PENGARUH PEMBERIAN BETA-KAROTEN
TERHADAP DAYA ANTIINFLAMASI NATRIUM DIKLOFENAK
PADA MENCIT PUTIH JANTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Miliandani Widyastuti
NIM : 028114021
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PEMBERIAN BETA-KAROTEN
TERHADAP DAYA ANTIINFLAMASI NATRIUM DIKLOFENAK
PADA MENCIT PUTIH JANTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Miliandani Widyastuti
NIM : 028114021
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2007
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ijinkan aku untuk tidak berdoa agar dilindungi dari marabahaya,
melainkan agar tidak takut untuk menghadapinya.
Ijinkan aku untuk tidak memohon: agar disembuhkan dari kepedihan,
melainkan agar hatiku mampu mengatasinya.
Biarkan aku tidak mencari sekutu di medan tempur kehidupan,
tapi hanya mengandalkan kekuatanku sendiri.
Biarkan aku tidak memohon dalam ketakutan yang gelisah untuk diselamatkan,
tapi berharap memiliki kesabaran untuk memenangkan kebebasanku.
Pastikan bahwa aku tidak akan menjadi pengecut,
yang menerima belas kasihMu dalam kesuksesanku;
dan biarlah aku merasakan genggaman erat tanganMu dalam kegagalanku.
By Rabindranath Tagore
Kupersembahkan karya ini untuk:
Papa dan Mama Mama Wi
Ana dan Almamaterku
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai dan
melimpahkan kasih karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PEMBERIAN BETA
KAROTEN TERHADAP DAYA ANTIINFLAMASI NATRIUM
DIKLOFENAK PADA MENCIT PUTIH JANTAN, sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak bisa lepas dari
bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing dan dosen
penguji. Terima kasih atas segala bimbingan, masukan, waktu, kesabaran dan
perhatiannya yang besar selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. dr. Luciana Kuswibawati, M. Kes., selaku dosen penguji atas segala masukan
berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Drs. Mulyono, Apt., selaku dosen penguji atas segala masukan berupa kritik
dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Mas Heru, Mas Parjiman, dan Mas Kayat atas bantuannya.
6. Keluargaku tercinta, Ana dan Mama, atas doa dan motivasi yang membuatku
bertahan sampai sampai saat ini.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Mama Wi, Tante Han, dan semua keluarga yang telah membantu kelancaran
studiku, atas dukungan moril, spiritual, dan materi selama masa studiku.
8. Sahabat-sahabatku terkasih, Cecil dan Ika, makasih atas doa dan dukungan,
serta canda dan kejahilan-kejahilan kalian.
9. Teman-teman kos-ku, terutama Memey, Nanduth, Inonk, Jinuth, dan Ngek-
Ngek, yang dengan penuh keikhlasan turut membantu penyelesaian skripsiku,
terimakasih atas pinjaman komputer dan laptopnya. Jasamu besar di surga.
10. Teman-teman yang sudah memberi perhatian, semangat, dan motivasi agar
aku terus maju: Alin/Uyuth, Shinta; Supri, Yudha, Kobo Hendra (ayo
berjuang terus!); Mitha, Ntrie, Tuk-Tuk/Archy, Imeth; Tito, Jacky, Anel
(sukses juga buat kalian).
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Semoga Tuhan melimpahkan berkat dan rahmatNya atas segala kebaikan dan
ketulusan yang telah diberikan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi
ini. Akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi orang banyak.
Yogyakarta, 30 April 2007
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan daya antiinflamasi natrium diklofenak akibat pemberian beta-karoten serta mengetahui besarnya pengaruh pemberian beta-karoten tersebut.
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan penelitian acak lengkap pola searah. Metode uji yang digunakan adalah metode induksi udema pada telapak kaki belakang menggunakan karagenin 1% sebagai senyawa penginduksi. Digunakan hewan uji mencit jantan galur Swiss berumur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram. Hewan uji dibagi VIII kelompok, masing-masing terdiri atas 5 ekor hewan uji. Kelompok I–IV, berturut-turut adalah kelompok kontrol negatif karagenin 1%, kontrol negatif aquades, kontrol negatif minyak kelapa, dan kontrol positif natrium diklofenak. Kelompok V–VIII adalah kelompok perlakuan dengan pemberian beta karoten per-oral pada 4 peringkat dosis: 0,6523; 0,9225; 1,3046; 1,8450 mg/kgBB, dilanjutkan dengan pemberian per-oral natrium diklofenak 4,48 mg/kgBB. Data berupa data bobot udema kaki mencit, yang digunakan untuk menghitung persentase daya antiinflamasi. Data ini dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan uji Scheffe.
Daya antiinflamasi kelompok perlakuan (V-VIII) berturut-turut sebagai berikut: -14,262%; 12,593%; 4,058%; dan -0,696%. Daya antiinflamasi natrium diklofenak sebesar 36,132%. Disimpulkan bahwa pemberian beta-karoten sebelum natrium diklofenak menurunkan daya antiinflamasi natrium diklofenak.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT This research aims to recognize the anti-inflammatory effect of sodium-
diclofenac if given with beta carotene and also the scale of the antiinflammatory effect.
This research was experimentally close to the pure experimental research by one way complete random design. The experiment methods which used was oedema inductional method to the left underside of the experiment animals foot-sole with 1% carrageenan. The experiment animals were mice of Swiss strain, in the age of 2-3 months and their weight were 20-30 grams. The experiment animals were divided into 8 groups, each group consist of 5 experiment animals. Group I until grooup IV were 1 % carrageenan negative control, aquadest negative control, coconut oil negative control, and sodium-diclofenac positive control. Group V until VIII were the group which is given treatment, which beta-carotene in four dose level: 0,6523; 0,9225; 1,3046; 1,8450 mg/kgBB, was orally given 15 minutes before the 4,48 mg/kg BB sodium-diclofenac. Data obtained were data of weight of mice paw used to calculate the percentage of antiinflammatory effect. The data were analized statistically using Kolmogorov-Smirnov and then one way Anova and the Scheffe test.
The percentage of antiinflammatory effect of the treatment of beta-carotene at 15 minutes before sodium-diclofenacwas given are -14,262%; 12,593%; 4,058%; and -0,696%, whereas the antiinflammatory effect of sodium diclofenac positive control is 36,132%. The result of the research shows that the antiinflammatory effect of sodium-diclofenac was decreased by beta-carotene.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
PRAKATA .................................................................................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... viii
INTISARI ................................................................................................... ix
ABSTRACT ................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii
BAB I. PENGANTAR ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
1. Permasalahan .............................................................................. 3
2. Keaslian penelitian ..................................................................... 3
3. Manfaat penelitian ...................................................................... 3
B. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................ 5
A. Beta-karoten ............................................................................... 5
B. Inflamasi ..................................................................................... 7
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Definisi ............................................................................... 7
2. Mekanisme ......................................................................... 8
3. Gejala .................................................................................. 9
C. Obat Antiinflamasi ..................................................................... 11
D. Natrium Diklofenak ................................................................... 13
E. Interaksi Obat ............................................................................. 13
1. Interaksi Farmasetis ........................................................... 14
2. Interaksi Farmakokinetika .................................................. 14
3. Interaksi Farmakodinamika ................................................ 14
F. Metode Uji Daya Antiinflamasi ................................................. 16
1. Uji Eritema ......................................................................... 17
2. Induksi Udema Telapak Kaki Belakang ............................. 17
3. Tes Granuloma ................................................................... 18
4. Induksi Arthritis ................................................................. 18
G. Landasan Teori ........................................ ……….………….... 18
H. Hipotesis .................................................................................... 20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 21
A. Jenis Rancangan Penelitian ....................................................... 21
B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................ 21
C. Subyek dan Bahan Penelitian .................................................... 22
1. Subyek Penelitian ............................................................... 22
2. Bahan Penelitian ................................................................. 22
D. Alat Penelitian ........................................................................... 23
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Tata Cara Penelitian ................................................................... 23
1. Penyiapan Hewan Uji ......................................................... 23
2. Penetapan Dosis Karagenin ................................................ 23
3. Pembuatan Suspensi Karagenin 1% ................................... 24
4. Penetapan Dosis Natrium Diklofenak ................................ 24
5. Pembuatan Larutan Natrium Diklofenak ........................... 25
6. Penetapan Dosis Beta-karoten ............................................ 25
7. Orientasi rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi
karagenin 1% subplantar .................................................... 25
8. Orientasi dosis efektif natrium diklofenak ......................... 26
9. Orientasi waktu pemberian natrium diklofenak ................. 26
10. Orientasi pemberian beta karoten terhadap natrium
diklofenak ........................................................................... 27
11. Perlakuan hewan uji ........................................................... 27
12. Perhitungan daya anti inflamasi ......................................... 28
F. Analisis Hasil ........................................................................... 28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 29
A. Uji Pendahuluan .............................................................................. 29
1. Orientasi rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi
karagenin 1% subplantar .......................................................... 29
2. Orientasi dosis efektif natrium diklofenak ............................... 31
3. Orientasi waktu pemberian natrium diklofenak ....................... 33
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Orientasi pemberian beta karoten terhadap natrium
diklofenak ................................................................................ 35
B. Uji Daya Antiinflamasi .................................................................. 37
C. Konversi dosis beta karoten sebagai antiinflamasi dari mencit ke
manusia .......................................................................................... 45
D. Perbandingan hasil penelitian dengan penelitian lain .................... 46
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 48
A. Kesimpulan ..................................................................................... 48
B. Saran ................................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 49
LAMPIRAN ................................................................................................ 52
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 71
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil uji Scheffe orientasi waktu pemotongan kaki mencit
setelah injeksi karagenin 1% suplantar ................................. 30
Tabel II. Hasil uji Scheffe orientasi dosis efektif natrium
diklofenak.............................................................................. 32
Tabel III. Hasil uji Scheffe orientasi waktu pemberian natrium
diklofenak pada dosis efektifnya .......................................... 34
Tabel 1V. Hasil uji Scheffe orientasi waktu pemberian beta karoten
terhadap natrium diklofenak ................................................. 36
Tabel V. Data bobot udema kaki mencit dan persentase daya
antiinflamasi kelompok perlakuan beserta kontrol ............... 39
Tabel VI. Rangkuman hasil anava satu arah, dengan taraf
kepercayaan 95%, persentase daya antiinflamasi kelompok
perlakuan beserta kontrol ...................................................... 40
Tabel VII. Rangkuman hasil uji Scheffe mengenai % daya
antiinflamasi kelompok perlakuan disertai kontrol .............. 40
Tabel VIII. Perbandingan data % efek anti inflamasi beta karoten
dengan data % daya antiinflamasi beta karoten sebagai
praperlakuan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB................. 46
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur beta karoten ............................................................ 5
Gambar 2. Mekanisme kemungkinan penangkapan radikal bebas oleh
beta karoten ........................................................................... 6
Gambar 3. Diagram mediator-mediator inflamasi yang berasal dari
fosfolipida beserta aksinya, serta titik tangkap kerja obat
antiinflamasi ......................................................................... 9
Gambar 4. Patogenesis dan tanda suatu peradangan .............................. 11
Gambar 5. Struktur natrium diklofenak ................................................. 13
Gambar 6. Rangkuman penggolongan antaraksi obat berdasarkan
perubahan efek ...................................................................... 16
Gambar 7. Grafik mean bobot udema kaki mencit setelah injeksi
karagenin 1% subplantar pada selang waktu tertentu ......... 31
Gambar 8. Grafik mean bobot udema kaki mencit setelah pemberian
natrium diklofenak dalam tiga peringkat dosis ..................... 32
Gambar 9. Grafik mean bobot udema kaki mencit setelah pemberian
natrium diklofenak dengan dosis efektif pada selang waktu
tertentu .................................................................................. 34
Gambar 10. Grafik mean bobot udema kaki mencit setelah pemberian
beta karoten pada selang waktu tertentu sebelum natrium
diklofenak ............................................................................. 35
Gambar 11. Grafik mean bobot udema kaki mencit pada kelompok
perlakuan disertai kontrol ..................................................... 38
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 12. Grafik % daya antiinflamasi kelompok perlakuan disertai
kontrol ................................................................................... 39
Gambar 13. Grafik % daya antiinflamasi kelompok perlakuan setelah
dikurangi kontrol minyak kelapa .......................................... 42
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Label beta karoten ............................................................. 52
Lampiran 2. Sertifikat analisis natrium diklofenak ................................ 53
Lampiran 3. Foto minyak kelapa ........................................................... 54
Lampiran 4. Foto larutan beta karoten dalam minyak kelapa ............... 54
Lampiran 5. Data bobot udema kaki kaki mencit dan % daya
antiinflamasi hasil uji daya antiinflamasi pada kelompok
kontrol dan perlakuan ........................................................ 55
Lampiran 6. Tabel persentase daya antiinflamasi dan potensi relatif
kelompok perlakuan dan kontrol ....................................... 57
Lampiran 7. Contoh perhitungan persentase daya antiinflamasi dan
potensi relatif ..................................................................... 58
Lampiran 8. Skema kerja uji efek antiinflamasi .................................... 59
Lampiran 9. Hasil analisis statistik data orientasi waktu pemotongan
kaki setelah injeksi suplantar karagenin 1% ...................... 60
Lampiran 10. Hasil analisis statistik data orientasi dosis efektif natrium
diklofenak .......................................................................... 62
Lampiran 11. Hasil analisis statistik data orientasi waktu pemberian
natrium diklofenak ............................................................. 64
Lampiran 12. Hasil analisis statistik data orientasi waktu pemberian
beta karoten terhadap natrium diklofenak ......................... 66
Lampiran 13. Hasil analisis statistik data % daya antiinflamasi
kelompok perlakuan dan kontrolnya ................................. 68
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Inflamasi atau peradangan merupakan suatu respon yang menyolok pada
jaringan-jaringan hidup di sekitar sel-sel atau jaringan tubuh yang cedera atau
mati. Inflamasi atau peradangan cenderung dianggap sebagai sesuatu yang tidak
diinginkan. Padahal sebenarnya merupakan suatu keadaan yang membantu
netralisasi, penghancuran jaringan nekrosis, dan pembentukan keadaan yang
dibutuhkan pada proses penyembuhan (Price and Wilson, 1995).
