LAPORAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN SHIFT KERJA DENGAN
KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI
PT.TIFICO,TBK TAHUN 2009
OLEH :
PUTI NURHIDAYATI
(105101003247)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 September 2009
Puti
Nurhidayati
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Septmber 2009
PUTI NURHIDAYATI, NIM : 105101003247
Hubungan Antara Penerapan Shift Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di
Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009.
(xix + 86 halaman, 21 tabel, 2 gambar, 9 lampiran)
ABSTRAKSI
Kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu
kegiatan. Salah satu faktor yang memberikan kontribusi besar terhadap terjadinya kelelahan
yaitu shift kerja. PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation atau PT. TIFICO, Tbk merupakan
perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang bergerak dalam bidang produksi Polyester
Synthetic Fiber (benang polyester sintetik) sebagai bahan baku tekstil. (kain). PT. TIFICO,
Tbk merupakan perusahaan yang menerapkan shift kerja karena menjalankan proses produksi
secara terus menerus selama 24 jam. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 14
pekerja shift di PT.TIFICO,Tbk diketahui seluruhnya merasakan kelelahan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja
pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009. Di dalamnya akan dibahas
mengenai usia, status gizi, masa kerja , dan beban kerja yang merupakan faktor
counfounding.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 154 orang yang diambil secara acak. Data
penelitian didapat dari wawancara dengan menggunakan kuesioner IFRC yang dapat untuk
mengukur tingkat kelelahan subjektif dan pengukuran secara objektif yaitu pengukuran yang
mendukung hasil pengukuran subjektif yang dapat dilihat pada saat wawancara, selain itu
data diperoleh dari hasil pengukuran berat badan, tinggi badan, dan penilaian pekerjaan. Data
dianalisis secara univariat untuk melihat gambaran masing – masing variabel, bivariat dengan
menggunakan uji chi square untuk melihat pengaruh variabel shift kerja, usia, status gizi,
masa kerja , dan beban kerja terhadap kelelahan kerja kemudian dilanjutkan dengan analisis
multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kelelahan lebih banyak
dibandingkan dengan pekerja yang mengalami tidak lelah. Selain itu terdapat hubungan
antara shift kerja dengan kelelehan kerja pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk
Tahun 2009. Faktor counfounding yaitu usia, status gizi, beban kerja ternyata tidak
menunjukkan adanya hubungan dengan kelelahan kerja, sedangkan faktor masa kerja
memiliki hubungan dengan kelelahan kerja dengan P value < 0,05 (Pvalue = 0,006) dan
terbukti sebagai faktor counfounding antara shift kerja dengan kelelahan kerja karena
memiliki selisih OR > 10% yaitu 20,99%.
Saran yang diajukan adalah penerapan rotasi shift kerja untuk ditinjau kembali;
disarankan agar perusahaan memberikan materi pelatihan pada pekerja tentang dampak kerja
shift, penyebab dari kelelahan dan efek – efeknya; bagi pekerja disarankan untuk tidur di
tempat yang sejuk (dingin), ruang tidur yang tidak terlalu terang dan relaksasi yang cukup.
Daftar bacaan : 31 (1989 – 2008)
JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY
FACULTY OF MDICINE AND HEALTH SCIENE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
Undergraduated Thesis, Sept 2009
PUTI NURHIDAYATI, NIM : 1051010032473
Relationship Between Shift Work Implementation With Fatigue To Production Worker
PT.TIFICO,Tbk, 2009
(xix + 86 pages, 21 tables, 2 pictures, 9 attachments)
ABSTRAC
Fatigue is weakness power to do something. One of contribute fatigue factor is shift
work. PT.TIFICO, Tbk is foreign capital investmen company which moving at polyester
synthetic fiber production. PT TIFIO,Tbk implements shift work because produtions around
as 24 hours. Based on preface research to 14 shift worker, known that all the workers feel
fatigue. The purpose of this research is to known the relationship between shift work
implementation with fatigue to production worker at PT.TIFIO,Tbk 2009. include abput age,
nutrition state, work period and work load as counfounding.
This is quantitative research with cross sectional study design. Samples are 154
randomly workers. Data get interview using IFRC questioner for measure subjectivity
fatigue. Besides that, data get from weight – height measurement and work estimate. Analyze
data use univariate for known variables description ; bivariate using chi square for known
variables influence of shift work, age, nutrition state, work period and load work to fatigue
and continue with multivariate.
The result show that fatigue worker more than unfatigue worker. Besides that, there
is a significant relationship between shift work with fatigue to production worker because it
has P value < 0,05 (P value = 0,000). Counfounding factors have no significant relationship
with fatigue, while work period has significant relationship with fatigue with P value < 0,05
(P value = 0,006) and proved as counfounding between shift work and fatigue because has
RR difference > 10% which is 20,99%.
Recommendation suggested are review shift work rotation implementation and
suggest for company give training modul to the worker about shift work and fatigue effects;
suggest for worker for sleep at the cool place, unlight bedroom and enough relaxation
Referenes : 31 (1989 - 2008)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi Dengan Judul
HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN
KERJA PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT.TIFICO,TBK
TAHUN 2009
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 8 September 2009
Yuli Amran, MKM Iting Shofwati, ST, MKKK
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 8 September 2009
Ketua
(Yuli Amran, MKM)
Anggota I
(Iting Shofwati, ST, MKKK)
Anggota II
(Hendra, SKM, MKKK )
Lembar Persembahan
TUHAN TUNJUKKAN 2 HAL PENTING.
PERTAMA PASTI GAGAL
KEDUA BELUM TENTU BERHASIL.
Pasti gagal jika kita berdiam diri,,,,,,,,,,,,, Belum tentu berhasil inilah nilai
PERJUANGAN.
Dalam berjuang ada 3 hal penting.
YA
TIDAK
BELUM
YA: kalo sudah berhasil,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
TIDAK DAN BELUM inilah yang harus kita sikapi.
TIDAK berarti menyerah.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
BELUM trus berjuang..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Puti Nurhidayati
TTL : Jakarta, 15 Juli 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Ponsel : 085693092865
Alamat : BSD. Blok C5 No 12 Jl. Cemara IV Sekt. I.1
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
2005 – 2009 : Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2002 – 2005 : SMU Negeri 1 Serpong
1999 – 2002 : SLTP Negeri 4 Puspiptek
1993 – 1999 : SDN Karya Bhakti 01
PENGALAMAN ORGANISASI
2008 – 2009 : Anggota Forum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2005 – 2008 : Anggota KSR UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2005 – 2009 : Anggota IPB (Ikatan Pemuda/i) BSD
2003 – 2005 : Anggota INKREA (Ikatan Remaja Kreatif )
PENGALAMAN PELATIHAN DAN KURSUS
2008 : Pelatihan Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001:2007
2008 : Pelatihan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:200
KATA PENGANTAR
ال ا س كن م ل ي ل هلل ا ورحمة ع ر و ا ب ه ك ت
Segala puji kehadirat Allah SWT, yang tidak pernah tidur dan selalu dekat dengan
hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan atas segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Penerapan Shift Kerja
Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009”.
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyusunan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan banyak
pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan semangat. Untuk itu penulis
merasa pantas berterima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Terima kasih kepada ayah dan ibu, adik – adikku Risa dan Rima yang telah
memberikan semangat dan doa yang luar biasa kepada saya, serta segenap keluarga
tercinta yang selalu memberikan dukungan moril maupun materiil kepada saya.
2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
(PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bu Yuli selaku dosen pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis.
5. Bu Iting selaku dosen pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis.
6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Pak Timbul, Pak Handono, pak Sipenhadi, Pak Sopingi, seluruh pekerja di bagian
produksi yang telah bekerjasama dengan baik selama penulis melaksanakan kegiatan
skripsi di perusahaan tersebut.
8. Azis yang telah memberikan motivasi, kritikan yang ”pedas”, dan saran selama penulis
melaksanakan penyusunan skripsi. Makasih ya ” mancungkuu”
9. Kak Putri yang sudah membantu penulis dalam penyusunan skripsi, terima kasih ya
kak atas ilmu – ilmunya....
10. Umi, Nur ikrimah, Rira, Cori, Najwa, Nurwita, Nurul, Ipung, Budi yang telah
memberikan semangat penulis untuk maju siding seminar proposal. Thanks Guys…
11. Sahabat – sahabatku Umi en d’Gank; Budi; Opi, Tomo n the Gank atas bantuan dan
doanya selama penulis menyusun laporan skripsi, baik bantuan menemani penulis
keperpustakaan UI, Hiperkes, pelaksanaan penelitian ke lapangan,dll.
12. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat ’05 FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (Endazh, Ernidah Lubis, Rofaul, Nurul, Ipul ustadz, dll) Semangaaatttttt!!!!!!!!.
13. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah
membantu proses penyusunan laporan skripsi.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
khususnya mengenai penerapan shift kerja.
ه ا ت ر ك كن ورحمة ا هلل و ب ي ل ال م ع س و ا ل
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................... i
ABSTRAKSI ............................................................................................................ ii
ABSTRACT.............................................................................................................. iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................... v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI.................................................................... vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................. vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................ viii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xvii
DAFTAR ISTILAH................................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Perumusan masalah............................................................................. 6
C. Pertanyaan penelitian.......................................................................... 7
D. Tujuan penelitian................................................................................. 8
1. Tujuan Umum............................................................................... 8
2. Tujuan Khusus.............................................................................. 8
E. Manfaat penelitian............................................................................... 9
1. Manfaat Bagi Perusahaan.............................................................. 9
2. Manfaat Bagi Pekerja.................................................................... 9
3. Manfaat Bagi Peneliti.................................................................... 9
F. Ruang lingkup penelitian.................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….. 11
A. Kelelahan..............…………………………………………………… 11
1. Definisi Kelelahan……………………………………………….. 11
2. Gejala kelelahan…………………………………………………. 11
3. Pengukuran kelelahan…………………………………………… 12
B. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kelelahan.......................... 16
1. Kerja Shift……………………………………………………….. 16
a. Definisi kerja shift.................................................................... 16
b. Alasan di terapkannya kerja shift............................................. 17
c. Sistem kerja shift…………………………………………….. 18
d. Strategi dalam penyusunan shift kerja...................................... 28
e. Efek dari kerja shift…………………………………….......... 31
2. Usia Pekerja................................................................................... 32
3. Status Gizi...................................................................................... 33
4. Masa Kerja..................................................................................... 34
5. Status Kesehatan.............................................................................. 35
6. Beban Kerja.................................................................................... 36
7. Lingkungan Kerja........................................................................... 38
8. Waktu Kerja................................................................................... 39
9. Intensitas dan lamanya kerja fisik.................................................. 39
10. Kondisi Mental............................................................................... 39
11. Circadian Rhtme............................................................................ 40
12. Keadaan Monoton.......................................................................... 40
13. Jenis Kelamin................................................................................. 41
C. Kerangka Teori..................................................................................... 41
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL............... 43
A. Kerangka Konsep................................................................................. 43
B. Definisi Operasional............................................................................. 44
C. Hipotesis................................................................................................. 46
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN………….……………………….......... 47
A. Jenis Penelitian...................................................................................... 47
B. Tempat Dan Waktu Penelitian………………..………………………. 47
C. Populasi Dan Sampel Penelitian………………..…………………….. 47
D. Instrumen Penelitian.............................................................................. 48
E. Metode Pengumpulan Data.................................................................... 49
F. Pengolahan Data.................................................................................... 50
G. Analisis Data……………………………..…………………………… 51
1. Analisis Univariat………...………...…………………………….. 51
2. Analisis Bivariat……………..……………………………………. 51
3. Analisis Multivariat.......................................................................... 52
BAB V HASIL PENELITIAN................................................................................ 54
A. Gambaran Umum Perusahaan............................................................... 54
B. Analisis Univariat.................................................................................. 55
C. Analisis Bivariat .................................................................................... 59
D. Analisis Multivariat................................................................................ 63
1. Pemilihan variabel sebagai kandidat analisis multivariat................ 64
2. Pembuatan Model............................................................................ 64
3. Pembuatan analisis interaksi........................................................... 66
4. Penilaian Counfounding Pembuatan analisis interaksi................... 67
BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 70
A. Keterbatasan Penelitian.......................................................................... 70
B. Kelelahan................................................................................................ 70
C. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja.................. 73
1. Hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja........ 73
2. Hubungan Antara Faktor Counfounding Dengan Kelelahan Kerja... 76
a. Hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja................ 76
b. Hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada
pekerja................................................................................
78
c. Hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada
pekerja..........................................................................................
79
d. Hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada
pekerja..........................................................................................
