SKRIPSI
ANALISIS PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI PERAHU
PHINISI DI KECAMATAN BONTOBAHARI
KABUPATEN BULUKUMBA
RAHMAN JUSMAN
10572 04556 13
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR
MAKASSAR
2017
ANALISIS PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI PERAHU
PHINISI DI KECAMATAN BONTOBAHARI
KABUPATEN BULUKUMBA
RAHMAN JUSMAN
105720455613
Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR
MAKASSAR
2017
i
i
ii
ii
iii
“Mimpi itu bukan yang terlihat saat kita tidur melainkan sesuatu yang tak
bisa membuat kita tertidur”
iv
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan skripsiku
ini sebagai bentuk tanggung jawab, bakti, dan ungkapan terima kasihku kepada
kedua orang tua tercinta, bapak dan ibu, terima kasih atas ketulusan, kasih sayang,
nasihat dan doa yang senantiasa mengiringi setiap langkah keberhasilanku.
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYA MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rahman Jusman
Nim : 105720455613
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Analisis Pengendalian Proses Produksi Perahu Phinisi di
Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan didepan tim
penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Agustus 2017
Yang Membuat Pernyataan
Rahman Jusman
vi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYA MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNI
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rahman Jusman
Nim : 105720455613
Jurusan : Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai dengan selesainya skripsi ini.
Saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya akan selalu melakukan konsultasi
dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Apabila perjanjian seperti yang tertera pada butir 1, 2, dan 3 dilanggar,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Agustus 2017
Yang Membuat Perjanjian
Rahman Jusman
vii
ABSTRAK
Rahman Jusman (2017). Analisis Pengendalian Proses Produksi
Perahu Phinisi di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba,
dibimbing oleh Bapak Asdi dan Bapak Alamjah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pengendalian
proses produksi pada proses produksi perahu phinisi di Kecamatan Bontobahari
Kabupaten Bulukumba. Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
deskriktif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan data dan informasi tentang suatu gejala dan fakta terhadap obyek
dan pada tempat penelitian sesuai dengan apa adanya pada saat penelitian
berlangsung.
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba
dengan memilih 1 orang narasumber yang dianggap representatif mewakili
kelompoknya yaitu kepala tukang (punggawa) perahu phinisi. Tehnik
pengumpulan data menggunakan tehnik observasi, wawancara serta tehnik
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses produksi perahu phinisi
telah menepkan pengendalian proses produksi untuk menjamin kelancaran proses
produksinya.
Kata Kunci : Pengendalian Proses Produksi
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul “Analisis Pengendalian Proses Produksi Perahu Phinisi di
Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba”. Tak lupa pula penulis haturkan
salam dan shalawat kepada Nabi junjungan kita, pemberi rahmat bagi alam
semesta yaitu Baginda Rasulullah Muhammad SAW sang revolusioner sejati yang
telah membawa kita keluar dari alam gelap gulita menuju ke alam yang terang
benderang seperti saat ini. Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk
memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata 1 (S1) pada
Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univrsitas Muhammadiyah
Makassar.
Dalam proses penulisan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini,
tentunya banyak sekali pihak yang berkontribusi didalamnya. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak tersebut, diantaranya:
1. Bapak Dr. H. Rahman Rahim, SE., M.M selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., M.M Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis beserta staf tata usaha Universitas Muhammadiyah Makassar
ix
3. Bapak Moh. Aris Pasigai, SE., M.M Ketua Jurusan Manajemen dan
seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univrsitas
Muhammadiyah Makassar
4. Nurson Petta Pudji, S.Ag., M.PdI selaku penasehat akademik penulis.
5. Bapak Drs. Asdi, M.M selaku pembimbing I dan Bapak Alamjah, SE.
MM selaku pembimbing II yang dengan senang hati meluangkan
waktu dan pikirannya untuk membantu penulis dalam pemeriksaan
skripsi ini.
6. Terima kasih kepada pimpinan Bapak Camat Bontobahari Kabupaten
Bulukumba yang bersedia untuk mengizinkan penulis melakukan
penelitian.
7. Untuk teman-teman tersayang ,teman spesial, teman satu atap, teman
di keluarga Amandel, saudara tak sedarah di keluarga Master, sahabat
di luar dunia kampus dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu yang selalu memberikan semangat, dukungan dan
motivasi dalam menyelesaikan pendidikan.
8. Untuk sahabat Andi Muslimah Nurul Fitratullah, S.Pt yang senantiasa
memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan
pendidikan.
9. Untuk Paman Muhammad Basri dan Tante Syamsiah Akhmad dan
keluarga lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang
selalu mendoakan dan memberikan semangat, dukungan buat penulis
untuk menyelesaikan pendidikan.
x
10. Untuk ayahanda tercinta Jusman, dan ibunda tercinta Hawani, dan
Kakakku tersayang yang telah banyak membantu baik secara moril
maupun materil serta segala dukungan, motivasi dan tak pernah putus
dalam mendoakan sehingga dapat menyelesaikan pendidikan.
Makassar, Agustus 2017
RAHMAN JUSMAN
xi
DAFTAR ISI
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
MOTTO ......................................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN ................................................................................. v
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
ABSTRACK ................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
D. Mamfaat Penelitian .............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
A. Manajemen Operasional....................................................................... 4
xii
1. Pengertian Manajemen Operasional .............................................. 6
2. Ruang Lingkup Manajemen Produksi dan Operasi ....................... 8
B. Pengendalian ....................................................................................... 8
1. Pengertian Pengendalian ............................................................... 8
2. Asas-Asas Pengendalian ............................................................... 10
3. Jenis-Jenis Pengendalian ............................................................... 12
4. Alasan Diperlukannya Pengendalian ............................................. 13
C. Proses Produksi ................................................................................... 15
1. Pengertian Proses Produksi ........................................................... 15
2. Sistem Proses Produksi ................................................................. 20
3. Jenis Proses Produksi .................................................................... 23
4. Karakteristik Proses Produksi ........................................................ 30
D. Pengendalian Proses Produksi ............................................................. 32
1. Pengertian Pengendalian Proses Produksi ..................................... 32
2. Metode Pengendalian Proses Produksi ......................................... 32
3. Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Prduksi .................................. 33
4. Proses Produksi Perahu Phinisi ..................................................... 34
E. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 38
F. Kerangka Fikir .................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 40
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian .............................................................. 40
B. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel ....................................... 40
C. Metode Pengmpulan Data ................................................................... 40
D. Jenis Dan Sumber Data ....................................................................... 41
E. Informan Penelitian ............................................................................. 42
F. Metode Analisis Data .......................................................................... 42
BAB IV GAMBARAN UMUM .................................................................... 43
A. Sejarah Singkat .................................................................................... 43
B. Keadaan Geografis .............................................................................. 43
xiii
C. Keadaan Demografis ........................................................................... 47
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 50
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 50
1. Karakteristik Informan Penelitian ................................................ 50
2. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. 51
a. Pengendalian proses pada tahapan pengerjaan lunas perahu .. 51
b. Pengendalian proses pada tahapan pengerjaan lambung perahu 52
c. Pengendalian proses pada tahapan pengerjaan kamar perahu . 53
d. Pengendalian proses pada tahapan pengerjaan tiang layat perahu 54
e. Pengendalian proses pada tahapan pengerjaan layar perahu .. 55
f. Pengendalian proses pada tahapan pengecatan perahu ........... 56
g. Pengendalian proses pada tahapan pemasangan mesin perahu 57
h. Pengendalian proses pada tahapan pemasangan kemudi perahu 59
i. Pengendalian proses pada tahapan uji coba perahu ............... 60
B. Pembahasan ......................................................................................... 61
1. Pengendalian proses produksi ...................................................... 62
2. Kegiatan pengendalian proses produksi ....................................... 63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 77
1. Kesimpulan ................................................................................... 77
2. Saran ............................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 78
LAMPIRAN ................................................................................................... 80
xiv
DAFTAR GAMBAR
A. Gambar. 1 Ruang lingkup manajemen produksi dan operasi ......... 6
B. Gambar. 2 Bagan dari Sistem Produksi ......................................... 20
C. Gambar. 3 Bagan Kerangka Pikir Penelitian ................................. 39
D. Gambar . 4 Skema pengendaian proses produksi ........................... 63
E. Gambar. 5 Pengendalian proses pada tahap pengerjaan lunas ....... 64
F. Gambar . 6 Pengendalian proses pada tahap pengerjaan lambung . 65
G. Gambar. 7 Pengendalian proses pada tahap pengerjaan kamar .... 66
H. Gambar. 8 Pengendalian proses pada tahap pengerjaan tiang layar 68
I. Gambar. 9 Pengendalian proses pada tahap pengerjaan layar ........ 69
J. Gambar. 10 Pengendalian proses pada tahap pengecatan .............. 70
K. Gambar. 11 Pengendalian proses pada tahap pemasangan mesin ... 71
L. Gambar. 12 Pengendalian proses pada tahap pemasangan kemudi 72
M. Gambar. 14 Pengendalian proses pada tahapuji coba .................... 73
xv
DAFTAR TABEL
A. Tabel . 1 Letak geografis dan ketinggian desa ............................... 46
B. Tabel . 2 Penduduk menurut jenis kelamin .................................... 47
C. Tabel. 3 Banyaknya kelembagaan menurut Desa dan Kelurahan 48
D. Tabel . 4 Status pekerjaan penduduk .............................................. 49
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1. Kisi- kisi instrument penelitian ...................................................... 81
Lampiran 2. Pedoman dan Checklis Observasi .................................................. 82
Lampiran 3. Pedoman wawancara ..................................................................... 85
Lampiran 4. Transkip wawancara ...................................................................... 88
Lampiran 5. Foto dokumentasi penelitian .......................................................... 98
Lampiran 6. Surat penelitian .............................................................................. 106
Lampiran 7. Surat balasan dari tempat penelitian .............................................. 107
Lampiran 9. Buku control bimbingan ............................................................... 108
Lampiran 10. Riwayat hidup .............................................................................. 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang produksi barang atau jasa,
perlu dikelola secara efisien dan efektif guna mencapai tujuan yang optimal. Oleh
karena itu sangat diperlukan adanya penerapan fungsi manajemen disamping
memperhatikan pengaruh dari berbagai aspek. Sukses atau tidaknya suatu perusahaan
yang beroperasi selalu dihadapkan dengan biaya, tenaga kerja yang terampil yang
dibutuhkan oleh perusahaan. Perusahaan harus memberikan produk yang menarik
dan kualitasnya terjamin, menetapkan harga jual, kegiatan promosi guna mencapai
tujuan yang diharapkan. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan harus mengarahkan
kegiatan usahanya agar menghasilkan produk yang dapat memberikan kepuasan
kepada konsumen dan keuntungan bagi perusahaan.
Setiap perusahaan dalam melaksakan proses produksi tertentu ingin kegiatan
tersebut lancar sesuai dengan rencana dan diperoleh produk dengan tepat kualitas,
tepat jumlah, tepat waktu dengan biaya yang efisien. Semua itu dapat diperoleh
dengan dukungan sistem produksi diperusahaan yang baik dan dengan pengendalian
proses produksi yang tepat. Proses produksi terdiri atas tahapan-tahapan yang
berurutan, saling terkait dan masing-masing tahapan dapat mempengaruhi hasil akhir
dari produk atau bahkan adanya kemacetan pada salah satu tahapan dapat
1
2
menghentikan proses produksi. Pengendalian proses Produksi merupakan salah satu
diantara beberapa kegiatan manajemen yang mempunyai peranan penting karena
merupakan penunjang langsung terhadap kegiatan perusahaan dan juga terhadap
kualitas produk sehingga volume penjualan dapat meningkat sehingga memperoleh
laba yang optimal dari hasil penjualan yang maksimal.
Sebagaimana diketahui, bahwa dalam menjaga kualitas produk tentunya
perusahaan harus mampu mengendalikan proses produksi sehingga proses produksi
dapat berjalan seperti yang direncanakan dan menghasilkan produk yang memiliki
nilai tinggi dan menarik hati konsumen. Seperti halnya pada proses produksi perahu
phinisi sangat dibutuhkan hal tersebut yakni pengendalian proses produksi. Namun
kenyataannya dalam proses produksi perahu phinisi masih sering mengalami
keterlambatan penyelesaian akhir seperti halnya yang dialami pada usaha perahu
phinisi di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. Hal ini disebabkan karena
keterlambatan bahan baku, kualitas dan kuantitas tenaga kerja dan efisiensi biaya dan
ke efektifan dalam penggunaan peralatan atau mesin-mesin produksi. Dan hal ini
dapat di atasi dengan adanya pengendalian proses produksi oleh pihak manajemen.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memfokuskan penelitian, pada
Pengendalian Proses Produksi Perahu Phinisi. Dari uraian tersebut, maka penulis
memilih judul "Analisis Pengendalian Proses Produksi Perahu Phinisi di
Kelurahan Tanah Beru Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba".
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu,
bagaimana pengendalian proses produksi perahu phinisi di Kecamatan Bontobahari
Kabupaten Bulukumba.
C. Tujuan dan Mamfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui bagaimana pengendalian proses produksi perahu phinisi di
Kecamamtan Bontobahari Kabupaten Bulukumba.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian adalah:
a. Sebagai bahan informasi bagi manajemen usaha produksi perahu phinisi
dalam proses perumusan pengambilan kebijakan dan keputusan-keputusan
dalam proses produksi.
b. Sebagai bahan informasi dan masukan untuk menambah pengetahuan bagi
Pekerja (Tukang) pada usaha perahu phinisi tentang proses produksi.
c. Sebagai bahan referensi atau pembanding bagi peneliti berikutnya yang
relevan dengan penelitian ini.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Operasional
1. Pengertian Manajemen Operasional
Manajemen Operasional adalah suatu usaha pengelolaan secara maksimal
penggunaaan semua faktor-faktor produksi yang ada baik itu tenaga kerja (SDM),
mesin, peralatan, raw material (bahan mentah) dan faktor produksi yang lainnya
dalam proses transformasi untuk menjadi berbagai macam produk barang atau jasa
diatas kendali manajer operasi yang berorientasi pada hasil output yang memiliki
kualitas, kuantitas, harga, waktu serta tempat tertentu yang sesuai dengan permintaan
konsumen. Manajemen operasional pada dasarnya merupakan penerapan konsep
manajmen dalam bidang peroduksi dan operasi. Kegiatan produksi dan operasi tidak
dapat dilakukan sendiri, tetapi membutuhkan bantuan dan dilakukan bersama-sama
dengan orang lain, sehingga diperlukan kegiatan manajemen. Manajemen berguna
untuk mengambil dan menetapkan keptusan-keputusan dalam upaya pengaturan dan
pengorganisasian penggunaan sumber-sumber daya seperti manusia, mesin, bahan,
dan modal pada kegiatan produksi dan operasi demi tercapaianya tujuan perusahaan
secara efektif dan efisien. Untuk mengikuti manajemen produksi dan operasi terlebih
dahulu perlu memahami pengertian manajemen serta pengertian dari produksi dan
operasi. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dam
4
5
pengendalian penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan dan sasaran kinerja
(Prihantoro, 2012:40). Sedangkan pengetian produksi dan operasi adalah kegiatan
yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan atau
utilitas suatu barang atau jasa (Assauri, 2008:18). Assauri mendefinisikan pengertian
manajemen produksi dan operasi yaitu:
“Kegiatan untuk mengatur dan mengkordinasikan penggunaan sumber-sumber
daya berupa sumber daya manusia, sumber daya alat dan sember daya dana
serta bahan, secara efektif dan efisien, untuk menciptakan dan menambah
kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa.
Handoko (2015:2-3) mendefiniskan pengertian manajemen produksi
sebagai berikut:
“Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara
optimal penggunaan sumber daya-sumber daya yang biasa disebut dengan
faktor-faktor produksi, sumber daya, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah
dan sebagainya dan proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja
menjadi berbagai produk atau jasa”.
Kegiatan-kegiatan proses produksi dan operasi-operasi tidak hanya
menyangkut pemrosesan (manufacturing) berbagai barang. Tentu saja benar-benar
bahwa kegiatan-kegiatan produksi banyak dilaksanakan diperusahaan manufacturing
yang membentuk tulang belakang masyarakat konsumen kita melalui produksi
berbagai macam kegiatan.
Bedasarkan uraian diatas, diketahui bahwa manajemen merupakan proses
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.
Sejalan dengan hal tersebut, maka manajemen produksi dan operasi merupakan
6
proses pengambilan keputusan didalam usaha untuk menghasilkan barang atau jasa
melalui pengelolahan sumber-sumber daya berupa sumber daya manusia, sumber
daya alat dan serta bahan agar dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan berupa
tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah dengan biaya yang efisien.