Inflamasi atau peradangan saat ini telah menjadi masalah utama
penanganan sakit di masyarakat. Jika proses inflamasi lepas dari keseimbangan,
bukan hanya sel normal dan agen pencedera yang dibuang, tetapi jaringan yang
sehat juga mengalami kerusakan sehingga inflamasi menjadi berat. Karena
dipandang merugikan, maka diperlukan obat untuk mengendalikan inflamasi.
Pengobatan inflamasi bertujuan untuk melawan dan mengendalikan rasa nyeri dan
peradangan (Tjay dan Rahardja, 2002).
Ada banyak macam obat yang dapat digunakan untuk mengobati
inflamasi, salah satu di antaranya adalah obat antiinflamasi non-steroid (OAINS).
Namun berdasarkan beberapa survei, penggunaan AINS seringkali menimbulkan
beberapa keluhan, terutama yang berkaitan dengan saluran pencernaan, seperti
nyeri lambung, mual, muntah, diare, atau bahkan perdarahan pada saluran
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pencernaan (Parfitt, 1999). Diklofenak merupakan derivat fenilasetat dan
termasuk OAINS yang terkuat daya anti radangnya (Katzung, 2001).
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan inflamasi telah banyak
dilakukan, terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan alam sebagai obat
antiinflamasi. Contohnya adalah penelitian Widarsih (2003) tentang daya
antiinflamasi perasan umbi wortel (Daucus carota, L) pada mencit jantan, yang
menyimpulkan bahwa perasan umbi wortel pada dosis 2,5; 5; 10 dan 20 ml/kg BB
memberikan daya antiinflamasi berturut-turut 31,19%; 51,50%; 45,68%; dan
37,80%. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Rasmandani (2004), yaitu
mengenai daya antiinflamasi sari umbi wortel (Daucus carota, L) pada mencit
jantan (kajian terhadap lama masa pemberian), di mana diketahui bahwa
pemberian sari umbi wortel dari hari ke-1 sampai hari ke-4 menunjukkan
penurunan berat rata-rata udema kaki mencit dibandingkan hari sebelumnya.
Kedua penelitian tersebut membuktikan bahwa wortel memang berkhasiat sebagai
antiinflamasi, dan diduga senyawa di dalam wortel yang bertanggung jawab
terhadap khasiat antiinflamasinya adalah beta karoten. Salah satu penelitian
terbaru mengenai inflamasi dilakukan oleh Utami (2006), yang menyatakan
bahwa beta karoten terbukti memiliki efek antiinflamasi.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah pemberian beta
karoten sebagai senyawa antiinflamasi dapat mempengaruhi daya antiinflamasi
yang dimiliki natrium diklofenak, dalam hal ini meningkatkan daya
antiinflamasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1. Permasalahan
a. Apakah pemberian beta karoten dapat meningkatkan daya antiinflamasi
natrium diklofenak?
b. Seberapa besarkah pengaruhnya terhadap daya antiinflamasi natrium
diklofenak?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh pemberian beta karoten terhadap daya
antiinflamasi natrium diklofenak pada mencit putih jantan ini belum pernah
dilakukan di Universitas Sanata Dharma. Walaupun demikian, penelitian ini
tetap dilakukan dengan mengacu pada penelitian sebelumnya. Berikut adalah
penelitian yang dijadikan acuan dalam penelitian ini.
a. Daya antiinflamasi perasan umbi wortel (Daucus carota, L) pada mencit
jantan oleh Widarsih (2003).
b. Daya anti inflamasi sari umbi wortel (Daucus carota, L) pada mencit
jantan (kajian terhadap lama masa pemberian) oleh Rasmandani (2004).
c. Pengaruh kombinasi jus wortel (Daucus carota, L) dan apel hijau (Pyrus
malus, L) terhadap daya antiinflamasi natrium diklofenak pada mencit
jantan oleh Lestari (2005).
d. Efek antiinflamasi beta karoten terhadap mencit putih jantan oleh Utami
(2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengembangan
penelitian mengenai penggunaan bahan-bahan alam yang mengandung
senyawa beta karoten yang dikombinasi dengan obat antiinflamasi
modern.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat digunakan untuk melengkapi informasi mengenai
pengaruh pemberian beta karoten terhadap daya antiinflamasi natrium
diklofenak.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1. mengetahui ada/tidaknya perubahan daya antiinflamasi natrium diklofenak
akibat pemberian beta karoten.
2. mengetahui besarnya pengaruh pemberian beta karoten tersebut terhadap daya
antiinflamasi natrium diklofenak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Beta Karoten
Gambar 1. Struktur kimia all-trans β-karoten (Anonim, 1989).
Vitamin A adalah nama umum bagi zat-zat retinoida yang
memiliki khasiat biologis dari retinol. Zat ini terdapat dalam zat-zat pangan
hewani terutama sebagai ester, seperti susu dan produknya, kuning telur, hati, dan
dengan kadar tinggi dalam minyak ikan. Kebutuhan sehari-hari akan vitamin A
sebagian dipenuhi oleh karotenoida (provitamin A), yakni kompleks dari 2
molekul retinol yang dalam usus diuraikan menjadi vitamin aktif. Provitamin A
terdapat dalam banyak sayuran hijau tua, berbagai jenis kol, dan sebagai pigmen
kuning jingga dari banyak buah dan sayur, antara lain wortel dan tomat, lemak
susu dan kuning telur (Tjay dan Rahardja, 2002).
Beta karoten merupakan salah satu dari 600 karotenoid yang ada di alam.
Beta karoten mempunyai dua peran, yaitu sebagai prekursor vitamin A dan
antioksidan. Beta karoten yang terdapat pada wortel, pepaya, sayur mayur yang
berwarna kemerahan dan minyak kelapa sawit berpotensi sebagai antioksidan
(Anonim, 2003). Beta karoten berkhasiat antioksidan spesifik untuk menetralkan
oksigen singlet reaktif dan mencegah pembentukan radikal peroxyl akibat
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
peroksidasi lipida. Beta karoten adalah provitamin A terpenting yang diperoleh
dari algae laut Dunaliella salina yang membentuknya dalam jumlah besar (Tjay
dan Rahardja, 2002).
Beta karoten mampu menangkap oksigen reaktif dan radikal peroksil
(Paiva dan Russel, 1999) lalu menetralkannya, menghambat oksidasi asam
arakhidonat menjadi endoperoksida dan menurunkan aktivitas enzim
lipoksigenase (Lieber and Leo, 1999). Apabila oksidasi asam arakidonat dapat
dihambat maka tidak terbentuk oksigen reaktif yang dapat menyebabkan inflamasi
sehingga proses inflamasi dapat dihambat. Penurunan aktivitas enzim
lipoksigenase menyebabkan tidak terbentuknya leukotrien yang dapat
mengaktivasi leukosit yang memacu terjadinya peradangan.
Mekanisme kemungkinan penangkapan radikal bebas oleh beta karoten
dapat dilihat pada gambar 2.
CH3CH3
CH3
H3C
CH3H3C CH3
H3C CH3
CH3
reaksi terjadidi sini
OO
OO
H
O O
H
O
O2
-OH
O
H
O
H
R
R
H
+
O
HH
O
+
Gambar 2. Mekanisme kemungkinan penangkapan radikal bebas
oleh beta karoten (Hamilton dkk, 1997 cit Wijoyo, 2001; Prasojo, 2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Dari strukturnya terlihat bahwa beta karoten mampu menangkap radikal
bebas melalui ikatan rangkap konjugasi yang dimilikinya (Hamilton dkk, 1997 cit
Wijoyo, 2001). Beta karoten pada atom C15 menyumbangkan satu elektronnya
kepada radikal bebas oksigen sehingga radikal bebas tersebut menjadi lebih stabil
dan tidak reaktif. Beta karoten akan menjadi sebuah radikal bebas baru karena
kehilangan satu elektronnya, akan tetapi karena struktur konjugasinya yang
panjang maka ikatan rangkap pada beta karoten akan selalu beresonansi sehingga
beta karoten menjadi suatu radikal bebas yang stabil. Karena beta karoten
menyumbangkan satu elektronnya pada radikal bebas maka radikal bebas tersebut
tidak dapat menangkap makromolekul lain dalam sel tubuh sehingga kerusakan
jaringan dan inflamasi dapat dihambat.
B. Inflamasi
1. Definisi
Inflamasi merupakan respon biologik dari reaksi-reaksi kimia secara
berurutan dan bertugas melindungi tubuh dari infeksi dan memperbaiki jaringan
yang rusak akibat jejas (Wilmana, 1995). Penyebab inflamasi dapat ditimbulkan
oleh rangsangan fisik, kimiawi, biologis (infeksi akibat mikroorganisme/parasit),
dan kombinasi ketiga agen tersebut (Mutschler, 1991).
Inflamasi (radang) biasanya dibagi dalam 3 fase: inflamasi akut, respons
imun, dan inflamasi kronis. Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu
menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau
substansi antigenik yang terlepas selama respons inflamasi akut serta kronis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Akibat dari respon imun bagi tuan rumah mungkin menguntungkan, seperti
bilamana ia menyebabkan organisme penyerang di-fagositosis atau dinetralisir.
Sebaliknya, akibat tersebut juga dapat bersifat merusak bila menjurus pada
inflamasi kronis tanpa penguraian dari proses yang mendasarinya. Inflamasi
kronis melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam
respons akut (Katzung, 2001).
2. Mekanisme
Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi,
fisik, atau mekanis maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah
fosfolipida yang terdapat disitu menjadi asam arakhidonat (Tjay & Rahardja,
2002). Enzim siklooksigenase mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin
dan tromboksan. Lipoksigenase ialah enzim yang mengubah asam arakidonat
menjadi leukotrien. Leukotrien mempunyai efek kemotaktik yang kuat pada
eosinofil, neutrofil, dan makrofag dan mendorong terjadinya bronkokonstriksi dan
perubahan permeabilitas vaskuler. Kinin dan histamin juga dikeluarkan di tempat
kerusakan jaringan, sebagai unsur komplemen dan produk leukosit dan platelet
lain. Stimulasi membran neutrofil menghasilkan oxygen free radicals. Anion
superoksid dibentuk oleh reduksi oksigen molekuler yang dapat memacu produksi
molekul lain yang reaktif, seperti hidrogen peroksid dan hydroxyl radicals.
Interaksi substansi-substansi ini dengan asam arakidonat menyebabkan
munculnya substansi kemotaktik, oleh karena itu melestarikan proses inflamasi
(Wibowo dan Gofir, 2001). Skema dari mediator-mediator yang berasal dari asam
arakidonat dan titik tangkap kerja obat dapat dilihat pada gambar 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
PGE2
(vasodilator; hyperalgesic)
PGD2
(inhibits platelet aggregation; vasodilator)
PGF2α
bronchoconstrictomyometrial contraction)
Phospholipid Glucocorticoids
(induce lipocortin)
Arachidonate Lyso-glyceril-phosphorylcholine
Cyclic endoperoxides
Phospholipase A
PAF Antagonists
Cyclo-oxygenasNSAIDs
PAF (vasodilator;
increases vascular permeability;
bronchoconstrictor; chemotaxin)
5-HPETE
LTA4
5-Lipoxygenas
5-Lipoxygenasinhibitors
(e.g. zileutin)
TXA2 AntagonistsTXA2
12-Lipoxygenas
Gambar 3. Diagram mediator-mediator inflamasi yang berasal dari fosfolipida beserta aksinya, serta titik tangkap kerja obat anti-inflamasi (Rang, Dale, Ritter
and Moore, 2003) Keterangan:
PG = prostaglandin (PGI2, prostaglandin I2/prostasiklin; PGF2α, prostaglandin F2α; PGD2, prostaglandin D2; PGE2, prostaglandin E2)
TXA2 = tromboksan A2 LT = leukotrien (LTA4, leukotrien A4; LTB4, leukotrien BB4; LTC4,
leukotrien C4; LTD4, leukotrien D4; LTE4, leukotrien E4) HETE = hydroxyeicosatetraenoic acid HPETE = hydroperoxyeicosatetraenoic acid PAF = platelet-activating factor NSAIDs = Non-Steroidal Anti-inflammatory Drugs
(thrombotic; asoconstrictor
TXA2 synthasenhibitor
PGI2 (vasodilator; hyperalgesic;stops plateletaggregation)
LTB4
Glucocorticoidsinhibit
induction
15-Lipoxygenas
12-HETE Lipoxins A and B (chemotaxin
Leukotriene receptor
antagonists, e.g.