81
BAB VII KESIMPULAN.......................................................................................... 84
A. Simpulan.................................................................................................. 84
B. Saran......................................................................................................... 85
1. Bagi Perusahaan................................................................................. 85
2. Bagi Pekerja...................................................................................... 86
3. Bagi Peneliti....................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA 87
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1 Metropolitan Rota Shift System 24
2.2 Continental Rota Shift System
25
2.3 Sistem empat orang siklus 32 Jam 26
2.4 Circadian Strategy 29
2.5 Anchor Sleep Strategy 30
2.6 Penilaian pekerjaan 37
2.7 Kategori beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang
dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan
38
3.1 Definisi Operasional 44
5.1 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan
Kerja di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009
56
5.2 Pembagian Waktu kerja shift PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009
57
5.3 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Faktor
Confounding di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun
2009
57
5.4 Distribusi Pekerja Menurut Penerapan Shift Kerja dan
Kelelahan Kerja di di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk
59
Tahun 2009
5.5 Distribusi Pekerja Menurut Faktor Confounding (Usia
Pekerja; Status Gizi Pekerja; Masa kerja ; dan Beban Kerja)
dan Kelelahan Kerja di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk
Tahun 2009
60
5.6 Proporsi Pekerja Yang Mengalami Kelelahan Berdasarkan
Masa Kerja di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009
61
5.7 Hasil Analisis Bivariat Antara Penerapan Shift Kerja dengan
Kelelahan Kerja di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun
2009
64
5.8 Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model Antara Shift
kerja, masa kerja, dan beban kerja dengan kelelahan kerja di
Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009
65
5.9 Hasil Analisis Multivariat Antara Shift Kerja, masa kerja
dengan Kelelahan kerja di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk
tahun 2009
66
5.10 Hasil Analisis Interaksi Antara Shift Kerja Dengan Masa
kerja di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009
67
5.11 Hasil Analisis Variabel Utama (Shift) Sebelum Variabel
Counfounding Dikeluarkan di Bagian Produksi
PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009
67
5.12 Hasil Analisis Variabel Utama (Shift) Sesudah Variabel
Counfounding Dikeluarkan di Bagian Produksi
PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009
68
5.13 Hasil Akhir Analisis Multivariat Antara Shift Kerja, Masa
kerja Dengan Kelelahan Kerja di Bagian Produksi
PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009
68
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Teori 42
3.1 Bagan Kerangka Konsep
44
DAFTAR ISTILAH
Shift kerja adalah pergantian kerja secara bergilir (jadwal shift rotasi) dan terdapat jadwal
khusus. Kerja bergilir dikatakan kontinyu apabila dikerjakan selama 24 jam setiap hari
termasuk hari minggu dan hari libur dengan waktu 3 shift.
Circadian rhytme adalah fluktuasi tubuh manusia yang mengikuti siklus 24 jam.
Subjective feelings of fatigue adalah perasaan subjektif dari kelelahan.
Zombie Strategy adalah strategi penyusunan kerja shift pada perusahaan yang memiliki
model kerja yang tidak dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan perusahaan
Circadian Strategy adalah suatu strategi penyusunan kerja shift yang disesuaikan dengan
irama tubuh.
Rotasi Shift adalah perputaran jadwal kerja dalam jangka waktu tertentu
Shift Permanen adalah jadwal kerja yang bersifat tetap
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat izin melakukan penelitian
Lampiran 2 Kuesioner penellitian
Lampiran 3 Output Univariat
Lampiran 4 Output Bivariat
Lampiran 5 Output Multivariat
Lampiran 5.1 Pemilihan variabel sebagai kandidat analisis multivariat
Lampiran 5.2 Pembuatan Model
Lampiran 5.3 Pembuatan analisis interaksi
Lampiran 5.4 Penilaian confounding
BAB I
PENDAHULUAN
G. Latar Belakang
Kelelahan adalah rasa capek yang tidak hilang waktu kita istirahat. Menurut
Rizeddin (2000) dalam Fitrihana (2008) kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan
ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun.
Sedangkan menurut Budiono, dkk (2000) istilah kelelahan mengarah pada kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan.
Gejala kelelahan (fatigue symptom) antara lain seperti perasaan lesu, ngantuk,
pusing; kurang mampu berkonsentrasi; berkurangnya tingkat kewaspadaan;
berkurangnya gairah untuk bekerja; dan menurunnya kinerja jasmani dan rohani
(Budiono dkk, 2000). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja (Rizeddin, 2000
dalam Fitrihana, 2008); apabila tingkat produktivitas seorang tenaga kerja terganggu
yang disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis maka akibat yang
ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa penurunan produktivitas
perusahaan (Budiono dkk, 2003). Menurut Nitisemito dalam Riyadina (1996) indikasi
pokok yang menunjukkan adanya kelelahan adalah turunnya produktivitas kerja, hal
tersebut karena rasa kelelahan dapat menimbulkan kemalasan, sehingga dapat
menyebabkan kegiatan kerja menjadi kurang. Menurut Alberta, 20004 dalam Safitri,
2008 akibat dari kelelahan kerja diantaranya adalah berkurangnya produktivitas, dan
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan kerja menurut Silaban (1998)
dalam Muryanto (2003) meliputi waktu kerja (shift & non shift); karakteristik pekerja (
kesehatan, jenis kelamin, usia, masa kerja, status gizi, beban, lingkungan kerja).
Menurut Tarwaka et al (2004) faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
kelelahan adalah intensitas dan lamanya kerja fisik; masalah lingkungan kerja; circadian
rhythm; status kesehatan dan nutrisi. Sedangkan menurut Grandjean (1993) dalam
Tarwaka et al (2004) kelelahan umum biasanya ditandai dengan keadaan monoton;
sebab – sebab mental seseorang (kondisinya). Salah satu faktor yang memiliki kontribusi
untuk menimbulkan kelelahan adalah kerja shift. Menurut Kuswadji (1997)
menyebutkan penerapan shift kerja dapat mengakibatkan beberapa efek terhadap
kesehatan seperti 80% pekerja akan mengalami kelelahan.
Coligen, et.al, (1997) mendefinisikan bahwa kerja shift merupakan jadwal jam kerja
yang berada diluar jam kerja normal yang dimulai dari sekitar pukul 07.00 sampai pukul
18.00, dengan lamanya jam kerja untuk seorang pekerja 7-8 jam dalam setiap shiftnya.
Sedangkan menurut Nasution dkk (1989) Secara terminologinya yang dimaksud dengan
shift kerja adalah kerja 24 jam dibagi secara bergiliran dalam waktu 2 jam, para pekerja
dibagi atas kelompok kerja dan pada umumnya dibagi atas tiga kelompok dimana lama
giliran kerja yaitu 8 jam. Sedangkan ILO (1998) membuat suatu ciri khas dari kerja shift
yaitu terdapatnya kontinuitas, pergantian kerja secara bergilir dan terdapat jadwal
khusus. Kerja bergilir dikatakan kontinyu apabila dikerjakan selama 24 jam setiap hari
termasuk hari minggu dan hari libur.
Menurut Nasional Sleep Foundation (2005) dalam Handayani (2008) lebih dari 22
juta pekerja Amerika adalah pekerja shift dan angka ini mengalami pertumbuhan
sebesar 3% setiap tahunnya. Menurut the Bureau of Labor Statistics (2005) dalam
Donohue, et.al. (2006) sekitar 54.6% pekerja yang mengalami kerja shift. Data
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) bahwa negara-negara industri tahun 1974 jumlah
pekerja shift 8-25 % dari seluruh pekerja produktif, setengah diantaranya bekerja shift
malam dan diperkirakan jumlah ini akan meningkat 2x lipat pada tahun 1994 (Karnagi,
1993 dalam Dewi, 2006). Pekerja shift biasanya bertugas pada rumah sakit, kantor polisi,
dan pada industri manufacturing ( coligen, et.al, 1997).
Jumlah pekerja shift di negara berkembang berkisar antara 15- 30 % dan sekitar 10-
15 % mengalami kelelahan ( Silaban, 1998 dalam Dewi, 2006). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh N W H Jansen et. al, 2003 prevalensi pekerja shift yang mengalami
kelelahan adalah sebesar 28.6%. Menurut penelitian swenson (1997) dalam Muryanto
(2003) kelelahan terjadi lebih sering pada pekerja shift dibandingkan pekerja harian.
83% pada pekerja shift.
Di Indonesia telah dilakukan beberapa penelitian yang berhubungan dengan
kelelahan diantaranya penelitian oleh Kuswadji (1997) mengenai pengaturan tidur
pekerja shift di Jakarta. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa terdapat beberapa
gangguan kesehatan yang dapat dirasakan oleh pekerja shift salah satunya adalah
kelelahan.
Hasil penelitian tingkat kelelahan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sisinta
(2005) pada pekerja didapatkan sekitar 49 % kelelahan terjadi pada pekerja yang
bekerja dengan sistem kerja shift dan sekitar 17 % kelelahan terjadi pada pekerja yang
bekerja dengan sistem non shift. Dalam penelitian lain menyebutkan sekitar 53,3%
kelelahan terjadi pada responden dengan sistem shift (Yusri, 2006). Menurut Muryanto
(2003) sekitar 62,9% kelelahan terjadi pada pekerja dengan sistem shift dan sekitar 1%
kelelahan terjadi pada pekerja dengan sistem non shift. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Uminah (2005) didapatkan sekitar 27,8 % kelelahan terjadi pada pekerja
yang bekerja dengan sistem shift dan 7,4 % kelelahan terjadi pada pekerja yang bekerja
dengan sistem non shift.
Dalam penelitian Sisinta (2005) kelelahan banyak dialami oleh pekerja yang berusia
diatas 41 dan dibawah 50 tahun yaitu sebanyak 17 orang (34,7%); selain itu pada
penelitian ini pekerja yang banyak mengalami kelelahan yaitu pekerja yang memiliki
status gizi normal sebanyak 20 orang (29%). Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Uminah (2005) kelelahan banyak dialami oleh pekerja yang berusia diatas 35 tahun yaitu
sebesar 25 orang (46,3%); selain itu pada penelitian ini pekerja yang banyak mengalami
kelelahan yaitu pekerja yang memiliki status gizi normal sebanyak 19 orang (35,2%).
Dalam penelitian lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2006) menyebutkan
bahwa pekerja yang paling banyak mengalami kelelahan adalah pekerja yang berusia 25
– 35 tahun yaitu sebanyak 26 orang (55,3%). Pada penelitian ini, kelelahan banyak
dialami oleh pekerja dengan masa kerja shift lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 32
orang (62,7%). Selain itu pada penelitian ini juga, kelelahan banyak dialami oleh pekerja
dengan status gizi normal yaitu sebanyak 31 orang (59,6%). Berdasarkan penelitian
Purnawati et al (2006) kelelahan banyak diaami oleh pekerja dengan masa kerja lebih
dari 5 tahun yaitu sebanyak 41 orang (63,1%). Selain itu penelitian yang dilakukan pada
pekerja bongkar muat menyatakan terdapatnya hubungan antara beban kerja dengan
kelelahan kerja (Tarwaka et al, 2004).
PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation atau PT. TIFICO, Tbk merupakan perusahaan
penanaman modal asing (PMA) yang bergerak dalam bidang produksi Polyester
Synthetic Fiber (benang polyester sintetik) sebagai bahan baku tekstil (kain). PT. TIFICO,
Tbk merupakan perusahaan yang menerapkan shift kerja karena menjalankan proses
produksi secara terus menerus selama 24 jam. Berdasarkan data kecelakaan pada tahun
2008, didapatkan pekerja shift yang mengalami kecelakaan dikarenakan pekerja lelah
terdapat sekitar 67 %. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 14 pekerja
shift di PT.TIFICO,Tbk diketahui masa kerja shift yang telah dilalui pekerja paling rendah
adalah 3 bulan dan paling tinggi 18 tahun. Dari hasil subjective self rating test dari
industrial fatigue research committee (IFRC) yang merupakan kuesioner yang dapat
untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif diketahui dari 14 pekerja seluruhnya
merasakan kelelahan yaitu dua responden mengalami kelelahan tingkat sedang (14,2%),
dan dua belas responden (85,8%) mengalami kelelahan tingkat ringan.
Berdasarkan hal diatas perlu dibuktikan faktor – faktor penyebab kelelahan di dalam
suatu penelitian. Untuk itu penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai
hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan pada pekerja di PT.TIFICO,Tbk
tahun 2009.
H. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas diketahui dari 14 pekerja pada penelitian
pendahuluan, seluruhnya merasakan kelelahan. Kelelahan pada pekerja dapat
menimbulkan gejala kelelahan (fatigue symptom) antara lain antara lain seperti
perasaan lesu, ngantuk, pusing; kurang mampu berkonsentrasi; berkurangnya tingkat
kewaspadaan; berkurangnya gairah untuk bekerja; dan menurunnya kinerja jasmani dan
rohani. Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja, apabila tingkat produktivitas
seorang tenaga kerja terganggu yang disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun
psikis maka akibat yang ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa
penurunan produktivitas perusahaan. Salah satu indikasi pokok yang menunjukkan
adanya kelelahan yaitu turunnya produktivitas kerja. Rasa kelelahan dapat
menimbulkan kemalasan, sehingga dapat menyebabkan kegiatan kerja menjadi kurang..
Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan kerja beberapa diantaranya
adalah meliputi waktu kerja (shift & non shift); karakteristik pekerja ( kesehatan, jenis
kelamin, usia, masa kerja, status gizi, beban, lingkungan kerja); intensitas dan lamanya
kerja fisik; masalah lingkungan kerja; circadian rhythm; status kesehatan dan nutrisi;
keadaan monoton; sebab – sebab mental seseorang (kondisinya). Dalam penelitian ini
yang akan diteliti yaitu shift kerja, usia pekerja, status gizi, masa kerja, dan beban kerja.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya diketahui bahwa kerja shift merupakan salah satu
penyebab utama kelelahan yang dirasakan oleh pekerja, dengan demikian diperlukan
adanya suatu penelitian untuk membuktikan apakah ada hubungan antara penerapan
shift kerja dengan kelelahan pada pekerja di bagian produksi dengan melihat juga
hubungan antara faktor konfonder dengan kelelahan pada pekerja di bagian produksi
PT.TIFICO,Tbk tahun 2009.
I. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana gambaran kelelahan kerja pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk
tahun 2009?
2. Bagaimana gambaran penerapan shift kerja yang dilaksanakan di bagian produksi
PT.TIFICO,Tbk tahun 2009?
3. Bagaimana gambaran faktor confounding (usia pekerja; status gizi pekerja; masa
kerja shift; dan beban kerja ) pada pekerja di bagian produksi PT. TIFICO, Tbk tahun
2009?
4. Apakah ada hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja pada
pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009?
5. Apakah ada hubungan antara faktor confounding (usia pekerja; status gizi pekerja;
masa kerja shift; dan beban kerja ) dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian
produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009?
6. Apakah faktor confounding (usia pekerja; status gizi pekerja; masa kerja shift; dan
beban kerja) terbukti mempengaruhi kelelahan kerja pada pekerja di bagian
produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009?
J. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja
pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kelelahan kerja pada pekerja di bagian produksi
PT.TIFICO,Tbk tahun 2009
b. Diketahuinya gambaran penerapan shift kerja yang dilaksanakan di bagian
produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009
c. Diketahuinya gambaran faktor confounding (usia pekerja; status gizi pekerja;
masa kerja shift; dan beban kerja ) pada pekerja di bagian produksi PT. TIFICO,
Tbk tahun 2009
d. Diketahuinya hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja
pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009
e. Diketahuinya hubungan antara faktor confounding (usia pekerja; status gizi
pekerja; masa kerja shift; dan beban kerja) dengan kelelahan kerja pada pekerja
di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009
f. Diketahuinya faktor confounding (usia pekerja; status gizi pekerja; masa kerja
shift; dan beban kerja) yang terbukti mempengaruhi kelelahan kerja pada
pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009
K. Manfaat penelitian
1. Manfaat Bagi Perusahaan :
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan
sehingga perusahaan dapat membuat suatu program atau kebijakan terkait dengan
upaya pencegahan terjadinya kelelahan kerja pada pekerja.
2. Manfaat Bagi Pekerja
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman
pekerja mengenai kelelahan yang dapat diakibatkan oleh penerapan shift kerja yang
diterapkan perusahaan. Sehingga pekerja secara mandiri dapat melakukan upaya
perlindungan terhadap kesehatan kerja dan terhindar dari penyakit akibat kerja.
3. Manfaat Bagi Peneliti:
Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti
selanjutnya yang berhubungan dengan shift kerja dan kelelahan pada pekerja
L. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelelahan pada pekerja di bagian
produksi ditinjau dari penerapan kerja shift, usia, status gizi, masa kerja shift, dan beban
kerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk pada tahun 2009. Sasaran penelitian adalah para
pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan
yang dimulai pada tanggal 8 Juni – 31 Juli tahun 2009. Penelitian ini perlu dilakukan
karena perusahaan ini telah menerapkan shift kerja dalam menjalankan proses produksi
dan berdasarkan studi pendahuluan didapatkan 14 pekerja mengalami kelelahan.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Data – data tersebut
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus
Chi Square untuk melihat hubungan antar variabel independen dan dependen dengan
mengontrol beberapa variabel counfounding. Dalam penelitian ini untuk mengetahui
tingkat kelelahan kerja digunakan subjective self rating test dari industrial fatigue
research committee (IFRC) yang merupakan kuesioner yang dapat untuk mengukur
tingkat kelelahan subjektif dan pengukuran secara objektif yaitu pengukuran yang
mendukung hasil pengukuran subjektif yang dapat dilihat pada saat wawancara.
Timbangan dan meteran digunakan untuk mengukur berat badan dan tinggi badan agar
dapat mengetahui status gizi pekerja. Tabel penilaian pekerjaan digunakan untuk
mengetahui estimasi panas metabolik agar dapat menilai berat ringannya beban kerja.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Kelelahan
1. Definisi Kelelahan
Kelelahan adalah rasa capek yang tidak hilang waktu kita istirahat. Menurut
Rizeddin (2000) dalam Fitrihana (2008) kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan
ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas
menurun.
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Tarwaka et
al, 2004). Menurut Riyadina (1996) kelelahan kerja adalah keadaan karyawan yang
mengakibatkan terjadinya penurunan dan produktivitas kerja akibat faktor
pekerjaan.
Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan
suatu kegiatan (Budiono dkk, 2003)
2. Gejala kelelahan
Gambaran mengenai gejala kelelahan secara subjektif dan objektif antara lain
(Budiono dkk, 2003):
a. Perasaan lesu, ngantuk, pusing
b. Tidak / kurang mampu berkonsentrasi
c. Berkurangnya tingkat kewaspadaan
d. Persepsi yang buruk dan lambat
e. Tidak ada / berkurangnya gairah untuk bekerja
f. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.
Beberapa gejala ini dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efektivitas
kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul berupa
keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja (Budiono
dkk, 2003).
3. Pengukuran kelelahan
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara
langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya
hanya berupa indicator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.
Grandjean (1993) dalam Tarwaka et al (2004) mengelompokkan metode
pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :
a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja
(waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap
unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti
: target produksi, faktor sosial, dan prilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan
kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi
kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut
bukanlah merupakan causal factor.
b. Uji Psikomotor (psychomotor test)
Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor.
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi.
Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai
kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi
dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan
badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya
pelambatan pada proses faal syaraf dan otot.
c. Uji hilangnya Kelipan (flicker fussion- test)
Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan
akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan
untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan, disamping untuk mengukur
kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.
d. Perasaan kelelahan secara subjektif (Subjective feelings of fatigue)
Subjective feelings of fatigue dari Industrial Fatigue Research
Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat
untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner ini terdiri dari 30
item gejala kelelahan umum diadopsi dari IFRC (Industrial Fatigue
Research Commitee Of Japanese Association Of Industrial Health) yang
dibuat pada tahun 1967. Disosialisasikan dan dimuat dalam Prosiding
Symposium on Methodology of Fatigue Assesment. Symposium ini
diadakan di Kyoto Jepang pada tahun 1969. Sepuluh item pertama
mengindikasikan adanya pelemahan aktifitas, 10 item kedua pelemahan
motifasi kerja dan 10 item ketiga atau terakhir mengindikasikan kelelahan
fisik atau kelelahan pada bagian tubuh. Semakin tinggi frekuensi gejala
kelelahan muncul dapat diartikan semakin besar pula tingkat kelelahan.
Dikatakan bahwa kelemahan dari kuesioner ini adalah tidak dilakukannya
evaluasi terhadap setiap item pertanyaan secara tersendiri. Kuesioner ini
kemudian dikembangkan dimana jawaban jawaban kuesioner diskoring
sesuai empat skala Likert (Susetyo, 2008).
Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari :
1) Perasaan berat dikepala
2) Lelah seluruh badan
3) Berat di kaki
4) Menguap
5) Pikiran kacau
6) Mengantuk
7) Ada beban pada mata
8) Gerakan canggung dan kaku
9) Berdiri tidak stabil
10) Ingin berbaring
11) Susah berpikir
12) Lelah untuk berbicara
13) Gugup
14) Tidak berkonsentrasi
15) Sulit memusatkan perhatian
16) Mudah lupa
17) Kepercayaan diri kurang
18) Merasa cemas
19) Sulit mengontrol sikap
20) Tidak tekun dalam pekerjaan
21) Sakit dikepala
22) Kaku di bahu
23) Nyeri di punggung
24) Sesak nafas
25) Haus
26) Suara serak
27) Merasa pening
28) Spasme di kelopak mata
29) Tremor pada anggota badan
30) Merasa kurang sehat.
e. Uji Mental
Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat
digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan.
Bourdon Wiersma test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
menguji kecepatan, ketelitin, dan konstansi. Hasil tes akan menunjukkan bahwa
semakin lelah seseorang maka tingkat kecepatan, ketelitian dan konstansi akan
semakin rendah atau sebaliknya. Namum demikian Bourdon Wiersma test lebih
tepat untuk mengukur kelelahan akibat aktivitas atau pekerjaan yang lebih
bersifat mental.
C. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan
1. Kerja Shift
a. Definisi kerja shift
Berikut ini adalah definisi kerja shift yang terdapat dalam beberapa sumber,
yaitu :
1) Coligan et al (1997) mendefinisikan bahwa kerja shift merupakan jadwal jam
kerja yang berada diluar jam kerja normal yang dimulai dari sekitar pukul
07.00 sampai pukul 18.00, dengan lamanya jam kerja untuk seorang pekerja
7-8 jam dalam setiap shiftnya.
2) International Labour Organization (ILO, 1998), membuat suatu ciri khas dari
kerja shift yaitu terdapatnya kontinuitas, pergantian kerja secara bergilir
dan terdapat jadwal khusus. Kerja bergilir dikatakan kontinyu apabila
dikerjakan selama 24 jam setiap hari termasuk hari minggu dan hari libur.
3) La Dou (1994) mendefinisikan kerja shift sebagai pekerjaan yang dilakukan
terutama di luar jam kerja normal.
4) Simanjuntak (1997) menjelaskan bahwa dalam terminologinya yang
dimaksud dengan kerja shift adalah kerja yang dibagi secara bergiliran
dalam waktu 24 jam (Handayani, 2008).
5) Secara terminologinya yang dimaksud dengan shift kerja adalah kerja 24
jam dibagi secara bergiliran dalam waktu 2 jam. Para pekerja dibagi atas
kelompok kerja dan pada umumnya dibagi atas tiga kelompok dimana lama
giliran kerja yaitu 8 jam (Nasution, dkk, 1989).
b. Alasan Di Terapkannya Kerja Shift
Coligan et al (1997) menjelaskan mengenai alasan diterapkannya shift
menjadi tiga bagian berdasarkan kepentingan kelompok, yaitu :
1) Kepentingan Sosial
Perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan masyarakat
bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang dibutuhkan
setiap saat, seperti Rumah Sakit, transportasi, pemadam kebakaran, polisi,
tenaga listrik, tenaga air, dan lain sebagainya.
2) Kepentingan Ekonomi
Hal ini terutama terjadi pada industri yang menggunakan mesin-mesin
mahal sehingga dibutuhkan operasional secara kontinyu untuk mencapai
profit yang tinggi dan efisiensi penggunaan dari mesin-mesin tersebut. Bagi
perusahaan yang bergerak di bidang industri berlakunya kerja shift
disebabkan karena proses produksi yang lama yaitu lebih dari 8 jam
sehingga mesin harus dioperasikan secara terus menerus seperti pada
industri kimia, industri manufaktur, pertambangan, dan lain-lain.
3) Kepentingan Individu
Walaupun sebagian besar orang tidak menginginkan bekerja secara shift
terutama shift malam, namun tidak jarang yang menginginkan kerja shift
dengan alasan ingin memperoleh gaji atau upah yang lebih baik, jumlah
pengawas atau supervisor lebih sedikit, dapat berkumpul dengan keluarga
pada siang hari, bekerja pada malam hari lebih tenang, transportasi lancar
atau tidak macet, atau memang tidak tersedia pekerjaan lain untuk mereka.
c. Sistem Kerja Shift
Biasanya kerja shift disusun tergantung pada pekerjaan dan dari
perusahaan atau industri yang bersangkutan. Berbagai macam model shift kerja
dapat diterapkan di berbagai perusahaan. Coligan et al (1997) menyebutkan
bahwa terdapat beberapa karakteristik dalam penyusunan jadwal kerja, yaitu :
1) Waktu Shift
Pembagian waktu kerja shift menjadi 2 atau 3 shift biasanya diterapkan
untuk perusahaan yang beroperasi selama 24 jam. Sedangkan pengaturan
jadwal mulai dan akhir tergantung dari lamanya shift. Pembagian jadwal
kerja dapat dilihat sebagai berikut :
a) Shift pagi (shift pertama) dimulai antara pukul 05.00-08.00 dan berakhir
antara pukul 14.00-18.00.
b) Shift sore (shift kedua) dimulai antara pukul 14.00-18.00 dan berakhir
antara pukul 22.00-02.00.
c) Shift malam (shift ketiga) dimulai antara pukul 22.00-02.00 dan berakhir
antara pukul 05.00-08.00.
2) Jadwal shift permanen atau rotasi
Pekerja yang bekerja secara permanen shift malam tidak mudah
beradaptasi walaupun telah bekerja dalam waktu lama. Memang untuk
beberapa orang kadang-kadang mudah untuk beradaptasi. Dari
pengalaman, orang-orang yang bekerja malam permanen mempunyai
metode untuk melawan kelelahan pada malam hari. Tapi walau
bagaimanapun pekerja malam permanen tersebut masih akan merasakan
lelah dan mengantuk pada malam berikutnya selain itu shift malam yang
permanen dapat menyebabkan akumulasi dari kekurangan tidur dan isolasi
sosial dimana hal ini tidak dapat diterima oleh kebanyakan pekerja
Rosmaliana (2004) dalam Handayani (2008). Kelelahan terjadi karena
banyak pekerja malam kembali bekerja siang harinya yang semestinya
mereka harus beristirahat, sehingga mereka tidak pernah sempurna dalam
memenuhi waktu tidur dan istirahatnya dalam upaya mengadaptasikan
irama tubuh untuk bangun pada malam hari. Kelelahan ini dapat terjadi dari
hari ke hari sehingga kelelahan tersebut dapat terakumulasi sampai pada
level yang tidak aman.
