BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Islam juga dibangun dengan lima pilar. Salah satu pilarnya adalah shalat.
Karenanya shalat merupakan tiang agama. Ketika seorang meninggalkan shalat ia
disebut penghancur agama tetapi sebalikya ketika ia melaksanakan shalat dengan
sebaik-baiknya maka ia disebut sebagai penegak agama.
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Maksudnya, Islam
adalah agama yang sesuai dengan kondisi dan keterbatasan yang dimiliki oleh
manusia. Pada keadaan normal, berlaku hukum ‘azimah (ketat). Dan pada keadaan
tidak normal, maka Islam mengakomodirnya dengan rukhsah (keringanan/
kemudahan) sehingga syariat tetap dapat ditunaikan.
Menjama’ dan mengqasar shalat adalah rukhshah atau keringanan yang
diberikan Allah kepada hambanya karena adanya kondisi yang menyulitkan
sebagaimana firma Allah SWT yang artinya
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu” (QS. al-Baqarah:185)
Rukhshah ini merupakan shodakoh dari Allah SWT yang dianjurkan untuk
diterima dengan penuh ketawadlu’an. Melalui makalah ini penulis mencoba untuk
menguraikan tentang sholat jama’ dan qashar. Sekaligus mengulas tentang sholat
jenazah dimana sholat jenazah merupakan sholat yang di wajibkan kepada setiap
muslim ketika ada seorang muslim yang meninggal dunia, apabila tidak seorang
pun mensholatinya maka seluruh ummat muslim akan berdosa. Dan apabila
melaksanakan atau mensholatinya maka akan diganjar dengan pahala yang besar,
hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya :
“Barangsiapa yang menghadiri jenazah hingga ikut menshalatkannya, maka
dia mendapatkan satu qirath, dan barangsiapa yang menyaksikannya hingga
ikut mengantar ke kubur, maka mendapatkan dua qirath”. Ditanyakan,
“Apakah yang dimaksudkan dengan dua qirath itu? ” Beliau menjawab,
“Seperti dua gunung yang besar.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
1
II. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tata cara sholat Jamak dan Qasar
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan sholat jamak dan Qasar
3. Apakah pengertian sholat Jenazah
4. Bagaimana tata cara pelaksanaan sholat jenazah
III. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sholat jamak dan qasar
2. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan sholat jamak dan qasar
3. Untuk mengetahui pengertian sholat jenazah
4. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan sholat jenazah
2
BAB II
PEMBAHASAN
I. Salat Jamak
a. Pengertian
Pengertian Salat Jamak. Salat jamak adalah salat yang digabungkan,
maksudnya menggabungkan dua salat fardu yang dilaksanakan pada satu waktu.
Misalnya menggabungkan salat Duhur dan Asar dikerjakan pada waktu Duhur
atau pada waktu Asar. Atau menggabungkan salat magrib dan ‘Isya dikerjakan
pada waktu magrib atau pada waktu ‘Isya. Sedangkan salat Subuh tetap pada
waktunya tidak boleh digabungkan dengan salat lain. Hukum mengerjakan salat
Jamak adalah mubah (boleh) bagi orang-orang yang memenuhi persyaratan.
Rasulullah saw bersabda :
وسلم عليه الله ى صل الله رسول كان قال عنه الله رضي انس عن
نزل ثم العصر وقت الى الظهر اخر الشمس تزيغ ان قبل رحل اذاثم الظهر صلى يرتحل ان قبل الشمس زاغت فان بينهما يجمع
ومسلم( البخارى رواه ركبArtinya: dari Anas, ia berkata: Rasulullah apabila ia bepergian sebelum
matahari tergelincir, maka ia mengakhirkan salat duhur sampai waktu asar,
kemudian ia berhenti lalu menjamak antara dua salat tersebut, tetapi apabila
matahari telah tergelincir (sudah masuk waktu duhur) sebelum ia pergi, maka ia
melakukan salat duhur (dahulu) kemudian beliau naik kendaraan (berangkat).
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah pernah menjamak
salat karena ada suatu sebab yaitu bepergian. Hal menunjukkan bahwa
menggabungkan dua salat diperbolehkan dalam Islam namun harus ada sebab
tertentu. Salat jamak boleh dilaksanakan karna beberapa alasan (halangan)
berikut:
1. Dalam perjalanan jauh minimal 81 km (menurut kesepakatan sebagian
besar imam madhab)
2. Perjalanan itu tidak bertujuan untuk maksiat.
3
3. Dalam keadaan sangat ketakukan atau khawatir misalnya perang, sakit,
hujan lebat, angin topan dan bencana alam.
