Sejarah Perumusan Pancasila dan Makna yang
Terkandung di Dalamnya
1. SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA.
Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara merupakan hasil kesepakatan bersama yang
kemudian disebut sebagai perjalanan luhur bangsa Indonesia, di dalamnya terkadang
semangat kekeluargaan sebagai inti ajaran Pancasila. Dalam memahami semangat
kekeluargaan untuk mencapai kesepakatan bersama perlu dipelajarisejarah perumusan
Pancasila, sejak masa pengusulan Pancasila, masa proklamasi kemerdekaan, sampai
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dan selanjutnya bangsa Indonesia akan tetap
melestarikan Pancasila sebagai Indonesia.
Dasar filsafat Negara Indonesia yang diberi nama Pancasila ini secara resmi dirumuskan
dalam Pembukaan UUD 1945, walaupun istilah “Pancasila” tidak disebutkan secara eksplisit
dalam Pembukaan tersebut, namun rumusannya sila demi sila secara jelas dicantumkan di
dalamnya. Oleh karena itu pembukaan UUD 1945 disebut sebagai tempat terdapatnya
rumusan Pancasila.
Secara historis rumusan-rumusan Pancasila itu dapat diuraikan dalam tiga kelompok :
a. Rumusan Pancasila dalam siding-sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang merupakan tahapan pengusulan sebagai Dasar Filsafat
Negara Indonesia.
b. Rumusan Pancasila yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia yang sangat erat hubungannya dengan
Proklamasi Kemerdekaan.
c. Beberapa rumusan Pancasila dalam perobahan ketatanegaraan Indonesia selama belum
berlaku kembali rumusan Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Setelah uraian tiga kelompok di atas, kemudian ditambahkan satu masa lagi, yaitu :
d. Masa pemantapan Pancasila, atau juga dapat dinyatakan masa kesatuan rumusan
Pancasila, yaitu sejak dikeluarkannya Inpres No. 12 tanggal 13 April 1945.
Pemantapan atau kesatuan rumusan Pancasila ini merupakan titik tolak
pengembangan maupun dalam pengembangan sistem filsafat Pancasila.
1. Masa Pengusulan Pacasila
Dalam siding Teikuku Gikoi (Parlemen Jepang) Pada tanggal 7 September 1944,
Perda Menteri Jepang Jenderal Kuniaki koiso (Pengganti Perdana Menteri Tojo), atas nama
pemerintah Jepang mengeluarkan janji kemerdekaan Indonesia yang akan diberikan pada
tanggal 24 Agustus 1945, sebagai janji politik.
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekanaan Indonesia (BPUPKI) ini
dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 oleh Gunseikan (Kepala pemerintahan Bala Tentara
Jepang di Jawa), dengan susunan sebagai berikut (Muhammad Yamin, Naskah Persiapan
Undang-Undang Dasar 1945.)
Badan Penyelidikan ini mengadakan siding hanya dua kali masa siding. Sidang pertama
tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. Sidang kedua tanggal 10 Juli sampai dengan 17
Juli 1945.
1. Masa Sidang Pertama BPUPKI
Dalam masa siding pertama yaitu tanggal 29 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945
(4 hari), yang mengajukan usul adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno (Ir. Soekarno)
tentang dasar Negara, dan Soepomo tentang faham kenegaraan.
a. Usul Muhammad Yamin, 29 Mei 1945
Muhammad Yamin Berpidato tentang Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia. Dalam pidato itu beliau mengusulkan dasar Negara bagi Indonesia Merdeka yang
akan dibentuk adalah :
- Peri Kebangsaan
- Peri Kemanusiaan
- Peri ketuhanan
- Peri Kerakyatan
- Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau mengusulkan juga secara tertulis lima asas dasar Negara
dalam rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang
Rumusannya sebagai berikut :
- Ketuhanan Yang Maha Esa
- Kebangsaan Persatuan Indonesia
- Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
- Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
b. Usul Soepomo 31 Mei 1945
Pada hari ketiga siding BPUPKI, tanggal 31 Mei 1945, Soepomo mengusulkan
tentang dasar pemikiran Negara nasional bersatu yang akan didirikan harus berdasarkan atas
pemikiran integralistik yang sesuai struktur sosial Indonesia sebagai ciptaan budaya bangsa
Indonesia.
