RANCANGAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR…. TAHUN…
TENTANG
RENCANA ZONASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
KAWASAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI RAJA AMPAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: bahwa untuk menyelenggarakan perencanaan zonasi
kawasan laut berupa rencana zonasi kawasan strategis
nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan dan
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 46 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019 tentang Rencana Tata
Ruang Laut, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang
Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat;
Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 294 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5603);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019 tentang
Rencana Tata Ruang Laut (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6345);
- 2 -
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA ZONASI
KAWASAN STRATEGIS NASIONAL KAWASAN KONSERVASI
KEANEKARAGAMAN HAYATI RAJA AMPAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Kawasan Strategis Nasional yang selanjutnya disingkat
KSN adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang
telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia.
2. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
yang selanjutnya disingkat RZWP-3-K adalah rencana
yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-
tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan
struktur dan pola ruang pada Kawasan Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil yang boleh dilakukan serta kegiatan
yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.
3. Struktur Ruang Laut adalah susunan pusat
pertumbuhan kelautan dan sistem jaringan prasarana
dan sarana laut yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
4. Pola Ruang Laut adalah distribusi peruntukan ruang
dalam wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi.
5. Kawasan Pemanfaatan Umum adalah bagian dari
perairan yang ditetapkan peruntukkannya bagi
berbagai sektor kegiatan non konservasi dan alur laut
yang setara dengan kawasan budi daya dalam
- 3 -
peraturan perundang-undangan di bidang penataan
ruang.
6. Kawasan Konservasi adalah kawasan Laut dengan ciri
khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan
pengelolaan ruang laut secara berkelanjutan yang
setara dengan kawasan lindung dalam peraturan
perundang-undangan di bidang penataan ruang.
7. Alur Laut adalah perairan yang dimanfaatkan, antara
lain, untuk Alur Pelayaran, pipa dan/atau kabel bawah
laut, dan migrasi biota laut.
8. Alur Pelayaran adalah perairan yang dari segi
kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran
lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari.
9. Sumber Daya Kelautan adalah sumber daya laut, baik
yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat
diperbaharui yang memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif serta dapat dipertahankan dalam jangka
panjang.
10. Zona adalah ruang yang penggunaannya disepakati
bersama antara berbagai pemangku kepentingan dan
telah ditetapkan status hukumnya.
11. Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas
daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan
sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh,
dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang perikanan.
12. Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan dengan
daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut
diukur dari Garis Pantai, perairan yang
menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari,
teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna.
13. Garis Pantai adalah batas pertemuan antara bagian
laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang
tertinggi.
- 4 -
14. Peraturan Pemanfaatan Ruang adalah ketentuan yang
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang laut
dan ketentuan pengendaliannya untuk setiap
kawasan/zona peruntukan.
15. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.
16. Wisata Bahari adalah kegiatan wisata alam yang
berlangsung di wilayah pesisir dan/ atau laut yang
meliputi wisata pantai, wisata bentang laut, dan wisata
bawah laut.
17. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok
orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi,
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum, dan/atau pemangku kepentingan
nonpemerintah lain dalam penyelenggaran
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian zonasi.
18. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden
dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
19. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
20. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan.
Pasal 2
KSN Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja
Ampat merupakan KSN dari sudut kepentingan lingkungan
hidup pada sebagian wilayah perairan Provinsi Papua Barat.
Pasal 3
(1) Batas rencana zonasi KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat meliputi:
- 5 -
a. sebelah utara, yaitu garis yang ditarik dari garis
pantai Pulau Fani pada koordinat 131° 16' 2" Bujur
Timur – 1° 17' 19" Lintang Utara ke arah barat
hingga perairan Samudera Pasifik pada koordinat
129° 40' 32" Bujur Timur – 0° 14' 22" Lintang
Utara perairan Waigeo Barat;
b. sebelah barat, yaitu garis yang ditarik dari garis
pantai perairan Laut Halmahera pada koordinat
129° 40' 32" Bujur Timur – 0° 14' 22" Lintang Utara
ke arah selatan hingga perairan Laut Seram pada
koordinat 129° 33' 36" Bujur Timur – 2° 0' 56"
Lintang Selatan perairan Misool Barat;
c. sebelah selatan, yaitu garis yang ditarik dari garis
pantai perairan Laut Seram pada koordinat 129°
36' 39" Bujur Timur – 2° 3' 42" Lintang Selatan ke
arah timur hingga perairan Laut Seram pada
koordinat 131° 3' 10" Bujur Timur – 2° 16' 12"
Lintang Selatan perairan Misool Selatan;
d. sebelah timur, yaitu garis yang ditarik dari garis
pantai perairan Laut Seram pada koordinat 131° 2'
30" Bujur Timur – 1° 14' 44" Lintang Selatan ke
arah barat hingga perairan Laut Seram pada
koordinat 131° 17' 40" Bujur Timur – 0° 48' 16"
Lintang Selatan perairan Kota Sorong;
(2) Peta batas rencana zonasi KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Presiden ini.
BAB II
PERAN DAN FUNGSI
Bagian Kesatu
Peran
Pasal 4
- 6 -
Rencana zonasi KSN Kawasan Konservasi Keanekaragaman
Hayati Raja Ampat berperan sebagai alat operasionalisasi
rencana tata ruang laut dan rencana zonasi kawasan
antarwilayah, arahan alokasi ruang untuk RZWP-3-K
Provinsi Papua Barat, dan alat koordinasi dan sinkronisasi
program pembangunan di KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat.
Bagian Kedua
Fungsi
Pasal 5
Rencana zonasi KSN Kawasan Konservasi Keanekaragaman
Hayati Raja Ampat berfungsi untuk:
a. penyelarasan rencana Struktur Ruang Laut dengan
rencana tata ruang laut dan rencana tata ruang
wilayah;
b. pemberian arahan alokasi ruang laut di sebagian
Perairan Pesisir dalam penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Papua Barat;
c. alat koordinasi pelaksanaan pembangunan di wilayah
perairan KSN Kawasan Konservasi Keanekaragaman
Hayati Raja Ampat;
d. keterpaduan dan keserasian kepentingan lintas sektor
di wilayah perairan KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat;
e. penetapan lokasi untuk kegiatan bernilai penting dan
strategis nasional di wilayah perairan KSN Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat; dan
f. pengendalian pemanfaatan ruang laut di wilayah
perairan KSN Kawasan Konservasi Keanekaragaman
Hayati Raja Ampat.
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI
Bagian Kesatu
Tujuan
- 7 -
Pasal 6
Rencana zonasi KSN Kawasan Konservasi Keanekaragaman
Hayati Raja Ampat ditetapkan dengan tujuan untuk
mewujudkan:
a. kawasan yang dikembangkan untuk perlindungan
keanekaragaman hayati laut sebagai Kawasan
Konservasi laut warisan dunia; dan
b. kawasan yang berdaya saing berbasis pengelolaan
Sumber Daya Kelautan dan Pariwisata dengan prinsip
berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi
Pasal 7
(1) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan yang
dikembangkan untuk perlindungan keanekaragaman
hayati laut sebagai kawasan konservasi laut warisan
dunia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a
meliputi:
a. perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan
Kawasan Konservasi dan biota laut yang seimbang
sebagai upaya pemertahanan fungsi segitiga
terumbu karang dunia; dan
b. pengendalian pemanfaatan sumber daya pesisir
dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan.
(2) Strategi untuk perlindungan, pelestarian dan
pemanfaatan Kawasan Konservasi dan biota laut yang
optimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. mengalokasikan ruang yang proporsional untuk
fungsi inti perlindungan dan pemanfaatan lainnya
dalam Kawasan Konservasi;
b. mengembangkan prasarana dan sarana
pengawasan di Kawasan Konservasi;
c. mengendalikan kegiatan wisata di Kawasan
Konservasi; dan
- 8 -
d. mempertahankan dan merehabilitasi fungsi
ekologis Kawasan Konservasi perairan.
(3) Strategi untuk pengendalian pemanfaatan sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. mengendalikan kegiatan pemanfaatan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil yang berpotensi
merusak ekosistem;
b. mengefektifkan pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan pesisir;
c. mengendalikan kegiatan pertambangan dan
industri untuk meminimalisir kerusakan
lingkungan; dan
d. meningkatkan ketahanan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil melalui mitigasi bencana dan
adaptasi perubahan iklim.
Pasal 8
(1) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan yang berdaya
saing berbasis pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan
Pariwisata dengan prinsip berkelanjutan untuk
kesejahteraan masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf b meliputi:
a. pengembangan Pariwisata berskala dunia yang
selaras dengan usaha pelestarian lingkungan;
b. pengembangan prasarana dan sarana bernilai
penting dan strategis nasional yang mendukung
ekonomi kelautan berbasis Pariwisata untuk
kesejahteraan masyarakat; dan
c. sinkronisasi pengembangan antarsektor dan
antarkawasan untuk kegiatan yang bernilai
penting dan strategis nasional.
(2) Strategi untuk pengembangan Pariwisata berskala
dunia yang selaras dengan usaha pelestarian
lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi:
a. mengelola kegiatan wisata terbatas;
- 9 -
b. menyediakan amenitas, atraksi dan aksesibilitas
wisata yang ramah lingkungan; dan
c. mempertahankan karakter dan keunikan daerah
sebagai daya tarik wisata.