2. Ruang Lingkup Manajemen Produksi dan Operasi
Ruang lingkup manajemen produksi dan operasi akan ditujukan dalam
skema berikut:
Gambar 1. Ruang Lingkup Manajemen Produksi dan Operasi (sumber:
Ahyari, 2002:63).
Manajemen produksi dan operasi
Perencanaan sistem
produksi
1. Perencanaan
produk
2. Perencanaan lokasi
pabrik
3. Perencanaan letak
fasilitas produksi
4. Perencanaan
lingkungan kerja
5. Perencanaan
standar produksi
Sistem pengendalian
produksi
1. Pengendalian proses
produksi
2. Pengendalian bahan
baku
3. Pengendalian tenaga
kerja
4. Pengendalian biaya
produksi
5. Pengendalian
kualitas
6. pemeliharaan
Sistem imformasi
produksi
1. Struktur
Organisasi
2. Produksi atau
dasar pesanan
3. Produksi untuk
persediaan
(pasar)
Proses manajemen
“perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengendalian
(directing), pengkoordinasian (coordinating), dan pengendalian (controling)
7
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnnya, manajemen produksi dan
operasi merupakan suatu proses yang diterapkan dalam bidang produksi di dalam
sebuah perusahaan. Penerapan proses manajemen dalam bidang produksi tentunya
disertai dengan tujuan tertentu, yaitu agar proses produksi dalam perusahaan dapat
berjalan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, manajemen produksi dan operasi
merupakan suatu proses manajemen yang meliputi beberapa keputusan dalam bidang-
bidang persiapan produksi, termasuk diantaranya adalah perencanaan sistem
produksi, sistem pengendalian produksi serta sistem imformasi produksi. Keputusan-
keputusan yang akan diambil dapat merupakan keputusan untuk perencanaan jangka
pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Dengan demikian ruang lingkup
manajemen produksi dan operasi terdiri atas tiga hal, yaitu perencanaan sistem
produksi, sistem pengendalian produksi, sistem informasi produksi. Prihantoro
(2012:129) menguraikan beberapa tujuan dari manajemen produksi atau
operasionalnya yaitu:
a. Mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk menghasilkan keluaran sesuai
yang diharapkan pasar.
b. Mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk dapat menghasilkan keluaran
secara efisien.
c. Mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk dapat mengahsilkan nilai
tambah atau mamfaat yang semakin besar.
d. Mengarahkan organisasi atau perusahaan untuk dapat menjadi pemenang
dalam setiap kegiatan persaingan dan
8
e. Mengarahkan organisasi atau perusahaan agar keluaran yang dihasilkan atau
disediakan semakin digandrungi oleh pelanggan.
B. Pengendalian
1. Pengertian pengendalian
Seorang manajer harus menetapkan tujuan dan rencana, mengorganisasikan
dan menyusun aktivitas kerja, dan mengembangkan program untuk memotivasi dan
memimpin orang-orang dalam mengeluarkan kemampuan guna mencapai tujuan
tersebut. Selanjutnya manajer harus mengawasi aktivtas kerja untuk memastikan
aktivitas tersebut dilakukan sesuai rencana dan memperbaiki penyimpangan yang
terjadi. Proses ini disebut pengendalian atau (controling). Pengendalian adalah mata
rantai terakhir dalam proses manajemen, meskipun terjadi diakhir proses bukan
berarti pengendalian proses kurang penting dibandingkan fungsi manajemen lainnya.
Pengendalian yang tepat dapat membantu manajer mengetahui kesenjangan kinerja
dan area yang perlu diperbaiki. “Pengendalian adalah proses mengawasi (controling),
membandingkan (comparing) dan mengoreksi (correctting) kinerja” (Robbints dan
Coulter, 2010:182). Menurut Assauri (2008:38) Pengendalian dan Pengewasan
merupakan kegiatan yang dilakukan agar kegiatan produksi dan operasi yang
dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan apabila terjadi
penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi, sehingga apa yang
diharapkan dapat tercapai.
Gitosudarmo (2000:7) mendefinisikan pengendalian yaitu perencanaaan yang
dibuat dengan seksama, tidak akan berhasil apabila tidak diikuti dengan pengawasan.
9
Bahkan lebih dari itu sendiri harus dipergunakan sebagai alat untuk mengawasi
kegiatan-kegiatan. Penggunaan perencanaan dan pengawasan secara bersama.
Menurut Ahyari (2002:44) “Pengendalian dapat diartikan sebagai pengawasan yang
sekaligus dapat mengambil beberapa tindakan untuk perbaikan yang diperlukan.
Dengan demikian fungsi pengendalian ini bukan sekedar mengadakan pengawasan
dari pelaksanaan kegiatan dalam sebuah perusahaan, melainkan juga termasuk
pengumpulan data sebagai masukan (input) guna penentuan tindak lanjut dalam
usaha-usaha perbaikan pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan tersebut pada masa
yang akan datang. Dengan adanya pengendalian ini, diharapkan akan terdapat
perbaikan-perbaikan pelaksanaan kegiatan dari suatu priode ke priode berikutnya”
Berdasarkan pengertian pengendalian yang telah dikemukakan oleh beberapa
ahli di atas, dapat disimpulkan pengendalian merupakan proses monitoring berbagai
aktivitas yang dilakukan untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan tersebut
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan tindakan koreksi dapat dilakukan
untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi. Pengendalian membantu manajer
memonitoring keefektifan aktivitas perencanaan, pengorganisasian, dan
kepemimipinan mereka. Bagian penting dari pengendalian proses adalah mengambil
tindakan korektif yang diperlukan. Bagian penting dari pengendalian proses adalah
mengambil tindakan korektif yang diperlukan. Pengendalian sangat penting dan
diperlukan dalam setiap kegiatan di perusahaan. Tujuan pengendalian menurut
Hasibuan (2011:242) yaitu supaya proses pelaksanaan sesuai dengan ketentuan-
10
ketentuan dari rencana, melakukan tindakan perbaikan (corrective) jika terdapat
penyimpangan-penyimpangan (deviasi), dan supaya tujuan yang dihasilkan sesuai
dengan rencana.
2. Asa-asas Pengendalian
Koontz dan O’Donnel dalam (Hasibuan 2011:243) mengemukakan asas-asas
pengendalian yaitu:
a. Asas tercapainya tujuan (principle of assurance of objective), artinya
pengendalian harus ditujukan kearah tercapainya tujuan yaitu dengan
mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan dari
rencana.
b. Asas efisiensi pengendalian (principle of efficiancy of control), artinya
pengendalian itu efisien jika dapat menghindari penyimpangan dari rencana,
sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain diluar dugaan.
c. Asas tanggung jawab pengendalian (principle of control responsibellity),
artinya pengendalian hanya dapat dilaksanakan jika manajer bertanggung
jawab atas pelaksanaan rencana.
d. Asas pengendalian terhadap masa depan (principle of future control), artinya
pengendalian yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan-
penyimpangan yang akan terjadi, baik pada waktu sekarang maupun masa
yang akan datang.
e. Asas pengedalian langsung (principle of direct control), artinya tehnik control
yang paling efektif ialah megusahakan adanya manajer bawahan yang
11
berkualitas baik. Pengendalian itu dilakuakn oleh manajer atas dasar bahwa
manusia itu sering berbuat salah. Cara yang paling tepat untuk menjamin
adanya pelaksanaan yang sesuai dengan rencana adalah mengusahakan
sedapat mungkin para petugas memiliki kualitas yang baik.
f. Asas rencana refleksi rencana (principle of reflection plants), artinya
pengendalian harus disusun dengan baik sehingga dapat mencerminkan
karakter dan susunan rencana,.
g. Asas penyesuaian dengan organisasi (principle of organisation sultabilly),
artinya pengendalian harus dilakukan sesuai dengan struktur organisation.
Manajer dengan bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan rencana.
Dengan demikian pengendalian yang efektif harus dilakukan harus sesuai
dengan besarnya wewenang manajer, sehingga mencerminkan struktur
organisasi.
h. Asas pengendalian individu (principle of individual of control), artinya
pengendalian dan tehnik pengendalian harus sesuai dengan kebutuhan
manajer. Tehnik penbgendalian harus ditujukan terhadap kebutuhan-
kebutuhan akan satu sama lain, tergantung pada tingkat dan tugas manajer.
i. Asas standar (principle of standard), artinya pengendalian yang efektif dan
efisien memerlukan standar yang tepat yang akan dipergunakan sebagai tolak
ukur pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai.
12
j. Asas pengendalian terhadap strategi (principle of stategic point control),
artinya pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian
yang ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis dalam perusahaan.
k. Asas kekecualian (the axception principle), artinya efisiensi dalam
pengendalian menbutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor
kekecualian. Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan tertentu ketika
situasi berubah atau tidak sama.
l. Asas pengendalian fleksibel (principle of flexibellity of control), artinya
pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan pelaksanaan rencana.
m. Asas peninjauan kembali (principle of review), artinya sistem pengendalian
harus ditinjau berkali-kali agar sistem yang digunakan berguna untuk
mencapai tujuan.
n. Asas tindakan (principle of action), artinya pengendalian dapat dilakuakn
apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan
rencana organisasi, staffing, dan dirrecting.
3. jenis-jenis pengendalian
Pengendalian dapat berfokus peristiwa-peristiwa sebelum, selama, atau
setelah sebuah proses. Dari pernyataan tersebut Daft (2006:26) membedakan
pengendalian menjadi tiga yaitu umpan maju, keseimbangan, dan umpan balik. Tiga
jenis ini pengendalian tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a. Pengendalian umpan maju terkadang disebut pengendalian preliminer atau
preventif. Pengendalian ini yang berusaha untuk mengidentifikasikan dan
13
mencegah penyimpangan-penyimpangan sebelum mereka muncul.
Pengendalian umpan maju berfokus pada sumber daya manusia, materi, dan
keuangan yang masuk keorganisasi. Tujuannya adalah memastikan bahwa
kualitas masukan cukup tinggi untuk mencegah masala-masalah ketika
organisasi melaksanakan tugas-tugasnya.
b. Pengendalian yang berkesinambungan merupakan pengendalian yang
mengawasi aktivitas karyawan yang dilakukan terus-menerus untuk
memastikan mereka konsisten dengan standar-standar kinerja, pengendalian
yang berkesinambungan menilai aktivitas-aktivitas kerja saat ini.
Mengandalkan standar-standar kinerja, serta meliputi kaidah dan peraturan
untuk membimbing tugas dan prilaku karyawan.
c. Pengendalian umpan balik,terkadang disebut pengendalian pascatindakan atau
hasil. Pengendalian umpan balik berfokus pada hasil-hasil organisasi
khususnya, kualitas dari hasil produk akhir dan layanan.
4. Alasan diperlukan pengendalian
Stoner (1996:250) menguraikan alasan diperlukannya pengendalian antara
lain sebagai berikut:
a. Menciptakan mutu yang lebih baik
Proses yang salah ditemukan dan proses itu dikoreksi untuk menghilangkan
kesalahan. Karyawan diberi wewenang untuk memeriksa dan memperbaiki
14
pekerjaan mereka sendiri. Total quality management mengubah banyak sikap
mengenai dan pendekatan pada cara menciptakan pengendalian efektif.
b. Menghadapi perubahan
Perubahan adalah bagian tak terhindarkan dari lingkungan organisasi mana
pun. Fungsi pengendalian membantu manajer dalam menjawab ancaman dan
kesempatan yang dihasilkan, dengan membantu manajer mendeteksi perubahan
yang mempengaruhi produk dan jasa organisasi.
c. Menciptakan siklus yang lebih cepat
Mengetahui permintaan pelanggan untuk desain, mutu, atau waktu
penyerahan yang lebih baik merupakan satu hal. Mempercepat siklus yang terlibat
dalam menciptakan dan kemudian menyerahkan produk dan jasa baru ini kepada
pelanggan adalah hal yang lain. Waktu siklus yang dipercepat merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan daya saing. Melalui pengendalian akan membantu
mempercepat siklus dalam menciptakan dan penyerahan serta jasa kepada
pelanggan.
d. Menambahkan nilai
Tujuan menabahkan nilai pada produk barang dan jasa adalah agar
pelanggan akan membelinya jika dibandingkan dengan penawaran dari pesaing.
Penambahan nilai berbentuk mutu di atas rata-rata, dicapai lewat prosedur
pengendalian yang banyak tuntutannya.
15
e. Untuk mempermudah delegasi dan kerja tim
Kecenderungan kontemporer kearah manajemen partisipatif juga
menigkatkan kebutuhan untuk mendelegasikan wewenang dan mendorong
karyawan untuk bekerja bersama tim. Hal ini tidak mengurangi tanggung jawab
akhir manajer sebaliknya akan mengubah sifat pengendalian proses. Dibawah
sistem partisipatif yang baru, manajer menyampaikan standarnya, tetapi kemudian
membiarkan karyawan baik bekerja sndiri maupun dalam tim, untuk
menggunakan kreativitasnya sendiri untuk memutuskan bagaimana memecahkan
masalah kerja tertentu. Kemudian pengendalian proses membiarkan manajer
memonitor kemajuan karyawan tanpa menghambat kreatifitas atau terlihat dalam
pekerjaan.
C. Proses Produksi
1. Pengertian Proses Produksi
Proses merupakan serangakian langkah sistematis atau tahapan yang jelas dan
dapat ditempuh berulang kali, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut
Assauri (2008:105) Proses adalah cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya
sumber-sumber (tenaga kerja, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh
suatu hasil. Sedangkan produksi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya merupakan
kegiatan menciptakan dan menambah kegunaan atau faedah suatu barang dan jasa.
Produksi merupakan salah satu bagian yang penting dalam perusahaan yang
mengemban fungsi pokok menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau
jasa yang akan dipasarkan kepada konsumen, sehingga dapat dikatakan produksi
16
menjadi tempat terjadinya proses perubahan masukan atau sumber daya produksi
(imput) menjadi keluaran (output). “Produksi adalah kegiatan yang bertujuan untuk
menciptakan barang atau jasa lain yang memiliki nilai tambah dan nilai guna yang
lebih besar berdasarkan prinsip ekonomi manajerial atau ekonomi perusahaan”
(Prawirosentono 2007:71). Assauri (2008:17) menyatakan pengertian produksi yaitu:
“suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (imput)
menjadi hasil keluaran (output). Jadi dalam pengertian produksi dan operasi
tercakup setiap proses yang mengubah masukan-masukan (inputs) dan
menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran-keluaran
(outputs), yang berupa barang-barang dan jasa-jasa.”
Sedangkan Subagyo (2000:8) mendefinisikan proses produksi secara
sederhana yaitu proses perubahan masukan menjadi keluaran.
Berdasarkan pengertian proses dan produksi yang telah dikemukakan oleh para
ahli di atas, Dengan demikian yang dimaksud dengan Proses Produksi merupakan
suatu cara, metode ataupun teknik bagaimana penambahan mamfaat atau penciptaan
faedah baru, dilaksanakan dalam perusahaan (Ahyari, 2002:65). Prihantoro
menyatakan secara garis besar (2012:122), “Proses produksi adalah kegiatan
mengolah masukan (infuts, sumber daya produksi) dalam proses dengan
menggunakan metode tertentu untuk menghasilkan keluaran (output, barang maupun
jasa) yang sesuai dengan ketentuan.”
Assuari menyatakan pengertian proses produksi dan operasi yaitu:
“Rangkaian kegiatan yang dilakkukan dengan menggunakan peralatan,
sehingga masukan atau inputs dapat diolah menjadi keluaran yang berupa
barang atau jasa, yang akhirnya dapat dijual kepada pelanggan untuk
memungkinkan perusahaan memperoleh hasil keuntungan yang diharapkan.”
17
Berdasarkan pengertian proses produksi yang telah dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan proses produksi merupakan kegiatan mengolah masukan (input)
menjadi keluaran (output) dengan menggunakan metode, cara dan teknik tertentu.
Pelaksanaan proses produksi yang baik mengikuti standar akan menghasilkan produk
yang berkualiatas dengan nilai jual yang tinggi. Jadi pada proses produksi terdiri atas
masukan (input), transformasi, dan keluaran (output).
