1
Koreksi Harga Pangan Dorong Deflasi Agustus 2018
INFLASI IHK
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2018 tetap terkendali dan berada dalam
kisaran sasaran inflasi. Inflasi IHK pada Agustus 2018 mencapai 3,20% (yoy), berada dalam kisaran
sasaran 3,5%±1% (yoy). Inflasi IHK meningkat dibandingkan bulan lalu sebesar 3,18% (yoy) didorong
oleh kenaikan inflasi kelompok inti dan administered prices di tengah perlambatan inflasi volatile food
(Grafik 1). Secara bulanan, inflasi IHK pada Agustus 2018 mengalami deflasi 0,05% (mtm), melambat
dibandingkan bulan lalu yang mencatat inflasi sebesar 0,28% (mtm)1. Deflasi IHK pada bulan ini
disebabkan oleh deflasi kelompok volatile food dan administered prices (Grafik 2). Dengan
perkembangan tersebut, sampai dengan bulan Agustus, inflasi IHK telah mencapai 2,13% (ytd) (Tabel
1).
Grafik 1. Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2. Disagregasi Sumbangan Inflasi Bulanan
Tabel 1. Disagregasi Inflasi Agustus 2018
Secara spasial, terkendalinya inflasi terjadi di hampir seluruh provinsi. Hampir seluruh provinsi
mencatatkan inflasi IHK di dalam rentang sasaran inflasi nasional 3,5%±1%. Beberapa provinsi yang
mencatat inflasi IHK di atas sasaran adalah Papua sebesar 4,55% (yoy) dan Papua Barat (5,25%, yoy)
(Gambar 1). Tingginya inflasi di kedua provinsi terutama disumbangkan oleh inflasi kelompok bahan
makanan yang berlangsung sepanjang tahun 2018.
1 Angka inflasi IHK tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi IHK periode Idul Adha empat tahun terakhir sebesar 0,19% (mtm).
RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2018 TIM PENGENDALIAN INFLASI PUSAT (TPIP)
2
Secara bulanan, deflasi terutama terjadi di wilayah Sumatera (-0.17%, mtm) dan wilayah KTI
(-0,14%), (Gambar 2). Deflasi terjadi di 5 (lima) provinsi di Sumatera, sementara deflasi di KTI
disumbang oleh deflasi yang berlangsung di seluruh Sulawesi (-0,38%, mtm) dan sebagian besar
Mapua (-0,24%, mtm) serta Kalimantan (-0.01%, mtm). Di antara seluruh provinsi, Bengkulu
mengalami deflasi terdalam (-1,80%, mtm) didorong oleh koreksi harga pada sub kelompok transpor,
khususnya angkutan udara, serta bumbu-bumbuan (bawang merah, cabai merah dan cabai rawit).
Selanjutnya, deflasi cukup dalam terjadi di Sulawesi Tenggara (-1,62%, mtm) seiring koreksi harga
pada sub kelompok ikan segar (cakalang, kembung, rambe, layang). Deflasi yang lebih dalam di tingkat
nasional tertahan oleh inflasi yang terjadi di wilayah Balinusra dan Jawa, masing-masing sebesar
0,03% (mtm) dan 0,02% (mtm).
Gambar 1. Peta Inflasi Daerah Tahunan Gambar 2. Peta Inflasi Daerah Bulanan
Ke depan, inflasi tahun 2018 diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi, yaitu 3,5%±1%.
Dengan perkembangan terkini, inflasi IHK tahun 2018 diperkirakan sebesar 3,4% (yoy)2. Koordinasi
kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat, terutama
sebagai antisipasi risiko meningkatnya inflasi volatile food.
INFLASI INTI Inflasi inti tetap terkendali. Inflasi inti tercatat sebesar 2,90% (yoy), meningkat dari bulan lalu
sebesar 2,87% (yoy) yang didorong oleh meningkatnya kelompok inflasi inti non traded ditengah
melambatnya inflasi inti traded (Grafik 3). Kenaikan inflasi inti non traded tersebut juga tercermin pada
kenaikan inflasi kelompok jasa (Grafik 4). Sementara itu, pada kelompok barang, kelompok ini juga
mengalami kenaikan inflasi khususnya kelompok durable di tengah perlambatan kelompok barang non
durable (Grafik 5). Selanjutnya, kenaikan inflasi inti juga disebabkan oleh kenaikan inflasi kelompok
non pangan, sementara kelompok pangan relatif stabil (Grafik 6). Terkendalinya inflasi inti hingga
Agustus 2018 tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi
inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya. Secara bulanan, inflasi
inti tercatat sebesar 0,30% (mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan lalu sebesar 0,41% (mtm)3.
Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok inti secara bulanan adalah uang sekolah (SD, SMA,
SMP), nasi dengan lauk, kontrak rumah, sewa rumah dan batu bata/batu tela.
2 Proyeksi Bank Indonesia Agustus 2018. 3 Angka tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi inti periode Idul Adha empat tahun terakhir sebesar 0,35% (mtm).
3
Grafik 3. Inflasi Inti Traded dan Non Traded (yoy)
Grafik 4. Inflasi Inti Barang dan Jasa (yoy)
Grafik 5. Inflasi Barang Durable dan Barang Non
Durable (yoy)
Grafik 6. Inflasi Inti Food– Non Food (yoy)
Inflasi inti kelompok traded sedikit melambat sejalan dengan perkembangan faktor eksternal.
Inflasi inti traded pada Agustus 2018 tercatat sebesar 2,54% (yoy) sedikit melambat dibandingkan
bulan lalu sebesar 2,58% (yoy) seiring perkembangan faktor eksternal (Grafik 7). Komoditas global
(IHIM) mengalami deflasi yang lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari deflasi 5,86%
(yoy) menjadi deflasi 7,86% (yoy). Deflasi IHIM tersebut disebabkan oleh deflasi IHIM pangan yang
lebih dalam serta melambatnya inflasi IHIM minyak dan IHIM lainnya. Penurunan tekanan eksternal
lebih lanjut tertahan oleh depresiasi nilai tukar rupiah yang meningkat dari 7,96% (yoy) pada Juli
menjadi 9,16% (yoy) pada Agustus 2018. Secara bulanan inflasi inti traded juga menurun dari 0,23%
(mtm) menjadi 0,19% (mtm) didorong oleh koreksi inflasi inti traded makanan dan non makanan
(Grafik 8). Inflasi inti traded makanan melambat dari 0,16% (mtm) menjadi 0,07% (mtm) sejalan
dengan deflasi IHIM pangan. Sementara itu, inflasi inti traded non makanan menurun dari 0,24%
(mtm) menjadi 0,22% (mtm) terutama didorong oleh koreksi harga emas perhiasan seiring dengan
berlanjutnya koreksi harga emas global dan berkurangnya tekanan depresiasi nilai tukar rupiah
bulanan.
4
Grafik 7. Tekanan Eksternal – Nilai Tukar dan
IHIM
Grafik 8. Inflasi Inti Traded (mtm)
Tabel 2. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Inti Bulanan Agustus 2018
KomoditasInflasi/Deflasi
(% mtm)
Sumbangan
mtm (%)
Provinsi Pencatat Inflasi Tertinggi mtm/
deflasi terdalam (%)
SEKOLAH DASAR 2.8 0.02 Maluku Utara (37,42%), Banten (13,13%), dan Jawa Timur (7,97%)
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2.8 0.02 Gorontalo (22,62%), Kepulauan Riau (10,22%), dan Lampung (9,59%)
SEKOLAH MENENGAH ATAS 1.4 0.01 Gorontalo (13,57%), Jawa Timur (8,74%), dan Lampung (7,55%)
NASI DENGAN LAUK 0.6 0.01 Sulawesi Tengah (2,49%), Jambi (2,07%), dan Jawa Barat (1,86%)
KONTRAK RUMAH 0.2 0.01 Banten (1,87%), Jawa Timur (0,77%), dan Sumatera Selatan (0,66%)
SEWA RUMAH 0.2 0.01 Kalimantan Barat (2,60%), Jawa Barat (0,49%), dan Kalimanten Tengah (0,23%)
BATU BATA/BATU TELA 1.5 0.01 Banten (12,27%), Lampung (9,33%), dan DKI Jakarta (3,71%)
EMAS PERHIASAN -1.0 -0.01 Jawa Timur (-2,24%), Aceh (-2,07%), dan Riau (-1,96%)
Kelompok jasa kembali mendorong kenaikan inflasi inti non traded. Pada bulan Agustus 2018,
inflasi inti non traded kembali mengalami kenaikan setelah relatif stabil sejak awal tahun 2018, yakni
dari 3,10% (yoy) di bulan Juli menjadi 3,18% (yoy) (Grafik 3). Kenaikan tersebut bersumber dari
kenaikan inflasi kelompok jasa, khususnya dari jasa perumahan dan jasa pendidikan (Grafik 9). Secara
bulanan, inflasi inti non traded sedikit melambat dari 0,55% (mtm) menjadi 0,39% (mtm) bersumber
dari kelompok makanan dan non makanan (Grafik 10). Inflasi inti non traded makanan melambat
sejalan dengan koreksi kelompok volatile food sementara perlambatan kelompok non makanan
terutama bersumber dari deflasi komoditas tarif pulsa ponsel4.
