , lalu ditambahkan larutan Natrium CMC 1,0 % b/v
dalam labu tentukur 100,0 ml hingga tanda. Untuk membuat suspensi
ekstrak dengan konsentrasi 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g BB mencit) dan 0,75
% b/v (5 mg/20 g BB mencit) dilakukan dengan cara yang sama dengan
menimbang ekstrak masing-masing sebanyak 0,5 g dan 0,75 g.
Suspensi ekstrak dibuat segar setiap kali perlakuan .
III.3 Pengujian Aktivitas IgG pada Hewan Uji
III.3.1 Penyiapan Suspensi Sel Darah Merah Domba (SDMD) 2 % (23)
Tampung darah domba dalam tabung bersih dan kering yang berisi
serbuk EDTA sebagai antikoagulan. Untuk 1 ml darah domba, diperlukan
1 mg EDTA. Pisahkan sel darah merah domba (SDMD) dari plasmanya
dengan menggunakan sentrifuge pada kecepatan 1500 rpm. Selanjutnya
cuci sel darah merah dengan menambahkan PBS (phosphat buffered
saline) dalam jumlah besar dan tabung berisi suspensi tersebut dibolak-
balik beberapa kali dan di sentrifuge kembali. Lakukan pencucian paling
sedikit 3 kali. Setelah selesai, PBS di buang dan diperoleh SDMD 100 %
kemudian pada SDMD 100 % tadi tambahkan PBS dengan volume sama
hingga diperoleh suspensi SDMD 50 %. Siapkan antigen yang akan
digunakan dengan mengencerkan 0,4 ml suspensi SDMD 50 % dengan
9,6 ml PBS sehinnga diperoleh 10 ml suspensi antigen (SDMD 2 %) .
III.3.2 Penyiapan Phosphat Buffered Saline (PBS) (23)
Phosphat buffered saline (PBS) disiapkan dengan cara terlebih
dahulu membuat larutan A yaitu larutan NaH2PO4.H2O 1,38 g/L dan NaCl
8,3 g/L dan larutan B yaitu larutan NaH2PO4 1,42 g/L dan NaCl 8,5 g/L.
Selanjutnya 280 ml larutan A ditambahkan pada 720 ml larutan B untuk
mendapatkan larutan PBS dengan pH 7,2.
III.3.3 Pemilihan Hewan Uji (24)
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus musculus)
yang sehat dan aktivitas normal, dengan bobot badan antara 17-30 g.
III.3.4 Penyiapan Hewan Uji
Disiapkan 15 ekor mencit jantan (Mus musculus) yang dibagi dalam
5 kelompok, tiap kelompok masing-masing 3 ekor.
III.3.5 Perlakuan Terhadap Hewan Uji
a. Kelompok I (Kontrol)
Mencit jantan diberi suspensi Natrium CMC 1 % dengan volume
1 ml/30 g bobot badan secara oral setiap hari selama 6 hari. Setelah 6
hari, mencit diimunisasi dengan suspensi sel darah merah domba 2 %
dengan volume 0,1 ml/ekor secara intraperitonial. Selanjutnya pada
hari kesepuluh setelah imunisasi, darah mencit diambil secara
intrakardial.
b. Kelompok II
Mencit jantan diberi suspensi ekstrak etanol kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.) dengan konsentrasi 0,25 % b/v
(1,67 mg/20 g BB mencit) secara oral dengan volume 1 ml/30 g bobot
badan setiap hari selama 6 hari. Setelah 6 hari, mencit diimunisasi
dengan suspensi sel darah merah domba 2 % dengan volume
0,1 ml/ekor secara intraperitonial. Selanjutnya pada hari kesepuluh
setelah imunisasi, darah mencit diambil secara intrakardial.
c. Kelompok III
Mencit jantan diberi suspensi ekstrak etanol kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.) dengan konsentrasi 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g
BB mencit) secara oral dengan volume 1 ml/30 g bobot badan setiap
hari selama 6 hari. Setelah 6 hari, mencit diimunisasi dengan suspensi
sel darah merah domba 2 % dengan volume 0,1 ml/ekor secara
intraperitonial. Selanjutnya pada hari kesepuluh setelah imunisasi,
darah mencit diambil secara intrakardial.
