BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk
proses informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur
saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Umumnya,
sistem indera yang dikenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecapan dan peraba.
Kelima indera tersebut berfungsi untuk mengenali perubahan
lingkungan luar, oleh karenanya disebut eksoreseptor.Reseptor yang berfungsi
untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri, kadar oksigen atau
karbon dioksida, kadar glukosa dan sebagainya, disebut interoreseptor.
Sel-sel interoreseptor misalnya terdapat pada sel otot
tendon,ligamentum, sendi, dinding saluran pencernaan, dinding pembuluh
darah, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya interoreseptor terdapat
di seluruh tubuh manusia. Interoreseptor yang membantu koordinasi dalam
sikap tubuh disebut kinestesis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dicantumkan di atas maka penulis
dapat merumuskan berbagai masalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan sistem indera ?
2. Fungsi sistem indera ?
3. Hubungan sistem indera dengan homeostasis ?
4. Struktur makroskopik dan mikroskopik sistem indera ?
5. Bagaimana mekanisme membau ?
6. Bagaimana mekanisme pendengaran ?
7. Bagaimana mekanisme Pengecapan ?
8. Bagaimana mekanisme meraba ?
9. Bagaimana mekanisme melihat?
10. Bagaimana mekanisme menjaga keseimbangan ?
11. Apa definisi dan manfaat vitamin A ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan skenario kedua blok premedical science in
homeostastic setting II, agar mahasiswa :
1. Untuk menegetahui makroskopis dan mikroskopis sistem indera
2. Untuk mengetahui mekanisme melihat
3. Untuk mengetahui mekanisme mendengar
4. Untuk mengetahui mekanisme mengecap
5. Untuk menegetahui mekanisme penciuman
6. Untuk mengetahui mekanisme melihat
7. Untuk mengetahui tujuan pemberian vitamin A
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan tutorial kedua ini adalah sebagai
berikut
1. Mampu menjelaskan struktur makroskopis dan mikroskopis dari indera
penglihatan, pendengaran, penghidu, pengecap, dan peraba
2. Mampu menjelaskan mekanisme sistem indera penglihatan, pendengaran,
penghidu, dan pengecap.
3. Mampu menjelaskan mekanisme adaptasi terang dan gelap.
4. Mampu menjelaskan mekanisme menjaga keseimbangan
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Definisi Sistem Indera
Indera adalah suatu reseptor atau alat tubuh yang mampu menerima
rangsangan tertentu. Sedangkan sistem indera merupakan sistem yang
mempelajari tentang organ-organ reseptor yang ada di tubuh. Baik itu
penglihatan, pendengaran, keseimbangan, peraba, pengecap, dan penghidu.
(Bagod sudjadi, 2007)
2.2 Fungsi Sistem Indera
Indera dapat berfungsi dengan sempurna apabila tidak ada gangguan
pada alat penerima rangsangan, urat saraf penghubung dengan pusat saraf, dan
pusat saraf di otak. Jadi, pada prinsipnya sistem indera terdiri dari bagian-
bagian yang berfungsi menerima, mengolah, dan menjawab rangsangan.
(Saktiyono,2007)
2.3 Hubungan Sistem Indera dengan Homeostsis
Sistem indera memberi respon terhadap perubahan lingkungan luar.
Sistem indera dapat memberi informasi tentang kondisi fisik tubuh
manusia. (Sherwood, 2001)
2.4 Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Sistem Indera
1. MAKROSKOPIS INDRA PENGLIHATAN
a. Struktur makroskopis dan mikroskopis indera penglihatan
1) Mata, terdiri atas 3 lapisan
Tunika fibrosa, terdiri atas
a. sklera yang memiliki jaringan ikat padat kuat, berkas
kolagen gepeng yang berselang-seling namun tetap paralel.
b. Kornea tidak berwana dan transparan, mempunyai lima
lapisan yaitu epitel squamous kompleks non kornifikasi,
membran Browman, stroma, membran descemet, dan
endotel. Berperan penting dalam kemampuan refraktif mata.