Negara Harus bersifat “badan penyelenggara”, badan pencipta hukum yang timbul
dari hati sanubari rakyat seluruhnya. Dalam pengertian dan teori ini, Negara tidak lain adalah
seluruh masyarakat atau seluruh rakyat Indonesia sebagai persatuan yang teratur dan
tersusun.
Soepomo juga mengusulkan tentang syarat mutlak Negara, yaitu : Daerah, rakyat, dan
pemerintahan. Mengenai dasar apa Negara Indonesia didirikan, dikemukakan tiga soal :
a. Persatuan Negara, Negara serikat, Persekutuan Negara.
b. Hubungan Antar Negara dan Agama.
c. Republik dan Monarchie.
c. Usul Soekarno. 1 Juni 1945
Dalam masa siding pertama BPUPKI hari selanjutnya, pada tanggal 1 Juni 1945 Bung
Karno mengajukan lima dasar juga bagi Negara Indonesia Merdeka, dalam pidatonya
mengenai Dasar Indonesia Merdeka. Lima dasar itu atas petunjuk seorang ahli bahasa (yaitu
Mr. Muhammad Yamin, yang pada waktu itu duduk di samping Ir. Soekarno) diberi nama
Pancasila. Lima dasar yang dilakukan Bung Karno, ialah :
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.
2. Rapat Panitia Sembilan
Panitia Sembilan atau panitia kecil merupakan tokoh-tokoh nasional, wakil-wakil
golongan Islam dan golongan Nasionalis, yaitu :
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Mohamad Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkkir
6. H. Agus Salim
7. Abikusno Tjokrosujoso
8. Mr. Achmad Soebardjo
9. Mr. Muhammad Yamin.
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan Rancangan
Mukaddimmah (Pembukaan) Hukum Dasar, yang kemudian dinamakan Jakarta charter atau
Piagam Jakarta (Oleh Mr. Muhammad Yamin). Dan di dalam rancangan mukaddimah itu
termuat pula rumusan Pancasila yang tata-urutannya tersusun secara sistematik, pada alinea
keempat bagian akhir, yaitu :
- Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Persatuan Indonesia
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
- Keadilan sosisal bagi seluruh rakyat Indonesia
Selain itu dalam piagam Jakarta pada alinea ketiga juga memuat rumusan Teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang pertama, yaitu berbunyi ;
“Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorangkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka Rakyat Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaannya”.
Rumusan kalimat yang merupakan teks Proklamasi Kemerdekaan itu adalah cetusan
hati-Nurani kebulatan tekad rakyat Indonesia untuk merdeka yang dinyatakan sebelum
Proklamasi Kemerdekaan, sehingga dapat dinamakan “Declaration of Indonesia
Independence”.
2. Masa Penetapan Pancasila
Berdasarkan Uraiyan beberapa rumusan Pancasila secara historis beserta pelbagai hal
yang mengiringinya, maka dapatlah dilihat secara jelas bahwa rumusan-rumusan lima hal
yang diberi nama Pancasila itu mempunyai inti-inti kesamaan yang merupakan pokok
pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat Negara, maupun sebagai ideologi
Negara Indonesia, walaupun ada perbedaan hanya merupakan hal-hal yang secara kebetulan
saja, karena merupakan penjelmaan bahwa manusia mempunyai perbedaan-perbedaan antara
satu dengan yang lainnya. Rumusan Pancasila sampai di Keluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli
1959 ini ada tujuh rumusan, yaitu :
1. Mr. Muhammad Yamin, tanggal 29 Mei 1945, usul dalam pidato “Asas dan Dasar
Negara Kebangsaan Republik Indonesia”, (rumusan 1).
2. Mr. Muhammad Yamin, Tanggal 29 Mei 1945, usul tertulis yang diajukan dalam
Rancangan Hukum Dasar, (rumusan 2).
3. Ir. Soekarno, Tanggal 1 Juli 1945, usul dalam pidato “Dasar Indonesia Merdeka” dengan
istilah “Pancasila” (rumusan 3).