(3) Strategi untuk pengembangan prasarana dan sarana
bernilai penting dan strategis nasional yang
mendukung ekonomi kelautan berbasis Pariwisata
untuk kesejahteraan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. mendukung pengembangan proyek strategis
nasional dan obyek vital nasional;
b. mengembangkan dan mengatur jaringan
transportasi laut, ketenagalistrikan, alur
pelayaran dan perlintasan pipa dan/atau kabel
bawah laut;
c. melindungi dan menjamin akses masyarakat lokal
dalam pengusahaan kegiatan ekonomi;
d. mengalokasikan wilayah perairan untuk
pengembangan prasarana dan sarana bernilai
penting dan strategis nasional; dan
e. pelestarian budaya dan pemberdayaan
Masyarakat untuk mendukung pengembangan
Pariwisata bahari dan kesejahteraan masyarakat.
(4) Strategi untuk sinkronisasi pengembangan antarsektor
dan antarkawasan untuk kegiatan yang bernilai
penting dan strategis nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. melakukan pengelolaan terpadu untuk kegiatan
Pariwisata dan perlindungan lingkungan di
wilayah perairan dan daratan;
b. menyelaraskan program kegiatan pembangunan
dalam kawasan dan/atau Zona antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah;
c. meningkatkan nilai tambah masyarakat dan
investasi Pariwisata dengan kegiatan terkait
lainnya; dan
- 10 -
d. meningkatkan kualitas sumber daya manusia
pelaku usaha kelautan dan perikanan sebagai
pengguna ruang di KSN;
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG LAUT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 9
Rencana Struktur Ruang Laut rencana zonasi KSN Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat meliputi:
a. susunan pusat pertumbuhan kelautan; dan
b. sistem jaringan prasarana dan sarana laut.
Bagian Kedua
Susunan Pusat Pertumbuhan Kelautan
Pasal 10
(1) Susunan pusat pertumbuhan kelautan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf a meliputi:
a. pusat pertumbuhan kelautan dan perikanan; dan
b. pusat industri kelautan.
(2) Pusat pertumbuhan kelautan dan perikanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
sentra kegiatan perikanan tangkap dan/atau perikanan
budidaya di Kota Sorong dan Kabupaten Raja Ampat.
(3) Pusat industri kelautan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b berupa sentra Industri Maritim di Kota
Sorong.
Pasal 11
Susunan pusat pertumbuhan Kelautan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 diserasikan, diselaraskan, dan
diseimbangkan dengan rencana tata ruang wilayah.
Bagian Ketiga
- 11 -
Sistem Jaringan Prasarana dan Sarana Laut
Pasal 12
(1) Sistem jaringan prasarana dan sarana laut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b meliputi:
a. tatanan kepelabuhanan nasional; dan
b. tatanan kepelabuhanan perikanan.
(2) Tatanan kepelabuhanan nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan tatanan
kepelabuhanan perikanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b diserasikan, diselaraskan, dan
diseimbangkan dengan rencana tata ruang dan rencana
zonasi.
Pasal 13
Tatanan kepelabuhanan nasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a berupa pelabuhan laut
meliputi:
a. pelabuhan utama; dan
b. pelabuhan pengumpul.
Pasal 14
(1) Pelabuhan utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 huruf a berupa Pelabuhan Sorong di Kota Sorong.
(2) Pelabuhan pengumpul sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 huruf b berupa Pelabuhan Arar di Kabupaten
Sorong.
Pasal 15
Tatanan kepelabuhanan nasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dan Pasal 14 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 16
(1) Tatanan kepelabuhanan Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b dilaksanakan
sesuai dengan arah pengembangan dalam rencana
induk Pelabuhan Perikanan nasional .
- 12 -
(2) Arah pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai pentahapan umum Pelabuhan
Perikanan sebagai berikut:
a. Pelabuhan Perikanan untuk penyediaan layanan
dasar;
b. Pelabuhan Perikanan untuk penumbuhan
ekonomi jejaring; dan
c. Pelabuhan Perikanan untuk penumbuhan
ekonomi industri.
(3) Pelabuhan Perikanan untuk penyediaan layanan dasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
merupakan Pelabuhan Perikanan yang berfungsi
sebagai penyedia produk primer.
(4) Pelabuhan Perikanan untuk penumbuhan ekonomi
jejaring sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
merupakan Pelabuhan Perikanan yang berfungsi
sebagai fasilitasi pemasaran secara regional.
(5) Pelabuhan Perikanan untuk penumbuhan ekonomi
industri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
merupakan Pelabuhan Perikanan yang berfungsi
menciptakan iklim investasi yang kondusif, terciptanya
pangsa pasar baru serta meningkatkan nilai tambah,
sehingga memicu dampak penggandanya.
(6) Dalam hal terdapat perubahan dalam ketentuan
perundang-undangan yang menjadi acuan dalam
penetapan arah pengembangan Pelabuhan Perikanan,
lokasi Pelabuhan Perikanan dilaksanakan sesuai
dengan perubahan arah pengembangan Pelabuhan
Perikanan tersebut.
Pasal 17
Pelabuhan Perikanan untuk penyediaan layanan dasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf a
dilaksanakan berdasarkan rencana alokasi ruang dalam
RZWP-3-K Provinsi Papua Barat.
Pasal 18
- 13 -
Pelabuhan Perikanan untuk penumbuhan ekonomi jejaring
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b
ditetapkan di Pelabuhan Perikanan Klademak di Kota
Sorong.
Pasal 19
Pelabuhan Perikanan untuk penumbuhan ekonomi industri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf c
ditetapkan di Pelabuhan Perikanan Sorong di Kota Sorong.
Pasal 20
Rencana Struktur Ruang Laut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 19 digambarkan dalam
peta dengan tingkat ketelitian skala 1:50.000 tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
BAB V
RENCANA POLA RUANG LAUT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 21
Rencana Pola Ruang Laut rencana zonasi KSN Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat meliputi:
a. Pola Ruang Laut untuk kegiatan bernilai penting dan
strategis nasional di wilayah perairan KSN Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat; dan
b. arahan alokasi ruang untuk RZWP-3-K Provinsi Papua
Barat.
Bagian Kedua
Pola Ruang Laut untuk Kegiatan Bernilai Penting dan
Strategis Nasional di Wilayah Perairan Kawasan Strategis
Nasional Kawasan Konservasi Keanekaragaman
Hayati Raja Ampat
- 14 -
Pasal 22
Pola Ruang Laut untuk kegiatan bernilai penting dan
strategis nasional di wilayah perairan KSN Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat meliputi:
a. Kawasan Pemanfaatan Umum;
b. Kawasan Konservasi;
c. Alur Laut; dan
d. kawasan strategis nasional tertentu.
Pasal 23
Kawasan Pemanfaatan Umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 huruf a dikelompokkan ke dalam:
a. Zona U1 yang merupakan Zona Pariwisata;
b. Zona U3 yang merupakan Zona pelabuhan;
c. Zona U4 yang merupakan Zona Pelabuhan
Perikanan; dan
d. Zona U14 yang merupakan Zona perdagangan barang
dan/atau jasa.
Pasal 24
(1) Zona U1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf
a merupakan area pengembangan Pariwisata.
(2) Zona U1 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Zona U1.2-1 yang merupakan area wisata alam
pantai/pesisir pulau-pulau kecil di sebagian
perairan sekitar Teluk Kabui;
b. Zona U1.2-2 yang merupakan area wisata alam
pantai/pesisir pulau-pulau kecil di sebagian
perairan sekitar Pulau Mutus; dan
c. Zona U1.2-3 yang merupakan area wisata alam
pantai/pesisir pulau-pulau kecil di sebagian
perairan sekitar Pulau Nusela.
Pasal 25
(1) Zona U3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf
b merupakan area pengembangan pelabuhan.
(2) Zona U3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
- 15 -
a. Zona U3.1 yang merupakan pelabuhan nasional;
dan
b. Zona U3.3 yang merupakan area labuh jangkar.
(3) Zona U3.1 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a merupakan area pengembangan untuk:
a. pelabuhan utama, yaitu Pelabuhan Sorong di
sebagian perairan sekitar Kota Sorong; dan
b. pelabuhan pengumpul, yaitu Pelabuhan Arar di
sebagian perairan sekitar Kabupaten Sorong.
(4) Zona U3.3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b meliputi:
a. Zona U3.3-1 yang merupakan area labuh jangkar
untuk kapal kargo dan penumpang di sebagian
perairan sekitar Kabupaten Raja Ampat; dan
b. Zona U3.3-2 yang merupakan area labuh jangkar
untuk kapal pesiar atau kapal wisata di sebagian
perairan sekitar Kabupaten Raja Ampat.
Pasal 26
Zona U3.3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4)
digunakan untuk kepentingan penataan labuh jangkar
kapal yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 27
(1) Zona U4 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf
c berupa area pengembangan Pelabuhan Perikanan
pada tahapan penumbuhan ekonomi jejaring dan
penumbuhan ekonomi industri
(2) Zona U4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan area pengembangan Pelabuhan Perikanan
Klademak dan Pelabuhan Perikanan Sorong di sebagian
perairan sekitar Kota Sorong.
Pasal 28
Zona U14 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf d
berupa wilayah perairan digunakan sebagai pendukung
- 16 -
kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa di sebagian
perairan sekitar Kota Sorong dan Kabupaten Sorong.
