1
M A K A L A H
TEORI AKUNTANSI
SISTEM PENILAIAN PENDEKATAN GENERAL PRICE LEVEL ACCOUNTING
Dosen pengajar: Drs. Ec. Syaiful Hifni, M.Si, Ak
Oleh Kelompok II:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2010
Annisa Erliani C1C108051
Imarsa Yuliana C1C108113
Revsella Maulida C1C108225
Ira Mariyati C1C108245
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
teori akuntansi ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun alasan mengapa makalah ini dibuat, yaitu untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah teori akuntansi, dan untuk memberikan sedikit informasi bagi
pembaca mengenai system penilaian pendekatan GPLA.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan dan juga
rekan-rekan sekalian. Kami menyadari bahwa makalah ini dalam berbagai hal masih banyak
terdapat kekurangan kelemahan dalam penyajian, baik isi atau materi maupun teknis
penulisannya.
Oleh karena itu, kami sangat menghargai saran dan kritik dosen maupun rekan-rekan
semua, ataupun para pembaca lainnya yang dapat menjadi bahan perbaikan di masa yang akan
datang. Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Banjarmasin, Oktober 2010
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………......... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………..... 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………... 1
1.2. Tujuan Penulisan …………………………………………… 1
1.3. Rumusan Masalah ………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………. 3
2.1. Teori Akuntansi Inflasi Dengan Konsep GPLA………….. 3
2.2. Inflasi ……………………………………………………….. 4
2.3. Akuntansi Inflasi ……………………………………………. 5
2.4. General Price Level Accounting ……………………………. 8
2.5. Metodologi Penyajian Kembali Laporan Keuangan dengan
Konsep GPLA ……………………………………………… 10
2.6. Pemisahan antara Akun-Akun Moneter dan Non Moneter 11
2.7. Penerapan Akuntansi Tingkat Harga Umum sebagai
Informasi Tambahan ……………………………………… 11
BAB II PENUTUP………………………………………………………… 13
Kesimpulan ………………………………………………………... 13
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 14
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen
selaku pengelola bisnis untuk kepentingan publik khususnya investor dan kreditor.
Informasi akuntansi terjadi pada keuangan perusahaan yang memberikan gambaran
mengenai kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu (neraca) serta hasil usahanya
pada periode tertentu (laba/rugi). Penelitian di USA, Inggris dan NZ (Harahap, 1996)
menunjukkan bahwa laporan keuangan merupakan sumber informasi pertama dalam
keputusan investasi, memprediksi potensi arus kas yang akan diterima dan dikaitkan
dengan ketidakpastian, menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba, menilai
kemampuan manajemen dalam mencapai tujuan utama perusahaan, dan yang terakhir
memberikan informasi yang aktual dan interpretatif tentang transaksi dan kejadian
lainnya. Untuk mencapai tujuan akuntansi dan laporan keuangan tersebut, perlu diketahui
perbedaan antara postulat, konsep, prinsip, dan standar (tekhnik) akuntansi.
Dengan dilatar belakangi masalah di atas, maka kami akan mencoba sedikit
menjelaskan mengenai general price level accounting untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Teori Akuntansi.
1.2. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Melaksanakan tugas kelompok yang diberikan oleh dosen
2. Memperoleh nilai lebih dalam mata kuliah Teori Akuntansi
3. Memberikan referensi dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca
4. Memberikan penjelasan mengenai system pendekatan penilaian general price level
acounting
5
1.3. Rumusan Masalah
Untuk lebih memudahkan penulis dalam menyelesaikan makalah ini, maka
penulis membuat rumusan masalah, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan GPLA ?
2. Bagaimana cara penyajian kembali laporan keuangan dengan konsep GPLA ?
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Teori Akuntansi Inflasi Dengan Konsep General Price Level Accounting
2.1.1. Arti dan Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK (1994,P2-3), Laporan keuangan merupakan proses dari
pelaporan keuangan yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam laporan arus kas atau laporan arus
dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan. Disamping itu, juga termasuk skedul dan
informasinya, informasi keuangan segmen industry dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga. Adapun tujuan dari laporan keuangan
menurut Kieso Weygant, adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi yang berguna bagi keputusan kredit dan investasi
2. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penaksiran aliran kas
3. Memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh
badan usaha dan asal dari pihak siapa sumber itu diperoleh beserta
perubahannya
Bentuk dasar dari laporan keuangan pada umumnya adalah Financial
Statement dan Notes to Financial Statements. Sedangkan bentuk-bentuk laporan
yang lain merupakan bentuk informasi yang tidak kalah pentingnya dan berguna
sebagai tambahan informasi dalam laporan keuangan sehingga diharapkan laporan
tersebut dapat dibaca oleh semua pihak yang membutuhkan.
