REFRAT STASE BEDAH PLASTIK
COMBUTIO PADA ANAK
OLEH:
Nafika Ikhwanudin (G99121031)
Pembimbing: dr. Dewi Haryanti, Sp.B.,Sp.BP
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH RS. DR. MOEWARDI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 1,2,3
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka
bakar merupakan salah satu jenis trauma yang mempunyai angka morbiditas dan mortalitas
tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok ) sampai fase lanjut.
Pada kasus luka bakar ini harus diperhatikan berbagai aspek, karena pada kasus luka
bakar memerlukan biaya yang sangat besar, perlu perawatan yang lama, perlu operasi
berulang kali, bahkan meskipun sembuh bisa menimbulkan kecacatan yang menetap,
sehingga penanganan luka bakar sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari tim
spesialis bedah ( bedah plastik, bedah toraks, bedah anak ), intensitas, spesialis penyakit
dalam (khususnya hematologi, gastroenterologi, ginjal dan hipertensi), ahli gizi, rehabilitasi
medik, psikiatri, dan psikolog, namun celakanya seringkali menimpa orang-orang yang tidak
mampu.
Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama
namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak
memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan
untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald).
Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah.
Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka
bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas,
minuman panas atau makanan panas.
Prognosis dan penangangan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar; dan penanganan sejak fase awal sampai penyembuhan. Selain itu
faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut
menentukan kecepatan penyembuhan. Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua,
harus meningkatkan pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada
anak-anak.
2. Epidemiologi 4,5
Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun, terdapat sekitar 50.000 pasien luka
bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar. Antara 1997-2002
terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat di 100 rumah
sakit di Amerika. Jumlah kasus pada anak sering berhubungan dengan kekerasan pada anak
terutama anak laki-laki dan sangat muda. Ini sering terjadi pada orang tua tunggal dan tinggal
di rumah yang sangat sederhana. Insidens beragam antara 1,7 – 8 % dari kejadian luka bakar
di Amerika Serikat. Pada pemeriksaan biasanya akan ditemukan tanda-tanda kekerasan atau
jejas trauma terutama pada ekstremitas bawah. Adapula tanda luka bakar atau scar akibat
sundutan api rokok.
Data angka kematian kasus luka bakar dari RSPAD Gatot Soebroto Jakarta mulai
Januari 1998 sampai dengan Desember 2003 berdasarkan distribusi usia mengambarkan
bahwa kasus anak dengan usia < 5 tahun menempati tempat pertama dalam jumlah kasus
luka bakar yang terjadi dengan angka 24 kasus dan diikuti kasus pada usia produktif yaitu
usia 21-50 tahun dengan angka 14 kasus.
Tabel. 1 Angka kematian kasus luka bakar yang dirawat di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta
mulai Januari 1998 sampai dengan Desember 2003 berdasarkan distribusi usia.
Kelompok
Usia
(tahun)
Jumlah kasus yang
dirawat(kumulatif)
Presentasi luas luka bakar Angka
Kematian
å %< 40% ³ 40%
< 5 24 23 1 0 0
5-14 9 7 2 0 0
14-21 1 1 0 0 0
21-50 19 14 4 1 0
> 50 6 6 0 0 0
BAB II
ISI
1. DEFINISI 1
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
2. ETIOLOGI 3
Luka bakar berdasarkan penyebab dibedakan atas:
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena listrik dan petir
Luka bakar karena bahan kimia ( yang bersifat asam atau basa kuat )
Luka bakar karena radiasi
Cedera akibat suhu sangat rendah ( frost bite )
Kerusakan jaringan disebabkan oleh api lebih berat dibandingkan dengan air panas;
kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur panas) lebih berat
dibandingkan air panas. Luka bakar akibat ledakan juga menyebabkan kerusakan organ
dalam akibat daya ledak (eksplosif). Pada luka bakar yang disebabkan oleh bahan kimia
terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi
diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan.
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald).
Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah.
Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka
bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas,
minuman panas atau makanan panas.
3. PATOFISIOLOGI 6
A. ZONA KERUSAKAN JARINGAN
1. Zona Koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh
panas.
