EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

136
EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN DESTINASI WISATA LAKEY DI DESA HU’U KABUPATEN DOMPU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh MIHRA ANGRIANINGSIH 105 382 610 13 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI JANUARI 2018

Transcript of EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

Page 1: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS

KOMPONEN DESTINASI WISATA LAKEY

DI DESA HU’U KABUPATEN DOMPU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

MIHRA ANGRIANINGSIH

105 382 610 13

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

JANUARI 2018

Page 2: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …
Page 3: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …
Page 4: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …
Page 5: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …
Page 6: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat,

orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun Islam

dan Pahala yang diberikan sama dengan para Nabi”.

( HR. Dailani dari Anas r.a )

Kupersembahkan karya ini buat:

Kedua orang tuaku, saudaraku, dan keluargaku

Atas keikhlasan dan do’anya dalam mendukung penulis

mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

Page 7: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

vi

ABSTRAK

Mihra Angrianingsih, 2017. Ekspektasi Wisatawan terhadap Kualitas

Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu. Skripsi.

Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhammad Nawir dan

pembimbing II Sam’un Mukramin.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah Ekspektasi Wisatawan terhadap

Kualitas Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu,

bahwa ekspektasi wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi wisata Lakey

masih sangat rendah. Terutama terhadap komponen-komponen sebagai berikut

yaitu Lifeguard, tempat parkir, tempat sampah, dan kelengkapan informasi

melalui internet.

Tujuan penelitian ini adalah (i) untuk mengetahui bagaimana ekspektasi

wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u

Kabupaten Dompu. (ii) untuk mengetahui bagaimana dampak destinasi wisata

Lakey terhadap masyarakat di Desa Hu’u Kabupaten Dompu. Jenis penelitian

yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif. Informan di tentukan

secara purposive sampling berdasarkan karakteristik informan yang telah

ditetapkan. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi.

Teknik analisis data yaitu menggunakan metode deskriptif analisis dan analisis

kualitatif. Sedangkan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber,

teknik dan waktu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (i) ekspektasi wisatawan terhadap

kualitas komponen destinasi wisata Lakey-Hu’u masih belum memuaskan. (ii)

dampak destinasi wisata Lakey terhadap Masyarakat Desa Hu’u yaitu dampak

positifnya berdampak terhadap ekonomi, lingkungan, dan kehidupan sosial. Dan

dampak negatifnya berdampak terhadap lingkungan dan kesehatan.

Kata Kunci: Ekspektasi, Wisatawan, Kualitas, Komponen, Destinasi, Wisata

Page 8: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

viii

KATA PENGANTAR

Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, demikian kata untuk mewakili

atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertauhid atas anugerah

pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu,

Sang Khaliq. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang

kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Demikian juga dalam

tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis

dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat

tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia Pendidikan Sosiologi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam penampungan tulisan

ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih. Sembah sujudku

kepada ibunda Hj. Raodah Tulzannah, ayahanda Rusdin M. Amen dan ayahanda

Arsyad Muhtar, nenek dan kakek yang sudah luar biasa berjuang, berdoa,

mengasuh, membesarkan, mendidik, mendukung dan membiayai penulis dalam

proses pencarian ilmu. Serta salam sayang buat adikku Nur Devita Komalasari,

M. Irmansyah dan kakakku tersayang Nurlaela, Ika Angraeni dan Syamsurizal

yang telah menjadi salah-satu alasan penulis untuk tetap semangat sampai saat ini,

dan keluarga besar yang tiada hentinya memberikan motivasi terhadap penulis.

Page 9: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

ix

Dengan segala hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.

Muhammad Nawir M.Pd., dan Sam’un Mukramin S.Pd., M.Pd selaku

pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, serta

menuntun penulis sejak awal penyusunan proposal hingga selesai skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada: Dr. H. Abd.

Rahman Rahim, MM., M.Pd., Ph.D., Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. H. Nursalam, M.Si., Ketua

Jurusan Pendidikan Sosiologi, Dr. Muhammad Akhir, M.Pd., Sekretaris Jurusan

Pendidikan Sosiologi, serta Dr. H., selaku Penasehat Akademik selama penulis

menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ucapan terima kasihku kepada Asriyani Imran, S.Pd., Mila Sasmita, S.Pd.,

Suanto R, S.Pd., Risman, S.Pd., Andi Ahmad Zulfikar, S.Pd., Lukman, S.Pd., dan

teman-teman seperjuanganku terkhusus angkatan 2013 Jurusan Pendidikan

Sosiologi kelas A atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya.

Dan ucapan terima kasihku kepada Nursyamsiah, S.Pd., Sri Dewi Ayu

Lestari, S.Pd., Sri Indah S.Pd., Zatriah Mursalin, S.Pd., Sitti Ahyana Mursaha,

S.Pd., serta teman-teman P2K SMP Negeri 1 Balocci yang selama ini telah

menemani penulis, berbagi suka dan duka. Tak lupa pula ucapan terima kasihku

terkhusus untuk Andika Arisman, Sri Emily Yanti S.Kep., Ners., dan Erni Yunita,

S.Pd., yang selalu mendukung dan menyemangati penulis hingga penyusunan

skripsi ini.

Page 10: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

x

Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebut namanya satu persatu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan

kritikan dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun. Semoga skripsi

ini dapat memberikan manfaat. Amin Yaa Rabbal Aalamin.

Makassar, Januari 2018

Penulis

Page 11: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................iii

SURAT PERNYATAAN ...................................................................................iv

SURAT PERJANJIAN ......................................................................................v

MOTO DAN PERSEMBAHAN.........................................................................vi

ABSTRAK .........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................xi

DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ............................................................................................8

1. Hasil Penelitian Relevan ...................................................................8

2. Konsep Mengenai Ekspektasi dan Pariwisata ...................................10

3. Elemen Pariwisata dan Lokasi Geografis .........................................15

4. Komponen Pariwisata .......................................................................16

Page 12: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

xii

5. Jenis-jenis Pariwisata ........................................................................24

6. Tujuan dan Manfaat Pariwisata .........................................................30

7. Landasan Teori ..................................................................................34

B. Kerangka Pikir ........................................................................................39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................................41

B. Lokus Penelitian ......................................................................................42

C. Informan Penelitian .................................................................................42

D. Fokus Penelitian ......................................................................................43

E. Instrumen Penelitian................................................................................43

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian ...........................................................44

G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................44

H. Teknik Analisis Data ...............................................................................47

I. Teknik Keabsahan Data ..........................................................................47

BAB IV DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN DESKRIPSI

KHUSUS LATAR PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Kabupaten Dompu Sebagai Daerah Penelitian ..........49

1. Sejarah Singkat Kabupaten Dompu .................................................49

2. Kondisi Geografi dan Ekonomi .......................................................51

3. Topografi, Geologi dan Hidrologi ...................................................54

4. Kondisi Demografi ..........................................................................57

B. Deskripsi Khusus Wisata Lakey Di Desa Hu’u Kabupaten Dompu

sebagai Latar Penelitian ..........................................................................59

1. Sejarah Singkat Wisata Lakey..........................................................59

Page 13: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

xiii

2. Komponen Destinasi Wisata Lakey .................................................60

3. Tingkat Pendidikan Mayarakat Desa Hu’u ......................................67

4. Mata Pancaharian .............................................................................68

5. Kondisi Sosial dan Ekonomi ............................................................68

6. Kehidupan Keberagamaan ...............................................................69

BAB V EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS

KOMPONEN DESTINASI WISATA LAKEY

A. Ekspektasi Wisatawan Terhadap Kualitas Komponen Destinasi

Wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu ...................................70

B. Program Improvisasi Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa

Hu’u Kabupaten Dompu .......................................................................75

BAB VII DAMPAK DESTINASI WISATA LAKEY

TERHADAP MASYARAKAT DESA HU’U

A. Dampak Positif ........................................................................................78

1. Dampak Terhadap Ekonomi.............................................................79

2. Dampak Terhadap Lingkungan ........................................................80

3. Dampak Terhadap Kehidupan Sosial ...............................................80

B. Dampak Negatif ......................................................................................81

1. Dampak Terhadap Lingkungan ........................................................82

2. Dampak Terhadap Kesehatan...........................................................83

BAB VII PEMBAHASAN

Ekspektasi Wisatawan Terhadap Kualitas Komponen Destinasi

Sebuah Pembahasan Teoretis ........................................................................84

Page 14: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

xiv

BAB VIII PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................87

B. Saran .......................................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................90

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................92

RIWAYAT HIDUP

Page 15: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1. Kondisi Iklim Kabupaten Dompu ............................................................. 54

Tabel 4.2. Kondisi Topografi Kabupaten Dompu ...................................................... 55

Tabel 4.3. Keadaan Geologi Kabupaten Dompu ....................................................... 56

Tabel 4.4. Luas Adminitrasi dan Luas Areal Terbangun Kabupaten Dompu ............ 57

Tabel 4.5. Jumlah Rumah Tangga Miskin ................................................................. 58

Tabel 4.6. Hotel di destinasi Lakey-Hu’u .................................................................. 64

Tabel 4.7. Tingkat Pendidikan masyarakat ................................................................ 67

Page 16: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 92

2. Biodata Informan .......................................................................................... 106

3. Dokumentasi Penelitian Berupa Foto ............................................................ 111

Page 17: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan

adanya pariwisata, suatu negara khususnya pemerintah daerah tempat obyek

wisata itu berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek wisata.

Berkembangnya sektor pariwisata di suatu negara akan menarik sektor lain untuk

berkembang pula karena produk-produknya diperlukan untuk menunjang industri

pariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan rakyat,

peningkatan kesempatan kerja, dan lain sebagainya. Mata rantai yang kegiatannya

terkait dengan industri pariwisata tersebut mampu menghasilkan devisa dan dapat

pula digunakan sebagai sarana untuk menyerap tenaga kerja sehingga dapat

mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan angka kesempatan kerja.

Pariwisata di Indonesia pada dasawarsa ini mulai menunjukkan perkembangan

dan pertumbuhan menjadi sebuah industri yang berdiri sendiri. Namun yang

masih harus diperhatikan bersama bahwa sejauh ini kesadaran dan pengertian

tentang pariwisata belum sampai menyentuh masyarakat secara umum. Memasuki

abad 21 secara nasional dunia kepariwisataan memulai babak baru setelah

dihantam berbagai kendala sebagai imbas dari krisis ekonomi yang membawa

kondisi kepariwisataan pada titik pertumbuhan terendah. Memulai program

penyelamatan (rescue program) yang dilaksanakan pemerintah di tengah-tengah

krisis (1997-1998), sektor pariwisata secara bertahap mulai pulih dengan makin

1

Page 18: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

2

hidupnya berbagai aktivitas yang merupakan komponen dalam industri pariwisata

(Tahwin, 2003).

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, yang

memberikan kewenangan lebih luas pada pemerintah daerah untuk mengelola

wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan tuntutan

untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki

daerah dalam rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah. Pemerintah

dalam hal ini para stakeholders kepariwisataan yang menyadari besarnya potensi

kepariwisataan di daerah berusaha menggali, mengembangkan serta membangun

aset obyek dan daya tarik wisata, yang merupakan modal awal untuk bangkitnya

kegiatan pariwisata. Keputusan ini harus ditindak lanjuti dengan memikirkan dan

mengusahakan serta membenahi potensi obyek dan daya tarik wisata.

Korten menguraikan dalam Kusmayadi dan Ervina (1999),

pengembangan sektor pariwisata hakekatnya merupakan interaksi antara

proses sosial, ekonomi, dan industri. Oleh karena itu unsur-unsur yang terlibat

di dalam proses tersebut mempunyai fungsi masing-masing. Peran serta

masyarakat diharapkan mempunyai andil yang sangat besar dalam proses ini.

Untuk itu masyarakat ditempatkan pada posisi memiliki, mengelola,

merencanakan dan memutuskan tentang program yang melibatkan

kesejahteraannya.

Dari sudut sosial, kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan tenaga

kerja baik dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai

sektor usaha yang langsung maupun yang tidak langsung berkaitan dengan

kepariwisataan. Pariwisata akan dapat menumbuhkan dan meningkatkan

pengenalan dan cinta terhadap tanah airnya, sehingga dapat memotivasi sikap

toleransi dalam pergaulan yang merupakan kekuatan dalam pembangunan bangsa,

Page 19: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

3

selain itu pariwisata juga mampu memperluas cakrawala pandangan pribadi

terhadap nilai-nilai kehidupan.

Dari sudut ekonomi kegiatan pariwisata dapat memberikan sumbangan

terhadap penerimaan daerah dari pajak, retribusi parkir dan karcis atau dapat

mendatangkan devisa dari para wisatawan mancanegara yang berkunjung. Adanya

pariwisata juga akan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi yang saling merangkai

dan menunjang kegiatannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat.

Pariwisata memiliki berbagai komponen seperti wisatawan (tourist), sarana

wisata, daya tarik wisata dan jasa wisata. Semua komponen tersebut sangat

berperan penting dalam pariwisata salah satunya adalah wisatawan (tourist).

Wisatawan (tourist) adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan

perjalanan atau wisata yang memiliki tujuan tertentu dalam perjalanan yang

dilakukannya.

Pada prinsipnya wisatawan melakukan perjalanan untuk mendapatkan

kesenangan bukan dalam rangka mencari nafkah. Kesenangan wisatawan dapat

diperoleh melalui kegiatan menikmati keindahan panorama alam, keunikan

budaya, event olahraga, bertualang atau menghadiri pertemuan seperti seminar,

konsorsium, kongres, musyawarah nasional, rapat kerja dan lain-lain. Para peserta

pertemuan itu biasanya mempergunakan waktu senggang, waktu istirahat, di sela

waktu libur dipergunakan untuk berwisata atau ada paket waktu yang sengaja

direncanakan untuk berkunjung ke objek wisata pada lokasi jarak dekat. Dalam

melakukan suatu perjalanan wisata, biasanya setiap wisatawan memiliki penilaian

Page 20: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

4

dan harapan tersendiri terhadap suatu tempat wisata yang dikunjunginya. Harapan

itu sendiri biasa disebut dengan Ekspektasi. Ekspektasi adalah suatu keyakinan

atau kepercayaan individual sebelumnya mengenai hal-hal apa saja yang

seharusnya terjadi pada situasi tertentu.

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya Kabupaten Dompu terdapat

berbagai jenis daya tarik wisata, seperti daya tarik wisata alam, budaya dan

buatan. Dari sekian banyak daya tarik yang dimiliki, terdapat satu daya tarik

wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan khususnya wisatawan

mancanegara yaitu daya tarik destinasi wisata Lakey atau bisa juga disebut dengan

Lakey Peak. Destinasi wisata Lakey terletak di Kecamatan Hu’u Kabupaten

Dompu, destinasi ini dikenal sebagai salah satu destinasi berselancar (surfing)

terbaik di Indonesia bahkan dunia. Selain Ombaknya besar, di destinasi wisata

Lakey juga terdapat empat sport berselancar (surfing) yaitu: lakey peak, cable

stone, periscope lakey pipe dan nunggas.

Para peselancar yang datang ke destinasi wisata Lakey umumnya adalah

peselancar menggunakan papan selancar, body board, kite surfing. Sport lakey

peak merupakan tempat primadona bagi peselancar yang memiliki keahlian dan

keterampilan menggunakan papan selancar panjang karena ombaknya sangat

besar. Untuk menyemarakan suasana destinasi wisata Lakey pihak pengelola

bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Dompu setiap

tahunnya menyelenggarakan event berselancar tingkat International di destinasi

wisata Lakey Peak.

Page 21: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

5

Selain itu, masih terdapat berbagai fasilitas yang telah disediakan oleh

pengusaha lokal dan luar daerah yang telah melakukan investasi bertahun-tahun di

destinasi wisata Lakey yaitu: Restoran (Any Lestari Restoran, Aman Gati

Restoran, Fatmas Restoran dan Asmah Restoran), tempat hiburan (Primadona

Cottage adalah tempat karaokean terbesar di NTB) dan Penginapan yang berupa

Cottage dan Hotel (Monalisa Cottage, Alamanda Cottage, Ani Lestari Cottage,

Balumba Cottage, Puma Bungalows, dan Aman Gati Hotel).

Setelah semua hal itu terpenuhi maka yang harus diperhatikan sekarang

adalah bagaimana membuat setiap wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata

Lakey Hu’u merasa nyaman dan puas terhadap kualitas komponen destinasi

wisata Lakey. Khususnya destinasi wisata Lakey Hu’u penulis berusaha mencari

tahu seberapa jauh ekspektasi (harapan) wisatawan kedepannya terhadap Kualitas

Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu bagi

keberlangsungan dan kemajuan destinasi wisata Lakey Hu’u.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menulis proposal

yang berjudul: “Ekspektasi Wisatawan terhadap Kualitas Komponen Destinasi

Wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu”.

Page 22: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

6

B. Rumusan Masalah

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan terarah maka dalam hal ini

penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana ekspektasi wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi

wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu?

2. Bagaimana dampak destinasi wisata Lakey terhadap masyarakat Desa Hu’u?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua permasalahan yang telah

dirumuskan, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana ekspektasi wisatawan terhadap kualitas

komponen destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu.

2. Untuk mengetahui bagaimana dampak destinasi wisata Lakey terhadap

masyarakat Desa Hu’u Kabupaten Dompu.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dalam menambah

khasanah keilmuan dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial khususnya pada ilmu

sosiologi dan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.

Page 23: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

7

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsi pengetahuan bagi

masyarakat khususnya tentang ekspektasi wisatawan terhadap kualitas

komponen destinasi wisata Lakey.

b) Bagi Wisatawan

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan para wisatawan

mengenai industri pariwisata khususnya pada kualitas komponen destinasi wisata

Lakey.

c) Bagi Lembaga Terkait

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk

mengembangkan industri pariwisata khususnya pada destinasi wisata Lakey.

d) Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan sebagai bekal dalam

mengaplikasikan pengetahuan teoritik terhadap masalah praktik.

Page 24: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan tentang pariwisata telah dilakukan oleh para peneliti

terdahulu, yaitu dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

a. Riswandi (2015), dalam penelitian yang berjudul: Dampak sosial wisata

pantai galesong Kabupaten Takalar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa: keberadaan wisata pantai Galesong membawa dampak positif dan

negatif. Dampak positif dari tempat wisata ini adalah memberikan manfaat

kepada pengunjung. Selain dari pemandangan yang indah, fasilitas berupa

resort dan taman bermain membuat tempat wisata ini sangat diminati

ditambah dengan posisi yang sangat strategis, sehingga wisata pantai

Galesong ini menjadi salah-satu tempat wisata pilihan oleh masyarakat yang

ada di sekitar pantai.

Dampak negatif dari banyaknya pengunjung ini adalah adanya masalah

antara beberapa pengunjung dengan masyarakat yang ada di sekitar pantai,

sehingga masyarakat beranggapan bahwa tempat wisata ini hanya

memberikan kerugian materil akibat banyaknya ternak berupa unggas yang

dimiliki oleh kendaraan pengunjung yang tidak tahu aturan dan ini

merupakan suatu penyimpangan sosial yang meresahkan masyarakat.

8

Page 25: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

9

b. Sunarti Lanoho (2016), dalam penelitian yang berjudul: Pantai Losari

sebagai objek wisata Makassar (studi dekskriptif pengembangan pantai

Losari). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: pantai losari ini sangat

berkembang dalam pembangunan maupun dengan wisatawan yang sangat

ramai. Karena pantai Losari merupakan (ikon Kota Makassar). Dan adapun

pantai losari memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri, yaitu wisatawan

yang berkunjung ke pantai Losari ini dapat melihat pemandangan indah

matahari terbit dan matahari terbenam di posisi yang sama. Selama menunggu

pemandangan indah tersebut, wisatawan dapat mencoba berbagai ragam

masakan laut yang masih sangat segar dan jajanan yang lainnya.

Selain itu, pantai Losari memiliki daya tarik tersendiri maka dari itu kita

sebagai masyarakat harus memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan

objek wisa ta pantai dengan baik. Karena pemerintah ingin partisipasi atau

kesadaran masyarakat terhadap lingkungan objek wisata yang sudah

berkembang saat ini. Pantai Losari memiliki fungsi sosial yang dilihat dari

segi totalitas pariwisata, maka terjadi interaksi antara warga, baik warga

pengunjung dan sekitarnya, juga dari berbagai daerah dan wisatawan

mancanegara.

c. Merliastri (2016), dalam penelitian yang berjudul: Dampak sosial ekonomi

masyarakat terhadap obyek wisata Maros Water Park Panttunuang Asue di

Kabupaten Maros, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: obyek

wisata Maros Water Park memiliki dampak di bidang ekonomi dan sosial.

