Tugas 1 : Filsafat Ilmu
Disusun oleh : SUKARDI
Data/Variabel/ Parameter Metode Analisis
1 - Data Kuantitatif - Metode Analisis
Kawasan konservasi RAPPAM (dikembangkan
( Panjang Pantai/area oleh WWF dari dasar
konservasi, luas dan pemikiran Hocking
lainnya)
- Data Kualitatif
Kawasan Konservasi
( Kondisi Fisik, kimia
dan biologi ekosistem
kawasan lahan basah
pesisir)
2 - Data Sekunder (Data Analisis GIS - Dari hasil Zonasi yang Zona pemanfaatan terbatas
/ Informasi institusional) (dengan melakukan diinginkan masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai :
- Data Primer ( Data pembobotan / skoring) bahwa 100% menginginkan - Dapat dimanfaatkan selama
observasi lapangan, & Analisis SWOT permukiman disekitar pesisir tidak mengganggu daya dukung
Data aktivitas penduduk - 18% menginginkan lingkungan
Data Biogeofisik) kawasan khusus - Pemanfaatan tidak boleh
- 13% kawasan pertanian bersifat terbangun yang dapat
dan budidaya mengurangi daerah resapan
- 13% kawasan kehutanan - pemanfaatan diizinkan untuk
/ konservasi pertanian, perkebunan dan
budidaya
- pemanfaatan tidak sampai
merambah pada zona konservasi
1. Belum adanya zonasi
wilayah pesisir secara
spesifik mengenai fungsi
dan peran wilayah pesisir.
2. Degradasi habitat
wilayah pesisir yang
ditandai dengan beberapa
kerusakan
ekosistem pesisir.
3. Kerusakan hutan,
taman nasional, dan cagar
alam laut.
4. Potensi dan obyek
wisata bahari belum
dikembangkan secara
optimal
Menentukan zona-zona wilayah pesisir
berdasarkan fungsi dan peran serta
kesesuaian lahan dalam menunjang
keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir
dengan tetap memperhatikan aspek
pelibatan masyarakat sehingga tercipta
upaya pengelolaan pesisir yang terpadu
dan berkelanjutan, mengatasi konflik
pemanfaatan sumberdaya, untuk
memandu pemanfaatan jangka panjang,
pembangunan dan pengelolaan
sumberdaya pesisir di dalam wilayah
perencanaan
Perencanaan tata ruang
dimulai dari kegiatan
evaluasi ruang yang
mengidentifikasikan
karakteristik dan menilainya
untuk keperluan tipe
wilayah tertentu secara
spasial, perencanaan
pemusatan kegiatan
tertentu juga
pengelompokkan wilayah
tertentu untuk tujuan yang
ditetapkan (Branch, 1998)
Dasar Teoritis
Kegiatan pengelolaan bisa
merupakan pelaksanaan
atau aksi dari sebuah
kebijakan dalam
diagram analisis kebijakan
Dunn (2003)
2. Evaluasi efektivitas
pengelolaan adalah hal yang
mutlak diperlukan untuk
mengetahui apakah
kegiatan
yang dilakukan telah
berjalan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang
mendasari
pengelolaan sehingga
tujuan dapat dicapai atau
tidak (Hockings et al., 2006)
- Rekomendasi strategi
pengelolaan kawasan konservasi
mangrove dan rawa pesisir
ini sejalan dengan Strategi
Nasional Pengelolaan Lahan
Basah (NSAP) maupun
Strategi Keanekaragaman Hayati
(IBSAP)
- Keterlibatan lembaga-lembaga
non profit internasional tidak
selamanya berjalan
mulus seperti pada kasus
kemarahan Nelayan Sape
terhadap Balai Taman Nasional
Komodo dan TNC akibat
penembakan nelayan, dan
pengusiran masyarakat lokal dari
lokasi kegiatan WWF/TNC di
Taman Nasional Wakatobi
