Puti Nurhidayati

113
LAPORAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT.TIFICO,TBK TAHUN 2009 OLEH : PUTI NURHIDAYATI (105101003247) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M LEMBAR PERNYATAAN

Transcript of Puti Nurhidayati

Page 1: Puti Nurhidayati

LAPORAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN SHIFT KERJA DENGAN

KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI

PT.TIFICO,TBK TAHUN 2009

OLEH :

PUTI NURHIDAYATI

(105101003247)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

LEMBAR PERNYATAAN

Page 2: Puti Nurhidayati

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 September 2009

Puti

Nurhidayati

Page 3: Puti Nurhidayati

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, Septmber 2009

PUTI NURHIDAYATI, NIM : 105101003247

Hubungan Antara Penerapan Shift Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di

Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009.

(xix + 86 halaman, 21 tabel, 2 gambar, 9 lampiran)

ABSTRAKSI

Kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu

kegiatan. Salah satu faktor yang memberikan kontribusi besar terhadap terjadinya kelelahan

yaitu shift kerja. PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation atau PT. TIFICO, Tbk merupakan

perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang bergerak dalam bidang produksi Polyester

Synthetic Fiber (benang polyester sintetik) sebagai bahan baku tekstil. (kain). PT. TIFICO,

Tbk merupakan perusahaan yang menerapkan shift kerja karena menjalankan proses produksi

secara terus menerus selama 24 jam. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 14

pekerja shift di PT.TIFICO,Tbk diketahui seluruhnya merasakan kelelahan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja

pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009. Di dalamnya akan dibahas

mengenai usia, status gizi, masa kerja , dan beban kerja yang merupakan faktor

counfounding.

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross

sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 154 orang yang diambil secara acak. Data

penelitian didapat dari wawancara dengan menggunakan kuesioner IFRC yang dapat untuk

Page 4: Puti Nurhidayati

mengukur tingkat kelelahan subjektif dan pengukuran secara objektif yaitu pengukuran yang

mendukung hasil pengukuran subjektif yang dapat dilihat pada saat wawancara, selain itu

data diperoleh dari hasil pengukuran berat badan, tinggi badan, dan penilaian pekerjaan. Data

dianalisis secara univariat untuk melihat gambaran masing – masing variabel, bivariat dengan

menggunakan uji chi square untuk melihat pengaruh variabel shift kerja, usia, status gizi,

masa kerja , dan beban kerja terhadap kelelahan kerja kemudian dilanjutkan dengan analisis

multivariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang mengalami kelelahan lebih banyak

dibandingkan dengan pekerja yang mengalami tidak lelah. Selain itu terdapat hubungan

antara shift kerja dengan kelelehan kerja pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk

Tahun 2009. Faktor counfounding yaitu usia, status gizi, beban kerja ternyata tidak

menunjukkan adanya hubungan dengan kelelahan kerja, sedangkan faktor masa kerja

memiliki hubungan dengan kelelahan kerja dengan P value < 0,05 (Pvalue = 0,006) dan

terbukti sebagai faktor counfounding antara shift kerja dengan kelelahan kerja karena

memiliki selisih OR > 10% yaitu 20,99%.

Saran yang diajukan adalah penerapan rotasi shift kerja untuk ditinjau kembali;

disarankan agar perusahaan memberikan materi pelatihan pada pekerja tentang dampak kerja

shift, penyebab dari kelelahan dan efek – efeknya; bagi pekerja disarankan untuk tidur di

tempat yang sejuk (dingin), ruang tidur yang tidak terlalu terang dan relaksasi yang cukup.

Daftar bacaan : 31 (1989 – 2008)

Page 5: Puti Nurhidayati
Page 6: Puti Nurhidayati

JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY

FACULTY OF MDICINE AND HEALTH SCIENE

STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

Undergraduated Thesis, Sept 2009

PUTI NURHIDAYATI, NIM : 1051010032473

Relationship Between Shift Work Implementation With Fatigue To Production Worker

PT.TIFICO,Tbk, 2009

(xix + 86 pages, 21 tables, 2 pictures, 9 attachments)

ABSTRAC

Fatigue is weakness power to do something. One of contribute fatigue factor is shift

work. PT.TIFICO, Tbk is foreign capital investmen company which moving at polyester

synthetic fiber production. PT TIFIO,Tbk implements shift work because produtions around

as 24 hours. Based on preface research to 14 shift worker, known that all the workers feel

fatigue. The purpose of this research is to known the relationship between shift work

implementation with fatigue to production worker at PT.TIFIO,Tbk 2009. include abput age,

nutrition state, work period and work load as counfounding.

This is quantitative research with cross sectional study design. Samples are 154

randomly workers. Data get interview using IFRC questioner for measure subjectivity

fatigue. Besides that, data get from weight – height measurement and work estimate. Analyze

data use univariate for known variables description ; bivariate using chi square for known

variables influence of shift work, age, nutrition state, work period and load work to fatigue

and continue with multivariate.

The result show that fatigue worker more than unfatigue worker. Besides that, there

is a significant relationship between shift work with fatigue to production worker because it

Page 7: Puti Nurhidayati

has P value < 0,05 (P value = 0,000). Counfounding factors have no significant relationship

with fatigue, while work period has significant relationship with fatigue with P value < 0,05

(P value = 0,006) and proved as counfounding between shift work and fatigue because has

RR difference > 10% which is 20,99%.

Recommendation suggested are review shift work rotation implementation and

suggest for company give training modul to the worker about shift work and fatigue effects;

suggest for worker for sleep at the cool place, unlight bedroom and enough relaxation

Referenes : 31 (1989 - 2008)

Page 8: Puti Nurhidayati

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN

KERJA PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT.TIFICO,TBK

TAHUN 2009

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 8 September 2009

Page 9: Puti Nurhidayati

Yuli Amran, MKM Iting Shofwati, ST, MKKK

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM

STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 8 September 2009

Ketua

(Yuli Amran, MKM)

Page 10: Puti Nurhidayati

Anggota I

(Iting Shofwati, ST, MKKK)

Anggota II

(Hendra, SKM, MKKK )

Page 11: Puti Nurhidayati

Lembar Persembahan

TUHAN TUNJUKKAN 2 HAL PENTING.

PERTAMA PASTI GAGAL

KEDUA BELUM TENTU BERHASIL.

Pasti gagal jika kita berdiam diri,,,,,,,,,,,,, Belum tentu berhasil inilah nilai

PERJUANGAN.

Dalam berjuang ada 3 hal penting.

YA

TIDAK

BELUM

YA: kalo sudah berhasil,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

TIDAK DAN BELUM inilah yang harus kita sikapi.

TIDAK berarti menyerah.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

BELUM trus berjuang..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Page 12: Puti Nurhidayati

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Puti Nurhidayati

TTL : Jakarta, 15 Juli 1987

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Ponsel : 085693092865

Alamat : BSD. Blok C5 No 12 Jl. Cemara IV Sekt. I.1

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2005 – 2009 : Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Page 13: Puti Nurhidayati

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2002 – 2005 : SMU Negeri 1 Serpong

1999 – 2002 : SLTP Negeri 4 Puspiptek

1993 – 1999 : SDN Karya Bhakti 01

PENGALAMAN ORGANISASI

2008 – 2009 : Anggota Forum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2005 – 2008 : Anggota KSR UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2005 – 2009 : Anggota IPB (Ikatan Pemuda/i) BSD

2003 – 2005 : Anggota INKREA (Ikatan Remaja Kreatif )

PENGALAMAN PELATIHAN DAN KURSUS

2008 : Pelatihan Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001:2007

2008 : Pelatihan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:200

Page 14: Puti Nurhidayati

KATA PENGANTAR

ال ا س كن م ل ي ل هلل ا ورحمة ع ر و ا ب ه ك ت

Segala puji kehadirat Allah SWT, yang tidak pernah tidur dan selalu dekat dengan

hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan atas segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Penerapan Shift Kerja

Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009”.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyusunan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan banyak

pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan semangat. Untuk itu penulis

merasa pantas berterima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Terima kasih kepada ayah dan ibu, adik – adikku Risa dan Rima yang telah

memberikan semangat dan doa yang luar biasa kepada saya, serta segenap keluarga

tercinta yang selalu memberikan dukungan moril maupun materiil kepada saya.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

(PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bu Yuli selaku dosen pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis.

5. Bu Iting selaku dosen pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis.

6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 15: Puti Nurhidayati

7. Pak Timbul, Pak Handono, pak Sipenhadi, Pak Sopingi, seluruh pekerja di bagian

produksi yang telah bekerjasama dengan baik selama penulis melaksanakan kegiatan

skripsi di perusahaan tersebut.

8. Azis yang telah memberikan motivasi, kritikan yang ”pedas”, dan saran selama penulis

melaksanakan penyusunan skripsi. Makasih ya ” mancungkuu”

9. Kak Putri yang sudah membantu penulis dalam penyusunan skripsi, terima kasih ya

kak atas ilmu – ilmunya....

10. Umi, Nur ikrimah, Rira, Cori, Najwa, Nurwita, Nurul, Ipung, Budi yang telah

memberikan semangat penulis untuk maju siding seminar proposal. Thanks Guys…

11. Sahabat – sahabatku Umi en d’Gank; Budi; Opi, Tomo n the Gank atas bantuan dan

doanya selama penulis menyusun laporan skripsi, baik bantuan menemani penulis

keperpustakaan UI, Hiperkes, pelaksanaan penelitian ke lapangan,dll.

12. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat ’05 FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta (Endazh, Ernidah Lubis, Rofaul, Nurul, Ipul ustadz, dll) Semangaaatttttt!!!!!!!!.

13. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah

membantu proses penyusunan laporan skripsi.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi

perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),

khususnya mengenai penerapan shift kerja.

ه ا ت ر ك كن ورحمة ا هلل و ب ي ل ال م ع س و ا ل

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................... i

Page 16: Puti Nurhidayati

ABSTRAKSI ............................................................................................................ ii

ABSTRACT.............................................................................................................. iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................... v

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI.................................................................... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................. vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................ viii

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ix

DAFTAR ISI............................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL.................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xvii

DAFTAR ISTILAH................................................................................................. xviii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

B. Perumusan masalah............................................................................. 6

C. Pertanyaan penelitian.......................................................................... 7

D. Tujuan penelitian................................................................................. 8

1. Tujuan Umum............................................................................... 8

2. Tujuan Khusus.............................................................................. 8

E. Manfaat penelitian............................................................................... 9

1. Manfaat Bagi Perusahaan.............................................................. 9

Page 17: Puti Nurhidayati

2. Manfaat Bagi Pekerja.................................................................... 9

3. Manfaat Bagi Peneliti.................................................................... 9

F. Ruang lingkup penelitian.................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….. 11

A. Kelelahan..............…………………………………………………… 11

1. Definisi Kelelahan……………………………………………….. 11

2. Gejala kelelahan…………………………………………………. 11

3. Pengukuran kelelahan…………………………………………… 12

B. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kelelahan.......................... 16

1. Kerja Shift……………………………………………………….. 16

a. Definisi kerja shift.................................................................... 16

b. Alasan di terapkannya kerja shift............................................. 17

c. Sistem kerja shift…………………………………………….. 18

d. Strategi dalam penyusunan shift kerja...................................... 28

e. Efek dari kerja shift…………………………………….......... 31

2. Usia Pekerja................................................................................... 32

3. Status Gizi...................................................................................... 33

4. Masa Kerja..................................................................................... 34

5. Status Kesehatan.............................................................................. 35

6. Beban Kerja.................................................................................... 36

7. Lingkungan Kerja........................................................................... 38

Page 18: Puti Nurhidayati

8. Waktu Kerja................................................................................... 39

9. Intensitas dan lamanya kerja fisik.................................................. 39

10. Kondisi Mental............................................................................... 39

11. Circadian Rhtme............................................................................ 40

12. Keadaan Monoton.......................................................................... 40

13. Jenis Kelamin................................................................................. 41

C. Kerangka Teori..................................................................................... 41

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL............... 43

A. Kerangka Konsep................................................................................. 43

B. Definisi Operasional............................................................................. 44

C. Hipotesis................................................................................................. 46

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN………….……………………….......... 47

A. Jenis Penelitian...................................................................................... 47

B. Tempat Dan Waktu Penelitian………………..………………………. 47

C. Populasi Dan Sampel Penelitian………………..…………………….. 47

D. Instrumen Penelitian.............................................................................. 48

E. Metode Pengumpulan Data.................................................................... 49

F. Pengolahan Data.................................................................................... 50

G. Analisis Data……………………………..…………………………… 51

1. Analisis Univariat………...………...…………………………….. 51

2. Analisis Bivariat……………..……………………………………. 51

Page 19: Puti Nurhidayati

3. Analisis Multivariat.......................................................................... 52

BAB V HASIL PENELITIAN................................................................................ 54

A. Gambaran Umum Perusahaan............................................................... 54

B. Analisis Univariat.................................................................................. 55

C. Analisis Bivariat .................................................................................... 59

D. Analisis Multivariat................................................................................ 63

1. Pemilihan variabel sebagai kandidat analisis multivariat................ 64

2. Pembuatan Model............................................................................ 64

3. Pembuatan analisis interaksi........................................................... 66

4. Penilaian Counfounding Pembuatan analisis interaksi................... 67

BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 70

A. Keterbatasan Penelitian.......................................................................... 70

B. Kelelahan................................................................................................ 70

C. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja.................. 73

1. Hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja........ 73

2. Hubungan Antara Faktor Counfounding Dengan Kelelahan Kerja... 76

a. Hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja................ 76

b. Hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada

pekerja................................................................................

78

c. Hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja..........................................................................................

79

d. Hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja..........................................................................................