LTC4
LTD4
LTE4
(bronchoconstrictorsincrease vascular
permeability)
zafirukast, montelukast
PG antagonists
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
3. Gejala
Gejala proses inflamasi akut yang sudah dikenal, meliputi: rubor, kalor,
dolor, tumor, dan function laesa (Wilmana, 1995). Kemerahan (rubor), biasanya
merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan.
Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriola yang mensuplai daerah
tersebut melebar, sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke dalam
mikrosirkulasi lokal. Keadaan inilah yang bertanggung jawab atas warna merah
lokal karena peradangan akut. Panas (kalor), berjalan sejajar dengan kemerahan
reaksi radang akut. Sebenarnya, panas hanyalah suatu sifat reaksi peradangan
pada permukaan badan, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 37oC, yaitu
suhu di dalam tubuh. Rasa sakit (dolor) dalam reaksi peradangan dapat
ditimbulkan melalui berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-
ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pengeluaran zat
kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat merangsang
saraf. Selain itu pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal, yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa
sakit. Segi paling mencolok dari peradangan akut mungkin adalah pembengkakan
lokal (tumor). Pembengkakan timbul akibat pengiriman cairan dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran cairan dan sel yang
tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Kenyataan adanya perubahan
fungsi (function laesa) telah diketahui (Price and Wilson, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
noksius
Kerusakan sel
Pembebasan bahan mediator
Emigrasi leukosit
Proliferasi sel
eksudasi Perangsangan reseptor nyeri
Gangguan sirkulasi lokal
kemerahan panas Pembeng kakan
Gangguan fungsi
nyeri
Gambar 4. Patogenesis dan tanda suatu peradangan (Mutschler, 1991).
C. Obat Antiinflamasi
Pengobatan pasien dengan inflamasi mempunyai 2 tujuan utama: pertama,
meringankan rasa nyeri, yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan
keluhan utama yang terus-menerus dari pasien; dan kedua, memperlambat atau
(dalam teori) membatasi proses perusakan jaringan. Pengurangan inflamasi
dengan obat-obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) seringkali berakibat rasa nyeri
mereda selama periode yang bermakna (Katzung, 2001).
Aktivitas antiinflamasi dari AINS terutama dipengaruhi melalui hambatan
sintesis prostaglandin. Beberapa AINS mungkin memiliki mekanisme tambahan,
termasuk hambatan kemotaksis, regulasi rendah produksi interleukin-1,
penurunan produksi radikal bebas dan superoksida, dan campur tangan dengan
kejadian-kejadian intraseluler yang diperantarai kalsium. Selama terapi dengan
obat-obat ini, inflamasi dikurangi dengan penurunan rilis mediator-mediator
granulosit, basofil, dan sel-sel mast. Dari AINS yang sekarang ini bisa didapat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
indomethacine dan diklofenac telah dilaporkan mengurangi sintesis prostaglandin
dan leukotrien (Katzung, 2001).
Obat antiinflamasi secara umum dibagi dalam 2 golongan, yaitu golongan
steroid dan golongan non steroid (AINS). Golongan steroid bekerja dengan
menghambat asam arakidonat dari fosfolipida oleh enzim fosfolipase, sehingga
pembentukan prostaglandin dan leukotrien tidak terjadi. Obat antiinflamasi
golongan nonsteroid menghambat sintesis prostaglandin, di mana kedua jenis
siklooksigenase (COX) dihambat. AINS ideal hendaknya menghambat COX-2
(berperan dalam peradangan) dan tidak COX-1 (berperan dalam perlindungan
mukosa lambung), lagipula menghambat lipoksigenase untuk pembentukan
leukotrien (Tjay dan Rahardja, 2002).
Selama terapi dengan obat-obat ini, inflamasi dikurangi oleh penurunan
rilis mediator-mediator granulosit, basofil, dan sel-sel mast. AINS mengurangi
kepekaan pembuluh darah terhadap bradikinin dan histamin, mempengaruhi
produksi limfokin dari limfosit T, dan membalikkan vasodilatasi. Dalam tingkat
yang berbeda-beda, semua AINS yang lebih baru adalah analgesik, antiinflamasi,
dan antipiretik, dan semua (kecuali agen-agen selektif COX-2) menghambat
agregasi platelet. Mereka semua adalah iritan-iritan lambung, sekalipun sebagai
kelompok mereka cenderung kurang menyebabkan iritasi lambung daripada
aspirin (Katzung, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
D. Natrium Diklofenak
O
HO
C
Cl
Cl
HN
Gambar 5. Struktur natrium diklofenak
Natrium diklofenak adalah golongan obat nonsteroid dengan aktivitas
analgesik, antiinflamasi dan antipiretik. Aktivitas natrium diklofenak yaitu
menghambat enzim siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin
terhambat. Indikasi dari obat ini untuk pengobatan akut dan kronik gejala-gejala
rheumatoid arthritis, osteoarthritis. Kontra indikasi obat ini untuk penderita yang
hipersensitifitas terhadap diklofenak atau penderita asma, urtikaria atau alergi
pada pemberian aspirin atau NSAID lainnya, serta penderita tukak lambung
(Wilmana, 1995). Dosis oral natrium diklofenak adalah 75-150 mg/hari dalam 2-
3 dosis, sebaiknya setelah makan. Dosis maksimal tiap hari untuk setiap cara
pemberian adalah 150 mg (Anonim, 2000).
E. Interaksi Obat
Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau
dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan. Kemungkinan terjadinya
peristiwa interaksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik, pada waktu dua
obat atau lebih diberikan secara bersamaan atau hampir bersamaan. Tidak semua
interaksi obat membawa pengaruh yang merugikan, beberapa interaksi justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
diambil manfaatnya dalam praktek pengobatan. Interaksi dapat membawa dampak
yang merugikan kalau terjadinya interaksi tersebut sampai tidak dikenali sehingga
tidak dapat dilakukan upaya optimalisasi. Secara ringkas, dampak negatif dari
interaksi ini kemungkinan akan timbul sebagai terjadinya efek samping/toksik
dari obat, dan tidak tercapainya efek terapeutik yang diinginkan (Suryawati,
1995).
Terdapat beberapa mekanisme bagaimana interaksi obat terjadi. Menurut
Suryawati (1995), berdasarkan mekanismenya, interaksi dapat dibagi menjadi 3
golongan besar, yakni interaksi farmasetik, interaksi farmakokinetik, dan interaksi
farmakodinamik.
1. Interaksi farmasetik
Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi antar obat sehingga
mengubah efek farmakologiknya. Yang sering terjadi misalnya reaksi antara
obat-obat yang dicampur dalam cairan secara bersamaan, misalnya dalam
infus atau suntikan (Suryawati,1995).
2. Interaksi farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi bila salah satu obat mempengaruhi atau
mengubah absorpsi, distribusi (ikatan protein), metabolisme dan ekskresi obat
kedua (Suryawati,1995).
3. Interaksi farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik berbeda dengan interaksi famakokinetik. Kalau
pada interaksi farmakokinetik terjadi perubahan kadar obat objek oleh karena
perubahan pada proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
maka pada interaksi farmakodinamik terjadi perubahan efek obat objek karena
pengaruh obat lain pada tempat kerja obat (Suryawati, 1995).
Ketika obat-obat dengan efek farmakologis yang serupa diberikan secara
bersamaan, biasanya tampak suatu respons aditif atau sinergis. Kedua obat
tidak atau dapat bekerja pada reseptor yang sama untuk menimbulkan efek.
Sebaliknya, obat-obat dengan efek farmakologis berlawanan dapat
menurunkan respons dari satu atau kedua obat tersebut. Interaksi
farmakodinamik obat relatif umum dalam praktek klinis, tetapi efek-efek yang
tidak diinginkan biasanya dapat diminimalisasi jika interaksi diantisipasi dan
upaya penanggulangannya tepat (Katzung, 2001).
Selain itu, terdapat pula beberapa istilah yang dapat dipakai untuk
menjelaskan efek obat. Yakni: homoergi (sepasang obat menimbulkan efek yang
benar-benar sama), heteroergi (sepasang obat hanya salah satu yang menimbulkan
efek tertentu), homodinami (sepasang obat homoergi dengan mekanisme kerja
yang sama), dan heterodinami (sepasang obat homoergi dengan mekanisme yang
berbeda) (Fingl and Woodbury, 1970; Martin, 1971 cit Donatus, 1995).
Berdasarkan sifat efek pasangan obat di atas, pada hakikatnya antaraksi
obat dapat digolongkan menjadi antaraksi: homoergi-homodinami dengan luaran
efek penambahan (infra, sederhana, atau supra); serta homoergi-heterodinami dan
heteroergi dengan luaran efek penghambatan atau penguatan (Fingl dan
Woodbury, 1970; Martin, 1971 cit Donatus, 1995). Skema penggolongan
antaraksi obat berdasarkan perubahan efek oleh Donatus (1995) dapat dilihat pada
gambar 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Obat A dan B
EFEK A = B (homoergi)
A atau B (heteroergi)
Antaraksi
EFEK
Penghambatan (inhibisi)
Penguatan (potensiasi)
sama (homodinami)
beda (heterodinami)
Antaraksi
Antaraksi
EFEK EFEK
Penambahan (adisi)
Penghambatan (inhibisi)
Penguatan (potensiasi)
• Penambahan infra (< penambahan sederhana)
• Penambahan sederhana (= penambahan sederhana)
• Penambahan supra (> penambahan sederhana)
Antagonisme
Sinergisme
MEKANISME ?
Gambar 6. Rangkuman penggolongan antaraksi obat berdasarkan perubahan efek (Donatus, 1995)
F. Metode Uji Daya Antiinflamasi
Secara umum, model inflamasi dibedakan menjadi dua, sesuai dengan
jenis inflamasi, yaitu model inflamasi akut dan model inflamasi kronik. Inflamasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
akut dapat dibuat dengan berbagai cara, yaitu dengan induksi udema kaki tikus,
pembentukan eritrema (respon kemerahan) dan pembentukan eksudasi inflamasi,
sedangkan inflamasi kronis dibuat dengan pembentukan granuloma dan induksi
arthritis (Gryglewski, 1977).
Beberapa metode yang dapat dipakai untuk mengukur daya antiinflamasi
adalah sebagai berikut ini:
1. Uji eritrema
Eritrema (kemerahan) merupakan tanda awal dari reaksi inflamasi.
Timbulnya eritrema adalah akibat dari terjadinya sejumlah iritan kimiawi seperti
xylem, minyak kroton, vesikan, histamin dan bradikinin (Gryglewski, 1977).
Eritrema ini dapat diamati dua jam setelah kulit diradiasi dengan sinar UV.
Kelemahan metode ini adalah eritrema dapat dihambat oleh obat yang kerjanya
tidak menghambat sintesa prostaglandin (Turner, 1965).
2. Induksi udema telapak kaki belakang
Pada umumnya iritan yang banyak digunakan untuk menginduksi udema
kaki tikus yang adalah karagenin. Karagenin merupakan suatu polisakarida sulfat
yang diekstraksi dari lumut Irlandia Chindrus cripus.. Pada fase serotonin (5-
hidroksi triptamin) dari sel mast dan diikuti dengan dibentuknya kinin dalam
aliran darah. Mediator-mediator tersebut mengakibatkan gangguan pembuluh
darah dalam jaringan terinflamasi. Keuntungan metode ini antara lain cepat
(waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama) dan pengukuran volume kaki dapat
dilakukan dengan lebih akurat dan objektif, mudah dilakukan karena caranya
mudah diamati atau visible. Kekurangan metode ini adalah jika ada kesalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
teknik penyuntikan pada telapak kaki tikus atau jika penyuntikan karagenin secara
subplantar tersebut tidak menjamin pembentukan volume udema yang seragam
pada hewan percobaan, akan dapat mempengaruhi nilai simpangan pada masing-
masing kelompok tikus yang cukup besar (Gryglewski, 1977).
3. Tes granuloma
Hewan uji berupa tikus putih betina galur wistar diinjeksi bagian
punggung secara subkutan dengan 10-25 ml udara, kemudian 0,50 ml minyak
kapas sebagai senyawa yang sama. Pada hari kedua setelah pembentukan kantong,
udara dihampakan. Pada hari keempat, kantung dibuka dan cairan eksudat disedot,
selanjutnya diukur volume cairannya. Model percobaan ini lebih sensitif untuk uji
obat anti inflamasi steroid daripada nonsteroid (Turner, 1965).
4. Induksi arthritis
Uji ini dilakukan dengan injeksi subkutan ataupun intrakutan disuspensi
Mycobacterium butyricum dalam minyak mineral. Respon inflamasi lokal
ditunjukkan dengan terbentuknya udema yang diikuti dengan timbulnya penyakit
sistemik imun yang memberikan gejala pembengkakan tungkai dan lengan,
hiperpireksia lokal dan munculnya benjolan pada telinga dan ekor (Gryglewski,
1977).
G. Landasan Teori
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat
mikrobiologik. Inflamasi dicetuskan oleh pelepasan mediator kimiawi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
jaringan yang rusak dan migrasi sel (Mycek, 2001). Reaksi inflamasi yang
diinduksi karagenin mempunyai dua fase: fase awal dan akhir. Fase awal berakhir
setelah 60 menit dan dihubungkan dengan pelepasan histamin, serotonin, dan
bradikinin. Fase akhir terjadi antara 60 menit setelah injeksi dan berakhir setelah
tiga jam. Fase ini dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin dan neutrofil yang
menghasilkan radikal bebas, seperti hidrogen peroksida, superoksida, dan radikal
hidroksil (Suleyman, 2004).
