RAN/BAT MASY. DALAM RAN/BAT MASY. DALAM PENATAAN RUANGPENATAAN RUANG
PERKOTAANPERKOTAAN
Oleh :Dr. MUH. DIMYATI, MSc
Direktorat Penataan Ruang Nasional
DIKLAT PENATAAN RUANG PERKOTAANMakasar, 21 Agustus 2003
Kata kunci:Kata kunci:1. PERAN/PELIBATAN 1. PERAN/PELIBATAN 2. MASYARAKAT 2. MASYARAKAT 3. PENATAAN RUANG3. PENATAAN RUANG4. PERKOTAAN4. PERKOTAAN
Bagaimana KONSEP &Bagaimana KONSEP &Langkah Operasional?Langkah Operasional?
PERAN/PELIBATAN MASYARAKAT PERAN/PELIBATAN MASYARAKAT dalam PENATAAN RUANGdalam PENATAAN RUANGPERKOTAANPERKOTAAN
PERSEPSI MEMPENGARUHI CARA KITA MEMANDANG CARA KITA MEMANDANG MEMPENGARUHI BAGAIMANA KITA BERPERILAKU
DUA ORANG DAPAT MELIHAT HAL YANG SAMA, TIDAK SALING SEPAKAT NAMUN SAMA-SAMA BENAR HAL INI BUKAN MASALAH LOGIS TAPI PSIKOLOGIS
PARADIGMA MERUPAKAN SUMBER DARI SIKAP DAN PERILAKU KITA. PARADIGMA TAK BISA DIPISAHKAN DARI KARAKTER. KITA BENAR-BENAR TAK DAPAT MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN JIKA KITA BERBICARA DAN BERJALAN SECARA BERBEDA DENGAN CARA KITA MELIHAT.
1. INTRO1. INTRO
DIMANA KITA BERDIRI BERGANTUNG DIMANA KITA BERDIRI BERGANTUNG DARIMANA KITA DUDUKDARIMANA KITA DUDUK
KITA MELIHAT DUNIA BUKAN SEBAGAIMANA KITA MELIHAT DUNIA BUKAN SEBAGAIMANA DUNIA ADANYA, MELAINKAN SEBAGAIMANA DUNIA ADANYA, MELAINKAN SEBAGAIMANA KITA ADANYA ATAU SEBAGAIMANA KITA KITA ADANYA ATAU SEBAGAIMANA KITA TERKONDISIKAN UNTUK MELIHATNYATERKONDISIKAN UNTUK MELIHATNYA
JIKA KITA INGIN MEMBUAT JIKA KITA INGIN MEMBUAT PERUBAHAN PERUBAHAN KUANTUMKUANTUM (PERUBAHAN MENDADAK DAN (PERUBAHAN MENDADAK DAN JANGKA PANJANG) YG BERARTI, KITA JANGKA PANJANG) YG BERARTI, KITA PERLUPERLUMEMPERBAIKI PARADIGMA DASAR KITAMEMPERBAIKI PARADIGMA DASAR KITA
1. INTRO (1.2)1. INTRO (1.2)
UNTUK BERHUBUNGAN SECARA EFEKTIF DENGAN SIAPAPUN KITA HARUS BELAJARMENDENGARKAN, DAN INI MEMERLUKANKEKUATAN EMOSIONAL. MENDENGARKAN MEMERLUKAN KESABARAN, KETERBUKAAN,DAN KEINGINAN UNTUK MENGERTI
APA YANG KITA LIHAT SANGATBERKAITAN DENGAN SIAPA KITA. KITA TIDAKDAPAT MENGUBAH CARA PANDANG KITA TANPASEKALIGUS MENGUBAH KEBERADAAN KITA, DAN SEBALIKNYA
1. INTRO (1.3)1. INTRO (1.3)
• Partisipasi Partisipasi Atau biasa dikenal juga dengan istilah peranserta, adalah berkenaan dengan keikutsertaan dalam satu atau beberapa bagian dari suatu siklus proses kegiatan/pembangunan.
• Pemberdayaan menguatkan dan memampukan
• PELIBATAN PELIBATAN (involvment – ada intervensi)(involvment – ada intervensi) Pihak yang satu (Pemerintah) lebih berperan dari Pihak yang lain (Masyarakat & Swasta)
Pedoman Pelibatan => untuk Pemerintah (Pemda) Pedoman Peranserta => untuk semua pihak
2. P E N G E R T I A N2. P E N G E R T I A N
• Komunitas Komunitas Kelompok individu/masyarakat yang hidup dan saling berinteraksi dalam daerah atau satuan wilayah tertentu.