Salat fardu dalam sehari semalam yang boleh dijamak adalah pasangan salat
dzuhur dengan asar dan salat magrib dengan ‘isya. Sedangkan salat subuh tidak
boleh dijamak. Demikian pula orang tidak boleh menjamak salat asar dengan
magrib. Salat jamak dapat dilaksanakan dengan dua cara:
1. Jamak Takdim (jamak yang didahulukan),
yakni menjamak dua salat yang dilaksanakan pada waktu yang pertama.
Misalnya menjamak salat duhur dengan asar, dikerjakan pada waktu duhur ( 4
rakaat salat duhur dan 4 rakaat salat asar) atau menjamak salat magrib dengan
‘isya dilaksanakan pada waktu magrib (3 rakaat salat magrib dan 4 rakaat salat
‘isya).
2. Jamak Ta’khir (jamak yang diakhirkan),
yakni menjamak dua salat yang dilaksanakan pada waktu yang kedua.
Misalnya menjamak salat duhur dengan asar, dikerjakan pada waktu asar atau
menjamak salat magrib dengan ‘isya dilaksanakan pada waktu ‘isya. Dalam
melaksanakan salat jamak takdim maka harus berniat menjamak salat kedua pada
waktu yang pertama, mendahulukan salat pertama dan dilaksanakan berurutan,
tidak diselingi perbuatan atau perkataan lain. Adapun saat melaksanakan jamak
ta’khir maka harus berniat menjamak dan berurutan. Tidak disyaratkan harus
mendahulukan salat pertama. Boleh mendahulukan salat pertama baru melakukan
salat kedua atau sebaliknya. 1
b. Tata cara dan praktik Salat Jamak
1. Cara Melaksanakan Salat Jamak Takdim
Misalnya salat duhur dengan asar: salat duhur dahulu empat rakaat
kemudian salat asar empat rakaat, dilaksanakan pada waktu duhur. Tata
caranya sebagai berikut:
1) Berniat salat duhur dengan jamak takdim. Bila dilafalkan yaitu:
العصر مع تقديما جمعا ركعات اربع الظهر فرض اصلىتعالى لله فرضا1 Rahman Ritonga, Fiqh Ibadah,(Gaya Media Pratama, Jakarta, 2002), hlm 115
4
” Saya niat salat salat duhur empat rakaat digabungkan dengan salat
asar dengan jamak takdim karena Allah Ta’ala”
2) Takbiratul ihram
3) Salat duhur empat rakaat seperti biasa.
4) Salam.
5) Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (asar), jika dilafalkan sebagai
berikut;
الظهر مع تقديما جمعا ركعات اربع العصر فرض اصلىتعالى لله فرضا
“ Saya niat salat asar empat rakaat digabungkan dengan salat duhur
dengan jamak takdim karena Allah ta’ala.
6) Takbiratul Ihram
7) Salat asar empat rakaat seperti biasa.
8) Salam.
Catatan: Setelah salam pada salat yang pertama harus langsung berdiri,tidak
boleh diselingi perbuatan atau perkataan misalnya zikir, berdo’a, bercakap-cakap
dan lain-lain).
2. Cara Melaksanakan Salat Jamak Ta’khir.
Misalnya salat magrib dengan ‘isya: boleh salat magrib dulu tiga rakaat
kemudian salat ‘isya empat rakaat, dilaksanakan pada waktu ‘isya. Tata caranya
sebagai berikut:
1) Berniat menjamak salat magrib dengan jamak ta’khir. Bila
dilafalkanyaitu:
فرضا العشاء مع تأخيرا جمعا ركعات ثالث المغرب فرض اصلىتعالى لله
“ Saya niat salat salat magrib tiga rakaat digabungkan dengan salat
‘isya dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala”
2) Takbiratul ihram
3) Salat magrib tiga rakaat seperti biasa.
4) Salam.
5
5) Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (‘isya), jika dilafalkan sebagai
berikut;
فرضا المغرب مع تأخيرا جمعا ركعات اربع العساء فرض اصلى
تعال لله
“ Saya berniat salat ‘isya empat rakaat digabungkan dengan salat
magrib dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala.”