2. Zona Statis
Daerah yang berada langsung di luar zona koagulasi, terjadi kerusakan endotel
pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan
perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respons
inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera dan mungkin
berakhir dengan nekrosis jaringan.
3. Zona Hiperemi
Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak
melibatkan reaksi seluler.
B. FASE LUKA BAKAR6
Dalam perjalanan penyakit dibedakan 3 fase pada luka bakar, yaitu :
1. Fase awal, fase akut, fase syok
Pada fase ini problem yang berkisar pada gangguan saluran nafas karena adanya
cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini juga terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit, akibat cedera termis yang bersifat
sistemik.
2. Fase setelah syok berakhir / diatasi / fase subakut
Fase ini berlangsung setelah syok berakhir / dapat di atasi. Luka terbuka akibat
kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) dapat menimbulkan masalah,
yaitu :
a. Proses inflamasi
Proses inflamasi yang terjadi pada luka bakar berbeda dengan luka sayat elektif;
proses inflamasi di sini terjadi lebih hebat disertai eksudasi dan kebocoran protein.
Pada saat ini terjadi reaksi inflamasi lokal yang kemudian berkembang menjadi reaksi
sistemik dengan dilepaskannya zat-zat yang berhubungan dengan proses
immunologik, yaitu kompleks lipoprotein (lipid protein complex, burn-toxin) yang
menginduksi respon inflamasi sistemik (SIRS = Systemic Inflammation Response
syndrome).
b. Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis
c. Proses penguapan cairan tubuh disertai panas / energi (evaporative heat loss)
yang menyebabkan perubahan dan gangguan proses metabolisme.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah
pada fase ini adalah timbul penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan jaringan atau organ-
organ stuktural, misalnya bouttoniérre deformity.
C. PATOFISIOLOGI 1,6
1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia.
2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan
membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara ½ % - 1 %, “Blood Volume ” setiap 1 %
luka bakar. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
tambahan karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).
3. Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang
khas yaitu : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah
menurun dan produksi urine menurun (kegagalan fungsi ginjal).
4. Pada luka bakar daerah wajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas,
asap atau uap panas yang terhisap. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu,
stridor, suara serak dan berdahak berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi
keracunan gas CO atau gas beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat
sehingga tak mampu mengikat oksigen lagi. Tanda keracunan yang ringan adalah
lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila
lebih 60 % hemoglobin terikat CO, penderita akan meninggal.
4. KLASIFIKASI LUKA BAKAR 2,3
Klasifikasi luka bakar dibagi atas berdasarkan penyebab/ etiologi (seperti dijelaskan
diatas) dan kedalaman luka bakar.
A. Klasifikasi berdasarkan penyebab
Luka bakar dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)
Luka bakar karena listrik dan petir
Luka bakar karena radiasi
Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)
B. Klasifikasi berdasarkan kedalaman luka
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan
jaringan. Semakin lama waktu kontak, maka semakin luas dan dalam kerusakan jaringan
yang terjadi.
1. Luka bakar derajat satu
Ditandai dengan luka bakar superfisial dengan kerusakan pada lapisan epidermis.
Tampak eritema. Penyebab tersering adalah sengatan sinar matahari. Pada proses
penyembuhan terjadi lapisan luar epidermis yang mati akan terkelupas dan terjadi
regenerasi lapisan epitel yang sempurna dari epidermis yang utuh dibawahnya. Tidak
terdapat bula, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Dapat sembuh
spontan selama 5-10 hari.
2. Luka bakar derajat dua
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis dan sebagian dermis dibawahnya, berupa
reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi. Pada luka bakar derajat dua ini ditandai
dengan nyeri, bercak-bercak berwarna merah muda dan basah serta pembentukan
blister atau lepuh.biasanya disebabkan oleh tersambar petir, tersiram air panas.
Dalam waktu 3-4 hari, permukaan luka bakar mengering sehingga terbentuklah krusta
tipis berwarna kuning kecoklatan seperti kertas perkamen. Beberapa minggu
kemudian, krusta itu akan mengelupas karena timbul regenerasi epitel yang baru
tetapi lebih tipis dari organ epitel kulit yang tidak terbakar didalamnya. Oleh karena
itu biasanya dapat terdapat penyembuhan spontan pada luka bakar superfisial atau
partial thickness burn.