d. Kelompok IV
Mencit jantan diberi suspensi ekstrak etanol kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.) dengan konsentrasi 0,75 % b/v (5 mg/20 g
BB mencit) secara oral dengan volume 1 ml/30 g bobot badan setiap
hari selama 6 hari. Setelah 6 hari, mencit diimunisasi dengan suspensi
sel darah merah domba 2 % dengan volume 0,1 ml/ekor secara
intraperitonial. Selanjutnya pada hari kesepuluh setelah imunisasi,
darah mencit diambil secara intrakardial.
III.3.6 Pengambilan Sel Darah Merah Uji
Pada hari kesepuluh setelah imunisasi, darah diambil secara
intrakardial lalu dibiarkan membeku atau menggumpal pada suhu kamar
selama 1-2 jam yang selanjutnya disentrifuge dengan kecepatan
3000 rpm selama 10 menit dan diambil serumnya (supernatant).
III.3.7 Penimbangan Bobot Limpa (26)
Berat relatif limpa (berat limpa/berat akhir badan mencit) diukur
dengan penimbangan pada neraca analitik diakhir perlakuan. Pengamatan
ini dilakukan karena kerja limpa yang lebih berat dalam memproduksi sel-
sel limfosit diperkirakan dapat meningkatkan bobot limpa.
III.3.8 Uji Hemaglutinasi (26)
Serum yang diperoleh selanjutnya diencerkan secara “double
dilution” ¼, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/128, 1/256, 1/512 dengan PBS
(Phosphat Buffered Saline), sebanyak 50 l suspensi sel darah merah
domba 2 % lalu diaduk rata (digoyang-goyang) selama 5 menit. Kemudian
diinkubasi pada 37oC selama 60 menit dan didiamkan semalam pada suhu
kamar. Dilakukan pengamatan pengenceran tertinggi dari serum darah
mencit yang masih dapat mengaglutinasi sel darah merah domba.
III.4 Pengumpulan dan Analisis Data
Data dikumpulkan dari pengamatan pengenceran tertinggi serum
darah mencit yang masih menunjukkan aglutinasi dari sel darah merah
domba pada sumur mikrotitrasi, kemudian dianalisis secara statistik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Data uji aktivitas imunoglobulin G (IgG) setelah pemberian ekstrak
etanol bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) 0,25% b/v (1,67
mg/20 g BB mencit), 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g BB mencit) dan 0,75 % b/v (5
mg/20 g BB mencit) sebagai berikut :
Tabel 1. Data titer Imunoglobulin G (IgG) pada sumur mikrotitrasi
interprestasi hasil berdasarkan hemaglutinasi yang teramati
adalah :
Keterangan :
K =Kontrol0,25 %=Ekstrak bunga kasumba turate 0,25 % b/v (1,67 mg/20 g BB mencit)0,5 % =Ekstrak bunga kasumba turate 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g BB mencit)0,75 %=Ekstrak bunga kasumba turate 0,75 % b/v (5 mg/20 g BB mencit) + =Terjadi Aglutinasi - =Tidak Terjadi Aglutinasi
Tabel 2. Titer imunoglobulin G (IgG) pada mencit jantan 10 hari
setelah diberikan Sel Darah Merah Domba (SDMD) 2%
Tabel 3. Pengamatan bobot limpa
Kelompok
Berat Mencit
Sebelum perlakuan
(g)
Berat Mencit Sesudah
perlakuan(g)
Berat Limpa
(g)
Berat Rata-rata
Limpa (g)
Bobot Relatif Limpa
Bobot Relatif Limpa
Rata-rata
Kontrol(Na-CMC)
232729
242426
0,1720,0880,145
0,1307,17. 10-3
3,67. 10-3
5.57. 10-35,47. 10-3
Ekstrak Bunga Kasumba
Turate 0,25 % (1,67 mg/20g BB mencit)
2423,522
2522
21,5
0,1200,1060,164
0,130
5,22. 10-3
4,82. 10-3
7,63. 10-35,89. 10-3