Pencatatan Akuntansi Tingkat Harga Umum dapatdiklasifikasikan dalam
supplementary information yang berfungsi sebagai laporan tambahan. Laporan ini
tidak dimaksudkan untuk mengganti bentuk dasar laporan keuangan melainkan
hanya berfungsi untuk menambahkan informasi yang tersaji dalam laporan
keuangan.
7
2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
agar informasi yang tersaji dalam laporan keuangan dapat berguan bagi
pemakainya.
Menurut PSAK (1994, P9,10,11,14), terdapat empat karakteristik kualitatif
dalam laporan keuangan, yaitu :
1. Dapat dipahami.
2. Relevan
3. Keandalan
4. Dapat dibandingkan
2.2. Inflasi
Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga barang atau jasa secara umum
yang terjadi secara terus menerus.
Jenis-jenis inflasi, meliputi :
Inflasi menurut penyebabnya menurut Mcconnill dan Stanley (1993, P.139-143), yaitu:
a) Demand pull Inflation,yaitu inflasi yang disebabkan karena kenaikkan daya beli
masyarakat yang melebihi kemampuan dalam menghasilkan barang dan jasa pada
tingkat harga yang berlaku.
b) Cost push or supply-side inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya
produksi atau factor-faktor produksi.
Pengaruh inflasi terhadap laporan keuangan konvensional
Tingginya tingkat inflasi di Indonesia menyebabkan penggunaan laporan
keuangan konvensional sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi tidak relevan lagi
untuk digunakan. Hal tersebut ditunjang oleh kritik yang dilontarkan oleh Ainun Na’im,
bahwa akuntansi konvensional menterjemahkan tujuan laporan keuangan untuk
mementingkan masalah pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik sumber dana.
Walaupun tujuan itu penting tetapi penyajian informasi keuangan sebenarnya untuk
memenuhi kebutuhan pemakai laporan keuangan, yang tidak hanya membutuhkan
informasi biaya historis, tetapi juga mencakup informasi kenaikan dan penurunan nilai
asset, karena adanya perubahan harga, aliran kas, dan informasi yang relevan.
8
Laporan konvensional merupakan laporan yang didasarkan pada prinsip harga
perolehan atau harga historis yang menganggap bahwa satuan mon eter adalah stabil dan
tidak mengakui adanya perubahan daya beli. Konsep biaya historis memang berguna,
tetapi tidak cukup untuk mengevaluasi keputusan manajemen, karena biaya historis tidak
berkaitan lagi dengan peristiwa sekarang. Biaya perolehan pentingpada saat perolehan
barang atau jasa karena masih merupakan biaya yang berlaku, tetapi menjadi tidak
penting pada waktu yang lain sebab nilai uang pada saat perolehan aktiva sudah berbeda
dengan nilai uang untuk pendapatan periode berlaku.
2.3. Akuntansi Inflasi
2.3.1. Pengertian Akuntansi Inflasi
menurut Ainun Na’im, Akuntansi Inflasi merupakan suatu proses data
akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah mempertimbangkan
perubahan tingkat harga, sehingga informasi yang dihasilkan menunjukkan
ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku.
Akuntansi inflasi pada dasarnya merupakan suatu metode yang melakukan
koreksi terhadap laporan keuangan konvensional dan menyatakan kembali
sepenuhnya dalam suatu cara yang memperhitungkan perubahan harga secara
umum. Jadi akuntansi inflasi bukan sebagai pengganti laporan keuangan
konvensional yang telah ada, tetapi akuntansi inflasi sebagai tambahan bagi para
pemakai laporan keuangan, seperti yang telah dikemukakan oleh AAA dalam
supplementary statement No.2, yaitu tentang “price level changes and financial
statements”. Selain itu, pernyataan FASB No.33 menyebutkan bahwa laporan
keuangan yang sudah disesuaikan dengan inflasi ini akan dikeluarkan sebagai
informasi tambahan karena laporan keuangan yang berdasarkan biaya historis
masih berfungsi sebagai laporan keuangan pokok.
Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan metode
penentuan laba. Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba yang lebih
relevan yang digambarkan oleh laporan keuangan, sedangkan inflasi nilai semua
item yang terdapat dalam laporan keuangan. Untuk menyusun laporan keuangan
pada masa inflasi agar lebih relevan dapat digunakan beberapa metode. Yaitu :
9
2.3.1.1. General Price Level
Dalam metode ini misalnya metode historical cost disesuiakan dengan
perubahan tingkat harga sehingga pada masa inflasi GPL ini lebih besar
dari pada nilai historical cost.
