Mata Kuliah Pilihan Behaviour Change Communication
6 – 12 Juli 2012
Vinny Aprilia
0910730014
2009
Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang
2012
BAB I
ISI
A. MATERI 1 : HUMAN BEHAVIOUR
Definisi perilaku
Perilaku memiliki banyak pengertian dari berbagai ilmuwan, di mana
pengertian yang diutarakan memiliki inti yang sama.
a. Menurut Corry, perilaku ialah segala aktivitas yang bisa didefinisikan,
diamati, dan diukur. Misalnya, terlihat sikap dari seorang wanita tersebut
apakah ia sering makan, sedikit makannya, cepat atau lambat dari ia
mengonsumsi makanan.
b. Menurut Skiner dari teori SOR ( Stimulus Organisme Respons), perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Misalnya,
seseorang berubah perilakunya karena iklan atau banyak munculnya
makanan cepat saji.
Terdapat 3 komponen dalam teori ini, yaitu :
Stimulus rangsangan
Organisme pihak yang berperilaku
Respon kesediaan dalam berperilaku akibat adanya rangsangan
yang diterima
c. Menurut Sri Kusmiyati, perilaku manusia merupakan proses interaksi
individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi bahwa dia adalah
makhluk hidup
Proses terciptanya perilaku :
Berawal dari selalu memberikan stimulus (rangsangan), dan intensitas
rangsangan yang diberikan melebihi dari rangsangan saat awal pemberian,
maka perilaku lambat laun dapat berubah. Kata-kata (keyword) sebagai
rangsangan selalu diberikan, sehingga akan mencap di otak dan
berpengaruh pada perilaku. Apabila stimulus mendapat perhatian oleh
organisme atau stimulus tersebut diterima, maka ia mengerti rangsangan
yang diberikan dan melakukan proses selanjutnya. Organisme melakukan
suatu respon mengolah rangsangan/stimulus yang diterima sehingga adanya
kesediaan untuk melakukan akibat rangsangan yang telah diterima tersebut.
Faktor yang mempengaruhi manusia berperilaku
a. Behavioristik manusia berperilaku karena stimulasi/rangsangan dari
lingkungan. Misalnya, dalam suatu angkatan perkuliahan sudah ada yang
maju ujian proposal dan ini yang membuat teman-teman yang lain meniru
untuk segera maju ujian proposal pula.
b. Humanistik/realism manusia berperilaku karena niat yang ada dalam
individu. Misalnya, seseorang mencoba mengerjakan proposal karena
sudah niat dari semester 1 ingin cepat menyelesaikannya
Konsepsi Skematik Rosenberg & Hovland Mengenai Sikap
Tindakan yang tampak
Pernyataan lisan mengenai perilaku
Kesiapan bertindak
Pernyataan lisan tentang keyakinan
Hasil pengindraan
Pernyataan lisan tentang pengetahuan
PRACTICE
ATTITUDE
KNOWLEDGE
PERILAKU
STIMULI (Individu, isu sosial,
kelompok sosial, dan obyek sikap
lainnya)
c. Konvergensi manusia berperilaku karena tuntutan kebutuhan, baik
yang berasal dari lingkungan maupun dari diri sendiri. Merupakan
gabungan dari behavioristik dan humanistik.
Dalam berperilaku, ada pula faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
perubahan perilaku, yaitu :
- Motivasi
- Kepribadian
- Lingkungan
- Interaksi, missal interaksi dengan teman-teman atau masyarakat
- Nilai, misalnya di suatu daerah ada yang tidak boleh mengonsumsi
bahan makanan tertentu sehingga mempengaruhi pula pada perilaku
konsumsi masyarakat tersebut.
Jenis-jenis perilaku
a. Perilaku tertutup
Perilaku respon seseorang terhadap rangsangan dalam bentuk
terselubung. Misalnya, seorang yang obesitas mengetahui pentingnya
menjaga konsumsi makanan, yaitu tidak mengonsumsi goring-gorengan
tapi hanya sekedar tahu saja.
b. Perilaku terbuka
Perilaku respon seseorang terhadap rangsangan dalam tindakan nyata
atau terbuka. Misalnya, seorang yang obesitas mulai menjaga konsumsi
makanannya, tidak mengonsumsi goring-gorengan berlemak untuk
menurunkan berat badannya.
Perilaku sehat dan perilaku sakit
a. Perilaku sehat
Konsep sehat ialah sebuah keadaan fisik, mental, serta kesejahteraan
sosial, dan bukan sekedar keadaan tidak adanya penyakit atau
kelemahan (WHO)
Perilaku kesehatan memiliki 2 makna menurut 2 orang yang berbeda :
- Menurut Solita Sarwono yaitu segala bentuk pengalaman dan
interaksi individu dengan lingkungannya khususnya menyangkut
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
- Menurut Bloom, perilaku merupakan salah satu aspek yang
menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan (Bloom)
- Keturunan
- Lingkungan fisik dan sosial budaya
- Perilaku
- Fasilitas kesehatan
Model perilaku kesehatan (Nico S. Kalangie)
Sadar/Tahu
(S)
Tidak Sadar/
Tidak tahu (TS)
Menguntungkan
(U)1 4
Potensi
(Stimulan)
Merugikan
(R)2 3 Kendala
1. Kegiatan manusia yang sengaja dilakukan untuk menjaga,
meningkatkan kesehatan, dan menyembuhkan diri dari penyakit dan
gangguan kesehatan. Misalnya, mengetahui, sadar akan pentingnya,
dan melakukannya dalam mengonsumsi sayuran untuk
meningkatkan derajat kesehatan.
