KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
RINGKASAN
Penilaian keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) di
wilayah KPH Nganjuk merupakan proses Identifikasi KBKT Tahun 2011 dan
lanjutan dari kajian-kajian yang lainnya, diantaranya adalah kajian
lingkungan (DPPL), sosial, keamanan, kelestarian hasil dan finansial, serta
aspek lain-lainnya.
Penilaian keberadaan KBKT disini ditujukan untuk memenuhi standard FSC
prinsip 9 kriteria 9.1, 9.2, 9.3, dan 9.4. Proses konsultasi dengan
masyarakat terkait dengan identifikasi aspek sosial NKT4, NKT5, dan NKT6
disajikan dalam lampiran laporan ini sebagai hasil kegiatan PCP
(Participatory Conservation Planning). Sedangkan konsultasi aspek
ekologi dilakukan untuk identifikasi NKT1, NKT2, NKT3 dan NKT4.
Kegiatan pengelolaan KBKT yang teridentifikasi disajikan dalam lampiran
laporan ini sebagai hasil proses kegiatan SCP (Site Conservation Planning)
yang sekaligus merupakan kegiatan full Assesment terhadap aspek-aspek
ekologi.
Metoda Penilaian keberadaan KBKT di KPH Nganjuk menggunakan
Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia, Tropenbos International
Indonesia Programme 2009; Konsultasi dengan Masyarakat Desa Hutan
menggunakan PCP (Participatory Conservation Planning); konsultasi
bidang ekologi sekaligus full assessment aspek ekologi melalui proses SCP
(Site Conservation Planning) untuk menyusun strategi dan monitoring
pengelolaan KBKT. Team yang dibentuk memiliki keahlian ekologi dan
sosial, dan dalam bekerja dibagi menjadi 2 kelompok team yang akan
menangani kajian NKT1– 4 untuk kelompok team ekologi dan menangani
kajian NKT 4-6 untuk kelompok team sosial.
Berdasarkan hasil evaluasi keberadaan KBKT di wilayah hutan
KPH Nganjuk ditemukan hutan dengan nilai-nilai konservasi tinggi NKT1,
NKT2, NKT3, NKT4, NKT5 dan NKT6. Nilai-nilai konservasi tinggi yang
ditemukan di wilayah KPH Nganjuk tersebut adalah :
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
1
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
NILAI-NILAI EKOLOGIS
1. NKT1
NKT 1.Kawasan yang Mempunyai Tingkat Keanekaragaman
Hayati yang Penting
NKT 1.1 Unit Manajemen memiliki Kawasan yang Mempunyai atau
Memberikan Fungsi Pendukung Keanekaragaman Hayati Bagi Kawasan
Lindung dan/atau Konservasi? Ya
Berdasarkan atribut NKT 1.1. kawasan hutan KPH Nganjuk
teridentifikasi beberapa lokasi yaitu :
1. Hutan Lindung seluas 1.266,5 ha Hutan Lindung di Wilayah
KPH Nganjuk terletak pada ketinggian 60-550 m dpl, dan berada
dalam wilayah 4 BKPH.
2. Hutan Alam Sekunder (HAS) seluas 472,0 Ha. Kawasan HAS di
wilayah KPH Nganjuk terletak pada ketinggian 60-550 m dpl, dan
berada wilayah 3 BKPH.
Hutan Lindung, dan Hutan Alam Sekunder (HAS) yang
ditetapkan sebagai Kawasan Perlindungan menurut atribut
NKT kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan Hutan
Lindung merupakan kawasan yang memiliki nilai NKT 1.1.
NKT 1.2. Unit Manajemen berada berisi (mungkin) species hampir
punah (IUCN)? Tidak
Berdasarkan atribut NKT 1.2. kawasan hutan KPH Nganjuk tidak
teridentifikasi adanya spesies hampir punah (NKT 1.2).
NKT 1.3. Unit Manajemen Hutan Berisi Kawasan yang Merupakan
Habitat Bagi Populasi Spesies yang Terancam, Penyebaran Terbatas
atau Dilindungi yang Mampu Bertahan Hidup ( Viable Population) ? Ya
Jenis Flora : tidak diketemukan spesies endemis, langka,
terancam dan hampir punah.
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
2
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
Jenis Fauna :
Berdasarkan hasil Laporan Biodiversity Tahun 2012 dan
Pemantauan Satwa bulanan ditemukan satwa yang dilindungi oleh
PP No. 7 Tahun 1999; CITES Appendix II; IUCN : LC. Kawasan hutan
KPH Nganjuk yang dijadikan sebagai habitat perlindungan satwa
dilindungi sebagai berikut :
NO JENIS SATWASTATUS
KONSERVASI HABITAT
1
Kijang (Muntiacus muntjac) PP.7, LC, CITES II
BKPH Tritik : 81,89,75,80,110,236, 241, 261, 262, 252, 253, 41
BKPH Wengkal : 219,194, 223, 224, 227, 228, 174
BKPH Tamanan : 117, 119, 121, 143, 109, 72, 229, 231, 232
BKPH Bagor : 14,15, 70, 74, 125, 127, 88, 89, 83, 87
2Trenggiling (Manis javanica) PP.7,EN, CITES II BKPH Berbek : 36, 122, 124, 136, 118, 151,160, 164
BKPH Tritik : 46, 49, 80, 82, 88, 110, 111, 96, 115, 234, 236, 242, 260
BKPH Tamanan : 100, 116, 117, 137, 138, 139, 229, 124, 232, 333
BKPH Wengkal : 219, 183, 186, 226, 227, 228, 201
3
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) PP.7,LC, CITES II BKPH Berbek : 36, 136
BKPH Tamanan : 63,109, 72, 102, 233, 100, 7, 117
BKPH Tritik : 81, 89, 262
BKPH Wengkal : 215, 223, 227
4Merak (Pavo muticus) PP.7,EN, CITES II BKPH Bagor : 70, 74
BKPH Tamanan : 109, 72, 148, 120, 73
BKPH Wengkal : 194, 195, 173
BKPH Tritik : 89, 81
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
3
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
NO JENIS SATWA STATUS KONSERVASI HABITAT
5
Elang Ular Bido (Spillornis cheela) PP.7,LC, CITES II BKPH Bagor : 70, 74, 66, 41, 42
BKPH Wengkal : 188, 202, 204, 226, 227, 220
BKPH Tamanan : 100,116, 119, 138, 139, 109, 232
- Habitat perlindungan satwa Kijang (Muntiacus muntjac) seluas
2.046,9 ha.
