SISTEM IMUN
Sistem imun membentuk sistem pertahanan tubuh terhadap bahan asing seperti
mikroorganisma (bakteria, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi
toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini
menyerang bahan asing atau antigen dan juga mempunyai memori supaya dapat
mengenali jika terjadi paparan ulang yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan
mencetuskan perlawanan yang lebih cepat dan tertingkat. Imunitas merujuk kepada upaya
individu yang telah sembuh dari suatu penyakit untuk tetap sehat (kebal) apabila terpapar
oleh penyakit yang sama untuk kali kedua dan seterusnya. Imunologi ialah cabang ilmu
yang berkaitan dengan pertahanan tubuh terhadap antigen. Imunisasi adalahupaya untuk
bertahan terhadap sesuatu penyakit tanpa mendedahkan tubuh kepada penyakit tersebut.
Apabila sistem imun cacat, tertekan atau gagal, seperti dalam Sindrom Kurang Daya
Tahan (AIDS) dan penyakit-penyakit kelainan imun, dapat membahayakan kesehatan.
Suatu ciri asas sistem imun ialah upaya untuk membentuk bahan-bahan yang wujud
secara semula jadi atau normal (diri/self) dari bahan-bahan atau agen-agen yang masuk
ke dalam tubuh dari luar (bukan diri/nonself) dan menghasilkan perlawanan terhadap
bahan bukan diri saja. Tidak adanya pertahanan khusus terhadap diri dikenali sebagai
toleransi. Pentingnya upaya untuk membedakan antara diri/self dan bukan diri/nonself,
serta toleransi diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-
fungsi tersebut gagal. Penyakit-penyakit ini akan menyerang, apabila bahan normal tubuh
dicam sebagai asing dan perlawanan imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut.
Walau bagaimananpun, sistem imun sangat penting membedakan antara diri/self dan
bukan diri./nonself
FUNGSI SISTEM IMUN: Sistem imun adalah perlu untuk pertahanan tubuh karena ia
berfungsi melawan penyakit kekebalan yang melindungi untuk masa yang lama. Dalam
keadaan biasa apabila sistem imun terpapar benda asing, akan melawan dengan
menghasilkan antibodi dan rangsangan limfosit spesifik-antigen, yang memusnahan
1
mikroorganisma dan penetralan produk-produk toksik (toksin). Suatu fungsi penting
sistem imun ialah mengawasi sel-sel tubuh supaya ia tidak abnormal. Sel-sel terinfeksi
virus, sel-sel malignan atau sel-sel individu lain dari spesies yang sama, mempunyai
penanda-penanda protein pada permukaan luar yang memberi isyarat kepada sistem imun
supaya memusnahkannya. Protein-protein ini tergolong dalam sistem yang disebut
(Major histocompatibility complex; MHC).
Sistem imun kadangkala tidak dapat mengadakan perlawanan, menyebabkan proses-
proses patologi semasa infeksi dan keautoimunan. Disebut alergi digunakan apabila
perlawanan imun menyebabkan kerusakan sel dan membahayakan hos. Perlawanan
terhadap bahan-bahan asing yang lazimnya tidak berbahaya bisa menyebabkan
anafilaksis dan kematian. Disini self dikenal sebagai bahan asing atau tidak normal.
Sistem imun mungkin menghasilkan antibodi dan mengaktifkan limfosit terhadap sel-sel
tersebut menyebabkan penyakit-penyakit autoimun seperti lupus eritematosus,
myasthenia gravis, diabetes dan penyakit Graves.
SEL DAN JARINGAN : Sistem imun terdiri dari jenis pertahanan dengan perantaraan
antibodi dan perantaraan sel. Sel-sel yang menghasilkan respons kepada antigen ialah
limfosit. Terdapat dua jenis limfosit yang berkembang dalam organ limfa primer yang
menghasilkan Limfosit B (sel B) berkembang dalam sum-sum tulang; limfosit T (sel
T) berkembang dalam timus. Sel B terlibat terus dalam penghasilan antibodi. Sel-sel
plasma, yang berasal dari sel B, menghasilkan antibodi yang beredar dalam saluran
darah atau dialirkan pada permukaan mukosa usus dan saluran pernafasan. Antibodi
menyebabkan peneutralan atau lisis organisma luar sel seperti bakteria, virus bebas dan
parasit atau membantu fagositosis organisme tersebut oleh neutrofil dan makrofag.