Dampak ekonomi yaitu keberadaan Water Park di Dusun Pattunuang Asue

Page 26: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

10

telah memberikan dampak ekonomi yang meningkat kearah yang lebih baik,

yaitu pendapatan masyarakat meningkat 100% dari 500.000 menjadi

1.000.000 begitupun peluang kerja masyarakat sekitar yaitu masyarakat yang

mulanya tidak bekerja menjadi karyawan di tempat wisata tersebut.

Dampak sosial, perubahan interaksi sosial masyarakat yaitu interaksi

antara tetangga sekitar rumah, interaksi masyarakat dengan pihak pengelola

Maros Water Park atau Sebaliknya, maupun interaksi antar masyarakat atau

Maros Water Park dengan pengunjungnya.

2. Konsep Mengenai Ekspektasi dan Pariwisata

a. Pengertian Ekspektasi

Widodo mengemukakan dalam Kurniansah (2015),

kata ekspektasi berasal dari bahasa Inggris, yang berarti expectation atau

expectancy. Bila diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia berarti

harapan atau tingkat harapan. Secara sederhana pengertian ekspektasi adalah

harapan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekspektasi adalah harapan

besar yang dibebankan pada sesuatu yang dianggap akan mampu membawa

dampak yang baik atau yang lebih baik.

Pengertian ekspektasi menurut para ahli, adalah sebagai berikut:

Boeree menguraikan dalam Dhuhuriyah (2014), bahwa:

Ekspektasi adalah harapan kesenangan yang tidak konstan, yang timbul dari

gagasan tentang sesuatu hal di masa depan.

Sutisna dalam Dhuhuriyah (2014), Menyatakan bahwa:

ekspektasi adalah suatu keyakinan atau kepercayaan individual sebelumnya

mengenai hal-hal apa saja yang seharusnya terjadi pada situasi tertentu.

Dalam uraian yang dikemukakan oleh Kurniansah (2015), dalam bahasa

Inggris, kita dapat menerjemahkan harapan dari kata hope dan expectation. Kedua

Page 27: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

11

kata ini kelihatannya sama, namun dalam pemahamannya adalah berbeda. Hope

dan expextation adalah dua kata yang sering membuat kita bingung karena

kesamaan dalam konotasinya. Sebenarnya ada beberapa perbedaan antara kedua

kata dan istilah tersebut. Expectations sering dicirikan untuk sebuah keinginan

yang tidak terpenuhi. Di sisi lain hope bukan tentang keinginan yang terpenuhi.

Hope selalu mengenai sesuatu yang mungkin terjadi. Sedangkan Expectations

lebih luas bahkan sebagian besar mengenai sesuatu yang tidak mungkin terjadi

(sulit terjadi).

Pemahaman ini paling tidak menurut ukuran kondisi seseorang pada saat ini

terhadap sesuatu yang diinginkan dapat terjadi dimasa depan. Ini adalah salah satu

perbedaan utama dari keduanya. Hope adalah semua tentang imajinasi yang

sangat mungkin terjadi sedangkan expectation sering menyangkut imajinasi yang

berlebihan dan sulit terjadi. Expectations membuat anda seolah-olah dapat

mengendalikan hidup anda karena gairah dan obsesi, sementara hope adalah

chance (kesempatan) atau probabilitas dimana anda cenderung pasrah.

Expectation adalah pola pikir yang jauh lebih aktif bila dibandingkan dengan

hope. Hal ini karena fakta menunjukan bahwa ketika anda berharap (hope) akan

sesuatu, anda kadang lebih berserah diri pada takdir (destiny). Sedangkan dalam

kasus Expectation, anda mengupayakan segala upaya untuk menggapai atau

merealisasikannya. Pemikir berkeyakinan bahwa expectation kadang-kadang

dapat disamakan dengan keadaan "berharap-harap cemas". Perbedaan penting

lainnya antara hope dan expectation adalah bahwa expectation mungkin tidak

realistis.

Page 28: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

12

Di sisi lain hope selalu tentang sesuatu yang realistis. Dalam pengertian ini

terkadang Expectation seolah-olah merupakan wujud dari Fantasy atau

Illusion. Expectation sering membawa kejutan., sedangkan Hope tidak selalu

membawa kejutan. Hal ini karena Hope melihat suatu kenyataan dan berharap

sesuatu darinya. Di sisi lain karena tidak adanya realitas dalam expectation, sering

berakhir pada sebuah keheranan atau kejutan. Hasil dari expectation sering

membuat kekecewaan sedangkan hope tidak selalu mengakibatkan kekecewaan.

Pikiran anda berada dalam keadaan atau kesiapan dalam hal hope. Di sisi lain

pikiran anda tidak dalam keadaan siap untuk menerima kenyataan dalam hal

expectation. Berdasarkan pembahasan yang dikemukakan oleh Kurniansah diatas,

penulis menyimpulkan bahwa ekspektasi wisatawan merupakan sebuah keinginan

atau harapan seseorang (wisatawan) terhadap sesuatu yang belum terpenuhi.

b. Pengertian Pariwisata

Secara etimologis (Yoeti, 2010), menyatakan bahwa kata pariwisata berasal

dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu kata “pari” yang

artinya banyak, berkali-kali atau berputar-putar dan “wisata” berarti perjalanan,

bepergian, atau dalam bahasa inggris disebut travel. Jadi pariwisata dapat

diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari

suatu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, pengertian pariwisata sesungguhnya

dapat dipadankan dengan kata tour dalam bahasa inggris. Sedangkan bentuk

jamak atau pembentukan kata benda untuk pariwisata adalah kepariwisataan atau

dalam bahasa inggris disebut tourism, yaitu hal-hal yang menyangkut pariwisata.

Page 29: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

13

Orang yang melakukan kegiatan perjalanan (wisata) disebut wisatawan atau

dalam bahasa inggrisnya disebut traveller. Sedangkan orang yang melakukan

perjalanan berputar-putar atau berkali-kali (berpariwisata) disebut pariwisatawan

atau turis atau dalam bahasa inggrisnya disebut tourist. Dari pengertian ini dapat

dibedakan antara traveller dengan tourist, yang mana tourist merupakan bagian

dari traveller. Namun demikian dalam bahasa indonesia, baik traveller maupun

tourist keduanya disebut wisatawan karena kepariwisatawan sangat tidak lazim

digunakan.

Yoeti menguraikan dalam Arjana (2016),

Keseluruhan dari pada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan

tinggalnya orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara yang tidak

berhubungan dengan pencarian nafkah.

Menurut UU No.10/2009 tentang pariwisata yang perlu dipahami adalah:

1) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi, dalam jangka waktu sementara (Pasal 1 ayat 1).

2) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata (Pasal 1 ayat 2)

3) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah dan pemerintah daerah (Pasal 1 ayat 3).

4) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang berkaitan dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai

wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan

Page 30: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

14

dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah

dan pengusaha (Pasal 1 ayat 4).

5) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil

buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata (Pasal 1

ayat 5).

6) Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah

kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif

yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas

pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi

terwujudnya kepariwisataan (Pasal 1 ayat 6).

7) Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi

pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata (Pasal 1

ayat 7).

8) Pengusaha periwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan

kegiatan usaha pariwisata (Pasal 1 ayat 8).

9) Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait

dalam menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata (Pasal 1 ayat 9).

Dalam UU No.10/2009 tentang pariwisata telah dijelaskan berbagai point-

point yang perlu dipahami, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami

makna dari sebuah kata atau kalimat. Misalnya makna dari kata wisata dan

pariwisata memiliki perbedaan yaitu dimana wisata adalah aktivitas yang

Page 31: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

15

dilakukan seseorang untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu. Sedangkan

pariwisata adalah kegiatan-kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas

serta layanan dari pemerintah daerah.

3. Elemen Pariwisata dan Lokasi Geografi

Leiper yang dikutip Marpaung dalam Arjana (2016), mengemukakan tiga

elemen pariwisata, yakni lokasi geografis mencakup daerah asal wisatawan,

daerah tujuan dan daerah transit.

a. Daerah Asal Wisatawan

Daerah asal wisatawan adalah daerah dimana wisatawan berasal dari suatu

negara. Wisatawan memiliki rencana atau paket tujuan wisata baik dalam

negaranya sendiri atau negara orang lain.

Marpaung menguraikan dalam Arjana (2016:17),

“Di daerah inilah wisatawan diransang dan di motivasi untuk pergi ke suatu

obyek dan daya tarik wisata tempat wisatawan memperoleh segala informasi

yang dibutuhkan menyangkut kepergiannya dalam melakukan perjalanan

wisata”.

b. Daerah Tujuan Wisata

Daerah tujuan wisata atau destinasi wisata adalah daerah yang memiliki

obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

lokal/domestik atau yang berasal dari berbagai negara (mancanegara) dan

tersedianya fasilitas penunjang transportasi dan akomodasi. Di daerah tujuan

wisatawan membutuhkan layanan jasa untuk menjawab tiga kebutuhan wisatawan

yakni: Something too see: sesuatu yang ingin dilihat, diamati, disaksikan atau

ditonton bersifat unik atau atraktif. Something to do: sesuatu yang ingin dilakukan

berupa kegiatan yang menghibur dan menyenangkan, dan Something to buy:

Page 32: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

16

sesuatu yang ingin dibeli sebagai cendera mata (souvenir) berupa produk yang

khas daerah serta mudah dikemas.

c. Daerah Transit

Daerah transit adalah tempat persinggahan sementara wisatawan sebelum tiba

di daerah tujuan wisata. Transit terjadi karena rute alat transportasi yang

dipergunakan menempuh perjalanan dengan jarak yang jauh, terutama modal

transportasi pesawat udara. Daerah tempat transit ini tidak jarang bisa menjadi

daerah tujuan wisata jika memiliki obyek wisata yang menarik.

4. Komponen Pariwisata

a. Wisatawan (Tourist)

Wisatawan (tourist) adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan

perjalanan atau wisata yang memiliki tujuan tertentu dalam perjalanan yang

dilakukannya. Pada prinsipnya wisatawan melakukan perjalanan untuk

mendapatkan kesenangan bukan dalam rangka mencari nafkah. Kesenangan

wisatawan dapat diperoleh melalui kegiatan menikmati keindahan panorama alam,

keunikan budaya, event olahraga, bertualang atau menghadiri pertemuan seperti

seminar, konsorsium, kongres, musyawarah nasional, rapat kerja dan lain-lain.

Para peserta pertemuan itu biasanya mempergunakan waktu senggang, waktu

istirahat, disela waktu libur dipergunakan untuk berwisata atau ada paket waktu

yang sengaja direncanakan untuk berkunjung ke objek wisata pada lokasi jarak

dekat.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara mengakibatkan peningkatan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat, munculnya ekonomi kelas menengah memicu

Page 33: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

17

tumbuhnya pariwisata. Perkembangan pariwisata bukan saja dalam negeri atau

domestik, namun merambah menjadi pariwisata ke tingkat regional dan

internasional. Sebagai contoh kalangan orang berduit atau kelas menengah di

Indonesia, pergi berkunjung ke luar negeri terutama ke negara Jiran, Singapura,

Malaysia dan Bangkok untuk berwisata, terutama wisata belanja. Jadi wisatawan

benar-benar orang yang pergi ke suatu destini untuk mencari atau mendapat

kesenangan.

b. Sarana Wisata

Sarana dapat diartikan sebagai alat, wujudnya adalah hasil rekayasa manusia

untuk menunjang atau memudahkan manusia untuk meraih tujuan. Berbagai alat

atau teknologi yang sengaja dibangun untuk mempermudah wisatawan dan

menciptakan kesenangan dan kenyamanan bagi wisatawan dikenal sebagai sarana

wisata. Sarana wisata pada hakikatnya berbagai media, alat atau teknologi yang

dapat menunjang usaha pariwisata.

Menurut Undang-Undang Nomor 10/2009 tentang Kepariwisataan, dalam

pasal 14 dinyatakan, bahwa usaha pariwisata meliputi: 1) Daya tarik wisata, 2)

Kawasan pariwisata, 3) Jasa transportasi pariwisata, 4) Jasa perjalanan wisata, 5)

Jasa makanan dan minuman, 6) Penyediaan akomodasi, 7) Penyelenggaraan

kegiatan hiburan dan rekreasi, 8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,

konferensi dan pameran, 9) Jasa Informasi Pariwisata, 10) Jasa konsultan

pariwisata, 11) Jasa pramuwisata, 12) Wisata tirta, 13) Spa.

Page 34: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

18

c. Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata di suatu daerah atau negara di timbulkan oleh unsur-unsur

geografi yang timbul karena proses alami dan proses budayawi. Ilmu geografi

banyak memberi sumbangan pada bidang kajian lain, termasuk dalam bidang

pariwisata sehingga di perguruan tinggi baik fakultas, jurusan atau program studi

geografi, ada mata kuliah geografi pariwisata. Disini banyak dikaji bagaimana

unsur-unsur geografi suatu wilayah terbentuk sampai pada wujudnya sekarang

yang berkembang dari produk menjadi atraksi dan obyek wisata.

Dalam konteks pariwisata produk itu memiliki daya tarik yang

dikelompokkan menjadi daya tarik natural atau alami (natural attraction), daya

tarik budaya (cultural attraction) dan daya tarik yang di sengaja dibuat (artificial

attraction). Obyek-obyek wisata ini menimbulkan daya tarik bagi wisatawan

sehingga daya tarik wisata dapat digolongkan menjadi daya tarik wisata alam,

daya tarik wisata budaya dan daya tarik wisata buatan dan daya tarik wisata

penyelenggaraan event. Daya tarik wisata sebagai berikut:

1) Daya Tarik Wisata Budaya (cultural attraction)

Di kemukakan lebih jauh oleh Ismayanti dalam Arjana (2016), budaya

merupakan hasil rekayasa manusia yang dalam bentuk rasa, cipta dan karsa

manusia. Budaya dibedakan menjadi tiga wujud yakni: gagasan, aktifitas dan

artefak.

a) Gagasan: merupakan kumpulan ide, nilai, norma atau peraturan yang bersifat

abstrak, tidak dapat di rabah atau di sentuh. Contoh karya sastra biasa di

simpan di museum.

Page 35: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

19

b) Aktivitas: kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam

suatu komunitas yang saling beriteraksi dan menjadi tradisi.

c) Artefak: adalah semua wujud kebudayaan berupa fisik, hasil dari aktivitas dan

hasil karya manusia berupa benda-benda yang dapat dilihat dan diraba

sifatnya konkret.

2) Daya Tarik Wisata Buatan (artificial attraction)

Daya tarik wisata buatan, banyak terdapat di perkotaan yang sengaja

dibangun untuk tempat rekreasi warga kota seperti, museum, taman-taman kota,

taman gembira, taman ria, taman nostalgia, kolam permandian, contoh lain adalah

taman impian jaya ancol, taman mini indonesia indah (jakarta), secret zoo (batu,

malang), kebun-kebun binatang di berbagai kota sebagainya. Beberapa dasawarsa

terakhir di berbagai daerah dikembangkan obyek wisata alam, untuk

memanfaatkan keindahan alam dan pelestarian lingkungan yang dikenal sebagai

ecotourism atau ekowisata dan terkait dengan kegiatan pertanian atau perkebunan

dikenal sebagai agrowisata.

Boo mengemukakan dalam Arjana (2016),

mendefinisikan ecotourism, tidak saja dipandang sebagai perjalanan sehat

secara ekologis, melainkan upaya mengkampanyekan konservasi melalui

perjalanan. Perjalanan secara nyata memberi kontribusi bagi konvertasi. Agro

wisata adalah bagian dari wisata, kegiatan yang memanfaatkan usaha agro

sebagai obyek wisata, dengan tujuan memperluas pengetahuan, Pengalaman

rekreasi dan hubungan usaha dibidang pertanian.

Sesuai Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi dan Menteri

Pertanian No. KM 47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989,

yang di maksud sebagai bentuk agrowisata adalah :

a. Kebun raya,

Page 36: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

20

b. Perkebunan,

c. Tanaman pangan,

d. Hortikultura,

e. Perikanan,

f. Perternakan.

3) Daya tarik wisata yang ditimbulkan oleh event atau peristiwa tertentu adalah:

a) Traditional institution

Institusi atau lembaga-lembaga tradisional seringkali menjadi penarik bagi

wisatawan untuk dinikmati keunikannya atau dicari informasinya. Contoh untuk

ini adalah organisasi pengairan dibali yang disebut subak.

b) Traditional life style

Gaya hidup tradisional (traditional life style) biasanya masih sangat

dipertahankan oleh masyarakat dipedesaan yang jauh dari hingar bingar

kehidupan kota. Gaya hidup tampak dari kehidupan masyarakat sehari-hari,

seperti cara petani atau perternak, kehidupan gotong royong, cara melaksanakan

ritual kematian, ritual keagamaan dan sebagainnya yang sudah menjadi tradisi.

c) Ritual ceremonies

Upacara ritual (ritual ceremonies), terkait dengan kepercayaan-kepercayaan

lokal suatu masyarakat yang masih sangat dipertahankan. Pada masyarakat yang

sudah memeluk agama tertentu, kadang kala masih juga tetap dilakukan karena

sudah menjadi tradisi berbagai generasi.

Page 37: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

21

d) Religion activities

Aktifitas keagamaan (religion activities), adalah aktifitas yang dilakukan oleh

penganut agama-agama yang dilakukan secara turun temurun. Seperti misalnya

umat islam, kristen, katolik, hindu, budha atau konghucu dalam merayakan hari-

hari besar dalam masyarakat tertentu memiliki keunikan sehingga menarik untuk

dikunjungi. Contoh yang baik untuk ini seperti perayaan maulid Nabi bagi umat

islam pada umumnya di Indonesia, grebek syawal merayakan idul fitri atau

lebaran di Yogyakarta. Perayaan jumat agung dalam rangka perayaan paska bagi

umat katolik di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tengara Timur. Perayaan nyepi

atau galungan dan kuningan bagi umat hindu terutama dibali.

e) Historical heritages

Peninggalan sejarah (historical heritages), di Indonesia banyak terdapat situs

atau tempat yang pada jaman dahulu memiliki peran dalam sejarah seperti situs

kerajaan-kerajaan, tempat-tempat ibadah yang memiliki nilai sejarah. Tokoh-

tokoh pelaku sejarah, terutama sejarah perjuangan, seringkali rumah, markas

perjuangan, senjata atau kuburan tempat dimakamkan menjadi tepat wisata.

Contoh untuk ini seperti, situs Kerajaan Majapahit di desa Trowulan, Kabupaten

Mojokerto, Jawa Timur, Kraton Yogyakarta, makam Bungkarno, Blitar di Jawa

Timur.

Museum juga merupakan media atau tempat untuk melestarikan berbagai

peninggalan sejarah, berupa foto-foto tokoh pejuang, lukisan, barang seni, dan

barang antik. Wisata yang bersifat edikatif atau melakukan studi terkait sejarah,

menjadikan museum sebagai tujuan wisata. Wisata seperti ini dikenal sebagai

Page 38: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

22

widya wisata baik ke museum maupun obyek pengetahuan lainya. Foto Museum

Bung Karno di Kota Ende, Kabupaten Ende, Flores NTT dan museum Bung

Karno yang ada di Bengkulu, Propinsi Bengkulu.

f) Sport events

Sport events adalah peristiwa yang terkait dengan olahraga, events ini

menarik banyak orang untuk menyaksikan events itu baik dalam mencari

kejuaraan atau sekadar eksibisi. Events olahraga yang sekedar menjadi perhatian

dunia dengan menonton dan pemirsa televisi besar di dunia adalah piala dunia

sepak bola, untuk tahun 2014 ini di selengarakan di Brazilia pada pertengahan

bulan Juni sampai Juli 2014, empat tahun lalu di Afrika Selatan (South Afrika),

tahun 2010. Disamping itu, yang mengundang penonton dunia yang besar adalah

kejuaraan olimpiade musim panas dan musim dingin, pertandingan tinju

profesional, kejuaraan balap mobil formula, balap mobil Paris-Dakkar, kejuaraan

bulutangkis dan beberapa cabang olahraga lainya.