81

Page 20: Puti Nurhidayati

BAB VII KESIMPULAN.......................................................................................... 84

A. Simpulan.................................................................................................. 84

B. Saran......................................................................................................... 85

1. Bagi Perusahaan................................................................................. 85

2. Bagi Pekerja...................................................................................... 86

3. Bagi Peneliti....................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA 87

LAMPIRAN

Page 21: Puti Nurhidayati

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Metropolitan Rota Shift System 24

2.2 Continental Rota Shift System

25

2.3 Sistem empat orang siklus 32 Jam 26

2.4 Circadian Strategy 29

2.5 Anchor Sleep Strategy 30

2.6 Penilaian pekerjaan 37

2.7 Kategori beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang

dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan

38

3.1 Definisi Operasional 44

5.1 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan

Kerja di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009

56

5.2 Pembagian Waktu kerja shift PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009

57

5.3 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Faktor

Confounding di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun

2009

57

5.4 Distribusi Pekerja Menurut Penerapan Shift Kerja dan

Kelelahan Kerja di di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk

59

Page 22: Puti Nurhidayati

Tahun 2009

5.5 Distribusi Pekerja Menurut Faktor Confounding (Usia

Pekerja; Status Gizi Pekerja; Masa kerja ; dan Beban Kerja)

dan Kelelahan Kerja di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk

Tahun 2009

60

5.6 Proporsi Pekerja Yang Mengalami Kelelahan Berdasarkan

Masa Kerja di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009

61

5.7 Hasil Analisis Bivariat Antara Penerapan Shift Kerja dengan

Kelelahan Kerja di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun

2009

64

5.8 Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model Antara Shift

kerja, masa kerja, dan beban kerja dengan kelelahan kerja di

Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009

65

5.9 Hasil Analisis Multivariat Antara Shift Kerja, masa kerja

dengan Kelelahan kerja di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk

tahun 2009

66

5.10 Hasil Analisis Interaksi Antara Shift Kerja Dengan Masa

kerja di Bagian Produksi PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009

67

5.11 Hasil Analisis Variabel Utama (Shift) Sebelum Variabel

Counfounding Dikeluarkan di Bagian Produksi

PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009

67

5.12 Hasil Analisis Variabel Utama (Shift) Sesudah Variabel

Counfounding Dikeluarkan di Bagian Produksi

PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009

68

Page 23: Puti Nurhidayati

5.13 Hasil Akhir Analisis Multivariat Antara Shift Kerja, Masa

kerja Dengan Kelelahan Kerja di Bagian Produksi

PT.TIFICO,Tbk Tahun 2009

68

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Teori 42

3.1 Bagan Kerangka Konsep

44

Page 24: Puti Nurhidayati
Page 25: Puti Nurhidayati

DAFTAR ISTILAH

Shift kerja adalah pergantian kerja secara bergilir (jadwal shift rotasi) dan terdapat jadwal

khusus. Kerja bergilir dikatakan kontinyu apabila dikerjakan selama 24 jam setiap hari

termasuk hari minggu dan hari libur dengan waktu 3 shift.

Circadian rhytme adalah fluktuasi tubuh manusia yang mengikuti siklus 24 jam.

Subjective feelings of fatigue adalah perasaan subjektif dari kelelahan.

Zombie Strategy adalah strategi penyusunan kerja shift pada perusahaan yang memiliki

model kerja yang tidak dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan perusahaan

Circadian Strategy adalah suatu strategi penyusunan kerja shift yang disesuaikan dengan

irama tubuh.

Rotasi Shift adalah perputaran jadwal kerja dalam jangka waktu tertentu

Shift Permanen adalah jadwal kerja yang bersifat tetap

Page 26: Puti Nurhidayati

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin melakukan penelitian

Lampiran 2 Kuesioner penellitian

Lampiran 3 Output Univariat

Lampiran 4 Output Bivariat

Lampiran 5 Output Multivariat

Lampiran 5.1 Pemilihan variabel sebagai kandidat analisis multivariat

Lampiran 5.2 Pembuatan Model

Lampiran 5.3 Pembuatan analisis interaksi

Lampiran 5.4 Penilaian confounding

Page 27: Puti Nurhidayati

BAB I

PENDAHULUAN

G. Latar Belakang

Kelelahan adalah rasa capek yang tidak hilang waktu kita istirahat. Menurut

Rizeddin (2000) dalam Fitrihana (2008) kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan

ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun.

Sedangkan menurut Budiono, dkk (2000) istilah kelelahan mengarah pada kondisi

melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan.

Gejala kelelahan (fatigue symptom) antara lain seperti perasaan lesu, ngantuk,

pusing; kurang mampu berkonsentrasi; berkurangnya tingkat kewaspadaan;

berkurangnya gairah untuk bekerja; dan menurunnya kinerja jasmani dan rohani

(Budiono dkk, 2000). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja (Rizeddin, 2000

dalam Fitrihana, 2008); apabila tingkat produktivitas seorang tenaga kerja terganggu

yang disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis maka akibat yang

ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa penurunan produktivitas

perusahaan (Budiono dkk, 2003). Menurut Nitisemito dalam Riyadina (1996) indikasi

pokok yang menunjukkan adanya kelelahan adalah turunnya produktivitas kerja, hal

tersebut karena rasa kelelahan dapat menimbulkan kemalasan, sehingga dapat

menyebabkan kegiatan kerja menjadi kurang. Menurut Alberta, 20004 dalam Safitri,

Page 28: Puti Nurhidayati

2008 akibat dari kelelahan kerja diantaranya adalah berkurangnya produktivitas, dan

menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan kerja menurut Silaban (1998)

dalam Muryanto (2003) meliputi waktu kerja (shift & non shift); karakteristik pekerja (

kesehatan, jenis kelamin, usia, masa kerja, status gizi, beban, lingkungan kerja).

Menurut Tarwaka et al (2004) faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

kelelahan adalah intensitas dan lamanya kerja fisik; masalah lingkungan kerja; circadian

rhythm; status kesehatan dan nutrisi. Sedangkan menurut Grandjean (1993) dalam

Tarwaka et al (2004) kelelahan umum biasanya ditandai dengan keadaan monoton;

sebab – sebab mental seseorang (kondisinya). Salah satu faktor yang memiliki kontribusi

untuk menimbulkan kelelahan adalah kerja shift. Menurut Kuswadji (1997)

menyebutkan penerapan shift kerja dapat mengakibatkan beberapa efek terhadap

kesehatan seperti 80% pekerja akan mengalami kelelahan.

Coligen, et.al, (1997) mendefinisikan bahwa kerja shift merupakan jadwal jam kerja

yang berada diluar jam kerja normal yang dimulai dari sekitar pukul 07.00 sampai pukul

18.00, dengan lamanya jam kerja untuk seorang pekerja 7-8 jam dalam setiap shiftnya.

Sedangkan menurut Nasution dkk (1989) Secara terminologinya yang dimaksud dengan

shift kerja adalah kerja 24 jam dibagi secara bergiliran dalam waktu 2 jam, para pekerja

dibagi atas kelompok kerja dan pada umumnya dibagi atas tiga kelompok dimana lama

giliran kerja yaitu 8 jam. Sedangkan ILO (1998) membuat suatu ciri khas dari kerja shift

yaitu terdapatnya kontinuitas, pergantian kerja secara bergilir dan terdapat jadwal

Page 29: Puti Nurhidayati

khusus. Kerja bergilir dikatakan kontinyu apabila dikerjakan selama 24 jam setiap hari

termasuk hari minggu dan hari libur.

Menurut Nasional Sleep Foundation (2005) dalam Handayani (2008) lebih dari 22

juta pekerja Amerika adalah pekerja shift dan angka ini mengalami pertumbuhan

sebesar 3% setiap tahunnya. Menurut the Bureau of Labor Statistics (2005) dalam

Donohue, et.al. (2006) sekitar 54.6% pekerja yang mengalami kerja shift. Data

Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) bahwa negara-negara industri tahun 1974 jumlah

pekerja shift 8-25 % dari seluruh pekerja produktif, setengah diantaranya bekerja shift

malam dan diperkirakan jumlah ini akan meningkat 2x lipat pada tahun 1994 (Karnagi,

1993 dalam Dewi, 2006). Pekerja shift biasanya bertugas pada rumah sakit, kantor polisi,

dan pada industri manufacturing ( coligen, et.al, 1997).

Jumlah pekerja shift di negara berkembang berkisar antara 15- 30 % dan sekitar 10-

15 % mengalami kelelahan ( Silaban, 1998 dalam Dewi, 2006). Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh N W H Jansen et. al, 2003 prevalensi pekerja shift yang mengalami

kelelahan adalah sebesar 28.6%. Menurut penelitian swenson (1997) dalam Muryanto

(2003) kelelahan terjadi lebih sering pada pekerja shift dibandingkan pekerja harian.

83% pada pekerja shift.

Di Indonesia telah dilakukan beberapa penelitian yang berhubungan dengan

kelelahan diantaranya penelitian oleh Kuswadji (1997) mengenai pengaturan tidur

pekerja shift di Jakarta. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa terdapat beberapa

gangguan kesehatan yang dapat dirasakan oleh pekerja shift salah satunya adalah

kelelahan.

Page 30: Puti Nurhidayati

Hasil penelitian tingkat kelelahan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sisinta

(2005) pada pekerja didapatkan sekitar 49 % kelelahan terjadi pada pekerja yang

bekerja dengan sistem kerja shift dan sekitar 17 % kelelahan terjadi pada pekerja yang

bekerja dengan sistem non shift. Dalam penelitian lain menyebutkan sekitar 53,3%

kelelahan terjadi pada responden dengan sistem shift (Yusri, 2006). Menurut Muryanto

(2003) sekitar 62,9% kelelahan terjadi pada pekerja dengan sistem shift dan sekitar 1%

kelelahan terjadi pada pekerja dengan sistem non shift. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Uminah (2005) didapatkan sekitar 27,8 % kelelahan terjadi pada pekerja

yang bekerja dengan sistem shift dan 7,4 % kelelahan terjadi pada pekerja yang bekerja

dengan sistem non shift.

Dalam penelitian Sisinta (2005) kelelahan banyak dialami oleh pekerja yang berusia

diatas 41 dan dibawah 50 tahun yaitu sebanyak 17 orang (34,7%); selain itu pada

penelitian ini pekerja yang banyak mengalami kelelahan yaitu pekerja yang memiliki

status gizi normal sebanyak 20 orang (29%). Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Uminah (2005) kelelahan banyak dialami oleh pekerja yang berusia diatas 35 tahun yaitu

sebesar 25 orang (46,3%); selain itu pada penelitian ini pekerja yang banyak mengalami

kelelahan yaitu pekerja yang memiliki status gizi normal sebanyak 19 orang (35,2%).

Dalam penelitian lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2006) menyebutkan

bahwa pekerja yang paling banyak mengalami kelelahan adalah pekerja yang berusia 25

– 35 tahun yaitu sebanyak 26 orang (55,3%). Pada penelitian ini, kelelahan banyak

dialami oleh pekerja dengan masa kerja shift lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 32

orang (62,7%). Selain itu pada penelitian ini juga, kelelahan banyak dialami oleh pekerja

dengan status gizi normal yaitu sebanyak 31 orang (59,6%). Berdasarkan penelitian

Page 31: Puti Nurhidayati

Purnawati et al (2006) kelelahan banyak diaami oleh pekerja dengan masa kerja lebih

dari 5 tahun yaitu sebanyak 41 orang (63,1%). Selain itu penelitian yang dilakukan pada

pekerja bongkar muat menyatakan terdapatnya hubungan antara beban kerja dengan

kelelahan kerja (Tarwaka et al, 2004).

PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation atau PT. TIFICO, Tbk merupakan perusahaan

penanaman modal asing (PMA) yang bergerak dalam bidang produksi Polyester

Synthetic Fiber (benang polyester sintetik) sebagai bahan baku tekstil (kain). PT. TIFICO,

Tbk merupakan perusahaan yang menerapkan shift kerja karena menjalankan proses

produksi secara terus menerus selama 24 jam. Berdasarkan data kecelakaan pada tahun

2008, didapatkan pekerja shift yang mengalami kecelakaan dikarenakan pekerja lelah

terdapat sekitar 67 %. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 14 pekerja

shift di PT.TIFICO,Tbk diketahui masa kerja shift yang telah dilalui pekerja paling rendah

adalah 3 bulan dan paling tinggi 18 tahun. Dari hasil subjective self rating test dari

industrial fatigue research committee (IFRC) yang merupakan kuesioner yang dapat

untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif diketahui dari 14 pekerja seluruhnya

merasakan kelelahan yaitu dua responden mengalami kelelahan tingkat sedang (14,2%),

dan dua belas responden (85,8%) mengalami kelelahan tingkat ringan.

Berdasarkan hal diatas perlu dibuktikan faktor – faktor penyebab kelelahan di dalam

suatu penelitian. Untuk itu penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai

hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan pada pekerja di PT.TIFICO,Tbk

tahun 2009.

H. Perumusan masalah

Page 32: Puti Nurhidayati

Berdasarkan latar belakang diatas diketahui dari 14 pekerja pada penelitian

pendahuluan, seluruhnya merasakan kelelahan. Kelelahan pada pekerja dapat

menimbulkan gejala kelelahan (fatigue symptom) antara lain antara lain seperti

perasaan lesu, ngantuk, pusing; kurang mampu berkonsentrasi; berkurangnya tingkat

kewaspadaan; berkurangnya gairah untuk bekerja; dan menurunnya kinerja jasmani dan

rohani. Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja, apabila tingkat produktivitas

seorang tenaga kerja terganggu yang disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun

psikis maka akibat yang ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa

penurunan produktivitas perusahaan. Salah satu indikasi pokok yang menunjukkan

adanya kelelahan yaitu turunnya produktivitas kerja. Rasa kelelahan dapat

menimbulkan kemalasan, sehingga dapat menyebabkan kegiatan kerja menjadi kurang..

Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan kerja beberapa diantaranya

adalah meliputi waktu kerja (shift & non shift); karakteristik pekerja ( kesehatan, jenis

kelamin, usia, masa kerja, status gizi, beban, lingkungan kerja); intensitas dan lamanya

kerja fisik; masalah lingkungan kerja; circadian rhythm; status kesehatan dan nutrisi;

keadaan monoton; sebab – sebab mental seseorang (kondisinya). Dalam penelitian ini

yang akan diteliti yaitu shift kerja, usia pekerja, status gizi, masa kerja, dan beban kerja.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya diketahui bahwa kerja shift merupakan salah satu

penyebab utama kelelahan yang dirasakan oleh pekerja, dengan demikian diperlukan

adanya suatu penelitian untuk membuktikan apakah ada hubungan antara penerapan

shift kerja dengan kelelahan pada pekerja di bagian produksi dengan melihat juga

hubungan antara faktor konfonder dengan kelelahan pada pekerja di bagian produksi

PT.TIFICO,Tbk tahun 2009.

Page 33: Puti Nurhidayati

I. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana gambaran kelelahan kerja pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk

tahun 2009?

2. Bagaimana gambaran penerapan shift kerja yang dilaksanakan di bagian produksi

PT.TIFICO,Tbk tahun 2009?

3. Bagaimana gambaran faktor confounding (usia pekerja; status gizi pekerja; masa

kerja shift; dan beban kerja ) pada pekerja di bagian produksi PT. TIFICO, Tbk tahun

2009?

4. Apakah ada hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja pada

pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009?

5. Apakah ada hubungan antara faktor confounding (usia pekerja; status gizi pekerja;

masa kerja shift; dan beban kerja ) dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian

produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009?

6. Apakah faktor confounding (usia pekerja; status gizi pekerja; masa kerja shift; dan

beban kerja) terbukti mempengaruhi kelelahan kerja pada pekerja di bagian

produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009?

J. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Page 34: Puti Nurhidayati

Mengetahui hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja

pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran kelelahan kerja pada pekerja di bagian produksi

PT.TIFICO,Tbk tahun 2009

b. Diketahuinya gambaran penerapan shift kerja yang dilaksanakan di bagian

produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009

c. Diketahuinya gambaran faktor confounding (usia pekerja; status gizi pekerja;

masa kerja shift; dan beban kerja ) pada pekerja di bagian produksi PT. TIFICO,

Tbk tahun 2009

d. Diketahuinya hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja

pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009

e. Diketahuinya hubungan antara faktor confounding (usia pekerja; status gizi

pekerja; masa kerja shift; dan beban kerja) dengan kelelahan kerja pada pekerja

di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009

f. Diketahuinya faktor confounding (usia pekerja; status gizi pekerja; masa kerja

shift; dan beban kerja) yang terbukti mempengaruhi kelelahan kerja pada

pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009

K. Manfaat penelitian

Page 35: Puti Nurhidayati

1. Manfaat Bagi Perusahaan :

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan

sehingga perusahaan dapat membuat suatu program atau kebijakan terkait dengan

upaya pencegahan terjadinya kelelahan kerja pada pekerja.

2. Manfaat Bagi Pekerja

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman

pekerja mengenai kelelahan yang dapat diakibatkan oleh penerapan shift kerja yang

diterapkan perusahaan. Sehingga pekerja secara mandiri dapat melakukan upaya

perlindungan terhadap kesehatan kerja dan terhindar dari penyakit akibat kerja.

3. Manfaat Bagi Peneliti:

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti

selanjutnya yang berhubungan dengan shift kerja dan kelelahan pada pekerja

L. Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelelahan pada pekerja di bagian

produksi ditinjau dari penerapan kerja shift, usia, status gizi, masa kerja shift, dan beban

kerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk pada tahun 2009. Sasaran penelitian adalah para

pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan

yang dimulai pada tanggal 8 Juni – 31 Juli tahun 2009. Penelitian ini perlu dilakukan

Page 36: Puti Nurhidayati

karena perusahaan ini telah menerapkan shift kerja dalam menjalankan proses produksi

dan berdasarkan studi pendahuluan didapatkan 14 pekerja mengalami kelelahan.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Data – data tersebut

disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus

Chi Square untuk melihat hubungan antar variabel independen dan dependen dengan

mengontrol beberapa variabel counfounding. Dalam penelitian ini untuk mengetahui

tingkat kelelahan kerja digunakan subjective self rating test dari industrial fatigue

research committee (IFRC) yang merupakan kuesioner yang dapat untuk mengukur

tingkat kelelahan subjektif dan pengukuran secara objektif yaitu pengukuran yang

mendukung hasil pengukuran subjektif yang dapat dilihat pada saat wawancara.

Timbangan dan meteran digunakan untuk mengukur berat badan dan tinggi badan agar

dapat mengetahui status gizi pekerja. Tabel penilaian pekerjaan digunakan untuk

mengetahui estimasi panas metabolik agar dapat menilai berat ringannya beban kerja.

.

Page 37: Puti Nurhidayati

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

B. Kelelahan

1. Definisi Kelelahan

Kelelahan adalah rasa capek yang tidak hilang waktu kita istirahat. Menurut

Rizeddin (2000) dalam Fitrihana (2008) kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan

ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas

menurun.

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar

dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Tarwaka et

al, 2004). Menurut Riyadina (1996) kelelahan kerja adalah keadaan karyawan yang

mengakibatkan terjadinya penurunan dan produktivitas kerja akibat faktor

pekerjaan.

Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan

suatu kegiatan (Budiono dkk, 2003)

2. Gejala kelelahan

Gambaran mengenai gejala kelelahan secara subjektif dan objektif antara lain

(Budiono dkk, 2003):

Page 38: Puti Nurhidayati

a. Perasaan lesu, ngantuk, pusing

b. Tidak / kurang mampu berkonsentrasi

c. Berkurangnya tingkat kewaspadaan

d. Persepsi yang buruk dan lambat

e. Tidak ada / berkurangnya gairah untuk bekerja

f. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.

Beberapa gejala ini dapat menyebabkan penurunan efisiensi dan efektivitas

kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala tersebut manifestasinya timbul berupa

keluhan oleh tenaga kerja dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja (Budiono

dkk, 2003).

3. Pengukuran kelelahan

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara

langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya

hanya berupa indicator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja.

Grandjean (1993) dalam Tarwaka et al (2004) mengelompokkan metode

pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja

(waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap

unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti

: target produksi, faktor sosial, dan prilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan

kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi

Page 39: Puti Nurhidayati

kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut

bukanlah merupakan causal factor.

b. Uji Psikomotor (psychomotor test)

Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor.

Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi.

Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai

kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi

dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan

badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya

pelambatan pada proses faal syaraf dan otot.

c. Uji hilangnya Kelipan (flicker fussion- test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan

akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan

untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan, disamping untuk mengukur

kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.

d. Perasaan kelelahan secara subjektif (Subjective feelings of fatigue)

Subjective feelings of fatigue dari Industrial Fatigue Research

Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat

untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner ini terdiri dari 30

item gejala kelelahan umum diadopsi dari IFRC (Industrial Fatigue

Research Commitee Of Japanese Association Of Industrial Health) yang

Page 40: Puti Nurhidayati

dibuat pada tahun 1967. Disosialisasikan dan dimuat dalam Prosiding

Symposium on Methodology of Fatigue Assesment. Symposium ini

diadakan di Kyoto Jepang pada tahun 1969. Sepuluh item pertama

mengindikasikan adanya pelemahan aktifitas, 10 item kedua pelemahan

motifasi kerja dan 10 item ketiga atau terakhir mengindikasikan kelelahan

fisik atau kelelahan pada bagian tubuh. Semakin tinggi frekuensi gejala

kelelahan muncul dapat diartikan semakin besar pula tingkat kelelahan.

Dikatakan bahwa kelemahan dari kuesioner ini adalah tidak dilakukannya

evaluasi terhadap setiap item pertanyaan secara tersendiri. Kuesioner ini

kemudian dikembangkan dimana jawaban jawaban kuesioner diskoring

sesuai empat skala Likert (Susetyo, 2008).

Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari :

1) Perasaan berat dikepala

2) Lelah seluruh badan

3) Berat di kaki

4) Menguap

5) Pikiran kacau

6) Mengantuk

7) Ada beban pada mata

8) Gerakan canggung dan kaku

9) Berdiri tidak stabil

10) Ingin berbaring

Page 41: Puti Nurhidayati

11) Susah berpikir

12) Lelah untuk berbicara

13) Gugup

14) Tidak berkonsentrasi

15) Sulit memusatkan perhatian

16) Mudah lupa

17) Kepercayaan diri kurang

18) Merasa cemas

19) Sulit mengontrol sikap

20) Tidak tekun dalam pekerjaan

21) Sakit dikepala

22) Kaku di bahu

23) Nyeri di punggung

24) Sesak nafas

25) Haus

26) Suara serak

27) Merasa pening

28) Spasme di kelopak mata

29) Tremor pada anggota badan

30) Merasa kurang sehat.

e. Uji Mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat

digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan.

Page 42: Puti Nurhidayati

Bourdon Wiersma test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk

menguji kecepatan, ketelitin, dan konstansi. Hasil tes akan menunjukkan bahwa

semakin lelah seseorang maka tingkat kecepatan, ketelitian dan konstansi akan

semakin rendah atau sebaliknya. Namum demikian Bourdon Wiersma test lebih

tepat untuk mengukur kelelahan akibat aktivitas atau pekerjaan yang lebih

bersifat mental.

C. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan

1. Kerja Shift

a. Definisi kerja shift

Berikut ini adalah definisi kerja shift yang terdapat dalam beberapa sumber,

yaitu :

1) Coligan et al (1997) mendefinisikan bahwa kerja shift merupakan jadwal jam

kerja yang berada diluar jam kerja normal yang dimulai dari sekitar pukul

07.00 sampai pukul 18.00, dengan lamanya jam kerja untuk seorang pekerja

7-8 jam dalam setiap shiftnya.

2) International Labour Organization (ILO, 1998), membuat suatu ciri khas dari

kerja shift yaitu terdapatnya kontinuitas, pergantian kerja secara bergilir

dan terdapat jadwal khusus. Kerja bergilir dikatakan kontinyu apabila

dikerjakan selama 24 jam setiap hari termasuk hari minggu dan hari libur.

3) La Dou (1994) mendefinisikan kerja shift sebagai pekerjaan yang dilakukan

terutama di luar jam kerja normal.

Page 43: Puti Nurhidayati

4) Simanjuntak (1997) menjelaskan bahwa dalam terminologinya yang

dimaksud dengan kerja shift adalah kerja yang dibagi secara bergiliran

dalam waktu 24 jam (Handayani, 2008).

5) Secara terminologinya yang dimaksud dengan shift kerja adalah kerja 24

jam dibagi secara bergiliran dalam waktu 2 jam. Para pekerja dibagi atas

kelompok kerja dan pada umumnya dibagi atas tiga kelompok dimana lama

giliran kerja yaitu 8 jam (Nasution, dkk, 1989).

b. Alasan Di Terapkannya Kerja Shift

Coligan et al (1997) menjelaskan mengenai alasan diterapkannya shift

menjadi tiga bagian berdasarkan kepentingan kelompok, yaitu :

1) Kepentingan Sosial

Perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan masyarakat

bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang dibutuhkan

setiap saat, seperti Rumah Sakit, transportasi, pemadam kebakaran, polisi,

tenaga listrik, tenaga air, dan lain sebagainya.

2) Kepentingan Ekonomi

Hal ini terutama terjadi pada industri yang menggunakan mesin-mesin

mahal sehingga dibutuhkan operasional secara kontinyu untuk mencapai

profit yang tinggi dan efisiensi penggunaan dari mesin-mesin tersebut. Bagi

perusahaan yang bergerak di bidang industri berlakunya kerja shift

disebabkan karena proses produksi yang lama yaitu lebih dari 8 jam

Page 44: Puti Nurhidayati

sehingga mesin harus dioperasikan secara terus menerus seperti pada

industri kimia, industri manufaktur, pertambangan, dan lain-lain.

3) Kepentingan Individu

Walaupun sebagian besar orang tidak menginginkan bekerja secara shift

terutama shift malam, namun tidak jarang yang menginginkan kerja shift

dengan alasan ingin memperoleh gaji atau upah yang lebih baik, jumlah

pengawas atau supervisor lebih sedikit, dapat berkumpul dengan keluarga

pada siang hari, bekerja pada malam hari lebih tenang, transportasi lancar

atau tidak macet, atau memang tidak tersedia pekerjaan lain untuk mereka.

c. Sistem Kerja Shift

Biasanya kerja shift disusun tergantung pada pekerjaan dan dari

perusahaan atau industri yang bersangkutan. Berbagai macam model shift kerja

dapat diterapkan di berbagai perusahaan. Coligan et al (1997) menyebutkan

bahwa terdapat beberapa karakteristik dalam penyusunan jadwal kerja, yaitu :

1) Waktu Shift

Pembagian waktu kerja shift menjadi 2 atau 3 shift biasanya diterapkan

untuk perusahaan yang beroperasi selama 24 jam. Sedangkan pengaturan

jadwal mulai dan akhir tergantung dari lamanya shift. Pembagian jadwal

kerja dapat dilihat sebagai berikut :

Page 45: Puti Nurhidayati

a) Shift pagi (shift pertama) dimulai antara pukul 05.00-08.00 dan berakhir

antara pukul 14.00-18.00.

b) Shift sore (shift kedua) dimulai antara pukul 14.00-18.00 dan berakhir

antara pukul 22.00-02.00.

c) Shift malam (shift ketiga) dimulai antara pukul 22.00-02.00 dan berakhir

antara pukul 05.00-08.00.

2) Jadwal shift permanen atau rotasi

Pekerja yang bekerja secara permanen shift malam tidak mudah

beradaptasi walaupun telah bekerja dalam waktu lama. Memang untuk

beberapa orang kadang-kadang mudah untuk beradaptasi. Dari

pengalaman, orang-orang yang bekerja malam permanen mempunyai

metode untuk melawan kelelahan pada malam hari. Tapi walau

bagaimanapun pekerja malam permanen tersebut masih akan merasakan

lelah dan mengantuk pada malam berikutnya selain itu shift malam yang

permanen dapat menyebabkan akumulasi dari kekurangan tidur dan isolasi

sosial dimana hal ini tidak dapat diterima oleh kebanyakan pekerja

Rosmaliana (2004) dalam Handayani (2008). Kelelahan terjadi karena

banyak pekerja malam kembali bekerja siang harinya yang semestinya

mereka harus beristirahat, sehingga mereka tidak pernah sempurna dalam

memenuhi waktu tidur dan istirahatnya dalam upaya mengadaptasikan

irama tubuh untuk bangun pada malam hari. Kelelahan ini dapat terjadi dari

hari ke hari sehingga kelelahan tersebut dapat terakumulasi sampai pada

level yang tidak aman.