- Tahapan dalam siklus pengelolaan
yang paling mempengaruhi
efektivitas dankeberhasilan
pengelola adalah tahapan proses
Tahapan tersebut meliputi: (1)
perencanaan detail; (2) mekanisme
pengambilan keputusan dan praktek-
praktek
pelaksanaannya; (3) penelitian,
monitoring, dan evaluasi kegiatan
ROAD MAP PENELITIAN SEJENIS DAN DUDUKAN PENELITI
MUHAMMAD ILMAN /
EFEKTIVITAS PENGELOLAAN
KAWASAN KONSERVASI LAHAN
BASAH PESISIR INDONESIA/ 2008
ASRUL PRAMUDIYA / KAJIAN
PENGELOLAAN DARATAN PESISIR
BERBASIS ZONASI DI PROVINSI
JAMBI / 2008
SimpulanNO Peneliti/Judul/Tahun
kewenangan Departemen
Kehutanan dalam kegiatan
konservasi
secara nasional
melahirkan rasa ingin tahu
mengenai seberapa efektif
implementasi
kebijakan pengelolaan
yang telah dilakukan
selama ini
1. Mengetahui status kawasan konservasi
berdasarkan kondisi biologi,
sosial,ekonomi dan tekanan dan ancaman
yang dihadapi oleh kawasan konservasi
2. Mengkaji efektivitas pengelolaan
kawasan konservasi berdasarkan nilai
penting pada setiap siklus pengelolaan
yaitu perencanaan, masukan, proses, dan
keluaran
Metode PenelitianHasil
- Kelompok hutan pantai memiliki
ciri kebalikan dengan kondisi
kelompok terumbu
karang dimana yang justru
membutuhkan intervensi
peningkatan kapasitas yang
besar sedangkan kegiatan
kolaboratif seperti pengembangan
mata pencaharian
alternatif bisa dijalankan dalam
intensitas yang telah berjalan saat ini
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang
dominan dan mempengaruhi efektivitas
pengelolaan kawasan konservasi nasional
yang memiliki lahan basah pesisir
Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
Data/Variabel/ Parameter Metode Analisis
Dasar TeoritisSimpulanNO Peneliti/Judul/Tahun
Metode Penelitian
HasilRumusan Masalah Tujuan Penelitian
3 - Mengakaji persepsi masyarakat - Persepsi Masyarakat - Analisis Regresi - Rata-rata masyarakat - Terdapat hubungan erat antara
mengenai Kawasan konservasi laut ,- Partisipasi Masyarakat (antara variabel (42,3%) responden persepsi masyarakat,partisipasi
daerah (KKLD) - Peranan dan persepsi, partisipasi mengetahui kondisi terumbu masyarakat dan peran pemerintah
- mengkaji partisipasi masyarakat Kebijakan pemerintah dan peran pemerintah) karang mengalami kerusakan terhadap KKLD
setempat dalam mengelola KKLD dikawasan Pulau Abang, - Peran pemerintah dalam
- Mengkaji peranan pemerintah Galang Baru dan Pulau Karas pengelolaan KKLD pada tiap-tiap
dalam peningkatan pemeberdayaan - Rata-rata masyarakat kelurahan mempunyai tingkat
masyarakat untuk mengelola (73,2%) responden peran " sedang "
KKLD mengetahui kondisi mangrove
- Mengkaji korelasi antara persepsi masih baik
dan partisipasi masyarakat dengan dikawasan Pulau Abang,
program pemerintah dalam Galang Baru dan Pulau Karas
mengelola KKLD - Rata-rata masyarakat
(67,6%) responden
sangat berpartisipasi dalam
menjaga ekosistem pesisir
dikawasan Pulau Abang,
Galang Baru dan Pulau Karas
4 - Kondisi Fisik Kawasan Analisis Deskriptif - Pada kawasan pelabuhan - Pantai yang landai (dataran
- Kondisi aspek sosekbud (Analisis Fisik, Sosial, Tenau pengembangan dan dataran berpasir) cenderung