• Forum WargaForum Warga mereka berserikat
• MASYARAKATMASYARAKAT Orang seorang, kelompok orang, termasuk masyarakat hukum adat, atau badan hukum – termasuk swasta.
(VS Pemerintah)
PENGERTIAN (2.2)PENGERTIAN (2.2)
• PENATAAN RUANGPENATAAN RUANG Proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang (Pemanfaatan resources untuk generasi sekarang dan mendatang dengan prinsip seimbang dan lestari).
• Rencana Tata RuangRencana Tata Ruang Hasil perencanaan tata ruang
• Pemanfaatan RuangPemanfaatan Ruang Rangkaian implementasi rencana – dgn jangka waktu
• Pengendalian Pemanfaatan RuangPengendalian Pemanfaatan Ruang Rangkaian proses menahan dan mendorong (pengawasan dan penertiban)
PENGERTIAN (2.2)PENGERTIAN (2.2)
APA ITU KOTA ?
KONSENTRASI PENDUDUKSOSIAL DAN EKONOMI
PELAYANAN JASA
PENGERTIAN (2.3)PENGERTIAN (2.3)
KAWASAN KOTA ?
Kws dg kegiatan ekonomi utama non agri. (UU 24/92)
Bag. Kab/Kota, Kota baru, Daer. berbatasan (UU 22/99)
PENGERTIAN (2.4)PENGERTIAN (2.4)
PERKEMB. KWS KOTA
KecilSedang
B e s a rMetropolitan
< 100 ribu
500 ribu
1 juta
> 1juta
PENGERTIAN (2.5)PENGERTIAN (2.5)
FAKTA SEBARAN KOTA
Propinsi Kriteria 2000 Kriteria 1980
DI Aceh 8,12% 5,23%
Sumatera Utara 14,88% 1.10%
Sumatera Barat 20,04% 13,01%
Riau 14,36% 10,67%
Jambi 10,77% ,89%
Sumatera Selatan
12,38% 9,05%
Bengkulu 10,17% 6,03%
Lampung 8,67% 5,43%
DKI Jakarta 100% 100%
Jawa Barat 31,07% 17,67%
Propinsi Kriteria 2000 Kriteria 1980
Jawa Tengah 28,34% 16,77%
DI Yogyakarta 38,58% 28,31%
Jawa Timur 28,51% 14,93%
Bali 34,22% 15,78%
NTB 23,90% 10,81%
NTT 6,12% 4,33%
Kalimantan Barat 6,92% 4,13%
Kalimantan Selatan 8,75% 4,13%
Kalimantan Tengah 4,68% 2,34%
Kalimantan Timur 12,39% 8,35%
Propinsi Kriteria 2000
Kriteria 1980
Sulawesi Selatan 13,52% 10,67%
Sulawesi Tengah 6,76% 4,46%
Sulawesi Tenggara 7,22% 3,74%
Sulawesi Utara 17,17% 8,72%
Maluku 5,58% 3,68%
Irian Jaya 3,44% 2,25%
PENGERTIAN (2.6)PENGERTIAN (2.6)
Jumlah desa kota tumbuh pesat 4963
Tingkat urbanisasi (Desa to Kota):• Jawa-Bali > 28%• Sumatra 20%• Sulawesi 18%• Kalimantan 13%• Maluku & Papua 6%
PENGERTIAN (2.7)PENGERTIAN (2.7)
Paradigma baru ranmasyParadigma baru ranmasy
UU No. 24/1992 UU No. 24/1992
PP No. 69/1996PP No. 69/1996
TAP MPR IV/MPR/2000TAP MPR IV/MPR/2000
UU No. 22/1999UU No. 22/1999
Hasil Rakernas BKTRN Surabaya (Juli 2003)Hasil Rakernas BKTRN Surabaya (Juli 2003)
3. L A T A R B E L A K A N G3. L A T A R B E L A K A N G
Masyarakat sebagai raja penguasa –berarti rakyat berdaulat
Mendorong kemitraan –ini berarti peran masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat –berarti masy. perlu diperkuat
Good Governance –mengedepankan pengawasan/peran masy.
PARADIGMA BARU RANMASYPARADIGMA BARU RANMASY
LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.2)(3.2)LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.2)(3.2)
Pasal 12 UU No.24/1992 bahwa penataan ruang dilakukan oleh Pemerintah dan Masyarakat
LATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.3)(3.3)LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.3)(3.3)
Hal tersebut berarti bahwa dari saat lahirnya UU 24/92 masyarakat sudah diperankan sebagai mitra (secara hitam diatas putih) tetapi dalam operasionalisasinya masih belum dilaksanakan.