Page 46: Puti Nurhidayati

Sedangkan pada pekerja yang bekerja dengan jadwal shift rotasi

dihadapkan pada permasalahan yang hampir sama dengan shift permanen.

Karena waktu shift yang selalu berubah, mereka tidak pernah secara

sempurna untuk beradaptasi pada satu set jadwal kerja tersebut. Dengan

demikian biasanya jadwal rotasi diterapkan atas dasar keadilan terhadap

pekerjanya.

3) Kecepatan dan arah rotasi

Adaptasi terhadap shift dipengaruhi oleh kecepatan rotasi dan arah dari

rotasi. Kecepatan rotasi artinya jumlah shift pagi, siang dan malam yang

berturut-turut sebelum terjadinya perubahan shift. Menurut La Dou (1994)

kecepatan rotasi kerja shift terbagi menjadi dua macam yaitu rotasi lambat

dan rotasi cepat. Rotasi lambat dimana pekerja mendapat giliran kerjanya

setiap 5 hari, hal ini memberikan waktu kepada pekerja untuk beradaptasi

baik secara fisiologik maupun sosial. Sedangkan rotasi cepat dimana

pekerjanya mendapat giliran kerjanya setiap 1-3 hari, hal ini menyebabkan

pekerja tidak pernah puas beradaptasi terhadap shift malam dan

menyebabkan gangguan terhadap irama sirkadian. Sedangkan arah rotasi

berarti :

a) Rotasi maju adalah menurut arah jarum jam yaitu mulai dari shift pagi

ke siang kemudian malam.

b) Rotasi mundur adalah perubahan berlawanan arah jarum jam yaitu

mulai dari shift pagi ke malam kemudian siang.

Page 47: Puti Nurhidayati

Beberapa penelitian menganjurkan bahwa rotasi maju lebih baik dari

pada rotasi mundur. Karena rotasi maju lebih memudahkan untuk tidur

lebih lambat dan bangun lebih telat sehingga tubuh akan merasa lebih segar

dan siap untuk bekerja.

4) Rasio istirahat kerja

Orang yang bekerja selama 8 jam mempunyai 16 jam untuk istirahat

dan melakukan aktifitas lainnya, sedangkan yang bekerja selama 12 jam

hanya mempunyai sisa waktu selama 12 jam untuk istirahat selain itu

mereka masih mempunyai tanggung jawab dan tugas lain dirumah yang

tidak dapat digantikan, sehingga mereka mengalami ketidakpuasan dengan

waktu istirahat dan tidurnya. Oleh karena itu istirahat yang sering tapi

pendek lebih bermanfaat daripada istirahat yang panjang tapi jarang, jadi

perlu adanya pertimbangan tentang bagaimana istirahat selama shift dan

lamanya istirahat.

5) Shift yang teratur dan dapat diprediksikan

Dengan melakukan penyusunan jadwal kerja shift yang teratur dan

dapat diprediksikan maka akan memudahkan bagi pekerja untuk membuat

jadwal kegiatan di luar jam kerja.

Klasifikasi shift kerja berdasarkan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia (Indriani, 1998) dalam (Handayani, 2008) :

Page 48: Puti Nurhidayati

1) Permanen atau tertutup

yaitu shift yang bersifat permanen atau tetap. Misalnya perawat, polisi, dan

lain-lain.

2) Rotasi

Shift memakai sistem berputar, yaitu:

a) Lambat : Bekerja selama 21 hari kemudian dirotasi.

b) Mingguan : 3-7 hari untuk setiap gilir.

c) Cepat : 1-4 hari untuk setiap gilir.

3) Osilasi

Dibatasi oleh siang dan malam atau pagi dan sore secara bergantian setiap

hari.

4) Split Shift

Bekerja setiap hari dengan waktu kerja yang tidak ditentukan, disebut juga

gilir terpisah.

5) Relief Shift

Mengikuti pola gilir split shift tetapi waktu pulang sesuai dengan waktu

datang berdasarkan absensi.

6) Tipe Alternatif

a) 4 hari kerja dalam satu minggu dengan 10-12 jam kerja sehari

b) 8 hari kerja dengan 4-10 jam setiap harinya diikuti libur selama 4 hari

Page 49: Puti Nurhidayati

c) Flexitime, yaitu bebas menentukan dan merencanakan jam kerja harian

sesuai kebutuhan selama satu minggu.

La Dou (1994) menggolongkan kerja shift berdasarkan beban kerja dengan

rincian sebagai berikut :

1) Kontinyu, dengan cakupan seimbang 24 jam sehari, 365 hari setahun,

dengan beban kerja yang tetap seperti pada pabrik pembangkit tenaga

nuklir, perusahaan pertambangan, kilang minyak dan lain-lain.

2) Kontinyu, dengan cakupan tidak seimbang 24 jam sehari, 365 hari pertahun.

Memiliki beban kerja yang tidak seragam dengan cakupan lebih banyak

dibutuhkan pada shift pagi seperti industri jasa, rumah sakit, kantor polisi.

3) Cakupan shift sesuai dengan kebutuhan ekonomis, dimana waktu kerja tidak

selalu 24 jam per hari, 7 hari per minggu. Shift dapat dihentikan tergantung

pada iklim bisnis bila pada jam atau hari tertentu tidak perlu dilakukan,

artinya shift dapat dihentikan bila bisnis ekonomi sedang lesu seperti pada

industri mobil, manufaktur, dan lain-lain.

4) Kerja shift yang tidak teratur, dikarenakan kerja shift hanya diperlukan

sewaktu-waktu dan jadwalnya tidak bisa diperkirakan seperti pada petugas

kereta api, dan lain-lain.

Menurut ILO (1998) desain dari sistem shift adalah sebagai berikut :

1) Permanen

Yaitu kerja shift yang tidak bergilir atau tetap dimana apabila seorang

pekerja mendapat shift malam maka ia akan shift malam terus. Shift malam

Page 50: Puti Nurhidayati

yang permanen ini mempunyai efek negatif terhadap kehidupan keluarga,

misalnya pekerja yang terkena shift malam permanen harus dapat

menyesuaikan gaya hidup keluarganya dengan jadwal shiftnya, efek

terhadap kehidupan seksual dan kemampuannya dalam melakukan

tugasnya di dalam keluarga dan yang lainnya. Selain memiliki efek negatif

shift malam permanen juga memiliki efek positif diantaranya pekerja

memperoleh penghasilan yang lebih. Namun, pada dasarnya shift malam

yang permanen tersebut dapat merusak fungsi tubuh, tidur dan

kesejahteraan. Oleh karena itu sistem ini tidak dianjurkan dipakai.

2) Rotasi

Sistem shift rotasi cepat lebih menguntungkan dibandingkan dengan

shift yang berotasi seminggu sekali, karena shift ini dapat menjaga irama

circadian sesuai dengan yang seharusnya. Selain itu sistem shift ini

memungkinkan pekerja memiliki lebih banyak waktu luang di sore hari

untuk melakukan kegiatan sosialnya baik dengan keluarga maupun dengan

orang lain.

Pembagian menurut jumlah hari kerja malam yang berturut-turut paling

sedikit ada tiga jenis (Kuswadji, 1997):

1) Metropolitan rota

Pada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-2 (pagi, pagi, siang,

siang, malam, malam, libur, libur). Sistem ini banyak dipakai di Inggris. Pada

sistem ini hari libur Sabtu dan Minggu hanya terjadi sekali dalam 8 minggu.

Page 51: Puti Nurhidayati

Tabel 2.1

Metropolitan Rota Shift System

Minggu I Senin Pagi Minggu 5 Senin Malam

Selasa Pagi Selasa Malam

Rabu Sore Rabu Libur

Kamis Sore Kamis Libur

Jumat Malam Jumat Pagi

Sabtu Malam Sabtu Pagi

Minggu Libur Minggu Sore

Minggu 2 Senin Libur Minggu 6 Senin Sore

Selasa Pagi Selasa Malam

Rabu Pagi Rabu Malam

Kamis Sore Kamis Libur

Jumat Sore Jumat Libur

Sabtu Malam Sabtu Pagi

Minggu Malam Minggu Pagi

Minggu 3 Senin Libur Minggu 7 Senin Sore

Selasa Libur Selasa Sore

Rabu Pagi Rabu Malam

Kamis Pagi Kamis Malam

Jumat Sore Jumat Libur

Page 52: Puti Nurhidayati

Sabtu Sore Sabtu Libur

Minggu Malam Minggu Pagi

Minggu 4 Senin Malam Minggu 8 Senin Pagi

Selasa Libur Selasa Sore

Rabu Libur Rabu Sore

Kamis Pagi Kamis Malam

Jumat Pagi Jumat Malam

Sabtu Sore Sabtu Libur

Minggu Sore Minggu Libur

Keterangan : Pagi pukul 6 – 14; sore pukul 14 – 22; malam pukul

22–6 (waktu untuk memulai shift dapat berubah sesuai

kondisi perusahaan).

2) Continental rota

Pada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-3 (pagi, pagi, slang,

siang, malam, malam, malam, libur, libur). Sistem ini banyak dipakai di

negara-negara daratan Eropa. Pada sistem ini hari libur Sabtu dan Minggu

akan terjadi setiap 4 minggu.

Tabel 2.2

Continental Rota Shift System

Minggu I Senin Pagi Minggu 3 Senin Malam

Page 53: Puti Nurhidayati

Selasa Pagi Selasa Malam

Rabu Sore Rabu Libur

Kamis Sore Kamis Libur

Jumat Malam Jumat Pagi

Sabtu Malam Sabtu Pagi

Minggu Malam Minggu Pagi

Minggu 2 Senin Libur Minggu 4 Senin Sore

Selasa Libur Selasa Sore

Rabu Pagi Rabu Malam

Kamis Pagi Kamis Malam

Jumat Sore Jumat Libur

Sabtu Sore Sabtu Libur

Minggu Sore Minggu Libur

Keterangan : Pagi pukul 6 – 14; sore pukul 14 – 22; malam pukul

22–6 (waktu untuk memulai shift dapat berubah sesuai

kondisi perusahaan).

3) Sistem 4 orang siklus 32 jam

Dalam sistem ini lepas jaga tidak ada dan tidak ada libur. Keuntungannya ialah

setiap orang akan mengalami tidak kerja pagi sebanyak lima kali seminggu (baik

buat mereka yang se-kolah di pagi hari). Pergantian pada tengah malam,

Page 54: Puti Nurhidayati

sehingga pekerja dapat selalu tidur pada malam hari (sebelum bekerja atau

sesudah bekerja).

Tabel 2.3

Sistem empat orang siklus 32 Jam

Shift Hari dalam seminggu

S S R K J S A S S R K J S A S S R K J S A

Malam A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A

Pagi D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D

Sore C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C

Malam B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B

Pagi A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A

Sore D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D

Keterangan : Malam pukul 00 - 08; pagi pukul 08 - 16; sore pukul 16 – 24,

(waktu untuk memulai shift dapat berubah sesuai kondisi

perusahaan).

ABCD : orang pertama sampai orang ke empat.

Menurut awal dan akhir jam kerja shift, lama satu shift, dan keteraturannya

sistem dapat dibagi sebagai berikut (Kuswadji, 1997):

1) Sistem 3 shift biasa

Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama selama

24 jam: pagi antara pukul 6-14, sore antara pukul 14-22 dan malam antara

Page 55: Puti Nurhidayati

pukul 22-6. Shift pagi memungkinkan keluarga dapat makan bersama pada

malam harinya, bisa mengerjakan hobby baik pada sore hari atau

malamnya. Bila shift pagi dimulai terlalu pagi misalnya pukul 4, akan sangat

melelahkan dan tidur malam menjadi lebih singkat. Shift sore sangat tidak

baik untuk kehidupan sosial, namun sebaliknya untuk tidur sangat

menguntungkan. Shift malam buruk dipandang dan berbagai segi. Makan

malam bersama dan kegiatan hobby terganggu. Tidur terganggu akibat

berbagai sebab: bising di siang hari, tidur terputus karena harus makan

siang, tidur terus sampai sore. Akhirnya mereka mengalami kelelahan

karena tidur yang tidak pulas.

2) Sistem Amerika

Menurut sistem ini shift pagi mulai pukul 8-16, shift sore antara pukul

16-24 dan shift malam antara pukul 24-8. Sistem ini memberikan

keuntungan fisiologik dan sosial. Kesempatan tidur akan banyak terutama

pada pekerja pagi dan sore. Setiap shift akan mengalami makan bersama

keluarga paling sedikit sekali dalam sehari.

3) Sistem 12-12

Di penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem 12-12. Selama 12

jam shift pagi dan selama 12 jam shift malam. Jadwal antara 7-19 dan 19-7.

Satu minggu kerja siang dan satu minggu kerja malam. Setelah dinas 2

minggu, biasanya setelah shift malam, pulang ke rumah dan tinggal dengan

Page 56: Puti Nurhidayati

keluarga. Dipandang dari sudut kesehatan kerja atau ergonomi bekerja

menurut cara demikian tidak baik. Namun beberapa perkecualian dapat

dilakukan, misalnya bila pekerjaan ini tidak terlalu berat. Bila pekerjaan shift

dilakukan selama ini, masing-masing shift baik siang atau malam, harus

diikuti dengan istirahat dua hari.

d. Strategi dalam Penyusunan Shift Kerja

Menurut La Dou (1994) terdapat beberapa strategi dalam penyusunan kerja

shift, yaitu :

1) Zombie Strategy

Metode ini digunakan pada perusahaan yang memiliki model kerja yang

tidak dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan perusahaan. Sehingga dalam

metode ini tubuh pekerjalah yang harus menyesuaikan diri dengan keadaan

yang ada. Sebagai contoh pada pekerja yang bekerja di kilang minyak lepas

pantai. Mereka bekerja 16 jam dalam satu shift, pekerjaan dimulai pada

pukul 23.00 sampai pukul 15.00, kemudian kembali bekerja dari pukul 23.00

sampai pukul 07.00. Metode ini cocok untuk shift yang bersifat permanen,

dalam metode ini disarankan agar pekerja tidur secara bergantian dan pihak

perusahaan menyediakan tempat untuk pekerja beristirahat.