4. Piagam Jakarta, tanggal 22 Juni 1945, dengan susunan yang sistematik hasil kesepakatan
yang pertama, (rumusan 4).
5. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tanggal 18 Agustus 1945, rumusan pertama
yang secara formal sebagai Dasar Filsafat Negara, (rumusan 5).
6. Mukaddimah KRIS 1949 tanggal 27 Desember 1949, dan Mukaddimah UUDS 1950
tanggal 17 Agustus 1950, (rumusan 6)
7. Rumusan dalam Masyarakat, seperti nomer 6, tetapi sila keempat berbunyi “Kedaulatan
Rakyat”, tidak jelas asalnya (rumusan 7).
Dengan demikian jelaslah, secara formal rumusan Pancasila yang tercantum dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945 berlaku kembali yang sebenarnya sejak Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 sudah mulai berlaku. Dengan berdasarkan Instruksi Presiden no. 12
tanggal 13 April 1968 ini, maka rumusan Pancasila yang sah dan benar dalam arti hukum
atau secara formal adalah Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Dengan demikian, maka tanggal 1 Juni 1945 hanya merupakan sekedar pemberian
nama saja, bukan hari lahirnya Pancasila. Sedang lima hal sebagai inti kesamaan pokok
pandangan hidup bangsa Indonesia itu lahir sejak manusia ada, hanya saja mereka belum
memikirkan atau mengadakan penelitian tentang pokok-pokok persoalan dalam hidup
manusia khusus bangsa Indonesia. Inti kesamaan pandangan hidup inipun bukan hasil
penelitian langsung, tetapi hasil perenungan bangsa Indonesia secara mendalam menjelang
Proklamasi Kemerdekaqan Indonesia.
2. MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA
a. Arti dan Makna sila ketuhanan Yang Maha Esa
1. Mengandung arti pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya.
3. Tidak memaksa warga Negara untuk beragama.
4. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.
5. Bertoleransi dalam beragama , dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah
menurut agamanya masing-masing.
6. Negara member fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan Iman warga Negara dan
mediator ketika terjadi konflik antar agama.
b. Arti dan Makna Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
1. Menempatkan Manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk tuhan. Maksudnya,
kemanusiaan itu mempunyai sifat Universal.
2. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Hal ini juga bersifat
Universal, dan bila diterapkan dalam masyarakat Indonesia sudah barang tentu bangsa
Indonesia menghargai hak dari setiap warga Negara dalam masyarakat Indonesia.
Konsekuensi dari hal ini, dengan sendirinya sila kemanusiaan yang adil dan beradab
mengandung prinsip menolak atau menjauhi rasialisme atau sesuatu yang bersumber pada
ras. Selanjutnya mengusahakan kebahagiaan lahir dan batin.
3. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hal ini berarti bahwa yang dituju
masyarakat Indonesia adalah keadilan dan peradaban yang tidak pasif, yaitu perlu
pelurusan dan penegakan (hukum) yang kuat jika terjadi penyimpangan-penyimpangan.
Keadilan diwujudkan dengan berdasarkan pada hukum. Prinsip keadilan dikaitkan dengan
hukum, karena keadilan harus direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Arti dan Maksud Sila Persatuan Indonesia
Pokok-pokok pikiran yang perlu difahami antara lain :
1. Nasionalisme.
2. Cinta Bangsa dan Tanah Air.
3. Menggalang persatuan dan kesatuan.
4. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna
kulit.
5. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.
d. Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Beberapa Pokok pikiran yang perlu difahami antara lain :
1. Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalm arti umum, yaitu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
2. Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu
diadakan tindakan bersama. Di sini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan
putusan bersama secara bulat. Dengan demikian berarti bahwa penentuan demokrasi yang
berdasar Pancasila adalah kebulatan mufakat sebagai hasil kebijaksanaan.
3. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Dalam hal ini perlu
diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa konsekuensi
adanya kejujuran bersama.
e. Arti dan Maksud Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Beberapa pokok pikiran yang perlu difahami antara lain :
1. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat
2. Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut
potensi masing-masing.
3. Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai dengan
bidangnya.