Gambar. 1 bula pada telapak tangan karena memegang dandang panas, luka ini digolongkan
ke dalam luka bakar derajat dua, karena epidermis berada diatas luka
Dibedakan menjadi 2 (dua):
a. Derajat II dangkal (superfisial)
· kerusakan mengenai sebagian superfisial dari dermis
· apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea masih utuh
· penyembuhan terjasi spontan dalam waktu 10-14 hari.
b. Derajat II dalam (deep)
· kerusakan mengenai hampir saluruh bagian dermis
· apendises kulit sperti folikel rambut, kelenjer keringat, kelenjer sebasea sebagian masih
utuh.
· Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya terjadi
dalam waktu lebih dari satu bulan.
Gambar.2 ;luka bakar derajat dua dalam, pada anak yang tersiram kopi panas, luka
berwarna merah muda, lunak pada penekanan, dan tampak basah, sensasi nyeri sulit
ditentukan pada anak.
3. Luka bakar derajat tiga
Terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan kulit. Meskipun tidak seluruh tebal
kulit rusak, tetapi bila semua organ kulit sekunder rusak dan tidak ada kemampuan
lagi untuk melakukan regenerasi kulit secara spontan/ reepitelisasi, maka luka bakar
itu juga termasuk derajat tiga. Penyebabnya adalah api, listrik,atau zat kimia.
Mungkin akan tampak berwarna putih seperti mutiara dan biasnya tidak melepuh,
tampak kering dan biasanya relatif anestetik. Dalam beberapa hari, luka bakar
semacam itu akan membentuk eschar berwarna hitam, keras, tegang dan tebal.
Gambar.3 ;lula bakar derajat tiga, pada anak yang memegang pengeriting rambut luka
kering tidak kemerahan dan berwarna putih
Selama periode pasca luka bakar dini sampai 5 hari, akan sulit untuk membedakan
luka bakar derajat dua atau tiga, tetapi pada minggu kedua sampai minggu ketiga
pasca luka bakar di mana tampak drainase dan eschar yang terpisah dari luka bakar
derajat tiga. Setelah eschar diangkat, sisa jaringan dibawahnya (biasanya lapisan
subkutan) akan membentuk jaringan granulasi, suatu massa yang terdiri dari sel-sel
fibroblas dan jaringan penyambung yang kaya pembuluh darah kapiler. Permukaan
jaringan granulasi yang berwarna merah tua itu terbentuk setelah 21 hari, dan dalam
waktu 1 sampai 2 minggu kemudian sebaiknya dilakukan skin graft.
Gambar 4 Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalaman luka
Klasifikasi Penyebab Penampak
an luar
Sensasi Waktu
penyembu
han
Jaringan
parut
Luka bakar dangkal (superficial
burn)
Sinar
UV,
paparan
nyala api
Kering
dan
merah;
memucat
dengan
penekana
n
Nyeri 3 – 6 hari Tidak
terjadi
jaringan
parut
Luka bakar sebagian dangkal
(superficial partial-thickness
burn)
Cairan
atau uap
panas
(tumpaha
n atau
percikan)
, paparan
nyala api
Gelembun
g berisi
cairan,
berkering
at, merah;
memucat
dengan
penekana
n
Nyeri
bila
terpapar
udara
dan
panas
7-20 hari Umumn
ya tidak
terjadi
jaringan
parut;
potensia
l untuk
perubah
an
pigmen
Luka bakar sebagian dalam
(deep partial-thickness burn)
Cairan
atau uap
panas
(tumpaha
n), api,
minyak
panas
Gelemb-
text-color;
border-
style:
none solid
solid
none;
border-
width:
medium
1pt
Terasa
dengan
penekan
an saja
>21 hari Hipertro
fi,
berisiko
untuk
kontrakt
ur
(kekaku
an
akibat
jaringan
parut
1ptung
berisi
cairan
(rapuh);
basah atau
kering
berminya
k,
berwarna
dari putih
sampai
merah;
tidak
memucat
dengan
penekana
n
yang
berlebih
)
Luka bakar seluruh lapisan (full
thickness burn)
Cairan
atau uap
panas,
api,
minyak,
bahan
kimia,
listrik
tegangan
tinggi
Putih
berminya
k sampai
abu-abu
dan
kehitaman
; kering
dan tidak
elastis;
tidak
memucat
dengan
penekana
n
Terasa
hanya
dengan
penekan
an yang
kuat
Tidak
dapat
sembuh
(jika luka
bakar
mengenai
