SKRIPSI
NOVEMBER 2020
KARAKTERISTIK PASIEN EPILEPSI
DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
PERIODE JANUARI–DESEMBER 2018
Oleh:
KALILA SABIRAH H BOSSA
C011171556
Pembimbing :
Dr. dr. Susi Aulina, Sp.S,(K), M.Kes.
DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK
MENYELESAIKAN STUDI PADA PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
ii
KARAKTERISTIK PASIEN EPILEPSI
DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
PERIODE JANUARI-DESEMBER 2018
Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin
Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran
Kalila Sabirah H Bossa
C011171556
Pembimbing :
Dr. dr. Susi Aulina, Sp.S,(K), M.Kes.
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN MAKASSAR
2020
iii
HALAMAN PENGESAHAN Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Departemen Ilmu Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan judul :
“KARAKTERISTIK PASIEN EPILEPSI
DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
PERIODE JANUARI–DESEMBER 2018”
Hari, Tanggal : Selasa, 23 November 2020
Waktu
: 10.00 WITA
Tempat
: Online via ZOOM
Makassar, 23 November 2020
(Dr. dr. Susi Aulina, Sp.S,(K), M.Kes.) NIP. 19570608 198410 2 001
v
DEPARTEMEN ILMU NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK
Judul Skripsi :
“KARAKTERISTIK PASIEN EPILEPSI
DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
PERIODE JANUARI–DESEMBER 2018”
Makassar, 23 November 2020
(Dr. dr. Susi Aulina, Sp.S,(K), M.Kes.)
NIP. 19570608 198410 2 001
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam, atas rahmat dan
karunia-Nya juga shalawat dan salam untuk Nabi dan Rasul yang paling mulia, Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Karena limpahan rahmat-Nyalah
sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan judul “Karakteristik
Pasien Epilepsi Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari-Desember
2018”.
Skripsi ini dibuat sebagai salah syarat untuk mengerjakan skripsi pada program S1 di
Jurusan Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Penulis
menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Allah SWT. Atas segala ketenangan dan kemudahan yang saya rasakan selama
mengerjakan skripsi ini.
2. Dr. dr. Susi Aulina, Sp.S,(K), M.Kes. selaku dosen pembimbing akademik dan juga
pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan
pembimbingan.
3. Dr. dr. Jumraini Tammasse, Sp.S(K) selaku penguji I yang telah bersedia menyediakan
waktu untuk memberikan saran dan pendapat terkait perbaikan skripsi penelitian.
4. dr. Muhammad Akbar, Ph.D, Sp.S(K), DFM selaku penguji II yang telah bersedia
menyediakan waktu untuk memberikan saran dan pendapat terkait perbaikan skripsi
penelitian.
5. Orang tua saya yang lupa kalau anaknya sudah mau tamat terus tiba-tiba heboh siapkan
semuanya.
6. Nirmalasari selaku rekan seperjuangan dengan semua plan A sampai Z-nya selama
pengurusan proposal hingga skripsi.
viii
7. Muthia Ditasya Ali Seppo yang siap sedia selalu menjawab semua pertanyaan kalila.
8. Reynita Utami, Kak Faal dan Kak Cunnah yang membantu kalila lepas dari revisi
proposal yang tak kunjung usai.
9. Semua sahabat saya yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan semua janji kadonya dan untuk semua orang yang setia
menanyakan “kalila kapan?” hingga akhir, terima kasih karena telah berhasil membuat
skripsi ini jadi digas cepat-cepat walau ya jadinya tetap lama juga.
Penulis menyadari sebagai mahasiswa yang sedang dalam proses pembelajaran
sehingga dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan dan perbaikannya sehingga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa
dikembangkan lagi lebih lanjut.
Makassar, 23 November 2020
Kalila Sabirah H Bossa
ix
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS HASANUDDIN
NOVEMBER 2020
Kalila Sabirah H Bossa (C011171556)
Dr. dr. Susi Aulina, Sp.S,(K), M.Kes.