2. Perilaku yang merugikan atau merusak kesehatan, menyebabkan
kematian, namun secara sadar atau sengaja dilakukan. Misalnya,
seseorang sadar dan mengetahui bahayanya merokok tapi tetap saja
dilakukan.
3. Mencakup semua tindakan yang baik secara tidak disadari dapat
mengganggu kesehatan.
4. Kegiatan yang secara tidak disadari atau disengaja dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya, berangkat ke kampus dari kos
dengan berjalan kaki.
b. Perilaku sakit
Konsep sakit ialah penilaian individu terhadap pengalaman menderita
suatu penyakit (konsep kebudayaan). Sedangkan penyakit itu ialah
gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat terjadi
infeksi atau tekanan dari lingkungan (konsep patologi).
Tanda-tanda sakit menurut Cecil Helman
- Terjadinya perubahan pada tampilan tubuh/fisik, seperti menjadi
kurus, perubahan warna kulit, dan rambut rontok.
- Simptom fisik berupa ketidaknyamanan, seperti rasa sakit, sakit
kepala, sakit perut, demam, menggigil.
- Pengeluaran sesuatu dari tubuh yang tidak biasa, seperti darah
dalam urine, dahak, buang air besar.
- Perubahan fungsi anggota tubuh (menjadi kaku).
Perilaku sakit memiliki 2 makna menurut 2 orang yang berbeda :
- Menurut Solita Sarwono yaitu tindakan yang dilakukan oleh
seseoarang yang merasa dirinya sedang sakit agar memperoleh
kesembuhan.
- Menurut Fauzi Muzaham, illness behavior adalah cara seseorang
bereaksi terhadap gejala-gejala penyakit yang dipengaruhi oleh
keyakinan-keyakinannya terhadap apa yang harus diperbuat untuk
menghadapinya.
4 unsur utama dalam memahami perilaku sakit (Model Suchman), yaitu
perilaku sakit itu sendiri (alternatif perilaku) :
- Mencari pertolongan medis dari berbagai sumber atau pemberi
layanan.
- Fragmentasi perawatan medis.
- Menunda upaya mencari pertolongan sesuai dengan gejala atau
keadaan yang dirasakan.
- Melakukan pengobatan sendiri.
- Membatalkan atau menghentikan pengobatan.
B. MATERI 2 : KONSEP UMUM PERUBAHAN PERILAKU
Bentuk-bentuk perubahan perilaku
a. Perubahan alamiah (natural change)
b. Perubahan terencana (planned change)
c. Kesiapan berubah (readiness to change)
Strategi perubahan perilaku
a. Dengan paksaan. Misalnya, menyuruh keluarga mengikuti KB karena
sosialisasi KB itu sebenarnya susah, lalu menerapkan suatu aturan
atau denda pada sasaran. Merupakan strategi dengan proses yang
cepat tapi tidak bertahan lama.
b. Dengan memberi imbalan. Imbalan dapat berupa material maupun non
material. Sama halnya dengan strategi paksaan, merupakan strategi
dengan proses yang cepat tapi tidak bertahan lama.
c. Dengan membina hubungan baik
d. Dengan menunjukkan contoh-contoh
e. Dengan memberi kemudahan, misalnya pada instansi kesehatan
seperti puskesmas memberikan kemudahan pada masyarakat miskin
untuk memeriksakan kesehatannya.
f. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi
Teori perubahan perilaku
a. Health Belief Model (Model Kepercayaan terhadap Kesehatan)
Perilaku seseorang yang berkaitan dengan kesehatan tergantung
kepada persepsi seseorang itu terhadap empat area kritis, yaitu:
- Keganasan penyakit tersebut. Perubahan perilaku didasarkan
pada orang yang sudah terkena penyakit tertentu dan perubahan
bisa berjalan dengan cepat.
- Kerentanan seseorang terhadap penyakit itu
- Keuntungan yang dirasakan bila melakukan perilaku yang baru
- Hambatan-hambatan yang mungkin ditemui bila melakukan
perilaku baru tersebut
b. Kelman
Perubahan perilaku didasarkan pada :
- Dipaksa (Coersive), karena instruksi , dipaksa atau ancaman.
Akan mendapatkan respon yang cepat, namun akan hilang
dengan cepat pula.
- Terpaksa (compliance), menuruti anjuran orang lain karena ingin
mendapatkan imbalan, baik berupa materi maupun non material.
Sama halnya dengan di atas, Akan mendapatkan respon yang
cepat, namun akan hilang dengan cepat pula.
- Karena ingin meniru atau ingin dipersamakan (identification)
dengan seseorang yang dikagumi.