>2% dari
TBSA)
Risiko
sangat
tinggi
untuk
terjadi
kontrakt
ur
Tabel 2 Klasifikasi kedalaman luka bakar6
5. PERHITUNGAN LUAS LUKA BAKAR 1,2,3
Walaupun hanya perkiraan saja , the rule of nine, tetap merupakan petunjuk yang baik
dalam menilai luasnya luka bakar: kepala, 7 persen, dan leher, 2 persen sehingga totalnya 9
persen. Setiap ekstrimitas atas, 9 persen : dan bagian anterior,2 x 9 persen. Badan bagian
posterior, 13 persen, dan bokong 5 persen, sehingga total 18 persen: dan setiap ekstrimitas
bawah, 2 x 9 : dan genitalia , 1 persen.
Gambar 5. Perhitungan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nine oleh Wallace
Untuk area luka bakar yang tersebar kita dapat memperkirakan persentasenya dengan
menggunakan tangan dengan jari-jari pasien, dimana jari-jari dalam keadaan abduksi, dimana
sama dengan kurang lebih 1 persen dari total luas permukaan tubuh pasien.
Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaaan tubuh, yang umumnya
mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala dengan luas ekstrimitas
bawah dibandingkan pada orang dewasa. Area kepala luasnya adalah 19 persen pada waktu
lahir (10 persen lebih besar daripada orang dewasa). Hal ini terjadi akibat pengurangan pada
luas ekstrimitas bawah, yang masing-masing sebesar 13 persen. Dengan bertambahnya umur
setiap tahun, sampai usia 10 tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan jumlah yang sama
ditambah pada setiap ekstrimitas bawah. Setelah usia 10 tahun, digunakan persentase orang
dewasa.
Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas
relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Oleh karena itu, digunakan rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder
untuk anak.
Area
Lahir-1
tahun
1 – 4
tahun
5 – 9
tahun
10 – 14
tahun
15
tahun
dewas
a
2nd
*
3rd
*
TBS
A
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Badan bagian depan 13 13 13 13 13 13
Badan bagian belakang 13 13 13 13 13 13
Pantat kanan 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Pantat kiri 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Genitalia (kemaluan) 1 1 1 1 1 1
Lengan kanan atas 4 4 4 4 4 4
lengan kiri atas 4 4 4 4 4 4
Lengan bawah kanan 3 3 3 3 3 3
Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3 3
Tangan kanan (telapak
tangan depan dan punggung
tangan)
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Tangan kiri (telapak tangan
dan punggung tangan)
2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5
Paha kanan 5.5 6.5 8 8.5 9 9.5
Paha kiri 5.5 6.5 8 8.5 9 9.5
Betis kanan 5 5 5.5 6 6.5 7
Betis kiri 5 5 5.5 6 6.5 7
Kaki kanan (bagian tumit
sampai telapak kaki)
3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
Kaki kiri 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5
Total:
*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun dalam; derajat 3
sebagai luka bakar seluruh lapisan (full-thickness)
Tabel 3. Penilaian luas area tubuh menurut Lund and Browder
6. DERAJAT KEPARAHAN LUKA BAKAR 1
Berdasarkan berat-ringannya luka bakar (American Burn Association):
I. Luka Bakar Berat ( Major Burn Injury )
Derajat II, terbakar >25% area permukaan tubuh pada dewasa
Derajat III, terbakar >25% area permukaan tubuh pada anak-anak
Derajat III, terbakar >10% area permukaan
Kebanyakan meliputi tangan, muka, mata, telinga, kaki atau perineum
Kebanyakan pasien meliputi :
Luka inhalasi
Luka elektrikal
Luka bakar dengan komplikasi trauma
II. Luka Bakar Sedang
Derajat II, terbakar 15-25% area permukaan tubuh pada dewasa
Derajat II, terbakar 10-20% are permukaan tubuh pada anak-anak
Derajat III, terbakar <10% area permukaan tubuh.