2) Tough-it-out Strategy

Pada metode ini pekerja yang melaksanakan shift malam akan berotasi

dengan cepat. Jam kerja shift malam yaitu sekitar pukul 20.00 sampai pukul

24.00. metode ini memberikan jeda waktu istirahat sebelum pekerja

Page 57: Puti Nurhidayati

menjalani shift malam, misalnya dalam satu minggu pekerja hanya

menjalani shift malam selama tiga hari berturut-turut kemudian diikuti

dengan hari libur dan memulai kerja pada minggu berikutnya.

3) Circadian Strategy

Strategi ini berawal dari penyesuaian irama tubuh dan bertujuan

memberikan peluang sosialisasi bagi pekerja. Pada strategi ini pekerja

melaksanakan pola shift dimulai dengan dua minggu pertama shift pagi, dua

minggu kemudian shift sore dan shift malam pada minggu kelima. Dengan

metode ini tubuh bisa lebih beradaptasi dengan baik.

Table 2.4

Circadian Strategy

(Richard M. Coleman)

Hari S S R K J S M Hari S S R K J S M

Minggu Minggu

1 P P P P P - - 2 P P P P P - -

3 S S S S S - - 4 S S S S S - -

5 M M M M M M M 6 M M M - - - -

Sumber : Scheduling Shift Work (Richard M. Coleman)

Keterangan :

P : Shift pagi M : Shift malam

S : Shift sore - : Libur

Page 58: Puti Nurhidayati

4) Anchor Sleep Strategy

Strategi ini merupakan kombinasi antara zombie strategy dan circadian

strategy. Pekerja dapat tidur terlambat sampai pukul 03.00 dan terbangun

pada pukul 11.00, hal ini disebut owl strategy karena pekerja tidur pada

siang hari seperti burung hantu. Biasanya strategi ini disukai oleh pekerja

yang tidak menyukai sosialisasi dan strategi ini tidak disukai oleh pekerja

yang sudah berkeluarga.

Table 2.5

Anchor Sleep Strategy

(Richard M. Coleman)

Anchor Anchor

Sleep Sleep

Minggu ke - 1 Minggu ke - 2

S S R K J S M S S R K J S M

M M - - M M M - - M M - - -

Sumber : Scheduling Shift Work (Richard M. Coleman)

Keterangan :

Page 59: Puti Nurhidayati

M : Shift malam

- : Libur

: Pada hari rabu dan kamis minggu pertama serta hari senin

dan selasa minggu kedua, pekerja akan tidur terlambat

hingga pukul 03.00 dan terbangun sampai pukul 11.00.

5) Fixed-shift strategy

Strategi ini lebih diutamakan pada jumlah tim yang relatif kecil dan

efektif untuk pekerja yang menjalani shift pagi dan sore namun tidak untuk

pekerja shift malam.

e. Efek Dari Kerja Shift

Coligan et al (1997) menyebutkan bahwa terdapat efek yang ditimbulkan

dari shift kerja. Terdapat dua efek yang dirasakan dari kerja shift yaitu efek

dalam waktu singkat maupun efek dalam jangka waktu yang lama. Efek kerja

shift dalam waktu singkat terdiri dari perubahan irama sirkadian, terganggunya

pola tidur dan gangguan psikososial. Sedangkan efek untuk jangka panjangnya

adalah gangguan pencernaan dan gangguan jantung.

Di Indonesia telah dilakukan beberapa penelitian yang berhubungan dengan

kelelehan kerja diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kuswadji

(1997) mengenai pengaturan kerja pekerja shift di Jakarta. Dalam penelitian ini

dijelaskan bahwa terdapat beberapa gangguan kesehatan yang dirasakan oleh

pekerja shift salah satunya adalah 80% akan mengalami kelelahan. Kerja

Page 60: Puti Nurhidayati

bergilir menurut penelitian Srithong chai & Intaranot (1994) dalam

Amalia (2007) bahwa tingkat kelelahan tenaga kerja yang bekerja giliran

malam memberikan kontribusi yang paling besar terhadap tingkat

kelelahan kerja. Menurut penelitian swenson (1997) dalam Muryanto (2003)

kelelahan terjadi lebih sering pada pekerja shift dibandingkan pekerja harian.

83% pada pekerja shift. Hasil penelitian tingkat kelelahan menurut penelitian

yang dilakukan oleh Sisinta (2005) pada pekerja sekitar 62,8 % terjadi pada

pekerja shift. Dalam penelitian lain menyebutkan sekitar 53,3% kelelahan terjadi

pada responden dengan sistem shift (Yusri, 2006). Menurut Muryanto (2003)

sekitar 62,9% kelelahan terjadi pada pekerja dengan sistem shift. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Uminah (2005) didapatkan sekitar 27,8 %

kelelahan terjadi pada pekerja yang bekerja dengan sistem shift.

2. Usia Pekerja

Kemampuan kerja seseorang dapat ditentukan oleh beberapa faktor salah

satunya adalah usia. Usia seseorang mempengaruhi BMR (Basal Metabolisme Rate)

individu tersebut, semakin bertambahnya usia maka BMR akan semakin menurun

dan kelelahan akan mudah terjadi. BMR adalah jumlah energi yang digunakan untuk

proses metabolisme dasar untuk mengolah bahan makanan dan oksigen untuk

mempertahankan kehidupan individu, apabila BMR menurun maka kemampuan

untuk melakukan metabolisme tersebut menurun sehingga kemampuan individu

tersebut untuk mempertahankan hidup juga menurun (Amalia, 2007).

Page 61: Puti Nurhidayati

Menurut Suma’mur (1991) dalam Handayani (2008) menyebutkan bahwa

seseorang yang berumur muda sanggup melakukan pekerjaan berat, dan sebaiknya

jika seseorang sudah berumur lanjut maka kemampuannya untuk melakukan

pekerjaan berat akan menurun. Pekerja yang berumur lanjut akan merasa cepat

lelah dan tidak dapat bergerak dengan leluasa ketika melaksanakan tugasnya

sehingga mempengaruhi kinerjanya. Kemampuan untuk melakukan pekerjaan

dengan baik setiap individu berbeda dan dapat juga dipengaruhi oleh umur

tersebut.

Menurut Akerstedt et al (2002) dalam Dewi (2006) bahwa kelelahan lebih

cenderung terjadi pada pekerja berumur kurang lebih sama dengan 49 tahun. Pada

penelitian Dewi (2006) diketahui bahwa responden yang paling banyak mengalami

kelelahan adalah pekerja yang berusia 25 – 35 tahun yaitu sebanyak 26 orang

(55,3%), pada penelitian ini didapatkan P value 0,180 yang menyatakan tidak

adanya hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja. Sedangkan pada

penelitian lainnya kelelahan banyak dialami oleh pekerja yang berusia diatas 41 dan

dibawah 50 tahun yaitu sebesar 31 orang (63,3%), pada penelitian ini didapatkan P

value 0,951 yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia pekerja dengan

kelelahan kerja. (Sisinta, 2005).

3. Status Gizi

Status gizi berhubungan erat dan berpengaruh pada produktivitas dan efisiensi

kerja. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila kekurangan

baik secara kualitatif maupun kuantitatif kapasitas kerja akan terganggu (Tarwaka et

Page 62: Puti Nurhidayati

al 2004). Menurut Suma’mur (1982), Grandjean (1993) dalam Tarwaka et al

(2004) bahwa selain jumlah kalori yang tepat, penyebaran persediaan kalori selama

masa bekerja adalah sangat penting.

Status gizi pekerja dapat diukur dengan IMT, dimana hasil pengukuran

dibandingkan dengan standar yang ditetapkan Depkes RI (Almatsier, 2004).

Menurut Hartz et al (1999) dalam Safitri (2008) peningkatan IMT / IMT lebih tinggi

berhubungan dengan peningkatan kelelahan kerja pada study yang dilakukan

selama 2 tahun pada pasien ICF dan menjadi overweight / obesitas dengan fungsi

fisik dan vitalitas yang lebih rendah pada population based study.

Pada penelitian Dewi (2006) yang dilakukan di PT ” X ” kelelahan banyak dialami

oleh pekerja dengan status gizi normal yaitu sebanyak 31 orang (59,6%), dengan

Pvalue sebesar 0,030 maka dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara status gizi dengan kelelahan pada pekerja. Dalam penelitian lain, kelelahan

banyak dialami oleh pekerja dengan status gizi normal yaitu sebanyak 48 orang

(69,6%) dengan P value 0,544 maka dinyatakan tidak terdapat hubungan antara

status gizi dengan kelelahan pada pekerja (Sisinta, 2005). Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Uminah (2005) di RS. Pelni disebutkan kelelahan banyak dialami pada

pekerja dengan status gizi normal yaitu sebanyak 19 orang (35,2%) dengan Pvalue

sebesar 0,905 dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

status gizi dengan kelelahan pada pekerja.

4. Masa Kerja

Page 63: Puti Nurhidayati

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali pekerja

masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung (Amalia, 2007)

Kerja bergilir menurut penelitian Srithongchai & Intaranot (1994) dalam Amalia

(2007) diperoleh bahwa tingkat kelelahan tenaga kerja yang bekerja giliran malam

dan suhu lingkungan kerja memberikan kontribusi yang paling besar terhadap

tingkat kelelahan kerja.

Berdasarkan study jansen et al (2003) dalam Safitri, 2008 terhadap pekerja shift

pada kelompok lama kerja < 15 tahun (0-5 tahun; 6-10 tahun; 11-15 tahun)

dibandingkan dengan kelompok dengan lama kerja > 15 tahun terdapat

kecenderungan bahwa pekerja dengan masa kerja < 15 tahun menunjukkan tingkat

kelelahan kerja yang paling tinggi karena proses adaptasi. Pada penelitian Dewi

(2006) pada PT ” X” kelelahan banyak dialami oleh pekerja dengan masa kerja shift

lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 32 orang (62,7%) dengan Pvalue sebesar 0,086

maka dinyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja shift

dengan kelelahan pada pekerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Purnawati, et al (2006) di PT ” X ” kelelahan banyak terjadi pada pekerja yang

memiliki masa kerja > 5 tahun dengan P value 0,839 sehingga dapat dinyatakan

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja shift dengan kelelahan

pada pekerja.

5. Status Kesehatan

Kelelahan dapat berasal dari gaya hidup yang biasa disebut dengan non work

related fatigue. Salah satu penyebab kelelahan non work related fatigue adalah

Page 64: Puti Nurhidayati

kondisi kesehatan pekerja (Better health channel, 2006 dalam safitri, 2008).

Menurut Setyawati, 1994 dalam Safitri, 2008 menyatakan bahwa secara fisiologis

tubuh manusia diibaratkan sebagai suatu mesin yang mengkonsumsi bahan bakar

sebagai sumber energinya. Diketahui jam kerja yang panjang lebih berpengaruh

terhadap terjadinya kelelahan jika dipengaruhi oleh faktor kesehatan. Kesegaran

jasmani dan rohani adalah penunjang penting produktivitas seseorang dalam

kerjanya. Kesegaran tersebut dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus menerus

dipelihara selama bekerja bahkan sampai setelah berhenti bekerja.

6. Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari

hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh,

memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan,

dengan bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan

kata lain, bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban

tersebut berupa beban fisik maupun beban mental. Berat ringannya beban kerja

yang diterima oleh seseorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan

berapa lama seseorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai

dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Dimana semakin berat

beban kerja sehingga melampaui kapasitas kerja akan menurunkan efisiensi dan

produktivitas kerja bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja. Beban

kerja fisik dalam kategori berat akan menyebabkan beban kardiovaskuler meningkat

sehingga kelelahan akan cepat muncul (Tarwaka et al, 2004). Pada penelitian yang

Page 65: Puti Nurhidayati

dilakukan pada pekerja bongkar muat menyatakan terdapatnya hubungan antara

beban kerja dengan kelelahan kerja (Tarwaka et al, 2004)

Beban kerja dapat ditentukan dengan merujuk kepada jumlah kalori yang

dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan per satuan waktu. Estimasi panas

metabolik dapat dilakukan dengan menilai pekerjaan, hal ini dapat dilihat pada tabel

2.6

Tabel 2.6

Penilaian pekerjaan

A. Posisi dan pergerakan badan kcal/min*

Sitting 0.3

Standing 0.6

Walking 2.0-3.0

Walking Uphill add 0.8 for every meter (yard) rise

B. Type of work Average kcal/min Range kcal/min

Hand work

Light 0.4 0.2-1.2

Heavy 0.9

Page 66: Puti Nurhidayati

Work: One arm

Light 1.0 0.7-2.5

Heavy 1.7

Work: Both arms

Light 1.5 1.0-3.5

Heavy 2.5

Work: Whole body

Light 3.5 2.5-15.0

Moderate 5.0

Heavy 7.0

Very heavy 9.0

C. Basal Metabolism

1.0 1.0

* For a "standard" worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1.8m2 body surface (19.4 ft2).

