Hukum Administrasi Daerah
RESUME
HUBUNGAN
KEMITRAAN BADAN LEGISLATIF & EKSEKUTIF DI DAERAH
DANIEL SAMOSIR
3009210138
KLS A
HUBUNGAN KEMITRAAN
BADAN
LEGISLATIF & EKSEKUTIF
DI DAERAH
BAB I
TUGAS POKOK PEMERINTAH DAERAH
Di era otonomi daerah ini, terjadi perbedaan konsepsi tentang peranan pemerintah
terhadap rakyatnya: pertama, ada yang berpendapat bahwa pemerintah harus membatasi
keterlibatannya dalam mengatur masyarakat; pendapat kedua, ada yang berpendapat bahwa
pemerintah harus dapat mengatur sebnayak mungkin segi dari kehidupan masyarakat, karena
hanya dengan cara itu, keteraturan, ketertiban, keamanan, dan kemajuan, akan dapat
dipelihara dan dicapai.
Pembatasan terhadap keterlibatan pemerintah ini, ialah merupakan tujuan dari
otonomi daerah itu sendiri. Tujuannya ialah untuk pemberdayaan masyarakat di daerahnya
guna mengembangkan kemampuan daerah dibidang ekonomi, sosial, dan budaya, sedangkan
fungsi pemerintah hanya sebagai mediator dan fasilitator.
Menurut Ryaas Rasyid (2000: 13-15), tugas-tugas pokok pemerintahan mencakup tujuh
bidang pelayanan, yakni :
1. Menjamin keamanan negara dari segala serangan dari luar, dan menjaga agar tidak
terjadi pemberontakan dari dalam yang dapat menggulingkan pemerintah yang sah,
melalui cara-cara kekerasan;
2. Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya gontok-gontokan di antara warga
masyarakat, menjamin agar perubahan apapun yang terjadi di masyarakat dapat
berlangsung secara damai;
3. Menjamin diterapkannya perilaku yang adil kepada setiap warga masyarakat, tanpa
membedakan status apapun yang melatarbelakangi keberadaan mereka;
4. Melakukan pekerjaan umum dan memberi pelayanan dalam bidang-bidang yang tidak
mungkin dikerjakan oleh lembaga nonpemerintah, atau yang akan lebih baik jika
dikerjakan oleh pemerintah;
5. Melakukan upaya kepentingan meningkatkan kesejahteraan sosial;
6. Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkakn masyarakat luas, seperti
mengendalikan laju inflasi, mendorong penciptaan lapangan kerja baru, memajukan
perdagangan domestik dan antar bangsa, serta kebijakan lain yang secara langsung
menjamin peningkatan ketahanan ekonomi negara dan masyarakat;
7. Menerapkan kebijakan untuk pemeliharaan sumber daya alam, dan lingkungan hidup.
Menurut Ryaas Rasyid (2000:23-24) ada tiga paradigma pemerintahan yaitu :
1) Pemerintahan sebagai a ruling process, artinya yang di tandai oleh ketergantungan
pemerintahan dan masyarakat pada kapasitas kepemimpinan seseorang;
2) Pemerintahan sebagai a governing process, yang di tandai oleh praktek pemerintahan
yang berdasarkan pada konsensus-konsensus antara pemimpin dengan masyarakat;
3) Pemerintahan sebagai an administering process, yang di tandai terbangunnya suatu
sistem hukum yang kuat dan komprehensif, melalui mana seluruh interaksi kekuasaan
dikendalikan oleh suatu sistem administrasi yang bekerja secara tertib dan teratur.
Dikaitkan dengan demokrasi, maka governing process merupakan awal dari kelahiran
pemerintahan yang demokratis, dan administering process merupakan wujud yang lebih
menjamin kelangsungan pemerintahan yang demokratis itu. Oleh sebab itu, menurut pendapat
penulis b ahwa ketiga paradgima di atas, sifatnya adalah kontinum.
Menurut Kant kewajiban adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan
hukum moral, dalam rangka ketaatan terhadap hati nurani manusia, daripada hanya mengikuti
nanfsu.
