“PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT INFAQ
DAN SHODAQOH (BAZIS) DKI JAKARTA UNTUK PROGRAM BEASISWA
TINGKAT SLTA DI JAKARTA BARAT”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam ( S.Kom.I )
Disusun Oleh :
ZAINAL ABIDIN
NIM: 108053000054
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M / 1434 H
i
ABSTRAK
ZAINAL ABIDIN
Pendayagunaan Dana Zakat pada Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
(BAZIS) Provinsi DKI Jakarta untuk Program Beasiswa Tingkat SLTA Di
Jakarta Barat
Pendayagunaan adalah cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dari
manfaat yang lebih besar serta lebih baik. Secara umum, pendayagunaan ZIS
dalam usaha pengembangan usaha ekonomi tersebut adalah dengan pembinaan
sumber daya manusia, dan bantuan konsumtif. Upaya ini tidak lain agar mata
rantai kemiskinan satu persatu dapat terputus. Selayaknya lingkaran setan, orang
yang dalam keadaan miskin akan sulit mendapatkan pendidikan, karena
pendidikan mahal. Karena itulah kemudian mereka akan menjadi bodoh dan
keterbelakangan pengetahuan, bagaimana mungkin mereka akan mendapatkan
pekerjaan yang layak. Mungkinkah dengan kondisi seperti ini mereka akan dapat
hidup layak (terpenuhi sandang dan pangan), semuanya ada interkonektivitas
(kesalingterkaitan).
Berdasarkan hal itu, penulis bermaksud ingin mengetahui bagaimana
pendayagunaan dana zakat pada Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS)
Provinsi DKI Jakarta dalam mendayagunakan dana ZIS-nya kepada masyarakat
khususnya pada program beasiswa tingkat SLTA di Jakarta Barat dan untuk
melihat peran BAZIS dalam meningkatkan kualitas belajar yang berada di
Jakarta.
Perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah pendayagunaan dana zakat pada Badan Amil Zakat Infaq dan
Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta dalam mendayagunakan dana ZIS-nya
kepada masyarakat khususnya pada program beasiswa tingkat SLTA di Jakarta
Barat dan peran Badan Amil, Zakat, Infak, Shodaqoh (BAZIS) DKI Jakarta dalam
meningkatkan kualitas belajar siswa/i SLTA yang berada di daerah Jakarta Barat.
Dari perumusan masalah di atas maka akan diketahui hasil atau kesimpulan yang
akan dibahas. Penulis menggunakan metodologi observasi, wawancara secara
langsung, dan dokumentasi, kemudian menarik kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa dalam melakukan
pendayagunaan dana ZIS, BAZIS Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan para
alumni dan penerima yang masuk dalam Ikatan Keluarga Penerima dan Alumni
(IKPA), yang di bentuk langsung oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan dalam
penyalurannya BAZIS Provinsi DKI Jakarta di bantu oleh BANK DKI Syariah
dengan maksud agar para mustahiq dapat mengerti dan memahami dunia
perbankan, dalam setiap pengambilan bantuan dana tersebut, BAZIS selalu
mengadakan pembinaan terlebih dahulu dengan memberikan motivasi dan
semangat dalam belajar melalui seminar-seminar di setiap pembiaan tersebut.
Kata kunci: Pola, Pendayagunaan, Dana zakat
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segenap puja dan puji syukur yang mendalam penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan karunia, petunjuk, bimbingan dan yang penting
kesehatan lahir batin, sehingga dengan segala perjuangan penulisan skripsi ini dapat
tersusun sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan oleh-Nya
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan semua
pengikutnya disepanjang zaman. Amin.
Diiringi dengan rasa hormat dan bangga penulis menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FIDKOM), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA dan H. Mulkanasir, BA., Spd, MM selaku Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah (MD), UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. Hasanudin Ibnu Hibban, MA Dosen pembimbing Skripsi yang telah memberikan
motivasi, nasihat dan arahan sehingga skripsi ini selesai dengan baik.
4. Drs. Yusra Killun, M.Pd, Penasehat Akademik yang telah memberikan waktunya
untuk selalu memberikan arahan dan nasehat serta masukan sehingga skripsi dan
perkuliahan ini selesai.
5. Para dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis, sehingga penulis memiliki bekal ilmu pengetahuan.
6. Ayahanda tercinta (Bp. Asri) dan Ibunda tercinta (Ibu Khaeliyah) yang telah
menaruhkan kasih sayangnya yang tak terhingga, semangat dan do’a yang tulus dan
ikhlas sehingga penulis selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh keluargaku tercinta, kakakku (Sukmanah, M.Ali, dan A.Saepudin),
terimakasih atas do’anya dan kepada keponakanku (A.Sulaeman, Safinatun najah,
Khoirul Rizki, M. Faqih) yang selalu menjadi semangat selama penulis
menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas dukungan kalian semua.
8. Guruku tercinta (Moh. Nur Mursyid, SE, S.Ag, M.Pd) selaku pimpinan Majelis
Ta’lim Al-Ma’rifat, dan kepada guruku KH. Bunyamin, KH. Wagimin dan Abah
Tayem yang telah memberikan ilmunya dan do’a sehingga penulis skripsi ini
terselesaikan dengan baik.
9. Spesial untuk para sahabat-sahabatku satu angkatan, seperjuangan 2008 Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah khususnya Farhan
Taufik, Adnan, Devi Indrawan, Abdurrahman, Omar Sabri, Siddiq, Ipin, Ahmad
Andriansyah, Dito Santoso, Saidee, Abdus somad, Ade purnama, Zulfikri, Husin
hilmi, Reza Nurul Akbar, Jefrinaldi, Niamullah, Asep Muhdiyar, Julia, Fini,
Faradillah, Anis, Dian, Stevi, Ratna, Silvi, Syifa dan teman-teman yang tidak bisa
penulis cantumkan satu persatu namanya, terima kasih banyak untuk semua
dukungannya yang selalu memberikan arahan dan motivasi yang kuat dalam
penyusunan skripsi ini, mudah-mudahan persaudaraan kita selalu diridhoi Allah
SWT. Kepada saudara dan teman-temanku di rumah (Bisri, Fikri, Mudrikatul huda,
Ajeng, Widia Mardianah) terima kasih atas bantuan dan motivasinya.
10. Semua pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Namun tidak mengurangi rasa hormat, penulis hanya
bisa mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya. Semoga Allah
melimpahkan rahmatnya pada mereka semua atas amal baik yang telah diberikan.
Akhirul kalam semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi yang membaca.
Jakarta, 11 September 2013
Zainal Abidin
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………..………………………........ i
KATA PENGANTAR ……..…...……………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………...………………………………... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………...……………. 1
B. Pembatasan / Perumusan Masalah ………….......…………………. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………..…… 6
D. Metode Penelitian ………………………………………………….. 6
E. Tinjauan Pustaka …………………………………………………… 9
F. Sistematik Penulisan ……………………………………………….. 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN
DANA ZAKAT
A. sPendayagunaan
1. Pengertian Pendayagunaan ……………………………………... 11
2. Fiqih dan Manajemen Pendayagunaann ………………..………. 14
3. Sasaran Pendayagunaan …………………………….…………... 22
a. Aspek Pendidikan ……………………………………………. 23
b. Aspek Kesehatan.. …………………………………………… 24
c. Aspek Pemberdayaan Ekonomi ……………………………... 25
B. Obyek Zakat/Dana Zakat
1. Pengertian Obyek Zakat/Dana Zakat ……………………….…… 26
2. Ruang Lingkup Dana Zakat …………………………………....... 29
3. Potensi Dana Zakat …………………………………………….... 31
v
ii
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BAZIS PROVINSI DKI
JAKARTA
A. Profil dan Sejarah Singkat Berdirinya….……………..…………... 33
B. Visi dan Misi …….………………………………….…….……… 35
C. Tujuan dan Prinsip Pengelolaan Zakat ………………………..…. 36
D. Susunan Organisasi dan Program Kerja …………………………. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pendayagunaan Dana Zakat Infak dan Shadaqah BAZIS
Provinsi DKI Jakarta ………………………………………….…. 40
B. Analisis Pendayagunaan Dana Zakat Pada Program Bantuan
Pendidikan/Beasiswa………………………………...............……48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………..……………………………………….. 51
B. Saran-saran......…………………………………………………... 52
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..………………..... 53
LAMPIRAN
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendayagunaan zakat adalah sebuah sistem yang membicarakan usaha
atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu dari
penggunaan hasil zakat secara baik, tepat dan terarah, sesuai dengan tujuan
yang diisyaratkan.
Dalam hal pendayagunaan zakat secara tekstual yang berhak menerima
zakat adalah sasarannya pada delapan ashnaf (golongan), yaitu : fakir, miskin,
amil, muallaf, riqab (hamba sahaya), gharim, fi sabilillah dan ibnu sabil. Di
lain hal juga dipergunakan untuk kepentingan seperti sarana ibadah
pendidikan islam, beasiswa pendidikan dan lain sebagainya. Selain itu, perlu
kita ingat dalam pendayagunaan zakat itu mempunyai dua fungsi utama :
1. Untuk membersihkan benda dan jiwa manusia upaya senantiasa berada
dalam keadaan fitrah. Seorang yang telah memberikan hartanya untuk
disampaikan kepada yang berhak menerimanya berarti pula bahwa ia telah
menyucikan harta dan jiwanya dengan pemberian itu. Dengan tindakan
tersebut, ia sekaligus telah menunaikan kewajiban agama, melaksanakan
ibadah kepada Allah.
2. Zakat itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan sosial guna mengurangi kemiskinan. Dalam hal yang
kedua ini pemanfaatannya mempunyai arti yang penting, sebagai salah
satu upaya untuk mencapai keadilan sosial.1
1 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press) 1988), cet-1, h. 61.
1
2
Kemiskinan sangat rentan terhadap religiusitas seseorang sehingga
islam sangat memperhatikan persoalan kemiskinan ini, salah satu nilai
instrument ekonomi yang terkadang dalam ajaran islam adalah peralihan
kekayaan melalui zakat.2 Zakat merupakan salah satu tata hubungan yang
menghubungkan hamba secara vertikal kepada tuhan serta menjembatani
hamba secara horizontal dalam hal agar ada keseimbangan dan stabilitas
sosial ekonomi. Selain itu zakat merupakan hak mustahik, maka zakat
berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir
miskin, kearah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Zakat yang diberikan untuk biaya pendidikan termasuk kedalam
golongan yang berhak menerima zakat (mustahik) yaitu ibnu sabil yang
berarti musafir, berpergian atau orang yang berpergian. Terdapat pandangan
ulama membagi ibnu sabil kedalam dua golongan, yaitu orang yang
mengadakan perjalanan ditanah airnya sendiri dan orang yang mengadakan
perjalanan di negeri orang.
Pendidikan merupakan usaha membina dan mengembangkan aspek-
aspek rohaniah dan jasmaniah secara bertahap. Proses yang dilakukan dalam
usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan, yaitu
mengarahkan anak didik kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan
tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan
utuh sebagai manusia individual, sosial dan hamba Tuhan yang mengabdikan
diri kepadanya.3
2 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, cet 1, h. 9
3 Khairon Rasyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet.l.h.135
3
Masalah yang masih dihadapi masyarakat adalah mengenai tingkat
kehidupan sosial yang masih rendah jauh dari garis kecukupan, sehingga
mengakibatkan banyak keluarga yang tidak mampu membayar biaya sekolah
anak. Keberhasilan anak didik meraih prestasi yang maksimal bukan
hanya di pengaruhi oleh faktor eksternal yang meliputi semua institusi dan
kondisi lingkungan sekitar, seperti lingkungan keluarga termasuk status
sosial ekonomi orang tua anak didik, apalagi yang berpenghasilan lemah dan
tingkat ekonomi kurang baik, hal ini akan menjadi hambatan bagi anak didik
dalam mencapai prestasi belajar yang optimal.