Datangnya tim olahraga dan supporter masing-masing akan menjadi

wisatawan ditempat events diselenggarakan, waktu diluar pertandingan

dimanfaatkan untuk berwisata pada obyek wisata setempat. Kehadiran tim dan

pendukung selama di daerah atau negara penyelengara akan menjadi tamu

sebagai tamu mereka membutuhkan akomodasi baik hotel, restoran. Jasa-jasa

yang dibutuhkan adalah jasa pramuwisata, jasa pramuniaga, jasa transport, dan

membeli sejumlah souvenir. Selama berada di negara tujuan para wisatawan akan

mebelanjakan sejumlah uang sehingga devisa yang masuk bagi negara

penyelengara. Oleh karena events olahraga menghasikan devisa bagi negara

Page 39: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

23

penyelengara mengakibatkan banyak negara berlomba untuk bersaing untuk

mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah atau penyelengara.

g) Arts creation

Seni kreasi kini sangat berkembang di seluruh dunia, yang merupakan ajang

bagi pecinta dan pelaku seni untuk berkreasi. Berbagai kegiatan seni kreasi ini

menunjang ekonomi kreatif yang mengundang banyak orang untuk berkunjung

tentu sebagai wisatawan. Ekonomi kreatif dipelopori oleh inggris

mengembangkan ekonomi berbasis ide, gagasan dan teknologi.

d. Jasa Wisata

Usaha jasa wisata yang dapat menggerakan ekonomi masyarakat sangat

beragam baik langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan kegiatan

wisata. Para pelaku dapat menjual jasa untuk memperlancar perjalanan, memenuhi

kebutuhan wisatawan untuk akomodasi, mendapat petunjuk atau penjelasan

tentang obyek, serta terpenuhinya kebutuhan akan atraksi seni dan benda-benda

seni maupun tujuan menyelenggarakan pertemuan.

Keterlibatan pelaku menjual jasa dimungkinkan oleh munculnya peluang,

kepemilikan modal, keahlian/keterampilan, serta tersedianya teknologi. Pelaku

penjual jasa dalam kegiatan pariwisata memiliki peluang mendapatkan

penghasilan dan bahkan akan menjadi mata pencaharian. Kegiatan pariwisata

membuka kesempatan kerja yang luas disekitar obyek maupun yang jauh karena

jenis jasa sangat beragam dan luas, kaitannya bisa langsung atau tidak langsung.

Di antara jasa tersebut, yang berkembang pesat dekade terakhir adalah jasa

penyelenggara pertemuan atau kegiatan pameran atau expo. Pertumbuhan yang

Page 40: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

24

cepat dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga menimbulkan industri

yang dikenal sebagai MICE industries. Industri yang tergolong MICE itu adalah:

Meeting, Insentif, Konferensi, dan Expo. Di Indonesia daerah tujuan wisata yang

MICE industrinya berkembang baik adalah DKI Jakarta, Bali, Batam dan

beberapa kota lainnya.

Berbagai bentuk jasa memiliki nilai jual adalah:

1) Jasa transportasi

2) Jasa biro perjalanan

3) Jasa biro wisata

4) Jasa akomodasi (hotel dan restaurant)

5) Jasa pramuwisata (guide)

6) Jasa impresariat

7) Jasa penyedia cendramata

8) Jasa konsultan dan pusat informasi wisata

9) Jasa penyelenggara konferensi

10) Jasa kuliner

11) Jasa beauty care termasuk Spa, massage dan lain-lain.

5. Jenis-jenis Pariwisata

Dirjen pariwisata 1980 dan Arjana 1998 (Arjana, 2016), merujuk pada

berbagai referensi, mengemukakan berbagai jenis pariwisata dilihat dari berbagai

aspek, sesuai sifat dan dimensi pariwisata, seperti dikemukakan berikut ini:

Page 41: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

25

a. Jenis Pariwisata Menurut Letak

1) Pariwisata Lokal (Local Tourism), perjalanan pariwisata jarak dekat

seperti piknik keluar kota atau tempat wisata yang dapat ditempuh

beberapa jam dengan kendaraan mobil.

2) Pariwisata Nasional (National Tourism/Domestik Tourism), adalah

dinamika perjalanan wisata dalam satu negara.

3) Pariwisata Mancanegara (World tourism/foreign tourism), meliputi

wisatawan yang masuk dari luar negeri (inbound tourism) dan wisatawan

yang berwisata keluar negeri (outgoing tourism).

b. Jenis Pariwisata Menurut Dampak pada Devisa

1) Pariwisata aktif (in tourism), wisatawan yang masuk ke suatu negara,

jenis ini dikembangkan untuk meraup devisa.

2) Pariwisata pasif (outgoing tourism), warga negara sendiri sebagai

wisatawan melakukan perjalanan keluar negeri. Jenis ini tidak

dikembangkan atau tidak di kampanyekan. Jika kondisi ekonomi ditandai

dengan income per capita yang baik untuk memiliki kemampuan sebagai

wisatawan ke luar negeri.

c. Jenis Pariwisata Menurut Waktu Kunjungan

1) Pariwisata musiman (seasional tourism), seperti wisata musim dingin

yang bersalju, wisata musim panas untuk mandi matahari atau wisata

musim petik buah dan sebagainya.

Page 42: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

26

2) Pariwisata Okasional (occasional tourism), orang-orang melakukan

perjalanan wisata karena adanya daya tarik penyelenggaraan suatu

kegiatan (event) tertentu atau peristiwa/kejadian (occasion) tertentu.

d. Jenis Pariwisata Menurut Tujuan

1) Pariwisata bisnis (bussines tourism), perjalanan yang bertujuan

menyelesaikan urusan bisnis seperti melakukan meeting, pameran atau

expo dan lain-lain.

2) Pariwisata liburan (vacancy tourism)

3) Pariwisata pendidikan (educational tourism), seperti studi tour atau

widya wisata.

4) Pariwisata spiritual atau keagamaan (pilgrim tourism)

e. Jenis Pariwisata Menurut Jumlah Wisatawan

1) Pariwisata individual (individual tourism), seperti wisatawan yang

menggendong ransel (backpacker).

2) Pariwisata berombongan (group tourism) seperti dilakukan oleh

rombongan pelajar, karyawan melalui biro perjalanan dan agen

perjalanan.

f. Jenis pariwisata menurut biaya

1) Pariwisata mewah (deluxe tourism) fasilitas transpotasi berupa pesawat

dan kapal pesiar, biaya akomodasi yang di bayar dengan biaya tinggi

pada hotel-hotel berbintang empat, lima atau lima berlian.

2) Pariwisata yang berbiaya sedang (middle class tourism).

Page 43: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

27

3) Pariwisata berbiaya murah (social tourism), jenis ini memang memilih

alternatif transportasi dan akomodasi yang serba murah tetapi aman dan

sehat dan tujuan wisata tercapai.

g. Jenis Pariwisata Menurut Obyek Wisata

1) Pariwisata budaya (cultural tourism), merupakan jenis pariwisata yang

menonjolkan atraksi-atraksi budaya yang unik dan menarik telah menjadi

ikon pariwisata suatu daerah.

2) Pariwisata kesehatan (reccuperational tourism), seperti mandi susu di

Eropa, mandi kopi di Jepang, mandi air panas dibeberapa tempat

Indonesia.

3) Pariwisata perdagangan (commercial tourism), jenis ini berkembang

seiring terbukanya era perdagangan bebas (free trade area) yang di tandai

dengan makin banyaknya event menyangkut promosi dan pertemuan-

pertemuan seperti kegiatan perdagangan sehingga menimbulkan kegiatan

pariwisata yang dinamis.

4) Pariwisata olahraga (sport tourism), jenis pariwisata yang satu ini mampu

menyedot pengunjung event olahraga tertentu seperti olimpiade, pesta

olahraga regional, SEA Games, Asian Games, kejuaraan dunia sepak bola

tentu yang paling akbar, disamping itu ada kejuaraan tinju profesional,

kejuaraan tenis, bulu tangkis dan sebagainya.

5) Pariwisata politik (political tourism), seperti parade tanggal 1 Mei di

Beijing meperingati hari buruh dan parade tanggal 1 Oktober di Rusia

memperingati Revolusi Bolsjevic.

Page 44: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

28

6) Pariwisata spiritual/keagamaan (pilgrim tourism), seperti perjalanan naik

haji ke Mekkah bagi umat islam, mengunjungi Betlehem atau israel bagi

umat kristen dan berkunjung dan mandi-mandi di sungai gangga, India

bagi umat hindu dan wisatawan mancanegara mengunjungi Borobudur

bagi umat budha. Di Larantuka Flores Timur setiap perayaan pasca yang

dikenal sebagai Jumat Agung sejak beberapa tahun terakhir telah menarik

banyak wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini. Pariwisata ini terkait

dengan perjalanan yang bertujuan untuk melakukan peribadatan atau

pemujaan terhadap Tuhan sebagai acara keagamaan.

7) Pariwisata alam (Natural tourism), adalah obyek wisata yang

menyuguhkan atraksi asli dari alam atau lingkungan pulau, pegunungan,

laut, pantai, kekayaan fauna dan kekayaan flora.

8) Pariwisata syariah berpotensi untuk dikembangkan.

Seperti dikemukakan oleh Anonimus dalam Arjana (2016),

“Rekreasi bisa ditawarkan kepada wisatawan domestik yang sebentar

lagi libur lebaran dan juga kepada turis asing dengan memanfaatkan

kolaborasi dalam Organisasi Kerja sama Islam (OKI). Di sisi lain

daerah yang potensial sebaiknya proaktif mencari cara untuk

mengembangkan wisata syariah. Wisata syariah sebenarnya tidak

berbeda dengan rekreasi jenis lainnya. Pembedayaan adalah produk

serta sarana pendukungnya, seperti hotel dan restoran, tidak

bertentangan dengan nilai syariah. Misalnya, makanan yang dijajakan

telah berklasifikasi halal, tempat penginapan atau hotel memiliki

tempat ibadah dan prasarana untuk sembahyang seperti sajadah, dan

penunjuk arah kiblat. Tempat Spa juga menyesuaikan terapi pria untuk

konsumen pria dan sebaliknya. Wisata syariah diprediksi akan terus

berkembang. Menurut laporan kondisi ekonomi islam global 2013

yang diluncurkan oleh Thomson Reuters bekerja sama dinard

standard, nilai pasar pariwisata muslim dunia, di luar haji dan umrah,

mencapai 137 miliar dollar AS atau setara dengan 12,5 persen

pengeluaran global tahun 2012. Nilai ini diprediksi meningkat

menjadi 181 miliar dollar AS tahun 2018 karena dorongan

Page 45: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

29

peningkatan populasi kaum muslim dan naiknya penghasilan (kompas,

19 Juli 2014 hlm. 17)”.

9) Wisata Laut/Pantai yang Dikembangkan

Kreatifitas berbagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa wisata,

sehingga ekspansi bisnisnya merambah berbagai kegiatan yang atraktif dan

eksotik. Bali Hai Cruises yang ada di denpasar bali misalnya, yang

dipublikasikan atau diiklankan lewat kalender yang disebar luaskan,

memanjakan wisatawan terutama mancanegara. Semua jenis aktivitas yang

dikembangkan tetap berbasis pada keindahan dan keunggulan yang ada

pada media pasir, pantai dan laut yang lengkap dengan segala peralatan

(equipment) yang dimanfaatkan. Berbagai bentuk itu adalah:

a) Bar and Grill

b) Aristocat evening cruise

c) Sunset dinner cruise

d) Castaway cruise

e) Three island day cruise

f) Dolphin cruise

g) Aristocat

h) Beach club cruise

i) Tide Beach resort

j) Reef cruise

k) Diving adventure

l) Optional Extras

Page 46: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

30

10) Wisata Ruang Angkasa Sebagai Wisata Masa Depan

Wisata luar angkasa, pada suatu ketika nanti akan dapat terwujud sehingga

menjadi obyek wisata masa depan. Wujud dari obyek wisata luar angkasa

yang dirilis oleh media adalah laboratorium antariksa “plus” beberapa

hotel melayang. Dilengkapi dengan kebutuhan wisatawan, kamar, kabin,

teleskop besar untuk melihat planet bumi dari luar angkasa. Ide wisata

ruang angkasa ini dikembangkan oleh Orbital Technologies dan Rocket

and Space Corporation Energia. Tiga paket liburan yang disediakan

adalah: paket pendek 2-3 pekan, paket menengah 1-2 bulan, paket panjang

hingga ½ tahun.

Di informasikan lebih lanjut tentang Laboratorium Antariksa ini adalah

kapasitasnya 7 orang disamping crew kosmonot. Basisnya di Moskow sebagai

agen tunggal wisata luar angkasa. Pesawat pengangkut adalah pesawat ulang-

aling soyuz. Jarak 100 km dari bumi pada Orbital, kemiringan 51,6 derajat,

dapat melihat sunrise matahari terbit belasan kali dalam sehari. Target mulai

operasi 2015, fungsinya sebagai fasilitas pemeliharaan satelit dan tempat transit

perjalanan luar angkasa. Sistem docking universal dapat menampung pesawat

luar angkasa dari Rusia, Amerika Serikat dan Eropa (Harian Kompas).

6. Tujuan dan Manfaat Pariwisata

a. Tujuan pariwisata

Tujuan orang-orang melakukan perjalanan atau kunjungan sangat beraneka

ragam tergantung dari tujuan yang direncanakan. Mengetahui tujuan perjalanan

seseorang atau sekelompok orang akan dapat dipahami konteksnya dalam

Page 47: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

31

pariwisata. Artinya, apakah perjalanan atau kunjungan itu terkait dengan kegiatan

wisata atau tidak terkait.

Ismayanti dalam Arjana (2016), mengelompokkan tujuan kunjungan menjadi

tiga yakni:

1) Leisure and recreation (vakansi dan rekreasi)

Segala kegiatan yang memiliki tujuan yaitu: Vakansi dan rekreasi,

mengunjungi event budaya, kunjungan bermotif terapi kesehatan, olahraga aktif

(amatir) dan tujuan berlibur. Semua kegiatan yang seperti itu termasuk kegiatan

bersenang-senang, bergembira dan bersifat hiburan.

2) Business and professional (bisnis dan profesional)

Kegiatan bisnis dan profesional bertujuan untuk mengikuti kegiatan rapat

(meeting), misi, perjalanan insentif, bisnis. Kegiatan pertemuan ilmiah seperti

seminar, simposium, kongres atau mengikuti kegiatan rapat kerja, pelatihan dan

pendidikan memiliki nilai wisata karena semua kegiatan itu dapat berdampak pada

pariwisata. Para peserta jika kegiatannya sudah selesai biasanya ingin

menggunakan waktu yang lowong/luang untuk mengunjungi obyek wisata.

Kegiatan ini bisanya diagendakan untuk berwisata jarak dekat, dalam kota atau ke

luar kota, teristimewa mengunjungi obyek wisata yang menarik.

3) Others tourism purposes (tujuan wisata lain)

Kunjungan dalam rangka belajar (widya wisata), pemulihan kesehatan, transit

dan berbagai tujuan lain yang tidak terkait dengan mencari nafkah dapat

digolongkan sebagai wisata tujuan lain.

Page 48: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

32

b. Manfaat pariwisata

1) Dari segi ekonomi

Manfaat pariwisata dari segi ekonomi adalah pariwisata menghasilkan devisa

yang besar bagi negara sehingga meningkatkan perekonomian negara. Kontribusi

pariwisata menunjukkan trend yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada

tahun 1985 penukaran valuta asing senilai 95,105 juta dollar AS. Angka ini

mengalami kenaikan menjadi 456,105 juta dollar AS pada tahun 1990, dan pada

tahun 1997 (sesaat sebelum krismon) menjadi 1.380,454 juta dollar AS.

Selanjutnya, karena nilai tukar dollar yang melonjak, penukaran valuta asing

hanya mencapai nilai 865,078 juta dollar AS pada tahun 2000.

2) Dari segi budaya

Manfaat lain yang muncul dari industri pariwisata ini antara lain dapat terlihat

pula dari segi budaya. Dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata maka

akan membawa pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi

pengunjung wisata (turis) dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut

berada. Dari interaksi inilah para wisatawan dapat mengenal dan menghargai

budaya masyarakat setempat dan juga memahami latar belakang kebudayaan lokal

yang dianut oleh masyarakat tersebut.

3) Dari segi lingkungan hidup

Pariwisata juga mendatangkan manfaat bagi lingkungan hidup karena sebuah

objek wisata apabila ingin mendapatkan banyak kunjungan dari wisatawan

haruslah terjaga kebersihannya sehingga kita menjadi terbiasa untuk merawat dan

menjaga lingkungan kita agar selalu terjaga kebersihannya. Pembangunan

Page 49: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

33

pariwisata tidak mengakibatkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan dan

penurunan kualitas tanah atau lahan pertanian baik lahan perladangan maupun

persawahan. Kelestarian hutannya masih tetap terjaga dengan baik. Masyarakat

secara bersama-sama dan sepakat untuk melestarikan hutannya dan tanpa harus

ketergantungan terhadap hutan tersebut. Pada dasarnya masyarakat lokal telah

sadar terhadap perlunya pelestarian hutan, karena kawasan hutan yang dimaksud

merupakan daerah resapan air yang bisa dipergunakan untuk kepentingan

hidupnya maupun makhluk hidup lainnya serta untuk keperluan pesawahan.

4) Dari segi nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan

Manfaat pariwisata yang kita dapat dari segi nilai pergaulan adalah kita

menjadi lebih banyak mempunyai teman dari berbagai negara dan kita bisa

mengetahui kebiasaan orang yang dari masing-masing negara tersebut sehingga

kita bisa mempelajari bagaimana kebiasaan yang baik di masing-masing negara.

Selain itu kita juga mendapatkan manfaat ilmu pengetahuan dari pariwisata karena

dengan mempelajari pariwisata kita juga bisa tahu dimana letak dan keunggulan

sebuah objek wisata sehingga kita bisa mempelajari mengapa sebuah objek wisata

tersebut bisa maju dan bisa menerapkan di daerah objek wisata daerah kita yang

belum berkembang dengan baik.

5) Dari segi peluang dan kesempatan kerja

Pariwisata juga menciptakan kesempatan kerja. Sarana-sarana pariwisata

seperti hotel dan perjalanan adalah usaha yang “padat karya”. Menurut

perbandingan jauh lebih banyak untuk hotel dan restoran daripada untuk usaha-

usaha lainnya. Untuk setiap tempat tidur dibutuhkan kira-kira 2 orang tenaga. Di

Page 50: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

34

Amerika Serikat untuk tempat tidur diperlukan 279 tenaga kerja. Sudah tentu

angka itu berbeda-beda menurut negaranya. Di Indonesia untuk setiap kamar

dibutuhkan kira-kira 2 tenaga kerja.

Itu semua mengenai tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan

pariwisata. Di samping itu, pariwisata juga menciptakan peluang kerja yang tidak

berhubungan langsung dengan pariwisata. Yang terpenting di bidang kontruksi

bangunan dan jalan. Banyak bangunan yang didirikan untuk hotel, restoran, toko

artshop dll. Wisatawan-wisatawan juga memerlukan makan dan minum, ini

semua secara tidak langsung menciptakan lapangan kerja pertanian. Jadi,

pariwisata mempunyai banyak manfaat dari segi peluang dan kesempatan kerja.

7. Landasan Teori

Ada dua teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, teori konflik dan

teori Habitus. Adapun teori tersebut dijelaskan secara lebih terperinci sebagai

berikut:

a) Teori Konflik

Pariwisata melibatkan berbagai komponen di dalamnya dalam rangka

menyediakan jasa bagi wisatawan. Dalam interaksi komponen-komponen

pariwisata ini tidak selamanya berjalan harmonis. Lebih jauh, konflik dapat timbul

dari interaksi atau hubungan antara satu komponen pariwisata dengan komponen

pariwisata lainnya. Hal ini mendorong adanya analisis terhadap perilaku manusia

dalam perspektif teori konflik dalam rangka memenuhi kebutuhan laten berupa

status, kekuasaan serta sumber kekayaan, dan persediaan sumber daya pariwisata

yang terbatas.

Page 51: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

35

Teori konflik yang dikembangkan Dahrendorf dalam Kinloch (2009) bersifat

multifaset, artinya bahwa konflik dapat terjadi antar pribadi, antar kelompok, dan

dapat berfungsi positif atau negatif. Sedangkan Marx dalam Ambo Upe (2010),

menggunakan strategi perjuangan kelas yang antagonistik antara proletar dengan

borjuis, menjadikan konflik sebagai strategi perjuangan, tidak multifaset seperti

Dahrendorf, melainkan diangkat menjadi strategi mengkonflikkan secara sistemik.

Menurut Coser dalam Ambo Upe (2010), konflik adalah perselisihan mengenai

nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan dengan status, kekuasaan dan sumber-

sumber kekayaan dan persediaan yang tidak mencukupi, dan pihak-pihak yang

sedang berselisih tidak hanya berusaha memperoleh barang yang diinginkan,

tetapi juga memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan mereka.