- Habitat perlindungan satwa Trenggiling (Manis javanica) seluas
2.068,40 ha.
- Habitat perlindungan satwa Monyet Ekor panjang (Macaca
fascicularis) seluas 1.060,50 ha.
- Habitat perlindungan satwa Merak (Pavo muticus) seluas 720,70 ha
- Habitat perlindungan satwa Elang Ular Bido (Spillornis cheela)
seluas 907,70 ha.
Habitat satwa-satwa tersebut merupakan satwa yang
termasuk dalam kategori PP No. 7 Tahun 1999; CITES
Appendix II; IUCN : LC dan EN. Menurut atribut NKT
kawasan yang terdapat satwa Endemik, RTE dan masuk
Appendix II memiliki nilai NKT 1.3.
NKT 1.4 Unit Manajemen Memiliki Kawasan yang Merupakan Habitat
bagi Spesies atau Sekumpulan Spesies yang Digunakan Secara
Temporer ? Ya
Tempat untuk berkembang biak atau bersarang bagi beberapa
spesies burung dan kelelawar seperti goa atau habitat lahan
basah.
Tempat yang ada di sepanjang jalur migrasi utama.
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
4
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
Jalur pergerakan lokal satwa (corridor) dimana individu satwa
dapat bergerak di antara ekosistem yang berbeda dalam upaya
mencari makanan yang tersedia secara musiman.
Sebuah tempat berlindung (refugium) bagi suatu spesies pada
saat musim panas yang panjang, banjir ataupun kebakaran lahan.
Merupakan tempat berlindung dari beberapa jenis kelelawar.
Kelelawar-kelawar tersebut berada di dalam goa sepanjang siang hari
dan keluar goa pada malam hari untuk mencari makanan.
Makanan kelelawar adalah serangga, jadi secara tidak langsung
kelelawar juga merupakan isektisida alami yang membantu petani
dalam pembasmian hama serangga yang menyerang tanamannya.
Hasil Inventarisasi Goa di KPH Nganjuk
N
o
BKPH Peta
k
Nama Goa
1.
2.
Tamanan
Wengkal
147b
227a
Gong
Margo Tresno
Kawasan Goa di sekitar KPH Nganjuk merupakan daerah migrasi dan
tempat berlindung Kelelawar dan beberapa jenis satwa lainnya.
Menurut atribut NKT kawasan yang merupakan tempat migrasi dan
berlindung satwa merupakan kawasan yang memiliki nilai sebagai NKT
1.4.
Kawasan Goa di sekitar Goa-goa tersebut merupakan daerah
migrasi dan tempat berlindung Kelelawar dan beberapa
jenis satwa lainnya. Menurut atribut NKT kawasan yang
merupakan tempat migrasi dan berlindung satwa
merupakan kawasan yang memiliki nilai sebagai NKT 1.4.
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
5
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
2. NKT 2
NKT 2. “Kawasan Bentang Alam yang Penting bagi Dinamika
Ekologi Secara Alami”
NKT. 2.1 Unit Manajemen Hutan memiliki Kawasan Bentang Alam Luas
yang Memiliki Kapasitas untuk Menjaga Proses dan Dinamika Ekologi
Secara Alami ?. Tidak
KPH Nganjuk tidak memiliki bentang alam, dimana areal tersebut
dicadangkan/diperlukan untuk menjamin bahwa proses ekologi alami
dapat berlangsung tanpa gangguan akibat fragmentasi dan pengaruh
daerah bukaan (edge effect). Daerah inti ini ditentukan berdasarkan
ukuran (>20.000 ha) ditambah dengan daerah penyangga (buffer
zone) yang ada disekitarnya paling sedikit 3 km dari daerah bukaan.
Kawasan KPH Nganjuk bukan merupakan NKT 2.1 ditinjau
dari besarnya lanskap dan nilai-nilai keanekaragaman hayati
yang ada di dalamnya.
NKT 2.2. Unit Manajemen Memiliki Kawasan Alam yang Berisi Dua
atau Lebih Ekosistem dengan Garis Batas yang Tidak Terputus
(berkesinambungan)? Tidak
bentang alam yang mengandung dua atau lebih ekosistem alami
dengan garis batas yang tidak terputus didefinisikan sebagai bentang
alam dimana :
Ada dua atau lebih ekosistem hadir bersebelahan dan berbagi
batas, terutama zona transisi (ecotone) antara berbagai rawa
dan bukan rawa atau kerangas dan bukan kerangas.
Lereng gunung yang berhutan dalam kondisi baik dan mencakup
berbagai jenis ekosistem dengan zona ketinggian yang berbeda,
seperti hutan dataran (lowland forest) rendah ke hutan bagian
tengah gunung (submontane forest) sampai hutan puncak
gunung (montane forest) dengan jenis tumbuhan dan dinamika
ekologi yang masing-masing berbeda.
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
6
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
Kawasan hutan KPH Nganjuk. Melihat batasan kawasan Hutan
KPH Nganjuk dibatasi dengan KPH lain, sehingga keluasannya tidak
memenuhi kriteria.
Mengacu pada atribut-atribut KBKT maka kawasan
KPH Nganjuk bukan merupakan NKT 2.2 ditinjau dari
besarnya lanskap dan nilai-nilai keanekaragaman hayati
yang ada di dalamnya.