Menurut Assauri (2008:35) terdapat empat fungsi terpenting dalam Proses
produksi antara lain:
a. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk
pengolahan masukan (input). Proses produksi merupakan rangkaian yang
dilakukan dengan menggunakan peralatan, sehingga masukan atau inputs
dapat diolah menjadi keluaran yang berupa barang atau jasa, yangh akhirnya
dapat dijual kepada pelanggan untuk memungkinkan perusahaan memperoleh
hasil keuntungan yang diharapkan.
b. Jasa-jasa penunjang, saran yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk
penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan, sehingga proses
pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Jasa-jasa pelayanan
produksi itu dapat berupa:
1) Desain produk, dimana banyak terjadi perubahan atau variasi dari produk
yang dihasilkan atau dibutuhkan/diinginkan oleh konsumen.
2) Teknologi, dimana perusahaan atau industri harus dapat mengikuti
perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi berdampak dalam
18
bidang peralatan yang digunakan, bahan yang diolah, cara pengolahan
yang lebih sederhana, dan kualitas produk yang dihasilkan lebih baik.
3) Cara penggunaan sumber-sumber, dimana mesin dan peralatan serta
tenaga kerja dan bahan-bahan perlu diupayakan agar dapat dipergunakan
secara optimal dan dapat lebih hemat dan lebih efisien.
c. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari
kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu
atau priode tertentu. Perencanaan berfungsi agar kegiatan produksi dan
operasi yang akan dilakukan dapat terarah bagi pencapaian tujuan produksi,
serta fungsi produksi dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Perencanaan
yang dilaksanakan dalam hubungannya dengan fungsi produksi dan operasi
yaitu:
1) Perencanaan operasi atau proses produksi
2) Perencanaan persediaan dan pengadaan
3) Perencanaan mutu
4) Perencanaan penggunaan kapasitas mesin
5) Perencanaan pemamfaatan sumber daya manusia.
d. Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud
dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan input) pada
kenyataannya dapat dilaksanakan. Kegiatan pengendalian dan pengawasan
yang dilakukan dalam pelaksanaan fungsi produksi dan operasi atara lain:
19
1) Pengendalian produksi dan operasi
2) Pengendalian dan pengawasan persedian
3) Pengendalian dan pengawasan mutu
4) Pengendalian dan pengawasan biaya
2. Sistem Produksi
Seperti yang telah diketahui bahwa manajemen produksi dan operasi
merupakan manajemen dari suatu sistem transformasi yang mengkonversikan
masukan (input) menjadi keluaran (output) yang berupa barang atau jasa. Hal tersebut
berkaitan dengan pelaksanaan fungsi produksi dan operasi memerlukan serangkaian
kegiatan yang merupakan suatu sistem. Sistem merupakan gabungan dari berbagai
unit atau elemen yang saling menunjang untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem
Produksi menurut Ahyari (1999:96) yaitu gabungan dari beberapa unit atau elemen
yang saling terhubung dan salin menunjang untuk melaksanakan proses produksi
dalam suatu perusahaan tertentu. Beberapa elemen yang termasuk di dalam sistem
produksi ini adalah produk perusahaan, lokasi pabrik, letak dari fasilitas produksi
yang dipergunakan, lingkungan kerja karyawan serta standar produksi yang berlaku
dalam perusahaan tersebut. Sedangkan Assauri(2008:39) sistem produksi adalah
suatu keterkaitan unsur-unsur berbeda secara terpadu, menyatu, dan menyeluruh
dalam pentransformasian masukan (input) menjadi keluaran (output). Berikut adalah
bagan dari sistem produksi.
20
Informasi Umpan Balik
Gambar 2. Sistem Produksi (Sumber Assauri, 2008:39)
Berdasarkan gambar 2 di atas, terlihat masukan-masukan tersebut
dikonversikan menjadi keluaran yang berupa barnag atau jasa dengan menggunakan
teknologi dan metode tertentu. Sistem produksi mengkombinasikan atau
menggabungkan komponen-komponen masukan tersebut dalam prose trasformasi
dengan suatu cara pengorganisasian yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pada gambar juga bahwa informasi umpan balik dipergunakan untuk
mengendalikan proses dan masukan dalam menghasilkan keluaran yang diinginkan.
Kegiatan ini merupakan tanggung jawab seorang manajer produksi untuk
menggunakan informasi umpan balik secara continu menyusuaikan bauran masukan
dan teknologi yang dibutuhkan untuk memperoleh keluaran yang diinginkan. Berikut
adalah uraian masing-masing sistem produksi, antara lain:
a. Masukan (input), pada pelaksanaan proses produksi suatu perusahaan
memerlukan adanya input. Input tersebut berupa sumber-sumber daya atau
Masukan:
Bahan, tenaga kerja,
mesin, energi, modal,
dan informasi
Tarnsformasi:
Proses Konversi
Keluaran:
Barang atau Jasa
21
faktor-faktor produksi yang nantinya akan diproses menjadi keluaran,
sehingga jika tak tersedia input maka proses produksi akan terhambat bahkan
berhenti. Input yang dimaksud adalah tenga kerja, modal, dan manajer yang
akan diintegrasikan dalam suatu sistem produksi (Heizer dan Render,
2006:17). Sedangkan Assauri(2008:39) unsur masukan (input) terdiri atas
bahan, tenaga kerja, mesin, energi, modal, dan informasi. Setiap komponen
tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan., tetapi secara bersama-sam membentuk
suatu sistem dalam pertranformasian untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan. Input yang dipergunakan dalam suatu sistem produksi berbeda-
beda tergantung pada jenis barang atau jasa yang dihasilkan serta tergantung
pada jenis industri.
b. Transformasi, transformasi merupakan kegiatan mengolah atau mengkonversi
masukan yang ada di perusahaan menjadi keluaran berupa barang atau jasa
yang memiliki nilai tambah dan nilai guna yang lebih besar dengan
menggunakan peralatan produksi. Menurut Prihantoro (2012:123)
transformasi dapat diklarifikasikan menjadi :
1) Transformasi fabrikasi, suatu transformasi yang bersifat distrik dan
menghasilkan produk nyata. Contoh pabrik mobil.
2) Transformasi proses, suatu transformasi yang berkelanjutan dimana di
antara operasi yang satu dengan operasi yang lain kurang dapat dibedakan
secara nyata. Contoh pabrik semen dan pabrik pupuk.
22
3) Tranformasi jasa, suatu transformasi yang tidak megubah secara fisik
masukan menjadi keluaran dalam hal ini secara fisik keluaran sama
dengan masukan, namun transformasi jenis ini akan meningkatkan nilai
masukannya. Contoh perusahaan angkutan.
c. Keluaran (output), merupakan kombinasi dari input-input yang
ditransformasikan menjadi hasil produksi berupa barang jadi. Menurut
Assauri (2008:34) outputs merupakan keluaran berupa barnag atau jasa hasil
mengolah dan mentransformasikan masukan yang akan memberikan hasil
pendapatan perusahaan.
d. Informasi unpan balik (feedback), merupakan informasi yang diperoleh dari
hasil proses yang digunakan untuk bagaimana sebaiknya proses itu dilakukan.
Menurut Assauri (2008:17) sebuah rangkaian umpan balik efektif dapat
mengevaluasi kinerja proses apakan sesuai dengan rencana atau standar.
Rangkaian umpan balik ini juga mengevaluasi kepuasan pelanggan dan
mengirimkan tanda bagi mereka yang mengendalikan input dan proses.
3. Jenis Proses produksi
Jenis proses produksi bermacam-macam dan salah satunya yaitu jenis proses
produksi yang ditinjau dari segi proses produksi. Arus proses produksi dalam hal ini
adalah aliran proses produksi bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir dalam
perusahaan. Menurut Ahyari (2002:72) jenis proses produksi ditinjau dari segi arus
proses produksi yaitu:
23
a. Proses produksi terus-menerus (Contininous process)
Pada proses produksi terus-menerus terdapat pola atau urutan yang
pasti dan tidak berubah-ubah dalam pelakanaan produksi perusahaan. Pola
atau urutan pelaksanaan produksi dalam perusahaan akan selalu sama antara
pelaksanaan produksi pada waktu yang lalu, pada saat sekarang dan pada
waktu yang akan datang. Perusahaan yang memperguanakan pola atau urutan
yang selalu sama dari periode ke periode berikutnya ini pada umumnya akan
memproduksi produk standar, dimana variasi produk adalah relatif kecil
apabila dibandingkan dengan jumlah unit dari produk yang dihasilkan.
b. Proses Produksi yang Terputus-putus (intermittent process)
Pada pelaksanaan produksi dengan menggunakan proses produksi
terputus-putus terdapat beberapa pola atau urutan pelaksanaan produksi yang
digunakan pada hari ini, berbeda dengan pola atau urutan pelaksanaan proses
yang dipergunakan pada bulan lalu. Demikian pula pola dan urutan
pelaksanaan produksi yang dipergunakan sekarang barangkali tidak akan
dipergunakan pada pelaksanaan produksi untuk bulan yang akan datang.
Artinya variasi produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang mempergunakan
proses produksi terputus-putus menyebabkan penggunaan pola atau urutan
pelaksanaan produksi yang berbagai macam pula.
Untuk memahami lebih mendalam mengenai proses produksi terus-
menerus (continous process) dan proses produksi terputus-putus (intermittent
24
process) salah satunya yaitu dengan memahami ciri-ciri atau sifat kedua jenis
produksi tersebut. Assauri (2008:106) menjelaskan tentang ciri-ciri atau sifat
proses produksi terus-menerus (continous process) dan proses produksi
terputus-putus (intermittent process) sebagai berikut:
a. Ciri-ciri atau sifat proses produksi terus-menerus (continous process)
ialah:
1) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produksi
massa) dengan variasi yang sangat kecil dan sudah distandarisasikan.
2) Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan
peralatan berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan,
yang disebut product out atau departementation by product.
3) Maesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah
mesin-mesin yang bersifat khusus untuk menghasilkan produk tersebut
yang dikenal dengan nama spesial purpose machines.
4) Oleh karena itu mesin-mesinnya bersifat khusus dan biasanya agak
otomatis maka pengaruh individual operator terhadap produk yang
dihasilkan kecil sekali, sehingga operatornya tidak perlu mempunyai
keahlian atau skill yang tinggiuntuk pengerjaan produk tersebbut.
5) Apabila salah satu mesin atau peralatan terhenti atau rusak, maka
seluruh proses produksi akan berhenti.
25
6) Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi produknya
kecil maka job structure-nya sedikit dan jumlah tenaga kejanya tidak
perlu banyak.
7) Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah
daripada intermittent process atau manifacturing.
8) Oleh karena mesin-mesin yang dipakai bersifat khusus maka proses ini
membutuhkan maintenance specialist yang mempunyai pengetahuan
dan pengalaman yang banyak.
9) Biasanya- bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan yang
menggunakan tenaga mesin seperti ban berjalan (iconveyer).
b. Ciri-ciri atau sifat proses produksi yang terputus-putus (intermittent
process) ialah:
1) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil
dengan variasi yang sangat besar (berbeda) dan didasarkan atas
pesanan.
2) Proses ini biasanya menggunakan sistem, atau cara penyusunan
peralatan berdasarkan fungsinya dalam proses produksi atau peralatan
yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama, yang disebut
denga process lay out atau departementation by equipment.
3) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi ini adalah mesin-
mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untik menghasilkan
26
bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama, mesin
tersebut dikenal dengan nama general purpose machines.
4) Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan biasanya kurang
otomatis, maka pengaruh individu operator terhadap produk yang
dihasilkan sangat besar, sehingga operatornya perlu mempunyai
keahlian atau skill yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut.
5) Proses produksi tidak mudah atau akan terhenti walaupun terjadi
kerusakan atau terhentinya salah satu mesin atau peralatan.
6) Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan variasi produknya
besar, maka terhadap pekerja (job) yang bermacam-macam
menimbulkan pengawasan (control) yang lebih sulit.
7) Persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena tidak dapat
ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga
persediaan bahan dalam proses lebih tinggi daripada continuous
process/manufacturing, karena prosesnya terputus-putus atau terhenti-
henti.
8) Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang
dapat flrksibel (varledpath equlpment) yang menggunakan tenaga
manusia seperti kereta dorong atau forklift.
9) Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang
bolak-balik sehingga perlu adanya ruangan gerak (aisle) yang besar
dan ruangan tempat bahan-bahan dalam (work ib process) yang besar.
27
Proses produksi terus-menerus (continuous process) dan proses
produksi terpurus-putus (intermittent process) memiliki kekurangan dan
kelebihan. Assauri (2008:108) menguraikan kekurangan dan kelebihan kedua
proses produksi tersebut sebagai berikut:
a. Kekurangan dan kelebihan proses produksi terus-menerus (continuous
proces):
1) Kekurangan proses produksi terus-menerus (continuous proces)
a) Terdapat kesukaran untuk menghadapi perubahan produk yang
diminta oleh konsumen atau pelanggan. Jadi proses produksi seperti
ini khusus untuk menghasilkan produk-produk yang yang permintaan
(demand)nya besar dan stabil serta style produknya tidak mudah
berubah.
b) Proses produksi mudah terhenti, apabila terjadi kemacetan disuatu
tempat atau tingkat proses (di awal, tengah atau dibelakang), maka
kemungkinan seluruh proses produksi akan terhenti yang disebabkan
adanya saling hubungan dan urutan-urutan antara masing-masing
tingkat proses.
c) Terdapat kesukaran dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan
karena biasanya tingkat produksi (rate of production)nya telah
tertentu, sehingga sangat kaku (rigid).
2) Kelebihan proses produksi terus-menerus (continuous proces) yaitu:
28
a) Dapat diperolehnya tingkat biaya produksi per unit (unit production
cost) yang rendah apabila dapat dihasilkannya produk dalam volume
yang cukup besar dan apabila produk yang dihasilkan distandarisasi.
b) Dapat dikuranginya pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga
manusia, terutama karena sistem pemindahan bahan yang
menggunakan tenaga mesin atau listrik.
c) Biaya tenaga kerja (labor cost) adalah rendah, karena jumlah tenaga
kerjanya sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli (cukup yang
setengah ahli) dalam pengerjaan produk yang dihasilkan.
d) Biaya pemindahan bahan di dalam pabrik juga rendah, karena jarak
antara mesin yang satu dengan mesin yang lain lebih pendek dan
pemindahan tersebut digerakkan dengan tenaga mesin (mekanisasi).
b. Kekurangan dan kelebihan proses produksi terputus-putus (intermittent
proces) sebagai berikut, yaitu:
1) Kekurangan proses produksi terputus-putus (intermittent procesi) yaitu:
a) Schedulling dan routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan
sangat sukar dilakukan karena kombinasi urut-urutan pekerjaan yang
banyak sekali di dalam memproduksi satu macam produksi, dan
disampingkan itu dibutuhkan scheduling dan routing yang banyak sekali
karena produknya yang berbeda tergantung dari pemesannya.
29
b) Oleh karena pekerjaan routing dan scheduling banyak sekali dan sukar
dilakukan, maka pengawasan produksi (produksctiont control) dalam
proses produksi ini sangat sulit dilakukan.
c) Dibutuhkannya investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan
mentah dan bahan-bahan dalam proses. Karena prosesnya terputus-putus
dari produk yang dihasilkan tergantung dari pesanan.
d) Biaya tenaga kerja dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi. Karena
banyak dipergunakannya tenaga manusia dan tenaga yang dibutuhkan
adalah tenaga ahli dengan pekerjaan produk tersebut.
2) Kelebihan proses produksi terputus-putus (intermittent proces) yaitu:
a) Mempunyai fleksibelitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan
produk dengan variasi yang cukup besar. Fleksibelitas ini terutama dari
sestem penyusunan peralatan (lay out)nya yang terbentuk prose lay out,
jenis/tipe mesin yang digunakan dalam proses yang bersifat umum
(general purpose machines), dan sistem pemindahan bahan yang tidak
menggunakan tenaga mesin melainkan tenaga manusia.
b) Oleh karena mesin-mesin yang digunakan bersifat umum (general
purpose machines), maka biasanya dapat diperoleh penghematan uang
dalam investasi mesin-mesinnya, sebab harga mesin-mesinnya, daripada
mesin-mesin yang khusus (special purpose machines).
30
4. Karakteristik Proses Produksi
Proses produksi merupakan proses pengolahan bahan baku menjadi barang
jadi. Dalam proses produksi memiliki karakteristik yang tergantung dari apa yang
diproduksi. Pada hakikatnya harus selalu mengusahakan agar proses produksi dapat
selalu berjalan lancar. Untuk mengendalikan kelancaran proses produksi ini maka
tidak boleh lepas perhatian kita terhadap teknologi yang dipergunakan oleh
perusahaan. Setiap produk memerlukan suatu proses yang berbeda dengan yang lain.
Gitosudarmo (1999:208).