Ekstrak Bunga Kasumba
Turate 0, 5 % (3,3 mg/20 g BB mencit)
21,523,530
21,52230
0,2160,1540,254
0,208
10,05. 10-3
7,00. 10-3
8,47. 10-3
8,51. 10-3
Ekstrak Bunga Kasumba
Turate 0,75 % (5 mg/20 g BB mencit)
25,517,525
2216
21,5
0,1950,2050,080
0,160
9,28. 10-3
7,88. 10-3
3,08. 10-36,75. 10-3
IV.2 Pembahasan
Infeksi yang terjadi pada manusia yang disebabkan oleh unsur-
unsur patogen seperti bakteri, virus, fungi, protozoa dan parasit umumnya
singkat dan jarang menimbulkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan
tubuh manusia memiliki suatu sistem yang disebut sistem imun yang
melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen tersebut. Respon imun
seseorang terhadap unsur-unsur patogen sangat bergantung pada
kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau
antigen yang terdapat pada permukaan unsur patogen dan kemampuan
untuk melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen.
Kemampuan ini dimiliki oleh komponen-komponen sistem imun yang
terdapat dalam jaringan limforetikuler yang letaknya tersebar di seluruh
tubuh, misalnya di dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa, thymus,
sistem saluran nafas, saluran cerna dan organ-organ lain. Sel-sel yang
terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk (stem cell) dalam
sumsum tulang yang berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, kemudian
beredar dalam tubuh melalui darah, limfe, serta jaringan limfoid, dan dapat
menunjukkan respon terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan
fungsi masing-masing (4).
Rangsangan terhadap sel-sel tersebut terjadi apabila ke dalam
tubuh masuk suatu zat yang oleh sel atau jaringan tadi dianggap asing,
yaitu yang disebut antigen (4). Antigen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sel darah merah domba (SDMD) karena merupakan antigen
yang terbaik untuk pengujian produksi antibodi pada hewan coba mencit
(26). Pengamatan dilakukan dengan melihat aglutinasi yang terjadi dan
dihitung sebagai titer aglutinasi yaitu pengenceran tertinggi dari serum
darah mencit yang masih memberikan reaksi aglutinasi positif.
Aglutinasi terjadi bila antigen yang berbentuk partikel direaksikan
dengan antibodi spesifik. Antibodi tersebut disebut spesifik jika hanya
berekasi dengan antigen yang merangsang produksinya (4). Gumpalan
yang terbentuk antara antigen dan antibodi spesifik akan bersatu dan
akhirnya mengendap sebagai gumpalan-gumpalan besar dan mudah
terlihat dengan cairan di atasnya tetap jernih (26). Hal ini terjadi karena
umumnya antibodi memiliki lebih dari satu reseptor pengikat antigen
sehingga antibodi bereaksi dengan molekul antigen lain yang sudah
berikatan dengan salah satu molekul antibodi dan terbentuk gumpalan (4).
Reaksi aglutinasi dibantu oleh suhu (37-56 0C) dan oleh gerakan yang
menambah kontak antigen dan antibodi (misalnya pengocokan) dan
berkumpulnya gumpalan memerlukan garam-garam (26).
Kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) merupakan tanaman
obat tradisional yang secara empiris digunakan masyarakat pada
pengobatan penyakit campak. Penyebab penyakit campak adalah virus
campak atau morbili.