Tunika faskulosa, terdiri atas tiga bagian
a. Koroid, merupakan lapisan yang sangat vaskular, dengan
jaringan ikat longgar di antara pembuluh darahnya, banyak
mengandung firoblas, makrofag, limfosit, sel mast, sel
plasma, serat kolagen, dan serat elastin.
b. Korpus Siliaris, merupakan pelebaran koroid di tingkat
lensa. Pada dasarnya adalah jaringan ikat longgar (yang kaya
akan serat elastin, pembuluh darah, dan melanosit) yang
mengelilingi muskulus siliaris.
c. Prosessus Siliaris, bagian pusatnya adalah jaringan ikat
longgar dengan banyak kapiler bertingkap dan ditutupi oleh
sel-sel epitel berpigmen dan tidak berpigmen. Sel-sel tak
berpigmen secara aktif mentrasfer unsur-unsur plasma
tertentu untuk ke dalam kamera posterior sehingga terbentuk
aqueous humor.
d. Iris, adalah perluasan koroid yang menutupi sebagian lensa,
dan menyisakan lubang bundar di pusat yang disebut pupil.
Permukaan anterior iris tidak teratur dan kasar, mempunyai
lapisan sel pigmen dan firoblas. Permukaan posterior iris
dilapisi oleh dua lapisan epitel, lapisan epitel dalam
berhubungan dengan bilik posterior penuh dengan granul
melanin. Lapisan epitel luar memiliki juluran mirip lidah
yang dipenuhi miofilamen yang tumpang tindih, yang
membentuk muskulus dilatator pupil di iris. Iris
mengandung berkas otot polos yang tersusun melingkari
pupil, dan membentuk muskulus konstriktur pupil di iris.
Lensa, memiliki tiga komponen utama
a. Kapsul lensa,merupakan suatu membran basal yang sangat
tebal dan terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan
glikoprotein
b. Epitel Subkapsular, terdiri atas selapis sel epitel kuboid yang
hanya terdapat pada permukaan anterioor lensa.
c. Serat lensa, tersusun memanjang dan tampak sebagai
struktur tipis dan gepeng. Sel-sel ini berisikan sekelompok
protein yang disebut kristalin.
Badan Vitreus (Badan kaca), merupakan gel transparan yang
terdiri atas air, kolagen, dan molekul asam hialuronat yang
sangat terhidrasi.
Tunika nervosa, yang terdiri dari retina, terdiri atas dua bagian
yaitu bagian posterior yang bersifat fotosensitif dan bagian
anterior yang tidak fotosensitif. Retina pars optika terdiri atas
lapisan luar sel-sel fotosentitif yaitu, sel batang dan sel kerucut.
(Snell, 2006)
2. MIKROSKOPIS INDRA PENDENGARAN
Indera pendengaran
a. Struktur makroskopis dan mikroskopis indra pendengaran
Telinga Luar : mengangkap/menerima gelombang suara
1) Aurikula (pinna), terdiri atas suatu lempeng yang tak teratur di
tulang rawan elastik, yang ditutupi secara erat oleh kulit di
semua sisinya.
2) Meatus auditorius eksternus, yaitu saluran yang agak gepeng dari
permukaan sampai ke dalam tulang temporalis. Terdapat folikel
rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa. Kelenjar
seruminosa merupakan kelenjar tubular bergelung yang
menghasilkan serumen atau lilin telinga.
3) Membrana timpani, merupakan membran lonjong yang menutupi
ujung bagian dalam meatus auditorius eksternus. Permukaan luar
dilapisi epidermis tipis dan bagian dalam dilapisi epitel selapis
kuboid, yang menyatu dengan lapisan rongga timpani.
Telinga Tengah (R. Timpani) : tempat gelombang suara diteruskan
dari udara ke tulang dan tulang ke telinga dalam
1) Tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes),
meneruskan getaran mekanis yang dihasilkan di membran
timpani ke telinga dalam. Maleus menempel di membran timpani
dan stapes melekat pada membrane tingkap lonjong.
2) Muara tuba auditiva, lumennya gepeng, saling melekat, epitel
berlapis-selapis silindris , sel goblet. L. propria dekat faring ;
kelenjar seromukosa. Fungsi: menyamakan tekanan udara pada
kedua sisi membran timpani
Telinga Dalam (labyrinth) :
sistem saluran dalam pars
petrosa tulang temporalis,
labirin oseos (tulang) di
dalamnya labirin membranosa
yang berisi cairan endolimf. Antara labirin oseosa dan membranosa
terdapat ruang sempit (spatium perilimfatikum) yang berisi perilimf,
berhubungan dengan ruang subarakhnoid..
Ada 2 organ reseptor
1. Vestibulum (utrikulus , sakulus dan 3 kanalis semisirkularis ):
reseptor untuk rangsangan posisi kepala dan perubahan gerak)
2. Kokhlea : reseptor rangsangan pendengaran dengan frekuensi 20
– 20.000 Hz.