Hal ini dapat dipahami misalnya barang-barang kimia menghendaki proses
yang berbeda dengan barang-barang tenun. Proses pada produksi jasa kesehatan
berbeda dengan proses pada jasa pendidikan. Proses produksi barang-barang mebel
juga berbeda dengan proses pada barang-barang pertanian. Bahkan lebih dari itu
dalam satu jenis industri tertentu pun dapat terjadi pula perbedaan dalam proses
produksinya, yaitu apabila peralatan yang digunakan berbeda-beda, hal ini karena
perbedaan teknologi yang dipergunakan. Oleh karena itu kita perlu mempelajari
spesifikasi dari karakteristik proses dari masing-masing perusahaan.
Karakteristik proses produksi tersebut akan mengakibatkan perbedaan pada
kebutuhan akan pengendalian produksinya. Dalam hal ini kita dapat membedakan
teknologi dalam beberapa cara. Misalnya dalam hal ini terdapat proses dalam
produksi pertanian, pertambangan, reaksi kimia, peternakan, pertanian, perajutan,
pertukangan dan lai-lain sebagainya.
31
Dengan mengenal kekhususan-kekhususan proses tersebut maka dapat kita
menerapkan prinsip-prinsip umum (prinsip-prinsip dasar) dan melakukan
pengendalian dalam proses produksi tersebut agar tujuan kita yaitu kelancaran proses
produksi dapat terjamin.
D. Pengendalian Proses Produksi
1.Pengertian Pengendalian Proses Produksi
Setiap perusahaan dalam melaksakan proses produksi tertentu ingin kegiatan
tersebut lancar sesuai dengan rencana dan diperoleh produk dengan tepat kualitas,
tepat jumlah, tepat waktu dengan biaya yang efisien. Semua itu dapat diperoleh
dengan dukungan sistem produksi diperusahaan yang baik dan dengan pengendalian
proses produksi yang tepat. Proses produksi terdiri atas tahapan-tahapan yang
berurutan, saling terkait dan masing-masing tahapan dapat mempengaruhi hasil akhir
dari produk atau bahkan adanya kemacetan pada salah satu tahapan dapat
menghentikan proses produksi. Pengendalian proses produksi akan menjalin proses
produksi berjalan lancar terlaksana sesuai rencana, semua tahapan dalam proses
produksi dilaksanakan mengikuti standar operasional prosedur, dan dilakukan
tindakan korektif apabila terdapat penyimpangan. Kusuma (2009:1) menyatakan
“Tujuan pengendalian proses produksi adalah merencanakan dan mengendaliakan
aliran material ke dalam, di dalam, dan keluar pabrik sehingga posisi keuntungan
optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat tercapali.” Menurut Assauri
(2008:38) pengendalian produksi merupakan kegiatan pengendalian yang dilakuakan
32
untuk menjamin apa yang telah ditetapkan dalam rencana produksi dan operasi dapat
terlaksana, dan bila terjadi penyimpang dapat segera dikoreksi sehingga tidak
mengganggu pencapaian target produksi dan operasi. Sedangkan Ahyari (2002:53)
mendefinisikan pengendalian proses produksi sebagai berikut.
“Pengendalian proses produksi ini akan menyangkut beberapa masalah
tentang perencanaan dari proses produksi dalam satu perusahaan. Produk apa
dan apa yang akan diproduksi pada suatu priode yang akan datang. Bagaimana
penyelesaian proses produksinya, kapan proses produksi untuk produk
tersebut akan dimulai dan kapan proses tersebut sudah harus selesai, dan lain
sebagainya. Adapun beberapa yang perlu dibicarakan dalam pengendalian
proses produksi adalah peranan pengendalian proses, serta jenis pengendalian
yang dapat dipergunakan dalam masing-masing perusahaan.”
Kusuma (2009:1) menjelaskan pengendalian produksi yaitu:
“Pengendalian produksi dimaksudkan mendayagunakan sumber daya
produksi yang terbatas secara efektif, terutama dalam usaha memenuhi
permintaan konsumen dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan.
Sumber daya yang dimaksud mencakup fasilitas produksi, tenaga kerja, dan
bahan baku.
Berdasarkan beberapa pengertian proses produksi dari beberapa ahli di atas,
dapat disimpulakan bahwa pengendalian proses produksi merupakan kegiantan untuk
menjamin agar pelaksanaan pengendalian proses produksi sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan dan terdapat tindakan perbaikan atau koreksi jika terjadi
penyimpangan. Pengendalian proses produksi harus dilaksanakan sebelum proses,
saat proses, dan setelah proses yakni hingga hasil akhir diketahui. Dengan demikian
pengendalian proses produksi mempunyai peran penting yang akan menjaga
kelancaran, keefektifan dan keefisienan proses produksi dalam suatu perusahaan
sehingga hasil produksi sesuai dengan yang telah direncanakan.
33
Ahyari (2008:173) menyatakan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam melakukan pengendalian proses adalah sebagai berikut :
1. Pengawasan kegiatan pemeriksaan atas kegiatan yang akan dan sedang
dilakukan, agar-agar kegiatan tersebut dapat sesuai dengan yang
direncanakan.
2. Memperhatikan kegiatan melihat pekerjaan yang akan dan sedang
dikerjakan oleh pekerja untuk memutuskan langkah selanjutnya.
3. Mengevaluasi kegiatan membandingkan hasil implementasi dengan yang
telah direncanakan untuk melihat keberhasilannya.
E. Proses Produksi Perahu Phinisi
Perahu phinisi telah menjadi kebanggaan suku bugis dari masa lalu hingga
sekarang. Pembuatan perahu phinisi terletak di Kecamatan Bontobahari Kabupaten
Bulukumba kurang lebih 150 kilometer dari Kota Makassar. Perahu phinisi memiliki
dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan,
dan dua dibelakang. Perahu phinisi biasanya digunakan untuk mengangkut barang
banyak dalam perjalanan jauh. Proses pembuatan perahu phinisi dibutuhkan
ketelitian, keahlian dan ritual wajib dilakukan. Pembuatan perahu phinisi pun bias
memakan waktu berbulan-bulan lamanya, tergantung dari ukuran dan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses produksi.
Teknik pembuatan perahu phinisi berbeda dengan pembuatan perahu pada
umumnya. Pada teknik produksi perahu pada umumnya, rangka perahu dibuat
34
terlebih dahulu kemudian dibuat dindingnya. Sedangkan pada proses produksi perahu
phinisi terlebih dahulu pembuatan lunas (kalabesiang) kemudian lambung perahu dan
setelah itu baru dinding perahu. Berikut tahapan proses produksi perahu phinisi :
1. Tahap Persiapan (persediaan bahan baku), dimulai pada pemilihan pohon,
kemudian ditebang yang sesuai dengan peruntukannya. Pada ini lebih
diutamakan pencarian pohon untuk pembuatan lunas perahu phinisi serta dua
buah penyambungannya untuk ke depan dan belakang. Pohon-pohon yang
melengkung merupakan kayu pilihan untuk membuat rangka perahu. Karena
lengkungan secara alami akan memudahkan dalam pembuatan perahu phinisi.
2. Tahap pembuatan lunas (kalibesiang), merupakan bagian yang terpenting dari
perahu phinisi, karena bagian ini bagian rawan terhadap kebocoran. Lunas
terbuat dari balok jati atau kayu hitam myang berukuran sekitar 40-50 cm.
Setelah lunas selesai dibuat kemudian dilakukan persiapan untuk
penyambungan. Teknik penyambungan ada dua macam yaitu teknik laso
(sambung masuk) dan teknik jembatan (teknik tumpuk). Untuk memperkuat
sambungan dipergunakan pasak kayu atau pasak besi lalu di baut dan mir.
Kemudian juga disiapkan untuk suatu bagian yang mempertemukan dinding
perahu bagian kanan dan kiri yang terletak miring pada lunas. Uru sangkara
(papan pertama), (dasar perahu bagian depan dan belakang), kanjai.
35
3. Tahap pembuatan lambung perahu
Pada tahap pembuatan lambung .perahu terdiri dari :
a. Pemasangan papan dasar (teralas) yang, Papan ini masih termasuk bagian
dasar dari perahu ketebalannya akan berbeda satu dengan lainnya. Dan
papan-papan yang berada di bawah harus lebih tebal daripada papan yang
ada di atasnya. Papan teralas dipasang setelah selesai pemasangan
pengepak, pemasangan mula sangkara (papan pertama) dan papan-papan
disambing dengan pen dan setiap pen berjarak 15-20 cm.
b. Pemasangan rangka atau tulang perahu bertujuan untuk memperkuat
dinding perahu yang terdiri dari balok-balok dan papan kayu di bagian
bawah dengan berbagai ukuran. Tahap pemasangan rangka ini dimulai
dari bawah dan semakin ke atas semakin tipis. Kegiatan yang penting
dalam tahapan ini adalah:
2) Kelu yaitu (tulang yang paling bawah) sebagai pengikat papan teralas
3) Penyambungan kelu (gading)
4) Saloro (tulang atau penguat pada bagian kiri dan kanan perahu)
5) Penyambungan soloro
6) Lepe (katu penekan dinding)
7) Lepe kalang (tempat kalang bertumpu)
8) Taju (tempat pengikat kawat dan tali-tali perahu)
9) Pengikat lunas (depan belakang dengan papan teralas)
36
c. Pengerjaan bagian belakang perahu. Pada bagian ini penting karena di
tempat itu terdapat bagian kemudi yang merupakan jantung perahu setelah
bagian belakang selesai dilanjutkan dengan pengerjaan bagian yang
menghubungkan lamma (papan jemah) dengan lunas depan dan belakang.
Lalu dilanjutkan dengan pembuatan anjungan. Pembuatan bagian tiang
agung dan pembuatan sambungan papan dan mendempulnya.
4. Tahapan pembuatan kamar sebagai ruang peristirahatan dan lain-lainnya
sesuai dengan model dan desain yang di inginkan.
5. Tahap pembuatan tiang dan layar perahu, bahan dasar yang diperlukan pada
tahapan ini yakni kayu yang berukuran sesuai dengan besar perahu yang
dibuat baik dari segi panjang, lebar dan tingginya, begitu juga dengan tali dan
layarnya. Pada tiang bagian tengah perahu harus itu lebih tinggi dibandingkan
tiang layar yang berada pada bagian depan perahu agar keseimbangan perahu
dalam berlayar dapat stabil. Kemudian pembentukan layar yang biasanya
terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1) Anjong (segi tiga penyeimbang) berada pada bagian depan perahu
2) Sombala (layar utama) berukuran besar
3) Tanpasere (layar kecil) berbentuk segitiga ada di setiap tiang utama.
4) Cocoro pantara (layar bantu depan).
5) Cocoro tangnga (layar bantu tengah.
6) Tarengke (layar bantu di belakang)
37
6. Tahapan pemasangan mesin dan alat kemudi, pada tahapan ini pemasangan
mesin dan alat kemudi dikerjakan oleh tehnisi khusus yang mendalami teknik
mesin.
7. Proses pengecatan, dalam proses pengecatan bagian-bagian perahu harus
disesuaikan cat dan alat yang digunakan pada setiap bagian perahu lalu
dikeringkan kurang lebi 1 atau 2 hari.
8. Tahap terakhir adalah uji coba.
E. Penelitian Terdahulu
1. Dwi Puspitasari (2012)
Judul Pengendalian Proses Produksi pada PT. Busana Mas Surabaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengendalian
proses produksi garmen dalam meningkatkan kualitas hasil pada PT. Busana Mas
Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian proses produksi
garen yang dilakukan oleh PT. Busana Mas Surabaya dilakukan beberapa tahapan
yaitu quality control dan finish quality control.
2. Ariska Efa Yuliana (2013).
Judul Pengendalian Proses Produksi Kedelai Edamame Beku (Frozen
Edamame Soybeans) pada PT. Mitratani Jember. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengendalian proses produksi kedelai edaman beku PT. Mitratani
Jember. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian proses produksi
kedelai edamame beku pada PT. Mitratani Jember.
38
3. Octari Anggi Susanti (2016)
Judul Implementasi Pengendalian Proses Produksi Kopi Luwak pada PT.
Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kayumas Situbondo. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pengendalian proses Produksi
Kopi Luwak pada PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Kayumas
Situbondo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pengendalian
proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan dimulai dari faktor-faktor
produksi (input), proses produksi (transformasi), hasil produksi (output) dan
informasi umpan balik (feedback).
F. Kerangka Pikir
Pengendalian proses produksi adalah sebuah upaya bagaimana prusahaan
mampu memproduksi sebuah keluaran yang memiliki nilai tinggi sehingga memiliki
daya tarik dikalangan masyarakat lokal dan bahkan di kalangan masyarakat asing atau
pendatang dari luar negeri. Dengan adanya pengendalian pula perusahaan dapat
mencapai target dari apa yang telah direncanakan yaitu menghasilkan kualitas
sehingga memiliki nilai tinggi dan menghasilkan laba yang maksimal.
39
Berikut Bagan kerangka pikir pada penelitian ini :
Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir
Proses Produksi Perahu Phinisi
Pengendalian Proses
Tahap 1
Pembuatan
lunas
Tahap 2
Lmbung
Lunas
Tahap 3
Pembuatan
kamar
Tahap 4
Pembuatan
Tiang Layar
Tahap 5
Pembuatan
layar
Tahap 6
Pengecatan
Tahap 8
Pemasangan
Alat Kemudi
Tahap 7
Pemasangan
Mesin
Tahap 9
Uji Coba
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakuakn pada produksi perahu phinisi di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini diperkirakan kurang lebih 2 (dua) bulan, yaitu di
mulai pada bulan April sampai bulan Mei pada tahun 2017.
A. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Untuk memmberikan persamaan persepsi kepada pembaca, maka penulis
menggunakan definisi operasional, yaitu :
1. Pengendalian yaitu perencanaaan yang dibuat dengan seksama tidak
akan berhasil apabila tidak diikuti dengan pengawasan. Bahkan lebih
dari itu sendiri harus dipergunakan sebagai alat untuk mengawasi
kegiatan-kegiatan.
2. Produksi merupakan proses perubahan masukan atau sumber daya
produksi (imput) menjadi keluaran (output).
3. Pengendalian proses produksi ini akan menyangkut beberapa masalah
tentang perencanaan dari proses produksi dalam satu perusahaan.
Produk apa dan apa yang akan diproduksi pada suatu priode yang akan
datang.
40
41
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Dokumentasi, pengambilan data-data yang berkaitan dengan penelitian dari
tempat penelitian yaitu pada usaha perahu phinisi di Kecamatan Bontobahari
Kabupaten Bulukumba.
2. Teknik observasi, dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara
langsung dalam proses produksi perahu phinisi di Kecamatan Bontobahari
Kabupaten Bulukumba.
3. Wawancara, teknik interview yang dilakukan dengan cara wawancara
dengan kepala tukang (punggawa) pada proses produksi perahu phinisi di
Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu
data yang diperoleh dari perusahaan baik dalam bentuk informasi secara lisan
maupun secara tertulis.
2. Sumber Data
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung pada instansiyang
bersangkutan dari hasil wawancara.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumentasi
objekpenelitian, berupa laporan tertulis yang dibuat secara periodik dan
berkala.
42
E. InformanPenelitian
Informanpenelitianadalah orang yang
dimamfaatkanuntukmemberikaninformasitentangsituasidankondisilatarbelakangpe
nelitian.Maleong (2000:97). Informanpenelitianmerupakan orang-orang yang
benar-benarmengetahuipermasahalah yang akanditeliti.
Dalampenelitianiniterdapat 2 (dua) informandiantaranya:
1. Informankunci. Yaitu orang yang dianggapmemahamipermasalahan
yang ditelitiadapun yang
ditetapkansebagaiinformankuncipadapenelitianiniadalah 1 orang
manajerpekerja (kepalatukang) padausahaperahuphinisidi Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba.
2. Informan non kunci yaitu orang-orang yang mengetahui permasalah
yang diteliti. Adapun yang ditetapkan sebagai informan non kunci
pada penelitian ini adalah 1 orang pengusaha perahu phinisi dan
22orang pekerja (tukang) pada usaha perahu phinisi di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba.
F. MetodeAnalisis data
Metodeanalisis data yang
digunakandalampenelitianiniadalahanalisisdeskriktifkualitatifyaitusuatuanalisis
yang digunakanuntukmenggambarkanataumendeskripsikan variable penelitian,
dalamhalini “pengendalian prosesproduksiperahuphinisidi Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba.
50
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan bagian yang menjadi subtansi
dari penelitian ini yaitu pengendalian proses produksi perahu phinisi di
Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba, dengan metode analisis yang
digunakan yakni analisis deskriptif kualitatif.