Keuntungan General Price Level Adjustment, adalah :
a. Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan
b. Meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode
c. Membantu pemakai laporan menilai arus kas di masa yang akan
datang secara lebih baik
d. Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang
dihitung dari angka-angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan
Kelemahan General Price Level Adjustment, adalah :
a. Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang
berbeda jadi tidak bisa disamaratakan
b. GPLA tidak bermakna bagi perusahaan
c. Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
d. Rasio itu adalah indikator mentah
2.3.1.2. Current Cost Accounting
Edgar edward dan Philip bell (1961) merupakan tokoh yang paling
gencar mempromosikan konsep CCA ini. Menurut mereka yang
dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana mereka mengalokasikan
sumber-sumber ekonomi yang ada untuk memaksimalkan laba.
Laba dari current operating adalah kelebihan nilai sekarang dari barang
atau jasa yang dijual dengan harga pokoknya. Sedangkan Realizable cost
saving adalah kenaikan harga pokok dari suatu aktiva yang masih
dimiliki sekarang (dengan harga sekarang). Ini merupakan laba (atau
bisa saja rugi) yang belum direalisasi dari suatu aktiva yang harganya
naik (atau turun) karena perubahan harga, namun barangnya belum
direalisasi atau belum dijual, maka ini disebut saving yang nanti akan
direlisasi. Sebenarnya ini merupakan opportunity gain atau loss apakah
ini dapat dianggap sebagai income atau tidak.
10
Beberapa bentuk current cost meliputi:
a) Replacement cost, adalah nilai yang diukur saat ini untuk
mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas
produksinya yang sama. Aktiva tetap disajikan menurut nilai
gantinya, nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai.
Penyusutan dihitung berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa
inflasi sering terjadi backlog depreciation atau penyusutan yang
bersaldo negatif. Pada masa ini juga nilai dari replacement value
lebih besar dari general price level. Metode ini dikritik dalam hal :
Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga angka-
angka yang timbul tidak didasarkan pada transaksi yang
sebenarnya
Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan
menimbulkan pembebanan ke laba rugi
Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode
replacement cost ini, karna hanya untuk aktiva tertentu.
Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling
berbeda
b) Reproduction Cost, adalah istilah lain yang hampir sama dengan
replacement cost, yaitu harga diukur berdasarkan harga sekarang jika
aktiva itu dibuat atai diduplikasi seperti barang yang dimiliki tanpa
melihat perubahan teknologi yang mungkin memengaruhi aktiva
yang dibuat itu.
c) Net Realizable Value, adalah harga atau cost yang diperoleh jika
suatu aktiva dijual sekarang. Namun, harga ini didasarkan pada
prinsip likuidasi bukan prinsip going concern sehingga menyalahi
prinsip akuntansi. NRV merupakan harga jual dikurangi taksiran
biaya penjualan. Pada masa inflasi nilai dari NRV lebih besar dari
replacement cost. Karena manajemen tidak mungkin menjual
barangnya tanpa mengharapkan laba margin general price level.
Penyusutan dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva
pada awal dibandingkan dengan pada akhir periode.
11
d) Selling Price, disini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa
dikurangi biaya penjualan sehingga laporan keuangan yang disusun
menurut selling price akan lebih besar daripada NRV dan metode-
metode yang lain.
e) Expected Value, metode ini sangat tergantung pada pengharapan
seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih kecil dibanding dengan
metode lain karena expected value ini merupakan gambaran dari
present value kas di masa yang akan dating.
2.3.2. Manfaat Akuntansi Inflasi Bagi Manajemen
Beberapa manfaat yang telah disesuaikan dengan inflasi antara lain:
a. Dapat menciptakan manajemen modal kerja yang lebih efektif
b. Menghasilkan analisa profitabilitas produksi yang lebih realistis
c. Memberikan perhatian yang lebih besar pada harga uang yang lebih besar
d. Manajemen aktiva tetap yang lebih baik
e. Penentuan harga yang lebih baik
f. Meningkatkan kemampuan penaksiran aliran kas dan tingkat pajak dan
dividen yang dibayarkan secara efektif
2.4. General Price Level Accounting
2.4.1. Pengertian GPLA
GPLA atau Akuntansi Tingkat Harga Umum pada dasarnya merupakan
suatu metode penyusunan laporan keuangan yang menyatakan kembali laporan
keuangan biaya historis ke dalam indeks tingkat harga umum. Konsep GPLA
melaporkan akun-akun dalam laporan keuangan dengan nilai mata uang yang
memiliki daya beli relative rendah.
