SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS GANTRUNG KABUPATEN MADIUN
OLEH:
SYAMSUDDIN WIDODO
NIM. 201403041
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2018
ii
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GANTRUNG
KABUPATEN MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
OLEH:
SYAMSUDDIN WIDODO
NIM. 201403041
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2018
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang.
SKRIPSI
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GANTRUNG
KABUPATEN MADIUN
Menyetujui,
Pembimbing I
Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM
NIS. 20160136
Menyetujui,
Pembimbing II
Cholik Harun R., M.Kes
NIP. 197202222005011001
Mengetahui,
Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat
Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes
NIS. 20150114
iv
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GANTRUNG
KABUPATEN MADIUN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi dan dinyatakan telah memenuhi
sebagian syarat memperoleh gelar S.KM
Madiun, 5 September 2018
Dewan Penguji
1. Ketua Dewan Penguji : Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes (....................)
2. Penguji 1 : Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM (....................)
3. Penguji 2 : Cholik Harun R., M.Kes (....................)
Mengesahkan,
Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes
NIS. 20160130
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan skripsi ini
kepada:
1. Allah SWT, karena hanya atas ridho dan karunia-Nya maka skrispi ini dapat
dibuat dan selesai tepat waktu.
2. Kedua orang tua (Almarhum Bapak Gatot Santoso dan Ibu Yuniati) yang sangat
saya hormati dan cintai, selama ini telah memberikan semangat, dukungan, dan
doa tiada henti untuk kesuksesan dan kelancaran untuk mengerjakan skripsi ini.
3. Kakak – kakak ku Erna Suciati dan Cun Cun Cunara dengan doa dan dukungan
sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
4. Partner spesial selama ini Lutfiana Oktadila Nurjanah yang selalu memberikan
dukungan dan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan dengan baik dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Sahabat – sahabatku (Windy, Nikma, Nurul, Eka, Hery S, Guruh, Gatot, Guntur)
dengan memberikan dukungan sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman terbaik MASBREW (Yudhistira Risaldy), MANGKUMIS (Arief Setyo
Syahputro), MBAH KUNG (Tri Mohamad Farhan Hadi) yang telah memberikan
semangat sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini
vi
7. Bapak dan Ibu Dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang senantiasa
memberikan ilmu yang bermanfaat dan membimbing saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Seluruh kawan S1 Kesehatan Masyarakat angkatan 2014 yang memberikan
bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Syamsuddin Widodo
NIM : 201403041
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar (ahli
madya/sarjana) di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan, sumbernya dijelaskan dalam
tulisan dan daftar pustaka.
Madiun, 5 September 2018
Syamsuddin Widodo
NIM. 201403041
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Syamsuddin Widodo
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Madiun, 26 Januari 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tanjung Manis Nomor 7
Kel. Manisrejo, Kec. Taman, Kota Madiun
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. RA Al – Irsyad Kota Madiun (2001 – 2002)
2. MI ISLAMIYAH 03 Kota Madiun (2002 – 2008)
3. SMP Negeri 13 Kota Madiun (2008 – 2011)
4. MAN 2 Kota Madiun (2011 – 2014)
5. STIKES Bhakti Husada (2014 – 2018)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang
berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun”. Penelitian ini disusun sebagai
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan jenjang Sarjana di Prodi Kesehatan
Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu proses penulisan ini:
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku Ketua
Dewan Penguji.
3. Ibu Hanifah Ardiani, S.KM., M.KM selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan proposal skripsi ini.
4. Bapak Cholik Harun R., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan proposal skripsi ini.
5. Bapak Subandi, Amd. Kep selaku Pemegang Program Jiwa di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun yang telah memberikan petunjuk
selama proses penelitian berlangsung di masyarakat.
x
6. Seluruh pihak UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun yang telah
mendukung dan memfasilitasi penyelesaian penelitian skripsi ini.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, peneliti ucapkan
banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan dan kritik yang bersifat
membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.
Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis serta orang-orang yang peduli dengan dunia kesehatan
masyarakat khususnya.
Madiun, 9 Juli 2018
Penyusun
xi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2018
ABSTRAK
SYAMSUDDIN WIDODO
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
SKIZOFRENIA DI WILYAH KERJA UPT PUSKESMAS GANTRUNG
KABUPATEN MADIUN
132 halaman + 20 tabel + 8 gambar + 13 lampiran
Latar belakang: Skizofrenia merupakan salah satu jenis penyakit atau gangguan
kejiwaan yang serius atau gagguan mental kronis yang dapat menurunkan kualitas
hidup manusia. Kejadian skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun pada tahun 2015 sejumlah 50 kasus, pada tahun 2016 sejumlah 56
kasus, dan pada tahun 2017 sejumlah 60 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menjelaskan faktor yang paling berpengaruh dengan kejadian
skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan case
control dengan jumlah sampel sebanyak 52 kasus dan 52 kontrol. Teknik sampling
kasus dan kontrol menggunakan simple random sampling. Analisa data yang
digunakan adalah analisa univariat, bivariat menggunakan uji Chi Square, dan
multivariat menggunakan regresi logistik. Penelitian dilaksanakan pada 30 Juli
sampai 23 Agustus 2018.
Hasil: Faktor risiko yang hubungan dengan kejadian skizofrenia di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun yaitu pendapatan keluarga (p=0,012;
aOR=3,481; 95%CI=1,321-9,171), pola asuh keluarga (p=0,039; aOR=2,717;
95%CI=1,049-7,035), riwayat keluarga (p=0,000; aOR=6,265; 95%CI=2,423-
16,199). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian skizofrenia dan
tidak termasuk dalam analisis regresi logistik yaitu riwayat pekerjaan (p=0,432;
OR=0,679; 95%CI=0,313-1,472).
Kesimpulan dan saran: Kesimpulan variabel yang berhubungan dengan kejadian
Skizofrenia adalah pendapatan keluarga, riwayat keluarga, pola asuh keluarga. Saran
yang dapat diberikan yaitu lebih meningkatkan edukasi tentang kesehatan jiwa
kepada masyarakat serta bekerja sama dengan masyarakat dan lintas sektor lainnya
untuk membentuk Posyandu Jiwa serta melatih kader jiwa.
Kata kunci : Skizofrenia, faktor risiko skizofrenia
Kepustakaan : 35 (2008 – 2016)
xii
Public Health Program
Health Science College of Bhakti Husada Mulia Madiun 2018
ABSTRACT
SYAMSUDDIN WIDODO
THE ASSOCIATED FACTORS ON INSIDENCE OF SCHIZOPHRENIA IN
GANTRUNG MEDICAL CENTER OF MADIUN COMMUNITY AREA
132 pages + 20 tables + 8 pictures and 13 appendixes
Background: Schizophrenia is one of types of serious psychiatric disorders or
chronic mental disorder which can degrade the quality of human life. The incidence
of schizophrenia in Gantrung medical center of Madiun community area in 2015
were 50 cases, in 2016 were 56 cases, in 2017 were 60 cases. The purpose of this
research was to determine and explain the most influential factors on incidence of
schizophrenia in Gantrung medical center of Madiun community area.
The method: The kind of this research was analytic observational used case control
study. The total samples of this research were 52 cases and 52 controls, and the
technique sampling used simple random sampling. The data analysis of this research
used univariate, bivariate used Chi Square test, multivariate used logistic regression
test. The study was conducted on 30 July to 23 August 2018.
The results: The variables that associated on incidence of schizophrenia in Gantrung
medical center of Madiun community area were family income (p= 0,012;
aOR=3,481; 95%CI=1,321 – 9,171), family parenting (p=0,039; aOR=3,576;
95%CI=1,049 – 7,035), family history (p=0,000; aOR=6,265; 95%CI=2,423 –
16,199). The variable that not associated on incidence of schizophrenia in Gantrung
medical center of Madiun community area and not included in the logistic regression
analysis was employment history (p = 0.432 and OR = 0.679).
Discus and Conclusion: The variables that associated on incidence of schizis were
family income, family history, and family upbringing. Based on this research it was
suggested to improve education about mental health then teamed up to community
and other sectors to form a Mental Posyandu and teach all members of Mental
Posyandu.
Keywords : Schizophrenia, risk factors of schizophrenia
Litterature : 35 (2008-2016)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
SAMPUL DALAM ................................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xix
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ........................................................... xx
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
1.2.1 Rumusan Umum ..................................................................................... 6
1.2.2 Rumusan Khusus .................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8
1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas ........................................................................ 8
1.4.2 Manfaat Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun ........................... 9
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat ....................................................................... 9
1.4.4 Manafaat Bagi Peneliti ........................................................................... 9
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................................ 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia ......................................................................................................... 17
2.1.1 Definisi Skizofrenia ............................................................................... 17
2.1.2 Patofisiologi Skizofrenia ....................................................................... 18
2.1.3 Riwayat Klinis Skizofrenia .................................................................... 24
2.1.4 Gejala Skizofrenia ................................................................................. 25
2.1.5 Perilaku dan rentang respons Skizofrenia ............................................. 30
2.1.6 Tipe Skizofrenia .................................................................................... 31
2.1.7 Kriteria Diagnostik Skizofrenia ............................................................. 35
2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Skizofrenia ...................................... 36
2.2.1 Faktor Internal ....................................................................................... 36
xiv
2.2.1.1 Jenis Kelamin ............................................................................ 36
2.2.1.2 Pekerjaan ................................................................................... 38
2.2.1.3 Tipe Kepribadian ....................................................................... 40
2.2.1.4 Usia ........................................................................................... 41
2.2.2 Sosio-Kultur .......................................................................................... 41
2.2.2.1 Pendapatan Keluarga ................................................................. 41
2.2.2.2 Pola Asuh Keluarga................................................................... 43
2.2.3 Faktor Eksternal .................................................................................... 47
2.2.3.1 Penyakit Peneyerta .................................................................... 47
2.2.3.2 Pengetahuan Keluarga ............................................................... 47
2.2.4 Faktor Somatik ...................................................................................... 49
2.2.4.1 Biologis ..................................................................................... 49
2.2.4.2 Riwayat Keluarga ...................................................................... 50
2.2.5 Faktor Psikososial ................................................................................. 52
2.2.5.1 Status Perkawinan ..................................................................... 54
2.2.5.2 Kegagalan Mencapai Cita-cita .................................................. 54
2.3 Kerangka Teori.................................................................................................. 56
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual ....................................................................................... 59
3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 61
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................................... 62
4.2 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 63
4.2.1 Populasi ................................................................................................ 63
4.2.2 Sampel ................................................................................................. 64
4.3 Teknik Sampling ............................................................................................ 67
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................................. 69
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional................................................ 71
4.5.1 Identifikasi Variabel ............................................................................. 71
4.5.2 Variabel Penelitian ............................................................................... 71
4.5.3 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 71
4.6 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 77
4.7 Uji Validitas dan Reabilitas ........................................................................... 77
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 79
4.8.1 Lokasi Penelitian .................................................................................. 79
4.8.2 Realisasi Kegiatan Penelitian ............................................................... 79
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................... 80
4.9.1 Sumber Data ......................................................................................... 80
4.10 Teknik Pengolahan dan Teknik Analisis Data............................................... 81
4.10.1 Teknik Pengolahan Data .................................................................... 81
4.10.2 Teknik Analisis Data ......................................................................... 82
xv
4.11 Etika Penelitian .............................................................................................. 87
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Puskesmas Gantrung ........................................................... 88
5.1.1 Kondisi Umum Geografis .................................................................... 88
5.1.2 Kondisi Demografi Puskesmas Gantrung ............................................ 89
5.2 Karakteristik Responden ................................................................................... 90
5.2.1 Data Umum .......................................................................................... 90
5.2.2 Data Khusus ......................................................................................... 92
5.3 Hasil Penelitian ................................................................................................. 94
5.3.1 Analisis Bivariat Variabel Penelitian ................................................... 94
5.3.2 Analisis Multivariat .............................................................................. 98
5.4 Pembahasan ....................................................................................................... 99
5.4.1 Faktor-Faktor yang Terbukti Berhubungan dengan Kejadian
Skizofrenia ............................................................................................ 100
5.4.2 Faktor-Faktor yang Tidak Terbukti Berhubungan dengan Kejadian
Skizofrenia ............................................................................................ 112
5.5 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 116
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 118
6.2 Saran .................................................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 121
LAMPIRAN ........................................................................................................... 126
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.5 Keaslian Penelitian ....................................................... 10
Tabel 2.1 Gejala Skizofrenia ......................................................... 28
Tabel 2.2 Perilaku yang Berhubungan dengan Masalah Kognitif 30
Tabel 4.1 Nilai Odds Ratio Beberapa Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Skizofrenia ........................................ 66
Tabel 4.2 Definisi Operasional Faktor-Faktro yang Berhubungan
dengan Kejadian Skizofrenia ........................................ 73
Tabel 4.3 Realisasi Kegiatan Penelitian ....................................... 79
Tabel 4.4 Coding Data Variabel Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia .................. 81
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 90
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Kelompok Umur di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 91
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Status Pernikahan di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 91
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Riwayat Pekerjaan di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ............ 92
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ............ 92
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Pola Asuh Keluarga di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ............ 93
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Riwayat Keluarga di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 93
Tabel 5.8 Hubungan Antara Riwayat Pekerjaan dengan
Kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 94
Tabel 5.9 Hubungan Antara Pendapatan Keluarga dengan
Kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 95
xvii
Tabel 5.10 Hubungan Antara Pola Asuh Keluarga dengan
Kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun ..................... 96
Tabel 5.11 Hubungan Antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian
Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Gantrung Kabupaten Madiun ....................................... 97
Tabel 5.12 Rangkuman Hasil Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia .................. 98
Tabel 5.13 Hasil Uji Regresi Logistik ............................................ 99
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Terjadinya Gejala Positif dan Negatif pada
Gangguan Psikotik ........................................................ 20
Gambar 2.2 Jalur Dopaminergik Syaraf ........................................... 21
Gambar 2.3 Perbedaan Otak Normal dengan Otak Skizofrenia ....... 21
Gambar 2.4 Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Skizofrenia ..................................................... 57
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Skizofrenia ........................................ 60
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Case Control (Kasus Kontrol) .. 62
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Skizofrenia ..................................................... 70
Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten
Madiun .......................................................................... 88
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian dan Inform Consent ...... 126
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ..................................................... 128
Lampiran 3 Lembar Observasi Kontrol ........................................... 132
Lampiran 4 Lembar Observasi Kasus .............................................. 133
Lampiran 5 Kartu Bimbingan Skripsi .............................................. 134
Lampiran 6 Surat Pencarian Data Awal ........................................... 136
Lampiran 7 Surat Uji Validitas dan Reliabilitas .............................. 139
Lampiran 8 Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas .............................. 140
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ...................................................... 148
Lampiran 10 Dokumentasi ................................................................. 151
Lampiran 11 Skor T Pola Asuh Keluarga .......................................... 152
Lampiran 12 Input Data Kuesioner .................................................... 157
Lampiran 13 Output Data Kuesioner ................................................. 162
xx
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
PPDGJ : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
Skizofrenia : Gangguan Jiwa Berat
Introvet : Tipe Kepribadian Tertutup
Ekstrovet : Tipe Kepribadian Terbuka
ODGJ : Orang Dengan Gangguan Jiwa
Support : Dukungan
Blocking : Pikiran yang kadang seakan-akan berhenti, tidak timbul ide lagi
ODS : Orang Dengan Skizofrenia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skizofrenia merupakan salah satu jenis penyakit atau gangguan kejiwaan
yang serius atau gagguan mental kronis yang dapat menurunkan kualitas hidup
manusia. Penderita Skizofrenia mengalami halusinasi, pikiran tidak logis, waham
yang menyebabkan mereka berperilaku agresif, dan sering berteriak-teriak
histeris. Walaupun gejala pada setiap penderita bisa berbeda, tetapi secara kasat
mata perilaku penderita Skizofrenia berlainan dengan orang normal (Reza, 2015).
Terdapat 21 juta orang terkena Skizofrenia (WHO, 2016), studi
epidemiologi pada tahun 2010 menyebutkan bahwa angka prevalensi Skizofrenia
di Indonesia 0,3% sampai 1% dan biasanya timbul pada usia 18–45 tahun, namun
ada pula yang masih berusia 11–12 tahun sudah menderita Skizofrenia. Insiden
gangguan jiwa berat atau Skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar
400.000 orang (Riskesdas, 2013). Berdasarkan jumlah tersebut 14,3% atau sekitar
57.000 orang pernah atau sedang dipasung (Depkes RI, 2013). Jumlah kunjungan
gangguan jiwa yang didalamnya termasuk Skizofrenia di Puskesmas sebanyak
4.296.263 jiwa (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2016) dan penderita Skizofrenia
pada tahun 2016 mencapai 2.238 jiwa (Dinas Sosial Jawa Timur, 2016).
Prevalensi Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun menempati urutan kedua setelah Puskesmas Geger dengan
jumlah Skizofrenia 175 orang pada tahun 2017 namun dari 175 pasien sebagian
telah meninggal dunia. Pada Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten
2
Madiun jumlah kasus Skizofrenia mengalami kenaikan tren dari mulai tahun 2015
sejumlah 50 kasus, pada tahun 2016 berjumlah 56 kasus, dan pada tahun 2017
berjumlah 60 kasus dengan rincian pasien laki-laki berjumlah 28 orang dan
perempuan 32 orang.
Dari survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada 10 pasien
Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa pasien dengan riwayat keluarga
Skizofrenia dan pendapatan keluarga di bawah UMK Kabupaten tahun 2018
dilihat dari pekerjaan mayoritas buruh tani, IRT, swasta, dan lain-lain, serta masih
buruknya pola asuh keluarga yang diantaranya otoriter. Selain itu ada masalah
perkawinan yang menjadi pencetus Skizofrenia.
Kronologi terjadinya Skizofrenia yaitu dipengaruhi oleh faktor genetik,
lingkungan (seperti trauma di masalalu, masalah interpersonal, masalah keluarga,
kegagalan mencapai cita-cita, himpitan ekonomi), pola asuh keluarga yang tidak
baik seperti pola asuh otoriter dan penelantaran. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan skizofrenia antara lain faktor internal (riwayat pekerjaan, pendapatan
keluarga); faktor eksternal (penyakit penyerta); faktor somatik (riwayat keluarga);
faktor psikososial (masalah perkawinan, pola asuh keluarga, gagal mencapai cita-
cita); faktor tipe kepribadian (introvet dan ekstrovet).
Riwayat pekerjaan merupakan faktor yang berhubungan dengan Skizofrenia
bahwa tidak bekerja dapat menimbulkan stress, depresi dan melemahnya kondisi
kejiwaan karena orang yang tidak memiliki pekerjaan menimbulkan rasa
ketidakberdayaan dan rasa tidak optimis (tidak percaya diri) terhadap masa depan
3
(Semiun, 2006 dalam Agung 2016). Menurut penelitian Agung Wahyudi dan
Arulita Ika Fibriana (2016) menunjukkan ada hubungan antara status pekerjaan
dengan kejadian Skizofrenia yang memiliki nilai OR 3,385 (95% CI 1,180-9,708).
Pendapatan keluarga merupakan faktor yang berhubungan dengan
Skizofrenia bahwa pendapatan keluarga yang rendah sangat mempengaruhi
kehidupan seseorang dan mempengaruhi kondisi kejiwaannya sebab tekanan
ekonomi dan kebutuhan hidup lainnya menyebabkan stres yang tinggi (Graham,
1989 dalam Erlina 2010). Menurut Erlina (2010) menunjukkan ada hubungan
antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia yang memiliki nilai OR
7,482 (95% CI; 2,852-19,657).
Pola asuh keluarga merupakan faktor yang berhubungan dengan terjadinya
Skizofrenia karena pada pola asuh keluarga pada masa awal kehidupan anak
sangat berperan dalam munculnya gangguan jiwa pada masa berikutnya. Apabila
seorang anak dibesarkan dengan pola asuh yang baik maka anak tersebut akan
tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Hal ini didukung oleh Anita (2010)
dalam Astrid Gheafani Lazuardi (2015) orangtua yang menerapkan pola asuh
otoriter dapat menjadikan anak mengalami gangguan jiwa, hal ini dapat terjadi
karena orangtua tidak memberikan kesempatan kepada anak berpendapat,
menjaga jarak dengan anak, mengejar anak dengan tuntutan orang tua. Sesuai
dengan Tridhonanto (2014) dalam Astrid Gheafani Lazuardi (2015) anak dengan
pola asuh otoriter cenderung sifat mudah tersinggung, mudah stres, mudah
terpengaruh, penakut, pemurung, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas
dan anak dengan pola asuh permisif cenderung agresif, tidak punya rasa percaya
4
diri, suka memberontak, tidak jelas arah hidupnya. Menurut Astrid Gheafani
Lazuardi (2015) ada hubungan pola asuh keluarga dengan kejadian Skizofrenia
dengan nilai p 0,000 < 0,05 OR 8,64.
Riwayat keluarga atau faktor keturunan merupakan faktor yang
berhubungan dengan kejadian Skizofrenia karena adanya gen resesif pada diri
seseorang, perkawinan antara pasangan yang memilki gen resesif Skizofrenia akan
menghasilkan 36% diturunkan kepada anak sehingga peran gen dalam kejadian
Skizofrenia sangat kompleks dan masih dipengaruhi oleh faktor lain seperti
kondisi ketika masih dalam kandungan (Hawari, 2012). Menurut penelitian
Agung Wahyudi dan Arulita Ika Fibriana (2016) menunjukkan ada hubungan
antara riwayat keluarga atau keturunan dengan kejadian Skizofrenia yang memilki
nilai OR 6,234 (95% CI 2,038-19,069).
Secara umum dampak yang ditimbulkan penderita Skizofrenia bagi keluarga
antara lain efek emosional (psikologis) yaitu rasa bersalah, dendam, marah, malu,
kebingungan dan keputusasaan adalah beberapa emosi yang dirasakan oleh
mereka yang terkait dan merawat seseorang dengan Skizofrenia. Orang tua merasa
bersalah dan marah jika mereka memilki anak dengan Skizofrenia, karena orang
tua merasa khawatir bagaimana penyakit tersebut bisa berkembang.
Dampak selanjutnya ada efek sosial yaitu memiliki Skizofrenia dapat
membuat pekerjaan, menjaga hubungan dan perawatan/pemenuhan kebutuhan
pribadi sangat sulit, karena orang-orang dengan Skizofrenia sering berdelusi dan
berhalusinasi, mereka merasa sulit untuk mempertahankan pekerjaan, yang
menyebabkan tekanan keungan atau himpitan ekonomi pada keluarga yang
5
merawat mereka dan untuk keluarga dengan anggota keluarga Skizofrenia,
pengobatan menyebabkan bertambahnya pengeluaran serta bertamhanya biaya
hidup. Orang dengan Skizofrenia memerlukan obat, terapi dan kebutuhan hidup
lainnya untuk berkembang. Bagi mereka yang sudah menikah atau dalam
hubungan dengan seorang Skizofrenia, kegiatan sederhana dan menyenangkan
seperti menghadiri suatu acara resmi ataupun acara liburan menjadi salah satu
kekhawatiran ketika penderita Skizofrenia tidak dapat dikendalikan dan
bertingkah tidak wajar didepan umum.
Efek sosial ini akan yang akan mempengaruhi orang tua atau keluarga
meliputi; gangguan terhadap rutinitas orang tua atau keluarga dari penderita
Skizofrenia, orang tua atau keluaraga akan mengabaikan kebutuhan pribadi,
hubungan dengan putra putrinya yang lain akan merasakan perbedaan perlakuan,
waktu dengan anak-anaknya yang lain akan berkurang, hubungan dengan
pasangan akan kurang harmonis dan adanya konflik yang sering terjadi, adanya
pengasingan yaitu banyak stigma negatif dari masyarakat kepada penderita
Skizofrenia sehingga orang tua atau keluaraga dari penderita enggan untuk
terbuka, hubungan dengan saudara yang lain akan mengalami kurangnya
komunikasi.
Dengan mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian Skizofrenia
maka dari itu mendorong penulis untuk memberikan saran solusi kepada keluarga
penderita Skizofrenia karena peran keluarga untuk penderita Skizofrenia sangat
besar dibandingan dengan peran petugas kesehatan salah satunya dengan cara
petugas kesehatan memberikan support kepada keluarga Skizofrenia agar tidak
6
berputus asa dan selalu memberikan dukungannya untuk merawat anggota
keluarganya yang menderita Skizofrenia serta tidak lupa memberikan pengertian
agar keluarga mau terbuka dengan petugas kesehatan tentang apa yang dialami
penderita Skizofrenia guna petugas dapat memantau perkembangan penderita
Skizofrenia, serta bekerja sama dengan sektor lain untuk mengantisipasi bila
penderita Skizofrenia melakukan hal-hal yang membahayakan orang lain. Saran
solusi lain yaitu untuk mencegah Skizofrenia agar petugas kesehatan membentuk
tim untuk melakukan kegiatan penyuluha tentang pentingnya manajemen stres.
Namun pada kenyataannya masih terdapat pasien Skizofrenia yang bertambah
serta belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti Skizofrenia di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Gantrung.
Berdasarkan gambaran permasalahan diatas menarik peneliti untuk meneliti
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, terdapat rumusan
masalah yaitu faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kejadian
Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
7
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1. Bagaimana gambaran kejadian penyakit Skizofrenia, jenis kelamin, status
perkawinan, riwayat pekerjaan, riwayat keluarga, pola asuh keluarga,
pendapatan keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten
Madiun?
2. Apakah ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia
di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun?
3. Apakah ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan kejadian Skizofrenia
di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun?
4. Apakah ada hubungan antara riwayat keluarga (genetik) dengan kejadian
Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun?
5. Apakah ada hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun?
6. Apakah variabel yang paling berhubungan dengan kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
8
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran penyakit Skizofrenia, karakteristik responden
berdasarkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, riwayat pekerjaan, riwayat
keluarga, pola asuh keluarga, pendapatan keluarga di Wilayah Kerja
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
2. Mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia
di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
3. Mengetahui hubungan antara pola asuh keluarga dengan kejadian Skizofrenia
di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
4. Mengetahui hubungan antara riwayat keluarga (genetik) dengan kejadian
Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
5. Mengetahui hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
6. Mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Puskesmas
1. Sebagai bahan masukan dan evaluasi agar mampu meningkatkan dan
mengoptimalkan pelayanan kesehatan terutama pada Orang Dengan Gangguan
Jiwa (Skizofrenia).
2. Menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara
institusi tempat praktik peminatan.
9
1.4.2 Manfaat bagi STIKES Bakti Husada Mulia Madiun
1. Memperkenalkan program kepada institusi yang bergerak dibidang kesehatan
yaitu Puskesmas Gantrung.
2. Terbinanya kerja sama dengan institusi tempat praktik peminatan dalam upaya
meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara akademik dengan
pengetahuan dan keterampilyuan.
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan keterampilan serta mengaplikasikan ilmu yang
didapatkan selama perkuliahan dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun.
1.5 Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelitian sebelumnya telah dilakukan upaya penelusuran
pustaka dan tidak dijumpa adanya penelitian atau publikasi sebelumnya yang telah
menjawah permasaslahan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabuaten Madiun.
10
Tabel 1.5 Keaslian Penelitian
No
Judul
Penelitian
Nama
Peneliti,
Tempat
dan Tahun
Penelitian
Rancangan
Penelitian Variabel Hasil
1. Faktor
Risiko
Kejadian
Skizofrenia
Lina
Handayani,
Febriani,
Aprilia
Rahmadani,
Azidanti
Saufi;
Rumah
Sakit Jiwa
Grhasia
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
(DIY) tahun
2015
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
epidemiolog
i analitik
observasion
al dengan
menggunak
an
rancangan
penelitian
studi cross
sectional.