NKT. 2.3. Unit Manajemen Hutan mempunyai Kawasan yang
Mengandung Populasi dari Perwakilan Spesies? Ya
Berdasarkan Survey Biodiversity telah ditentukan 3 (tiga) species
interest yaitu :
a. Elang Ular Bido (Spillornis cheela)
Elang Ular Bido termasuk dalam satwa Dilindungi PP 7/1999
dan Status IUCN Least Concern (LC) atau Beresiko Rendah.
Elang Ular Bido di KPH Nganjuk diketemukan di Hutan Lindung.
Hasil pengolahan data Biodiversity diketahui bahwa populasi
Elang Ular Bido di KPH Nganjuk untuk di Hutan Lindung 2,324
ekor/ha, dan untuk HAS 1,351 ekor/ha. Kawasan yang menjadi
daerah habitat perlindungan Elang Ular Bido seluas 907,70 ha.
b. Trenggiling (Manis javanica)
Trenggiling termasuk dalam jenis burung yang Dilindungi oleh
PP.RI. No. 7 Tahun 1999 serta masuk dalam CITES Appendix II
dan Status IUCN Endangered (EN) atau Terancam Punah/
Genting.
Trenggiling di KPH Nganjuk diketemukan di Hutan Lindung,
Kawasan Perlindungan Setempat dan Hutan Alam Kayu Lain.
Hasil pengolahan data Biodiversity diketahui bahwa populasi
Trenggiling di KPH Nganjuk pada Hutan Lindung sebanyak
0,324 Ekor/ha, dan pada HAS sebanyak 0,135 ekor/ha.
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
7
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
c. Ular Kobra (Ophiophagus hannah)
Ular Kobra (Ophiophagus hannah) merupakan jenis Ular yang
termasuk dalam satwa Dilindungi oleh PP. RI. No. 7 Tahun 1999
serta masuk dalam CITES Appendix II dan status IUCN
Vulnerable (VU) atau Terancam/ Rentan.
Ular Kobra di KPH Nganjuk diketemukan di Kawasan Hutan
Lindung. Hasil pengolahan data Biodiversity diketahui bahwa
populasi Ular Kobra di KPH Nganjuk adalah 0,486 Ekor/ha.
Kawasan yang menjadi daerah habitat perlindungan Ular Kobra
seluas 180,5 ha yang terletak pada RPH Cabean BKPH Wengkal.
Elang Ular Bido (Spillornis cheela), Trenggiling (Manis
javanica), dan Ular Kobra (Ophiophagus hannah)
merupakan satwa interest di KPH Nganjuk. Menurut
atribut NKT habitat satwa interest merupakan kawasan
yang mengandung populasi dari perwakilan spesies alami.
Kawasan tersebut memiliki nilai NKT 2.3.
3. NKT 3 Unit Manajemen Hutan memiliki Kawasan yang
Mempunyai Ekosistem yang Langka atau Terancam ? Ya.
Kawasan yang teridentifikasi adalah Goa Karst, proses terbentuknya
melalui proses alami yang memakan waktu ratusan tahun. Didalam
Goa terdapat ekosistem khas yang tidak sama dengan ekosistem
daratan lainnya, bentuk batuannya hasil dari mineralisasi kapur yang
bercampur dengan air hujan yang menetes secara perlahan dengan
waktu yang sangat lama, apabila terjadi kerusakan maka untuk
memulihkannya dapat dikatakan tidak mungkin dilakukan. Jenis
species yang mendiami didalam Goa juga memiliki ciri-ciri khas
species yang mampu bertahan hidup dengan kebutuhan cahaya yang
sangat minim, memiliki organ tubuh tambahan untuk bisa
berkembang biak, bertahan dan hidup dalam kegelapan. PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
8
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
Berdasarkan atribut NKT, Goa Karst, proses terbentuknya
melalui proses alami yang memakan waktu ratusan tahun
KPH Nganjuk termasuk ekosistem langka, terancam dan
hampir punah sehingga mengandung nilai NKT 3 (Ekosistem
RTE).
4. NKT 4. “Kawasan yang menyediakan Jasa – Jasa Lingkungan
Alami”.
Tujuan dari NKT 4 adalah untuk mengidentifikasi kawasan yang penting
untuk perlindungan fungsi hidrologis dan daerah alirah sungai (DAS),
baik berfungsi sebagai perlindungan kuantitatif air, maupun fungsinya
untuk mencegah terjadinya tanah longsor, erosi, sedimentasi dan
banjir.
4.1. Apakah Unit Manajemen Hutan terdapat Kawasan atau Ekosistem
yang Penting sebagi Penyedia Air dan Pendalian Banjir bagi
Masyarakat Hilir? Ya
Di dalam kawasan hutan KPH Nganjuk terdapat mata air yang
dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan sehari-hari seperti
pemenuhan kebutuhan air minum, pertanian, pemanfaatan untuk
perikanan dan minum ternak. Berdasarkan hasil identifikasi dari
kegiatan Site Conservation Planning (SCP) di wilayah hutan
KPH Nganjuk, diketahui bahwa jumlah mata air yang terdapat di
dalam kawasan hutan KPH Nganjuk sebanyak 49 lokasi mata air dan
4 lokasi waduk, sebagian airnya telah di analisis pada Laboratorium
Kualitas Lingkungan, Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (FTSP -ITS),
Surabaya dan Laboratorium Biologi, Program Studi Biologi, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya dengan tujuan agar
pemanfaatannya memenuhi azas kelestarian, mengurangi dampak
penggunaan B3, mengontrol detergent yang sering menjadi sumber
pencemar aktif pada badan-badan air, mengidentifikasi secara dini
bakteri yang dapat menimbulkan beberapa macam penyakit pada PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
9
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
manusia dan hewan, melindungi flora dan fauna perairan dan
mengurangi dampak ekologi yang sangat besar yaitu hilangnya
fungsi bakteri penghancur yang sangat efektif dalam proses dinamika
siklus ekologi.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas maka
wilayah KPH Nganjuk memiliki wilayah sangat penting
sebagai penyedia air baik musim hujan maupun kemarau
untuk keperluan masyarakat sekitarnya dengan kata lain
merupakan kategori NKT 4.1.