Rumusan Immanuel Kant terhadap tindakan moral (imperatif kategoris) ada tiga kriteria
yang mensyaratkan (2000:297), yakni :
a. Bahwa suatu tindakan adalah moral hanya jika kaidahnya bisa disemestakan (kaidah
sebagai hukum universal);
b. Menghargai pribadi orang, yang bertindak sedemikian rupa, sehingga memperlakukan
manusia sebagai tujuan dan bukan hanya sebagai alat belaka;
c. Kaidah itu harus otonom. Kaidah moral harus selaras, dengan penentuan kehendak
hukum yang universal.
BAB II
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH, BIROKRASI, DAN DEMOKRASI
PENGERTIAN OTONOMI DAERAH
Tujuan Otoda hakekatnya untuk konservasi budaya, menonjolkan keunggulan lokal
untuk mampu bersaing dalam wadah suatu negara yang civil society.
Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan hukum (rechtstaat), akan
mengandung makna bahwa setiap penyelenggara negara harus menjunjung tinggi supermasi
hukum, dan tidak hanya mengandalkan kekuasaan belaka (machtstaat).
Pengertian otonomi berasal dari kata autos, yang berarti sendiri, dan kata nomos yang
artinya undang-undang. Dengan demikian pengertian otonomi bermakna membuat undang-
undang sendiri (zelf wetgeving). Namun dalam perkembangan praktek pemerintahan, konsep
otonomi daerah selain mengandung makna zelf wetgeving, juga mencakup pula tentang
pemerintahan sendiri. Kewenangan otonomi daerah ini mencakup tugas pengaturan (regeling)
dan tugas pemerintahan (bestuur).
Menurut Logem dan Hossein (1993), pengertian otonomi adalah kebebasan bergerak
yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengurus kepentingan penduduk, atas prakarsa
sendiri. Dengan kata lain, otonomi adalah kebebasan untuk membuat keputusan sendiri,
dengan tetap menghormati perundang-undangan di atasnya. Oleh sebab itu, makna otonomi,
menurut Vincent dalam Benyamin Hossein (1993) ialah :
1) Control of the activities, regulation the organization and it’s environment;
2) Control of leadership appointments;
3) Control over extration of resources.
Berdasarkan pengertian di atas, otonomi daerah adalah wewenang untuk mengatur dan
mengurus sendiri serta penggunaan wewenang tersebut tetap di bawah pengawasan dan
pemerintahan pusat.
Materi tentang Susunan Pemerintahan daerah dan hak DPRD, adalah :
1) Susunan pemerintahan daerah otonom meliputi DPRD dan Pemerintah Daerah. DPRD
dipisahkan dari pemerintah daerah dengan maksud untuk lebih mem berdayakan
DPRD dan meningkatkan pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada rakyat.
Oleh karena itu, hak-hak DPRD cukup luas dan diarahkan untuk menyerap serta
menyalurkan aspirasi masyarakat menjadi kebijakan daerah dan melakukan fungsi
pengawasan.
2) Dalam pertanggungjawaban kepala daerah, maka dalam menjalankan tugas dan
kewajiban pemerintah daerah Gubernur bertanggungjawab kepada DPRD provinsi,
sedangkan dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah, Gubernur
bertanggungjawab kepada Presiden. Sementara itu dalam penyelenggaraan otonomi
daerah di daerah kabupaten dan daerah kota, Bupati atau Walikota bertanggungjawab
kepada DPRD kabupate/DPRD kota dan berkewajiban memberikan laporan kepada
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dalam rangka pembinaan dan pengawasan.
3) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, maka yang dimaksud pembinaan adalah
lebih ditekankan pada memfasilitasi dalam upaya pemberdayaan daerah otonom,
sedangkan pengawasan lebih ditekankan pada pengawasan represif untuk lebih
memberikan kebebasan kepada daerah otonom dalam mengambil keputusan serta
memberikan peran kepada DPRD dalam mewujudkan fungsinya sebagai badan
pengawas terhadap pelaksanaan otonom daerah. Karena itu peraturan daerah yang
ditetapkan daerah otonom tidak memerlukan pengesahan terlebih dahulu oleh pejabat
yang berwenang.
Kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif pada hakekatnya bukan pemisahan
kekuasaan secara mutlak sebagai mana ajaran trias politika, melainkan pembagian kekuasaan
yang menuntut hubungan timbal balik antar sesama penyelenggara negara dalam suatu sistem
pemerintahan, sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Dengan demikian tujuan otonomi daerah dalam sistem demokrasi, hakekatnya ialah
proses pematangan masyarakat, sesuai dengan hak politiknya, serta kewajiban para birokrat
untuk mengembangkan potensi rakyat dalam setiap kegiatan pemerintahan, kemasyarakatan
dan pembangunan.
Tugas dan wewenang DPRD di tingkat daerah, diatur berdasarkan UU Nomor: 22 Tahun
1999, yang dimaksud dengan pemerintahan daerah ialah badan eksekutif daerah dan badan
legislatif daerah. Di bidang hukum badan eksekutif daerah yang berwenang membuat
peraturan-peraturan daerah, sedangkan badan legislatif daerah memberikan persetujuan
terhdap peraturan-peraturan daerah.
Kewajiban Kepala Daerah memberikan keterangan pertanggungjawaban kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah tentang pelaksanaan pemerintahan daerah bertujuan agar supaya
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur Pemerintah Daerah hanya dapat selalu
mengikuti dan mengawasi jalannya pemerintahan daerah.
Hak dan kewajiban DPRD berdasrkan Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1974, mempunyai
hak anggaran, mengajukan pertanyaan, bagi masing-masing anggota, meminta keterangan,
mengadakan perubahan, mengajukan pernyataan pendapat, prakarsa, dan penyelidikan.
STRUKTUR ADMINISTRASI PEMERINTAH DAERAH
Sistem pemerintahan yang penuh dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme merupakan
akumulasi dari kekuasaan, akibat sistem pemerintahan yang terpusat pada elit kekuasaan.
Kekuasaan pemerintahan yang tidak dapat terkontrol oleh kekuatan politik yang tersedia akan
menimbulkan kondisi kinerja organisasi pemerintahan cenderung tidak transparan sehingga
berakibat pada rendahnya kinerja organisasi pemerintahan secara lambat laun rakyat semakin
apatis, tidak turut serta dalam proses pemerintahan.
Demokrasi secara filsafati bertujuan untuk menciptakan kemerdekaan dan persamaan,
serta kemajuan dibidang sosial dan ekonomi serta kemerdekaan dan persamaan sekaligus
untuk mencapai kemajuan sosial dan ekonomi. Kemerdekaan yang mempunyai makna
kebebasan berkehendak, berpikir dan berkeyakinan, berkumpul dengan dan atau tanpa tujuan
serta kemampuan diri dalam mengatur kehidupan ekonomi dan sosial.
Berdasrakan tujuan dari demokrasi itu sendiri maka terdapat berupa asumsi
demokrasi, yakni : kekuasaan pemerintahan yang dibatasi, mengkaui kemajemukan
masyarakat dan relativitas ide mengenai masyarakat dan moral.
TATANAN POLITIK YANG DEMOKRATIS
Secara umum partai politik bertujuan untuk mewujudkan cita-cita nasional Bangsa
Indonesia yang terkandung di dalam Amanat Pembukaan UUD 1945. Untuk menuju cita-cita
nasional tersebut, maka dikembangkan sistem kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila
dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, guna mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
rakyat Indonesia. Di samping tujuan umum di atas, maka partai politik mempunyai tujuan
khusus yakni memperjuangkan cita-citanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Partai politik berfungsi sebagai pendidikan politik bagi warga negara, perekat persatuan
dan kesatuan bangsa, penyalur aspirasi masyarakat, partisipasi politik warga negara serta
rekruitmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, maka partai politik mempunyai hak dan kewajiban
sebagai berikut :
1. Memperoleh perlakuan yang sama, berhak mengatur dan mengurus rumah tangga
organisasi secara mandiri,
2. Ikut serta dalam pemilihan umum, mengajukan calon untuk menjadi anggota di
lembaga perwakilan rakyat,
3. Sedangkan, kewajiban partai politik, ialah : mengamalkan Pancasila, melaksanakan
UUD 1945, memelihara dan mempertahankan Negara Kesatuan RI,
4. Berpartisipasi dalam pembangunan nasional, menjunjung tinggi supremasi hukum,
demokrasi dan hak asasi manusia,
5. Melakukan pendidikan politik, menyalurkan aspirasi, dan sebagainya.
Partai politik sebagai badan hukum, telah diberikan hak dan kewajiban yang sama untuk
menentukan arah dan tujuan bangsa Indonesia sebagai mana diamanatkan oleh konstitusi.