- Data kebijakan tata Ekonomi, Kebijakan dilakukan dengan cara tumbuh lebih cepat
ruang kawasan pesisir dan Analisis reklamasi - Pantai Endapan lumpur pada
pengembangan - Kawasan perdagangan kawasan hutan mangrove
pemanfaatan ruang kota lama Kopan dan Solor mengalami degradasi serius
terbangun dikawasan dilakukan pengendalian sehingga perlu dilakukan
pesisir pembangunan dan rehabilitasi
pengembangan pusat - Pada Pantai Tebing karang
perdagangan dikembangkan kawasan
- Pada Kawasan Permukiman perdagangan (Kopan dan Solor)
Kelurahan Alak dilakukan - Pantai Reklamasi dikembangkan
pengemgangan kawasan untuk kawasan perikanan
permukiman dengan berupa pelabuhan perikanan
meningkatkan kualitas
permukiman melalui
perbaikan atau pemugaran
2. Menurut Rahardjo (1996)
partisipasi diartikan sebagai
upaya peran serta
masyarakat dalam suatu
kegiatan baik dalam bentuk
pernyataan maupun
kegiatan. Lebih lanjut
dijelaskan partisipasi
merupakan keikutsertaan
masyarakat dalam program-
program pembangunan
belum dipertimbangkan
kaidah-kaidah
keberlanjutan pada
pemanfaatan ruang
terbangun di kawasan
pesisir Kota Kupang
1. Mengidentifikasi dan menganalisis
aspek fisik kawasan pesisir.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis
aspek sosial ekonomi kawasan pesisir
3. Mengidentifikasi dan menganalisis
kebijakan tata ruang kawasan pesisir
Menururt Salikin (2003: 6)
bahwa sistem pemanfaatan
lahan yang berkelanjutan
merupakan upaya ajakan
moral untuk melestarikan
lingkungan sumber daya
alam dengan
mempertimbangkan 3
aspek sebagai berikut : 1.
Kesadaran Lingkungan, 2.
Bernilai Ekonomis, 3
Berwatak Sosial
MARDIJONO / PERSEPSI DAN
PARTISIPASI NELAYAN TERHADAP
PENGELOLAAN KAWASAN
KONSERVASI LAUT KOTA BATAM
/ 2008
Masyarakat pesisir
khususnya nelayan
sebagai pelaku sekaligus
yang pertama merasakan
dampak dari degradasi
lingkungan kawasan
pesisir
1. Menurut Saptorini
(1989), persepsi adalah
suatu proses mental yang
rumit dan melibatkan
berbagai kegiatan untuk
menggolongkan stimulus
yang masuk sehingga
menghasilkan tanggapan
untuk memahami stimulus
tersebut
PAULA ISSBEL BAUN / KAJIAN
PENGEMBANGAN
PEMANFAATAN RUANG
TERBANGUN DIKAWASAN PESISIR
KOTA KUPANG / 2008
4. Menganalisis pengembangan
pemanfaatan ruang terbangun di
kawasan pesisir Kota Kupang
Data/Variabel/ Parameter Metode Analisis
Dasar TeoritisSimpulanNO Peneliti/Judul/Tahun
Metode Penelitian
HasilRumusan Masalah Tujuan Penelitian
5 YUSVIANTY / PERENCANAAN 1. Data Sekunder Analisis Deskriptif Dari Pembangunan untuk melaksanakan pembangunan
PEMBANGUNAN ( Data instansional & berkelanjutan wilayah berkelanjutan dalam pembangunan
BERKELANJUTAN WILAYAH literatur serta regulasi) pesisir mulai dari tahun 2004 wilayah pesisir disimpulkan
PESISIR 2. Data Primer s/d 2008 didapatkan : - Peremajaan Terumbu Karang
(STUDI KASUS KAB. PESISIR (Data Kondisi eksisisting - Volume & Nilai Produksi - Peningkatan Pengawasan
SELATAN) / 2010 serta persepsi mengalami peningkatan kawasan lindung
masyarakat) dari 23 ton menjadi 25 ton - Penyediaan sarana perikanan
- Kontribusi sektor perikanan - peningkatan pengolahan hasil