Keberadaan ekosistem waduk dengan flora dan fauna perairan juga
teridentifikasi dengan fungsi utamanya sebagai penyedia air yang
penting bagi pertanian, perikanan konsumsi, sebagai kawasan yang
penting bagi siklus ekologi. Kerusakan pada ekosistem air dapat
dikarenakan adanya kandungan sedimen yang berlebihan yang
sumbernya berasal dari erosi atau bahan-bahan kimia (B3) dari
limbah pertanian.
Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang
sering digenangi air tawar yang kaya akan mineral dengan pH
sekitar 6, kondisi permukaan air tidak selalu tetap, ada kalanya naik
turun, bahkan suatu ketika dapat pula mengering, sumber air
berasal dari air hujan, mata air, sungai, relatif tidak dalam, memiliki
dasar lumpur atau tumbuhan membusuk, terdapat vegetasi air.
Berdasarkan daerah terdapat tiga zona : Littoral, Limnetik dan
Profundal. Organisme di dalam air berdasarkan bentuk
kehidupannya dapat dibagi menjadi 5 kelompok yaitu plankton,
perifiton, nekton, neuston dan benthos.
Waduk yang ada di kawasan Hutan KPH Nganjuk mempunyai fungsi
hidrologis sebagai kawasan penyangga untuk menampung air
dalam jumlah besar yang berasal dari curahan hujan lebat agar
jangan langsung membanjiri daratan rendah, berfungsi mengurangi
besarnya fluktuasi air yang mengalir, baik buruknya kualitas PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
10
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
kawasan perairan waduk sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan
di sekitarnya yang dapat mengganggu kehidupan biota aquatik,
selain itu, upaya pemanfaatan sumberdaya alam perairan dan di
sempadannya seringkali juga turut mempengaruhi eksistensi
komponen ekosistem perairan baik secara struktural ataupun
fungsional. Pemantauan kualitas perairan dapat dilakukan dengan
cara kimia, fisika atau biologi.
a. Waduk Sumber Suko Terletak pada petak 70g luas 10,1 ha,
RPH Malangbong BKPH Bagor, Ekosistem air tawar berupa waduk
dapat dilihat, hasil observasi lapangan menghasilkan deskripsi
waduk ini termasuk dalam kelas hutan KPS, dengan jenis
vegetasi berupa rimba campur.
b. Waduk Mbah Irun Pada petak 74b luas 7,1 ha RPH Malangbong
BKPH Bagor teridentifikasi ekosistem perairan air tawar yang
pemanfaatan utama ditujukan untuk mengaliri daerah pertanian
dan dipergunakan untuk lokasi pemancingan. Ekosistem perairan
air tawar ini termasuk dalam kelas hutan KPS dengan vegetasi
berjenis rimba pada sempadannya
c. Waduk Manggarejo. Pada petak 14e luas 2,5 ha dan 15e luas
3,3 ha, RPH Awar-awar BKPH Bagor teridentifikasi ekosistem
perairan air tawar, pada koordinat S 07°34.714’ E 111°49.415’
dengan ketinggian 306 ft. Air yang terkumpul berasal dari aliran
Sungai Manyung dengan panjang sungai 14.250 Km, debit airnya
0,770 M³. Jenis tanah kawasan waduk ini adalah jenis Margalit,
merupakan jenis tanah kapur dan batuan gunung api dengan
curah hujan antara 1000mm – 2000 mm, mudah tererosi dan
berat.
Fungsi pengairan untuk pertanian sangat besar, ketahanan
pangan daerah sekitar waduk ditopang dengan adanya Waduk
Manggarejo, jenis alirannya Influent dimana air masuk kedalam
tanah memberi pasokan kedalam air tanah.
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
11
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
d. Waduk Omben, Pada petak 116c luas 10,3 ha, RPH Tamanan
BKPH Tamanan teridentifikasi adanya ekosistem air tawar yang
berfungsi dalam siklus hidrologi, air yang tertampung berasal
dari aliran air Sungai Kedung Gubug, memiliki titik koordinat S
07°29.120’ E 111°53.536’ pada ketinggian 331ft. Waduk ini lebih
berpotensi dalam pengendalian banjir yang diakibatkan naiknya
debit air pada musim hujan
e. DAS Brantas dengan Sub DAS Widas, Kedung Pedet, Kuncir
Kanan, Kuncir Kiri, Kedung Mancon, Rejoso, Kedung Padang,
Senggowar, Tretes, Kedung Soko, Konang, Tunggak.
Waduk dalam Kawasan KPH Nganjuk yang terdiri dari Waduk
Sumber Suko, Waduk Mbah Irun, Waduk Manggarejo, dan
Waduk Omben. Keempat Waduk dan DAS Brantas tersebut
memiliki peranan penting dalam menjaga kontinuitas
pasokan air untuk masyarakat yang hidup di disekitar
kawasan hutan KPH Nganjuk. Waduk tersebut menurut
atribut KBKT memiliki nilai konservasi tinggi NKT 4.1.
NKT 4.2. Unit Manajemen Hutan memiliki Kawasan yang Penting bagi
Pengendalian Erosi dan Sedimentasi ? Ya
Erosi dan Sedimentasi memberikan konsekuensi ekologi dan ekonomi
yang sangat penting dalam skala bentang alam. Erosi permukaan
(surface erosion) menyebabkan menipisnya lapisan top–soil yang
terdapat pada merosotnya produktifitas lahan.
Untuk mengetahui luasan KPH Nganjuk yang terjal dan rawan erosi
bisa dilihat dari analisis topografi KPH Nganjuk berdasarkan kelas
lerengnya.