Area Sensoris
1. Makula (utrikuli dan sakuli)
Area sensoris pada utrikulus dan sakulus. Terdiri 2 jenis sel :
Sel reseptor (sel rambut) : kolumner/ botol, inti basal, gelap.
Permukaannya mikrovili, stereosilia dan 1 kinosilia, banyak
mitokondria. Permukaannya diliputi lapisan gelatinous
glikoprotein dengan endapan kristal kalsium karbonat (otolit,
otokonia)
Sel penyokong (sustentakuler) : silindris tinggi, inti basal, oval,
gelap. Mempunyai mikrovili dan granula skretorik.
2. Krista Ampularis
Area sensoris pada ampula kanalis semisirkularis. Penonjolan
memanjang sepertu makula, lapisan glikoprotein lebih tebal, bentuk
kerucut disebut kopula, tidak diliputi otolit. Arahnya menyilang
ampula berhubungan dengan dinding yang berlawanan. Terdapat
reseptor dan sel penyokong.
3. Kokhlea
Kokhlea bagian tulang berjalan spiral 2 3/4 lingkaran , sumbunya
merupakan tulang spongius berbentuk konus (modilus). Pembuluh
darah, saraf N. kohklearis dan ganglion spiralis terdapat di dalam
modiolus. Kanalis kokhlearis terbagi menjadi 3 bagian : (1) Skala
Vestibuli (atas) : perilimf, membrana Vestibularis/ Reisner’s,
fenestra ovalis (2) Skala Media (tengah) atau duktus keokhlearis :
endolimf, lamina spiralis oseus dan membranseus – membrana
basilaris, organon Corti, duktus reuniens-vestibulum (3)Skala
Timpani (bawah: perilimf, fenestra rotundum
Organon Corti : Sel Penyokong, Sel Rambut (reseptor) dalam
berbentuk piriformis inti di basis lebar dan leher ramping, 50-60
stereosilia tanpa kinosilia, bagian luar lebih tinggi, kolumner
dengan 100 stereo silia, Membran Tektorial : Membran gelatinous
di atas sel-sel rambut.(www.medicastore.com)
3. MAKROSKOPIS INDRA PEMBAU
Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan
dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak
bergerombol seperti tunas pengecap. Epitelium pembau mengandung 20 juta
sel-sel olfaktori yang khusus dengan akson-akson yang tegak sebagai
serabut-serabut saraf pembau.
Rongga hidung, terdiri atas dua struktur :
Vestibulum : epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi
epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis
Fosa Nasalis (Kavum Nasi)
Di dalam tengkorak terletak 2 bilik kavernosa yang dipisahkan oleh
septum nasi oseosa. Dari masing-masing dinding lateral keluar 3
tonjolan bertulang mirip rak yangdikenal sebagai konka.
Menghidu (olfaction)
Kemoreseptor olfaktorius terletak pada epitel olfaktorius, yaitu pada
daerah khusus membrane mukosa konka superior yang terletak di atap
rongga hidung. Sel penyokong memiliki apeks siliandris yang lebar dan
basis yang lebih sempit. Terdapat mikrovili yang terendam dalam
selapis cairan. Sel-sel ini mengandung pigmen kuning muda yang
menimbulkan warna mukosa olfaktorius ini. Sel-sel basal berukuran
kecil,bentuk bulat atau kerucut. Di antara sel basal dan sel penyokong
terdapat sel-sel olfaktorius. (Junquiera, 2007)
4. MAKROSKOPIS INDRA PENGECAP
Lidah disusun oleh ikatan-ikatan otot seran lintang yang berjalan
dalam tiga arah dan tegak lurus satu sama lain. Permukaan lidah terbagi
menjadi dua oleh sulkus terminalis yang berbentuk seperti huruf V.
Permukaan dorsal lidah banyak terdapat papilla yang dapat berbentuk
filiformis, fungiformis, foliata, dan sirkumvalata. Pada epithelium
permukaannya terdapat alat pengecap.