Pasal 29
(1) Kawasan Konservasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 huruf b dikelompokkan ke dalam:
a. Kawasan C3 yang merupakan Kawasan
Konservasi Perairan; dan
b. Kawasan C5 yang merupakan Kawasan Konservasi
Lainnya.
(2) Kawasan C3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. Kawasan C3-1 yang merupakan Suaka Alam
Perairan Kepulauan Raja Ampat dan Laut
sekitarnya;
b. Kawasan C3-2 yang merupakan Suaka Alam
Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan
Laut Sekitarnya;
a. Kawasan C3-3 yang merupakan Kawasan
Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat; dan
b. Kawasan C3-4 yang merupakan cadangan
kawasan konservasi perairan di sekitar Misool
Utara.
(3) Kawasan C5 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berupa Cagar Alam Pulau Kofiau;
(4) Cagar Alam sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 30
Alur Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf
c dikelompokkan ke dalam:
a. alur T1 yang merupakan Alur Pelayaran;
b. alur T2 yang merupakan alur pipa bawah laut;
c. alur T3 yang merupakan alur kabel bawah laut; dan
d. alur T4 yang merupakan alur migrasi biota laut.
Pasal 31
- 17 -
(1) Alur T1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf
a meliputi:
a. alur T1.2-1 yang merupakan Alur Pelayaran,
Alur Pelayaran masuk pelabuhan, dan alur
perlintasan di sebagian perairan sekitar area
Konservasi Selat Dampier dan sebagian perairan
sekitar Waisai, Kabupaten Raja Ampat; dan
b. alur T1.2-2 yang merupakan Alur Pelayaran di
sebagian perairan sekitar Pelabuhan Sorong,
Pelabuhan Arar dan Perlintasan Selat Sele, Kota
Sorong dan Kabupaten Sorong.
(2) Alur T1 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 32
Alur T2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf b
merupakan alur pipa bawah laut untuk kegiatan minyak
dan gas bumi di sebagian perairan sekitar Kota Sorong.
Pasal 33
(1) Alur T3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf c
meliputi:
a. alur T3.1 yang merupakan alur kabel bawah laut
untuk kegiatan ketenagalistrikan di sebagian
perairan Kota Sorong; dan
b. alur T3.2 yang merupakan alur kabel bawah laut
untuk kegiatan telekomunikasi di sebagian
perairan Kota Sorong dan Kabupaten Raja Ampat.
(2) Kegiatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilaksanakan sesuai dengan
rencana usaha penyediaan tenaga listrik.
(3) Dalam hal terdapat perubahan dalam rencana usaha
penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), kegiatan ketenagalistrikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan sesuai
dengan perubahan dalam rencana usaha penyediaan
tenaga listrik tersebut.
- 18 -
Pasal 34
Alur T4 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf d
meliputi:
a. alur T4.1 yang merupakan alur migrasi biota penyu;
dan
b. alur T4.2 yang merupakan alur migrasi mamalia laut.
Pasal 35
(1) Kawasan strategis nasional tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 huruf d merupakan pulau-
pulau kecil terluar Pulau Moff dan Pulau Fani.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan ruang
laut di kawasan strategis nasional tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Ketiga
Arahan Alokasi Ruang untuk RZWP-3-K
Provinsi Papua Barat
Pasal 36
Arahan alokasi ruang untuk RZWP-3-K Provinsi Papua Barat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b berupa
pengelompokan arahan pemanfaatan ruang laut berdasarkan
dominasi fungsi ruang dan kondisi oseanografi perairan KSN
Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat.
Pasal 37
(1) Arahan alokasi ruang untuk RZWP-3-K Provinsi Papua
Barat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 meliputi
arahan alokasi ruang untuk Kawasan Pemanfaatan
Umum.
(2) Arahan alokasi ruang untuk Kawasan Pemanfaatan
Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. G1;
b. G2; dan
c. G3.
- 19 -
Pasal 38
G1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf a
merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama untuk
kegiatan penangkapan ikan di sebagian perairan sekitar
Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong dan Kota Sorong.
Pasal 39
(1) G2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf
b merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama
untuk kegiatan pariwisata, mangrove, dan
pembudidayaan ikan di sebagian perairan sekitar
Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong dan Kota
Sorong.
(2) G2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kawasan wisata pantai di sebagian perairan
Kabupaten Raja Ampat;
b. Kawasan wisata pantai di sebagian perairan
Kabupaten Sorong;
c. Kawasan wisata pantai di sebagian perairan Kota
Sorong; dan
d. Kawasan pembudidayaan ikan di sebagian perairan
Raja Ampat.
Pasal 40
(1) G3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2)
huruf c merupakan kawasan yang memiliki fungsi
utama untuk kegiatan industri, jasa/perdagangan,
pertambangan dan energi.
(2) G3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kawasan pelabuhan nasional di sebagian perairan
Kabupaten Raja Ampat;
b. Kawasan pelabuhan nasional di sebagian perairan
Kabupaten Sorong;
c. Kawasan pelabuhan nasional di sebagian perairan
Kota Sorong; dan
d. Kawasan pertambangan di sebagian perairan
Kabupaten Raja Ampat.
- 20 -
(3) Pada G3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dapat dikembangkan kegiatan pertahanan dan
keamanan.
(4) Pada G3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dilaksanakan dengan memperhatikan keberlanjutan
ekosistem.
Pasal 41
(1) Rencana Pola Ruang Laut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 sampai dengan Pasal 40 digambarkan
dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1:50.000
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
(2) Rincian luas beserta daftar koordinat Pola Ruang Laut
untuk kegiatan bernilai penting dan strategis nasional
di wilayah perairan KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 sampai dengan Pasal 35
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari peraturan Presiden ini.
BAB VI
RENCANA PEMANFAATAN RUANG LAUT
Pasal 42
(1) Rencana pemanfaatan ruang laut merupakan upaya
untuk mewujudkan Struktur Ruang Laut dan Pola
Ruang Laut pada rencana zonasi KSN Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat yang
dijabarkan ke dalam indikasi program utama
pemanfaatan ruang laut dalam jangka waktu 5 (lima)
tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua
puluh) tahun.
(2) Indikasi program utama pemanfaatan ruang laut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. program utama;
b. lokasi program;
c. sumber pendanaan;
- 21 -
d. pelaksana program; dan
e. waktu dan tahapan pelaksanaan.
Pasal 43
Program utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat
(2) huruf a dan lokasi program sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 ayat (2) huruf b ditujukan untuk mewujudkan:
a. rencana Struktur Ruang Laut, yang ditetapkan melalui
penjabaran dan keterkaitan kebijakan dan strategi
pengelolaan KSN Kawasan Konservasi Keanekaragaman
Hayati Raja Ampat dengan rencana Struktur Ruang
Laut; dan
b. rencana Pola Ruang Laut, yang ditetapkan melalui
penjabaran dan keterkaitan kebijakan dan strategi
pengelolaan KSN Kawasan Konservasi Keanekaragaman
Hayati Raja Ampat dengan rencana Pola Ruang Laut.
Pasal 44
Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
ayat (2) huruf c dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 45
Pelaksana program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
ayat (2) huruf d terdiri atas:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah; dan/atau
c. Masyarakat.
Pasal 46
(1) Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 ayat (2) huruf e disusun berdasarkan program
utama dan kapasitas pendanaan dalam waktu 20 (dua
puluh) tahun.
(2) Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas 4 (empat) tahapan, sebagai dasar bagi
- 22 -
pelaksana kegiatan dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan di KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat yang meliputi:
a. tahap pertama pada periode 2020–2024;
b. tahap kedua pada periode 2025–2029;
c. tahap ketiga pada periode 2030–2034; dan
d. tahap keempat pada periode 2035–2039.
Pasal 47
Rincian indikasi program utama pemanfaatan ruang laut di
KSN Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja
Ampat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2)
tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
BAB VII
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG LAUT
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 48
(1) Pengendalian pemanfaatan ruang laut merupakan
acuan dalam pelaksanaan program pengendalian
pemanfaatan ruang laut di KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat.
(2) Pengendalian pemanfaatan ruang laut meliputi:
a. Peraturan Pemanfaatan Ruang;
b. perizinan;
c. pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. sanksi.
Bagian Kedua
Peraturan Pemanfaatan Ruang
Paragaraf 1
Umum
- 23 -
Pasal 49
(1) Peraturan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 ayat (2) huruf a merupakan instrumen
pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun
berdasarkan kawasan, Zona, atau Alur Laut.
(2) Peraturan Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. Peraturan Pemanfaatan Ruang pada rencana
Struktur Ruang Laut;
b. Peraturan Pemanfaatan Ruang pada rencana Pola
Ruang Laut untuk kegiatan bernilai penting dan
strategis nasional di perairan KSN Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat;
dan
c. Peraturan Pemanfaatan Ruang pada arahan
alokasi ruang untuk RZWP-3-K Provinsi Papua
Barat.
(3) Muatan Peraturan Pemanfaatan Ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) paling sedikit meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan
Paragraf 2
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk
Rencana Struktur Ruang Laut
Pasal 50
Peraturan Pemanfaatan Ruang pada rencana Struktur
Ruang Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2)
huruf a meliputi:
a. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk susunan pusat
pertumbuhan kelautan; dan
b. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk sistem jaringan
prasarana dan sarana laut.