Hal tersebut terkait dengan perangkat dan kesiapan serta sikon (pendidikan masyarakat)
Kini saatnya untuk memulai (momentumnya tepat)
PP 69/1996 tentang Pelaksanaan dan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tatacara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang
LATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.4)(3.4)LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.4)(3.4)
Terdiri dari 6 Bab dan 31 Pasal
Bab 1 Ketentuan Umum –1 pasalBab 2 Pelaksanaan hak dan Kewajiban Masy. –6 pasalBab 3 Bentuk Peran Serta Masyarakat –13 pasalBab 4 Tatacara Peran Serta Masyarakat –9 pasalBab 5 Pembinaan Peran Serta Masyarakat –1 pasalBab 6 Ketentuan Penutup –1 pasal
Diatur secara jelas hak, kewajiban, bentuk dan tatacara peran serta dalam setiap tahapan penataan ruang. Masyarakat sebagai pelaku dan Pemerintah fasilitatornya.
LATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.5)(3.5)LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.5)(3.5)
HAK ATAS RUANG (psl 2)
• Berperanserta• Mengetahui• Menikmati manfaat• Mendapat ganti
• Memelihara kualitas
• Tertib
• Mentaati
KEWAJIBAN ATAS RUANG
LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.6)(3.6)LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.6)(3.6)
TAP MPR IV/MPR/2000 tentang rekomendasi kebijakan dalam penyelenggaraan otonomi daerah
LATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.7)(3.7)LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.7)(3.7)
Bahwa salah satu kebijakan otonomi daerah diarahkan pada pencapaian “peningkatan pelayanan publik dan pengembangan kreatifitas masyarakat serta aparatur pemerintah di daerah”.
Hal tersebut jelas menunjukkan pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam berbagai proses penyelenggaraan pembangunan, termasuk penataan ruang
UUNo.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang bottom up mechanism sangat besar
LATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.8)(3.8)LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.8)(3.8)
Memberi legitimasi kewenangan kepada Daerah
Pasal (taru) menegaskan bahwa proses penyusunan rencana tata ruang mengacu aspirasi bawah – Penataan ruang Propinsi mengacu penataan ruang Kab/Kota dan seterusnya.
Hal tersebut berarti peran masyarakat sangat diperhatikan, karena unit paling kecilnya adalah masyarakat (termasuk individu)
Artinya secara teoritis penataan ruang seharusnya sangat aspiratif. Prakteknya? Kita lihat bersama.
Hasil Rakernas BKTRN Surabaya Juli 2003
LATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.9)(3.9)LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.9)(3.9)
1. 7 butir Kesepakatan para Gubernur se Indonesia0 penguatan peran dan fungsi Gubernur dlm taru0 meningkatkan keterpaduan kebijakan krn tarunas-kab satu0 proaktif dalam pengendalian dan penyelesaian konflik0 aktif dalam penyempurnaan UU 24/920 pelimpahan sebagian kewenangan taru ke Gub 0 pemberdayaan TKPRD0 tingkatkan fasilitasi kepada PemProp dalam taru
2. Rumusan pokok-pokok hasil Rakernas0 Pengaturan Tarunas (7 item)0 Penguatan peran Daerah Dalam taru (3 item)
LATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.10)(3.10)LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.10)(3.10)
2. Rumusan pokok-pokok hasil Rakernas0 Pengaturan Tarunas (7 item)
a RTRWN sbg perangkat integrasi NKRIb Penanganan kawasan perbatasan antar negarac Taru pesisir, laut dan pulau kecild Penyelesaian peraturan perundangan tarue Kawasan perbatasan Kasaba (KalSerawakSabah)f RTRW Jawa-Balig RTRW Kalimantan, Sumatra, Sulawesi
0 Penguatan peran Daerah Dalam taru (3 item)a Penyelenggaraan taru di daerahb Kelembagaan koordinasi taru Nas dan Daerahc Penanganan perbatasan antar daerah
LATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANGLATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.11)(3.11)LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG (3.11)(3.11)
Sambutan Presiden RI Kita sering melanggar norma yang telah kita sepakati bersama.
Untuk itu Penataan ruang hendaknya dapat diselenggarakan sebaik-baiknya, secara konsisten, lebih terbuka dan dengan kearifan
Sambutan Menko Perekonomian Dalam memecahkan permasalahan bangsa (taru) kita harus
mengacu pada visi taru (integrasi darat, laut dan udara dan pengendalian taru)
Sambutan Menkimpraswil Masyarakat perlu dan harus berpartisipasi dalam taru agar taru
lebih berkualitasSambutan Mendagri Keterlibatan masyarakat perlu ditingkatkan dan produk yang
ada disosialisasikan, Pemerintah jangan terlalu dominan
4. POTRET DAN UPAYA 4. POTRET DAN UPAYA PELIBATAN MASYARAKATPELIBATAN MASYARAKAT
Pemerintah telah dan terus melakukan berbagai skeme mendorong ranmasy dalam berbagai bentuk -GGIPGI (Indonesian Partnership on Local Governance Initiative), mencoba melakukan proses riset aksi di tiga kota sebagai upaya membangun body of collective knowledge tentang partisipasi dan good governance.BUILD (Breakthrough Urban Initiatives for Local Development), mengembangkan inovasi manajemen perkotaan di 9 kota di Indomesia.URDI (Urban and Regional Development Institute), melalui program Local Government Best Practise mencoba mengidentifikasi berbagai inovasi yang telah dikembangkan dan diimplementasikan Pemerintah Daerah.
