perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SAJAK-SAJAK BHRE WIJAYA
TENTANG CINTA, MENUNGGU, DAN KECEWA
DALAM ANTOLOGI PUISI DAN BULETIN SASTRA
(Sebuah Tinjauan Semiotik)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
DHESY EKA NURCAHYANTI
C0208019
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERNYATAAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Nama : Dhesy Eka Nurcahyanti
NIM : C0208019
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Sajak-Sajak Bhre
Wijaya tentang Cinta, Menunggu, dan Kecewa dalam Antologi Puisi dan Buletin
Sastra (Sebuah Tinjauan Semiotik) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat,
dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi
ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh
dari skripsi tersebut.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan,
Dhesy Eka Nurcahyanti
MOTTO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Kemenangan terbesar adalah ketika kita dapat mengalahkan diri sendiri
(Penulis)
Sebuah keharusan untuk berkata bahwa kita sanggup
(Penulis)
Perjalanan saya bukan tanpa tujuan
(Penulis)
Yakin dan percaya bahwa kita harus bisa
(Penulis)
PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Bapak dan Ibuku
Adik-adikku
Seseorang yang selalu mendukungku
Almamaterku
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, yang telah
melimpahkan rahmat, kesabaran, serta kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sajak-Sajak Bhre Wijaya tentang Cinta,
Menunggu, dan Kecewa dalam Antologi Puisi dan Buletin Sastra” (Sebuah
Tinjauan Semiotik).
Kerja keras penulis tidak akan berarti tanpa adanya bantuan, motivasi,
bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang dengan sabar memberikan petunjuk dan saran bagi penulis serta
mahasiswa yang lain.
3. Dra. Chattri S W, M.Hum., selaku pembimbing akademik yang dengan
sabar memberikan petunjuk serta saran bagi penulis serta mahasiswa
yang lain.
4. Dra. Murtini, M.S., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan memberikan motivasi serta saran kepada
penulis selama konsultasi penulisan skripsi ini.
5. Drs. Wiranta, M.S., selaku penelaah yang memberikan kepercayaan
serta kebebasan penulis untuk menentukan proposal skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
6. Kedua orang tuaku yang selalu mendukung penulis dengan
memberikan doa, semangat, dan materi.
7. Kakak tercinta sekaligus sahabat setia yang selalu mendukung penulis
sampai titik darah penghabisan, Roni Koboy Kupluk.
8. Teman-teman senasib seperjuangan di Sastra: Limbat, Juphrie, dan
Bro. Terima kasih atas bantuan, motivasi, dan dukungannya selama
ini.
9. Teman-teman angkatan 2008 yang memberikan semangat untuk tetap
maju.
10. Teman-teman Teater Tesa yang telah memberikan begitu banyak
pelajaran dan kenangan berharga, yang tidak akan penulis lupakan
seumur hidup.
Penulis sadar bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan untuk
menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
HALAMAN JUDUL …………………………………………………......... i
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….. iii
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………….. iv
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………… v
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………... vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xv
ABSTRAK …………………………………………………………….…… xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………...…........... 1
B. Pembatasan Masalah …………………………………...……… 7
C. Rumusan Masalah ……………………………………………... 7
D. Tujuan Penelitian …………………………………………….... 7
E. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 8
F. Sistematika Penulisan …………………………………………. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka ………………………………………………..... 10
B. Landasan Teori ………………………………………………… 12
1. Ketaklangsungan Ekspresi Puisi ………………………….. 13
a. Penggantian Arti (Displacing of Meaning) …………... 13
b. Penyimpangan Arti (Distorsing of Meaning) ………... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
c. Penciptaan Arti (Creating of Meaning) ……………… 14
2. Peranan Pembaca dalam Puisi …………………………..... 14
3. Peranan Penulis dalam Puisi ……………………………... 15
4. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik …………………... 15
5. Hipogram ………………………………………………..... 16
6. Matriks …………………………………………………..... 17
7. Gaya Bahasa Retoris …………………………………….... 17
a. Hiperbola …………………………………………...... 17
b. Litotes ……………………………………………....... 17
c. Erotesis atau pertanyaan retoris …………………….... 18
8. Gaya Bahasa Kiasan ……………………………………… 18
a. Personifikasi ………………………………………….. 18
b. Epitet …………………………………………………. 18
c. Sinekdoke …………………………………………….. 18
d. Persamaan atau simile ………………………………... 19
e. Metafora ……………………………………………… 19
f. Ironi …………………………………………………... 19
g. Metonimia ……………………………………………. 19
C. Kerangka Pikir ………………………………………………… 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ……………………………………………... 21
B. Pendekatan …………………………………………………….. 21
C. Objek Penelitian ……………………………………………….. 21
D. Data …………………………………………….……………… 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
E. Sumber Data ……………………….………………………….. 22
F. Teknik Pengumpulan Data ………………...………...………… 23
G. Teknik Analisis Data ………………………………………………… 23
1. Tahap Deskripsi …….……..……………………………………. 23
2. Tahap Analisis ……………………………………...…….. 23
3. Tahap Evaluasi …………………………………………………. 24
H. Teknik Penarikan Kesimpulan ………………………………………. 24
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Sajak-Sajak Bhre Wijaya tentang Cinta, Menunggu,
dan Kecewa dalam Antologi Puisi dan Buletin Sastra …………
25
1. Puisi dalam hujan bulan juni ………………………...…… 25
a. Ketaklangsungan Ekspresi Puisi ………………………… 26
1) Penggantian Arti (Displacing of Meaning) …………. 26
2) Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning) ……. 27
3) Penciptaan Arti (Creating of Meaning) …………. 29
b. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik ……………… 32
c. Hipogram …………………………………………….. 34
d. Matriks ……………………………………………….. 35
2. Puisi Senja di Boulevard 1 ………………………………... 36
a. Ketaklangsungan Ekspresi Puisi ……………………... 37
1) Penggantian Arti (Displacing of Meaning) ……… 37
2) Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning) ……. 39
3) Penciptaan Arti (Creating of Meaning) …………. 40
b. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik ……………… 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
c. Hipogram …………………………………………….. 46
d. Matriks ……………………………………………….. 48
3. Puisi KACA JENDELA TERPAHAT ……………….….….. 49
a. Ketaklangsungan Ekspresi Puisi ……………………... 49
1) Penggantian Arti (Displacing of Meaning) ……… 50
2) Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning) …… 51