6) Takbiratul Ihram
7) Salat ‘isya empat rakaat seperti biasa.
8) Salam.
Catatan: Ketentuan setelah salam pada salat yang pertama sama seperti salat
jamak takdim. Untuk menghormati datangnya waktu salat, hendaknya ketika
waktu salat pertama sudah tiba, maka orang yang akan menjamak ta’khir, sudah
berniat untuk menjamak ta’khir salatnya, walaupun salatnya dilaksanakan pada
waktu yang kedua.2
II. Sholat Qasar
a. Pengertian
Salat qasar adalah salat yang dipendekkan (diringkas), yaitu melakukan
salat fardu dengan cara meringkas dari empat rakaat menjadi dua rakaat. Salat
fardu yang boleh diringkas adalah salat yang jumlah rakaatnya ada empat yaitu
duhur , asar dan ‘isya. Hukum melaksanakan salat qasar adalah mubah
(diperbolehkan) jika syaratnya terpenuhi. Allah berfirman dalam al Qur’an surat
An Nisa ayat 101 yang artinya: “ Dan apabila kamu beprgian di muka bumi, maka
tidak mengapa kamu menqasar salatmu, jika kamu takut diserang orang-orang
kafir, sesungguhnya orang-orang kafir itu musuh yang nyata bagimu.” Q.S.(An
Nisa[4]: 101)
Syarat Sah Salat Qasar Syarat-syarat salat qasar sama dengan syarat salat
jamak hanya ditambah persyaratan bahwa salat yang dapat diqasar adalah salat
yang jumlah rakaatnya empat, tidak makmum pada orang yang salat sempurna
(biasa, tidak qasar) 2 Labib,MZ, Rangkuman Sholat Lengkap,(
6
b. Tata cara Sholat Qasar Ambil contoh salat qasar duhur.
Tata caranya sebagai berikut:
1) Berniat salat dengan cara qasar. Jika dilafalkan sebagai berikut:
لله قصرا ركعتين الظهر فرض اصلىتعالى
Artinya: “ saya berniat salat duhur dua rakaat diqasar karena Alla
Ta’ala”
2) Takbiratul ihrom.
3) Salat dua rakaat
4) Salam.
III. Sholat Jamak Qasar
a. Pengertian Salat Jamak Qasar.
Salat jamak qasar adalah menggabungkan dua salat fardu dalam satu waktu
sekaligus meringkas (qasar). Hukum dan syaratnya sama dengan salat jamak dan
salat qasar. Salat jamak qasar dapat dilaksanakan secara takdim maupun ta’khir.
Umat Islam dapat melakukan salat fardu secara jamak, qasar maupun jamak qasar
asalkan memenuhi syarat sahnya. Hal ini merupakan rukhsah (keringanan )yang
diberikan Allah agar manusia tidak meninggalkan salat fardu walau dalam
keadaan apapun. Allah tidak menghendaki kesukaran pada hambaNya.
b. Praktik Salat Jamak Qasar Salat Jamak Qasar menggunakan Jamak Takdim
misalnya salat duhur dengan asar. Tata caranya sebagai berikut:
1) Berniat menjamak qasar salat duhur dengan jamak takdim. Jika
dilafalkan sebagai berikut:
جمع العصر اليه مجموعا قصرا ركعتين الظهر فرض اصلىتعالى لله تقديما
“ Saya berniat salat duhur dua rakaat digabungkan dengan salat asar
dengan jamak takdim, diqasar karena Allah Ta’ala”
2) Takbiratul ihram.
7
3) Salat duhur dua rakaat (diringkas)
4) Salam.
5) Berdiri dan niat salat asar, jika dilafalkan sebagai berikut:
جمع الظهر الى مجموعا قصرا ركعتين العصر فرض اصلىتعالى لله تقديما
“ Saya berniat salat asar dua rakaat digabungkan dengan salat duhur
dengan jamak takdim, diqasar karena Allah Ta’ala”
6) Takbiratul ihram.
7) Salat asar dua rakaat (diringkas)
8) Salam
c. Salat Jamak Qasar menggunakan Jamak Ta’khir:
misalnya salat magrib dengan ‘isya. Tata caranya sebagai berikut:
1) Berniat menjamak qasar salat magrib denganjamak ta’khir. Jika
dilafalkan sebagai berikut:
جمع العشاء الى مجموعا ركعات ثالث المغرب فرض اصلىتعالى لله تاخيرا
“ Saya berniat salat magrib tiga rakaat digabungkan dengan salat isya’
dengan jamak ta’khir karena Allah Ta’ala.”