- Karena menyadari manfaatnya (internalization).
Tahapan perubahan perilaku
a. Pengetahuan (knowledge)
Menginformasikan beberapa pengetahuan yang dapat membantu dalam
perubahan perilaku. Banyak pengetahuan yang dapat mendukung
perubahan tersebut.
- Pengetahuan tentang sakit dan penyakit penyebab penyakit,
gejala penyakit, cara pengobatan, cara penularan, dan cara
pencegahan.
- Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara
hidup sehat jenis makanan yang bergizi, manfaat makanan
yang bergizi, olahraga, pentingnya istirahat, penyebab akibat
perilaku.
- Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan manfaat air bersih,
cara pembuangan limbah, pencahayaan dan ventilasi.
b. Sikap (attitude)
Setelah mendapatkan pengetahuan tersebut, seseorang akan melakukan
suatu respon atau sikap terhadap pengetahuan yang diperoleh. Sikap
tersebut berdasarkan pengetahuan yang ada yaitu :
- Sikap terhadap sakit dan penyakit
- Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
- Sikap terhadap kesehatan lingkungan
c. Praktek atau tindakan (practice)
Setelah melakukan suatu respon apakah pengetahuan tersebut
dipahami, diterima, atau tidak, seseorang melakukan suatu tindakan
terhadap pengetahuan yang diperoleh dan respon yang dilakukan
sebelumnya.
- Tindakan yang berhubungan dengan penyakit
- Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
- Tindakan kesehatan lingkungan
C. MATERI 3 : KONSEP BCC
Dalam Bahasa Indonesia, behavior change communication berarti
komunikasi untuk perubahan perilaku
Komponen dari komunikasi ialah : pembawa pesan, pesan, penerima pesan,
dan media. Sedangkan pada BCC terdapat 1 tambahan komponen yaitu
scope perubahan perilaku.
Pondasi dari BCC ialah terletak pada perilaku. Pesan yang ditujukan secara
massal kemungkinan hanya mengenai 20-30% massa saja dalam
mengedukasinya karena membahasakan pesan tersebut tidak mudah.
BCC dalam konsep social marketing ialah pendekatan pada konsumen
untuk mempromosikan produk secara social dan sangat berguna dalam
prakteknya, produk yang dimaksud ialah pesan yang akan diperoleh dan
membuat pesan tersebut mudah diakses. Produk pada konsep social
marketing ini bukanlah produk tangible yaitu bukan produk yang dapat
dipegang maupun dilihat. Manusia dikatakan social wellbeing karena
manusia tidak pernah menyendiri.
Ada beberapa mitos kesehatan yang dapat berpengaruh pada perubahan
perilaku seserang. Pada kondisi malnutrition, maka solusinya hanyalah
dengan memberikan makanan. Padahal menurut konsep UNICEF, kondisi
malnutrition dipengaruhi oleh penyebab langsung dan banyak penyebab
tidak langsung, seperti :
- Kekurangtahuan ibu dalam memberikan makanan
- Tingkat breastfeeding yang rendah
- Tingkat infeksi yang tinggi
Dengan melihat hal tersebut, jika muncul suatu mitos tentang malnutrition
maka kembalilah pada konsep UNICEF tersebut. Lain halnya dengan
kebalikan mitos di atas, yaitu program intervensi gizi yang tidak memberikan
makanan belum tentu dapat menyelesaikan masalah gizi. Misalnya, pada
daerah bencana alam jangan langsung memberikan konseling atau
penyuluhan, karena itu kurang dibutuhkan. Rapid action harus segera
diberikan seperti pemberian makanan dengan personal information berupa
menjaga higienis. Sehingga dengan munculnya mitos-mitos tersebut, dapat
dilakukan formative research yaitu research di awal untuk mengetahui
alasan seseorang mempercayai dan melakukan hal tersebut.
D. MATERI 4 : KONSEP BCC – THE FOCUS IS ON THE BEHAVIOUR
Fondasi dari BCC ialah perilaku, sehingga untuk mengubah perilaku
seseoarang harus mengerti dan memahami sikap serta tingkah lakunya,
persepsi yang sering dipakai dala berperilaku, dan prakteknya pada lingkup
sosial. Setelah memahaminya, dapat terlihat blocker atau halangan yang
harus diperhatikan saat komunikasi, yaitu :
- Lingkup social
- Kebudayaan
- Cost atau biaya
- Ketersediaan
- Pelayanan yang kurang baik
Dan harus pula diperhatikan bahwa, BCC tersebut terlaksana harus secara
voluntary dan muncul karena keasadaran pribadi, tidka boleh terpaksa agar
dapat bertahan lama.