3) Penciptaan Arti (Creating of Meaning) …………. 52
b. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik ……………… 55
c. Hipogram …………………………………………….. 57
d. Matriks ……………………………………………….. 59
4. Puisi KEMANAKAH STASIUN BERIKUTNYA …………... 61
a. Ketaklangsungan Ekspresi Puisi ……………………... 61
1) Penggantian Arti (Displacing of Meaning) ……… 61
2) Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning) …… 62
3) Penciptaan Arti (Creating of Meaning) …………. 63
b. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik ……………… 66
c. Hipogram …………………………………………….. 67
d. Matriks ……………………………………………….. 70
5. Puisi Hujan telah membunuh bangku …………………….. 70
a. Ketaklangsungan Ekspresi Puisi ……………………... 71
1) Penggantian Arti (Displacing of Meaning) ……… 71
2) Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning) …… 72
3) Penciptaan Arti (Creating of Meaning) …………. 74
b. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik ……………… 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
c. Hipogram …………………………………………….. 79
d. Matriks ……………………………………………….. 81
6. Puisi Apa kamu baik-baik saja? ………………………...… 82
a. Ketaklangsungan Ekspresi Puisi ……………………... 82
1) Penggantian Arti (Displacing of Meaning) ……… 83
2) Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning) …… 84
3) Penciptaan Arti (Creating of Meaning) …………. 86
b. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik ……………… 88
c. Hipogram …………………………………………….. 90
d. Matriks ……………………………………………….. 92
7. Puisi Bahasa adalah hantu yang terdampar …………...…. 93
a. Ketaklangsungan Ekspresi Puisi ……………………... 92
1) Penggantian Arti (Displacing of Meaning) ……… 94
2) Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning) …… 94
3) Penciptaan Arti (Creating of Meaning) …………. 96
b. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik ……………… 98
c. Hipogram …………………………………………….. 99
d. Matriks ……………………………………………….. 102
8. Puisi Angkaangka semakin jauh mengembara …………. 103
a. Ketaklangsungan Ekspresi Puisi ……………………... 103
1) Penggantian Arti (Displacing of Meaning) ……… 103
2) Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning) …… 104
3) Penciptaan Arti (Creating of Meaning) …………. 106
b. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik ……………… 110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
c. Hipogram …………………………………………….. 111
d. Matriks ……………………………………………….. 113
9. Penyimpangan Budaya dalam Kedelapan Puisi Bhre
Wijaya ……..........................................................................
114
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………. 116
B. Saran …………………………………………………………… 119
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 120
LAMPIRAN ………………………………………………………………... 123
DAFTAR LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 1. Biografi Bhre Wijaya ………………………………………… 123
Lampiran 2. Sajak-Sajak Bhre Wijaya ……………………………………... 125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan pengaplikasian dari buah imajinasi pengarang.
Salah satu bentuk karya sastra yang masih mempertahankan eksistensinya sampai
sekarang adalah puisi. Menurut Slamet Mulyana (dalam Atar Semi, 1993:93),
puisi adalah sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang tersaring semurni-
murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya,
tersusun dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk. Teeuw
(1984:183), mengatakan puisi sebagai salah satu bentuk estetik dan pendidikan,
maka tujuan penyair harus menggabungkan yang bermanfaat dan yang enak.
Dewasa ini, puisi Indonesia semakin berkembang dengan beragam tema,
isi dan bentuk. Puisi tersebut memiliki daya tarik serta kekhasan masing-masing.
Begitupun dengan penyairnya, setali tiga uang, mereka juga berlomba-lomba
untuk menonjolkan gayanya masing-masing.
Banyak penyair muda daerah bermunculan yang kemampuannya telah
dianggap “mumpuni” untuk menjadi penyair berbakat. Kualitas karya-karya
penyair daerah ini belum tentu lebih rendah dari para penyair yang sudah mapan.
Mereka dianggap memiliki kemampuan dalam menciptakan syair serta
keproduktivitasan yang tidak kalah dengan penyair senior sehingga dikatakan
bahwa mereka memiliki kemampuan yang “mumpuni”. Tapi sayang, kebanyakan
dari para penyair tersebut kurang dikenal di masyarakat. Di beberapa daerah,
banyak penyair muda berbakat tapi keproduktivitasan mereka akan berujung pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kematian kreativitas. Hal ini dikarenakan tidak ada tempat bagi mereka untuk
menunjukkan eksistensi mereka kepada masyarakat. Melihat kondisi seperti ini,
maka peran antologi-antologi puisi dan buletin sastra bisa menjadi wadah yang
tepat untuk menunjukkan eksistensi mereka sebagai bukti untuk menunjukkan
karya mereka ke khalayak (Yuditeha, 2008:2).
Salah satu penyair muda yang memiliki bakat luar biasa adalah Brehita
Mustika Wijaya atau yang biasa disebut Bhre Wijaya. Sejak kecil Bhre Wijaya
sudah terbiasa menulis puisi, meskipun puisi-puisi tersebut tidak pernah
dipublikasikan. Bakatnya mulai terlihat ketika pada tahun 2005 menjadi
pemenang sayembara penulisan puisi Gramedia.
Penyair kelahiran Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah ini sudah aktif
mengikuti kegiatan yang berorientasi pada seni dan sastra sejak masih remaja.
Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, Bhre Wijaya banyak mengikuti
lomba penciptaan puisi, di antaranya lomba penulisan puisi tingkat SMA dalam
rangka HUT Teater Gadhang Fakultas Ekonomi UNS tahun 2007 dan menjadi
juara pertama. Di tahun yang sama, Bhre Wijaya juga memenangkan lomba
menulis puisi tingkat SMA se-eks Karesidenan Surakarta. Meskipun telah
memenangkan beberapa perlombaan, namun Bhre Wijaya mengaku lupa dengan
peristiwa yang membanggakan tersebut, tidak terkecuali puisi apa saja yang
membuatnya menjadi pemenang.
Menurut prediksi buletin sastra Pawon, Bhre Wijaya memiliki
kemampuan yang apabila dikembangkan maka akan menjadi penyair yang
mumpuni (Joko Sumantri, 2007:17). Kualitas karya Bhre Wijaya pun sudah tidak
diragukan lagi meskipun ia kurang dikenal di masyarakat. Menurut peneliti, faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang menyebabkan Bhre Wijaya kurang dikenal di masyarakat adalah kurangnya
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap penyair-penyair di sekitarnya. Pola
berpikir masyarakat masih terkungkung oleh nama besar dari penyair-penyair
yang sudah diakui pada zamannya sehingga turut memicu lambatnya proses
pengenalan masyarakat terhadap penyair baru. Menurut Bhre Wijaya, hal tersebut
disebabkan masyarakat belum mengakui keberadaan penyair muda di sekitarnya.
Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa penyair muda belum mempunyai
kemampuan bila dibandingkan dengan penyair-penyair sebelumnya. Selain itu,
faktor utama yang menyebabkan penyair muda kurang dikenal adalah tidak
adanya pengenalan penyair-penyair muda kepada generasi muda sehingga mereka
hanya mengenal penyair dari satu masa saja.
Kecintaannya di dunia seni dan sastra tersalurkan ketika Bhre Wijaya
masuk di beberapa organisasi seni dan sastra. Sejak SMA, Bhre Wijaya bergiat di
Teater Nglilir Karanganyar, Kelompok Bandul Nusantara, Himpunan Pengarang
Karanganyar Ayo Nulis!, dan media sastra Rumput. Semenjak memasuki tahun
pertama kuliah di program diploma Sastra Inggris FSSR UNS pada tahun 2007,
Bhre Wijaya langsung bergabung dengan Teater Tesa FSSR UNS.
Dunia perkuliahan seakan menjadi pembuktian terhadap keproduktivitasan
Bhre Wijaya dalam jagat seni dan sastra. Sejumlah karyanya telah dibukukan
dalam antologi bersama dan mulai muncul di sejumlah media. Tidak hanya itu,
Bhre Wijaya sering mengikuti temu penyair antarkota dan diundang dalam
beberapa diskusi sastra, misalnya temu penyair antarkota di Taman Budaya Jawa
Tengah (2008, 2009, 2010) dan pernah diundang sebagai pembicara di Hysteria
tahun 2009. Bhre Wijaya juga aktif dalam kegiatan kesastraan, misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
mengikuti workshop sastra nasional di Taman Budaya Jawa Tengah (2006, 2008),
kongres sastra nasional di Kudus (2008), sastra balik desa (2008), dan masih
banyak lagi.
Meskipun karya-karyanya belum pernah dibukukan dalam satu antologi
khusus, namun beberapa karyanya sudah muncul dalam beberapa surat kabar
harian ternama, antologi puisi, dan buletin sastra. Bahkan dalam antologi puisi
Redi Lawu (2009) yang diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah, nama Bhre
Wijaya disandingkan dengan beberapa penyair terkenal yang tidak asing lagi,
seperti Bandung Mawardi, Danarto, Gusmel Riyadh, dll.
Karya-karya Bhre Wijaya pernah dimuat di Suara Merdeka, Joglo Semar,
buletin sastra Pawon, media sastra Rumput, buletin sastra Hysteria, buletin Alis,
tabloid Retal dan News Letters Offstage. Selain itu, karya-karyanya juga
tergabung dalam antologi puisi bersama Puisi Absolut (Gerilya Peradaban, 2007),
Pendhapa 4 (Taman Budaya Jawa Tengah, 2007), Penikmat Kata (UNS Press,
2007), Antologi Temu Penyair Antar Kota (Taman Budaya Jawa Tengah, 2008),
Redi Lawu (Taman Budaya Jawa Tengah, 2009), Secangkir Kopi dan Puisi
(Taman Budaya Jawa Tengah, 2009), Kursi Yang Malas Menunggu (Taman
Budaya Jawa Tengah, 2010).
Sebagai pembaca puisi, peneliti memaknai puisi-puisi Bhre Wijaya
berdasarkan interpretasi peneliti. Penyair tidak berhak ikut campur atas
perbedaan-perbedaan atau pertentangan-pertentangan dalam menafsirkan teks.
Dikaitkan dengan makna estetis karya seni, perbedaan tersebut merupakan
interpretasi sebagaimana yang dihasilkan oleh karya tersebut (Sri Wahyuningtyas
dan Wijaya Heru Santosa, 2011:185).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti puisi-puisi karya Bhre
Wijaya karena puisi tersebut menggunakan pilihan kata yang cukup menarik,
segar, dan variatif. Pemilihan kata dalam puisi Bhre Wijaya menjadi menarik
karena berbeda dengan orang lain. Dalam proses menulis puisi, Bhre Wijaya tidak
serta merta melampiaskan perasaan dengan sekaligus menyelesaikan puisinya.
Puisi Bhre Wijaya ditulis bukan berdasarkan emosi sesaat, melainkan setelah
melalui proses pengendapan yang cukup panjang. Hal tersebut dikarenakan Bhre
Wijaya lebih memilih untuk menghargai perasaannya atas dasar estetika.
Pemilihan kata yang telah melewati proses pengendapan cukup panjang kemudian
dihadirkan Bhre Wijaya dalam bentuk kata yang lebih variatif. Peneliti
menemukan beberapa kata yang mengalami pengembangan makna dan tidak
sesuai dengan penulisan ejaan yang baik dan benar. Selain itu, puisi Bhre Wijaya
diciptakan dengan mengambil tema-tema kecil yang ada di sekitar. Hal ini
menjadikan puisi Bhre Wijaya lebih segar karena penggambaran puisi yang
disuguhkan berasal dari hal-hal yang dianggap remeh oleh masyarakat.
Peneliti mengambil puisi Bhre Wijaya dari beberapa antologi puisi yang
diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah dan buletin sastra lokal di kota Solo
dan sekitarnya. Adapun puisi yang diteliti adalah dalam hujan bulan juni, Senja
di Boulevard 1, KACA JENDELA TERPAHAT, KEMANAKAH STASIUN
BERIKUTNYA, Hujan telah membunuh bangku, Apa kamu baik-baik saja?,
Bahasa adalah hantu yang terdampar, Angkaangka semakin jauh mengembara.
Penelitian ini fokus pada puisi dengan tema : cinta, menunggu, dan kecewa
karena persoalan tentang ketiga hal tersebut sangat lekat dengan kehidupan dan
siapapun pasti pernah diposisikan pada keadaan cinta, menunggu, dan kecewa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Terkadang cinta menjadi sangat rumit ketika seseorang diposisikan ke
dalam lingkaran cinta. Cinta tidak hanya memiliki pengertian kepada hubungan
kasih antara dua insan manusia, laki-laki dan perempuan, tetapi dapat juga
diinterpretasikan secara universal atau umum. Cinta menjadi menarik untuk
diungkapkan ketika cinta itu disampaikan dengan cara yang tidak biasa. Salah
satunya adalah mengungkapkan cinta dalam bentuk sajak.