Natrium diklofenak, sebagai OAINS, memiliki mekanisme menghambat
kerja enzim siklooksigenase, juga mengurangi bioavailabilitas asam arakidonat
(Katzung, 2001), maka dengan demikian ia mempunyai kemampuan untuk
meringankan gejala inflamasi. Fakta mengungkapkan bahwa dengan mencegah
perubahan bentuk asam arakidonat melalui siklooksigenase, AINS menyebabkan
lebih banyak substrat untuk dimetabolisme melalui jalur lipoksigenase sehingga
terjadi peningkatan pembentukan leukotrien (Katzung, 2001). Sedangkan beta
karoten terbukti memiliki efek antiinflamasi (Utami, 2006) terkait dengan
aktivitasnya sebagai antioksidan. Beta karoten akan menghambat oksidasi asam
arakidonat sehingga tidak terbentuk oksigen reaktif yang memicu terjadinya
peradangan dan menurunkan aktivitas enzim lipoksigenase (Lieber and Leo,
1999) sehingga tidak menghasilkan leukotrien yang dapat mengaktivasi lekosit
untuk memacu terjadinya peradangan, dan proses inflamasi dapat dihambat.
Ketika obat-obat dengan efek-efek farmakologis yang serupa diberikan
secara bersamaan, biasanya tampak suatu respon aditif atau sinergis. Kedua obat
tidak atau dapat bekerja pada reseptor yang sama untuk menimbulkan efek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(Katzung, 2001). Baik natrium diklofenak maupun beta karoten sama-sama
memiliki efek antiinflamasi. Dengan adanya kesamaan efek farmakologis dari
kedua senyawa ini, diharapkan dapat terjadi respon yang aditif atau sinergis
apabila keduanya diberikan secara bersamaan.
H. Hipotesis
Beta karoten yang diberikan sebelum natrium diklofenak dapat
meningkatkan daya antiinflamasi natrium diklofenak karena aktivitasnya sebagai
antioksidan dapat menghambat proses inflamasi pada jalur yang tidak dihambat
oleh natrium diklofenak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian beta karoten terhadap daya
antiinflamasi natrium diklofenak pada mencit putih jantan merupakan jenis
penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap
pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
a. Variabel bebas : dosis beta karoten.
b. Variabel tergantung : persentase daya anti inflamasi.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali
i. Galur mencit, yaitu galur Swiss.
ii. Jenis kelamin, mencit yang digunakan adalah mencit jantan.
iii. Umur mencit, yang digunakan adalah mencit berumur 2-3 bulan.
iv. Berat badan mencit, yaitu 20-30 gram.
b. Variabel pengacau tak terkendali
Kondisi patologis hewan uji.
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
3. Definisi operasional
a. Dosis beta karoten
Dosis beta karoten yaitu sejumlah (mg) beta karoten tiap satu satuan
kg berat badan subyek uji.
b. Persentase daya anti inflamasi
Persentase daya antiinflamasi adalah besarnya (%) daya antiinflamasi
pada kelompok perlakuan yang dapat diamati dengan menghitung bobot
udema yang ditimbulkan oleh senyawa penginduksi udem (karagenin 1%).
C. Subyek dan Bahan penelitian
1. Subyek penelitian
Subyek uji yang digunakan berupa mencit jantan galur Swiss, umur 2-3
bulan dengan berat badan berkisar antara 20-30 gram diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
2. Bahan penelitian
Penelitian ini menggunakan bahan-bahan sebagai berikut ini.
a) Beta karoten (Sigma Chemical Co).
b) Natrium diklofenak (Wenzhou Pharmaceutical Factory) merek BP98 yang
diperoleh dari PT. Fahrenheit, Tangerang
c) Karagenin tipe I (Sigma Chemical Co) sebagai peradang yang diperoleh
dari Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
d) NaCl Fisiologis yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi, Fakultas
Faramasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
e) Minyak kelapa sebagai pelarut beta karoten, diperoleh dari pasar
tradisional.
f) Aquades diperoleh dari Laboratorium Farmakalogi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
D. Alat penelitian
Alat yang digunakan untuk uji daya antiinflamasi terdiri dari: alat-alat gelas
(gelas beker, pipet tetes, pengaduk kaca, labu takar, labu ukur); neraca analitik
merek Metler Toledo tipe AB 204, Germany; spuit injeksi subplantar (0,1-1,0)
merek Terumo; spuit oral (0,1-1,0); gunting bedah.
E. Tatacara Penelitian
1. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan, galur
Swiss, usia 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram. Sebelum digunakan, mencit
dipuasakan 24 jam dan tetap diberi minum. Kelompok orientasi terdiri dari 3 ekor
hewan uji dan kelompok perlakuan terdiri dari 5 ekor hewan uji.
2. Penetapan dosis karagenin
Diketahui konsentrasi karagenin yang digunakan adalah 1% dan volume
pemberian adalah 0,05 ml (Williamson, 1996). Berat mencit rata-rata 20 gram,
maka:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Dosis karagenin = BBkg
mlmgml02,0
100/100005,0 ×
= BBkgmg /25
3. Pembuatan suspensi karagenin
Timbang 100 mg karagenin, kemudian larutkan dalam 10 ml larutan NaCl
fisiologis (0,9%) sehingga diperoleh konsentrasi suspensi 1%. Agar bisa
digunakan kembali, suspensi karagenin disimpan dalam freezer pada suhu – 15oC.
4. Penetapan dosis natrium diklofenak
Dosis natrium diklofenak yang digunakan pada uji pendahuluan adalah
3,36 mg/kg BB; 4,48 mg/kg BB; 5,6 mg/kg BB (Maryanto, 1997). Perhitungan
dosis:
Dosis I
dosis untuk tikus 250 g = 30 mg/kg BB
dosis untuk tikus 200 g = g
BBkgmgg250
/30200 ×
= 24 mg/kg BB
Konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 gram = 0,14 x 24 mg/kg BB
= 3,36 mg/kg BB
Dosis II
dosis untuk tikus 250 g = 40 mg/kg BB
dosis untuk tikus 200 g = g
BBkgmgg250
/40200 ×
= 32 mg/kg BB
Konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 gram = 0,14 x 32 mg/kg BB
= 4,48 mg/kg BB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Dosis III
dosis untuk tikus 250 g = 50 mg/kg BB
dosis untuk tikus 200 g = g
BBkgmgg250
/50200 ×
= 40 mg/kg BB
Konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 gram = 0,14 x 40 mg/kg BB
= 5,6 mg/kg BB
5. Pembuatan larutan natrium diklofenak
Serbuk natrium diklofenak ditimbang seksama 9 mg lalu dilarutkan dalam
aquades hingga volume 50 ml sehingga diperoleh konsentrasi larutan natrium
diklofenak sebesar 0,18 mg/ml.
6. Penetapan dosis beta karoten
Dosis tertinggi beta karoten yang digunakan mengacu pada penelitian Wijoyo
(2001), di mana pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa dosis sari wortel
22,5ml/kg BB setara dengan 1,845 mg/kg BB beta karoten. Berdasarkan dosis
tersebut, ditetapkan 4 peringkat dosis yaitu 0,6523; 0,9225; 1,3046 dan 1,845
mg/kg BB.
7. Orientasi rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% subplantar
Hewan uji dibagi 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3 ekor. Diberi
perlakuan pada kaki kiri bagian belakang diinjeksi 0,05 ml suspensi karagenin 1%
secara subplantar sedangkan kaki kanan bagian belakang hanya disuntik dengan
spuit injeksi subplantar tanpa suspensi karagenin 1%. Selanjutnya tiap kelompok
hewan uji dikorbankan pada selang waktu tertentu yaitu: 1, 2, 3, dan 4 jam.
Setelah injeksi karagenin subplantar, kedua kaki belakang dipotong pada sendi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
torsocrural kemudian ditimbang. Waktu pemotongan kaki ditentukan pada saat
kaki mengalami peningkatan udem yang berarti.
8. Orientasi dosis efektif natrium diklofenak
Hewan uji dibagi dalam 3 kelompok, tiap kelompok 3 ekor diberi perlakuan
Na-diklofenak per oral dengan dosis yang berbeda-beda. Kelompok I dengan
dosis 3,36 mg/kg BB. Kelompok II dengan dosis 4,48 mg/kg BB, dan kelompok
III dengan dosis 5,6 mg/kg BB. Kemudian kaki kiri bagian belakang diinjeksi
0,05 ml suspensi karagenin 1% subplantar, sedangkan kaki kanan hanya disuntik
dengan injeksi secara subplantar tanpa suspensi karagenin 1%. Beberapa lama
kemudian mencit dikorbankan, kedua kaki belakangnya dipotong pada sendi
torsocrural kemudian ditimbang. Dosis efektif natrium diklofenak didapat dari
penurunan udem yang berarti.
9. Orientasi waktu pemberian natrium diklofenak
Hewan uji dibagi dalam 4 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 3 ekor, diberi
perlakuan dengan dosis efektif diklofenak secara per oral dalam rentang waktu
tertentu. Tiap kelompok diberi natrium diklofenak dengan interval waktu 15, 30,
45, dan 60 menit sebelum diinjeksi karagenin. Setelah diinjeksi natrium
diklofenak dengan dosis efektif, tiap kelompok mencit disuntik subplantar 0,05 ml
karagenin 1% pada telapak kaki kiri dan telapak kaki kanan sebagai kontrol hanya
disuntik tanpa diberi karagenin. Setelah itu kedua kaki dipotong pada sendi
torsocrucal lalu ditimbang. Waktu pemberian larutan natrium diklofenak yang
digunakan adalah pada saat udema kaki mencit mengalami penurunan yang
berarti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
10. Orientasi pemberian beta karoten terhadap natrium diklofenak
Hewan uji dibagi dalam 4 kelompok dengan jumlah 3 ekor setiap
kelompoknya. Tiap kelompok diberi beta karoten dengan interval waktu 15, 30,
45, dan 60 menit sebelum diberi natrium diklofenak. Setelah diinjeksi natrium
diklofenak dengan dosis efektif, tiap kelompok mencit disuntik subplantar 0,05 ml
karagenin 1% pada telapak kaki kiri dengan telapak kaki kanan sebagai kontrol.
Setelah itu kedua kaki dipotong pada sendi torsocrucal lalu ditimbang. Waktu
pemberian larutan natrium diklofenak yang digunakan adalah pada saat udema
kaki mencit mengalami penurunan yang berarti.
11. Perlakuan hewan uji
Mencit yang dibutuhkan 40 ekor. Sebelum digunakan mencit dipuasakan 24
jam, tetapi tetap diberi minum. Kelompok perlakuan terdiri dari 8 kelompok,
masing-masing menggunakan 5 ekor hewan uji. Kelompok I merupakan
kelompok kontrol negatif karagenin. Kelompok II adalah kelompok kontrol
pelarut aquades. Kelompok III adalah kelompok kontrol minyak kelapa, sebagai
pelarut beta karoten. Kelompok IV adalah kelompok kontrol natrium diklofenak
dengan dosis sesuai orientasi. Kelompok V, VI, VII, VIII sebagai kelompok
perlakuan dengan pemberian natrium diklofenak dengan selang waktu sesuai
orientasi. Kemudian diinjeksi 0,05 ml suspensi karagenin 1% dan dikurbankan
kedua kaki belakang dipotong pada sendi torsocrural, kemudian ditimbang.
12. Perhitungan daya antiinflamasi
Data yang diperoleh dari hasil penimbangan berat kaki belakang mencit
digunakan untuk mengetahui daya anti inflamasi. Dengan berprinsip pada metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Langford et al (1972), untuk menghitung persen (%) respon antiinflamasi
digunakan rumus sebagai berikut :
% respon antiinflamasi = ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ ×
− %100U
DU
Keterangan :
U : harga rata-rata berat kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat
kaki normal (kaki kanan)
D : harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rata
berat kaki normal (kaki kanan)
Untuk mengetahui potensi relatif efek antiinflamasi beta karoten terhadap
natrium diklofenak sebagai kontrol positif digunakan rumus:
Potensi relatif efek antiinflamasi = %100×⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
DAdDAp
Keterangan:
DAp = % efek antiinflamasi kelompok perlakuan
DAd = % efek antiinflamasi larutan natrium diklofenak
F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dari perhitungan prosentase respon antiinflamasi
kelompok perlakuan beta karoten dengan natrium diklofenak dibandingkan
dengan kontrolnya. Diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui
homogenitas data yang diperoleh. Dianalisis secara statistik menggunakan
ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95%, dilanjutkan dengan Uji
Scheffe.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi orientasi
waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1% subplantar, orientasi dosis
efektif natrium diklofenak, orientasi waktu pemberian natrium diklofenak, dan
orientasi waktu pemberian beta karoten terhadap natrium diklofenak. Uji-uji
pendahuluan tersebut dilakukan untuk memvalidasi metode uji efek antiinflamasi
yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Orientasi waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1%
subplantar
Orientasi ini dilakukan untuk menentukan waktu pemotongan kaki yang
tepat setelah dilakukan injeksi larutan karagenin 1% secara subplantar, yaitu pada
saat udema yang dihasilkan maksimal. Rentang waktu yang digunakan adalah 1, 2, 3,
dan 4 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar. Dari orientasi ini diperoleh data
bobot udema kaki mencit yang kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas distribusi data. Data terdistribusi
normal jika probabilitasnya >0,05, sedangkan jika probabilitasnya <0,05 maka data
terdistribusi tidak normal. Jika data terdistribusi normal, dapat dilanjutkan dengan uji
Anava satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan di antara setiap kelompok. Jika probabilitas yang diperoleh <0,05 berarti
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
ada perbedaan antar kelompok dan analisis data dapat dilanjutkan ke uji Scheffe
untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak secara statistik. Jika
probabilitas yang diperoleh >0,05 berarti tidak ada perbedaan antar kelompok. Hasil
orientasi waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1% subplantar
dapat dilihat pada gambar 2 dan tabel I.