Wilayah KPH Nganjuk memiliki areal dengan kelerengan > 45 %
seluas 701,5 Ha. Secara proporsional luasan kawasan yang memiliki
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
12
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
kelerengan > 45 % sangat kecil atau tidak dominan dalam wilayah
KPH Nganjuk.
Termasuk di dalam data tersebut diatas, KPH Nganjuk telah
mengidentifikasi wilayah-wilayah yang memiliki kelerengan diatas 45
% dijadikan sebagai kawasan dengan tujuan pengelolaan untuk
perlindungan. Kawasan yang memiliki kelerengan > 45% (Kawasan
Curam) di KPH Nganjuk peruntukannya dan pengelolaannya sudah
pasti, tidak ada konversi lahan untuk peruntukan lainnya yang dapat
menyebabkan erosi besar.
Kawasan Hutan memiliki peranan penting dalam menjaga
stabilitas tanah terjal dan rawan longsor dan kontinuitas
pasokan air untuk masyarakat yang hidup yang demikian
memiliki nilai konservasi tinggi NKT 4.2.
NKT 4.3 Wilayah Unit Manajemen Hutan yang berfungsi sebagai Sekat
Alam untuk Mencegah Meluasnya Kebakaran Hutan atau Lahan?
Tidak
Secara umum pada musim kemarau di wilayah KPH Nganjuk ada
lokasi yang berpotensi kebakaran hutan dalam jumlah kecil, itupun
yang terbakar adalah bagian lantai hutan dan tidak mematikan
tanaman jati yang ada. Serasah di atas tanah berupa daun lebar dan
cabang-cabang yang jatuh membusuk perlahan-lahan dan
menghambat kehidupan tumbuhan lain, tetapi dapat membentuk
serasah yang mudah sekali terbakar. Jika ada api merambat, pohon-
pohon jati tetap tidak terbakar tetapi tumbuhan bawah terbakar
(Whitten T. Et all 1999). Pada saat musim hujan tumbuan bawah
yang terbakar akan tumbuh kembali.
NILAI-NILAI SOSIAL
NKT 5. Kawasan Alam yang Mempunyai Fungsi Penting untuk
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat Lokal PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
13
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
NKT 5. Masyarakat lokal menggunakan Unit Manajemen Hutan untuk
pemenuhan kebutuhan dasar atau mata pencaharian? Ya
Kawasan yang mempunyai fungsi penting sebagai sumber
penghidupan bagi masyarakat lokal terutama dalam pemenuhan
kebutuhan dasar adalah kawasan yang memiliki NKT 5. Kebutuhan
dasar termasuk ; pangan, air, sandang, bahan untuk rumah dan
peralatan, kayu bakar, obat-obatan dan pakan hewan.
Keberadaan masyarakat yang tinggal disekitar hutan KPH Nganjuk
telah berlangsung sebelum pengelolaan hutan dilakukan. Ada
ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan KPH Nganjuk.
Masyarakat memanfaat/mendapat mafaat dari hutan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
- Sistem Tumpangsari
- Hijauan Makanan Ternak
- Pemenuhan Bahan Bakar
Selain selain yang disebut diatas, KPH Nganjuk juga memiliki
mata air–mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan.
Keberadaan mata air-mata air tersebut memiliki fungsi sangat
penting bagi kelangsungan hidup masyarakat di sekitar kawasan
hutan karena seandainya mata air tersebut mati masyarakat tidak
memiliki sumber air yang lain. Mata air–mata air tersebut digunakan
oleh masyarakat untuk sebagai bahan baku air minum, pertanian dan
MCK.
Dari program-program yang diterapkan oleh Perum
Perhutani KPH Nganjuk, masyarakat banyak mendapatkan
manfaat dari sistem pengelolaan hutan KPH Nganjuk
termasuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Berdasarkan dari
kajian-kajian ini maka areal Perum Perhutani KPH Nganjuk
merupakan KBKT terkait dengan atribut NKT 5.
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
14
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
NKT 6. Kawasan Hutan yang mempunyai Fungsi Penting untuk
Identitas Budaya Tradisional Komunitas Lokal
NKT 6. Bertujuan untuk mengidentifikasi kawasan yang mempunyai
fungsi penting untuk identitas budaya tradisional atau khas
komunitas lokal, dimana kawasan tersebut diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan budaya mereka.
Wilayah KPH Nganjuk yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 33 Desa
Hutan. Desa-desa hutan dalam wilayah KPH Nganjuk masing-
masing tersebar di 2 (dua) Kabupaten, yakni Nganjuk dan Madiun.
Perincian Desa-Desa hutan tersebut adalah : 31 Desa berada di 8
Kecamatan Kabupaten Nganjuk ; 1 Desa berada dalam 1 Kecamatan
Kabupaten Madiun. Secara umum desa-desa tersebut bercorak
budaya pedesaan. Penduduk yang bermukim di wilayah desa-desa
hutan tersebut sebagian besar menggantungkan mata
pencahariann mereka pada sektor pertanian yang ditandai oleh
aktifitas mengolah lahan-lahan pertanian dan mengumpulkan serta
meramu hasil-hasil hutan.
Semua wilayah desa-desa tersebut seluruhnya bisa diakses oleh
kendaraan bermotor. Akses jalan tersebut berupa alur yang
dibangun oleh Perum Perhutani, disamping hal tersebut masyarakat
masih dapat menggunakan jalan-jalan setapak yang biasanya
digunakan untuk patroli. Masyarakat disini relatif maju bila
dibandingkan dengan masyarakat terisolasi di wilayah pedalaman
hutan alam di luar Pulau Jawa. Terdapat banyak pilihan profesi
untuk bisa memenuhi tuntutan hidupnya. Dalam program kelola
sosial yang dilakukan oleh KPH Nganjuk, masyarakat sekitar hutan
mendapatkan manfaat yang besar dari pola yang dikembangkan
oleh Perum Perhutani.