III. Luka Bakar Ringan
Derajat II, terbakar <15% area permukaan tubuh pada dewasa
Derajat II, terbakar <10% area permukaan tubuh pada anak-anak
Derajat III, terbakar <2% area permukaan tubuh.
Indikasi rawat inap :
1. Derajat 2 lebih dari 15% pada dewasa, dan lebih dari 10% pada anak
2. Derajat 2 pada muka, tangan, kaki, perineum
3. Derajat 3 lebih dari 2% pada dewasa, dan setiap derajat 3 pada anak
4. Luka bakar yang disertai trauma visera, tulang, dan jalan napas
7. PENATALAKSANAAN 10
Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,
covering and comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat
dilakukan clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan. 7
a) Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
b) Cooling :
Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air dingin yang
mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah
kejadian luka bakar
Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa
dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi
Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut
(vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia
Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air
mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa
bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
c) Cleaning : pembersihan luka tergantung dari derajat berat luka bakar, kriteria minor
cukup dilakukan dengan zat anastesi lokal, sedangkan untuk kriteria moderate sampai
major dilakukan dengan anastesi umum di ruang operasi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang.
d) Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam
dari superficial partial thickness (dapat dilihat pada tabel II.3 jadwal pemberian
antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan
kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi
sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2 bulan.
e) Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, akan menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi.
f) Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :
· Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
· Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
· Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC
(Airway, Breathing, Circulation).
Airway and Breathing
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black
sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada
daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran
napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap
terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
Circulation
Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk
perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas
luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan
merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui
penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana
terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang
mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang
banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang
dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ
tubuh.
Cairan infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal
Saline). Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan
pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari
Parkland : [3-4 cc x berat badan (kg) x %TBSA] + cairan rumatan (maintenance per 24 jam).
Cairan rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-
20kg) dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-4ccx kgBB x
%TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya dalam 16 jam
berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi urin
yaitu 0,5-1cc/kgBB/jam.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1
Pemeriksaan Laboratorium
1. pemeriksaan Hb, Ht tiap 8 jam pada 2 hari pertama, dan tiap 2 hari pada 10 hari
selanjutnya
2. Fungsi hati dan ginjal tiap minggu
3. Pemeriksaan elektrolit tiap hari pada minggu pertama
4. Pemeriksaan AGD bila nafas lebih dari 32x/menit
5. Kultur jaringan pada hari ke-1, 3, 7.
9. PENCEGAHAN LUKA BAKAR 8
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka bakar bagi anak-anak
di rumah :
1. Dapur
Jauhkan anak-anak dari oven dan pemanggang. Ciptakan zona larangan di
sekitarnya untuk anak-anak
Jauhkan makanan dan minuman panas dari jangkauan anak-anak. Jangan
pernah membawa makanan panas dan minuman panas dengan satu tangan
dengan ketika ada anak-anak di sekitar anda
Jangan masukkan botol susu anak ke dalam mikrowave; dapat menimbulkan
daerah yang panas
Cicipi setiap makanan yang akan dihidangkan
Singkirkan taplak meja menjuntai ketika di rumah ada anak yang sedang
belajar merangkak
Jauhkan dan simpan bahan kimia (pemutih, amonia) yang dapat menyebabkan
luka bakar kimia.
Simpan korek api, lilin jauh dari jangkauan. Jangan pernah biarkan lilin
menyala tanpa pengawasan.
Beli alat-alat listrik dengan kabel yang pendek dan tidak mudah lepas atau
menggantung.
2. Kamar mandi
Jauhkan blow dryer, curling irons dari jangkauan anak
Pastikan termostat pemanas air pada suhu 120°F (48,8°C) atau lebih rendah.
