BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vitamin K
2.1.1 Sejarah dan Kimia
Sejarah vitamin K dimulai pada tahun 1929. Carl Hendrick Peter Dam, seorang ilmuwan
Denmark menemukan perdarahan spontan pada ayam dengan diet yang tidak sempurna. Perdarahan
tersebut dapat diatasi dengan memberikan suata zat yang larut dalam lemak yang diberi nama vitamin
K (koagulation vitamin).
Vitamin K terdiri dari dua jenis, yaitu vitamin K alam dan sintetik. Vitamin K alam terdiri dari
vitamin K1 (filokuinon=fitonadion) dan vitamin K2 (senyawa menakuinon). Vitamin K1 terdapat pada
kloroplas sayuran hijau dan buah-buahan. Vitamin K sintetik dikenal dengan vitamin K3 (menadion).
2.2.2 Metabolisme
Vitamin K merupakan suatu kofaktor enzim mikrosom hati yang penting untuk mengaktivasi
prekursor faktor pembekuan darah. Absorpsi vitamin K melalui usus sangat tergantung dari
kelarutannya. Absorpsi vitamin K1 dan K2 berlangsung baik jika terdapat garam-garam empedu,
sedangkan K3 dan derivatnya yang larut air dapat di absorpsi walaupun tidak ada empedu. Vitamin K
alam maupun sintetik diabsorpsi dengan optimal setelah penyuntikan IM. Apabila terdapat gangguan
absopsi vitamin K akan terjadi hipoprotrombinemia setelah beberapa minggu, sebab persediaan
vitamin K didalam tubuh hanya sedikit.
2.2.3 Sediaan
Vitamin K1 berbentuk tablet fitonaion 5 mg. Emulsi vitamin K1 mengandung 2 atau 10
mg/mL, untuk parenteral. Vitamin K2 berbentuk tablet menadion 2,5 dan 10 mg., merupakan larutan
dalam minyak yang mengandung 2, 10 dan 25 mg/mL untuk pemakaian IM. Vitamin K3 berbentuk
tablet menadiol natrium bisulfit 5 mg. (Farmakalogi dan terapi FKUI)
2.2 Pemberian Vitamin K pada Bayi Baru Lahir
2.2.1 Indikasi
Bayi baru lahir cenderung memiliki kadar vitamin K dan cadangan vitamin K dalam hati yang
relatif lebih rendah dibanding bayi yang lebih besar(1). Sementara itu asupan vitamin K dari ASI
belum mencukupi (0,5 ng/L), sedangkan vitamin K dari makanan tambahan dan sayuran belum
dimulai. Hal ini menyebabkan bayi baru lahir cenderung mengalami defisiensi vitamin K sehingga
berisiko tinggi untuk mengalami Penyakit Defisiensi Vitamin K(PDVK). Di beberapa negara Asia
angka kesakitan bayi karena PDVK berkisar antara 1: 1.200 sampai 1 : 1.400 Kelahiran Hidup. Angka
tersebut dapat turun menjadi 1:10.000 dengan pemberian profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir.
Permasalahan akibat PDVK adalah terjadinya perdarahan otak dengan angka kematian 10 – 50% yang
umumnya terjadi pada bayi dalam rentang umur 2 minggu sampai 6 bulan, dengan akibat angka
kecacatan 30 – 50%. Secara nasional belum ada data PDVK, sedangkan data dari bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI RSCM (tahun 1990-2000) menunjukkan terdapatnya 21 kasus, diantaranya 17
(81%) mengalami komplikasi perdarahan intrakranial (catatan medik IKA RSCM 2000). Selain itu,
salah satu akibat defisiensi vitamin K terlihat pada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) berupa
perdarahan yang timbul sekitar 2 jam sampai 8 hari paska imunisasi. Dari data Komnas KIPI jumlah
kasus perdarahan paska imunisasi yang diduga karena defisiensi vitamin K selama tahun 2003 sampai
2006 sebanyak 42 kasus, dimana 27 kasus (65%) diantaranya meninggal. Dalam beberapa kali
Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA), dan Kongres Perhimpunan Hematologi dan
Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) ke VIII tahun 1998 dan ke IX tahun 2001 telah
direkomendasikan pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir. Hal ini mendorong
dilakukannya kajian oleh Health Technology Assesment (HTA) Depkes bekerjasama dengan
organisasi profesi terhadap pemberian injeksi vitamin K1 profilaksis pada bayi baru lahir, yang
merekomendasikan bahwa semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K.