Alat pengecap atau kalikulus
gustatorius/ taste buds umumnya
terdapat pada permukaan atau pada sisi
papilla. Alat ini terdapat di antara sel-sel epithelium dan tersusun dua macam
sel yaitu sel neuroepitel dan sel penyangga (sustentakuler). (Scanlon,2007)
5. MAKROSKOPIS INDRA PERABA
Epidermis terutama terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan
lapisan tanduk (keratinosit) tetapi juga mengandung tiga jenis sel yang
jumlahnya tidak sebanyak jumlah sel epitel melanosit, sel Langerhans, dan
sel Merkel. Dari dermis ke atas, epidermis terbagi atas lima lapisan sel
penghasil keratin yaitu stratum basale, stratum spinosum, stratum
granulosum, stratum lusidum, stratum korneum.
a. Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan
mengikatnya pada subkutan (hipodermis). Dermis terdiri atas dua
lapisan yaitu stratum papilare tipis terdiri atas jaringan ikat longgar dan
stratum retikulare yang terdiri jaringan ikat padat longgar tak teratur.
Selain itu, mengandung beberapa turunan epidermis yaitu folikel
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.
b. Jaringan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit
secara longgar pada organ-organ di bawahnya.
Selain banyaknya ujung saraf bebas di dalam epidermis, folikel
rambut, dan kelenjar kutaneus, reseptor yang melebar dan bersimpai terdapat
di dalam jaringan dermis dan subkutis, reseptor ini lebih banyak ditemukan
di papila dermis. Ujung saraf bebas bersifat sensitif terhadap rabaan-
tekanan , sensasi taktil, suhu tinggi dan rendah, nyeri, gatal, dan sensasi
lainnya. Ujung yang melebar mencakup ujung Ruffini, dan akhiran
bersimpai mencakup badan vater-pacini, badan Meissner, dan badan Krause.
(Junqueira, 2007)
2.5 Mekanisme Penciuman
Gas masuk ke hidung dalam udara yang dihirup. Kemudian molekul
yang dihirup ini harus dilarutkan agar dapat dideteksi oleh reseptor penghidu.
Pengikatan suatu molekul odoriferosa ke tempat perlekatan khusus silia
menyebabkan pembukaan saluran Na+ dan K+. Terjadi perpindahan ion yang
menimbulkan depolarisasi potensial reseptor yang menyebabkan terbentuknya
potensial aksi di serat aferen. Serat-serat aferen berjalan melalui lubang halus
di lempeng tulang datar yang memisahkan mukosa olfaktorius dari jaringan
otak dasarnya. Serat tersebut segera bersinaps di bulbus olfaktorius. Serat-
serat keluar dari bulbus olfaktorius melalui 2 rute : 1. Rute subkortikal yang
menuju ke daerah sistem limbik, khususnya sisi medial bawah lobus
temporalis ( yang dianggap sebagai korteks olfaktorius primer), dan 2. Rute
talamus-kortikal. (Sherwood, 2001)
2.6 Mekanisme Pendengaran
Gelombang suara getaran membrane timpani getaran tulang-tulang
telinga tengah getaran jendela oval gerakan cairan di dalam koklea
getaran membrana basilaris pembengkokan rambut sel-sel rambut reseptor
organ korti pada saat pergerakan membrana basilaris menyebabkan
perubahan-perubahan posisi rambut-rambut tersebut dalam kaitannya dengan
membrana tektorial di atas tempat rambut-rambut tersebut terbenam
perubahan potensi berjenjang di sel reseptor perubahan kecepatan
pembentukan potensial aksi yang terbentuk di saraf auditorius perambatan
potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi
suara.
