Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Bapak AOleh: Rizka Azharini, 1006759611
A. KasusNenek KS 78 tahun, sejak tiga bulan yang lalu jarang keluar rumah. Ketika ditanya alasannya karena Nenek KS sudah tidak dapat menahan berkemih. Nenek KS mengatakan air kencingnya sering keluar kalau ia batuk atau tertawa, bahkan kalau ia telat ke kamar mandi dan tidak bisa menahan lagi maka air kencingnya keluar dengan sendirinya. Nenek KS memiliki 9 orang anak, sekarang ia tinggal bersama salah seorang anaknya. Nenek KS merasa malu dan tidak berdaya dengan kondisinya, sementara itu anggota keluarga tidak mempermasalahkan hal tersebut. Keluarga beraggapan bahwa wajar bila seseorang yang sudah berusia lanjut tidak lagi mampu menahan rasa ingin berkemih.
B. Pengkajian1. Data Umum
a. Nama keluarga (KK) : Nn. Sb. Alamat dan telepon : (data tambahan) Jalan Melati No.32, Depokc. Pendidikan kepala keluarga : (data tambahan) Sarjanad. Pekerjaan kepala keluarga : Pegawai Banke. Komposisi keluarga
No. Nama Jenis Kelamin Hub. dgn KK TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan1. Ny. KS perempuan ibu 78 th SMP pensiun
Genogram
f. Tipe keluargaNuclear family (keluarga inti), terdiri dari orang tua (Ny. KS) dan anak (Nn. S) yang sudah bekerja
g. Suku :(data tambahan) Keluarga Nn.S berasal dari suku Jawa. Bahasa dominan yang digunakan adalah Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Keluarga Nn. S tidak memiliki ritual khusus untuk mengatasi penyakit pada keluarga.
h. Agama(data tambahan) Kepercayaan yang dianut keluarga Nn. S adalah Islam, sehingga nilai-nilai yang diyakini dalam keluarga ini adalah nilai-nilai Islam. Ny. KS memakai jilbab dan rajin datang ke pengajian ibu-ibu.
i. Status sosial ekonomi keluarga(data tambahan) Penghasilan keluarga ini berasal dari gaji S sebagai pegawai Bank.
j. Aktivitas rekreasi keluarga(data tambahan) Keluarga biasanya suka menonton TV bersama di rumah.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluargaa. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa tengah. b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Seharusnya, pada tahap ini Ny. KS sudah mempersiapkan anak menjadi mandiri, memperluas hubungan keluarga dengan memasukkan anggota keluarga yang baru dari pernikahan anaknya.
c. Riwayat keluarga inti(data tambahan) Ny. KS dan Nn. S tidak merokok.
d. Riwayat keluarga sebelumnya(data tambahan) Menururt Ny. KS, dalam keluarganya tidak diketahui pernah ada yang mengidap Inkontinensia urin atau penyakit perkemihan lainnya.
3. Lingkungana. Karakteristik rumah
(data tambahan) Rumah keluarga Nn. S dibangun pada lahan berukuran 7m x 20 m. Rumah ini terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ruang tamu, ruang keluarga, dua kamar tidur, toilet, dan dapur. Lingkungan rumah tampak cukup rapi. Sumber api yang digunakan sehari-hari berasal dari tabung gas. Sumber air yang digunakan berasal dari air tanah pompa. Jarak pompa dengan septic tank lebih dari 10 meter. Terdapat 1 kamar mandi yang terletak di bagian belakang rumah,
cukup jauh dari jangkauan Ny. KS yang kamarnya di depan. Keluarga belum mampu memodifkasi lingkungan sesuai kebutuhan Ny. KS dengan baik.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW(data tambahan) Terdapat beberapa lansia yang tinggal di sekitar rumah Ny. KS. Para lansia tersebut terkadang berkumpul dan mengobrol atau merawat tanaman bersama.
c. Mobilitas geografis keluarga(data tambahan) Keluarga memiliki satu sepeda motor yang digunakan oleh Nn. S untuk bekerja.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat(data tambahan) Anggota keluarga berkumpul pada malam hari setelah S pulang bekerja. Perkumpulan masyarakat yang diikuti oleh Ibu A adalah pengajian ibu-ibu.
e. Sistem pendukung keluarga(data tambahan) Jarak fasilitas kesehatan terdekat, yaitu puskesmas dengan rawat inap.