Sebagai organisasi partai politik jelaslah bahwa lembaga ini dapat dikatakan mempunyai hak
dan kewajiban dalam mengelola negara. Berapa kendala yang dihadapi, antara lain:
a. Sistem kepartaian
Pengawasan partai politik, berdasrkan UU Nomor 31 Tahun 2002, dilaksanakan
antar departemen ialah :
1) Departemen Kehakiman, melaksanakan fungsi pengawasan yang bersifat
administratif dan subtantif, meliputi akte pendirian partai politik.
2) Komisi Pemilihan Umum, melaksanakan fungsi pengawasan tentang nama,
lambang, dan tanda gambar partai politk.
3) Departemen Dalam Negeri, melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
pelanggaran mengenai larangan-larangan partai politik.
4) Pemerintah tidak melakukan pengawasan terhadap partai politik yang berkaitan
dengan fungsi partai politik dan hak-hak patai politik.
b. Sanksi administratif
Terhadap partai politik yang melakukan pelanggaran, dikenakan sanksi dan
jenis sanksi, sebagai berikut:
1) Sanksi administrasi berupa, penolakan pendaftaran sebagai partai politik,
teguran terbuka oleh KPU, dihentikan bantuan anggaran negara.
2) Pembekuan Partai Politik paling lama satu tahun oleh pengadilan, apabila
melakukan kegiatan yang bertentangan dengan UUD 1945 atau peraturan
perundangan-undangan lainnya, melakukan kegiatan yang membahayakan
keutuhan Negara Kesatuan RI, melakukan kegiatan yang bertentangan
dengan kebijakan pemerintah negara dalam memelihara persahabatan
dengan negara-negara lain dalam rangka ikut memelihara ketertiban dan
perdamaian dunia.
3) Larangan mengikuti pemilihan umum berikutnya oleh pengadilan, apabila
masih dalam penyelesaian perkara partai politik.
c. Jenis Sanksi
1) Ditujukan untuk setiap orang, dengan pidana kurungan paling lama 2(dua) bulan
dan atau pidana denda, paling banyak Rp. 200 juta, menyangkut sumbangan
anggota dan bukan bukan anggota melebihi Rp. 200 juta dalam waktu satu tahun.
2) Ditujukan kepada pengurus partai politik yang menerima sumbangan dari
perseorangan dan/atau perusahaan/badan usaha yang melebihi Rp. 800 juta dalam
waktu satu tahun, dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp. 500 juta
3) Ditujukan kepada setiap orang, yang mempengaruhi atau memaksa orang dan/atau
perusahaan/badan usaha memberikan sumbangan dengan ancaman pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 500 juta
4) Pengurus partai politik yang melakukakn pelanggaran terhadap perbuatan
menerima atau memberikan kepada pihak asing berupa sumbangan, menerima
sumbangan tanpa identitas jelas, menerima sumbangan melebihi batas yang di
tetapkan, meminta atau menerima dana dari BUMN, BUMD, Badan usaha milik
desa dengan pelbagai sebutan.
5) Pengurus partai politik yang menggunakan partainya untuk melakukan kegiatan
menyebarkan ajaran dan paham Komunisme/Marxisme-Leninisme berdasarkan
UU Nomor 27 Tahun 1999 tentang perubahan KUHP berkaitan dengan kejahtan
keamanan negara dalam Pasal 107 huruf c, huruf d, dan huruf e, dan partainya
dapat dibubarkan.
d. Kemandirian Partai Politik
Idealnya partai politik harus bersifat independen tanpa dipengaruhi oleh
kekuasaan eksekutif, Namun karena adanya keterbatasan sumber daya manusia,
fasilitas sarana dan prasaran termasuk dana, pihak eksekutif masih dibebani untuk
memberikan bantuan anggaran guna mobilitas partai politik. Hal ini menjadikan
tantangan untuk meningkatkan eksistensi partai politik sebagai lembaga pengawasan
yang independen.