Sel T terlibat dalam imunitas seluler. Ada dua kelas sel T: sel T helper dan sel T
sitotoksik. Sel T helper mengaktifkan limfosit lain, termasuk sel B dan sel T sitotoksik,
serta makrofag, dengan membawa protein larut yang disebutl sitokin (atau limfokin). Sel
T sitotoksik memusnahkan sel sasaran seperti sel terinfeksi virus atau sel tumor. Kedua-
dua jenis sel T ini boleh dibedakan berdasarkan adanya penanda permukaan yang
disebut CD4 (pada sel T helper) dan CD8 (pada sel T sitotoksik). Molekul CD4 juga
2
penting sebagai reseptor untuk HIV, yang menginfeksi sel T helper. Kedua- sel T helper
dan sitotoksik terlibat dalam system imunitas seluler seperti yang berfungsi untuk
pemusnahan organisma intrasel seperti virus dan bakteria yang bisa menetap dalam
makrofag. Ini dilakukan dengan pemusnahan sel terinfeksi virus atau pengaktifan
makrofag untuk meningkatkan potensi bakterisidnya oleh sel T.
Limfosit B dan T matang terdapat dalam organ limfa sekunder atau periferi seperti
limfa, limpa dan jaringan limfa mukosa, di mana sistem imun diatur. Sel-sel ini juga
beredar dalam saluran darah. Daya gerakan (mobility) merupakan satu aspek penting
fungsi limfosit, karena ini menyebabkan sel-sel tersebut mencari antigen-antigen yang
masuk ke dalam jaringan. Kebanyakan limfosit terdapat di antara jaringan limfa dan
saluran darah; dari darah sel-sel ini juga masuk ke kawasan-kawasan di mana terjadi
peradangan (inflammation) dan berfungsi melawan antigen mikroba yang menyebabkan
infeksi. Kehadiran limfosit dalam jumlah yang tinggi dalam jaringan bukan limfa,
menunjukan terdapatnya imunitas setempat, seperti pada lesi-lesi terinfeksi atau tempat-
tempat di mana berlaku sistem autoimun.
Satu kumpulan kecil limfosit yang bukan sel B atau sel T disebut sel-sel NK (natural
killer cells). Sel-sel ini terdiri dari limfosit berukuran besar, mengandung berbagai
granula sitosplasma, dan terdapat terutamanya dalam limpa serta peredaran. Asal usul
sel-sel NK tidak pasti tetapi sel-sel ini mampu memusnahkan sel tumor dan sel terinfeksi
virus secara spontan . Sel-sel ini juga bisa memusnahkan sel-sel antibodi spesifik.
Untuk mengaktifkan limfosit, antigen harus mempunyai reseptor khusus pada
permukaan sel. Reseptor pada permukaan sel B ialah imunoglobulin (atau antibodi).
Reseptor sel T hampir serupa tetapi tidak sama dengan antibodi. Berbeda dari antibodi,
reseptor sel T hanya terdapat pada permukaan sel.
Satu lagi kumpulan protein permukaan yang berinteraksi dengan antigen ialah molekul
MHC, yang dihasilkan oleh gen-gen MHC. Protein-protein MHC bergabung dengan
peptid yang berasal dari antigen protein. Pergabungan ini berlaku pada "lekuk"
pergabungan khusus. Protein MHC terdapat dalam dua jenis, molekul MHC kelas I dan
3
kelas II. Sel B bisa mengenali antigen dalam apa bentuk pun, tetapi sel T hanya
mengenali antigen pada permukaan sel lain dalam bentuk peptid tergabung kepada
molekul MHC. Sel T helper mengenali peptid pada molekul MHC kelas II tetapi sel T
sitotoksik mengenali peptid pada molekul MHC kelas I.
Langkah-langkah yang berlaku semasa antigen protein dicuraikan kepada peptid yang
tergabung kepada molekul MHC untuk pengenalan sel T dikenali sebagai pemprosesan
dan persembahan antigen (antigen processing and presentation). Pada imunitas
selulerl-sel spesifik mempersembahkan antigen, menelan protein asing, kemudian
mengekspresikan pecahan peptid dari antigen tersebut pada permukaan sel tergabung
pada lekuk molekul MHC kelas II. Kompleks MHC-peptid ini kemudian dikenali oleh
reseptor sel T helper. Dengan cara yang sama, sel T sitotoksik mengenal pecahan peptid
dari virus yang dipersembahkan tergabung dengan molekul MHC kelas I pada permukaan
sel terinfeksi virus.