CSO’s (Civil Society Organisation), mengakatalis proses kesadaran menuju good governance di Indonesia, dengan:- Awareness Raising- Policy Advocacy- Institution Building- Capacity Building
PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa), melalui program hibah yang diberikan kepada Pemerintah, NGO’s, CBO’s dan Universitas.
USAID (United States Agency for International Development), mendorong penyusunan Program Dasar Pembangunan Perkotaan (PDPP).
POTRET DAN UPAYA POTRET DAN UPAYA (4.2)(4.2)
Departement for International Development (DFID) melalui program hibah dan asistensi bagi pemerintah dan civil society dalam kerangka pengurangan kemiskinan.
Gesellschaft fur Technische Zusammenarbiet (GTZ), concern dalam pemberdayaan masyarakat melalui antara lain program technical cooperation.
Bank Dunia, melalui program pinjaman, hibah dan investasi yang diberikan kepada pemerintah maupun masyarakat sipil.
ADB (Asian Development Bank) melalui program pinjaman dan technical assistence yang diberikan kepada pemerintah dan masyarakat sipil untuk memperbaiki kualitas governance.
POTRET DAN UPAYA POTRET DAN UPAYA (4.3)(4.3)
Propinsi IPTEK SDM Governance
DKI Jakarta 1 1 21
DI Yogya 2 2 8
Jawa Timur 3 5 16
Bali 4 7 5
Jawa Barat 5 4 19
Lampung 6 10 15
Kalima. Selatan 7 16 17
Sulawesi Selatan 8 14 7
PERINGKAT DAYA SAING DAERAH
Sulawesi Utara 9 9 20
Jawa Tengah 10 3 4
Sumatra Utara 11 8 22
Kalimantan Timur 12 6 2
Maluku 13 12 14
Sumatra Barat 14 13 11
Sumatra Selatan 15 11 18
Sulawesi Tengah 16 15 9
Kalimantan Tengah 17 15 1
Nusa Tenggara Barat 18 24 13
Sulawesi Tenggara 19 19 3
Riau 20 20 10
Bengkulu 21 18 25
Jambi 22 17 6
DI Aceh 23 22 26
Irian Jaya 24 26 24
Kalimantan Barat 25 23 23
Nusa Tenggara Timur 26 25 12
Sumber: DAYA SAING DAERAH, 2002, ARMIDA AS
5. ISU-ISU STRATEJIK5. ISU-ISU STRATEJIK Kebijakan Pemerintah belum sepenuhnya berorientasi Kebijakan Pemerintah belum sepenuhnya berorientasi
(berpihak) kepada masyarakat.(berpihak) kepada masyarakat. Pendidikan masyarakat sebagian besar masih relatif Pendidikan masyarakat sebagian besar masih relatif
rendahrendah Belum tertatanya kelembagaan peranserta masy. Belum tertatanya kelembagaan peranserta masy.
NSPM belum cukup dan kurang sosialisasiNSPM belum cukup dan kurang sosialisasi
Belum optimalnya kemitraan Pemerintah dan Belum optimalnya kemitraan Pemerintah dan Masyarakat (swasta dan pers)Masyarakat (swasta dan pers)
6.1 KONSEP PERAN SERTA/PARTISIPASI6.1 KONSEP PERAN SERTA/PARTISIPASI - keikutsertaan - keikutsertaan
hanya merupakan cara/metode untuk mencapai tujuan.Yang penting adalah tujuannya sendiri (tujuan taru)
6. KONSEP PERAN SERTA /PELIBATAN 6. KONSEP PERAN SERTA /PELIBATAN MASYARAKATMASYARAKAT
Pemerintah(fasilitator)
Masyarakat (dan swasta)
(Pelaku Utama)VS
Agar tujuan tercapai keputusan harus berada ditangan pelaku utama
Peran serta sering disalahartikan (dipraktekkan) mobilisasiPeran serta sering disalahartikan (dipraktekkan) mobilisasi
Ada pergeseran peran Pemerintah dari ROWING (mendayung) ke STEERING (mengarahkan/menfasilitasi)
MEMFASILITASI –menciptakan kondisi sehingga yang disepakati terwujud
Bisa diartikan idealnya:Yang menentukan arah adalah KITA (dominasi Pemerintah -TOR)Yang bertanggungjawab sampai ke tujuan adalah TUKANG PERAHU
(sekarang seharusnya Masyarakat -Pelaku)
Implementasi peran tersebut BERTAHAP.