4. Struktur Keluargaa. Pola komunikasi keluarga
(data tambahan) Masing-masing anggota keluarga dapat dengan bebas berkomunikasi satu dengan yang lain, tanpa perlu menunggu waktu tertentu.
b. Struktur kekuatan keluarga(data tambahan) Pengambil keputusan dalam keluarga ini adalah Nn. S
c. Struktur peran(data tambahan) Nn. S berperan sebagai kepala keluarga dan pengambil keputusan dan pencari nafkah. Ny. KS berperan sebagai pengatur rumah tangga.
d. Nilai dan norma budaya(data tambahan) Nilai dan norma budaya keluarga ini sesuai dengan nilai dari suku dan agama yang dianut keluarga.
5. Fungsi Keluargaa. Fungsi afektif
Keluarga cukup rukun, harmonis, dan saling menyayangi satu sama lain. Namun S tidak mampu untuk memotivasi Ny. KS untuk berkegiatan kembali di lingkungan semenjak menderita inkontinensia urine.
b. Fungsi sosialisasi(data tambahan) Keluarga ini merupakan orang yang senang bergaul dengan tetangga-tetangganya. Ny. KS rajin datang pengajian sebelum mengalami inkontinensia urine.
c. Fungsi perawatan keluargaKeluarga belum terlalu memahami masalah kesehatan terkait gejala dan penanganan inkontinensia urine.
Sirkulasi(data tambahan) Ny. KS mengalami peningkatan tekanan darah menjadi 130/90 mmHg dalam beberapa bulan terakhir, namun tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau ginjal
EliminasiNy. KS menceritakan sulit menahan berkemih, urine sering keluar sendiri jika tertawa atau terlambat ke kamar mandi.
Nutrisi Metabolik(data tambahan) Ny. KS sering merasa mual atau kehilangan nafsu makan, dalam beberapa bulan terakhir terjadi penurunan berat badan kurang lebih 3 kg
Rasa NyamanNy. KS mengaku merasa tidak nyaman saat berkemih karena sulit untuk mengontrol berkemih dan malu jika sampai tidak sengaja mengompol di hadapan orang lain.
Seksualitas(data tambahan) Ny. KS tidak lagi aktif secara seksual semenjak suaminya meninggal 25 tahun yang lalu, sedangkan Nn. S belum aktf secara seksual karena belum menikah
6. Stres dan Koping Keluargaa. Stressor jangka pendek
(data tambahan) Nn. S belum memiliki pasangan hidup.b. Stressor jangka panjang
(data tambahan) Kondisi kesehatan Ny. KS yang semakin menurun.c. Strategi koping yang digunakan
Ny. KS lebih sering berdoa untuk kesehatan dirinya dan masa depan anaknya.
7. Harapan KeluargaDengan hadirnya perawat, keluarga berharap dapat lebih paham tentang kesehatan, dan anggota keluarganya dapat berperilaku sehat, terutama Ny. KS.
8. Pengetahuan / Pendidikan(data tambahan) Keluarga Ny. KS pada awalnya tidak mengetahui mengenai inkontinensia urine, namun setelah berkonsultasi kepada dokter di rumah sakit, sekarang keluarga Ny. KS dapat memutuskan perawatan dan pengobatan yang tepat.