1. Faktor
Riwayat
Keluarga
2. Faktor
Stresor
Psikososial
Masalah
Hubungan
Interpersonal
3. Faktor
Stresor
psikososial
faktor
keluarga
4. Faktor
stresor
psikososial
masalah
perkawinan
(ketidak
harmonisan
rumah
tangga)
5. Faktor
psikososial
lain
(kekerasan
fisik,
penganiayaa
n, sakit berat,
korban
bencana
alam)
6. Faktor
tingkat
pendidikan
7. Faktor status
pekerjaan
1. Riwayat
Keluarga
dengan
P value (0,0
48); CI
95%
(1,004-
1,423); RP
(1,195)
2. Stresor
Psikososial
Masalah
Hubungan
Interperson
al
P value (0,0
14); CI
95%
(1,056-
1,497); RP
(1,257)
3. Stresor
psikososial
faktor
keluarga
P value (0,0
02); CI
95%
(1,063-
1,756); RP
(1,366)
4. Stresor
psikososial
masalah
perkawinan
P value (1,0
00); CI
95%
(0,874-
1,225); RP
11
No
Judul
Penelitian
Nama
Peneliti,
Tempat
dan Tahun
Penelitian
Rancangan
Penelitian Variabel Hasil
(1,035)
5. Faktor
psikososial
lain
P value (0,7
17); CI
95%
(0,870-
1,2865); RP
(1,058)
6. Faktor
tingkat
pendidikan
P value (1,0
00); CI
95%
(0,845-
1,194); RP
(1,005)
7. Faktor
status
pekerjaan
P value (0,5
02); CI
95%
(0,890-
1,281); RP
(1,068)
2. Faktor
Resiko
Terjadinya
Skizofrenia
AgungWah
yudi,
Arulita Ika
Fibriana;
di Wilayah
Kerja
Puskesmas
Pati II tahun
2014
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
kuantitatif
dengan
rancangan
case
control.
1. Faktor jenis
kelamin
2. Faktor tempat
tinggal
3. Faktor tipe
kepribadian
4. Faktor status
perkawinan
5. Faktor
tingkat
pendidikan
6. Faktor status
pekerjaan
1. Faktor jenis
kelamin
P value (0,0
02); CI 95%
(2,006-
18,173); R
(6,038)
2. Faktor
tempat
tinggal
P value (0,0
42); CI 95%
(1,196-
Lanjutan Tabel 1.5 Keaslian Penelitian
12
No
Judul
Penelitian
Nama
Peneliti,
Tempat
dan Tahun
Penelitian
Rancangan
Penelitian Variabel Hasil
7. Faktor sosio-
ekonomi
8. Faktor
riwayat
keluarga
9. Faktor
pencetus
(kematian
keluarga
yang dicintai)
15,252); R
(4,263)
3. Faktor tipe
kepribadian
P value (0,0
00); CI 95%
(4,193-
48,673); R
(14,286)
4. Faktor
status
perkawinan
P value (0,0
10); CI 95%
(1,575-
1,312); R
(4,747)
5. Faktor
tingkat
pendidikan
P value (0,7
05); CI 95%
(0,616-
5,768); R
(1,886)
6. Faktor
status
pekerjaan
P value (0,0
40); CI 95%
(1,180-
9,708); R
(3,385)
7. Faktor
sosio-
ekonomi
P value (0,0
35); CI 95%
(1,220-
10,962); R
(3,657)
Lanjutan Tabel 1.5 Keaslian Penelitian
13
No
Judul
Penelitian
Nama
Peneliti,
Tempat
dan Tahun
Penelitian
Rancangan
Penelitian Variabel Hasil
8. Faktor
keturunan
P value (0,0
02); CI 95%
(2,038-
19,069); R
(6,234)
9. Faktor
pencetus
P value (0,0
00); CI 95%
(6,024-
88,908); R
(23,143)
3. Determinan
Terhadap
Timbulnya
Skizofrenia
Pada Pasien
Rawat Jalan
Erlina,
Soewadi,
Dibyo
Pramono;
Rumah
Sakit Jiwa
Prof. Hb
Saanin
Padang
Sumatera
Barat
(2010)
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
case control
berbasis
rumah sakit
dan
pengambila
n sampel
dilakukan
dengan cara
non
probability
sampling
dengan
metodefixed
disease
sampling.
1. Faktor umur
2. Faktor jenis
kelamin
3. Faktor status
pekerjaan
4. Faktor status
pendidikan
5. Faktor status
perkawinan
6. Faktor
konflik
keluarga
7. Faktor
perpisahan
dengan orang
tua
8. Faktor gagal
mencapai
cita-cita
9. Faktor pola
asuh
keluarga
10. Faktor status
ekonomi
1. Faktor
umur
P value (0,6
83); CI
95%
(0,530-
2,634); OR
(1,182)
2. Faktor jenis
kelamin
P value (0,0
11); CI
95% (1,14-
4,96); OR
(2,37)
3. Faktor
pekerjaan
P value (0,0
00); CI
95% (1,85-
10,29); OR
(4,33)
4. Faktor
status
pendidikan
P value (0,3
26); CI
Lanjutan Tabel 1.5 Keaslian Penelitian
14
No
Judul
Penelitian
Nama
Peneliti,
Tempat
dan Tahun
Penelitian
Rancangan
Penelitian Variabel Hasil
95% (0,28-
46,37); OR
(0,278)
5. Faktor
status
perkawinan
P value (0,5
40); CI
95%
(0,202-
1,44); OR
(0,540)
6. Faktor
konflik
keluarga
P value (0,7
32); CI
95% (0,54-
2,33); OR
(1,13)
7. Faktor
perpisahan
dengan
orang tua
P value (0,4
36); CI
95% (0,34-
1,589); OR
(0,737)
8. Faktor
gagal
mencapai
cita-cita
P value (0,0
01); CI
95% (1,38-
5,78); OR
(2,82)
9. Faktor pola
asuh
keluarga
Lanjutan Tabel 1.5 Keaslian Penelitian
15
No
Judul
Penelitian
Nama
Peneliti,
Tempat
dan Tahun
Penelitian
Rancangan
Penelitian Variabel Hasil
P value (0,0
35); CI
95% (0,29 -
0,955); OR
(0,496)
10. Faktor
status
ekonomi
P value (0,0
00); CI
95% (2,52-
14,60); OR
(6,00)
4. Hubungan
Masalah
Psikososia
Dengan
Kejadian
Skizofrenia
Cepi
Hidayat,
Reini
Astuti, dan
Wulan
Novika
Ambarsari;
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Cibeber
(2015)
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
dengan
pendekatan
Case
control.
1. Faktor
Psikososial
1. Faktor
psikososial
P value (0,0
05); CI
95%
(2,320-
81,487);
OR
(13,750)
5. Hubungan
Antara
Faktor
Somatik,
Psikososial,
Dan Sosio-
Kultur
Dengan
kejadian
Skizofrenia
Tunjung
Laksono
Utomo;
Instalasi
Rawat Jalan
Rsjd
Surakarta
(2012)
Jenis
penelitian
ini adalah
penelitian
deskriptif
korelatif.
Sedangkan
teknik
pengambila
n data
menggunak
an
pendekatan
cross
sectional.
1. Faktor
somatik
2. Faktor
psikososial
3. Faktor sosio-
kultur
1. Faktor
somatik
P value (0,
004); OR
(6,118)
2. Faktor
psikososial
P value (0,
000); OR
(50,556)
3. Faktor
sosio kultur
P value (0,
040); OR
(3,454)
Lanjutan Tabel 1.5 Keaslian Penelitian
16
Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah:
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian berada di Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten
Madiun.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian Skizofrenia.
3. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor pendapatan keluarga.
4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah orang dengan Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT
Gantrung Kabupaten Madiun.
5. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan obsevasi analitik. Desain
penelitian ini menggunakan case control
17
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
2.1.1 Definisi Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, scizein yang memiliki arti “terpisah
/ batu pecah” dan phren berarti “jiwa”. Secara umum Skizofrenia diartikan sebagai
pecahnya / ketidakserasian antara emosi, kognitif, dan perilaku. Skizofrenia adalah
suatu psikosis fungsional dengan gangguan mental kronis atau menahun utama
pada proses pikir serta ketidak serasian antara proses pikir dan emosi. Kemauan
dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan
halusinasi, assosiasi terbagi-bagi sehingga inkoherensi. Pada Skizofrenia,
kesadaran dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif dapat berkembang di kemudian hari (Sutejo, 2013). Penyakit
Skizofrenia atau Schizophrenia artinya kepribadian yang terpecah; antara pikiran,
perasaan, dan perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai dengan
pikiran dan perasaannya. Secara spesifik Skizofrenia adalah orang yang
mengalami gangguan emosi, pikiran, dan perilaku (Eko Prabowo, 2014).
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya
penyimpangan yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai
dengan adanya ekspresi emosi yang tidak wajar. Skizofrenia sering ditemukan
pada lapisan masyarakat dan dapat dialami oleh setiap manusia. Skizofrenia
adalah sindrom etiologi yang tidak diketahui dan ditandai dengan gangguan
kognisi, emosi, persepsi, pemikiran, dan perilaku. Meskipun Skizofrenia dibahas
18
sebagai penyakit tunggal, namun sebenarnya terdiri atas sekelompok gangguan
etilogi heterogen. (Sutejo, 2013) Skizofrenia merupakan gangguan yang
berlangsung selama minimal 1 bulan gejala fase aktif.
Gangguan Skizofrenia juga dikarakteristikkan dengan gejala positif (delusi
dan halusinasi), gejala negatif (menarik diri, penurunan daya pikir, dan penurunan
emosi), gangguan kognitif (memori, perhatian, pemecahan masalah, dan sosial).
Selain itu, Skizofrenia juga memiliki beberapa tipe seperti paranoid, heberfrenik,
katatonik, residual, dan undifferetiated. Dibanding dengan gangguan mental yang
lain, Skizofrenia bersifat kronis dan melemahkan. Bagi individu yang pernah
mengidap Skizofrenia dan pernah dirawat, maka kemungkinan kambuh sekitar 50-
80%, selain itu harapan hidup pasien Skizofrenia 10 tahun lebih pendek daripada
pasien dengan gangguan mental yang lain (Sutejo, 2013). Skizofrenia dapat timbul
mulai usia 17 tahun (Siti Zahnia, 2016).
2.1.2 Patofisiologi Skizofrenia
Secara terminologi, Skizofrenia berarti skizo adalah pecah dan frenia adalah
kepribadian. Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan
dasar pada kepribadian, distorsi perasaan pikir, waham yang tidak wajar,
gangguan persepsi, afek (perasaan) yang upnormal. Meskipun demikian kesadaran
yang jernih, kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu, mengalami
ketidakmampuan berat dalam menilai kenyataan (pekerjaan, sosial, dan waktu
senggang) (Fitri Fausiah, 2008).
19
Secara biologis, penyebab skizofrenia adalah gangguan neurofisiologis yang
bersifat bawaan. Selain faktor biologis, skizofrenia disebabkan oleh faktor
psikososial dan sosiokultural (Supratiknya, 2003). Faktor lingkungan yang
menyebabkan skizofrenia meliputi penyalahgunaan obat, pendidikan yang
rendah, dan status ekonomi (Carpenter, 2010 dalam Siti Zahnia, 2016). Onset
(gejala awal suatu penyakit) skizofrenia biasanya terjadi pada masa akhir remaja
atau awal dewasa usia 20 tahun, pada masa dimana otak sudah mencapai
kematangan yang penuh (Nevid et al., 2005 dalam Siti Zahnia, 2016). Angka
kejadian pria lebih banyak dari pada wanita dengan perbandingan 1,4 : 1
(McGrath et al., 2008 dalam Siti Zahnia, 2016).
Patofisiologi Skizofrenia dihubungankan dengan genetik dan lingkungan.
Faktor genetik dan lingkungan saling berhubungan dalam patofisiologi terjadinya
Skizofrenia. Neurotransmitter yang berperan dalam patofisiologinya adalah DA,
5HT, glutamat, peptide, norepinefin. Pada pasien Skizofrenia terjadi
hiperreaktivitas sistem dopaminergik (hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik
kemudian berkaitan dengan gejala positif dan hipodopaminergia pada sistem
mesocortis dan nigrostriatal lalu yang bertanggungjawab terhadap gejala negatif
dan gejala ekstrapiramidal). Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor
dopamine-2 (D2) yang akan dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada
jaringan otak pasien Skizofrenia. Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada
sistem mesolimbik yang bertanggungjawab terhadap gejala positif. Sedangkan
peningkatan aktivitas serotonergik akan menurunkan aktivitas dopaminergik pada
20
sistem mesocortis yang bertanggungjawab terhadap gejala negatif (Fitri Fausiah,
2008).
Sumber: Fitri Fausiah, 2008
Gambar 2.1 Mekanisme Terjadinya Gejala Positif dan Gejala Negatif pada
Gangguan Psikotik
Adapun jalur dopaminergik syaraf yang terdiri dari beberapa jalur, yaitu:
1. Jalur nigrostriatal: dari substantia migra ke bassal ganglia (fungsi gerakan,
EPS).
2. Jalur mesolimbik: dari tekmental area menuju ke limbik (memori, sikap,
kesadaran, proses stimulus).
3. Jalur mesocortical: dari tekmental area menuju frontal cortex (kognisi, fungsi
sosial, komunikasi, respon terhdapa stres).
4. Jalur tuberoinfendibular: dari hipotamalus ke kelenjar tituitary (pelepasan
prolaktin).
21
Sumber: Fitri Fausiah, 2008
Gambar 2.2 Jalur Dopaminergik Syaraf
Pemeraiksaan CT scan dan MRI pada penderita Skizofrenia
menunjukan atropi lobus frontalis yang menimbulkan gejala negatif
dan kelainan pada hippocampus yang menyebabkan gangguan memori
(Fitri Fusiah, 2008).
Sumber: Fitri Fausiah, 2008
Gambar 2.3 Perbedaan Keadaan Otak Normal dengan Otak Skizofrenia
Skizofrenia merupakan penyakit yang memperngaruhi otak. Pada otak
terjadi proses penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmiter) yang akan
menerukan pesan sekitar otak. Pada pasien Skizofrenia atau ODS (Orang Dengan
Skizofrenia), produksi neurotransmiter-dopamin berlebihan, sedangkan kadar
dopamin tersebut berperan penting pada perasaan (afek) senang dan pengalaman
mood yang berbeda. Bila kadar dopamin tidak seimbang, berlebihan atau kurang
22
penderita dapat mengalami gejala postif dan negatif. Penyebab
ketidakseimbangan dopamin ini masih belum diketahui atau dimengerti
sepenuhnya. Pada kenyataannya, awal terjadinya Skizorfrenia kemungkinan
disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor tersebut (Fitri Fausiah, 2008). Faktor-
faktor yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya Skizorfrenia, antara lain:
a. Sejarah keluarga (genetik/keturunan)
b. Tumbuh kembang ditengah-tengah kota (lingkungan)
c. Penyalahgunaan obat seperti amphetamine
d. Stres yang berlebihan
e. Komplikasi kehamilan
Sering kali pasien yang jelas mengalami Skizofrenia tidak dapat dimasukkan
dengan mudah kedalam salah satu tipe. PPDGJ-III mengklasifikasikan pasien
tersebut kedalam tipe tak terinci. Kriteria diagnostik menurut PPDGJ-III yaitu
(Fitri Fausiah, 2008):
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis Skizofrenia.
b. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia paranoid, hebefrenik,
atau katatonik.
c. Tidak memenuhi kriteria Skizofrenia residual atau depresi pasca Skizofrenia.
Dopamin adalah suatu neurotransmiter yang terbentuk di otak dan organ tubuh
lain. Neurotransmiter adalah senyawa yang menghantarkan sinyal atau pesan atau
rangsangan antar sel saraf dengan sel yang lainnya. Fungsi dopamine dikenal
sebagai neurotransmiter yang menghantarkan sinyal hanya di dalam otak namun,
dopamine juga diketahui memilki fungsi bagi organ – organ lain. Di dalam otak
23
(susunan saraf pusat), dopamine memiliki peran dalam mengatur pergerakan,
pembelajaran, daya ingat, emosi, rasa senang, tidur, dan kognisi (Siti Zahnia,
2016).
1. Kelainan Dopamine
1) Kekurangan dopamine didalam tubuh dapat menyebabkan stres, gangguan
pola tidur, nafsu makan menurun, serta gangguan seksual, mood, susunan
saraf pusat.
a. Depresi
Gejala – gejala depresi pada seseorang meliputi kehilangan rasa
senang, merasa tidak memiliki tenaga, dan menjadi apati (lebih pasif).
b. Restless legs syndrome
Timbul rasa tidak nyaman pada kaki saat tidak beraktifitas kemudian
menghikang dengan pergerakan, gejala dirasakan lebih berat saat sore
hari. Pada sindrom ini timbul gerakan kaki yang tidak disadari saat tidur.
c. Gangguan fokus dan ADHD
Kadar dopamine yang rendah menyebabkan gangguan berpikir,
konsentrasi dan fokus. ADHD merupakan suatu kelainan yang umumnya
terjadi pada anak kecil dimana terdapat gangguan berkonstrasi dan sangat
hiperaktif.
d. Penyakit parkinson dan kehilangan kontrol motorik
Gejala yang muncul seperti kekakuan otot, kehilangan keseimbangan,
pergerakan menjadi lambat, gemetar (tremor), dan gangguan bicara.
24
2. Kadar dopamine yang berlebihan juga tidak baik bagi tubuh dan menyebabkan
beberapa gangguan. Gangguan yang timbul antara lain:
a. Perilaku berbahaya
Perilaku yang timbul akibat dopamine berlebih adalah gelisah, psikosis,
kecanduan, agresif, suka mengambil resiko.
b. Skizofrenia
Skizofrenia merupakan penyakit kejiwaan yang ditandai dengan adanya
gangguan perilaku, waham (keyakinan yang salah), halusinasi dan gangguan
pikiran serta berbica adalah salah satu akibat dari kelebihan kadar dopamine
c. Kelebihan dopamine akibat pemakaian obat terlarang
Pemakian obat terlarang jenis tertentu dapat menyebabkan peningkatan
dopamine. Bila obat dihentikan dan kadar dopamine menurun, akan timbul
gangguan mood (panik dan depresi). Gejala putus obat ini yang
menyebabkan seseorang sulit lepas dari kecanduan.
2.1.3 Riwayat Klinis Skizofrenia
Linda Carman (2007) dalam Eko Prabowo (2014) menyebutkan bahwa
riwayat klinis Skizofrenia sering kali rumit dan cenderung terjadi dalam tiga fase,
yaitu:
1. Fase Prodromal
a. Kemunduran dalam waktu lama (6 sampai 12 bulan) dalam tingkat fungsi
perawatan diri, sosial, waktu luang, pekerjaan, atau akademik.
b. Timbul gejala positif dan negatif.
25
c. Periode kebingungan pada klien dan keluarga.
2. Fase Aktif
a. Permulaan intervensi asuhan kesehatan, khususnya hospitalisasi.
b. Pengenalan pemberian obat dan modalitas terapeutik lainnya.
c. Perawatan difokuskan pada rehabilitasi psikiatrik saat klien belajar untuk
hidup dengan penyakit yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku.
3. Fase Residual
a. Pengalaman sehari-hari dengan penanganan gejala.
b. Pengurangan dan penguatan gejala.
c. Adaptasi.
2.1.4 Gejala Skizofrenia
Sementara itu menurut Blueler yang dikutip dari Maramis (2005) dalam Eko
Prabowo (2014), gejala-gejala Skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu:
A. Gejala Primer
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, dan isi pikiran)
Pada Skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran yang
terganggu terutama adalah asosiasi, kadang-kadang satu ide lain. Seseorang
dengan Skizofrenia juga mempunyai pikiran yang kadang seakan-akan berhenti,
tidak timbul ide lagi. Keadaan ini dinamakan “Blocking” biasanya berlangsung
beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang sampai beberapa hari.
26
2. Gangguan efek dan emosi
Gangguan ini pada Skizofrenia mungkin berupa:
a. Kedangkalan efek dan emosi (emotional blunting)
b. Parathimi: apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada
penderita timbul rasa sedih atau marah
c. Paramimi: penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi menangis.
Kadang-kadang emosi dan efek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan,
misalnya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari tetapi
mulutnya tertawa.
d. Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat seolah-olah
sedang bermain sandiwara.
e. Yang terpenting juga pada Skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk
mengadakan hubungan emosi yang baik (emotional rapoort). Karena terpecah
belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan mungkin terdapat
bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu ornag yang sama
atau menangis dan tertawa tentang satu hal yang sama ini dinamakan
ambivalensi pada efek.
3. Gangguan Kemauan
Banyak penderita dengan Skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka
tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan.
Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat atau
mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu dijelaskan.
27
4. Gejala Psikomotor
Gejala ini juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan
kelompok gejala ini oleh Bleuker dimasukkan kedalam kelompok gejala
skizofrenia yang sekunder sebab didapati juga pada penyakit lain.
B. Gejala Sekunder
1. Waham
Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali. Mayor Gross membagi
waham dalam 2 kelompok:
a. Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa
dari luar.
b. Waham sekunder biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan
cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala Skizofrenia lain.
2. Halusinasi
Pada Skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini
merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling
sering pada Skizofrenia adalah halusinasi pendengaran (aditif atau akustik).
Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktoris), halusinasi cita rasa
(gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktik). Halusinasi penglihatan agak
jarang pada Skizofrenia, lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan
sindroma otak organik. Terdapat beberapa gejala yang menunjukkan individu
terkena Skizofrenia. Berikut tabel yang menunjukkan gejala Skizofrenia. (Sutejo,
2013)
28
Tabel 2.1 Gejala Skizofrenia
Positif Negatif Kognitif
Hallucination Apathy Memory Impairment
Delusion Avolition Decrease in Attention
Disorganized Alogia Impaired Executive Functioning
Suspiciousness Anhedonia
Berdasarkan ICD dan PPDGJ III, Skizofrenia dapat didiagnosis jika
menunjukkan satu gejala berikut yang jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih
jika gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas). Adapun gejala yang muncul
antara lain sebagai berikut.
1) Thought echo
Isi pikiran diri sendiri yang bergema dan berulang dalam kepalanya
(tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun memiliki
kualitas berbeda.
2) Thought insertion or withdrawal
Isi pikiran asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal).
3) Thought broadcasting
Isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
4) Delution of control
Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar.
29
5) Delution of influence
Waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar.
6) Delution of passivity
Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap kekuatan dari
luar.
7) Delution of perception
Pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat. Selain gejala di atas, terdapat gejala lain
yang menunjukkan bahwaindividu mengidap Skizofrenia. Gejala tersebut adalah
halusinasi auditorik. Gejala ini menunjukkan hal yang terjadi pada individu
seperti suara, meskipun suara tersebut adalah suara halusinasi yang berkomentar
secara terus menerus tentang perilaku pasien. Jenis suara halusinasi juga muncul
dari salah satu bagian tubuh.
Selain suara-suara halusinasi, terdapat halusinasi yang secara jelas muncul
pada individu yang mengalami gejala Skizofrenia. Gejala lain tersebut berupa
halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai oleh waham
yang mengambang maupun setengah terbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
berkelanjutan. Sehingga, arus pikiran terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan
atau neologisme.
30
Gejala lain yang muncul yaitu perilaku katatonik. Perilaku katatonik meliputi
gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu, atau fleksibilitas area, negativisme, metisme,
dan stupor. Gejala negatif juga muncul dari sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial, tetapi gejala tersebut harus jelas, bukan disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika. Gejala tersebut harus berlangsung minimal 1 bulan. Harus
ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek.
2.1.5 Perilaku dan rentang respons Skizofrenia
Perilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah proses informasi yang
berkaitan dengan Skizofrenia sering disebut sebagai defisit kognisi. Perilaku ini
meliput masalah-masalah semua aspek ingatan, perhatian, bentuk, dan jumlah
ucapan (kelainan pikiran formal), pengambilan keputusan, dan delusi (bentuk dan
isi pikiran). Di bawah ini adalah tabel perilaku yang berhubungan dengan masalah
kognitif pada Skizofrenia. (Sutejo, 2013)
Tabel 2.2 Perilaku yang Berhubungan dengan Masalah Kognitif
Masalah kognitif Perilaku
Ingatan Pelupa
Tidak berminat
Kurang patuh
Perhatian Kesulitan menyelesaikan tugas
Kesulitan berkonsentrasi pada tugas
Bentuk dan isi
pembicaraan
Kesulitan mengomunikasikan pikiran dan
perasaan
Pengambilan
keputusan
Kesulitan melakukan dan menjalankan aktivitas
31
Masalah kognitif Perilaku
Pikiran konkret: ketidak mampuan untuk
menjalankan perintah multipel
Masalah dalam pengelolaan waktu
Kesulitan mengelola keuangan
Penafsiran kata-kata dan simbol secara harfiah
Isi pikir Delusi
2.1.6 Tipe Skizofrenia
Ada beberapa tipe Skizofrenia Sutejo masing-masing memilki ciri khas
tersendiri dalam gejala-gejala yang diperlihatkan dan memilki perjalanan berbeda-
beda.
1. Paranoid
Merupakan subtipe yang paling umum di maan waham dan halusinasi
auditorik jelas terlihat. Gejala utamanya adalah waham kejar atau waham
kebesarannya di mana individu merasa dikejar-kejar oleh pihak tertentu yang
ingin mencelakainya.
1) Halusinasi dan waham harus menonjol:
a. Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung,
atau bunyi tawa.
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c. Waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-
kejar yang beraneka ragam.
Lanjutan Tabel 2.2 Perilaku yang Berhubungan dengan Masalah Kognitif
32
2) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik
secara relatif tidak menonjol.
2. Disorganisasi (hebefrenik)
Ciri-cirinya adalah:
1. Memenuhi kriteria umur Skizofrenia.
2. Biasanya terjadi pada 15-25 tahun.
3. Perilaku tidak bertanggung jawab dan tidak diramalkan, kecenderungan untuk
selalu menyendiri, serta perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa
perasaan.
4. Afek tidak wajar, sering disertai cekikikan dan perasaan puas diri, senyum-
senyum sendiri, tertawa, dan lain-lain.
5. Proses berpikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan inkoheren.
3. Katatonik
Gangguan psikomotor terlihat menonjol, sering kali muncul bergantian antara
mobilitasi motorik dan aktivitas berlebihan. Satu atau lebih dari perilaku berikut
ini harus mendominasi gambaran klinisnya:
1) Stupor
Kehilangan semangat hidup dan senang diam dalam posisi kaku tertentu
sambil membisu dan menatap dengan pandangan kosong.
2) Gaduh gelisah
Tampak jelas aktivitas yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh
stimuli eksternal.
33
3) Menampilkan posisi tubuh tertentu
Secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang
tidak wajar atau aneh.
4) Negativisme
Tampak jelas perlwanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah
seperti menolak untuk membetulkan posisi badannya, menolak untuk makan,
mandi, dan lain-lain.
5) Rigiditas
Mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya.
6) Fleksibilitas area / waxy felxibility
Mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat
dibentuk dari luar. Posisi pasien dapat dibentuk, namun setelah itu ia akan
senantiasa mempertahankan posisi tersebut.