Masyarakat sekitar hutan di wilayah KPH Nganjuk tidak memiliki hak
adat terhadap wilayah hutan. Menurut sejarah pengelolaan Jati,
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
15
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
Perum Perhutani memiliki legalitas kepemilikan lahan hutan sejak
pemerintahan Belanda di Indonesia. KPH Nganjuk, situs-situs ini
sudah menjadi milik masyarakat umum dan bukan menjadi milik
khusus masyarakat adat.
Situs-situs termasuk dalam NKT 6 terkait dengan nilai religi
dan budaya sebagaian masyarakat.
Situs-situs ini dalam konteks perlindungan areal sudah diidentifikasi,
diberi tata batas, dilindungi dan sudah diakomodasi oleh prinsip 9.3.
Banyak ditemukan situs ekologi, ekonomi, budaya dan religi di wilayah
KPH Nganjuk, dimana semuanya sudah diidentifikasi, di tata batas
secara permanen dengan penetapan kelas hutan LDTI, dilindungi dan
dimonitor dalam Kelola Lingkungan dan Sosial.
Berdasarkan hasil identifikasi keberadaan KBKT dalam proses sebelumnya
yang dilanjutkan dengan kegiatan full assessment untuk pengelolaannya
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
16
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
melalui proses SCP, maka disusun strategi pengelolaan dan monitoring
KBKT dengan memperhatikan target-target konservasi sebagai berikut :
1. Hutan Lindung dan Hutan Alam Sekunder
Hutan Lindung dan Hutan Alam Sekunder (HAS) di wilayah hutan
tanaman jati di Perum Perhutani Pulau Jawa pada umumnya dan
KPH Nganjuk memiliki Hutan Lindung seluas 1.266,5 Ha dan Hutan
Alam Sekunder (HAS) seluas 472,0 Ha. merupakan hutan yang
mempunyai nilai konservasi tinggi NKT1 berupa konsentrasi
keanekaragaman hayati (Biodiversity).
2. Goa – Goa
Goa – goa yang terdapat di wilayah KPH Nganjuk Gong dan Margo
Tresno merupakan tempat berlindung dari beberapa jenis kelelawar.
Kelelawar-kelawar tersebut berada di dalam goa sepanjang siang hari
dan keluar goa pada malam hari untuk mencari makanan. Makanan
kelelawar adalah serangga, jadi secara tidak langsung kelelawar juga
merupakan isektisida alami yang membantu petani dalam
pembasmian hama serangga yang menyerang tanamannya. Hutan
Nilai konservasi tinggi NKT 1.
3. Waduk – Waduk
Waduk-waduk yang ada di kawasan Hutan KPH Nganjuk mempunyai
fungsi hidrologis sebagai kawasan penyangga untuk menampung air
dalam jumlah besar yang berasal dari curahan hujan lebat agar jangan
langsung membanjiri daratan rendah, berfungsi mengurangi besarnya
fluktuasi air yang mengalir, baik buruknya kualitas kawasan perairan
waduk sangat oleh berbagia kegiatan di sekitarnya yang dapat
menggangu kehidupan biota aquatik. Berikut waduk-waduk yang
berada di kawasan KPH Nganjuk :
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
17
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
a. Waduk Sumber Suko berada di petak 70g RPH Malangbong
BKPH Bagor, Ekosistem air tawar berupa waduk dapat dilihat, hasil
observasi lapangan menghasilkan deskripsi waduk ini termasuk
dalam kelas hutan KPS, dengan jenis vegetasi berupa rimba campur.
b. Waduk Mbah Irun. Pada petak 74b RPH Malangbong BKPH Bagor
teridentifikasi ekosistem perairan air tawar yang pemanfaatan
utama ditujukan untuk mengaliri daerah pertanian dan
dipergunakan untuk lokasi pemancingan. Ekosistem perairan air
tawar ini termasuk dalam kelas hutan KPS dengan vegetasi berjenis
rimba pada sempadannya.
c. Waduk Manggarejo. Pada petak 14e dan 15e RPH Awar-awar
BKPH Bagor teridentifikasi ekosistem perairan air tawar. Air yang
terkumpul berasal dari aliran Sungai Manyung dengan panjang
sungai 14.250 Km, debit airnya 0,770 M³. Fungsi pengairan untuk
pertanian sangat besar, ketahanan pangan daerah sekitar waduk
ditopang dengan adanya Waduk Manggarejo, jenis alirannya Influent
dimana air masuk kedalam tanah memberi pasokan kedalam air
tanah.
d. Waduk Omben. Pada petak 116c RPH Tamanan BKPH Tamanan
teridentifikasi adanya ekosistem air tawar yang berfungsi dalam
siklus hidrologi, air yang tertampung berasal dari aliran air Sungai
Kedung Gupit, Waduk ini lebih berpotensi dalam pengendalian banjir
yang diakibatkan naiknya debit air pada musim hujan. Oleh karena
itu keberadaan waduk sebagai target konservasi tinggi NKT 4.
5. DAS Brantas
DAS Brantas mengalir di wilayah Hutan KPH Nganjuk yang terbagi
menjadi 2 Bagian Hutan (BH) Berbek dan BH Tritik. DAS Brantas
Kawasan ini merupakan pemasok kebutuhan air bagi kehidupan
mayarakat banyak. Apa bila fungsi pasokan air ini rusak,
masyarakat tidak memiliki alternatif lain untuk memenuhi
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
18
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
kebutuhan air didalam hidupnya. Kondisi penutupan lahan oleh
hutan secara baik sangat mempengaruhi kinerja ekosistem kawasan
ini. Oleh karena itu penutupan lahan DAS Brantas oleh hutan secara
baik tanpa tekanan dari masyarakat adalah merupakan target
konservasi di wilayah ini. Hutan yang demikian memiliki nilai
konservasi tinggi NKT 4.