(Sherwood, 2001)
2.7 Mekanisme Pengecapan
Kemoreseptor untuk sensasi pengecapan terkemas dalam papil-papil
kecap (taste bud). Setiap papil kecap memiliki lubang kecil, pori-pori kecap
tempat berkontaknya cairan mulut dengan permukaan sel reseptor. Pengikatan
zat kimia dengan sel reseptor menyebabkan perubahan saluran ion dan
menimbulkan depolarisasi potensial reseptor. Potensial reseptor ini kemudian
memulai potensial aksi ujung-ujung terminal saraf aferen yang bersinaps
dengan reseptor tersebut. Ujung-ujung terminal aferen beberapa saraf kranialis
bersinaps dengan papil-papil pengecap di berbagai bagian mulut. Sinyal
dimasukkan sensorik ini dikirimkan melalui perhentian-perhentian sinaps di
batang otak dan talamus ke daerah gustatorik korteks. (Guyton, 2008)
2.8 Mekanisme Peraba
Reseptor taktil terdapat pada beberapa ujung saraf bebas yang dapat
dijumpai di semua bagian kulit dan jaringan-jaringan lainnya, dapat
mendeteksi rabaan dan tekanan. Reseptor taktil ujung saraf bebas menjalarkan
sinyalnya melalui serabut saraf kecil jenis Aδ bermielin yang mempunyai
kecepatan penjalaran hanya 5 sampai 30 m/s. Serabut saraf ini mengirimkan
sinyalnya ke medulla spinalis dan batang otak bagian bawah. Kemudian sinyal
sensorik akan dibawa melalui salah satu dari dua jaras sensorik bolak-balik :
(1) sistem kolumna dorsalis-lemnikus medialis atau (2) sistem anterolateral
yang sebagian bertemu di thalamus. Sistem kolumna dorsalis-lemnikus
medialis menjalarkan sinyal naik ke medulla otak terutama dalam kolumna
dorsalis medulla spinalis. Setelah sinyal itu bersinaps dan menyilang ke sisi
berlawanan di dalam medula, sinyal itu naik melalui lemnikus medialis di
batang otak menuju talamus. Sinyal dalam sistem anterolateral setelah
memasuki medulla spinalis dari radiks saraf spinalis dorsalis, bersinaps di
dalam kornu dorsalis substansia grisea medulla spinalis, lalu menyilang ke sisi
yang berlawanan dan naik melalui substansia alba anterior dan lateral medulla
spinalis. Sinyal tersebut lalu berakhir pada seluruh tingkat batang otak yang
lebih rendah dan juga di talamus. (Guyton,2008)
2.9 Mekanisme Melihat
Gelap :
Minim cahaya lensa retina sel batang, sel kerucut sel fotoreseptor
konsentrasi GMP siklik tinggi saluran Na terbuka depolarisasi membrane
menyebar ke terminal sinap membuka saluran Ca peningkatan
pengeluaran zat perantara inhibitorik neuron bipolar dihambat tidak
terjadi potensial aksi di sel ganglion tidak terjadi perambatan potensial aksi
ke korteks penglihatan.
(Guyton,2008).
Terang :
Cahaya lensa retina sel batang, sel kerucut sel fotoreseptor
fotopigmen penyerapan cahaya disosiasi retinen dan opsin penurunan
GMP siklik penutupan saluran Na hiperpolarisasi membrane menutup
saluran Ca++ penurunan pengeluaran zat perantara inhibitorik neuron
bipolar tidak mengalami inhibisi perubahan potensial berjenjang di sel
bipolar potensial aksi di sel ganglion perambatan potensial aksi ke
korteks penglihatan di lobus oksipitalis otak (area 18-19)
(Guyton,2008).
2.10 Mekanisme Keseimbangan
a. Utrikulus dan sakulus : kantong membranosa dalam vestibulus. Masing-
masing mengandung sel rambut yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
Posisi kepala berubah otolit menekuk sel rambut menghasilkan
impuls di sepanjang vestibulus pada nervus kranialis ke 8 menuju
serebellum, otak tengah, dan cerebrum. Impuls diinterpretasi sebagai posisi
kepala saat istirahat. (Scanlon,2007)
b. Kanalis semi sirkularis : tiga membrane lonjong pada tiga bidang. Bagian
yang membesar pada dasar disebut ampula yang berisi sel rambut (krista)
yang dipengaruhi oleh gerakan.
Rambut – rambut pada sel rambut vestibularis terdiri dari 20 sampai
50 stereosilia, yaitu mikrovilus yang diperkuat oleh aktin, dan satu
silium, kinosilium. Setiap sel rambut berorientasi sedemikin rupa
sehingga sel tersebut mengalami depolarisasi stereosilianya
membengkok kearah kinosilium; pembengkokan kearah berlawanan
menyebabkan hiperpolarisasi sel. Sel-sel rambut membentuk sinaps
zat perantara kimiawi dengan ujung-ujung terminal neuron aferen
yang akson-aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis lain
untuk membentuk saraf vestibularis.sarf ini bersatu dengan saraf
auditorius dari koklea untuk membentuk saraf vestibulokoklearis.
Depolarisasi sel-sel rambut meningkatkan kecepatan pembentukan
potensial aksi di serat-serat aferen; sebaliknya, ketika sel-sel rambut
mengalami hiperpolarisasi, frekuensi potensial aksi di serat aferen
menurun.