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.2)(6.2)
Jadi peran Pemerintah dalam pembangunan adalah menciptakan kondisi (infrastruktur, environment, perundangan, kelembagaan dsb)
Lalu dimana posisi PENGENDALIAN-nya?-seperti wasit, misal keluarkan KARTU KUNING, MERAH dsb (ini tugas Pemerintah)
Apakah masyarakat SIAP?Disinilah perlunya pemberdayaan pada sebagian besar masyarakat saat ini
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.3)(6.3)
Pemberdayaan, bukan delegasi
DELEGASI: define the task (arahkan – cara terserah)PEMBERDAYAAN: define how to do it (sama-sama –beri
kemampuan)=> perkuatan komunitas (masyarakat)=> penciptaan kondisi yang kondusif
Pengalaman menunjukkan bahwa selalu ada sekitar 2% dari setiap komunitas yang adil dan arif.
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.4)(6.4)
JENJANG PERAN SERTA
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.5)(6.5)
1
23
4
5
6
78
Non-partisipatif• Rekayasa sosial• TerapiBersifat simbolis3. Informasi4. Konsultasi5. PenentramanPengendalian/kedaulatan6. Kerjasama/mitra7. Pendelegasian8. Kontrol sosial
Perbedaannya terlihat pada arus informasinya“Sejauh menguntungkan masyarakat maka akan berjalan cepat”
CIRI PARTISIPASI YANG TIDAK DIMANIPULASI :CIRI PARTISIPASI YANG TIDAK DIMANIPULASI :
- Ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua pihak yang
terlibat.
- Ada tindakan untuk mengisi kesepakatan tersebut.
- Ada pembagian kewenangan dan tanggungjawab.
- Ada kesetaraan.
- Pro Aktif.
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.6)(6.6)
6.2 KONSEP MASYARAKAT6.2 KONSEP MASYARAKAT
Opposite (partnernya) Pemerintah, jadi termasuk Swasta dan Pers, bisa individu maupun kelompok
Pada TK Nas-Lembaga/Asosiasi Nas, TK Prop-Lembaga/Asosiasi Prop, TK Kab/Kot/Rinci –Lembaga/Asosiasi Kab/Kot, Pokmasy, Individu
Untuk lebih memahami keterhubungan antara Pemerintah (fasilitator) dan Masyarakat (termasuk swasta sebagai Pelaku Utama) dalam pembangunan perlu diperkenalkan konsep stakeholder (dalam penataan ruang)
Komponen stakeholder dalam taru adalah: Pemerintah, PemProp, PemKab/PemKot Masyarakat Swasta (dan Pers –bisa masuk kategori Masyarakat)
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.7)(6.7)
KATEGORI STAKEHOLDERKATEGORI STAKEHOLDER
• Stakeholder yang berwenang mengambil/ membuat Stakeholder yang berwenang mengambil/ membuat kebijakan :kebijakan :a. Eksekutif, seperti Bappenas, Depkimpraswilb. Legislatif, seperti DPR, DPRD I, DPRD IIc. Yudikatif
• Stakeholder yang terkena dampak dari kebijakan :a. Orang per orangb. Kelompok warga setempatc. Warga sesuai dengan kelompok kegiatannya
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.8)(6.8)
• Stakeholder yang mengawasi kebijakan :Stakeholder yang mengawasi kebijakan :DPR, DPRD I dan DPRD II, LSM, Pers/Media massa, Forum Warga, Partai Politik, Asosiasi Profesi, Perguruan Tinggi.
• Stakeholder kelompok Interest dan Presure Group yang terkait kebijakan :Partai Politik, LSM, pengusaha, Forum Warga, Asosiasi Profesi, Perguruan Tinggi, Kelompok Mediasi.
• Stakeholder yang mempunyai kepentingan agar kegiatan atau kebijakannya berjalan :a. Presure Groupb. Kelompok Pendukung
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.9)(6.9)
6.3 KONSEP RAN/BAT MASY dalam TARU6.3 KONSEP RAN/BAT MASY dalam TARU
mendorong masyarakat untuk menuntut hak dan melakukan kewajibannya dengan cara menciptakan kondisi yang kondusif untuk mewujudkan yang telah disepakati oleh semua pihak (resources serta lingkungan yang sustain dan lestari). Basis utama pendekatan ini adalah community driven planning
Konsep tersebut bisa dijabarkan kedalam prinsip-prinsip dan tujuan peran/pelibatan masyarakat yang harus dijadikan acuan dalam implementasinya.