7) Command automatism
Lawan dari negativisme, yaitu mematuhi semua perintah secara otomatis
dan kadang disertai dengan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
Jenis-jenis Skizofrenia menurut DSM IV (APA,1994), terdapat beberapa jenis
gangguan skizofrenia meliputi:
1. Tipe paranoid
Untuk dapat digolongkan tipe ini, pada pasien harus tampak adanya preokupasi
dengan satu atau lebih waham, atau halusinasi auditoris yang sering. Syarat lain
34
adalah hal-hal berikut tidak menonjol: disorganisasi pembicaraan, disorganisasi
perilaku atau katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.
2. Tipe tidak terorganisir (disorganized)
Pada masa lampau dikenal sebagai gangguan skizofrenia hebefrenik.
Kriterianya adalah munculnya semua simtim tidak terorganisir (disorganisasi
pembicaraan, disorganisasi perilaku, dan afek datar atau tidak sesuai. Syarat lain
adalah kriteria yang muncul tidak tergolong tipe katatonik.
3. Tipe katatonik
Gambaran klinis muncul secara dominan adalah setidaknya 2 perilaku berikut:
imobilitas motorik karena katalepsi, aktivitas motor yang berlebihan, negativisme,
berlebihan, keanehan gerakan, atau ekolalia (latah).
4. Tipe tidak tergolongkan (unspecified)
Tipe dimana karakteristik gejala A muncul, namun kriteria tidak masuk untuk
gangguan paranoid, disorganisasi, atau katatonik.
5. Tipe Residual
Memiliki karakteristik berikut: hilangnya delusi, halusinasi, atau disorganisasi
pembicaraan, dan disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik yang nyata.
Selain itu terdapat bukti yang berkelanjutan dari gangguan, sebagaimana
diindikasikan oleh munculnya gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang
termasuk kategori A, yang muncul dalam bentuk yang lemah misalnya keyakinan
yang aneh.
35
2.1.7 Kriteria Diagnostik Skizofrenia
Menurut Dadang Hawari (2001) dalam Eko Prabowo (2014) mengatakan
bahwa secara klinis untuk mengatakan apakah orang itu menderita Skizofrenia
atau tidak maka diperlukan kriteria diagnostik sebagai berikut:
1. Delusi atau waham yang aneh (isinya jelas tidak masuk akal) dan tidak
berdasarkan kenyataan, sebagai contoh misalnya:
a. Waham dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar (delusions of being
controlled).
b. Waham penyiaran pikiran (Thought broadcasting).
c. Waham penyisipan pikiran (Thought Insertion).
d. Waham penyedotan pikitan (Thought withdrawal).
2. Delusi atau waham Somatik (fisik) kebesaran, keagamaan, waham yang
lainnya yang bukan waham kerja atau cemburu.
3. Delusi atau waham kerja (cemburu) dan waham tuduhan yang disertai
halusinasi dalam bentuk apapun (halusinasi pendengaran, penglihatan,
penciuman, pengecapan, dan peradaban).
4. Halusinasi pendengaran yang dapat berupa suara yang selalu memberi
komentar tentang tingkah laku atau pikirannya, dua atau lebih suara yang
saling bercakap-cakap (dialog).
5. Halusinasi pendengaran yang terjadi beberapa kali yang berisi lebih dari satu
atau dua kata dan tidak ada hubungan dengan kesedihan (depresi) atau
kegembiraan (euforia).
36
6. Inkoherensi, yaitu kelonggaran asosiasi (hubungan) pikiran yang jelas, jalan
pikiran yang tidak masuk akal, isi pikiran atau pembicaraan yang kaku, atau
kemiskinan pembicaraan yang disertai oleh paling sedikit satu dari yang
disebut:
a. Afek (alam perasaan) yang tumpul, mendatar atau tidak serasi
(inappropriate).
b. Berbagai waham atau halusinasi.
c. Katatonia (kekakuan) atau tingkah laku lain yang sangat kacau.
d. Deferiorasi (kemunduran atau kemerosotan) dari taraf fungsi penyesuaian
(adaptasi) dalam bidang pekerjaan, hubungan sosial sdan perawatan dirinya.
e. Jangka waktu gejala penyakit itu berlangsung secara terus menerus selama
paling sedikit 6 bulan dalam suatu periode didalam kehidupan seseorang,
disertai dengan terdpaatnya beberapa gejala penyakit pada saat diperiksa
sekarang.
2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia
2.2.1 Faktor Internal
2.2.1.1 Jenis Kelamin
Anak laki-laki memiliki kecenderungan menunjukkan resiko tinggi
mengalami Skizofrenia sebab laki-laki cenderung memiliki produksi hormon stres
yang berlebihan (Adamo, 2007 dalam Agung 2016). Skizofrenia terbanyak
dialami oleh laki-laki dengan proporsi 72% dimana laki-laki memiliki resiko 2,37
kali lebih besar mengalami Skizofrenia (nilai p = 0,011) (Erlina, 2010 dalam
Agung 2016).
37
Pria lebih mudah terkena gangguan jiwa karena kaum pria yang menjadi
penopang utama rumah tangga sehingga lebih besar mengalami tekanan hidup
(Erlina, 2010), perempuan lebih sedikit berisiko menderita gangguan jiwa
dibandingkan laki-laki karena perempuan lebih bisa menerima situasi kehidupan
dibandingkan dengan laki-laki (Cordosa dalam Erlina, 2010). Wanita lebih
menpunyai risiko untuk menderita stres psikologik dan juga wanita relatif lebih
rentan bila dikenai trauma (Alexander dan Fakhari dalam Erlina, 2010).
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Agung Wahyudi (2016)
bahwa dari hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,002 (< α 0,05) sehingga Ho
ditolak. Hal ini dapat diketahui bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian Skizofrenia. Perhitungan risk estimate didapatkan OR = 6,038 (OR > 1)
dengan CI 2,006-18,17 (tidak mencakup angka 1), hal ini berarti bahwa sampel
dengan jenis kelamin laki-laki memiliki faktor resiko 6,038 kali untuk terkena
Skizofrenia dibandingkan sampel berjenis kelamin perempuan.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Erlina (2010) bahwa pada
kelompok skiofrenia proporsi terbanyak adalah laki-laki (72%), demikian pada
kelompok non Skizofrenia terbanyak juga laki-laki dengan presentase sebesar
52%. Nilai OR = 2,37 (95% CI; 1,14-4,96) dengan nilai p = 0,011, secara statistik
terdapat perbedaan yang bermakna antara timbulnya Skizofrenia dan non
Skizofrenia berdasar jenis kelamin (p < 0,05) dan kemungkinan laki-laki berisiko
2,37 kali lebih besar mengalami kejadian Skizofrenia dibandingkan perempuan.
38
2.2.1.2 Pekerjaan
Status ekonomi rendah sangat mempengaruhi kehidupan seseorang.
Beberapa ahli tidak mempertimbangkan kemiskinan (status ekonomi rendah)
sebagai faktor risiko, tetapi faktor yang menyertai bertanggungjawab atas
timbulnya gangguan kesehatan. Menurut Graham (1989) dalam Lina Handayani
(2015), keluarga adalah faktor perantara yang paling penting. Ketika kehidupan
keluarga dipengaruhi oleh penyebab lingkungan (rumah yang kecil, tidak adanya
waktu dan rasa aman) maka hal ini merupakan beban bagi orangtua yang
akibatnya akan mempengaruhi kesehatan anak. Kemiskinan ditandai dengan
sedikitnya dukungan, keselamatan, tidak adanya ruang sehingga terlalu sesak,
tidak adanya kebebasan pribadi, ketidakpastian dalam masalah ekonomi yang
akhirnya mungkin menimbulkan risiko kesehatan bagi keluarga. (Lina Handayani,
2015)
Semiun (2006) dalam Agung (2016) menyebutkan tidak bekerja dapat
menimbulkan stress, depresi, dan melemahnya kondisi kejiwaan sebab orang
yang tidak bekerja mengakibatkan rasa ketidakberdayaan dan tidak optimis
terhadap masa depan. Sejalan dengan penelitian Erlina (2010) dalam Agung
(2016) status bekerja dan tidak bekerja berkaitan dengan terjadinya Skizofrenia (p
= 0,000) dimana orang yang tidak bekerja mempunyai risiko 6,2 kali lebih besar
menderita Skizofrenia dibandingkan dengan orang yang memiliki pekerjaan.
Menurut Van Den dalam Erlina (2010) orang yang tidak bekerja akan
lebih mudah menjadi stres yang berhubungan dengan tingginya kadar hormon
stres (kadar cathecholamine) dan mengakibatkan ketidakberdayaan, karena orang
39
yang bekerja memiliki rasa optimis terhadap masa depan dan lebih memiliki
semangat hidup yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak bekerja.
Menurut Smet dalam Erlina (2010) setiap kerja mempunyai stress agents yang
potensial, tetapi masing-masing bervariasi dalam tingkatan pengalaman stresnya.
Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari faktor stres yang kemudian menjadi
tidak sehat.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Agung Wahyudi (2016)
bahwa dari hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,040 (< α 0,05) sehingga Ho
ditolak. Hal ini dapat diketahui bahwa ada hubungan status pekerjaan dengan
kejadian Skizofrenia. Perhitungan risk estimate didapatkan OR = 3,385 (OR > 1)
dengan CI 1,180-9,708 (tidak mencakup angka 1), hal ini berarti bahwa sampel
dengan status tidak bekerja memiliki faktor resiko 3,385 kali untuk terkena
Skizofrenia dibandingkan sampel berstatus bekerja.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Lina Handayani (2015)
bahwa status pekerjaan didapatkan nilai p value 0,502, artinya tidak ada hubungan
antara status pekerjaan dengan kejadian Skizofrenia pasien rawat inap di Rumah
Sakit Jiwa Grhasia DIY. Nilai RP 1,068 dengan CI 95% 0,890-1,281 (mencakup
angka 1), artinya orang yang tidak bekerja bukan merupakan faktor risiko
terjadinya Skizofrenia. Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Erlina
(2010) bahwa pada analisis bivariabel diperoleh nilai OR = 4,33 (95% CI; 1,85-
10,28), nilai p = 0,000. Artinya secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna
antara pekerjaan terhadap timbulnya Skizofrenia dibandingkan non Skizofrenia.
40
2.2.1.3 Tipe Kepribadian
Orang tipe kepribadian introvert lebih tertuju kepada tenaga bersifat
intuitif dan suka menghayal, merenung, dan ragu-ragu dalam mencapai keputusan
akhir, dan orang memiliki tipe kepribadian introvert tidak menyenangi keramaian
dan saat ada acara, dia tidak hanya datang untuk berkumpul bersama dengan
orang lain tetapi lebih punya tujuan tertentu, dalam menghadiri kegiatan mereka
juga terlihat kurang percaya diri sehingga tidak berani dalam bertidak, dan
biasanya pemalu. (Yanuar, 2012 dalam Muhammad Fadli, 2016).
Teori Semiun (2006) dalam Agung (2016), kepribadian introvert adalah
jenis kepribadian yang mengarah kedalam pikiran dan pengalaman sendiri. Orang
yang memiliki kepribadian ini cenderung menutup diri dari kehidupan luar,
banyak berfikir, sedikit beraktifitas, lebih senang pada kesunyian, dan sungkan
untuk menjalin hubungan yang dalam dengan orang lain. Lebih jauh Semiun
menjelaskan orang dengan kepribadian ini jika terkena penyakit jiwa cenderung
kepada penyakit Skizofrenia sehingga introvert merupakan kepribadian skizoid.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Agung Wahyudi (2016)
bahwa dari hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (< α 0,05). Hal ini dapat
diketahui bahwa ada hubungan tipe kepribadian dengan kejadian Skizofrenia.
Perhitungan risk estimate didapatkan OR 14,268 (OR > 1) dengan CI 4,193-48,
hal ini berarti bahwa sampel dengan tipe kepribadian introvert memiliki resiko
14,286 kali untuk terkena Skizofrenia dibandingkan sampel bertipe kepribadian
ekstrovert. Menurut Putra (2015) dalam Muhammad Fadli (2016). Orang yang
memiliki tipe kepribadian ekstrovert interaksinya dengan dunia luar sangat baik.
41
Mereka adalah orang-orang yang ramah, mudah bergaul, suka mengunjungi
tempat baru, berperilaku aktif, mudah bosan, dan tidak menyukai aktivitas yang
rutin dan monoton. Tindakannya banyak dipengaruhi oleh dunia luar, bersifat
terbuka, emosinya spontan dan sering berubah-ubah, tidak begitu peka tehadap
kegagalan, dan tidak banyak melakukan introspeksi dan kritik pada diri sendiri.
2.2.1.4 Usia
Menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja atau bertindak.
Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah
umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperoleh semakin banyak. (Notoatmodjo, 2003). Pada faktor
jenis kelamin dalam penelitian yang dilakukan Fakhari et al dalam Erlina (2010)
menyatakan umur 17-24 tahun lebih berisiko menderita gangguan jiwa
dibandingkan usia yang lebih tua (p = 0,001). Perbedaan hasil yang didapatkan
karena adanya perbedaan metode, subyek penelitian, dan lokasi penelitian.
2.2.2 Faktor Sosio-Kultur
2.2.2.1 Pendapatan Keluarga
Krisis kehidupan yang dialami keluarga dari pasien Skizofrenia berawal dari
keterpurukan ekonomi keluarga. Upaya yang dilakukan keluarga dalam mencari
pengobatan telah menghabiskan banyak biaya. Biaya pengobatan yang termasuk
didalamnya adalah biaya pemeriksaan, biaya pembelian obat atau biaya yang
harus ditanggung untuk persyaratan yang diminta oleh pemberi pengobatan,
42
termasuk biaya transportasi. Selain itu kondisi penderita yang mengalami
gangguan membutuhkan konsentrasi keluarga untuk merawat penderita, yang
menyita waktu keluarga, hal ini berakibat pada produktivitas keluarga untuk
menghasilkan uang yang digunakan untuk memenuhi biaya yang diperlukan.
Pendapatan keluarga adalah penjulahan seluruh pemasukkan keluarga yaitu
pendapatan suami, pendapatan istri atau pendapatan dari anggota keluarga lain
dalam keluarga dengan rumus Pt = Pn+Pw+Pill. (Qurniati, 2010)
Keterangan:
Pt = Pendapatan Keluarga
Pn = Pendapatan Suami
Pw = Pendapatan Wanita
Pill = Pendapatan dari anggota keluarga lain dalam keluarga. (Qurniati, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Wahyu Widiastutik (2016) didapatkan bahwa
keluarga mengalami keterpurukan ekonomi, dimana keluarga telah kehilangan
sumber penghasilan dan tidak mempunyai harta lagi karena sudah habis-habisan
untuk melakukan pengobatan. Dorongan yang kuat mencari upaya untuk
menyembuhkan penderita, membuat keluarga rela menjual segala harta bendanya
yang dilukiskan dengan menjual sawah dan ladang, menjual hewan ternak
mereka demi kesembuhan penderita. Padahal rentang penyembuhan
membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan bahwa keluarga tidak dapat lagi
bekerja karena tidak ada lagi anggota keluarga yang lain yang bisa membantu dan
43
harus merawat penderita Skizofrenia sendirian sehingga keluarga tidak
mempunyai penghasilan lagi untuk melangsungkan kehidupan.
Hal ini didukung oleh pendapat Unite for Insight (2013), yang menyatakan
bahwa keluarga dan pengasuh individu dengan Skizofrenia sering tidak dapat
bekerja pada kapasitas penuh karena harus merawat individu yang menderita
gangguan Skizofrenia, sehingga menyebabkan pendapatan keluarga menurun.
Senada dengan yang disampaikan oleh Videbeck (2010) menyatakan bahwa
penyembuhan yang membutuhkan waktu lama berakibat pada ekonomi yang
harus ditanggung keluarga sehingga keluarga mengalami kemiskinan dan
menimbulkan rasa putus asa.
Pendapatan keluarga merupakan faktor yang berhubungan dengan
Skizofrenia bahwa pendapatan keluarga yang rendah sangat mempengaruhi
kehidupan seseorang dan mempengaruhi kondisi kejiwaannya sebab tekanan
ekonomi dan kebutuhan hidup lainnya menyebabkan stres yang tinggi (Graham,
1989 dalam Erlina 2010). Menurut Erlina (2010) menunjukkan ada hubungan
antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia yang memiliki nilai OR
7,482 (95% CI; 2,852-19,657).
2.2.2.2 Pola Asuh Keluarga
Keluarga memiliki fungsi dasar seperti memenuhi kebutuhan fisik,
memberi kasih sayang, rasa nyaman, rasa memiliki dan menyiapkan peran dewasa
individu kedalam masyarakat. Fungsi dasar keluarga diwujudkan dalam bentuk
interaksi orangtua dengan anak (Gunarsa, 2008 dalam Astrid Gheafani Lazuardi,
2015). Menurut Schafer (dalam Astrid Gheafani Lazuardi, 2015) mengungkapkan
44
bahwa anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tuanya baik secara fisik maupun
mental dapat meningkatkan risiko munculnya gangguan jiwa.
Menurut Notosoedirjo dan Latipun, (2005) dalam Astrid Gheafani
Lazuardi (2015) pengalaman seorang anak sangat menentukan kondisi mental
individu di kemudian hari, pola asuh orang tua berpengaruh terhadap kepribadian
seseorang. Anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter dan permisif memiliki
harga diri lebih rendah dibanding anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis.
Pada penelitian Astrid Gheafani Lazuardi (2015) didapatkan hasil bahwa
orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan permisif berisiko untuk
gangguan jiwa sedangkan pada kelompok tidak gangguan jiwa kebanyakan
orangtua menerapkan pola asuh yang demokratis. Sesuai dengan penjelasan
Dariyo (2004) dalam Astrid Gheafani Lazuardi (2015) mengatakan bahwa pada
pola asuh demokratis sangat sedikit responden yang mengalami gangguan jiwa hal
ini disebabkan pola asuh demokratis akan membuat anak menjadi pribadi yang
bisa bertanggung jawab sehingga lebih mampu menghadapi stress dalam
kehidupan yang dialami (Dariyo, 2004 dalam Astrid Gheafani Lazuardi, 2015).
Macam-macam pola asuh menurut Baumrind dalam Santrock, 2008 sebagai
berikut:
1) Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah suatu jenis bentuk pola asuh yang menuntut agar anak
patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orang tua
tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat sendiri. Anak
dijadikan sebagai miniatur hidup dalam pencapaian misi hidupnya. Hal ini sejalan
45
dengan pendapat Shapiro (1992) bahwa “Orang tua otoriter berusaha menjalankan
rumah tangga yang didasarkan pada struktur dan tradisi, walaupun dalam banyak
hal tekanan mereka akan keteraturan dan pengawasan membebani anak”.
2) Pola Asuh Otoritatif atau Demokrasi
Pada pola asuh ini orang tua yang mendorong anak-anaknya agar mandiri
namun masih memberikan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan
mereka. Musyawarah verbal dimungkinkan dengan kehangatan-kehangatan dan
kasih sayang yang diperlihatkan. Anak-anak yang hidup dalam keluarga
demokratis ini memiliki kepercayaan diri, harga diri yang tinggi dan menunjuk
perilaku yang terpuji. Shapiro (1999) mengemukakan “Dalam hal belajar orang
tua otoritatif menghargai kemandirian, memberikan dorongan dan pujian.“
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan
pola asuh autoritatif indentik dengan penanaman nilai-nilai demokrasi yang
menghargai dan menghormati hak-hak anak, mengutamakan diskusi ketimbang
interuksi, kebebasan berpendapat dan selalu memotivasi anak untuk menjadi yang
lebih baik.
3) Pola Asuh Penelantaran
Pola asuh penelantaran adalah pola asuh dimana orang tua sangat tidak terlibat
dalam kehidupan anak, orang tua pada pola asuh ini mengembangkan perasaan
bahwa aspek-aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari pada anak-anak.
Dimana orang tua lebih cenderung membiarkan anak-anaknya dibesarkan tanpa
kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan fisik yang cukup. Sedangkan yang
dimaksud dengan pola asuh orang tua permisif dimana pada pola asuh ini orang
46
tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, namun menetapkan sedikit
batas atau kendali terhadap anak mereka. Orang tua cenderung membiarkan anak-
anak mereka melakukan apa saja, sehingga anak tidak dapat mengendalikan
perilakun ya serta tidak mampu untuk menaruh hormat pada orang lain.
4) Pola Asuh Permisif
Selanjutnya Shapiro (1999) mengemukakan bahwa “orang tua permisif
berusaha menerima dan mendidik anaknya sebaik mungkin tapi cenderung sangat
pasif ketika sampai pada masalah penetapan batas-batas atau menanggapi ketidak
patuhan”. Orang tua permisif tidak begitu menuntut juga tidak menetapkan
sasaran yang jelas bagi anaknya, karena yakin bahwa anak-anak seharusnya
berkembang sesusai dengan kecenderungan alamiahnya. Sedangkan Covey (1997)
menyatakan bahwa “orang tua yang menerapkan pola asuh permisif cenderung
ingin selalu disukai dan anak tumbuh dewasa tanpa pengertian mendalam
mengenai standar dan harapan, tanpa komitmen peribadi untuk disiplin dan
bertanggung jawab.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola
asuh orang tua yang permisif, tidak dapat menanamkan perilaku moral yang
sesuai dengan standar sosial pada anak. Karena orang tua bersifat longgar dan
menuruti semua keinginan anak. Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat
diketahui bahwa masing-masing dari pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
juga akan menghasilkan macam-macam bentuk perilaku moral pada anak. Oleh
karena itu orang tua harus memahami dan mengetahui pola asuh mana yang
paling baik dia terapkan dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya.
47
2.2.3 Faktor Eksternal
2.2.3.1 Penyakit Penyerta
Penyakit penyerta merupakan faktor yang berhubungan dengan terjadinya
Skizofrenia bahwa penyakit penyerta akan menyebabkan rasa putus asa dan dapat
menimbulkan perasaan ingin bunuh diri pada pasien Skizofrenia (Devita, 2012
dalam Tunjung Laksono Utomo, 2013). Menurut penelitian Cepi Hidayat (2013)
menunjukkan ada hubungan antara penyakit penyerta dengan kejadian Skizofrenia
yang memilki nilai OR 13,750 (95% CI 2,320-81,487). Penyakit penyerta yang
berhubungan dengan Skizofrenia yaitu kolesterol, penyakit lambung, penyakit
jantung koroner (PJK), diabetes militus, asam urat, penyakit pernafasan (asma),
epilepsi dan hipertensi sesuai dengan penelitian (Fadila, 2016).
2.2.3.2 Pengetahuan Keluarga
Pengetahuan yang baik sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, karena
semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin tinggi pula kemampuan dan
kesadaran mereka dalam menerima informasi serta menerapkannya dengan mudah
dalam kehidupan sehari- hari. Pengetahuan merupakan salah satu domain
terpenting dalm perilaku individu.
Menurut Pearson (2005) dengan adanya pengetahuan, manusia dapat
menjawab permasalahan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu
nilai-nilai kepercayaan, pengetahuan yang baik akan mempengaruhi persepsi serta
sikap seseorang yang pada akhirnya akan mempengaruhi cara berperilaku
seseorang.
48
Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya
dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
1) Tahu (know)
Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa
orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan.
2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan
secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain.
4) Analisa (analisys)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki.
49
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
2.2.4 Faktor Somatik
Faktor Somatik adalah suatu gangguan pada neurotransmitter dan pengaruh
genetik serta bisa disebabkan karena perbedaan struktur anatomi dari setiap
individu dalam menerima reseptor ke hipotalamus sebagai respon dan reaksinya
berbeda-beda sehingga menyebabkan gangguan jiwa. Faktor–faktor somatik
(somatogenik) atau organobiologis: neroanatomi, nerofisiologi, nerokimia, tingkat
kematangan dan perkembangan organik, faktor–faktor pre dan peri-natal.
2.2.4.1 Biologis
Stresor yang berhubungan dengan respons neurobiologik yang maladiptif
antara lain gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk ke dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
Faktor biologis dapat dilihat dari perubahan pada sistem transimisi siyal
penghantar syaraf (neurotransmiter) dan reseptor di sel-sel syaraf otak (neuron)
dan interaksi zat neurokimia seperti dopamine dan serotonin; yang ternyata
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (perasaan), dan psikomotor
(perilaku) yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif maupun negatif
Skizofrenia. Abnormalitas otak yang terjadi dapat menyebabkan respons
50
neurobiologik yang maladaptif dan baru mulai dipahami, yang mencakup hal-hal
berikut.
a. Dalam perkembangan Skizofrenia, penelitian pencitraan otak mulai
menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas. Fenomena ini meliputi lesi
pada area frontal, temporal, dan limbik paling berhubungan dengan perilaku
psikotik.
b. Kimia dalam otak yang dikaitkan dengan Skizofrenia. Hasil penelitian
menunjukkan hal berikut:
1) Dopamin neurotransmiter yang berlebihan.
2) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmiter lain.
3) Masalah pada sistem reseptor dopamin.
2.2.4.2 Riwayat Keluarga/Genetik
Faktor genetik dihubungkan dengan anggota keluarga lain yang juga
menderita Skizofrenia. Kemungkinan ini semakin semakin besar jika keluarga lain
yang mengidap Skizofrenia memilki hubungan persaudaraan yang dekat.
Fenomena ini berdasarkan penelitian klasik awal tentang genetika dari Skizofrenia
yang dilakukan pada tahun 1930-an. Kembar monozigotik memiliki angka
kesesuaian tertinggi. Penelitian pada kembar monozigotik yang diadopsi
menunjukkan bahwa kembar yang diasuh orang tua angkat mempunyai
Skizofrenia dengan kemungkinan yang sama besarnya seperti saudara
kandungnya. (Sutejo, 2013)
Penting untuk dipelajari seberapa banyak dan macam stres yang membuat
seseorang memiliki predisposisi Skizofrenia mengembangkan stres. Skizofrenia
51
melibatkan lebih dari satu gen, yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia
paling sering dijumpai disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-
tempat yang berbeda diseluruh kromosom. Fenomena tersebut menyebabkan
terjadinya gradasi tingkat keparahan pada gangguan Skizofrenia dan dapat
menyebabkan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang mengidap
gangguan ini. (Sutejo, 2013)
Tingkat keparahan keluarga yang memiliki hubungan darah terdekat dapat
mempengaruhi kemungkinan saudara lain mengidap Skizofrenia. Misalnya jika
orang tua menderita Skizofrenia, maka kemungkinan besar anaknya dapat
mengidap Skizofrenia. Semakin parah Skizofrenia yang diidap orang tua, maka
semakin besar kemungkinan anaknya mengalami Skizofrenia. Menurut Arif
(2006) dalam Lina Handayani (2015), berbagai penelitian menunjukkan bahwa
gen yang diwarisi seseorang, sangat kuat mempengaruhi resiko seseorang
mengalami Skizofrenia. Studi pada keluarga telah menunjukkan bahwa semakin
dekat relasi seseorang dengan pasien Skizofrenia, makin besar risikonya untuk
mengalami penyakit tersebut. Berdasarkan teori Blum (1974) dalam Notoatmojo
(2007) bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu
genetik, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan yang saling mempengaruhi
satu sama lain. Selain menyebabkan produktifitas seseorang yang Skizofrenia
menjadi menurun tetapi juga berdampak pada derajat kesehatannya yang ikut
menurun. Adapun pentingnya melakukan konsultasi ke pelayanan kesehatan jiwa
apabila salah satu keluarga memiliki riwayat Skizofrenia.