Pengertian cinta tidak terbatas pada cinta yang manis, penuh dengan
keindahan dan kebahagiaan. Cinta bisa mendatangkan kesedihan ketika cinta
mengharuskan seseorang untuk menunggu sehingga berubah menjadi sebuah
kekecewaan. Persoalan menunggu dan kecewa menjadi menarik karena selalu
berhubungan satu sama lain.
Membicarakan puisi berarti mengungkapkan makna yang terkandung di
dalamnya. Makna sebuah puisi bisa berbeda tergantung dari interpretasi dari
masing-masing pembaca. Makna tersebut juga bisa diketahui dari tanda-tanda
yang ada dalam puisi. Untuk menafsirkan tanda-tanda tersebut maka digunakanlah
pendekatan semiotik. Peneliti menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre dalam
menemukan kekuatan tanda dengan menggunakan tahap analisis ketaklangsungan
ekspresi puisi, pembacaan heuristik dan hermeneutik, hipogram, matriks serta
makna ungkapan cinta, menunggu, dan kecewa yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian dengan judul Sajak-Sajak
Bhre Wijaya tentang Cinta, Menunggu, dan Kecewa dalam Antologi Puisi dan
Buletin Sastra (Sebuah Tinjauan Semiotik) diharapkan dapat menuntun pembaca
untuk memecahkan tanda-tanda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi permasalahan pada kekuatan tanda yang terdapat
dalam puisi tentang cinta, menunggu, dan kecewa karya Bhre Wijaya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah yang akan menjadi objek penelitian, yaitu:
1. Bagaimana penggambaran cinta, menunggu, dan kecewa yang meliputi
unsur-unsur ketaklangsungan ekspresi puisi, pembacaan heuristik dan
hermeneutik, hipogram, serta matriks pada kedelapan puisi yang menjadi
objek kajian?
2. Bagaimana makna ungkapan cinta, menunggu, dan kecewa pada kedelapan
puisi yang menjadi objek kajian?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menemukan penggambaran cinta, menunggu, dan kecewa yang
meliputi unsur-unsur ketaklangsungan ekspresi puisi, pembacaan
heuristik dan hermeneutik, hipogram, serta matriks pada kedelapan puisi
yang menjadi objek kajian.
2. Untuk menemukan makna ungkapan cinta, menunggu, dan kecewa pada
kedelapan puisi yang menjadi objek kajian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini pada hakikatnya diharapkan dapat memberi manfaat, baik
secara teoretis maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dalam
mengaplikasikan teori khususnya dengan menggunakan pendekatan semiotik.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk lebih
memahami isi dan makna puisi karya Bhre Wijaya
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa mengangkat nama Bhre Wijaya sebagai
penyair daerah yang kurang dikenal di masyarakat. Selain itu, pembaca
diharapkan mampu menyikapi berbagai persoalan tentang cinta, menunggu, dan
kecewa setelah membaca puisi karya Bhre Wijaya. Setiap orang di dunia ini pasti
pernah mengalami hal yang kurang menyenangkan tentang ketiga hal tersebut.
Diharapkan pembaca lebih peduli terhadap orang lain di sekitarnya.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk
memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun
sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut.
Bab I adalah pendahuluan yang berisi latar belakang peneliti mengambil
kajian semiotika untuk meneliti puisi Bhre Wijaya. Pembatasan masalah berupa
kekuatan tanda dalam puisi Bhre Wijaya. Rumusan masalah berupa pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
mengenai ketaklangsungan ekspresi puisi, pembacaan heuristik dan hermeneutik,
hipogram, serta makna ungkapan cinta, menunggu dan kecewa pada puisi Bhre
Wijaya. Tujuan penelitian berguna untuk menjawab rumusan masalah. Manfaat
penelitian yang diharapkan dapat menambah khazanah penelitian terutama puisi
dengan menggunakan pendekatan semiotik, dan sistematika penulisan untuk
memudahkan dalam proses analisis permasalahan sehingga lebih sistematis.
Bab II adalah kajian pustaka dan kerangka pikir. Kajian pustaka berisi
penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini serta landasan teori
yang terdiri dari teori semiotik Riffaterre yaitu konvensi ketaklangsungan ekspresi
serta konvensi-konvensi tambahan seperti pembacaan heuristik dan hermeneutik,
hipogram, serta matriks. Kerangka pikir berisi tentang langkah kerja yang akan
digunakan untuk menganalisis puisi Bhre Wijaya.
Bab III adalah metode penelitian yang memberikan gambaran proses
penelitian yang di dalamnya diuraikan mengenai metode penelitian, pendekatan
yang digunakan, objek penelitian, data, sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, dan teknik penarikan kesimpulan.
Bab IV berisi analisis puisi Bhre Wijaya tentang cinta, menunggu, dan
kecewa yang tergabung dalam antologi puisi dan buletin sastra dengan
menggunakan pendekatan semiotik. Tahap yang dilakukan dalam analisis yaitu
mencari bentuk ketaklangsungan ekspresi puisi, pembacaan heuristik dan
hermeneutik, serta dilanjutkan dengan penelusuran hipogram, matriks dan makna
yang terkandung di dalamnya.
Bab V adalah penutup yang berisi simpulan dari hasil analisis dan
dilengkapi dengan saran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
Karya tulis atau karangan tentang sajak-sajak Bhre Wijaya adalah sebuah
esai yang ditulis oleh Mutia Sukma (2011) berjudul “Memasuki Rumah dan
Menjumpai Ibu Bhre Wijaya” pada suatu diskusi sastra yang diadakan oleh
Komunitas Tanggul Budaya. Esai ini difokuskan pada puisi Bhre Wijaya yang
temanya mengarah ke idiom-idiom rumah. Puisi tersebut antara lain : Bianglala
dan Fotofoto di Ruang Tamu, Jalan yang Lengang, Kaca Jendela Terpahat, Kita
Musti Menutup Jendela, Kita Tak Hendak Pergi ke Luar Rumah Bukan?, Maaf
Aku Singgah Sebentar, Menanti Kabar, Menu Makan Malam, Percakapan yang
Mengental di Ruang Tamu, Berakhirlah pada Lenganku, Orkestra Kursi Kosong,
di Windu Jenar, Peta, Pulanglah Bersama Hujan Sayang, Sayatansayatan Itu
Semakin Gugur, Pulas Tidur yang Siasia, Sebentar Lagi Air akan Surut, Sebuah
Musim akan Berakhir, Selanjutnya: Aku, dan Aku Sembunyi di Ketiak Ibu.