2) Takbiratul ihram.
3) Salat magrib tiga rakaat seperti biasa.
4) Salam.
5) Berdiri dan niat salat isya’. Jika dilafalkan sebagai berikut :
جمع المغرب اليه مجموعا قصرا ركعتين العشاء فرض اصلىتعالى لله تاخيرا
“ Saya berniat salat isya’ dua rakaat digabungkan dengan salat magrib
dengan jamak ta’khir, diqasar karena Allah Ta’ala.”
6) Takbiratul Ihram.
7) Salat isya’ dua rakaat (diringkas)
8) Salam3 3 Labib,MZ, Rangkuman Sholat Lengkap,(
8
IV. Sholat Jenazah
a. Pengertian Sholat Jenazah
Shalat Jenazah adalah merupakan shalat yang tidak perlu ruku’ dan sujud.
Yang kita lakukan hanyalah berdiri, takbir sebanyak empat kali dengan diselingi
bacaan dan doa tertentu lalu salam. Hukum Sholat Jenazah adalah Fardhu
Kifayah” artinya jika tidak ada yang men’shalati, semua akan berdosa.
Nabi Muhamad shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda,
“Barangsiapa yang menghadiri jenazah hingga ikut menshalatkannya, maka dia
mendapatkan satu qirath, dan barangsiapa yang menyaksikannya hingga ikut
mengantar ke kubur, maka mendapatkan dua qirath”. Ditanyakan, “Apakah yang
dimaksudkan dengan dua qirath itu? ” Beliau menjawab, “Seperti dua gunung
yang besar.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
b. Tata cara pelaksanaan sholat Jenazah
1. Syarat penyelenggaraan sholat Jenazah
Yang melakukan salat harus memenuhi syarat sah salat secara umum
(menutup aurat, suci dari hadas, menghadap kiblat dst)
Jenazah/Mayit harus sudah dimandikan dan dikafani.
Jenazah diletakkan disebelah mereka yang menyalati, kecuali
dilakukan di atas kubur atau salat ghaib
Imam berdiri tepat di bagian kepala mayit, jika jenazah adalah
seorang laki-laki atau di bagian tengah badan (perut) jika jenazah
seorang wanita. Kemudian makmum berdiri di belakangnya,
sebagaimana dalam shalat yang lain, kemudian bertakbir sebanyak
empat (rukun sholat jenazah)
2. Rukun Sholat Jenazah
Salat jenazah tidak dilakukan dengan ruku’, sujud maupun iqamah,
melainkan dalam posisi berdiri sejak takbiratul ihram hingga salam.
Berikut adalah urutannya:
9
a) Berniat, niat salat ini, sebagaimana juga salat-salat yang lain cukup
diucapkan di dalam hati dan tidak perlu dilafalkan, tidak terdapat
riwayat yang menyatakan keharusan untuk melafalkan niat. Niat
salat jenazah
o Untuk jenazah laki-laki :
o ” Ushalli ‘alaa haadzal mayyiti arba ‘a takbiiraatin fardhu kifaayati
ma’muumam/imaaman lillahi ta’aalaa, Allahu akbar “
o Untuk jenazah perempuan : ” Ushalli ‘alaa haadzihil mayyiti arba
‘a takbiiraatiin fardhu kifaayati ma’muuman/imaaman lillahi ta
‘aalaa, Allaahu akbar “
b) Takbiratul Ihram (takbir yang pertama) kemudian membaca
surat Al Fatihah
c) Takbir kedua kemudian membaca shalawat atas Rasulullah SAW
minimal :
“Allahumma Shalli ‘alaa Muhammadin” artinya : “Yaa Allah berilah
salawat atas nabi Muhammad”
d) Takbir ketiga kemudian membaca do’a untuk jenazah minimal:
10
“Allahhummaghfir lahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu” yang
artinya : “Yaa Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan
dan ma’afkanlah dia”.Apabila jenazah yang disalati itu perempuan,
maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahaa. Jadi untuk jenazah wanita
bacaannya menjadi: “Allahhummaghfir laha warhamha wa’aafiha
wa’fu anha”. Jika mayatnya banyak maka bacaan Lahuu diganti
dengan Lahum. Jadi untuk jenazah banyak bacaannya
menjadi: “Allahhummaghfir lahum warhamhum wa’aafihim wa’fu
anhum”
e) Takbir keempat kemudian membaca do’a minimal:
“Allahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa taftinna ba’dahu