6. Mata Air
Di dalam kawasan hutan KPH Nganjuk terdapat mata air yang
dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan sehari-hari seperti
pemenuhan kebutuhan air minum, pertanian, pemanfaatan untuk
perikanan dan minum ternak. Berdasarkan hasil identifikasi dari
kegiatan Site Conservation Planning (SCP) di wilayah hutan
KPH Nganjuk, diketahui bahwa jumlah mata air yang terdapat di
dalam kawasan hutan KPH Nganjuk sebanyak 49 lokasi mata air
dimana mata air ini berada. Hutan dengan fungsi seperti ini
memiliki nilai konservasi tinggi NKT 4, dimana masyarakat tidak
memiliki sumber air alternatif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
bila mata air ini rusak.
7. Kijang (Muntiacus muntjac)
Kijang (Muntiacus muntjac) termasuk dalam satwa Dilindungi
PP 7/1999 dan Status IUCN Least Concern (LC) atau Resiko
Rendah. Aktivitas Kijang terutama diurnal atau pada siang hari.
Jenis sumber pakan Kijang adalah dedaunan muda, rumput, buah
yang jatuh, telur burung, binatang kecil dan biji. Wilayah jelajah
kijang antar individu sering overlap pada periode yang pendek.
Kijang terdapat hampir diseluruh kawasan hutan KPH Nganjuk baik
produksi maupun lindung. Di kawaan hutan KPH Nganjuk habitatnya
untuk hutan lindung habitatnya 0,324 ekor/ ha sedang untuk Hutan
Lindung Terbatas mencapai 0,135 ekor/ ha, karena keberadaannya
sering diganggu oleh pemburu-pemburu liar habitanya menjadi
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
19
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
terancam dan sebagai target konservasi dibeberapa tempat di
wilayah KPH Nganjuk.
8. Trenggiling (Manis javanica).
Trenggiling (Manis javanica) termasuk ke dalam ordo pholidota
yang artinya bersisik banyak. Hewan ini memiliki 20 variasi spesies
yang ada didunia, salah satu contohnya ialah Manis javanica yang
hidup di hutan hujan tropis dataran rendah yang dapat ditemukan di
Asia Tenggara (Indonesia dan Malaysia) Trenggiling merupakan
salah satu jenis mamalia yang terdaftar dalam Appendix II dokumen
CITES, yaitu satwa yang dibatasi perdagangannya. Keberadaan
Trenggiling di KPH Nganjuk sebagai Species Interest menjadikannya
sebagai salah satu target konservasi penting.
9. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis).
Monyet Ekor Panjang atau Macaca fascicularis memang
monyet populer. Monyet dengan ekor panjang inilah yang sering
kita lihat. Selain populasi monyet jenis ini cenderung masih banyak,
kemampuannya beradaptasi membuat Monyet ekor panjang
terbiasa dengan kehadiran manusia sehingga banyak dipelihara.
Bahkan monyet ini populer dipergunakan dalam atraksi “topeng
monyet”.
Monyet ekor panjang dinamakan Crab-eating Macaque atau Long-
tailed Macaque. Sedangkan dalam bahasa latin (nama ilmiah)
primata ini dinamai Macaca fascicularis yang bersinonim dengan
Macaca irus.
Di beberapa daerah di Indonesia, Monyet Ekor Panjang disebut
dengan berbagai nama seperti Bojog (Bali), Kethek atau Munyuk
(Jawa), Monyet, Kunyuk atau Onces (Sunda). terdaftar dalam
Appendix II dokumen CITES, yaitu satwa yang dibatasi
perdagangannya. Hal tersebut menjadikan Monyet Ekor Panjang
sebagai salah satu target konservasi. PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
20
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
10. Merak (Pavo muticus)
Merak (Pavo muticus) sebagai jenis aves yang terdapat hampir di
seluruh kawasan hutan KPH Nganjuk baik produksi maupun lindung
sebagai salah satu jenis hewan yang dilindungi termasuk Appendix
II (CITES, dan IUCN) yang berarti satwa ini dilarang keras untuk
diperdagangkan dengan alasan apapun. Habitat jenis satwa ini
umum ditemui di hutan Asia dan mudah beradaptasi. Namun karena
seringnya sebagai perburuan orang-orang yang tidak bertanggung
jawab menjadi habitatnya terancam dan sebagai target konservasi
di beberapa tempat di wilayah KPH Nganjuk.
11. Elang Ular Bido (Spillornis cheela)
Elang Ular Bido (Spillornis cheela) adalah sejenis elang besar
yang menyebar luas di Asia jenis burung yang dilindungi oleh PP.RI.
No. 7 Tahun 1999 serta masuk dalam CITES Appendix II dan Status
IUCN Least Concern (LC) atau Beresiko Rendah dan merupakan
salah satu species Interest di kawasan hutan KPH Nganjuk. Habitat
Elang Ular Bido terdapat pada kawasan hutan produksi maupun
kawasan Hutan Lindung di KPH Nganjuk habitanya di Hutan Lindung
Terbatas 1,35 Ekor/ha, di Hutan Lindung 2,32 Ekor/ha, di Sempadan
Waduk 0,64 Ekor/ha produksi 1,13 Ekor/ha. Keberadaan Elang Ular
Bido yang memiliki areal jelajah yang tinggi dan jenis satwa ini
merupakan atribut satwa NKT 2.3 dan sebagai target konservasi
diwilayah KPH Nganjuk.
Penyusunan strategi pengelolaan KBKT didahului dengan penentuan
target konservasi, dilanjutkan survey viabilitas, stress dan stressor setiap
target konservasi. Berdasarkan analisis data hasil survey ini disusun
strategi dan monitoring pengelolaan target-target konservasi, detil proses
dan data disajikan dalam dokumen SCP. Tiga strategi umum yang
digunakan dalam pengelolaan target-target konservasi adalah : PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
21
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
(1) Konservasi murni
Konservasi murni berarti pada kawasan konservasi tersebut hanya untuk
peruntukan perlindungan tanpa ada aktivitas lain selain pengelolaan
kawasan konservasi. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai konservasi tinggi
yang ada pada kawasan tersebut tetap dapat dijaga, atau bahkan
ditingkatkan kualitasnya.