Pada penelitian deskriptif kualitatif, peneliti dituntut dapat memaparkan,
menjelaskan, menggambarkan atau mendeskrisikan dan menggali data
berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dilihat dan dilakukan oleh sumber
data sesuai dengan fakta-fakta dilapangan dengan menggunakan wawancara dan
observasi langsung di lokasi penelitian yakni di Kecamatan Bontobahari
Kabupaten Bulukumba.
1. Karakteristik Informan Penelitian
Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 24 orang. Informan yang
terdiri dari 1 orang sebagai informan kunci yakni bernama bapak sangkala selaku
kepala tukang (Punggawa) perahu phinisi yang kini berusia 46 tahun. 12 tahun
bekerja sebagai pekerja (tukang) perahu phinisi dan sudah 9 tahun bekerja sebagai
kepala tukang. Dan dapat disimpulkan bahwa bapak sangkala sudah 21 tahun
melakukan pekerjaan sebagai panrita lopi. Dan 23 orang sebagai informan non
kunci yang terdiri dari 22 orang pekerja (tukang) yang rata-rata berusia 28-45
50
51
tahun dan 1 orang sebagai pemilik usaha yakni bapak H. Abdullah yang kini
berusi 53 tahun.
1. Deskripsi Hasil Penelitian
Data dari hasil penelitian ini didapatkan melalui wawancara dan observasi
langsung yang dilakukan oleh peneliti pada kurun waktu 2 (dua) bulan yakni pada
bulan April sampai Mei 2017. Dan informan yang menjadi sasaran wawancara
pada penelitian ini adalah kepala tukang (Punggawa) pada proses produksi perahu
phinisi di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. Adapun deskripsi
wawancara yang peneliti lakukan dengan pihak kepala tukang (Punggawa) pada
proses produksi perahu phinisi di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba
adalah sebagai berikut :
52
Gambar. 4 Skema Pengendalian Proses Produksi Perahu Phinisi
Pengendalian
Proses Produksi
Perahu Phinisi
Tahap 1
Pembuatan Lunas
Tahap 6
Pengecatan
Tahap 5
Pembuatan Layar
Tahap 4
PembuatanTiang
Layar
Tahap 3
Pembuatan Kamar
Tahap 2
Pembuatan Lambung
Tahap 7
Pemasangan Mesin
Tahap 9
Uji Coba
Tahap 8
Pemasangan Kemudi
53
Berdasarkan gambar. 4 maka peneliti mendeskripsikan hasil wawancara
dengan kepala tukang (Punggawa) sebagai berikut:
a. Pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan lunas
perahu phinisi
Adapun pengendalian proses yang dilakuakan oleh kepala tukang
(Punggawa) yakni sebgai berikut :
Pertama peneliti menanyakan apakah ada pengawasan yang dilakukan
pada tahap pembuatan lunas ini ?. Informan menjawab sebagai berikut :
“Tentu ada....yang perlu saya awasi adalah ketika pekerja (tukang)
melakukan pengukuran, pemotongan dan pemasangan bahan baku
pada tiap bagian-bagian lunas perahu”. (Wawancara pada tanggal
26 April 2017).
Kemudian peneliti lanjut menggali tentang hal-hal apa sajakah yang
perlu bapak perhatikan saat pengerjaan lunas ?. Informan menjawab
sebagai berikut :
“Yah... tentu yang perlu saya perhatikan pada tahapan pengerjaan
lunas ini penggunaan bahan baku utama dan bahan baku
pembantunya, kemudian penggunaan alat-alat produksi yang
digunakan oleh para pekerja dan target waktu pengerjaan dapat
terselesaikan selama 1 minggu”. (Wawancara pada tanggal 26 April
2017).
Selanjutnya peneliti lanjut menanyakan tentang hal-hal apa saja yang
perlu dievaluasi pada tahap pengerjaan lunas ini ?. Informan kembali
menjawab sebagai berikut :
“Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tahap pengerjaan lunas ini yaitu
meninjau kembali pekerjaan para pekerja (tukang) seperti
pemasangan komponen-komponen lunas yang terdiri dari, kobi depan
belakang dan depan dan batang lunas”. (Wawancara pada tanggal 26
April 2017).
54
b. Pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan lambung
perahu phinisi
Pada tahapan pengerjaan lambung perahu, bentuk pengendalian proses
yang dilakukan oleh kepala tukang menurut hasil wawancara adalah sebagai
berikut :
Pertama peneliti menanyakan tentang bagaimana pengawasan yang
dilakukan pada tahap pengerjaan lambung perahu ?. Informan menjawab
sebagai berikut :
“Hal-hal yang perlu saya awasi pada tahapan ini ada beberapa yakni
diantaranya, pemasangan dinding dan tulang lambung yang benar-
benar harus diperhatikan kerapatannya untuk menghindari
kebocoran. Pengolahan bahan baku baik itu saat pengoboran,
pemahatan pemotongan dan serta pemasangan pasa bagian-bagian
lambung perahu”. (Wawancara pada tanggal 26 April 2017).
Kemudian peneliti melanjutkan bertanya tentang hal-hal apa
sajakah yang perlu bapak perhatikan pada tahapan ini ?. Informan kembali
menjawab sebagai berikut :
“Yang perlu saya perhatikan pada tahapan ini yakni bahan baku dan
alat-alat produksi yang digunakan oleh pekerja dan tentunya estimasi
waktu pengerjaan ditargetkan selama 2 bulan”. (Wawancara pada
tanggal 26 April 2017).
Setelah itu peneliti kembali menanyakan tentang hal-hal apa
sajakah yang perlu di evaluasi pada tahapan ini ?.
“Hal-hal yang perlu saya evaluasi pada tahapan ini diantaranya,
jumlah bahan baku utama yang dipergunakan, pemasangan setiap
komponen lambung perahu apa sesuai ataukah masih ada hal-hal
yang perlu diperbaharui”. (Wawancara pada tanggal 26 April 2017).
55
c. Pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan kamar
perahu phinisi
Adapun bentuk pengendalian proses pada tahapn pengerjaan lunas
berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Informan adalah sebagai
berikut :
Pertama-tama peneliti menanyakan tentang bagaimanakah bentuk
pengawasan yang dilakukanpada tahap pengerjaan kamar perahu ?.
Informan pun menjawab sebagai berikut :
“Bentuk pengawasan yang saya lakukan pada tahapan ini yakni
menyesuaikan bentuk kamar perahu dengan yang didesain
sebelumnya yang dilihat dari segi ukuran bentuk dan ketepatan
pemasangan pada setiap komponen kamar-kamar perahu”.
(Wawancara pada tanggal 26 April 2017).
Kemudian peneliti lebih lanjut menanyakan tentang hal-hal apa
sajakan yang mejadi perhatian saat pengerjaan kamar perahu ?. Informan
pun kembali mejawab sebagai berikut :
“Hal-hal yang perlu saya perhatikan pada proses pengerjaan kamar
ini yakni, penggunaan jenisbahan baku kayu pada setiap komponen-
komponen karena jenis kayu yang digunakan pada tahap pengerjaan
kamar perahu ini berbeda-beda seperti halnya tulang dinding harus
menggunakan kayu besi dan sedangkan pada bagian dinding perahu
harus menggunakan kayu jati biasa atau kayu kandole”. (Wawancara
pada tanggal 26 April 2017).
Lebih lanjut lagi peneliti menanyakan tentang hal-hal apa sajakah
yang perlu dievaluasi pada tahapan pengerjaan kamar ini ?. Informan
kembali menjawab sebagai berikut :
“Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tahapan ini yakni melakukan
peninjauan kembali pada setiap pekerjaan yang dilakukan oleh para
pekerja pada tahapan pengerjaan kamar perahu yakni kesesuaian
penggunaan bahan baku pada setiap pemasangan komponen kamar
56
perahu dan estimasi waktu yang ditergetkan selama 1 bulan”.
(Wawancara pada tanggal 26 April 2017).
d. Pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan tiang layar
perahu phinisi
Adapun bentuk pengendalian proses yang dilakukan berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan kepala tukang (Punggawa) pada tahapan ini
yakni sebagai berikut :
Pertama peneliti menanyakan hal-hal apa sajakah yang perlu diawasi
pada tahap pengerjaan tiang layar perahu phinisi ini ?. Informan pun
menjawab sebagai berikut :
“Saat pengejaan tiang layar perahu hal-hal yang perlu saya awasi
yakni saat para pekerja saya mengolah bahan baku utama tang layar
perahu ini seperti halnya saat pekerja melakukan pengukuran,
pemberian tanda pada kayu untuk pemahatan dan lain-lain
sebagainya”. (Wawancara pada tanggal 26 April 2017).
Kemudian peneliti lebih lanjut menanyak pada tahapan ini tentang
hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan pada tahapan ini ?. Informan
pun menjawab sabagai berikut :
“Hal-hal yang perlu diperhatiakan pada tahapan ini yakni saat pekerja
melakukan penggunaan bahan baku, melihat keseimbangan pada tiap-
tiap tiang layar yang akan dipasang”. (Wawancara pada tanggal 26
April 2017).
Lebih lanjut lagi peneliti menanyakan tentang hal-hal apa sajakah
yang dievaluasi pada tahapan ini ?. Informan kembali menjawab sebagai
berikut :
“Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tahapan ini yakni meihat
kembali pemasangan tiang layar yang telah dikerjakan oleh pekerja
baik tiang layar utama ataupun tiang layar bantu perahu”.
(Wawancara pada tanggal 26 April 2017).
57
e. Pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan layar perahu
Pada tahapan ini adapun bentuk pengendalian yang dilakuakn oleh
kepal tukang (Punggawa) berdasarkan wawancara yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Pertama peneliti menanyakan tentang bagaimana bentuk pengawasan
yang dilakukan pada tahap pengerjaan layar perahu ini ?. Informan pun
menjawab sebagai berikut :
“Yaaa... tentunya yang perlu saya awasi yakni saat pemasangn layar
perahu baik dari segi jenis ikatan dan simpul yang digunakan maupun
letak simpul dan ikatan yang digunakan oleh para pekerja”.
(Wawancara pada tanggal 26 April 2017).
Lebih lanjut lagi peneliti menanyakan tentang hal-hal apa sajakah
yang perlu diperhatikan dalam pengerjaan layar perahu ini ?. Informan pun
kembali menjawab sebagai berikut :
“Tentu yang perlu saya perhatikan adalah pekerja yang saya gunakan
saat layar perahu dibuat yakni teknisi khusus (tukang jahit) dan
penggunaan bahan baku layar perahu baik jadi segi jenis kainnya
maupun jumlah bahan baku yang digunakan”. (Wawancara pada
tanggal 26 April 2017).
Kemudian peneliti lanjut bertanya tentang hal-hal apa sajakah yang
perlu evaluasi pada tahapan ini ?. Informan pun menjawab sebgai berikut :
“Yah... tentu cara pemasangan layar pada tiap-tiap tiang layar
perahu, baik itu pada tiang layar utama maupun tiang layar
pembantu ditinjau dari segi simpul dan ikatan yang digunakan saat
pemasangan layar perahu”. (Wawancara pada tanggal 26 April
2017).
58
f. Pengendalian proses produksi pada tahapan pengecatan perahu
phinisi
Adapun bentuk pengendalian pada tahapan ini berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan Informan adalah sebagai berikut :
Pertama peneliti menanyakan pada tahapan ini tentang bagaimana
bentuk pengawasan yang dilakukan pada tahapan ini ?. Informan pun
menjawab sebagai berikut :
“Pengawasan yang saya lakukan pada tahapan ini yakni saat pekerja
melakukan pengecatan pada setiap baigian perahu seperi halnya
bagian lunas, lambung, kamar dan tiang layar perahu.” (Wawancara
pada tanggal 26 April 2017).
Selanjutnya peneliti menanyakan tentang hal-hal apa sajakah yang
perlu diperhatikan pada tahapan ini ?. Informan pun menjawab sebagai
berikut :
“Hal-hal yang perlu saya perhatikan pada tahapan ini yakni
penggunaan bahan baku utama yang ditinjau dari segii jenis, jumlah,
dan kualitasnya, alat-alat yang digunakan pekerja pada setiap
bagian-bagian perahu yang perlu di cat seperti kuas dan alat duco
dan Begitupun dengan kondisi cuaca yang mendukung yakni cuaca
dalam keadaan panas matahari”. (Wawancara pada tanggal 26 April
2017).
Kemudian peneliti lebih lanjut menanyakn tentang hal-hal apa sajakah
yang perlu dievaluasi pada tahapan in ?. Informan pun menjawab sebagai
berikut :
“Yang perlu dievaluasi pada tahapan ini ada beberapa seperti halnya
hasil pengecatan yang telah dilakuakan oleh pekerja pada setiap
bagian perahu apakah sudah sesuai atau tidak baik dan kemerataan
cat”. (Wawancara pada tanggal 26 April 2017).
59
g. Pengendalian proses produksi pada tahap pemasangan mesin perhau
phinisi
Adapun bentuk pengendalian proses yang dilakuakn oleh kepala
tukang (Punggawa) perahu phinisi berdasarkan hasil wawancara yakni
sebagai berikut :
Pertama peneliti menanyakan tentang bagaimana pengawasan yang
dilakuakan pada tahapan ini ?. Informan pun menjawab sebagai berikut:
“Bentuk pengawasan yang saya lakukan pada tahapan ini yakni saat
pekerja memasang komponen-komponen mesin perahu seperti knalpot
mesin, balik-baling, dan mesin perahu”. (Wawancara pada tanggal
26 April 2017).
Kemudian pekerja lanjut menanyakan tentang hal-hal apa sajakah
yang perlu diperhatikan pada tahapan ini ?. Informan pun menjawab sebagai
berikut:
“Hal-hal yang perlu saya perhatikan pada tahapan ini seperti pekerja
yang saya pekerjakan harus teknisi khusus yakni orang yang ahli
dalam pengerjaan mesin (spesialis mesin}.(Wawancara pada tanggal
26 April 2017).
Selanjutnya peneliti lebih lanjut menanyakan tentang hal-hal apa
sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan ini ?. Informan pun menjawab
sebagai berikut:
“Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tahapan ini yakni pemasangan
bagian-bagian mesin seperti baling-baling, kenalpot, gas dan lain-
lain sebagainya, kemudian dilakukan pengujian mesin perahu”.
(Wawancara pada tanggal 26 April 2017).
60
h. Pengendalian proses produksi pada tahap pemasangan kemudi
perahu phinisi
Adapun bentuk pengendalian yang dilakukan pada tahapan ini
berdasarkan hasil wawancara sebagai berikut :
Pertama peneliti menanyakan tentang bagaimana pengawasan yang
dilakukan pada tahan ini ?. Informan pun menjawab sebagai berikut :
“Bentuk pengawasan yang saya lakukan pada tahapan ini yakni saat
pekerja melakuan pemasangan tali kemudi yang akan disambung
antara setir dan selaput kemudi dan cara pemasangannnya tersebut
hasus seimbang dan pemasangan tiang penyagga selaput kemudi
harus kuat dan berdiri tegak”. (Wawancara pada tanggal 26 April
2017).
Lebih lanjut peneliti menanyakan tentang hal-hal apa sajakah yang
perlu diperhatikan pada tahapan ini ?. Informan pun menjawab sebagai
berikut:
“Ha-hal yang perlu saya perhatikan pada tahapan ini yakni pekerja
yang dipekerjakan adalah spesiali mesin dan pengerjaan pada setiap
bagian kemudi yang dikerjakan oleh pekerja”. (Wawancara pada
tanggal 26 April 2017).
Selanjutnya peneliti lebih lanjut menanyakan tentang apa-apa sajakah
yang perlu dievaluasi pada tahapan ini ?. Informan pun menjawab sebagai
berikut :
“Yang perlu dievaluasi pada tahapan ini yakni meninjau kembali
setiap komponen-komponen kemudi yang telah terpasang, melakukan
uji coba kinerja kemudi”. (Wawancara pada tanggal 26 April 2017).
i. Pengendalian proses produksi pada tahap uji coba perahu phinisi
Adapun pengendalian proses yang dilakukan oleh kepala tukang
(Punggawa) berdasarkan hasil wawancara yakni sebagai berikut :
61
Pertama peneliti menanyakan tentang hal-hal apa saja yang perlu
diawasi pada tahapan ini ?. Informan pun menjawab sebagai berikut :
“Bentuk pengawasan yang saya lakukan pada tahap uji coba ini yakni
saat pekerja mempersiapakan perlengkapan berlaya untuk uji coba
seperti bahan bakar, perbekalan, pelumas, oli dan lain-lain
sebagainya”. (Wawancara pada tanggal 26 April 2017).