KARAKTERISTIK PASIEN EPILEPSI DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE JANUARI-DESEMBER 2018
ABSTRAK
Latar Belakang: Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat 50 juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi dengan angka kejadian yang masih tinggi terutama di negara berkembang yang mencapai 114 per 100.000 penduduk per tahun jika dibandingkan dengan negara yang maju dimana angka kejadian epilepsi hanya berkisar antara 24-53 per 100.000 penduduk per tahun. Di Indonesia sendiri, epilepsi dikenal dengan istilah penyakit ayan oleh masyarakat dan dianggap sebagai penyakit menular yang tidak dapat disembuhkan, disebabkan oleh kekuatan gaib, maupun gangguan jiwa. Sebagaimana diungkapkan oleh Harsono (2008) bahwa epilepsi secara historis dikelilingi oleh banyak prasangka serta mitos dan terkait dengan berbagai kesalahpahaman. Mitos tersebut kemudian mewarnai sikap masyarakat sehingga menyulitkan upaya untuk membawa penderita epilepsi ke dalam kehidupan normal. Oleh karena itu pula, pengetahuan masyarakat mengenai epilepsi menjadi sangat kurang serta penelitian terkait karakteristik pasien epilepsi jarang dilakukan terutama di Kota Makassar. Tujuan : Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik pasien epilepsi di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2018. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif observasional dengan teknik pengumpulan sampel adalah total sampling. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yang dimulai dari 15-26 Oktober 2020. Hasil: Penelitian dilakukan pada 137 pasien epilepsi dan didapatkan usia yang paling rentan terkena epilepsi yaitu kelompok balita (1-4 tahun) dengan 53 kasus (38,7%), berdasarkan jenis kelamin didapatkan paling banyak terjadi pada laki-laki dengan 72 kasus (52 , 5%), berdasarkan durasi lama menderita paling banyak didapatkan telah mengalami kejang kurang dari waktu satu tahun dengan total 75 kasus (54,7%), berdasarkan masa memulai pengobatan paling banyak didapatkan mulai menjalani pengobatan kurang dari waktu satu tahun setelah serangan pertama terjadi dengan total 88 kasus (64,2%), berdasarkan jenis epilepsi paling banyak didapatkan pasien dengan kejang tipe umum dengan total 108 kasus (78,8%), berdasarkan riwayat kejang demam didapatkan paling banyak pasien tidak pernah mengalami kejang demam sebelumnya dengan total 123 kasus (89,8 %) dan berdasarkan riwayat keluarga didapatkan paling banyak pasien tidak memiliki riwayat keluarga dengan epilepsi dengan total 134 kasus (97,8%).
Kesimpulan: Karakteristik pasien epilepsi di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari –Desember 2018 lebih sering terjadi pada kelompok usia balita, pada laki-
x
laki, pada pasien yang telah mengalami kejang kurang dari satu tahun dan juga memeriksakan diri kurang dari satu tahun setelah serangan pertama, paling banyak dengan epilepsi tipe umum, paling banyak tanpa riwayat kejang demam dan tanpa riwayat keluarga.
Kata kunci: epilepsi, karakteristik
xi
SKRIPSI
FACULTY OF MEDICINE, HASANUDDIN UNIVERSITY
NOVEMBER 2020
Kalila Sabirah H Bossa (C011171556)
Dr. dr. Susi Aulina, Sp.S,(K), M.Kes.