Tabel I. Hasil uji Scheffe orientasi waktu pemotongan kaki mencit setelah injeksi karagenin 1% suplantar
Kelompok Waktu
Pemotongan Kaki
Bobot udema rata-rata (g) (X±SE)
Waktu Pembanding Probabilitas
I 1 jam 0,0261 ± 0,1133 2 jam 3 jam 4 jam
0,976 tb0,832 tb0,014 b
II 2 jam 0,0225 ± 0,0015 1 jam 3 jam 4 jam
0,976 tb0,614 tb0,008 b
III 3 jam 0,0338 ± 0,0013 1 jam 2 jam 4 jam
0,832 tb0,614 tb0,046 b
IV 4 jam 0,0630 ± 0,0040 1 jam 2 jam 3 jam
0,014 b0,008 b0,046 b
Keterangan: X = mean bobot udema kaki mencit SE = Standard Error (n = 3) b = berbeda bermakna (p<0,05) tb = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Pada gambar 6 terlihat bahwa bobot udema kaki mencit maksimal dicapai
pada waktu 4 jam setelah injeksi karagenin 1% subplantar. Hasil analisis dengan uji
Scheffe juga menunjukkan bahwa mean bobot udema kaki mencit pada jam ke-4
mempunyai perbedaan yang bermakna dengan mean bobot udema kaki mencit pada
jam ke-1, 2, dan 3. Dengan demikian, diasumsikan bahwa efek karagenin 1% sebagai
zat penimbul radang maksimal pada jam ke-4 setelah injeksi secara subplantar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0 1 2 3 4 5Waktu Pemotongan Kaki (jam)
Mea
n B
obot
Ude
ma
(g)
Gambar 7. Grafik mean bobot udema kaki mencit
setelah injeksi karagenin 1% subplantar pada selang waktu tertentu
2. Orientasi dosis efektif natrium diklofenak
Tujuan orientasi dosis efektif natrium diklofenak ini untuk menetapkan
dosis natrium diklofenak yang paling efektif dalam menurunkan udema pada kaki
mencit. Dosis natrium diklofenak yang digunakan, yaitu 4,48 mg/kg BB, 3,36 mg/kg
BB dan 5,6 mg/kg BB. Pemilihan peringkat dosis ini didasarkan pada penelitian
sebelumnya oleh Ibrahim dkk cit. Maryanto (1997). Menurut penelitian tersebut,
dosis efektif natrium diklofenak untuk tikus dengan BB 250 g adalah 40 mg/kg BB.
Dari hasil perhitungan didapat dosis natrium diklofenak untuk mencit dengan BB
20g adalah 4,48 mg/kg BB. Untuk mengetahui apakah pada dosis tersebut efektif
juga bila digunakan pada mencit maka dilakukan orientasi dengan menambah dua
dosis lainnya (3,36 dan 5,6 mg/kg BB).
Hasil orientasi dosis efektif natrium diklofenak ini berupa data mean bobot
udema kaki mencit, seperti terlihat pada gambar 7. Mean udema terbesar kaki mencit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
ditimbulkan oleh dosis natrium diklofenak 3,36 mg/kg BB, sedangkan mean udema
terkecil ditimbulkan oleh dosis 4,48 mg/kg BB.
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0,08M
ean
Bobo
t Ude
ma
(g)
3,36 4,48 5,6
Dosis Natrium Diklofenak (mg/kg BB)
Gambar 8. Grafik mean bobot udema kaki mencit setelah pemberian natrium diklofenak dalam tiga peringkat dosis
Data hasil orientasi ini dianalisis dengan statistik menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan uji Anava satu arah dan uji Scheffe.
Tabel II. Hasil uji Scheffe orientasi dosis efektif natrium diklofenak
Kelompok Dosis Natrium Diklofenak
Bobot udema rata-rata (g)
(X±SE)
Dosis Pembanding Probabilitas
I 3,36 mg/kg BB 0,0769 ± 0,0026 4,48 mg/kg BB 5,6 mg/kg BB
0,003 b0,021 b
II 4,48 mg/kg BB 0,0336 ± 0,0069 3,36 mg/kg BB 5,6 mg/kg BB
0,003 b0,202 tb
III 5,6 mg/kg BB 0,0484 ± 0,0047 3,36 mg/kg BB 4,48 mg/kg BB
0,021 b0,202 tb
Keterangan: X = mean bobot udema kaki mencit SE = Standard Error (n = 3) b = berbeda bermakna (p<0,05) tb = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara mean bobot udema kaki
mencit yang diberi natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB dengan dosis 3,36
mg/kg BB dan antara dosis 5,6 mg/kg BB dengan dosis 3,36 mg/kg BB, sedangkan
antara dosis 4,48 mg/kg BB dan 5,6 mg/kg BB tidak ada perbedaan yang bermakna
secara statistik. Dosis 4,48 mg/kg BB ditetapkan sebagai dosis efektif dalam
percobaan ini karena efek penurunan udema yang dihasilkan oleh natrium diklofenak
pada dosis ini paling besar walaupun secara statistik perbedaannya tidak bermakna
dengan dosis 5,6 mg/kg BB.
3. Orientasi waktu pemberian natrium diklofenak
Selanjutnya dilakukan orientasi waktu pemberian natrium diklofenak untuk
menentukan kapan waktu pemberian natrium diklofenak yang paling efektif dalam
menurunkan udema yang ditimbulkan oleh injeksi subplantar kargenin 1%. Rentang
waktu yang digunakan adalah 15, 30, 45, dan 60 menit sebelum injeksi karagenin
1%. Dosis natrium diklofenak yang digunakan dalam orientasi ini adalah dosis
efektif natrium diklofenak hasil orientasi sebelumnya, yaitu 4,48 mg/kg BB.
Hasil orientasi waktu pemberian natrium diklofenak berupa data mean bobot
udema kaki mencit, dapat dilihat pada gambar 8. Data mean bobot udema ini
kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov,
dilanjutkan dengan uji Anava satu arah dan uji Scheffe. Hasil analisis dapat dilihat
pada tabel 3. Hasil statistik tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna (p<0,05) antara waktu 15 dan 45 menit, antara 15 dan 60 menit, antara 30
dan 45 menit, serta antara 30 dan 60 menit. Sedangkan antara waktu 15 dan 30 menit
serta antara 45 dan 60 menit tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Mean bobot udema paling kecil diperlihatkan pada waktu 60 menit, tetapi tetap
dipilih waktu 45 menit sebagai waktu efektif pemberian natrium diklofenak dengan
alasan penghematan waktu.
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0 15 30 45 60 7
Waktu Pemberian Natrium Diklofenak (menit)
Mea
n B
obot
Ude
ma
(g)
5
Gambar 9. Grafik mean bobot udema kaki mencit setelah pemberian natrium
diklofenak dengan dosis efektif pada selang waktu tertentu
Tabel III. Hasil uji Scheffe orientasi waktu pemberian natrium diklofenak pada dosis efektifnya
Kelompok Waktu Pemberian
Bobot udema rata-rata (g) (X±SE)
Waktu Pembanding Probabilitas
I 15 menit 0,0634 ± 0,1133 30 menit 45 menit 60 menit
0,999 tb0,001 b0,001 b
II 30 menit 0,0638 ± 0,0015 15 menit 45 menit 60 menit
0,999 tb0,001 b0,001 b
III 45 menit 0,0421 ± 0,0013 15 menit 30 menit 60 menit
0,001 b0,001 b0,878 tb
IV 60 menit 0,0394 ± 0,0040 15 menit 30 menit 45 menit
0,001 b0,001 b0,878 tb
Keterangan: X = mean bobot udema kaki mencit SE = Standard Error (n = 3) b = berbeda bermakna (p<0,05) tb = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
4. Orientasi waktu pemberian beta karoten terhadap natrium diklofenak
Orientasi ini bertujuan untuk menentukan kapan sebaiknya pemberian beta
karoten dilakukan sebelum pemberian natrium diklofenak. Dalam penelitian ini, beta
karoten diberikan dengan selang waktu pemberian 15, 30, 45, dan 60 menit sebelum
pemberian natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB. Waktu pemberian yang optimal
ditentukan pada saat bobot udema kaki mencit mencapai minimum. Hasilnya dapat
dilihat pada gambar 9.
0
0,02
0,04
0,06
0,08
15 30 45 60Waktu Pemberian (menit)
Mea
n B
obot
Ude
ma
(g)
Gambar 10. Grafik mean bobot udema kaki mencit setelah pemberian beta karoten
pada selang waktu tertentu terhadap natrium diklofenak
Pada gambar 9 dapat dilihat bahwa bobot udema kaki mencit tercapai pada
menit ke-15. Data mean bobot udema yang didapat dianalisis secara statistik
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan dengan uji Anava satu arah dan
uji Scheffe. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel IV. Hasil statistik tersebut
menujukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara waktu
pemberian beta karoten 15 menit sebelum natrium diklofenak dengan waktu
pemberian beta karoten 30 menit dan 45 menit sebelum natrium diklofenak.
Sedangkan antara selang waktu pemberian beta karoten 15 menit dan 60 menit
sebelum natrium diklofenak tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik. Ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
menunjukkan bahwa efek penurunan bobot udema kaki mencit akibat pemberian beta
karoten 15 menit dan 60 menit sebelum natrium diklofenak adalah sama. Namun,
tetap dipilih waktu pemberian beta karoten 15 menit sebelum natrium diklofenak
dengan alasan penghematan waktu dan bobot udema kaki mencit yang terukur adalah
paling kecil.
Tabel IV. Hasil uji Scheffe orientasi waktu pemberian beta karoten terhadap natrium diklofenak
Kelompok Waktu Pemberian
Bobot udema rata-rata (g) (X±SE)
Waktu Pembanding Probabilitas
I 15 menit 0,0411 ± 0,0029 30 menit 45 menit 60 menit
0,000 b0,006 b0,089 tb
II 30 menit 0,0725 ± 0,0026 15 menit 45 menit 60 menit
0,000 b0,012 b0,001 b
III 45 menit 0,0578 ± 0,0003 15 menit 30 menit 60 menit
0,006 b0,012 b0,260 tb
IV 60 menit 0,0508 ± 0,0023 15 menit 30 menit 45 menit
0,089 tb0,001 b0,260 tb
Keterangan: X = mean bobot udema kaki mencit SE = Standard Error (n = 3) b = berbeda bermakna (p<0,05) tb = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
B. Uji Daya Antiinflamasi
Uji daya antiinflamasi ini bertujuan untuk mengamati ada atau tidaknya
pengaruh pemberian beta karoten beberapa saat sebelum pemberian natrium
diklofenak terhadap daya antiinflamasi natrium diklofenak sebagai kontrol positif,
sekaligus menentukan besarnya pengaruh tersebut. Daya antiinflamasi yang
dimaksud adalah kemampuan untuk mengurangi udema pada kaki hewan uji akibat
injeksi karagenin 1% subplantar. Metode uji yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode induksi udema pada telapak kaki belakang mencit oleh karagenin
yang telah dimodifikasi (Langford dkk, 1972). Alasan menggunakan metode ini
karena merupakan metode yang sederhana dari segi perlakuan, pengamatan,
pengukuran, dan pengolahan data serta murah dari segi peralatan dan bahan yang
digunakan. Sebagai zat penginduksi udema, digunakan karagenin karena udema yang
dihasilkan reproduksibel dan tidak merusak jaringan. Karagenin juga merupakan
salah satu iritan penginduksi udema yang paling banyak digunakan untuk
memprediksi efektifitas potensial obat-obat antiinflamasi karena proses induksi
udema yang ditimbulkannya bergantung pada reaksi siklooksigenase, melalui 2 fase,
yaitu fase awal dan akhir. Fase awal terjadi sekitar 60 menit setelah induksi
karagenin, di mana terjadi pelepasan histamin, serotonin dan bradikinin. Fase akhir
berlangsung selama 60 menit setelah injeksi sampai kurang lebih 3 jam. Fase ini
berhubungan dengan pelepasan radikal bebas neutrofil seperti hidrogen peroksida,
superoksida, radikal hidroksil serta prostaglandin (Suleyman dkk., 2004).
Dalam uji daya antiinflamasi ini digunakan 4 kelompok kontrol. Kontrol
pertama adalah kontrol negatif karagenin 1%. Pengujian pada kontrol negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
karagenin ini dilakukan untuk melihat seberapa besar bobot udema yang dapat
ditimbulkan oleh zat penginduksi udema ini tanpa perlakuan apapun. Kontrol kedua
adalah kontrol negatif aquades, yang digunakan untuk melihat apakah aquades
sebagai pelarut natrium diklofenak juga dapat memberikan efek antiinflamasi.