Grafik 9. Komponen Inflasi Inti Jasa (yoy)
Grafik 10. Inflasi Inti Non Traded (mtm)
Tekanan permintaan domestik terindikasi meningkat secara terbatas. Indikator demand sensitive
to inflation menunjukkan peningkatan pada bulan ini, sedangkan indikator core flexible price kembali
4 Pada Juli 2018, inflasi tarif pulsa ponsel sebesar 2,52% (mtm) dan menyumbang 0,04 terhadap inflasi IHK. Sementara itu,
pada bulan Agustus tarif pulsa ponsel mengalami deflasi 0,003% (mtm).
5
melambat (Grafik 11).5 Tekanan permintaan yang meningkat secara terbatas ini tercermin dari
kenaikan pertumbuhan kredit konsumsi dan M2. Pertumbuhan kredit konsumsi meningkat dari
10,67% (yoy) ke 11,49% (yoy) di bulan Juli 2018. Sejalan dengan hal itu, pertumbuhan M2 juga
meningkat dari 5,90% (yoy) menjadi 6,30% (yoy) di bulan Juli 2018.
Grafik 11. Core Flexible Price dan Demand
Sensitive to Inflation
Grafik 12. Ekspektasi Inflasi Concensus Forecast,
CPI Sticky Price dan Core Sticky Price
Sementara itu, ekspektasi inflasi terindikasi stabil dan terjangkar dalam kisaran sasaran inflasi.
Terjangkarnya ekspektasi inflasi tahun 2018 dalam kisaran sasaran inflasi tercermin pada hasil survei
Consensus Forecast (CF) bulan Agustus 2018 yaitu sebesar 3,50% (average yoy), tetap dibandingkan
hasil survei bulan lalu. Sementara itu ekspektasi inflasi yang ditunjukkan oleh indikator core sticky
price6 mulai meningkat pada Juli 2018 (Grafik 12). Di sektor riil, ekspektasi inflasi dari pedagang eceran
meningkat untuk 3 dan 6 bulan ke depan yang menunjukkan kenaikan di akhir tahun (Grafik 13).
Sebaliknya, ekspektasi inflasi dari konsumen menunjukkan penurunan untuk 3 dan 6 bulan ke depan
(Grafik 14).
Grafik 13. Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran Grafik 14. Ekspektasi Inflasi Konsumen
5 Indikator demand sensitive to inflation terdiri dari komoditas inti non food pada keranjang IHK. Indikator core flexible price terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang fluktuatif. Komoditas flexible price memberikan informasi terkait kondisi perekonomian terkini. 6 Indikator core sticky price terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang stabil atau cenderung tidak mengalami perubahan harga yang tidak signifikan. Komoditas sticky price lebih memberikan informasi terkait dengan ekspektasi inflasi sehingga dapat menjadi proxy ekspektasi inflasi ke depan. Mayoritas komoditas sticky price merupakan komoditas dari sektor manufaktur dan komoditas jasa.
6
INFLASI VOLATILE FOOD
Kelompok volatile food bulan ini mengalami deflasi seiring dengan meningkatnya pasokan.
Deflasi volatile food tercatat sebesar 1,24% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan lalu yaitu inflasi
0,90% (mtm) dan historis Idul Adha yaitu deflasi 0,44% (mtm). Lebih rendahnya deflasi volatile food
Idul Adha tahun ini dibandingkan historisnya seiring dengan inflasi beras dan deflasi aneka daging
serta hortikultura yang lebih rendah dari historisnya (Grafik 15-19). Hampir seluruh komoditas
pangan utama bulan ini mengalami deflasi terutama telur ayam ras, bawang merah, cabai merah,
daging ayam ras, cabai rawit, dan bawang putih seiring dengan meningkatnya pasokan (Tabel 3).