terhadap PDRB mengalami perikanan
penurunan dari 6,32% - pemasaran hasil perikanan
menjadi 3,42%
- Penyerapan tenaga kerja
dari sektor perikanan
mengalami kenaikan dari
0,06% menjadi 0,12%
- akan tetapi dari segi ekologi
mengalami penurunan
berupa perubahan areal/
luasan terumbu karang
dan mangrove
6 - Data Sekunder Analisis Deskriptif
(Data institusional,
data RTRW / regulasi)
- Data Primer
(Data Persepsi )
- Adanya lempar tanggung
jawab;
- minimnya / kekosongan
produk hukum
- Hak-hak masyarakat terabaikan
Konflik terjadi dalam
pemenuhan kebutuhan
pemenuhan kebutuhan
tersebut berkaitan erat
dengan bagaimana
mengkonservasi stok kapital
(Barier, 1993
: Makalah Falasafah, 2006;3)
DIAN RATU AYU / ANALISIS
PENGATURAN TENTANG
WILAYAH LAUT DAERAH
KABUPATEN BATANG DALAM
RANGKA MEWUJUDKAN
RENSTRA BERDASARKAN
KONSEP PENGELOLAAN
WILAYAH PESISIR TERPADU /
2008
1. Bagaimana pengelolaan
wilayah pesisir Kabupaten
Batang selama ini ditinjau
dari konsep Pengelolaan
Wilayah Pesisir Terpadu
1. Bagaimana kondisi
eksisting wilayah pesisir
dalam kerangka
pembangunan
Bagaimana kondisi
eksisting wilayah pesisir
dalam kerangka
pembangunan
berkelanjutan
2. Bagaimana
perencanaan
pembangunan sesuai
kondisi eksisting tersebut
dalam
konteks berkelanjutan
2. Kendala-kendala yuridis
apa yang dihadapi oleh
Kabupaten Batang selama
ini sehingga diperlukan
pengelolaan wilayah
pesisir terpadu
3. Bagaimana upaya
yuridis yang harus
dilakukan oleh
pemerintah daerah
Kabupaten Batang untuk
mewujudkan pengelolaan
wilayah pesisir terpadu
1. Untuk mengetahui dan
mendeskripsikan pengelolaan wilayah
pesisir Kabupaten Batang yang telah
dilakukan selama ini ditinjau dari konsep
Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu
2. Untuk menganalisis kendala-kendala
yuridis yang dihadapi oleh pemerintah
Kabupaten Batang sehingga diperlukan
pengelolaan wilayah
pesisir terpadu
1. Menganalisa secara ilmiah kondisi
eksisting wilayah pesisir dalam konteks
pembangunan berkelanjutan
2. Membuat perencanaan pembangunan
berkelanjutan dalam membangun
wilayah
3. Untuk menjelaskan upaya yuridis yang
harus dilakukan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Batang dalam
mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir
terpadu
teori Kuznet, yang
menyatakan bahwa bagi
negara sedang berkembang
yang pendapatan rendah
dapat tumbuh
perekonomiannya, dengan
cara lebih dahulu
mengorbankan aspek
pemerataannya (trade off)
1. Pengelolaan sektoral
menyebabkan berbagai kendala-
kendala dalam pengelolaan
2. Renstra Pengelolaan Wilayah
Pesisir terpadu tidak dibuat
karena hal tersebut sifatnya
fleksibel saja
3. Terjadi Kesalah pahaman
tentang dalam menanggapi arti
pentingnya renstra pengelolaan
wilayah pesisir terpadu
Pengelolaan Wilayah Pesisir
Kabupaten Batang masih bersifat
sektoral, masing-masing stakeholder
memiliki kebijakan dan program
sendiri-sendiri baik yang ditunjang
dengan adanya legalisasi
setingkat surat keputusan Bupati
Kendala yuridis yang timbul dari
adanya pengelolaan yang bersifat
sektoral
Data/Variabel/ Parameter Metode Analisis
Dasar TeoritisSimpulanNO Peneliti/Judul/Tahun
Metode Penelitian