Dari hasil penelitian titer aglutinasi menunjukkan peningkatan
aktivitas immunoglobulin G yang dapat dilihat pada kelompok perlakuan
pemberian ekstrak etanol bunga kasumba turate dengan konsentrasi
0,25 % b/v (1,67 mg/20 g BB mencit), 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g BB mencit)
dan 0,75 % b/v (5 mg/20 g BB mencit), rata-rata titer imunoglobulinnya
sebesar 1/153,6, 1/256 dan 1.64 sedangkan kelompok perlakuan kontrol,
rata-rata titer imnoglobulinnya hanya 1/16. Hal ini menunjukkan pemberian
ekstrak bunga kasumba turate pada semua konsentrasi mengalami
peningkatan titer antibodi, sehingga dapat dikatakan akstrak bunga
kasumba turate bersifat sebagai imunostimulator. Berarti ekstrak etanol
bunga kasumba turate memberikan pengaruh terhadap peningkatan
aktivitas imunoglobulin G (IgG) pada mencit jantan. Hal ini dapat dilihat
pada gambar berikut :
Efek Ekstrak Bunga Kasumba Turate terhadap Titer IgG Darah Mencit
00.5
11.5
2
2.53
3.54
4.5
0 0.25 0.5 0.75 1Konsentrasi
Ak
tiv
ita
s I
gG
Gambar 3. Kurva Aktivitas Imunoglobulin G (IgG) terhadap konsentrasi ekstrak etanol bunga kasumba turate.
Berdasarkan analisis statistika dengan menggunakan metode
rancangan acak lengkap (RAL) dan analisis sidik ragam (ASR)
memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak etanol bunga kasumba turate
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan aktivitas
IgG yang dapat dilihat dari nilai F hitung yang lebih besar dari nilai F table.
Analisis antar perlakuan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT)
antara perlakuan kontrol negatif dan kelompok perlakuan dengan
pemberian ekstrak etanol bunga kasumba turate pada kosentrasi
0,25 % b/v (1,67 mg/20 g BB mencit), 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g BB mencit)
dan 0,75 % b/v (5 mg/20 g BB mencit) memperlihatkan perbedaan yang
sangat nyata (sangat signifikan).
Selain pengamatan titer aglutinasi dilakukan juga pengamatan
peningkatan bobot limpa. Mencit jantan yang telah diambil darahnya
secara intrakardial, dibedah dan diambil limpanya kemudian dilakukan
penimbangan bobot limpa tersebut. Dari data hasil penimbangan bobot
limpa memperlihatkan bahwa peningkatan bobot limpa yang paling tinggi
terjadi pada konsentrasi 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g BB mencit). Hal ini berarti
ekstrak etanol kasumba turate memiliki pengaruh terhadap peningkatan
akivitas imunogloblin G dan peningkatan bobot limpa. Hal ini dapat terlihat
pada gambar berikut:
Efek Ekstrak Bunga Kasumba Turate terhadap Peningkatan Bobot Relatif
Limpa Mencit
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
0.009
0 0.25 0.5 0.75 1Konsentrasi
Bo
bo
t R
ela
tif
Lim
pa
Gambar 4. Kurva berat Limpa pada mencit
Pada pengamatan hasil titer imunoglobulin G (IgG) pada sumur
mikrotitrasi dan pengamatan bobot limpa mencit terlihat bahwa pada
konsentrasi 0,75 % b/v (5 mg/20 g BB mencit) terjadi penurunan aktivitas
IgG dan bobot limpa, hal ini dapat terjadi karena dua hal yaitu pada
konsentrasi tinggi ekstrak kasumba turate menjadi imunosupressan atau
pada konsentrasi 0,75 % b/v (5 mg/20 g BB mencit) ekstrak kasumba
turate sudah mulai bersifat toksik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data secara statistika,
maka disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol bunga kasumba turate
(Carthamus tinctorius L.) 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g BB mencit) dapat
meningkatkan aktivitas imunoglobulin G (IgG) dan bobot limpa mencit
jantan.
VI.2 Saran
1. Perlu dilakukan identifikasi dan isolasi kandungan kimia dari bunga
kasumba turate yang dapat meningkatkan respon sistem imun.
2. Perlu dilakukan uji toksisitas dari ekstrak bunga kasumba turate.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasuki,I., 2006, Campak Jerman (Rubela), http://www.mail-archive.com/[email protected]/, diakses 06 Maret 2006.