The Characteristics of Epilepsy Patients in Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital
Period January–December 2020
ABSTRACT Background: Based on WHO data, it is estimated that there are 50 million people worldwide suffering from epilepsy with a high incidence, especially in developing countries which reaches 114 per 100,000 population per year when compared to developed countries where the incidence of epilepsy only ranged from 24-53 per 100,000 population per year. In Indonesia, epilepsy is known as ‘penyakit ayan’ by the community and is considered an incurable infectious disease caused by supernatural forces or mental disorders. As stated by Harsono ( 2008), epilepsy has historically been surrounded by many prejudices and myths and is associated with various misconceptions. This myth then colored people's attitudes so that it was difficult to bring people with epilepsy to a normal life. Therefore, public knowledge about epilepsy is very lacking and research related to the characteristics of epilepsy sufferers is still rarely done, especially in Makassar City. Objective: To find out the characteristics of epilepsy patients in dr. wahidin sudirohusodo hospital period January–December 2020. Methods: This type of research is an observational descriptive study with sample collection techniques is total sampling. The study was conducted for three months starting from 15-26 October 2020. Results: The study was conducted on 137 epilepsy patients and it was found that the age most vulnerable to epilepsy was the toddler group (1-4 years) with 53 cases (38.7%), based on gender, it was found that the most cases occurred in men with 72 cases (52 5%), based on the long duration of suffering, most were found to have had seizures for less than one year with a total of 75 cases (54.7%), based on the period of starting treatment, most were started treatment less than one year after the first attack occurred with total of 88 cases (64.2%), based on the type of epilepsy, the most patients with generalized seizures were found with a total of 108 cases (78.8%), based on a history of febrile seizures, it was found that the most patients had never had fever before with a total of 123 cases (89.8%) and based on family history, it was found that the most patients had no family history of epilepsy with a total of 134 cases (97.8%). Conclusion: Characteristics of epilepsy patients at RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar period January-December 2018 is more common in the toddler age group, in men, in patients who have had seizures for less than one year and also checked themselves less
xii
than one year after the first attack, mostly with generalized type of epilepsy, most without a history of febrile seizures and without a family history. Keywords: epilepsy, characteristic
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA .................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
ABSTRACT .......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ................................................................................................ 6
2.2 Etiologi ................................................................................................ 7
2.3 Klasifikasi ........................................................................................... 8
2.4 Diagnosis ............................................................................................. 9
2.5 Tatalaksana .......................................................................................... 14
2.6 Prognosis ............................................................................................. 15
BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori ................................................................................... 17
xiv
3.2 Kerangka Konsep ................................................................................ 18
3.3 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ......................................... 19
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian ................................................................................... 22
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 22
4.2.1 Waktu Penelitian .................................................................... 22
4.2.2 Lokasi Penelitian .................................................................... 22
4.3. Populasi dan Sampel .......................................................................... 22
4.3.1 Populasi ................................................................................... 22
4.3.2 Sampel ..................................................................................... 22
4.3.3 Cara Pengambilan Sampel ...................................................... 23
4.3.3.1 Kriteria Inklusi .......................................................... 23
4.3.3.2 Kriteria Eksklusi ....................................................... 23
4.4. Jenis Data dan Instrumen Penelitian .................................................. 23
4.4.1 Jenis Data ............................................................................... 23
4.4.2 Instrumen Penelitian .............................................................. 23
4.5. Manajamen Penelitian ........................................................................ 23
4.5.1 Pengumpulan Data ................................................................. 23