Badan amil zakat infak dan shadaqah (BAZIS) telah dapat meneruskan
niat suci kepemerintahan negeri Indonesia dalam usaha membantu pelajar-
pelajar sekolah dasar (SD/MI), sekolah menengah atas (SMA/SLTA) dan
juga kepada pelajar-pelajar yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi, maka bagi pihak BAZIS Provinsi DKI Jakarta berharap
agar pelajar-pelajar dapat belajar dengan lebih tekun dan lebih bersungguh-
sungguh sehingga dapat berhasil dan sukses. Dengan usaha yang gigih dalam
menimba ilmu pengetahuan sehingga kita dapat mengerti makna dari
kesenangan, kemewahan dan kesejahteraan pada masa yang akan datang.
Adanya fenomena yang terjadi dimasyarakat membuat BAZIS lebih
memfokuskan diri untuk menangani bidang pendidikan melalui beasiswa.
Program beasiswa tersebut perlu dikaji dan diteliti, mengingat urgensi zakat
sebagai salah satu instrument model pengembangan keuangan umat islam
yang berperan sebagai sebuah institusi keagamaan yang diharapkan mampu
mengatasi kelemahan struktur ekonomi yang mengangkat pemerataan
4
distribusi pendapatan, karena dengan pemberdayaan zakat akan dapat
meminimalisir kesenjangan ekonomi yang merupakan salah satu kelemahan
struktur ekonomi, dan mampu membawa pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan.4
Dengan pendayagunaan dana zakat, masalah tersebut dapat
ditanggulangi dengan melakukan dua program, yaitu :
1. Memberikan bantuan kepada organisasi/yayasan yang bergerak dalam
bidang pendidikan.
2. Memberikan bantuan sekolah kepada anak-anak yang kurang mampu,
sehingga dapat melanjutkan sekolah sampai kejenjang yang telah
ditentukan pemerintah.
Dalam hal ini Badan Amil Zakat memfokuskan kepada program
pendidikan nya dengan memberikan beasiswa kepada para pelajar yang
masih aktif, karena pendidikan merupakan sebuah proses transformasi
masyarakat dari kebodohan menuju kecerdasan. Sudah banyak nya dana
zakat yang dikeluarkan BAZIS DKI Jakarta dalam masalah pengentasan
kebodohan menuju kecerdasan dengan memberikan beasiswa kepada para
pelajar yang tidak mampu dan pelajar yang berprestasi, karena pendidikan
adalah proses perubahan masyarakat dari ketidak mampuan menjadi
keahlian. Sekaligus pendidikan adalah sarana mengubah kemaslahatan dan
kemudahan menjadi kesadaran dan tindakan, oleh karena itu pendidikan
menjadi fondasi sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Karena strategisnya kedudukan pendidikan dalam perubahan
4 Malichatun, Peranan Zakat dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa (studi kasus
Beasiswa Tunas Bangsa Badan Amil Zakat Nasional), (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, 2004)
5
masyarakat, maka pendidikan harus mendapatkan prioritas yang tinggi
dalam pembangunan.
Dan berdasarkan uraian yang tertulis diatas, maka penulis berinisiatif
membuat peneilitan berjudul “PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT
PADA BADAN AMIL ZAKAT INFAQ DAN SHODAQOH (BAZIS)
DKI JAKARTA UNTUK PROGRAM BEASISWA TINGKAT SLTA
DI JAKARTA BARAT”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam rangka mempertajam bahasan, maka permasalahan yang
akan dikaji dan diteliti penulis akan memberikan pembatasan masalah
tersebut, antara lain :
Bentuk pendayagunaan dana zakat, infak, dan shodaqoh di bidang
pendidikan atau beasiswa yang di maksud adalah salah satu aktivitas atau
kegiatan ini difokuskan kepada program bantuan biaya pendidikan
menengah atas (SLTA/ Sederajat) melalui Badan Amil, Zakat, Infaq, dan
Shodaqoh (BAZIS) DKI Jakarta pada periode 2008-2012 dan difokuskan
pada bantuan pendidikan SLTA di Jakarta Barat.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah-masalah pokok yang akan dibahas
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana Pendayagunaan Dana Zakat, Infak, dan Shadaqoh yang
digunakan untuk pendidikan di daerah Jakarta Barat dalam sektor
pendidikan/beasiswa dalam meningkatkan kualitas belajar siswa/I SLTA
6
yang berada di daerah Jakarta Barat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah yang penulis paparkan diatas, maka ada
beberapa tujuan yang penulis ingin capai, antara lain:
Untuk mengetahui pendayagunaan dana zakat, infak, dan shadaqoh yang
digunakan Masyarakat Jakarta Barat untuk sektor pendidikan/beasiswa
dalam meningkatkan kualitas belajar siswa/I SLTA yang berada di daerah
Jakarta Barat.
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis, yaitu penelitian ini diharapkan bisa menjadi khazanah
keilmuan manajemen dakwah dalam lingkup manajemen zakat oleh
Badan Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh (BAZIS) DKI Jakarta dan
dapat dijadikan sebagai acuan dalam berbagai penulisan karya ilmiah.
b. Akademis, yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi teoritis dan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan
mengenai pendayagunaan dana zakat yang dilakukan Badan Amil,
Zakat, Infaq, dan Shodaqoh (BAZIS) DKI Jakarta yang ideal.
D. Metodelogi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, yaitu kegiatan penelitian untuk mengangkat fakta, keadaan,
variabel dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang (ketika
penelitian berlangsung) dan menyajikan apa adanya, mengembangkan
7
teori-teori yang ada serta melakukan pengamatan langsung di lapangan
mengenai obyek yang akan di teliti.5
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan pada 1-31 Mei yang bertempat di Kantor
BAZIS DKI Jakarta, yang bertempat di Gedung Prasada Sasana Karya Lt.
3 Jl. Suryopranoto No. 8 Petojo Utara Gambir Jakarta Pusat. Telp. (021)
3901367
3. Subyek dan Obyek penelitian
Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah Badan
Amil, Zakat, Infak dan Shadaqoh (BAZIS) DKI Jakarta. Sedangkan yang
menjadi obyeknya adalah Pendayagunaan dana zakat untuk program
pendidikan tingkat sekolah menengah atas (SLTA).
4. Sumber Data
Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk digunakan
dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya suatu penelitian
tersebut. Dalam hal ini penulis menggunakan :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek
peneliti perorangan, kelompok dan organisasi. 6
Dalam hal ini data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
informasi dari pihak BAZIS Provinsi DKI Jakarta.
5 M. Subhana Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung, CV. Pustaka Setia, 2001), Cet.
Ke-1.h.26 6 Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 29
8
b. Data Skunder
Memperoleh data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui
publikasi dan informasi yang dikeluarkan diberbagai organisasi atau
perusahaan, termasuk majalah jurnal, khusus pasar modal, perbankan
dan keuangan.7 Dalam hal ini sekunder yang diperoleh adalah catatan-
catatan, dokumen-dokumen yang berkaitan, brosur dan sumber-sumber
lain yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara penelitian lapangan atau
survey, sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah:
a. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam
metode survey melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan
terhadap responden (subjek).8 Hal ini bertujuan untuk memberikan
keleluasaan pada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan akan tetapi tetap terarah pada masalah yang akan dibahas.
Peneliti mewawancarai Drs. H. Muh. Chabib sebagai ketua bidang
pendayagunaan.
b. Observasi
Dengan melakukan pengamatan dari dekat pada Badan Amil,
Zakat, Infak dan Shadaqoh (BAZIS) DKI Jakarta yang dimaksudkan
dengan harapan akan memperoleh suatu kelengkapan data yang
7 Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, h. 30
8 Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, h. 23
9
berkaitan dengan pendayagunaan dana zakat, infak dan shadaqoh
pada Badan Amil, Zakat, Infak dan Shadaqoh (BAZIS) DKI Jakarta.
c. Dokumentasi
Dengan cara meneliti dokumen dan arsip yang ada kaitannya
dengan masalah yang diteliti di Badan Amil, Zakat, Infak dan
Shadaqoh (BAZIS) DKI Jakarta yang di maksud untuk
kelengkapan data.
E. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka dengan tujuan untuk
meyakinkan bahwa penulis skripsi ini bukan merupakan hasil plagiat dari
skripsi sebelumnya. Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka, penulis
tidak menemukan kesamaan dengan skripsi-skripsi terdahulu. Dan dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
Berikut ini judul-judul skripsi yang dijadikan tinjauan pustaka :
1. Nurul Fajriyah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen
Dakwah 2007 dengan judul “Pola Pendayagunaan Dana Zakat pada
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tanggerang Dalam Upaya
Meningkatkan Mutu Pendidikan”. Dalam skripsi ini berisi tentang pola
pendayagunaan atau pendistribusian dalam upaya peningkatan pendidikan
Kota Tanggerang serta factor penghambat dan pendukung dalam
pendayagunaan dana zakat di BAZDA Kota Tanggerang. Meskipun sama
dibidang pendidikan dan tentang pendayagunaan, berbeda dengan yang
penulis kaji saat ini yaitu lembaga yang di teliti dan system
pendayagunaannya berbeda dengan yang penulis teliti.
10
2. Muhammad Zainudin, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Jurusan Manajemen Dakwah 2010 dengan judul “Pendayagunaan Zakat
Lembaga Amil Zakat Portal Infaq untuk Pendidikan Anak Pemulung di
Bantar Gebang Bekasi” pada skripsi ini terdapat perbedaan dengan yang
dilakukan oleh penulis baik dari obyek kajian, pembahasan penelitian
serta poin pokok permasalahan yang dikaji pada penelitian ini dan
dalam pendayagunaannya berbeda.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan, penelitian ini terdiri dari lima bab penulisan,
yang perinciannya sebagai berikut:
Bab I. dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II. Landasan Teoritis, bab ini sebagai acuan analisa hasil
penelitian, yang terdiri dari pengertian pola pendayagunaan, fiqih dan
manajemen pendayagunaan, sasaran pendayagunaan, pengertian obyek zakat,
ruang lingkup dana zakat dan potensi dana zakat.
Bab III. Tinjauan Umum tentang BAZIS Privinsi DKI Jakarta,
Dalam bab ini membahas tentang Profil dan sejarah singkat berdirinya
BAZIS DKI Jakarta, Visi dan Misi BAZIS DKI Jakarta, Tujuan dan
prinsip pengelolaan zakat, beserta susunan organisasi dan program kerja
BAZIS DKI Jakarta.
Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian, didalam bab ini berisi
tentang hasil penelitian pendayagunaan dana zakat dalam bidang
11
pendidikan/beasiswa tingkat SLTA dan peran BAZIS DKI Jakarta dalam
meningkatkan kualitas belajar.
BAB V, Penutup, Didalam bab ini terdapat kesimpulan dan saran-
saran.