9. Pemeriksaan Fisik
10. Masalah KeperawatanData Masalah Keperawatan
DS: klien merasa malu dan tidak berdaya dengan kondisinyaDO: klien jarang keluar rumah sejak tiga bulan laluData tambahan:-
Harga diri rendah
DS: tidak bisa mengontrol berkemih (berkemih terlalu sering)DO: urine sering keluar bahkan ketika batuk dan tertawa; berkemih sebelum sampai ke kamar mandiData tambahan:- Reflek involunter berkemih menghasilkan berkemih secara spontan
Inkontinensia urine : inkontinensia stress
C. Skoring MasalahDiagnosa: Harga Diri Rendah Kronik pada Ny. KS
No. Kriteria Skor Pembenaran1. Sifat masalah: aktual 3/3 x 1 = 1 Ny. KS mengutarakan perasaan malu dan
ketidakberdayaannya2. Kemungkinan masalah u/diubah: sedang 1/2 x 2 = 1 Keluarga beranggapan wajar bagi lansia
untuk tidak lagi mampu menahan rasa ingin berkemih
3. Potensial masalah untuk dicegah: tinggi 3/3 x 1 = 1 Keluarga Ny. KS memiliki anggota keluarga yg dapat merawat Ny. KS, serta dekat dgn fasilitas kesehatan.
4. Menonjolnya masalah: masalah berat, hrs segera ditangani
2/2 x 1 = 1 Terhambatnya interaksi sosial akibat perasaan rendah diri Ny. KS karena penyakit inkontinensia urine-nya sangat mengganggu perkembangan Ny. KS
Total 4
Diagnosa: inkontinensia urine stres pada Ny. KSNo. Kriteria Skor Pembenaran1. Sifat masalah: aktual 3/3 x 1 = 12. Kemungkinan masalah u/diubah:
mudah2/2 x 2 = 2
3. Potensial masalah untuk dicegah: rendah
3/3 x 1 = 1 Ny. KS telah mengalami kelemahan otot pelvis sebagai lansia
4. Menonjolnya masalah: masalah berat, harus segera ditangani
2/2 x 1 = 1 Masalah pola eliminasi urine yang tidak teratur ini membuat keseharian dan kualitas hidup klien terganggu
Total 5
Pemerik-saan Fisik
Ny. KS S
TTV TD: 130/90 mmHgR: 18x/menitN: 80x/menitS: 37,5oC
TD: 100/70 mmHgR: 20x/menitN: 75x/menitS: 37oC
Kondisi Umum
Kesadaran kompos mentis Kondisi umum baik
Kesadaran kompos mentis Kondisi umum baik
Kepala Rambut sebagian putih Mata konjungtiva tidak anemis,
penglihatan sedikit rabun dekat Hidung tidak ada sumbatan Telinga bersih, pendengaran baik Bibir sedikit kering Mulut tidak ada kelainan Lidah merah muda, permukaan
berbintik Gigi kecokelatan, 4 gigi tanggal
Rambut hitam Mata konjungtiva tidak anemis,
penglihatan jelas Hidung tidak ada sumbatan Telinga bersih, pendengaran baik Bibir lembab Mulut tidak ada kelainan Lidah merah muda, permukaan
berbintik Gigi bersih
Leher mengeluh terasa pegal pada tengkuk
tidak ada kelainan
Dada tidak ada kelainan tidak ada kelainanAbdomen tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Genitalia Terdapat luka / peradangan pada meatus urinarius eksterna
tidak ada kelainan
Rektal tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Ekstremitas tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Rencana Keperawatan
DiagnosaKeperawatan
Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Evaluasi Intervensi RasionalKriteria Standar
Inkontinensia Urin Stress pada Ny. KS
Setelah dilakukan pertemuan 5 kali, keluarga Ny. KS melaporkan dapat membantu mengatasi Inkontinensia Urin stress pada Ny. KS
Setelah dilakukan pertemuan 1x30 menit, keluarga:1. Mampu
mengenal masalah inkontinensia urin (faktor risiko, tanda serta gejala)
Respon verbal
Inkontinensia urin merupakan ketidakmampuan menahan air kencing atau pengeluaran urin tanpa disadari.
Keluarga dapat menyebutkan minimal 1 factor risiko dari inkontinensia urin usia, obat-obatan, lingkungan.