Grafik 15. Inflasi Volatile Food Saat HBKN
Grafik 16. Inflasi Beras Saat HBKN
Grafik 17. Inflasi Hortikultura Saat HBKN Grafik 18. Inflasi Daging Ayam Ras dan Telur
Ayam Ras Saat HBKN
Grafik 19. Inflasi Daging Sapi Saat HBKN
7
Tabel 3. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food Agustus 2018 (mtm)
KomoditasInflasi/Deflasi
(% mtm)
Sumbangan
(%)
Provinsi Pencatat Inflasi Tertinggi mtm/
deflasi terdalam (%)
KETIMUN 14.17 0.01 Papua (84,43%), Aceh (41,41%), dan Kepulauan Bangka Belitung (38,17%)
TELUR AYAM RAS -7.7 -0.06 DI Yogyakarta (-15,08%), Jawa Tengah (-14,55%), dan Banten (-12,52%)
BAWANG MERAH -8.1 -0.04 Aceh (-19,58%), Sulawesi Utara (-17,42%), dan Maluku (-16,23%)
CABAI MERAH -4.2 -0.02 Nusa Tenggara Barat (-13,96%), Banten (-13,36%), dan Jawa Barat (-13,19%)
BAYAM -9.3 -0.02 Kepulauan Riau (-39,01%), Kepulauan Bangka Belitung (-31,94%), dan Kalimantan Barat (-25,14%)
DAGING AYAM RAS -1.4 -0.02 Jambi (-13,78%), Nusa Tenggara Timur (-10,48%), dan Sumatera Selatan (-9,75%)
CABAI RAWIT -9.3 -0.02 Nusa Tenggara Timur (-41,90%), Nusa Tenggara Barat (-28,92%), dan Jawa Timur (-22,98%)
TOMAT SAYUR -4.1 -0.01 Gorontalo (-28,81%), Sulawesi Utara (-23,20%), dan Aceh (-22,63%)
KANGKUNG -4.0 -0.01 Kepulauan Riau (-29,40%), Sulawesi Tenggara (-24,52%), dan Kalimantan Barat (-18,51%)
SAWI HIJAU -8.2 -0.01 Kepulauan Bangka Belitung (-45,05%), Sulawesi Tenggara (-34,00%), dan Lampung (-26,00%)
BAWANG PUTIH -3.5 -0.01 Papua (-9,40%), Kepulauan Riau (-8,17%), dan Maluku (-7,58%)
JERUK -1.1 -0.01 Kalimantan Barat (-13,76%), Aceh (-8,10%), dan Jambi (-6,12%)
JENGKOL -9.9 -0.01 Jambi (-25,87%), Lampung (-15,11%), dan Jawa Barat (-12,57%)
Harga telur ayam ras dan daging ayam ras mengalami koreksi setelah meningkat signifikan
pada bulan lalu seiring dengan kembali meningkatnya pasokan. Deflasi telur ayam ras mencapai
7,67% (mtm), lebih rendah dari bulan lalu yaitu inflasi 10,98% (mtm). Sementara itu, deflasi daging
ayam ras mencapai 1,40% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan lalu yaitu inflasi 5,53% (mtm).
Penurunan harga telur ayam ras dan daging ayam ras tersebut didukung oleh adanya surplus masing-
masing sebesar 22.670 ton dan 42.602 ton7. Koreksi harga telur ayam ras dan daging ayam ras juga
tercermin di level peternak. Di salah satu wilayah sentra yaitu Kabupaten Blitar, Jawa Timur, harga
telur ayam ras di peternak pada bulan Agustus mencapai Rp18.150/kg, lebih rendah dibandingkan
pada awal bulan Juli yaitu Rp22.250/kg. Begitu pula dengan harga daging ayam ras di level peternak
yang mencapai Rp16.400/kg, lebih rendah dibandingkan dengan bulan Juli yaitu Rp17.400/kg8.