Karakteristik BCC :
a. BCC dilaksanakan berdasarkan pada pesan atau konten yang dapat
mencerminkan sasaran tersebut, memenuhi aspirasi sasaran.
b. BCC memperhatikan segmentasi di mana BCC tidak sama pada semua
target yang akan diintervensi. Dengan memperhatikan segmentasi, dapat
tercapai penyampaian objektif serta pesan pada BCC tersebut yang
ditujukan kepada sasaran khalayak. Segmentasi diperlukan karena harus
dipelajari pula karakteristik sasaran dan cara pendekatan yang cocok
untuk diberikan.
c. Pada saat pengembangan pesan, harus dipastikan pesan yang
disampaikan tesebut selalu memenuhi :
- Bersifat mengajak
- Bersifat memotivasi
- Adanya aspek yang terlihat jelas bahwa pesan tersebut memang
ditujukan pada sasaran tersebut
- Bersifat mempengaruhi untuk melakukannya
- Pesan tidak ada yang bersifat single, selalu kompleks.
d. Pada saat pesan ingin disampaikan, media yang digunakan harus
memperhatikan karakteristik sasaran. Dengan memperhatikan
karakteristik sasaran, dapat pula terlihat media apa saja yang sering
digunakan. Dengan memakai media tersebut, penyampaian isi pesan
dapat secara cepat menancap di pemikiran sasaran. Media yang
digunakan dapat melalui orang langsung berupa direct counseling
(konseling secara labgsung) misalnya konseling door-to-door, sehingga
pada saat penyampaian pesan juga harus memilih orang (communication
channels) yang nyaman dalam memberikan pesan (being local) dan pada
akhirnya pesan tersebut mau didengarkan dan diterima sasaran.
Frekuensi dalam penyampaian juga harus benar-benar efisien sehingga
pesan dapat mengenai sasaran.
e. Jika BCC ingn bertahan lama, orang local yang terpilih dalam
penyampaian pesan tersebut harus diberikan servis secara personal
berupa training sehingga mampu menjalaninya dengan baik.
f. Beberapa kegiatan harus terdapat kepemimpinan secara terpusat
(leadership) yang diambil dari orang local dari wilayah sasaran agar
dapat membantu mengembangkan pengaruh sehingga program BCC
dapat berhasil.
Teori perubahan perilaku
a. Human belief model
Berdasarkan analisis dari keuntungan perilaku yang dilakukan karena
setiap orang selalu menimbang-nimbang terlebih dahulu sebelum
bertindak. (cost-benefit analysis)
b. Theory of Reasoned Action
Selalu memprediksi perilaku dari niat. Seringkali banyaknya blocker atau
halangan sehingga suatu perubahan sikap yang sudah diniati akan gagal
dan tidak jadi dilakukan.
c. Transtheoretical Model
Manusia berperilaku secara bertahap. Berawal dari proses : memberi
tahu atau menginformasikan pada sasaran sasaran menyetujuinya
sasaran melakukannya mempertahankan perilaku tersebut
mempengaruhi orang lain untuk berperilaku yang sama.
Di antara tahapan sasaran menyetujui dengan sasaran melakukannya,
seringkali sasaran hanya sekedar menyetujui dan ingin mengubah
perilaku hanya sebuah niat dan tidak sampai terealisasikan.
d. Social Learning Theory
Manusia berperilaku karena lingkungan sekitarnya.
BCC sebenarnya bisa dilakukan tapi tidak mudah dalam menjalankan/
melakukannya sehingga harus terdapat inovasi setiap BCC yang akan
dilakukan.
Perilaku dapat diperbaiki dengan kampanye-kampanye, tapi di beberapa
Negara BCC tidak mencukupi sehingga harus diikuti oleh advokasi dari
pemerintah.
E. MATERI 5 : PERAN BCC DALAM UPAYA PERBAIKAN GIZI
Peran BCC dalam intervensi yang dilakukan untuk perbaikan gizi ialah :
Pada edukasi gizi/konseling untuk meningkatkan praktek konsumsi diet
- Pemberian saran atau advokasi dalam pendanaan lanjutan dan
mendukung para pengambil keputusan dengan mengkomunikasikan
besarnya masalah, tingkat keefektifan, dan dampak dari informasi
- Meningkatkan kepedulian publik akan kebutuhan zat gizi
- Menjelaskan dan mempromosikan bahwa keluarga serta kelompok
komunitas lingkungan sekitar berperan dalam pertumbuhan anak
- Melakukan training pada pekerja kesehatan agar konseling dapat
berjalan efektif
- Dari segi kegiatan untuk menyuruh wanita hamil dapat dengan
penyuluhan, seminar, dan memberitahukan manfaat. Namun seminar
belum tentu terlalu cocok dilakukan untuk menengah ke bawah. Kadang
kala penyuluhan dan konseling dapat diterapkan keduanya. Yang
pertama melakukan penyuluhan massal, lalu pendekatan tersebut harus
di re-inforced secara individual (konseling).
Pada program fortifikasi
- Advokasi pada peraturan untuk meningkatkan kepatuhan sesuai dengan
hukum atau peraturan yang berlaku
- Membangun kepedulian atau pemahaman atas keuntungan dan
pentingnya dari fortifikasi makanan
- Menginformasikan sasaran di mana mendapatkan dan mengkonsumsi
makanan tersebut serta memotivasi untuk segera memperoleh serta
cara penggunaannya
- Membantu dalam bentuk packagingnya. Biasanya packaging atau
pengemasan dalam jumlah yang kecil sehingga dapat memenuhi
kemampuan manusia dalam membeli. Merupakan salah satu cara pula
dalam menjembatani BCC dengan industry.