Pasal 51
- 24 -
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk susunan pusat
pertumbuhan kelautan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
50 huruf a meliputi:
a. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk pusat
pertumbuhan kelautan dan perikanan; dan
b. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk pusat industri
kelautan.
Pasal 52
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk pusat pertumbuhan
kelautan dan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 huruf a meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. pemanfaatan ruang laut yang mendukung
peningkatan produksi ikan secara berkelanjutan;
dan
2. pemanfaatan ruang laut yang mendukung
ketersediaan sarana dan prasarana penangkapan
ikan dan/atau pembudidayaan ikan yang
memadai;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu fungsi pusat
pertumbuhan kelautan dan perikanan; dan
2. kegiatan pemanfaatan ruang untuk fasilitas
penunjang sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. Kegiatan pembudidayaan ikan intensif di Kawasan
Konservasi;
2. Kegiatan penangkapan dan pembudidayaan ikan
di zona inti;
3. Kegiatan yang tidak mengantisipasi polutan;
4. kegiatan yang mengganggu dan/atau merusak
fungsi fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
pusat pertumbuhan kelautan dan perikanan;
5. kegiatan yang mengganggu dan/atau merusak
sarana dan prasarana pusat pertumbuhan
kelautan dan perikanan; dan
- 25 -
6. kegiatan lain yang mengganggu fungsi pusat
pertumbuhan kelautan dan perikanan.
Pasal 53
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk pusat industri
kelautan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf b
meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
2. pengusahaan Sumber Daya Kelautan melalui
pengelolaan dan pengembangan industri kelautan;
3. pemanfaatan ruang laut yang mendukung
pengembangan galangan kapal, pengadaan dan
pembuatan suku cadang, peralatan kapal,
dan/atau perawatan kapal yang tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan;
4. pelaksanaan kegiatan industri kelautan yang tidak
menganggu fungsi penyediaan tenaga listrik,
keberadaan kepelabuhanan, jasa kelautan dan
perdagangan; dan
5. penyediaan tempat untuk aktivitas ekonomi
masyarakat lokal.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu fungsi pusat industri
kelautan; dan
2. kegiatan pemanfaatan ruang untuk fasilitas
penunjang sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan industri yang tidak mengantisipasi
polutan;
2. memperhatikan yang mengganggu dan/atau
merusak fungsi fasilitas pokok dan fasilitas
penunjang pusat industri kelautan;
3. kegiatan yang mengganggu dan/atau merusak
sarana dan prasarana pusat industri kelautan;
dan
- 26 -
4. kegiatan lain yang mengganggu fungsi pusat
industri kelautan.
Pasal 54
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk sistem jaringan
prasarana dan sarana laut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 huruf b meliputi:
a. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk tatanan
kepelabuhanan nasional; dan
b. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk tatanan
kepelabuhanan perikanan.
Pasal 55
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk tatanan
kepelabuhanan nasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52 huruf a meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
2. pembangunan fasilitas pokok dan fasilitas
penunjang pelabuhan dan revitalisasi dermaga
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kepelabuhanan;
3. penempatan dan/atau pemasangan sarana bantu
navigasi pelayaran;
4. pemeliharan lebar dan kedalaman alur;
5. penyelenggaraan kenavigasian pada Alur
Pelayaran;
6. pelaksanaan hak lintas damai;
7. pembatasan kecepatan kapal yang bernavigasi
pada Alur Pelayaran dan perlintasan yang
berdekatan dengan alur migrasi biota dan/atau
melintasi kawasan konservasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pelayaran; dan/atau
8. pelaksanaan hak dan kewajiban kapal dan
pesawat udara asing dalam melaksanakan hak
lintas alur laut kepulauan melalui alur laut yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pelayaran.
- 27 -
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu fungsi jaringan sarana
dan prasarana Laut; dan
2. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang berada di dalam Daerah Lingkungan Kerja
dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan
dan Alur Pelayaran dengan mendapat izin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan yang mengganggu dan/atau merusak
fungsi fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
pelabuhan;
2. kegiatan yang mengganggu dan/atau merusak
sarana bantu navigasi pelayaran;
3. pendirian, penempatan dan/atau pembongkaran
bangunan atau instalasi di Laut yang mengganggu
Alur Pelayaran;
4. kegiatan yang mengganggu ruang udara bebas di
atas perairan dan di bawah perairan yang
berdampak pada keberadaan Alur Pelayaran;
dan/atau
5. kegiatan lain yang mengganggu fungsi sistem
jaringan prasarana dan sarana Laut.
Pasal 56
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk tatanan
kepelabuhanan perikanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 54 huruf b meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
2. pembangunan fasilitas pokok dan fasilitas
penunjang pelabuhan perikanan dan revitalisasi
dermaga sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kepelabuhanan
perikanan;
- 28 -
3. penempatan dan/atau pemasangan sarana bantu
navigasi pelayaran; dan
4. pemeliharan lebar dan kedalaman alur.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang tidak mengganggu fungsi jaringan sarana
dan prasarana Laut; dan
2. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang berada di dalam Wilayah Kerja dan
Pengoperasian Pelabuhan Perikanan (WKOPP), dan
Alur Pelayaran menuju pelabuhan perikanan
dengan mendapat izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan yang mengganggu dan/atau merusak
fungsi fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
Pelabuhan Perikanan;
2. kegiatan yang mengganggu dan/atau merusak
sarana bantu navigasi pelayaran;
3. pendirian, penempatan dan/atau pembongkaran
bangunan atau instalasi di Laut yang mengganggu
Alur Pelayaran; dan/atau
4. kegiatan lain yang mengganggu fungsi sistem
jaringan prasarana dan sarana Laut.
Paragraf 3
Peraturan Pemanfaatan Ruang pada Rencana Pola Ruang
Laut untuk Kegiatan Bernilai Penting dan Strategis
Nasional di Wilayah Perairan Kawasan Strategis Nasional
Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat
Pasal 57
Peraturan Pemanfaatan Ruang pada rencana Pola Ruang
Laut untuk kegiatan bernilai penting dan strategis nasional
di wilayah perairan KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b meliputi:
- 29 -
a. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Kawasan
Pemanfaatan Umum;
b. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Kawasan
Konservasi;
c. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Alur Laut; dan
d. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk kawasan
strategis nasional tertentu.
Pasal 58
Peraturan pemanfaatan ruang untuk Kawasan Pemanfaatan
Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf a,
meliputi:
a. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U1.2-1;
b. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U1.2-2;
c. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U1.2-3;
d. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U3.1;
e. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U3.3-1;
f. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U3.3-2;
g. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U4; dan
h. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U14;
Pasal 59
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U1.2-1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf a, Zona U1.2-
2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf b, dan Zona
U1.2-3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf c
meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
2. kegiatan mitigasi bencana;
3. penyediaan sarana dan prasarana pariwisata yang
tidak berdampak pada kerusakan lingkungan; dan
4. pembangunan sarana dan prasarana dasar.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, meliputi:
1. kegiatan penangkapan ikan dengan alat pancing
tangan pada saat tidak ada kegiatan Pariwisata.
- 30 -
2. kegiatan perikanan;
3. labuh jangkar kapal;
4. pembangunan bangunan pengamanan pantai;
5. pembangunan sarana dan prasarana wisata; dan
6. penyelenggaraan dan pengoperasian alur
pelayaran dan perlintasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi:
1. kegiatan penangkapan ikan dengan alat
penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan
ikan yang bersifat statis dan pasif;
2. penangkapan ikan dengan alat tangkap yang
bersifat merusak ekosistem di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil;
3. pembangunan sarana dan prasarana pariwisata
yang permanen; dan
4. pembuangan sampah dan limbah.
Pasal 60
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U3.1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf d meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
2. pelaksanaan bongkar muat kapal penumpang;
3. penempatan sarana bantu navigasi pelayaran;
4. penyediaan fasilitas sandar kapal;
5. penyediaan perairan tempat labuh;
6. penyediaan kolam pelabuhan untuk kebutuhan
sandar dan olah gerak kapal;
7. pengembangan pelabuhan jangka panjang;
8. penyediaan fasilitas pembangunan dan
pemeliharaan kapal;
9. pengalokasian ruang perairan untuk keperluan
darurat;
10. pengalokasian ruang perairan tempat labuh
jangkar;
11. pengalokasian ruang perairan pandu;
- 31 -
12. kepelabuhanan dan/atau kenavigasian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pelayaran;
13. operasional pelabuhan;
14. penunjang operasional pelabuhan;
15. pengembangan Zona U3;
16. pertahanan dan keamanan negara;
17. pelayanan angkutan penyeberangan dan barang;
18. pengalokasian ruang perairan untuk keperluan
pemeliharaan lebar dan kedalaman alur; dan
19. kegiatan mitigasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. Pemantauan dan evaluasi;
2. pengerukan alur pelabuhan;
3. Wisata Bahari;
4. pembangunan bangunan pengamanan pantai;
5. penggelaran/pemasangan kabel/pipa bawah laut;
6. kegiatan yang tidak mengganggu kegiatan di area
pelabuhan pengumpul;
7. kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a yang berada di dalam Daerah Lingkungan Kerja
dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan,
dan alur pelayaran dengan mendapat izin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
8. penyelenggaraan dan pengoperasian alur
pelayaran dan perlintasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan yang mengganggu fungsi pelabuhan
pengumpul;
2. pembangunan sampah dan limbah; dan/atau
3. kegiatan lainnya yang mengurangi nilai dan/atau
fungsi zona U3.1.
d. ketentuan khusus terhadap kegiatan yang
diperbolehkan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat
sebagaimana dimaksud pada huruf b harus
- 32 -
memperhatikan keberadaaan benda muatan kapal
tenggelam.