Teori konflik ini akan diaplikasikan untuk mengkaji dampak pariwisata

terutama berkaitan dengan konflik yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan dan

sumber daya di Kabupaten Dompu. Selain itu, teori konflik juga akan dipakai

untuk mengkaji konflik lainnya yang berkaitan dengan pariwisata, misalnya

konflik sumberdaya manusia. Solusi atas konflik dapat dijadikan dasar dalam

penyusunan strategi meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak

positif.

b) Teori Habitus

Teori habitus yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Pierre Felix

Bourdieu, seorang pemikir Prancis terkemuka yang lahir di Desa Denguin Distrik

Pyrenees Atlantiques barat daya Prancis, 1 Agustus 1930 dan meninggal dirumah

sakit Saint Antoine Paris, 23 Januari 2002.

Page 52: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

36

Bourdieu dalam inti karya dan inti upayanya untuk menjebatani subjektivisme

dan objektivisme, terletak pada konsepnya tentang habitus dan lingkungan dan

hubungan dialektika antara keduanya. Sementara habitus ada didalam pikiran

aktor, lingkungan ada di luar pikiran mereka. Konsep habitus (kebiasaan) adalah

“struktur mental atau kognitif” yang digunakan aktor untuk menghadapi

kehidupan social. Aktor dibekali serangkaian skema atau pola yang

diinternalisasikan yang mereka gunakan untuk merasakan, memahami, menyadari,

dan menilai dunia sosial. Melalui pola-pola itulah aktor memproduksi tindakan

mereka dan juga menilainya. Secara dialektika habitus adalah “produk

internalisasi struktur” dunia sosial.

Habitus mencerminkan pembagian objektif dalam struktur kelas seperti

menurut umur, jenis kelamin, kelompok dan kelas sosial. Habitus diperoleh

sebagai akibat dari lamanya posisi dalam kehidupan sosial diduduki, jadi habitus

akan berbeda-beda tergantung pada wujud posisi seseorang dalam kehidupan

sosial, tidak setiap orang sama kebiasaannya, orang yang menduduki posisi yang

sama dalam kehidupan sosial cenderung memiliki kebiasaan yang sama. Dalam

pengertian ini habitus dapat pula menjadi fenomena kolektif. Habitus

memungkinkan orang memahami dunia sosial, tetapi dengan adanya banyak

habitus berarti kehidupan sosial dan strukturnya tidak dapak dipaksakan seragam

kepada seluruh aktor.

Habitus yang ada pada waktu tertentu merupakan hasil ciptaan kehidupan

kolektif yang berlangsung selama periode histories yang relative panjang.

“habitus yang merupakan produk histories menciptakan tindakan individu dan

Page 53: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

37

kolektif dan karenanya sesuai dengan pola yang ditimbulkan oleh sejarah”.

Kebiasaan individu tertentu diperoleh melalui pengalaman hidupnya dan

mempunyai fungsi tertentu dalam sejarah dunia sosial dimana kebiasaan itu

terjadi. Habitus dapat bertahan lama dan dapat pula berubah dalam arti dapat

dialihkan dari satu bidang ke bidang yang lain. Tetapi, ada kemungkinan bagi

seseorang mempunyai habitus yang tidak pantas dan menderita apa yang disebut

Bourdieu sebagai hysteresis.

Habitus menghasilkan dan dihasilkan oleh kehidupan sosial. Di satu pihak,

habitus adalah “struktur yang menstruktur” artinya habitus adalah sebuah struktur

yang menstruktur kehidupan sosial. Di lain pihak, habitus adalah “struktur yang

terstruktur” yakni ia adalah struktur yang distrukturisasi oleh dunia sosial. Dengan

kata lain Bourdieu melukiskan habitus sebagai “dialektika internalisasi dari

eksternalitas dan eksternalisasi dari internalitas”.

Tindakanlah yang mengentarai habitus dan kehidupan sosial. Di satu pihak,

habitus diciptakan melalui praktik (tindakan). Di pihak lain, habitus adalah hasil

tindakan yang diciptakan kehidupan sosial. Bourdieu menggunakan fungsi

perantara tindakan ketika ia mendefinisikan habitus sebagai “sistem yang tertata

tertuju pada fungsi praktis”. Sementara tindakan atau praktik cenderung

membentuk habitus. Habitus pada gilirannya berfungsi sebagai penyatu dan

menghasilkan praktik atau tindakan.

Walau habitus adalah sebuah struktur yang di internalisasikan, yang

mengendalikan pikiran dan pilihan tindakan, namun habitus tidak menentukannya.

Menurut Bourdieu, habitus semata-mata “mengusulkan” apa yang sebaiknya

Page 54: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

38

dipikirkan orang dan apa yang sebaiknya mereka pilih untuk dilakukan. Dalam

menentukan pilihan, aktor menggunakan pertimbangan mendalam berdasarkan

kesadaran, meski proses pembuatan keputusan ini mencerminkan berperannya

habitus. Habitus menyediakan prinsip-prinsip yang dengan prinsip itu aktor

membuat pilihan dan memilih strategi yang akan digunakan dalam kehidupan

sosial. Seperti yang dikatakan Bourdieu dan Wacquant “orang tidaklah bodoh”

namun orang juga tidaklah rasional sepenuhnya. Aktor bertindak menurut cara

yang masuk akal. Mereka mempunyai perasaan dalam bertindak, ada logika untuk

apa orang bertindak dan itulah “logika tindakan”.

Robbins mendukung pendapat yang menyatakan logika tindakan adalah

“polythetic” yakni logika tindakan adalah kemampuan membenarkan secara

serentak aneka ragam makna atau tesis yang bertentangan secara membingungkan

dan secara logika (menurut logika formal) karena konteks yang menolak dari

pelaksanaannya adalah tindakan. Pernyataan ini bukan hanya karena menekankan

perbedaan antara logika praktis dan rasionilitasi (logika formal), tetapi juga karena

mengigatkan kepada “relasionalisme”. Bourdieu relasionalisme adalah konteks ini

penting karena menuntun untuk mengakui bahwa habitus bukanlah struktur yang

tetap dan tidak dapat berubah, tetapi diadaptasi oleh individu yang secara konstans

berubah dihadapan situasi yang saling bertentangan dimana mereka berbeda.

Habitus berfungsi “dibawah tingkat kesadaran dan bahasa, diluar jangkauan

pengamatan dan pengendalian oleh kemampuan”. Meski tidak disadari habitus

dan cara bekerjanya namun ia mewujudkan dirinya sendiri dalam aktivitas kita

yang sangat praktis seperti cara kita makan, berjalan, berbicara dan bahkan dalam

Page 55: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

39

cara membuang ingus. Kebiasaan atau habitus ini berperan sebagai struktur, tetapi

orang tidak memberikan tanggapan terhadapnya atau terhadap struktur eksternal

yang mempengaruhi secara mekanis. Dialektika antara habitus dan lingkungan

adalah penting karena saling menentukan.

Habitus yang mantap hanya terbentuk, hanya berfungsi dan hanya sah dalam

sebuah lingkungan, habitus itu sendiri adalah “lingkungan dari kekuatan yang

ada”, sebuah situasi dinamis dimana kekuatan hanya terjelma dalam hubungan

dengan kecenderungan tertentu. Inilah mengapa habitus yang sama dapat makna

dan nilai yang berlawanan dalam konfirgurasi yang berbeda atau dalam sektor

yang berlawanan dari lingkungan yang sama. (Riswandi, 2015).

B. Kerangka Pikir

Pada setiap jenis penelitian, selalu menggunakan kerangka berfikir sebagai

alur dalam menentukan arah penelitian, hal ini untuk menghindari terjadinya

perluasan pembahasan yang menjadikan penelitian tidak terarah/terfokus.

Dalam melakukan penelitian tentang “Ekspektasi Wisatawan terhadap

Kualitas Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu”

akan dilakukan penelitian dilapangan sesuai dengan kerangka berfikir sebagai

pedomannya.

Page 56: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

40

Skema Kerangka Pikir:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

Ekspektasi Wisatawan terhadap

Kualitas Komponen Destinasi

Wisata Lakey di Desa Hu’u

Kabupaten Dompu

Ekspektasi

Wisatawan

Dampak Destinasi

wisata Lakey

Negatif Positif

Page 57: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

menggambarkan apa adanya mengenai suatu variabel, gejala, keadaan atau

fenomena sosial tertentu. Dalam hal ini guna menganalisis data yang diperoleh

secara mendalam dan menyeluruh, dengan harapan dapat diketahui sejauh mana

Ekspektasi Wisatawan terhadap Kualitas Komponen Destinasi Wisata Lakey.

Sebagaimana yang dikemukakan Ratna (2010), menyebutkan bahwa:

“Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang

ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,

aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

individual maupun kelompok”.

Penggunaan tipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimaksudkan

sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan

atau melukiskan keadaan subyek atau obyek yang diteliti pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Untuk

mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju pada usaha untuk

mengemukakan gejala secara lengkap didalam aspek yang diselidiki, agar jelas

keadaan dan kondisinya. Kemudian hasil deskripsi secara kualitatif untuk

mendapatkan gambaran mengenai keadaan subyek atau obyek penelitian yang

sesungguhnya di lapangan.

41

Page 58: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

42

B. Lokus Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hu’u Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu

dan difokuskan pada masalah Ekspektasi Wisatawan terhadap Kualitas Komponen

Destinasi Wisata Lakey.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi baik tentang

dirinya atau orang lain atau suatu kejadian atau suatu hal kepada peneliti atau

pewawancara. Informan juga diartikan sebagai responden penelitian yang

berfungsi untuk menjaring sebanyak-banyaknya data dan informasi yang akan

berguna bagi pembentukan konsep dan proposisi sebagai temuan penelitian

(Lanoho, 2016).

Dalam penelitian ini informan dipilih secara sengaja (purposive) yang

digunakan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Pengelola destinasi wisata Lakey

2. Masyarakat yang bekerja di destinasi wisata Lakey

3. Tokoh masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan destinasi wisata Lakey

4. Pengunjung (wisatawan) di destinasi wisata Lakey, baik laki-laki maupun

perempuan dan sudah melakukan perjalanan (wisata) minimal tiga kali.

Untuk mendapatkan berbagai informasi yang dapat memberikan data yang

diperlukan dalam penilitian, penulis menggunakan teknik pengambilan sampel

secara purposive sampling (judgmental sampling), yaitu penarikan sampel yang

dilakukan dengan cara mengambil subyek yang didasarkan pada tujuan tertentu

Page 59: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

43

atau tidak semua populasi akan diteliti tetapi dipilih yang dianggap mewakili

(Kusherdyana, 2013).

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini yaitu Ekspektasi Wisatawan terhadap Kualitas

Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa Hu’u Kecamatan Hu’u Kabupaten

Dompu.

Kajian dalam penelitian ini akan difokuskan pada:

1. Bagaimana ekspektasi wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi

wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu.

2. Bagaimana dampak destinasi wisata Lakey terhadap masyarakat Desa Hu’u.

E. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data sebuah penelitian yang dilakukan dengan berbagai

metode-metode penelitian seperti observasi, wawancara dan dokumentasi,

memerlukan alat bantu sebagai instrumen. Instrumen yang dimaksud yaitu

kamera, telepon genggam untuk recorder, pensil, ballpoint dan buku. Kamera

digunakan ketika penulis melakukan observasi untuk merekam kejadian yang

penting pada saat peristiwa baik dalam bentuk foto maupun video. Recorder,

digunakan untuk merekam suara ketika melakukan pengumpulan data baik

menggunakan metode wawancara, observasi, dan sebagainya. Sedangkan pensil,

ballpoint dan buku, digunakan untuk menulis informasi data yang didapat dari

narasumber.

Page 60: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

44

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang tersedia dan dimanfaatkan dalam penelitian ini berupa data primer

dan data sekunder. Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu data

yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian melalui proses wawancara

dan berupa hasil wawancara, sedangkan data sekunder adalah data pendukung

yang tidak langsung dari narasumber atau non data primer.

1. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang utama yang terdapat dari subjek

penelitian. Data primer yaitu data yang dikumpulkan, dan diolah sendiri baik oleh

perorangan maupun organisasi langsung dari obyeknya (Kusherdyana, 2013).

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah wisatawan lokal maupun

mancanegara yang berada di destinasi wisata Lakey.

2. Data Sekunder

Selain sumber data primer juga diperlukan data sekunder yang berfungsi

sebagai pelengkap atau pendukung data primer. Data sekunder yaitu data yang

diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh

orang lain atau organisasi lain (Kusherdyana, 2013).

Dokumen pribadi yang dapat menjadi data yang berharga untuk menelaah

situasi dan kondisi dari segi subyektif dan hasilnya untuk dianalisis.

G. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data terhadap suatu penelitian yang penulis lakukan,

harus memiliki cara atau teknik untuk mendapatkan data atau informasi yang baik

Page 61: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

45

dan terstruktur serta akurat dari setiap apa yang diteliti, sehingga kebenaran

informasi data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.

Tahap-tahap pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Untuk melakukan metode observasi sebaik-baiknya perlu latihan dan

pengalaman yang cukup, sekalipun banyak orang yang menganggap kegiatan

mengobservasi merupakan kegiatan yang paling mudah serta dapat dilakukan

secara sambil lalu. Mereka mungkin menganggap bahwa metode observasi

merupakan kegiatan sehari-hari dan tidak memerlukan pemahaman yang

mendalam sebab metode ini menggunakan mata untuk melihat dan mengamati

segala sesuatu yang ada disekeliling atau yang sedang kita hadapi, bahkan sering

kali hal ini terjadi tanpa sengaja atau tanpa suatu rencana.

Ratna (2010), mengemukakan bahwa:

“Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang berlangsung”.

Metode observasi ini adalah data yang diperoleh melalui penelitian secara

langsung dengan mengadakan pengamatan didaerah atau dikawasan yang akan

diteliti.

2. Wawancara

“Wawancara atau yang sering juga disebut interview atau kuisioner lisan,

adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh

informasi dari terwawancara (narasumber)” (Arikunto, 2010). Pendapat tersebut

sejalan dengan Ratna, (2010) dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian

Page 62: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

46

Kajian Budaya dan Ilmu-ilmu Humaniora pada Umumnya yang menyatakan

bahwa:

Wawancara (interview) adalah cara-cara untuk memperoleh data dengan

berhadapan langsung, bercakap-cakap, baik antara individu dengan individu

maupun individu dengan kelompok. Wawancara melibatkan dua komponen,

pewawancara yaitu peneliti itu sendiri dan orang yang diwawancarai.

Berdasarkan dari kedua pendapat tersebut, peneliti menarik kesimpulan

bahwa wawancara merupakan salah-satu metode pengumpulan data yang dapat

digambarkan sebagai sebuah interaksi yang melibatkan antara pewawancara

(orang yang bertanya) dengan yang diwawancarai (orang yang memberikan

jawaban atas pertanyaan), dengan maksud untuk mendapatkan informasi yang sah

dan dapat dipercaya.

Penelitian ini menggunakan jenis wawancara terbuka. Wawancara terbuka

ialah sebuah wawancara yang dilakukan dengan tidak merahasiakan sebuah

informasi mengenai narasumbernya dan juga mempunyai pertanyaan-pertanyaan

yang tidak terbatas atau tidak terikat jawabannya.

3. Dokumentasi

“Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya” (Arikunto,

2010).

Dokumentasi biasanya digunakan untuk memperoleh informasi dalam bentuk

catatan berupa buku, leaflet, pamphlet, surat kabar, katalong, foto, video, dan

catatan yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang dikaji, sehingga

diperoleh data-data yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Bahkan

Page 63: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

47

tidak menutup kemungkinan, penulis juga mencari data dokumen melalui internet

dengan tetap memperhatikan kebenaran informasinya.

H. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode diskriptif analisis yaitu

mencari dan menemukan hubungan antara data yang diperoleh dari penelitian

dengan landasan teori yang ada dan yang dipakai, sehingga memberikan

gambaran-gambaran konstruktif mengenai permasalahan yang diteliti. Di samping

itu, menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu cara penelitian yang

menghasilkan data deskriptif analisis yaitu yang dinyatakan oleh responden secara

tertulis dan lisan, diteliti kembali dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

I. Teknik Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan data dari penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik Triangulasi, yaitu:

1. Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, dengan cara

mengecek kembali data yang diperoleh dengan informasi dokumen lain serta

sumber informasi untuk mendapatkan derajat kepercayaan adanya informasi dan

kesamaan pandang serta pemikiran sehingga data yang diperoleh langsung

dianalisis.

2. Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas atau tingkat kepercayaan data

yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

Page 64: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

48

teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek

dengan observasi dan dokumentasi. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas

tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi

lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk

memastikan data mana yang dianggap benar.

3. Waktu

Triangulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpul dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih

segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga

lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat

dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau

teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Dalam penelitian digunakan beberapa sumber buku sebagai acuan teoritis

(referensi), sehingga benar-benar dapat dibandingkan antara teori yang satu

dengan yang lain. Dengan membandingkan beberapa teori serta didukung dengan

beberapa data yang ada, sehingga peneliti dapat melaporkan hasil penelitian yang

disertai penjelasan-penjelasan sebagaimana yang ditentukan. Dengan demikian

akan menambah derajat kepercayaan data yang ada.

Page 65: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

49

BAB IV

DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN

DESKRIPSI KHUSUS LATAR PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Kabupaten Dompu sebagai Daerah Penelitian

1. Sejarah Singkat Kabupaten Dompu

Dompu dahulu kala merupakan salah satu daerah bekas kerajaan atau

kesultanan, kerajaan Dompu merupakan salah satu kerajaan yang paling tua

khususnya di Indonesia Bagian Timur. Arkeolog dari Pusat Balai Penelitian

Arkeologi dan Purbakala, Sukandar dan Kusuma Ayu dari berbagai hasil

penelitiannya menyimpulkan Dompu atau (Kerajaan Dompo) adalah kerajaan

yang paling tua di wilayah timur Indonesia.

Berdasarkan catatan sejarah di Dompu, sebelum terbentuknya kerajaan di

daerah tersebut, telah berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai

Ncuhi”atau raja kecil. Ncuhi terdiri atas empat orang yakni Ncuhi Hu`u yang

berkuasa di daerah Hu`u (sekarang Kecamatan Hu`u), Ncuhi Soneo yang berkuasa

di daerah Soneo dan sekitarnya (sekarang Kecamatan Woja dan Dompu).

Selanjutnya Ncuhi Nowa berkuasa di Nowa dan sekitarnya serta Ncuhi Tonda

berkuasa di Tonda (sekarang wilayah Desa Riwo Kecamatan Woja Dompu). Dari

keempat Ncuhi tersebut yang paling dikenal adalah Ncuhi Hu`u.

Menurut cerita rakyat dompu di negeri Woja berkuasa seorang Ncuhi Kula

yang mempunyai anak perempuan bernama Komba Rawe. Ncuhi tersebut

kemudian dikenal dengan nama Ncuhi Patakula. Cerita rakyat setempat

menyebutkan, putra raja Tulang Bawang terdampar di daerah Woja dalam

49

Page 66: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

50

pengembaraannya, tepatnya di wilayah Woja bagian timur. Kemudian putra raja

Tulang Bawang tersebut menikah dengan putri Ncuhi Patakula. Selanjutnya para

Ncuhi sepakat menobatkan putra raja Tulang Bawang sebagai raja Dompu yang

pertama. Sedangkan Raja Dompu ke-2 bernama Dewa Indra Dompu yang lahir

dari perkimpoian antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara Dompu.

Berturut-turut Raja yang menguasai daerah ini adalah Dewa Mbora Bisu, yang

merupakan Raja Dompu yang ke-3. Raja ke-4 Dompu adalah Dewa Mbora

Balada, yang merupakan saudara dari Dewa Mbora Bisu dan Dewa Indra Dompu.

Pada abad XIX di Dompu saat itu memerintah raja-raja yang lemah. Kerajaan

dikacaukan oleh berbagai pemberontakan pada tahun 1803 yang memaksa pihak

residen campur tangan, Sultan Abdull Azis, putra Sultan Abdullah yang kemudian

mengganti Sultan Yakub, ternyata tidak mampu banyak berbuat untuk memajukan

kerajaannya.

Seluruh kerajaan antara tahun 1810-1814 diancam perompak-perompak yang

menghancurkan desa-desa yang ada di wilayah Dompu saat itu. Pada sekitar tahun

1809 Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan Gubernur Van Kraam untuk

memperbaharui perjanjian dengan Dompu. Perjanjian tersebut diadakan di Bima.