Pada program suplementasi vitamin dan mineral
- Membangun kepedulian masyarakat akan pentingnya dan kebutuhan
pada suplementasi
- Menginformasikan pada masyarakat tempat dan cara memperoleh
suplementasi
- Melakukan pengemasan yang baik agar tingkat kepatuhan masyarakat
bertambah
Pada program pertumbuhan anak-anak
- Membantu dalam promosi kegiatan pertumbuhan anak-anak agar
berhasil
- Melakukan training pada pekerja kesehatan dan sukarelawan agar
kemampuan dan keahlian dalam pertumbuhan anak bertambah
- Membangun kepedulian untuk berpartisipasi dalam pengukuran berat
badan dan konseling yang merupakan kegiatan standar dari kegiatan
untuk melihat pertumbuhan anak-anak
Pada program perbaikan gizi pada anak-anak malnutrition
- Mengajarkan pada ibu bagaimana cara berpartisipasi dalam perbaikan
gizi buruk pada anak-anak
- Saling mendiskusikan dengan ibu alasan anak mengalami malnutrition
Pada program pemberian makanan pada anak-anak malnutrition atau yang
kurang intake makanan, pada korban bencana alam, dan pengungsi
- Advokasi untuk mendukung agar program berjalan lancar dan berhasil
- Mengajarkan bagaimana cara mengonsumsi makanan yang benar
- Memotivasi untuk mengonsumsi makanan disesuaikan dengan umur
dan keadaan anak tersebut
- Mengajarkan konsep gizi dasar yang dapat dilaksanakan pada keadaan
darurat
Pada program pembuatan kupon makanan
- Advokasi tentang peraturan program
- Menginformasikan mengenai keuntungan, logistik, dan cara
menggunakan kupon tersebut
Pada program melestarikan atau mempertahankan konsumsi bahan
makanan local
- Memotivasi masyarakat untuk melakukannya
- Memberikan cara secara teknis agar pemanfaatan makanan local dapat
berkembang
Pengobatan infeksi/parasite pada anak-anak
- Membuat anak dan orangtua peduli dengan bahayanya parasite
- Menjelaskan secara rinci mengenai pengobatan dan sisi efek samping
dari obat yang dikonsumsi
- Memotivasi masyarakat untuk mencegah adanya infeksi lainnya,
mislanya dengan mencuci tangan, asi eksklusif, dll
Pada program informasi mengenai jarak kehamilan dan melahirkan pada
wanita
- Menginformasikan pada pria maupun wanita mengenai keuntungan dari
memberikan jarak antar kehamilan dan memotivasi mereka untuk
melakukannya
- Memberikan penjelasan mengenai dampak buruk atau memunculkan
ketakutan mereka bila jarak diabaikan
F. MATERI 6 : PERENCANAAN BCC – OVERVIEW
Framework untuk merancang program BCC yang efektif :
Why? - Mencari penyebab mengapa masalah gizi tersebut terjadi?
- Melakukan skala prioritas untuk memilih. Dengan memilih,
intervensi dapat focus. Ada cara untuk membantu dalam
memilih masalah gizi yang akan ditangani yaitu dengan
SWOT
- Jika terdapat dana dan sumber daya memadai, bisa saja
memilih lebih dari 1 intervensi namun tidak focus dan
menyusahkan
Who? - Penetapan target grupnya
- Jika pada kondisi anak sekolah, anak-anak menjadi primary
target, orangtua murid menjadi secondary target, dan
pemerintah menjadi tertiary target. Pemerintah membantu
dalam mengurus peraturan sekolah dasar (depdikbud)
What? - Apa yang mau diubah?
- Mau melakukan apa saja?
- Menetapkan objektifnya
How? - Cara melakukannya bagaimana?
- Implementasinya bagaimana?
Effective? - Sukses atau tidak melakukannya?
- Berhubungan dengan “what” dalam penetapan objektif awal
- Melihatnya dengan cara evaluasi
Why is this issue a problem?
- Menganalisis isu masalah gizi atau kesehatan
Apa saja penyebab dari masalah? Melakukan determinant analisis
Apa saja penyebab tidak langsung dari masalah tersebut?
Dapatkah masalah tersebut dapat diperbaiki dengan edukasi gizi
atau BCC?
- Dapat memakai konseptual dari UNICEF sehingga mengetahui penyebab
langsung maupun tidak langsung
Who are the target gropus?
- Menilai karakteristik calon kelompok target :
Apa saja yang mereka butuhkan dan harapkan?
Apa saja kepercayaan, sikap/perilaku, serta nilai-nilai kebudayaan
mereka?
Apa tipe dari setiap orang dalam menerima pembelajaran?. Dalam
learning preference ini merupakan cara BCC yang benar-benar
harus dimatangkan
Apa mereka memahami, melakukan informasi yang diberikan
tersebut? Dan melihat berapa persenkan orang tersebut?
Dalam tingkatan fase apa behavior calon target?