Pasal 61
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U3.3-1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf e meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
2. pertahanan dan keamanan negara;
3. labuh jangkar bagi kapal kargo dan penumpang;
dan
4. labuh jangkar bagi kapal dengan kerakteristik
yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. labuh jangkar bagi jenis kapal lainnya yang sesuai
dengan kapasitas, kedalaman dan kondisi perairan
di zona labuh jangkar
2. kegiatan lainnya yang tidak mengurangi nilai
dan/atau fungsi zona alur; dan
3. pelaksanaan pemanfaatan ruang laut
mempertimbangkan penyelenggaraan
kenavigasian dan keselamatan pelayaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
4. penyelenggaraan dan pengoperasian alur
pelayaran dan perlintasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. pengambilan dan pembuangan air balas;
2. pembuangan minyak, bahan cair beracun, muatan
bahan berbahaya dalam bentuk kemasan,
kotoran, sampah dari kapal yang masuk dalam
zona labuh jangkar;
3. Pertambangan; dan
4. kegiatan lainnya yang dapat mengganggu kegiatan
labuh jangkar.
Pasal 62
- 33 -
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U3.3-2
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf f meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
2. operasional kapal lainnya yang mendukung
pelaksanaan kegiatan labuh jangkar bagi kapal
wisata atau kapal pesiar; dan
3. labuh jangkar bagi kapal dengan kerakteristik
yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. labuh jangkar bagi jenis kapal lainnya yang sesuai
dengan kapasitas, kedalaman dan kondisi perairan
di zona labuh jangkar;
2. kegiatan lainnya yang tidak mengurangi nilai
dan/atau fungsi zona alur; dan
3. pelaksanaan pemanfaatan ruang laut
mempertimbangkan penyelenggaraan
kenavigasian dan keselamatan pelayaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
4. penyelenggaraan dan pengoperasian alur
pelayaran dan perlintasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. pengambilan dan pembuangan air balas;
2. pembuangan minyak, bahan cair beracun, muatan
bahan berbahaya dalam bentuk kemasan,
kotoran, sampah dari kapal yang masuk dalam
zona labuh jangkar;
3. Pertambangan; dan
4. kegiatan lainnya yang dapat mengganggu kegiatan
labuh jangkar.
Pasal 63
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U4 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 huruf g meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
- 34 -
2. pelaksanaan bongkar muat kapal perikanan;
3. penempatan sarana bantu navigasi pelayaran;
4. penyediaan fasilitas sandar kapal perikanan,
penyediaan perairan tempat labuh;
5. penyediaan kolam pelabuhan untuk kebutuhan
sandar dan olah gerak kapal perikanan;
6. pengembangan pelabuhan jangka panjang,
7. penyediaan fasilitas pembangunan dan
pemeliharaan kapal perikanan;
8. pengalokasian ruang perairan untuk keperluan
darurat;
9. pengalokasian ruang perairan tempat labuh
jangkar;
10. kepelabuhanan perikanan dan/atau kenavigasian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kepelabuhanan dan/atau
kepelabuhanan perikanan.
11. kegiatan penangkapan ikan; dan
12. pengalokasian ruang perairan untuk keperluan
pemeliharaan lebar dan kedalaman alur;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. pemantauan dan evaluasi;
2. pembangunan bangunan pengamanan pantai;
3. kegiatan selain sebagaimana dimaksud dalam
huruf a yang tidak mengganggu kegiatan di area
Pelabuhan Perikanan; dan
4. penyelenggaraan dan pengoperasian alur
pelayaran dan perlintasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
1. kegiatan yang mengganggu fungsi Pelabuhan
Perikanan;
2. pembuangan sampah dan limbah; dan
3. kegiatan lainnya yang mengurangi nilai dan/atau
fungsi Zona U4.
Pasal 64
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Zona U14
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf h meliputi:
- 35 -
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
2. kegiatan mitigasi bencana;
3. penyediaan sarana dan prasarana untuk
perdagangan dan jasa tidak berdampak pada
kerusakan lingkungan; dan
4. pemanfaatan ruang laut dengan memperhatikan
akses nelayan dan pembudidaya ikan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. reklamasi, dengan ketentuan:
a) penyelenggaraan reklamasi harus menjaga
fungsi ekosistem dan memberikan ruang
penghidupan nelayan kecil dan pembudi daya
ikan kecil; dan
b) penyelenggaraan reklamasi secara bertahap
dengan tetap memperhatikan fungsinya
dengan mempertimbangkan sirkulasi air,
transpor sedimen, akses nelayan, ekosistem
pesisir, dan pola evolusi Garis Pantai;
2. pelaksanaan pemanfaatan ruang laut
sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1
sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
wilayah perairan Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat;
3. pemantauan dan evaluasi;
4. pemanfaatan lahan hasil reklamasi yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
5. penyelenggaraan dan pengoperasian alur
pelayaran dan perlintasan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi
1. Kegiatan industri yang tidak mengantisipasi
polutan;
2. kegiatan pembuangan limbah padat dan cair
limbah bahan berbahaya dan beracun;
3. kegiatan yang mengganggu fungsi Zona U14;
4. kegiatan yang mengganggu muara sungai dan Alur
Pelayaran; dan
- 36 -
5. kegiatan yang mengganggu kegiatan penangkapan
ikan dan pembudidayaan ikan.
Pasal 65
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Kawasan Konservasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf b meliputi:
a. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk kawasan C3-1;
b. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk kawasan C3-2;
c. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk kawasan C3-3;
d. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk kawasan C3-4;
dan
e. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk kawasan C5.
Pasal 66
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk kawasan C3-1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf a, kawasan
C3-2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf b
dilaksanakan sesuai dengan Ketentuan Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam Perairan Kepulauan
Raja Ampat dan Laut Sekitarnya dan Suaka Alam Perairan
Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan Laut Sekitarnya yang
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 67
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk kawasan C3-3
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf c
dilaksanakan :
a. sesuai dengan ketentuan Rencana Pengelolaan dan
Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja
Ampat yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan
b. dengan memperhatikan Benda Muatan Kapal
Tenggelam Berupa berupa Bangkai pesawat yang
berpotensi sebagai marine eco archeopark,
Pasal 68
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk kawasan C3-4
sebagaimana dimaksud pada Pasal 65 huruf d meliputi:
- 37 -
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
2. perlindungan ekosistem pesisir dan laut yang unik
dan/atau rentan terhadap perubahan;
3. perlindungan habitat dan populasi ikan, serta alur
migrasi biota laut;
4. pemantauan dan pengamanan migrasi biota yang
dilindungi;
5. perlindungan vegetasi pantai;
6. penangkapan ikan skala kecil dengan alat
penangkapan ikan aktif;
7. perikanan budidaya skala kecil;
8. Pariwisata dan rekreasi yang diperbolehkan sesuai
zonasi kawasan konservasi;
9. rehabilitasi mangrove, terumbu karang, dan
lamun; dan
10. kegiatan mitigasi bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. Pemantauan dan evaluasi;
2. penyelenggaraan dan pengoperasian alur
pelayaran dan perlintasan; dan
3. Pariwisata dan rekreasi;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. penangkapan ikan yang menggunakan bahan
peledak, bius dan atau bahan beracun, serta
menggunakan alat tangkap yang bersifat merusak
ekosistem di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
2. semua jenis kegiatan penambangan;
3. melakukan kegiatan menambang terumbu karang,
mengambil terumbu karang di kawasan
konservasi,
4. menggunakan bahan peledak dan bahan beracun,
dan/atau cara lain yang mengakibatkan rusaknya
ekosistem terumbu karang; dan
5. pembuangan sampah dan limbah.
Pasal 69
- 38 -
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk kawasan C5
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf e
dilaksanakan sesuai dengan Ketentuan rencana blok
pengelolaan Cagar Alam Pulau Kofiau yang ditetapkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 70
Ketentuan khusus untuk kegiatan penyelenggaraan dan
pengalokasian alur pelayaran dan perlintasan pada kawasan
C3-1, C3-2, C3-3 dan C3-4 termasuk dalam kegiatan yang
diperbolehkan dengan syarat dengan ketentuan:
a. tidak melintasi zona inti Kawasan Konservasi; dan
b. tidak pada perairan dangkal.
Pasal 71
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk Alur Laut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf c meliputi:
a. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk alur T1.2-1;
b. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk alur T1.2-2;
c. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk alur T2;
d. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk alur T3.1;
e. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk alur T3.2;
f. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk alur T4.1; dan
g. Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk alur T4.2.