Dalam esainya, Mutia Sukma menuliskan telah menemukan pledoi Bhre
Wijaya atas sajak-sajaknya yang kerap membicarakan rumah dalam puisinya.
Konsistensi puisi Bhre Wijaya yang digarap dengan idiom-idiom rumah berfungsi
untuk memetaforakan berbagai macam hal yang ingin dikatakan Bhre Wijaya
pada puisi-puisinya, seperti kebahagiaan, keraguan, rasa cinta ataupun rasa marah
dengan benda-benda yang ada di dalam rumah, seperti ruangan, meja, kursi,
jendela, pintu, dsb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Menurut Sukma, berbeda dengan idiom-idiom rumah yang dibangun Bhre
Wijaya sebelumnya, posisi ibu menjadi sangat penting sebagai sosok tempat
mengadu serta mengayomi. Posisi ibu terwakili pada puisi Sebentar Lagi Air akan
Surut, di Windu Jenar, Bianglala dan Fotofoto di Ruang Tamu, dan Aku
Sembunyi di Ketiak Ibu.
Sukma menganggap pilihan Bhre Wijaya untuk memilih idiom rumah
merupakan bentuk ketidakberanian Bhre Wijaya secara psikologis dalam
menghadapi banyak hal. Meskipun demikian, Mutia Sukma merasa tidak boleh
semena-mena mengatakan bahwa puisi Bhre Wijaya adalah representasi atas
sikapnya sehari-hari.
Adapun penelitian terdahulu tentang sajak bermakna cinta dengan
menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre adalah penelitian yang dilakukan
oleh Alfian Setya N (2009) berjudul “Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko
Damono (Sebuah Pendekatan Semiotik)”, sebagai skripsi sarjana Fakultas Sastra
dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini difokuskan
pada sajak-sajak bermakna cinta karya Sapardi Djoko Damono. Dia meneliti
delapan puisi karya Sapardi yang mengungkapkan perasaan cinta. Puisi tersebut
antara lain Sonet: Hai! Jangan Kau Patahkan, Ketika Jari-Jari Bunga Terbuka,
Perkawinan, Hujan Bulan Juni, Aku Ingin, Sajak-Sajak Empat Seruntai, Di
Restoran, dan Dalam Doaku.
Penelitian yang dilakukan oleh Alfian ini menyimpulkan bahwa
setidaknya ada lima makna ungkapan cinta dalam kedelapan puisi karya Sapardi
tersebut. Ungkapan cinta tersebut antara lain ungkapan cinta Tuhan terhadap
segala alam serta cinta Tuhan kepada makhluk-Nya yang terdapat dalam puisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Sonet: Hai! Jangan Kau Patahkan, kekecewaan terhadap cinta yang terdapat
dalam puisi Ketika Jari-Jari Bunga Terbuka dan Di Restoran, kegagalan dalam
mempertahankan cinta yang terdapat dalam puisi Sajak-Sajak Empat Seruntai,
suasana dalam proses bercinta yang terdapat dalam puisi perkawinan, serta
kekuatan cinta yang tulus dan suci dalam puisi Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, dan
Dalam Doaku.
Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre, dengan
analisis melalui beberapa tahapan, yaitu pembacaan heuristik dan hermeneutik,
hipogram, matriks, serta makna ungkapan cinta dalam beberapa puisi karya
Sapardi.
B. Landasan Teori
Sebagai tanda, karya sastra merupakan dunia dalam kata yang dapat dilihat
sebagai sarana komunikasi antara pembaca dan pengarang. Karya sastra bukan
merupakan sarana komunikasi biasa. Oleh karena itulah, karya sastra dapat
dipandang sebagai gejala semiotik (Teeuw, 1984:43).
Semiotik merupakan disiplin yang meneliti semua bentuk komunikasi
dengan menggunakan tanda yang didasarkan pada sistem-sistem tanda (Segers
dalam Sangidu, 2004:18). Atas dasar pengertian tersebut, maka karya sastra jenis
apapun dapat dipandang sebagai gejala semiotik atau sebagai tanda (Sangidu,
2004:18).
Dalam semiotik, arti bahasa tingkat pertama disebut „meaning‟ atau arti.
Namun, dalam karya sastra sendiri dapat ditemukan sistem tanda yang lebih tinggi
kedudukannya daripada bahasa. Dalam karya sastra, arti kata-kata (bahasa)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
ditentukan oleh konvensi sastra (Sri Wahyuningtyas dan Wijaya Heru Santosa,
2011:185).
Karya sastra merupakan sistem semiotik tingkat kedua yang
mempergunakan bahan bahasa sebagai sistem semiotik tingkat pertama (Rachmat
Djoko Pradopo, 1995:146). Menurut Riffaterre, puisi itu menyatakan sesuatu
secara tidak langsung sehingga untuk mendapatkan makna karya sastra maka
diperlukan konvensi-konvensi untuk memproduksi makna. Konvensi tersebut
antara lain:
1. Konvensi ketaklangsungan makna kata dihasilkan oleh tiga hal yaitu
penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of
meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning) (Riffaterre, 1978: 2).
a. Penggantian Arti (displacing of meaning)
Penggantian arti terjadi bila tanda bergeser dari satu makna ke makna lain
dan bila satu kata “mengacu pada” kata lain, sebagaimana terjadi dengan metafora
dan metonimi (Riffaterre, 1978:2). Metafora dan metonimi merupakan bahasa
kiasan yang sangat penting untuk menggantikan bahasa kiasan lainnya (Rachmat
Djoko Pradopo, 1995:124).
b. Penyimpangan Arti (distorting of meaning)
Penyimpangan arti dalam karya sastra disebabkan oleh tiga hal, yaitu
ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense.
Pertama, ambiguitas disebabkan oleh bahasa sastra itu memiliki arti ganda
(Rachmat Djoko Pradopo, 1995:125). Ambiguitas adalah keragu-raguan atau
ketidakpastian dalam menafsirkan makna atau ungkapan dalam karya sastra
karena adanya beberapa kemungkinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Kedua, kontradiksi berarti mengandung pertentangan yang disebabkan
oleh paradoks atau ironi. Paradoks adalah kata-kata yang diucapkan berlawanan
artinya dengan yang dimaksudkan untuk menghaluskan tuturan (Atar Semi, 1993:
55). Ironi adalah majas yang menyatakan pertentangan dengan makna
sesungguhnya. Ironi menyatakan suatu hal secara kebalikan, biasanya untuk
mengejek atau menyindir suatu keadaan (Rachmat Djoko Pradopo, 1995:126).