Peranan partai politik yang seharusnya berperan untuk memperjuangkan
aspirasi rakyat, namun justru lebih mementingkan untuk kepentingan pihak penguasa.
Akibatnya rakyat Indonesia, menjadi skeptis dan apatis dalam memperjuangkan hak-
hak sipilnya dan hak politknya.
e. Pelapisan Sosial Bangsa Indonesia
Keberadaan multi partai di atas, secara tidak disadari bangsa Indonesia telah
terjadi pergerakan pelapisan sosial baik vertikal maupun horisontal. Kondisi ini akan
menjadikan tantangan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.
PERATURAN DAERAH DAN KEPUTUSAN KEPALA DAERAH
Atas dasar atribusi dan delegasi kewenangan perundang-undangan di negara
kita, maka undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah dari
padanya, dapat didelegasikan kepada bentuk peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah.
A.Hamid S.Attamimi (1992 : 48) berpandangan bahwah : Tidak semua
Keputusan mentri yang berisi peraturan selalu merupakan peraturan perundang-
undangan yang; tidak semua Keputusan Dirjen yang berisi peraturan merupakan
peraturan perundang-undangan demikian juga tidak semua Keputusan Gubernur
Kepala Daerah yang berisi peraturan dan semua Keputusan Bupati/Wali kotamadya
Kepala Daerah yang berisi peraturan yang merupakan perundang-undangan. Untuk itu
diperlukan atribusi dan delegasi kewenangan perundang-undangan yang jelas.
Sedangkan peraturan kebijakan dalam bahasa belanda disebut Beleidsregel
menurut Van Kreveld dapat dikenali ciri-ciri berikut :
a. Peraturan itu langsung ataupun tidak langsung tidak berdasar pada
ketentuan formele wet ataupun grondwet yang memberikan wewenang
mengatur ; dengan perkataan lain tidak mempunyai dasar hukum yang
tegas dalam wet;
b. Peraturan itu atau tidak tertulis dan timbul oleh serangkaian putusan-
putusan instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintah yang bebas (vrji) terhadap perorangan; atau ditetapkan secara
tertulis oleh instansi pemerintahan tersebut;
c. Peraturan itu memberi petunjuk secara umum mengenai bagaimana
instansi pemerintahan tersebut akan menyelenggarakan kewenangan
pemerintah yang bebas terhadap orang-perorangan yang dirumuskan
dalam peraturan.
Dari rumusan Van Kreveld diatas jelas bahwah peraturan kebijakan bukan
peraturan perundang-undangan, karena tidak mempunyai dasar hukum dalm Wet
maupun dalam Grond wet. Peraturan itu timbul, sebagai akibat adanya kaitan
kewenangan pemyelenggaraan pemerintahan semata-mata, dan bukan kewenangan
perundang-undangan.
Peraturan perundang-undangan yang lebih randah lainnya hanya dapat
mencantumkan sanksi pidana bagi pelanggarnya, apabila ketentuan secara tegas, ada
atribusi oleh undang-undang. Peraturan kebijakan hanya dapat mencantumkan sanksi
administratif bagi pelanggaran ketentuan-ketentuannya.
Berdasarkan pemahaman terhdap peraturan perundang-undangan dan
peraturan kebijakan tersebut di atas, maka dalam hal penegakan hukum akan
menimbulkan permasalahan terhadap asas-asas hukum tersebut .
Peraturan kebijakan merupakan peraturan yang berada dalam lingkup
penyelenggaraan kewenangan pemerintahan dalam arti sempit atau ketataprajaan, dan
peraturan ini bukan kewenangan perundang-undangan.