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.10)(6.10)
PRINSIP RAN/BAT MASY PRINSIP RAN/BAT MASY
Menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang menentukan dalam proses penataan ruang.
Memposisikan pemerintah sebagai fasilitator dalam proses penataan ruang.
Menghormati hak yang dimiliki masyarakat serta menghargai kearifan lokal dan keberagaman sosial budayanya.
Menjunjung tinggi keterbukaan dengan semangat tetap menegakkan etika (Good Governance).
Memperhatikan perkembangan teknologi dan profesional.
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.11)(6.11)
TUJUAN RAN/BAT MASYTUJUAN RAN/BAT MASY Menumbuhkembangkan semangat akuntabilitas atau kesadaran
atas hak dan kewajiban masyarakat dan stakeholder lainnya dalam memanfaatkan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Meningkatkan kesadaran kepada pelaku pembangunan bahwa masyarakat bukanlah obyek pemanfaatan ruang, tetapi justru merekalah pelaku dan pemanfaat utama yang seharusnya terlibat dari proses awal sampai akhir dalam memanfaatkan dan mengendalikan ruang.
Mendorong masyarakat dan civil society organization atau lembaga swadaya masyarakat untuk lebih berperan dan terlibat dalam memanfaatkan dan mengendalikan ruang.
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.12)(6.12)
Penataan ruang yang ran/bat masy pun tak bisa diperankan stand alone tetapi harus diposisikan sebagai alat. Alat apa?
Penataan ruang merupakan alat keterpaduan pembangunan lintas sektor dan wilayah.
Dengan penataan ruang diharapkan pengembangan wilayah dapat direkayasa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.13)(6.13)
Taru dalam Bangwil
PERKEMBANGANTANPA INTERVENSI
PERKEMBANGAN YANG ADA
MASA LALU MASA YAD
T
SA
AT
IN
I: Besaran interfensi
Interfensi/rekayasa dilakukan untuk:- mengarahkan bangwil sesuai/mendekati skenario- bisa memanfaatkan alat Penataan Ruang- Action Program yang jelas, terukur dan termonitor
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.14)(6.14)
0
PERKEMBANGANDENGAN INTERVENSI SEBESAR DELTA
MASYARAKAT MADANI sbg tujuan??MASYARAKAT MADANI sbg tujuan??
• Prof. Naquib Al Attas (Cendekiawan Malaysia) : madani turunan dari Bahasa Arab :1) madani madinah, berarti kota Masyarakat Kota,
2) madani tamaddun atau madaniyyah, yang berarti peradaban (civility atau civilization) Masyarakat yang Berperadaban
• Masyarakat madani bisa berarti sama dengan civil society, yaitu masyarakat yg menjunjung tinggi nilai2 peradaban. Ini berarti suatu masyarakat yg warganya menjalankan fungsi masing2 scr profesional dgn menjunjung tinggi hak dan kewajiban.
• Paradigma masyarakat madani lebih relevan untuk masyarakat ideal masa depan daripada civil society.
KONSEP RAN/BATMASY KONSEP RAN/BATMASY (6.15)(6.15)
Rendahnya pendidikan, pemahaman, kesadaran implementatif, konsistensi, dan komitmen di kalangan masyarakat akan peran (hak dan kewajiban) yang seharusnya dapat dilakukan.
Kebijakan Pemerintah yang belum sepenuhnya berorientasi kepada masyarakat dan belum tingginya kesungguhan Pemerintah dalam mendukung dan mengalokasikan resources dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sehingga masyarakat tidak terlibat langsung dalam pembangunan.
Kurang terbukanya para pelaku pembangunan (masih adanya gap feeling) dalam menyelenggarakan proses penataan ruang yang menganggap masyarakat sekedar obyek pembangunan.
7. KENDALA UTAMA RAN/BAT MASY7. KENDALA UTAMA RAN/BAT MASY
Masih rendahnya upaya-upaya pemerintah dalam memberikan informasi (sosialisasi dan kampanye publik) tentang akuntabilitas dari program penataan ruang yang diselenggarakan sehingga masyarakat merasa pembangunan yang dilaksanakan tidak memperhatikan aspirasinya.
Walaupun pengertian partisipasi masyarakat sudah menjadi kepentingan bersama (common interest), akan tetapi dalam prakteknya masih terdapat pemahaman yang tidak sama.
Masih sedikitnya produk pengaturan yang mengacu paradigma yang menempatkan komunitas sebagai subyek atau pelaku pembangunan.