Ketiga, nonsense merupakan bentuk kata-kata yang tidak mempunyai arti
karena hanya berupa rangkaian bunyi. Akan tetapi, dalam puisi, nonsense itu
memiliki makna sehingga dapat menimbulkan asosiasi-asosiasi tertentu.
c. Penciptaan Arti (creating of meaning)
Penciptaan arti merupakan konvensi kepuitisan yang berupa bentuk visual
yang secara linguistik tidak mempunyai arti, tetapi menimbulkan makna dalam
karya sastra (puisi). Jadi, penciptaan arti ini merupakan organisasi teks di luar
linguistik, diantaranya pembaitan, enjambement, persajakan, tipografi, dam
homologues (Rachmat Djoko Pradopo, 1995:129).
Untuk mendapatkan makna karya sastra, maka harus diketahui konvensi-
konvensi tambahan yang memungkinkan diproduksinya makna. Konvensi-
konvensi yang mendasari timbulnya makna ini kemudian dieksplisitkan dalam
konkretisasi (Preminger dalam Pradopo, 1995:109). Konvensi-konvensi tersebut
antara lain:
2. Peranan Pembaca dalam Puisi
Pembaca berperan penting dalam konkretisasi makna puisi. Dalam hal ini
terjadi hubungan antara teks dan karya sebagai sistem tanda dan pembaca yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
memiliki horizon harapan sendiri terhadap karya yang dibacanya (Rachmat Djoko
Pradopo, 1995:115).
3. Peranan Penulis dalam Puisi
Karya sastra tidak bisa lepas dari pengarangnya. Karya sastra merupakan
luapan atau penjelmaan perasaan, pikiran, dan pengalaman pengarang.
Keterangan-keterangan pengarang mengenai karya sastranya, baik dalam hal
ekspresi maupun pikiran yang dikemukakan sangatlah penting dalam memahami
karya yang diciptakannya. Meskipun berdasarkan teori objektif bahwa bila
pengarang menerangkan karyanya sendiri, maka sesungguhnya ia berlaku sebagai
pembaca terhadap karyanya sendiri (Rachmat Djoko Pradopo, 1995:115).
4. Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik
Interpretasi puisi dimulai dari satu tahap pembacaan pertama yang
bergerak dari awal ke akhir teks, dari atas ke bawah halaman, dan mengikuti
pembentangan sintagmatik. Pembacaan heuristik adalah tahap interpretasi pertama
terjadi karena selama pembacaan ini makna akan diproduksi (Riffaterre, 1978:5).
Dengan kata lain, pembacaan heuristik merupakan cara kerja yang dilakukan oleh
pembaca dengan menginterpretasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-
tanda linguistik (Sangidu, 2004:19). Arti bahasa dapat dijelaskan apabila susunan
kalimat dibalik seperti susunan bahasa secara normatif, diberi tambahan kata
sambung dan kata-kata dikembalikan ke dalam bentuk morfologinya yang
normatif. Kalimat karya sastra diberi sisipan-sisipan arti kata atau sinonimnya dan
diletakkan dalam tanda kurung supaya artinya menjadi jelas (Rachmat Djoko
Pradopo, 1995: 136). Pembacaan heuristik dipengaruhi oleh kompetensi linguistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pembaca yang mencakup kemampuan pembaca dalam memberikan persepsi
secara linguistik (Riffaterre, 1978:5).
Tahap kedua adalah pembacaan hermeneutik atau retroaktif. Pembacaan
hermeneutik adalah pembacaan ulang dari awal sampai akhir dengan penafsiran.
Sebagaimana pembaca menyimak teks, pembaca mengingat apa yang baru saja
dibacanya, kemudian memodifikasi pemahamannya berdasarkan apa yang telah ia
serap (Riffaterre, 1978:5). Dari pembacaan ulang itu, pembaca dapat mengingat
peristiwa atau kejadian di dalam teks sastra yang dibaca. Selanjutnya, pembacaan
hermeneutik diharapkan dapat merebut makna yang terkandung dalam teks. Pada
tahap ini, kode dalam karya sastra dibongkar atas dasar konvensi sastra sehingga
mampu menafsirkan makna.
Kedua pembacaan di atas harus dilakukan secara urut, yakni pertama kali
dilakukan pembacaan heuristik secara keseluruhan terhadap teksnya kemudian
baru dilakukan pembacaan hermeneutik (Sangidu, 2004:19). Pembacaan heuristik
bisa digolongkan dalam tataran sintaksis, sedangkan pembacaan hermeneutik
digolongkan ke dalam tataran semantik karena memiliki tataran yang lebih tinggi
dalam hal makna.
5. Hipogram
Ada istilah khusus dalam prinsip intertekstualitas puisi, yakni hipogram.
Hipogram adalah satu sistem tanda yang berisi setidak-tidaknya satu pernyataan,
dan ia bisa sama besar dengan satu teks. Hipogram ada dua, yakni aktual dan
potensial. Aktual maksudnya ada hipogram dari sebuah karya sastra berupa teks
yang terdahulu, sedangkan potensial maksudnya hipogram dilihat dari bahasa
(Riffaterre, 1978:23).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Hubungan intertekstualitas karya sastra dipandang penting untuk
memperjelas maknanya sebagai karya sastra sehingga memudahkan
pemahamannya, baik pemahaman makna teks maupun makna dan posisi
kesejarahannya. Hubungan intertekstualitas tersebut dapat berupa hubungan
karya-karya sastra masa lampau, hubungan karya-karya sastra masa kini, dan
hubungan karya-karya sastra masa depan (Sangidu, 2004:151).
6. Matriks
Matriks adalah satu konsep abstrak yang pada hakikatnya tidak pernah
teraktualisasi (Riffaterre, 1978:13). Matriks merupakan hipogram intern yang
ditransformasikan menjadi varian-varian yang berupa masalah atau uraian.
Matriks (kata kunci) adalah salah satu cara untuk menentukan tema yang terdapat
dalam sebuah puisi (Sangidu, 2004:24).
7. Gaya Bahasa Retoris
Gaya bahasa retoris adalah gaya bahasa yang semata-mata merupakan
penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu (Gorys Keraf,
2000:29). Macam-macam gaya bahasa retoris sebagai berikut.
a. Hiperbola
Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu
pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal (Gorys
Keraf, 2000:135).
b. Litotes
Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan
sesuatu dengan tujuan merendahkan diri (Gorys Keraf, 2000:132).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Erotesis atau pertanyaan retoris
Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang sama
sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban (Gorys Keraf, 2000:134).