Sementara kanalis semisirkularis memberikan informasi mengenai
perubahan rotasional gerakan kepala kepada SSP, organ otolit
memberiakn informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap
gravitasi dan juga mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan
linier (bergerak dalam garis lurus tanpa memandang arah). (Sherwood,
L. 2001 )
Tubuh bergerak sel rambut menekuk kearah yang berlawanan
menghasilkan impuls sepanjang cabang vestibulus nervus cranialis ke
8 serebellum, otak tengah, dan cerebrum. Impuls diinterpretasi
sebagai gerakan tubuh, perubahan kecepatan, berhenti, atau mulai
bergerak.
c. Berawal dari rangsangan di crista ampularis dan macula saculi serta
macula utriculi akibat perubahan tekanan endolymphe. Serabut
sensoris dari reseptor ini badan selnya terletak di glandula vestibulare,
di teruskanoleh nervus vestibulis ke pusat keseimbangan di
cerebellum.
(Scanlon,2007)
2.11 Definisi, Fungsi, Sumber dan Akibat kekurangan/kelebihan Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan.
Secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua
retinoid dan prekursor/provitamin A karotenoid yang mempunyai aktivitas
biologi sebagai retinol. Sedangkan fungsi dari vitamin A sendiri adalah untuk
kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, pencegahan
kanker dan penyakit jantung dan lain-lain. Sumber vitamin A terdapat di
dalam pangan hewani (hati, kuning telur, susu dan mentega/margarin)
sedangkan karoten terutama didalam pangan nabati yaitu sayuran yang
berwarna hijau tua dan bhah-buahan yang berwarna kuning-jingga (daun
singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel,
tomat, jagung kuning, pepaya, mangga nangka dan jeruk). Kekurangan
vitamin A menyebabkan buta senja, perubahan pada mata, perubahan pada
kulit, gangguan pertumbuhan dan banyak lagi. Kelebihan vitamin A pada
orang dewasa anoreksia, sakit pada tulang, pusing, tidak nafsu makan, pusing,
rambut rontok, kulit kering dan menstruasi berhenti(pada wanita). Pada anak-
anak terjadi pembesaran kepala, hidrosefalus dan mudah tersinggung.
(Sunita Almatsier, 2009)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Skenario
Sore ini umi sibuk membuat makanan di dapur untuk persiapan
Posyandu besok pagi. Program Posyandu besok ada tambahan pemberian
vitamin A. Ibu menyuruh Fatimah mengambilkan cetakan kue yang berwarna
hijau di gudang. Fatimah menyalakan lampu gudang, kemudian naik kursi
untuk mengambil cetakan kue di atas almari gudang. Dia tahu bahwa dia
harus menjaga keseimbangannya supaya tidak jatuh. Setelah berhasil
mengambilnya, tiba-tiba listrik mati sehingga ruangan menjadi gelap. Fatimah
ketakutan tetapi dia berusaha turun dari kursi dengan hati-hati. Selama
bebrapa detik dia tidak dapat melihat apa-apa, kemudian lambat laun dia
mulai dapat melihat benda sekitarnya meskipun remang-remang. Sambil
meraba-raba, dia berusaha untuk keluar.
Alhamdulilah tidak lama kemudian listrik menyala. Saat Fatimah
kembali ke dapur, telepon berbunyi. Umi menyuruh untuk menerima telepon
tersebut. Selesai menerima telepon, Fatimah mendengar adzan maghrib dan
bergegas ke masjid.
Sepulang dari masjid, Fatimah mencium aroma kue yang lezat. “Mmm...
Baunya sedap sekali Umi... pasti enak rasanya,”kata Fatimah. Dia pun
mengambil secuil roti dengan jarinya. Roti itu masih panas tetapi dia tetap
mencicipinya. “Bisamillah, manis dan lezat, Umi” sorak Fatimah senang.
B. Analisis Skenario
Vitamin A Adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh
yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan
mata. Viatmin A banayak terdapat pada bahan-bahan nabati, seperti sayuran dan
buah-buahan yang berwarna hijau atau kuning. Fungsi vitamin A sendiri adalah
untuk pembentukan pigmen retina mata untuk mencegah rabun senja,
pertumbuhan normal sel tubuh, pertumbuhan dan poliferasi normal berbagai jenis
epitel berbeda. Jumlah kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk bayi 0-5
tahun adalah 1500 IU/hari, bayi sampai anak-anak dibawah 10 tahun adalah
1200-2400 IU/hari, orang dewasa adalah 3500-4000 IU/hari dan untuk wanita
hamil adalah 4000 IU/hari.
Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap
lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, meningkatkan resiko terjadinya
kekurangan vitamin A.Penyakit tersebut adalah:
- Penyakit Seliak
- Fibrosa kistik
- Penyumbatan saluran empedu.
Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek yang
sama.