Sumber :ACGIH, 1992 dalam Dowell, 2007

Adapun klasifikasi beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang dikeluarkan

dalam melakukan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 2.7

Page 67: Puti Nurhidayati

Tabel 2.7

Kategori beban kerja berdasarkan jumlah kalori yang dikeluarkan dalam

melakukan pekerjaan

Kategori Kcal / Jam

Pekerjaan Ringan Sampai dengan 200 kcal / jam

Pekerjaan sedang 200 – 350 Kcal/jam

Pekerjaan Berat > 350 kcal / jam

Sumber :ACGIH, 1992 dalam Dowell, 2007

Sulistyadi & Susanti (2003) dalam Amalia (2007) telah merangkum bahwa pada

umumnya kelelahan pada faktor beban kerja dapat dikurangi dengan :

a. Menghindari beban statis yaitu beban secara berkesinambungan bekerja

pada jaringan tanpa bergerak

b. Menghindari konsentrasi beban yaitu terpusatnya beban pada satu bagian

sempit jaringan

c. Menghindari beban terlalu berat yang tidak mampu ditahan oleh jaringan.

7. Lingkungan Kerja

Di tempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja

seperti faktor fisik; faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis. Semua faktor

Page 68: Puti Nurhidayati

tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh

terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja (Tarwaka et al, 2004). Menurut

Fitriarni (2000) bahwa faktor lingkungan seperti suhu, kebisingan, pencahayaan,

vibrasi, dan ventilasi akan berpengaruh terhadap kenyamanan fisik, sikap mental,

dan kelelahan kerja.

8. Waktu Kerja

Menurut Kroemer and Grandjean (1997) dalam Fitriarni (2000) bahwa waktu

kerja dapat dibedakan dalam waktu kerja shift & non shift. Kerja shift (bergilir) akan

mengganggu irama sirkadian tubuh. Gangguan ini akan berakibat terjadinya

gangguan tidur pada pekerja dan dalam keadaan yang terjadi secara terus -

menerus tanpa disertai perbaikan kondisi yang memadai akan berakibat terjadi

kelelahan / fatique kronis.

Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu kerja sehari maksimum 8 jam

kerja dan sisanya untuk istirahat / kehidupan dalam keluarga dan masyarakat.

Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan efisiensi kerja,

meningkatkan kelelahan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka et al,

2004).

9. Intensitas dan lamanya kerja fisik

Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6 – 8 jam dan

sisanya untuk waktu istirahat, memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan

menurunkan efisiensi kerja, meningkatkan kelelahan kerja, kecelakaan dan penyakit

Page 69: Puti Nurhidayati

akibat kerja. Dari sudut pandang fisiologi, bekerja diluar 8 jam kerja sangat

merugikan kesehatan (Tarwaka et al, 2004).

10. Kodisi Mental

Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan faal tubuh.

Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan

sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal secara

moral dan tanggung jawab, aktivitas mental juga jelas lebih berat dibandingkan

dengan aktivitas fisik karena lebih melibatkan kerja otak daripada kerja otot.

(Tarwaka et al, 2004). Kondisi mental seseorang yang labil dapat mengakibatkan

stres dalam bekerja. Stres merupakan reaksi psikologis seseorang sebagai bentuk

kelelahan, kegelisahan, dan depresi. Reaksi psikologis kepada stres dapat dievaluasi

dalam bentuk beban mental, kelelahan, dan perilaku (Tarwaka et al, 2004).

11. Circadian Rhtme

Bermacam – macam fungsi tubuh manusia berfluktuasi dalam siklus 24 jam,

dinamakan Circadian rhtme (Nurmianto, 2004). Kerja shift (bergilir) akan

mengganggu irama sirkadian (circadian rhtme) tubuh. Gangguan ini akan berakibat

terjadinya gangguan tidur pada pekerja dan dalam keadaan yang terjadi secara

terus - menerus tanpa disertai perbaikan kondisi yang memadai akan berakibat

terjadi kelelahan / fatique kronis (Kroemer and Grandjean, 1997 dalam Fitriarni,

2000).

12. Keadaan Monoton

Page 70: Puti Nurhidayati

Tidak adanya variasi kerja akan menimbulkan kejenuhan kerja. Kejenuhan ini

dapat terjadi karena pekerja melakukan pekerjaan yang selalu sama setiap harinya,

keadaan seperti ini cukup berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kelelahan

kerja (Sisinta, 2005). Silaban (1998) dalam Sisinta (2005) mengemukakan bahw

kebosanan (kelelahan mental) merupakan komponen penting dalam psikologis

lingkungan kerja yang disebabkan menghadapi pekerjaan yang berulang – ulang,

monoton & aktivitas yang tidak menyenangkan. Keadaan ini biasanya meningkat

pada pertengahan jam kerja dan menurun di akhir jam ketiga.

13. Jenis Kelamin

Penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara umum

wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan

otot laki laki (Tarwaka et al, 2004).

Menurut Kroemer dan Grandjean (1997) dalam Tarwaka et al (2004) bahwa

masalah pada pekerja wanita dapat disebabkan oleh periode hormonal fungsi tubuh

serta adanya pekerjaan rumah tangga sehingga gangguan menstruasi, aborsi,

gangguan tidur dan kelelahan sering terjadi.

D. Kerangka Teori

Beberapa sumber menyebutkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi

kelelahan kerja antara lain karakteristik pekerja (jenis kelamin; usia; masa kerja; status

gizi; beban kerja; lingkungan kerja) dan waktu kerja (shift & non shift) (Silaban, 1998

dalam Muryanto, 2003); Intensitas dan lamanya kerja fisik; masalah lingkungan kerja;

Page 71: Puti Nurhidayati

circadian rhtme; status kesehatan dan nutrisi (Tarwaka et al 2004); keadaan monoton;

sebab – sebab mental seseorang (kondisinya) (Grandjean, 1993 dalam Tarwaka et al,

2004). Hal tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 2.1 dibawah ini:

Page 72: Puti Nurhidayati

Karakteristik Responden:

Karakteristik Pekerjaan

Sumber : Silaban, (1998); Tarwaka et al (2004); Grandjean (1993)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori

Jenis kelamin,

Usia

Status gizi

Masa kerja

Status Kesehatan

Sebab – sebab mental seseorang

Circadian Rhtme

Beban kerja

Keadaan monoton

Lingkungan kerja

Shift kerja & non shift

Intensitas dan lamanya kerja

fisik

Kelelahan Kerja

Page 73: Puti Nurhidayati

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini mengacu kepada kerangka teori yang diungkapkan oleh

beberapa sumber bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja

antara lain karakteristik pekerja (jenis kelamin; usia; masa kerja; status gizi; beban kerja;

lingkungan kerja) dan waktu kerja (shift & non shift) (Silaban, 1998 dalam Muryanto,

2003); Intensitas dan lamanya kerja fisik; masalah lingkungan kerja; circadian rhtme;

status kesehatan dan nutrisi (Tarwaka et al 2004); keadaan monoton; sebab–sebab

mental seseorang (kondisinya) (Grandjean, 1993 dalam Tarwaka et al, 2004). Namun

pada penelitian ini variabel jenis kelamin, intensitas dan lamanya kerja fisik, dan

lingkungan kerja tidak dimasukkan karena tidak ada perbedaan luas yang bermakna, hal

ini disebabkan tidak adanya pekerja wanita yang diikutsertakan dalam sistem kerja shift,

selain itu intesitas dan lamanya kerja pada bagian produksi ini sama yaitu 8 jam kerja..

Sedangkan untuk variabel status kesehatan tidak digunakan karena pekerja yang

diikutsertakan dalam penelitian ini adalah pekerja dalam keadaan sehat yang dibuktikan

dengan adanya laporan medical check up dari perusahaan dan kepastian status

kesehatan pada saat wawancara.

Page 74: Puti Nurhidayati

Kerangka konsep terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel

independen terdiri dari penerapan shift kerja. Sedangkan kelelahan ditetapkan sebagai

variabel dependen dengan melibatkan faktor counfounding yaitu usia, status gizi, masa

kerja , dan beban kerja. Hubungan antara beberapa variabel tersebut digambarkan

dalam bagan 3.1:

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Penerapan Shift

Kerja

1. Usia Pekerja 2. Status Gizi 3. Masa kerja 4. Beban Kerja

Kelelahan Kerja

Page 75: Puti Nurhidayati

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Kelelahan

Kerja

Kombinasi dari gejala – gejala

termasuk munurunnya

penampilan yang melemah

dan perasaan subjektif dari

rasa capek (Gall et al, 1994).

Wawancara Kuesioner 1. Lelah

2. Tidak Lelah

Ordinal

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

2 Penerapan

Shift Kerja

Pergantian kerja secara

bergilir (jadwal shift rotasi)

dan terdapat jadwal khusus.

Kerja bergilir dikatakan

kontinyu apabila dikerjakan

selama 24 jam setiap hari

termasuk hari minggu dan

hari libur dengan waktu 3

shift .(ILO,1998)

Wawancara Kuesioner 1. Shift

2. Non shift

Nominal

3 Usia Jumlah tahun yang dihitung

mulai dari responden lahir

sampai saat pengumpulan

data dilakukan (Dewi, 2006)

Wawancara Kuesioner 1. < = 49 tahun

2. > 49 tahun

Ordinal

Page 76: Puti Nurhidayati

4 Status Gizi Keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan

penggunaan zat – zat gizi

(Almatsier, 2004)

Mengukur Timbangan

Dan

Meteran

1. > 25 Gemuk

2. 18.6-25

Normal

3. <18.5 Kurus

Ordinal

5 Masa

Kerja

Masa kerja adalah lamanya

hari terhitung mulai pertama

kali pekerja masuk kerja

hingga saat penelitian

berlangsung (Amalia, 2007)

Wawancara Kuesioner 1. <=15 tahun

2. >15 tahun

Ordinal

6. Beban

Kerja

Beban yng ditanggung oleh

tenaga kerja dalam

melakukan sesuatu kegiatan

terdiri dari ringan, sedang,

Menilai Tabel

Penilaian

pekerjan

1. > 350 kcal / jam

(pekerjaan

Berat)

2. 200 – 350 Kcal/jam

(pekerjaan

Ordinal

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

berat sesuai dengan energi

yang dibutuhkan untuk

melakukan aktivitas

pekerjaan (Tarwaka et al)

Sedang)

3. <200 kcal / jam (pekerjaan

Ringan)

F. Hipotesis

1. Ada hubungan antara penerapan shift kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di

bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009.

Page 77: Puti Nurhidayati

2. Ada hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian

produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009.

3. Ada hubungan antara status gizi pekerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di

bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009.

4. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian

produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009.

5. Ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian

produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009

Page 78: Puti Nurhidayati

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

menggunakan metode deskriptif dan analitik. Penelitian ini menggunakan desain studi

cross sectional karena pada penelitian ini variabel independen dan dependen akan

diamati pada waktu (periode) yang sama.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk selama 1 bulan

yang dimulai pada tanggal 8 Juni – 31 Juli tahun 2009.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah pekerja yang bekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk

berdasarkan sistem shift dan non shift. Sedangkan sampel yang diambil adalah 77 orang

pekerja shift dan 77 pekerja non shift. Pengambilan sampel dilakukan secara acak

sederhana (simple random sampling) dengan menggunakan rumus dibawah ini :

Page 79: Puti Nurhidayati

221

2

22111212 1112

PP

PPPPZPPZn

ba

(Sumber : Ariawan, 1998)

Keterangan :

n : Besar sample

P : Rata – rata proporsi pada populasi

P1 : Proporsi kejadian kelelahan pada pekerja shift

P2 : Proporsi kejadian kelelahan pada pekerja non shift

Z2 1-α/2 : Derajat kemaknaan α pada uji 2 sisi (two tail), α = 5%

Z1-ß : Kekuatan Uji 90%

Berdasarkan rumus diatas maka besar sample yang dibutuhkan sebesar :

[1.96 √ 2 x 0,176 (1-0,176) + 1,28 √0,278 (1-0,278) + 0,074 (1-0,074) ]2

n = =

(0,278– 0,074) 2

n masing – masing kelompok = 70,4 orang ~ 70 orang

n total = 70 X 2 = 140 Orang

Page 80: Puti Nurhidayati

Untuk menghindari drop out atau missing jawaban dari responden maka perlu

ditambahkan 10 % dari jumlah sampel yang didapat sehingga jumlah sampel

keseluruhan sebesar 154 orang.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner, timbangan,

meteran, dan tabel penilaian pekerjaan. Pada saat penelitian, kuesioner dibagikan

langsung oleh peneliti kepada pekerja untuk dilengkapi. Kuesioner yang digunakan

dalam penelitian ini sebelumnya pernah digunakan oleh Sisinta (2005). Kuesioner ini

mencakup pertanyaan mengenai karakteristik pekerja, penerapan shift kerja, penilaian

beban kerja, dan pengukuran kelelahan. Pengukuran kelelahan dilakukan dengan

subjective self rating test dari industrial fatigue research committee (IFRC) yang

merupakan kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif dan

pengukuran secara objektif yaitu pengukuran yang mendukung hasil pengukuran

subjektif yang dapat dilihat pada saat wawancara. IFRC menggunakan sejumlah

pertanyaan yang berhubungan dengan gejala kelelahan. Skala ini mengandung 30 gejala

kelelahan yang dibuat dalam daftar pertanyaan. Jawaban dalam kuesioner tersebut

dibagi menjadi 4 bagian yaitu SS (Sangat sering) dengan skor 4, S (sering) dengan skor 3,

K (kadang - kadang) dengan skor 2, dan TP (tidak pernah) dengan skor 1. Skor yang

diperoleh berkisar antara 1 – 60 tidak lelah; 61 – 120 kelelahan. Timbangan dan

meteran digunakan untuk mengukur berat badan dan tinggi badan agar dapat

Page 81: Puti Nurhidayati

mengetahui status gizi pekerja. Tabel penilaian pekerjaan digunakan untuk mengetahui

estimasi panas metabolik agar dapat menilai berat ringannya beban kerja.

E. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pekerja di bagian

produksi dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner, timbangan, meteran,

dan tabel penilaian pekerjaan. Pada saat penelitian peneliti mewawancarai pekerja

mengenai karakteristik pekerja, kelelahan kerja dan mengenai pekerjaannya.

Setelah diwawancarai pekerja ditimbang berat badannya dan diukur tinggi

badannya.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen, catatan, dan

laporan dari perusahaan, seperti jadwal kerja shift dan profil perusahaan.

F. Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah

melalui tahap – tahap sebagai berikut :

1. Mengkode data (data coding)

Pada kuesioner penelitian ini, dilakukan pemberian kode data. Kode data

dilakukan dengan memberi kode pada tiap jawaban responden. Kode 1 untuk

jawaban tidak pernah, kode 2 untuk jawaban kadang – kadang, kode 3 untuk

jawaban sering, dan kode 4 untuk jawaban sangat sering. Pemberian kode

dimaksudkan untuk memudahkan dalam memasukkan data.

Page 82: Puti Nurhidayati

2. Menyunting data (data editing)

Pengolahan data selanjutnya masuk kedalam tahap dimana peneliti memeriksa

kelengkapan data yang telah terkumpul. Pemeriksaan meliputi pengisian kuesioner,

konsistensi, validitas, dan jumlah pertanyaan yang di jawab.

3. Memasukkan data (data entry)

Setelah dilakukan penyuntingan data, kemudian memasukkan daftar

pertanyaan yang telah dilengkapi dengan pengisian kode jawaban ke dalam

program software komputer.

4. Membersihkan data (data cleaning)

Kemudian masuk tahap terakhir yaitu pengecekan kembali data yang telah

dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan

demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis. Pada penelitian ini terdapat

pertanyaan yang tidak dijawab oleh beberapa pekerja yaitu mengenai tanggal,

bulan, tahun kelahiran; dan pertanyaan mengenai lama masa kerja shift. Untuk

pertanyaan yang tidak dijawab oleh pekerja shift, peneliti yang mengisi dengan

melihat data yang terdapat di bagian personalia. Setelah selesai mengecek data,

data – data tersebut diolah dan dianalisis.

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Page 83: Puti Nurhidayati

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari

setiap variabel independen, dependen, dan counfounding yang dikehendaki dari

tabel distribusi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen

dan counfounding dengan variabel dependen. Untuk mencari hubungan antara

variabel independen dan counfounding dengan variabel dependen digunakan uji chi-

square dengan batas kemaknaan p value <= 0,05 berarti ada hubungan yang

bermakna secara statistik dan p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang

bermakna secara statistik.

Persamaan Chi Square:

(O - E)2

X2 =

E

Keterangan :

X2 = Chi Square

O = Efek yang diamati

E = Efek yang diharapkan

Page 84: Puti Nurhidayati

3. Analisis Multivariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara beberapa variabel

independen dengan variabel dependen pada waktu yang bersamaan, serta

mengontrol variabel konfonder. Pada penelitian ini uji multivariat menggunakan

metode statistik dengan menggunakan uji regresi logistik ganda dengan model

faktor risiko karena untuk menjaga keutuhan jumlah sampel.

Pemodelan ini bertujuan untuk mengestimasi secara valid hubungan satu

variabel utama dengan variabel dependen dengan cara mengontrol beberapa

variabel confounding. Analisis ini dimulai dengan melakukan analisis bivariat antara

masing – masing variabel confounding dengan variabel dependen. Jika hasil uji

bivariat mempunyai nilai p < 0,25 maka variabel tersebut dapat masuk kedalam

kandidat model multivariat. Sebaliknya jika p > 0,25 maka variabel tersebut

dikeluarkan dari model multivariat.

Analisis dilanjutkan dengan melakukan pemodelan lengkap mencakup variabel

utama, semua kandidat confounding dan kandidat interaksi (interaksi dibuat antara

variabel utama dengan semua variabel confounding). Setelah itu dilakukan

penelitian interaksi, dengan cara mengeluarkan variabel interaksi yang P waldnya

tidak signifikan. Variabel tersebut dikeluarkan dari model secara berurutan satu

persatu dimulai dari nila P wald yang terbesar. Langkah terakhir adalah melakukan

penilaian confounding dengan cara mengeluarkan variabel confounding satu per

satu dimulai dari variabel yang memiliki nilai P wald yang terbesar, bila setelah

Page 85: Puti Nurhidayati

dikeluarkan diperoleh selisih OR faktor utama antara sesudah dan sebelum variabel

confounding dikeluarkan lebih besar 10% maka variabel tersebut dinyatakan sebagai

confounding dan harus tetap berada dalam model.

Page 86: Puti Nurhidayati

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

B. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat

ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Pekerja yang mengalami kelelahan lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang

mengalami tidak lelah

2. Sistem shift yang diterapkan PT.TIFICO,Tbk adalah sistem shift 3 yaitu shift pagi,

sore, dan malam dengan pola 4 hari kerja shift dan 1 hari istirahat untuk shift sore

dan pagi, 2 hari istirahat untuk shift malam. Sistem rotasi yang digunakan adalah

rotasi cepat yaitu pergantian jadwal shift dilakukan setiap 4 hari kerja, dan rotasi

maju yaitu pergantian jadwal shift dimulai dengan shift pagi kemudian shift sore dan

shift malam.

3. Gambaran faktor counfounding pekerja antara lain

a. Pekerja yang berusia <= 49 tahun lebih banyak dibandingkan dengan pekerja

yang berusia diatas > 49 tahun

b. Pekerja dengan status gizi normal lebih banyak dibandingkan dengan pekerja

dengan status gizi kurus dan gemuk

c. Pekerja yang memiliki masa kerja <= 15 tahun lebih banyak dibandingkan

dengan pekerja yang memiliki masa kerja > 15 tahun

d. Pekerja yang memiliki beban kerja berat lebih banyak dibandingkan dengan

pekerja yang memiliki beban kerja sedang dan ringan.

Page 87: Puti Nurhidayati

4. Ada hubungan yang bermakna antara shift kerja dengan kelelahan kerja (P value =

0,000) pada pekerja shift di PT.TIFICO,Tbk tahun 2008

5. Hubungan antara faktor counfounding dengan kelelahan kerja antara lain sebagai

berikut:

a. Tidak ada hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja (P value =

0,257) pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009

b. Tidak ada hubungan antara status gizi pekerja dengan kelelahan kerja (P value =

0,275) pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009

c. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja (P value = 0,006) pada

pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009

d. Ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja (P value = 0,042)

pada pekerja di bagian produksi PT.TIFICO,Tbk tahun 2009

6. Selain shift kerja yang dominan mempengaruhi kelelahan kerja, ternyata terdapat

faktor counfounding yang juga terbukti dapat mempengaruhi kelelahan kerja yaitu

masa kerja.

C. Saran

1. Bagi Perusahaan

a. Penerapan rotasi shift kerja untuk ditinjau kembali, sehingga diharapkan

kelelahan yang terjadi dapat dikurangi.

b. Disarankan agar perusahaan memberikan materi pelatihan pada pekerja

tentang dampak kerja shift, penyebab dari kelelahan dan efek – efeknya.

2. Bagi Pekerja

Page 88: Puti Nurhidayati

a. Pekerja disarankan untuk tidur di tempat yang sejuk (dingin), ruang tidur yang

tidak terlalu terang dan relaksasi yang cukup, untuk membantu meningkatkan

kualitas tidur yang sempurna karena tidur yang sempurna dapat mencegah dari

rasa lelah.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel – variabel lain yang

diduga berhubungan dengan kelelahan kerja yang tidak diteliti pada penelitian

ini

b. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian pada perusahaan yang

menerapkan sistem shift kerja yang berbeda sehingga diharapkan dapat

diperoleh perbandingan gambaran kejadian kelelahan kerja pada berbagai

sistem shift yang berbeda.

Page 89: Puti Nurhidayati

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama

Amalia, Dina. 2007. Tinjauan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Unit Produksi

Industri Garment PT. INTI GRAMINDO PERSADA Tahun 2007. Skripsi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok

Apriani, Nuke. 2003. Modul Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Respati Indonesia.

Ariawan, Iwan.1998. Besar dan Metode pada Sampel Penelitian Kesehatan. Jurusan

Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas

Indonesia.

Budiono, dkk. 2003. Kelelahan (Fatigue) Pada Tenaga Kerja. Bunga Rampai Hiperkes dan

Keselamatan Kerja. Edisi ke – 2. Semarang; Universitas Diponogoro

Colligan, Michael J & Roger R. Rosa. 1997. Plain Language About Shift Work. US. Department

of Health and Human Service. National Institude for Occupational Safety and Health

(NIOSH). Cincinnati, Ohio

Dewi, Saswita. 2006. Analisis Tingkat Kelelahan Pada Pekerja Shift di PT ”X” Citereup – Bogor

Tahun 2006 . Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Depok

Page 90: Puti Nurhidayati

Donohue et al. Opportunities for Policy Leadership on Shift Work. 2006. [ cited 2008

September 21th]. Available: http://wfnetwork.bc.edu/pdfs/policy_makers6.pdf

Dowell, Chad H & Tapp. Loren C. 2007 Evaluation of Heat Stress at a Glass Bottle

Manufacturer. Department of Health and Human Service. National Institude for

Occupational Safety and Health (NIOSH). Cincinnati, Ohio. [ cited 2009 June 27th ].

Available : : http://www.cdc.gov/niosh/hhe/reports/pdfs/2003-0311-3052.pdf

Fitriarni. 2002. Tinjauan Pola Kerja Shift terhadap pola tidur, pola kehidupan sosial dan

keluarga serta kelelahan di PT. Hardaya Aneka Shoes Industry, Tangerang Tahun

2000. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok

Fitrihana, Noor. 2008. Kelelahan Kerja. [ cited 2008 August 28th]. Available:

http://blog.uny.ac.id/noorfitrihana/2008/08/13/kelelahan-kerja/

Handayani, Putri. 2008. Hubungan Antara Penerapan Shift Kerja Dengan Pola Tidur Pekerja

di bagian produksi PT. Enka Parahiyangan Tahun 2008. Skripsi Program Kesehatan

Masyarakat. Universitas Islam Negeri Syahid Jakarta.

ILO. 1998. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Volume 11. Stellman, Jeanne

Mager (ed). Geneva. Switzerland.

ILO. 1998. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Volume 10. Ritcher Peter.

Geneva. Switzerland.

Kroemer, K.H.E & E.Grandjean. 1993.Fitting The Task to The Human th edition. Taylor &

Francis Inc London

Kuswadji, Sudjako. 1997. Pengaturan Tidur Pekerja Shift. Cermin Dunia Kedokteran No. 116.

Jakarta. [ cited 2008 August 11th]. Available:

Page 91: Puti Nurhidayati

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12PengaturanTidurPekerjaShift116.pdf/12Pe

ngaturanTidurPekerjaShift116.html

La Dou, Joseph & Richard M. Coleman. 1994. Scheduling Shiftwork. Occupational Health

and Safety 2nd edition. National Safety Council

Muryanto, Irwan. 2003. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada

Perawat Di RS. Haji Jakarta Tahun 2003. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia. Depok

Nasution,dkk. 1989. Laporan Penelitian Hubungan Shift Kerja Terhadap Kesehatan dan

Produktivitas di Unit Pengolahan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera

Utara Tahun 1989. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XXVI, Nomor 3.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Nurmianto, eko.2004. Manajemen Shift Kerja. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi

ke – 2. Surabaya ; Institut Teknologi Sepuluh November

N W H Jansen ,et. al, Work schedules and fatigue: a prospective cohort study. Journal

Occupational and environmental medicine Volume 60. 2003 [ cited 2008 September

21th]. Available: http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=14891659

Gall et al. 1994. Improving Alertness Through Effective Fatigue Management. Energy

Institute. London

Government, Quensland. 1997. Hints For Shiftworkers. Workplace Health and Safety.

Departement of Training and Industrial Relations.

Page 92: Puti Nurhidayati

Purnawati et al. 2006. Kelelahan Umum Pada Pekerja Shift Pabrik Minuman Botol PT X Bali.

Majalah Kedokteran Indonesia, Volume : 56, Nomor 9. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia Jakarta.

Riyadina, Woro. 1996. Beberapa Hal Tentang Kelelahan Kerja. Majalah Hiperkes dan

Keselamatan Kerja; Volume XXIX No 1; 30-34

Safitri, Dian. 2008. Hubungan Antara Pola Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Karyawan

Perusahaan Migas X Kalimantan Timur Tahun 2008. Tesis Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia. Depok

Sisinta, Tiaraima. 2005. Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Kelelahan Pada Pekerja

di Departemen Weaving PT.ISTEM Tangerang Tahun 2005. Skripsi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.

Susetyo, et al. 2008. Prevalensi Keluhan Subyektif Atau Kelelahan Karena Sikap Kerja Yang

Tidak Ergonomis Pada Pengrajin Perak. Jurnal Teknologi; Volume 1 No. 2: 141 – 149

Tarwaka, et al. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Proktivitas. Edisi

ke-1 Surakarta

Uminah. 2005. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat di

RS. PELNI Petambunan Jakrta Tahun 2005. Skripsi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia. Depok

Yusri. 2006. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian kelelahan karyawan

produksi kulkas di PT. LG Electronics Indonesia Pada Tahun 2006. Skripsi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok

Page 93: Puti Nurhidayati

LAMPIRAN 1

Page 94: Puti Nurhidayati

LAMPIRAN 2

KUESIONER

Assalammualaikum Wr. Wb.

Saya Puti Nurhidayati bermaksud meneliti tentang “HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN

SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT.TIFICO,TBK

TAHUN 2009”. Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini peneliti akan bertanya

mengenai karakteristik pekerja, kelelahan kerja. Wawancara ini akan berlangsung selama 20

– 25 menit. Responden diharapkan menjawab setiap pertanyaan dengan sejujur- jujurnya.

Setiap jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya dari siapapun dan tidak akan

mempengaruhi penilaian terhadap kinerja anda, kemudian kuesioner akan disimpan oleh

peneliti. Partisipasi responden bersifat sukarela, responden dapat menolak untuk menjawab

atau tidak melanjutkan wawancara. Untuk itu dimohon kesediaan kepada karyawan

PT.TIFICO,Tbk selaku responden untuk mengisi kuesioner ini.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk kesediaan Anda

menjadi responden pada penelitian ini. Semoga bantuan dan kerjasama Anda menjadi amal

ibadah yang bernilai disisi-Nya.