SISTEM IMUN: Apabila antigen asing diperkenalkan ke dalam tubuh untuk kali
pertama, sistem imun lazimnya mengambil masa 7-14 hari untuk mencapai puncak dan
biasanya perlawanan ini berakhir dalam masa yang singkat. Ini ialah sistem imun
primer. Tetapi jika antigen yang sama diperkenalkan untuk kali kedua, perlawanan
sekunder perlawanan ini adalah lebih cepat, lebih tinggi dan tahan lebih lama. System
imun sekunder ini merupakan ungkapan fenomenon (immunological memory).
Prinsip-prinsip sel yang menjadi dasar pengenalan sistem imun diterangkan melalui teori
pemilihan klon yang dikemukakan oleh MacFarlane Burnet pada 1959. Tujahan teori
ini adalah : sesuatu antigen asing tertentu bergabung dengan limfosit-limfosit tertentu
yang mempunyai reseptor khusus yang bisa berinteraksi dengan antigen tersebut. Dalam
populasi limfosit, dimana reseptor terdapat secara klonal; oleh karena semua reseptor
pada sesuatu limfosit mempunyai reseptor antigen yang serupa, setiap satu limfosit
hanya bisa mengenal dan menghasilkan respons terhadap satu antigen. Oleh karena setiap
individu mampu menghasilkan respons terhadap jumlah antigen yang amat tinggi, maka
sistem imun terdiri dari banyak klon-klon limfosit yang berbeda. Antigen akan memilih
sel B dan sel T spesifik antigen yang sesuai dari populasi yang besar ini.
4
Setelah suatu antigen bergabung dengan reseptor-reseptor spesifik pada limfosit T atau
sel B, dan isyarat-isyarat lain yang diperlukan telah disajikan, sel tersebut dirangsang
mengadakan proliferasi dan diferensiasi (proliferation and differentiation). Sel-sel anak
membentuk klon-klon yang lebih besar. Klon sel B menjadi sel plasma penghasil antibodi
spesifik, dan klon sel T menjadi sel T helper atau sitotoksik dengan fungsi imunitas
seluler Sel-sel lain dalam kedua klon sel B dan sel T membentuk sel-sel memori
(memory cells) yang berusia panjang. Sel-sel memori merupakan sel-sel yng berfungsi
untuk rangsangan kali kedua apabila antigen yang sama dipaparkan sekali lagi. Maka
apabila sesuatu individu telah pernah mengadakan perlawanan primer terhadap sesuatu
antigen, akan terdapat dalam individu tersebut sejumlah sel T dan sel B spesifik yang
tinggi, yang berfungsi melawan antigen pada paparan seterusnya. Maka Imunitas
sekunder lebih cepat dibanding imunitas primer.
Dalam keadaan tertentu antigen tidak berespon imun tetapi sebaliknya menghasilkan
keadaan tak responsif spesifik atau toleransi. Ini paling jelas untuk antigen-antigen self
tetapi bisa juga dihasilkan oleh antigen nonself terutama jika antigen-antigen pada janin
yang mempunyai sistem imun belum matang atau anak yang baru lahir. Pada peringkat
awal dalam organ-organ yang menghasilkan limfosit, sel-sel yang berfungsi sebagai
penentu (antigen) self dihapuskan oleh kematian sel terprogram (programmed cell
death) (apoptosis). Limfosit dalam organ limfa sekunder bisa diaktifkan tanpa
pemusnahan.
ANTIBODI DAN PENGHASILNYA: Antibodi merupakan molekul-molekul dalam
plasma yang berfungsi mengenal dan bergabung dengan antigen asing. Antibodi
tergolong ke dalam kumpulan protein yang disebut imunoglobulin (Ig). Terdapat lima
kelas imunoglobulin berdasarkan perbedaan struktur, iaitu IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE.