12
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pendayagunaan
1. Pengertian Pendayagunaan
Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat,
adapun pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus besar bahasa
Indonesia:
a. Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat
b. Pengusahaan (tenaga atau sebagainya) agar mampu menjalankan tugas
dengan baik.9
Kata guna dalam Bahasa Arab yaitu: Al-Istismar berasal dari kata
Istatsmara-yastatsmiru, yaitu menggapai suatu hasil. Kata Istatsmara Al-
Maal tsammarahu, artinya adalah mempergunakan harta (maal) tersebut
untuk memproduksi keuntungan. Secara istilah kata guna adalah
mempergunakan harta benda untuk menciptakan sesuatu, baik secara
langsung dengan membeli alat-alat produksi, maupun secara tidak
langsung.10
Selain itu, pendayagunaan dapat diartikan sebagai pengusahaan agar
mampu mendatangkan hasil dan manfaat. Dalam istilah zakat,
pendayagunaan adalah bagaimana lembaga atau pengelola zakat
mendayagunakan dana zakat yang telah terkumpul kepada para mustahik
atau 8 asnaf. 8 asnaf ini adalah termasuk fakir, miskin, amil zakat, muallaf,
riqab, gharimin, jihad fi sabilillah dan ibnu sabil. Zakat dapat dijadikan
9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 189
10 http://www.siwakz.net/mod.php?mod=publisher&cid=53&artid=171. Diakses tanggal
28 april 2013
12
13
dana untuk peningkatan eksistensi umat. Orang-orang yang kurang mampu
(miskin) adalah salah satu golongan yang harus mendapatkan bagian
dalam upaya peningkatan tersebut, karena peningkatan yang diberikan
kepada golongan tidak mampu (miskin) bertujuan agar terjadinya
perubahan sosial secara ekonomi bagi golongan tidak mampu.
Dalam peningkatan tersebut diperlukan suatu pengelolaan yang
mampu mendayagunakan seluruh potensi zakat diperlukan penanganan
konsep manajemen secara tepat dengan memperhatikan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pola pelaksanaan sistem zakat.
Fenomena ini menggambarkan beberapa masalah tengah dihadapi
oleh lembaga pengelolaan ZIS (Zakat, Infak, dan Shadaqoh) kontribusi
umat Islam akan mengangkat tiga unsur manajemen yang meliputi :
Manajemen Pengelolaan, Manajemen Pendayagunaan dan Manajemen
Pendistribusian ZIS. Dari tiga u nsur tersebut pendistribusian
merupakan tolak ukur bagi terbentuknya pemberdayaan ekonomi
umat. Oleh karena itu Manajemen Pendistribusian perlu implementasi
pada sebuah lembaga pengelolaan ZIS, agar dana zakat yang sudah
dikelola dapat disalurkan atau didistribusikan kepada yang berhak
menerima.
Pendistribusian zakat adalah dengan melakukan distribusi lokal
atau dengan kata lain lebih mengutamakan penerima zakat yang berada
dalam lingkungan terdekat dengan lembaga zakat, dibandingkan
pendistribusiannya untuk di wilayah lainnya, hal ini lebih dikenal dengan
sebutan “centralistic” atau yang berhubungan dengan lingkungan
14
sekitar.11
Dalam pendistribusian banyak hal yang di butuhkan bagi lembaga
atau seorang yang mendistribusikannya. Pertama adalah kesadaran diri
sebagaimana yang tertera dalam hadits Rasulullah SAW orang yang
terbaik adalah orang yang memberikan banyak manfaat. Sehingga
dirinya sendiri tidak sekedar baik atau memberikan begitu saja tetapi
bisa lebih dari itu. Kedua adalah waktu dan tenaga, tetapi itupun relative
apabila kita mampu mengelola bersama-sama dengan masyarakat. Ketiga
adalah sebuah upaya yang membutuhkan sessugguhnya yaitu
memberikan ide-ide yang cemerlang dan kreatifitas untuk masyarakat
dalam melakukan pendistribusian.
Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah beberapa
usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan
tertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik, tepat dan terarah agar
lebih efektif bermanfaat dan berdayaguna sesuai tujuan zakat itu
disyariatkan.
2. Fiqih dan Manajemen Pendayagunaan
a. Fiqih Pendayagunaan
1) Pengertian Fiqih
Fiqih menurut bahasa berarti paham, atau pengertian yang
mendalam tentang maksud dan tujuan suatu perkataan dan
perbuatan, bukan hanya mengetahui lahiriyah perkataan, atau
11
Dr. Yusuf Qaradhawi, “Spektrum zakat” dalam membangun Ekonomi Kerakyatan (
Jakarta, Zikrul Hakim, 2005) hal. 139
15
perbuatan itu.12
Pengertian ini difahami dari kata “FIQIH” yang
tercantum didalam beberapa ayat Al-Qur’an, dan dalam hadis
Nabawi, diantaranya adalah Firman Allah:
ال ) ٧٨:سا ءال ) انقىو ال يكا دو يفقهى حديثاالء هؤف
“Maka mengapa orang-orang (munafik) itu Hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan sedikitpun” (An-Nisa : 78).13
Pengertian Fiqih secara etimologi ini juga ditemukan dalam
surat al- hud, 11 ; 91. Kemudian pengertian yang sama juga terdapat
di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari
Muawiyah, sabda Rasulullah saw :
يردانهه به خيرا يفقهه فى اند ي ي
“Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang, maka ia
akan memberikan pemahaman agama (yang mendalam)”.14
As-Saiyid al-Jurjani di kutip oleh H. M. Abdullah Al-Manar.
berkata “fiqih pada lughah ialah memahami pembicaraan seseorang
yang bicara.15
Perkataan fiqih dijumpai dalam al-Quran dengan kata nafqoh,
tafqohum, yafqohu, yalafaqohu, yang disebut dalam tidak kurang
dari dari dua puluh ayat. Akan tetapi kata yang langsung
mengaitkannya dengan pengetahuan agama terdapat dalam ayat
yang berbunyi :
12 Muhammadiyah Djafar, H. Penghantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia,
1993),cet.l.h.1 13
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat An-nisa ayat 78, Mujamma’ Khadim al Haramain
asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box.
3561, h. 131-132 14
Jalaluddin As Suyuti, Abd Rahman, Al Jami’us Sagier, Juz 2. (Bandung: PT AL
ma’arif) h. 183 15
H.M. Abdullah al-manar, ibadah dan syariah, (Jakarta : Pamatas, 1999). h.6
16
فهى ال فر ي كم فر قه يهى طا ئفه نيتفقهىا افى اند ي
(١٢٢:انتىبة )
Artinya : “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama”. (QS. At Taubah: 122)
Adapun pengertian fiqih secara istilah yaitu16
انفقه هى انعهى با ال حكا و انشرعية انعهية ي ادنتها انتفصهيه
“Fiqih ialah Ilmu tentang hukum amali (hukum prinsip) dan
bersumber dari dalil-dalil tafsili (terurai)”
Imam Jalaluddinal-mahali dikutip oleh Majudin; memberikan
definisi fiqh ialah ilmu pengetahuan hukum islam yang dihasilkan
oleh ijtihad.17
Sejalan dengan hal tersebut Ibnu Khaldun dalam muqoddimah
al-mubtada al khabar berkata dikutip oleh; H.M. Abdullah Al-
Manar "fiqh itu ialah ilmu yang dengannya diketahui segala hukum
Allah yang berhubungan dengan segala pekerjaan mukallaf, baik
yang wajib, yang haram, yang makruh dan yang mubah yang
disimpukan (diistimbatkan) dari al-Quran dan as-Sunnah dan dalil-
dalil yang telah ditegaskan syara’ seperti qiyas”.18
Dalam terminologi Al-Quran dan Sunnah, Fiqih adalah
pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai perintah-perintah
dan realitas Islam dan tidak memiliki relevansi khusus dengan
16
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat at-Taubah 122, Mujamma’ Khadim al Haramain
asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif Medinah Munawwarah P.O.Box.
356, hal. 301-302 17
Majudin, Drasah Islamiyah, (Pasunan : Garoeda Buana Indah, 1995). Cet. 3. h.2 18
HM. Abdullah al-Manar, Ibadah Dan Syari’ah, h. 6
17
bagian ilmu tertentu. Tetapi dalam terminologi ulama, lambat laun
secara khusus diterapkan pada pemahaman yang mendalam atas
hukum-hukum Islam.19
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat
fiqih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ dan
setiap pekerjaan mukallaf yang berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat amaliah yakni menyangkut tindak tanduk manusia seperti
hal yang wajib, haram, makruh, mandub dan yang mubah.
2) Pendayagunaan dari Fiqih
Sedangkan, dalam pendekatan fiqih itu sendiri, dasar
pendayagunaan zakat pada umumnya didasarkan pada surat At-
Taubah ayat 60 sebagai berikut :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(Q.S. al-
Taubah/9:60)
Ayat ini menjelaskan tentang peruntukan kepada zakat itu
diberikan. Para ahli tafsir menguraikan kedudukan ayat tersebut
dalam uraian yang beragam, baik terhadap kuantitas, kualitas, dan
19
Murtadha Murthahari dan M. Baqir ash-Shadh, Pengetahuan Ushul Fiqh Perbandingan,
(Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993),cet.l. h. l76
18
prioritas. Diantara uraian tersebut secara singkat adalah sebagai
berikut :
a) Menurut sebagian ulama, zakat boleh dibagikan kepada satu
golongan saja dari delapan golongan itu, yaitu diberikan kepada
mereka yang paling membutuhkan.
b) Menurut sebagian ulama lain, zakat hanya diberikan kepada
delapan asnaf dan tidak boleh diberikan selain delapan asnaf itu.
c) Menurut al-Qurthubi dalam tafsirnya menarik kesimpulan bahwa
tidak ada cara tertentu dan tetap, sejak masa Rasulullah SAW
maupun kebijaksanaan system prioritas.
d) Sebagian lain, tidak ada penjelasan mengenai perincian
pembagian di antara 8 golongan tersebut. Ayat tersebut hanya
menetapkan kategori-kategori yang berhak menerima zakat hanya
ada delapan golongan. Nabi sendiri tidak pernah menerangkan
cara pembagian itu, bahkan beliau memberi mustahik sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan, dan disesuaikan pula dengan
jumlah persiapan harta yang ada.
Penjelasan yang beragam dari para ulama terhadap maksud
ayat tersebut menunjukan bahwa konsep pendayagunaan atau pihak-
pihak yang berhak menerima zakat, dalam penerapannya
memberikan atau membuka keluasan pintu ijtihad bagi mujtahid
termasuk Kepala Negara dan Badan Amil Zakat, untuk
mendistribusikan dan mendayagunakan sesuai dengan kebutuhan
situasi dan kondisi sesuai kemaslahatan yang dapat dicapai dari
19
potensi zakat tersebut.20
Maka dengan ini fiqih pendayagunaan dapat diartikan sebagai
hukum yang membahas tentang usaha atau kegiatan yang saling
berkaitan dalam menciptakan tujuan tertentu. Agar mencapai tujuan
tertentu dan berjalan dengan hukum yang sudah ditetapkan.
b. Manajemen Pendayagunaan
Manajemen adalah usaha pencapaian tujuan organisasi dengan
mengiplementasikan empat fungsi dasar : planning, organizing,
actuating, dan controlling (POAC) dalam menggunakan sumber
daya organisasi yang ada.21
1) Planning (Perencanaan) meliputi; merumuskan rancang bangun
organisasi, perencanaan program kerja yang terdiri dari:
penghimpunan (fundraising), pengelolaan dan pendayagunaan.
2) Organizing (Pengorganisasian) meliputi; kordinasi, tugas dan
wewenang, penyusunan personalia, perencanaan personalia dan
recruiting.