Umumnya air panas untuk anak sebaiknya suhunya tidak lebih dari 100°F
(37,7°C). Jangan biarkan anak bermain dengan keran atau shower.
3. Di setiap ruangan
Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik
Jauhkan anak dari pemanas ruangan, radiator, tempat yang berapi
Pasang detektor asap dan periksa baterai minimal satu tahun/kali
10. KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik 1,6
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang
ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan,
cairan yang masuk ke bula pada luka bakar derajat II dan pengeluaran cairan dari kropeng
pada luka bakar derajat III .
Bila luas luka bakar < 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasi tetapi bila > 20 % terjadi Syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti
gelisah, pucat, dingin , berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan lahan dan maksimal pada
delapan jam.
2. Udem laring 1,6
Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bila luka terjadi di muka,. Dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas , asap, uap panas yang terhisap, udem yang
terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena udem laring.
Gejala yang timbul adalah sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna
gelap karena jelaga.
Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi dan
penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah . ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.
3. Keracunan gas CO 1,6
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. Karbon monoksida akan
mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat
oksigen. Tanda-tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah.
Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila > 60 % hemoglobin terikat dengan CO,
penderita dapat meninggal.
4. SIRS (systemic inflammatory response syndrome) 1,6
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit untuk
mengalami penyembuhan karena tidak terjangkau oleh pembuluh darah kapiler yang
mengalami trombosis. Kuman penyebab infeksi berasal dari kulitnya sendiri, juga dari
kontaminasi kuman dari saluran nafas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah
sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya berbahaya karena banyak yang sudah resisten
terhadap antibiotik.
Prosesnya dimulai oleh aktivasi makrofag, netrofil, dan pelepasan mediator – mediator,
yang kemudian diikuti oleh :
gangguan hemodinamik berupa vasodilatasi, depresi miokardium, gangguan
sirkulasi dan redistribusi aliran.
perubahan mikrovaskuler karena endotel dan edema jaringan, mikroemboli, dan
maldigesti aliran.
gangguan oksigenasi jaringan. Ketiganya menyebabkan hipoksia seluler dan
menyebabkan kegagalan fungsi organ. Yang ditandai dengan meningkatnya kadar
limfokin dan sitokin dalam darah.
5. MOF (Multi Organ Failure) 1,6
Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan gangguan
sirkulasi. Di tingkat seluler, gangguan perfusi menyebabkan perubahan metabolisme.
Pada tahap awal terjadi proses perubahan metabolisme anaerob yang diikuti peningkatan
produksi dan penimbunan asam laktat menimbulkan asidosis. Dengan adanya gangguan
sirkulasi dan perfusi, sulit untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel, iskemi
jaringan akan berakhir dengan nekrosis.
Gangguan sirkulasi makro menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan – jaringan
organ penting terutama otak, hepar, paru, jantung, ginjal, yang selanjutnya mengalami
kegagalan menjalankan fungsinya. Dalam mekanisme pertahanan tubuh, terjadi gangguan
pada sistem keseimbangan tubuh (homeostasis), maka organ yang dimaksud dalam hal ini
adalah ginjal. Dengan adanya penurunan atau disfungsi ginjal ini, beban tubuh semakin
berat.
Resusitasi cairan yang inadekuat pada fase ini menyebabkan berjalannya proses
sebagaimana diuraikan diatas. Sebaliknya bila terjadi kelebihan pemberian cairan
(overload) sementara sirkulasi dan perifer tidak atau belum berjalan normal, atau pada
kondisi syok; cairan akan ditahan dalam jaringan paru yang manifestasi klinisnya tampak
sebagai edema paru yang menyebabkan kegagalan fungsi paru sebagai alat pernafasan,
khususnya pertukaran oksigen dengan karbondioksida, kadar oksigen dalam darah sangat
rendah, dan jaringan hipoksik mengalami degenerasi yang bersifat irreversible. Sel – sel
otak adalah organ yang paling sensitive; bila dalam waktu 4 menit terjadi kondisi
hipoksik, maka sel – sel otak mengalami kerusakan dan kematian; yang menyebabkan
kegagalan fungsi pengaturan di tingkat sentral.