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi telur ayam ras mencapai 8,46% (yoy) dengan
level harga sebesar Rp23.371/kg, masih di atas harga acuan Rp22.000/kg (Grafik 20). Sementara itu,
inflasi daging ayam ras mencapai 18,47% (yoy) dengan level harga mencapai Rp36.320/kg, masih di
atas harga acuan Rp32.000/kg (Grafik 21).
Grafik 20. Inflasi dan Harga Telur Ayam Ras Grafik 21. Inflasi dan Harga Daging Ayam Ras
7 Produksi telur ayam ras sebesar 168.235 ton dan konsumsi sebesar 145.565 ton. Sementara itu, produksi daging ayam ras
sebesar 271.855 ton dan konsumsi sebesar 252.806 ton (Kementan, Agustus 2018).
8 Pinsar, Juli-Agustus 2018.
8
Grafik 22. Inflasi dan Harga Cabai Merah
Grafik 23. Inflasi dan Harga Cabai Rawit
Masa panen raya mendorong deflasi aneka cabai. Deflasi cabai merah dan cabai rawit bulan ini
mencapai 4,20% (mtm) dan 9,27% (mtm), lebih rendah dari bulan lalu yaitu deflasi 4,17% (mtm) dan
inflasi 14,81% (mtm). Deflasi aneka cabai seiring dengan panen raya antara lain di wilayah Malang,
Kediri, Gresik, Tuban, Banyuwangi, Brebes, Cianjur, Sukabumi, Subang, Pemalang, Madura dan
Lamongan. Panen raya menyebabkan harga cabai di tingkat petani turun hingga mencapai
Rp10.000/kg, lebih rendah dari harga yang ideal bagi petani yaitu sekitar Rp35.000/kg.
Meningkatnya pasokan cabai juga tercermin pada pasokan di Pasar Induk Kramat Jati DKI Jakarta
yang mencapai 3.294 ton, lebih tinggi dari bulan lalu yaitu 2.959 ton. Dengan perkembangan tersebut,
secara tahunan, cabai merah dan cabai rawit mengalami inflasi sebesar 19,25% (yoy) dan 18,09%
(yoy) dengan level harga masing-masing mencapai Rp31.574 dan Rp36.480/kg (Grafik 22 dan 23).
Panen raya juga mendorong deflasi bawang merah. Pada bulan ini, bawang merah kembali
mengalami deflasi yakni sebesar 8,08% (mtm), sebagaimana bulan lalu yaitu deflasi 8,36% (mtm).
Deflasi bawang merah didorong oleh panen raya di Kabupaten Brebes sebagai sentra produksi utama.
Pasokan bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati bulan ini mencapai 3.031 ton, meningkat
dibandingkan bulan lalu yaitu sebesar 2.545 ton. Sementara itu, bawang putih juga mengalami deflasi
sebesar 3,50% (mtm), lebih dalam dari deflasi bulan lalu yaitu sebesar 1,93% (mtm). Deflasi bawang
putih didorong oleh meningkatnya volume impor di bulan Juli yaitu sebesar 39.255 ton, lebih tinggi
dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 31.751 ton. Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan,
bawang merah dan bawang putih masing-masing mengalami deflasi sebesar 2,17% (yoy) dan deflasi
18,50% (yoy) dengan level harga mencapai Rp25.849/kg dan Rp26.181/kg (Grafik 24 dan 25).
Grafik 24. Inflasi dan Harga Bawang Merah
Grafik 25. Inflasi dan Harga Bawang Putih
Grafik 26. Inflasi dan Harga Beras
9
Harga beras stabil pada dua bulan terakhir setelah mengalami deflasi berturut-turut pada
empat bulan sebelumnya. Inflasi beras bulan Agustus 2018 mencapai 0,00% (mtm), sedikit lebih
rendah dibandingkan bulan lalu yaitu 0,01% (mtm). Stabilnya harga beras pada bulan ini seiring
dengan intensitas panen yang mulai berkurang. Hal ini tercermin dari harga gabah di level petani dan
penggilingan pada bulan ini yang mulai menunjukkan peningkatan9. Namun demikian, stok beras
diperkirakan masih aman yakni mencapai sebesar 2,2 juta ton10. Selain itu, Bulog juga melakukan
Operasi Pasar sebesar 14.156 ton di bulan Agustus 2018 sehingga sejak awal tahun Operasi Pasar
telah mencapai 338.501 ton. Dengan perkembangan tersebut, inflasi beras mencapai 5,74% (yoy) dan
harga beras rata-rata mencapai Rp11.655/kg11 (Grafik 26).