Pada 5-12 April 1815, ketika Gunung Tambora meletus, akhirnya sepertiga dari

penduduk tewas dan sepertiga lainnya berhasil melarikan diri. Sultan Abdull

Rasul II memindahkan Istana Bata yang merupakan Situs Doro Bata yang terletak

di kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu ke Istana Bata yang baru, karena itu dia

disebut dengan gelar Bata Bou. Beliau diganti oleh putranya, Sultan Muhammad

Salahuddin.

Page 67: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

51

Salahuddin mengadakan perbaikan dalam sistem dan hukum pemerintahaan.

Dia pun menetapkan hukum adat berdasarkan hasil musyawarah dengan para alim

ulama, sekaligus menetapkan hukum adat yang dipakai adalah hukum Islam yang

berlalu di wilayah kekuasaannya. Dalam menjalankan pemerintahaannya, Sultan

dibantu oleh majelis adat serta majelis hukum. Selanjutnya mereka (para

pembantu itu) disebut menteri dengan sebutan raja bicara, Rato Rasanae, Rato

Perenta, dan Rato Renda. Mereka tergabung suatu dewan adat, dan merupakan

badan kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk mengangkat dan

memberhentikan Sultan.

Gunung Tambora yang meletus pada 10-11 April 1815, dalam catatan sejarah

Dompu, mengakibatkan tiga kerajaan kecil (Pekat, Tambora, dan Sanggar) yang

terletak di sekitar Tambora tersebut musnah. Ketiga wilayah kerajaan kecil itu pun

kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Dompu. Pertambahan wilayah

Kesultanan Dompu tersebut dinilai merupakan suatu pertanda kelahiran baru bagi

Dompu Baru, yakni pergantian antara Dompu Lama ke Dompu Baru. Peristiwa

tersebut menggambarkan kelahiran wilayah Dompu yang bertambah luas

wilayahnya. Peristiwa 11 April 1815 tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari

kelahiran Dompu, yang kemudian dikuatkan dengan Peraturan Daerah No.18

tanggal 19 Bulan Juni 2004.

2. Kondisi Geografi dan Iklim

a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

Kabupaten Dompu terletak di Pulau Sumbawa bagian tengah, dengan sisi

selatan berbatasan langsung dengan Lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Page 68: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

52

lainnya dibatasi oleh Teluk Saleh di Barat Daya dan Laut Flores di bagian utara.

Adapun batas – batas wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara : Laut Flores dan Kabupaten Bima

2) Sebelah Selatan : Lautan Indonesia

3) Sebelah Timur : Kabupaten Bima

4) Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa

Secara administrasi Kabupaten Dompu terbagi dalam 8 (delapan) kecamatan,

72 desa dan 9 kelurahan, dengan perincian :

1) Kecamatan Hu’u terdiri atas 8 desa

2) Kecamatan Pajo terdiri atas 6 desa

3) Kecamatan Dompu terdiri atas 6 kelurahan dan 9 desa

4) Kecamatan Woja terdiri atas 3 kelurahan dan 11 desa

5) Kecamatan Kilo terdiri atas 6 desa

6) Kecamatan Kempo terdiri atas 8 desa

7) Kecamatan Manggelewa terdiri atas 12 desa

8) Kecamatan Pekat terdiri atas 12 desa.

Kabupaten Dompu merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) kabupaten/kota

yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Letak geografis Kabupaten Dompu

terletak antara 1170 42’ – 1180 30’ bujur timur dan 80 06’ – 90 05’ lintang selatan

dengan luas wilayah 2.324,55 Km2. Wilayah Kecamatan yang terluas yaitu

Kecamatan Pekat dengan luas 875.17 Km2, sedangkan wilayah kecamatan yang

terkecil adalah Kecamatan Pajo yaitu seluas 125.32 Km2. Dengan perincian:

1) Kecamatan Hu’u, dengan luas 186,50 Km2 (8,02%)

Page 69: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

53

2) Kecamatan Pajo, dengan luas 125,32 Km2 (5,39%)

3) Kecamatan Dompu, dengan luas 223,27 Km2 (9,60%)

4) Kecamatan Woja, dengan luas 301,16 Km2 (12,95%)

5) Kecamatan Kilo, dengan luas 235,00 Km2 (10,10%)

6) Kecamatan Kempo, dengan luas 191,67 Km2 (8,24%)

7) Kecamatan Manggelewa, dengan luas 176,46 Km2 (7,59%);

b. Iklim

Kabupaten Dompu termasuk daerah yang beriklim tropis dengan musim

hujan rata-rata bulan Oktober sampai april setiap tahun. Curah hujan merupakan

jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang

diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal (bila tidak terjadi

evaporasi, runoff dan infiltrasi). Satuan curah hujan yang umumnya dipakai oleh

BMKG adalah milimeter (mm).Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam

luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi 1 (satu)

milimeter atau tertampung air sebanyak 1 (satu) liter atau 1000 ml.

Curah hujan tertinggi di Kabupaten Dompu berdasarkan data statistik Tahun

2014 adalah sebesar 343mm, ini terjadi pada Bulan Januari di Kecamatan Hu’u.

Sedangkan curah hujan terendah adalah sebesar 6 mm dan terjadi pada Bulan Juli

di Kecamatan Pekat. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Dompu

yaitu sebesar 105 mm. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Dompu adalah 69,83

mm. Hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember yaitu selama 24 hari dan

terjadi di Kecamatan Dompu.

Page 70: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

54

Tabel 4.1. Kondisi Iklim Kabupaten Dompu

No. Uraian Minimum Maximum

1. Suhu Udara (°C) 23,2 32,9

2. Kelembaban Udara (%) 72 85

3. Tekanan Udara (mBar) 1.009,2 1.014,1

4. Kecepatan Angin (not/jam) 0 14

5. Curah Hujan Perhari (mm) 0 287,3

6. Hari Hujan Perbulan 0 18

7. Arah Angin - Arah angin terbanyak di bulan

November-Desember bertiup dari

arah 360°

- Arah angin terbanyak di bulan April

bertiup dari arah

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian

Pengembangan Kabupaten Dompu 2015

3. Topografi, Geologi dan Hidrologi

a. Topografi

Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum

menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur,

dan secara vertikal yaitu ketinggian. Dilihat dari aspek topografis Kabupaten

Dompu, memiliki 56.784 Ha (23,43%) tanah dengan ketinggian antara 0–100

meter diatas permukaan laut. 123.020 Ha (52,92%) berada pada ketinggian antara

100–500 meter diatas permukaan laut, dan 38.558 Ha (16,59%) berada pada

ketinggian 500–1.000 meter di atas permukaan laut, serta terdapat 14.098 Ha

(6,06%) tanah berada pada ketinggian di atas 1.000 meter dari permukaan laut.

Bila di lihat dari tingkat kemiringan terdapat 43.470 Ha berada pada kemiringan

Page 71: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

55

antara 0-2%, 81.795 Ha berada pada kemiringan antara 2-15% yang merupakan

areal paling luas, 75.785 Ha berada pada kemiringan 15-40%, dan terdapat 31.410

Ha berada pada kemiringan di atas 50%.

Secara umum kondisi topografi Kabupaten Dompu di dominasi oleh

kelerengan curam 15-40 % dan kelerengan landai 2-15%. Untuk detail kondisi

topografi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Kondisi Topografi Kabupaten Dompu

No. Kecamatan Klasifikasi Lereng Jumlah

(Ha) 0-2%

(datar)

2-15%

(landai)

15-40%

(curam)

40%

(sangat

curam)

1. Hu’u 2.822 4.695 6.416 1.717 15.650

2. Dompu 3.932 2.690 8.275 5.792 20.689

3. Woja 5.723 3.915 12.046 8.432 30.116

4. Kempo 3.450 8.434 6.133 1.150 19.167

5. Pekat 15.753 38.507 28.005 5.252 87.517

6. Kilo 3.995 470 13.865 5.170 23.500

7. Manggelewa 3.176 7.764 5.647 1.059 17.646

8. Pajo 3.316 4.754 7.409 5.170 18.170

Total 42.167 71.229 87.796 33.742,4 232.455

Presentase(%) 18,1 30,6 37,8 13,4 100,0

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian

Pengembangan Kabupaten Dompu 2015

Page 72: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

56

b. Geologi

Geologi merupakan kondisi suatu batuan yang menyusun suatu wilayah yang

terbentuk pada masa lalu. Berdasarkan peta Geologi Indonesia kondisi geologi

yang terdapat di Kabupaten Dompu terdiri atas beberapa jenis batuan yang

didominasi oleh batuan gunung api tua dan batuan terobosan. Kondisi geologi

Kabupaten Dompu adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Keadaan Geologi Kabupaten Dompu

No. Jenis Batuan Luas

(Ha)

Presentase

(%)

1. Batuan Gunung Api Tua 1259.79 54.2

2. Batuan Gunung Api Muda 66.60 2.9

3. Batuan Terobosan 684.93 29.5

4. Batuan Alivium & Endapan Pantai 243.71 10.5

5. Batuan Gamping Berlapis 19.33 0.8

6. Tufa Dasitan 50.16 2.2

Jumlah Total 232.455 100.00

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian

Pengembangan Kabupaten Dompu 2015

c. Hidrologi

Dilihat dari aspek Hidrologis, Kabupaten Dompu memiliki persediaan air

yang cukup untuk keperluan hidup sehari-hari dan pengairan bagi lahan pertanian,

karena Kabupaten Dompu didukung oleh 19 aliran sungai besar dan beberapa

buah sungai kecil serta beberapa sumber mata air lain yang berair sepanjang tahun

Page 73: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

57

yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupan dan pengairan bagi masyarakat

Dompu.

4. Kondisi Demografi

a) Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Dompu pada Tahun 2015 berdasarkan hasil

sensus pada Tahun 2014 mencapai 234.665 jiwa, yang terdiri dari 118.490 jiwa

laki-laki dan 116.175 jiwa perempuan. Jumlah penduduk Kabupaten Dompu

menempati peringkat ke tujuh terbesar di Nusa Tenggara Barat dengan jumlah

penduduk terbanyak berada di Kecamatan Woja (55.409 jiwa) dan jumlah terkecil

terdapat di Kecamatan Kilo (12.829 jiwa). Luas administrasi dan areal terbangun

Kabupaten Dompu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4. Luas Adminitrasi dan Luas Areal Terbangun Kabupaten Dompu

No Nama

Kecamatan

Jumlah

Desa/

Kelurahan

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha)

(%) thd

total

administrasi

(Ha) (%) thd luas

administrasi

1 Hu’u 8 18.650 8,02 154 0.76

2 Pajo 6 13.532 5,82 132 0.98

3 Dompu 15 22.327 9,60 881,8 3.95

4 Woja 14 30.116 12,96 264 0.87

5 Kilo 6 23.500 10,11 51,2 0.22

6 Kempo 8 19.167 8,25 27 0.14

7 Manggelewa 12 17.646 7,59 570,8 3.23

8 Pekat 12 87.517 37,65 6.855 6.12

Page 74: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

58

No Nama

Kecamatan

Jumlah

Desa/

Kelurahan

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha)

(%) thd

total

administrasi

(Ha) (%) thd luas

administrasi

TOTAL 81 232.455 100,00 8935.8 16,27

Sumber : Kabupaten Dompu Dalam Angka, Tahun 2015

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa wilayah Administrasi terluas adalah

Kecamatan Pekat yaitu dengan luas 87.517 Ha sehingga persentase terhadap total

Wilayah Administrasi adalah 37,65 % dan Wilayah Administrasi tersempit

adalah Kecamatan Pajo yaitu dengan luas 13.532 Ha sehingga persentase terhadap

total Wilayah Administrasi adalah 5,82%.

Sedangkan untuk luas wilayah terbangun dapat diketahui wilayah terluas

adalah Kecamatan Pekat yaitu dengan luas 6.855 Ha sehingga persentase

terhadap total Wilayah Administrasi adalah 6.12% dan wilayah terbangun yang

menempati wilayah tersempit adalah Kecamatan Kempo dengan luas 27 Ha

sehingga persentase terhadap total Wilayah Administrasi kecamatan tersebut

adalah 0,14 %.

b) Penduduk Miskin

Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Dompu pada Tahun 2013

sebanyak 20.216 keluarga, dimana yang terbesar terdapat di Kecamatan Woja

sebanyak 4.743 keluarga. Adapun yang terkecil terdapat di Kecamatan Kilo

sebanyak 1.240 keluarga. Lebih jelasnya jumlah rumah tangga miskin di

Kabupaten Dompu dapat dilihat pada table berikut ini:

Page 75: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

59

Tabel 4.5. Jumlah Rumah Tangga Miskin

Sumber: Survey Sosial Ekonomi Bappeda Kabupaten Dompu, Tahun

2015

B. Deskripsi Khusus Wisata Lakey di Desa Hu’u sebagai Latar Penelitian

1. Sejarah Singkat Wisata Lakey

Di desa Hu’u Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB), terdapat

sebuah tempat wisata yang sering disebut dengan Lakey Peak. Lakey Peak

pertama kali diangkat sebagai tempat wisata pada tahun 1986, orang yang pertama

kali memperkenalkan gelombang Lakey adalah seorang pengusaha yang berasal

dari Bali yang bernama I Nyoman Radiase (Bobby) dan pengusaha dari Negara

Australia yang bernama Polking. Kedua pengusaha inilah yang telah menemukan

gelombang Lakey sehingga bisa diangkat sebagai tempat wisata, tujuan adanya

gelombang ini adalah untuk digunakan sebagai kegiatan Surfing.

No. Kecamatan Jumlah Rumah

Tangga (KK)

Miskin

1 Hu’u 2.096

2 Pajo 1.346

3 Dompu 3.719

4 Woja 4.743

5 Kilo 1.240

6 Kempo 1.629

7 Manggelewa 2.627

8 Pekat 2.816

Jumlah 20.216

Page 76: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

60

Kedua pengusaha tersebut mulai mencari lokasi untuk membangun sebuah

bascamp yang digunakan sebagai tempat istirahat, kemudian mereka membeli

tanah milik warga desa Hu’u yang sekarang telah menjabat sebagai Kepala

Suku/adat desa Hu’u. Tanah tersebut digunakan untuk membangun sebuah

perusahaan, nama perusahaan pada saat itu adalah “Sarae Mandumba” dan

sekarang telah berganti nama menjadi “Periscope”. Kemudian mereka mulai

membuka dan memperkenalkan kepada dunia Nasional dan Internasional melalui

media koran dengan judul “Di Lakey desa Hu’u Kabupaten Dompu NTB di

temukan gelombang yang hampir sama dengan gelombang di Haway”, pada saat

itu di terbitkan oleh koran Surfing Of Live.

Setelah beredarnya berita tersebut, banyak wartawan dari berbagai negara

datang ingin melihat langsung gelombang Lakey tersebut dan memperkenalkan

pada dunia Internasional sehingga desa Hu’u mulai dikenal sebagai desa kawasan

wisata Lakey. Sebelum wisata Lakey muncul, Kabupaten Dompu tidak memiliki

kantor Dinas Pariwisata, setelah wisata Lakey diperkenalkan di dunia Nasional

dan Internasional maka didirikan kantor Dinas Pariwisata di Kabupaten Dompu.

(Wawancara dengan Kepala Suku/Adat Desa Hu’u, 04 September 2017).

2. Komponen Destinasi Wisata Lakey

Sebagai sebuah destinasi pariwisata yang telah berkembang lama, Destinasi

Pariwisata Lakey-Hu’u telah memiliki komponen-komponen penentu destinasi

pariwisata, keberadaan komponen-komponen tersebut menyuguhkan daya tarik

wisata di Lakey-Hu’u, serta berbagai akomodasi penunjang yang bertujuan untuk

Page 77: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

61

memberikan pelayanan kepada wisatawan yang membutuhkan fasilitas selama

mengunjugi destinasi pariwisata Lakey-Hu’u.

Selain akomodasi, akses menuju Lakey-Hu’u sudah sangat bagus dan

keterlibatan masyarakatpun telah terlihat seperti menjadi seorang guide,

memberikan jasa perbaikan papan surfing (Ding Repair), pekerja di akomodasi

hotel dan berdagang di sekitar kawasan pariwisata Lakey-Hu’u. Komponen-

komponen penentu destinasi pariwisata Lakey-Hu’u antara lain: Attraction

(atraksi wisata), Accessibility (aksesibilitas), amenities (amenitas), Ancillary

(kelembagaan) dan community involvement (keterlibatan masyarakat). Komponen-

komponen destinasi pariwisata Lakey-Hu’u dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Atraksi Wisata

Atraksi wisata merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk

dikunjungi dan dilihat (Pendit, 1999: 20). Destinasi pariwisata Lakey-Hu’u

tergolong sebuah Natural Attraction karena keindahan alamnya yang menjadi

atraksi utamanya. Sebagai zona yang diperuntukkan untuk kawasan pariwisata,

maka keindahan alam bahari perlu dijaga dengan baik.

1. Pantai

Kebaradaan Pantai Lakey menjadi daya tarik utama di destinasi pariwisata

Lakey-Hu’u, karena Pantai Lakey merupakan salah satu tempat surfing terbaik di

Indonesia bahkan Dunia. Pantai Lakey menyuguhkan berbagai jenis gelombang

yang dapat dinikmati oleh para wisatawan selama berkunjung di destinasi

pariwisata Lakey-Hu’u. terdapat enam jenis gelombang yang dapat kita jumpai di

Pantai Lakey ke enam jenis gelombang tersebut antara lain: Nanga Doros,

Page 78: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

62

Cublestone, Nangas, Periscope, Lakey Pipe, dan Lakey Peak. Tetapi dari ke enam

jenis gelombang tersebut hanya tiga yang bisa digunakan sebagai tempat surfing

yaitu Lakey Peak, Lakey Pipe dan Periscope. Sisanya yaitu Nanga Doros,

Cublestone dan Nangas tidak digunakan karena sangat berbahaya.

a) Pasir Pantai

Selain memiliki pantai dengan jenis gelombang yang beragam, destinasi

pariwisata Lakey-Hu’u memiliki atraksi lain sebagai salah satu daya tarik yang

dapat dijumpai . Atraksi tersebut yaitu pasir pantai yang luas dengan garis pantai

yang dimiliki sangat panjang, kelebihan tersebut didukung juga dengan kondisi

pasir pantai yang putih. Keberadaan pasir pantai di destinasi pariwisata Lakey-

Hu’u telah memberikan banyak pilihan bagi para wisatawan untuk beraktivitas

selama mereka mengunjungi destinasi pariwisata Lakey-Hu’u. Kegiatan yang bisa

dilakukan di pasir pantai destinasi pariwisata Lakey-Hu’u antara lain melakukan

kegiatan sunbathing (berjemur), berolahraga, serta mengamati matahari terbenam

(sunset).

b) Kejuaraan Surfing tingkat Internasional

Kejuaraan Surfing Tingkat Internasional yang diadakan setiap tahunnya di

destinasi pariwisata Lakey-Hu’u, diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, dalam

hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu sebagai

penyelenggara dan disponsori oleh Qiuksilver dan Ripcurl sebagai sponsor utama.

Tujuan dari diadakannya kejuaraan surfing di Lakey-Hu’u, tentu untuk

meningkatkan citra sekaligus mempromosikan destinasi pariwisata Lakey-Hu’u di

Indonesia maupun Dunia.

Page 79: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

63

Terselenggaranya kejuaraan surfing di destinasi pariwisata Lakey-Hu’u, telah

banyak menarik minat para peselancar dari berbagai negara seperti Amerika,

Australia, Brazil, Prancis, Afrika, Italy, Rusia, Inggris, serta negara Eropa lainnya.