waghfirlanaa walahu.”yang artinya : “Yaa Allah, janganlah kiranya
pahalanya tidak sampai kepadanya atau janganlah Engkau
meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi
11
kami fitnah sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia.” Jika
jenazahnya adalah wanita, bacaannya menjadi: “Allahumma laa
tahrimnaa ajraha walaa taftinna ba’daha waghfirlanaa walaha.” 4
f) Mengucapkan salam.5
3. Doa Sholat Jenazah
أ�كرم و� ع�نه، اعف و� و�ع�افه مه ارح� و� ل�ه اغفر �للهم اد، الب�ر� و� الثلج و� اء بالم� اغسله و� ل�ه، دخ� م� ع و�و�س نزل�ه،
من� �بي�ض� األ الثوب� يت� ن�ق ا ك�م� ط�اي�ا الخ� من� ه ن�ق و�
من يرا خ� أ�هال و� د�اره، من يرا خ� د�ارا �بدله أ و� الدن�س،�عذه أ و� نة�، الج� أ�دخله و� وجه، ز� من يرا خ� وجا ز� و� �هله، أ
] [ النار و�ع�ذ�اب بر الق� ع�ذ�اب من[Alloohummaghfir lahu Warhamhu Wa ‘Aafihi Wa’fu ‘ahu, Wa Akrim
Nuzulahu, Wa Wassi’ Madkholahu, Waghsilhu Bil Maa’i WatsTsalji Wal
Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho
Minad Danasi, Wa Abdilhu Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron
Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhilhul Jannata, Wa
A’idhu Min ‘Adzaabil Qabri
Artinya :
“Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah
dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya,
mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan,
sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah
rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di
Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami)
yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke
Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim 2/663)
4 https://www.academia.edu/9266391/Niat Bacaan dan Tata Cara Shalat Jenazah Lengkap5 Rahman Ritonga, Fiqh Ibadah, (Gaya Media Pratama, Jakarta, 2002), hlm133-137
12
و�غ�ائبن�ا اهدن�ا و�ش� يتن�ا و�م� ين�ا لح� اغفر ا�للهم . ن م� �للهم ا أنث�ان�ا و� ذ�ك�رن�ا و� ك�بيرن�ا و� غيرن�ا و�ص�
يت�ه ت�و�ف ن و�م� اإلسال�م، ع�ل�ى أ�حيه ف� منا �حي�يت�ه أه أ�جر� ت�حرمن�ا ال� ا�للهم ان، اإليم� ع�ل�ى ه ت�و�ف ف� منا
ب�عد�ه تضلن�ا .و�ال�[Alloohumaghfir Lihayyinaa Wa Mayyitinaa Wa Syaahidinaa Wa
Ghoo’ibinaa Wa Shoghiirinaa Wa Kabiirinaa Wa Dzakarinaa Wa Untsaanaa.
Alloohumma Man Ahyaitahu Minnaa Fa Ahyihi ‘Alal Islaam, Wa Man
Tawaffaitahu Minnaa Fatawaffahu ‘Alal Iimaan. Alloohumma Laa Tahrimna
Ajrahu Wa Laa Tudhillanaa Ba’dahu]
Artinya :
“Ya Allah! Ampunilah kepada orang yang hidup di antara kami dan yang
mati, orang yang hadir di antara kami dan yang tidak hadir ,laki-laki maupun
perempuan. Ya Allah! Orang yang Engkau hidupkan di antara kami,
hidupkan dengan memegang ajaran Islam, dan orang yang Engkau matikan di
antara kami, maka matikan dengan memegang keimanan. Ya Allah! Jangan
menghalangi kami untuk tidak memper-oleh pahalanya dan jangan sesatkan
kami sepeninggalnya.” ( HR. Ibnu Majah 1/480, Ahmad 2/368, dan lihat
Shahih Ibnu Majah 1/251)
، ارك� جو� بل و�ح� ، تك� ذم في فال�ن بن� فال�ن� إن �للهم ااء الو�ف� �هل أ �نت� أ و� النار، و�ع�ذ�اب بر الق� فتن�ة من قه ف�
حيم. الر الغ�فور �نت� أ إنك� مه ارح� و� ل�ه اغفر ف� ق الح� .و�[Alloohumma Inna Fulaanabna Fulaanin Fii Dzimmatika, Wa Habli
Jiwaarika, Fa Qihi Min Fitnatil Qobri Wa ‘Adzaabin Naari, Wa Anta Ahlal
Wafaa’i Wal Haqqi. Faghfirlahu Warhamhu, Innaka Antal Ghofuurur
Rohiim]
Artinya :
13
“Ya, Allah! Sesungguhnya Fulan bin Fulan dalam tanggunganMu dan tali
perlindunganMu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau
adalah Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia.