PENEMU KOORDINAT
TENTANG SISTEM KOORDINAT KARTESIUS
Rene Descartes
(Temuan Kecil Membawa Perubahan Besar)
Menurut ahli sejarah, Heroditus (450 M) menyatakan bahwa geometri berasal dari
Mesir. Ilmu geometri lahir dari tradisi pengukuran tanah di tepi sungai NIL. Pengukuran
tanah senantiasa dilakukan sebagai akibat banjir yang sering terjadi. Sebuah manuskrip tua
orang Mesir bertajuk Papyrus Rhind yang ditulis oleh Ahmes 200 SM—saat ini disimpan di
musium London Inggris—menginformasikan tentang aturan-aturan dan rumus-rumus untuk
mencari luas ladang dan isi gudang gandum yang digunakan waktu itu.
Orang mesir juga telah mengetahui bahwa bentuk Al-jabar ax + b = 0 secara geometri
dapat dinyatakan sebagai garis lurus. Demikian pula dengan bentuk-bentuk pangkat dua,
telah mampu merekaujudkan sebagai bentuk-bentuk seperti ellips, parabola, dan hiperbola.
Matematikawan Rane Descartes, yang lahir di sebuah Desa La Haye Prancis 1596,
adalah orang yang memiliki ketertarikan pada bidang geometri ini. Descrates telah
menemukan sebuah metode untuk menyajikan sebuah titik sebagai bilangan berpasangan
dalam sebuah bidang datar. Bilangan-bilangan tersebut terletak pada dua garis saling tegak
lurus satu dengan lainnya dan berpotongan di sebuah titik dinamakan Origin (0,0), biasanya
disimbolkan dengan huruf kapital O (0,0).
Bidang itu dinamakan bidang KOORDINAT atau lebih dikenal dengan bidang
CARTESIUS.
Bidang koordinat terbagi dalam 4 kwarter atauu kkuadran. Contoh, P adalah sebuah
titik (3,5). Bilangan 3 dinamakan koordinat x untuk P, dan bilangan 5 dinamakan koordinat y
utnuk P. Selanjutnya koordinat y disebut ordinat.
Dengan kelahiran bidang koordinat, terjadilah revolusi besar dalam bidang
matematika. Dengan cerdasnya Descartes menyajikan bentuk-bentuk al-jabar yang dilahirkan
oleh orang-orang Mesir dan Khawarizmi ke dalam bentuk permasalah goemetri secara
sistematik.
Descartes mampu “mengahadirkan dan menjerat” pengetahuan matematika masa
lampau kedalam sistem koordinatnya. Kini Al-jabarnya ornga-orang Mesir dan Khawarizmi
hadir tidak lagi sebagai bentuk bangun belaka melainkan muncul sebagai bentuk yang
lengkap dengan koordinatnya.
Pada tahun 1649, Ratu Cristina mengundang Descartes ke Stockholm Swedia guna
mengajarinya ilmu filsafat. Dalam pandangan hidupnya, Descartes menolak untuk
mempercayai segala sesuatu sampai dia bisa membangun atau menemukan landasan untuk
mempercayai hal itu sebagai sebuah kebenaran. Pandangan Descartes yang paling terkenal
adalah “Cagito, ego Sum” (saya berfikir oleh karenanya saya ada). Pada tehun 1650,
Descartes meninggal dalam undangan Ratu Cristina di Swedia tersebut.
Sistem koordinat Kartesius
Gambar 1 - Sistem koordinat Kartesius. Terdapat empat titik yang ditandai: (2,3) titik hijau, (-3,1)
titik merah, (-1.5,-2.5) titik biru, dan (0,0), titik asal, yang berwarna ungu.
Dalam matematika, Sistem koordinat Kartesius digunakan untuk menentukan tiap
titik dalam bidang dengan menggunakan dua bilangan yang biasa disebut koordinat x dan
koordinat y dari titik tersebut.
Untuk mendefinisikan koordinat diperlukan dua garis berarah yang tegak lurus satu
sama lain (sumbu x dan sumbu y), dan panjang unit, yang dibuat tanda-tanda pada kedua
sumbu tersebut (lihat Gambar 1).
Sistem koordinat Kartesius dapat pula digunakan pada dimensi-dimensi yang lebih
tinggi, seperti 3 dimensi, dengan menggunakan tiga sumbu (sumbu x, y, dan z).