Gejala pertama dari kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun senja.
Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam bagian putih
mata (sklera) dan kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan parut
(xeroftalmia), yang bisa menyebabkan kebutaan yang menetap.
Malnutrisi pada masa kanak-kanan (marasmus dan kwashiorkor), sering
disertai dengan xeroftalmia; bukan karena kurangnya vitamin A dalam makanan,
tetapi juga karena kekurangan kalori dan protein menghambat pengangkutan
vitamin A.
Kulit dan lapisan paru-paru, usus dan saluran kemih bisa mengeras.
Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit (dermatitis) dan
meningkatkan kemungkinan terkena infeksi.
Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi
keseimbangan. Organ ini dibungkus oleh sistem tabung tulang yang disebut
tulang labirin. Dan di dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan
yang disebut labirin membranosa yang terdiri atas koklea yang merupakan organ
sensorik utama untuk pendengaran serta kanalis semisirkularis, utrikulus dan
sakulus yang merupakan bagian integral dari mekanisme keseimbangan. Pada
bagian sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut makula
akustika (sebagai indera keseimbangan statis). Setiap makula akustika ditutupi
oleh lapisan gelatinosa (statokonia).
Pada keadaan gelap, refleks cahaya pupil akan terhambat sehingga pupil
mengalami dilatasi agar dapat beradaptasi dalam keadaan gelap. Bila seseorang
berada di tempat gelap, retinal dan opsin yang terdapat di dalam sel batang dan
kerucut diubah kembali menjadi pigmen yang peka cahaya. Selanjutnya vitamin
A diubah kembali menjadi retinal untuk terus menyediakan lebih banyak pigmen
peka cahaya. Kepekaan mata perlahan-lahan meningkat, sehingga kita mulai bisa
melihat dalam keadaan gelap. Keadaan ini disebut adaptasi gelap.
Bila seseorang berada ditempat yang terang, maka banyak sekali
fotokimiawi yang terdapat di sel batang dan kerucut menjadi berkurang karena
diubah menjadi retinal da opsin. Selanjutnya, sebagian besar retinal dalam sel
batang dan kerucut akan diubah menjadi vitamin A. Oleh karena efek ini,
konsentrasi bahan kimiawi fotosensitif yang menetap di dalam sel batang dan
kerucut akan banyak sekali berkurang, akibatnya sensitivitas mata terhadap
cahaya juga menjadi berkurang. Keadaan ini disebut adaptasi terang.
Daya akomodasi mata
Perlu diketahui bahwa jarak antara lensa mata dan retina selalu tetap.
Sehingga dalam melihat benda-benda pada jarak tertentu perlu mengubah
kelengkungan lensa mata. Untuk mengubah kelengkungan lensa mata, yang
berarti mengubah jarak titik fokus lensa merupakan tugas otot siliar. Hal ini
dimaksudkan agar bayangan yang dibentuk oleh lensa mata selalu jatuh di retina.
Pada saat mata melihat dekat lensa mata harus lebih cembung (otot-otot siliar
menegang) dan pada saat melihat jauh lensa harus lebih pipih (otot-otot siliar
mengendor). Peristiwa perubahan-perubahan ini disebut daya akomodasi.
Daya akomodasi (daya suai) adalah kemampuan otot siliar untuk menebalkan
atau memipihkan kecembungan lensa mata yang disesuaikan dengan dekat atau
jauhnya jarak benda yang dilihat.Manusia memiliki dua batas daya akomodasi
(jangkauan penglihatan) yaitu :
1. titik dekat mata (punctum proximum) adalah jarak benda terdekat di depan
mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal (emetropi)
titik dekatnya berjarak 10cm s/d 20cm (untuk anak-anak) dan berjarak
20cm s/d 30cm (untuk dewasa). Titik dekat disebut juga jarak baca normal.
2. titik jauh mata (punctum remotum) adalah jarak benda terjauh di depan
mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal titik
jauhnya adalah “tak terhingga”.
a. Akomodasi mata saat melihat jauh
b. Akomodasi mata saatmelihat dekat
Saat Fatimah kembali ke dapur terdengar suara telepon dan Fatimah
kemudian berlari untuk mengankat telepon maka saat itu terjadi mekanisme
mendengar.