Dengan perkembangan tersebut, inflasi volatile food mencapai 4,97% (yoy), lebih rendah dari
bulan sebelumnya sebesar 5,36% (yoy), namun lebih tinggi dari akhir tahun 2017 sebesar
0,71% (yoy). Tren kenaikan inflasi volatile food dari awal tahun terutama disumbang oleh komoditas
aneka daging dan telur dan hortikultura (Grafik 27). Tren kenaikan harga volatile food global juga turut
mendorong kenaikan inflasi volatile food domestik (Grafik 28).
Grafik 27. Sumbangan ytd Inflasi Pangan
Grafik 28. Harga Pangan Domestik dan Global
INFLASI ADMINISTERED PRICES
Kelompok administered prices mengalami deflasi, tidak sedalam deflasi bulan lalu namun
lebih dalam dibandingkan historis Idul Adha. Kelompok administered prices mencatat deflasi
sebesar 0,06% (mtm), tidak sedalam deflasi bulan sebelumnya yaitu 0,68% (mtm). Deflasi tersebut
lebih rendah dari historis administered prices Idul Adha empat tahun terakhir yang mencatat inflasi
sebesar 0,31% (mtm). Lebih rendahnya deflasi administered prices dibandingkan historisnya
terutama disebabkan karena lebih dalamnya deflasi angkutan antar kota dan kereta api dibandingkan
historisnya (Grafik 29-32). Deflasi kelompok administered prices bulan ini terutama didorong oleh
berlanjutnya koreksi harga tarif angkutan udara ke level harga sebelum Idul Fitri. Tarif angkutan
udara mengalami deflasi sebesar 2,19% (mtm), tidak sedalam bulan lalu dan historis Idul Adha yaitu
9 Dibandingkan bulan lalu, rata-rata harga GKP di tingkat petani pada Agustus 2018 naik 3,05% (mtm) menjadi Rp4.774/kg, sedangkan GKP di tingkat penggilingan naik 3,27% (mtm) menjadi Rp4.870/kg. Sementara itu, GKG di tingkat petani naik 1,95% (mtm) menjadi Rp5.308/kg, sedangkan GKG di tingkat penggilingan naik 1,64% (mtm) menjadi Rp5.400/kg.
10 Bulog, Agustus 2018.
11 Rata-rata seluruh jenis beras dari data PIHPS.
10
masing-masing sebesar deflasi 12,34% (mtm) dan deflasi 2,62% (mtm). Sementara itu, tarif angkutan
antar kota mengalami deflasi 0,12% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan lalu yaitu deflasi
10,78% (mtm) namun lebih dalam dari historis Idul Adha yaitu 0,02% (mtm). Sejalan dengan itu,
deflasi tarif kereta api bulan ini mencapai 0,57% (mtm), tidak sedalam deflasi bulan lalu yaitu 6,34%
(mtm), namun lebih dalam dari historis Idul Adha yaitu deflasi 0,11% (mtm).
Grafik 29. Inflasi Administered Prices saat HBKN
Grafik 30. Inflasi Angkutan Udara
Grafik 31. Inflasi Angkutan Antar Kota
Grafik 32. Inflasi Kereta Api
Secara tahunan inflasi kelompok administered prices masih melanjutkan tren perlambatan
sejak Juli 2017. Pada Agustus 2018, inflasi kelompok administered prices sebesar 2,55% (yoy), lebih
tinggi dari bulan sebelumnya yaitu 2,11% (yoy), namun melambat dibandingkan akhir tahun 2017
yaitu 8,70% (yoy). Perlambatan tersebut terutama didorong perlambatan inflasi tarif listrik sejalan
dengan berlalunya dampak kenaikan tarif listrik non subsidi daya 900 VA pada tahun 2017.
Sementara itu, harga bensin dan solar relatif tidak mengalami perubahan seiring dengan kebijakan
Pemerintah yang tidak menaikkan harga BBM di 2018 di tengah masih tingginya harga minyak dunia
(Grafik 33 dan 34).
Grafik 33. Inflasi Komoditas Strategis AP Grafik 34. Harga BBK dan Minyak Dunia
Jakarta, 3 September 2018
Top Related