Setiap satu kelas mempunyai ciri-ciri biologi dan fungsi berbeda. Antibodi monoklon
banyak digunakan. Antibodi monoklon adalah murni, homogen, dan dihasilkan oleh sel
hibrid yang dibentuk dari perlakuran sel B dan sel tumor dalam kultur. Antibodi
monoklon bisa digunakan untuk diagnosis dan terapi, seperti dalam penetralan toksin
dalam peredaran atau penyasaran (targetting) paparan radioisotop kepada sel kanker.
5
Antibodi melawan infeksi melalui berbagai cara. Organisme ataupun toksin-toksin yang
dihasilkan bisa dinetralkan oleh antibodi yang mengandung bahan-bahan tersebut dan
bergabung dengan sel. Antibodi juga membantu sel-sel fagosit (makrofag, neutrofil)
menelan bakteri atau menyebabkan lisis organisme dan sel terinfeksi. Ini hasil dari
kerjasama antibodi dengan pelengkap atau sel NK.
IgG merupakan antibodi yang paling banyak, terdapat terutamanya dalam serum, serta
zat cair dalam badan. IgG adalah benteng pertahanan penting terhadap bakteri, virus
masuk tubuh. Pada manusia, IgG merupakan satu-satunya imunoglobulin yang bisa
masuk plasenta, Maka penting untuk pertahanan bayi baru lahir terhadap infeksi bakteri
dan virus.
IgM ialah imunoglobulin berukuran paling besar dan terdiri dari lima unit yang
digabungkan. IgM ialah kelas antibodi yang dihasilkan paling awal dalam imunitas
primer dan ia merupakan pengaktif sistem pelengkap yang efisien. Sistem pelengkap
terdiri dari satu set protein plasma yang apabila diaktifkan dalam urutan yang betul
membentuk saluran pada membran sel sasaran dan menyebabkan kematian sel. IgM dan
pelengkap amat efisien memusnahkan bakteri Gram negatif atau parasit protozoa yang
telah memasukki saluran darah. Pelengkap juga menyebabkan anti peradangan apabila
diaktifkan.
IgA merupakan benteng terhadap organisme patogen dalam usus, saluran pernafasan dan
saluran urogenital. Sel B penghasil antibodi yang terdapat di kawasan-kawasan ini
menghasilkan molekul IgA dimer, yang diangkut melintasi selaput epitelium dan
disalurkan pada permukaan mukosa. IgA mencegah pergabungan bakteri dan virus ke
epitelium, dan mencegah penyakit setempat atau patogen menyebar ke bahagian tubuh
yang lain. IgA adalah antibodi yang banyak di dalam tubuh.
IgE bisa melawan alergi secara cepat seperti asma . Antibodi ini bergabung dengan
permukaan sel-sel mast yang tersebar pada saluran darah. Sel-sel ini mengandungi
granula-granula yang terdiri dari histamina dan bahan anti peradangan lain dan bahan-
bahan ini dibebaskan dengan cepat apabila terpapar partikel-partikel seperti bunga atau
6
bulu hewa , bergabung dengan molekul IgE yang tergabung pada permukaan sel mast.
Histamin dan bahan-bahan lain yang dibebaskan oleh sel mast menyebabkan gejala-
gejala berhubungan dengan alergi.
IgD beroperasi bersama IgM sebagai reseptor untuk antigen pada permukaan sel B.
Jumlah IgD Amat sedikit
Input dari sel T helper biasanya diperlukan untuk perkembangan sel B menjadi sel
plasma penghasil antibodi. Sel T helper menghasilkan protein-protein larut, atau sitokin,
yang disebutl interleukin (IL) 4, 5 dan 6 yang menyebabkan sel B memisah setelah
bergabung dengan antigen. Fungsi sel T helper menerangkan mengapa penghasila
antibodi berkurangan dalam penyakit AIDS, di mana sel T helper dimusnahkan oleh
infeksi HIV.
IMUNITAS SELULER: Imunitas seluler diperankan oleh sel T, yang menghasilkan
sitokin untuk mengaktifkan limfosit, makrofag, granulosit dan sel-sel sum-sum tulang; sel
T juga melisiskan secara terus sel-sel terinfeksi atau tak normal. Sel T memainkan
beberapa fungsi dalam imunitas seluler. Salah satu fungsi utamanya ialah pertahanan
terhadap mikroorganisme yang masuk dan berkembangbiak dalam sel, termasuk bakteri
intrasel, dan virus. Mekanisme-mekanisme yang terlibat dalam melisiskan sel terinfeksi
virus melalui kontak terus dengan sel T sitotoksik, dan pengaktifan makrofag melalui
penghasilan interferon oleh sel T helper. Sel T juga meningkatkan imunitas terhadap
parasit dengan mempengaruhi produk sel mast, IgE dan eosinofil dengan menghasilkan
1L-3 dan 1L-5 serta membantu menghasilkan antibodi secara umum.