4.5.2 Pengolahan Data .................................................................... 24
4.5.3 Penyajian Data ....................................................................... 24
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Usia ................................ 25
5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 26
5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Menderita Epilepsi ................ 26
5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Masa Memulai Pengobatan ............. 27
xv
5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Epilepsi ................................... . 28
5.6. Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Kejang Demam ................. . 28
5.7. Distribusi Sampel Berdasarkan Riwayat Keluarga ............................ . 29
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Berdasarkan Usia ............................................................................... . 30
6.2. Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................................ . 30
6.3. Berdasarkan Lama Menderita Epilepsi .............................................. 30
6.4. Berdasarkan Masa Memulai Pengobatan ........................................... 31
6.5. Berdasarkan Jenis Epilepsi ................................................................. 31
6.6. Berdasarkan Riwayat Kejang Demam ............................................... 32
6.7. Berdasarkan Riwayat Keluarga .......................................................... 32
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ........................................................................................ 33
7.2. Saran ................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 35
LAMPIRAN ........................................................................................................ 39
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Etiologi Epilepsi ................................................................................. 8
Tabel 5.1 Distribusi berdasarkan Usia ................................................................ 25
Tabel 5.2 Distribusi berdasarkan Jenis Kelamin ................................................. 26
Tabel 5.3 Distribusi berdasarkan Lama Menderita Epilepsi ............................... 26
Tabel 5.4 Distribusi berdasarkan Masa Memulai Pengobatan ............................ 27
Tabel 5.5 Distribusi berdasarkan Jenis Epilepsi ................................................. 28
Tabel 5.6 Distribusi berdasarkan Riwayat Kejang Demam ................................ 28
Tabel 5.7 Distribusi berdasarkan Riwayat Keluarga .......................................... 29
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Hasil EEG yang abnormal ............................................................. 12
Gambar 2.2. Contoh Pemasangan EEG pada pasien ......................................... 12
Gambar 2.3. Hasil MRI pada pasien epilepsi ..................................................... 12
Gambar 2.4. Hasil CT pada pasien epilepsi ....................................................... 12
Gambar 3.1. Kerangka Teori .............................................................................. 16
Gambar 3.2. Kerangka Konsep .......................................................................... 18
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Curriculum Vitae ............................................................................. 39
Lampiran 2 Daftar Rekapitulasi Rekam Medik Sampel Penelitian .................... 40
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ........................................................................ 44
Lampiran 4 Surat Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian .............................. 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Epilepsi berasal dari kata Yunani yaitu epilapsia yang berarti serangan,
dan diartikan sebagai suatu keadaan yang ditandai dengan adanya bangkitan
yang terjadi secara berulang akibat dari gangguan fungsi otak yang disebabkan
adanya muatan listrik yang abnormal pada neuron- neuron otak.1
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologi tertua yang ditemukan
pada semua umur, menyebabkan kecacatan serta kematian juga dapat terjadi
pada siapa saja di seluruh dunia tanpa batasan ras dan sosial ekonomi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO),
diperkirakan terdapat 50 juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi dengan
angka kejadian yang masih tinggi terutama di negara berkembang yang
mencapai 114 per 100.000 penduduk per tahun jika dibandingkan dengan
negara yang maju dimana angka kejadian epilepsi hanya berkisar antara 24-53
per 100.000 penduduk per tahun.2,3
Epilepsi menghimpun sekitar 1% dari total beban semua penyakit dari
seluruh dunia. Walaupun belum ada data yang pasti, tetapi diperkirakan
terdapat 1-2 juta penyandang epilepsi di Indonesia. Prevalensi epilepsi di
Indonesia adalah 5-10 kasus per 1.000 orang dan insiden 50 kasus per 100.000
orang per tahun. 4
Angka prevalensi epilepsi di Indonesia tidak jauh berbeda dari negara-
negara asia lainnya, yaitu antara 3,9-5,6/1000 orang. Prevalensi 0,5% dan
2
penduduk 220 juta orang, terdapat lebih 1,1 juta orang dengan epilepsi/ODE
di Indonesia.5,6
Di Indonesia sendiri, epilepsi dikenal dengan istilah penyakit ayan oleh
masyarakat dan dianggap sebagai penyakit menular yang tidak dapat
disembuhkan, disebabkan oleh kekuatan gaib, maupun gangguan jiwa.