8. Gaya bahasa kiasan
Gaya bahasa kiasan adalah gaya bahasa yang merupakan penyimpangan
yang lebih jauh, khususnya dalam bidang makna (Gorys Keraf, 2000:129).
Macam-macam gaya bahasa kiasan sebagai berikut.
a. Personifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki
sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi merupakan suatu corak khusus dari
metafora yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, dan berbicara
seperti manusia (Gorys Keraf, 2000:140).
b. Epitet
Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang
khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa
deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang
(Gorys Keraf, 2000:141).
c. Sinekdoke
Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan
sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau
mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte)
(Gorys Keraf, 2000:143).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
d. Persamaan atau Simile
Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yakni
ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Untuk itu, ia memerlukan
upaya yang secara eskplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata seperti,
sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya (Gorys Keraf, 2000:138).
e. Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Metafora sebagai perbandingan
langsung tidak menggunakan kata: seperti, bak, bagai, bagaikan, dan sebagainya.
Bila dalam sebuah metafora, kita masih dapat menentukan makna dasar dari
konotasinya sekarang, maka metafora itu masih hidup. Tetapi kalau kita tidak
dapat menentukan konotasinya lagi, maka metafora itu sudah mati, sudah
merupakan klise (Gorys Keraf, 2000:139).
f. Ironi
Ironi adalah acuan yang mengatakan sesuatu makna yang berlainan dari
apa yang terkandung dalam kata-katanya (Gorys Keraf, 2000:143).
g. Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai hubungan pertalian yang erat
(Gorys Keraf, 2000:142).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
C. Kerangka Pikir
Sajak-sajak Bhre Wijaya
dalam antologi puisi dan buletin sastra
Delapan puisi yang mengungkapkan cinta, menunggu,
dan kecewa
Bagaimana penggambaran cinta,
menunggu, dan kecewa yang meliputi
unsur-unsur ketaklangsungan ekspresi
puisi, pembacaan heuristik dan
hermeneutik, hipogram, serta matriks
pada kedelapan puisi yang menjadi
objek kajian?
Bagaimana makna
ungkapan cinta, menunggu,
dan kecewa pada kedelapan
puisi yang menjadi objek
kajian?
Teori Semiotik Riffaterre
Ketaklangsungan
Ekspresi Puisi
Pembacaan
Heuristik dan
Hermeneutik
Hipogram
Matriks
Makna
Simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode
deskriptif analisis merupakan gabungan dari dua metode, yaitu metode kualitatif
yang menyajikan penafsiran dalam bentuk deskripsi dan metode analisis isi.
Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta
yang kemudian disusul dengan analisis (Nyoman Kutha Ratna, 2011:53).
B. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
semiotik Riffaterre. Pendekatan ini menggunakan langkah-langkah kerja sebagai
berikut: prinsip-prinsip ketaklangsungan ekspresi puisi, pembacaan heuristik dan
hermeneutik, hipogram, serta matriks.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kekuatan tanda yang meliputi
diksi, tipografi, pelarikan, pembaitan, dan tanda baca yang terdapat dalam puisi
Bhre Wijaya seperti yang tertera dalam sumber data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
D. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah fonem, kata, frase, dan
larik yang terdapat dalam puisi Bhre Wijaya seperti yang tertera dalam sumber
data.
E. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah delapan puisi Bhre Wijaya yang
tergabung dalam antologi puisi yang diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah
dan buletin sastra. Puisi tersebut adalah sebagai berikut.
1. dalam hujan bulan juni, dari buletin sastra Alis tahun 2008.
2. Senja di Boulevard 1, dari media sastra Rumput tahun 2008.
3. KACA JENDELA TERPAHAT, dari antologi puisi Redi Lawu yang
diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah tahun 2009.
4. KEMANAKAH STASIUN BERIKUTNYA, dari antologi puisi Redi Lawu
yang diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah tahun 2009.
5. Hujan telah membunuh bangku, dari antologi puisi Kursi yang Malas
Menunggu yang diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah tahun 2010.
6. Apa kamu baik-baik saja?, dari antologi puisi Kursi yang Malas
Menunggu yang diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah tahun 2010.
7. Bahasa adalah hantu yang terdampar, dari antologi puisi Kursi yang
Malas Menunggu yang diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah tahun
2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
8. Angkaangka semakin jauh mengembara, dari antologi puisi Kursi yang
Malas Menunggu yang diterbitkan oleh Taman Budaya Jawa Tengah tahun
2010.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah riset
pustaka. Riset pustaka dilakukan dengan membaca, mencatat, serta mengolah
bahan penelitian atau sumber data (Mestika Zed, 2004:3). Peneliti membaca,
mencatat, serta mengolah sumber data berupa puisi tentang cinta, menunggu, dan
kecewa karya Bhre Wijaya.
G. Teknik Analisis Data
Dalam upaya menganalisis data, peneliti menggunakan beberapa tahap
analisis sebagai berikut.
a. Tahap Deskripsi
Data-data yang telah terkumpul, diklasifikasikan, dikategorikan, dan
dibedakan, kemudian dideskripsikan atau dipaparkan apa adanya. Peneliti
menekankan catatan yang menggambarkan bentuk asli dari karya sastra seperti
pada waktu dicatat (H.B. Sutopo, 2002:35). Peneliti memaparkan puisi Bhre
Wijaya sesuai dengan bentuk aslinya, termasuk cara penulisan.
b. Tahap Analisis
Analisis dilakukan dengan pemaparan dalam bentuk deskriptif terhadap
masing-masing data secara fungsional dan relasional (Siswantoro, 2010:81). Pada
tahap ini, data yang berupa fonem, kata, frase, dan larik dalam puisi Bhre Wijaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dianalisis secara ilmiah berdasarkan pendekatan semiotika sesuai dengan pokok
permasalahan.
c. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan dengan pemeriksaan kembali secara keseluruhan
terhadap hasil penelitian agar dapat dipertanggungjawabkan. Peneliti melakukan
aktivitas pengulangan untuk pemantapan sebagai akibat dari pikiran kedua yang
timbul dan melintas pada waktu peneliti menyajikan data (H.B. Sutopo, 2002:95).