2.4.2. Manfaat dan kelemahan konsep GPLA
Penerapan konsep akuntansi tingkat harga umum memiliki beberapa
manfaat, antara lain:
12
a) Laporan keuangan yang tidak disesuaikan dengan konsep harga umum akan
menyajikan nilai-nilai dengan tingkat harga atau daya beli yang berbeda-
beda. Konsep harga umum dapat mengatasi masalah ini dengan menyajikan
nilai mata uang yang sama, tidak terpengaruh oleh kenaikan harga umum.
b) Konsep akuntansi atas dasar harga perolehan historis tidak mengukur
pendapatan secara tepat karena merupakan hasil dari proses pertemuan nilai
mata uang yang berbeda. Konsep harga umum dapat mengatasi masalah ini,
sehingga pendapatan dapat dipertemukan dengan biaya secara tepat
c) Konsep harga umum dapat dipertemukan dengan lebih mudah, obyektif dan
dipandang lebih verifiable disbanding konsep lain.
d) Konsep harga umum menyediakan informasi yang relevan terhadap evaluasi
manajemen.
e) Pendekatan harga umum mengeliminasi akibat perubahan harga umum
tanpa mengadakan perubahan untuk membuat struktur akuntansi baru.
f) Pendekatan harga umum dapat mengeliminasi pendekatan yang kurang
sempurna untuk menghilangkan kenaikan harga seperti metode LIFO,
depresiasi terakselerasi, dan lain-lain.
Di samping manfaat dari penggunaan konsep akuntansi tingkat harga
umum, ada pula beberapa kelemahan dari penggunaan akuntansi tingkat harga
umum yang muncul dari adanya pertentangan pendapat para ahli yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a) Konsep harga umum hanya memperhitungkan adanya perubahan harga
secara umum dan tidak memperhitungkan adanya perubahan harga yang
bersifat khusus sehingga adanya laba atau rugi dari pos non-moneter tidak
diakui
b) Akibat dari inflasi yang berbeda-beda antara badan usaha yang satu dengan
badan usaha yang lain, maka badan usaha yang insentif modal akan lebih
terpengaruh oleh inflasi dibandingkan badan usaha yang hanya
menggunakan aktiva jangka pendek.
c) Biaya penerapan konsep harga umum lebih besar dibandingkan dengan
manfaat yang diperoleh.
13
2.5. Metodologi Penyajian Kembali Laporan Keuangan dengan Konsep GPLA
Metodologi penyajian kembali laporan keuangan dengan konsep GPLA, terdiri
dari beberapa tahap antara lain:
1) Memperoleh laporan keuangan yang disusun berdasarkan harga perolehan historis
2) Menentukan indeks harga umum yang akan digunakan untuk menyesuaikan pos-pos
dalam laporan keuangan konvensional dengan tingkat harga umum yang berlaku pada
saat pelaporan. Angka indeks merupakan suatu indicator yang menunjukkan tingkat
harga suatu barang pada suatu periode atau tahun yang dibandingkan dengan tingkat
harga untuk barang yang sama pada tahun dasar.
3) Mengklasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan menurut akun-akun moneter dan
akun-akun non-moneter. Pemisahan akun-akun neraca menjadi akun-akun moneter
dan akun-akun non-moneter dianggap sangat penting karena masing-masing akun
mempunyai sifat dan perlakuan yang berbeda dalam proses penyesuaian nilai akun-
akun di laporan keuangan berdasarkan GPLA
4) Akun moneter merupakan akun-akun dalam laporan keuangan yang tidak terpengaruh
oleh perubahan tingkat harga umum karena nilainya ditentukan oleh kontrak.
Karenanya, pos-pos moneter tidak perlu disesuaikan karena mempunyai nilai mata
uang yang tetap dan sudah termasuk dalam daya beli saat ini. Akan tetapi, laba rugi
yang timbul karena perubahan daya beli harus dihitung untuk akun-akun moneter.
5) Akun non-moneter merupakan akun-akun dalam laporan keuangan yang nilainya
terpengaruh oleh perubahan tingkat harga yang terjadi dan harus dinyatakan kembali
menurut harga rupiah pada saat pelaporan keuangan
6) Menyesuaikan akun-akun non-moneter dengan factor konversi indeks harga, untuk
menyatakan kembali nilai akun-akun tersebut berdasarkan nilaiuang menurut harga
yang berlaku sekarang.