52
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Lina Handayani (2015)
bahwa faktor keturunan menunjukkan nilai p = 0,048 ( < α 0,05). Hal ini dapat
diketahui bahwa ada hubungan antara faktor keturunan dengan kejadian
Skizofrenia pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY. Nilai RP
1,195 dengan CI 95% 1,004-1,423, artinya orang yang memiliki faktor keturunan
berisiko 1,195 kali lebih besar terkena Skizofrenia dibandingkan dengan orang
yang tidak memiliki faktor keturunan.
2.2.5 Faktor Psikososial
Faktor psikososial disebabkan oleh perubahan dalam kehidupan seseorang
(anak, remaja, hingga dewasa) sehingga setiap individu dipaksa harus beradaptasi
dan mampu menanggulanginya, sehingga timbulah keluhan-keluhan di bidang
kejiwaan berupa gangguan jiwa dari segi ringan hingga berat. Pada sebagian
orang, perubahan sosial yang serba cepat dapat menjadi stresor psikologis, antara
lain.
a. Pola kehidupan masyarakat yang semula sosial-religius cenderung berubah ke
arah pola masyarakat yang individual, materialistik, dan sekuler.
b. Pola hidup sederhana dan produktif cenderung ke arah pola hidup mewah dan
konsumtif.
c. Struktur keluarga yang semula keluarga besar, cenderung ke arah keluarga inti
bahkan sampai pada pola orang tua tunggal.
d. Hubungan kekeluargaan (silaturahmi) yang semula erat dan kuat cenderung
menjadi longgar dan rapuh. Masing-masing anggota keluarga seolah hidup
53
sendiri-sendiri, sehingga antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain
menjadi asing.
e. Nilai ekonomi etika agama dan tradisional masyarakat, cenderung berubah
menjadi masyarakat sekuler dan modern.
f. Lembaga perkawinan mulai diragukan dan pasangan cenderung untuk memilih
hidup bersama tanpa menikah.
g. Ambisi karier dan materi yang tak terkendali menunggu hubungan
interpersonal baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Selain hal yang telah dikemukakan di atas, faktor psikososial yang memicu
terjadinya Skizofrenia yaitu stres. Stres yang menumpuk terhadap banyak hal
dapat menunjang terjadinya Skizofrenia dan gangguan psikotik lain, tetapi tidak
diyakini sebagai penyebab utama.
Faktor psikososial dianggap sebagai faktor penyebab terjadinya atau
relapsnya gangguan Skizofrenia. Kejadian pada kehidupan penderita seperti
masalah perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal, masalah
pekerjaan, lingkungan hidup, masalah keuangan, keterlibatan hukum,
perkembangan fisik, penyakit fisik, faktor keluarga, dan lain-lain. Semuanya
merupakan faktor psikososial yang dilaporkan berperan pada gangguan
Skizofrenia (Yosep, 2009) dalam Cepi (2013).
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penelitian Cepi (2013) bahwa hasil uji
statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh (p value = 0,005 < α =
0,05) maka artinya ada hubungan yang signifikan antara masalah psikososial
dengan kejadian Skizofrenia. Dengan nilai peluang (OR) = 13,750, artinya
54
responden yang memiliki masalah psikososial berpeluang 13,7 kali beresiko
mengalami gangguan Skizofrenia dibandingkan dengan responden yang tidak
memiliki masalah psikososial.
2.2.5.1 Status Perkawinan
Soewadi (2004) dalam Lina Handayani (2015) menerangkan bahwa status
perkawinan perlu untuk pertukaran ego atau pertukaran pikiran kepada pasangan
dan identifikasi perilaku antara suami dan istri menuju tercapainya
kedamaian/keharmonisan. Status perkawinan merupakan faktor yang
berhubungan dengan terjadinya Skizofrenia karena salah satu penyebab stresor
psikososial yang dialami oleh sebagian orang diantaranya ditimbulkan dari status
perkawinan, mereka yang tidak kawin beresiko lebih tinggi mengalami skizofrenia
daripada yang sudah kawin (Simanjuntak, 2008 dalam Agung Wahyudi, 2016)
dengan nilai OR 4,747 (95% CI 1,575-14,312).
2.2.5.2 Kegagalan Mencapai Cita-Cita
Menurut Maramis dalam Erlina (2010), kita sering membandingkan diri
kita dengan orang lain, kita mengukur harga diri kita dan harga diri orang lain
sebagian besar dengan kedudukan, prestasi dan kekayaan. Nilai-nilai sosial seperti
ini membawa kita kepada pertimbangan motivasi yang kuat agar sekurang-
kurangnya berprestasi sama dan bila mungkin, lebih dari ini. Untuk menghadapi
keadaan seperti itu, maka cara kompensasi sangat berguna, akan tetapi bila
akibatnya menimbulkan kecemasan yang hebat atau menjadi keterlaluan atau
mengambil bentuk antisosial, maka kompensasi itu akan lebih banyak
menghalang-halangi kita daripada membantu. Pernyataan tersebut diperkuat
55
dengan penelitian Erlina (2010) bahwa pada analisis bivariabel diperoleh nilai OR
= 2,82 (95% CI; 1,38-5,78) dengan (p = 0,001). Artinya secara statistik terdapat
perbedaan yang bermakna antara timbulnya Skizofrenia dan non Skizofrenia
berdasar gagal mencapai cita-cita (p<0,05).
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa Skizofrenia
adalah pengalaman traumatik. Pengalaman traumatik tersebut sangat sulit
dilupakan dan berpotensi memunculkan gejala awal gangguan jiwa. Cita-cita atau
keinginan tak tercapai bagi sebagian orang dapat merupakan pengalaman
traumatik, karena permasalahan yang dihadapi tidak dapat diatasi oleh yang
bersangkutan, dan dapat merupakan sumber stres. Apabila yang bersangkutan
tidak mampu beradaptasi dengan kondisi seperti ini, lama kelamaan orang
tersebut akan mengalami frustrasi, dan akhirnya apabila kondisi tersebut tidak
segera ditangani maka akan mengalami gangguan jiwa. Tidak semua orang
mampu untuk menyelesaikan konflik yang dialaminya sehingga membuat orang
tersebut jatuh dalam frustrasi yang mendalam dan lama kelamaan akan jatuh sakit
(mengalami Skizofrenia).
Kegagalan informan dalam mewujudkan cita-cita atau keinginanya adalah
merupakan pengalaman traumatik bagi klien, maka pengalaman tersebut menjadi
stresor yang sampai saat ini masih membekas, dan sulit untuk dilupakan, serta
merupakan faktor penyebab informan mengalami gangguan jiwa skizofrenia.
Seperti diungkapkan oleh Soewadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
gangguan jiwa yaitu masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan, sering
56
mengalami kegagalan, kehidupan yang penuh agresif, dan lingkungan yang tidak
kondusif (bising, padat).
2.3 Kerangka Teori
Ada banyak teori yang menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian Skizofrenia. Adapun kerangka teori yang digunakan peneliti
adalah sebagai berikut:
57
Stres
Gambar 2.4 Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skozofrenia
Sumber: Hendrik L. Blum 2011, L. Green (1980), Notoatmodjo (2007)
Kejadian
Skizofrrenia
Faktor Somatik/
Genetik
Biologis
Gangguan
Neurotransmiter
Faktor
Internal
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Tipe Kepribadian
Usia
Pendapatan Keluarga
Pola Asuh Keluarga
Faktor Sisio-
Kultur
Faktor
Eksternal
Penyakit Penyerta
Pengetahuan
Keluarga
Faktor
Psikososial
Status Pernikahan
Kegagalan Mencapai Cita-cita
Keterangan:
: Terdiri dari
: Berhubungan
: Variabel
Tekanan
pikiran
Emosi yang
tidak wajar
Muncul
gejala positif
dan negatif
Dari muncul gejala dan gangguan neurotransmiter
sampai menjadi skizofrenia, membutuhkan waktu
minimal 6 bulan dan mencakup setidaknya 1 bulan
gejala fase aktif (gejala positif)
58
Berdasarkan kerangka teori diatas dapat diketahui variabel yang diteliti
yaitu riwayat keluarga, pola asuh keluarga, dan pendapatan keluarga, riwayat
pekerjaan. Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah tipe kepribadian,
penyakit penyerta, kegagalan mencapai cita-cita, faktor biologis, dan pengetahuan
keluarga.
59
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui
penelitian yang dimaksud (Notoatmodjo, 2012). Berdasar kerangka teori yang
telah diuraikan, untuk penelitian ini dibuat kerangka konseptual penelitian yaitu:
1. Variabel bebas: riwayat keluarga, polas asuh keluarga, pendapatan keluarga,
riwayat pekerjaan.
2. Variabel terikat: kejadian Skizofrenia.
Dibawah ini dijelaskan kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun sehingga kerangka
konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
60
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia
Riwayat Keluarga
Pendapatan Keluarga
Pola Asuh Keluarga
Kejadian Skizofrenia
Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Terikat)
Keterangan:
: Diteliti
: Berhubungan
Riwayat Pekerjaan
61
3.2 Hipotesa Penelitian
Hipotesa adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan dalam perencanaan penelitian, untuk mengarahkan pada hasil
penelitian maka dalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban
sementara dari penelitian (Notoatmodjo, 2012). Adapun hipotesis dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1:
1. Ada hubungan antara riwayat keluarga (genetik) dengan kejadian Skizofrenia.
2. Ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan kejadian Skizofrenia.
3. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia.
4. Ada hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian Skizofrenia.
62
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologik analitik dan menggunakan
desain case control (kasus kontrol). Penelitian case control (kasus kontrol) adalah
suatu penelitian survei analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko
dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective, dengan kata lain, efek
(penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor
risiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu. Pada penelitian ini
dilakukan pendekatan retrospective yang diawali dengan mengamati pada
kelompok kasus (Skizofrenia), kemudian dilanjutkan dengan kelompok
pembanding kontrol (orang yang tidak menderita Skizofrenia). Kemudian jumlah
angka terpajan dan tidak terpajan dari masing-masing kelompok kasus dan kontrol
dianalisis dengan membandingkan frekuensi pajanan antara kedua kelompok
tersebut. Rancangan penelitian case control (kasus kontrol) dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Case Control (Kasus Kontrol)
Retrospective kasus
Retrospective kontrol
Paparan +
Paparan -
Paparan +
Paparan -
Populasi
(sampel)
Kasus
Kontrol
63
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, populasi bukan hanya
orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain (Sugiyono, 2017).
Populasi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :
a. Populasi Target
Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir penerapan hasil
penelitian (Notoatmodjo, 2012). Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh
warga yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten
Madiun.
b. Populasi Studi
Populasi studi atau populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang
dapat dijangkau oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi studi dalam
penelitian ini yaitu semua penderita Skizofrenia yang berada di wilayah kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Kasus
Semua pasien yang telah didiagnosis Skizofrenia berdasarkan rekam medik
pasien Skizofrenia yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun, dalam penelitian ini kasus berjumlah 60 penderita
(Puskesmas Gantrung, 2017).
64
2) Kontrol
Seluruh masyararakat yang tidak menderita Skizofrenia di wilayah kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun, dalam penelitian ini berjumlah 27.196
jiwa (Puskesmas Gantrung, 2017).
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif atau mewakili (Sugiyono, 2017). Sampel dalam penelitian ini terdiri
dari dua kelompok, yaitu: sampel kelompok kasus dan sampel kelompok kontrol.
A. Sampel Kasus dan Sampel Kontrol
1) Sampel Kasus
Sampel kasus dalam penelitian ini adalah semua penderita Skizofrenia
yang tercatat pada rekam medik Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
1. Kriteria Inklusi Kasus:
a. Pasien yang telah menderita penyakit Skizofrenia > 1 tahun dibuktikan
dengan rekam medik pasien Skizofrenia.
b. Responden yang di wawancarai adalah orang atau keluarga terdekat yang
bersedia dan dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Kriteria Eksklusi Kasus:
a. Tidak berada di tempat ketika penelitian berlangsung.
65
2) Sampel Kontrol
Sampel kontol dalam penelitian ini adalah orang yang memiliki faktor
risiko sama seperti kelompok kasus namun bukan penderita Skizofrenia (kriteria
diagnosis menurut PPDGJ-III dan rekam medik tidak menyatakan bahwa sampel
kontrol adalah pasien Skizofrenia serta penelitian didampingi petugas kesehatan
jiwa yang membantu mengenali gejala bila kelompok kontrol dicurigai sebagai
pasien skizofrenia namun kelompok kontrol tidak periksa yang bertujuan
menghindari bias pengambilan sampel kontrol) yang tinggal menetap di wilayah
kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun.
1. Kriteria Inklusi Kontrol:
a. Kontrol adalah seorang yang tidak sakit skziofrenia, tidak kebal (tidak ada
imunisasi skizofrenia/ tidak ada imunisasi untuk PTM karena skizofrenia
masuk kedalam PTM jiwa), seseorang yang hidup dan mempunyai organ
target otak (karena skizofrenia menyerang organ otak).
b. Responden bersedia diwawancarai dan dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Kriteria Eksklusi Kontrol:
a. Tidak berada di tempat ketika penelitian berlangsung.
B. Besar Sampel
Penentuan besarnya sampel penelitian dengan memperhatikan Odds Ratio
hasil beberapa penelitian terdahulu atau penelitian sebelumnya tentang beberapa
faktor yang berhubungan dengan Skizofrenia. Untuk memenuhi jumlah sampel
minimal, penentuan ukuran sampel memggunakan rumus sebagai berikut:
α
66
Keterangan:
N= Besar sampel
P1= Proporsi paparan pada kelompok kasus
P2= proporsi paparan pada kelompok kontrol
Zα= Tingkat kepercayaan 5% (1,96)
Z = Presisi 80% (0,842)
OR= Odds Ratio
Dalam perhitungan sampel penelitian ini diambil dari OR (Odds Ratio)
terkecil yaitu 2,82 (diperoleh dari penelitian Erlina, 2010). Dalam perhitungan
sampel peneliotian ini diambil dari OR terkecil yaitu 2,82 (diperoleh dari
penelitian Erlina, 2010).
Tabel 4.1 Nilai Odds Ratio Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Skizofrenia
No. Variabel OR
1. Riwayat Pekerjaan 3,385
2. Pendapatan Keluarga 7,482
3. Pola Asuh Keluarga 8,64
4. Riwayat Keluarga 6,234
67
Jadi, besar sampel dalam penilitian ini yang diperlukan untuk kasus dan
kontrol adalah 1:1 yang masing-masing sebanyak 52 kasus dan 52 kontrol.
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan probability sampling
dengan jenis simple random sampling. Probability sampling adalah adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(Lemeshow dan David 1997 dalam Sri Andayani 2012)
Dimasukkan Rumus
α
68
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2014). Jenis
probability sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian
ini adalah simple random sampling. Simple random sampling adalah pengambilan
sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota
populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen, sebagai
contoh bila populasinya homogen kemudian sampel diambil secara acak, maka
akan didapatkan sampel yang representatif (Sugiyono, 2014).
Simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu
(Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini dilakukan teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan simple random sampling. Langkah-langkah simple random
sampling yang dilakukan dengan cara undian, adalah sebagai berikut :
1. Mendaftar semua anggota populasi.
2. Kemudian masing-masing anggota populasi diberi nomor, masing-masing
dalam satu kertas kecil-kecil.
3. Kertas-kertas kecil yang masing-masing telah diberi nomor tersebut kemudian
digulung atau dilinting.
4. Kemudian lintingan kertas tersebut dimasukkan ke dalam suatu tempat (kotak
atau kaleng) yang dapat digunakan untuk mengaduk sehingga tersusun secara
acak.
5. Kemudian peneliti mengambil lintingan kertas satu per satu sampai diperoleh
sejumlah sampel yang diperlukan.
69
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja penelitian merupakan kerangka pelaksanaan penelitian mulai
dari pengambilan data sampai menganalisa hasil penelitian. Kerangka kerja dalam
penelitian ini adalah:
70
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan kejadian
Skizofrenia
Pengumpulan Data Primer
Data primer berdasarkan
kuesioner dan wawancara
Populasi
Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun yang berjumlah 60 orang Tahun 2017
Teknik Sampling
Simple Random Sampling
Sampel
Pasien Skizofrenia (kasus) sebanyak 52 orang dan orang tidak menderita
skizofrenia (kontrol) sebanyak 52 orang.
Variabel Bebas
Riwayat Keluarga, Pola Asuh
Keluarga, Pendapatan Keluarga,
Riwayat Pekerjaan.
Variabel Terikat
Kejadian Skizofrenia
Pengumpulan Data Sekunder
Data Sekunder berdasarkan
Rekam Medik Pasien
Skizofrenia
Pengolahan Data
Editing, Coding, Entry Data, Tabulating
Analisis Data
Univariat, Bivariat (Chi Square), Multivariat (Regresi Logistik)
Hasil dan Kesimpulan
71
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Identifikasi Variabel
Menurut (Sugiyono, 2017) variabel penelitian adalah sesuatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoritis variabel sendiri dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau
objek yang mempunyai variasi satu orang dengan yang lain atau satu objek
dengan objek yang lain. Variabel adalah sifat yang akan diukur dan diamati yang
nilainya berbeda antara satu objek dengan objek lainnya (Wiratna, 2012).
4.5.2 Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Wiratna, 2012). Variabel
independen dalam penelitian ini yaitu riwayat keluarga, pola asuh keluarga,
pendapatan keluarga, riwayat pekerjaan.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipenagruhi atau akibat, karena
adanya variabel bebas (Wiratna, 2012). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kejadian Skizofrenia.
4.5.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
72
fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasrkan parameter yang dijadikan
ukuran dalam penelitian. Sedangkan secara pengukuran merupakan cara dimana
variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya.
73
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala
Data
Skor
Variabel Bebas
1. Riwayat
Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas
utama yang dilakukan oleh
seseorang dengan tujuan
memperoleh uang atau
penghasilan atau gaji untuk
kesejahteraan keluarga.
Pekerjaan yang memberikan
penghasilan dilakukan
dengan wawancara.
Kuesioner Nominal 1= Tidak bekerja
2= Bekerja
(Kemenkes,
2010)
2. Pendapatan
Keluarga
Pendapatan keluarga adalah
jumah penghasilan riil dari
seluruh anggota rumah tangga
yang bekerja dan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari bersama maupun
perseorangan dalam rumah
tangga berdasarkan UMK
Kabupaten Madiun 2018
(Upah Minimum
Kota/Kabupaten) sebesar Rp.
1.576.892,91 (Pergub Jawa
Timur No. 75 Tahun 2017).
UMK (Upah Minimum
Kota/Kabupaten) Kabupaten
2018 untuk kelompok
kontrol:
1= Rendah, jika kurang
<1.576.892,91
2= Tinggi, jika ≥
1.576.892,91
UMK untuk kelompok kasus
menyesuaikan pada saat
pasien pertama kali
terdiagnosa skizofrenia
Kuesioner Nominal 1= < UMK
(<1.576.892,91)
2= ≥ UMK
(≥1.576.892,91)
(Pergub Jawa
Timur No. 75
Tahun 2017)
3. Pola Asuh
Keluarga
Pola asuh adalah cara atau
tindakan yang bertujuan
untuk mendidik atau
mengasuh anak/keluarga
Pola asuh adalah cara atau
tindakan yang bertujuan
untuk mendidik atau
mengasuh anak/keluarga.
Kuesioner Nominal 1= Pola asuh
tidak baik
2= Pola asuh baik
(Baumrind dalam
74
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala
Data
Skor
yang ditujukan kepada orang
tua.
- Pola asuh otoriter adalah
pola asuh yang menuntut
agar anak patuh dan
tunduk kepada semua
perimtah dan aturan
yang dibuat orang
tua/keluarga.
- Pola asuh penelantaran
adalah pola asuh orang
tua tidak terlibat dalam
kehidupan anak dan
cenderung membesarkan
anak tanpa kasih sayang
dan pemenuhan
kebutuhan yang cukup.
- Pola asuh permisif
adalah pola asuh yang
cenderung menuruti
semua keinginan anak.
- Pola asuh demokrasi
adalah pola asuh orang
tua yang mendorong
anak agar mandiri
namun tetap memberi
1= Pola asuh tidak baik, jika
skor T < mean T.
2= Pola asuh baik, jika skor T
≥ mean T.
Santrock, 2008)
Lanjutan Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia
75
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala
Data
Skor
batas dan pengendalian.
4. Riwayat
Keluarga
Riwayat keluarga adalah
penilaian adanya riwayat
keluarga (ayah, ibu, kakek,
nenek, saudara, dan lain-lain)
yang menderita Skizofrenia
dan memiliki garis keturunan
langsung.
1= Ada riwayat keluarga, jika
keluarga (ayah, ibu, kakek,
nenek, saudara, dan lain-lain)
memiliki penyakit Skizofrenia
yang sama dengan penderita.
2= Tidak ada riwayat
keluarga, jika keluarga (ayah,
ibu, kakek, nenek, saudara,
dan lain-lain) tidak memiliki
penyakit Skizofrenia yang
sama dengan penderita.
Kuesioner Nominal 1= Ada riwayat
keluarga
2= Tidak ada
riwayat keluarga
(Agung W, 2016)
Variabel Terikat
1. Kejadian
Skizofrenia
Skizofrenia adalah orang yang
mengalami gangguan jiwa
atau mental kronis, pikiran,
dan perilaku berdasarkan
pemeriksaan psikologis
dengan kriteria diagnosis
diatur dalam buku Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ-III)
Pada kelompok Kasus
dibuktikkan dengan melihat
rekam medik pasien
Skizofrenia serta pasien telah
menderita Skizofrenia > 1
tahun dan dibuktikan dengan
lembar observasi sesuai
dengan PPDGJ-III dan
manifestasi klinis
KEMENKES RI No.
HK.02.02/MENKES/73/2015
Data
sekunder
(Puskesmas
Gantrung,
2017)
Nominal 1= Kasus
2= Kontrol
Lanjutan Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia
76
No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala
Data
Skor
Pada kelompok kontrol
dibuktikan dengan lembar
observasi sesuai dengan
PPDGJ-III dan manifestasi
klinis KEMENKES RI No.
HK.02.02/MENKES/73/2015
Lanjutan Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia
77
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen peneltian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegaiatannya mengumpulkan data agar kegiatam tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah peneliti. Pembuatan instrumen harus mengacu pada
variabel penelitian, definisi operasional dan skala pengukurannya (Wiratna,
2012). Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner Tertutup
Kuesioner tertutup merupakan daftar pertanyaan yang memiliki alternatif
jawabannya sudah disiapkan oleh peneliti. Kuesioner tertutup pada penelitian ini
adalah pola asuh keluarga, riwayat keluarga, dan riwayat pekerjaan.
2. Kuesioner Terbuka
Kuesioner terbuka merupakan daftar pertanyaan yang memberi kesempatan
kepada responden untuk menuliskan pendapat dari pertanyaan yang diberikan oleh
peneliti. Kuesiner terbuka dalam penelitian ini adalah variabel pendapatan
keluarga.
4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
4.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang sudah
dibuat peneliti tersebut mampu mengukur apa yang hendak peneliti ukur, maka
perlu diuji dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan)
dengan skors total kuesioner tersebut. (Notoatmodjo, 2012)
78
Uji validitas dilakukan dengan cara membandingkan angka r hitung dan r
tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka item dikatakan valid dan
sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka item dikatakan tidak valid. r
hitung dicari dengan menggunakan program SPSS, sedangkan r tabel dicari
dengan cara melihat tabel r dengan ketentuan r minimal adalah 0,3.
Hasil uji validitas pernyataan kuesioner yang dilakukan pada 30 responden
terdapat 12 item pernyataan pola asuh keluarga dan 2 pertanyaan riwayat keluarga
dimana diperoleh hasil r tabel = 0,312 dalam setiap pernyataan pola asuh keluarga
dan pertanyaan riwayat keluarga. Hasil r hitung dalam setiap item pernyataan
diperoleh nilai r hitung r tabel, maka nilai r hitung r tabel 0,312 dinyatakan
valid.
4.7.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran alat ukur tersebut tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
sama. (Notoatmodjo, 2012)
Uji reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan angka cronbach
alpha dengan ketentuan nilai cronbach alpha minimal adalah 0,6. Artinya jika
nilai cronbach alpha yang didapatkan dari hasil perhitungan SPSS lebih besar dari
0,6 maka disimpulkan kuesioner reliabel, sebaliknya jika cronbach alpha lebih
kecil dari 0,6 maka disimpulkan tidak reliabel.
79
Hasil uji reliabilitas pernyataan kuesioner pola asuh keluarga didapatkan
nilai α-Cronbach sebesar 0,730 yang artinya reliabel, sedangkan pada pernyataan
kuesioner riwayat keluarga didapatkan nilai nilai α-Cronbach sebesar 0,871 yang
artinya reliabel. Sehingga kuesioner penelitian ini dapat digunakan sebagai alat
pengumpulan data pada sampel penelitian.
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.8.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun, meliputi 7 desa terdiri dari Desa Kebonsari, Desa Rejosari,
Desa Mojorejo, Desa Palur, Desa Sidorejo, Desa Tanjungrejo, Desa Tambakmas.
4.8.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Juli sampai dengan 23
Agustus 2018.
Tabel 4.3 Realisasi Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
1. Pengajuan judul 25 Februari – 2 Maret 2018
2. ACC judul 3 Maret 2018
3. Penyusunan dan konsultasi proposal skripsi 15 April – 9 Juli 2018
4. Seminar Proposal 20 Juli 2018
5. Revisi ujian proposal skripsi 21 – 29 Juli 2018
6. Penelitian dan pengolahan data 30 Juli – 22 Agustus 2018
7. Penyusunan dan konsultasi skripsi 23 Agustus – 4 September 2018
8. Seminar hasil 5 September 2018
80
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
4.9.1 Sumber Data
Pada dasarnya, penelitian merupakan proses penarikan kesimpulan dari data
yang telah dikumpulkan. Tanpa adanya kata, maka hasil penelitian tidak akan
terwujud dan penelitian tidak akan berjalan. Menurut sumbernya, data dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari responden yang berkaitan dengan
sampel penelitian dengan menggunakan instrumen/alat ukur kuesioner. Data
primer dalam penelitian ini yaitu riwayat keluarga, polas asuh keluarga,
pendapatan keluarga, riwayat pekerjaan.
2. Data Sekunder
Data ini merupakan data penunjang kelengkapan data primer. Data sekunder
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun, Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun, KTP, dan berbagai sumber lainnya. Data sekunder dalam
penelitian ini yaitu identitas penderita Skizofrenia, karakteristik responden
berdasarkan usia, jenis kelamin, status pernikahan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara secara langsung
kepda responden menggunakan alat ukur kuesioner. Pengumpulan data sekunder
diperoleh dari laporan rekapitulasi Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
bagian Kesehatan Jiwa.
81
4.10 Teknik pengolahan dan Teknik Analisis Data
4.10.1 Teknik Pengolahan Data
Langkah-langkah pengolahan data secara manual pada umumnya melalui
langkah-langkah sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2012)
1. Editing
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui
kuesioner perlu disunting terlebih dahulu. Apabila masih ada data atau informasi
yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka
kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).
2. Coding
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk
merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden
dan nomor-nomor pertanyaan.