Kemudian peneliti lebih lanjut menanyakan tentang hal-hal apa
sajakah yang perlu diperhatikan pada tahapan ini ?. Informan pun menjawab
sebgai berikut :
“Hal-hal yang perlu saya perhatikan pada tahapan ini yakni sebelum
melaut melihat kondisi cuaca terlebih dahulu,melakukan kembali
pengecekan kelayakan mesin untuk melaut dan memperhatikan
kinerja mesin, kemudani, keseimbangan tali setir kemudani ke daun
kemudi, kelistrikan dan lain-lainnya saat melaut”. (Wawancara pada
tanggal 26 April 2017).
Selanjutnya peneliti bertanya tentang hal-hal apa sajakah yang perlu
dievaluasi pada tahap uji coba ini ?. Informan pun menjawab sebagai
berikut :
“Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tahapan ini yakni melakukan
penegecekan pada bagian perahu yang masih perlu disempurnakan
yang paling utama yakni mesin, kemudi dan lambung perahu”.
(Wawancara pada tanggal 26 April 2017).
B. Pembahasan
Hasil penelitian diatas merupakan proses penelitian lapangan yang telah
dilakukan peneliti dengan pemenuhan persyaratan administrasi penelitian.
Penelitian ini menggunakan motede deskriptif kualitatif tentang bagaimana
pengendalian proses produksi perahu phinisi di Kecamatan Bontobahari
Kabupaten Bulukumba.
62
1. Pengendalian Proses Produksi
Pada proses produksi perahu phinisi terdapat sebuah upacara adat yakni
upacara seremonia yaitu sebuah upacara adat yang dilaksanakan sebelum
melakukan tahapan pertama pada proses produksi perahu phinisi dan upacara
yang kedua adalah upacara keselamatan atau syukuran (songkobala). Upacara
ini dilakukan setelah perahu phinisi telah selesai masa pengerjaannya. Adapun
beberapa tahapan pada proses produksi perahu phinisi yaitu :
a. Tahap pembuatan lunas perahu
b. Tahap pembuatan lambung perahu
c. Tahap pembuatan kamar perahu
d. Tahap pembuatan Tiang layar perahu
e. Tahap pembuatan layar perahu
f. Tahap pengecatan perahu
g. Tahap pemasangan mesin perahu
h. Tahap pemasangan alat kemudi perahu
i. Pemasangan aksesoris perahu (pelengkap)
j. Tahap uji coba perahu
2. Kegiatan Pengendalian Proses Produksi
Adapun kegiatan pengendalian proses produksi yang diterapkan pada
proses produksi perahu phinisi seperti yang digambarkan pada gambar berikut
ini :
63
64
a. Pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan lunas perahu
phinisi.
Adapun pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan
lunas perahu phinisi adalah sebagai berikut :
Gambar. 6 pengendalian proses pada tahapan pengerjaan lunas
perahu phinisi.
Dari gambar diatas terlihat bahwa pada proses produksi perahu
phinisi telah menerapkan pengendalian proses pada tahapan pengerjaan
lunas yakni berupa pengawasan seperti saat pekerja melakukan
pengukuran, pemotongan dan pemasangan bahan baku, kemudian
memperhatikan pekerja saat menggunakan bahan baku baik bahan baku
utama maupun bahan baku pembantu begitupun dengan peralatan yang
digunakan oleh pekerja dan selanjutnya dilakukan evaluasi pada setiap
proses pengerjaan lunas perahu phinisi ini.
Pengendalian Proses produksi pada tahapan
pengerjaan lunas perahu phinisi
Mengawasi pekerja
saat melakukan
pengukuran,
pemotongan, dan
pemasangan bahan
baku
Memperhatikan
pekerja saat
menggunakan
bahan baku utama
dan pembantu ,dan
alat-alat produksi.
Mengevaluasi
pekerjaan pekerja
pada setiap tahapan
sepert pemasangan
komponen lunas
perahu phinisi
65
b. Pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan lambung perahu
phinisi.
Adapun pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan
lambung perahu phinisi adalah sebagai berikut :
Gambar. 7 pengendalian proses pada tahapan pengerjaan lambung
perahu phinisi.
Berdasarkan gambar diatas telah terlihat bahwa pada proses
produksi perahu phinisi telah menerapkan pengendalian proses pada
tahapan pengerjaan lambung perahu yakni berupa pengawasan saat
pekerja melakukan pemasangan bagian-bagian lambung perahu baik saat
dilakukan pengukuran, pemotongan dan pengoboran, kemudian
memperhatikan pekerja saat menggunakan bahan baku baik bahan baku
utama maupun bahan baku pembantu begitupun dengan peralatan yang
digunakan oleh pekerja dan selanjutnya dilakukan evaluasi pada setiap
Pengendalian Proses produksi pada tahapan
pengerjaan lambung perahu phinisi
Mengawasi pekerja
saat melakukan
pemasangan bagian-
bagian perahu baik
itu saat pengukuran,
pemotongan,
pengoboran.
Memperhatikan
pekerja saat
menggunakan bahan
baku utama dan
pembantu ,dan alat-
alat produksi.
Mengevaluasi
pekerjaan pekerja
pada setiap tahapan
seperti
pemasangan
dinding dan tulang
lambung perahu.
66
tahapan seperti halnya saat pemasangan dinding dan tulang lambung
perahu.
c. Pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan kamar-kamar
perahu phinisi.
Adapun pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan
kamar-kamar perahu phinisi adalah sebagai berikut :
Gambar. 8 pengendalian proses pada tahapan pengerjaan kamar-
kamar perahu phinisi.
Berdasarkan gambar diatas telah terlihat bahwa pada proses
produksi perahu phinisi telah menerapkan pengendalian proses pada
tahapan pengerjaan lambung perahu yakni berupa pengawasan saat saat
melakukan pemasangan bagian-bagian kamar-kamar perahu baik itu pada
Pengendalian Proses produksi pada tahapan
pengerjaan kamar perahu phinisi
Mengawasi pekerja
saat melakukan
pemasangan bagian-
bagian kamar-kamar
perahu baik itu pada
bagian toilet, kamar
peristirahatan, dapur
dan lain-lain
sebagainya.
Memperhatikan
pekerja saat
menggunakan bahan
baku utama dan
pembantu baik dan
alat-alat produksi.
Mengevaluasi
pekerjaan pekerja
yakni
menyesuaikan
hasil kerja dan
desain yang telah
dirancang
sebelumnya.
67
bagian toilet, kamar peristirahatan, dapur dan lain-lain sebagainya,
kemudian memperhatikan pekerja saat menggunakan bahan baku baik
bahan baku utama maupun bahan baku pembantu baik ditinjau dari segi
jenis kayu dan kualitas kayu dan begitupun dengan peralatan-peralatan
yang digunakan oleh pekerja seperti gergaji mesin, palu kayu, palu besi,
mesin pahat, ketan, mesin profil dan lain-lain sebagainya dan selanjutnya
dilakukan evaluasi berupa penyesuaian rancangan dan hasil kerja yang
telah dikerjakan.
d. Pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan tiang layar
perahu phinisi.
Adapun pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan
tiang layar perahu phinisi adalah sebagai berikut :
Gambar. 9 pengendalian proses pada tahapan pengerjaan tiang layar
perahu phinisi.
Pengendalian Proses produksi pada tahapan
pengerjaan tiang layar perahu phinisi
Mengawasi pekerja
saat melakukan
pengolahan bahan
baku utama dan
bahan baku
pembantu
Memperhatikan
pekerja saat
menggunakan bahan
baku utama dan
pembantu dan alat-
alat produksi.
Mengevaluasi kinerja
pekerja seperti
pemasangan tiang
layar perahu yang
harus seimbang , kuat
dan lurus.
68
Berdasarkan gambar diatas telah terlihat bahwa pada proses
produksi perahu phinisi telah menerapkan pengendalian proses pada
tahapan pengerjaan lambung perahu yakni berupa pengawasan pekerja
saat melakukan pengolahan bahan baku utama dan bahan baku pembantu,
kemudian Memperhatikan pekerja saat menggunakan bahan baku utama
dan pembantu dan alat-alat produksi seperti pahat, ketan, katrol (takal),
dan lain-lain sebagainya dan selanjutnya dilakukan evaluasi Mengevaluasi
kinerja pekerja seperti pemasangan tiang layar perahu yang harus
seimbang , kuat dan lurus baik itu tiang layar utama dan tiang layar
pembantu.
e. Pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan layar perahu
phinisi.
Adapun pengendalian proses produksi pada tahapan pengerjaan
layar perahu phinisi adalah sebagai berikut :
69
Gambar. 10 pengendalian proses pada tahapan pengerjaan layar
perahu phinisi.
Berdasarkan gambar diatas telah terlihat bahwa pada proses
produksi perahu phinisi telah menerapkan pengendalian proses pada
tahapan pengerjaan layar perahu phinisi yakni Mengawasi pekerja saat
pembuatan layar perahu dengan cara menjahit dan pemasangan layar
perahu dan saat dipasang pada tiap-tiap tiang layar perahu phinisi,
kemudian Memperhatikan Memperhatikan penggunaan jenis dan kualitas
bahan baku dan alat-alat yang digunakan oleh para pekerja dan
selanjutnya dilakukan evaluasi kinerja pekerja seperti pemasangan layar
perahu yang harus seimbang, kuat dan lurus baik itu pada tiang layar
utama dan tiang layar bantu.
Pengendalian Proses produksi pada tahapan
pengerjaan layar perahu phinisi
Mengawasi pekerja
saat pembuatan dan
pemasangan layar
perahu dan saat
dipasang pada tiap-
tiap tiang layar
perahu phinisi
Memperhatikan
penggunaan jenis
dan kualitas bahan
baku dan alat-alat
yang digunakan oleh
para pekerja.
Mengevaluasi
dengan cara
memastikan
pemasangan layar
perahu secara baik
dan benar.
70
f. Pengendalian proses produksi pada tahapan pengecatan perahu phinisi.
Adapun pengendalian proses produksi pada tahapan pengecatan
perahu phinisi adalah sebagai berikut :
Gambar. 11 pengendalian proses pada tahapan pengecatan perahu
phinisi.
Berdasarkan gambar diatas telah terlihat bahwa pada usaha perahu
phinisi telah menerapkan pengendalian proses pada tahapan pengerjaan
layar perahu phinisi yakni mengawasi pekerja saat melakukan pengecatan
pada setiap bagian-bagian perahu yang diantaranya lunas dan lambung
perahu yang harus menggunakan cat nippon paint internasional dengan
menggunakan alat bantu kuas dan pada bagian kamar-kamar perahu dan
tiang layar perahu menggunakan cat pernis atau cat avian dengan
menggunakan alat bantu mesin duco, kemudian Memperhatikan pekerja
Pengendalian Proses produksi pada tahapan
pengecatan perahu phinisi
Mengawasi pekerja
saat melakukan
pengecatan pad a
setiap bagian-bagian
perahu.
Memperhatikan
penggunaan jenis
dan kualitas cat yang
digunakan, melihat
kondisi cuaca saat
pelaksaan
pengecatan
dilaksanakan
Mengevaluasi tata
cara pengecatan
yang telah
dilakuakn oleh
pekerja pada setiap
bagian perahu.
71
dalam melakukan pengecatan yang dilihat dari segia kuantitas, kualitas dan
dan kondisi cuaca saat melakukan pengecatan dan selanjutnya dilakukan
evaluasi pengecatan yang dilihat dari sejauh mana tingkat melekatnya cat
pada bagian yang dicat oleh pekerja dan melihat bagian-bagian yang masih
dianggap perlu untuk ditindak lanjuti.
g. Pengendalian proses produksi pada tahap pemasangan mesin perahu
phinisi.
Adapun pengendalian proses produksi pada tahap pemasangan
mesin perahu phinisi adalah sebagai berikut :
Gambar. 12 pengendalian proses pada tahapan pemasangan mesin
perahu phinisi.
Pengendalian Proses produksi pada tahapan
pemasangan mesin perahu phinisi
Mengawasi pekerja
saan melakukan
pemasangan
komponen-
komponen perahu
Memperhatikan
dalam hal
mempekerjakan
pekerja yang
memiliki keahlian
khusus dan
pemilihan mesin
perahu.
Mengevaluasi pada
setiap
pemasangan-
pemasangan
komponen mesin
perahu dan
melakukan uji
coba.
72
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa pada tahapan
pemasangan mesin telah menerapkan pengendalian proses yakni
Mengawasi pekerja yang dipekerjakan dalam melakukan pemasangan
komponen-komponen mesin perahu phinisi seperti halnya gas, kenalpot,
baling-baling, has dan baling-baling perahu, kemudian mempekerjakan
teknisi khusus yakni ahli teknik mesin yang merupakan salah satu hal-hal
yang diperhatikan pada tahpan ini dan memperhatikan kualitas komponen-
komponen mesin yang akan dipasang pada perahu phinisi dan selanjutnya
dilakukan evaluasi pemasangan mesin dengan mengecek fungsi-fungsi
pada setiap komponen-komponen mesin perahu yang telah dipasang yakni
fungsi gas, fungsi baling-baling dan lain-lainnya.
h. Pengendalian proses produksi pada tahap pemasangan kemudi perahu
phinisi.
Adapun pengendalian proses produksi pada tahap pemasangan
kemudi perahu phinisi adalah sebagai berikut :
73
Gambar. 13 pengendalian proses pada tahapan pemasangan kemudi
perahu phinisi.
Dari gambar diatas telah terlihat bahwa pada tahapan pemasangan
kemudi perahu telah dilakukan pengendalian proses yakni Mengawasi
pekerja yang dipekerjakan dalam melakukan pemasangan komponen-
komponen kemudi perahu yang terdiri dari setir, tali penghubung setir dan
daun kemudi dan daun kemudi, kemudian mempekerjakan teknisi khusus
yakni ahli teknik mesin yang merupakan salah satu hal-hal yang
diperhatikan pada tahpan ini dan memperhatikan kualitas spare part
kemudi yang akan dipasang pada perahu phinisi dan selanjutnya
dilakukan evaluasi pemasangan mesin dengan mengecek fungsi-fungsi
pada setiap komponen-komponen kemudi perahu yang telah dipasang
yakni setir, tali penghubung setir dengan daun kemudi dan daun kemudi.
Pengendalian Proses produksi pada tahapan
pemasangan kemudi perahu phinisi
Mengawasi pekerja
saan melakukan
pemasangan
komponen-
komponen alat
kemudi perahu
Memperhatikan
dalam hal
mempekerjakan
teknisi khusus dan
kualitas spare part
kemudi yang
dipasang
Mengevaluasi pada
setiap
pemasangan-
pemasangan
komponen alat
kemudi perahu
74
i. Pengendalian proses produksi pada tahap uji coba perahu phinisi.
Adapun pengendalian proses produksi pada tahap uji coba perahu
phinisi adalah sebagai berikut :
Gambar. 14 pengendalian proses pada tahapan uji coba perahu
phinisi.
Dari gambar diatas telah terlihat bahwa pada tahap uji coba perahu
telah menerapkan pengendalian proses yakni Mengawasi pekerja saat
mempersiapkan perlengkapan berlayar seperti halnya perbekalan, bahan
bakar, air, dan lain-lain sebagainya, kemudian memperhatikan kondisi
cuaca sebelum melakukan uji coba, pengecekan kembali kelayakan mesin
baik itu pada baling-baling, gas ataupun has baling-baling perahu dan
begitupun pada kemudi perahu yang terdiri dari setir, tali penyeimbang
dan daun kemudi. Selanjutnya dilakukan evaluasi saat pulang dari
Pengendalian proses produksi pada tahapan
uji coba perahu phinisi
Mengawasi pekerja
saat mempersiapkan
perlengkapan
berlayar.
Memperhatikan
kondisi cuaca,
pengecekan
kelayakan mesin,
kemudi perahu.
Mengevaluasi
dalamartian
melakukan
pemeriksaan
kembali pada
bagian perahu.
75
berlayar yakni mengecek dan melakukan pembenahan yang perlu dibenahi
atau disempurnakan lagi dan biasanya pada bagian lambung perahu yang
masih memiliki selah sehingga air masuk kebagian dalam lambung, kinerja
mesin yang tidak stabil dan kemudi perahu yang juga kadang tidak
seimbang.