3) Actuating (Kepmimpinan) terdiri dari; pemberian motivasi,
komunikasi, model kepemimpinan, dan pemberian reward dan
sangsi.
4) Controlling (Pengawasan) meliputi; Tujuan pengawasan, tipe
pengawasan, tahap pengawasan serta kedudukan pengawas.
20
Zaim Saidi, Reiterprestasi Pendayagunaan ZIS menuju Efektifitas Pemanfaatan Zakat,
Infak dan Sedekah, (Jakarta: Paramedia, 2004), Cet Pertama, h. 8-9 21
Yayat M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta, 2001, h.3
20
Terkait dalam hal pendayagunaan zakat, terdapat dua gaya
manajemen yang patut di ungkap, yaitu Manajemen by Result
(MBR) dan Management by Process (MBP).22
Manajemen by Result
adalah manajemen yang berorientasi pada hasil. Model manajemen
ini tidak mempedulikan dampak yang ditimbulkan. Segala cara
dilakukan sepanjang dapat mengantarkan pada tujuan. Para pegawai
atau staf didorong untuk terus bersaing demi pencapaian tujuan.
Karena itu, biasanya model manajemen ini berumur pendek.
Sedangkan Management by Process adalah manajemen yang
berorientasi pada proses, dalam mencapai tujuan memerlukan
penataan proses yang baik. dampak negatif dari proses diminimalisir.
Dengan manajemen ini seluruh pegawai dan staf didorong untuk
melakukan proses dengan benar. Karena itulah manajemen ini akan
berumur panjang.
Dari dua gaya manajemen ini, maka gaya Management by
Process sangat tepat untuk lembaga-lembaga pengelola ZIS. Karena
model ini tidak hanya mementingkan pencapaian tujuan, tetapi pada
saat yang sama proses dalam mencapai tujuan itu harus tertata secara
apik dan yang utama adalah berlandaskan pada spirit keislaman.23
Oleh sebab itu, bila dihubungkan dengan pendayagunaan ZIS,
maka antara manajemen dengan Islam hendaknya dijalankan secara
harmonis. Dalam arti, bahwa Islam perlu dijadikan sebagai fondasi
dalam pola fikir dan aktivitas pendayagunaan ZIS.
22
BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institut Manajemen Zakat (Jakarta:Alisafam Printing &
Design, 2006) cet.1, h.50 23
BAZIS Provinsi DKI Jakarta & Institut Manajemen Zakat, h. 51
21
Beberapa komponen yang harus ada dalam setiap aktivitas
pendayagunaan harta ZIS, meliputi: harta ZIS yang telah terkumpul,
para mustahik, para pengelola dan aturan pengelola/manajemen,
serta wilayah keutamaan dan kepemimpinan.24
Ada dua bentuk penyaluran dana antara lain: (lebih di perjelas lagi)
1) Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan
kepada seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga
berarti bahwa penyaluran kepada mustahik tidak disertai target
terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri mustahik. Hal ini
dikarenakan mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi
mandiri, seperti pada diri orang tua yang sudah jompo, orang
cacat. Sifat dan bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah.
2) Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai
target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahik
menjadi kategori muzzaki. Target ini adalah target besar yang
tidak dapat dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk
itu, penyaluran zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh
terhadap permasalahan yang ada penerima. Apabila
permasalahannya adalah permasalahan kemiskinan, harus
diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga tidak mendapat
mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang lebih
dicanangkan.25
24
Lili Bariadi, Zakat dan Wirausaha (Jakarta:CED,2005),h.85 25
Lili Bariadi, Zakat dan Wirausaha, h. 25
22
Kualitas manajemen suatu organisasi pengelola zakat harus
dapat diukur. Untuk itu, ada tiga kata kunci yang dapat dijadikan
sebagai alat ukurnya:
1) Amanah. Sifat amanah merupakan syarat mutlak yang harus
dimiliki oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat ini, hancurlah
semua sistem yang dibangun.
2) Sikap profesional. Sifat amanah belumlah cukup. Harus
diimbangi dengan profesionalitas pengelolaannya.
3) Transparan. Dengan transparannya pengelolaan zakat, maka kita
menciptakan suatu sistem kontrol yang baik, karena tidak hanya
melibatkan pihak intern organisasi saja, tetapi juga akan
melibatkan pihak eksternal. Dan dengan transparansi inilah rasa
curiga dan ketidakpercayaan masyarakat akan dapat
diminimalisasi.
Ketiga kata kunci ini dapat diimplementasikan apabila
didukung oleh penerapan prinsip-prinsip operasionalnya. Agar dalam
pendayagunaan dana tersebut tepat sasaran.
3. Sasaran Pendayagunaan
Kebijakan pendayagunaan zakat diarahkan kepada sasaran
dalam pengertian yang lebih luas, secara tepat guna, efektif, dengan
distribusi yang serba guna dan produktif. Sasaran tersebut dapat
dilihat dari beberapa aspek berikut ini :
23
a. Aspek Pendidikan
Saat ini program pendayagunaan zakat yang paling diminati
oleh lembaga pengelola zakat dalah program pendidikan karena
beberapa alasan: pertama, semua orang sepakat bahwa jalur untuk
mengubah nasib adalah melalui pendidikan. Kedua, program ini
relative mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan
keterampilan khusus bagi para amil. Ketiga, lebih mudah untuk
dilakukan evaluasi hasilnya, meskipun hal ini jarang dilakukan
oleh lembaga pengelola zakat.26
Dalam hal ini aspek pendidikan terkait atau termasuk
dengan pendayagunaan konsumtif kreatif, yaitu yang dimaksud
pendayagunaan konsumtif kreatif adalah terdiri dari dua
pengertian. Pertama pendayagunaan konsumtif, yakni
pendayagunaan yang dilakukan oleh seseorang penerima bantuan
tanpa mempunyai ide untuk mengembangkan atau mengelola
bantuan dana tersebut. Kedua pendayagunaan konsumtif kreatif ,
yakni pendayagunaan yang dilakukan oleh seseorang penerima
bantuan dengan mengkreasikan, mengembangkan dan mengelola
bantuan tersebut menjadi bersifat konsumtif dan
berkesinambungan atau bersifat jangka panjang.27
Misalkan seseorang siswa menerima bantuan dana tetapi
hanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, hal itu
26
Hasanudin, Manajemen Zakat dan Wakaf ( Jakarta: FIDKOM-UIN, 2010), Cet ke-1,
h. 156 27
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI-Press),
1988, h.63
24
disebut dengan penggunaan konsumtif karna hanya bersifat
jangka pendek. Sedangkan jika siswa yang menerima bantuan
tersebut, digunakan untuk pembayaran SPP dan peralatan
operasional pendukung kegiatan belajar mengajar, hal itu disebut
pendayagunaan konsumtif kreatif karna bersifat jangka panjang.
b. Aspek Kesehatan
Kesehatan berasal dari kata dasar sehat atau shihah (bahasa
arab) yang berarti keadaan yang baik dan tidak ada penyakit.
Seseorang dikatakan sehat bila seluruh organ tubuh berfungsi
dengan baik sebagaimana mestinya.
Menurut konsep kedokteran barat, ialah: “healt is state of
complete phisical, mental, and social, well being, not merelly the
absease or irfimity”, artinya : sehat adalah suatu keadaan yang
baik dari jasmaniah, rohaniah dan sosial, dan tidak hanya bebas
dari penyakit dan cacat. Kesehatan adalah salah satu syarat
terwujudnya kebahagiaan hidup manusia. Pengertian sehat ada
empat macam:
1) Sehat dalam arti yang paling utama yaitu jasmani atau tubuh
dalam kondisi baik, terbebas dari penyakit-penyakit
jasmaniah seperti jantung, lever, dan lain-lain.
2) Sehat dalam bidang ekonomi, yaitu manusia harus
mempunyai kemampuan ekonomi yang layak guna
menunjang kebutuhan hidupnya terhindar dari meminta-
minta.
25
3) Sehat dalam bidang ilmu artinya manusia harus memiliki
disiplin ilmu tertentu sehingga terhindar dari kebodohan.
4) Sehat dalam bidang sosial seperti mempunyai keluarga yang
saleh, hubungan dengan teman dan kerabat yang baik,
terhindar dari ancaman dan permusuhan.
Dengan kondisi yang sehat, terlepas dari penyakit serta
terhindar dari berbagi hal yang negatif lainya seperti kemelaratan,
kebodohan serta ancaman maka manusia akan dapat melakukan
berbagi kegiatan dengan baik dan pada giliranya akan
memperoleh kesejahteraan dan bahagiaan dalam hidupnya
c. Aspek Pemberdayaan Ekonomi
Mayoritas umat islam berharap bahwa zakat, sebagai
institusi keuangan yang islami, akan berperan banyak dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan sosial ekonomi umat
kontemporer, terutama yang berkaitan dengan ketimpangan
kepemilikan sumber-sumber ekonomi. Zakat diyakini sebagai
simbol ekonomi keadilan dan kerakyatan, yang dapat
menempatkan sumber-sumber ekonomi pada tempat yang
semestinya, sehingga secara kreatif akan sanggup menumbuhkan
daya produktivitas anggota masyarakat dalam mencari dan
mengembangkan pendapatan mereka. Pada waktu yang sama dia
akan menjadi media penguat masyarakat yang dengan efektif bisa
mengangkat derajat kelompok masyarakat yang lemah (al-
mustadh’afin).
26
Arah dan kebijaksanaan pendayagunaan yang dimaksud
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha pemerintah
dalam rangka memanfaatkan hasil pengumpulan zakat kepada
sasaran dalam pengertian yang lebih luas sesuai cita dan rasa
secara tepat guna, efektif manfaatnya dengan system distribusi
yang serba guna tentunya yang produktif, sesuai dengan pesan
dan kesan syariat serta tujuan sosial yang ekonomis dari zakat.
B. Obyek Zakat/Dana Zakat
1. Pengertian Obyek Zakat
Ajaran Islam selalu menetapkan standar umum pada setiap kewajiban
yang dibebankan kepada umatnya, maka dalam penetapan harta menjadi
sumber atau obyek zakat pun terdapat beberapa ketentuan yang harus
dipenuhi. Apabila harta seorang muslim tidak memenuhi salah satu
ketentuan, misalnya belum mencapai nishab, maka harta tersebut belum
menjadi sumber atau obyek yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Adapun persyaratan harta menjadi sumber atau obyek zakat adalah
sebagai berikut:
a. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal. Hal
ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surah al-baqarah: 267.
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu, dan janganlah memilih
yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan
mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kuasa lagi
Maha Terpuji. ” (Q.S. al-baqarah:267)
b. Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan,
27
seperti melalui kegiatan usaha, perdagangan, melalui pembelian saham,
atau ditabungkan, baik dilakukan sendiri maupun bersama orang atau
pihak lain.
c. Milik penuh, yaitu harta tersebut berada dibawah kontrol dan didalam
kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa
harta itu berada di tangan pemiliknya di dalamnya tidak tersangkut
dengan hak orang lain, dan ia dapat memilikinya.
d. Harta tersebut, menurut pendapat jumhur ulama, harus mencapai
nishab, yaitu jumlah minimal yang menyebabkan harta terkena
kewajiban zakat. Contohnya nishab zakat emas adalah 85 gram, nishab
zakat hewan ternak kambing adalah 40 ekor, dan sebagainya.
e. Sumber-sumber zakat tertentu, seperti perdagangan, peternakan, emas
dan perak harus sudah berada atau dimiliki ataupun di usahakan oleh
muzakki dalam tenggang waktu satu tahun.
f. Sebagian ulama mazhab Hanafi mensyaratkan kewajiban zakat setelah
terpenuhi kebutuhan pokok, atau dengan kata lain, zakat dikeluarkan
setelah terdapat kelebihan dari kebutuhan hidup sehari-hari yang terdiri
atas kebutuhan sandang, pangan, dan papan.28
Adapun yang menjadi
alasannya adalah firman Allah SWT dalam surah al-baqarah: 219.