Kontrol ketiga adalah kontrol minyak kelapa, untuk melihat apakah minyak kelapa
sebagai pelarut beta karoten ikut mempengaruhi efek antiinflamasi pada kelompok
perlakuan. Kelompok perlakuan dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan
peringkat dosis beta karoten, yaitu 0,6523; 0,9225; 1,3046 dan 1,845 mg/kg BB,
yang dikombinasikan dengan natrium dikofenak dosis 4,48 mg/kg BB. Berdasarkan
uji pendahuluan, pemberian beta karoten dilakukan 15 menit sebelum pemberian
natrium diklofenak.
Hasil uji daya antiinflamasi ini berupa data bobot udema kaki mencit.
Berikut ini adalah data mean bobot udema kaki mencit hasil uji daya antiinflamasi
pada kelompok kontrol dan perlakuan.
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
Mea
n B
obot
Ude
ma
(g)
1 2 3 4 5 6 7 8
Kelompok Perlakuan
Gambar 11. Grafik mean bobot udema kaki mencit pada kelompok perlakuan
disertai kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
0
10
20
30
40
Daya
Ant
i-inf
lam
asi
(%)
1 2 3 4 5 6 7 8Kelompok Perlakuan
Gambar 12. Grafik % daya antiinflamasi kelompok perlakuan
disertai kontrol
Keterangan gambar 10 dan gambar 11:
1 = kelompok kontrol (-) karagenin 1% 2 = kelompok kontrol (-) aquadest 3 = kelompok kontrol (-) minyak kelapa 4 = kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 5 = kelompok perlakuan beta karoten 0,6523 mg/kg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mg/kg BB 6 = kelompok perlakuan beta karoten 0,9225 mg/kg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mg/kg BB 7 = kelompok perlakuan beta karoten 1,3046 mg/kg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mg/kg BB 8 = kelompok perlakuan beta karoten 1,8450 mg/kg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mg/kg BB
Tabel V. Data mean bobot udema dan persentase daya antiinflamasi kelompok perlakuan beserta kontrol
Kelompok perlakuan disertai kelompok kontrol
Mean bobot udema (g) ± SE
Daya antiinflamasi
(%) Kontrol karagenin 0,0862 ± 0,0052 - Kontrol aquades 0,0804 ± 0,0038 6,795 Kontrol minyak kelapa 0,0649 ± 0,0019 24,791 Kontrol natrium diklofenak 0,0551 ± 0,0022 36,132 Beta karoten 0,6523 mg/kg BB *) 0,0772 ± 0,0042 10,529 Beta karoten 0,9225 mg/kg BB *) 0,0540 ± 0,0039 37,384 Beta karoten 1,3046 mg/kg BB *) 0,0614 ± 0,0051 28,850 Beta karoten 1,8450 mg/kg BB *) 0,0655 ± 0,0026 24,096 *) diberikan 15 menit sebelum natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel VI. Rangkuman hasil anava satu arah, dengan taraf kepercayaan 95%, persentase daya antiinflamasi kelompok perlakuan beserta kontrol
Keterangan Df F Probabilitas (P)
Daya antiinflamasi antar kelompok perlakuan beserta kontrol 7 9,559 0,000
Tabel VII. Rangkuman hasil uji Scheffe mengenai % daya antiinflamasi kelompok perlakuan disertai kontrol
% Daya Antiinflamasi terhadap Kelompok Pembanding Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8
1 - tb tb b tb b b tb 2 tb - tb b tb b tb tb 3 tb tb - tb tb tb tb tb 4 b b tb - b tb tb tb 5 tb tb tb b - b tb tb 6 b b tb tb b - tb tb 7 b tb tb tb tb tb - tb 8 tb tb tb tb tb tb tb -
Keterangan gambar dan tabel: 1 = kelompok kontrol (-) karagenin 1% 2 = kelompok kontrol (-) aquadest 3 = kelompok kontrol (-) minyak kelapa 4 = kelompok kontrol (+) natrium diklofenak 5 = kelompok perlakuan beta karoten 0,6523 mg/kg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mg/kg BB 6 = kelompok perlakuan beta karoten 0,9225 mg/kg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mg/kg BB 7 = kelompok perlakuan beta karoten 1,3046 mg/kg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mg/kg BB 8 = kelompok perlakuan beta karoten 1,8450 mg/kg BB dengan natrium diklofenak
4,48 mg/kg BB b = berbeda bermakna (p<0,05) tb = berbeda tidak bermakna (p>0,05) DA = daya antiinflamasi Pada gambar 10, mean bobot udema kaki mencit yang terjadi pada kontrol
negatif karagenin 1% dan kontrol negatif aquades terlihat tidak berbeda jauh. Selain
itu, berdasarkan hasil uji Sceffe mengenai % daya antiinflamasi (tabel VIII), kontrol
aquades juga menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna dengan kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
karagenin 1%. Dapat diasumsikan bahwa aquades sebagai pelarut natrium diklofenak
tidak memiliki efek antiinflamasi.
Berbeda dengan kontrol aquades, kelompok kontrol minyak kelapa
meperlihatkan persentase daya antiinflamasi yang cukup tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol negatif lainnya, seperti terlihat pada gambar 11 dan tabel VI.
Walaupun pada hasil uji Scheffe (tabel VIII) kontrol minyak kelapa berbeda secara
tidak bermakna dengan kontrol karagenin, namun dapat diasumsikan bahwa minyak
kelapa sebagai pelarut beta karoten juga memiliki efek antiinflamasi dan turut
menyumbang efek penurunan bobot udema pada kelompok perlakuan. Oleh karena
itu, persentase daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan dikurangi persentase
daya antiinflamasi minyak kelapa untuk mendapatkan persentase daya antiinflamasi
kelompok perlakuan yang sesungguhnya. Persentase daya antiinflamasi kelompok
perlakuan sebelum dikurangi % daya antiinflamasi minyak kelapa adalah 10,529%;
37,384%; 28,850%; dan 24,096%. Setelah dikurangi dengan % daya antiinflamasi
minyak kelapa, % daya antiinflamasinya menjadi -14,262%; 12,593%; 4,058%; dan
-0,696%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
-15
-10
-5
0
5
10
15
Day
a A
nti-i
nfla
mas
i (%
)
1 2 3 4
Kelompok perlakuan
Gambar 13. Grafik % daya antiinflamasi kelompok perlakuan
setelah dikurangi kontrol minyak kelapa
Keterangan:
1 = kelompok perlakuan beta karoten 0,6523 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
2 = kelompok perlakuan beta karoten 0,9225 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
3 = kelompok perlakuan beta karoten 1,3046 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
4 = kelompok perlakuan beta karoten 1,8450 mg/kg BB dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
Beta karoten dapat mengurangi inflamasi dengan cara menangkap radikal
bebas yang muncul selama proses inflamasi berlangsung, yaitu pada proses oksidasi
asam arakhidonat menjadi endoperoksidnya (Lieber dan Leo, 1999). Pada penelitian
yang dilakukan oleh Utami (2006), beta karoten murni terbukti mampu menurunkan
bobot udema kaki mencit yang terinduksi karagenin 1%. Berdasarkan hasil tersebut,
disimpulkan bahwa beta karoten memiliki efek antiinflamasi dengan % daya
antiinflamasi pada dosis optimumnya (0,9225 mg/kg BB) sebesar 40,94%. Natrium
diklofenak, sebagai antiinflamasi nonsteroid, menghambat proses inflamasi dengan
cara mengahambat kerja enzim siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
terhambat (Wilmana, 1995). Daya antiinflamasi natrium diklofenak yang didapat
pada penelitian ini sebesar 36, 132%.
Baik beta karoten maupun natrium diklofenak, bila diberikan sebagai obat
tunggal, sama-sama memiliki efek mengurangi inflamasi. Bila keduanya digunakan
secara bersamaan dalam kombinasi sebagai antiinflamasi, interaksi yang diharapkan
terjadi di antara keduanya adalah efek penambahan (adisi) sederhana, di mana efek
dari penggunaan dua obat sama dengan efek obat pertama ditambah efek obat kedua.
Contoh perhitungan untuk penambahan sederhana:
% DA kontrol positif natrium diklofenak = 36,132 %
% DA beta karoten 0,9225 mg/kg BB = 40,94 % + (Utami, 2006)
77,072 %
Namun, berdasarkan hasil uji daya antiinflamasi dalam penelitian ini, persentase
daya antiinflamasi beta karoten 0,9225 mg/kg BB yang dikombinasikan dengan
natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB adalah 12,593 %. Jumlah ini lebih kecil dari efek
penambahan sederhana di atas. Efek penambahan ini disebut efek penambahan infra.
Disimpulkan bahwa interaksi yang terjadi akibat pemberian kedua obat ini
secara bersamaan dalam kombinasi adalah homoergi-heterodinami yang bersifat
antagonisme dengan luaran efek penambahan infra. Homoergi, karena efek masing-
masing obat (baik beta karoten maupun natrium diklofenak) memiliki efek yang
sama, yaitu mengurangi inflamasi. Heterodinami, karena efeknya dalam mengurangi
inflamasi melalui mekanisme yang berbeda. Natrium diklofenak mengurangi
inflamasi dengan menghambat kerja siklooksigenase (Tjay dan Rahardja, 2002),
sedangkan beta karoten mengurangi inflamasi dengan menangkap radikal bebas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
terbentuk pada proses inflamasi sehingga proses oksidasi asam arakidonat menjadi
endoperoksidnya terhambat (Paiva dan Russel, 1999; Lieber dan Leo, 1999).
Dalam penelitian ini, didapatkan % daya antiinflamasi kelompok perlakuan
(pemberian beta karoten 15 menit sebelum natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB) lebih
rendah daripada % daya antiinflamasi kontrol positifnya (natrium diklofenak). Bila
dibandingkan dengan penelitian Utami (2006) mengenai efek antiinflamasi beta
karoten, % daya antiinflamasi pada penggunaan beta karoten sebagai praperlakuan
natrium diklofenak juga lebih kecil daripada % efek antiinflamasi yang didapat dari
pemberian beta karoten murni.
Diduga ada beberapa kemungkinan interaksi yang terjadi akibat penggunaan
kedua jenis obat ini (beta karoten dan natrium diklofenak). Kemungkinan pertama
adalah terjadinya interaksi farmakodinamik, di mana terjadi perubahan efek obat
objek (natrium diklofenak) akibat adanya obat lain (beta karoten), telah dibahas di
atas. Kemungkinan kedua adalah terjadinya interaksi farmakokinetik, di mana
interaksi dapat terjadi sepanjang proses absorpsi, distribusi, metabolisme, maupun
ekskresi, mengingat bahwa selang waktu pemberian antar kedua senyawa cukup
singkat. Berdasarkan hasil orientasi, pemberian beta karoten dilakukan 15 menit
sebelum pemberian natrium diklofenak. Kemungkinan ketiga adalah terjadinya
interaksi farmasetik, terkait dengan penggunaan minyak kelapa sebagai pelarut beta
karoten. Kemungkinan interaksi ini terjadi pada saluran pencernaan, dengan
pertimbangan bahwa larutan beta karoten belum terabsorpsi sempurna pada saat
larutan natrium diklofenak dimasukkan ke dalam saluran pencernaan. Minyak kelapa
merupakan asam lemak jenuh sekitar 10 persen, didominasi oleh asam laurat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
memiliki rantai karbon 12, dan termasuk asam lemak rantai menengah alias medium
chain fatty acid (MFCA). Efek antiinflamasi minyak kelapa ini diduga berasal dari
kandungan antioksidan alaminya, yaitu antara lain vitamin E, yang juga memiliki
sifat sebagai antioksidan. Namun kemungkinan terjadinya interaksi farmakokinetik
dan farmasetik tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini.
Persentase daya antiinflamasi kelompok perlakuan di atas (tabel 9)
dibandingkan dengan % daya antiinflamasi natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
sehingga didapatkan potensi relatif daya antiinflamasi kelompok perlakuan terhadap
natrium diklofenak sebagai kontrol positif. Dengan demikian, potensi relatif daya
antiinflamasi natrium diklofenak adalah 100%. Hasil perbandingan tersebut dapat
dilihat pada lampiran 6.
C. Konversi Dosis Beta Karoten sebagai Antiinflamasi dari Mencit ke Manusia
Konversi ini bertujuan untuk mengetahui dosis beta karoten yang dapat
digunakan oleh manusia sebagai anti inflamasi. Dalam penelitian ini, dosis beta
karoten yang menunjukkan daya antiinflamasi yang optimal adalah pada dosis
0,9225 mg/kg BB. Konversi dosis dari mencit 20 g ke manusia 70 kg adalah sebagai
berikut:
Faktor konversi dosis dari mencit 20 g ke manusia 70 kg = 387,9 (Laurence &
Bacarach, 1964 cit Anonim, 2005).
Dosis pada manusia 70 kg = dosis beta karoten pada mencit ××1000
20 faktor konversi
= 0,9225 mg/kg BB ××1000
20 387,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
= 7,16 mg
≈ 7,2 mg
Jadi, dosis beta karoten sebagai antiinflamasi pada manusia 70 kg adalah 7,2 mg.
D. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian lain
Penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Utami (2006) mengenai efek
antiinflamasi beta karoten pada mencit putih jantan.