Sementara edema paru juga merupakan beban bagi jantung sebagai suatu pompa.
Pada mulanya jantung menjalankan mekanisme kompensasi, namun akhirnya terjadi
dekompensasi.
6. Kontraktur 12,13
Kontraktur merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan luka, terutama luka
bakar. Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk dari sisa kulit yang sehat di sekitar
luka, yang tertarik ke sisi kulit yang terluka. Kontraktur yang terkena hingga lapisan otot
dan jaringan tendon dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan.
Pada tahap penyembuhan luka, kontraksi akan terjadi pada hari ke-4 dimana proses
ini bersamaan dengan epitelisasi dan proses biokimia dan seluler dari penyembuhan luka.
Kontraktur fleksi dapat terjadi hanya karena kehilangan lapisan superfisial dari kulit.
Biasanya dengan dilakukan eksisi dari jaringan parut yang tidak elastik ini akan
menyebabkan sendi dapat ekstensi penuh kembali. Pada luka bakar yang lebih dalam,
jaringan yang banyak mengandung kolagen akan meliputi neurovascular bundles dan
ensheathed flexor tendons, juga permukaan volar dari sendi akan mengalami kontraksi
atau perlekatan sehingga akan membatasi range of motion. Kontraktur yang disebabkan
oleh hilangnya kulit atau luka bakar derajat III pada daerah persendian harus segera
dilakukan skin grafting.
11. PROGNOSIS 1
Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan menyangkut
mortalitas dan morbiditas atau burn illness severity and prediction of outcome ; yang mana
bersifat bersifat kompleks.
Beberapa faktor yang berperan antara lain faktor penderita ( usia, gizi, jenis kelamin,
dan kelainan sistemik), faktor trauma ( jenis, luas, kedalaman luka bakar, dan trauma
penyerta), dan faktor penatalaksanaan (prehospital and inhospital treatment).
Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia lanjut.
Pada usia yang sangat muda (terutama bayi) beberapa hal mendasar menjadi perhatian, antara
lain sistem regulasi tubuh yang belum berkembang sempurna ; komposisi cairan intravaskuler
dibandingkan dengan cairan ekstravaskuler, interstitial, dan intraselular yang berbeda dengan
komposisi pada manusia dewasa, sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem
imunologik yang belum berkembang sempurna merupakan salah satu faktor yang patut
diperhitungkan, karena luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat
imunosupresi.
BAB III
PENUTUP
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi
panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan
atau mendinginkan. Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada
prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih serius. Hal ini
disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan
cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).
Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas (scald).
Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian besar dapat dicegah.
Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka
bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak dimana di atasnya terdapat air panas,
minuman panas atau makanan panas.
Luka bakar dangkal dan ringan (superfisial) dapat sembuh dengan cepat dan tidak
menimbulkan jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan luas, maka
penanganan memerlukan perawatan di fasilitas yang lengkap dan komplikasi semakin besar
serta kecacatan dapat terjadi.
Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan pengetahuan
mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar – Pengetahuan Klinik Praktis; Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.
2. Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III – Luka Bakar;
Jakarta, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
3. Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol 20;1999
4. Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J. Ambulatory management of Burns. American association
of family Physician, 2000.
5. Marzoeki, Djohansjah. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga University Press,
Surabaya 1993 : 10 - 19.
6. Fenlon S, Nene S. Burns in children. Continuing Education in Anasthesia, Critical
Care&Pain. British Journal of Anasthesia. 2007
7. Atkinson K. Burns : how to protect your child now. Parenting. 2001.
8. Hudspith J, Rayatt S. First aid and treatment of minor burns. ABC of Burns. BMJ
2004;328;1487-9.
9. Holland AJA. Pediatric burns: the forgotten trauma of childhood. Canadian journal of
Surgery;2006;4;272-7
10. Bisono. Reksopradjo, Soelarto (ed.).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Cet.I. Jakarta: Binarupa
Aksara.1999
11. Pusponegoro, Aryono D. “Luka” dalam de Jong, Wim (ed.).Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2.
Cet. I. Jakarta:EGC. 2005
12. Schwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Cet. I. Jakarta: EGC. 2000.