Dari penjelasan diatas telah terlihat sangat jelas bahwa pada proses
produksi perahu phinisi di Kecamatan Bontobahari telah menerapkan
pengendalian proses produksi untuk menjamin kelancaran proses
produksinya. Berkaitan dengan hal tersebut kepala tukang (Punggawa)
melakukan pengendalian yang berupa pengawasan, memperhatikan dan
mengevaluasi hal-hal yang telah dikerjakan, hal ini didukung dengan teori
yang dikemukakan oleh Ahyari (2008:173) bahwa langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam melakukan pengendalian proses adalah sebagai
berikut :
a. Pengawasan kegiatan pemeriksaan atas kegiatan yang akan dan
sedang dilakukan, agar-agar kegiatan tersebut dapat sesuai dengan
yang direncanakan.
b. Memperhatikan kegiatan melihat pekerjaan yang akan dan sedang
dikerjakan oleh pekerja untuk memutuskan langkah selanjutnya.
c. Mengevaluasi kegiatan membandingkan hasil implementasi
dengan yang telah direncanakan untuk melihat keberhasilannya.
43
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat
Awal mula lahirnya Kecamatan Bontobahari yaitu betepatan pada
Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959 tentang bentukan
Daerah Tingkat II di Sulawesi, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978 tentang Lambang Daerah. Akhirnya
setelah dilakukan seminar pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof.
Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi
Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah
Nomor 13 Tahun 1994 tentang Hari Jadi Kabupaten Bulukumba dan dilanjutkan
pula dengan pembentukan beberapa Kecamatan yang salah satunya adalah
Kecamatan Bontobahari.
B. Keadaan Geografis
Secara geografis Kecamatan Bontobahari terletak pada koordinat antara
5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur.
Morfologi bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 100 meter dari
permukaan laut. Kecamatan Bontobahari merupakan kecamatan yang paling
ujung selatan dari Pulau Sulawesi dengan ibukota Tanah Beru, Kecamatan ini
memiliki beberapa kelurahan yang diantaranya sebagai berikut :
1. Desa Ara (Kodepos : 92571)
2. Desa Benjala (Kodepos : 92571)
43
44
3. Desa Bira (Kodepos : 92571)
4. Desa Lembanna (Kodepos : 92571)
5. Kelurahan Darubiah (Kodepos : 92571)
6. Kelurahan Sapolohe (Kodepos : 92571)
7. Kelurahan Tanah Beru (Kodepos : 92571)
8. Kelurahan Tanah Lemo (Kodepos : 92571).
Tanah wilayah ini konon terlalu cair untuk mendukung pertanian. Di sini
terdapat sejumlah tambak yang dimiliki penduduk setempat. Bonto Bahari adalah
salah satu dari 10 kecamatan di Kabupaten Bulukumba. Bonto Bahari berarti
"tanah laut". Ada dua ciri khas sekaligus sebagai tempat wisata yang cukup
terkenal di Kabupaten Bulukumba yaitu obyek wisata Pantai Bira dan obyek
wisata budaya Panrita Lopi yaitu tempat pembuatan perahu phinisi. Kecamatan
ini memiliki beberapa tempat menarik yang layak dikunjungi dikecamatan
Bontobahari seperti pantai tanjung Bira, pantai Mandala, pantai Aparalang dan
Pembuatan Perahu Phinisi.
Beberapa tempat menarik diatas memiliki sejarah atau asal usul seperti
halnya dengan awal mula perahu phinisi. Awal mula perahu pinisi telah
digunakan di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu, diperkirakan kapal pinisi
sudah ada sebelum tahun 1500-an. Menurut naskah Lontarak I abad La Lagaligo
pada abad ke 14, Pinisi pertama sekali dibuat oleh Sawerigading, Putera Mahkota
Kerajaan Luwu untuk berlayar menuju negeri Tiongkok hendak meminang Putri
Tiongkok yang bernama We Cudai. Sawerigading berhasil ke negeri Tiongkok
dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri
45
Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan menggunakan
Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang
besar dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Beru dan Lemo-
lemo. Masyarakat ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut
menjadi perahu yang kemudian dinamakan Pinisi.
Banyak tempat pembuatan perahu pinisi di wilayah sulawesi selatan , tetapi
yang sangat terkenal berlokasi di Kabupaten Bulukumba yaitu pada poros perjalan
antara kota bulukumba ke pantai Tanjung Bira. Lamanya Pembuatan sebuah
perahu yaitu sekitar 3 sampai dengan 6 bulan kadang-kadang lebih lama,
tergantung dari kesiapan bahan dan musim.
Suku Bugis Makassar adalah salah satu pewaris bangsa bahari. Banyak bukti
yang menunjukkan kepiawaian mereka menguasai laut dengan perahu layar.
Perantauan mereka sudah terkenal sejak beberapa abad lalu. Ditemukannya
komunitas orang-orang Bugis Makassar di beberapa kota di Indonesia merupakan
bukti perantauan mereka sejak dahulu. Mereka tidak hanya menguasai perairan
wilayah nusantara, tetapi sejak beberapa abad lalu juga melanglang buana jauh
melampaui batas-batas negara. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa sejak dulu
pelaut Bugis Makassar telah sampai di Semenanjung Malaka, Singapura,
Philipina, Australia Utara, Madagaskar dan sebagainya dengan menggunakan
perahu Pinisi. Perahu Pinisi termasuk alat transportasi laut tradisional masyarakat
Bugis yang sudah terkenal sejak berabad-abad yang lalu.
Beikut adalah tabel mengenai Letak geografis dan ketinggian menurut
Desa dan Kelurahan di Kecamatan Bonto Bahari 2016 :
46
Tabel. 1
Letak geografis dan ketinggian menurut Desa dan Kelurahan di Kecamatan
Bontobahari 2016.
NO Desa dan Kelurahan Letak Georafis Ketinggian (m)
1 Desa Bira Pantai <500
2 Kelurahan Darubiah Pantai <500
3 Kelurahan Tanah Lemo Pantai <500
4 Desa Ara Pantai <500
5 Desa Lembanna Pantai <500
6 Kelurahan Tanah Beru Pantai <500
7 Kelurahan Sapolohe Pantai <500
8 Desa Benjala Bukan Pantai <600
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba Tahun 2016.
Berdasarkan tabel 3. diatas maka dapat disimpulkan bahwa letak geografis
dan ketinggian pada tiap Kelurahan dan Desa yaitu Desa Ara berada pada pesisir
pantai dengan ketinggian <500, Kelurahan Darubiah berada pada pesisir pantai
dengan ketinggian <500, kemudian Kelurahan Tanah Lemo juga berada pada
daerah pesisir pantai dengan ketinggian <500, selanjutnya Desa Ara berada pada
pesisir pantai dengan ketinggian <500, Kelurahan Lembanna juga berada pada
daerah pesisir patai dengan ketinggian <500, kemudian Kelurahan Tanah Beru
juga berada pada daerah pesisir pantai dan memiliki ketingian <500, begitu juga
dengan Kelurahan Sapolohe berada pada daerah pesisir pantai dan memiliki
47
ketinggian <500 dan sedangkan Desa Benjala berada pada daerah bukan pantai
dengan ketinggian <600.
C. Keadaan Demografis
Pada setiap daerah tentunya memiliki berbagai kegiatan dalam mengaruhi
kehidupan entahkah itu berkaitan dengan kebutuhan primer, sekunder dan tersier.
Dan hal tersebut tentunya berkaitan dengan status pekerjaan sesorang begitupula
dengan warga Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. Kegiatan-kegiatan
atau pekerjaan yang digeluti berbeda-beda, tentunya tiada lain sesuai dengan
potensi yang telah diasa diantaranya sebagai Pegawai Negeri, Petani, Tukang
Perahu (Panrita Lopi) dan lain-lain sebagainya. Beikut adalah tabel mengenai
jumlah penduduk tiap Kelurahan dan Desa di Kecamatan Bontobahari 2016 :
Tabel. 2
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2016
No. Desa atau Kelurahan Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1 Desa Bira 1.490 1.968 3.458
2 Kelurahan Darubiah 1.224 1.588 2.812
3 Kelurahan Tanah Lemo 1.982 2.280 4.262
4 Desa Ara 922 1.132 2.054
5 Kelurahan Lembanna 1.106 1.151 2.257
6 KelurahanTanah Beru 891 1.078 1.969
7 Kelurahan Sapolohe 2.551 2.909 5.460
8 Desa Benjala 1.105 1.471 2.576
Bontobahari 11.271 13.577 24.848
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2016.
48
Berdasarkan tabel 1. Diatas terlihat bahwa Jumlah penduduk di Kecamatan
Bontobahari berjumlah 24.818 dengan rincian 11.271 berjenis kelamin laki-laki
dan 13.577 berjenis kelamin perempuan.
Selanjutnya adalah tabel mengenai Banyaknya kelembagaan menurut
Kelurahan dan Desa di Kecamatan Bontobahari 2016 :
Tabel. 3
Banyaknya kelembagaan menurut Desa dan Kelurahan di Kecamatan
Bontobahari 2016.
NO Desa dan Kelurahan BPD/LPMK Pemuda P2A
1 Desa Bira 2 1 0
2 Kelurahan Darubiah 2 2 0
3 Kelurahan Tanah Lemo 1 1 0
4 Desa Ara 2 1 0
5 Desa Lembanna 2 0 0
6 Kelurahan Tanah Beru 1 2 0
7 Kelurahan Sapolohe 1 0 0
8 Desa Benjala 1 0 0
Bontobahari 12 7 0
Sumber Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba Tahun 2016.
Berdasarkan tabel 2. diatas maka dapat disimpulkan bahwa banyaknya
kelembagaan BPD/LPMK berjumlah 12 unit dengan rincian Desa Bira 2 unit,
Kelurahan Darubiah 2 unit, Kelurahan Tanah Lemo 1 unit, Desa Ara 2 unit,
Kelurahan Lembanna 2 unit, Kelurahan Tanah Beru 1 unit, Kelurahan Sapolohe 1
49
unit dan Desa Benjala 1 unit. Kemudian jumlah kelembagaan pemuda berjumlah 7
unit dengan rincian Desa Bira 1 unit, Kelurahan Darubiah 2 unit, Kelurahan
Tanah Lemo 1 unit, Desa Ara 1 unit dan Kelurahan Tanah Beru 2 unit. Dan
Kelurahan dan Desa di Kecamatan Bontbahari tidak memiliki kelembagaan P2A.
Berikut adalah tabel menjelaskan tentang status pekerjaan penduduk
berdasarkan Kelurahan dan Desa di Kecamatan Bontobahari tahun 2016.
Tabel. 4
Status pekerjaan penduduk di Kecamatan Bontobahari Tahun 2016.
NO Status Pekerjaan Jumlah
1 Petani 1.584
2 Nelayan 274
3 Calon Pegawai Negeri 98
4 Pegawai Negeri Sipil 49
5 Pengrajin 273
6 Wiraswasta 54
7 Buruh 98
8 Pelajar 3.406
9 Mahasiswa 582
Sumber data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba 2016.
Berdasarkan tabel 5. Diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk
Kecamatan Bontobahari memiliki status pekerjaan sebagai petani dan minoritas
berstatus pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
77
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pengendalian proses produksi telah diterapan pada setiap tahapan proses produksi
perahu phinisi, mulai dari tahap pembuatan lunas perahu, lambung perahu, kamar
perahu, tiang layar perahu, layar perahu, pengecatan perahu, pemasangan mesin
perahu, pemasangan kemudi perahu, sampai pada tahap uji coba. Dengan adanya
pengendalian proses produksi tersebut sehingga proses produksi perahu phinisi
dapat terjamin kelancaran proses produksinya.
B. Saran
Seorang peneliti harus mampu memberikan sesuatu yang berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, instansi atau lembaga serta berbagai pihak yang
berkaitan dengan penelitian ini, maka dari itu dalam hasil penelitian mengenai
pengendalian proses produksi, ada beberapa saran yang disampaikan oleh peneliti
1. Bagi pengusaha perahu phinisi
Peneliti menyarankan agar lebih meningkatkan lagi pengendalian proses
produksi yang telah dilakukan sebelumnya, agar proses produksi selanjutnya
dapat lebih lancar lagi dari sebelumnya yakni :
a. Penambahan jumlah kepala tukang (punggawa) dan mengkasifikasikan
kepala tukang (punggawa) yang bertugas sebagai pengendali proses
77
78
produksi yang sesuai dengan keahliannya seperti kepala tikang ahli kayu
dan kepala tukang ahli mesin.
b. Melakukan pengendalian proses produksi secara teratur sesuai dengan
tahapan proses produksi yang dimulai dengan proses pembuatan lunas
sampai pada tahap akhir yakni tahap uji coba.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya agar menambah lokasi
penelitian tentang proses produksi perahu phinisi di Kecamatan Bontobahari
Kabupaten Bulukumba untuk menambah sumber referensi dan sebagai
perbandingan antara lokasi penelitian yang satu dengan yang lain apakah ada
letak perbedaan proses produksinya atau tidak pada variabel yang diteliti.
79
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A. 1999. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi Buku
1.Yogyakarta:BPFE-YOGYAKARTA.
Ahyari, A. 2008. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi Buku 2.
Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Ahyari, A. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi Buku 1. Yogyakarta:
BPFE-YOGYAKARTA.
Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Universitas Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Bontobahari dalam Angka 2016.
Catatan Cipil. 2016. Data Kependudukan Kecamatan Bontobahari Tahun 2016.
Daft, R. L. 2006. Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. FEBIS-
UNISMUH
Gitosudarmo, I.2002. Manajemen Operasi. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA
Hasibuan, M. S. P. 2011. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Handoko Hani T. 2015. Dasar-Dasar Mnajemen Produksi.BPFE-
YOGYAKARTA.
Heizer, J. Render, B. 2006. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat.
Ibrahim L. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar. Makassar. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
Kusuma, H. 2009. Manajemen Produksi: Perencanaan dan Pengendalian
Produksi. Jogjakarta: Andi Offset.
Prihantoro, C. R. 2012. Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA.
Robbins, S.P. & Coulter, M.2010. Manajemen. Jakarta: ERLANGGA.
Stoner,J. F. R. Dan Gilbert, D. 1996. Manajemen. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer.
80
Subagyo Pagestu. 2000. Manajemen Operasi.Cetakan Pertama. BPFE-
YOGYAKARTA.
Sugiono. 2015. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian.ALFABETA,CV.
https://uptlogamhss.wordpress.com/2012/02/27/pengendalian-proses-produksi-
bag-i/, 12 Januari 2017
http://www.sarjanaku.com/2011/03/metode-penelitian.html, 19 Februari 2017.
http://ahmadzarkasyi-blog.blogspot.co.id/2014/01/analisis-data-penelitian-
kualitatif.html, 19 Februari 2017.
81
LAMPIRAN
82
Lampiran 1.
Kisi-Kisi Instrument Penelitian
No Variabel Sub
Variabel
Indikator Jumlah
Item
Nomor
Item
1 Pengendalian
Proses
Produksi
Perahu
Phinisi
Pengendalian 1. Pengawasan
9
1, 4, 7,
10, 13,
16, 19,
22, 25
2. Memperhatikan
9
2, 5, 8,
11, 14,
17, 20,
23, 26
3. Mengevaluasi
9
3, 6, 9,
12, 15,
18, 21,
24, 27
Proses
Produksi
Perahu
1. Pengerjaan Lunas 3 1,2,3
2. Pengerjaan
Lambung
3 4,5,6
83
Phinisi 3. Pengerjaan Kamar 3 7,8,9
4. Pengerjaan Tiang
Layar
3 10,11,12
5. Pengerjaan Layar 3 13,14,15
6. Pengecatan 3 16,17,18
7. Pemasangan Mesin 3 19,2021
8. Peasangan Alat
kemudi
3 22,23,24
9. Tahap Uji Coba 3 25,26,27
84
Lmapiran 2.
PEDOMAN DAN CHECKLIST OBSERVASI
Petunjuk : beritanda (√ ) pada kolom yang telah disediakan terhadap hasil
pengamatan (observasi) sesuai dengan opsion jawaban :
NO PERTANYAAN
PENGENDALIAN
PROSES
BAIK (√) KURANG
BAIK (√)
1. Bagaimana pengendalian proses
produksi perahu phinisi di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba
pada tahap pembuatan lunas ?
(√)
2. Bagaimana pengendalian proses
produksi perahu phinisi di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba
pada tahap pembuatan lambung perahu
?
(√)
3. Bagaimana pengendalian proses
produksi perahu phinisi di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba
pada tahap pembuatan kamar perahu ?
(√)
85
4. Bagaimana pengendalian proses
produksi perahu phinisi di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba
pada tahap pembuatan tiang layar
perahu ?
(√)
5. Bagaimana pengendalian proses
produksi perahu phinisi di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba
pada tahap pemasangan layar perahu ?
(√)
6. Bagaimana pengendalian proses
produksi perahu phinisi di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba
pada tahap pengecatan perahu ?
(√)
7. Bagaimana pengendalian proses
produksi perahu phinsi di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba
pada tahap pemasangan mesin perahu ?