- Dapat menetapkan objektif awal dengan menggunakan teori perubahan
perilaku
What do you hope to achieve?
Menentukan objektif yang tepat untuk program dalam fase ini.
How will you implement?
- Implementasi yang dilakukan harus sesuai dengan objektif, tidak boleh
yang terlalu biasa atau malah implementasi yang dilakukan tidak sesuai
atau berlebihan
- Implementasi dapat dilakukan dengan :
Formal, misalnya melalui puskesmas
Non formal, misalnya melalui drama
- Dalam melakukan BCC juga pasti ada competitor atau saingan dalam
kegiatannya atau aktivitas kompetisi.
- Harus diperhatikan pula :
Apa pesan yang ingin disampaikan pada kegiatan tersebut?
Siapa saja yang bisa diajak bekerja sama dalam melakukan
program?
How will you know your program has been successful?
- Merencanakan evaluasinya dengan melihat goal atau tujuan serta
objektif agar terlihat program tersebut berjalan secara efektif atau tidak.
- Dapat melakukan mid-term evaluation, menilai yang kurang sesuai atau
tidak berjalan pada pertengahan program.
- Penyampaian hasil evaluasi harus disampaikan kepada :
Masyarakat (merupakan kewajiban moral)
Pemerintah
Pemberi dana
Pemilik program
Masyarakat ilmiah lainnya (seperti pakar, akademisi, NGO) agar jika
pihak tersebut ingin melakukan program kegiatan terkait dapat
saling bekerja sama.
Prinsip dari program BCC yang efektif
- Direncanakan dengan baik berdasarkan pada kebutuhan target grup agar
program dapat diterima.
- Sensitive terhadap budaya dan aspek sosial di tempat BCC dilakukan
karena kita tidak meminta mereka melakukan kegiatan yang melenceng
jauh dari kebudayaannya.
- Orientasi dari dampak ialah mengubah perilaku dimulai dari sikap dan
kapasitas untuk hidup dengan pilihan hidup yang lebih baik.
- Model BCC tidak menggurui
- Harus dapat memberikan dan memahami dampak dari perubahan dari
keadaan awal pengetahuan kelompok target
- Pesan yang dibuat dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dengan
menggunakan gambar lebih baik.
- BCC harus mampu meningkatkan keterampilan kelompok target.
G. MATERI 7 : PERENCANAAN BCC – ANALISIS SITUASI
Persiapan dalam melakukan analisis situasi :
- Memahami karakteristik target
- Mencari data statistic dan laporan dari kantor atau secara formal
- Melakukan secondary literature
Kegiatan menuju lapangan :
- Jalan keliling kampung/daerah
- Observasi partisipasi/situasi saat jalan keliling kampung
- Focus group discussion
- Melakukan in depth interview pada informan kunci bisa pada pemuka
agama atau kepala desa.
- Melakukan metode assessment secara tepat
- Melihat penyimpangan positif/positive deviance (PD)
Selama observasi partisipasi, tempat dan objek yang harus diobservasi :
- Pasar setempat/local (proses transaksi pembelian, apa saja yang dijual,
siapa saja yang menjual dan membeli, berapa rata-rata harga yang
ditawarkan)
- Kebun dan halaman rumah (daya akses terhadap sumber tanaman,
sumber/supplier dari tanaman atau makanan)
- Dapur dan peralatan rumah tangga (keputusan tentang snack,
bagaimana cara mempersiapkan makanan untuk siap dimakan, prioritas
dalam mengonsumsi makanan)
- Suatu event/acara atau upacara tertentu (makanan berdasarkan tingkat
social)
- Musim yang ada pada lapangan atau daerah yang diobservasi (misalnya,
hujan, kemarau, banjir, dll)
Pihak-pihak yang dapat menjadi sumber informasi atau observasi :
- Anggota keluarga dalam rumah tangga
- Orang yang lebih tua atau dituakan
- Memperhatikan pula pendapat dari jenis kelamin laki-laki atau
perempuan
- Orang-orang spesialis local atau informal, seperti pemuka agama, guru,
dll
- Orang-orang dari sector formal, seperti tenaga kesehatan dan
pemerintah.
Metode/strategi dalam mengidentifikasi masalah
- Pendekatan etnografi
Pendekatan dengan cara berbaur dengan masyarakat
“Look alike” : penampilan terlihat seperti dengan tempat sasaran
“Talk alike” : bahasanya mirip dengan tempat sasaran
“Think alike” : mencoba berpikir dalm berkata dan nada bicara yang
tidak begitu terkejut saat menjumpai sesuatu yang aneh
Menggunakan semua panca indera karena kita sensitive terhadap
apapun yang terjadi
Pendekatan yang holistik (pendekatan menyeluruh) dan multi-
dimensi harus benar-benar mendapatkan informasi yang sesuai
dengan : target ucapkan, target lakukan, target pikirkan/harapkan
atau yang dipercaya, dan mengenai konteks dari 3 hal tersebut.
- Pendekatan partisipatif
Menggunakan tim multi-disiplin yang terdiri dari tim yang expert atau
sudah ahli di bidangnya, tim local yang dapat membantu program
berjalan lancer, serta local NGO.