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar [136] dan judi.
Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: “yang lebih dari keperluan.” Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir,”(Q.S. al-baqarah:219)
28
Hasanudin, Manajemen Zakat dan Wakaf, h. 53-54
28
Menurut Muhammad Daud Ali pemanfaatan dana zakat dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisional sifatnya dalam
kategori ini penyaluran diberikan kepada orang yang berhak
menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan
seperti: zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang diberikan
kepada korban bencana alam.
b. Pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran
dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa dan lain-lain.
c. Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam
bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, mesin
jahit, alat-alat pertukangan, dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini
adalah untuk menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan
kerja bagi fakir miskin.
d. Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini diwujudkan
dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk
membangun sebuah proyek sosial maupun untuk membantu atau
menambahkan modal seorang pedagang atau pengusaha kecil.29
Seiring perkembangan zaman, jenis obyek zakat terus
berkembang. para ahli fiqih terus mengadakan pengkajian, melakukan
ijtihad untuk menentukan harta-harta obyek zakat yang belum dikenal
di zaman Rasulullah. Imam Syafi’I , Imam Maliki, Imam Hambali, dan
29
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, h. 62-63
29
Imam Hanafi banyak memberikan tambahan harta obyek zakat. Pada
zaman Umar bin Abdul Azis, sudah dikenal zakat penghasilan yaitu
zakat dari upah karyawannya.
2. Ruang Lingkup Dana Zakat
Menurut Al-qur’an, yaitu wajib dikeluarkan zakatnya adalah harta
benda atau kekayaan (QS.9:103). Jenis-jenis kekayaan tersebut dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Hewan Ternak
Ulama madzhab sepakat bahwa hewan ternak yang wajib dizakati
adalah unta, sapi, kerbau, kambing, domba, biri-biri. Sedangkan kuda,
keledai tidak wajib dizakati kecuali termasuk dalam harta dagangan.
Kemudian Imam Hanafi berpendapat bahwa kuda wajib dizakati, kalau
kuda tersebut bercampur antara jantan dan betina.30
kewajiban
mengeluarkan binatang ternak di atas, apabila sudah memenuhi
berbagai syarat yang sudah ditentukan, seperti pencapaian nishab.
b. Emas dan Perak
Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang berkembang.
Oleh karena syara’ mewajibkan zakat atas keduanya, baik berupa uang,
leburan logam, bejana, souvebir, ukiran atau yang lainnya.31
Begitu
juga dengan segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan,
deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk ke dalam
kategori emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya kecuali pada emas
30
Muhammad Jawad Mughniyah, “al-Fiqh ,, ala al-Madhaib al-Khamzah”, (Jakarta:
Lentera 2005), h. 180-181 31
Djamaludin Ahmad al-Buny, Problematika Harta dan Zakat (Surabaya: Bina Ilmu,
1983), h. 109.
30
dan perak atau lainnya yang berbentuk perhiasan dan tidak berlebihan,
maka tidak diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut. Nisab zakat
emas adalah 20 dinar atau kurang lebih 96 gram emas murni. Adapun
nisaab zakat perak adalah 200 dirham atau kurang lebih 672 gram,
sedangkan nisab zakat uang adalah sama dengan harga 96 gram emas.
Ketiga harta tersebut wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak dua
setengah persen (2,5%) jikalau harta tersebut mencapai satu tahun.
c. Harta Perniagaan
Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukan untuk diperjual-
belikan dalam berbagai jenisnya. Perniagaan tersebut bisa diusahakan
secara perorangan atau perserikatan seperti: CV, PT, Koperasi, dan
sebagainya. Harta perniagaan wajib dikeluarkan zakatnya apabila
perniagaanya sudah berjalan satu tahun sebanyak 2,5% dan nisabnya
disamakan dengan nilai harga emas 96 gram.32
d. Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang
bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-
buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dan lain-lain.
Namun menurut Imam Syafi’I, hasil pertanian yang wajib dikeluarkan
zakatnya hanyalah makanan pokok saja. Hasil pertanian tersebut wajib
dikeluarkan zakatnya setiap kali panen sebanyak lima persen untuk
tanaman yang diairi sendiri atau dengan biaya dan sepuluh persen untuk
32
Moh. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI-Press, 1988),
h. 45.
31
tanaman yang diairi langsung dari hujan.33
e. Ma’din dan Rikaz
Ma’din adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi dan
memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer,
minyak bumi, batu-bara, dan lainnya. Sedangkan Rikaz adalah barang
temuan atau bisa juga diartikan harta yang terpendam dari zaman
dahulu (harta karun). Pada umumnya harta karun berasal dari harta
orang-orang kafir yang ditanam pada masa jahiliyyah. Nisab dan
kadarnya zakat kedua harta tersebut sama dengan emas dan perak.34
3. Potensi Dana Zakat
Membahas mengenai potensi dana zakat (individual atau
perusahaan), menarik sekali untuk di cermati seberapa besar sebenarnya
masyarakat dan perusahaan menyadari bahwa dirinya termasuk wajib
zakat (muzzaki) atau belum. Sayangnya belum ada informasi yang akurat
yang dapat memberikan gambaran tersebut. Karena dengan mayoritas
masyarakat Indonesia yang beragam Islam sangat disayangkan jika
potensi tersebut tidak dapat di optimalkan. Demikian juga halnya
dengan besarnya zakat yang diberikan oleh masing-masing muzzaki
menarik untuk ditelusuri.
Agak sulit memperoleh informasi yang relatif akurat tentang
potensi zakat di Indonesia karena minimnya pendidikan dan belum adanya
suatu lembaga yang secara khusus menekuni masalah ini. 35
Akan tetapi
33
Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Surabaya: al- Ikhlas, 1995), h.35 34
Moh. Daud Ali.,Sistem Ekonomi Islam. (Jakata: UI-Press, 1988), Cet.1, h. 47. 35
Hasanudin, Manajemen Zakat dan Wakaf ( Jakarta: FIDKOM-UIN, 2010), Cet ke-1, h.
128
32
menurut Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan ADB (Asian
Development Bank) menyebut 217 triliun rupiah. Sementara yang
tercatat, terhimpun di Asosiasi Lembaga Zakat di Indonesia yaitu Forum
Zakat Nasional (FZN) baru sekitar 1,5 triliun rupiah. Kalau perkembangan
dari tahun ke tahun itu cukup berarti.36
36
http://sobir-hashirama.blogspot.com/2011/11/makalah-amil-zakati.html
Diakses pada tanggal 10 april 2013
33
BAB III
GAMBARAN UMUM BAZIS DKI JAKARTA
A. Profil dan Sejarah berdirinya BAZIS DKI Jakarta
Badan amil zakat, sebagai cikal bakal BAZIS sekarang, sudah digagas
lebih awal berdirinya pemerintahan Orde Baru. Tepatnya, ketika sebelas
Ulama tingkat nasional mengadakan pertemuan pada tanggal 24 September di
Jakarta. Ulama-ulama itu adalah Prof. Dr. Hamka, KH. Ahmad Azhari, KH.
Moh. Syukri Ghazali, Moh. Sodri, KH. Taufiqurrahman, KH. Moh. Sholeh
Su’aidi, M. Ali Alhamidy, Mukhtar Luthfi, KH. A. Malik Ahmad, Abdul
Kadir, dan KH. M.A. Zawawy. Mereka menyarankan diadakannya sebuah
badan untuk pelaksanaan zakat di Indonesia. Hal ini dipertegas oleh Presiden
Soeharto ketika menyampaikan pidatonya pada peringatan Isra Mi’raj,
tanggal 26 Oktober 1968. Pada saat itu beliau mengajak umat islam untuk
mengamalkan ibadah zakat secara konkret dengan mengintensifkan
pengumpulan zakat sehingga hasilnya menjadi lebih terarah.
Selanjutnya, Presiden Soeharto, Presiden RI saat itu, mengeluarkan
surat perintah No. 07/PRN/10/1968 tanggal 31 Oktober 1968 yang isinya
adalah perintah kepada Alamsyah Ratuperwiranegara, M. Azwar Hamid, dan
Ali Afandy untuk membantu Presiden dalam pengadministrasian penerimaan
zakat.
Sebelum adanya seruan presiden, BAZ sendiri sebenarnya sudah
berdiri berdasarkan peraturan Menteri Agama tahun 1968 tentang
pembentukan Badan Amil Zakat yang bertugas melaksanakan pemungutan
dan pengumpulan zakat maal dan zakat fitrah. Hanya saja, mungkin
33
34
pelaksanaannya dilapangan saat itu masih tersendat.
Di tingkat daerah, seruan Presiden Soeharto direspon secara positif.
Gubernur DKI Jakarta, misalnya, saat itu Ali Sadikin, mengeluarkan SK
Gubernur DKI Jakarta No. Cb-14/8/18/68 tentang pembentukan Badan Amil
Zakat berdasarkan syariat islam pada tanggal 5 Desember 1968. Mulai saat
itu, secara resmi BAZ DKI Jakarta berdiri dari tingkat propinsi, kotamadya,
kecamatan, hingga kelurahan. Inilah cikal bakal yang sebenarnya dari BAZIS
DKI yang pada saat itu bernama BAZ Karena memang kegiatannya masih
terbatas pada pengumpulan dana zakat saja.
Seiring dengan berjalannya waktu, pengumpulan dana zakat oleh BAZ
DKI diperluas lagi, bukan hanya terbatas pada dana zakat, tetapi juga meliputi
infaq dan sedekah. Perluasan ini dituangkan dalam SK Gubernur DKI Jakarta
No. D.III/14/6/51/73 tentang pembentukannya Badan Amil Zakat Infaq
Sedekah (BAZIS) DKI Jakarta yang dikeluarkan pada tanggal 22 Desember
1973. Berdasarkan keputusan inni, maka dana yang dikumpulkan oleh BAZIS
menjadi lebih luas spektrumnya.
Pada awal pembentukannya, BAZIS DKI Jakarta berada langsung
dibawah Gubernur DKI Jakarta. Namun, pada proses yang lebih lanjut,
dirasakan adanya keperluan untuk mengadakan perubahan di bidang struktur,
agar BAZIS lebih leluasa lagi dalam gerak organisasinya, maka tahun 1991,
dikeluarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 859 tentang susunan dan tata
kerja BAZIS DKI Jakarta. Dengan surat keputusan ini kepemimpinan BAZIS,
yang tadinya dipegang langsung oleh Gubernur, dilimpahkan oleh aparat
teknis yang bersifat professional dan fungsional. Sejak saat itu pula, BAZIS
35
menjadi Perangkat Pelaksana Pemerintah Daerah yang mandiri, karena
bersifat non-struktural.
Pada tahun 1998, Gubernur DKI Jakarta kembali mengeluarkan surat
keputusan No. 87 tentang susunan dan tata kerja BAZIS DKI Jakarta.