Sebagaimana diungkapkan oleh Harsono (2008) bahwa epilepsi secara historis
dikelilingi oleh banyak prasangka serta mitos dan terkait dengan berbagai
kesalahpahaman. Masyarakat percaya bahwa epilepsi disebabkan oleh roh
jahat, juga dipercaya merupakan penyakit yang bersifat suci. Harsono (2001)
mengemukakan bahwa hal tersebut di atas yang menjadi latar belakang adanya
mitos dan rasa takut terhadap epilepsi. Mitos tersebut kemudian mewarnai
sikap masyarakat sehingga menyulitkan upaya untuk membawa penderita
epilepsi ke dalam kehidupan normal.7,8
Penyakit epilepsi masih tetap menjadi perhatian karena sifat serangannya
yang spontan dan tidak dapat diperkirakan, sehingga menyebabkan
penderitanya merasa cemas, malu dan takut bergaul dengan masyarakat
umum. Masalah-masalah psikososial, pendidikan, pekerjaan serta masa depan
pada umumnya menghantui pasien serta keluarganya. Sementara itu, pihak
dokter juga menghadapi masalah yang tak kalah rumit dikarenakan
penangggulangan pasien epilepsi tidak hanya sebatas pemberian OAE (obat
anti epilepsi) semata, akan tetapi merupakan pendekatan komprehensif yang
juga memperhatikan aspek-aspek di luar aspek medik, seperti faktor
psikologis, sosial, ekonomi, keluarga dan kegiatan sehari-hari penderita. Pada
prakteknya, masalah terapi epilepsi meliputi ketidakpatuhan atau bosan
3
minum obat, serangan epilepsi tidak segera hilang atau tetap muncul seperti
halnya sebelum minum obat, harga obat yang cukup mahal, kewajiban untuk
kontrol secara teratur, dan efek samping obat. 9
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian
mengenai karakterisrik epilepsi karena data mengenai epilepsi yang masih
kurang walaupun epilepsi merupakan penyakit kronik neurologi kedua
terbanyak yang insidennya semakin lama semakin meningkat dan meresahkan
masyarakat. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan penulis mengenai
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang telah terdaftar sebagai salah
satu rumah sakit rumah sakit tipe A dengan fasilitas yang mumpuni, dan juga
merupakan salah satu rumah sakit pendidikan dengan data rekam medis yang
lengkap dan menjadi pusat rujukan medis tak hanya untuk wilayah Sulawesi
Selatan namun untuk jangkauan yang lebih luas lagi yaitu wilayah Indonesia
bagian timur.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah gambaran karakteristik pasien epilepsi di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2018.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik pasien epilepsi
di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari-
Desember 2018.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menetapkan karakteristik pasien epilepsi di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2018
berdasarkan usia.
2. Menetapkan karakteristik pasien epilepsi di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2018
berdasarkan jenis kelamin.
3. Menetapkan karakteristik pasien epilepsi di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2018
berdasarkan lama menderita epilepsi.
4. Menetapkan karakteristik pasien epilepsi di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2018
berdasarkan masa memulai pengobatan terhitung dari serangan
pertama.
5. Menetapkan karakteristik pasien epilepsi di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2018
berdasarkan jenis epilepsi.
6. Menetapkan karakteristik pasien epilepsi di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2018
berdasarkan riwayat kejang demam.
7. Menetapkan karakteristik pasien epilepsi di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode Januari-Desember 2018
berdasarkan riwayat keluarga.
5
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai adalah sebagai berikut :
1. Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi para
praktisi kesehatan mengenai kasus epilepsi, sehingga timbul kepedulian
untuk bekerja sama dalam mengurangi permasalahan kasus ini di masa
yang akan datang.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak instansi yang berwenang untuk
digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil dan memutuskan
kebijakan-kebijakan kesehatan, khususnya dalam menyediakan jenis obat-
obatan antiepilepsi yang dibutuhkan.
3. Manfaat ilmiah secara umum sebagai bahan referensi yang sangat berharga
dalam menambah khazanah literature studi tentang karakteristik pasien
epilepsi.
4. Diharapkan penelitian ini menjadi acuan bagi peneliti-peneliti lain dalam
menggali serta lebih memperjelas tentang epilepsi ini.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Epilepsi merupakan suatu manifestasi gangguan fungsi otak dengan
berbagai etiologi, dengan gejala tunggal yang khas, yaitu kejang berulang
lebih dari 24 jam yang diakibatkan oleh lepasnya muatan listrik neuron otak
secara berlebihan dan paroksismal serta tanpa provokasi. 10
Serangan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat
mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekelompok besar sel sel otak,
bersifat sinkron dan berirama. Dapat berupa gangguan motorik, sensorik,
kognitif ataupun psikis. Istilah epilepsi tidak boleh digunakan untuk serangan
yang terjadi hanya sekali, itulah mengapa epilepsi didefinisikan sebagai
gangguan kronis sebab ditandai oleh adanya bangkitan epileptik berulang yang
diakibatkan oleh gangguan fungsi otak secara intermiten yang terjadi oleh
karena lepas muatan listrik abnormal neuron-neuron secara paroksismal.
Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis dari bangkitan serupa
(stereotipik) yang berlebihan dan abnormal, berlangsung secara mendadak dan
sementara, dengan atau tanpa perubahan kesadaran, disebabkan oleh
hiperaktifitas listrik sekelompok sel saraf di otak yang bukan disebabkan oleh
suatu penyakit otak akut (unprovoked). Sindrom epilepsi sendiri ialah
sekumpulan gejala dan tanda klinis epilepsi yang terjadi bersama-sama
meliputi berbagai etiologi, umur, onset, jenis serangan, faktor pencetus,
kronisitas. 11,12
7
Pada otak manusia yang menderita epilepsi ternyata kandungan GABA
rendah. Hambatan oleh GABA dalam bentuk inhibisi potensial postsinaptik
(IPSPs= inhibitory post synaptic potentials) adalah lewat reseptor GABA.
Suatu hipotesis mengatakan bahwa aktifitas epileptic disebabkan oleh hilang
atau kurangnya inhibisi oleh GABA, zat yang merupakan neurotransmitter
inhibitorik utama pada otak. Ternyata pada GABA ini sama sekali tidak
sesederhana seperti yang disangka semula. Riset membuktikan bahwa
perubahan pada salah satu komponennya dapat menghasilkan inhibisi tak
lengkap yang akan menambah rangsangan. Sinkronisasi dapat terjadi pada
sekelompok kecil neuron saja, sekelompok besar atau seluruh neuron otak
secara serentak. Lokasi yang berbeda dari kelompok neuron ini menimbulkan
manifestasi yang berbeda dari serangagan epileptic. Seccara teoritis ada 2
penybebabnya yaitu fungsi neuron penghambat kurang optimal (GABA)
sehingga terjadi pelepasan impuls epileptik secara berlebihan, sementara itu
fungsi jaringan neuron eksitatorik (Glutamat) berlebihan. 29,30,31
2.2 ETIOLOGI
Serangan epilepsi terjadi apabila proses eksitasi di dalam otak lebih
banyak dari pada proses inhibisi. 14
Namun, etiologi dari epilepsi adalah multifaktorial walaupun sekitar 60 %
dari kasus epilepsi tidak dapat ditemukan penyebab yang pasti atau yang lebih
sering kita sebut sebagai kelainan idiopatik.15
Secara garis besar, etiologi epilepsi dibagi berdasarkan jenis kejangnya
sendiri, yaitu :16
8
Tabel 2.1 Etiologi Epilepsi
2.3 KLASIFIKASI
Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang dibagi menjadi : 17
a. Kejang umum (Generalized Seizure) merupakan kejang yang terjadi jika
aktivasi terjadi pada kedua hemisfere otak secara bersama-sama. Kejang
umum terbagi atas:
a. Tonic-clonic convulsion = grand mal
Merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh,
kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur bisa terjadi sianosis,
ngompol, atau menggigit lidah terjadi beberapa menit, kemudian
diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala.
b. Abscense attacks = petit mal
Jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak
atau awal remaja penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-
kedip, dengan kepala terkulai kejadiannya cuma beberapa detik, dan
bahkan sering tidak disadari.
9
c. Myoclonic seizure
Biasanya terjadi pada pagi hari, setelah bangun tidur pasien
mengalami sentakan yang tiba-tiba jenis yang sama (tapi non-
epileptik) bisa terjadi pada pasien normal.
d. Atonic seizure
Jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi
bisa segera kembali seperti semula.
b. Kejang fokal/partial terjadi jika kejang dimulai dari daerah tertentu dari
otak dan tidak bersifat menyeluruh. Kejang parsial terbagi menjadi :
a. Simple partial seizures
Pasien tidak kehilangan kesadaran terjadi sentakan-sentakan pada
bagian tertentu dari tubuh.
b. Complex partial seizures
Pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali : gerakan
mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran.