Sedangkan pada pekerja yang bekerja dengan jadwal shift rotasi
dihadapkan pada permasalahan yang hampir sama dengan shift permanen.
Karena waktu shift yang selalu berubah, mereka tidak pernah secara
sempurna untuk beradaptasi pada satu set jadwal kerja tersebut. Dengan
demikian biasanya jadwal rotasi diterapkan atas dasar keadilan terhadap
pekerjanya.
3) Kecepatan dan arah rotasi
Adaptasi terhadap shift dipengaruhi oleh kecepatan rotasi dan arah dari
rotasi. Kecepatan rotasi artinya jumlah shift pagi, siang dan malam yang
berturut-turut sebelum terjadinya perubahan shift. Menurut La Dou (1994)
kecepatan rotasi kerja shift terbagi menjadi dua macam yaitu rotasi lambat
dan rotasi cepat. Rotasi lambat dimana pekerja mendapat giliran kerjanya
setiap 5 hari, hal ini memberikan waktu kepada pekerja untuk beradaptasi
baik secara fisiologik maupun sosial. Sedangkan rotasi cepat dimana
pekerjanya mendapat giliran kerjanya setiap 1-3 hari, hal ini menyebabkan
pekerja tidak pernah puas beradaptasi terhadap shift malam dan
menyebabkan gangguan terhadap irama sirkadian. Sedangkan arah rotasi
berarti :
a) Rotasi maju adalah menurut arah jarum jam yaitu mulai dari shift pagi
ke siang kemudian malam.
b) Rotasi mundur adalah perubahan berlawanan arah jarum jam yaitu
mulai dari shift pagi ke malam kemudian siang.
Beberapa penelitian menganjurkan bahwa rotasi maju lebih baik dari
pada rotasi mundur. Karena rotasi maju lebih memudahkan untuk tidur
lebih lambat dan bangun lebih telat sehingga tubuh akan merasa lebih segar
dan siap untuk bekerja.
4) Rasio istirahat kerja
Orang yang bekerja selama 8 jam mempunyai 16 jam untuk istirahat
dan melakukan aktifitas lainnya, sedangkan yang bekerja selama 12 jam
hanya mempunyai sisa waktu selama 12 jam untuk istirahat selain itu
mereka masih mempunyai tanggung jawab dan tugas lain dirumah yang
tidak dapat digantikan, sehingga mereka mengalami ketidakpuasan dengan
waktu istirahat dan tidurnya. Oleh karena itu istirahat yang sering tapi
pendek lebih bermanfaat daripada istirahat yang panjang tapi jarang, jadi
perlu adanya pertimbangan tentang bagaimana istirahat selama shift dan
lamanya istirahat.
5) Shift yang teratur dan dapat diprediksikan
Dengan melakukan penyusunan jadwal kerja shift yang teratur dan
dapat diprediksikan maka akan memudahkan bagi pekerja untuk membuat
jadwal kegiatan di luar jam kerja.
Klasifikasi shift kerja berdasarkan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (Indriani, 1998) dalam (Handayani, 2008) :
1) Permanen atau tertutup
yaitu shift yang bersifat permanen atau tetap. Misalnya perawat, polisi, dan
lain-lain.
2) Rotasi
Shift memakai sistem berputar, yaitu:
a) Lambat : Bekerja selama 21 hari kemudian dirotasi.
b) Mingguan : 3-7 hari untuk setiap gilir.
c) Cepat : 1-4 hari untuk setiap gilir.
3) Osilasi
Dibatasi oleh siang dan malam atau pagi dan sore secara bergantian setiap
hari.
4) Split Shift
Bekerja setiap hari dengan waktu kerja yang tidak ditentukan, disebut juga
gilir terpisah.
5) Relief Shift
Mengikuti pola gilir split shift tetapi waktu pulang sesuai dengan waktu
datang berdasarkan absensi.
6) Tipe Alternatif
a) 4 hari kerja dalam satu minggu dengan 10-12 jam kerja sehari
b) 8 hari kerja dengan 4-10 jam setiap harinya diikuti libur selama 4 hari
c) Flexitime, yaitu bebas menentukan dan merencanakan jam kerja harian
sesuai kebutuhan selama satu minggu.
La Dou (1994) menggolongkan kerja shift berdasarkan beban kerja dengan
rincian sebagai berikut :
1) Kontinyu, dengan cakupan seimbang 24 jam sehari, 365 hari setahun,
dengan beban kerja yang tetap seperti pada pabrik pembangkit tenaga
nuklir, perusahaan pertambangan, kilang minyak dan lain-lain.
2) Kontinyu, dengan cakupan tidak seimbang 24 jam sehari, 365 hari pertahun.
Memiliki beban kerja yang tidak seragam dengan cakupan lebih banyak
dibutuhkan pada shift pagi seperti industri jasa, rumah sakit, kantor polisi.
3) Cakupan shift sesuai dengan kebutuhan ekonomis, dimana waktu kerja tidak
selalu 24 jam per hari, 7 hari per minggu. Shift dapat dihentikan tergantung
pada iklim bisnis bila pada jam atau hari tertentu tidak perlu dilakukan,
artinya shift dapat dihentikan bila bisnis ekonomi sedang lesu seperti pada
industri mobil, manufaktur, dan lain-lain.
4) Kerja shift yang tidak teratur, dikarenakan kerja shift hanya diperlukan
sewaktu-waktu dan jadwalnya tidak bisa diperkirakan seperti pada petugas
kereta api, dan lain-lain.
Menurut ILO (1998) desain dari sistem shift adalah sebagai berikut :
1) Permanen
Yaitu kerja shift yang tidak bergilir atau tetap dimana apabila seorang
pekerja mendapat shift malam maka ia akan shift malam terus. Shift malam
yang permanen ini mempunyai efek negatif terhadap kehidupan keluarga,
misalnya pekerja yang terkena shift malam permanen harus dapat
menyesuaikan gaya hidup keluarganya dengan jadwal shiftnya, efek
terhadap kehidupan seksual dan kemampuannya dalam melakukan
tugasnya di dalam keluarga dan yang lainnya. Selain memiliki efek negatif
shift malam permanen juga memiliki efek positif diantaranya pekerja
memperoleh penghasilan yang lebih. Namun, pada dasarnya shift malam
yang permanen tersebut dapat merusak fungsi tubuh, tidur dan
kesejahteraan. Oleh karena itu sistem ini tidak dianjurkan dipakai.
2) Rotasi
Sistem shift rotasi cepat lebih menguntungkan dibandingkan dengan
shift yang berotasi seminggu sekali, karena shift ini dapat menjaga irama
circadian sesuai dengan yang seharusnya. Selain itu sistem shift ini
memungkinkan pekerja memiliki lebih banyak waktu luang di sore hari
untuk melakukan kegiatan sosialnya baik dengan keluarga maupun dengan
orang lain.
Pembagian menurut jumlah hari kerja malam yang berturut-turut paling
sedikit ada tiga jenis (Kuswadji, 1997):
1) Metropolitan rota
Pada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-2 (pagi, pagi, siang,
siang, malam, malam, libur, libur). Sistem ini banyak dipakai di Inggris. Pada
sistem ini hari libur Sabtu dan Minggu hanya terjadi sekali dalam 8 minggu.
Tabel 2.1
Metropolitan Rota Shift System
Minggu I Senin Pagi Minggu 5 Senin Malam
Selasa Pagi Selasa Malam
Rabu Sore Rabu Libur
Kamis Sore Kamis Libur
Jumat Malam Jumat Pagi
Sabtu Malam Sabtu Pagi
Minggu Libur Minggu Sore
Minggu 2 Senin Libur Minggu 6 Senin Sore
Selasa Pagi Selasa Malam
Rabu Pagi Rabu Malam
Kamis Sore Kamis Libur
Jumat Sore Jumat Libur
Sabtu Malam Sabtu Pagi
Minggu Malam Minggu Pagi
Minggu 3 Senin Libur Minggu 7 Senin Sore
Selasa Libur Selasa Sore
Rabu Pagi Rabu Malam
Kamis Pagi Kamis Malam
Jumat Sore Jumat Libur
Sabtu Sore Sabtu Libur
Minggu Malam Minggu Pagi
Minggu 4 Senin Malam Minggu 8 Senin Pagi
Selasa Libur Selasa Sore
Rabu Libur Rabu Sore
Kamis Pagi Kamis Malam
Jumat Pagi Jumat Malam
Sabtu Sore Sabtu Libur
Minggu Sore Minggu Libur
Keterangan : Pagi pukul 6 – 14; sore pukul 14 – 22; malam pukul
22–6 (waktu untuk memulai shift dapat berubah sesuai
kondisi perusahaan).
2) Continental rota
Pada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-3 (pagi, pagi, slang,
siang, malam, malam, malam, libur, libur). Sistem ini banyak dipakai di
negara-negara daratan Eropa. Pada sistem ini hari libur Sabtu dan Minggu
akan terjadi setiap 4 minggu.
Tabel 2.2
Continental Rota Shift System
Minggu I Senin Pagi Minggu 3 Senin Malam
Selasa Pagi Selasa Malam
Rabu Sore Rabu Libur
Kamis Sore Kamis Libur
Jumat Malam Jumat Pagi
Sabtu Malam Sabtu Pagi
Minggu Malam Minggu Pagi
Minggu 2 Senin Libur Minggu 4 Senin Sore
Selasa Libur Selasa Sore
Rabu Pagi Rabu Malam
Kamis Pagi Kamis Malam
Jumat Sore Jumat Libur
Sabtu Sore Sabtu Libur
Minggu Sore Minggu Libur
Keterangan : Pagi pukul 6 – 14; sore pukul 14 – 22; malam pukul
22–6 (waktu untuk memulai shift dapat berubah sesuai
kondisi perusahaan).
3) Sistem 4 orang siklus 32 jam
Dalam sistem ini lepas jaga tidak ada dan tidak ada libur. Keuntungannya ialah
setiap orang akan mengalami tidak kerja pagi sebanyak lima kali seminggu (baik
buat mereka yang se-kolah di pagi hari). Pergantian pada tengah malam,
sehingga pekerja dapat selalu tidur pada malam hari (sebelum bekerja atau
sesudah bekerja).
Tabel 2.3
Sistem empat orang siklus 32 Jam
Shift Hari dalam seminggu
S S R K J S A S S R K J S A S S R K J S A
Malam A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A
Pagi D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D
Sore C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C
Malam B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B
Pagi A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A
Sore D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D
Keterangan : Malam pukul 00 - 08; pagi pukul 08 - 16; sore pukul 16 – 24,
(waktu untuk memulai shift dapat berubah sesuai kondisi
perusahaan).
ABCD : orang pertama sampai orang ke empat.
Menurut awal dan akhir jam kerja shift, lama satu shift, dan keteraturannya
sistem dapat dibagi sebagai berikut (Kuswadji, 1997):
1) Sistem 3 shift biasa
Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama selama
24 jam: pagi antara pukul 6-14, sore antara pukul 14-22 dan malam antara
pukul 22-6. Shift pagi memungkinkan keluarga dapat makan bersama pada
malam harinya, bisa mengerjakan hobby baik pada sore hari atau
malamnya. Bila shift pagi dimulai terlalu pagi misalnya pukul 4, akan sangat
melelahkan dan tidur malam menjadi lebih singkat. Shift sore sangat tidak
baik untuk kehidupan sosial, namun sebaliknya untuk tidur sangat
menguntungkan. Shift malam buruk dipandang dan berbagai segi. Makan
malam bersama dan kegiatan hobby terganggu. Tidur terganggu akibat
berbagai sebab: bising di siang hari, tidur terputus karena harus makan
siang, tidur terus sampai sore. Akhirnya mereka mengalami kelelahan
karena tidur yang tidak pulas.
2) Sistem Amerika
Menurut sistem ini shift pagi mulai pukul 8-16, shift sore antara pukul
16-24 dan shift malam antara pukul 24-8. Sistem ini memberikan
keuntungan fisiologik dan sosial. Kesempatan tidur akan banyak terutama
pada pekerja pagi dan sore. Setiap shift akan mengalami makan bersama
keluarga paling sedikit sekali dalam sehari.
3) Sistem 12-12
Di penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem 12-12. Selama 12
jam shift pagi dan selama 12 jam shift malam. Jadwal antara 7-19 dan 19-7.
Satu minggu kerja siang dan satu minggu kerja malam. Setelah dinas 2
minggu, biasanya setelah shift malam, pulang ke rumah dan tinggal dengan
keluarga. Dipandang dari sudut kesehatan kerja atau ergonomi bekerja
menurut cara demikian tidak baik. Namun beberapa perkecualian dapat
dilakukan, misalnya bila pekerjaan ini tidak terlalu berat. Bila pekerjaan shift
dilakukan selama ini, masing-masing shift baik siang atau malam, harus
diikuti dengan istirahat dua hari.
d. Strategi dalam Penyusunan Shift Kerja
Menurut La Dou (1994) terdapat beberapa strategi dalam penyusunan kerja
shift, yaitu :
1) Zombie Strategy
Metode ini digunakan pada perusahaan yang memiliki model kerja yang
tidak dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan perusahaan. Sehingga dalam
metode ini tubuh pekerjalah yang harus menyesuaikan diri dengan keadaan
yang ada. Sebagai contoh pada pekerja yang bekerja di kilang minyak lepas
pantai. Mereka bekerja 16 jam dalam satu shift, pekerjaan dimulai pada
pukul 23.00 sampai pukul 15.00, kemudian kembali bekerja dari pukul 23.00
sampai pukul 07.00. Metode ini cocok untuk shift yang bersifat permanen,
dalam metode ini disarankan agar pekerja tidur secara bergantian dan pihak
perusahaan menyediakan tempat untuk pekerja beristirahat.