Berdasarkan SK ini, nama pimpinan BAZIS berubah dari ketua menjadi
kepala BAZIS. Sementara itu, BAZIS tingkat Kotamadya diganti pula
menjadi pelaksana BAZIS Kotamadya.
Pada tahun 2002, Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan dua surat
keputusan yang berkaitan dengan BAZIS, yaitu SK No. 120 dan SK No. 121.
Yang pertama, mengenai organisasi dan tata kerja Badan Amil, Zakat, Infaq
dan Shadaqah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; dan yang kedua
mengenai pola pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah Badan Amil Zakat,
Infaq, dan Shadaqah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Berdasarkan
SK ini, istilah badan Pembinaan tidak lagi diperlukan, tetapi diganti dengan
Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawas. Dengan kedua SK ini
diharapkan organisasi BAZIS menjadi lebih efesien dan pola pengelolaan
dana zakatnya menjadi lebih optimal, professional, amanah, dan transparan.
B. Visi dan Misi BAZIS DKI Jakarta
Visi : Menjadikan badan pengelola ZIS yang unggul dan terpercaya
Misi : mewujudkan optimalisasi pengelolaan ZIS yang amanah, professional,
transparan, akuntabel, dan mandiri di Jakarta menuju masyarakat yang
sejahtera, berdaya, dan bertaqwa.37
37
Company Profil, Kantor BAZIS Kota Administrasi Jakarta Barat, Jakarta 2013, h.2
36
C. Tujuan dan Prinsip Pengelolaan Zakat BAZIS DKI Jakarta
Didirikannya Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah di DKI Jakarta memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Agar administrasi pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq dan
shadaqah dikelola secara lebih baik dan professional. Hal ini diperlukan
untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada pengelola zakat,
infaq, dan shadaqah, bahwa harta yang mereka keluarkan disalurkan
kepada mustahik yang berhak menerimanya.
2. Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya membayar
zakat dan mengeluarkan infaq dan shadaqah sebagai tanggung jawab
sosial, serta pengtingnya fungsinya amil sebagai pengelola dana zakat.
3. Wujud tanggung jawab pemerintah sebagai bagian dari konsepsi integral
dalam merealisasikan Pancasila khususnya sila keadilan sosial dan pasal
34 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi “fakir miskin dan anak-
anak terlantar dipelihara oleh Negara”.
Pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah oleh BAZIS DKI Jakarta kerujuan
untuk :
1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat,
infaq dan shadaqah sesuai dengan tuntunan agama.
2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, infaq dan shadaqah.
Untuk mencapai tujuan yang tadi, BAZIS DKI Jakarta dalam
pelaksanaan pengelolaan zakat selalu berprinsip kepada 6 hal :
37
1. Prinsip Syariah dan Moral Keagamaan. Artinya, pengelolaan zakat,
infaq, shadaqah berlandaskan pada syariah dan moral agama.
2. Prinsip kesadaran umum. Artinya, pengumpulan zakat, infaq, dan
shadaqah hendaknya mempunyai dampak positif dalam menumbuh-
kembangkan kesadaran bagi muzzaki. Munfiq, dan mutashaddiqin
untuk melaksanakan kewajibannya.
3. Prinsip Manfaat. Artinya, pengelolaan zakat, infaq, dan Shadaqah harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemaslahatan
ummat.
4. Prinsip Koordinasi. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq, dan
shadaqah hendaknya terjalin koordinasi secara harmonis antar berbagai
instansi/lembaga terkait, agar tercipta efesiensi dan efektifitas yang
optimal.
5. Prinsip Keterpaduan. Artinya, dalam pengelolaan zakat, infaq, dan
shadaqah secara menyeluruh diperlukan adanya keterpaduan antar
berbagai instansi/lembaga terkait, dan keterpaduan antar ulama dan
umaro.
6. Prinsip Produktif Rasional. Artinya, dalam pendayagunaan dana zakat,
infaq, dan shadaqah hendaknya diarahkan secara produktif dan rasional.
D. Susunan Organisasi dan Program Kerja BAZIS DKI Jakarta
1. Susunan Organisasi BAZIS DKI Jakarta
Susunan Organisasi BAZIS DKI Jakarta terdiri dari tiga lembaga
utama (berdasarkan SK Gubernur DKI no. 12 Tahun 2002), yaitu :
38
a. Dewan Pertimbangan
b. Komisi Pengawas
c. Badan Pelaksana
Susunan Dewan Pertimbangan BAZIS DKI Jakarta ditetapkan Gubernur
dan mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Memberikan pertimbangan tentang pengembangan hukum dan
pemahaman seputar zakat, infaq, dan shadaqah.
2. Memberikan pertimbangan, saran dan pendapat dalam kebijaksanaan
pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah.
3. Menampung dan menyalurkan pendapat umat islam tentang
pengembangan, pengumpulan, dan pendayagunaan zakat, infaq, dan
shadaqah.
Susunan komisi pengawas juga ditetapkan oleh gubernur dan
bertugas untuk melaksanakan pengawasan internal terhadap pengelolaan
zakat, infaq, dan shadaqah. Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawasan
bertanggung jawab kepada Gubernur.
Anggota Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawasan terdiri dari
unsur Ulama, Umaro, DPRD, Tokoh Masyarakat, Pengusaha Nasional,
dan Cendikiawan Muslim.
Susunan Organisasi Badan Pelaksana :
1. Kepala
2. Wakil Kepala
3. Sekretaris
4. Bidang Pengumpulan
39
5. Bidang Pendayagunaan
6. Bidang Dana
7. Pelaksanaan BAZIS Kotamadya/ Kabupaten Administrasi
Sekretaris terdiri dari Sub bagian Umum, Sub bagian Hubungan
Masyarakat, Sub bagian Informasi dan komunikasi, dan Sub bagian
Penelitian dan Pengembangan. Bidang Pengumpulan terdiri dari Seksi
Himpun Muzzaki, Seksi Bina Muzzaki; Bidang Pendayagunaan terdiri dari
Seksi layanan Mustahik, Seksi Usaha, dan Seksi Bina Sumber Daya
Mustahik; Bidang Dana terdiri dari Seksi Kas dan Seksi Akuntasi;
Pelaksanaan BAZIS Kotamadya/Kabupaten terdiri dari Subbagian Tata
Usaha, Seksi Pengumpulan dan Seksi Penyaluran. Untuk bagan struktur
organisasi BAZIS DKI Jakarta terdapat pada gambar 1. Di bawah ini
adalah beberapa kegiatan yang dilakukan subbagian dan seksi-seksi pada
pelaksanaan BAZIS Kotamadya/ Kabupaten, antara lain :
a. Subbagian Tata Usaha
1) Mengerjakan urusan surat-menyurat dan kearsipan
2) Melakukan urusan kepegawaian
3) Mengelola urusan keuangan anggaran
4) Mengurus keperluan perlengkapan dan rumah tangga
5) Melakukan urusan sumberdaya amil
6) Membantu kegiatan-kegiatan seksi pengumpulan dan penyaluran
7) Membuat laporan kinerja pegawai
8) Menyusun laporan
40
b. Seksi Pengumpulan
1) Menentukan target untuk tiap kelurahan dan kecamatan serta Satuan
Unit Kerja yang ada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat
sebagai upaya memotivasi peningkatan pengumpulan ZIS.
2) Mengadakan kegiatan monitoring ke wilayah kelurahan dan
kecamatan untuk mengetahui perkembangan hasil pengumpulan ZIS
dan kendala-kendalam / masalah yang dihadapi oleh Petugas
Operasional BAZIS melaksanakan tugasnya.
3) Mengadakan pendekatan / himbauan kepada para pengusaha yang
ada ditingkat kota, kecamatan dan kelurahan.
4) Mengadakan penyuluhan atau pembinaan terhadap Petugas
Operasional BAZIS kecamatan dan kelurahan, pengurus musholla,
masjid, majlis ta’lim dan kerjasama dengan para Alim Ulama,
Umaro serta tokoh masyarakat.
5) Pendataan para muzakki, mutashaddiqin dan munfiq baik perorangan
maupun perusahaan.
6) Menghimbau dan mengingatkan secara terus menerus kepada para
Kepala Unit Kerja, Camat dan Lurah agar mereka dan stafnya
membayar zakat dan amal sosial dengan membuat pernyataan
bersedia dipotong dari TPP sesuai dengan Ingub nomor 34 tahun
2008.
c. Seksi Penyaluran
1) Mengadakan pendataan terhadap mustahik
2) Mengupayakan pendayagunaan ZIS dapat tersalur secara tepat
41
sasaran dan tepat guna.
3) Mengadakan pertemuan dengan para Petugas Operasional BAZIS
Kecamatan dan Kelurahan untuk menentukan penyaluran dana
pendayagunaan ZIS.
4) Mengadakan peninjauan lapangan terhadap lokasi yang akan
mendapat bantuan.
5) Melakukan kerjasama dengan TIM Penggerak Kota Administrasi
Jakarta Barat dan Sekolah Tingkat SLTA dalam rangka memberikan
beasiswa untuk membantu biaya sekolah.38
2. Program Kerja BAZIS DKI Jakarta
a. Pembinaan SDM
1) Beasiswa dari tingkat SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah) sampai S3
(Strata 3)
2) Kesejahteraan dan pembinaan Guru dan Marbot
3) Kesehatan
b. Mendukung Usaha Produktif, Melalui Sistem:
1) Qardhul Hasan (pinjaman kebajikan, yakni kredit tanpa bunga)
2) Mudharabah (bagi hasil) melalui Program Pemberdayaan Modal
Usaha.
38
Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhammad Chabib (Kabid Pendayagunaan),
Jakarta pada tanggal 2 Mei 2013
42
Gambar 1 : Bagan Struktur Organisasi
Badan Amil Zakat Infak dan Shadaqah Provinsi DKI Jakarta
Sumber : Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No : 120 Tahun 2002, tanggal : 6 September 2002
Gubernur
Komisi
Pengawas
Dewan
Pertimbangan
Kepala
Wakil Kepala
Sekretariat
Subbagian
Umum
Subbagian
Informasi
dan
Komunikasi
Subbagian
Hubungan
Masyarakat
Subbagian
Penelitian
dan
pengembangan
Bidang
Pendayagunaan
Bidang
Pengumpulan
Bidang
Dana
Seksi
Akuntansi
Seksi
Kas Seksi
Himpun
Zakat
Seksi
layanan
Mustamik
Seksi Bina
Muzaki Seksi Bina
Usaha
Seksi Bina
Sumber Daya
Mustahik
Pelaksana Bazis
Kodya. Kab
Administrasi
Subbagian
Tata Usaha
Seksi
Pengumpulan
Seksi
Penyaluran
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Pendayagunaan Dana Zakat Infak dan Shadaqoh BAZIS Provinsi DKI
Jakarta pada program bantuan pendidikan/beasiswa
Dana zakat yang diberikan untuk biaya pendidikan termasuk kedalam
golongan yang berhak menerima zakat (mustahik) yaitu ibnu sabil yang
berarti musafir, berpergian atau orang yang berpergian. Terdapat pandangan
ulama membagi ibnu sabil kedalam dua golongan, yaitu orang yang
mengadakan perjalanan ditanah airnya sendiri dan orang yang mengadakan
perjalanan di negeri orang.