Hamid S. Attamimi (1992 : 50-52), selanjutnya mengidentifikasi terhadap
persamaan dan perbedaan antara peraturan perundang-undangan dan peraturan
kebijakan.
a. Persamaan itu terletak pada unsur-unsur bahwah aturan yang berlaku dan umum.
b. Peraturan yang berlaku keluar, artinya peraturan perundang-undangan tersebut.
ditujukan kepada masyarakat umum demikian juga peraturan kebijakan ditujukan
kepada masyarakat umum.
c. Kewenangan pengaturan yang bersifat umum/publik, dan ditetapkan oleh
lembaga/pejabat yang mempunyai kewenangan umum/publik.
Perbedaan:
a. Pembentukan peraturan perundang-undangan adalah fungsi negara.
b. Pembentukan peraturan kebijakan merupakan fungsi pemerintah dalam arti sempit
(eksekutif).
c. Materi mutan peraturan perundang-undangan, hanya mengatur tata kehidupan
masyarakat yang lebih mendasar seperti mengadakan suruhan dan larangan untuk
berbuat atau tidak berbuat, dan apabila perlu disertai sanksi pidana dan sanksi
pemaksa.
d. Peraturan kebijakan hanya mengandung materi muatan yang berhubungan dengan
kewenangan membentuk keputusan-keputusan dalam arti beschikkingen, yakni
kewenagna bertindak dalam bidang hukum privat termasuk pula kewenangan
membuat perencanaan.
e. Penerapan sanksi pidana dan sanksi pemaksa jelas akan mengurangi dan
membatasi hak-hak asasi warga negara dan penduduk, dan ketentuan ini hanya
dapat dituangkan dalam undang-undang yang pembentukannya harus dilakukan
dengan persetujuan rakyat atau dengan persetujuan wakil-wakilnya.
f. Peraturan perundang-undangan yang lebih rendah lainnya hanya dapat
mencantumkan sanksi pidana bagi pelanggaran, apabila ketentuannya secara
tegas, ada atribusi oleh undang-undang. Peraturan kebijakan hanya dapat
mencantumkan sanksi administratif bagi plenggaran ketentuan-ketentuannya.
Berdasarkan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang sumber hukum dan tata
urutan peraturan perundang-undangan, maka dalam pasal 2 dan 3, dinyatakan sebagai
berikut :
a. UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis negara R.I.
b. Ketetapan MPR merupakan putusan MPR sebagai pengemban kedaulatan rakyat.
c. Undang-undang untuk melaksanakan UUD 1945 serta ketetapan MPR-RI.
d. Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang dibuat dalam hal ihwal
kepentingan yang memaksa.
e. Peraturan Pemerintah dibuat untuk melaksanakan perintah Undang-undang.
f. Peraturan Daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum di
atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah.
Peraturan daerah sebagai hukum publik, dalam proses pembuatannya ada dua
bentuk. Pertama, peraturan daerah diajukan oleh kepala daerah untuk penetapannya,
dan pihak DPRD memberikan persetujuan terhadap peraturan daerah tersebut. Kedua,
peraturan daerah diajukan atas dasar hak inisyatif DPRD yang diajukan kepada kepala
daerah, kemudian ditetapkan oleh kepala daerah dan DPRD memberikan persetujuan
terhadap peraturan daerah tersebut.
Keputusan Kepala Daerah adalah hak kebebasan seorang kepala daerah (freies
ermessen) untuk mengeluarkan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan tugas
pemerintahan (beschikking), dalam rangka melaksanakan peraturan daerah dan atas
kuasa peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
Muatan materi peraturan daerah dapat memuat ketentuan tentang pembebanan
biaya paksaan penegakan hukum (dwangsom) seluruhnya atau sebagian kepada
pelanggar. Peraturan daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan palin lama 6
bulan atau denda sebanyak-banyaknya 5.000.000,00 dengan atau tidak merampas
barang tertentu untuk daerah, kecuali jika ditemukan lain dalam peraturan perundang-
undangan. Peraturan daerah dan keputusan kepala daerah, agar memiliki kekuatan
hukum dan mengikat kepada semua warga, maka harus diundangkan dalamlembaran
daerah.