KENDALA UTAMA KENDALA UTAMA (7.2)(7.2)
8. BENTUK DAN TATACARA RAN/BATMASY 8. BENTUK DAN TATACARA RAN/BATMASY DALAM TARUDALAM TARU
A. Bentuk-bentuk ran/bat masyarakat dalam penyusunan RTRW Propinsi:
Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan; Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah
pembangunan; Pemberian masukan dalam perumusan RTRW Propinsi; Pemberian informasi atau pendapat dalam pernyusunan
strategi penataan ruang; Pengajuan keberatan atau sanggahan terhadap rancangan
RTRW Propinsi; Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan; Bantuan tenaga ahli.
B. Bentuk-bentuk ran/bat masyarakat dalam penyusunan RTRW Kabupaten/Kota dapat berupa:
Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan; Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan; Pemberian masukan dalam perumusan RTRW Kabupaten/Kota; Pemberian informasi atau pendapat dalam pernyusunan strategi
penataan ruang; Pengajuan keberatan atau sanggahan terhadap rancangan RTRW
Kabupaten/Kota; Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan; Bantuan tenaga ahli.
BENTUK DAN TATACARA BENTUK DAN TATACARA (8.2)(8.2)
C. Tatacara ran/bat masyarakat dalam penyusunan RTRW Prop/Kabupaten/Kota dapat berupa:
Lisan disampaikan kepada pejabat sesuai tingkatan rencana penataan ruangnya
Tertulis disampaikan kepada pejabat sesuai tingkatan rencana penataan ruangnya
BENTUK DAN TATACARA BENTUK DAN TATACARA (8.3)(8.3)
D. Tatacara ran/bat masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa:
BENTUK DAN TATACARA BENTUK DAN TATACARA (8.4)(8.4)
1. Adjustment/Penyesuaian
Pada proses Adjustment RTRWNas/Prop./Kab./Kota, stakeholder yang membuat/ mengambil kebijakan mensosialisasikan dan mengadaptasikan kepada stakeholder yang akan terkena dampak langsung pembangunan
2. Penyusunan Program Pemanfaatan
- Penentuan Program dan Kegiatan- Penentuan Tahapan
D.1. MEKANISME PEMANFAATAN
4. Pengurusan Proses Perijinan
5. Pelaksanaan Pembangunan
3. Penyusunan Pembiayaan ProgramDilakukan oleh stakeholder yang akan melaksanakannya
Masyarakat perlu diberitahu seluruh proses perijinan yang dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan proses dan kewenangan yang ada
Survey Investigasi Desain Konstruksi Operasional & Pemeliharaan
BENTUK DAN TATACARA BENTUK DAN TATACARA (8.5)(8.5)
1.1. Tingkat NasionalTingkat Nasional Berupa pemberian data atau informasi dan disampaikan kepada Menteri terkait secara tertulis selambatnya 30 hari setelah disosialisasikan dan diadaptasikan.
2.2. Tingkat PropinsiTingkat Propinsi Berupa pemberian data atau informasi dan disampaikan kepada Gubernur secara tertulis selambatnya 30 hari setelah disosialisasikan dan diadaptasikan.
3.3. Tingkat Kabupaten/Kota -/RinciTingkat Kabupaten/Kota -/Rinci Berupa pemberian data atau informasi dan disampaikan kepada Bupati/Walikota secara tertulis selambatnya 30 hari setelah disosialisasikan dan diadaptasikan.
D.2. PROSEDUR PEMANFAATAN
BENTUK DAN TATACARA BENTUK DAN TATACARA (8.6)(8.6)
• Tingkat Nasional BKTRN (Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional)
• Tingkat Propinsi TKPRD Propinsi (Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah)
• Tingkat Kabupaten/Kota TKPRD Kabupaten/Kota
• Tingkat Grass Root LSM atau Forum Warga
D.3. KELEMBAGAAN PEMANFAATAN
BENTUK DAN TATACARA BENTUK DAN TATACARA (8.7)(8.7)
• Memberikan dan menyelenggarakan penyuluhan, bimbingan, dorongan, pengayoman, pelayanan, bantek, bantuan hukum, diklat;
• Menyebarluaskan informasi mengenai penataan ruang melalui media massa maupun media elektronik kepada semua stakeholder;
• Pertemuan Forum Warga atau pertemuan antar stakeholder.
• Apabila masyarakat belum paham terhadap upaya sosialisasi/kampanye perlu Bantuan Teknik pendampingan secara intensif.