Pendidikan merupakan usaha membina dan mengembangkan aspek-
aspek rohaniah dan jasmaniah secara bertahap. Proses yang dilakukan dalam
usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan, yaitu
mengarahkan anak didik kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan
tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan
utuh sebagai manusia individual, sosial dan hamba Tuhan yang mengabdikan
diri kepadanya.39
Masalah yang masih dihadapi masyarakat adalah mengenai tingkat
kehidupan sosial yang masih rendah jauh dari garis kecukupan, sehingga
mengakibatkan banyak keluarga yang tidak mampu membayar biaya sekolah
anak. Keberhasilan anak didik meraih prestasi yang maksimal bukan
hanya di pengaruhi oleh faktor eksternal yang meliputi semua institusi dan
kondisi lingkungan sekitar, seperti lingkungan keluarga termasuk status
39
Khairon Rasyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet.l.h.135
43
sosial ekonomi orang tua anak didik, apalagi yang berpenghasilan lemah dan
tingkat ekonomi kurang baik, hal ini akan menjadi hambatan bagi anak didik
dalam mencapai prestasi belajar yang optimal.
Badan amil zakat infak dan shadaqah (BAZIS) telah dapat meneruskan
niat suci kepemerintahan negeri Indonesia dalam usaha membantu pelajar-
pelajar sekolah menengah atas (SMA/SLTA) dan juga kepada pelajar-pelajar
yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maka bagi
pihak BAZIS Provinsi DKI Jakarta berharap agar pelajar-pelajar dapat belajar
dengan lebih tekun dan lebih bersungguh-sungguh sehingga dapat berhasil
dan sukses. Dengan usaha yang gigih dalam menimba ilmu pengetahuan
sehingga kita dapat mengerti makna dari kesenangan, kemewahan dan
kesejahteraan pada masa yang akan datang.
Adanya fenomena yang terjadi dimasyarakat membuat BAZIS lebih
memfokuskan diri untuk menangani bidang pendidikan melalui beasiswa.
Program beasiswa tersebut perlu dikaji dan diteliti, mengingat urgensi zakat
sebagai salah satu instrument model pengembangan keuangan umat islam
yang berperan sebagai sebuah institusi keagamaan yang diharapkan mampu
mengatasi kelemahan struktur ekonomi yang mengangkat pemerataan
distribusi pendapatan, karena dengan pemberdayaan zakat akan dapat
meminimalisir kesenjangan ekonomi yang merupakan salah satu kelemahan
struktur ekonomi, dan mampu membawa pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan.40
40
Malichatun, Peranan Zakat dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa (studi kasus
Beasiswa Tunas Bangsa Badan Amil Zakat Nasional), (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, 2004)
Adapun obyek yang menerima dana bantuan tersebut adalah para
pelajar yang berdomisili di DKI Jakarta dan mempunyai nilai di atas rata-rata.
dalam program bantuan dana pendidikan ini BAZIS Provinsi DKI Jakarta,
mewajibkan para penerimanya mengikuti pembinaan di setiap waktu
pengambilan dana tersebut, dan bantuan tersebut di salurkan selama satu
tahun, penyalurannya dilakukan setiap per-3 bulan. Dalam pembinaan
tersebut BAZIS Provinsi DKI Jakarta dibantu oleh Ikatan Keluarga Penerima
Beasiswa (IKPA). Mereka bertugas membantu BAZIS Provinsi DKI Jakarta
dalam pembinaan dan pendayagunaan bantuan dana tersebut, bagi penerima
yang sudah mendapatkan dana bantuan dan ingin melanjutkan kembali,
penerima cukup menyerahkan transkrip nilai yang baru, apabila indeks
prestasinya melebihi tahun sebelumnya maka penerima tidak melakukan tes
wawancara, hanya melengkapi berkas yang di perlukan BAZIS DKI Jakarta.
Sedangkan dalam penyalurannya dana bantuan tersebut, BAZIS
Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan BANK DKI Syariah, kerjasama ini
baru terjalin sekitar lima tahun belakangan ini, kerjasama ini dilakukan oleh
BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan alasan agar masyarakat DKI Jakarta
mengerti dunia perbankan khususnya para penerima dana bantuan tersebut,
dalam proses pengambilan dana tersebut penerima diberikan buku tabungan
dan ATM.
Adapun tabel rekapitulasi melalui program biaya pendidikan/beasiswa
tingkat SLTA yang berada di wilayah Jakarta barat oleh Badan Amil Zakat
Infak dan Shadaqah (BAZIS) DKI Jakarta yang selama ini menerima dan
jumlah yang dikeluarkan setiap tahunnya di sebagai berikut:
No. Tahun/Periode Orang Per-tiga bulan Per-tahun
1. 2008 200 300 1.200.000
2. 2009 250 300 1.200.000
3. 2010 300 450 1.800.000
4. 2011 350 450 1.800.000
5. 2012 400 600 2.400.000 Sumber: data Bazis DKI Jakarta
Penulis menemukan peningkatan yang luar biasa ditahun 2012, dalam
setiap lembaga pasti ada target yang harus dicapai dalam waktu satu tahun ke
depan, begitu pula BAZIS Provinsi DKI Jakarta juga menentukan target
penerimaan ZIS-nya setiap tahun. Yang menentukan target penerima Zakat,
Infak dan Shadaqoh pada BAZIS Provinsi DKI Jakarta adalah wilayah yang
ditetapkan dalam rapat kerja yang dihadiri oleh kepala-kepala BAZIS di
tingkat wilayah, kemudian para camat, lurah dan BAZIS Provinsi DKI
Jakarta sebagai fasilitator, kemudian tiap wilayah menetapkan sendiri target
atau kemampuan mereka mengumpulkan zakatnya. oleh karena itu BAZIS
DKI Jakarta dalam menambahkan dana bantuan ini dilakukan dengan selektif
dan pengawasannya lebih efektiv terhadap orang yang akan menerima
bantuan pendidikan tersebut. Dalam menambahkan kuota penerima bantuan
ataupun menambahkan dana bantuan, BAZIS DKI Jakarta terlebih dahulu
melihat berapa banyak dana yang masuk ke Bazis dari para donatur-donatur
yang sudah bekerjasama dengan BAZIS DKI Jakarta, apabila dana tersebut
melebihi dari yang ditargetkan, barulah BAZIS DKI Jakarta menambahkan
kuota penerima bantuan dan menambahkan dana bantuan tersebut.
BAZIS DKI Jakarta selain memberikan bantuan dana
pendidikan/beasiswa, BAZIS DKI Jakarta juga memberikan pelajaran
disetiap waktu penyaluran dana tersebut, dengan mengadakan seminar-
seminar yang bertemakan pendidikan, sehingga disamping mereka menerima
bantuan dana pendidikan, mereka juga dapat menambah pengetahuan tentang
dunia pendidikan.
Selain itu, untuk menambah kepercayaan donator-donatur kepada
BAZIS DKI Jakarta, BAZIS DKI Jakarta juga mempertemukan pengusaha
(muzakki, munfik dan mutasoddik) dengan mustahik secara langsung. Acara
ini disebut dengan “Event Peduli Ramadhan”. Dalam acara tersebut kita
mengundang muzzaki dan mustahiknya dalam satu waktu. Jadi di samping
mereka menyerahkan zakat sebagai kewajibannya, pada saat itu juga kita
menyerahkan pendayagunaan yang menjadi hak para mustahik. Jadi
penyerahan zakat kepada mustahik disaksikan langsung oleh muzakki.41
Keunggulan-keunggulan yang di sebut di atas hanya dimiliki oleh
BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan tidak dimiliki oleh Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang lain. Dan hal ini menjadi peluang bagi BAZIS Provinsi DKI
Jakarta untuk menghimpun dan mendayagunakan dana ZIS sesuai target yang
telah ditetapkan, dengan demikian BAZIS DKI Jakarta berharap kontribusi
dari mereka dapat membantu BAZIS DKI Jakarta dalam mendayagunakan
dana ZIS tersebut, sehingga sampai kepada yang membutuhkanya.
Pengaturan saluran-saluran ZIS agar tepat sasaran, telah dilakukan
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, memang BAZIS Provinsi DKI Jakarta belum
menyentuh dan menyalurkan ZIS kepada semua kalangan dhuafa. Perlahan
tapi pasti, BAZIS Provinsi DKI Jakarta berusaha menyentuh mereka semua.
Dalam hal ini, BAZIS DKI Jakarta sangatlah berperan penting dalam
41
Muhammad Chabib, Wawancara Pribadi, Jakarta 2 Mei 2013
meningkatkan kualitas belajar khususnya dikalangan masyarakat yang
perekonomiannya dibawah rata-rata karena dari bantuan BAZIS dapat
membantu meringankan biaya pendidikan mereka.
Dalam setiap lembaga pasti ada target yang harus dicapai dalam waktu
satu tahun ke depan, begitu pula BAZIS Provinsi DKI Jakarta juga
menentukan target penerimaan ZIS-nya setiap tahun. Yang menentukan
target penerima Zakat, Infak dan Shadaqoh pada BAZIS Provinsi DKI
Jakarta adalah wilayah yang ditetapkan dalam rapat kerja yang dihadiri oleh
kepala-kepala BAZIS di tingkat wilayah, kemudian para camat, lurah dan
BAZIS Provinsi DKI Jakarta sebagai fasilitator, kemudian tiap wilayah
menetapkan sendiri target atau kemampuan mereka mengumpulkan
zakatnya.42
Pengaturan saluran-saluran ZIS agar tepat sasaran, telah dilakukan
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, memang BAZIS Provinsi DKI Jakarta belum
menyentuh dan menyalurkan ZIS kepada semua kalangan dhuafa. Perlahan
tapi pasti, BAZIS Provinsi DKI Jakarta berusaha menyentuh mereka semua.
Dalam hal ini, BAZIS DKI Jakarta sangatlah berperan penting dalam
meningkatkan kualitas belajar khususnya dikalangan masyarakat yang
perekonomiannya dibawah rata-rata karena dari bantuan BAZIS dapat
membantu meringankan biaya pendidikan mereka.
B. Analisis
BAZIS Provinsi DKI Jakarta adalah lembaga yang bergerak dalam
bidang zakat. Yang melayani dan mengurusi para muzakki dan mustahiq yang
42
Muhammad Chabib, Wawancara Pribadi, Jakarta 2 Mei 2013
ingin menyerahkan dana zakat, infak dan shadaqah, dan menjamurnya
lembaga-lembaga zakat di Indonesia khususnya di Provinsi DKI Jakarta, yang
membedakan BAZIS Provinsi DKI Jakarta dengan lembaga-lembaga zakat
lainnya adalah sebagai berikut :
1. Pendayagunaan dana zakat pada program bantuan pendidikan/
beasiswa
BAZIS Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini mengusahakan agar
pemohon, yang bersifat produktif ataupun konsumtif, dapat memenuhi
prosedur dan persyaratan yang di sosialisasikan secara formal, lewat jalur
yang sudah ada, sehingga para pemohon tidak terlalu sulit dalam
pengajuan bantuan dana tersebut.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta sangatlah berperan penting dalam
dunia pendidikan karena dana yang disalurkan oleh BAZIS sangatlah
membantu untuk mengurangi biaya yang harus dikeluarkan dalam
pendidikan. Oleh sebab itu para pelajar sangatlah mengharapkan agar
BAZIS Provinsi DKI Jakarta tetap menjalankan program bantuan
pendidikan ini agar pelajar yang kurang mampu dapat menikmati dunia
pendidikan seperti anak-anak yang perekonomiannya di atas rata-rata.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta yang merupakan satu-satunya
pengelola ZIS dibawah pemerintahan Provinsi DKI Jakarta menyebabkan
dalam mendayagunakan zakatnya menjadi lebih teratur. Setidaknya ada
beberapa pihak yang membantu BAZIS Provinsi DKI Jakarta dalam
pendayagunaannya, diantaranya adalah IKPA yang selalu membantu
BAZIS Provinsi DKI Jakarta dalam setiap pendayagunaan zakatnya.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan IKPA dari mulai
pendataan penerima zakat sampai dengan waktu pendayagunaan
zakatnya. IKPA tersebut terdiri dari beberapa alumni yang pernah
menerima bantuan pendidikan dari BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Selain
bekerja sama dengan IKPA, BAZIS Provinsi DKI Jakarta dalam hal
penyalurannya bekerjasama dengan BANK DKI Syariah, kerjasama
tersebut dilakukan dengan beberapa tujuan, diantaranya agar penerima
bantuan pendidikan tersebut mengerti tentang dunia perbankan, maka
dengan alasan itulah BAZIS Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan
BANK DKI Syariah.