Selain disediakan hadiah uang yang cukup besar, keunikan gelombang di pantai

Lakey telah menarik minat wisatawan untuk menaklukannya.

c) Olahraga Kitesurfing

Olahraga Kitesurfing atau disebut juga selancar layang adalah olahraga air

dengan perpaduan antara selancar dan paralayang. Olahraga ini sangat

membutuhkan angin berkekuatan besar untuk mendorong layang-layang yang

kemudian akan menggerakan papan selancar (Sandarani, 2015). Olahraga

Kitesurfing sebagai salah satu atraksi wisata di destinasi pariwisata Lakey-Hu’u,

sejauh ini masih belum terlihat karena belum banyak wisatawan yang

melakukannya, tidak tersedianya peralatan penunjang olahraga kitesurfing yang

bisa disewa maupun dijual menjadi alasan kenapa olahraga tersebut masih belum

terlalu banyak terlihat. Saat ini, apabila wisatawan ingin melakukan olahraga

kitesurfing, mereka harus membawa sendiri peralatannya dari luar daerah seperti

dari Pulau Jawa dan Bali.

b. Amenitas

Dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan menuju destinasi

pariwisata Lakey-Hu’u, keberadaan fasilitas penunjang dalam menjalankan

operasional kepariwisataan telah tersedia. Pembangunan fasilitas akomodasi

seperti hotel maupun fasilitas lainnya sangat diperlukan sehingga dapat

memberikan kepuasan kepada wisatawan yang mengunjungi destinasi pariwisata

Page 80: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

64

Lakey-Hu’u. Hotel yang terdapat di Lakey-Hu’u dapat dilihat pada Tabel 5.1

berikut ini:

Tabel 4.6. Hotel di destinasi Lakey-Hu’u

No. Nama Hotel Jumlah Kamar Tempat Tidur

1. Puma Bungalows 23 46

2. Hotel Adhyaksa 9 9

3. Balumba Cottages 31 54

4. Monalisa Cottages 20 40

5. Primadona Cottages 24 48

6. Alamanda 5 6

7. Aman Gati 52 104

8. Ani Lestari Hotel 28 56

9. Lakey Beach In Hotel 7 14

Total 199 377

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Dompu, 2015

Berdasarkan Tabel 4.6. diketahui bahwa jumlah keseluruhan hotel yang

terdapat di Lakey-Hu’u yaitu 9 hotel. Dari semua hotel tersebut, belum ada hotel

yang berstandar berbintang 1 sampai 5, semuanya masih berstandar hotel melati,

dengan total jumlah kamar secara keseluruhan yaitu 181 kamar dan tempat tidur

berjumlah 377.

Selain fasilitas penginapan, ada juga usaha jasa pariwisata lainnya yang

terdapat di destinasi pariwisata Lakey-Hu’u yaitu restoran dan rumah makan.

Untuk restoran di destinasi pariwisata Lakey-Hu’u terdapat lima restoran yang

terdiri dari Fatma’s Restaurant, Blulagoon Restaurant, Amangati, Alis dan Lakey

Beach In Restaurant (Ibrahim, 2015: 58). Sedangkan rumah makan yang terdapat

di Lakey-Hu’u disediakan oleh masyarakat lokal. Fasilitas lainnya yang terdapat

Page 81: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

65

di destinasi pariwisata Lakey-Hu’u yaitu Ding Repair. Ding Repair merupakan

tempat untuk memperbaiki serta merawat papan surfing wisatawan. Tempat Ding

Repair dikelola langsung oleh masyarakat setempat, dengan adanya tempat

perbaikan tersebut akan menambah penghasilan masyarakat setempat.

c. Aksesibilitas

Untuk sampai ke Pantai Lakey-Hu’u dapat ditempuh melalui perjalanan darat

maupun udara, bila menggunakan sarana bus dari Kota Mataram dapat ditempuh

selama 11-12 jam perjalanan, termasuk menyeberangi Selat Alas menggunakan

kapal laut sekitar 2 jam. Wisatawan juga dapat menggunakan pesawat terbang

yang menempuh jarak rute Denpasar-Bima selama sekitar 1 jam 15 menit

ditambah 2 jam perjalanan darat dari Bima ke Lakey-Hu’u, sedangkan pesawat

dengan rute Mataram-Bima dapat ditempuh selama 1 jam ditambah 2 jam.

Kondisi jalan maupun alat transportasi yang menuju destinasi pariwisata Lakey-

Hu’u sudah cukup baik dengan kondisi aspal yang rata. Alat transportasi menuju

Lakey telah tersedia dengan kondisi alat transportasi yang bagus dan nyaman bagi

para wisatawan.

d. Pelayanan Pendukung yang Terorganisasi

Menurut Inskeep (1991: 77) ancillary service merupakan pelayanan yang

diberikan oleh destinasi kepada wisatawan dan industri, berupa pemasaran,

pengembangan dan koordinasi antar komponen destinasi. Fungsi ancillary service

ini dilakukan oleh organisasi/instansi pemerintah, swasta maupun gabungan

instansi pemerintah dan swasta. Untuk urusan kepariwisataan, destinasi pariwisata

Lakey-Hu’u memiliki kelembagaan pemerintah yang di atur oleh Dinas

Page 82: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

66

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu untuk mengelola dan

mengembangkan destinasi pariwisata Lakey-Hu’u. Sedangkan di kawasan

destinasi pariwisata Lakey-Hu’u terdapat beberapa bentuk organisasi yang

mendukung pengembangan sekaligus terjun lansung dalam mengelola destinasi

pariwisata Lakey-Hu’u. Organisasi tersebut antara lain HPI (Himpunan

Pramuwisata Indonesia), lifeguard, Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan

pengemudi ojek yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat.

e. Keterlibatan Masyarakat

Satu kriteria tambahan sebagai pelengkap yang menjadi inti dari

pengembangan pariwisata itu sendiri yakni community involvement, (Madiun,

2008: 54). Keterlibatan masyarakat dalam memberikan pelayanan dan hubungan

yang tercipta antara wisatawan dan masyarakat lokal sebuah destinasi, akan

mempengaruhi juga apakah destinasi tersebut baik atau tidak untuk dikunjungi

oleh wisatawan. Berkembangnya destinasi pariwisata Lakey-Hu’u telah

memberikan dampak langsung kepada masyarakat terutama dampak ekonomi bagi

masyarakat lokal.

Menurut Bapak Johan, S.Sos. selaku Sekretaris Desa Hu’u membenarkan

bahwa:

“..sebagian hotel yang ada di Lakey-Hu’u adalah milik masyarakat

dompu dan telah membuka banyak peluang bagi masyarakat lokal untuk

bekerja di industri pariwisata. bentuk keterlibatan masyarakat lokal yaitu

bekerja menjadi guide, bekerja di hotel, pemilik warung makan, melayani

perbaikan papan surfing (Ding Repair) dan penjual papan Surfing di beberapa

outlet di Lakey-Hu’u, bentuk keterlibatan tersebut telah memberikan manfaat

tersendiri bagi mereka yang berkecimpung di industri pariwisata”.

(Wawancara, 04 September 2017).

Page 83: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

67

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, bahwa hadirnya destinasi pariwisata

Lakey-Hu’u telah memberikaan manfaat langsung kepada masyarakat lokal. Tidak

hanya masyarakat lokal Lakey-Hu’u saja, tetapi masyarakat Kabupaten Dompu

yang telah membangun beberapa akomodasi perhotelan di Lakey-Hu’u dan telah

melibatkan masyarakat lokal sebagai karyawannya. Bentuk keterlibatan lainnya

yaitu masyarakat lokal telah banyak menjadi guide, membuka beberapa warung

makan serta pelayanan lainnya seperti perbaikan papan surfing (Ding Repair),

bahkan masyarakat lokal telah memiliki outlet penjualan papan surfing di

destinasi pariwisata Lakey-Hu’u.

3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Hu’u

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Hu’u masih relatif rendah. Hal ini dapat

dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 4.7. Tingkat Pendidikan masyarakat

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 560 77,45

2 SLTP 40 5,53

3 SLTA 90 12,44

4 AKADEMI 3 0.41

5 S1 30 4.09

Jumlah 723 100 %

Sumber: profil Desa hu’u tahun 2016

Sebagian besar tingkat pendidikan penduduk di Desa Hu’u ini masih

berada di tingkat sekolah dasar. Pendidikan akan mempengaruhi pola pikir

masyarakat khususnya dalam mengelola kegiatan pariwisata, mereka akan

mengelola keberadaaan Taman Wisata Perairan (TWP) apa adanya tanpa analisa

usaha dan pemikiran jangka panjang.

Page 84: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

68

4. Mata Pencaharian

Sistem mata pencaharian yang berkembang dalam kehidupan masyarakat

Desa Hu’u “ngupa ro dei mori ra woko” adalah lebih banyak pada bidang

pertanian dan peternakan. Sistem mata pencaharian ini adalah sistem yang sudah

turun temurun dalam masyarakat, karena biasanya areal persawahan atau kebun

serta ladang akan diwariskan secara turun temurun. Tetapi dalam masyarakat

Hu`u sendiri selain dari dua jenis mata pencaharian tersebut, juga terdapat mata

pencaharian lain yang dijalankan oleh masyarakatnya, yang secara keseluruhan

terdiri atas:

a. Pertanian atau kanggihi ro kanggama

b. Peternakan atau ntadi ro ntedi

c. Perniagaan atau daga ro landa

d. Douma loa ro dese (biasanya adalah penduduk yang menjadi pegawai, pandai

besi dan emas, juru ukir dan arsitek dan sebagainya). (Profil Desa Hu’u, 2016)

5. Kondisi Sosial dan Ekonomi

a) Kondisi Sosial

Sistem sosial kemasyarakatan disini adalah berkaitan dengan tatanan

kehidupan sosial masyarakat Desa Hu’u yang menyangkut beberapa aspek utama

yang membentuk pola hubungan sosial baik secara individu maupun secara

komunal atau sosial. Sistem sosial kemasyarakatan yang ada di Desa Hu’u terdiri

atas beberapa aspek yaitu stratifikasi dan pelapisan sosial, sistem pemerintahan,

serta pola kekerabatan.

Page 85: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

69

b) Kondisi Ekonomi

Secara umum perekonomian masyarakat Desa Hu’u bekerja sebagai petani,

nelayan dan pedagang. Potensi unggulan desa di bidang pertanian berupa tanaman

padi, palawijaya dan jagung. Dibidang peternakan dan perikanan seperti Sapi,

Kerbau dan Kambing. (Profil Desa Hu’u, 2016).

6. Kondisi Keberagamaan

Penduduk asli Desa Hu’u mayoritas memeluk agama Islam. Hal ini

merupakan syarat yang harus ditaati oleh masyarakat yang akan tinggal di Desa

Hu’u, bahwa mereka harus beragama Islam. Untuk warga yang beragama selain

Islam, tinggal dan menempati areal di luar kawasan Hu’u lama yang ada sekarang,

yaitu dekat dengan objek wisata pantai Lakey, di sebelah selatan Desa Hu’u.

(Wawancara dengan kepala suku/adat Desa Hu’u, H. Yusuf, S.Sos. 04 September

2017).

Page 86: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

70

BAB V

EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS

KOMPONEN DESTINASI WISATA LAKEY

A. Ekspektasi Wisatawan Terhadap Kualitas Komponen Destinasi Wisata

Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu

Persepsi dan ekskpektasi dari informan sangat penting dinilai dari identitas

informan berdasarkan tingkat umur, pendidikan dan pekerjaan. Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka persepsi dan ekspektasinya semakin berpengaruh

terhadap ide pengembangan pariwisata untuk masa yang akan datang.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan

metode observasi dan wawancara untuk mengetahui seberapa besar ekspektasi

wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi wisata Lakey di desa Hu’u

Kabupaten Dompu dapat dilihat berdasarkan pendapat informan tentang

aksesibilitas, sarana dan prasarana di destinasi wisata Lakey-Hu’u. Dari hasil

wawancara yang telah dilakukan dengan 13 informan yang berada di destinasi

wisata Lakey bahwa terdapat sembilan informan yang berpendapat cukup

lengkap, empat informan yang berpendapat kurang lengkap, informan yang

berpendapat sangat lengkap dan tidak lengkap tidak ada. secara umum sarana dan

prasarana menurut persepsi informan sudah cukup lengkap, akan tetapi masih

terdapat beberapa sarana dan prasarana pendukung yang kurang lengkap yang

disediakan oleh para pengelola destinasi. Sebagaimana diungkapkan oleh seorang

informan ibu NR (22 tahun), bahwa:

70

Page 87: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

71

“Pengelola wisata harus menambah persediaan tempat sampah, parkiran

dan penjaga pantai” (Wawancara, 04 September 2017).

Hal senada diungkapkan oleh bapak JP (30 tahun) bahwa:

“Sarana dan prasarana pendukung yang perlu di tambah adalah

kendaraan wisata, tempat sampah dan agent travel” (Wawancara, 12

September 2017).

Hal senada pula disampaikan oleh ibu L (33 tahun), bahwa:

“Sarana dan prasarana yang masih kurang yaitu tempat sampah, penjual

souvenir dan tempat parkir” (Wawancara, 23 14 Oktober 2017).

Pendapat yang tak senada diungkapkan oleh Bapak SF (25 tahun), bahwa:

“Sarana dan prasarana yang masih kurang adalah tempat makan dan

tempat untuk bersantai” (Wawancara, 04 September 2017).

Hal yang tak senada pula diungkapkan oleh bapak HY (45 tahun), bahwa:

“sarana dan prasarana di destinasi wisata Lakey sudah cukup lengkap,

hanya saja ada beberapa fasilitas yang kurang seperti tempat sampah,

parkiran, lifeguard dan tempat santai” (Wawancara, 04 September 2017).

Berdasarkan pendapat dari berbagai informan diatas dapat disimpulkan

bahwa sarana dan prasarana pendukung yang masih kurang lengkap dan perlu

ditambah di destinasi wisata Lakey adalah tempat sampah, tempat parkir, penjaga

pantai (lifeguard), toko souvenir, baruga dan tempat bersantai, dan kelengkapan

informasi melalui internet, travel agent, brosur, dan tour informasi. Keenam

komponen tersebut menurut persepsi dari berbagai informan masih cukup rendah,

untuk itu perlu adanya peran para stakeholder untuk segera mengembangkan dan

menanggulangi hal tersebut secara baik dan menyediakan berbagai fasilitas

pendukung untuk kenyamanan para wisatawan yang berkunjung di destinasi

wisata Lakey-Hu’u.

Pengembangan pariwisata merupakan pembangunan yang menciptakan nilai

tambah dalam berbagai aspek bidang pariwisata, mulai dari sarana dan prasarana,

Page 88: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

72

Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) dan aspek-aspek lainnya. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh seorang informan ibu F (35 tahun), bahwa:

“perkembangan dalam pengelolaan destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u

masih kurang berkembang dan sebaiknya segera menyediakan dan

mengembangkan fasilitas-fasilitas pendukung seperti tempat sampah dan

parkiran” (Wawancara, 14 Oktober 2017).

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Ibu L (33 tahun), bahwa:

“perkembangan dalam pengelolaan destinasi wisata Lakey masih kurang

dan perlu dikembangkan, sebaiknya pihak pengelola menyediakan dan

meningkatkan lagi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh para

pengunjung” (Wawancara, 14 Oktober 2017).

Sedangkan hal yang tak senada diungkapkan oleh bapak SF (25 tahun),

bahwa:

“pengembangan pengelolaan wisata Lakey sudah berkembang dengan

baik, dan sebaiknya disarankan kepada masyarakat agar memanfaatkan

peluang ini dengan sebaik mungkin misalnya membuat usaha pernak-pernik

khas Kabupaten Dompu sebagai buah tangan agar dapat membantu

perkembangan destinasi wisata Lakey” (Wawancara, 04 September 2017).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum

perkembangan dalam pengelolaan destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u sudah

berkembang dengan baik, hanya saja ada beberapa komponen-komponen yang

kurang berkembang dan memerlukan penanggulangan secepatnya untuk

meningkatkan daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata lakey di

masa mendatang.

Pengembangan pariwisata menjadi pilihan penting bagi suatu negara atau

daerah karena multiefek yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata. Pertumbuhan

ekonomi merupakan dampak utama yang dicirikan oleh terbukannya lapangan

kerja, stimulasi investasi sehingga berkembang produk wisata baik barang

maupun jasa sehingga pariwisata terus berkembang.

Page 89: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

73

Pengembangan suatu obyek wisata sangatlah penting terutama pada bagian

infrastruktur (prasarana), sarana dan akomodasi. Ketersediaan infrastruktur yang

memadai akan membuka isolasi daerah sehingga dapat mengembangkan ekonomi

dan akomodasi diartikan sebagai bagian dari kebutuhan manusia dalam perjalanan

sebagai tempat untuk menginap dan beristirahat. Untuk pengembangan suatu

obyek wisata tidak terlepas dari persepsi dan ekspektasi (harapan) wisatawan yang

dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi perkembangan suatu destinasi wisata.

Harapan merupakan bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang

diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian yang akan berbuah kebaikan di

masa yang akan datang. Dengan adanya harapan ini bermaksud untuk mengetahui

keinginan wisatawan terhadap kualitas komponen di destinasi wisata Lakey di

Desa Hu’u yang perlu untuk dibenahi dan dikembangkan keberadaanya melalui

pandangan wisatawan. Berdasarkan adanya hasil persepsi dan harapan tersebut

setidaknya dapat membantu memberikan penilaian terhadap evaluasi kondisi

obyek wisata dan memberikan ide pengembangan baru untuk pengelola wisata

agar dapat tersinergi antara harapan dan keinginan wisatawan dan pemerintah

daerah serta pihak pengelola lainnya dalam mengupayakan pengembangan di

destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u. Seperti yang disampaikan oleh bapak J (37

tahun), bahwa:

“perlu adanya sistem pembaharuan sarana dan prasarana di destinasi

wisata Lakey agar wisatawan tidak merasa jenuh atau bosan terhadap fasilitas

yang telah disediakan, dan masih terdapat beberapa fasilitas yang masih

kurang dan perlu ditambah seperti persediaan tempat sampah, parkiran, dan

baruga atau tempat santai sudah banyak yang rusak dan beberapa fasilitas lain

yang perlu ditingkatkan lagi” (Wawancara, 28 September 2017).

Page 90: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

74

Dari hasil wawancara dengan bapak J selaku sekretaris Desa Hu’u dapat

disimpulkan bahwa kondisi sarana dan prasarana di destinasi wisata Lakey-Hu’u

masih kurang memadai, dan memerlukan perbaikan atau diganti berbagai sarana

dan prasarana yang agak rusak atau sudah rusak parah sehingga perlu diganti demi

kenyamanan wisatawan dan perkembangan destinasi wisata Lakey-Hu’u di masa

yang mendatang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu N (24 tahun), bahwa:

“saya menikmati perjalanan selama di pantai Lakey, tapi saya kurang

puas dengan fasilitas yang ada karena masih ada terdapat sampah-sampah

yang berserakan di mana-mana. Seharusnya pihak pengurus atau pengelola

lebih memperhatikan lingkungan sekitar pantai seperti menambah tempat

sampah agar kondisi pantai lebih terlihat indah” (Wawancara, 28 September

2017)

Pendapat yang senada diungkapkan oleh ibu NR (22 tahun), bahwa:

“...kurang memuaskan, kondisi pantai masih terlihat kotor, parkiran juga

tidak teratur sehingga banyak pengunjung yang datang parkir di dalam area

pantai” (Wawancara, 04 September 2017).

Hal yang tak senada diungkapkan oleh bapak JP (37 tahun), bahwa:

“selama berada di tempat wisata Lakey ini, saya cukup puas dengan

berbagai fasilitas yang ada, terutama pemandangan pantai dan kegiatan

surfing sehingga saya cukup puas menghabiskan waktu liburan bersama

keluarga” (Wawancara, 12 September 2017).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa destinasi wisata Lakey-Hu’u masih perlu

dikembangkan dan memperbaharui beberapa sarana dan prasarana sudah rusak

sehingga wisatawan merasa nyaman dan puas selama mengunjungi destinasi

wisata Lakey-Hu’u.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan berbagai informan yang

telah dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang disebarkan

kepada wisatawan, pengelola destinasi dan para pedagang dengan jumlah

informan 13 orang di destinasi wisata Lakey-Hu’u. Secara umum persepsi

Page 91: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

75

wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi wisata Lakey-Hu’u sudah baik

dan ekspektasinya cukup penting. Tetapi ada beberapa penilaian dari wisatawan

yang cukup rendah karena kualitas komponen tersebut belum memuaskan.

Komponen-komponen tersebut antara lain adalah penjaga pantai (lifeguard),

tempat parkir, tempat sampah, baruga dan tempat santai, toko souvenir dan

kelengkapan informasi melalui internet, travel agent, brosur dan tour informasi.

Sedangkan ekspektasi wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi

wisata Lakey-Hu’u cukup penting, artinya secara umum komponen-komponen

yang ada di destinasi wisata Lakey-Hu’u ke depannya masih perlu dikelola dan

dikembangkan secara maksimal. Ada empat komponen yang harus di prioritaskan

dan ditanggulangi segera mungkin karena menurut penilaian ekspektasi

wisatawan keempat komponen tersebut belum memuaskan, komponennya antara

lain adalah tempat parkir, tempat sampah, toko souvenir dan lifeguard.