2) Tough-it-out Strategy
Pada metode ini pekerja yang melaksanakan shift malam akan berotasi
dengan cepat. Jam kerja shift malam yaitu sekitar pukul 20.00 sampai pukul
24.00. metode ini memberikan jeda waktu istirahat sebelum pekerja
menjalani shift malam, misalnya dalam satu minggu pekerja hanya
menjalani shift malam selama tiga hari berturut-turut kemudian diikuti
dengan hari libur dan memulai kerja pada minggu berikutnya.
3) Circadian Strategy
Strategi ini berawal dari penyesuaian irama tubuh dan bertujuan
memberikan peluang sosialisasi bagi pekerja. Pada strategi ini pekerja
melaksanakan pola shift dimulai dengan dua minggu pertama shift pagi, dua
minggu kemudian shift sore dan shift malam pada minggu kelima. Dengan
metode ini tubuh bisa lebih beradaptasi dengan baik.
Table 2.4
Circadian Strategy
(Richard M. Coleman)
Hari S S R K J S M Hari S S R K J S M
Minggu Minggu
1 P P P P P - - 2 P P P P P - -
3 S S S S S - - 4 S S S S S - -
5 M M M M M M M 6 M M M - - - -
Sumber : Scheduling Shift Work (Richard M. Coleman)
Keterangan :
P : Shift pagi M : Shift malam
S : Shift sore - : Libur
4) Anchor Sleep Strategy
Strategi ini merupakan kombinasi antara zombie strategy dan circadian
strategy. Pekerja dapat tidur terlambat sampai pukul 03.00 dan terbangun
pada pukul 11.00, hal ini disebut owl strategy karena pekerja tidur pada
siang hari seperti burung hantu. Biasanya strategi ini disukai oleh pekerja
yang tidak menyukai sosialisasi dan strategi ini tidak disukai oleh pekerja
yang sudah berkeluarga.
Table 2.5
Anchor Sleep Strategy
(Richard M. Coleman)
Anchor Anchor
Sleep Sleep
Minggu ke - 1 Minggu ke - 2
S S R K J S M S S R K J S M
M M - - M M M - - M M - - -
Sumber : Scheduling Shift Work (Richard M. Coleman)
Keterangan :
M : Shift malam
- : Libur
: Pada hari rabu dan kamis minggu pertama serta hari senin
dan selasa minggu kedua, pekerja akan tidur terlambat
hingga pukul 03.00 dan terbangun sampai pukul 11.00.
5) Fixed-shift strategy
Strategi ini lebih diutamakan pada jumlah tim yang relatif kecil dan
efektif untuk pekerja yang menjalani shift pagi dan sore namun tidak untuk
pekerja shift malam.
e. Efek Dari Kerja Shift
Coligan et al (1997) menyebutkan bahwa terdapat efek yang ditimbulkan
dari shift kerja. Terdapat dua efek yang dirasakan dari kerja shift yaitu efek
dalam waktu singkat maupun efek dalam jangka waktu yang lama. Efek kerja
shift dalam waktu singkat terdiri dari perubahan irama sirkadian, terganggunya
pola tidur dan gangguan psikososial. Sedangkan efek untuk jangka panjangnya
adalah gangguan pencernaan dan gangguan jantung.
Di Indonesia telah dilakukan beberapa penelitian yang berhubungan dengan
kelelehan kerja diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kuswadji
(1997) mengenai pengaturan kerja pekerja shift di Jakarta. Dalam penelitian ini
dijelaskan bahwa terdapat beberapa gangguan kesehatan yang dirasakan oleh
pekerja shift salah satunya adalah 80% akan mengalami kelelahan. Kerja
bergilir menurut penelitian Srithong chai & Intaranot (1994) dalam
Amalia (2007) bahwa tingkat kelelahan tenaga kerja yang bekerja giliran
malam memberikan kontribusi yang paling besar terhadap tingkat
kelelahan kerja. Menurut penelitian swenson (1997) dalam Muryanto (2003)
kelelahan terjadi lebih sering pada pekerja shift dibandingkan pekerja harian.
83% pada pekerja shift. Hasil penelitian tingkat kelelahan menurut penelitian
yang dilakukan oleh Sisinta (2005) pada pekerja sekitar 62,8 % terjadi pada
pekerja shift. Dalam penelitian lain menyebutkan sekitar 53,3% kelelahan terjadi
pada responden dengan sistem shift (Yusri, 2006). Menurut Muryanto (2003)
sekitar 62,9% kelelahan terjadi pada pekerja dengan sistem shift. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Uminah (2005) didapatkan sekitar 27,8 %
kelelahan terjadi pada pekerja yang bekerja dengan sistem shift.
2. Usia Pekerja
Kemampuan kerja seseorang dapat ditentukan oleh beberapa faktor salah
satunya adalah usia. Usia seseorang mempengaruhi BMR (Basal Metabolisme Rate)
individu tersebut, semakin bertambahnya usia maka BMR akan semakin menurun
dan kelelahan akan mudah terjadi. BMR adalah jumlah energi yang digunakan untuk
proses metabolisme dasar untuk mengolah bahan makanan dan oksigen untuk
mempertahankan kehidupan individu, apabila BMR menurun maka kemampuan
untuk melakukan metabolisme tersebut menurun sehingga kemampuan individu
tersebut untuk mempertahankan hidup juga menurun (Amalia, 2007).
Menurut Suma’mur (1991) dalam Handayani (2008) menyebutkan bahwa
seseorang yang berumur muda sanggup melakukan pekerjaan berat, dan sebaiknya
jika seseorang sudah berumur lanjut maka kemampuannya untuk melakukan
pekerjaan berat akan menurun. Pekerja yang berumur lanjut akan merasa cepat
lelah dan tidak dapat bergerak dengan leluasa ketika melaksanakan tugasnya
sehingga mempengaruhi kinerjanya. Kemampuan untuk melakukan pekerjaan
dengan baik setiap individu berbeda dan dapat juga dipengaruhi oleh umur
tersebut.
Menurut Akerstedt et al (2002) dalam Dewi (2006) bahwa kelelahan lebih
cenderung terjadi pada pekerja berumur kurang lebih sama dengan 49 tahun. Pada
penelitian Dewi (2006) diketahui bahwa responden yang paling banyak mengalami
kelelahan adalah pekerja yang berusia 25 – 35 tahun yaitu sebanyak 26 orang
(55,3%), pada penelitian ini didapatkan P value 0,180 yang menyatakan tidak
adanya hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja. Sedangkan pada
penelitian lainnya kelelahan banyak dialami oleh pekerja yang berusia diatas 41 dan
dibawah 50 tahun yaitu sebesar 31 orang (63,3%), pada penelitian ini didapatkan P
value 0,951 yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia pekerja dengan
kelelahan kerja. (Sisinta, 2005).
3. Status Gizi
Status gizi berhubungan erat dan berpengaruh pada produktivitas dan efisiensi
kerja. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila kekurangan
baik secara kualitatif maupun kuantitatif kapasitas kerja akan terganggu (Tarwaka et
al 2004). Menurut Suma’mur (1982), Grandjean (1993) dalam Tarwaka et al
(2004) bahwa selain jumlah kalori yang tepat, penyebaran persediaan kalori selama
masa bekerja adalah sangat penting.
Status gizi pekerja dapat diukur dengan IMT, dimana hasil pengukuran
dibandingkan dengan standar yang ditetapkan Depkes RI (Almatsier, 2004).
Menurut Hartz et al (1999) dalam Safitri (2008) peningkatan IMT / IMT lebih tinggi
berhubungan dengan peningkatan kelelahan kerja pada study yang dilakukan
selama 2 tahun pada pasien ICF dan menjadi overweight / obesitas dengan fungsi
fisik dan vitalitas yang lebih rendah pada population based study.
Pada penelitian Dewi (2006) yang dilakukan di PT ” X ” kelelahan banyak dialami
oleh pekerja dengan status gizi normal yaitu sebanyak 31 orang (59,6%), dengan
Pvalue sebesar 0,030 maka dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara status gizi dengan kelelahan pada pekerja. Dalam penelitian lain, kelelahan
banyak dialami oleh pekerja dengan status gizi normal yaitu sebanyak 48 orang
(69,6%) dengan P value 0,544 maka dinyatakan tidak terdapat hubungan antara
status gizi dengan kelelahan pada pekerja (Sisinta, 2005). Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Uminah (2005) di RS. Pelni disebutkan kelelahan banyak dialami pada
pekerja dengan status gizi normal yaitu sebanyak 19 orang (35,2%) dengan Pvalue
sebesar 0,905 dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
status gizi dengan kelelahan pada pekerja.
4. Masa Kerja
Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali pekerja
masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung (Amalia, 2007)
Kerja bergilir menurut penelitian Srithongchai & Intaranot (1994) dalam Amalia
(2007) diperoleh bahwa tingkat kelelahan tenaga kerja yang bekerja giliran malam
dan suhu lingkungan kerja memberikan kontribusi yang paling besar terhadap
tingkat kelelahan kerja.
Berdasarkan study jansen et al (2003) dalam Safitri, 2008 terhadap pekerja shift
pada kelompok lama kerja < 15 tahun (0-5 tahun; 6-10 tahun; 11-15 tahun)
dibandingkan dengan kelompok dengan lama kerja > 15 tahun terdapat
kecenderungan bahwa pekerja dengan masa kerja < 15 tahun menunjukkan tingkat
kelelahan kerja yang paling tinggi karena proses adaptasi. Pada penelitian Dewi
(2006) pada PT ” X” kelelahan banyak dialami oleh pekerja dengan masa kerja shift
lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 32 orang (62,7%) dengan Pvalue sebesar 0,086
maka dinyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja shift
dengan kelelahan pada pekerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Purnawati, et al (2006) di PT ” X ” kelelahan banyak terjadi pada pekerja yang
memiliki masa kerja > 5 tahun dengan P value 0,839 sehingga dapat dinyatakan
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja shift dengan kelelahan
pada pekerja.
5. Status Kesehatan
Kelelahan dapat berasal dari gaya hidup yang biasa disebut dengan non work
related fatigue. Salah satu penyebab kelelahan non work related fatigue adalah
kondisi kesehatan pekerja (Better health channel, 2006 dalam safitri, 2008).
Menurut Setyawati, 1994 dalam Safitri, 2008 menyatakan bahwa secara fisiologis
tubuh manusia diibaratkan sebagai suatu mesin yang mengkonsumsi bahan bakar
sebagai sumber energinya. Diketahui jam kerja yang panjang lebih berpengaruh
terhadap terjadinya kelelahan jika dipengaruhi oleh faktor kesehatan. Kesegaran
jasmani dan rohani adalah penunjang penting produktivitas seseorang dalam
kerjanya. Kesegaran tersebut dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus menerus
dipelihara selama bekerja bahkan sampai setelah berhenti bekerja.
6. Beban Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari
hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh,
memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan,
dengan bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan
kata lain, bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban
tersebut berupa beban fisik maupun beban mental. Berat ringannya beban kerja
yang diterima oleh seseorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan
berapa lama seseorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Dimana semakin berat
beban kerja sehingga melampaui kapasitas kerja akan menurunkan efisiensi dan
produktivitas kerja bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja. Beban
kerja fisik dalam kategori berat akan menyebabkan beban kardiovaskuler meningkat
sehingga kelelahan akan cepat muncul (Tarwaka et al, 2004). Pada penelitian yang
dilakukan pada pekerja bongkar muat menyatakan terdapatnya hubungan antara
beban kerja dengan kelelahan kerja (Tarwaka et al, 2004)
Beban kerja dapat ditentukan dengan merujuk kepada jumlah kalori yang
dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan per satuan waktu. Estimasi panas
metabolik dapat dilakukan dengan menilai pekerjaan, hal ini dapat dilihat pada tabel
2.6
Tabel 2.6
Penilaian pekerjaan
A. Posisi dan pergerakan badan kcal/min*
Sitting 0.3
Standing 0.6
Walking 2.0-3.0
Walking Uphill add 0.8 for every meter (yard) rise
B. Type of work Average kcal/min Range kcal/min
Hand work
Light 0.4 0.2-1.2
Heavy 0.9
Work: One arm
Light 1.0 0.7-2.5
Heavy 1.7
Work: Both arms
Light 1.5 1.0-3.5
Heavy 2.5
Work: Whole body
Light 3.5 2.5-15.0
Moderate 5.0
Heavy 7.0
Very heavy 9.0
C. Basal Metabolism
1.0 1.0
* For a "standard" worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1.8m2 body surface (19.4 ft2).