Tabel 4.4 Coding Data Variabel Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Skizofrenia
No Variabel Coding Data
1. Riwayat Pekerjaan 1= Tidak bekerja
2= Bekerja
(Kemenkes, 2010)
2. Pendapatan Keluarga 1= < UMK
2= ≥ UMK
(Pergub Jawa Timur No. 75 Tahun 2017
untuk kelompok kontrol dan untuk
kelompok kasus menyesuaikan pada
saat pasien pertama kali terdiagnosa
skizofrenia)
3. Pola Asuh Keluarga 1= Pola Asuh Tidak Baik
2= Pola Asuh Baik
(Baumrind dalam Santrock, 2008)
4. Riwayat Keluarga 1= Ada riwayat keluarga
2= Tidak ada riwayat keluarga
(Agung W, 2016)
82
No Variabel Coding Data
5. Kejadian Skizofrenia 1= Kasus
2= Kontrol
3. Entry Data
Entry Data adalah mengisi kolom-kolom lembar kode atau kartu kode sesuai
dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
4. Tabulating
Tabulating adalah tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
digunakan oleh peneliti.
4.10.2 Teknik Analisis Data
1. Analisis Univariat
Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau
grafik. Jika data mempunyai distribusi normal, maka mean dapat digunakan
sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran.
Jika distribusi data tidak normal maka menggunakan median sebagai ukuran
pemusatan dan maksimum-minimum sebagai ukuran penyebaran. (Saryono,
2010).
Analisis univariat pada penelitian ini adalah jenis kelamin, pekerjaan, pola asuh
keluarga, riawayat keluarga, pendapatan keluarga, status pernikahan. Skor T
adalah untuk mengkategorikan rating scale, yang sering digunakan untuk
mengkategorikan kategori sikap, minat, bakat, motivasi dalam kategori dikotomi
yaitu positif dan negatif. Adapun rumus mencari skor T adalah sebagai berikut:
Lanjutan Tabel 4.4 Coding Data Variabel Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Skizofrenia
83
Keterangan:
X = Skor per pernyataan atau indikator
= Rata-rata keseluruhan dari jumlah skor per
pernyataan atau indikator
SD = Standart deviasi
a. Cara mencari SD atau standart deviasi yaitu dengan menggunakan rumus
∑√(( − )^2 )/( −1)
b. Cara mencari mean T yaitu dengan menggunakan rumus (∑ )/
c. Cara mencari X atau mean yaitu dengan menggunakanm rumus (∑ )
Variabel pola asuh keluarga dibagi menjadi 2 tipe pernyataan yaitu tipe
pernyataan (+) dengan skor: SL (4); SR (3); KD (2); TP (1), sedangkan pernyatan
(-) dengan skor: SL (1); SR (2); KD (3); TP (4). Kemudian dimasukkan kedalam
rumus skor T yaitu:
Keterangan:
X = Skor per pernyataan atau indikator
= Rata-rata keseluruhan dari jumlah skor per
pernyataan atau indikator
SD = Standart deviasi
Kategori:
1 = pola asuh tidak baik, jika skor T < mean T
2 = pola asuh baik, jika skor T ≥ mean T
84
Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan dari setiap anggota keluarga
yang bekerja. Kemudian untuk menentukan pendapatan keluarga tersebut cukup
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari menggunakan tolak ukur UMK (Upah
Minimum Kota/Kabupaten) tahun 2018 yang ada dalam Pergub Jawa Timur No.
75 Tahun 2017. UMK yang digunakan pada penelitian ini adalah pada kelompok
kasus yaitu UMK Kabupaten Madiun menyesuaikan dengan tahun berapa pasien
pertama kali terdiagnosa Skizofrenia dan pada kelompok kontrol yaitu UMK
Kabupaten Madiun Tahun 2018. Pendapatan keluarga dapat diketahui melalui
rumus:
Pt=Pn+Pw+Pll
Pt = Pendapatan Keluarga
= Pendapatan Suami
Pw = Pendapatan Wanita
Pll = Pendapatan dari anggota keluarga lain dalam
keluarga
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini dilakukan dengan menggunakan uji untuk mengetahui
hubungan yang signifikan antar masing-masing variabel bebas dengan variabel
terikat baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif dengan
mempertimbangkan nilai signifikansi (p-value), Odds Ratio (OR) dan nilai
Confidence Interval (CI) sebesar 95% (α=0,05).
Terdapat uji parametrik dan non parametrik pada analisis bivariat (Saryono,
2013). Syarat uji chi square adalah :
85
a) Sampel dipilih secara acak
b) Semua pengamatan dilakukan dengan independen
c) Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1. Sel-sel dengan
frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel.
d) Besar sampel sebaiknya > 40.
Uji altrernatif dari uji chi-square adalah uji fisher exact untuk tabel 2x2
dengan ketentuan sampel kurang atau sama dengan 40 dan terdapat sel yang nilai
harapan (E) kurang dari 5.
Penentuan pemeriksaan hipotesis penelitian berdasarkan tingkat signifikansi
(p-value) yang diperoleh dari uji chi-square, yaitu :
a) Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian (Ho) diterima dan (Ha) ditolak
berarti tidak ada hubungan.
b) Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha) diterima dan (Ho) ditolak
berarti ada hubungan.
Penentuan faktor yang berhubungan dari variabel independen terhadap
kejadian Skizofrenia (variabel dependen) berdasarkan interpretasi nilai Odds Ratio
dan Confidence Interval yang diperoleh, yaitu :
a) Variabel independen yang diteliti merupakan faktor yang berhubungan jika
nilai OR > 1 dan nilai CI tidak mencakup nilai 1.
b) Variabel independen yang diteliti bukan merupakan faktor yang berhubungan
jika nilai CI mencakup nilai 1.
c) Variabel independen yang diteliti merupakan faktor protektif yang
berhubungan jika nilai OR < 1 dan nilai CI tidak mencakup nilai 1.
86
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan secara
bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat, dan variabel
bebas mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel terikat dengan
menggunakan uji regresi logistik. Dengan menggunakan teknik analisis ini
maka dapat menganalisis pengaruh beberapa variabel terhadap variabel-
variabel lainnya dalam waktu yang bersamaan (Wiratna, 2012). Analisis
multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik.
Langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik adalah sebagai
berikut (Sopiyudin Dahlan, 2012):
a. Melakukan seleksi variabel yang layak dilakukan dalam model multivariat
dengan cara terlebih dahulu melakukan seleksi bivariat antara masing-masing
variabel independen dengan variabel dependen dengan uji regresi logistik
sederhana.
b. Variabel yang memenuhi syarat lalu dimasukkan ke dalam analisis multivariate
yaitu nilai p < 0,25.
c. Dari hasil analisis dengan multivariat dengan regresi logistik menghasilkan
nilai p masing-masing variabel.
d. Variabel nilai p > 0,05 ditandai dan dikeluarkan satu persatu dari model,
hingga seluruh variabel dengan nilai p > 0,05 hilang.
e. Pada langkah terakhir akan tampak nilai exp(B), yang menunjukkan bahwa
semakin besar nilai exp(B)/OR maka semakin besar pengaruh variabel tersebut
terhadap variabel dependen.
87
4.11 Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007) etika penelitian sangat penting karena penelitian
berhubungan langsung dengan manusia, sehingga perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan kepada
responden yang akan diteliti agar subyek mengerti maksut dan tujuan dari
penelitian. Bila responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati
hak-hak responden.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama
responden dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan kepada pihak
yang terkait dengan peneliti.
88
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Puskesmas Gantrung
5.1.1 Kondisi Umum Geografis
UPT Puskesmas Gantrung merupakan Puskesmas Perawatan di Kabupaten
Madiun dan satu diantara dua puskesmas yang ada di Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun Propinsi Jawa Timur, terletak dipinggir jalan Raya Kebonsari-
Ponorogo, dari Kantor Kecamatan Kebonsari kurang lebih berjarak 8 km. Jumlah
wilayah kerjanya meliputi 7 desa, 28 dusun dan secara umum semua desa dapat
diakses ke UPT Puskesmas Gantrung. Dari ke 7 desa terbagi dalam 1 UPT
Puskesmas Gantrung (Ds. Mojorejo), 2 Polindes (Ds. Sidorejo, dan Ds. Palur), 2
Puskesmas Pembantu (Pustu Rejosari, Pustu Tambakmas) dan 2 Ponkesdes (Ds.
Tanjungrejo dan Ds. Kebonsari) dengan batasannya :
Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung
Sumber : Data Dasar UPT Puskesmas Gantrung 2016
89
Puskesmas Gantrung merupakan wilayah yang secara geografis merupakan
dataran rendah. Puskesmas Gantrung terletak di jalan raya Dolopo, Desa Sidorejo,
Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun. Luas wilayah kerja Puskesmas
Gantrung adalah 265,3 km².
5.1.2 Kondisi Demografi Puskesmas Gantrung
Wilayah UPT Puskesmas Gantrung untuk jumlah keseluruhan penduduk ada
sebanyak 27.196 jiwa. Dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 13.101 jiwa
dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 14.095 jiwa. Keseluruhan KK ada
sebanyak 8.067 KK, dengan kepadatan penduduk rata-rata 1.025 jiwa/km2, rata-
rata 3 jiwa /KK.
Penggolongan usia pada wilayah kerja puskesmas gantrung ini terdiri dari
dua penggolongan, yaitu usia produktif sebanyak 17.146 jiwa dan usia
nonproduktif sebanyak 10.050 jiwa. Tingkat ekonomi pada masyarakat gantrung
sebanyak 43% merupakan petani dan buruh tani, 32% merupakan pedagang, 29%
merupakan buruh tani, 4% PNS-TNI-Polri dan 1% lain-lain.
Penduduk yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Gantrung sebagian
besar adalah suku jawa yang hampir sebagian besar penganut agama Islam.
Sedangkan bahasa pengantar dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa jawa.
Sebagiamana masyarakat jawa pada umumnya, tradisi budaya jawa masih dianut
oleh sebagian masyarakat di wilayah UPT Puskesmas Gantrung.
90
5.2 Karakteristik Responden
Hasil analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik
responden masing-masing variabel, baik variabel independen dan variabel
dependen. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
5.2.1 Data Umum
Data umum akan menyajikan karakteristik responden penelitian berdasarkan
jenis kelamin responden, status pernikahan responden, kelompok umur responden,
kelompok riwayat pekerjaan responden, kategori riwayat pekerjaan responden
pendidikan, pendapatan keluarga responden, pola asuh keluarga responden,
riwayat keluarga responden, dan gambaran kejadian skizofrenia.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Responden di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten
Madiun Tahun 2018
No. Jenis
Kelamin
Kasus Kontrol Total
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
1. Laki-laki 26 50,0 24 46,1 50 48,1
2. Perempuan 26 50,0 28 53,9 54 51,9
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0 Sumber: Data Pimer, 2018
Berdasarkan tabel 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden
dengan jenis kelamin laki-laki pada kasus sebanyak 26 orang (50,0%) lebih besar
daripada kelompok kontrol sebanyak 24 orang (46,1%).
91
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok
Umur di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun Tahun
2018
No. Kelompok
Umur Kasus Kontrol Total
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
1. 17–25 thn 8 15,4 0 0,0 8 7,7
2. 26–35 thn 10 19,2 4 7,7 14 13,5
3. 36–45 thn 16 30,8 28 53,8 44 42,3
4. 46–55 thn 11 21,2 19 36,5 30 28,8
5. 56–65 thn 7 13,5 1 1,9 8 7,7
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0 Sumber: Data Pimer, 2018 dan (Depkes RI 2009 dalam Gusti, 2015)
Berdasarkan tabel 5.2 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden
dengan kelompok umur 26 – 35 tahun pada kasus sebanyak 10 orang (19,2%)
lebih besar daripada kelompok kontrol sebanyak 4 orang (7,7%).
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Pernikahan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Tahun 2018
No. Status
Pernikahan
Kasus Kontrol Total
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
1. Tidak
Menikah 18 34,6 16 30,8 34 32,6
2. Cerai
Hidup/Mati 16 30,8 5 9,6 21 20,2
3. Menikah 18 34,6 31 59,6 49 47,2
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0 Sumber: Data Pimer, 2018
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden
dengan status pernikahan tidak menikah pada kasus sebanyak 18 orang (34,6%)
lebih besar daripada kelompok kontrol sebanyak 16 orang (30,8%).
92
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Riwayat Pekerjaan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok
Riwayat Pekerjaan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten
Madiun Tahun 2018
No. Riwayat
Pekerjaan
Kasus Kontrol Total
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
1. Tidak
Bekerja 22 42,3 27 51,9 49 47,2
2. Buruh Tani 18 34,6 22 42,4 40 38,4
3. Petani 9 17,4 1 1,9 10 9,6
4. Wiraswasta 3 5,7 2 3,8 5 4,8
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0 Sumber: Data Pimer, 2018
Berdasarkan tabel 5.4 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden
dengan status pekerjaan tidak bekerja pada kasus sebanyak 22 orang (42,3%)
lebih kecil daripada kelompok kontrol sebanyak 27 orang (51,9%).
5.2.2 Data Khusus
Data khusus akan menyajikan data karakteristik responden yang terkait
dengan variabel bebas (riwayat pekerjaan, pendapatan keluarga, pola asuh
keluarga, dan riwayat keluarga) serta variabel terikat kejadian Skizofrenia.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
Keluarga di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun Tahun
2018
No. Pendapatan
Keluarga
Kasus Kontrol Total
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
1. < UMK 37 71,2 20 38,5 57 54,8
2. ≥ UMK 15 28,8 32 61,5 47 45,2
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0 Sumber: Data Pimer, 2018
Berdasarkan tabel 5.5 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden
dengan pendapatan keluarga < UMK pada kelompok kasus (menyesuaikan pada
93
tahun saat pasien pertama kali terdiagnosa skizofrenia) sebanyak 37 orang
(71,2%) lebih besar daripada kelompok kontrol (UMK tahun sekarang yaitu Rp
1.576.892,91) sebanyak 20 orang (38,5%).
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Asuh Keluarga
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pola Asuh
Keluarga di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun Tahun
2018
No. Pola
Asuh
Keluarga
Kasus Kontrol Total
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
1. Pola Asuh
Keluarga
Tidak
Baik
35 67,3 19 36,5 54 51,9
2. Pola Asuh
Keluarga
Baik
17 32,7 33 63,5 50 48,1
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0 Sumber: data primer hasil penelitian tahun 2018
Berdasarkan tabel 5.6 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden
dengan pola asuh keluarga tidak baik pada kasus sebanyak 35 orang (67,3%) lebih
besar daripada kelompok kontrol sebanyak 19 orang (36,5%).
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat
Keluarga di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun Tahun
2018
No. Riwayat
Keluarga
Kasus Kontrol Total
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
Jumlah Persentase
(%)
1. Ada
Riwayat
Keluarga
39 75,0 19 36,5 58 55,7
2. Tidak Ada
Riwayat
Keluarga
13 25,0 33 63,5 46 44,3
Total 52 100,0 52 100,0 104 100,0 Sumber: Data Pimer, 2018
94
Berdasarkan tabel 5.7 di atas, dapat diketahui bahwa persentase responden
dengan riwayat keluarga skizofrenia pada kasus sebanyak 39 orang (75,0%) lebih
besar daripada kelompok kontrol sebanyak 19 orang (36,5%).
5.3 Hasil Penelitian
5.3.1 Analisis Bivariat Variabel Penelitian
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan dan besarnya nilai
Odd Ratio faktor risiko, dan digunakan untuk mencari hubungan antara variabel
bebas dan variabel teikat dengan uji satatistik yang disesuaikan dengan skala data
yang ada. Uji statistik yang digunakan Chi-Square dan penentuan Odds Ratio
(OR) dengan taraf kepercayaan (CI) 95 % dan tingkat kemaknaan 0,05. Berikut
adalah hasil analisis bivariat dibawah ini:
1. Hubungan Antara Riwayat Pekerjaan dengan Kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Tabel 5.8 Hubungan Antara Riwayat Pekerjaan dengan Kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Kategori
Riwayat
Pekerjaan
Skizofrenia
OR OR
95% CI
P
value Kasus Kontrol
N % N %
Tidak
Bekerja
22 42,3 27 51,9
0,67 0,31 – 1,47 0,432 Bekerja 30 57,7 25 48,1
Total 52 100,0 52 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018
Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh persentase responden yang tidak bekerja
pada kelompok kasus sebanyak 22 orang (42,3%), lebih kecil pada kelompok
kontrol sebanyak 27 orang (51,9%). Jadi proporsi tidak bekerja lebih banyak pada
kontrol dibanding pada kasus.
95
Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,326) > α (0,05)
maka H1 ditolak, yang menunjukan bahwa kategori riwayat pekerjaan tidak
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian Skizofrenia. Nilai risiko
dapat dilihat dari nilai OR yaitu 0,67 yang berarti riwayat pekerjaan merupakan
faktor protektif kejadian Skizofrenia. Sedangkan 95% CI yaitu 0,31 – 1,47 yang
berarti melewati angka 1 yang menyatakan tidak ada hubungan.
2. Hubungan Antara Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Tabel 5.9 Hubungan Antara Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Pendapatan
Keluarga
Skizofrenia OR 95% CI P
value Kasus Kontrol
N % N %
< UMK 37 71,2 20 38,5
3,94 1,73 – 8,95 0,002 ≥ UMK 15 28,8 32 61, 5
Total 52 100,0 52 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018
Berdasarkan tabel 5.9 diperoleh persentase responden yang memiliki
pendapatan keluarga < UMK lebih banyak pada kelompok kasus (menyesuaikan
pada tahun saat pasien pertama kali terdiagnosa skizofrenia) sebanyak 37 orang
(71,2%), lebih besar dari kelompok kontrol (UMK tahun sekarang yaitu Rp
1.576.892,91) hanya 20 orang (38,5%). Jadi proporsi pendapatan keluarga <
UMK lebih banyak pada kasus dibanding pada kontrol.
Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,002) < α (0,05)
maka H1 diterima, yang menunjukan bahwa pendapatan keluarga memiliki
hubungan yang bermakna dengan kejadian Skizofrenia. Nilai risiko dapat dilihat
dari nilai OR yaitu 3,94 yang berarti faktor risiko kejadian Skizofrenia.
96
Sendangkan 95%CI yaitu 1,73 – 8,95 yang berarti tidak melewati angka 1 yang
menyatakan ada hubungan.
3. Hubungan Antara Pola Asuh Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Tabel 5.10 Hubungan Antara Pola Asuh Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Pola Asuh
Keluarga
Skizofrenia
OR 95% CI P Kasus Kontrol
N % N %
Pola Asuh Tidak
Baik
35 67,3 19 36,5
3,57 1,59 – 8,02 0,003 Pola Asuh Baik 17 32,7 33 63,5
Total 52 100,0 52 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018
Berdasarkan tabel 5.10 diperoleh persentase responden yang memiliki pola
asuh keluarga yang tidak baik lebih banyak pada kelompok kasus sebanyak 35
orang (67,3%), lebih besar dari kelompok kontrol hanya 19 orang (36,5%). Jadi
proporsi pola asuh keluarga yang tidak baik lebih banyak pada kasus dibanding
pada kontrol.
Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,003) < α (0,05)
maka H1 diterima, yang menunjukan bahwa pola asuh keluarga yang tidak
baikmemiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian Skizofrenia. Nilai risiko
dapat dilihat dari nilai OR yaitu 3,57 yang berarti faktor risiko kejadian
Skizofrenia. Sendangkan 95%CI yaitu 1,59 – 8,02 yang berarti tidak melewati
angka 1 yang menyatakan ada hubungan.
97
4. Hubungan Antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Tabel 5.11 Hubungan Antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun
Riwayat Keluarga Status OR 95% CI P
Kasus Kontrol
N % N %
Ada Riwayat
Keluarga
39 75,0 19 36,5
5,21 2,24 – 12,12 0,000 Tidak Ada Riwayat
Keluarga
13 25,0 33 63,5
Total 52 100,0 52 100,0
Sumber: Data Pimer, 2018
Berdasarkan tabel 5.11 diperoleh persentase responden yang memiliki
riwayat keluarga Skizofrenia lebih banyak pada kelompok kasus sebanyak 39
orang (75,0%), lebih besar dari kelompok kontrol hanya 19 orang (36,5%). Jadi
proporsi riwayat keluarga Skizofrenia lebih banyak pada kasus dibanding pada
kontrol.
Hasil analisis uji chi square diperoleh nilai p value (0,000) < α (0,05)
maka H1 diterima, yang menunjukan bahwa riwayat keluarga Skizofrenia
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian Skizofrenia. Nilai risiko
dapat dilihat dari nilai OR yaitu 5,21 yang berarti faktor risiko kejadian
Skizofrenia. Sendangkan 95%CI yaitu 2,24 – 12,12 yang berarti tidak melewati
angka 1 yang menyatakan ada hubungan.
Syarat variabel independen yang menjadi kandidat dalam uji bivariat adalah
p- value < 0,05 dan untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel
independen dengan satu variabel dependen, harus dilanjutkan dengan melakukan
98
analisis multivariat. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel
independen mana yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 5.12 Rangkuman Hasil Analisis Bivariat Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun
No. Variabel OR 95% CI P value
1. Riwayat Pekerjaan 0,679 0,313 – 1,472 0,432
2. Pendapatan Keluarga 3,947 1,739 – 8,959 0,002 **
3. Pola Asuh Keluarga 3,576 1,593 – 8,029 0,003 **
4. Riwayat Keluarga 5,211 2,240 – 12,120 0,000 **
Sumber: Data Pimer, 2018 Keterangan: * = Variabel yang menjadi kandidat dalam uji regresi logistik (p<0,25)
** = Variabel yang berhubungan dengan variabel dependen (p <0,05) sekaligus
menjadi kandidat dalam uji regresi logistik
Dari tabel 5.12 dapat diketahui bahwa variabel yang menjadi kandidat untuk
dianalisis menggunakan uji regresi logistik yaitu yang memenuhi syarat p < 0,25.
Selanjutnya data dianalisis dan ditampilkan pada tabel.
5.3.2 Analisis Multivariat
Analisis multivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan beberapa
variabel independen terhadap satu variabel dependen secara bersama-sama.
Analisis multivariat yang digunakan adalah analisis regresi logistik untuk melihat
variabel independen yang paling berpengaruh dalam variabel dependen.
Dilakukan menggunakan analisis regresi logistik ganda dengan metode Backward
LR (Likehood Ratio) yaitu memasukkan semua variabel independen yang menjadi
kandidat ke dalam model regresi logistik kemudian satu per satu variabel
independen dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan statistik
tertentu. Dari hasil tabel analisis bivariat maka variabel dengan nilai p < 0,25
yang masuk ke dalam kandidat multivariat yaitu pendapatan keluarga, pola asuh
keluarga, dan riwayat keluarga. Variabel yang dapat masuk dalam model regresi
99
logistik adalah variabel yang mempunyai nilai p < 0,05. Hasil analisis regresi
logistik dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.13 Hasil Uji Regresi Logistik
No Variabel Β aOR 95% CI P value
1 Pendapatan Keluarga 1,247 3,481 1,321 – 9,171 0,012
2 Pola Asuh Keluarga 1,000 2,717 1,049 – 7,035 0,039
3 Riwayat Keluarga 1,835 6,265 2,423 – 16,199 0,000
Konstanta -2,237
Sumber: Data Pimer, 2018
Dari tabel 5.13 diperoleh bahwa dari variabel independen yang berhubungan
dengan variabel dependen yaitu variabel pendapatan keluarga, pola asuh keluarga,
dan riwayat keluarga. Tetapi variabel riwayat keluarga yang paling berpengaruh
terhadap kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun.
Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel riwayat keluarga dengan p-
value (0,000) < (0,25) merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap
kejadian Skizofrenia. Dengan nilai risiko dapat dilihat dari nilai aOR yaitu 6,265
yang berarti bahwa riwayat keluarga memiliki risiko 6,265 kali lebih besar untuk
mengalami kejadian Skizofrenia.
5.4 Pembahasan
Berdasarkan analisis bivariat, variabel yang terbukti merupakan faktor risiko
yang berhubungan dengans kejadian Skizofrenia adalah pendapatan keluarga, pola
asuh keluarga, dan riwayat keluarga.
100
5.4.1 Faktor – Faktor yang Terbukti Berhubungan dengan Kejadian
Skizofrenia
Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang terbukti merupakan faktor
risiko terjadinya Skizofrenia adalah pendapatan keluarga, pola asuh keluarga, dan
riwayat keluarga.
1. Pendapatan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian dari 104 responden di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun didapatkan bahwa responden dengan
pendapatan keluarga <UMK sebanyak 57 orang (54,8%). Hasil ini menunjukkan
bahwa masih banyak responden di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun yang memiliki pendapatan keluarga yang rendah <UMK.
Pada penelitian ini proporsi kejadian Skizofrenia dengan pendapatan
keluarga <UMK (menyesuaikan pada tahun saat pasien pertama kali terdiagnosa
skizofrenia) sebesar 37 orang (71,2%) dengan nilai p value 0,012 < 0,05 yang
berarti ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia
dengan nilai aOR sebesar 3,481 yang sehingga responden dengan pendapatan
keluarga <UMK memiliki risiko sebesar 3,481 kali lebih besar untuk mengalami
Skizofrenia dengan 95%CI 1,321 – 9,171. Responden pada kelompok kontrol
dengan pendapatan keluarga <UMK (UMK tahun sekarang yaitu Rp
1.576.892,91) sebesar 20 orang (38,5) sedangkan kelompok kontrol dengan
pendaptan keluarga ≥UMK (UMK tahun sekarang yaitu Rp 1.576.892,91) sebesar
32 orang (61,5%).
101
Pendapatan keluarga adalah pendapatan yang diperoleh dengan jalan
memberikan jasa atau menjual suatu barang bertujuan untuk memperoleh imbalan
dalam bentuk gaji, sewa tanah, modal kerja dan sebagainya. Besarnya pendapatan
akan menggambarkan ekonomi keluarga dalam masyarakat yang dapat
dikategorikan dalam dua kelompok yaitu pendapatan rendah dan tinggi. Suatu
keluarga pada umumnya terdiri dari suami, isteri dan anak-anak, besarnya jumlah
anggota akan lebih banyak tersedia tenaga kerja untuk mencari pekerjaan agar
memperoleh pendapatan. Umunya kepala keluarga penentu utama pendapatan
keluarga, namun sebenarnya dalam anggota keluarga lainnya juga ikut berperan.
Munculnya gejala skizofrenia diakibatkan dari adanya perubahan pola lingkungan,
perilaku dan akibat kondisi biologik individu tersebut.
Pendapatan keluarga adalah penjulahan seluruh pemasukkan keluarga yaitu
pendapatan suami, pendapatan istri atau pendapatan dari anggota keluarga lain
dalam keluarga dengan rumus Pt = Pn+Pw+Pill. (Qurniati, 2010)
Keterangan:
Pt = Pendapatan Keluarga
Pn = Pendapatan Suami
Pw = Pendapatan Wanita
Pill = Pendapatan dari anggota keluarga lain dalam keluarga. (Qurniati, 2010).