Pasal 72
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk alur T1.2-1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf a dan alur
T1.2-2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf b
meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
2. lalu lintas kapal dari dan/atau menuju pelabuhan
utama, pelabuhan pengumpul, atau pelabuhan
pengumpan;
3. penempatan sarana bantu navigasi pelayaran;
4. penangkapan ikan menggunakan alat
penangkapan ikan yang diperbolehkan sesuai
- 39 -
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
5. pemanfaatan alur pelayaran oleh Masyarakat; dan
6. pelaksanaan hak lintas alur kepulauan dan/atau
hak lintas damai sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. pemanfaatan Alur Pelayaran untuk rute kapal
nelayan;
2. pemanfaatan Alur Pelayaran untuk rute kapal
wisata;
3. Pendalaman Alur Pelayaran;
4. Penangkapan ikan dengan alat non statis selama
tidak ada kapal melintas;
5. kegiatan lainnya yang tidak mengurangi nilai
dan/atau fungsi Alur T1.2; dan
6. pelaksanaan pemanfaatan ruang laut sebagaimana
dimaksud pada huruf a dengan mempertimbangkan
penyelenggaraan kenavigasian dan keselamatan
pelayaran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. kegiatan yang mengganggu fungsi Alur T1.2;
2. pertambangan;
3. pembangunan bangunan dan instalasi di laut
selain untuk fungsi navigasi;
4. pembudidayaan ikan;
5. pembuangan sampah dan limbah; dan
6. penangkapan ikan dengan alat penangkapan ikan
dan alat bantu penangkapan ikan yang bersifat
statis.
Pasal 73
Peraturan pemanfaatan ruang untuk alur T2 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71 huruf c, dan alur T3.1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf d dan alur
T3.2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf e
meliputi:
- 40 -
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
2. kegiatan operasional dan kegiatan penunjang alur
T2 dan alur T3;
3. kegiatan penangkapan ikan pelagis dengan alat
penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan
ikan yang bersifat aktif;
4. pelaksanaan konservasi Sumber Daya Ikan dan
Sumber Daya Kelautan;
5. penempatan sarana bantu navigasi pelayaran; dan
6. penetapan Zona keamanan dan keselamatan di
sekitar alur T2 dan alur T3;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. Wisata Bahari;
2. pembudidayaan ikan;
3. pendirian dan/atau penempatan bangunan dan
instalasi di laut di sekitar kabel atau pipa bawah laut;
4. kegiatan yang aman bagi instalasi jaringan pipa
minyak dan gas bumi, kabel listrik bawah laut, dan
kabel telekomunikasi bawah laut;
5. kegiatan yang tidak mengganggu fungsi jaringan pipa
minyak dan gas bumi, kabel listrik bawah laut, dan
kabel telekomunikasi bawah laut; dan
6. perbaikan dan/atau perawatan kabel atau pipa
bawah laut;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. pertambangan;
2. kegiatan penangkapan ikan demersal dengan alat
penangkapan ikan bergerak atau ditarik;
3. labuh jangkar;
4. pemasangan alat bantu penangkapan ikan statis;
dan
5. kegiatan yang dapat mengganggu fungsi alur T2 dan
alur T3.
Pasal 74
- 41 -
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk alur T4.1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf f dan alur T4.2
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf g meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi:
1. penelitian dan/atau pendidikan;
2. wisata bahari;
3. perlindungan dan pelestarian ekosistem;
4. pemantauan dan pengamanan migrasi biota yang
dilindungi; dan
5. perlindungan dan pelestarian biota pari manta,
penyu, dan mamalia laut;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
1. wisata bawah air;
2. pendirian dan/atau penempatan kabel atau pipa
bawah laut; dan
3. perbaikan dan/atau perawatan kabel atau pipa
bawah laut;
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi:
1. pertambangan;
2. pemasangan alat bantu penangkapan ikan statis;
dan
3. kegiatan lainnya yang dapat mengganggu fungsi
alur T4.
Pasal 75
Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk kawasan strategis
nasional tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
huruf d diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 4
Peraturan Pemanfaatan Ruang pada Arahan Alokasi Ruang
untuk RZWP-3-K Provinsi Papua Barat
Pasal 76
(1) Peraturan Pemanfaatan Ruang pada arahan alokasi
ruang untuk RZWP-3-K Provinsi Papua Barat di wilayah
perairan KSN Kawasan Konservasi Keanekaragaman
- 42 -
Hayati Raja Ampat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
49 ayat (2) huruf c berupa Peraturan Pemanfaatan
Ruang Laut untuk Kawasan Pemanfaatan Umum;
(2) Peraturan Pemanfaatan Ruang untuk kawasan
pemanfaatan umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan berdasarkan ketentuan dalam RZWP-
3-K Provinsi Papua Barat.
Bagian Ketiga
Perizinan
Pasal 77
Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2)
huruf b dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Keempat
Pemberian Insentif dan Disinsentif
Paragraf 1
Umum
Pasal 78
Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 ayat (2) huruf c dalam pengendalian
pemanfaatan ruang laut dilaksanakan untuk:
a. meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang
laut dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang
laut sesuai dengan rencana zonasi KSN Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat;
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang Laut di
Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja
Ampat agar sejalan dengan rencana zonasi KSN
Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja
Ampat; dan
- 43 -
c. meningkatkan kemitraan semua pemangku
kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang Laut di
Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja
Ampat yang sejalan dengan rencana zonasi KSN
Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja
Ampat.
Paragraf 2
Pemberian Insentif
Pasal 79
(1) Pemberian insentif untuk kegiatan pengendalian
pemanfaatan ruang laut diberikan oleh:
a. Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah; dan
b. Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
kepada Masyarakat.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan pada ruang laut yang diprioritaskan
pengembangannya.
Pasal 80
Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78
meliputi:
a. penyediaan prasarana dan sarana;
b. penghargaan; dan
c. publikasi atau promosi.
Pasal 81
(1) Pemberian insentif dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah meliputi:
a. penyediaan prasarana dan sarana di daerah;
b. penghargaan dan fasilitasi; dan
c. publikasi atau promosi daerah.
(2) Pemberian insentif dari Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah kepada Masyarakat berupa
penyediaan prasarana dan sarana.
Paragraf 3
- 44 -
Pemberian Disinsentif
Pasal 82
(1) Pemberian disinsentif untuk kegiatan pengendalian
pemanfaatan ruang laut diberikan oleh Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah kepada
Masyarakat.
(2) Pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan pada ruang Laut yang dibatasi
pengembangannya.
(3) Pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa:
a. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana;
dan/atau
b. pemberitahuan kinerja negatif kepada publik.
Bagian Kelima
Sanksi
Pasal 83
(1) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2)
huruf d diberikan dalam bentuk sanksi administratif
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VIII
PERAN MASYARAKAT
Pasal 84
Peran Masyarakat dalam perencanaan pengelolaan ruang
laut dilakukan pada tahap:
a. perencanaan zonasi KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat;
b. pemanfaatan ruang laut; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang laut.
Pasal 85
- 45 -
Bentuk peran Masyarakat dalam perencanaan zonasi KSN
Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 huruf a meliputi:
a. memberikan masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana zonasi KSN
Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja
Ampat;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau
kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah
pembangunan wilayah atau kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana zonasi KSN Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat;
dan/atau
5. penetapan rencana zonasi KSN Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat.
b. kerja sama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau sesama unsur Masyarakat Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja.
Pasal 86
(1) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dalam
perencanaan zonasi KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat dapat secara aktif
melibatkan Masyarakat.
(2) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. Masyarakat yang terkena dampak langsung dari
kegiatan perencanaan zonasi KSN Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat;
b. Masyarakat yang memiliki keahlian di bidang
perencanaan zonasi; dan/atau
c. Masyarakat yang kegiatan pokoknya di bidang
perencanaan zonasi.
Pasal 87
- 46 -
Bentuk peran Masyarakat dalam pemanfaatan ruang laut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 huruf b berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang laut;
b. kerja sama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau sesama unsur Masyarakat dalam
pemanfaatan ruang laut;
c. kerja sama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau sesama unsur Masyarakat dalam
upaya pelindungan lingkungan Laut;
d. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan
kearifan lokal dan rencana zonasi yang telah
ditetapkan;
e. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam
pemanfaatan ruang darat dan ruang laut dengan
memperhatikan kearifan lokal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan
keamanan; dan/atau
g. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang laut
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 88
Bentuk peran Masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan
ruang laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 huruf c
berupa:
a. masukan terkait pelaksanaan Peraturan Pemanfaatan
Ruang, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif,
dan/atau sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi
pelaksanaan rencana zonasi KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat yang telah
ditetapkan;
c. pelaporan kepada kementerian, lembaga, dan/atau
pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan
penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan
ruang laut yang melanggar rencana zonasi KSN
- 47 -
Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja
Ampat yang telah ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang
berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana zonasi KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat.
Pasal 89
Peran Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84
sampai dengan Pasal 88 disampaikan secara langsung
dan/atau tertulis kepada Menteri dan/atau pejabat yang
berwenang.
BAB IX
JANGKA WAKTU DAN PENINJAUAN KEMBALI
Pasal 90
(1) Rencana zonasi KSN Kawasan Konservasi
Keanekaragaman Hayati Raja Ampat berlaku selama 20
(dua puluh) tahun terhitung sejak Peraturan Presiden
ini mulai berlaku.
(2) Peninjauan kembali rencana zonasi KSN Kawasan
Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat
dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Pelaksanaan Peninjauan kembali rencana zonasi KSN
Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja
Ampat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 91
Ketentuan mengenai alokasi ruang dalam peraturan
perundang-undangan tentang RZWP-3-K Provinsi Papua
Barat dan rencana tata ruang dalam peraturan perundang-
undangan tentang rencana tata ruang wilayah yang
- 48 -
bertentangan dengan Peraturan Presiden ini harus
disesuaikan paling lambat dalam waktu 5 (lima) tahun
terhitung sejak tanggal Peraturan Presiden ini mulai berlaku
atau pada saat peninjauan kembali.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 92
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, peraturan
perundang-undangan mengenai RZWP-3-K Provinsi Papua
Barat dan rencana tata ruang wilayah yang berlaku
sebelum Peraturan Presiden ini diundangkan tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Presiden ini.