Sumber :ACGIH, 1992 dalam Dowell, 2007
Adapun klasifikasi beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang dikeluarkan
dalam melakukan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 2.7
Tabel 2.7
Kategori beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang dikeluarkan dalam
melakukan pekerjaan
Kategori Kcal / Jam
Pekerjaan Ringan Sampai dengan 200 kcal / jam
Pekerjaan sedang 200 – 350 Kcal/jam
Pekerjaan Berat > 350 kcal / jam
Sumber :ACGIH, 1992 dalam Dowell, 2007
Sulistyadi & Susanti (2003) dalam Amalia (2007) telah merangkum bahwa pada
umumnya kelelahan pada faktor beban kerja dapat dikurangi dengan :
a. Menghindari beban statis yaitu beban secara berkesinambungan bekerja
pada jaringan tanpa bergerak
b. Menghindari konsentrasi beban yaitu terpusatnya beban pada satu bagian
sempit jaringan
c. Menghindari beban terlalu berat yang tidak mampu ditahan oleh jaringan.
7. Lingkungan Kerja
Di tempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja
seperti faktor fisik; faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis. Semua faktor
tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh
terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja (Tarwaka et al, 2004). Menurut
Fitriarni (2000) bahwa faktor lingkungan seperti suhu, kebisingan, pencahayaan,
vibrasi, dan ventilasi akan berpengaruh terhadap kenyamanan fisik, sikap mental,
dan kelelahan kerja.
8. Waktu Kerja
Menurut Kroemer and Grandjean (1997) dalam Fitriarni (2000) bahwa waktu
kerja dapat dibedakan dalam waktu kerja shift & non shift. Kerja shift (bergilir) akan
mengganggu irama sirkadian tubuh. Gangguan ini akan berakibat terjadinya
gangguan tidur pada pekerja dan dalam keadaan yang terjadi secara terus -
menerus tanpa disertai perbaikan kondisi yang memadai akan berakibat terjadi
kelelahan / fatique kronis.
Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu kerja sehari maksimum 8 jam
kerja dan sisanya untuk istirahat / kehidupan dalam keluarga dan masyarakat.
Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan efisiensi kerja,
meningkatkan kelelahan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka et al,
2004).
9. Intensitas dan lamanya kerja fisik
Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6 – 8 jam dan
sisanya untuk waktu istirahat, memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan
menurunkan efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Dari sudut pandang fisiologi, bekerja diluar 8 jam kerja sangat
merugikan kesehatan (Tarwaka et al, 2004).
10. Kodisi Mental
Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan faal tubuh.
Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan
sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal secara
moral dan tanggung jawab, aktivitas mental juga jelas lebih berat dibandingkan
dengan aktivitas fisik karena lebih melibatkan kerja otak daripada kerja otot.
(Tarwaka et al, 2004). Kondisi mental seseorang yang labil dapat mengakibatkan
stres dalam bekerja. Stres merupakan reaksi psikologis seseorang sebagai bentuk
kelelahan, kegelisahan, dan depresi. Reaksi psikologis kepada stres dapat dievaluasi
dalam bentuk beban mental, kelelahan, dan perilaku (Tarwaka et al, 2004).
11. Circadian Rhtme
Bermacam – macam fungsi tubuh manusia berfluktuasi dalam siklus 24 jam,
dinamakan Circadian rhtme (Nurmianto, 2004). Kerja shift (bergilir) akan
mengganggu irama sirkadian (circadian rhtme) tubuh. Gangguan ini akan berakibat
terjadinya gangguan tidur pada pekerja dan dalam keadaan yang terjadi secara
terus - menerus tanpa disertai perbaikan kondisi yang memadai akan berakibat
terjadi kelelahan / fatique kronis (Kroemer and Grandjean, 1997 dalam Fitriarni,
2000).
12. Keadaan Monoton
Tidak adanya variasi kerja akan menimbulkan kejenuhan kerja. Kejenuhan ini
dapat terjadi karena pekerja melakukan pekerjaan yang selalu sama setiap harinya,
keadaan seperti ini cukup berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kelelahan
kerja (Sisinta, 2005). Silaban (1998) dalam Sisinta (2005) mengemukakan bahw
kebosanan (kelelahan mental) merupakan komponen penting dalam psikologis
lingkungan kerja yang disebabkan menghadapi pekerjaan yang berulang – ulang,
monoton & aktivitas yang tidak menyenangkan. Keadaan ini biasanya meningkat
pada pertengahan jam kerja dan menurun di akhir jam ketiga.
13. Jenis Kelamin
Penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara umum
wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan
otot laki laki (Tarwaka et al, 2004).
Menurut Kroemer dan Grandjean (1997) dalam Tarwaka et al (2004) bahwa
masalah pada pekerja wanita dapat disebabkan oleh periode hormonal fungsi tubuh
serta adanya pekerjaan rumah tangga sehingga gangguan menstruasi, aborsi,
gangguan tidur dan kelelahan sering terjadi.
D. Kerangka Teori
Beberapa sumber menyebutkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kelelahan kerja antara lain karakteristik pekerja (jenis kelamin; usia; masa kerja; status
gizi; beban kerja; lingkungan kerja) dan waktu kerja (shift & non shift) (Silaban, 1998
dalam Muryanto, 2003); Intensitas dan lamanya kerja fisik; masalah lingkungan kerja;
circadian rhtme; status kesehatan dan nutrisi (Tarwaka et al 2004); keadaan monoton;
sebab – sebab mental seseorang (kondisinya) (Grandjean, 1993 dalam Tarwaka et al,
2004). Hal tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 2.1 dibawah ini:
Karakteristik Responden:
Karakteristik Pekerjaan
Sumber : Silaban, (1998); Tarwaka et al (2004); Grandjean (1993)
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori
Jenis kelamin,
Usia
Status gizi
Masa kerja
Status Kesehatan
Sebab – sebab mental seseorang
Circadian Rhtme
Beban kerja
Keadaan monoton
Lingkungan kerja
Shift kerja & non shift
Intensitas dan lamanya kerja
fisik
Kelelahan Kerja
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini mengacu kepada kerangka teori yang diungkapkan oleh
beberapa sumber bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja
antara lain karakteristik pekerja (jenis kelamin; usia; masa kerja; status gizi; beban kerja;
lingkungan kerja) dan waktu kerja (shift & non shift) (Silaban, 1998 dalam Muryanto,
2003); Intensitas dan lamanya kerja fisik; masalah lingkungan kerja; circadian rhtme;
status kesehatan dan nutrisi (Tarwaka et al 2004); keadaan monoton; sebab–sebab
mental seseorang (kondisinya) (Grandjean, 1993 dalam Tarwaka et al, 2004). Namun
pada penelitian ini variabel jenis kelamin, intensitas dan lamanya kerja fisik, dan
lingkungan kerja tidak dimasukkan karena tidak ada perbedaan luas yang bermakna, hal
ini disebabkan tidak adanya pekerja wanita yang diikutsertakan dalam sistem kerja shift,
selain itu intesitas dan lamanya kerja pada bagian produksi ini sama yaitu 8 jam kerja..
Sedangkan untuk variabel status kesehatan tidak digunakan karena pekerja yang
diikutsertakan dalam penelitian ini adalah pekerja dalam keadaan sehat yang dibuktikan
dengan adanya laporan medical check up dari perusahaan dan kepastian status
kesehatan pada saat wawancara.
Kerangka konsep terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel
independen terdiri dari penerapan shift kerja. Sedangkan kelelahan ditetapkan sebagai
variabel dependen dengan melibatkan faktor counfounding yaitu usia, status gizi, masa
kerja , dan beban kerja. Hubungan antara beberapa variabel tersebut digambarkan
dalam bagan 3.1:
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Penerapan Shift
Kerja
1. Usia Pekerja 2. Status Gizi 3. Masa kerja 4. Beban Kerja
Kelelahan Kerja
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Kelelahan
Kerja
Kombinasi dari gejala – gejala
termasuk munurunnya
penampilan yang melemah
dan perasaan subjektif dari
rasa capek (Gall et al, 1994).
Wawancara Kuesioner 1. Lelah
2. Tidak Lelah
Ordinal
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
2 Penerapan
Shift Kerja
Pergantian kerja secara
bergilir (jadwal shift rotasi)
dan terdapat jadwal khusus.
Kerja bergilir dikatakan
kontinyu apabila dikerjakan
selama 24 jam setiap hari
termasuk hari minggu dan
hari libur dengan waktu 3
shift .(ILO,1998)
Wawancara Kuesioner 1. Shift
2. Non shift
Nominal
3 Usia Jumlah tahun yang dihitung
mulai dari responden lahir
sampai saat pengumpulan
data dilakukan (Dewi, 2006)
Wawancara Kuesioner 1. < = 49 tahun
2. > 49 tahun
Ordinal
4 Status Gizi Keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan
penggunaan zat – zat gizi
(Almatsier, 2004)
Mengukur Timbangan
Dan
Meteran
1. > 25 Gemuk
2. 18.6-25
Normal
3. <18.5 Kurus
Ordinal
5 Masa
Kerja
Masa kerja adalah lamanya
hari terhitung mulai pertama
kali pekerja masuk kerja
hingga saat penelitian
berlangsung (Amalia, 2007)
Wawancara Kuesioner 1. <=15 tahun
2. >15 tahun
Ordinal
6. Beban
Kerja
Beban yng ditanggung oleh
tenaga kerja dalam
melakukan sesuatu kegiatan
terdiri dari ringan, sedang,
Menilai Tabel
Penilaian
pekerjan
1. > 350 kcal / jam
(pekerjaan
Berat)
2. 200 – 350 Kcal/jam
(pekerjaan
Ordinal
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
berat sesuai dengan energi
yang dibutuhkan untuk
melakukan aktivitas
pekerjaan (Tarwaka et al)
Sedang)
3. <200 kcal / jam (pekerjaan
Ringan)
F. Hipotesis
1. Ada hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di
bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009.
2. Ada hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian
produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009.
3. Ada hubungan antara status gizi pekerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di
bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009.
4. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian
produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009.
5. Ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian
produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
menggunakan metode deskriptif dan analitik. Penelitian ini menggunakan desain studi
cross sectional karena pada penelitian ini variabel independen dan dependen akan
diamati pada waktu (periode) yang sama.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk selama 1 bulan
yang dimulai pada tanggal 8 Juni – 31 Juli tahun 2009.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pekerja yang bekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk
berdasarkan sistem shift dan non shift. Sedangkan sampel yang diambil adalah 77 orang
pekerja shift dan 77 pekerja non shift. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
sederhana (simple random sampling) dengan menggunakan rumus dibawah ini :
221
2
22111212 1112
PP
PPPPZPPZn
ba
(Sumber : Ariawan, 1998)
Keterangan :
n : Besar sample
P : Rata – rata proporsi pada populasi
P1 : Proporsi kejadian kelelahan pada pekerja shift
P2 : Proporsi kejadian kelelahan pada pekerja non shift
Z2 1-α/2 : Derajat kemaknaan α pada uji 2 sisi (two tail), α = 5%
Z1-ß : Kekuatan Uji 90%
Berdasarkan rumus diatas maka besar sample yang dibutuhkan sebesar :
[1.96 √ 2 x 0,176 (1-0,176) + 1,28 √0,278 (1-0,278) + 0,074 (1-0,074) ]2
n = =
(0,278– 0,074) 2
n masing – masing kelompok = 70,4 orang ~ 70 orang
n total = 70 X 2 = 140 Orang
Untuk menghindari drop out atau missing jawaban dari responden maka perlu
ditambahkan 10 % dari jumlah sampel yang didapat sehingga jumlah sampel
keseluruhan sebesar 154 orang.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner, timbangan,
meteran, dan tabel penilaian pekerjaan. Pada saat penelitian, kuesioner dibagikan
langsung oleh peneliti kepada pekerja untuk dilengkapi. Kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini sebelumnya pernah digunakan oleh Sisinta (2005). Kuesioner ini
mencakup pertanyaan mengenai karakteristik pekerja, penerapan shift kerja, penilaian
beban kerja, dan pengukuran kelelahan. Pengukuran kelelahan dilakukan dengan
subjective self rating test dari industrial fatigue research committee (IFRC) yang
merupakan kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif dan
pengukuran secara objektif yaitu pengukuran yang mendukung hasil pengukuran
subjektif yang dapat dilihat pada saat wawancara. IFRC menggunakan sejumlah
pertanyaan yang berhubungan dengan gejala kelelahan. Skala ini mengandung 30 gejala
kelelahan yang dibuat dalam daftar pertanyaan. Jawaban dalam kuesioner tersebut
dibagi menjadi 4 bagian yaitu SS (Sangat sering) dengan skor 4, S (sering) dengan skor 3,
K (kadang - kadang) dengan skor 2, dan TP (tidak pernah) dengan skor 1. Skor yang
diperoleh berkisar antara 1 – 60 tidak lelah; 61 – 120 kelelahan. Timbangan dan
meteran digunakan untuk mengukur berat badan dan tinggi badan agar dapat
mengetahui status gizi pekerja. Tabel penilaian pekerjaan digunakan untuk mengetahui
estimasi panas metabolik agar dapat menilai berat ringannya beban kerja.
E. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pekerja di bagian
produksi dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner, timbangan, meteran,
dan tabel penilaian pekerjaan. Pada saat penelitian peneliti mewawancarai pekerja
mengenai karakteristik pekerja, kelelahan kerja dan mengenai pekerjaannya.
Setelah diwawancarai pekerja ditimbang berat badannya dan diukur tinggi
badannya.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen, catatan, dan
laporan dari perusahaan, seperti jadwal kerja shift dan profil perusahaan.