D.4. KOMUNIKASI, SOSIALISASI, & BANTEK
BENTUK DAN TATACARA BENTUK DAN TATACARA (8.8)(8.8)
• Masyarakat sebagai pengawas langsung
• Menyampaikan langsung kepada Pimpinan /penanggung jawab
• Menggunakan semua media yang tersedia
• Bisa dilakukan setiap saat
E. PENGENDALIAN PEMANFAATAN
BENTUK DAN TATACARA BENTUK DAN TATACARA (8.9)(8.9)
9. AGENDA RAN/BAT MASYDALAM PENATAAN RUANG
Menyusun NSPM dalam berbagai aspek Ran/Bat Masy Public awareness Public services Public campaign Mengembangkan sistem informasi penataan ruang yang partisipatif Mengembangkan jejaring kemitraan dan mendorong perkuatan
kelembagaan Mendorong perkuatan peran Lembaga Daerah (DPRD, Pokmasy,
Pers dll) Meningkatkan sosialisasi dan Bantek taru kepada stakeholder Mengkaji dan mengevaluasi ‘apa yang telah dan sedang terjadi
dalam ran/bat masy’ taru
10. 10. Contoh skala mikro Contoh skala mikro
di Jepangdi Jepang
Population & GDP Per Capita Growth in Japan
Year PopulationGNP/GDP Per
Capita
(×1,000) (US$)
1946 75,750 52
1950 83,200 395
1960 93,419 1,381
1970 103,720 5,880
1980 117,060 17,098
1990 123,611 28,991
1999 126,686 32,585
($1=\120)
Community Development in Japan -especially on organization (jichikai) -
• Administration Units
- 47 Prefectures
- 3,224 Municipalities (May, 2001)
City : 670 (shi)
Town : 1,988 (cho)Village : 566 (son or mura)
(mainly categorized by population size)
Community participation in development activities in Japan
• Community participation in rural areas
neighbourhood association
“jichikai”, “chonaikai”, “ku”, etc. Kampung
Desa / Kelurahan
RT
Village
Neighborhood
Settlement
KK
Cho / Son Leaders’ meeting /
Coordinating board
Kampung / RW
Kumi
Ie
Shuraku ≒ Jichikai
Household
Indonesia Japan
Community-based Organizationsin Indonesia and Japan
Sections in jichikai
Leader, sub-leader,
accountant
Section for general affairs
Section for culture
Section for agriculture
A case in Kaminaka Town, Fukui Prefecture
- Number of population : 8,077- Number of households : 2,086- Number of settlements : 44
Kaminaka Town
Kaminaka (community development) method 1963 ~ 1965: “Community college” founded. → Learning about
community development and local politics (two people from each settlement).
1964 ~ 1973: Period of settlement reorganization.Subsidies from central government → Reorganization of settlement → Small groups in each settlement → Recreational events and community development plan.
1974 A new mayor elected. → Establishment of a new method for community development based on the settlement reorganization → “Planning committees” in all settlements
1975 All settlements drew out “settlement plans”
1976 Master development plan by cho → Settlement planning and its implementation → “Kaminaka method” developed.
Structure of jichikai in Kaminaka Town
Group for singlesGroup for young wives Group for young husbands Group for middle-aged wivesGroup for middle-aged husbandsGroup for senior wivesGroup for senior husbands
Committee of group leaders
Class leader
SectionsSection leaders meeting
Planning Committee
class
ku
Planning process in Kaminaka Town
⑥
Each group
class
Planning committee
General meeting of all households
Leaders committeein old municipality
Administration of Kaminaka Town
①
②
③
④
⑤
⑦
Improvement of living environment in Kaminaka Town
– Each group makes a draft development plan.
– Planning committee draws up “settlement plan” based on the drafts.
– Meeting of all households approves the plan.
– Shuraku presents “Settlement plan” to the cho. The plan is evaluated by administration.
– The committee adjusts the plans of neighbouring settlements.
– The committee presents the plan of old municipality to the cho.
– The cho implements the plan as public works. In order to carry out the plan, “shuraku” must bear 30% of the total budget.
10. P E N U T U P10. P E N U T U P
Penataan Ruang yang meliputi perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian Pemanfaatan Ruang mutlak dibutuhkan dalam ranngka menjamin hak kepemilikan stiap orang, mewujudkan kesejahteraan sosial dan mengelola perkembangan pembangunan yang terjadi.
Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang tersebut perlu terus didorong untuk memberi peran dan melibatkan masyarakat dengan pendekatan community driven planning.
Dengan meningkatnya peran serta / pelibatan masyarakat dalam penataan ruang maka masyarakat madani yang berbasis good governance dapat diwujudkan, yang pada akhirnya semakin meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembangunan di daerah. Dengan demikian pembangunan akan berjalan dengan basis transparansi, akuntabilitas, berorientasi proses (akhlak oriented), dan berorientasi/berpihak pada rakyat.