Keluarga dapat menyebutkan minimal 1 tanda dan gejala inkontinensia urin ketidakmampuan menahan berkemih atau mengeluarkan urin pada saat yang tidak disadari.
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian, faktor risiko, dan tanda serta gejala inkontinensia urin.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian, factor risiko, dan tanda serta gejala inkontinensia urin.
d. Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
Dengan mengajak berdiskusi klien mengenali masalah yang sedang dialami, perawat telah melibatkan keluarga dalam menjalankan asuhan keperawatan keluarga.Mengenali masalah klien merupakan langkah awal untuk membantu keluarga melakukan perawatan terhadap keluarga yang sedang mengalami masalah kesehatan.
Mengidentifikasi anggota keluarga yang mengalami inkontinensia
Respon verbal
Keluarga mengidentifikasi Ny. KS mengalami inkontinensia urin berdasarkan tanda dan gejala.
a. Tanyakan kepada keluarga apakah tanda dan gejala inkontinensia urin yang dialami Bapak A.
b. Berikan reinforcement
Mengidentifikasi anggota keluarga yang sedang mengalami masalah, membantu keluarga untuk segera
urin. positif atas apa yang dikemukakan keluarga.
memberikan perawatan.
2.Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah inkontinensia urin, dengan: Menyebutkan
akibat dari inkontinensia urin.
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan 2 akibat dari inkontinensia urin: Gangguan
kenyamanan Iritasi kulit local Infeksi saluran kemih
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat dari inkontinensia urin.
b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai akibat yang benar.
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat dari inkontinensia urin.
d. Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e. Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f. Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g. Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
Berdiskusi dengan klien mengenai akibat dari masalah yang dihadapi oleh anggota keluarganya, diharapkan akan menimbulkan kesadaran unuk segera mengambil keputusan tentang perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit.
Mengambil keputusan untuk mengatasi inkontinensia
Respon verbal
Keluarga mengatakan akan mengatasi inkontinensia urin klien.
a. Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari akan adanya inkontinensia urin dalam keluarga.
b. Bantu keluarga untuk
Keputusan mengenai perawatan keluarga hendaknya diambil oleh keluarga, bukan perawat. Karena
urin. memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit.
c. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil.
keluarga yang akan menjalan dan memantau kondisi anggota keluarga yang sakit. Serta keputusan yang diambil oleh anggota keluarga, akan menjadi tanggungjawab dari anggota keluarga tersebut. Perawat hanya mengarahkan dan memberikan informasi.
3. Setelah dilakukan pertemuan selama 3x30 menit, keluarga:Mampu melakukan perawatan sederhana anggota keluarga dengan inkontinensia urin, dengan: Menyebutka
n cara perawatan anggota keluarga yang menglami inkontinensia urin
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan minimal 1 dari 2 cara perawatan, yaitu: Kegel Exercise Bladder Training
a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat klien mengalami inkontinensia urin bagaimana hasilnnya.
b. Diskusikan cara pencegahan inkontinensia urin.
c. Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
d. Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
Cara perawatan keluarga mungkin ada bermacam-macam, perawat bisa menjelaskan beberapa diantaranya, dan kelaurga yang akan memilih cara mana yang akan diterapkan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
Kegel Exercise Respon psikomotor
Anggota keluarga mampu melakukan kegel exercise untuk mengatasi gengguan pola berkemih akibat inkontinensia urin, yaitu: Persiapkan lingkungan
yang nyaman, tempat duduk yang aman dan nyaman. Ajak klien untuk duduk atau berbaring di lingkungan yang nyaman tersebut.
Cobalah untuk mengontraksikan otot panggul dengan cara yang sama ketika menahan kencing. (Rasakan otot panggul meremas uretra dan anus, apabila otot perut atau bokong juga mengeras maka, latihan yang dilakukan tidak benar)
Jika telah menemukan cara yang tepat, lakukan selama 10 detik dan istirahat selama 10 detik.