Pasal 93
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal …
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JOKO WIDODO
- 49 -
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN … NOMOR …
LAMPIRAN I
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN
TENTANG
RENCANA ZONASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
KAWASAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI
RAJA AMPAT
PETA BATAS RENCANA ZONASI
SKALA 1 : 1.000.000
RINCIAN KOORDINAT BATAS RENCANA ZONASI
NO LINTANG BUJUR
1. 0° 48' 16.175" LS 131° 17' 40.446" BT
2. 0° 47' 3.428" LS 131° 17' 27.968" BT
3. 0° 46' 49.457" LS 131° 17' 0.567" BT
4. 0° 46' 24.067" LS 131° 16' 42.729" BT
5. 0° 46' 7.718" LS 131° 16' 21.608" BT
6. 0° 44' 25.202" LS 131° 12' 37.662" BT
7. 0° 39' 34.471" LS 131° 7' 44.638" BT
8. 0° 38' 22.094" LS 131° 5' 17.463" BT
9. 0° 35' 2.440" LS 130° 59' 55.599" BT
10. 0° 32' 45.534" LS 131° 5' 35.481" BT
11. 0° 34' 22.023" LS 131° 21' 35.757" BT
12. 0° 11' 40.110" LS 131° 31' 5.771" BT
13. 0° 3' 13.964" LS 131° 28' 11.615" BT
14. 0° 6' 35.199" LU 131° 13' 20.541" BT
15. 0° 19' 54.982" LU 131° 7' 56.439" BT
16. 0° 25' 6.782" LU 131° 14' 36.000" BT
17. 0° 40' 39.906" LU 131° 14' 36.150" BT
18. 0° 48' 15.918" LU 131° 16' 48.400" BT
19. 1° 1' 8.019" LU 131° 33' 1.606" BT
NO LINTANG BUJUR
20. 1° 17' 19.436" LU 131° 16' 1.966" BT
21. 1° 0' 54.842" LU 130° 54' 46.017" BT
22. 0° 51' 8.635" LU 131° 4' 58.612" BT
23. 0° 40' 40.102" LU 131° 6' 23.853" BT
24. 0° 27' 19.478" LU 131° 1' 58.622" BT
25. 0° 37' 39.857" LU 130° 54' 39.419" BT
26. 0° 40' 55.537" LU 130° 52' 5.309" BT
27. 0° 48' 26.828" LU 130° 42' 51.438" BT
28. 0° 44' 46.010" LU 130° 39' 20.489" BT
29. 0° 45' 30.492" LU 130° 33' 12.209" BT
30. 0° 29' 15.390" LU 130° 32' 12.370" BT
31. 0° 22' 53.058" LU 130° 35' 45.096" BT
32. 0° 19' 32.405" LU 130° 36' 59.220" BT
33. 0° 19' 18.424" LU 130° 25' 1.680" BT
34. 0° 31' 51.370" LU 129° 57' 15.523" BT
35. 0° 34' 26.748" LU 129° 51' 16.186" BT
36. 0° 14' 22.168" LU 129° 40' 32.181" BT
37. 0° 2' 33.677" LU 129° 51' 2.383" BT
38. 0° 11' 55.928" LS 129° 51' 36.448" BT
39. 0° 35' 17.415" LS 129° 41' 23.242" BT
40. 0° 43' 45.385" LS 129° 34' 17.662" BT
NO LINTANG BUJUR
41. 0° 53' 53.906" LS 129° 37' 43.952" BT
42. 1° 7' 41.942" LS 129° 14' 50.126" BT
43. 1° 25' 31.713" LS 129° 24' 31.617" BT
44. 1° 34' 58.886" LS 129° 33' 34.323" BT
45. 2° 0' 57.512" LS 129° 33' 36.469" BT
46. 2° 1' 18.662" LS 129° 34' 16.682" BT
47. 2° 3' 41.842" LS 129° 36' 39.028" BT
48. 2° 3' 40.099" LS 130° 3' 22.618" BT
49. 2° 16' 12.312" LS 130° 3' 22.054" BT
50. 2° 16' 11.841" LS 131° 3' 10.387" BT
51. 1° 58' 5.791" LS 130° 51' 35.686" BT
52. 1° 11' 32.137" LS 130° 33' 48.819" BT
53. 1° 9' 55.883" LS 130° 37' 18.246" BT
54. 1° 6' 8.004" LS 130° 38' 1.013" BT
55. 1° 5' 12.711" LS 130° 43' 7.128" BT
56. 1° 14' 43.927" LS 131° 2' 30.349" BT
57. 1° 15' 16.506" LS 131° 3' 2.206" BT
LAMPIRAN II
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN
TENTANG
RENCANA ZONASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
KAWASAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI
RAJA AMPAT
PETA RENCANA STRUKTUR RUANG LAUT
LAMPIRAN III
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN
TENTANG
RENCANA ZONASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
KAWASAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI
RAJA AMPAT
PETA RENCANA POLA RUANG LAUT
LAMPIRAN IV PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG
RENCANA ZONASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL KAWASAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI RAJA AMPAT
RINCIAN LUAS BESERTA DAFTAR KOORDINAT POLA RUANG
A. RINCIAN LUAS
KAWASAN ZONA KODE LUAS (Ha)
Kawasan Pemanfaatan Umum
Pariwisata U1 88.438,11
Pelabuhan U3 19.163,98
Pelabuhan Perikanan U4 144,69 Jasa dan/atau Perdagangan U14 3.250,95
Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Perairan C3 1.969.139,55
Kawasan Konservasi Lainnya C5 10.937,49
Alur Laut Alur Pelayaran T1 7.003,80
Alur Kabel Bawah Laut T3 43.445,94
Kawasan Strategis Nasional Tertentu Kawasan Strategis Nasional Tertentu KSNT 384.785,04
Luas Total 2.526.309,55
B. DAFTAR KOORDINAT
Kawasan Zona Kode Luasan (Ha) Lokasi Lintang Bujur
Derajat Menit Detik Lintang Derajat Menit Detik Bujur Pemanfaatan Umum
Pariwisata U1 88.438,11 Kabupaten Raja Ampat 0 21 48.45 LS 130 35 22.659 BT
0 19 20.90 LS 130 42 16.156 BT 0 0 36.60 LU 130 6 22.258 BT 0 2 7.03 LU 130 6 22.706 BT 0 2 8.06 LU 130 11 53.699 BT 0 4 53.39 LS 130 11 53.699 BT 0 4 52.57 LS 130 9 0.675 BT 1 16 56.16 LS 130 11 55.795 BT 1 26 7.13 LS 130 22 16.663 BT 1 33 27.08 LS 130 17 28.843 BT 1 33 24.14 LS 130 2 48.331 BT 1 27 12.92 LS 130 1 43.150 BT
Pemanfaatan Umum
Pelabuhan U3 19.163,98
Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat
0 26 30.02 LS 130 47 50.67 BT
0 26 30.02 LS 130 48 5.22 BT 0 26 51.18 LS 130 48 5.22 BT
Kawasan Zona Kode Luasan (Ha) Lokasi Lintang Bujur
Derajat Menit Detik Lintang Derajat Menit Detik Bujur 0 26 51.18 LS 130 47 50.67 BT 0 26 23.81 LS 130 48 37.72 BT 0 26 23.81 LS 130 49 10.06 BT 0 26 49.86 LS 130 49 10.06 BT 0 26 49.86 LS 130 48 37.72 BT 0 27 16.34 LS 130 47 42.78 BT 0 27 16.34 LS 130 47 58.95 BT 0 27 42.39 LS 130 47 58.95 BT 0 27 42.39 LS 130 47 42.78 BT 0 50 0.80 LS 131 14 19.90 BT 0 50 0.00 LS 131 11 0.00 BT 1 2 4.00 LS 131 11 0.00 BT 1 2 45.03 LS 131 14 49.48 BT Pemanfaatan Umum
Pelabuhan Perikanan
U4 111,60 Kota Sorong 0 52 43.11 LS 131 15 13.05 BT
0 52 59.56 LS 131 14 58.27 BT 0 53 21.96 LS 131 15 5.54 BT 0 53 35.33 LS 131 15 20.46 BT 0 53 16.67 LS 131 15 37.13 BT 0 53 3.97 LS 131 15 51.08 BT 0 52 53.33 LS 131 15 33.32 BT
Kawasan Zona Kode Luasan (Ha) Lokasi Lintang Bujur