Tabel VIII. Perbandingan data % efek anti inflamasi beta karoten dengan data % daya antiinflamasi beta karoten sebagai praperlakuan
natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
Dosis beta karoten (mg/kg BB) yang digunakan dalam
penelitian
Beta karoten *)
(% EA)
Beta karoten sebagai praperlakuan
natrium diklofenak (% DA)
0,6523 3,24 -14,262 0,9225 40,94 12,593 1,3046 25,08 4,058 1,8450 29,28 -0,696
Keterangan: EA = efek antiinflamasi
DA = daya antiinflamasi *) hasil penelitian Utami (2006)
Persentase efek antiinflamasi beta-karoten hasil penelitian Utami relatif lebih
tinggi dibandingkan persentase daya antiinflamasi beta karoten (dalam 4 peringkat
dosis) sebagai praperlakuan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB. Perbandingan data
tersebut dapat dilihat dalam tabel VIII di atas. Berdasarkan hasil ini, terlihat bahwa
terjadi penurunan persentase daya antiinflamasi pada saat beta karoten digunakan
sebagai praperlakuan natrium diklofenak 4,48 mg/kg dibandingkan pada saat beta
karoten digunakan sebagai antiinflamasi tunggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. penggunaan beta karoten yang dikombinasikan dengan natrium diklofenak
4,48 mg/kg BB menurunkan daya antiinflamasi natrium diklofenak.
2. persentase daya antiinflamasi yang ditimbulkan oleh beta karoten 0,6523;
0,9225; 1,3046; dan 1,8450 mg/kg BB yang dikombinasikan dengan natrium
diklofenak 4,48 mg/kg BB berturut-turut sebesar -14,262 %; 12,593 %; 4,058
%; dan -0,696 %.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan untuk melanjutkan
penelitian mengenai:
1. pengaruh pemberian beta karoten terhadap daya antiinflamasi natrium
diklofenak dengan menggunakan pelarut beta karoten selain minyak kelapa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1989, The Merck Index: An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and
Biologicals, 8th edition, p1278, Merck and Co. Inc., USA Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen
Kesehatan Indonesia, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
Anonim, 2003, Beta Karoten, Nusaindah.tripod.com, diakses pada 11
Oktober 2003 Anonim, 2005, Petunjuk Praktikum Farmakologi, 7, Laboratorium
Faarmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta
Donatus, I.A., 2005, Antaraksi Farmakokinetika, 9-10, Bagian Farmakologi
dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Gryglewski, R.J., 1977, Some Experimental Models for the study of
Infammation and Anti-Inflammatory Drugs, in I. L. Bonta, J. Thomson, and K. Brune, Inflammation: Mechanism and Their Impact on Therapy, p 19-21, Birkhauser Verlag Basel, Rotterdam
Katzung, B.G, 2001, Basic and Clinical Pharmakology, 8th edition,
diterjemahkan oleh Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga ), Farmakologi Dasar dan Klinik, 449-462, 637, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Langford, F.D., Holmes, P.A., and Emele, J.F., 1972, Objective Method for
Evaluation of Analgesic/Anti-Inflammatory Activity, Journal of Pharmaceutical Science, 61 (1), 75-88
Lestari, N.L.W., 2005, Pengaruh Kombinasi Jus Wortel (Daucus carota, L)
dan Apel Hijau (Pyrus malus, L) terhadap Daya Antiinflamasi Natrium Diklofenak pada Mencit Jantan, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Lieber, C.S., and Leo M.A., 1999, Alcohol, Vitamin A, and β carotene: Adverse Interactions, Including Hepatotoxicity and Carcinogenicity, Am. J. Clin. Nut., 69 (6), 1071-1085
Maryanto, 1997, Daya Anti Inflamasi Infus Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata
pers) Pada Tikus Putih Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Mutshcler, E., 1991, Arzneimittelwirkungen, 5th edition, diterjemahkan oleh
Widianto, M. B. dan Ranti, A. S., Dinamika Obat, Penerbit ITB, Bandung
Mycek, M.J., Harvey, R.A., and Champe, P.C., 2001, Pharmacology, 2nd
edition, diterjemahkan oleh Azwar Agus, Farmakologi: Ulasan Bergambar, 404, Penerbit Widya Medika, Jakarta
Paiva, S.A.R., and Russel, R.M., 1999, β-Carotene and Other Carotenoids as
Antioxidants, Journal of the American College of Nutrition, 18 (5), 426-433
Price, C.A., and Wilson, L.M.,1992, Pathophisiology, Clinical Concepts of
Disease Processes, diterjemahkan oleh Peter Anugrah, edisi IV, 426, C.V. EGC, Jakarta
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2003, Pharmacology,
5th edition, p231-237, 244-250, Bath Press, USA Rasmandani, N.W.A., 2004, Daya anti inflamasi sari umbi wortel (Daucus
carota, L) pada mencit jantan (kajian terhadap lama masa pemberian), Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Suleyman, H., Demircan, B., Karagoz,Y., Oztasan, N., and Suleyman, B.,
2004, Anti-Inflammatory Effects of Selective COX-2 Inhibitors, Pol. J. Pharmacol., 56, 775-780
Suryawati, S., 1995, Farmakokinetik dan Interaksi Obat, Efek Samping Obat,
Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya, edisi V, Cetakan kedua, 308-310, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Turner, R.A., 1965, Screening Methods in Pharmacology, 163, Academic
Press, New York
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Utami, M.F.S., 2006, Daya antiinflamasi Beta-karoten pada mencit putih
Jantan, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Wibowo, S., dan Gofir, A., 2001, Farmakoterapi dalam Neurologi, edisi
pertama, 113, Salemba Medika, Jakarta Widarsih, 2003, Daya Antiinflamasi Perasan Umbi Wortel (Daucus carota,
L), Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Wijoyo, Y., 2001, Antaraksi Sari Wortel (Daucus Carota L.) – Parasetamol:
Kajian terhadap Kehepatoksikan dan Kinerja Toksikinetika Parasetamol pada Tikus, Tesis, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Williamson, E.M., Okpako, D.T., and Evans, F.J., 1996, Selection,
Preparation, and Pharmacologycaly Evaluation of Plant Material, Volume I, 131-137, John Willey and Sons, New York
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Antiinflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai
dalam Ganiswara, S.O. (editor), Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 3. Foto minyak kelapa
Lampiran 4. Foto larutan beta karoten dalam minyak kelapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Lampiran 5. Data bobot udema kaki kaki mencit dan % daya antiinflamasi hasil uji daya antiinflamasi pada kelompok kontrol dan perlakuan
Kelompok
Mencit kontrol karageni
n
kontrol aquades
kontrol minyak kelapa
kontrol natrium
diklofenak
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
Perlakuan 4
ka. ki. 0,2634 0,2621 0,2495 0,2274 0,2618 0,2327 0,2331 0,2410ka. ka. 0,1707 0,1703 0,1802 0,1694 0,1714 0,1812 0,1642 0,18271 udema
(g) 0,0927 0,0918 0,0693 0,0580 0,0904 0,0515 0,0690 0,0583ka. ki. 0,2338 0,2265 0,2459 0,2033 0,2449 0,2189 0,166 0,2187ka. ka. 0,1523 0,1571 0,1809 0,1442 0,1739 0,1547 0,1204 0,16592 udema
(g) 0,0815 0,0694 0,065 0,0591 0,0713 0,0642 0,0456 0,0528ka. ki. 0,2119 0,2331 0,2352 0,2447 0,2521 0,2609 0,2163 0,2444ka. ka. 0,1440 0,1487 0,1666 0,1963 0,1861 0,1988 0,1538 0,15653 udema
(g) 0,0679 0,0844 0,0686 0,0484 0,066 0,0621 0,0725 0,0879ka. ki. 0,2524 0,2340 0,2062 0,2143 0,2493 0,2333 0,2448 0,2366ka. ka. 0,1597 0,1541 0,1450 0,1554 0,1717 0,1884 0,1782 0,17624 udema
(g) 0,0927 0,0799 0,0612 0,0589 0,0776 0,0449 0,0666 0,0604ka. ki. 0,2613 0,2420 0,2191 0,2063 0,2352 0,2358 0,2240 0,2287ka. ka. 0,1649 0,1656 0,1589 0,1553 0,1547 0,1885 0,1709 0,16085 udema
(g) 0,0964 0,0764 0,0602 0,0510 0,0805 0,0473 0,0531 0,0679mean udema (g) ± SE =
0,08624 ± 0,00522
0,08038 ± 0,00376
0,06486 ± 0,00186
0,05508 ± 0,00224
0,07716 ± 0,00416
0,0540 ± 0,00389
0,06136 ± 0,00513
0,06546 ± 0,00611
% DA = 0 6,795 24,791 36,132 10,529 37,384 28,850 24,096
Keterangan:
ka. ki. = kaki kiri ka. ka. = kaki kanan perlakuan 1 = perlakuan pemberian beta karoten 0,6523 mg/kg BB dengan natrium
diklofenak 4,48 mg/kg BB perlakuan 2 = perlakuan pemberian beta karoten 0,9225 mg/kg BB dengan natrium
diklofenak 4,48 mg/kg BB perlakuan 3 = perlakuan pemberian beta karoten 1,3046 mg/kg BB dengan natrium
diklofenak 4,48 mg/kg BB perlakuan 4 = perlakuan pemberian beta karoten 1,8450 mg/kg BB dengan natrium
diklofenak 4,48 mg/kg BB % DA = persentase daya antiinflamasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lampiran 6. Tabel % daya antiinflamasi dan potensi relatif kelompok perlakuan dan kontrol.
Kelompok perlakuan % DA% DA
minyak kelapa
% DA kelompok perlakuan setelah dikurangi % DA minyak kelapa
Potensi relatif (%)
Kontrol negatif aquades 6,795 - - - Kontrol negatif minyak kelapa 24,791 - - - Kontrol positif natrium diklofenak 36,132 - 36,132 100 Beta karoten 0,6523 mg/kg BB dikombinasikan dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
10,529 -14,262 -39,474
Beta karoten 0,9225 mg/kg BB dikombinasikan dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
37,384 12,593 34,852
Beta karoten 1,3046 mg/kg BB dikombinasikan dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
28,850 4,058 11,232
Beta karoten 1,8450 mg/kg BB dikombinasikan dengan natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB
24,096
24,791
-0,696 -1,926
Keterangan: % DA = persentase daya antiinflamasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Lampiran 7. Contoh cara perhitungan % daya antiinflamasi dan potensi relatif
Contoh 1.
Rumus: % daya antiinflamasi = ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ ×
− %100U
DU
Keterangan :
U : harga rata-rata berat kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat kaki
normal (kaki kanan)
D : harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat
kaki normal (kaki kanan)
Contoh perhitungan % daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan beta-karoten
0,9225 mg/kg BB:
% daya antiinflamasi = %10008624,0
0540,008624,0×
−g
gg
= 37,384 % (belum dikurangi kontrol minyak kelapa)
Contoh 2.