2.2.2 Dosis dan Cara Pemberian
A. Dosis
Menurut National health and Medical Research Counsil, Australia dosis terbaik dalam
pemberian profilaks vitamn K pada bayi baru lahir adalah 1 mg dosis tunggal secara intra muscular
segera setalah lahir. Dosis diturunkan menjadi 0,5 mg pada bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) dengan berat lahir yang kurang dari 1500 gram. Dalam penelitian oleh Puckett dan Offringa
juga menyimpulkan pemberian profilaks 1 mg vitamin K intra mucsular pada bayi baru lahir, efektif
untuk mencegah terjadinya PDVK.
Selain sediaan injeksi intra muskular, Vitamin K juga terdapat dalam sediaan tablet oral 2 mg.
Pemberian vitamin K secara oral dalam dosis tunggal belum dapat dibuktikan keunggulannya
dibandingkan secara intramuskular. Akan tetapi, pemberian vitamin k oral dengan dosis tiga kali
pemberian akan lebih tinggi meningkatkan kadar Vitamin K di dalam plasma pada minggu kedua dan
pada bulan ketiga.(Puckett). Hal ini membuat pemberian vitamin K oral juga dapat menjadi pilihan
dalam pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir. National Health and Medical Research
Council, Australia menganjurkan dalam pemberian tablet oral Vitamin K kepada pasien, diberikan
sebanyak tiga kali dengan masing-masing pemberian 2 mg. pemberian pertama dilakukan segera
setelah lahir, pemberian kedua pada usia 3 sampai 5 hari, dan pemberian ketiga pada usia 4 minggu.
Pemberian ketiga tidak boleh lewat usia 4 minggu, dikarenakan kadarnya akan sangat menurun di
dalam plasma setelah 4 minggu tersebut.
Akan tetapi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2011 masih
menganjurkan pemberian vitamin K secara intra muscular sebagai pilihan utama. Hal ini dikarenakan
absorpsi vitamin K1 oral tidak sebaik vitamin K1 intra muskular, terutama pada bayi yang menderita
diare. Disamping efikasi, keamanan, bioavailabilitas dan dosis optimal, sediaan oral untuk mencegah
PDVK masih memerlukan penelitian. Selain itu, karena pemberian profilaksis oral vitamin K
diberikan 3 kali dosis, sehingga dibutuhkan kepatuhan dan kerja sama orang tua dalam menjalankan
jadwal pemberian tablet oral Vitamin K ini.
B. Cara Pemberian
B.1 Injeksi
Cara Pemberian
1. Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.
2. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1(phytomenadione) injeksi dalam
sediaan ampul yang berisi 10mg Vitamin K1 per 1 ml.
3. Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml, kemudian
disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral sebanyak 1 mg
dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi
hepatitis B0 (uniject), dengan selang waktu 1-2 jam
4. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan cara yang
sama
5. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan pada
kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama.
6. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.
Persiapan Melakukan Suntikan Intra Muskular, yaitu :
1. Letakan bayi dengan posisi punggung di bawah
2. Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan suntikan intramuskular
Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih dipilih karena resiko
kecil terinjeksi secara IV atau mengenai tulang femur dan jejas pada nervus skiatikus)
Muskulus deltoideus (Mengandung sedikit lemak atau jaringan subkutan sehingga
memudahkan penyuntikan). Area ini digunakan hanya untuk pemberian imunisasi
bukan untuk pemberian obat lain.