Frekuensi suara yang dapat didengar oleh manusia berkisar antara 20-
20.000 siklus per detik. Ambang telinga manusia beragam sesuai nada suara
dengan kepekaan tertinggi dalam rentang 1000-4000 Hz. Nada suara pria rata-
rata dalam percakapan adalah sekitar 120 Hz dan wanita sekitar 250 Hz. Dan
pada saat Fatimah mencium aroma kue dan merasakan kue tersebut berarti saat
itu terjadi mekanisme membau dan meraba.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari materi yang telah diuraikan pada Studi Pustaka dan dalam kaitannya
dengan kasus skenario, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1) Sistem Indera merupakan suatu system yang terdiri dari indera-indera
yang berfungsi sebagai reseptor yang menangkap rangsang tertentu.
Terdiri dari indera penglihatan, indera penglihatan, indera penciuman,
indera peraba, indera pendengaran
2) Tujuan pengindraan adalah untuk mendeteksi perubahan yang terjadi
pada lingkungan interna maupun eksterna untuk memampukan tubuh
bereaksi secara tepat dalam menjaga homeostasis.
3) Mata adalah struktur khusus tempat reseptor-reseptor peka cahaya
yang penting untuk persepsi penglihatan. Yaitu sel kerucut dan sel
batang ditemukan di lapisan retina. Iris mengontrol ukuran pupil dan
mengatur jumlah cahaya yang diperbolehkan masuk ke mata. Kornea
dan lensa adalah struktur refraktif utama yang membelokkan berkas
cahaya masuk agar bayangan terfokus diretina. Kornea merupakan
penentu utama kemampuan refraktif mata. Kekuatan lensa dapat
diubah-ubah melalui kerja otot siliaris agar mata dapat berakomodasi
untuk penglihatan jauh atau dekat.
4) Telinga melaksanakan dua fungsi yang berbeda. Pertama mendengar
yang melibatkan telinga luar, telinga tengah dan koklea telinga dalam.
Dan sensasi keseimbangan yang melibatkan apparatus vestibularis
telinga dalam.
5) Pengecapan dan penghidu adalah indera kimiawi. Pada keduanya,
perlekatan molekul larut tertentu ke tempat pengikatan membrane
reseptor menyebabkan potensial reseptor, yang pada gilirannya,
menimbulkan impuls saraf yang memberi sinyal adanya zat kimia yang
bersangkutan.
6) Organon auditus terbagi ke dlm : Auris externa (auricula, meatus
acusticus ext.us), Auris media (cavum tympani), yang di dalamnya
terdapat ossicula auditiva (os malleus, os incus dan os stapes),
m.tensor tympani dan m.stapedius, Auris interna (labyrinthus osseus
dan labyrinthus membranaceus)
B.SARAN
1) Kepada orangtua yang memiliki balita sebaiknya rajin untuk
melakukan imunisasi ke pukesmas terdekat untuk memberikan vitamin
kepada anak
2) Saat anak sakit flu berat segera lakukan pemeriksaan kepada dokter,
karena apabila terjadi peradangan maka akan menimbulkan gangguan
pada anak
3) Apabila membersihkan telinga, hendaknya tidak membersihkan terlalu
dalam karena dikhawatirkan akan merobek membran timpani (gendang
telinga) yang akan mengganggu pendengaran
4) Hendaknya menjaga kesehatan dan kebersihan tubuh, serta merawat
tubuh
5) Ketika keadaan terang kemudian gelap atau lampu mati, berdiam
sejenak agar mata dapat beradaptasi sehingga dapat melihat dalam
keadaan gelap walaupun remang-remang.
6) Sebaiknya makan ketika makanan sudah hangat, jangan terlalu panas
agar lidah tidak terasa nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Ganong,W.F., 2008. Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta : EGC
Guyton, A.C. & Hall, A.J. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC
Junqueira,L.C. & Carneiro,J., 2007. Histologi Dasar Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta :
penerbit Buku Kedokteran EGC
Saktiyono.,2007.IPA Biologi untuk SMA kelas XI.Edisi 2. Surakarta : Erlangga
Scanlon, Valerie C. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Edisi 3. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC
Snell, R.S.,2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC
Sudjadi, Bagod et al.,2007.Biologi Sains dalam Kehidupan SMA kelas XI.Semester
2.Surabaya : Yudistira
www.medicastore.com diakses pada tanggal 6 Desember 2009
LAPORAN TUTORIAL BLOK III
SKENARIO III
Pentingnya Menjaga Sistem Indra Untuk
Menanggapi Suatu Rangsangan
OLEH :
Nama : Suman Yus Mei Hadiana
Nim : J500090110
Nama tutor : dr. Iin Novita
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
Top Related