- Metode campuran
Kombinasi pendekatan dengan metode kuantitatif dan kualitatif untuk
mengetahui besarnya masalah dan alasan masalah tersebut dapat
terjadi.
H. MATERI 8 : PERENCANAAN BCC – STRATEGY FORMULATION
Inti dari model kampanye pada komunikasi ialah :
WHO, says WHAT, in which CHANNEL, to WHOM, and with what EFFECT?
Siapa pihak yang akan berkata apa (sesuatu) di program daerah yang mana
kepada sasaran siapa dan dengan menimbulkan efek apa di akhir program.
Sehingga aspek kunci dari komunikasi ialah :
- Pemberi pesan/komunikator
- Pesan/informasi
- Media pengiriman pesan
- Penerima pesan/sasaran komuniti
- Efek yang muncul
Faktor yang harus diperhatikan dalam intervensi
- Faktor lingkungan
a. Faktor komunitas
Masalah yang sering muncul ialah mengenai ketersediaan
pelayanan/servis kesehatan dan mengenai peraturan yang berlaku.
Sehingga strategi BCC yang memungkinkan ialah segera menembak
pada sasaran tersier yang berpengaruh pada peraturan/regulasi.
b. Faktor social ekonomi
Masalah yang sering muncul ialah mengenai pekerjaan yang sering
menghambat keberhasilan program BCC dan pendapatan. Sehingga
strategi BCC yang memungkinkan ialah menembak kegiatan pada
kelompok target sekunder karena kecil kemungkinan terlaksananya
program BCC pada target utama.
c. Norma social
Masalah yang sering muncul ialah pada perilaku actual yang
sering melanggar norma. Sehingga strategi BCC yang
memungkinkan untuk dilaksanakan ialah melakukan diskusi
komunikasi berkaitan dengan norma-norma social dan harus
direncanakan untuk jangka panjang.
Masalah lain yang sering muncul juga ialah mengenai sesuatu
yang sering dianggap suatu persepsi yang benar. Sehingga
strategi BCC yang dilakukan ialah memaparkan suatu fakta untuk
memperbaiki persepsi tersebut.
- Faktor individu orang tersebut
a. Faktor kognitif
Tingkah laku dipengaruhi oleh susceptibility (kerawanan), severity
(keparahan), benefits (keuntungan), costs (biaya), health motive
(motivasi kesehatan). Dari beberapa yang mempengaruhi tersebut,
seringkali muncul sebagai masalah, yaitu :
Masalah pada susceptibility (kerawanan), severity (keparahan),
dan cost of behavior sehingga strategi BCC yang memungkinkan
untuk dilakukan adalah membandingkan dengan bahan yang lain
dengan perbandingan yang sama.
Masalah pada self efficacy atau kemampuan diri sendiri sehingga
strategi BCC yang dapat dilakukan ialah melakukan training untuk
meningkatkan kemampuan dan keahlian.
Masalah pada fear atau ketakutan yang muncul, sehingga strategi
BCC yang dapat dilakukan ialah menurunkan ketakutan tersebut
atau malah meningkatkan ketakutan tersebut dengan menakut-
nakuti agar menjadi tahan dan akhirnya ketakutan hilang.
b. Faktor perilaku/sikap
Masalah yang sering muncul ialah mengenai kurangnya
kemampuan dan keahlian, sehingga strategi BCC yang dapat
dilakukan ialah melakukan training untuk meningkatkan
kemampuan.
Masalah lain yang sering muncul ialah kurangnya performa salah
satunya ialah jika melakukan sesuatu hal malah akan
mendapatkan hukuman, sehingga strategi BCC yang dapat
dilakukan ialah meningkatkan pemahaman bahwa performa atau
apa yang dilakukan tersebut adalah baik.
Audience segmentation atau pengelompokkan sasaran
Pengelompokkan sasaran dilakukan bertujuan agar ruang lingkup sasaran
menjadi lebih sempit dan fokus. Tiga aspek utama dalam penentuan
segmentasi ialah :
- Menentukan alokasi sumber daya
- Merencanakan strategi komunikasi
- Mengembangkan pesan yang ingin disampaikan
Target sasaran yang sudah tersegmentasi atau terkelompokkan dapat
terlihat menjadi 3 kelompok, yaitu :
- Kelompok target primer kelompok target yang paling terpengaruh,
yang akan memberikan respon paling besar, dan kelompok yang akan
sering dijangkau dengan ingtervensi yang akan diberikan.
- Kelompok target sekunder kelompok target yang dapat
mempengaruhi kelompok target primer.
- Kelompok target tersier kelompok target yang akan memberikan
advokasi atau regulasi.
Dalam pengelompokkan target, dapat dikelompokkan berdasarkan keadaan
demografi, perilaku sehari-hari, dan gaya hidup.