2. Yasser, M., 1996, Uji Daya Hambat Ekstrak Bunga Kasumba Turate (Nothoscordum inodorum (W.Ait) Ascher dan Graebn) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Penyebab Demam Tifoid, Skripsi, Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin, Makassar, 29.
3. Bratawidjaja,K., 2004, Imonologi Dasar, Edisi VI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1, 79.
4. Kresno,B., 1996, IMUNOLOGI: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, Edisi III, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 30.
5. Munazir,Z., 2002, “Majalah Cakrawala TNI-AL: Manfaat Pemberian Ekstrak Phyllanthus niruri”, Jakarta.
6. Van der Vosen, H.A.M., Umali, B.E., 2001. ”Plant Resources of South-East Asia: Vegetables oils and fats, Volume 14, Backhuys Publishers, Leiden, 70-72.
7. Bratawidjaja,K., 1996, Imonologi Dasar, Edisi III, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
8. Roitt, I.M., 1988, The Basic of Immunology II, Specific Immunity In Essential Immunology, 6th Edition, Blackwell Scientific Publication, Oxford, 15-27.
9. Sherwood, L., 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta, 354,367,368,378.
10.Lu, Frank, C., 1995, Toksikologi Dasar, Edisi II, Universitas Indonesia, Jakarta, 170-174.
11.Roitt, I.M., Brostoff J., Male, D., 1987, Adaptive and Innate Immunity In : Immunology, Second Edition, London, Churchill Livingstone, 1-19.
12.Kresno, S.B., 1991, Imunoglobulin : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, Edisi II, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 51-52.
13.Sadikin, M., 2002, Biokimia Darah, Widya Medika, Jakarta, 113.
14.Guyton, A.C., 1993, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 83-84.
15.Barrett, J.T., 1988, Textbook of Immunology, Fifth Edition, C.,V., Mosby Company, USA., 26.
16.Kimbal, J.W., 1986, Introduction to Immunology, Second Edition, Macmillan Publishing Company, New York, 95, 96, 98.
17.Weir, D.M., 1990, Segi Praktis Imunologi, Binarupa Aksara, Jakarta, 32,33,129.
18.Price, S.A., Wilson, L.M., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi IV, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 64-66.
19.Turgeon, M.L., 1996, Immunology & Serology In Laboratory Medicine, Second edition, Mosby, New York, 64.
20.Anonim, 1986, sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 11.
21.Gennaro, A.R., 1990, Remington’s Pharmaceutical Science, 18th
Edition, Mack Publishing Company, Easton-Pensylvania, 1047.
22.Parrot, E.L., 1979, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, Burgess Publishing Company, USA., 353.
23.Winarno, M., 2000, Penelitian Aktivitas Biologik Infus Benalu Teh (Scurulla atropurpurea BL Danser) terhadap aktivitas Sistem Imun Mencit, http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/06PenelitianAktivitasBiologikInfusBenaluTeh127.pdf/06PenelitianAktivitasBiologikInfusBenaluTeh127.html., diakses 27 Februari 2006.
24.Malole. M.B.M., Pramono, C.S., 1989, Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium, Institut Pertanian Bogor, 105.
25.Hargono, D., Winarno, M.W., 2000, Pengaruh Perasan Daun Ngokilo (Gynura peocumbens Lour. Merr.) terhadap Sistem Imun Mencit Putih,
http://www.kalbefarma.com/files/09PengaruhPerasanDaunNgokilo127.pdf/09PengaruhPerasanDaunNgoklo127.html., diakses Desember 2005.
26.Ma’at, S., 2004, Penelitian dan Pengembangan Produk Fitofarmaka dari daun Jambu Biji (Psidium guajava) Untuk Terapi Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Data Preklinik, Toksisitas dan Percobaan Klinik, Universitas Airlangga, Surabaya, 102-103,
Lampiran 1
Bunga Kasumba Turate(Carthamus tinctorius L.)