Ulangi beberapa kali 10 – 15 kali per sesi, sebaiknya latihan 3 kali sehari.
a. Diskusikan dengan keluarga tentang kegel exercise yang tepat untuk mengurangi mencegah inkontinensia urin..
b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan prosedur kegel exercise.
c. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai keluarga.
Bladder Training
Respon psikomotor
Anggota keluarga mampu melakukan bladder training untuk mengatasi perubahan pola berkemih akibat inkontinensia urin,
a. Diskusikan dengan keluarga teknik relaksasi yang tepat untuk mengurangi sakit kepala akibat inkontinensia urin..
yaitu:
b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan teknik relaksasi.
c. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai keluarga.
Melakukan cara perawatan ketidaknyamanan akibat inkontinensia urin.
Respon afektif
Keluarga melakukan cara perawatan gangguan pola berkemih akibat inkontinensia urin
a. Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan inkontinensia urin.
b. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga.
Setelah mengetahui cara melakukan perawatan anggota keluarga yang sakit, keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sedang sakit.
Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit, klien:
4. Memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk klien gangguan kenyaman, dengan: Menyebutkan
cara memodifikasi lingkungan untuk gangguan kenyamanan akibat inkontinensia urin.
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan cara modifikasi lingkungan yang sesuai untuk klien inkontinensia urin, yaitu: memanipulasi lingkungan yang nyaman (tidak dingin), pencahayaan yang adekuat, menyediakan pispot atau ember, menjaga keamanan dan mempermudah mencapai tempat BAK.
a. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk klien inkontinensia urin.
b. Jelaskan cara memodifikasi lingkungan untuk klien inkontinensia urin.
c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan.
d. Tanyakan kepada keluarga materi yang belum jelas.
e. Jelaskan kepada keluarga materi yang belum dimengerti.
Terkadang masalah kesehatan yang timbul bukan hanya dari pola hidup, namun juga lingkungan yang tidak mendukung dalam perawatan klien. Memodifikasi lingkungan merupakan intervensi yang dapat membantu agar masalah kesehatan anggota keluarga sebera teratasi.
f. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai keluarga.
Melakukan cara modifikasi lingkungan.
Respon afektif
Keluarga melakukan cara modifikasi lingkungan.
a. Evaluasi kemampuan keluarga dalam modifikasi lingkungan untuk anggota keluarga inkontinensia urin.
b. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga.
5. Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan perawatan gangguan kenyamanan akibat inkontinensia urin, dengan:
Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan dan manfaatnya untuk dirujuk.
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: Puskesmas Rumah sakit Klinik dokterManfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal.
b. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi.
c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Karena perawat tidak berada mendampingi keluarga selamanya, anggota keluarga perlu mengetahui tempat pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan apabila terjadi keadaan yang tidak diinginkan terhadap anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
Mengunjungi Respon Keluarga memanfaatkan a. Motivasi keluarga untuk
fasilitas pelayanan kesehatan untuk memperbaiki perawatan diri.
afektif pelayanan kesehatan. berkunjung ke fasilitas kesehatan.
b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah. (2010). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung : Refika Aditama.Friedman, M.M. (1998). Family nursing theory & practice (Ed. ke-3, diterjemahkan oleh Ina Debora R.I dan Yoakim Asy). Jakarta: EGC.Keliat, Budi Anna., dkk. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2. Jakarta: EGC.Miller, C.A. (2004). Nursing for wellness in older adult: theory and practice (4th Edition). Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.Potter, P. A., dan Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Buku I.(Terj. Dr. Adrina Federika). Jakarta: Salemba Medika.Stanley, M., dan Beare, P.G. (1999). Gerontological nursing: a health promotion/protection approach (2nd Edition). Philadelphia: F.A. Davis Company.Stuart, G. W. & Laraia, M. T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 7th Edition. St. Louis : Mosby Year Book.Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Prentice Hall nursing diagnosis handbook (Ed. ke-9, diterjemahkan oleh Esty Wahyuningsih). Jakarta: EGC.
Top Related