F. Pengolahan Data
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah
melalui tahap – tahap sebagai berikut :
1. Mengkode data (data coding)
Pada kuesioner penelitian ini, dilakukan pemberian kode data. Kode data
dilakukan dengan memberi kode pada tiap jawaban responden. Kode 1 untuk
jawaban tidak pernah, kode 2 untuk jawaban kadang – kadang, kode 3 untuk
jawaban sering, dan kode 4 untuk jawaban sangat sering. Pemberian kode
dimaksudkan untuk memudahkan dalam memasukkan data.
2. Menyunting data (data editing)
Pengolahan data selanjutnya masuk kedalam tahap dimana peneliti memeriksa
kelengkapan data yang telah terkumpul. Pemeriksaan meliputi pengisian kuesioner,
konsistensi, validitas, dan jumlah pertanyaan yang di jawab.
3. Memasukkan data (data entry)
Setelah dilakukan penyuntingan data, kemudian memasukkan daftar
pertanyaan yang telah dilengkapi dengan pengisian kode jawaban ke dalam
program software komputer.
4. Membersihkan data (data cleaning)
Kemudian masuk tahap terakhir yaitu pengecekan kembali data yang telah
dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan
demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis. Pada penelitian ini terdapat
pertanyaan yang tidak dijawab oleh beberapa pekerja yaitu mengenai tanggal,
bulan, tahun kelahiran; dan pertanyaan mengenai lama masa kerja shift. Untuk
pertanyaan yang tidak dijawab oleh pekerja shift, peneliti yang mengisi dengan
melihat data yang terdapat di bagian personalia. Setelah selesai mengecek data,
data – data tersebut diolah dan dianalisis.
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari
setiap variabel independen, dependen, dan counfounding yang dikehendaki dari
tabel distribusi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen
dan counfounding dengan variabel dependen. Untuk mencari hubungan antara
variabel independen dan counfounding dengan variabel dependen digunakan uji chi-
square dengan batas kemaknaan p value <= 0,05 berarti ada hubungan yang
bermakna secara statistik dan p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang
bermakna secara statistik.
Persamaan Chi Square:
(O - E)2
X2 =
E
Keterangan :
X2 = Chi Square
O = Efek yang diamati
E = Efek yang diharapkan
3. Analisis Multivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara beberapa variabel
independen dengan variabel dependen pada waktu yang bersamaan, serta
mengontrol variabel konfonder. Pada penelitian ini uji multivariat menggunakan
metode statistik dengan menggunakan uji regresi logistik ganda dengan model
faktor risiko karena untuk menjaga keutuhan jumlah sampel.
Pemodelan ini bertujuan untuk mengestimasi secara valid hubungan satu
variabel utama dengan variabel dependen dengan cara mengontrol beberapa
variabel confounding. Analisis ini dimulai dengan melakukan analisis bivariat antara
masing – masing variabel confounding dengan variabel dependen. Jika hasil uji
bivariat mempunyai nilai p < 0,25 maka variabel tersebut dapat masuk kedalam
kandidat model multivariat. Sebaliknya jika p > 0,25 maka variabel tersebut
dikeluarkan dari model multivariat.
Analisis dilanjutkan dengan melakukan pemodelan lengkap mencakup variabel
utama, semua kandidat confounding dan kandidat interaksi (interaksi dibuat antara
variabel utama dengan semua variabel confounding). Setelah itu dilakukan
penelitian interaksi, dengan cara mengeluarkan variabel interaksi yang P waldnya
tidak signifikan. Variabel tersebut dikeluarkan dari model secara berurutan satu
persatu dimulai dari nila P wald yang terbesar. Langkah terakhir adalah melakukan
penilaian confounding dengan cara mengeluarkan variabel confounding satu per
satu dimulai dari variabel yang memiliki nilai P wald yang terbesar, bila setelah
dikeluarkan diperoleh selisih OR faktor utama antara sesudah dan sebelum variabel
confounding dikeluarkan lebih besar 10% maka variabel tersebut dinyatakan sebagai
confounding dan harus tetap berada dalam model.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
B. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Pekerja yang mengalami kelelahan lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang
mengalami tidak lelah
2. Sistem shift yang diterapkan PT.TIFICO,Tbk adalah sistem shift 3 yaitu shift pagi,
sore, dan malam dengan pola 4 hari kerja shift dan 1 hari istirahat untuk shift sore
dan pagi, 2 hari istirahat untuk shift malam. Sistem rotasi yang digunakan adalah
rotasi cepat yaitu pergantian jadwal shift dilakukan setiap 4 hari kerja, dan rotasi
maju yaitu pergantian jadwal shift dimulai dengan shift pagi kemudian shift sore dan
shift malam.
3. Gambaran faktor counfounding pekerja antara lain
a. Pekerja yang berusia <= 49 tahun lebih banyak dibandingkan dengan pekerja
yang berusia diatas > 49 tahun
b. Pekerja dengan status gizi normal lebih banyak dibandingkan dengan pekerja
dengan status gizi kurus dan gemuk
c. Pekerja yang memiliki masa kerja <= 15 tahun lebih banyak dibandingkan
dengan pekerja yang memiliki masa kerja > 15 tahun
d. Pekerja yang memiliki beban kerja berat lebih banyak dibandingkan dengan
pekerja yang memiliki beban kerja sedang dan ringan.
4. Ada hubungan yang bermakna antara shift kerja dengan kelelahan kerja (P value =
0,000) pada pekerja shift di PT.TIFICO,Tbk tahun 2008
5. Hubungan antara faktor counfounding dengan kelelahan kerja antara lain sebagai
berikut:
a. Tidak ada hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja (P value =
0,257) pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009
b. Tidak ada hubungan antara status gizi pekerja dengan kelelahan kerja (P value =
0,275) pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009
c. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja (P value = 0,006) pada
pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009
d. Ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja (P value = 0,042)
pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009
6. Selain shift kerja yang dominan mempengaruhi kelelahan kerja, ternyata terdapat
faktor counfounding yang juga terbukti dapat mempengaruhi kelelahan kerja yaitu
masa kerja.
C. Saran
1. Bagi Perusahaan
a. Penerapan rotasi shift kerja untuk ditinjau kembali, sehingga diharapkan
kelelahan yang terjadi dapat dikurangi.
b. Disarankan agar perusahaan memberikan materi pelatihan pada pekerja
tentang dampak kerja shift, penyebab dari kelelahan dan efek – efeknya.
2. Bagi Pekerja
a. Pekerja disarankan untuk tidur di tempat yang sejuk (dingin), ruang tidur yang
tidak terlalu terang dan relaksasi yang cukup, untuk membantu meningkatkan
kualitas tidur yang sempurna karena tidur yang sempurna dapat mencegah dari
rasa lelah.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel – variabel lain yang
diduga berhubungan dengan kelelahan kerja yang tidak diteliti pada penelitian
ini
b. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian pada perusahaan yang
menerapkan sistem shift kerja yang berbeda sehingga diharapkan dapat
diperoleh perbandingan gambaran kejadian kelelahan kerja pada berbagai
sistem shift yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama
Amalia, Dina. 2007. Tinjauan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Unit Produksi
Industri Garment PT. INTI GRAMINDO PERSADA Tahun 2007. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok
Apriani, Nuke. 2003. Modul Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Respati Indonesia.
Ariawan, Iwan.1998. Besar dan Metode pada Sampel Penelitian Kesehatan. Jurusan
Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Indonesia.
Budiono, dkk. 2003. Kelelahan (Fatigue) Pada Tenaga Kerja. Bunga Rampai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja. Edisi ke – 2. Semarang; Universitas Diponogoro
Colligan, Michael J & Roger R. Rosa. 1997. Plain Language About Shift Work. US. Department
of Health and Human Service. National Institude for Occupational Safety and Health
(NIOSH). Cincinnati, Ohio
Dewi, Saswita. 2006. Analisis Tingkat Kelelahan Pada Pekerja Shift di PT ”X” Citereup – Bogor
Tahun 2006 . Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Depok
Donohue et al. Opportunities for Policy Leadership on Shift Work. 2006. [ cited 2008
September 21th]. Available: http://wfnetwork.bc.edu/pdfs/policy_makers6.pdf
Dowell, Chad H & Tapp. Loren C. 2007 Evaluation of Heat Stress at a Glass Bottle
Manufacturer. Department of Health and Human Service. National Institude for
Occupational Safety and Health (NIOSH). Cincinnati, Ohio. [ cited 2009 June 27th ].
Available : : http://www.cdc.gov/niosh/hhe/reports/pdfs/2003-0311-3052.pdf
Fitriarni. 2002. Tinjauan Pola Kerja Shift terhadap pola tidur, pola kehidupan sosial dan
keluarga serta kelelahan di PT. Hardaya Aneka Shoes Industry, Tangerang Tahun
2000. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok
Fitrihana, Noor. 2008. Kelelahan Kerja. [ cited 2008 August 28th]. Available:
http://blog.uny.ac.id/noorfitrihana/2008/08/13/kelelahan-kerja/
Handayani, Putri. 2008. Hubungan Antara Penerapan Shift Kerja Dengan Pola Tidur Pekerja
di bagian produksi PT. Enka Parahiyangan Tahun 2008. Skripsi Program Kesehatan
Masyarakat. Universitas Islam Negeri Syahid Jakarta.
ILO. 1998. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Volume 11. Stellman, Jeanne
Mager (ed). Geneva. Switzerland.
ILO. 1998. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Volume 10. Ritcher Peter.
Geneva. Switzerland.
Kroemer, K.H.E & E.Grandjean. 1993.Fitting The Task to The Human th edition. Taylor &
Francis Inc London
Kuswadji, Sudjako. 1997. Pengaturan Tidur Pekerja Shift. Cermin Dunia Kedokteran No. 116.
Jakarta. [ cited 2008 August 11th]. Available:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12PengaturanTidurPekerjaShift116.pdf/12Pe
ngaturanTidurPekerjaShift116.html
La Dou, Joseph & Richard M. Coleman. 1994. Scheduling Shiftwork. Occupational Health
and Safety 2nd edition. National Safety Council
Muryanto, Irwan. 2003. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada
Perawat Di RS. Haji Jakarta Tahun 2003. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Depok
Nasution,dkk. 1989. Laporan Penelitian Hubungan Shift Kerja Terhadap Kesehatan dan
Produktivitas di Unit Pengolahan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera
Utara Tahun 1989. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XXVI, Nomor 3.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
Nurmianto, eko.2004. Manajemen Shift Kerja. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi
ke – 2. Surabaya ; Institut Teknologi Sepuluh November
N W H Jansen ,et. al, Work schedules and fatigue: a prospective cohort study. Journal
Occupational and environmental medicine Volume 60. 2003 [ cited 2008 September
21th]. Available: http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=14891659
Gall et al. 1994. Improving Alertness Through Effective Fatigue Management. Energy
Institute. London
Government, Quensland. 1997. Hints For Shiftworkers. Workplace Health and Safety.
Departement of Training and Industrial Relations.
Purnawati et al. 2006. Kelelahan Umum Pada Pekerja Shift Pabrik Minuman Botol PT X Bali.
Majalah Kedokteran Indonesia, Volume : 56, Nomor 9. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Jakarta.
Riyadina, Woro. 1996. Beberapa Hal Tentang Kelelahan Kerja. Majalah Hiperkes dan
Keselamatan Kerja; Volume XXIX No 1; 30-34
Safitri, Dian. 2008. Hubungan Antara Pola Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan
Perusahaan Migas X Kalimantan Timur Tahun 2008. Tesis Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Depok
Sisinta, Tiaraima. 2005. Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Kelelahan Pada Pekerja
di Departemen Weaving PT.ISTEM Tangerang Tahun 2005. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.
Susetyo, et al. 2008. Prevalensi Keluhan Subyektif Atau Kelelahan Karena Sikap Kerja Yang
Tidak Ergonomis Pada Pengrajin Perak. Jurnal Teknologi; Volume 1 No. 2: 141 – 149
Tarwaka, et al. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Proktivitas. Edisi
ke-1 Surakarta
Uminah. 2005. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat di
RS. PELNI Petambunan Jakrta Tahun 2005. Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Depok
Yusri. 2006. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian kelelahan karyawan
produksi kulkas di PT. LG Electronics Indonesia Pada Tahun 2006. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
KUESIONER
Assalammualaikum Wr. Wb.
Saya Puti Nurhidayati bermaksud meneliti tentang “HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN
SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT.TIFICO,TBK
TAHUN 2009”. Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini peneliti akan bertanya
mengenai karakteristik pekerja, kelelahan kerja. Wawancara ini akan berlangsung selama 20
– 25 menit. Responden diharapkan menjawab setiap pertanyaan dengan sejujur- jujurnya.
Setiap jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya dari siapapun dan tidak akan
mempengaruhi penilaian terhadap kinerja anda, kemudian kuesioner akan disimpan oleh
peneliti. Partisipasi responden bersifat sukarela, responden dapat menolak untuk menjawab
atau tidak melanjutkan wawancara. Untuk itu dimohon kesediaan kepada karyawan
PT.TIFICO,Tbk selaku responden untuk mengisi kuesioner ini.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk kesediaan Anda
menjadi responden pada penelitian ini. Semoga bantuan dan kerjasama Anda menjadi amal
ibadah yang bernilai disisi-Nya.
FORMULIR PERSETUJUAN TERTULIS SETELAH PENJELASAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :...............................................................................
Alamat : ...............................................................................