Maserasi dengan etanol 70 %
Ekstrak EtanolAmpas
Ekstrak Etanol Kental
Rotavapor
SKEMA KERJA
Ditambah Larutan Natrium CMC
Suspensi Ekstrak Etanol0,25% b/v, 0,5 % b/v, 0,75 % b/v
Mencit dibedah kemudian diambil limpanya
Peroral
Penimbangan
Masing-masing kelompok Mencit
Analisis Data Pembahasan Kesimpulan
Klp. Kontrol (I)
Na CMC 1%
Klp. II Klp. III Klp. IV
Ekstrak Etanol0,25% b/v
Ekstrak Etanol0,5% b/v
Ekstrak Etanol0,75% b/v
Imunisasi dengan SDMD
Serum Limpa
Uji Hemaglutinasi
Pengamatan
Darah diambil 10 hari setelah imunisasi dan disentrifuse
Sumur wheel plate diisi serum dan ditambah antigen SDMD lalu diinkubasi pada suhu 370C selama 60 menit dan didiamkan 1 x 24 jam
Lampiran 2
Perhitungan statistik data aktivitas Imunoglobulin G (IgG) mencit jantan berdasarkan titer IgG pada pemberian ekstrak etanol bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan uji Beda Nyata Jarak Duncan (BNJD)
Tabel 4. Data titer Imunoglubulin G (IgG) setelah ditransformasi dengan I[2 Log (titer)] + 1I
Analisis Sidik Ragam (ASR)
A. Sumber keragamanModel : Y = µ + σ + ζDimana : µ = Total hasil percobaan
σ = Nilai rata-rata harapan ζ = Pengaruh kesalahan/salut
Sumber keragaman adalah :1. Perlakuan (P)2. Kesalahan / Galat (G)3. Total percobaan (T)
B. Perhitungan Derajat bebas (Db)1. DbT = (r . t) – 1 = (3 . 4) – 1 = 112. DbP = t – 1 = 4 – 1 = 33. DbG = DbT – DbP = 11 – 3 = 8
C. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK)
1.
2.
3.
D. Perhitungan Kuadrat Tengah (KT)
1.
2.
E. Perhitungan Distribusi F (Fh)
Tabel 5. Hasil Analisa Sidik Ragam (ASR) perlakuan terhadap rasio perubahan aktivitas Imunoglobulin G (IgG)
Keterangan : (**) Sangat berbeda nyata karena Fh>Ft, Ho ditolak, Hipotesa (Hi) diterima, yaitu ada pengaruh pemberian ekstrak etanol bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap aktivitas Imunoglobulin G (IgG) Mencit Jantan.
Nilai tengah
Koefisien Keragaman
Kesimpulan : Dari hasil analisa statistik diperoleh bahwa ada pengaruh pemberian ekstrak metanol bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius L.) terhadap aktivitas imunogloblin G (IgG) Mencit Jantan dengan nilai KK yang sedang (6,703%) maka analisa statistik dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Keterangan :A = Diberi ekstrak etanol bunga kasumba turate 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g
BB mencit)B = Diberi ekstrak etanol bunga kasumba turate 0,25 % b/v (1,67
mg/20 g BB mencit)C = Diberi ekstrak etanol bunga kasumba turate 0,75 % b/v (5 mg/20 g
BB mencit)D = Kontrol Negatif
Tabel 6. Perbandingan antar perlakuan
P = 0,05 P = 0,01
A - B 0,61 0,342 0,497 SS
A - C 1,21 0,342 0,497 SS
A - D 2,41 0,342 0,497 SS
B - C 0,60 0,342 0,497 SS
B - D 1,8 0,342 0,497 SS
C - D 1,2 0,342 0,497 SS
PerlakuanBNT
KeteranganSelisih
Keterangan :
NS = Non signifikan
S = Signifikan
SS =Sangat Signifikan
Lampiran 3
Data dan Grafik Hasil Titer Hemaglutinasi dan Peningkatan Bobot Limpa
Gambar 5. Foto data titer Imunoglobulin G (IgG) pada sumur mikrotitrasi
Tabel 1. Data titer Imunoglobulin G (IgG) pada sumur mikrotitrasi Interprestasi hasil berdasarkan Hemaglutinasi yang teramati adalah :
Keterangan : K = Kontrol0,25 % = Ekstrak bunga kasumba turate 0,25 % b/v (1,67 mg/20 g BB mencit)0,5 % = Ekstrak bunga kasumba turate 0,5 % b/v (3,3 mg/20 g BB mencit)0,75 % = Ekstrak bunga kasumba turate 0,75 % b/v (5 mg/20 g BB mencit) + = Terjadi Aglutinasi - = Tidak Terjadi Aglutinasi
Efek Ekstrak Bunga Kasumba Turate terhadap Titer IgG Darah Mencit
00.5
11.5
2
2.53
3.54
4.5
0 0.25 0.5 0.75 1Konsentrasi
Ak
tiv
ita
s I
gG
Gambar 3. Kurva Aktivitas Imunoglobulin G (IgG) terhadap konsentrasi ekstrak etanol bunga kasumba turate.