Sel T untuk imunitas terhadap penyakit bakteri, atau virus, misalnya
tuberkulin .perlawanan seperti ini memainkan peranan penting dalam pembentukan lesi-
lesi patologi dalam penyakit-penyakit seperti tuberkulosis dan mumps, serta terlibat
dalam (contact dermatitis).
Imunitas seluler juga menyebabkan penolakan jaringan. Antigen-antigen utama yang
dikenal pada jaringan dalam penolakan ialah antigen-antigen MHC. Sel T juga
bertanggungjawab memusnahkan sel-sel tumor. Satu lagi jenis sel yang terlibat dalam
7
imunitas seluler ialah sel limfokin (lymphokine-activated killer cells; LAK cells) yang
juga berfungsi memusnahkan sel-sel tumor. Sel-sel LAK berfungsi untuk memusnahkan
sel-sel tumor setelah diaktifkan oleh 1L-2 yang dihasilkan oleh sel T penolong.
IMUNITAS : Pada transplantasi organ atau jaringan, akan menolak jaringan asing.
Dalam masa beberapa hari jaringan tersebut menjadi merah, kemudian gelap dan
akhirnya mati. Sebaliknya, jika kulit ditransplantasi dari satu bagian ke bagian lain pada
tubuh seseorang, atau dari satu kembar kepada kembarnya, jaringan itu diterima.
penolakan ini disebabkan karena adanya perbedaan antigen antara jaringan individu yang
berlainan.
Upaya untuk mencegah penolakan organ. Penderita diberikan dadah yang bertindak
menghalang respons sel T yang terlibat dalam penolakan . Pada masa kini gabungan
terapi yang canggih terdiri dari siklosporin, yang menghalangi pengaktifan sel T melalui
produksi 1L-2 dan azathioprine, yang menghalangi pertumbuhan sel lalu mengurangi
proliferasi sel T yang menghambat sintesis sitokin.
Satu risiko besar pemindahan jaringan yang mengandung limfosit ialah (graf-versus-
host; GVH). Dalam penyakit GVH, sel T sitotoksik berpindah masuk ke dalam jaringan
hos (penerima) dan memusnahkan sel. Sel T hanya bisa menyerang hos jika sistem imun
hos tidak sempurna, sama seperti yang disebabkan oleh penyakit atau dadah-dadah
penghambat imunitas yang diberikan kepada hos untuk mencegah penolakan. GVH
merupakan suatu masalah besar apabila sum-sum tulang dipindahkan kepada penerima
yang tidak imunokompeten. Limfosit yang dipindahkan menyerang semua jaringan hos,
dan jika tidak dirawat dengan baik, akan merusakkan organ-organ penting seperti jantung
dan ginjal.
SEL-SEL SISTEM IMUN
8
A. Ontogeni sel-sel imun
Sistem imun vertebrata melibatkan beberapa organ serta banyak jenis sel. Semua sel
darah, termasuk sel-sel sistem imun berasal dari sel-sel induk hematopoietik yang
terdapat dalam sum-sum tulang. Sel-sel ini merupakan sel-sel yang belum menjalani
proses diferensiasi (differentiation). Sel-sel ini belum berdeferensiasi, berproliferasi
(proliferate) sepanjang hidupnya untuk menyiapkan keperluan penggantian sel-sel
matang yang digunakan semasa aktivitas normal.
Sel-sel ini adalah pluripoten (berpotensi menjadi pelbagai sel berlainan) dan menjadi
unipoten selepas proses diferensiasi. Ada 2 jalur utama diferensiasi:
1. Jalur limfopoietik: sel-sel yang menjalani diferensiasi melalui jalan ini akan
membentuk limfosit (T atau B).
2. Jalur (myeloid): menghasilkan monosit dan sel-sel lain seperti granulosit dan
platlet.
Sel NK (natural killer) juga berdiferensiasi melalui jalur limfopoietik tetapi akhirnya
akan menjadi sel yang terdiferensiasi daripada sel T. Terdapat satu lagi populasi sel yang
bukan sel B atau T, dan jalur diferensiasi kurang pasti. Ini disebutl sebagai sel-sel "null".