No. Telepon/HP : ...............................................................................
Bersedia secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan judul “HUBUNGAN
ANTARA PENERAPAN SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN
PRODUKSI PT.TIFICO,TBK TAHUN 2009”. Telah mendengarkan penjelasan mengenai
kegiatan yang akan dilakukan dan sadar akan manfaat dan adanya resiko yang mungkin
terjadi dalam penelitian ini. Saya akan memberikan informasi yang benar sejauh yang saya
ketahui dan saya ingat.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun.
Jakarta,......... Juli 2009
Peneliti Yang membuat pernyataan
Puti Nurhidayati (………………………………..)
Tanda tangan dan nama terang
Nomor Responden
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
A. KARAKTERISTIK PEKERJA (Diisi oleh Peneliti)
A1 Nama responden………………………………..
A2 Apakah anda mengalami shift kerja ? 1. Ya 2. Tidak shift
[ ] A2
A3 Tanggal….…/ Bulan…..../ Tahun …….........Kelahiran
[ ] [ ] A3
A4 Berat badan responden…………………………kg Nb: DIISI OLEH PENELITI
[ ] [ ] A4
A5 Tinggi badan responden ……………………….cm Nb: DIISI OLEH PENELITI
[ ] [ ] [ ] A5
A6 Pada Tahun Berapa anda masuk kerja di PT.TIFICO,Tbk…………………………(DIJAWAB OLEH PEKERJA NON SHIFT) Nb: untuk pekerja shift langsung ke no A7
[ ] [ ] A6
A7 Pada Tahun Berapa anda masuk kerja dengan sistem shift di PT.TIFICO,Tbk………… (DIJAWAB OLEH PEKERJA SHIFT)
[ ] [ ] A7
KETERANGAN DIBAWAH INI SEBAGAI PETUNJUK PENGISIAN BAGIAN B.KELELAHAN KERJA
Keterangan : Sangat Sering = jika hampir tiap hari terasa
Sering = jika 3-4 hari terasa dalam satu minggu
Kadang – kadang = jika 1 – 2 hari terasa dalam satu minggu
Tidak pernah = tidak pernah terasa
B. KELELAHAN KERJA (Diisi oleh Peneliti)
B1 Apakah Saudara merasa berat di bagian kepala setelah bekerja ?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B1
B2 Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan setelah bekerja ?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B2
B3 Apakah kaki saudara terasa berat setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B3
B4 Apakah saudara menguap setelah bekerja ? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B4
B5 Apakah pikiran saudara terasa kacau setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B5
B6 Apakah saudara merasa mengantuk setelah bekerja ? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B6
B7 Apakah saudara merasakan ada beban pada mata setelah bekerja ?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B7
B8 Apakah saudara merasa kaku / canggung dalam bergerak setelah bekerja?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B8
B9 Apakah saudara merasa sempoyongan/ berdirinya Tidak stabil setelah Bekerja?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B9
B10 Apakah saudara ada perasaan ingin berbaring setelah bekerja?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B10
B11 Apakah saudara susah berfikir setelah bekerja ? 1. Tidak pernah 3. sering 2.kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B11
B12 Apakah saudara merasa lelah untuk berbicara setelah bekerja?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B12
B13 Apakah saudara menjadi gugup setelah bekerja ? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B13
B14 Apakah saudara tidak bisa berkonsentrasi setelah bekerja shift malam?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B14
B15 Apakah saudara Tidak bisa memusatkan perhatian terhadap sesuatu setelah bekerja?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B15
B16 Apakah anda punya kecenderungan untuk lupa setelah bekerja?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B16
B17 Apakah saudara merasa kurang percaya diri setelah bekerja?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B17
B18 Apakah saudara mersasa cemas terhadap sesuatu setelah bekerja?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B18
B19 Apakah saudara merasa Tidak dapat mengontrol sikap setelah bekerja?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B19
B20 Apakah saudara merasa Tidak dapat tekun dalam pekerjaan setelah bekerja?
[ ] B20
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
B21 Apakah saudara merasa sakit dikepala? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B21
B22 Apakah saudara merasa kaku di bagian bahu setelah bekerja?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B22
B23 Apakah saudara merasa nyeri di punggung setelah bekerja?
[ ] B23
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
B24 Apakah nafas saudara terasa tertekan setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B24
B25 Apakah saudara merasa haus setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B25
B26 Apakah suara saudara terasa serak setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B 26
B27 Apakah saudara merasa pening setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B27
B28 Apakah kelopak mata saudara terasa kejang setelah bekerja?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B28
B29 Apakah anggota badan saudara terasa bergetar (tremor) setelah bekerja?
1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B29
B30 Apakah saudara merasa kurang sehat setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering
[ ] B30
TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN ANDA MENGISI JAWABAN DENGAN LENGKAP DAN
SEJUJURNYA
LAMPIRAN 3
UNIVARIAT
usia yang dklmppkkan
147 95.5 95.5 95.5
7 4.5 4.5 100.0
154 100.0 100.0
<=49 tahun
> 49 tahun
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulativ e
Percent
lelah yang dikelompokan
81 52.6 52.6 52.6
73 47.4 47.4 100.0
154 100.0 100.0
lelah
tidak lelah
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
apakah saudara mengalami shift kerja
77 50.0 50.0 50.0
77 50.0 50.0 100.0
154 100.0 100.0
Ya
Tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
masa yang btl dklmpkkn
108 70.1 70.1 70.1
46 29.9 29.9 100.0
154 100.0 100.0
<=15 tahun
> 15 tahun
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulativ e
Percent
total gizi yang dikelompokkan
11 7.1 7.1 7.1
124 80.5 80.5 87.7
19 12.3 12.3 100.0
154 100.0 100.0
> 25 Gemuk
18.6-25 Normal
<=18.5 Kurus
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
beban yang dikelompokkan
68 44.2 44.2 44.2
58 37.7 37.7 81.8
28 18.2 18.2 100.0
154 100.0 100.0
> 350 kcal / jam
200 - 350 Kcal/jam
Sampai dengan
200 kcal / jam
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
LAMPIRAN 4
BIVARIAT
apakah saudara mengalami shift kerja * lelah yang dikelompokan
Crosstab
59 18 77
76.6% 23.4% 100.0%
22 55 77
28.6% 71.4% 100.0%
81 73 154
52.6% 47.4% 100.0%
Count
% within apakah saudara
mengalami shif t kerja
Count
% within apakah saudara
mengalami shif t kerja
Count
% within apakah saudara
mengalami shif t kerja
Ya
Tidak
apakah saudara
mengalami shif t kerja
Total
lelah tidak lelah
lelah yang
dikelompokan
Total
Chi-Square Tests
35.655b 1 .000
33.753 1 .000
37.197 1 .000
.000 .000
35.423 1 .000
154
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 36.
50.
b.
Risk Estimate
8.194 3.976 16.888
2.682 1.845 3.898
.327 .213 .502
154
Odds Rat io for apakah
saudara mengalami
shif t kerja (Ya / Tidak)
For cohort lelah yang
dikelompokan = lelah
For cohort lelah yang
dikelompokan = tidak
lelah
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idence
Interv al
total gizi yang dikelompokkan * lelah yang dikelompokan
Crosstab
5 6 11
45.5% 54.5% 100.0%
69 55 124
55.6% 44.4% 100.0%
7 12 19
36.8% 63.2% 100.0%
81 73 154
52.6% 47.4% 100.0%
Count
% within total gizi
yang dikelompokkan
Count
% within total gizi
yang dikelompokkan
Count
% within total gizi
yang dikelompokkan
Count
% within total gizi
yang dikelompokkan
> 25 Gemuk
18.6-25 Normal
<=18.5 Kurus
total gizi y ang
dikelompokkan
Total
lelah tidak lelah
lelah yang
dikelompokan
Total
Chi-Square Tests
2.579a 2 .275
2.591 2 .274
.657 1 .418
154
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The
minimum expected count is 5.21.
a.
beban yang dikelompokkan * lelah yang dikelompokan
Crosstab
41 27 68
60.3% 39.7% 100.0%
31 27 58
53.4% 46.6% 100.0%
9 19 28
32.1% 67.9% 100.0%
81 73 154
52.6% 47.4% 100.0%
Count
% within beban y ang
dikelompokkan
Count
% within beban y ang
dikelompokkan
Count
% within beban y ang
dikelompokkan
Count
% within beban y ang
dikelompokkan
> 350 kcal / jam
200 - 350 Kcal/ jam
Sampai dengan
200 kcal / jam
beban yang
dikelompokkan
Total
lelah tidak lelah
lelah yang
dikelompokan
Total
Chi-Square Tests
6.331a 2 .042
6.415 2 .040
5.592 1 .018
154
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The
minimum expected count is 13.27.
a.
usia yang dklmppkkan * lelah yang dikelompokan
Crosstab
79 68 147
53.7% 46.3% 100.0%
2 5 7
28.6% 71.4% 100.0%
81 73 154
52.6% 47.4% 100.0%
Count
% within usia
yang dklmppkkan
Count
% within usia
yang dklmppkkan
Count
% within usia
yang dklmppkkan
<=49 tahun
> 49 tahun
usia yang dklmppkkan
Total
lelah tidak lelah
lelah yang
dikelompokan
Total
Chi-Square Tests
1.698b 1 .193
.838 1 .360
1.736 1 .188
.257 .181
1.687 1 .194
154
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
2 cells (50.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 3.
32.
b.
Risk Estimate
2.904 .546 15.453
1.881 .577 6.127
.648 .393 1.068
154
Odds Rat io for usia
yang dklmppkkan (<=49
tahun / > 49 tahun)
For cohort lelah yang
dikelompokan = lelah
For cohort lelah yang
dikelompokan = tidak
lelah
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idence
Interv al
masa yang btl dklmpkkn * lelah yang dikelompokan
Crosstab
49 59 108
45.4% 54.6% 100.0%
32 14 46
69.6% 30.4% 100.0%
81 73 154
52.6% 47.4% 100.0%
Count
% within masa
yang btl dklmpkkn
Count
% within masa
yang btl dklmpkkn
Count
% within masa
yang btl dklmpkkn
<=15 tahun
> 15 tahun
masa yang bt l
dklmpkkn
Total
lelah tidak lelah
lelah yang
dikelompokan
Total
Chi-Square Tests
7.574b 1 .006
6.635 1 .010
7.747 1 .005
.008 .005
7.525 1 .006
154
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only f or a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 21.
81.
b.
Risk Estimate
.363 .174 .757
.652 .492 .864
1.795 1.122 2.870
154
Odds Rat io for masa
yang btl dklmpkkn (<=15
tahun / > 15 tahun)
For cohort lelah yang
dikelompokan = lelah
For cohort lelah yang
dikelompokan = tidak
lelah
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idence
Interv al
LAMPIRAN 5
Lampiran 5.1 Pemilihan variabel sebagai kandidat analisis multivariat
No Variabel PValue
1 Shift kerja 0.000
2 Usia 0.257
3 Status Gizi 0.275
4 Masa Kerja Shift 0.006
5 Beban Kerja 0.042
Lampiran 5.2 Pembuatan Model
Variables in the Equation
2.276 .408 31.094 1 .000 9.740 4.376 21.679
-1.410 .450 9.808 1 .002 .244 .101 .590
.265 .271 .954 1 .329 1.303 .766 2.215
-2.192 .840 6.807 1 .009 .112
shif t
masatulklmpk
bebanklmpk
Constant
Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
95.0% C.I. for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: shif t , masatulklmpk, bebanklmpk.a.
Variables in the Equation
2.339 .404 33.457 1 .000 10.371 4.695 22.909
-1.444 .448 10.408 1 .001 .236 .098 .567
-1.781 .720 6.121 1 .013 .168
shif t
masatulklmpk
Constant
Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
95.0% C.I. for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: shif t , masatulklmpk.a.
Lampiran 5.3 Pembuatan analisis interaksi
Variables in the Equation
2.339 .404 33.457 1 .000 10.371 4.695 22.909
-1.444 .448 10.408 1 .001 .236 .098 .567
-1.781 .720 6.121 1 .013 .168
shif t
masatulklmpk
Constant
Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
95.0% C.I. for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: shif t , masatulklmpk.a.
Lampiran 5.4 Penilaian counfounding
Hasil Analisis Variabel Utama (Shift) Sebelum Variabel Counfounding
Variables in the Equation
2.339 .404 33.457 1 .000 10.371 4.695 22.909
-1.444 .448 10.408 1 .001 .236 .098 .567
-1.781 .720 6.121 1 .013 .168
shif t
masatulklmpk
Constant
Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
95.0% C.I. for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: shif t , masatulklmpk.a.
Variables in the Equation
3.457 1.207 8.208 1 .004 31.716 2.980 337.530
.024 1.487 .000 1 .987 1.024 .056 18.900
-.889 .883 1.014 1 .314 .411 .073 2.319
-3.573 1.927 3.437 1 .064 .028
shif t
masatulklmpk
masatulklmpk by shif t
Constant
Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
95.0% C.I. for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: shif t, masatulklmpk, masatulklmpk * shif t .a.
Hasil Analisis Variabel Utama (Shift) Sesudah Variabel Counfounding Dikeluarkan
Variables in the Equation
2.103 .369 32.500 1 .000 8.194 3.976 16.888
-3.291 .595 30.618 1 .000 .037
shif t
Constant
Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
95.0% C.I. for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: shif t .a.
Top Related