Pada perkembangan psikologi yang salah terjadi ketidakmatangan atau
fiksasi bahwa individu gagal berkembang lebih lanjut pada fase berikutnya dan
ada tempat-tempat yang lemah (rentan). Individu yang rentan tersebut apabila
dikenai stres psikososial seperti status ekonomi dan lain sebagainya dapat
102
berkembang menjadi skizofrenia (Deti, 2015). Sesuai dengan teori Hawari
(2012), kondisi sosio-ekonomi yang tidak tercukupi dapat membuat seseorang
tertekan sehingga apabila ketahanan mental seseorang tidak dapat menahannya
akan menjadi risiko bagi seseorang untuk timbul skizofrenia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Erlina (2010) pendapatan
keluarga yang rendah merupakan salah satu faktor risiko pencetus terjadinya
Skizofrenia dengan hasil statistik ( p < α 0,05) dan hasil OR = 7,482 menunjukkan
bahwa orang dengan pendapatan keluarga rendah memiliki risiko 7 kali untuk
menderita Skizofrenia, menyatakan bahwa pendapatan keluarga rendah
merupakan pemicu terjadinya seseorang mengalami Skizofrenia dan tidak adanya
kontrol stres pada seseroang tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Agung (2016) yang menyatakan bahwa Kota Pati memiliki permasalahan dalam
hal ketersediaan lapangan kerja sehingga masyarakatnya memiliki budaya
merantau ke luar daerah untuk mencari nafkah kemudian akan kembali ke Pati
ketika pensiun nanti, rata – rata penderita skizofrenia mengalami kesulitan
ekonomi dan masalah pekerjan yang akhirmya bekerja sebagai serabutan dengan
pendapatan dibawah UMK yang tidak cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari
– hari mengakibatkan banyak terjadinya skizofrenia akibat tidak dapat mengontrol
stres pada diri sendiri.
Berdasarkan teori, pendapatan merupakan salah satu faktor yang
mempunyai peran dalam mewujudkan kondisi kesehatan seseorang. Pendapatan
yang diterima seseorang akan mempengaruhi daya beli terhadap barang-barang
103
kebutuhan pokok dan barang-barang kebutuhan lainnya seperti sandang,papan dan
pelayanan kesehatan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, proporsi sebagian besar responden
yang tidak bekerja sebesar 47,1% dan responden dengan pekerjaan buruh tani
sebesar 38,5% dengan pendapatan keluarga rendah <UMK sebesar 54,8%,
sehingga responden mengalami kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan sehari –
hari baik dari segi pangan maupun kebutuhan hidup lainnya, terlebih lagi ada
anggota keluarga yang jumlahnya lebih dari 4 orang didalam rumah tersebut dan
dari hasil wawancara sebagian responden tidak memiliki BPJS sehingga tidak
mampu untuk berobat dengan biaya yang tidak murah yang mengakibatkan
seseorang memiliki tekanan pikiran dan stres yang berkelanjutan selama bertahun
– tahun yang menjadi gangguan Skizofrenia dibandingkan dengan seorang yang
memiliki pendapatan ≥UMK, selain itu mampu mengontrol stres yang ada dalam
diri sendiri sehingga mampu mengurangi risiko terjadinya Skizofrenia. Sedangkan
pada responden pada kelompok kontrol dengan pendapatan <UMK sebesar 38,5%
tidak me nederita skizofrenia karena dapat mengontrol stres dengan baik. Namun
responden dengan skizofrenia yang memiliki pendapatan keluarga ≥UMK sebesar
28,8% terjadi karena adanya masalah dengan rekan kerja, masalah persaingan
kerja ataupun masalah yang ada dalam keluarga dan responden tidak dapat
mengontrol stres dengan baik sehingga responden mengalami gangguan jiwa berat
atau Skizofrenia.
Menurut opini peneliti masalah yang lain yang ditemukan di lapangan
karena belum terbentuknya posyandu jiwa di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
104
Gantrung sehingga edukasi kepada masyarakat tentang pengendalian stres atau
menejemen stres kurang berjalan dengan maksimal. Sebaiknya perlu adanya
edukasi tentang pengendalian stres atau menejemen stres kepada masyarakat yang
berkunjung ke Puskesmas dan melatih kader jiwa untuk membantu
menyebarluaskan informasi tentang menejemen stres kepada masyarakat.
2. Pola Asuh Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian dari 104 responden di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun didapatkan bahwa responden dengan
pola asuh keluarga tidak baik sebanyak 54 orang (51,9%). Hasil ini menunjukkan
bahwa masih banyak responden di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun yang menerapkan pola asuh keluarga yang tidak baik.
Pada penelitian ini proporsi kejadian Skizofrenia dengan pola asuh keluarga
yang tidak baik sebesar 35 orang (67,3%) dengan nilai p value 0,039 < 0,05 yang
berarti ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan kejadian Skizofrenia
dengan nilai OR sebesar 2,717 yang sehingga responden dengan pola asuh
keluarga yang tidak baik memiliki risiko sebesar 2,717 kali lebih besar untuk
mengalami Skizofrenia dengan 95%CI 1,049 – 7,035. Sedangkan responden
dengan skizofrenia yang memiliki pola asuh baik sebesar 17 orang (32,7%).
Pola asuh keluarga adalah sikap orang tua dalam berhubungan dengan
anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua
memberikan pengaturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara
orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian,
tanggapan terhadap keinginan anak (Isni, 2014). Orang tua yang menerapkan pola
105
asuh keluarga yang tidak baik dapat menjadikan anak mengalami gangguan jiwa,
hal ini dapat terjadi karena orang tua tidak memberikan kesempatan kepada anak
berpendapat, menjaga jarak dengan anak, mengejar anak dengan tuntutan orang
tua. Anak dengan pola asuh keluarga yang tidak baik cenderung mempunyai sifat
mudah tersinggung, mudah stres, mudah terpengaruh, penakut, pemurung, tidak
mempunyai arah masa depan yang jelas, agresif, tidak punya rasa percaya diri,
dan suka memberontak (Isni, 2014).
Pola asuh tidak baik meliputi pola asuh otoriter adalah pola asuh yang
menuntut agar anak patuh dan tunduk kepada semua perimtah dan aturan yang
dibuat orang tua/keluarga. Pola asuh penelantaran adalah pola asuh orang tua
tidak terlibat dalam kehidupan anak dan cenderung membesarkan anak tanpa
kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan yang cukup. Pola asuh permisif adalah
pola asuh yang cenderung menuruti semua keinginan anak. Pola asuh yang baik
meliputi pola asuh demokrasi adalah pola asuh orang tua yang mendorong anak
agar mandiri namun tetap memberi batas dan pengendalian.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Astrid (2015) dengan
nilai p value < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pola asuh dengan
kejadian Skizofrenia dan nilai OR sebesar sebesar 8,64 menunjukkan bahwa pola
asuh keluarga yang tidak baik memiliki risiko 8 kali untuk menderita Skizofrenia
yang menyatakan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan
permisif beresiko untuk gangguan jiwa sedangkan pada kelompok tidak gangguan
jiwa kebanyakan orangtua menerapkan pola asuh yang demokratis, pada pola
asuh demokratis sangat sedikit responden yang mengalami gangguan jiwa
106
hal ini disebabkan pola asuh demokratis akan membuat anak menjadi
pribadi yang bisa bertanggung jawab sehingga lebih mampu menghadapi stress
dalam kehidupan yang dialami.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian lain yaitu Erlina (2010) dengan
dengan nilai p value 0,035 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pola
asuh dengan kejadian Skizofrenia dengan nilai OR sebesar 4,53 menunjukkan
bahwa pola asuh keluarga tidak baik memiliki risiko 4 kali untuk menderita
Skizofrenia, menyatakan bahwa dalam keadaan krisis timbul bermacam - macam
perasaan yang tidak enak, seperti cemas, takut, rasa salah atau malu, tergantung
pada keadaan. Pengaruh keluarga sangat menolong individu dalam mengatasi
krisis sesuai dengan adat istiadat, kebudayaan atau pengalaman keluarga itu.
Keluarga harus menolong individu agar ia secara aktif menemukan cara
penyelesaian masalahnya dan bukan agar ia menghindar tantangan atau memakai
mekanisme pembelaan yang sekedar untuk menghilangkan ketegangan. Jelas
bahwa pada waktu krisis individu itu lebih membutuhkan dan lebih tergantung
pada hubungan antar manusia.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, proporsi sebagian besar responden
dengan pola asuh keluarga yang tidak baik sebesar 51,9% sehingga responden
dengan pola asuh yang tidak baik merasa tertekan dengan tuntutan yang diberikan
orang tua ataupun keluarga, dari hasil wawancara banyak keluarga yang
menerapkan pola asuh otoriter yaitu pola asuh yang menuntut anak harus selalu
patuh dengan aturan orang tua bila tidak menaati orang tua tidak segan
menghukum, dan pola asuh permisif yaitu pola asuh yang selalu menuruti
107
keinginan anak. Alasan mengapa orang tua dan keluarga menerapkan pola asuh
otoriter dalam hal pendidikan, pekerjaan bahkan dalam mengatur pasangan hidup
yang tidak sesuai dengan keinginan anak sehingga anak menjadi takut untuk
menolak yang berdampak tekanan pikiran atau stres dan mengubah kepribadian
anak menajdi seorang yang tertutup atau pendiam bahkan menjadi pribadi yang
agresif atau mudah marah dan mengamuk yang berlangsung selama lebih dari 1
tahun dan menjadi Skizofrenia dibandingkan seseorang yang memiliki pola asuh
keluarga yang baik dan mampu mengontrol stres yang ada dalam dirinya sehingga
mengurangi risiko terjadinya Skizofrenia.
Menurut peneliti pola asuh keluarga yang tidak baik dapat terjadi karena
orang tua atau keluarga menerapkan sikap disiplin yang terlalu tinggi, tidak boleh
ada kesalahan sedikitpun dalam melakukan suatu hal. Pola asuh keluarga yang
tidak baik membuat anak merasa tidak adanya kasih sayang dari orang tuanya,
membuat anak tidak bisa menyampaikan perasaan yang sedang dialami kepada
orang tuanya, membuat anak melakukan sesuatu dengan terpaksa, dan jika pola
asuh tersebut masih diterapkan dan berlangsung hingga remaja yang membuat
anak akan mengalami tekanan yang berlangsung. Tekanan pikiran yang
berlangsung lama tersebut dapat membuat anak depresi dan stres yang merupakan
gejala awal Skizofrenia. Tekanan tidak langsung mengakibatkan depresi dapat
dicegah dengan manajemen stres atau pengelolaan stres. Manajemen stres dapat
dilakukan individu ataupun dapat dibantu oleh tenaga kesehatan maupun saudara
terdekat. Sedangkan pasien skizofrenia dengan pola asuh yang baik sebesar 32,7%
terjadi karena pasien mendapat tekanan masalah baik masalah pekerjaan ataupun
108
dengan rekan kerja diamana pasien dahulu tidak dapat mengontrol stess dengan
baik selama 1 bulan lebih dan berlangsung berkelanjutan yang menjadi
skizoferenia.
Sebaiknya petugas kesehatan lebih meningkatkan edukasi kepada
masyarakat saat berkunjung ke Puskemas dan melatih kader jiwa agar dapat
menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya Skizofrenia melalui pertemuan di lingkungan
sehubungan belum terbentuknya posyandu jiwa di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Gantrung Kabupaten Madiun.
3. Riwayat Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian dari 104 responden di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun didapatkan bahwa responden dengan
riwayat keluarga Skizofrenia sebanyak 58 orang (55,8%). Hasil ini menunjukkan
bahwa masih banyak responden di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun yang memiliki riwayat keluarga Skizofrenia.
Pada penelitian ini proporsi kejadian Skizofrenia dengan riwayat keluarga
Skizofrenia sebagian besar sebanyak 39 orang (75,0%) dengan nilai p value 0,000
< 0,05 yang berarti ada hubungan antarsa riwayat keluarga dengan kejadian
Skizofrenia dengan nilai OR sebesar 6,265 yang sehingga responden dengan
riwayat keluarga Skizofrenia memiliki risiko sebesar 6,265 kali lebih besar untuk
mengalami Skizofrenia dengan 95%CI 2,423 – 16,199.
Riwayat keluarga yang memiliki salah satu persamaan gen dengan orang
tua, kakek, nenek, saudara kandung, atau saudara sepupu bisa saja memiliki jenis
109
yang sama. Kromosom yang ada dalam diri ayah dan ibu dapat diwariskan ke
anaknya. Gen yang diwarisi seseorang sangat kuat mempengaruhi risiko
mengalami kejadian Skizofrenia (Lina, 2015). Faktor genetik dihubungkan dengan
anggota keluarga lain yang juga menderita Skizofrenia kemungkinan ini semakin
semakin besar jika keluarga lain yang mengidap Skizofrenia memilki hubungan
persaudaraan yang dekat. Kembar monozigotik memiliki angka kesesuaian
tertinggi. Penelitian pada kembar monozigotik yang diadopsi menunjukkan bahwa
kembar yang diasuh orang tua angkat mempunyai Skizofrenia dengan
kemungkinan yang sama besarnya seperti saudara kandungnya. (Sutejo, 2013)
Penting untuk dipelajari seberapa banyak dan macam stres yang membuat
seseorang memiliki predisposisi Skizofrenia mengembangkan stres. Skizofrenia
melibatkan lebih dari satu gen, yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia
paling sering dijumpai disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-
tempat yang berbeda diseluruh kromosom. Fenomena tersebut menyebabkan
terjadinya gradasi tingkat keparahan pada gangguan Skizofrenia dan dapat
menyebabkan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang mengidap
gangguan ini (Sutejo, 2013). Tingkat keparahan keluarga yang memiliki
hubungan darah terdekat dapat mempengaruhi kemungkinan saudara lain
mengidap Skizofrenia. Misalnya jika orang tua menderita Skizofrenia, maka
kemungkinan besar anaknya dapat mengidap Skizofrenia. Semakin parah
Skizofrenia yang diidap orang tua, maka semakin besar kemungkinan anaknya
mengalami Skizofrenia (Sutejo, 2013).
110
Berdasarkan teori H.L. Blum dalam Notoatmodjo (2008) derajad kesehatan
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu genetik, pelayanan kesehatan,
perilaku, dan lingkungan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor
keturunan memiliki risiko lebih besar terkena Skizofrenia apabila dipengaruhi
oleh stres psikososial baik berasal dari diri sendiri maupun dari lingkungan. Hal
ini mengakibatkan seseorang yang mempunyai kerentanan genetik Skizofrenia
akan sulit menangani stres psikososial di dalam kehidupannya dibandingkan
dengan orang yang tidak memiliki kerentanan genetik. Selain menyebabkan
produktivitas seseorang yang Skizofrenia menjadi menurun tetapi juga berdampak
pada derajat kesehatannya yang ikut menurun.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Lina (2015) dengan nilai p
value < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan
kejadian Skizofrenia dan nilai OR sebesar sebesar 1,195 berarti riwayat kelaurga
memiliki risiko 1,195 kali untuk menderita Skizofrenia, menunjukkan bahwa gen
yang diwarisi seseorang akan sangat kuat mempengarhi risiko mengalami
Skizofrenia. Semakin dekat relasi seseorang dengan pasien Skizofrenia, semakin
besar risikonya untuk mengalami penyakit tersebut dan ditambah oleh faktor –
faktor pemicu terjadinya Skizofrenia.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian lain yaitu Sri Wahyuningsih
(2015) dengan dengan nilai p value 0,007 < 0,05 yang berarti terdapat hubungan
antara riwayat keluarga dengan kejadian Skizofrenia dengan nilai OR sebesar 3,54
menunjukkan bahwa riwayat keluarga memiliki risiko 3 kali untuk menderita
Skizofrenia. Pasangan orang tua yang salah satunya Skizofrenia memiliki peluang
111
10% untuk menurunkan Skziofrenia tersebut pada keturunan selanjutnya dan
risikonya meningkat menjadi 40% jika kedua orang tua Skizofrenia. Peluang cucu
untuk Skizofrenia dadi kakeknya hanyalah 5% atau separuh dari peluang yang
diturunkan salah satu orang tua yang mengidap Skizofrenia. Hal ini menjelaskan
kenapa penduduk yang mengalami Skizofrenia pada penelitian ini sebagian besar
berasal dari keturunan langsung.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebagaian besar responden memiliki
riwayat keluarga Skizofrenia sebesar 55,8% yang berasal dari orang tua,
kakek/nenek, kakek nenek buyut yang terdahulu selain itu ada faktor pencetus
diantaranya masalah ekonomi yaitu dengan pendapatan keluarga <UMK sebesar
54,8% dan faktor pencetus lain berupa pola asuh yang tidak baik sebesar 51,9%,
sehingga seseorang yang memiliki faktor pencetus seperti pendapatan keluarga
yang rendah, pola asuh keluarga yang tidak baik, dan memiliki riwayat keturunan
Skizofrenia ditambah lagi tidak dapat mengontrol stres yang ada pada diri sendiri
akan memiliki risiko untuk mengalami Skizofrenia dibandingkan dengan seorang
yang mampu mengontrol stres yang ada pada ada dirinya sehingga mengurangi
risiko untuk mengalami Skizofrenia.
Menurut peneliti, seseorang dengan riwayat keluarga Skizofrenia dari orang
tua, kakek nenek, ataupun saudaranya memiliki risiko terjadinya Skizofrenia jika
ada faktor pencetus yang dialaminya ditambah lagi ada riwayat keluarga yang
menderita Skizofrenia. Faktor pencetus yang dapat memicu terjadinya Skizofrenia
secara umum bisa terjadi pada setiap orang termasuk yang memiliki riwayat
Skizofrenia dari keluarganya adalah stres terlalu berlebihan, tuntutan dari orang
112
tua, dan sebagainya. Pentingnya pengelolaan stres atau manajemen stres bertujuan
untuk menghindari gejala yang mengarah Skizofrenia. Belum terbentuknya
posyandu jiwa di pelayanan kesehatan (puskesmas) mengakibatkan banyak dari
keluarga yang mempunyai riwayat Skizofrenia belum mengetahui tentang apa itu
manajemen stres dan bagaimana cara melaksanakannya. Manajemen stres dapat
dilaksanakan dengan cara berbagi cerita dengan saudara terdekat yang dipercaya
tentang masalah yang dihadapi dan meminta solusi terbaik, dengan demikian
beban yang dihadapi dapat berkurang.
5.4.2 Faktor – Faktor yang Terbukti Tidak Berhubungan dengan Kejadian
Skizofrenia
Berdasarkan analisis bivariat dan tidak termasuk kandidat analisis
multivariat, variabel yang terbukti bukan merupakan faktor risiko terjadinya
Skizofrenia adalah pekerjaan.
1. Riwayat Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian dari 104 responden di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun didapatkan bahwa responden yang tidak
bekerja sebesar 49 orang (47,1%) dan responden yang bekerja sebesar 55 orang
(52,9%). Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun sebagian besar memiliki
pekerjaan. Responden yang bekerja sebagai buruh tani 40 orang (38,5%),
wiraswasta 5%. Pada penelitian ini proporsi kejadian Skizofrenia sebagian besar
terjadi pada responden yang bekerja yaitu 30 orang (57,7%) dengan nilai p value
113
0,432 > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian
Skizofrenia dengan nilai OR sebesar 0,679 (95%CI 0,313 – 1,472).
Pekerjaan merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas
pangan serta pola asuh, karena pekerjaan berhubungan dengan pendapatan
dengan demikian terdapat asosiasi antara pendapatan dengan kesehatan
masyarakat, apabila pendapatan meningkat maka bukan tidak mungkin kesehatan
dan masalah keluarga yang berkaitan dengan gizi dan kebutuhan sehari – hari
juga akan mengalami perbaikan (Dian, 2008). Terjadinya skizofrenia pada orang
yang tidak bekerja bukan hanya dipengaruhi oleh faktor itu saja. Akan tetapi
dapat pula dipengaruhi oleh faktor lain seperti adanya faktor keturunan, adanya
stresor psikososial masalah hubungan interpersonal maupun faktor keluarga yang
mendukung terjadinya stres seseorang yang berstatus tidak bekerja.
Teori Blum dalam Notoatmodjo (2008) menyebutkan bahwa keempat faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah faktor lingkungan,
perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Adanya pasien yang memiliki
hubungan interpersonal yang buruk sangat mempengaruhi lingkungan sosialnya
dengan sesama teman, rekan kerja, tetangga maupun masyarakat. Hal ini tentunya
dapat menjadi tekanan berat bagi orang tersebut yang bila tidak diperbaiki maka
akan mempengaruhi kesehatan mental orang tersebut, sehingga menjadi rentan
untuk terkena skizofrenia.
114
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Lina Handayani (2015),
variabel status pekerjaan didapatkan nilai p value 0,502 < 0,05 artinya tidak ada
hubungan antara status pekerjaan dengan kejadian skizofrenia dengan nilai RP
1,068 dengan CI 95% 0,890 – 1,281 (melewati angka 1), artinya orang yang tidak
bekerja bukan merupakan faktor risiko terjadinya skizofrenia menyatakan bahwa
terjadinya skizofrenia pada orang yang tidak bekerja bukan hanya dipengaruhi
oleh faktor itu saja akan tetapi dapat pula dipengaruhi oleh faktor lain seperti
adanya faktor keturunan, adanya stresor psikososial masalah hubungan
interpersonal maupun faktor keluarga yang mendukung terjadinya stres seseorang
yang berstatus tidak bekerja. Status ekonomi rendah sangat mempengaruhi
kehidupan seseorang. Ketika kehidupan keluarga dipengaruhi oleh penyebab
lingkungan (rumah yang kecil, tidak adanya waktu dan rasa aman) maka hal ini
merupakan beban bagi orang tua yang akibatnya akan mempengaruhi kesehatan
anak. Kemiskinan ditandai dengan sedikitnya dukungan, keselamatan, tidak
adanya ruang sehingga terlalu sesak, tidak adanya kebebasan pribadi,
ketidakpastian dalam masalah ekonomi yang akhirnya mungkin menimbulkan
risiko kesehatan bagi keluarga (Lina, 2015).
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Agung (2016) dari
hasil uji chi square diperoleh nilai p value 0,040 < 0,05 yang berarti ada
hubsungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian Skizofrenia dengan nilai OR
sebesar 3,38 yang berarti responden yang tidak bekerja memiliki risiko 3,38 lebih
besar untuk mengalami Skizofrenia, yang menyatakan bahwa sebagaian besar
yang diwawancarai mayoritas 70% pekerjaan penderita sebelum sakit adalah
115
wiraswasta seperti berdagang, pertukangan, sopir, montir, dan buruh panggul
serta sissanya beekrja di perkapalan, pabrik maupun menjadi pengasuh. Dari hasil
pengamatan, keadaan di Kecamatan Pati sendiri sulit untuk mendapatkan
pekerjaan dikarenakan minimnya industri di wilayah tersebut. Sedangkan untuk
sektor pertanian, hanya 8-10% saja dari penduduk yang memiliki areal
persawahan/perkebunan sendiri dan selebihnya areal persawahan/perkebunan
dimiliki PT Perkebunan Nusantara. Dari sektor pertanian hanya mampu
menyerap 17% dari jumlah penduduk untuk menjadi buruh tani. Kondisi
demikian mendorong masyarakat Kecamatan Pati untuk bermigrasi ke tempat
yang dianggap lebih memiliki lapangan pekerjaan. Sehingga banyak masyarakat
yang memiliki penghasilan yang rendah dan tidak dapat mencukupi kebutuhan
keluarga sehari dan adanya tekanan stres yang berkelanjutan sehingga terjadi
penyakit Skizofrenia.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebagaian besar responden yang
bekerja sebesar 52,9%, dengan bermata pencaharian sebagai buruh tani sebesar
38,5%, tidak bekerja sebesar 47,1%. Dari hasil wawancara dengan responden
didapatkan meskipun sebagian besar responden bekerja namun sebelum sakit
penderita banyak mengalami masalah pribadi dengan teman kerja dan rendahnya
pendapatan keluarga dikarenakan sebagaian besar responden yang tidak bekerja
sebesar 47,1%, buruh tani sebesar 38,5% sehingga dari masalah pribadi dengan
teman kerja dan pendapatan keluarga <UMK akan menimbulkan tekanan stres
yang dapat mengubah sikap dan perilaku seseorang dan dapat mengakibatkan
risiko terjadinya Skizofrenia dibandingkan seseorang yang memiliki masalah
116
pekerjaan dan pendapatan keluarga rendah namun dapat mengontrol tekanan stres
sehingga tidak akan terjadi penyakit Skizofrenia.
Menurut peneliti yang ditinjau dari keadaan demografi Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Gantrung tingkat ekonomi pada masyarakat gantrung sebanyak 43%
merupakan petani dan buruh tani, 32% merupakan pedagang, 29% merupakan
buruh tani, 4% PNS-TNI-Polri dan 1% lain-lain. Sehingga menyebabkan
pendapatan keluarga yang rendah <UMK dan masalah interpersonal antara teman
kerja dapat menyebabkan seseorang mengalami tekanan stres yang berlangsung
lama selama lebih dari 1 tahun yang dapat mengakibatkan seseorang menderita
Skizofrenia. Disamping itu masih belum maksimalnya edukasi tentang kesehatan
jiwa karena belum terbentuknya posyandu jiwa dan kader jiwa belum maksimal
mendapat pelatihan tentang jiwa, sehingga informasi tentang kesehatan jiwa juga
belum maksiamal.
Sebaiknya petugas kesehatan serta masyarakat dan bersama lintas sektor
bekerja sama untuk membentuk posyandu jiwa agar dapat mengontrol pasien
gangguan jiwa dan menginformasikan kepada masyarakat tentang kesehatan jiwa.
5.5 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Adanya kesulitan responden pada kelompok kasus untuk mengingat secara
pasti besar pendapatan yang diperoleh setiap anggota keluarga yang bekerja
didalam rumah selama satu bulan pada saat pasien pertama kali terdiagnosa
117
skizofrenia, sehingga kemungkinan yang dapat terjadi adalah recall bias
(mengingat kembali) karena desain penelitian yang digunakan adalah kasus
kontrol. Sehingga peneliti meminimalisir recall bias dengan cara menanyakan
pertanyaan yang memudahkan responden untuk mengingat kembali berapa
pendapatan masing – masing anggota keluarga dalam satu bulan pada saat
pasien pertama kali terdiagnosa skizofrenia. Pertanyaan yang ditanyakan
kepada responden yaitu pada tahun berapa pertama kali pasien terdiagnosis
skizofrenia yang dilanjutkan dengan pertanyaan siapa sajakah yang bekerja
didalam rumah pada saat pasien terdiagnosis skizofrenia dan berapa
penghasilan yang diperoleh setiap anggota keluarga yang bekerja pada setiap
bulannya saat pasien pertama kali terdiagnosa skizofrenia, sehingga
responden mampu untuk mengingatnya kembali.
118
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Karakteristik responden yang mengalami Skizofrenia (kasus) sama besarnya
dengan kelompok kontrol di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun sebanyak 52 kelompok kasus dan kelompok kontrol
(50%). Sebagian besar responden dengan riwayat pekerjaan tidak bekerja
sebanyak 49 orang (47,1%), memiliki riwayat keluarga Skizofrenia sebanyak
58 orang (55,8%), memiliki pola asuh keluarga yang tidak baik sebanyak 54
orang (51,9%), memiliki pendapatan keluarga <UMK sebanyak 57 orang
(54,8%).
2. Tidak ada hubungan antara riwayat pekerjaan dengan kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun, dengan p
value=0,432 nilai OR=0,679 (95% CI = 0,313 – 1,472).
3. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun, dengan nilai p
value=0,012 nilai aOR =3,481 (95% CI = 1,321 – 9,171).
4. Ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun, dengan nilai p
value=0,039 nilai aOR=2,717 (95% CI= 1,049 – 7,035).
5. Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian Skizofrenia di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun, dengan nilai p
value=0,000 nilai aOR=6,265 (95% CI = 2,423 – 16,199).
119
6. Variabel yang paling berhubungan dengan kejadian Skizofrenia di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun adalah riwayat keluarga
dengan nilai aOR=6,264 sedangkan variabel yang memiliki risiko paling kecil
adalah pola asuh keluarga dengan nilai aOR=2,171.