Sesungguhnya Engkau, Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.”
(HR. Ibnu Majah. Lihat Shahih Ibnu Majah 1/251 dan Abu Dawud 3/21)
�نت� أ و� ، تك� حم� ر� إل�ى احت�اج� �متك� أ ابن و� ع�بدك� �للهم ان�اته، س� ح� في زد ف� محسنا ك�ان� إن ع�ذ�ابه، ع�ن غ�ني
ع�نه ز او� ت�ج� ف� مسيئا ك�ان� إن .و�[Alloohumma ‘Abduka Wabnu Amatikahtaaja Ilaa Rohmatika, Wa Anta
Ghoniyyun ‘An ‘Adzaabihi, In Kaana Muhsinan, Fa Zid Fii Hasanaatihi, Wa
In Kaana Musii’an Fa Tajaawaz ‘Anhu]
Artinya :
Ya, Allah, ini hambaMu, anak ham-baMu perempuan (Hawa), membutuh-kan
rahmatMu, sedang Engkau tidak membutuhkan untuk menyiksanya, jika ia
berbuat baik tambahkanlah dalam amalan baiknya, dan jika dia orang yang
salah, lewatkanlah dari kesalahan-nya. (HR. Al-Hakim. Menurut
pendapatnya: Hadits ter-sebut adalah shahih. Adz-Dzahabi menyetujuinya
1/359, dan lihat Ahkamul Jana’iz oleh Al-Albani, halaman 125)
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Sholat jamak adalah sholat yang dilakukan dengan menggabungkan dua
waktu sholat di kerjakan pada satu waktu. Adapun sholat jamak di bagi menjadi
dua yaitu jamak takdim dan jamak takhir. Jamak takdim adalah menggabungkan
dua waktu sholat dan dilakukan pada sholat yang pertama contohnya sholat
dzuhur dan ashar di laksanakan pada waktu dzuhur dengan masing-masing 4
rakaat. Jamak takhir adalah menggabungkan dua waktu sholat dan dilakukan pada
sholat yang kedua contohnya sholat dzuhur dan ashar dilakukan pada waktu ashar
tampa mengurangi jumlah rakaatnya.
14
Sholat Qasar adalah sholat yang dilakukan dengan meringkas jumlah rakaat,
contohnya sholat dzuhur 4 rakaat diringkas menjadi dua rakaat saja, tetapi yang
boleh diqasar hanya sholat yang jumlah rakaatnya 4. Jadi sholat magrib tidak bisa
di qasar hanya bisa di jamak.
Sholat jamak dan qasar adalah rukhshah atau keringanan yang diberikan
Allah kepada hambanya karena adanya kondisi yang menyulitkan, dan hanya bisa
di kerjakan apabila adanya kondisi yang membuat seseorang tersebut harus
menjama dan mengqasar yaitu diantaranya dalam kondisi berpergian atau musafir.
Shalat Jenazah adalah merupakan shalat yang tidak perlu ruku’ dan sujud.
Yang kita lakukan hanyalah berdiri, takbir sebanyak empat kali dengan diselingi
bacaan dan doa tertentu lalu salam. Hukum Sholat Jenazah adalah Fardhu
Kifayah” artinya jika tidak ada yang men’shalati, semua akan berdosa.
II. Saran
Sholat jamak dan qasar hanya bisa dilakukan apabila ada kondisi
menyulitkan, sehingga terpaksa seseorang harus melakukan sholat tersebut.