7) Menghitung laba atau rugi yang timbul karena memiliki akun-akun moneter, prosedur
yang ditempuh dalam menghitung laba rugi harga umum mata uang melalui langkah
sebagai berikut:
a. Menghitung posisi aktiva moneter netto pada awal periode
14
b. Menyarankan kembali aktiva moneter netto pada awal periode menurut harga
mata uang pada akhir periode
c. Menyatakan kembali penerimaan-penerimaan yang bersifat moneter selama satu
periode menurut harga mata uang pada akhir periode
d. Menyatakan kembali semua pembayaran harga mata uang pada akhir periode
e. Menambahkan hasil tahap-tahap dengan hasil nomor 3 kemudian mengurangi
hasil pertambahan ini dengan hasil nomor 4. Hasilnya adalah aktiva moneter netto
pada akhir periode menurut nilai mata uang konstan pada akhir periode.
f. Membandingkan hasil nomor 5 dengan saldo aktiva moneter netto menurut
laporan keuangan akhir periode yang dihitung atas dasar historical cost apabila
aktiva moneter netto menurut GPLA lebih besar dibanding aktiva moneter netto
menurut historical cost, maka GPLA lebih rendah daripada aktiva moneter netto
menurut historical cost, maka terjadi rugi
2.6. Pemisahan antara Akun-Akun Moneter dan Non Moneter
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa yang termasuk dalam akun-akun
moneter adalah akun-akun dalam laporan keuangan yang tidak terpengaruh oleh
perubahan tingkat harga umum karena nilainya ditentukan oleh kontrak. Sedangkan yang
termasuk dalam akun-akun non moneter adalah akun-akun dalam laporan keuangan yang
nilainya terpengaruh oleh perubahan tingkat harga yang terjadi dan harus dinyatakan
kembali menurut harga rupiah pada saat pelaporan keuangan
2.7. Penerapan Akuntansi Tingkat Harga Umum sebagai Informasi Tambahan
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi untuk mengetahui
keadaan atau situasi badan usaha dan perdasarkan laporan keuangan ini maka para
pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang berguna bagi kelangsungan
hidup badan usaha. Akan tetapi, dalam periode dimana harga-harga mengalami
perubahan dengan epatnya maka laporan keuangan biaya historis kurang mampu
membantu para pengambil keputusan, bahkan dapat menimbulkan gambaran yang keliru
pada hasil dari laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena biaya historis menggunakan
pencatatan dengan berdasarkan harga perolehan di masa lampau sedangkan nilai uang
15
terus berubah sehingga laporan keuangan tidak menunjukkan keadaan atau kondisi yang
sesungguhnya dari suatu badan usaha.
Metode akuntansi tingkat harga umum tidak dimaksudkan untuk mengganti
prinsip biaya historis. Metode ini bertujuan menunjukkan akibat perubahan terhadap
posisi dan hasil usaha dari badan usaha dan disajikan sebagai informasi tambahan
terhadap laporan keuangan yang disusun atas dasar prinsip biaya historis seperti yang
dikemukakan oleh AAA dalam Supplementary Statement no.2
Dengan adanya akuntansi tingkat harga umum sebagai informasi tambahan
maka pihak manajemen badan usaha dapat melakukan perbandingan terhadap kemajuan
badan usaha antar periode karena unit moneter yang tercantum dalam laporan keuangan
mempunyai ukuran satuan daya beli uang yang sama.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah kami jelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan GPLA atau Akuntansi Tingkat Harga Umum pada dasarnya merupakan
suatu metode penyusunan laporan keuangan yang menyatakan kembali laporan keuangan
biaya historis ke dalam indeks tingkat harga umum. Konsep GPLA melaporkan akun-
akun dalam laporan keuangan dengan nilai mata uang yang memiliki daya beli relative
rendah.
Metodologi penyajian kembali laporan keuangan dengan konsep GPLA, terdiri
dari beberapa tahap antara lain: Memperoleh laporan keuangan yang disusun berdasarkan
harga perolehan historis, menentukan indeks harga umum yang akan digunakan,
mengklasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan menurut akun-akun moneter dan
akun-akun non-moneter, akun moneter merupakan akun-akun dalam laporan keuangan
yang tidak terpengaruh oleh perubahan tingkat harga umum karena nilainya ditentukan
oleh kontrak, akun non-moneter merupakan akun-akun dalam laporan keuangan yang
nilainya terpengaruh oleh perubahan tingkat harga yang terjadi dan harus dinyatakan
kembali menurut harga rupiah pada saat pelaporan keuangan, menyesuaikan akun-akun
non-moneter dengan factor konversi indeks harga, dan menghitung laba atau rugi yang
timbul karena memiliki akun-akun moneter.
17
DAFTAR PUSTAKA
Harahap Syafri Sofyan. 2008. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Jakarta. PT. RajaGrafindo
Persada.
http : // 4putciput.weebly.com
Top Related