Tabel 3. Data pengamatan berat limpa pada mencit
Kelompok
Berat Mencit
Sebelum perlakuan
(g)
Berat Mencit Sesudah
perlakuan(g)
Berat Limpa (g)
Berat Rata-rata Limpa (g)
Bobot Relatif Limpa
Bobot Relatif Limpa
Rata-rata
Kontrol(Na-CMC)
232729
242426
0,1720,0880,145
0,1307,17. 10-3
3,67. 10-3
5.57. 10-35,47. 10-3
Ekstrak Bunga Kasumba
Turate 0,25 % (1,67 mg/20 g
BB mencit)
2423,522
2522
21,5
0,1200,1060,164
0,130
5,22. 10-3
4,82. 10-3
7,63. 10-35,89. 10-3
Ekstrak Bunga Kasumba
Turate 0, 5 % (3,3 mg/20 g BB mencit)
21,523,530
21,52230
0,2160,1540,254
0,208
10,05. 10-3
7,00. 10-3
8,47. 10-3
8,51. 10-3
Ekstrak Bunga Kasumba
Turate 0,75 % (5 mg/20 g BB mencit)
25,517,525
2216
21,5
0,1950,2050,080
0,160
9,28. 10-3
7,88. 10-3
3,08. 10-36,75. 10-3
Efek Ekstrak Bunga Kasumba Turate terhadap Peningkatan Bobot Relatif
Limpa Mencit
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
0.009
0 0.25 0.5 0.75 1Konsentrasi
Bo
bo
t R
elat
if L
imp
a
Gambar 4. Kurva Bobot Relatif Limpa pada mencit
Lampiran 4Foto sampel, alat dan bahan yang digunakan
Gambar 6. Tanaman kasumba turate
Tanaman Kasumba Turate
Bunga Kasumba Turate
Daun Batang Akar
Gambar 7. Hewan coba mencit jantan dengan perlakuan secara oral
Gambar 8. Domba sumber antigen sel darah merah domba (SDMD)
Gambar 9. Pencucian sel darah merah domba (SDMD)
Gambar 10. Hewan coba mencit jantan diimunisasi dengan sel darah merah domba 2% secara intraperitonial
Gambar 11. Hewan coba mencit jantan dengan pengambilan darah secara intrakardial
Hepar
Limpa
Gambar 12. Proses pembedahan mencit dengan mengangkat limpa
Gambar 13. Limpa mencit
Gambar 14. Pengisian sumur mikrotitrasi
Gambar 15. Penambahan antigen (SDMD) ke dalam sumur yang sebelumnya telah diisi dengan PBS dan serum darah mencit
Gambar 16. Profil KLT ekstrak bunga kasumba turate dengan eluen heksan:etil asetat (3:1).
UV 254 nm UV 366 nm
Top Related