Gambar 2 - Sistem koordinat Kartesius disertai lingkaran merah yang berjari-jari 2 yang berpusat
pada titik asal (0,0). Persamaan lingkaran merah ini adalah x² + y² = 4.
Dengan menggunakan sistem koordinat Kartesius, bentuk-bentuk geometri seperti
kurva dapat diekspresikan dengan persamaan aljabar. Sebagai contoh, lingkaran yang berjari-
jari 2 dapat diekspresikan dengan persamaan x² + y² = 4 (lihat Gambar 2).
Istilah Kartesius digunakan untuk mengenang ahli matematika sekaligus filsuf dari
Perancis Descartes, yang perannya besar dalam menggabungkan aljabar dan geometri
(Cartesius adalah latinisasi untuk Descartes). Hasil kerjanya sangat berpengaruh dalam
perkembangan geometri analitik, kalkulus, dan kartografi.
Ide dasar sistem ini dikembangkan pada tahun 1637 dalam dua tulisan karya
Descartes. Pada bagian kedua dari tulisannya Discourse on Method, ia memperkenalkan ide
baru untuk menggambarkan posisi titik atau obyek pada sebuah permukaan, dengan
menggunakan dua sumbu yang bertegak lurus antar satu dengan yang lain. Dalam tulisannya
yang lain, La Géométrie, ia memperdalam konsep-konsep yang telah dikembangkannya.
Lihat koordinat (matematika) untuk sistem-sistem koordinat lain seperti sistem
koordinat polar.
Sistem koordinat dua dimensi
Sistem koordinat Kartesius dalam dua dimensi umumnya didefinisikan dengan dua
sumbu yang saling bertegak lurus antar satu dengan yang lain, yang keduanya terletak pada
satu bidang (bidang xy). Sumbu horizontal diberi label x, dan sumbu vertikal diberi label y.
Pada sistem koordinat tiga dimensi, ditambahkan sumbu yang lain yang sering diberi label z.
Sumbu-sumbu tersebut ortogonal antar satu dengan yang lain. (Satu sumbu dengan sumbu
lain bertegak lurus.)
Titik pertemuan antara kedua sumbu, titik asal, umumnya diberi label 0. Setiap sumbu
juga mempunyai besaran panjang unit, dan setiap panjang tersebut diberi tanda dan ini
membentuk semacam grid. Untuk mendeskripsikan suatu titik tertentu dalam sistem
koordinat dua dimensi, nilai x ditulis (absis), lalu diikuti dengan nilai y (ordinat). Dengan
demikian, format yang dipakai selalu (x,y) dan urutannya tidak dibalik-balik.
Gambar 3 - Keempat kuadran sistem koordinat Kartesius. Panah yang ada pada sumbu berarti panjang
sumbunya tak terhingga pada arah panah tersebut.
Pilihan huruf-huruf didasari oleh konvensi, yaitu huruf-huruf yang dekat akhir (seperti
x dan y) digunakan untuk menandakan variabel dengan nilai yang tak diketahui, sedangkan
huruf-huruf yang lebih dekat awal digunakan untuk menandakan nilai yang diketahui.
Sebagai contoh, pada Gambar 3, titik P berada pada koordinat (3,5).
Karena kedua sumbu bertegak lurus satu sama lain, bidang xy terbagi menjadi empat
bagian yang disebut kuadran, yang pada Gambar 3 ditandai dengan angka I, II, III, dan IV.
Menurut konvensi yang berlaku, keempat kuadran diurutkan mulai dari yang kanan atas
(kuadran I), melingkar melawan arah jarum jam (lihat Gambar 3). Pada kuadran I, kedua
koordinat (x dan y) bernilai positif. Pada kuadran II, koordinat x bernilai negatif dan
koordinat y bernilai positif. Pada kuadran III, kedua koordinat bernilai negatif, dan pada
kuadran IV, koordinat x bernilai positif dan y negatif (lihat tabel dibawah ini).
Kuadran nilai x nilai y
I > 0 > 0
II < 0 > 0
III < 0 < 0
IV > 0 < 0
Top Related