H. Teknik Penarikan Kesimpulan
Dari hasil deskripsi, analisis, dan evaluasi maka selanjutnya dilakukan
penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif, yakni
penarikan kesimpulan berdasarkan pengetahuan yang bersifat khusus ke
pengetahuan yang bersifat umum (H.B. Sutopo, 2002:39).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Ungkapan cinta, menunggu, dan kecewa yang terdapat dalam kedelapan
puisi karya Bhre Wijaya setelah melalui analisis semiotik (ketaklangsungan
ekspresi puisi, pembacaan heuristik dan hermeneutik, hipogram, serta matriks),
maka diperoleh suatu simpulan, yaitu sebagai berikut.
1. Penggambaran cinta, menunggu, dan kecewa meliputi unsur-unsur yang
membangun kedelapan puisi karya Bhre Wijaya, yaitu ketaklangsungan
ekspresi puisi, pembacaan heuristik dan hermeneutik, serta hipogram.
a. Bentuk ketaklangsungan ekspresi puisi dalam kedelapan puisi karya
Bhre Wijaya meliputi penggantian arti (displacing of meaning),
penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti
(creating of meaning). Dalam penggantian arti (displacing of meaning)
ditemukan pemakaian gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan,
yakni hiperbola, litotes, erotesis, personifikasi, epitet, sinekdoke,
simile, metafora, ironi, dan metonimia. Dalam kedelapan puisi karya
Bhre Wijaya terdapat penyimpangan arti (distorting of meaning) yang
disebabkan oleh ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense. Ambiguitas
terdapat dalam kedelapan puisi karya Bhre Wijaya, sedangkan
kontradiksi terdapat dalam puisi KEMANAKAH STASIUN
BERIKUTNYA, dan nonsense terdapat dalam puisi dalam hujan bulan
juni. Penciptaan arti (creating of meaning) dalam kedelapan puisi Bhre
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Wijaya meliputi diksi, pembaitan, pelarikan, rima, tipografi, gaya
bahasa, enjambemen, tanda baca, dan makna.
b. Pembacaan heuristik dan hermeneutik dalam kedelapan puisi karya
Bhre Wijaya termasuk relatif mudah karena dilakukan secara
konvensional. Dalam pembacaan heuristik, larik pada kedelapan puisi
Bhre Wijaya cukup diberi sisipan arti kata atau sinonim yang
diletakkan dalam tanda kurung. Dalam pembacaan hermeneutik,
kedelapan puisi Bhre Wijaya tersebut ditafsirkan sesuai dengan
pemahaman peneliti berdasarkan apa yang telah diserap.
c. Penetapan hipogram dalam kedelapan puisi karya Bhre Wijaya
didasarkan pada kesamaan tema dengan puisi yang menjadi hipogram.
Puisi-puisi tersebut antara lain : dalam hujan bulan juni memiliki
hipogram dengan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko
Damono, Senja di Boulevard 1 memiliki hipogram dengan puisi di
Restoran karya Sapardi Djoko Damono, KACA JENDELA TERPAHAT
memiliki hipogram dengan puisi AKU DAN KOTAKU karya Bambang
Darto, KEMANAKAH STASIUN BERIKUTNYA memiliki hipogram
dengan puisi Gerimis karya Hoedi Soejanto, Hujan telah membunuh
bangku memiliki hipogram dengan puisi SAJAK,1 karya Sapardi
Djoko Damono, Apa kamu baik-baik saja? memiliki hipogram dengan
puisi KETIKA JARI-JARI BUNGA TERBUKA karya Sapardi Djoko
Damono, Bahasa adalah hantu yang terdampar memiliki hipogram
dengan puisi PERNYATAAN karya Toto Sudarto Bachtiar, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Angkaangka semakin jauh mengembara memiliki hipogram dengan
puisi KAMAR karya Toto Sudarto Bachtiar.
d. Matriks dalam kedelapan puisi karya Bhre Wijaya adalah kekecewaan
seseorang terhadap cinta (dalam hujan bulan juni), cinta yang bertepuk
sebelah tangan (Senja di Boulevard 1), cinta seseorang terhadap rumah
atau kampung halaman (KACA JENDELA TERPAHAT), penantian
seseorang terhadap cinta (KEMANAKAH STASIUN BERIKUTNYA),
cara mempertahankan hubungan cinta (Hujan telah membunuh
bangku), kekecewaan seseorang terhadap cinta (Apa kamu baik-baik
saja?, keterbukaan dalam menjalin hubungan cinta (Bahasa adalah
hantu yang terdampar), dan kekecewaan seseorang terhadap
harapannya yang tidak bisa segera terwujud (Angkaangka semakin
jauh mengembara).
2. Makna ungkapan cinta, menunggu, dan kecewa pada delapan puisi karya
Bhre Wijaya tersebut mengungkapkan sesuatu hal yang saling
berhubungan satu sama lain. Dalam kedelapan puisi tersebut, persoalan
menunggu dan kecewa berkaitan erat dengan harapan terhadap sesuatu,
yakni cinta. Jadi, dalam masing-masing puisi bisa terdapat dua ungkapan.
Ungkapan tersebut berupa ungkapan cinta, kecewa-cinta, cinta-kecewa,
menunggu-cinta, dan menunggu-kecewa. Ungkapan cinta terdapat dalam
puisi Hujan telah membunuh bangku dan Bahasa adalah hantu yang
terdampar. Ungkapan kecewa-cinta terdapat dalam puisi KACA JENDELA
TERPAHAT. Ungkapan cinta-kecewa terdapat dalam puisi dalam hujan
bulan juni, Senja di Boulevard 1, Apa kamu baik-baik saja?. Ungkapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
menunggu-cinta terdapat dalam puisi KEMANAKAH STASIUN
BERIKUTNYA. Ungkapan menunggu-kecewa terdapat dalam puisi
Angkaangka semakin jauh mengembara.
B. Saran
Penelitian ini membahas tentang puisi karya Bhre Wijaya yang bertema
cinta, menunggu, dan kecewa. Oleh karena itu, diharapkan adanya penelitian lebih
lanjut tentang puisi Bhre Wijaya, yang tentunya memiliki tema-tema yang lebih
beragam dan bervariasi.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre.
Diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang tidak hanya membahas puisi Bhre
Wijaya dari sisi semiotik Riffaterre, namun juga dari sisi semiotik yang lain.
Selain itu, diharapkan akan ada penelitian-penelitian berikutnya yang juga
membahas Bhre Wijaya sebagai penyair dari segi disiplin ilmu lainnya, seperti
psikologi sastra, antropologi sastra, sosiologi sastra, dsb.
Top Related