I. MATERI 9 : PERENCANAAN DALAM KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
Tingkatan posisi BCC
Target primer (household) merupakan lingkup keluarga
Target sekunder/kelompok masyarakat yang mempengaruhi sasaran utama
Target tersier yang memberikan advokasi
BCC pada pendekatan melalui social marketing ialah suatu tingkatan
meliputi :
Knowledge memahami dan adanya pengetahuan tidak hanya mengenai
medical tetapi juga kesehatan secara umum
Approval menyetujui dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut
Intention adanya niat dan berhubungan dengan waktu
Practice mempraktekkannya
Advocacy menyampaikan/memberikan informasi atau malah dapat
memberikan tekanan pada pihak lain
Perilaku tambahan lain yang secara tidak langsung dapat mengubah
perilaku dan kebiasaan seseorang ialah melalui :
- Perilaku ikut-ikutan (trend following)
- Perilaku ketergantungan/adiksi (addiction)
- Perilaku kepatuhan (compliance)
- Perilaku pencegahan (prevention)
Model perencanaan BCC
- ACADA – UNICEF Model, dengan tahapan :
Assessment, yaitu menilai situasi yang ada.
Communication Analysis, yaitu analisa terhadap masalah,
perilaku, pihak yang berpartisipasi, dan pemberi pesan atau orang
local dalam berkomunikasi
Design, yaitu merencanakan strategi BCC
Action, yaitu mengimplementasikan rencana tersebut
Evaluation
knowledge
approval
intention
practice
advocacy
- P – Process JHUCCP
- The Preceed – Proceed Model
Memiliki assessment yang paling lengkap dengan mengedepankan 3
hal, yaitu predisposing factors, reinforcing factors (faktor atau
pengaruh dari luar atau orang lain), dan enabling factors.
- The Health Communication Model
Keseluruhan model perencanaan di atas memiliki persamaan yaitu
seluruhnya diawali dengan tahap perencanaan yaitu melakukan
assessment/analisis.
Masalah kesehatan yang paling sering ialah mengenai sumber daya yaitu
dana dan manusia yang terbatas, sehingga harus pintar dalam memilih
prioritas intervensi dengan memerlukan data-data sebagai berikut :
- Epidemiological : memahami besaran masalahnya
- Behavioral : menemukan perilaku yang menyebabkan masalah
tersebut, perilaku yang diinginkan, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
- Situasional : memahami konteks terjadinya masalah (politis, regulasi,
sistem kerja, dinamika kelompok, dll)
Jadi dalam penentuan intervensi selalu membuhkan data/informasi.
membangun rencana dan startegi
merencanakan dan pre-test suatu
konsep, pesan, dan bahan
implementasi program tersebut
pengukuran keefektifan dan
melakukan perbaikan
J. MATERI 10 : STUDI FORMATIF DALAM KOMUNIKASI PERUBAHAN
PERILAKU
Studi formatif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data
yang bisa dipakai untuk menentukan strategi selanjutnya. Tujuan dari studi
formatif ialah untuk memperoleh informasi/data yang akurat sebagai dasar
pengambilan keputusan dalam penyusunan strategi.
Ada 2 jenis pengambilan data :
- Data primer data yang diambil sendiri oleh peneliti dengan turun
langsung ke lapangan. Data ini relevan tapi membutuhkan waktu dan
biaya yang banyak.
- Data sekunder data yang diperoleh dengan melakukan kajian
terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh pihak-
pihak lain. Sebenarnya tidak semua sesuai dengan kebutuhan tapi lebih
praktis.
Metode yang digunakan saat pengambilan data
- Kuantitatif
Memberikan informasi dan data mengenai besaran masalah
terinterpretasikan dalam bentuk angka.
- Kualitatif
Memberikan informasi lebih mendalam berupa gambaran dan alasan
penyebab terjadinya masalah. Di dalam metode ini, banyak cara yang
dapat dilakukan oleh peneliti, yaitu :
Focus Group
Disscussion
(FGD)
- Sangat ditentukan oleh kemampuan fasilitator/
keahlian mengondisikan komunikasi
- Membawa paradigma yang sejajar
- Lokasi pelaksanaan juga menentukan keberhasilan
In depth interview Memilih informan yang bisa menggali informasi
sehingga data yang didapat akurat
Observasi Berangkat dari bidang-bidang studi antropologi dengan
melihat kehidupan sehari-hari
Diary Metode yang menginginkan seseorang tersebut mencatat
namun memiliki hambatan berupa kepatuhan sasaran tersebut dalam
menjawab dan menulis pertanyaan
Kedua metode ini harus dikombinasikan di lapangan agar hasil yang dicapai
akurat sehingga mendapatkan data besaran masalah dan alasan penyebab
terjadinya suatu masalah.
Pada studi formatif, pertanyaan yang diajukan tidak boleh sembarangan
karena penyusunan pertanyaan penelitian mempengaruhi data/informasi
yang diperoleh sehingga pertanyaan harus direncanakan dengan baik dan
pada saat di lapangan sudah tidak mengganti lagi. Pertanyaan juga harus
menyesuaikan dengan tingkat pemahaman, pendidikan informan atau
responden.
K. MATERI 11 : ANALISIS HASIL DAN IMPLEMENTASI
L. MATERI 12 : MONITORING DAN EVALUASI KOMUNIKASI PERUBAHAN
PERILAKU
BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN
Top Related