2.4 DIAGNOSIS
Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan klinis
dengan hasil pemeriksaan penunjang. Namun demikian, bila secara kebetulan
melihat serangan yang sedang berlangsung maka epilepsi (klinis) sudah dapat
ditegakkan. 18
a. Anamnesis
Anamnesis merupakan langkah terpenting dalam melakukan diagnosis
epilepsi. Dalam melakukan anamnesis, harus dilakukan secara cermat,
10
rinci, dan menyeluruh karena pemeriksa hampir tidak pernah menyaksikan
serangan yang dialami penderita. Penjelasan dari pasien mengenai segala
sesuatu yang terjadi sebelum, selama, dan sesudah serangan (meliputi
gejala dan lamanya serangan) merupakan informasi yang sangat penting
dan merupakan kunci diagnosis. Anamnesis (auto dan aloanamnesis),
meliputi : 18
a. Pola / bentuk serangan
b. Lama serangan
c. Gejala sebelum, selama, dan sesudah serangan Frekuensi serangan
d. Faktor pencetus
e. Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
f. Usia saat terjadinya serangan pertama
g. Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan
h. Riwayat penyakit, penyebab, dan terapi sebelumnya
i. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga. 19
b. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis, dapat dilihat adanya
tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi seperti
trauma kepala, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus,
infeksi telinga atau sinus. Sebab- sebab terjadinya serangan epilepsi harus
dapat ditepis melalui pemeriksaan fisik dengan menggunakan umur dan
riwayat penyakit sebagai pegangan. Untuk penderita anak-anak, pemeriksa
harus memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan, organomegali,
11
perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat menunjukan awal gangguan
pertumbuhan otak unilateral. 19
c. Pemeriksaan penunjang
a. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan penunjang yang paling
sering dilakukan dan harus dilakukan pada semua pasien epilepsi untuk
menegakkan diagnosis. Terdapat dua bentuk kelaianan pada EEG,
kelainan fokal pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi
struktural di otak. Sedangkan adanya kelainan umum pada EEG
menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik.
Rekaman EEG dikatakan abnormal bila :
• Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di
kedua hemisfer otak.
• Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat
dibanding seharusnya.
• Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal,
misalnya gelombang tajam, paku (spike), paku-ombak, paku majemuk,
dan gelombang lambat yang timbul secara paroksimal.
Pemeriksaan EEG bertujuan untuk membantu menentukan prognosis
dan penentuan perlu atau tidaknya pengobatan dengan obat anti epilepsi
(OAE). 20
Apa yang dilihat dari hasil EEG ialah jenis gelombang yang tercatat
pada encephalogram. Pada orang yang normal, gambaran EEG akan
12
menunjukkan beberapa jenis gelombang yang spesifik mengikut dengan
keadaan seseorang itu. 24,28
Berikut adalah 4 jenis gelombang di otak normal :
• Gelombang alfa gelombang otak yang ritmis dan mempunyai
frekuensi diantara 8-13 siklus per saat dan biasanya dijumpai pada
EEG seorang yang terbangun dan dalam keadaan relaksasi.
• Gelombang beta mempunyai frekuensi lebih besar dari 14 siklus per
saat sampai 80 siklus per saat. Biasanya berlaku pada lobus parietalis
dan frontalis.
• Gelombang theta mempunyai frekuensi diantara 4-7 siklus per saat dan
biasanya datang dari lobus parietalis dan temporalis dalam anak-anak.
Pada dewasa gelombang ini biasa terjadi pada orang yang mengalami
frustrasi akau kecewa.
• Gelombang delta adalah gelombang pada frekuensi yang kurang
daripada 3.5 siklus per saat dan mempunyai tegangan volt 2-4 kali
lebih besar daripada gelombang otak lain. Ini sering berlaku pada tidur
yang dalam, pada bayi atau penyakit organik yang serius. 24
Gambar 2.1 Hasil EEG yang abnormal Gambar 2.2 Contoh pemasangan EEG pada pasien
(Sumber : Google)
13
b. Neuroimaging
Neuroimaging atau yang lebih kita kenal sebagai pemeriksaan
radiologis bertujuan untuk melihat struktur otak dengan melengkapi data
EEG. Dua pemeriksaan yang sering digunakan Computer Tomography
Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Bila
dibandingkan dengan CT Scan maka MRI lebih sensitif dan secara
anatomik akan tampak lebih rinci. Sedangkan, MRI bermanfaat untuk
membandingkan hippocampus kiri dan kanan. 18,21
c. Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan Hematologik : mencakup hemoglobin, leukosit,
hematokrit, trombosit, apusan darah tepi, elektrolit. Pemeriksaan ini
dilakukan pada awal pengobatan beberapa bulan kemudian diulang bila
timbul gejala klinik dan rutin setiap tahun sekali.