8. Bagaimana pengendalian proses
produksi perahu phinisi di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba
pada tahap pemasangan alat kemudi
perahu ?
(√)
86
9. Bagaimana pengendalian proses
produksi perahu phinisi di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba
pada tahap pengecatan perahu ?
(√)
10. Bagaimana pengendalian proses
produksi perahu phinisi di Kecamatan
Bontobahari Kabupaten Bulukumba
pada tahap uji coba perahu ?
(√)
87
Lampiran 3.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana pengawasan yang dilakukan pada tahapan pengerjaan lunas perahu
phinisi ?
2. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan pada pada tahapan pengerjaan lunas
perahu phinisi ?
3. Hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan pengerjaan lunas
perahu phinisi ?
4. Bagaimana pengawasan yang dilakukan pada tahapan pengerjaan lambung
perahu phinisi ?
5. Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan pada tahapan pengerjaan lunas
perahu phinisi ?
6. Hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan pengerjaan lunas
perahu phinisi ?
7. Bagaimana pengawasan yang dilakukan pada tahapan pengerjaan kamar perahu
phinisi ?
8. Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan pada tahapan pengerjaan kamar
perahu phinisi ?
9. Hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan pengerjaan kamar
perahu phinisi ?
10. Bagaimana pengawasan yang dilakukan pada tahapan pengerjaan tiang layar
perahu phinisi ?
88
11. Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan pada tahapan pengerjaan tiang
layar perahu phinisi ?
12. Hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan pengerjaan tiang
layar perahu phinisi ?
13. Bagaimana pengawasan yang dilakukan pada tahapan pengerjaan layar
perahu phinisi ?
14. Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikani pada tahapan pengerjaan layar
perahu phinisi ?
15. Hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan pengerjaan layar
perahu phinisi ?
16. Bagaimana pengawasan yang dilakukan pada tahapan pengecatan perahu
phinisi ?
17. Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan pada tahapan pengecatan perahu
phinisi ?
18. Hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan pengecatan perahu
phinisi ?
19. Bagaimana pengawasan yang dilakukan pada tahapan pemasangan mesin
perahu phinisi ?
20. Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan pada tahapan pemasangan mesin
perahu phinisi ?
21. Hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan pemasangan mesin
perahu phinisi ?
89
22. Bagaimana pengawasan yang dilakukan pada tahapan pemasangan kemudi
perahu phinisi ?
23. Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan pada tahapan pemasangan
kemudi perahu phinisi ?
24. Hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan pemasangan kemudi
perahu phinisi ?
25. Bagaimana pengawasan yang dilakukan pada tahapan uji coba perahu
phinisi ?
26. Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan pada tahapan uji coba perahu
phinisi ?
27. Hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan uji coba perahu
phinisi ?
90
Lampiran 4.
TRANSKIP WAWANCARA
Biodata Informan
Nama
Usia
Jabatan/pekerjaan
Hri, Tanggal dan Bulan
Pukul
: Sangkala
: 41 Tahun
: Manajemen Pekerja
(KepalaTukang)
: Selasa, 25 April 2017
: 10:40-Selesai
Pelaku Hasil Wawancara
P Assalamu ‘alaukumwarahmatullahi wabarakatu. Saya seorang
mahasiswa Fakultas Ekonomi pak di Universitas Muhammadiyah
Makasaar . sebelumnya saya miminta maaf karena mengganggu
waktu kerja bapak. Dan saya sangat berterima kasih karena
diperkenangkan untuk melakukan peneitian di tempat ini yakni salah
satu usaha perahu phinisi di Kecamatan Bontobahari ini. Berkaitan
dengan topik penelitian saya pak yakni pengendalian proses
produksi perahu phinisi” mungkin pertama-tama yang saya ingin
tanyakan yakni pada proses produksi perahu phinisi ada berapa
tahapan yang dikerjakan ?
91
S Hmmm... ada 9 tahapan yang terdiri dari pengerjaan lunas, lambung
perahu, kamar-kamar perahu, tiang layar perahu, pengerjaan layar
perahu, pemasangan mesin perahu, pemasangan kemudi perahu,
pengecatan, dan tahap uji coba perahu.
P Apakah pada setiap tahapan itu pak dilakukan pengendalian proses
produksi ?
S Yahh... tentu lah mau jadi apa nanti perahunya dan kapan selesainya
kalau tidak dilakukan pengendalian.
P Apakah ada pengawasan yang dilakuakan pada tahaapan pengerjaan
lunas perahu ?
S Yaa.... Tentu ada....yang perlu saya awasi adalah ketika pekerja
(tukang) melakukan pengukuran, pemotongan dan pemasangan
bahan baku pada tiap bagian-bagian lunas perahu.
P Kalau hal-hal yang perlu diperhatikan pak pada tahapn ini ?
S Tentu yang perlu saya perhatikan pada tahapan pengerjaan lunas ini
penggunaan bahan baku utama dan bahan baku pembantunya,
kemudian penggunaan alat-alat produksi yang digunakan oleh para
pekerja dan target waktu pengerjaan dapat terselesaikan selama 1
minggu.
P Hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahap pengerjaan
92
lunas ini pak ?
S Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tahap pengerjaan lunas ini yaitu
meninjau kembali pekerjaan para pekerja (tukang) seperti
pemasangan komponen-komponen lunas yang terdiri dari, kobi
depan belakang dan depan dan batang lunas.
P Kalau tahapan pengerjaan lambung pak hal-hal apasaja yang perlu
diawasi ?
S Hal-hal yang perlu saya awasi pada tahapan ini ada beberapa yakni
diantaranya, pemasangan dinding dan tulang lambung yang benar-
benar harus diperhatikan kerapatannya untuk menghindari
kebocoran. Pengolahan bahan baku baik itu saat pengoboran,
pemahatan pemotongan dan serta pemasangan pasa bagian-bagian
lambung perahu.
P Kalau hal-hal yang perlu diperhatikan pak ?
S Yang perlu saya perhatikan pada tahapan ini yakni bahan baku dan
alat-alat produksi yang digunakan oleh pekerja dan tentunya
estimasi waktu pengerjaan ditargetkan selama 2 bulan.
P Hal-hal yang dievaluasi pada tahapan ini pak yang mana ?
S Hal-hal yang perlu saya evaluasi pada tahapan ini diantaranya,
jumlah bahan baku utama yang dipergunakan, pemasangan setiap
komponen lambung perahu apa sesuai ataukah masih ada hal-hal
yang perlu diperbaharui.
93
P Selanjutnya pak pada tahapan pengerjaan kamar-kamar perahu ini
apa-apa saja yang perlu bapak awasi ?
S Pengawasan yang saya lakukan pada tahapan ini yakni
menyesuaikan bentuk kamar perahu dengan yang didesain
sebelumnya yang dilihat dari segi ukuran bentuk dan ketepatan
pemasangan pada setiap komponen kamar-kamar perahu.
P Kalau hal-hal yang perlu diperhatikan pak seperti apa ?
S Hal-hal yang perlu saya perhatikan pada proses pengerjaan kamar
ini yakni, penggunaan jenisbahan baku kayu pada setiap komponen-
komponen karena jenis kayu yang digunakan pada tahap pengerjaan
kamar perahu ini berbeda-beda seperti halnya tulang dinding harus
menggunakan kayu besi dan sedangkan pada bagian dinding perahu
harus menggunakan kayu jati biasa atau kayu kandole.
P Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tahapan ini apa-pa saja ?
S Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tahapan ini yakni melakukan
peninjauan kembali pada setiap pekerjaan yang dilakukan oleh para
pekerja pada tahapan pengerjaan kamar perahu yakni kesesuaian
penggunaan bahan baku pada setiap pemasangan komponen kamar
perahu dan estimasi waktu yang ditergetkan selama 1 bulan.
P Kemudian pada tahapan pengerjaan tiang layar perahu hal-hal apa
sajakah yang perlu diawasi pak ?
S Saat pengejaan tiang layar perahu hal-hal yang perlu saya awasi
94
yakni saat para pekerja saya mengolah bahan baku utama tang layar
perahu ini seperti halnya saat pekerja melakukan pengukuran,
pemberian tanda pada kayu untuk pemahatan dan lain-lain
sebagainya.
P Kalau hal-hal yang perlu diperhatikan pak seperti apa ?
S Hal-hal yang perlu diperhatiakan pada tahapan ini yakni saat pekerja
melakukan penggunaan bahan baku, melihat keseimbangan pada
tiap-tiap tiang layar yang akan dipasang.
P Selanjutnya hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan
ini pak ?
S Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tahapan ini yakni meihat kembali
pemasangan tiang layar yang telah dikerjakan oleh pekerja baik
tiang layar utama ataupun tiang layar bantu perahu.
P Kemudian pak ada tahapan pengerjaan layar perahu bagaimana
bentuk pengawasan yang dilakukan ?
S Yaaa... tentunya yang perlu saya awasi yakni saat pemasangn layar
perahu baik dari segi jenis ikatan dan simpul yang digunakan
maupun letak simpul dan ikatan yang digunakan oleh para pekerja
dan cara menjahit menjahit layar perahu tersebut.
P Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam pengerjaan layar
perahu ini ?
S Tentu yang perlu saya perhatikan adalah pekerja yang saya gunakan
95
saat layar perahu dibuat yakni teknisi khusus (tukang jahit) dan
penggunaan bahan baku layar perahu baik jadi segi jenis kainnya
maupun jumlah bahan baku yang digunakan.
P Kalau hal-hal yang perlu evaluasi pada tahapan ini apa-apa saja pak
?
S Yah... tentu cara pemasangan layar pada tiap-tiap tiang layar perahu,
baik itu pada tiang layar utama maupun tiang layar pembantu
ditinjau dari segi simpul dan ikatan yang digunakan saat
pemasangan layar perahu.
P Selanjutnya pada tahapan pengcatan perahu pak bagaimana bentuk
pengawasan yang dilakukan ?
S Pengawasan yang saya lakukan pada tahapan ini yakni saat pekerja
melakukan pengecatan pada setiap baigian perahu seperi halnya
bagian lunas, lambung, kamar dan tiang layar perahu.
P Hal-hal yang diperhatikan pak pada tahapan ini seperti apa ?
S Hal-hal yang perlu saya perhatikan pada tahapan ini yakni
penggunaan bahan baku utama yang ditinjau dari segii jenis, jumlah,
dan kualitanya, alat-alat yang digunakan pekerja pada setiap bagian-
bagian perahu yang perlu di cat seperti kuas dan alat duco dan
Begitupun dengan kondisi cuaca yang mendukung yakni cuaca
dalam keadaan panas matahari.
P Hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan in ?
96
S Yang perlu dievaluasi pada tahapan ini ada beberapa seperti halnya
hasil pengecatan yang telah dilakuakan oleh pekerja pada setiap
bagian perahu apakah sudah sesuai atau tidak baik dan kemerataan
cat.
P Selanjutnya pak bagaimana pengawasan yang dilakuakan pada
tahapan pengerjaan pemasangan mesin ?
S Pengawasan yang saya lakukan pada tahapan ini yakni saat pekerja
memasang komponen-komponen mesin perahu seperti knalpot
mesin, balik-baling, dan mesin perahu.
P Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahapan ini pak seperti apa ?
S Hal-hal yang perlu saya perhatikan pada tahapan ini seperti pekerja
yang saya pekerjakan harus teknisi khusus yakni orang yang alhli
dalam pengerjaan mesin (spesialis mesin}.
P Kemudian pak hal-hal apa sajakah yang perlu dievaluasi pada
tahapan ini ?
S Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tahapan ini yakni pemasangan
bagian-bagian mesin seperti baling-baling, kenalpot, gas dan lain-
lain sebagainya, kemudian dilakukan pengujian mesin perahu untuk
memaksimalkan pekerjaan.
P Kemudian pak bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan pada
tahap pemasangan kemudi perahu ?
S Bentuk pengawasan yang saya lakukan pada tahapan ini yakni saat
pekerja melakuan pemasangan tali kemudi yang akan disambung
97
antara setir dan selaput kemudi dan cara pemasangannnya tersebut
hasus seimbang dan pemasangan tiang penyagga selaput kemudi
harus kuat dan berdiri tegak.
P Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan pada tahapan ini pak ?
S Ha-hal yang perlu saya perhatikan pada tahapan ini yakni pekerja
yang dipekerjakan adalah spesiali mesin dan pengerjaan pada setiap
bagian kemudi yang dikerjakan oleh pekerja.
P Apa-apa sajakah yang perlu dievaluasi pada tahapan ini ?
S Yang perlu dievaluasi pada tahapan ini yakni meninjau kembali
setiap komponen-komponen kemudi yang telah terpasang,
melakukan uji coba kinerja kemudi untuk lebih memastikan
kelayakan kemudi.
P Kemudian pak pada tahapan yang terakhir ini yakni tahap uji coba,
apakah ada juga bentuk pengawasan yang dilakukan ?
S Yah.... tentu ada, Bentuk pengawasan yang saya lakukan pada tahap
uji coba ini yakni saat pekerja mempersiapakan perlengkapan
berlaya untuk uji coba seperti bahan bakar, sumber kehidupan dan
lain-lain sebagainya
P Kalau hal-hal yang perlu diperhatikan pak seperti apa ?
S Hal-hal yang perlu saya perhatikan pada tahapan ini yakni sebelum
melaut melihat kondisi cuaca terlebih dahulu,melakukan kembali
pengecekan kelayakan mesin untuk melaut dan memperhatikan
kinerja mesin, kemudi dan lain-lainnya saat melaut.
98
P Kemudian pak hal-hal apa saja yang perlu dievaluasi pada tahapan
ini ?
S Hal-hal yang perlu dievaluasi pada tahapan ini yakni melakukan
penegecekan pada bagian perahu yang masih perlu disempurnakan
yang paling itama yakni mesin, kemudi dan lambung perahu.
p Baik pak, terimakasih banyak pak atas waktu yang telah diberikan
kepada saya untuk menggali informasi yang berkaitan dengan
penelitian saya yakni pengendalian proses produksi perahu phinisi.
Setelah saya dan bapak melakukan wawancara ternyata pada setiap
tahapan ini telah dilakukan pengendalian proses.
S Yah... sama-sama mungkin itulah yang bisa saya sampaikan ke kamu
tentang seputar proses produksi perahu phinisi.
P Setelah wawancara ini pak bisa saya melihat secara langsung proses
produksi yang sedang berlangsung
S Yaa Silahkan dek...
P Baik pak. Sekali lagi terima kasih.Wassalamu alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
S Wa’ alaikumsalam warahmatullahi wabarakatu
99
Lampiran 5.
FOTO-FOTO PENELITIAN
Tahapan pembuatan lunas pada proses produksi perahu phinisi
100
1. Tahapan pembuatan lambungperahu pada proses produksi perahu phinisi
101
Tahapan pembuatan ruangan perahu phinisi
102
103
104
Tahap pembuatan tiang dan layar perahu pada proses produksi
perahu phinisi
105
Tahap pengecatan pada proses produksi perahu phinisi
106
Tahap pemasangan mesin dan alat kemudi mesin pada proses
produksi perahu phinisi
2 .
3 .
4 .
5 .
6 .
7 .
8 .
9 .
1 0.
1 1.
1 2.
107
Lampiran 10.
RIWAYAT HIDUP
RAHMAN JUSMAN, lahir pada tanggal 17 September
1995 di Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan adalah
anak dari empat bersaudara pasangan Bapak Jusman dan
Ibu Hawani. Jenjang pendidikan formal yang pernah
ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN 218 Batang) lulus pada
tahun 2010. Kemudian setelah lulus di SD, penulis melanjutkan sekolah di SMP
Negeri 30 Bulukumba lulus pada tahun 2010, kemudian melanjutkan di SMA
Negeri 04 Bulukumba lulus pada tahun 2013. Setelah lulus SMA, penulis
melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) melalui jalur tes
tertulis di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menekuni olahraga tenis meja dan seni musik. Pernah aktif di salah satu
Ortom Muhammadiyah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Hizbul Wathan Qabilah UNISMUH Makassar, serta di
lembaga Intra Kampus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
63
SKEMA PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI
Gambar.5 Skema Pengendalian Proses Produksi Perahu Phinisi
PENGENDALIAN
INPUT OUTPUT PROCESS
Pengerjaan Lunas
Pengerjaan Lambung
Pengecatan
Pemasangan Kemudi
Pengerjaan Tiang Layar
Pengerjaan Kamar
Pengerjaan Layar
Pemasangan Mesin
Tahap uji coba
1 2 3
1
2
3
4
6
5
7
8
9
Perahu Phinisi 1
Alat-Alat
Produksi
Pekerja Bahan
Baku
Top Related