6.2 Saran
1. Bagi Instansi Kesehatan
Petugas kesehatan lebih meningkatan edukasi tentang kesehatan jiwa kepada
masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Gantrung serta bekerja sama dengan
masyarakat dan lintas sektor lainnya untuk membentuk Posyandu Jiwa yang saat
ini belum terbentuk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung, dan melatih
kader jiwa agar lebih maksimal untuk menginformasikan tentang kesehatan jiwa
terutama penyakit Skizofrenia.
2. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Informasi dari peneliti ini diharapkan mendorong pihak institusi untuk dapat
berperan dalam masyarakat yang mengalami gangguan jiwa berat/kronis
(menahun) atau Skizofrenia dengan melakukan edukasi tentang kesehatan jiwa.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat mampu mengontrol stres yang ada pada diri sendiri
saat menghadapi suatu masalah baik masalah interpersonal, pekerjaan, dan
masalah ekonomi keluarga atau masalah yang lainnya dengan cara berbagi cerita
tentang masalah yang dihadapi dengan orang yang dipercaya atau dengan
keluarga terdekat karena dengan sharing dapat membantu meringankan beban
120
pikiran dan apabila mendapati anggota keluarga atau orang terdekat dengan gejala
menyerupai gangguan jiwa agar berkonsultasi kepada dokter atau Puskesmas
sehingga dapat ditangani dengan maksimal dan dapat mencegah skizofrenia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain dan dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan
penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor lainnya, variabel yang berbeda, jumlah
sampel yang lebih banyak, dan tempat yang berbeda.
121
DAFTAR PUSTAKA
Agustiawati, Isni. 2014. Pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran akuntansi. Diakses melalui
http://repository.upi.edu pada tanggal 19 Agustus 2018 pukul 12.16 WIB
Cepi Hidayat, Reini Astuti, dan Wulan Novika Ambarsari. 2013. Hubungan
Masalah Psikososial Dengan Kejadian Skizofrenia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cibeber Kota Cimahi: Jurnal Kesehatan Budi Luhur Cimahi.
Vol. 8, No. 3, Hal. 28. Diakses melalui http://stikesbudiluhurcimahi.ac.id
pada tanggal 21 Maret 2018 pukul 9.37 WIB
Dahlan, Sopiyudin. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia.
Devita, AM. 2012. Peran Atypycal Antipsychotic dalam Menurunkan Perilaku
Agresif pada Pasien Skizofrrenia. Jurnal Kesehatan. Denpasar: Bagian
SMF Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Diakses melalui
http://eprints.ums.ac.id pada tanggal 11 Maret 2018 pada pukul 15.12
WIB
Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun. Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun
2016. Diakses melalui http://www.depkes.go.id pada tanggal 13 Februari
2018 pukul 21.06 WIB
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2016.
Diakses melalui http://www.depkes.go.id pada tanggal 13 Februari 2018
pukul 21.07 WIB
Erlina. 2010. Determinan Terhadap Timbulnya Skizofrenia pada Pasien Rawat
Jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang Sumatera Barat,
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No. 2, Hlm. 71. Dipetik melalui
122
https://journal.unnes.ac.iddiakses pada tanggal 2 Maret 2018 pukul 6.08
WIB
Fadli, Muhammad. 2016. Hubungan Tipe Kepribadian dengan Kejadian
Gangguan Jiwa Pada Keluarga Di Desa Banaran Galur Kulon Progo
Yogyakarta. Diakses melalui http://digilib.unisayogya.ac.id pada tanggal
26 April 2018 pukul 19.29 WIB
Fausiah, Fitri.2008. Psikologi Abnormal klinis Dewasa. Jakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia (UI-Press)
Gheafani, Astrid. 2015. Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Kejadian
Gangguan Jiwa Pada Keluarga Di Desa Banaran Galur Kulon Progo
Yogyakarta. Diakses melalui http://digilib.unisayogya.ac.id pada tanggal
26 April 2018 pukul 11.29 WIB
Gunarsa, S.D. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Cetakan ke 13.
EGC : Jakarta. Diakses melalui http://digilib.unisayogya.ac.id pada
tanggal 26 April 2018 pukul 11.29 WIB
Handayani, Lina. 2015. Faktor risiko kejadian Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dipetik melalui
http://journal.uad.ac.id pada tanggal 20 Maret 2018 pukul 00:21 WIB
Hawari, D. 2012, Pendekatan Holistik Bio-Psiko-Sosial- Spiritual (Skizofrenia),
edisi 3, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Dipetik
melalui https://journal.unnes.ac.id pada tanggal 11 Maret 2018 pukul
15.12 WIB
Hawari, D. 2014. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Kementrian Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Diakses melalui
www.depkes.go.id pada tanggal 9 Maret 2018 pukul 21.48 WIB
123
Laksono, Tanjung. 2013. Hubungan antara faktor somatik, psikososial, dan sosio-
kultur dengan kejadian skizofrenia di instalasi rawat jalan RSJD
Surakarta. Diakses melalui http://eprints.ums.ac.id pada tanggal 11 Maret
2018 pukul 15.12 WIB
Lazuardi Gheafani Astrid. 2015. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Kejadian Gangguan Jiwa pada Keluarga di Desa Banaran Galur Kulon
Progo. Yogyakarta. Dipetik melalui http://digilib.unisayogya.ac.id. pada
tanggal 26 April 2018 pada pukul 11.29 WIB.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Media
Putra, I.G.S.S, 2015. Journal Hubungan Antara Tipe Kepribadian Introvert dan
Ekstrovert dengan Kejadian Stres Pada Koasisten Angkatan Tahun 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Diakses melalui
http://digilib.unisayogya.ac.id pada tanggal 26 April 2018 pukul 19.29
WIB
Putu, Gusti. Jurnal Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Umur Terhadap
Data Tahan Umum (Kardivaskuler) Mahasiswa Putra Semester II Kelas
A Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI BALI Tahun
2014. Volume 1: Hal. 42 – 47. Diakses melalui
http://fpok.ikippgribali.ac.id/ pada tanggal 9 September 2018 pukul 10.48
WIB
Qurniati, R. 2010. Struktur dan distribusi pendapatan petani pelaku agroforestry di
Provinsi Lampung. Prosiding Penelitian Agroforesrtri di Indonesia.
Bandar Lampung.
124
Reza. 2015. Stigma Masyarakat Terhadap Penderita Skizofrenia. Diakses melalui
http://lib.unnes.ac.id pada tanggal 17 Maret 2018 pukul 14.17 WIB
Riwidikdo, Handoko. 2009. Statistik Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi
Program R dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis bagi Pemula.
Yogyakarta: Nuha Offset
Simanjuntak, Julianto. 2008. Konseling Gangguan Jiwa & Okultisme, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta. Diakses melalui https://journal.unnes.ac.id pada
tanggal 2 Maret 2018 pukul 6.08 WIB
Sutejo. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Tridhonanto, A. 2014. Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Gramedia :
Jakarta. Dipetik melalui http://digilib.unisayogya.ac.id pada tanggal 26
April 2018 pada pukul 11.29 WIB
Videbeck, S. L. 2010. Psychiatric Mental Health Nursing. Philadelphia: Lippincot
Williams & Wilkins. Dipetik melalui http://jurnal.unmuhjember.ac.id
diakses pada tanggal 26 April 2018 pukul 20.10 WIB
Wahyudi, Agung. 2016. Faktor risiko terjadinya Skizofrenia (Studi Kasus di
Wilayah Kerja Puskesmas Pati II). Dipetik melalui
https://journal.unnes.ac.id diakses pada tanggal 2 Maret 2018 pukul 6.08
WIB
Widiastutik, Wahyu. 2016. Dinamika Resilience Keluarga Penderita Skizofrenia
Dengan Kekambuhan. Diakses melalui http://jurnal.unmuhjember.ac.id
pada tanggal 2 Mei 2018 pukul 08.13 WIB
World Health Organizations (WHO). 2013. Skizofrenia. Dipetik melalui
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id diakses pada tanggal 9 Maret 2018
pukul 21.20 WIB
125
Wulandari, Deti. 2015. Sumbangan Pendapatan Ibu. Dipetik melalui
repository.ump.ac.id diakses pada tanggal 19 Agustus 2018 pukul 10.25
WIB
Yanuar, R. 2012. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gangguan
Jiwa di Desa Paringan Kecamatan Jenangan kabupaten Ponorogo.
Diakses melalui http://digilib.unisayogya.ac.id pada tanggal 26 April
2018 pukul 19.29 WIB
Yosep. 2013. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : PT. Refika Aditama 346.
Dipetik melalui http://elib.stikesmuhgombong.ac.id diakses pada tanggal
9 Maret 2018 pukul 21.20 WIB
126
No. Responden [ ] [ ] [ ]
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN DAN LEMBAR PERSETUJUAN
MENJADI RESPONDEN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
SKZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GANTRUNG
KABUPATEN MADIUN
Assalamualaikum wr.wb
Yang terhormat Ibu/Bapak, perkenalkan saya Syamsuddin Widodo. Pada
kesempatan kali ini saya mohon kesediaan Saudara untuk berkenan menjadi
responden pada penelitian dengan judul diatas, guna untuk memenuhi penyusunan
skripsi studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Maka saya akan mewawancarai Saudara untuk beberapa hal yang berkaitan
dengan Skizofrenia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan Skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gantrung
Kabupaten Madiun. Hasil penelitian ini akan direkomendasikan sebagai
masukkan untuk peningkatan program pelayanan jiwa di UPT Puskesmas
Gantrung. Penelitian ini terjamin kerahasiaannya yang dan peneliti menjamin
sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi
siapapun serta peniliti menjunjung tinggi hak-hak responden. Apakah Saudara
bersedia menjadi responden pada penelitian ini?
1. Ya [ ] 2. Tidak [ ]
Setelah mengetahui penjelasan tentang tujuan penelitian, prosedur
penelitian, manfaat dan inti dari kuesioner ini. Saya mengerti bahwa “Pada diri
saya akan dilakukan wawancara dengan pertanyaan pada kuesioner serta
menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi siapapun dan
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian dan Inform Consent
127
mengetahui tujuan dan manfaat penelitian ini adalah bagi peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan jiwa di UPT Puskesmas Gantrung Kabupaten Madiun”.
Maka dengan ini saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Responden :
Umur : Tahun
Alamat Lengkap :
Nama Pasien :
No. Telpon :
Menyatakan setuju untuk berpartisipasi menjadi subjek penelitian ini
secara sukarela tanpa ada paksaan.
Madiun, 2018
Pembuat Peryataan
( )
128
No. Responden [ ] [ ] [ ]
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
SKZOFRENIA DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS GANTRUNG
KABUPATEN MADIUN
A. IDENTITAS KELUARGA PASIEN YANG DIWAWANCARAI
1. Umur Responden : Tahun
2. Jenis Kelamin Responden : Laki-Laki Perempuan
B. IDENTITAS PASIEN
1. Jenis Kelamin Pasien : Laki-Laki Perempuan
2. Umur Pasien Kasus : Tahun
3. Riwayat Pekerjaan Pasien : Tidak Bekerja/IRT
Buruh Tani
Wiraswasta
PNS
4. Status Pernikahan Pasien : Menikah
Petani
Swasta
Pada saat pertama kali
terdiagnosis Skizofrenia
dan untuk kontrol umur
saat ini
Pada saat pertama kali
terdiagnosis Skizofrenia
dan untuk kontrol
pekerjaan saat ini
Pada saat pertama kali
terdiagnosis Skizofrenia
dan untuk kontrol status
pernikahan saat ini Belum Menikah
Cerai Hidup/Mati
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
129
C. PENDAPATAN KELUARGA
1. Berapa jumlah anggota keluarga dalam rumah Saudara?
2. Pada usia berapakah pasien terdiagnosis Skizofrenia?
3. Berapakah pendapatan tiap bulan pada saat pertama kali pasien
terdiagnosis Skizofrenia?
Anggota Keluarga yang Bekerja Jumlah Pendapatan Tiap Bulan
1. Kepala Keluarga Rp
2. Ibu Rp
3. Anak Rp
4. Saudara Serumah (jika ada) Rp
Total Rp
Keterangan Kontrol:
1= < UMK (Rp 1.576.892,91)
2= ≥ UMK (Rp 1.576.892,91)
D. POLA ASUH KELUARGA
SL : Selalu, jika keluarga melakukannya setiap hari
SR : Sering, jika keluarga melakukannya 5 kali dalam seminggu
KD : Kadang – kadang, jika keluarga melakukannya 3 kali dalam seminggu
TP : Tidak Pernah, jika keluarga tidak pernah melakukannya sama sekali
No Pernyataan SL SR KD TP
POLA ASUH OTORITER, PERMISIF DAN PENELANTARAN
1 Orang tua dan keluarga anak/pasien harus
memenuhi peraturan-peraturan dan tidak boleh
membantah.
2 Orang tua dan keluarga akan menghukum
anak/pasien bila melanggar peraturan dan
menolak perintah orang tua.
3 Orang tua dan keluarga akan memarahi
anak/pasien bila melakukan kesalahan agar
tidak mengulangi.
Keterangan Kasus:
1 = < UMK
2 = ≥ UMK
UMK untuk kasus menyesuaikan pada
saat pasien pertama kali menderita
Skizofrenia
130
No Pernyataan SL SR KD TP
4 Orang tua dan keluarga dan keluarga akan
memberikan serta menuruti apapun semua yang
anak/pasien minta.
5 Orang tua dan keluarga membiarkan anak/
pasien berkehendak dengan sesuka hati.
6 Orang tua dan keluarga akan membiarkan
anak/pasien bila sedang mengalami masalah
serta keadaan emosi tidak stabil.
7 Orang tua dan keluarga acuh dengan suatu hal
yang disampaikan.
8 Orang tua dan keluarga melarang keras
anak/pasien untuk bergaul dengan teman.
POLA DEMOKRATIS
9 Orang tua dan keluarga memberi kesempatan
pada anak/pasien untuk bercerita serta tentang
masalah yang sedang dihadapi.
10 Orang tua dan keluarga membantu memberikan
solusi kepada anak/pasien saat sedang
mengalami masalah.
11 Orang tua dan keluarga memberikan pujian
kepada anak/pasien untuk sebuah hasil kerja
kerasnya.
12 Orang tua dan keluarga memberikan
anak/pasien kesempatan berpendapat ketika
menentukan sesuatu dan menerima pendapat
walaupun ada perbedaan pendapat.
SL : Selalu, jika keluarga melakukannya setiap hari
SR : Sering, jika keluarga melakukannya 5 kali dalam seminggu
KD : Kadang – kadang, jika keluarga melakukannya 3 kali dalam seminggu
TP : Tidak Pernah, jika keluarga tidak pernah melakukannya sama sekali
Keterangan:
1 = pola asuh tidak baik, jika skor T < mean
2 = pola asuh baik, jika skor T ≥ mean
131
E. RIWAYAT KELUARGA
1. Apakah dari anggota keluarga bapak/ibu selain pasien ada yang
mengalami Skizofrenia sama seperti pasien?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah dari pihak orang tua, kakek/nenek, kakek/nenek buyut terdahulu
mengalami Skizofrenia sama seperti pasien?
a. Ya
b. Tidak
Keterangan:
1 = ada riwayat keluarga
2 = tidak ada riwayat keluarga
132
Lampiran 3 Lembar Obervasi Kelompok Kontrol
LEMBAR OBSERVASI (kelompok kontrol)
No Pertanyaan Pernah Tidak
Pernah
1 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara merasa
mengalami ada pikiran yang mengganggu dan
pikiran tersebut terus menerus berulang serta
merasa bicara sendiri akan hal yang dipikikan?
2 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara merasa
mengalami bahwa ada kekuatan lain dari luar yang
mengendalikan, mempengaruhi pikiran Saudara?
3 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara merasa
memiliki keyakinan bahwa Saudara merasa
mempunyai kemampuan diatas orang lain?
Misalnya dapat mengendalikan cuaca dan Saudara
merasa bahwa negara ini sangat membutuhkan
Saudara?
4 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara merasa
mengalami halusinasi seperti mendengar, melihat,
merasakan suatu hal yang tidak dapat dirasakan
oleh orang lain dan ada yang mengajak bicara saat
tidak ada orang lain di sekitar Saudara secara
terus?
5 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara sering
mengalami pada saat berbicara tiba – tiba berhenti
dan kembali bicara beberapa saat kemudian tetapi
dengan topik pembicaraan yang lain sehingga
orang lain sulit memahami?
6 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara merasa
mengalami keadaan gaduh, gelisah dan merasa
tidak mau berbicara/berkomunikasi dengan orang
lain?
7 Apakah dalam satu bulan terakhir Saudara merasa
mengalami tidak ingin bersosialisasi dengan orang
lain, cuek dan tidak peduli dengan orang lain yang
ada disekitar Saudara, serta merasa malas
berbicara?
Sumber: diagnosis gangguan jiwa PPDGJ-III dan KEMENKES RI No.
HK.02.02/MENKES/73/2015
133
Lampiran 4 Lembar Observasi Kelompok Kasus
LEMBAR OBSERVASI PERILAKU KELOMPOK KASUS
(SKIZOFRENIA)
No Karakteristik Sifat Pasien Ya Tidak
1 Cara berpikir tidak rasional
2 Berbicara tidak masuk akal dan tidak sinkron ketika
diajak berbicara
3 Waham kebesaran (misalnya merasa dirinya sangat
penting untuk negara atau merasa dirinya nabi ataupun
titisan Tuhan, dll)
4 Emosi tidak stabil (seperti tiba – tiba sedih, tertawa,
marah)
5 Perilaku tidak wajar
6 Sering berbicara sendiri tanpa ada orang lain disekitarnya
7 Kurangnya menjaga penampilan dan kebersihan diri
sendiri seperti jarang mandi, tidak berganti pakaian
Sumber: Manifestasi Klinik KEPMEKS RI No. HK.02.02/MENKES/73/2015
134
p
Lampiran 5 Kartu Bimbingan Skripsi
135
136
Lampiran 6 Surat Pencarian Data Awal
137
138
139
Lampiran 7 Surat Uji Validitas dan Reliabilitas
140
Hasil Output Validitas Dan Reliabilitas
1. POLA ASUH KELUARGA (D)
UJI VALIDITAS
NO RESPONDEN
POLA ASUH KELUARGA (D) TOTAL
D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12
1 1 2 1 1 1 3 1 1 4 4 3 4 26
2 1 1 1 2 1 1 1 4 4 4 2 4 26
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 15
4 2 4 1 2 3 2 1 1 4 4 4 4 32
5 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 4 1 23
6 1 2 2 1 2 2 2 1 4 4 4 4 29
7 1 4 1 4 4 1 1 1 4 2 4 4 31
8 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 2 4 21
9 2 1 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 31
10 4 2 4 3 4 2 4 3 2 3 4 2 37
11 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 3 2 24
12 1 3 1 3 2 1 1 4 4 3 3 4 30
13 1 1 1 2 1 2 1 2 1 3 2 1 18
14 2 1 2 2 2 1 2 1 3 2 1 3 22
15 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 24
16 3 4 3 3 2 2 3 2 1 3 4 1 31
17 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 4 4 22
18 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1 4 21
19 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 32
20 4 1 1 2 2 2 1 1 4 4 1 4 27
21 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 32
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 16
23 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 3 4 21
24 3 2 2 2 2 2 2 1 4 4 4 4 32
25 3 1 2 2 1 2 2 2 4 4 3 4 30
26 4 1 1 1 1 1 1 1 4 3 3 4 25
27 1 2 2 1 2 2 2 1 4 3 3 4 27
28 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 3 1 18
29 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 16
30 2 1 1 1 1 2 1 1 4 4 4 4 26
Lampiran 8 Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas
141
Hasil Uji Validitas Kuesioner dengan 12 butir pertanyaan yang diberikan kepada 30 responden:
Correlations
D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 TOTAL
D1 Pearson Correlation 1 .068 .504** .268 .324 .360 .504** .099 .051 .223 .090 .051 .499**
Sig. (2-tailed) .720 .005 .153 .081 .051 .005 .601 .790 .236 .637 .790 .005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
D2 Pearson Correlation .068 1 .238 .627** .705** .261 .238 .147 -.022 -.039 .419* -.022 .552**
Sig. (2-tailed) .720 .205 .000 .000 .163 .205 .438 .907 .839 .021 .907 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
D3 Pearson Correlation .504** .238 1 .377* .497** .410* 1.000** .274 -.258 .018 .340 -.258 .456*
Sig. (2-tailed) .005 .205 .040 .005 .024 .000 .143 .169 .923 .066 .169 .011
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
D4 Pearson Correlation .268 .627** .377* 1 .714** .041 .377* .510** -.132 -.137 .162 -.132 .521**
Sig. (2-tailed) .153 .000 .040 .000 .829 .040 .004 .486 .472 .392 .486 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
D5 Pearson Correlation .324 .705** .497** .714** 1 .225 .497** .168 .006 -.084 .316 .006 .613**
Sig. (2-tailed) .081 .000 .005 .000 .232 .005 .376 .974 .659 .088 .974 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
D6 Pearson Correlation .360 .261 .410* .041 .225 1 .410* .035 .081 .430* .313 .081 .516**
Sig. (2-tailed) .051 .163 .024 .829 .232 .024 .853 .672 .018 .093 .672 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
D7 Pearson Correlation .504** .238 1.000** .377* .497** .410* 1 .274 -.258 .018 .340 -.258 .456*
Sig. (2-tailed) .005 .205 .000 .040 .005 .024 .143 .169 .923 .066 .169 .011
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
142
Correlations
D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 TOTAL
D8 Pearson Correlation
.099 .147 .274 .510** .168 .035 .274 1 .000 .136 .058 .000 .404*
Sig. (2-tailed)
.601 .438 .143 .004 .376 .853 .143
1.000 .473 .759 1.000 .027
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
D9 Pearson Correlation .051 -.022 -.258 -.132 .006 .081 -.258 .000 1 .554** .067 1.000** .541**
Sig. (2-tailed) .790 .907 .169 .486 .974 .672 .169 1.000 .001 .726 .000 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
D10 Pearson Correlation .223 -.039 .018 -.137 -.084 .430* .018 .136 .554** 1 -.010 .554** .511**
Sig. (2-tailed) .236 .839 .923 .472 .659 .018 .923 .473 .001 .959 .001 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
D11 Pearson Correlation .090 .419* .340 .162 .316 .313 .340 .058 .067 -.010 1 .067 .468**
Sig. (2-tailed) .637 .021 .066 .392 .088 .093 .066 .759 .726 .959 .726 .009
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
D12 Pearson Correlation .051 -.022 -.258 -.132 .006 .081 -.258 .000 1.000** .554** .067 1 .541**
Sig. (2-tailed) .790 .907 .169 .486 .974 .672 .169 1.000 .000 .001 .726 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .499** .552** .456* .521** .613** .516** .456* .404* .541** .511** .468** .541** 1
Sig. (2-tailed) .005 .002 .011 .003 .000 .004 .011 .027 .002 .004 .009 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
143
Keterangan:
A. Hasil Uji Validitas
1. Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 30 maka r tabel
dapat diperoleh melalui tabel r product moment person dengan df
(degree of freedom) = n-2, jadi df= 30-2= 28, maka r tabel=0,312
2. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
D1 49.07 113.720 .445 .711
D2 49.13 113.637 .480 .710
D3 49.30 116.700 .447 .717
D4 49.10 115.817 .465 .715
D5 49.13 113.292 .578 .707
D6 49.27 117.995 .483 .719
D7 49.30 116.700 .447 .717
D8 49.33 117.333 .333 .721
D9 47.70 110.838 .427 .708
D10 47.73 113.720 .433 .712
D11 47.73 114.340 .404 .714
D12 47.70 110.838 .427 .708
TOTAL 25.50 32.741 .992 .728
Tabel rangkuman hasil uji validitas Pola Asuh Keluarga
No Butir R hitung Keterangan Interpretasi
1 0,445 0,312 Valid
2 0,480 0,312 Valid
3 0,447 0,312 Valid
4 0,465 0,312 Valid
5 0,578 0,312 Valid
6 0,483 0,312 Valid
7 0,447 0,312 Valid
8 0,333 0,312 Valid
9 0,427 0,312 Valid
10 0,433 0,312 Valid
11 0,404 0,312 Valid
12 0,427 0,312 Valid
144
B. Hasil Uji Reliabilitas
1. Uji reliabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach Alpha
2. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka dikatakan reliabel.
Dari hasil analisis didapatkan nilai Alpha sebesar 0,730
Tabel rangkuman hasil uji reliabilitas Pola Asuh Keluarga
No Butir R hitung Keterangan Interpretasi
1 0,711 0,60 Reliabel
2 0,710 0,60 Reliabel
3 0,717 0,60 Reliabel
4 0,715 0,60 Reliabel
5 0,707 0,60 Reliabel
6 0,719 0,60 Reliabel
7 0,717 0,60 Reliabel
8 0,721 0,60 Reliabel
9 0,708 0,60 Reliabel
10 0,712 0,60 Reliabel
11 0,714 0,60 Reliabel
12 0,708 0,60 Reliabel
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.730 13
145
2. RIWAYAT KELUARGA (E)
UJI VALIDITAS
No Responden Riwayat Keluarga
Total E1 E2
1 1 1 2
2 1 1 2
3 1 1 2
4 2 1 3
5 2 2 4
6 1 2 3
7 1 1 2
8 1 1 2
9 2 1 3
10 1 1 2
11 2 2 4
12 1 1 2
13 1 1 2
14 2 1 3
15 1 1 2
16 2 2 4
17 1 1 2
18 1 1 2
19 2 2 4
20 1 1 2
21 2 2 4
22 1 1 2
23 1 1 2
24 2 2 4
25 2 1 3
26 1 1 2
27 1 1 2
28 1 1 2
29 1 2 3
30 2 1 3
146
Correlations
E1 E2 TOTAL
E1 Pearson Correlation 1 .480** .873
**
Sig. (2-tailed) .007 .000
N 30 30 30
E2 Pearson Correlation .480** 1 .847
**
Sig. (2-tailed) .007 .000
N 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .873** .847
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keterangan:
A. Hasil Uji Validitas
1. Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 30 maka r tabel
dapat diperoleh melalui tabel r product moment person dengan df
(degree of freedom) = n-2, jadi df= 30-2= 28, maka r tabel=0,312
2. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
E1 3.90 1.472 .760 .837
E2 4.00 1.586 .730 .872
TOTAL 2.63 .654 1.000 .647
Tabel rangkuman hasil uji validitas Riwayat Keluarga
No Butir R hitung Keterangan Interpretasi
1 0,760 0,312 Valid
2 0,730 0,312 Valid
B. Hasil Uji Reliabilitas
1. Uji reliabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach Alpha
2. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka dikatakan reliabel.
Dari hasil analisis didapatkan nilai Alpha sebesar 0,871
147
Tabel rangkuman hasil uji reliabilitas Pola Asuh Keluarga
No Butir R hitung Keterangan Interpretasi
1 0,837 0,60 Reliabel
2 0,872 0,60 Reliabel
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.871 3
148
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian
149
150
151
Lampiran 10 Dokumentasi
Gambar 1. Wawancara dengan pasien
Skizofrenia yang sudah normal dan
kembali beraktivitas karena meminum
obat dengan rutin dari Puskesmas.
Gambar 2. Perkenalan dengan pasien
Skizofrenia yang keadaannya sudah
membaik tetapi belum dapat
beraktivitas.
Gambar 4. Wawancara dengan keluarga
yang mempunyai saudara Skizofrenia
dan pasien Skizofrenia. Gambar 3. Wawancara dengan keluarga
pasien Skizofrenia.