Cara Memberikan Suntikan Intra Muskular
1. Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan identifikasi suntikan vitamin
K1 di paha kiri dan suntikan imunisasi HB0 di paha kanan.
2. Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah direndam dalam
larutan antiseptik dan biarkan mengering.
3. Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.
4. Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang jarumnya.
5. Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk.
6. Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit.
7. Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak menusuk
dalam vena
a. Bila dijumpai darah:
i. Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat
ii. Pasang jarum steril yang baru ke semprit
iii. Pilih tempat penyuntikkan yang lain
iv. Ulangi prosedur diatas
b. Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan kuat
dalam waktu 3-6 detik.
8. Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan dengan bola kasa
steril kering
9. Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi
B.2 Tablet oral
National health and Medical Research Council, Australia menganjurkan tahapan pemberian oral
Vitamin K sebagai berikut
1. Tablet oral vitamin K dengan dosis 2 mg diberikan sebanyak 3 kali. Pemberian pertama
segera setelah lahir, kedua saat bayi berumur 3 sampai 5 hari, dan ketiga saat bayi berumur 4
minggu. Pemberian ketiga tidak boleh lebih dari 4 minggu setelah lahir, dikarenakan efek
pemberian kedua akan menurun drastis setelah 4 minggu.
2. Jika bayi muntah dalam satu jam setelah pemberian, maka pemberian tablet vitamin K harus
diulangui.
3. Jika pada saat pemberian, untuk pemberian urutan keberapapun, bayi sedang sakit, atau tidak
dapat meminum tablet karena alasan apapun, pemberian dipndahkan menjadi intra muskular
dosis tunggal.
2. 2.3 Efek samping vitamin K
Efek samping vitamin K adalah hiperbilirubinemia dan kernicterus pada bayi baru lahir
dengan defisiensi G6PD (Glucose-6-phosphate dehydrogenase) dan pada bayi premature.
[ Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, 2004. Nelson textbook of pediatrics. Edisi 17,
Philadelphia: Saunders.]
Pemberian analog vitamin K sintetik dalam dosis besar dapat menyebabkan anemia
hemolitik dan kerusakan hepar sehingga kadar bilirubin dalam darah meningkat. Hal ini terjadi karena
bentuk sintetik vitamin K (menadione) diduga dapat bergabung dengan glutathione yang nantinya
akan menyebabkan oksidasi glutathione yang kemudian akan menyebabkan kerusakan membran.
[Gropper SS, Smith JL, 2013. Advanced nutrition and human metabolism, Edisi 6. Belmont:
Wadswoth].
Disamping itu vitamin K sintetik juga dapat menimbulkan reaksi hipersensitivitas termasuk
syok anafilaktik dan kematian.
[Pramudianto A, Evaria, 2011. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 11. Jakarta: PT Bhuana
Ilmu Populer.
2.3 Defisiensi Vitamin K
Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan perdarahan. vitamin ini bersifat larut dalam
lemak disimpan didalam hati dan dapat mengalami defisiensi pada keadaan malabsorbsi
( misalnya pada pasien penyakit coeliac ). Defisiensi vitamin K berkaitan dengan:
1. Neonatus yang ibunya pernah mendapatkan obat – obat anti epilepsi,
antikoagulan/antituberculosis dalam periode antenatal.
2. Neonatus ( khususnya bayi yang prematur)
3. Defisiensi makanan yang meliputi pemberian nitrisi parenteral yang lama
4. Malabsorbsi
5. Gangguan flora usus karena pemberiaan antibiotic
6. Penyakit hepar (yang meliputi penyakit yang ada kaitannya dengan konsumsi alkohol)
dan penyakit / pembedahan pada traktus biliaris
7. Terapi anti koagulan oral
Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan:
1. Hipoprotrombinemia dan menurunnya beberapa factor pembekuan darah sehingga
terjadi perdarahan spontan
2. Mudah terjadi perdarahan, gangguan metabolisme tulang Belum diketahui.
Kemungkinan menyebabkan kuning pada bayi premature.
Saifuddin AB, ed., Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002.
Top Related