Prinsip desentralisasi dalam sistem pemerintahan daerah, tidak berarti daerah
dapat sebebas-bebasnya menetapkan peraturan daerah yang berlaku bagi rakyat di
daerahnya, namun tetap akan dikontrol oleh tasan dari pemerintahan daerah itu
sendiri. Hal ini , sebagaimana diatur dalam pasal 113 dan pasal 114 Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999. Pemerintah dalam hal ini pmerintah pusat/pemerintah
provinsi berhak melakukan pengawasan (represif), terhadap peraturan daerah dan
keputusan kepala daerah selambat-lambatnya setelah lima belas hari setelah
ditetapkan. Pemerintah dapat pula membatalkan peraturan daerah dan keputusan
kepala daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perunang-
undangan yang lebih tinggi, dan atau peraturan perundang-undangan lainnya.
Keputusan pembatalan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah, setelah
satu minggu setelah ditetapkan pembatalannya, maka memberikan dampak hukum
terhadap peraturan daerah dan keputusan kepala daerah, dibatalkan pelaksanaannya,
dan bersifat final. Pengertian final disni, ialah dibuatnya alasan-alasan pembatalan
terhadap peraturan daerah dan keputusan kepala daerah. Daerah yang tidak dapat
menerima keputusan pembatalan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah, dapat
mengajukan keberatan kepada Mahkama Aguang, setelah mengajukan kepada
pemerintah.
Pembahasan terhadap rancangan perda, dilakukan melalui empat tahapan
pembicaraan yakni :
a. Pembicaraan tahap kesatu, meliputi penjelasan kepala daerah dalam rapat
paripurna DPRD.
b. Pembicaraan tahap kedua, adalah pemandangan umum anggota-anggota fraksi
DPRD yang berisi tanggapan terhadap rancangan perda yang diajukan oleh kepala
daerah. Tanggapan-tanggapan dari masing-masing anggota fraksi ini, pada
umumnya diajukan pada hal-hal yang bersifat umum, tidak bersifat teknis.
c. Pembicaraan tahap ketiga, ialah pembahasan rancangan perda dalam rapat-rapat
komisi/gabungan komisi, atau dalam rapat panitia khusus, yang dilakukan
bersama-sama dengan unit kerja di lingkunagn kepala daerah.
d. Pembicaraan tahap ke empat, ialah pengambilan keputusan dalam rapat paripurna
didahuluhi dengan pernyataan pendapat akhir fraksi-fraksi yang disampaikan
melalui juru bicara.
Laica Marzuki yang mengambil pendapat Crince Le Roy, menyebutkan ada 11
prinsip, terhadap pemerintahan yang baik, yakni :
a. Prinsip kesatu, adalah prinsip kepastian hukum (rechts zekerheidsbeginsel,
principle of legal security).
b. Perinsip kedua, prinsip keseimbangan (evenredigheids beginsel, principle of
proportionality).
c. Prinsip ketiga. Prinsip kesamaan dalam mengambil keputusan
(golijkheidsbeginsel, principle of equality).
d. Prinsip ke empat. Prinsip bertindak cepat atau seksama (zorgvuldigheidsbeginsel,
principle of cerefulness).
e. Prinsip ke lima. prinsip motifasi terhdap putusan (motiverings beginsel, principle
of motivation)
f. Prinsip ke enam. prinsip jangan menyalah gunakan kewenagan ( verbod van
detournement de pouvoir, principle of non misuse of competence)
g. Prinsip ke tujuh. Permainan yang tulus atau (fairplay beginsel)
h. Prinsip kedelapan. Prinsip keadilan atau larangan bertindak sewenang-wenag
(Reledljikheidsbeginsel, of vebod van willekeur)
i. Prinsip kesembilan. Prinsip pemenuhan harapan yang ditimbulkan (opgewekte
verwechttingen)
j. Prinsip ke sepuluh. Meniadakan akibat dari keputusan yang dibatalkan. (the
principle of undoing the consequences of anulled decicion, herstel beginsel)
k. Prinsip ke sebelas. Prinsip perlindungan hidup pribadi ( bischreming van de
persoonljik levenssfeer, the principle of protecting the personal way of life)
Top Related