BAZIS Provinsi DKI Jakarta mempunyai kredibilitas yang cukup
baik dihadapan perusahaan-perusahaan yang ada di Jakarta terkait posisi
mereka yang berada di bawah pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dengan
demikian, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak mengalami kesulitan untuk
menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan dan pengusaha untuk
menyalurkan ZIS-nya di BAZIS Provinsi DKI Jakarta.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, yang berhubungan
dengan “Pola Pendayagunaan Dana Zakat pada Badan Amil, Zakat, Infaq,
Shodaqah (BAZIS) DKI Jakarta dalam Program Beasiswa tingkat SLTA di
Jakarta Barat”. Maka penulis dapat menarik kesimpulan sabagai berikut:
1. Pada pendayagunaan dana bantuan pendidikan/beasiswa adalah sebagai
berikut :
a. Pendayagunaan BAZIS Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan
segenap relawan Ikatan Keluarga Penerima dan Alumni (IKPA). Mereka
terdiri dari para penerima yang masih aktif dalam mendayagunakan dana
bantuan tersebut.
b. Dalam penyalurannya BAZIS Provinsi DKI Jakarta menggunakan sistem
perbankan, dengan bekerjasama dengan BANK DKI Syariah. Sehingga
dalam penyalurannya menjadi lebih praktis.
2. BAZIS Provinsi DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas belajar adalah
dengan mempermudah dalam pengajuan bantuan dana pendidikan tersebut,
sehingga para calon penerima tidak kesulitan dalam mengajukan
permohonan bantuan tersebut, karena persyaratan dapat dilakukan secara
bergilir, jadi apabila pada hari tertentu calon penerima tidak dapat hadir
dapat diwakili ataupun di undur menjadi hari selanjutnya.
51
B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan diatas tersebut, maka dapat disampaikan
beberapa saran yang kiranya dapat memberikan manfaat bagi pihak
pendayagunaan dana ZIS oleh BAZIS DKI Jakarta dan pihak-pihak terkait
dalam pendayagunaan ini :
1. Hendaknya dalam penyeleksian penerima dana bantuan
pendidikan/beasiswa ini dilakukan dengan sebenar-benarnya agar tidak
ada yang dirugikan dan tidak dilakukan secara sepihak.
2. Hendaknya ditingkatkan kembali kordinasi dengan pihak penyalur yakni
BANK DKI Syariah agar dana yang dikeluarkan serentak di setiap
wilayah, Karena masih ada dibeberapa wilayah yang tidak serentak saat
pengambilan bantuan tersebut.
3. Tingkatkan kerjasama dengan pihak lembaga/perusahaan lain, baik dari
segi penghimpunan maupun pendayagunaan dana ZIS.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Daud Muhammad , Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press) 1988)
BAZIS Provinsi DKI Jakarta &Institut Manajemen Zakat (Jakarta:Alisafam
Printing & Design, 2006) cet.1
Bariadi Lili, Zakat danWirausaha (Jakarta:CED,2005)
Chabib, Muhammad, Wawancara Pribadi, Jakarta 2 Mei 2013
Djamaludin Ahmad al-Buny, Problematika Harta dan Zakat (Surabaya: Bina
Ilmu, 1983)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
( Jakarta: Balai Puataka, 1988)
Rasya Khairon, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2004)
Subhana M, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung, CV. Pustaka Setia, 2001)
Ruslan Rosadi, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT.
Raja GrafindoPersada, 2003)
Partanto Puis A. Partanto, Dahlan M ,Kamus Ilmiah Popular (Surabaya: Artaloka,
1994)
Muhammadiyah Djafar , H. Penghantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993)
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat An-nisaayat 78, Mujamma’ Khadim al
Haramain asy Syarifain al Malik fahd li thiba’at al Mush-hafasy-Syarif
Medinah Munawwarah P.O.Box. 3561 As Suyutijalaluddin, Abd Rahman,
Al Jami’usSagier, Juz 2. (Bandung: PT AL ma’arif)
H.M. Abdullah al-manar, Ibadahdan Syariah, (Jakarta :Pamatas, 1999)
Majudin, Drasah Islamiyah, (Pasunan :GaroedaBuana Indah, 1995)
Murtadha Murthaharidan M. Baqir ash-Shadh, Pengetahuan Ushul Fiqh
Perbandingan, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993)
http://www.siwakz.net/mod.php?mod=publisher&cid=53&artid=171.Diaksestang
gal 28 april 2013
Saidi Zaim, Reiterprestasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektifitas Pemanfaatan
Zakat, Infakdan Sedekah, (Jakarta: Paramedia, 2004), Cet Pertama.
Yayat M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta, 2001
53
Mas’ud Masdar F. dkk, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS, (Jakarta: Pirac, 2004)
Hasanudin, Manajemen Zakat dan Wakaf ( Jakarta: FIDKOM-UIN, 2010),
Cet ke-1
Jawad Mughniyah Muhammad, “al-Fiqh ,, ala al-Madhaib al-Khamzah”,
Masykur A.B dkk, Fiqh Lima Mazhab(Jakarta: Lentera 2005)
Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Surabaya: al- Ikhlas, 1995)
http://sobir-hashirama.blogspot.com/2011/11/makalah-amil-zakati.html
Diakses pada tanggal 10 april 2013
B U K T I W A W A N C A R A
Narasumber : Bapak Drs. H. Muh. Chabib
Jabatan : Kabid Pendayagunaan BAZIS Provinsi DKI Jakarta
Hari, tanggal : Kamis, 2Mei 2013
Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Kantor Bazis Provinsi DKI Jakarta
Poin-poin wawancara:
1. Tanya (T) : Apa yang melatar belakangi berdirinya BAZIS Provinsi DKI
Jakarta?
Jawab (J) : Yang saya tahu pada awal berdirinya pemerintahan Orde Baru.
Tepatnya, ketika sebelas Ulama tingkat nasional mengadakan pertemuan pada
tanggal 24 September di Jakarta.Ulama-ulama itu adalah Prof. Dr. Hamka,
KH. Ahmad Azhari, KH. Moh.Syukri Ghazali, Moh. Sodri, KH.
Taufiqurrahman, KH. Moh.SholehSu’aidi, M. Ali Alhamidy, MukhtarLuthfi,
KH. A. Malik Ahmad, Abdul Kadir, dan KH. M.A. Zawawy. Menyarankan
diadakannya sebuah badan untuk pelaksanaan zakat di Indonesia. Hal ini
dipertegas oleh Presiden Soeharto ketika menyampaikan pidatonya pada
peringatan IsraMi’raj, tanggal 26 Oktober 1968. Pada saat itu beliau
mengajak umat islam untuk mengamalkan ibadah zakat secara konkret
dengan mengintensifkan pengumpulan zakat sehingga hasilnya menjadi lebih
terarah.
2. T :Apa visi dan misi BAZIS Provinsi DKI Jakarta ?
J : Visi :Menjadikan badan pengelola ZIS yang unggul dan terpercaya
Misi :mewujudkan optimalisasi pengelolaan ZIS yang amanah, professional,
transparan, akuntabel, dan mandiri di Jakarta menuju masyarakat yang
sejahtera, berdaya, dan bertaqwa. Kurang lebih anda dapat lihat di bukup
edoman kami.
3. T : Bagaimana bentuk sosialisasi BAZIS Provinsi DKI Jakarta kepada
masyarakat ?
J :Terlebih dahulu kami memberikan pemahaman ZIS kepada masyarakat
karena bagi sebagian masyarakat, menunaikan ZIS masih menghadapi
kendala. Karena diantara mereka masih ada yang belum mengetahui hukum
ZIS, peran ZIS, dan fungsi amil (BAZIS), siapa yang termasuk muzakki,
munfik dan mutasoddik. Semua bentuk sosialisasi kami sudah kami
cantumkan melalui website kami, anda dapat membuka langsung di website
kami semua ada tentang BAZIS Provinsi DKI Jakarta.
4. T : Siapa yang membantu BAZIS dalam menyalurkan/mendayagunakan
dana ZIS tersebut ?
J :Dalam pendayagunaan bantuan ini, kami dibantu oleh beberapa pihak
diantaranya Ikatan Keluarga Penerimadan Alumni (IKPA), dalam
penyalurannya kami dibantu oleh BANK DKI Syariah.
5. T :Seberapa besar peran IKPA dan BANK DKI Syariah dalam membantu
pendayagunaan atau penyaluran dana bantuan BAZIS Provinsi DKI Jakarta
tersebut?
J :Peran IKPA dan BANK DKI Syariah selama ini sangatlah membantu
dalam proses pendayagunaan atau penyaluran dana bantuan beasiswa
tersebut. karena IKPA lah yang membantu dalam mensosialisasikan program
kemasyarakat dan mereka yang menentukan para penerima bantuan tersebut.
6. T :Bagaimana system pendayagunaan/penyaluran yang digunakan BAZIS
Provinsi DKI Jakarta ?
J : di BAZIS Provinsi DKI Jakarta ini dalam penyalurannya menggunakan
system perbankan, jadi setiap penerima dibuatkan buku tabungan dan ATM
dari BANK DKI Syariah.
7. T : Mengapa pendayagunaan/penyaluran bantuan tersebut menggunakan
system perbankan ?
J : karena untuk mempermudah dan lebih praktis, selain itu agar masyarakat
yang menerima bantuan tersebut dapat mengerti dan memahami dunia
perbankan.
8. T : Bagaimana cara mengajukan program bantuan beasiswa tersebut ?
J : Peserta mengajukan surat permohonan kepada kepala BAZIS Provinsi
melalui BAZIS Wilayah Setempat, mengisi P2 dengan melengkapi
persyaratan yang ditentukan dan menyampaikan permohonan beserta berkas
persyaratannya ke BAZIS.
Mengetahui,
(Drs. H. Muh. Chabib)
Fhoto para pelajar penerima bantuan dana Beasiswa pendidikan pada saat
pengambilan Kartu ATM dan Buku Tabungan oleh BAZIS
Provinsi DKI Jakarta di Istora Senayan pada tahap pertama
Buku Tabungan dan ATM BANK DKI Jakarta
(Digunakan pada saat pengambilan dana beasiswa pendidikan)
Fhotokegiatan BAZIS Provinsi DKI Jakarta di bulan Ramadhan bersama para
Mustahik dan Muzakki di Istora Senayan
Fhoto bersama Drs. H. M. Chabib
(Kabag Pendayagunaan BAZIS Provinsi DKI Jakarta)
Fhoto bersama pelajar penerima bantuan dana Beasiswa Pendidikan
BAZIS Provinsi DKI Jakarta
Top Related