(2) Modifikasi atau Pengelolaan Terbatas; dan
Modifikasi atau pengelolaan terbatas terhadap kawasan konservasi berarti
dalam mengelola kawasan tersebut masih diperkenankan untuk
melakukan pengelolaan hutan, hanya saja dengan methoda yang ramah
terhadap lingkungan dan sangat terbatas dengan pengawasan yang
sangat ketat. Dimana tujuan utama dalam modifikasi pengelolaan ini
adalah nilai-nilai konservasi tinggi tetap dapat dijaga dan bahkan
ditingkatkan kualitasnya.
(3) Restorasi.
Restorasi adalah aktivitas pemulihan kembali kawasan konservasi dari
segala stress yang dialami oleh kawasan tersebut. Ekologi pemulihan
lingkungan (ecological restoration) dapat didefinisikan sebagai proses
yang secara sengaja mengubah (keadaan lingkungan) suatu lokasi guna
menetapkan suatu ekosistem yang bersifat tertentu, asli, dan bersejarah.
Tujuan dari proses ini adalah untuk mengembalikan struktur, fungsi
keanekaragaman dan dinamika suatu ekosistem.
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
22
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
RINGKASAN RE-IDENTIFIKASI KAWASAN HUTAN DENGAN NILAI
KONSERVASI TINGGI (KBKT) KPH NGANJUK
Nilai DefinisiDistribusi di
KPH Nganjuk Luas (Ha)
NKT1 Kawasan yang Mempunyai
Tingkat Keanekaragaman
Hayati yang Penting
NKT 1.1 Unit Management
Memiliki Kawasan yang
Mempunyai atau Memberikan
Fungsi Pendukung
Keanekaragaman Hayati Bagi
Kawasan Lindung dan/atau
Konservasi? Ya
NKT 1.2. Unit Managemen
Berada Berisi (mungkin) Species
Hampir Punah ? (TIDAK)
NKT 1.3. Unit Management
Hutan Berisi Kawasan yang
Merupakan Habitat Bagi Populasi
Spesies yang Terancam,
Penyebaran Terbatas atau
Dilindungi yang Mampu
Bertahan Hidup ( Viable
Population) ? Ya
NKT 1.4 Unit Management
Memiliki Kawasan yang
Merupakan Habitat bagi Spesies
atau Sekumpulan Spesies yang
Digunakan Secara Temporer ?
Ada
1.1 Hutan Lindung
1.1Hutan Alam
Sekunder (HAS)
1.3 Spesies Endemik
dan RTE
- Kijang,
- Trenggiling,
- Monyet Ekor
Panjang,
- Merak,
- Elang Ular Bido,
1.4 Goa Gong
Goa Margo Tresno
1.266,5 ha
472,0 ha
2.046,90 ha
2.068,40 ha
1.060,50 ha
720,70 ha
907,70 ha
0,1 ha
0,1 ha
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
23
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
Ya
NKT2 Unit Manajemen Hutan
memiliki Kawasan yang
Mempunyai Ekosistem yang
Langka atau Terancam ? Ya
Ada
2.1. Landscape
2.2. Dua/lebih
ekosistem
2.3. Species
Interest
- Elang Ular Bido
(Spillornis cheela)
- Trenggiling
(Manis javanica)
- Ular Kobra
(Ophiophagus
hannah)
-
-
Habitat Pada
HL, HAS
(total luas
907,70 ha)
Habitat berada
di HL, HAS
seluas 2.068,40
ha
Habitat berada
di Kawasan
Produksi RPH
Cabean, BKPH
Wengkal seluas
180,5 ha
NKT3 Unit Manajemen Hutan
memiliki Kawasan yang
Mempunyai Ekosistem yang
Langka atau Terancam ? Ya
Ada
Goa Karst
- Goa Gong
- Goa Margo Tresno
Ptk 147b RPH
Balo, BKPH
Taman (0,1)
Ptk 227a RPH
Cabean, BKPH
Wengkal (0,1)
NKT4 Kawasan yang Menyediakan
Jasa-Jasa Lingkungan Alami
NKT 4.1. Apakah Unit
Manajemen Hutan terdapat
Ada dan tersebar di
wilayah KPH Nganjuk
4.1 Mata Air 10,2 Ha PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
24
KBKT KPH Nganjuk [RINGKASAN KBKT
Kawasan atau Ekosistem yang
Penting sebagi Penyedia Air
dan Pendalian Banjir bagi
Masyarakat Hilir? Ya
NKT 4.2. Unit Manajemen
Hutan memiliki Kawasan yang
Penting bagi Pengendalian Erosi
dan Sedimentasi ? Ya
NKT 4.3 Wilayah Unit
Manajemen Hutan yang
berfungsi sebagai Sekat Alam
untuk Mencegah Meluasnya
Kebakaran Hutan atau Lahan?
Tidak
Kawasan Waduk
- Sumber Suko
- Mbah Irun
- Manggarejo
- Waduk Omben
- Tangkapan Air
(DAS Brantas)
4.2 Daerah Curam
10,1 Ha
7,1 Ha
5,8 Ha
10,3 Ha
1.135,9 Ha
701,5 Ha
-
NKT5 Kawasan Alam yang
Mempunyai Fungsi Penting
untuk Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Masyarakat
Lokal
Ada (Perencekan, HMT,
Tumpangsari, empon-
empon)
-
NKT6 Kawasan Hutan yang
mempunyai Fungsi Penting
untuk Identitas Budaya
Tradisional Komunitas Lokal
Ada
Situs Budaya 2,95 Ha
PERUM PERHUTANI KPH Nganjuk Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
25
Top Related