9
B. Ontogeni limfosit B
Proses diferensiasi sel induk menjadi sel B matang berlangsung dalam organ limfa
primer. Organ-organ limfa primer tempat pematangan limfosit B berkembang dalam
spesies yang berlainan:
1. Burung: Dalam spesies avian (burung), sel-sel pokok dari sum-sum tulang
berpindah ke Bursa Fabricius dan menjalani proses pematangan. Sel-sel ini
keluar dari Bursa sebagai sel B matang.
2. Mamalia: Proses pembentukan sel B berlaku dalam sum-sum tulang (atau dalam
sel limfa pada mukosa usus).
Proses pembentukan sel pokok menjadi sel B matang adalah bebas antigen (antigen
independent) karena ia tidak bergantung kepada pendedahan terhadap antigen. Semasa
pemasakan, proses pemilihan yang memusnahkan sel-sel yang berpotensi menghasilkan
antibodi terhadap diri berlaku. Selepas diferensiasi ini, sel B matang yang mampu
melawan dengan antigen asing (non self) terhasil.
Penanda-penanda permukaan limfosit B: Penanda-penanda permukaan terdiri dari
molekul yang mempunyai fungsi masing-masing dan ada yang boleh digunakan untuk
pembentukan sel B dari sel lain.
1. Imunoglobulin permukaan (surface immunoglobulin; sIg): sIg berfungsi
sebagai reseptor untuk antigen. Reseptor ini terdiri dari molekul IgM atau IgD
monomer yang tergabung kepada molekul CD79. Molekul ini adalah unik untuk
sel B. Reseptor sel B untuk antigen terdiri dari molekul imunoglobulin
permukaan, sama ada dari kelas IgM atau IgD. Molekul imunoglobulin ini
terkompleks kepada dua pasang molekul CD79 (Ig dan Ig) yang berfungsi
memindahkan isyarat untuk pengaktifan sel B.
2. Reseptor Fc (FcR)(CD32): Hampir kesemua sel B yang matang membawa
reseptor untuk bahagian Fc IgG. CD32 memainkan peranan penting dalam
"antibody feedback" di mana sel B dinaktifkan oleh antibodi dengan memberikan
isyarat negatif kepada sel B.
11
3. Reseptor EBV (CD21): Terlibat dalam pengaktifan sel B dengan meningkatkan
isyarat pengaktifan selepas antigen bergabung kepada sIg. Epstein-Barr virus
(EBV) boleh bergabung dengan reseptor ini dan memasukki sel B.
4. Molekul MHC kelas II: Molekul-molekul ini diperlukan untuk
mempersembahkan antigen bagi pencetusan sel T serta penjanaan bantuan yang
diperlukan semasa pengaktifan sel B.
5. Molekul-molekul ko-perangsangan B7 dan CD40: Molekul-molekul ini
diperlukan untuk pengaktifan sel B. B7 banyak terdapat pada sel B teraktif. CD40
berinteraksi dengan molekul CD40L pada sel T dan penting dalam pertukaran
kelas antibodi dari IgM ke IgG.
Gambar menunjukkan beberapa molekul yang terdapat pada permukaan sel B matang.
12
C. Ontogeni limfosit T
Sel-sel dari sum-sum tulang memasukki timus (thymus). Dalam timus sel-sel T
‘berfungsi’ untuk mengenali antara antigen-antigen ‘diri’ (self) dan ‘bukan diri’ (non-
self). Sebahagian besar sel yang menjalani pematangan dalam timus musnah termasuk
sel-sel yang berpotensi untuk melawan self, Dengan cara ini serangan melawan imun
terhadap diri dicegah. Oleh sel-sel matang yang keluar dari timus merupakan sel-sel
yang hanya akan melawan terhadap non self.
Lebih dari 90% dari sel-sel yang masuk ke dalam timus dari sum-sum tulang, musnah.