Dizaman sekarang sholat jamak dan qasar hanya banyak dilakukan apabila
seseorang tersebut melakukan pejalanan yang jauh seperti naik haji, karena
perjalanan yang dilakukan cukup jauh dan menemukan dua waktu sholat maka
disunahkan untuk menjamak dan mengqasar, tetapi hal ini tidak menutup
kemungkinan kepada seseorang apabila tidak berpergian atau musafir menjamak
dan menqasar sholat yang penting ada alasan yang mendesak sehingga hal
tersebut harus dilakukan.
Sebagai seorang muslim sudah tentu memiliki kewajiban kepada muslim
lain ketika meninggal dunia diantaranya mensholatkannya dan hukumnya adalah
fardhu kifayah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ritonga Rahman, Fiqh Ibadah, (Gaya Media Pratama, Jakarta, 2002)
MZ.Labib, Rangkuman Sholat Lengkap,(
https://www.academia.edu/9266391/Niat Bacaan dan Tata Cara Shalat
Jenazah Lengkap
Pertama: Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
16
فله عليها ى يصل ى حت الجنازة شهد منله كان تدفن ى حت شهد ومن ، قيراط
قال . قيراطان القيراطان وما مثل قيل العظيمين الجبلين
“Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qiroth.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Dua qiroth itu semisal dua gunung yang besar.” (HR. Bukhari no. 1325 dan Muslim no. 945)Dalam riwayat Muslim disebutkan,
قيراط » فله يتبعها ولم جنازة على صلى منالقيراطان «. وما قيل قيراطان فله تبعها فإن
أحد » مثل أصغرهما .« قال“Barangsiapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya (pahala) satu qiroth. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua qiroth.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” “Ukuran paling kecil dari dua qiroth adalah semisal gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim no. 945)
29. Dan Jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,30. (yaitu) Harun, saudaraku,31. Teguhkanlah dengan Dia kekuatanku,32. Dan jadikankanlah Dia sekutu dalam urusanku,Karena luasnya tugas dan kewajiban seorang khalifah atau imam sebagai kepala negara sekaligus pimpinan eksekutif, yaitu menegakkan syari’at agama dan mengatur siyasah dunia, maka dalam pelaksanaan atau secara operasional adalah mustahil. Jika seorang khalifah atau imam dapat menjalankan tugas seorang diri, sehingga dia memerlukan para pembantu dan pegawai yang ditunjuk untuk melaksanakan berbagai tugas, seperti yang disebut dalam firman
17
Allah:واجع������ل لي وزي������را من أهلي. ه������ارون أخي. اش������دد ب������ه أزري. وأش������ركه في أم������ري
Artinya:“Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku.” (QS. Thaha: 29-32)
Pada masalah kenabian, hal tersebut dibolehkan, apalagi dalam masalah khilafah. Karena itu, memilih menteri sebagai pembantu khalifah merupakan kewajaran yang dibolehkan. Oleh karena itu, mengangkat menteri menjadi pembantu dalam mengatur urusan negara lebih tepat dan efektif daripada menjalankannya sendirian. Dengan mengangkat menteri dan pejabat yang membantunya itu, ia dapat meminta laporan dan meneliti hasil kerja sang menteri dan para pejabat secara teliti dan dengan tindakan itu dapat dihindari kekeliruan dan kesalahan dalam menjalankan tugas kenegaraan.Dalam masalah pembantuan tugas seorang kepala negara oleh para pembantunya atau yang dikenal dengan istilah menteri di dalam ketatanegaraan Islam disebut wazir. Para ulama fiqih mengatakan bahwa kementerian terbagi menjadi dua bagian, seperti yang dikemukakan oleh Al-Mawardi, kementerian ada dua macam : kementerian tafwidz atau perdana menteri adalah menteri yang diangkat oleh kepala negara untuk kemudian kepadanya diserahkan suatu bidang jabatan yang dapat ia atur menurut kebijakannya sendiri dan dia dapat membuat keputusan-keputusan menurut ijtihadnya sendiri. Atau dengan kata lain, menteri macam ini menguasai bidang perundang-undangan dan hukum serta mempunyai hak untuk mengurusi pelaksanaan tugas maupun penanganan keuangan, syarat-syaratnya cukup banyak diantaranya: adapun menteri tanfidz adalah berstatus hukum lemah dan syarat-syaratnya lebih sedikit karena wewenang jabatan itu terbatas pada menjalankan perintah dan kebijakan kepala negara, menteri itu berperan sebagai medium antara kepala negara, rakyat dan gubernur. Berdasarkan pengertian-pengertian dan macam-macam kementerian seperti di atas, maka dapatlah diketahui perbedaan antara menteri mandataris dan menteri eksekutif, baik dari segi persyaratan maupun dari segi hak berpendapat. Perbedaan dari segi persyaratan adalah sebagai berikut:1. Kebebasan cukup dimiliki oleh menteri mandataris dan tidak dimiliki oleh menteri eksekutif.2. Beragama Islam syarat utama menteri mandataris dan tidak disyaratkan penting untuk menteri eksekutif.3. Mempunyai ilmu tentang hukum disyaratkan dalam menteri mandataris sedangkan menteri eksekutif tidak.