Derajat Menit Detik Lintang Derajat Menit Detik Bujur Pemanfaatan Umum
Jasa dan/atau Perdagangan
U14 3.250,95 Kabupaten Sorong 1 3 1.95 LS 131 14 40.811 BT
1 2 51.38 LS 131 13 46.228 BT 1 10 40.33 LS 131 10 38.229 BT 1 10 55.87 LS 131 11 38.773 BT
Konservasi Kawasan Konservasi Perairan
C3 1.969.139,55 Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat
0 40 40.25 LU 131 6 23.50 BT
0 40 40.09 LU 131 14 35.97 BT 0 25 7.64 LU 131 14 35.97 BT 0 19 54.78 LU 131 7 57.23 BT 0 19 51.71 LU 130 53 35.32 BT 0 27 19.53 LU 130 53 35.32 BT 0 27 19.53 LU 131 1 58.36 BT 0 34 26.74 LU 129 51 16.17 BT 0 19 18.30 LU 130 25 1.80 BT 0 1 28.00 LU 130 16 4.00 BT 0 14 22.00 LU 129 40 32.00 BT 0 14 8.39 LS 130 17 49.92 BT 0 20 10.15 LS 130 13 32.89 BT 0 20 51.42 LS 130 13 3.56 BT 0 24 29.00 LS 130 10 29.00 BT
Kawasan Zona Kode Luasan (Ha) Lokasi Lintang Bujur
Derajat Menit Detik Lintang Derajat Menit Detik Bujur 0 28 11.99 LS 130 22 13.07 BT 0 18 42.83 LS 130 32 33.36 BT 0 25 11.30 LS 130 52 50.37 BT 0 27 6.00 LS 130 54 2.00 BT 0 24 0.83 LS 131 5 43.81 BT 0 19 23.20 LS 131 6 8.77 BT 0 26 32.33 LS 130 47 31.91 BT 0 29 38.00 LS 130 47 47.00 BT 0 46 1.00 LS 131 4 33.00 BT 0 56 50.58 LS 131 11 0.00 BT 0 57 3.15 LS 131 11 0.00 BT 0 58 54.08 LS 131 5 18.77 BT 1 0 1.23 LS 131 5 40.31 BT 0 58 17.30 LS 131 11 0.00 BT 1 2 4.23 LS 131 11 1.31 BT 1 2 29.10 LS 131 13 24.66 BT 1 6 48.00 LS 131 11 3.00 BT 1 6 59.89 LS 131 3 29.63 BT 1 5 15.51 LS 130 43 8.82 BT 1 6 8.04 LS 130 38 0.96 BT 1 9 56.28 LS 130 37 18.14 BT 1 11 32.06 LS 130 33 48.81 BT
Kawasan Zona Kode Luasan (Ha) Lokasi Lintang Bujur
Derajat Menit Detik Lintang Derajat Menit Detik Bujur 1 10 35.24 LS 130 31 0.20 BT 1 1 44.08 LS 130 32 13.12 BT 0 54 42.97 LS 130 36 38.01 BT 0 54 30.95 LS 130 24 27.31 BT 0 55 19.82 LS 130 23 15.74 BT 0 53 53.95 LS 129 37 43.92 BT 0 43 45.38 LS 129 34 17.64 BT 0 24 29.00 LS 130 10 29.00 BT 0 28 11.99 LS 130 22 13.07 BT 0 24 56.56 LS 130 25 24.59 BT 1 7 41.98 LS 129 14 49.28 BT 1 7 28.10 LS 129 59 32.03 BT 1 12 48.73 LS 130 0 0.89 BT 1 25 31.74 LS 129 24 31.60 BT 1 35 11.56 LS 129 33 34.39 BT 1 34 42.98 LS 129 34 26.57 BT 1 34 33.03 LS 130 30 4.41 BT 1 49 36.51 LS 130 30 4.41 BT 1 49 36.52 LS 130 26 35.66 BT 2 1 33.74 LS 130 3 22.31 BT 2 3 41.52 LS 130 3 22.42 BT 2 3 40.73 LS 129 36 37.54 BT
Kawasan Zona Kode Luasan (Ha) Lokasi Lintang Bujur
Derajat Menit Detik Lintang Derajat Menit Detik Bujur 2 1 22.88 LS 129 34 19.84 BT 2 0 56.40 LS 129 33 34.39 BT 1 49 36.52 LS 130 26 35.66 BT 1 49 36.51 LS 130 30 4.41 BT 1 58 5.49 LS 130 51 35.26 BT 2 16 11.23 LS 131 3 9.65 BT 2 16 12.41 LS 130 3 22.42 BT 2 1 33.74 LS 130 3 22.31 BT
Konservasi Kawasan Konservasi Lainnya
C5 10.937,49 Kabupaten Raja Ampat
1 10 55.70 LS 129 39 32.69 BT
1 11 34.03 LS 129 36 59.36 BT 1 18 37.24 LS 129 38 39.50 BT 1 17 54.76 LS 129 41 33.79 BT 1 13 11.93 LS 129 45 0.06 BT 1 15 59.45 LS 129 46 1.38 BT 1 14 51.59 LS 129 49 11.52 BT
Alur Laut Alur Pelayaran T1 7.003,80 Kota Sorong, Kabupaten Raja Ampat
0 26 11.24 LS 130 48 21.46 BT
0 29 14.15 LS 130 49 22.04 BT 0 34 47.58 LS 130 53 38.68 BT
Kawasan Zona Kode Luasan (Ha) Lokasi Lintang Bujur
Derajat Menit Detik Lintang Derajat Menit Detik Bujur 0 35 3.85 LS 130 53 39.11 BT 0 29 19.22 LS 130 49 6.64 BT 0 27 31.19 LS 130 48 26.39 BT 0 26 14.24 LS 130 48 5.56 BT 0 27 12.42 LS 130 48 19.39 BT 0 28 29.50 LS 130 47 40.87 BT 0 34 47.65 LS 130 42 27.15 BT 0 36 57.36 LS 130 36 53.24 BT 0 38 21.33 LS 130 29 38.04 BT 0 37 36.72 LS 130 24 16.96 BT 0 28 38.74 LS 130 47 54.37 BT 0 35 2.75 LS 130 42 35.74 BT 0 37 12.85 LS 130 36 58.30 BT 0 38 37.73 LS 130 29 38.19 BT 0 37 52.93 LS 130 24 15.54 BT 1 1 27.60 LS 131 14 10.09 BT 1 1 26.66 LS 131 14 1.79 BT 1 0 56.02 LS 131 13 30.03 BT 1 0 41.65 LS 131 13 20.10 BT 0 59 26.57 LS 131 13 4.48 BT 0 59 27.70 LS 131 12 57.97 BT 1 0 44.67 LS 131 13 14.20 BT
Kawasan Zona Kode Luasan (Ha) Lokasi Lintang Bujur
Derajat Menit Detik Lintang Derajat Menit Detik Bujur 1 1 4.86 LS 131 13 32.04 BT 1 1 21.16 LS 131 13 47.75 BT 1 1 37.42 LS 131 13 58.46 BT 1 1 58.44 LS 131 13 55.48 BT 1 2 7.66 LS 131 13 42.23 BT 1 2 49.18 LS 131 13 20.27 BT 1 2 52.20 LS 131 13 15.22 BT 1 2 51.66 LS 131 11 49.59 BT 1 2 58.54 LS 131 11 49.85 BT 1 2 58.83 LS 131 13 16.43 BT 1 2 53.57 LS 131 13 25.58 BT 1 2 12.13 LS 131 13 47.11 BT 1 2 5.24 LS 131 13 58.99 BT 1 2 0.41 LS 131 14 2.15 BT 1 1 36.64 LS 131 14 4.45 BT 1 1 34.06 LS 131 14 7.61 BT 1 1 34.00 LS 131 14 10.00 BT 0 52 47.71 LS 131 14 53.50 BT 0 52 35.46 LS 131 13 58.63 BT 0 52 31.64 LS 131 13 51.42 BT 0 52 22.32 LS 131 13 8.75 BT 0 51 30.17 LS 131 11 10.60 BT
Kawasan Zona Kode Luasan (Ha) Lokasi Lintang Bujur
Derajat Menit Detik Lintang Derajat Menit Detik Bujur 0 51 40.69 LS 131 11 9.65 BT 0 52 30.07 LS 131 13 1.96 BT 0 52 44.42 LS 131 13 49.89 BT 0 52 53.41 LS 131 14 44.98 BT 0 53 41.57 LS 131 15 10.72 BT 0 53 40.12 LS 131 15 0.00 BT 0 57 55.42 LS 131 12 26.18 BT 0 57 49.12 LS 131 12 18.65 BT 0 59 13.07 LS 131 10 51.37 BT 0 59 26.65 LS 131 10 51.39 BT 0 55 24.10 LS 131 10 41.46 BT 0 55 22.98 LS 131 10 51.18 BT 1 0 40.85 LS 131 10 49.94 BT 1 0 35.09 LS 131 10 41.67 BT 1 0 44.86 LS 131 10 45.27 BT 1 2 19.00 LS 131 8 43.89 BT 1 2 23.38 LS 131 8 53.96 BT 1 3 51.85 LS 131 11 23.06 BT 1 4 30.32 LS 131 8 52.89 BT 1 4 32.21 LS 131 9 1.76 BT 1 3 57.86 LS 131 11 24.27 BT 1 5 19.38 LS 131 11 44.14 BT
Kawasan Zona Kode Luasan (Ha) Lokasi Lintang Bujur
Derajat Menit Detik Lintang Derajat Menit Detik Bujur 1 5 19.83 LS 131 11 49.73 BT 1 5 35.68 LS 131 11 43.21 BT 1 5 31.75 LS 131 11 39.05 BT 1 5 14.60 LS 131 10 9.99 BT 1 5 10.42 LS 131 10 6.59 BT 1 6 38.66 LS 131 7 51.49 BT 1 6 32.46 LS 131 8 0.98 BT
Top Related