B. Program Improvisasi Komponen Destinasi Wisata Lakey di Desa

Hu’u Kabupaten Dompu

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh

penulis, ada beberapa komponen-komponen yang memerlukan program

improvisasi atau perbaikan. Program improvisasi merupakan program perbaikan

yang perlu dilakukan oleh para stakeholder terhadap komponen destinasi wisata

Lakey-Hu’u. Adapun program improvisasi (perbaikan) yang bisa dilakukan oleh

para stakeholder adalah sebagai berikut:

1. Komponen yang perlu diprioritaskan adalah tempat parkir, lifeguard, tempat

memperbaiki papan surfing (ding pair), kondisi moda angkutan menuju

lokasi dan kelengkapan informasi melalui internet, travel agent, brosur

Page 92: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

76

maupun tour information. Program perbaikan yang bisa dilakukan oleh para

stakeholder adalah segera menyediakan tempat parkir yang baik, aman,

nyaman dan teratur, menambah petugas lifeguard serta menyediakan

speedboat beserta peralatan keselamatannya, menambah fasilitas tempat ding

repair di kawasan Lakey-Hu’u, memperbaiki kondisi angkutan umum dan

mengundang para investor untuk mendirikan sebuah agen perjalanan (travel

agent) agar bisa menjual paket wisata menuju Lakey-Hu’u.

2. Atraksi wisata serta fasilitas yang tersedia di destinasi wisata Lakey-Hu’u

telah berhasil dikelola dengan baik oleh stakeholder, meskipun ada beberapa

fasilitas yang disediakan yang perlu mendapatkan prioritas penanganan utama

yang dianggap sangat penting dan harus dipertahankan dengan baik oleh

pemerintah daerah maupun pihak swasta yang mengelola destinasi wisata

Lakey-Hu’u, adapun fasilitasnya adalah kondisi pantai, kondisi pasir pantai,

perlombaan surfing, penginapan (hotel, bungalow, cottage, homestay),

restoran, bar, cafe. Program perbaikan yang bisa dilakukan adalah

melaksanakan kebersihan pantai dan pasir pantai setiap minggunya,

melakukan promosi yang lebih luas sehingga akan banyak peserta yang

mengikuti perlombaan surfing tersebut. Pengelolaan hotel, restoran, bar dan

cafe sebaiknya memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para karyawan

secara berkala serta tetap menjaga kondisi keamanan.

3. Dalam industri pariwisata khususnya untuk destinasi wisata Lakey-Hu’u,

meskipun komponen ini pengaruhnya kurang penting bagi wisatawan

(prioritas rendah), tetapi harus lebih ditingkatkan lagi karena menurut

Page 93: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

77

wisatawan komponen ini sudah bagus dan cukup memuaskan. Adapun

fasilitas tersebut sebagai berikut: rumah makan, akses jalan menuju lokasi,

kemudahan mendapatkan alat transportasi, kemudahan untuk mendapatkan

informasi, sikap dan tingkah laku masyarakat, keterampilan berkomunikasi

dan pengetahuan masyarakat tentang pariwisata. Program yang bisa dilakukan

adalah menjaga kebersihan rumah makannya, apabila ada jalan yang rusak

untuk segera memperbaikinya, menyiapkan alat transportasi khusus

wisatawan di tempat-tempat yang strategis seperti terminal bus dan bandar

udara, menyediakan webside resmi dan mendirikan sebuah lembaga

kepariwisataan yang bertujuan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan

tentang kepariwisataan terhadap masyarakat lokal, sehingga pengetahuan

mereka tentang pariwisata akan semakin bertambah.

Page 94: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

78

BAB VI

DAMPAK DESTINASI WISATA LAKEY TERHADAP

MASYARAKAT DI DESA HU’U KABUPATEN DOMPU

Dunia pariwisata melibatkan berbagai komponen yakni pemerintah,

pengusaha (kecil menegah, besar), industri, pengrajin, seniman, budayawan,

masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Dalam realitasnya

pembangunan pariwisata tidak semata-mata menimbulkan dampak yang sifatnya

positif tetapi juga dapat menimbulkan dampak yang sifatnya negatif.

Pariwisata menimbulkan dampak yang sangat luas karena melibatkan

berbagai komponen masyarakat sehingga menimbulkan berbagai dampak dalam

berbagai bidang kehidupan. Bidang kehidupan yang terkena dampak aktivitas

pengembangan pariwisata adalah bidang ekonomi, di bidang IPTEK,

kependudukan dan lingkungan. Di samping itu, dampak yang timbul juga pada

bidang sosial, politik, budaya dan kesehatan. Dampak pariwisata memang bisa

bersifat positif maupun negatif, namun dampak positif jauh lebih besar, terutama

dalam bidang perekonomian dalam peningkatan kesejahteraan terutama bagi para

pelaku bisnis pariwisata dan usaha ikutannya. (Arjana, 2016).

Daya tarik wisata Lakey-Hu’u sebagai salah satu destinasi pariwisata yang

berada di Provinsi NTB tentu tidak luput dari perhatian banyak pihak terutama

bagi para investor maupun pedagang yang berniat untuk mengembangkan

usahanya di kawasan tersebut. Dengan adanya pengembangan destinasi wisata

Lakey-Hu’u memiliki dampak positif dan dampak negatif terhadap masyarakat.

78

Page 95: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

79

A. Dampak Positif

Pengembangan destinasi wisata Lakey-Hu’u memberikan dampak positif, di

bidang ekonomi, lingkungan dan kehidupan sosial, yaitu sebagai berikut:

1. Dampak Terhadap Ekonomi

Pengembangan destinasi wisata Lakey-Hu’u berdampak pada perekonomian

masyarakat setempat, pengelola, investor dan berbagai pihak yang bersangkutan.

Wisatawan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa, masyarakat

pelaku bisnis memasok produknya untuk menangkap apa yang dibutuhkan oleh

wisatawan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu A (49 tahun), bahwa:

“Semenjak saya berjualan di tempat wisata Lakey ini, pendapatan saya

semakin bertambah dari pendapatan sebelumnya” (Wawancara, 23 September

2017).

Pendapat yang senada diungkapkan oleh bapak HY (45 tahun), bahwa:

“Dengan adanya destinasi wisata Lakey dapat membantu perekonomian

masyarakat dan membuka peluang bisnis bagi pengelola dan investor

lainnya” (Wawancara, 04 September 2017).

Jadi, sebelum berkembangnya destinasi wisata Lakey-Hu’u, ekonomi

masyarakat lebih sedikit dibandingkan sekarang. Misalnya sebelum destinasi

wisata Lakey berkembang pendapatan masyarakat ± Rp. 300.000 perhari, dan

sekarang meningkat menjadi ± Rp. 500.000 perhari, begitu pula dengan

pendapatan pengelola, investor dan berbagai pihak lainnya memiliki kesempatan

untuk menyediakan berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh

wisatawan.

Page 96: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

80

2. Dampak Terhadap Lingkungan

Prinsip dari tujuan orang-orang melakukan perjalanan wisata adalah

menikmati perjalanan, keindahan dan mendapatkan kesenangan dan kepuasaan.

Keadaan puas atau senang adalah perasaan sekaligus penilaian terhadap apa yang

dinikmati termasuk keadaan lingkungan yang dilalui atau yang dituju.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak HY (45 tahun), bahwa:

“dulu area sekitar destinasi wisata Lakey-Hu’u masih menjadi hutan

belantara, dan sekarang lingkungan destinasi wisata Lakey-Hu’u sudah ditata

dengan baik dan indah sehingga jalanan menuju destinasi Lakey-Hu’u sudah

di aspal dengan baik dan lingkungan sekitar area destinasi menjadi

lingkungan hijau dan didukung oleh berbagai fasilitas maupun akomodasi

yang disediakan dan didukung pula dengan pemandangan pantai yang sangat

indah” (Wawancara, 04 September 2017).

Dapat disimpulkan bahwa sebelum Lakey-Hu’u berkembang, kondisi jalan

menuju kawasan Lakey-Hu’u masih sangat buruk dan sulitnya menemukan alat

transportasi menuju destinasi dan pada saat itu destinasi wisata Lakey-Hu-u masih

terdapat sebagian hutan dan belum dikelola dengan baik. Dan saat ini, setelah

adanya pengembangan pariwisata Lakey-Hu’u akses menuju kawasan tersebut

telah bagus serta transportasi pun telah tersedia untuk menuju ke destinasi wisata

Lakey-Hu’u.

3. Dampak Terhadap Kehidupan Sosial

Destinasi wisata Lakey berdampak pada kehidupan sosial mayarakat yaitu

terjadinya interaksi dari berbagai pihak. Pengaruh wisatawan dalam interaksinya

dengan pelaku wisata dan masyarakat sangat kental karena setiap hari

bersinggungan dan mengamati perilaku wisatawan. Sikap ramah, menghormati

tamu besar dampaknya terhadap pengembangan wawasan dan membangkitkan

Page 97: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

81

solidaritas kemanusiaan yang tinggi. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh

ibu F (35 tahun), bahwa:

“Dengan adanya tempat wisata Lakey, banyak masyarakat di Desa Hu’u

yang pintar bahasa inggris, padahal masyarakat tersebut tidak memiliki

pendidikan yang tinggi” (Wawancara, 14 Oktober 2017).

Bapak J (37 tahun), mengungkapkan bahwa:

“Destinasi wisata Lakey mendatangkan banyak manfaat, salah satunya

banyak masyarakat setempat pintar dalam hal berselancar, berbahasa inggris

dan terjalinnya interaksi yang baik antara masyarakat lokal dan wisatawan

mancanegara” (Wawancara, 28 September 2017).

Berdasarkan pendapat informan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya destinasi wisata Lakey-Hu’u banyak manfaat yang dirasakan oleh

masyarakat setempat seperti terjalinnya interaksi antara pelaku wisata dan

masyarakat setempat sehingga mereka mendapatkan wawasan yang luas terutama

dalam berbahasa. Masyarakat setempat kebanyakan mahir dalam berbahasa

inggris, padahal mereka tidak menempuh jenjang pendidikan yang tinggi atau

melakukan kursus bahasa tertentu. Selain itu, masyarakat setempat juga memiliki

keahlian berselancar (surfing) dengan baik. Hal ini akibat timbulnya solidaritas

internasional antarmanusia, solidaritas kebangsaan yang semakin kental, karena

interaksi intensif antar individu mengakibatkan orang-orang saling mengenal

secara pribadi maupun komunitas.

B. Dampak Negatif

Dampak negatif yang disebabkan oleh pengembangan destinasi wisata Lakey-

Hu’u adalah sebagai berikut:

Page 98: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

82

1. Dampak Terhadap Lingkungan

Ada beberapa hal yang tidak menguntungkan dari perkembangan destinasi

wisata Lakey-Hu’u yaitu berdampak pada lingkungan fisik. Jika mengabaikan

aspek pengelolaan tata ruang atau melanggar tata ruang. Pelanggaran atau

penyimpangan penggunaan akan merusak pelestarian lingkungan, abai terhadap

Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan lingkungan akan kehilangan daya pesona

sebagai objek dan daya tarik wisata. Hal tersebut masih terdapat di destinasi

wisata Lakey-Hu’u sampai saat ini, padahal pemerintah Kabupaten Dompu sudah

mengeluarkan suatu Peraturan Daerah (Perda) terkait dengan pengelolaan

pedagang di kawasan Lakey-Hu’u. Akan tetapi sampai saat ini, masih terdapat

para pedagang kaki lima yang menyalahgunakan aturan pemerintah daerah untuk

berdagang secara liar di destinasi wisata Lakey-Hu’u. Di sekitar area destinasi

banyak terdapat sampah-sampah non-organik (plastik) yang berserakan dimana-

mana, sehingga pemandangan sekitar area pantai menjadi tidak bagus dan

tercemar. Hal ini juga diakibat oleh kurangnya tata pengelolaan terhadap fasilitas

pendukung yang disediakn oleh para pengelola seperti persediaan tempah sampah

sehingga para pelaku wisata dan wisatawan tidak membuang sampah

sembarangan di sekitar destinasi wisata pantai. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh ibu N (24 tahun), bahwa:

“...masih ada terdapat sampah-sampah yang berserakan di mana-mana.

Seharusnya pihak pengurus atau pengelola lebih memperhatikan lingkungan

sekitar pantai seperti menambah tempat sampah agar kondisi pantai lebih

terlihat indah” (Wawancara, 28 September 2017).

Hal senada juga disampaikan oleh ibu NR (22), bahwa:

Page 99: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

83

“...kondisi pantai masih terlihat kotor, parkiran juga tidak teratur

sehingga banyak pengunjung yang datang parkir di dalam area pantai”

(Wawancara, 04 September 2017).

2. Dampak Terhadap Kesehatan

Dari pengembangan destinasi wisata Lakey-Hu’u menimbulkan dampak

buruk terhadap kondisi kesehatan masyarakat setempat, antara lain memberi akses

munculnya penyakit baru yang sebelumnya sama sekali tidak dikenal yaitu

munculnya peredaran minuman keras yang mendapatkan akses yang lebih besar

untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas. Seperti diketahui, pergaulan wisatawan

terutama yang berasal dari luar negara Indonesia cenderung bebas dan budaya

minum-minuman yang beralkohol menjadi ciri kehidupannya. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh ibu A (49 tahun), bahwa:

“...banyak masyarakat setempat yang memiliki teman turis ikut

bergabung minum alkohol bersama temannya dan banyak juga wisatawan

yang datang menggunakan pantai Lakey-Hu’u sebagai tempat minum atau

mabuk-mabukan” (Wawancara, 23 September 2017).

Dapat disimpulkan bahwa terdapat masyarakat lokal maupun non-lokal yang

menyalahgunakan destinasi wisata Lakey-Hu’u sebagai tempat mabuk-mabukan

dan sebagainya, padahal seharusnya destinasi tersebut dijaga dan dilestarikan

sehingga wisatawan yang datang merasa aman dan nyaman selama berkunjung di

destinasi wisata Lakey-Hu’u.

Page 100: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

84

BAB VII

EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS

KOMPONEN DESTINASI SEBUAH PEMBAHASAN TEORETIS

Dunia pariwisata melibatkan berbagai komponen yakni pemerintah,

pengusaha (kecil, menegah, besar), industri pengrajin, seniman, budayawan,

masyarakat langsung maupun tidak langsung. Dalam realitasnya pembangunan

pariwisata tidak semata-mata menimbulkan dampak yang sifatnya positif tetapi

juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti halnya dalam interaksi antara

komponen-komponen wisata tidak selamanya berjalan harmonis, konflik dapat

timbul dari interaksi atau hubungan antara satu komponen wisata dengan

komponen pariwisata lainnya.

Marx menggunakan strategi perjuangan kelas yang antagonistik antara

proletar dengan borjuis, yang menjadikan konflik sebagai strategi perjuangan,

yang mengkonflikkan secara sistematik. Tidak multifaset seperti yang

diungkapkan oleh Dahrendrof, bahwa:

“konflik itu bersifat multifaset yang artinya bahwa konflik dapat terjadi

antar pribadi, antar kelompok, dan dapat berfungsi positif atau negatif”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya konflik berdampak negatif

tetapi juga memiliki dampak positif bagi masyarakat maupun berbagai pihak

lainnya. Seperti halnya di destinasi wisata Lakey-Hu’u dengan adanya

perkembangan berbagai komponen memberikan dampak positif yaitu

meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan memberikan

peluang/kesempatan kerja kepada masyarakat setempat untuk bergabung atau

84

Page 101: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

85

bekerja di destinasi wisata Lakey-Hu’u seperti menjadi penjaga pantai (lifeguard),

pelayan, pelatih berselancar (instruktur surfing), tukang masak (chef) dan berbagai

pekerjaan lainnya yang dibutuhkan oleh para investor untuk mengembangkan

usaha yang mereka bangun seperti hotel, rumah makan (restaurant, cafe),

bungalows dan sebagainya.

Disamping itu, perkembangan destinasi wisata juga memberikan dampak

negatif yaitu tersingkirnya para pedagang setempat yang pertama kali menempati

tempat mereka berdagang dengan munculnya para investor yang ingin

membangun berbagai fasilitas lainnya dan didukung oleh peraturan daerah (perda)

bahwa pedagang dilarang menjual secara liar di sekitar area destinasi wisata

Lakey-Hu’u sehingga disitulah munculnya sebuah konflik antar pribadi maupun

kelompok seperti konflik antar pedagang lokal dengan para investor asing/dari

luar desa Hu’u. Akan tetapi konflik yang terjadi dapat terselesaikan dengan damai

dengan pemerintah daerah memberikan kebijakan kepada pedagang lokal agar

menyewa atau membeli tanah di area tertentu sesuai kebijakan pemda agar

pemandangan di destinasi wisata Lakey-Hu’u tidak dihalangi oleh bangunan-

bangunan liar.

Selain teori konflik, penulis juga menggunakan teori habitus yang

dikemukakan oleh Pierre Felix Bourdieu. Dalam inti karya dan inti upayanya

untuk menjembatani subjektivisme dan objektivisme, terletak pada konsepnya

tentang habitus dan lingkungan dan hubungan dialektika antara keduanya.

Sementara habitus ada di dalam pikiran aktor, lingkungan ada di luar pikiran

mereka. Konsep habitus (kebiasaan) adalah “struktur mental atau kognitif”. Dalam

Page 102: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

86

mengamati dunia sosial kita seringkali melakukan perkiraan, dugaan, melakukan

perbandingan, berusaha mengingat kembali dan sebagainya. Seperti halnya dalam

melakukan kegiatan wisata pertama kali di destinasi wisata Lakey-Hu’u, seorang

wisatawan akan melakukan pengamatan awal terhadap lingkungan untuk

mengetahui bagaimana kebiasaan masyarakat setempat maupun kebiasaan para

petugas pelayanan di destinasi wisata Lakey dan wisatawan dapat menyesuaikan

kabiasaannya dengan lingkungan baru yang dikunjungi sehingga muncullah

interaksi antar pelaku wisata dengan wisatawan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dilapangan bahwa pengaruh

wisatawan dalam interaksinya dengan pelaku wisata dan masyarakat sangat kental

karena setiap hari bersinggungan dan mengamati perilaku wisatawan. Sikap

ramah, dan menghormati tamu besar dampaknya terhadap pengembangan

wawasan masyarakat seperti di destinasi wisata Lakey-Hu’u banyak masyarakat

setempat/pedagang yang lumayan mahir dalam berbahasa inggris dan

membangkitkan solidaritas kemanusiaan yang tinggi sehingga mengakibatkan

orang-orang saling mengenal secara pribadi maupun komunitas.

Page 103: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

87

BAB VIII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di lapangan serta ditunjang oleh

tinjauan pustaka, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ekspektasi wisatawan terhadap kualitas komponen destinasi wisata Lakey-

Hu’u masih cukup rendah, karena kualitas komponen tersebut belum

memuaskan wisatawan. Komponen-komponen yang belum memuaskan

menurut ekspektasi wisatawan antara lain adalah penjaga pantai (lifeguard)

tempat parkir, tempat sampah, baruga dan tempat saintai dan kelengkapan

informasi melalui internet, travel agent, brosur dan tour informasi.

2. Ada dua dampak destinasi wisata Lakey-Hu’u terhadap masyarakat, yaitu

dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu berdampak terhadap

ekonomi yaitu dengan adanya perkembangan destinasi wisata Lakey-Hu’u

pendapatan/perekonomian masyarakat, pengelola dan berbagai pihak investor

lainnya meningkat. Dampak terhadap lingkungan yaitu di destinasi wisata

Lakey-Hu’u sudah menjadi lingkungan hijau yang sudah kelola dengan baik,

dan akses menuju kawasan tersebut telah bagus serta transportasi pun telah

tersedia untuk menuju ke destinasi wisata Lakey-Hu’u. Selain itu, berdampak

terhadap kehidupan sosial yaitu terjalinnya interaksi antara pelaku wisata dan

masyarakat setempat sehingga mereka mendapatkan wawasan yang luas

terutama dalam berbahasa. Masyarakat setempat kebanyakan mahir dalam

87

Page 104: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

88

berbahasa inggris, padahal mereka tidak menempuh jenjang pendidikan yang

tinggi atau melakukan kursus bahasa tertentu. Selain itu, masyarakat setempat

juga memiliki keahlian berselancar (surfing) dengan baik. Sedangkan dampak

negatifnya adalah berdampak terhadap lingkungan yaitu sekitar area destinasi

masih banyak terdapat sampah-sampah non-organik (plastik) yang berserakan

dimana-mana, sehingga pemandangan sekitar area pantai menjadi tidak bagus

dan tercemar. Hal ini juga diakibat oleh kurangnya tata pengelolaan terhadap

fasilitas pendukung yang disediakn oleh para pengelola seperti persediaan

tempah sampah sehingga para pelaku wisata dan wisatawan membuang

sampah sembarangan di sekitar destinasi wisata pantai. Dan dampak terhadap

kesehatan yaitu terdapat masyarakat lokal maupun non-lokal yang

menyalahgunakan destinasi wisata Lakey-Hu’u sebagai tempat mabuk-

mabukan dan sebagainya, padahal seharusnya destinasi tersebut dijaga dan

dilestarikan sehingga wisatawan yang datang merasa aman dan nyaman

selama berkunjung di destinasi wisata Lakey-Hu’u.