18
Adapun perbedaan dari segi hak-hak adalah sebagai berikut:1. Menteri mandataris diperbolehkan mengambil hukum dan pandangan dalam mengambil keputusan dan tidak diperbolehkan bagi menteri eksekutif.2. Menteri mandataris mempunyai hak prerogatif dalam mengangkat pemimpin di bawahnya, tidak demikian dengan menteri eksekutif.3. Menteri mandataris diperbolehkan menggerakkan militer dan memimpin perang, tidak begitu halnya dengan menteri eksekutif.4. Menteri mandataris diperbolehkan menggunakan keuangan negara sesuai dengan kebutuhan, tetapi menteri eksekutif tidak diperbolehkan.Demikianlah hukum wizarah yang bermacam-macam yang merupakan pembantuan terhadap tugas kepala negara dalam Islam, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh ulama-ulama fiqih dan jikalau kita ingin membandingkan dengan sistem ketatanegaraan modern, maka wazir tafwidz hampir sama dengan perdana menteri, serta cakupan tugasnya lebih luas dari wazir tanfidz. Perdana menteri ini tidak boleh dua orang, karena dia merupakan wakil kepala negara.Jadi, khalifah sebagai kepala negara sekaligus pimpinan eksekutif dalam memilih para menteri sebagai pembantunya dalam menjalankan tugas negara wajib memperhatikan kriteria-kriteria yang diatur oleh syariat Islam agar terhindar dari kesalahan yang dapat menimbulkan malapetaka di dalam kehidupan bernegara.2. Anggota Legislatif dan yang Berhak Memilih PemimpinLembaga legislatif atau lembaga perwakilan dikatakan juga al-shulthah al-tasyri’iyyah. Secara etimologis berarti س��لطة kekuasaan dan berarti التش��ريعية pembuatan atau penetapan hukum atau syari’at Islam. Tegasnya, kekuasaan atau kewenangan pemerintahan Islam untuk menetapkan hukum yang akan diberlakukan dan dilaksanakan dalam masyarakat berdasarkan ketentuan yang telah diturunkan Allah SWT dalam syari’at Islam. Maka kekuasaan dalam membuat hukum (legislasi) das sein tidak boleh menyimpang dari ketentuan Allah Swt.Dalam pembuatan dan penetapan hukum oleh negara, yang dilakukan oleh wulat al-‘amr, senantiasa bermuara pada prinsip musyawarah. Dimana musyawarah, secara syar’i diatur dalam al-Qur’an, sebagaimana firman Allah SWT."... )38وأم��������������������رهم ش��������������������ورى بينهم ..." ( الش��������������������ورى : “… sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka …” (QS. 42:38)"... )159وش��������������������اورهم في األم�������������������ر ... " ( العم��������������������ران : “… dan bermusyawarah dengan mereka dalam urusan itu (negara) …” (QS. 3:159)
Musyawarah merupakan tolok ukur utama dalam menegakkan persoalan
19
kemasyarakatan, pemerintahan dan kenegaraan. Dalam hal itu, Zainal Abidin mengatakan, “… untuk menunjukkan dasar pendirian pemerintahan yang dicita-citakan, maka dapat dibagi kepada: (1) adanya suatu pemerintahan rakyat yang berdasarkan permusyawaratan, (2) memiliki sumber-sumber pembentukan undang-undang, dan (3) menetapkan pembagian kekuasaan dalam pemerintahan negara.”Maka dengan itu dapat dipahami bahwa, pada hakikatnya pemegang kekuasaan tertinggi (kedaulatan) negara adalah di tangan rakyat. Dimana rakyat mendelegasikan kekuasaannya kepada orang-orang yang ditunjuk menjadi wakil-wakil untuk membuat undang-undang.
20
Top Related