Page 95: Puti Nurhidayati

FORMULIR PERSETUJUAN TERTULIS SETELAH PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :...............................................................................

Alamat : ...............................................................................

No. Telepon/HP : ...............................................................................

Bersedia secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan judul “HUBUNGAN

ANTARA PENERAPAN SHIFT KERJA DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN

PRODUKSI PT.TIFICO,TBK TAHUN 2009”. Telah mendengarkan penjelasan mengenai

kegiatan yang akan dilakukan dan sadar akan manfaat dan adanya resiko yang mungkin

terjadi dalam penelitian ini. Saya akan memberikan informasi yang benar sejauh yang saya

ketahui dan saya ingat.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun.

Jakarta,......... Juli 2009

Peneliti Yang membuat pernyataan

Puti Nurhidayati (………………………………..)

Tanda tangan dan nama terang

Page 96: Puti Nurhidayati
Page 97: Puti Nurhidayati

Nomor Responden

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

A. KARAKTERISTIK PEKERJA (Diisi oleh Peneliti)

A1 Nama responden………………………………..

A2 Apakah anda mengalami shift kerja ? 1. Ya 2. Tidak shift

[ ] A2

A3 Tanggal….…/ Bulan…..../ Tahun …….........Kelahiran

[ ] [ ] A3

A4 Berat badan responden…………………………kg Nb: DIISI OLEH PENELITI

[ ] [ ] A4

A5 Tinggi badan responden ……………………….cm Nb: DIISI OLEH PENELITI

[ ] [ ] [ ] A5

A6 Pada Tahun Berapa anda masuk kerja di PT.TIFICO,Tbk…………………………(DIJAWAB OLEH PEKERJA NON SHIFT) Nb: untuk pekerja shift langsung ke no A7

[ ] [ ] A6

A7 Pada Tahun Berapa anda masuk kerja dengan sistem shift di PT.TIFICO,Tbk………… (DIJAWAB OLEH PEKERJA SHIFT)

[ ] [ ] A7

KETERANGAN DIBAWAH INI SEBAGAI PETUNJUK PENGISIAN BAGIAN B.KELELAHAN KERJA

Page 98: Puti Nurhidayati

Keterangan : Sangat Sering = jika hampir tiap hari terasa

Sering = jika 3-4 hari terasa dalam satu minggu

Kadang – kadang = jika 1 – 2 hari terasa dalam satu minggu

Tidak pernah = tidak pernah terasa

B. KELELAHAN KERJA (Diisi oleh Peneliti)

B1 Apakah Saudara merasa berat di bagian kepala setelah bekerja ?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B1

B2 Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan setelah bekerja ?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B2

B3 Apakah kaki saudara terasa berat setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B3

B4 Apakah saudara menguap setelah bekerja ? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B4

B5 Apakah pikiran saudara terasa kacau setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B5

B6 Apakah saudara merasa mengantuk setelah bekerja ? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B6

B7 Apakah saudara merasakan ada beban pada mata setelah bekerja ?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B7

B8 Apakah saudara merasa kaku / canggung dalam bergerak setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B8

B9 Apakah saudara merasa sempoyongan/ berdirinya Tidak stabil setelah Bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B9

Page 99: Puti Nurhidayati

B10 Apakah saudara ada perasaan ingin berbaring setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B10

B11 Apakah saudara susah berfikir setelah bekerja ? 1. Tidak pernah 3. sering 2.kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B11

B12 Apakah saudara merasa lelah untuk berbicara setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B12

B13 Apakah saudara menjadi gugup setelah bekerja ? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B13

B14 Apakah saudara tidak bisa berkonsentrasi setelah bekerja shift malam?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B14

B15 Apakah saudara Tidak bisa memusatkan perhatian terhadap sesuatu setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B15

B16 Apakah anda punya kecenderungan untuk lupa setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B16

B17 Apakah saudara merasa kurang percaya diri setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B17

B18 Apakah saudara mersasa cemas terhadap sesuatu setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B18

B19 Apakah saudara merasa Tidak dapat mengontrol sikap setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B19

B20 Apakah saudara merasa Tidak dapat tekun dalam pekerjaan setelah bekerja?

[ ] B20

Page 100: Puti Nurhidayati

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

B21 Apakah saudara merasa sakit dikepala? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B21

B22 Apakah saudara merasa kaku di bagian bahu setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B22

B23 Apakah saudara merasa nyeri di punggung setelah bekerja?

[ ] B23

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

B24 Apakah nafas saudara terasa tertekan setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B24

B25 Apakah saudara merasa haus setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B25

B26 Apakah suara saudara terasa serak setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B 26

B27 Apakah saudara merasa pening setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B27

B28 Apakah kelopak mata saudara terasa kejang setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B28

B29 Apakah anggota badan saudara terasa bergetar (tremor) setelah bekerja?

1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B29

B30 Apakah saudara merasa kurang sehat setelah bekerja? 1. Tidak pernah 3. sering 2. kadang - kadang 4. sangat sering

[ ] B30

TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN ANDA MENGISI JAWABAN DENGAN LENGKAP DAN

SEJUJURNYA

Page 101: Puti Nurhidayati
Page 102: Puti Nurhidayati

LAMPIRAN 3

UNIVARIAT

usia yang dklmppkkan

147 95.5 95.5 95.5

7 4.5 4.5 100.0

154 100.0 100.0

<=49 tahun

> 49 tahun

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e

Percent

lelah yang dikelompokan

81 52.6 52.6 52.6

73 47.4 47.4 100.0

154 100.0 100.0

lelah

tidak lelah

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

apakah saudara mengalami shift kerja

77 50.0 50.0 50.0

77 50.0 50.0 100.0

154 100.0 100.0

Ya

Tidak

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

Page 103: Puti Nurhidayati

masa yang btl dklmpkkn

108 70.1 70.1 70.1

46 29.9 29.9 100.0

154 100.0 100.0

<=15 tahun

> 15 tahun

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e

Percent

total gizi yang dikelompokkan

11 7.1 7.1 7.1

124 80.5 80.5 87.7

19 12.3 12.3 100.0

154 100.0 100.0

> 25 Gemuk

18.6-25 Normal

<=18.5 Kurus

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

beban yang dikelompokkan

68 44.2 44.2 44.2

58 37.7 37.7 81.8

28 18.2 18.2 100.0

154 100.0 100.0

> 350 kcal / jam

200 - 350 Kcal/jam

Sampai dengan

200 kcal / jam

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Percent

Page 104: Puti Nurhidayati
Page 105: Puti Nurhidayati

LAMPIRAN 4

BIVARIAT

apakah saudara mengalami shift kerja * lelah yang dikelompokan

Crosstab

59 18 77

76.6% 23.4% 100.0%

22 55 77

28.6% 71.4% 100.0%

81 73 154

52.6% 47.4% 100.0%

Count

% within apakah saudara

mengalami shif t kerja

Count

% within apakah saudara

mengalami shif t kerja

Count

% within apakah saudara

mengalami shif t kerja

Ya

Tidak

apakah saudara

mengalami shif t kerja

Total

lelah tidak lelah

lelah yang

dikelompokan

Total

Chi-Square Tests

35.655b 1 .000

33.753 1 .000

37.197 1 .000

.000 .000

35.423 1 .000

154

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 36.

50.

b.

Page 106: Puti Nurhidayati

Risk Estimate

8.194 3.976 16.888

2.682 1.845 3.898

.327 .213 .502

154

Odds Rat io for apakah

saudara mengalami

shif t kerja (Ya / Tidak)

For cohort lelah yang

dikelompokan = lelah

For cohort lelah yang

dikelompokan = tidak

lelah

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Conf idence

Interv al

total gizi yang dikelompokkan * lelah yang dikelompokan

Crosstab

5 6 11

45.5% 54.5% 100.0%

69 55 124

55.6% 44.4% 100.0%

7 12 19

36.8% 63.2% 100.0%

81 73 154

52.6% 47.4% 100.0%

Count

% within total gizi

yang dikelompokkan

Count

% within total gizi

yang dikelompokkan

Count

% within total gizi

yang dikelompokkan

Count

% within total gizi

yang dikelompokkan

> 25 Gemuk

18.6-25 Normal

<=18.5 Kurus

total gizi y ang

dikelompokkan

Total

lelah tidak lelah

lelah yang

dikelompokan

Total

Page 107: Puti Nurhidayati

Chi-Square Tests

2.579a 2 .275

2.591 2 .274

.657 1 .418

154

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The

minimum expected count is 5.21.

a.

beban yang dikelompokkan * lelah yang dikelompokan

Crosstab

41 27 68

60.3% 39.7% 100.0%

31 27 58

53.4% 46.6% 100.0%

9 19 28

32.1% 67.9% 100.0%

81 73 154

52.6% 47.4% 100.0%

Count

% within beban y ang

dikelompokkan

Count

% within beban y ang

dikelompokkan

Count

% within beban y ang

dikelompokkan

Count

% within beban y ang

dikelompokkan

> 350 kcal / jam

200 - 350 Kcal/ jam

Sampai dengan

200 kcal / jam

beban yang

dikelompokkan

Total

lelah tidak lelah

lelah yang

dikelompokan

Total

Chi-Square Tests

6.331a 2 .042

6.415 2 .040

5.592 1 .018

154

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The

minimum expected count is 13.27.

a.

usia yang dklmppkkan * lelah yang dikelompokan

Page 108: Puti Nurhidayati

Crosstab

79 68 147

53.7% 46.3% 100.0%

2 5 7

28.6% 71.4% 100.0%

81 73 154

52.6% 47.4% 100.0%

Count

% within usia

yang dklmppkkan

Count

% within usia

yang dklmppkkan

Count

% within usia

yang dklmppkkan

<=49 tahun

> 49 tahun

usia yang dklmppkkan

Total

lelah tidak lelah

lelah yang

dikelompokan

Total

Chi-Square Tests

1.698b 1 .193

.838 1 .360

1.736 1 .188

.257 .181

1.687 1 .194

154

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

2 cells (50.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 3.

32.

b.

Risk Estimate

2.904 .546 15.453

1.881 .577 6.127

.648 .393 1.068

154

Odds Rat io for usia

yang dklmppkkan (<=49

tahun / > 49 tahun)

For cohort lelah yang

dikelompokan = lelah

For cohort lelah yang

dikelompokan = tidak

lelah

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Conf idence

Interv al

masa yang btl dklmpkkn * lelah yang dikelompokan

Page 109: Puti Nurhidayati

Crosstab

49 59 108

45.4% 54.6% 100.0%

32 14 46

69.6% 30.4% 100.0%

81 73 154

52.6% 47.4% 100.0%

Count

% within masa

yang btl dklmpkkn

Count

% within masa

yang btl dklmpkkn

Count

% within masa

yang btl dklmpkkn

<=15 tahun

> 15 tahun

masa yang bt l

dklmpkkn

Total

lelah tidak lelah

lelah yang

dikelompokan

Total

Chi-Square Tests

7.574b 1 .006

6.635 1 .010

7.747 1 .005

.008 .005

7.525 1 .006

154

Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only f or a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 21.

81.

b.

Risk Estimate

.363 .174 .757

.652 .492 .864

1.795 1.122 2.870

154

Odds Rat io for masa

yang btl dklmpkkn (<=15

tahun / > 15 tahun)

For cohort lelah yang

dikelompokan = lelah

For cohort lelah yang

dikelompokan = tidak

lelah

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Conf idence

Interv al

Page 110: Puti Nurhidayati

LAMPIRAN 5

Lampiran 5.1 Pemilihan variabel sebagai kandidat analisis multivariat

No Variabel PValue

1 Shift kerja 0.000

2 Usia 0.257

3 Status Gizi 0.275

4 Masa Kerja Shift 0.006

5 Beban Kerja 0.042

Lampiran 5.2 Pembuatan Model

Variables in the Equation

2.276 .408 31.094 1 .000 9.740 4.376 21.679

-1.410 .450 9.808 1 .002 .244 .101 .590

.265 .271 .954 1 .329 1.303 .766 2.215

-2.192 .840 6.807 1 .009 .112

shif t

masatulklmpk

bebanklmpk

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I. for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: shif t , masatulklmpk, bebanklmpk.a.

Variables in the Equation

2.339 .404 33.457 1 .000 10.371 4.695 22.909

-1.444 .448 10.408 1 .001 .236 .098 .567

-1.781 .720 6.121 1 .013 .168

shif t

masatulklmpk

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I. for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: shif t , masatulklmpk.a.

Page 111: Puti Nurhidayati

Lampiran 5.3 Pembuatan analisis interaksi

Variables in the Equation

2.339 .404 33.457 1 .000 10.371 4.695 22.909

-1.444 .448 10.408 1 .001 .236 .098 .567

-1.781 .720 6.121 1 .013 .168

shif t

masatulklmpk

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I. for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: shif t , masatulklmpk.a.

Lampiran 5.4 Penilaian counfounding

Hasil Analisis Variabel Utama (Shift) Sebelum Variabel Counfounding

Variables in the Equation

2.339 .404 33.457 1 .000 10.371 4.695 22.909

-1.444 .448 10.408 1 .001 .236 .098 .567

-1.781 .720 6.121 1 .013 .168

shif t

masatulklmpk

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I. for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: shif t , masatulklmpk.a.

Variables in the Equation

3.457 1.207 8.208 1 .004 31.716 2.980 337.530

.024 1.487 .000 1 .987 1.024 .056 18.900

-.889 .883 1.014 1 .314 .411 .073 2.319

-3.573 1.927 3.437 1 .064 .028

shif t

masatulklmpk

masatulklmpk by shif t

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I. for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: shif t, masatulklmpk, masatulklmpk * shif t .a.

Page 112: Puti Nurhidayati

Hasil Analisis Variabel Utama (Shift) Sesudah Variabel Counfounding Dikeluarkan

Variables in the Equation

2.103 .369 32.500 1 .000 8.194 3.976 16.888

-3.291 .595 30.618 1 .000 .037

shif t

Constant

Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I. for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: shif t .a.

Page 113: Puti Nurhidayati