Page 105: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

89

B. Saran

Adapun saran-saran yang disajikan dalam skripsi ini dimaksudkan sebagai

sumbangan pemikiran yang nantinya dapat menjadi input atau bahan

pertimbangan bagi semua pihak yang berkepentingan. Adapun saran-saran

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah perlu mengembangkan lagi sarana dan prasarana yang ada

di destinasi wisata lakey, terutama lifeguard, tempat sampah, tempat parkir

dan kelengkapan informasi melalui internet agar lebih mempermudah para

wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata Lakey tersebut.

2. Bagi para pedagang yang berada di destinasi wisata Lakey, diharapkan agar

menjaga kebersihan lingkungan pantai sehingga lingkungan tidak tercemar

dan tidak melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah

setempat.

3. Bagi para wisatawan agar lebih memelihara kebersihan lingkungan sekitar

pantai dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang disediakan di destinasi

wisata dengan baik.

4. Bagi pengelola, diharapkan agar lebih memperhatikan kenyamanan para

wisatawan dalam berbagai hal misalnya transportasi pendukung, kenyamanan

hotel, restoran dan mengadakan pembangunan toko-toko souvenir karena

berdasarkan hasil penelitian toko souvenir masih sangat kurang.

Page 106: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

90

DAFTAR PUSTAKA

Arjana, I Gusti Bagus. 2016. Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jakarta:

Rajawali Pers.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Dompu. 2016. Dompu Dalam Angka 2015.

Bagyono. 2012. Pariwisata dan Perhotelan. Bandung: Alfabeta.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan

Kabupaten Dompu. 2015.

Ibrahim. 2015. “Pengembangan Destinasi Pariwisata Lakey-Hu’u Berbasis

Pengembangan Berkelanjutan di Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara

Barat”. Tesis S2 Kajian Pariwisata. Denpasar: Universitas Udayana.

Inskep, Edward. 1991. Tourism Planing: An Integrated and Sustainable

Approach. Van Nostrand Reinhold. New York, Inc.

Kusherdyana. 2011. Pemahaman Lintas Budaya Dalam Konteks Pariwisata Dan

Hospitaliti. Bandung: Alfabeta

Kinloch, Graham C. 2009. Perkembangan dan Paradigma Utama Teori Sosiologi.

Bandung: Pustaka Setia.

Kusmayadi, Ervina. 1999. “Pengembangan Pariwisata Obyek Wisata Pantai

Sigandu Kabupaten Batang”. Semarang: Universitas Diponegoro.

Kusherdyana, Samsudin Sulaiman. 2013. Pengantar Statistika Pariwisata.

Bandung: Alfabeta.

Kurniansah, Rizal. 2015. “Konsep Persepsi, Ekspektasi dan Destinasi

Pariwisata”. Akademi Pariwisata. Bali: Universitas Udayana.

Lanoho, Sunarti. 2016. “Pantai Losari sebagai Objek Wisata Makassar”. Skripsi

S1 Kajian Pariwisata. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Madiun, I Nyoman. 2008. “Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan

Kawasan Pariwisata Nusa Dua (Perspektif Kajian Budaya)” Disertasi:

Denpasar.

Page 107: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

91

Merliastri. 2016. “Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat terhadap Obyek Wisata

Maros Water Park Pattunuang Asue di Kabupaten Maros”. S1 Kajian

Pariwisata. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Oka A. Yoeti. 2010. Dasar-dasar Pengertian Hospitaliti dan Pariwisata. Jakarta:

Pradnya Paramita.

Pitana, I Gede. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.

Riswandi. 2015. “Dampak Sosial Wisata Pantai Galesong Kabupaten Takalar”.

Skripsi S1 Kajian Pariwisata. Makassar: Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-

ilmu Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suardi, dkk. 2015. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik. Bandung: Nuansa.

Tahwin, Muhammad. 2003. “Pengembangan Obyek Wisata sebagai sebuah

Industri Studi Kasus Kabupaten Rembang”. Jurnal Gemawisata, Vol. 1, No.

3/November 2003. Hlm. 236-249.

Upe, Ambo. 2010. Tradisi Aliran dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Utama, I Gusti Bagus Rai. 2012. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: ANDI.

Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah.

Dhuhuriyah. 2014. Teori Expectancy Feeling Harapan dalam Perspektif Psikologi

Islam. Www.academia.edu/8844204/Teori-Expectancy-Feeling-Harapan-

Dalam-Perspektif-Psikologi-Islam. Online. Di akses pada tanggal 21 Mei

2017.

Sandarani, Diah. 2015. Kitesurfing Olahraga Air yang Menggunakan Kekuatan

Hembusan Angin. http://extremeina.com/blog/kitesurfing-olahraga-air-yang-

menggunakan-kekuatan-hembusan-angin/. Di Akses 20 Oktober 2017.

Page 108: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

92

Lampiran 1: Instrumen Penelitian

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PEDAGANG

EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN

DESTINASI WISATA LAKEY DI DESA HU’U KABUPATEN DOMPU

I. Identitas Pewawancara

Nama : Mihra Angrianingsih

NIM : 10538261013

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Ekspektasi Wisatawan terhadap

Kualitas Komponen Destinasi Wisata

Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu

II. Identitas Informan

A. Karakteristik Informan

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

B. Karakteristik Sosial Ekonomi

Status Perkawinan :

Tingkat Pendidikan :

Pekerjaan :

Page 109: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

93

III. Tanggapan dan partisispasi masyarakat setempat terhadap destinasi

wisata Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu

1. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bekerja di destinasi wisata Lakey di Desa

Hu’u Kabupaten Dompu?

a. Ya

b. Tidak

2. Jika Ya, jenis apa yang anda kerjakan? (Sebutkan)

3. Darimanakah modal/dana infrastruktur di lokasi destinasi wisata Lakey

tempat Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bekerja?

a. Sendiri c. Swasta

b. Kas desa d. Pemerintah daerah

4. Apakah dengan adanya destinasi wisata Lakey Bapak/Ibu/Sdr/Sdri

mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang kepariwisataan?

(misalnya penyuluhan tata mengelola kawasan objek wisata, penyuluhan

tentang menjaga kebersihan objek wisata, dll)

5. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bagaimana kondisi jalan untuk mencapai

destinasi wisata Lakey?

a. Kurang baik

b. Cukup baik

c. Baik

d. Baik sekali

6. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bagaimana solusi dengan adanya jalan yang

rusak atau sempit untuk menuju destinasi wisata Lakey?

Page 110: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

94

7. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri manfaat apa yang diperoleh bila ada

perbaikan jalan untuk pengembangan pariwisata dimasa yang akan

datang? (sebutkan)

8. Menurt Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bagaimana prasarana dan sarana yang ada di

destinasi wisata Lakey?

a. Kurang baik

b. Cukup baik

c. Baik

d. Baik sekali

9. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasarana dan sarana apa saja yang masih

kurang dan fasilitas pendukung lainnya yang perlu di tambah di destinasi

wisata Lakey? (sebutkan)

10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bagaimana tentang fasilitas-fasilitas yang

rusak di destinasi wisata Lakey?

a. Diperbaiki

b. Diganti

Alasan:

11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri prasarana dan sarana apa saja yang sesuai

untuk destinasi wisata Lakey dimasa yang akan datang? (sebutkan)

12. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, mengetahui perkembangan dalam

pengelolaan destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u?

a. Tidak tahu

b. Kurang

Page 111: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

95

c. Ada, tapi kurang berkembang

d. Berkembang

13. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimanakah kondisi keamanan destinasi

wisata Lakey ini?

a. Tidak aman

b. Kurang aman

c. Aman

d. Sangat aman

14. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dengan adanya destinasi wisata Lakey ini

apakah mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk setempat?

a. Ada

b. Tidak ada

15. Kalau ada, manfaat apa yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dapat dari adanya

destinasi wisata Lakey? (sebutkan)

16. Dengan adanya destinasi wisata Lakey, apa pengaruh terhadap

lingkungan sekitar?

17. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimana hubungan atau kerjasama

penduduk setempat dengan pengelola destinasi wisata Lakey dalam

mengelola destinasi wisata Lakey?

a. Tidak ada kerjasama

b. Kurang kerjasama

c. Saling bekerjasama

Page 112: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

96

18. Bagaimana saran-saran Bapak/Ibu/Sdr/Sdri bagi pengembangan destinasi

wisata Lakey untuk masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?

19. Apakah Bapak/Ibu/Sdr/Sdri mendukung pengembangan destinasi wisata

Lakey?

a. Ya

b. Tidak

20. Apa yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri lakukan untuk ikut dalam mengembangkan

destinasi wisata Lakey?

Page 113: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

97

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK WISATAWAN

EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN

DESTINASI WISATA LAKEY DI DESA HU’U KABUPATEN DOMPU

IV. Identitas Pewawancara

Nama : Mihra Angrianingsih

NIM : 10538261013

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Ekspektasi Wisatawan terhadap

Kualitas Komponen Destinasi Wisata

Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu

V. Identitas Informan

C. Karakteristik Informan

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

D. Karakteristik Sosial Ekonomi

Status Perkawinan :

Tingkat Pendidikan :

Pekerjaan :

Page 114: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

98

III. Profil Sosio Psikografis Wisatawan

1. Untuk mencapai destinasi wisata Lakey ini, alat transportasi apa yang

anda gunakan?

a. Kendaraan pribadi

b. Angkutan umum

c. Bus wisata

d. Kendaraan travel wisata

2. Dengan siapa anda berkunjung di destinasi wisata Lakey ini?

a. Sendiri

b. Kelompok

c. Keluarga

d. Teman

3. Sudah berapa kali anda mengunjungi destinasi wisata Lakey ini dalam

setahun?

a. Satu kali

b. 2-3 kali

c. Lebih dari 3 kali

4. Berapa lama anda menghabiskan waktu dalam berkunjung ke destinasi

wisata Lakey? ................... (menit, jam, hari)

5. Dari mana anda memperoleh informasi mengenai destinasi wisata Lakey

ini?

a. Teman

b. Saudara

Page 115: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

99

c. Surat kabar, radio, televisi

d. Lainnya, sebutkan ............................

6. Kegiatan wisata apakah yang dilakukan yang anda senangi selama berada

di destinasi wisata Lakey?

a. Menikmati pemandangan alam

b. Menikmati kuliner

c. Penelitian

d. Lainnya, ..........................................

7. Menurut anda jenis kegiatan apa yang menarik di destinasi wisata Lakey

ini?

a. Menikmati indahnya suasana pantai

b. Outbound

c. Adanya atraksi berselancar

d. Adanya atraksi budaya

8. Menurut anda bagaimana kondisi kebersihan destinasi wisata Lakey ini?

a. Sangat kotor

b. Kotor

c. Cukup bersih

d. Sangat bersih

9. Bagaimana kepuasaan Bapak/Ibi/Sdr/Sdri terhadap pelayanan petugas

destinasi wisata Lakey?

a. Tidak memuaskan

b. Kurang memuaskan

Page 116: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

100

c. Memuaskan

d. Sangat memuaskan

10. Apakah anda merasa puas dalam melakukan kegiatan wisata di destinasi

wisata Lakey?

a. Tidak memuaskan

b. Kurang memuaskan

c. Memuaskan

d. Sangat memuaskan

11. Menurut anda bagaimana kelengkapan saran wisata di destinasi wisata

Lakey yang berupa penginapan, pusat informasi dan komunikasi,

restoran/rumah makan dan sarana lainnya?

a. Kurang lengkap

b. Cukup lengkap

c. Lengkap

12. Menurut anda bagaimana kondisi jalan yang ada di destinasi wisata

Lakey?

a. Kurang baik

b. Cukup baik

c. Baik

13. Menurut anda, kekurangan apa saja pada kondisi jalan menuju destinasi

wisata Lakey? (sebutkan)

14. Bagaimana saran anda, untuk kondisi jalan yang menuju destinasi wisata

Lakey di masa yang akan datang? (sebutkan)

Page 117: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

101

15. Menurut anda, bagaimana kondisi toilet umum yang terdapat di destinasi

wisata Lakey?

a. Kurang baik

b. Cukup baik

c. Baik

16. Menurut anda, bagaimana kondisi tempat parkir yang terdapat di destinasi

wisata Lakey?

a. Kurang baik

b. Cukup baik

c. Baik

17. Menurut anda, bagaimana jumlah ketersediaan tempat pembuangan

sampah yang terdapat di destinasi wisata Lakey?

a. Kurang baik

b. Cukup baik

c. Baik

18. Menurut anda, bagaimana tentang fasilitas-fasilitas yang rusak di destinasi

wisata Lakey?

a. Diperbaiki

b. Diganti

19. Menurut anda, prasarana dan saran apa saja yang perlu ditambah untuk

destinasi wisata Lakey di masa yang akan datang?

20. Apakah anda ingin berkunjung kembali ke destinasi wisata Lakey?

a. Ya

Page 118: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

102

b. Tidak

c. Tidak tau

21. Bila Ya, apakah alasan anda untuk berkunjung kembali ke destinasi

wisata Lakey?

IV. Saran Terhadap Pengembangan

Bagaimana sara-saran anda, bagi pengembangan destinasi wisata Lakey ini

untuk masa yang akan datang agar lebih menarik dan diminati?

Page 119: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

103

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENGELOLA

EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN

DESTINASI WISATA LAKEY DI DESA HU’U KABUPATEN DOMPU

VI. Identitas Pewawancara

Nama : Mihra Angrianingsih

NIM : 10538261013

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Ekspektasi Wisatawan terhadap

Kualitas Komponen Destinasi Wisata

Lakey di Desa Hu’u Kabupaten Dompu

VII. Identitas Informan

E. Karakteristik Informan

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

F. Karakteristik Sosial Ekonomi

Status Perkawinan :

Tingkat Pendidikan :

Pekerjaan :

Page 120: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

104

III. Tanggapan Terhadap Faktor Pendukung dan Penghambat

Pengembangan Destinasi Wisata Lakey

1. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimanakah perkembangan pengelolaan

destinasi wisata Lakey di Desa Hu’u?

a. Tidak tau

b. Kurang berkembang

c. Cukup berkembang

d. Berkembang dengan baik

2. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimanakah kondisi keamanan destinasi

wisata Lakey ini?

a. Tidak aman

b. Kurang aman

c. Sangat aman

3. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dengan adanya destinasi wisata Lakey ini

apakah mendatangkan manfaat yang dapat dirasakan penduduk setempat?

a. Ada

b. Tidak ada

4. Kalau ada, manfaat apa yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, dapatkan dari adanya

destinasi wisata Lakey? (sebutkan)

5. Dengan adanya destinasi wisata Lakey, apa pengaruh terhadap

lingkungan sekitar?

Page 121: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

105

6. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimana hubungan atau kerjasama

penduduk setempat dengan pengelola destinasi wisata dalam mengelola

destinasi wisata Lakey?

a. Tidak ada kerjasama

b. Kurang kerjasama

c. Saling bekerjasama

7. Bagaimana sara-saran Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagi pengembangan destinasi

wisata Lakey untuk masa yang akan datang agar banyak dikunjungi?

8. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, apa yang menjadi kendala dalam

pengembangan destinasi wisata Lakey ini?

9. Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam

pengembangan destinasi wisata Lakey?

10. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, bagaimana prasarana dan sarana yang ada

dan apa saja yang masih kurang di destinasi wisata Lakey ini?

11. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, prasarana dan sarana apa saja yang dapat

mendukung destinasi wisata Lakey ini?

12. Menurut Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, upaya-upaya apa yang dapat dilakukan agar

destinasi wisata Lakey dapat berkembang lebih optimal?

Page 122: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

106

Lampiran 2: Biodata Informan

Identitas Informan

No. Responden: 1

Nama : H. Yusuf, S.Sos

Usia : 45

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa Hu’u

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Tingkat Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS (kepala suku/adat desa Hu’u)

No. Responden: 2

Nama : Johan, S.Sos

Usia : 37

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa Hu’u

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Tingkat Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS (sekretaris desa)

No. Responden: 3

Nama : Salmanfaris, S.Pd

Usia : 25

Page 123: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

107

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa Hu’u

Status Perkawinan : Belum Menikah

Tingkat Pendidikan : S1

Pekerjaan : Swasta (kaur perencanaan)

No. Responden: 4

Nama : Laila

Usia : 33

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Hu’u

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang

No. Responden: 5

Nama : Fitrianti

Usia : 35

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Flores Lembata, NTT

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang

Page 124: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

108

No. Responden: 6

Nama : Aminah

Usia : 49

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Hu’u

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang

No. Responden: 7

Nama : Nur Rahma

Usia : 22

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Kelurahan Monta Baru

Status Perkawinan : Belum Menikah

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : -

No. Responden: 8

Nama : Sri Emilyanti, Amd. Keb.

Usia : 25

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Rasabou

Status Perkawinan : Belum Menikah

Page 125: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

109

Tingkat Pendidikan : D3 Kebidanan

Pekerjaan : Bidan

No. Responden: 9

Nama : Nirwana, S.E

Usia : 24

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Hu’u

Status Perkawinan : Belum Menikah

Tingkat Pendidikan : S1

Pekerjaan : Wirausaha

No. Responden: 10

Nama : Andri

Usia : 24

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa Hu’u

Status Perkawinan : Belum Menikah

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Instruktur Surfing

No. Responden: 11

Nama : Vicky Pretorius

Usia : 28

Page 126: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

110

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Toronto

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

No. Responden: 12

Nama : Johan Preterius

Usia : 30

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Toronto

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Photografer

No. Responden: 13

Nama : Peter Hill

Usia : 22

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Sydney, Australia

Status Perkawinan : Belum Menikah

Tingkat Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Mahasiswa

Page 127: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

111

Lampiran: 3

Wawancara dengan Pengelola Destinasi Wisata Lakey-Hu’u

(Wawancara dengan Sekretaris Desa Hu’u, 04 September 2017)

(Wawancara dengan kepala suku/adat Desa Hu’u, 04 September 2017)

Page 128: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

112

Wawancara dengan Pedagang di Destinasi Wisata Lakey-Hu’u

(Wawancara dengan pedagang di destinasi wisata Lakey)

(Wawancara dengan pedagang di destinasi wisata Lakey)

Page 129: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

113

(Wawancara dengan pedagang di destinasi wisata Lakey)

(The Garden Bar)

Page 130: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

114

Wawancara dengan Wisatawan Destinasi Lakey-Hu’u

(Wawancara dengan wisatawan lokal)

(Wawancara dengan wisatawan mancanegara)

Page 131: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

115

(Wawancara dengan wisatawan lokal)

(Wawancara dengan wisatawan mancanegara)

Page 132: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

116

(Wawancara dengan wisatawan lokal)

(wawancara dengan wisatawan sekaligus instruktur surfing)

Page 133: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

117

(Penginapan Monalisa Cottage)

(Hotel Amangati)

Page 134: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

118

(Fasilitas di destinasi Lakey-Hu’u)

Page 135: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

119

(Pemandangan destinasi wisata Lakey-Hu’u)

Page 136: EKSPEKTASI WISATAWAN TERHADAP KUALITAS KOMPONEN …

120

RIWAYAT HIDUP

Mihra Angrianingsih, lahir di Kota Dompu, pada tanggal 31

Desember 1995. Anak pertama dari tiga bersaudara yakni

Muhammad Irmansyah dan Nur Devita Komalasari yang

merupakan buah kasih sayang dari pasangan Rusdin M.

Amen dan Raodah Tulzannah. Penulis menempuh

pendidikan Sekolah Dasar di MI (Madrasah Ibtidaiyah)

Attaqwa Wawonduru, dan lulus pada tahun 2007. Pada

tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Woja Dompu, lulus

pada tahun 2010. Kemudian pada tahun yang sama, penulis melanjutkan

pendidikan di SMA Negeri 1 Woja Dompu dan tamat di tahun 2013 dan pada

tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah

Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Sosiologi

dan berhasil lulus di Program Strata 1 (S1) Kependidikan, dan menyelesaikan

gelar studi pada tahun 2018 dengan gelar Sarjana Pendidikan.