• Pemeriksaan Kadar OAE : dilakukan untuk melihat target level setelah
tercapai steady state, pada saat bangkitan terkontrol baik, tanpa gejala
toksik. Pemeriksaan ini diulang setiap tahun, untuk memonitor
kepatuhan pasien. Pemeriksaan ini dilakukan pula bila bangkitan ini
Gambar 2.3. Hasil MRI pada pasien epilepsi Gambar 2.4. Hasil CT pada pasien epilepsi
(Sumber : Consultant360)
(Sumber : emedicine.medscape.com)
14
timbul lagi, atau bila timbul gejala toksisitas, bila akan dikombinasi
dengan obat lain, atau saat melepas kombinasi dengan obat lain, bila
terdapat fisiologi pada tubuh pasien. 22,23
2.5 TATALAKSANA
Pengobatan epilepsi bertujuan untuk menyembuhkan atau bila tidak
mampu menyembuhkan, paling tidak membatasi gejala-gejala dan mengurangi
efek samping pengobatan. Pengobatan dihentikan secara berangsur dengan
menurunkan dosisnya. 25
Beberapa prinsip dasar yang perlu dipertimbangkan dalam pengobatan
epilepsi, yaitu:
a. Pada bangkitan yang sangat jarang dan dapat dihilangkan faktor
pencetusnya, pemberian obat harus dipertimbangkan.
b. Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan (ini berarti pasien
mengalami lebih dari 2 kali bangkitan yang sama).
c. Obat yang diberikan sesuai dengan jenis bangkitan.
d. Sebaiknya menggunakan monoterapi, dengan cara ini akan mengurangi
toksisitas, mempermudah pemantuan, dan menghindari interaksi obat.
e. Dosis disesuaikan secara individu.
f. Evaluasi hasilnya.
g. Pengobatan bisa dihentikan setelah bangkitan hilang minimal 2-3 tahun.
OAE diberikan dengan dosis awal yang rendah dan bila perlu dinaikkan
sampai dosis efektif. Penghentian OAE tidak boleh dilakukan secara
15
mendadak karena akan menimbulkan bangkitan berulang. Penurunan dosis
yang dianjurkan setelah remisi tercapai adalah 20% dari dosis total harian
setiap 5 kali waktu paruh. 26,27
2.6 PROGNOSIS
Prognosis epilepsi dihubungkan dengan terjadinya remisi serangan baik
dengan pengobatan maupun status psikososial, dan status neurologis
penderita. Konsep dasar utama prognosis epilepsi adalah kesempatan untuk
mencapai remisi serangan dan kemungkinan terjadinya kematian prematur.
Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pada sebagian besar kasus
remisi akan dicapai pada 2 tahun pertama terapi. Angka remisi spontan tanpa
terapi akan tercapai pada kurang lebih 50% penderita epilepsi. Kejadian relaps
berkisar antara 18-66% setelah OAE dihentikan. Prognosis remisi epilepsi
ditentukan oleh banyak faktor, baik faktor karakteristik usia awitan, tipe, dan
etiologi bangkitan epilepsi, gambaran EEG, pemilihan terapi, dan kepatuhan
penderita terhadap regimen terapi. Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa
penderita epilepsi memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibanding
populasi normal.
Kematian pada epilepsi lebih disebabkan oleh penyakit yang
mendasarinya. Dari berbagai penyebab kematian pada epilepsi, dapat
dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu :
a. Penyakit yang mendasarinya dimana gejalanya berupa epilepsi, misalnya
tumor otak, stroke.
b. Penyakit yang tidak jelas kaitannya dengan epilepsi yang ada, misalnya
pneumonia.
16
c. Sebab langsung dari epilepsi, misalnya status epileptikus, kecelakaan
akibat dari serangan epilepsi, dan sudden expected death. 8
Top Related