HasilRumusan Masalah Tujuan Penelitian
7 1. Data Fisik Oceanografi - Analisis SIG - Wilayah Pesisir utara - Kelompok Variabel Fisik dan
(Arus, Gelombang, Provinsi Jawa Barat memiliki Kelompok Variabel Sosial
Batimetri, Elevasi, desa-desa dengan tingkat ekonomi, mempunyai pengaruh
Kemiringan) kerentanan sangat rendah yang kuat terhadap kerentangan
2. Data Sosial Ekonomi hingga sangat tinggi didaerah penelitian
( Kepadatan Penduduk, ( 12% kerentanan sangat - Kerentanan dari
Data Kesehatan, Tinggi, 31% kerentanan perspektif fisik seperti
Data rumah Tangga, sedang, 26% kerentanan area / region bencana
Data Jumlah Nelayan, rendah, dan 9,3% dengan - Kerentanan sebagai
dan data lainnya) kerentanan sangat rendah) hubungan antar manusia
berdasarkan faktor fisik dan - Menggambarkan
ekonomi kerentanan dengan
mengabungkan perspektif
fisik (alam) dan Manusia
8 Mengetahui perubahan perilaku - Data Sosial Ekonomi Analisis Deskriptif - Kehilangan lahan tambak - Dampak yang terpengaruh
sosial masyarakat kawasan pesisir - Data Fisik Oceanografi petani tambak merubah besar dari akibat Abrasi & ROB
akibat dampak abrasi dan ROB jenis pekerjaan menjadi buruh yaitu masyarakat petambak
di Kab. Demak serabutan, nelayan seser akibat kehilangan lahan tambak
ataupun nelayan tangkap sehingga beralih menjadi
Perubahan Perilaku profesi lain
masyarakat dipengaruhi - Penurunan Penghasilan
oleh perubahan Nelayan antara 25 - 50%,
pendapatan atau sumber sedangkan petambak turun
pencaharian masyarakat antara 60 - 80%
Usman (2003)
mengemukakan bahwa
lingkungan alam sekitar
akan membentuk sifat dan
perilaku masyarakat.
Lingkungan fisik dan biologi
mempengaruhi interaksi
sosial, distribusi peran
sosial, karakteristik nilai,
norma sosial, sikap serta
persepsi yang 3
melembaga dalam
masyarakat
RISTIANTO / KERENTANAN
WILAYAH PESISIR TERHADAP
KENAIKAN MUKA LAUT (STUDI
KASUS WILAYAH PESISIR
UTARA JAWA BARAT) / 2011
1. Potensi Bahaya
terhadap kenaikan muka
laut yang berbeda antara
satu wilayah dengan
wilayah lainnya sehingga
tingkat kerentanannya
pun berbeda sesuai
dengan kondisi geografis
wilayah tersebut
2. Keberadaan Penduduk
dan sistemnya dengan
berbagai aktifitas serta
pendukungnya akan
memberikan respon
berbeda terhadap
kenaikan muka laut, pada
akhirnya akan terjadi
perbedaan kerentanan
antar wilayah
1. Identifikasi wilayah rentan dipesisir
Provinsi Jawa Barat terhadap kenaikan
muka laut, ditinjau dari faktor fisik dan
sosial ekonomi
2. Mengetahui potensi kerentanan
terhadap kenaikan muka laut untuk
wilayah pesisir prov. Jawa Barat
1. Dolan dan Walker (2003)
menggolongkan kerentanan
terhadap bencana alam dari
tiga perspektif yaitu :
2. Szlafztein (2005) Indek
kerentanan adalah jumlah
kerentanan tiap variabel
dibagi dengan jumlah
variabel, dimana jumlah
kerentanan tiap variabel
merupakan hasil perkalian
antara bobot variabel
dengan peringkat variabel
DANANG MANUMONO /
PERUBAHAN PERILAKU
MASYARAKAT KAWASAN
PESISIR AKIBAT PENURUNAN
PENDAPATAN SEBAGAI
DAMPAK ABRASI DAN ROB DI
KABUPATEN DEMAK /2008
Potensi Perubahan lahan
dengan konversi lahan
non pertanian menjadi
lahan pertanian
Top Related