Semasa perkembangan, sel-sel ini menyusun semula gen-gen yang akan digunakan untuk
membentuk reseptor sel T (Reseptor ini berfungsi untuk pengaktifan sel T). Sel-sel yang
gagal membentuk reseptor berfungsi karena penyusunan semula gen-gen yang tak
sempurna akan hilang. Satu lagi sebab utama pemusnahan banyak limfosit dalam timus
ialah karena berlaku proses pemilihan dalam timus. Dalam pemilihan positif reseptor
sel T (TcR) berinteraksi dengan molekul MHC pada permukaan sel epitelium pada
korteks timus. Sel-sel yang tidak dapat berinteraksi akan mati melalui proses apoptosis .
Pemilihan positif akan menyebabkan proliferasi dan pengembangan populasi sel T yang
tidak musnah. Sel-sel ini akan "terdidik" kepada molekul MHC yang diekspresikan
pada sel epitelium, dan sepanjang hidupnya hanya akan menghasilkan perlawanan jika
antigen tergabung kepada molekul MHC yang serupa. Sel-sel yang mempunyai reseptor
terhadap antigen self dan non self akan berkembang selepas pemilihan positif. Untuk
menghalang sel-sel yang berpotensi melawan antigen diri yang keluar dari timus, sel-sel
ini menjalani pemilihan negatif. Ini berlaku melalui interaksi dengan interdigitating
dendritic cells pada persimpangan korteks-medula. Sel-sel T berinteraksi dengan molekul
MHC I dan II bersama peptid diri pada bahagian tersebut. Sel-sel yang berinteraksi
dengan afiniti tinggi akan dimusnahkan melalui apoptosis. Maka pemilihan negatif
menghapuskan sel T yang mengungkap reseptor-reseptor spesifik untuk antigen diri.
Dengan demikian sel yang berpotensi berfungsi melawan terhadap diri musnah dan sel-
sel sistem imun lazimnya tidak menghasilkan perlawanan terhadap diri. (self)
13
Gambar menunjukkan proses pemilihan positif dan negatif dalam timus
Subpopulasi sel T:
1. Sel T Helper (TH): berfungsi menyiapkan "bantuan" atau meningkatkan
ungkapan fungsi imun sel-sel lain. Umpamanya, sel T helper diperlukan oleh sel
B untuk menghasilkan antibodi terhadap banyak antigen.
2. Sel T sitotoksik (TC): menyebabkan sitolisis dan kematian sel-sel sasaran seperti
sel terinfeksi virus.
3. Sel T penekan (Ts): menekan ungkapan fungsi imun sel-sel lain.
Penanda-penanda permukaan sel T
1. TcR (Reseptor Sel T Khusus Untuk Antigen): Berfungsi untuk bergabung
dengan antigen. Terdiri dari molekul pengancam antigen (Ti) yang tergabung
rapat dengan kompleks polipeptid CD3. Terdiri dari 2 jenis - dan ; setiap
sel T hanya mempunyai salah satu kombinasi reseptor. Sebahagian besar sel T
mengungkap reseptor jenis .
Reseptor sel T terdiri dari kombinasi reseptor khusus untuk antigen (TcR atau
Ti) yang tergabung kepada molekul CD3. TcR terdiri dari 2 rantai, iaitu
kombinasi dan (seperti dalam gambar di atas) atau dan . Reseptor khusus
antigen akan mengcam epitop yang tergabung kepada molekul MHC. Molekul
15
CD3 terdiri dari 6 rantai protein yang berfungsi memindahkan isyarat untuk
pengaktifan sel T.
2. CD4 dan CD8: Molekul aksesori, berperanan dalam interaksi sel T dengan sel
bukan T. Sel T helper mengekspresikan molekul CD4 dan sel T sitotoksik
mengekspresikanCD8.
3. Molekul-molekul perlekatan (adhesion molecules):
i. CD2 berfungsi sebagai ligand untuk molekul LFA-3 (CD58).
ii. LFA-1 berinteraksi dengan ICAM-1
D. Sel-sel yang memproses dan mempersembahkan antigen
Komponen ketiga, terdiri dari sel-sel mononukleus monosit/makrofag, sel dendritik.
Secara keseluruhan sel-sel ini (serta organ di mana ia terdapat) membentuk sistem
retikuloendotelium, yaitu sistem yang terlibat untuk menangkap antigen yang
memasukki tubuh. Makrofag dalam sistem ini mempunyai dua fungsi utama iaitu:
menangkap dan memusnahkan bahan asing
memproses bahan asing dan mempersembahkanya kepada sel T untuk
pengaktifan sel T.
16
Top Related