152
POLA ASUH KELUARGA
∑X
X
X - X
(x − 〖 )〗^2
SD Skor T Mean T Kode
No Responden X1.1 X1.2 XI.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12
1 4 1 2 4 3 3 3 3 1 1 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
2 3 4 4 3 2 2 2 2 1 1 1 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
3 4 3 2 3 3 3 3 2 1 1 2 1 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
4 3 1 3 1 3 3 3 3 1 2 2 4 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
5 3 1 4 3 1 1 4 3 1 1 1 2 25 27,375 -2,375 5,640625 1,302272 31,76265 50 1
6 3 3 4 1 1 3 1 4 1 3 1 2 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
7 4 1 3 3 3 1 3 3 1 2 2 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
8 1 3 1 3 4 3 1 4 2 1 2 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
9 4 4 3 1 3 1 2 3 2 2 2 2 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
10 3 3 3 3 1 2 2 4 1 1 1 2 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
11 1 4 2 3 3 3 3 4 1 1 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
12 2 1 4 4 3 2 3 2 2 1 2 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
13 1 2 3 1 4 3 3 3 1 2 2 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
14 3 3 4 2 3 2 1 3 1 1 2 2 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
15 4 2 3 3 2 3 2 3 1 3 1 1 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
16 4 2 4 3 2 3 2 2 1 1 1 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
17 2 3 4 3 2 3 3 2 1 1 2 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
18 3 2 3 1 3 3 3 2 2 1 2 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
19 4 2 1 3 4 2 3 3 1 1 2 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
20 3 3 4 2 3 1 3 3 1 1 1 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
Lampiran 11 Skor T Pola Asuh Keluarga
153
POLA ASUH KELUARGA
∑X
X
X - X
(x − 〖 )〗^2
SD Skor T Mean T Kode
No Responden X1.1 X1.2 XI.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12
21 4 3 3 3 1 4 2 2 1 1 2 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
22 4 1 4 3 2 2 3 2 1 2 2 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
23 4 3 4 1 3 1 4 2 2 1 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
24 1 3 2 3 2 2 3 3 3 2 1 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
25 3 1 3 2 3 3 4 3 1 2 2 1 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
26 3 1 3 3 2 3 3 2 3 1 1 2 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
27 2 3 2 2 4 2 4 2 3 1 2 1 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
28 4 1 3 1 3 1 3 3 2 1 1 3 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
29 3 1 1 3 3 3 4 1 1 2 2 1 25 27,375 -2,375 5,640625 1,302272 31,76265 50 1
30 1 3 3 2 4 2 3 3 1 2 2 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
31 3 2 1 1 3 2 4 2 3 3 2 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
32 4 3 1 2 2 1 1 2 3 2 2 1 24 27,375 -3,375 11,390625 1,302272 24,08376 50 1
33 4 2 2 1 3 1 3 3 1 3 2 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
34 4 4 3 1 4 1 3 2 1 1 1 2 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
35 3 4 4 2 4 2 2 2 2 1 1 1 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
36 4 2 3 2 3 3 2 3 1 1 2 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
37 2 3 1 3 3 2 2 4 2 1 2 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
38 4 2 4 3 2 4 4 2 1 1 1 1 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
39 3 3 3 1 3 3 3 1 2 1 1 1 25 27,375 -2,375 5,640625 1,302272 31,76265 50 1
40 4 3 4 2 4 2 1 2 2 1 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
41 3 4 3 4 3 1 3 1 2 1 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
42 3 3 2 2 4 1 4 2 1 1 2 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
154
POLA ASUH KELUARGA
∑X
X
X - X
(x − 〖 )〗^2
SD Skor T Mean T Kode
No Responden X1.1 X1.2 XI.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12
43 4 4 1 1 3 4 3 2 1 2 2 1 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
44 4 3 1 3 4 3 1 3 1 1 2 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
45 1 1 4 4 2 4 3 3 1 1 1 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
46 4 3 1 3 2 3 2 4 1 2 1 2 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
47 2 4 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
48 4 3 4 2 3 3 1 2 1 2 1 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
49 3 4 3 2 1 3 3 3 1 1 2 1 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
50 4 4 3 3 2 3 2 1 1 1 1 1 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
51 3 2 2 4 2 4 2 2 1 1 1 1 25 27,375 -2,375 5,640625 1,302272 31,76265 50 1
52 4 3 3 2 3 3 1 2 1 1 1 1 25 27,375 -2,375 5,640625 1,302272 31,76265 50 1
53 1 2 2 1 1 2 1 2 3 4 4 4 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
54 1 2 1 2 2 2 2 2 4 3 4 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
55 2 2 2 1 2 1 2 1 2 3 4 4 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
56 3 3 1 2 1 3 2 2 2 3 4 4 30 27,375 2,625 6,890625 1,302272 70,15707 50 2
57 1 2 1 2 1 2 2 4 4 1 4 3 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
58 2 3 1 2 4 2 1 1 1 2 3 3 25 27,375 -2,375 5,640625 1,302272 31,76265 50 1
59 1 1 2 1 2 2 2 4 4 3 2 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
60 1 1 3 1 1 2 1 2 4 3 4 4 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
61 2 1 2 2 2 1 2 1 3 4 4 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
62 1 2 3 1 2 2 3 1 3 3 3 3 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
63 2 1 1 2 1 2 2 4 3 3 4 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
64 2 2 2 1 2 1 1 2 4 4 2 4 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
155
POLA ASUH KELUARGA
∑X
X
X - X
(x − 〖 )〗^2
SD Skor T Mean T Kode
No Responden X1.1 X1.2 XI.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12
65 1 2 2 2 3 2 2 1 3 3 3 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
66 2 3 3 1 2 2 2 2 4 2 2 2 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
67 1 2 1 2 3 1 2 2 3 4 4 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
68 2 1 1 1 1 2 2 2 4 2 4 4 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
69 1 1 2 1 3 2 4 2 3 3 3 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
70 3 1 3 2 1 1 2 1 2 4 4 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
71 2 3 1 1 4 2 1 2 3 3 4 3 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
72 1 2 2 2 1 2 2 1 3 4 3 4 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
73 2 1 2 3 3 1 1 1 3 4 4 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
74 3 2 2 1 2 2 2 1 4 4 3 4 30 27,375 2,625 6,890625 1,302272 70,15707 50 2
75 2 2 1 2 1 3 3 2 3 4 4 2 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
76 2 1 2 1 1 2 3 2 4 3 3 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
77 1 1 1 1 3 3 2 3 3 3 4 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
78 2 2 1 1 1 2 2 2 4 3 3 4 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
79 3 3 1 3 1 1 1 2 3 4 4 3 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
80 2 2 2 1 2 2 2 1 3 3 4 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
81 1 1 1 4 3 1 2 2 3 2 3 3 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
82 1 1 2 1 2 3 2 2 3 3 4 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
83 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 30 27,375 2,625 6,890625 1,302272 70,15707 50 2
84 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 4 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
85 1 3 1 1 2 2 2 2 4 4 4 3 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
86 3 3 1 1 2 1 3 2 3 3 3 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
156
POLA ASUH KELUARGA
∑X
X
X - X
(x − 〖 )〗^2
SD Skor T Mean T Kode
No Responden X1.1 X1.2 XI.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12
87 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 4 2 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
88 2 1 2 3 1 1 2 2 3 4 3 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
89 1 2 1 2 4 1 1 2 2 4 4 3 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
90 3 1 2 1 1 1 2 3 4 3 4 4 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
91 2 1 2 1 2 3 1 2 2 3 4 3 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
92 1 1 1 1 1 2 1 4 4 4 4 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
93 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 4 2 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
94 3 2 1 2 2 2 3 3 3 3 4 2 30 27,375 2,625 6,890625 1,302272 70,15707 50 2
95 3 1 1 1 3 3 2 1 3 2 2 4 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
96 2 2 1 1 1 2 2 2 4 4 4 4 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
97 1 1 2 2 1 2 1 3 4 4 3 4 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
98 2 3 1 1 2 1 2 2 3 3 3 3 26 27,375 -1,375 1,890625 1,302272 39,44153 50 1
99 1 2 1 1 3 2 2 3 3 3 4 4 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
100 1 3 2 2 1 2 2 3 4 4 3 3 30 27,375 2,625 6,890625 1,302272 70,15707 50 2
101 1 3 1 2 2 2 1 2 4 3 4 4 29 27,375 1,625 2,640625 1,302272 62,47819 50 2
102 2 2 2 2 1 1 2 3 4 4 4 4 31 27,375 3,625 13,140625 1,302272 77,83596 50 2
103 1 3 1 1 3 2 1 2 2 3 4 4 27 27,375 -0,375 0,140625 1,302272 47,12042 50 1
104 2 1 2 1 3 2 2 1 4 4 3 3 28 27,375 0,625 0,390625 1,302272 54,7993 50 2
157
No umur
responden kategori
umur
jenis
kelamin
responden
riwayat
pekerjaan
kategori
pekerjaan
kelompok
status
pernikahan
kategori
status
pernikahan
pendapatan
keluarga
dimensi
waktu UMK
kategori
pendapatan
keluarga
pola
asuh
keluarga
riwayat
keluarga status
1 45 3 1 3 2 2 1 1200000 2014 1045000 2 1 1 1
2 59 5 2 1 1 3 2 400000 2010 685000 1 1 2 1
3 49 4 1 2 2 1 1 300000 2005 340000 1 2 1 1
4 54 4 2 1 1 3 2 300000 2008 500000 1 2 1 1
5 49 4 2 1 1 3 2 800000 2014 1045000 1 1 1 1
6 52 4 2 3 2 3 2 500000 2007 450000 2 1 2 1
7 36 3 1 1 1 1 1 300000 2008 500000 1 2 1 1
8 54 4 1 2 2 1 1 300000 2005 340000 1 1 1 1
9 35 2 1 4 2 1 1 1100000 2014 1045000 2 2 2 1
10 38 3 2 3 2 1 1 1000000 2013 960750 2 1 1 1
11 41 3 1 1 1 3 2 900000 2014 1045000 1 1 1 1
12 38 3 2 4 2 2 1 600000 2008 500000 2 2 1 1
13 62 5 1 1 1 3 2 400000 2007 450000 1 1 1 1
14 34 2 1 2 2 1 1 800000 2014 1045000 1 1 2 1
15 43 3 2 2 2 1 1 400000 2007 450000 1 2 1 1
16 31 2 1 1 1 2 1 450000 2008 500000 1 1 1 1
17 27 2 1 3 2 2 1 1200000 2014 1045000 2 2 1 1
18 39 3 1 1 1 3 2 600000 2010 685000 1 1 2 1
19 41 3 2 3 2 1 1 500000 2007 450000 2 2 1 1
20 36 3 1 1 1 3 2 400000 2008 500000 1 1 1 1
21 39 3 2 3 2 2 1 1100000 2014 1045000 2 2 1 1
22 19 1 1 1 1 2 1 800000 2018 1576892 1 1 2 1
Lampiran 12 Input Data Kuesioner
158
No umur
responden kategori
umur
jenis
kelamin
responden
riwayat
pekerjaan
kategori
pekerjaan
kelompok
status
pernikahan
kategori
status
pernikahan
pendapatan
keluarga
dimensi
waktu UMK
kategori
pendapatan
keluarga
pola
asuh
keluarga
riwayat
keluarga status
23 19 1 2 2 2 1 1 1000000 2017 1450550 1 1 1 1
24 33 2 2 2 2 3 2 750000 2011 720000 2 2 1 1
25 60 5 2 1 1 1 1 400000 2007 450000 1 2 1 1
26 22 1 1 2 2 3 2 450000 2008 500000 1 1 1 1
27 32 2 2 2 2 2 1 800000 2014 1045000 1 2 2 1
28 29 2 1 1 1 2 1 300000 2005 340000 1 1 1 1
29 60 5 2 3 2 1 1 700000 2010 685000 2 1 2 1
30 60 5 1 1 1 3 2 400000 2008 500000 1 1 1 1
31 54 4 2 1 1 2 1 400000 2007 450000 1 2 2 1
32 45 3 1 2 2 3 2 700000 2010 685000 2 1 1 1
33 23 1 2 3 2 2 1 900000 2014 1045000 1 1 2 1
34 28 2 2 1 1 1 1 450000 2008 500000 1 1 1 1
35 41 3 1 2 2 1 1 900000 2012 775000 2 2 2 1
36 49 4 2 2 2 3 2 450000 2008 500000 1 1 1 1
37 25 1 1 1 1 2 1 650000 2010 685000 1 1 1 1
38 47 4 2 2 2 3 2 600000 2011 720000 1 2 1 1
39 52 4 2 2 2 2 1 500000 2010 685000 1 1 1 1
40 56 5 1 2 2 1 1 700000 2008 500000 2 1 2 1
41 22 1 2 1 1 1 1 300000 2005 340000 1 1 1 1
42 41 3 1 1 1 3 2 800000 2014 1045000 1 1 1 1
43 19 1 2 2 2 2 1 1000000 2016 1340000 1 2 1 1
44 31 2 1 2 2 3 2 500000 2011 720000 1 1 2 1
159
No umur
responden kategori
umur
jenis
kelamin
responden
riwayat
pekerjaan
kategori
pekerjaan
kelompok
status
pernikahan
kategori
status
pernikahan
pendapatan
keluarga
dimensi
waktu UMK
kategori
pendapatan
keluarga
pola
asuh
keluarga
riwayat
keluarga status
45 41 3 1 3 2 2 1 1000000 2013 960750 2 1 1 1
46 52 4 2 1 1 2 1 450000 2008 500000 1 2 1 1
47 45 3 2 2 2 1 1 400000 2007 450000 1 1 1 1
48 59 5 1 1 1 1 1 600000 2011 720000 1 1 1 1
49 30 2 2 4 2 3 2 450000 2008 500000 1 1 1 1
50 24 1 1 2 2 1 1 800000 2010 685000 2 1 1 1
51 42 3 2 1 1 3 2 350000 2007 450000 1 1 1 1
52 50 4 1 1 1 2 1 450000 2010 685000 1 1 1 1
53 44 3 1 1 1 3 2 1300000 2018 1576892 1 1 1 2
54 41 3 2 2 2 1 1 1600000 2018 1576892 2 2 2 2
55 42 3 1 2 2 3 2 900000 2018 1576892 1 1 2 2
56 43 3 1 1 1 3 2 1000000 2018 1576892 1 2 2 2
57 44 3 1 2 2 3 2 1700000 2018 1576892 2 1 1 2
58 30 2 2 2 2 2 1 1600000 2018 1576892 2 1 2 2
59 38 3 1 1 1 3 2 1100000 2018 1576892 1 2 1 2
60 39 3 2 2 2 2 1 300000 2018 1576892 1 1 2 2
61 37 3 1 2 2 3 2 1900000 2018 1576892 2 2 2 2
62 36 3 2 4 2 3 2 2500000 2018 1576892 2 1 2 2
63 31 2 2 1 1 3 2 1000000 2018 1576892 1 2 2 2
64 32 2 2 2 2 1 1 1600000 2018 1576892 2 1 1 2
65 40 3 1 1 1 3 2 500000 2018 1576892 1 2 2 2
66 41 3 2 2 2 1 1 400000 2018 1576892 1 1 1 2
160
No umur
responden kategori
umur
jenis
kelamin
responden
riwayat
pekerjaan
kategori
pekerjaan
kelompok
status
pernikahan
kategori
status
pernikahan
pendapatan
keluarga
dimensi
waktu UMK
kategori
pendapatan
keluarga
pola
asuh
keluarga
riwayat
keluarga Status
67 43 3 1 3 2 3 2 1600000 2018 1576892 2 2 1 2
68 47 4 2 1 1 2 1 900000 2018 1576892 1 1 2 2
69 45 3 2 1 1 3 2 1900000 2018 1576892 2 2 2 2
70 46 4 2 2 2 3 2 1650000 2018 1576892 2 2 2 2
71 42 3 2 1 1 3 2 1800000 2018 1576892 2 2 1 2
72 43 3 1 1 1 1 1 800000 2018 1576892 1 1 2 2
73 46 4 1 2 2 3 2 1750000 2018 1576892 2 2 1 2
74 39 3 2 1 1 1 1 450000 2018 1576892 1 2 2 2
75 45 3 1 1 1 3 2 1600000 2018 1576892 2 2 2 2
76 44 3 2 2 2 3 2 1900000 2018 1576892 2 2 2 2
77 41 3 1 1 1 3 2 1400000 2018 1576892 1 2 2 2
78 49 4 2 1 1 1 1 1650000 2018 1576892 2 1 1 2
79 54 4 2 2 2 3 2 1600000 2018 1576892 2 2 2 2
80 51 4 1 1 1 1 1 1700000 2018 1576892 2 2 1 2
81 55 4 2 2 2 3 2 450000 2018 1576892 1 1 2 2
82 56 5 1 1 1 1 1 1900000 2018 1576892 2 2 2 2
83 53 4 1 2 2 3 2 1000000 2018 1576892 1 2 2 2
84 50 4 1 1 1 3 2 1800000 2018 1576892 2 2 1 2
85 30 2 2 2 2 3 2 900000 2018 1576892 1 2 2 2
86 37 3 2 1 1 1 1 1650000 2018 1576892 2 2 1 2
87 39 3 2 1 1 3 2 1850000 2018 1576892 2 1 2 2
88 55 4 2 2 2 1 1 1600000 2018 1576892 2 2 1 2
161
No umur
responden kategori
umur
jenis
kelamin
responden
riwayat
pekerjaan
kategori
pekerjaan
kelompok
status
pernikahan
kategori
status
pernikahan
pendapatan
keluarga
dimensi
waktu UMK
kategori
pendapatan
keluarga
pola
asuh
keluarga
riwayat
keluarga status
89 54 4 1 2 2 3 2 1200000 2018 1576892 1 1 1 2
90 51 4 2 1 1 3 2 1650000 2018 1576892 2 2 2 2
91 45 3 1 2 2 1 1 350000 2018 1576892 1 1 2 2
92 49 4 2 4 2 3 2 2500000 2018 1576892 2 2 2 2
93 50 4 2 1 1 1 1 2000000 2018 1576892 2 1 2 2
94 51 4 1 2 2 3 2 2500000 2018 1576892 2 2 1 2
95 38 3 1 2 2 1 1 600000 2018 1576892 1 1 2 2
96 39 3 1 2 2 3 2 2100000 2018 1576892 2 2 1 2
97 50 4 2 1 1 1 1 2500000 2018 1576892 2 2 2 2
98 51 4 2 1 1 3 2 1100000 2018 1576892 1 1 2 2
99 48 4 2 1 1 1 1 2200000 2018 1576892 2 2 2 2
100 42 3 1 1 1 3 2 2000000 2018 1576892 2 2 1 2
101 39 3 2 1 1 2 1 2300000 2018 1576892 2 2 2 2
102 36 3 1 1 1 3 2 3000000 2018 1576892 2 2 1 2
103 40 3 2 1 1 2 1 400000 2018 1576892 1 1 2 2
104 50 4 1 2 2 1 1 2500000 2018 1576892 2 2 1 2
162
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan
KELOMPOK_STATUS_PERNIKAHAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid BELUM MENIKAH 34 32.7 32.7 32.7
CERAI HIDUP / MATI 21 20.2 20.2 52.9
MENIKAH 49 47.1 47.1 100.0
Total 104 100.0 100.0
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Riwayat Pekerjaan
KELOMPOK_RIWAYAT_PEKERJAAN_RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid TIDAK BEKERJA 49 47.1 47.1 47.1
BURUH TANI 40 38.5 38.5 85.6
PETANI 10 9.6 9.6 95.2
WIRASWASTA 5 4.8 4.8 100.0
Total 104 100.0 100.0
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur
KELOMPOK_UMUR_RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 17 - 25 TAHUN 8 7.7 7.7 7.7
26 - 35 TAHUN 14 13.5 13.5 21.2
36 - 45 TAHUN 44 42.3 42.3 63.5
46 - 55 TAHUN 30 28.8 28.8 92.3
56 - 65 TAHUN 8 7.7 7.7 100.0
Total 104 100.0 100.0
Lampiran 13 Output Data Kuesioner
163
A. ANALISIS UNIVARIAT
1. Distribusi Frekuensi Kategori Jenis Kelamin
JENIS_KELAMIN_RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid LAKI-LAKI 50 48.1 48.1 48.1
PEREMPUAN 54 51.9 51.9 100.0
Total 104 100.0 100.0
2. Distribusi Frekuensi Kategori Riwayat Pekerjaan
KATEGORI_RIWAYAT_PEKERJAAN_RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid TIDAK BEKERJA 49 47.1 47.1 47.1
BEKERJA 55 52.9 52.9 100.0
Total 104 100.0 100.0
3. Distribusi Frekuensi Kategori Pendapatan Keluarga
KATEGORI_PENDAPATAN_KELUARGA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid < UMK 57 54.8 54.8 54.8
> = UMK 47 45.2 45.2 100.0
Total 104 100.0 100.0
4. Distribusi Frekuensi Kategori Pola Asuh Keluarga
POLA_ASUH_KELUARGA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid POLA ASUH KELUARGA TIDAK BAIK
54 51.9 51.9 51.9
POLA ASUH KELUARGA BAIK
50 48.1 48.1 100.0
Total 104 100.0 100.0
164
5. Distribusi Frekuensi Kategori Riwayat Keluarga
RIWAYAT_KELUARGA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid ADA RIWAYAT KELUARGA 58 55.8 55.8 55.8
TIDAK ADA RIWAYAT KELUARGA
46 44.2 44.2 100.0
Total 104 100.0 100.0
6. Distribusi Frekuensi Kategori Skizofrenia
KEJADIAN_SKIZOFRENIA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KASUS 52 50.0 50.0 50.0
KONTROL 52 50.0 50.0 100.0
Total 104 100.0 100.0
165
B. ANALISIS BIVARIAT
1. Hubungan Antara Riwayat Pekerjaan dengan Kejadian Skizofrenia
a. Tabulasi Silang Antara Riwayat Pekerjaan dengan Kejadian
Skizofrenia KATEGORI_RIWAYAT_PEKERJAAN_RESPONDEN * KEJADIAN_SKIZOFRENIA Crosstabulation
KEJADIAN_SKIZOFRENIA
Total KASUS KONTROL
KATEGORI_RIWAYAT_PEKERJAAN_RESPONDEN
TIDAK BEKERJA Count 22 27 49
Expected Count 24.5 24.5 49.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA
42.3% 51.9% 47.1%
BEKERJA Count 30 25 55
Expected Count 27.5 27.5 55.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA
57.7% 48.1% 52.9%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA
100.0% 100.0% 100.0%
b. Nilai Signifikansi Riwayat Pekerjaan Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .965a 1 .326
Continuity Correctionb .617 1 .432
Likelihood Ratio .966 1 .326
Fisher's Exact Test .432 .216
Linear-by-Linear Association .955 1 .328
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,50.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Nilai OR Riwayat Pekerjaan Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for KATEGORI_RIWAYAT_PEKERJAAN_RESPONDEN (TIDAK BEKERJA / BEKERJA)
.679 .313 1.472
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KASUS .823 .556 1.219
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KONTROL 1.212 .825 1.780
N of Valid Cases 104
166
2. Hubungan Antara Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia
a. Tabulasi Silang Antara Pendapatan Keluarga dengan Kejadian
Skizofrenia KATEGORI_PENDAPATAN_KELUARGA * KEJADIAN_SKIZOFRENIA Crosstabulation
KEJADIAN_SKIZOFRENIA
Total KASUS KONTROL
KATEGORI_PENDAPATAN_KELUARGA
< UMK Count 37 20 57
Expected Count 28.5 28.5 57.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 71.2% 38.5% 54.8%
> = UMK Count 15 32 47
Expected Count 23.5 23.5 47.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 28.8% 61.5% 45.2%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 100.0% 100.0% 100.0%
b. Nilai Signifikansi Pendapatan Keluarga Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.219a 1 .001
Continuity Correctionb 9.938 1 .002
Likelihood Ratio 11.439 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.111 1 .001
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,50.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Nilai OR Pendapatan Keluarga Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for PENDAPATAN_KELUARGA (< UMK / >=UMK) 3.947 1.739 8.959
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KASUS 2.034 1.285 3.219
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KONTROL .515 .344 .772
N of Valid Cases 104
167
3. Hubungan Antara Pola Asuh Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia
a. Tabulasi Silang Antara Pola Asuh Keluarga dengan Kejadian
Skizofrenia POLA_ASUH_KELUARGA * KEJADIAN_SKIZOFRENIA Crosstabulation
KEJADIAN_SKIZOFRENIA
Total KASUS KONTROL
POLA_ASUH_KELUARGA
POLA ASUH KELUARGA TIDAK BAIK
Count 35 19 54
Expected Count 27.0 27.0 54.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 67.3% 36.5% 51.9%
POLA ASUH KELUARGA BAIK
Count 17 33 50
Expected Count 25.0 25.0 50.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 32.7% 63.5% 48.1%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 100.0% 100.0% 100.0%
b. Nilai Signifikansi Pola Asuh Keluarga Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.861a 1 .002
Continuity Correctionb 8.667 1 .003
Likelihood Ratio 10.024 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 9.766 1 .002
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,00.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Nilai OR Pola Asuh Keluarga Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for POLA_ASUH_KELUARGA (POLA ASUH KELUARGA TIDAK BAIK / POLA ASUH KELUARGA BAIK)
3.576 1.593 8.029
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KASUS 1.906 1.236 2.940
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KONTROL .533 .353 .806
N of Valid Cases 104
168
4. Hubungan Antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia
a. Tabulasi Silang Antara Riwayat Keluarga dengan Kejadian Skizofrenia RIWAYAT_KELUARGA * KEJADIAN_SKIZOFRENIA Crosstabulation
KEJADIAN_SKIZOFRENIA
Total KASUS KONTROL
RIWAYAT_KELUARGA ADA RIWAYAT KELUARGA
Count 39 19 58
Expected Count 29.0 29.0 58.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 75.0% 36.5% 55.8%
TIDAK ADA RIWAYAT KELUARGA
Count 13 33 46
Expected Count 23.0 23.0 46.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 25.0% 63.5% 44.2%
Total Count 52 52 104
Expected Count 52.0 52.0 104.0
% within KEJADIAN_SKIZOFRENIA 100.0% 100.0% 100.0%
b. Nilai Signifikansi Riwayat Keluarga Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 15.592a 1 .000
Continuity Correctionb 14.072 1 .000
Likelihood Ratio 16.033 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.442 1 .000
N of Valid Cases 104
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,00.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Nilai OR Riwayat Keluarga Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for RIWAYAT_KELUARGA (ADA RIWAYAT KELUARGA / TIDAK ADA RIWAYAT KELUARGA)
5.211 2.240 12.120
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KASUS 2.379 1.451 3.900
For cohort KEJADIAN_SKIZOFRENIA = KONTROL .457 .303 .689
N of Valid Cases 104
169
C. ANALISIS MULTIVARIAT
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a KATEGORI_POLA_ASUH_K
ELUARGA(1) 1.000 .485 4.240 1 .039 2.717 1.049 7.035
KATEGORI_RIWAYAT_KELUARGA(1)
1.835 .485 14.335 1 .000 6.265 2.423 16.199
KATEGORI_PENDAPATAN_KELUARGA(1)
1.247 .494 6.366 1 .012 3.481 1.321 9.171
Constant -2.237 .528 17.959 1 .000 .107
a. Variable(s) entered on step 1: KATEGORI_POLA_ASUH_KELUARGA, KATEGORI_RIWAYAT_KELUARGA, KATEGORI_PENDAPATAN_KELUARGA.
170
171
Top Related