Rumus: % potensi relatif daya anti inflamasi = %100×⎥⎦⎤
⎢⎣⎡DAdDAp
Keterangan:
DAp = % daya anti inflamasi kelompok perlakuan
DAd = % daya anti inflamasi larutan natrium diklofenak
Contoh perhitungan % potensi relatif daya antiinflamasi kelompok perlakuan
beta-karoten 0,9225 mg/kg BB:
% potensi relatif = %10036,13212,593
×
= 11,232 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lampiran 8. Skema kerja uji efek antiinflamasi
40 ekor mencit
Klmpk 1 (5 ekor)
Klmpk 2 5 ekor)
Klmpk 3 (5 ekor)
Klmpk 4 (5 ekor)
Klmpk 5(5 ekor)
Klmpk 6 (5 ekor)
Klmpk 8(5 ekor)
Klmpk 7 (5 ekor)
Diberi aquadest
Diberi natriumdiklofenak
Diberi larutan beta karoten sesuai dosis
Injeksi subplantar karagenin 1%
Kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural
Ditimbang
4 jam kemudian
15 menit kemudian
45 menit kemudian
Diberi myk.kelap
15 menit kemudian
Diberi natrium diklofenak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Lampiran 9. Hasil analisis statistik data orientasi waktu pemotongan kaki setelah injeksi suplantar karagenin 1%
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
12.036350
.0187153.195.195
-.131.677.749
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
udema
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway
Descriptives
udema
3 .026133 .0196297 .0113332 -.022629 .074896 .0123 .04863 .022467 .0015044 .0008686 .018729 .026204 .0209 .02393 .033800 .0013115 .0007572 .030542 .037058 .0324 .03503 .063000 .0040447 .0023352 .052952 .073048 .0584 .0660
12 .036350 .0187153 .0054026 .024459 .048241 .0123 .0660
1 jam2 jam3 jam4 jamTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
udema
10.398 3 8 .004
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
udema
.003 3 .001 9.997 .004
.001 8 .000
.004 11
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Post Hoc Tests Multiple Comparisons
Dependent Variable: udemaScheffe
.0036667 .0082226 .976 -.025052 .032385-.0076667 .0082226 .832 -.036385 .021052-.0368667* .0082226 .014 -.065585 -.008148-.0036667 .0082226 .976 -.032385 .025052-.0113333 .0082226 .614 -.040052 .017385-.0405333* .0082226 .008 -.069252 -.011815.0076667 .0082226 .832 -.021052 .036385.0113333 .0082226 .614 -.017385 .040052
-.0292000* .0082226 .046 -.057919 -.000481.0368667* .0082226 .014 .008148 .065585.0405333* .0082226 .008 .011815 .069252.0292000* .0082226 .046 .000481 .057919
(J) waktu2 jam3 jam4 jam1 jam3 jam4 jam1 jam2 jam4 jam1 jam2 jam3 jam
(I) waktu1 jam
2 jam
3 jam
4 jam
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
Homogeneous Subsets
udema
Scheffea
3 .0224673 .0261333 .0338003 .063000
.614 1.000
waktu2 jam1 jam3 jam4 jamSig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 10. Hasil analisis statistik data orientasi dosis natrium diklofenak NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
9.052944
.0205144.184.184
-.179.553.920
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
udema
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway
Descriptives
udema
3 .076867 .0044736 .0025828 .065754 .087980 .0738 .08203 .033600 .0120611 .0069635 .003639 .063561 .0209 .04493 .048367 .0081684 .0047160 .028075 .068658 .0415 .05749 .052944 .0205144 .0068381 .037176 .068713 .0209 .0820
3,36 mg/kg BB4,48 mg/kg BB5,6 mg/kg BBTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
udema
1.087 2 6 .396
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
udema
.003 2 .001 18.748 .003
.000 6 .000
.003 8
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Post Hoc Tests Multiple Comparisons
Dependent Variable: udemaScheffe
.0432667* .0071834 .003 .020228 .066306
.0285000* .0071834 .021 .005461 .051539-.0432667* .0071834 .003 -.066306 -.020228-.0147667 .0071834 .202 -.037806 .008272-.0285000* .0071834 .021 -.051539 -.005461.0147667 .0071834 .202 -.008272 .037806
(J) dosis4,48 mg/kg BB5,6 mg/kg BB3,36 mg/kg BB5,6 mg/kg BB3,36 mg/kg BB4,48 mg/kg BB
(I) dosis3,36 mg/kg BB
4,48 mg/kg BB
5,6 mg/kg BB
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
Homogeneous Subsets
udema
Scheffea
3 .0336003 .0483673 .076867
.202 1.000
dosis4,48 mg/kg BB5,6 mg/kg BB3,36 mg/kg BBSig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 11. Hasil analisis statistik data orientasi orientasi waktu pemberian natrium diklofenak
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
12.052183
.0124406.215.215
-.170.746.633
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
udema
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway
Descriptives
udema
3 .063367 .0029280 .0016905 .056093 .070640 .0607 .06653 .063833 .0055645 .0032126 .050010 .077656 .0576 .06833 .042100 .0038197 .0022053 .032611 .051589 .0378 .04513 .039433 .0030925 .0017854 .031751 .047115 .0360 .0420
12 .052183 .0124406 .0035913 .044279 .060088 .0360 .0683
15 menit30 menit45 menit60 menitTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
udema
.940 3 8 .465
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
udema
.002 3 .001 32.974 .000
.000 8 .000
.002 11
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Post Hoc Tests Multiple Comparisons
Dependent Variable: udemaScheffe
-.0004667 .0032581 .999 -.011846 .010913.0212667* .0032581 .001 .009887 .032646.0239333* .0032581 .001 .012554 .035313.0004667 .0032581 .999 -.010913 .011846.0217333* .0032581 .001 .010354 .033113.0244000* .0032581 .001 .013021 .035779
-.0212667* .0032581 .001 -.032646 -.009887-.0217333* .0032581 .001 -.033113 -.010354.0026667 .0032581 .878 -.008713 .014046
-.0239333* .0032581 .001 -.035313 -.012554-.0244000* .0032581 .001 -.035779 -.013021-.0026667 .0032581 .878 -.014046 .008713
(J) waktu30 menit45 menit60 menit15 menit45 menit60 menit15 menit30 menit60 menit15 menit30 menit45 menit
(I) waktu15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
Homogeneous Subsets
udema
Scheffea
3 .0394333 .0421003 .0633673 .063833
.878 .999
waktu60 menit45 menit15 menit30 menitSig.
N 1 2Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 12. Hasil analisis statistik data orientasi waktu pemberian beta karoten terhadap natrium diklofenak
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
12.055583
.0124030.166.166
-.091.577.894
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
udema
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway
Descriptives
udema
3 .041133 .0049943 .0028835 .028727 .053540 .0358 .04573 .072533 .0044636 .0025770 .061445 .083621 .0677 .07653 .057833 .0005508 .0003180 .056465 .059201 .0572 .05823 .050833 .0039145 .0022600 .041109 .060557 .0480 .0553
12 .055583 .0124030 .0035804 .047703 .063464 .0358 .0765
15 menit30 menit45 menit60 menitTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
udema
1.993 3 8 .194
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
udema
.002 3 .001 34.631 .000
.000 8 .000
.002 11
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Post Hoc Tests Multiple Comparisons
Dependent Variable: udemaScheffe
-.0314000* .0031753 .000 -.042490 -.020310-.0167000* .0031753 .006 -.027790 -.005610-.0097000 .0031753 .089 -.020790 .001390.0314000* .0031753 .000 .020310 .042490.0147000* .0031753 .012 .003610 .025790.0217000* .0031753 .001 .010610 .032790.0167000* .0031753 .006 .005610 .027790
-.0147000* .0031753 .012 -.025790 -.003610.0070000 .0031753 .260 -.004090 .018090.0097000 .0031753 .089 -.001390 .020790
-.0217000* .0031753 .001 -.032790 -.010610-.0070000 .0031753 .260 -.018090 .004090
(J) waktu30 menit45 menit60 menit15 menit45 menit60 menit15 menit30 menit60 menit15 menit30 menit45 menit
(I) waktu15 menit
30 menit
45 menit
60 menit
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
Homogeneous Subsets
udema
Scheffea
3 .0411333 .050833 .0508333 .0578333 .072533
.089 .260 1.000
waktu15 menit60 menit45 menit30 menitSig.
N 1 2 3Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 13. Hasil analisis statistik data % daya antiinflamasi kelompok perlakuan dan kontrolnya
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
4021.07201
15.908439.108.108
-.086.683.739
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
daya_antiinflamasi
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway
Descriptives
daya_antiinflamasi
5 .00000 .000000 .000000 .00000 .00000 .000 .0005 6.79499 9.756949 4.363440 -5.31986 18.90984 -6.447 19.5275 24.79128 4.810126 2.151154 18.81872 30.76384 19.643 30.1955 36.13173 5.813638 2.599938 28.91314 43.35031 31.470 43.8785 10.52876 10.777186 4.819704 -2.85289 23.91040 -4.824 23.4695 37.38404 10.102111 4.517801 24.84062 49.92747 25.557 47.9365 28.84972 13.303737 5.949612 12.33095 45.36849 15.932 47.1245 24.09555 15.842378 7.084927 4.42464 43.76646 -1.925 38.776
40 21.07201 15.908439 2.515345 15.98424 26.15977 -6.447 47.936
kontrol karageninkontrol aquadestkontrol minyak kelapakontrol diklofenakbeta karoten 0.6523beta karoten 0.9225beta karoten 1.3046beta karoten 1.8450Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
daya_antiinflamasi
3.038 7 32 .014
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
daya_antiinflamasi
6676.841 7 953.834 9.559 .0003193.218 32 99.7889870.059 39
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: daya_antiinflamasiScheffe
-6.794991 6.317850 .990 -32.21536 18.62538-24.791280 6.317850 .061 -50.21165 .62909-36.131725* 6.317850 .001 -61.55209 -10.71136-10.528757 6.317850 .897 -35.94912 14.89161-37.384045* 6.317850 .001 -62.80441 -11.96368-28.849722* 6.317850 .016 -54.27009 -3.42935-24.095547 6.317850 .075 -49.51591 1.32482
6.794991 6.317850 .990 -18.62538 32.21536-17.996289 6.317850 .353 -43.41666 7.42408-29.336735* 6.317850 .013 -54.75710 -3.91637-3.733766 6.317850 1.000 -29.15413 21.68660
-30.589054* 6.317850 .009 -56.00942 -5.16869-22.054731 6.317850 .135 -47.47510 3.36564-17.300557 6.317850 .404 -42.72092 8.1198124.791280 6.317850 .061 -.62909 50.2116517.996289 6.317850 .353 -7.42408 43.41666
-11.340445 6.317850 .856 -36.76081 14.0799214.262523 6.317850 .649 -11.15784 39.68289
-12.592764 6.317850 .777 -38.01313 12.82760-4.058442 6.317850 1.000 -29.47881 21.36193
.695733 6.317850 1.000 -24.72463 26.1161036.131725* 6.317850 .001 10.71136 61.5520929.336735* 6.317850 .013 3.91637 54.7571011.340445 6.317850 .856 -14.07992 36.7608125.602968* 6.317850 .047 .18260 51.02334-1.252319 6.317850 1.000 -26.67269 24.168057.282004 6.317850 .986 -18.13836 32.70237
12.036178 6.317850 .814 -13.38419 37.4565510.528757 6.317850 .897 -14.89161 35.949123.733766 6.317850 1.000 -21.68660 29.15413
-14.262523 6.317850 .649 -39.68289 11.15784-25.602968* 6.317850 .047 -51.02334 -.18260-26.855288* 6.317850 .031 -52.27566 -1.43492-18.320965 6.317850 .330 -43.74133 7.09940-13.566790 6.317850 .705 -38.98716 11.8535837.384045* 6.317850 .001 11.96368 62.8044130.589054* 6.317850 .009 5.16869 56.0094212.592764 6.317850 .777 -12.82760 38.013131.252319 6.317850 1.000 -24.16805 26.67269
26.855288* 6.317850 .031 1.43492 52.275668.534323 6.317850 .965 -16.88604 33.95469
13.288497 6.317850 .726 -12.13187 38.7088628.849722* 6.317850 .016 3.42935 54.2700922.054731 6.317850 .135 -3.36564 47.475104.058442 6.317850 1.000 -21.36193 29.47881
-7.282004 6.317850 .986 -32.70237 18.1383618.320965 6.317850 .330 -7.09940 43.74133-8.534323 6.317850 .965 -33.95469 16.886044.754174 6.317850 .999 -20.66619 30.17454
24.095547 6.317850 .075 -1.32482 49.5159117.300557 6.317850 .404 -8.11981 42.72092
-.695733 6.317850 1.000 -26.11610 24.72463-12.036178 6.317850 .814 -37.45655 13.3841913.566790 6.317850 .705 -11.85358 38.98716
-13.288497 6.317850 .726 -38.70886 12.13187-4.754174 6.317850 .999 -30.17454 20.66619
(J) perlakuankontrol aquadestkontrol minyak kelapakontrol diklofenakbeta karoten 0.6523beta karoten 0.9225beta karoten 1.3046beta karoten 1.8450kontrol karageninkontrol minyak kelapakontrol diklofenakbeta karoten 0.6523beta karoten 0.9225beta karoten 1.3046beta karoten 1.8450kontrol karageninkontrol aquadestkontrol diklofenakbeta karoten 0.6523beta karoten 0.9225beta karoten 1.3046beta karoten 1.8450kontrol karageninkontrol aquadestkontrol minyak kelapabeta karoten 0.6523beta karoten 0.9225beta karoten 1.3046beta karoten 1.8450kontrol karageninkontrol aquadestkontrol minyak kelapakontrol diklofenakbeta karoten 0.9225beta karoten 1.3046beta karoten 1.8450kontrol karageninkontrol aquadestkontrol minyak kelapakontrol diklofenakbeta karoten 0.6523beta karoten 1.3046beta karoten 1.8450kontrol karageninkontrol aquadestkontrol minyak kelapakontrol diklofenakbeta karoten 0.6523beta karoten 0.9225beta karoten 1.8450kontrol karageninkontrol aquadestkontrol minyak kelapakontrol diklofenakbeta karoten 0.6523beta karoten 0.9225beta karoten 1.3046
(I) perlakuankontrol karagenin
kontrol aquadest
kontrol minyak kelapa
kontrol diklofenak
beta karoten 0.6523
beta karoten 0.9225
beta karoten 1.3046
beta karoten 1.8450
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Homogeneous Subsets
daya_antiinflamasi
Scheffea
5 .000005 6.79499 6.794995 10.52876 10.528765 24.09555 24.09555 24.095555 24.79128 24.79128 24.791285 28.84972 28.849725 36.131735 37.38404
.061 .135 .726
perlakuankontrol karageninkontrol aquadestbeta karoten 0.6523beta karoten 1.8450kontrol minyak kelapabeta karoten 1.3046kontrol diklofenakbeta karoten 0.9225Sig.
N 1 2 3Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul Pengaruh Pemberian
Beta-Karoten Terhadap Daya Antiinflamasi Natrium
Diklofenak pada Mencit Putih Jantan bernama
lengkap Miliandani Widyastuti, dilahirkan di Tangerang
pada tanggal 19 November 1984. Penulis pernah
menempuh pendidikan di TK Dewi Sartika III
Tangerang (1989-1990), kemudian melanjutkan
pendidikan di SD Strada Slamet Riyadi I Tangerang (1990-1996), SMP Strada
Slamet Riyadi Tangerang (1996-1999), SMA Santa Maria Yogyakarta (1999-
2002), dan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama
studi di Fakultas Farmasi penulis pernah mengikuti beberapa kepanitiaan di
tingkat fakultas dan pernah menjadi asisten Praktikum Bioanalisis (2006-2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related