BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pupuk buatan atau sebutan lainnya pupuk anorganik, adalah pupuk yang dibuat oleh
pabrik-pabrik pupuk, dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) dengan kadar hara
tinggi. Misalnya, pupuk Urea yang kadar hara nitrogen 45-46%. Artinya setiap 100 kg
Urea, di dalamnya terdapat 45-46 kg N (Nitrogen) (Lingga, 1989).
Zwavelzure amoniak (ZA) lebih dikenal dengan sebutan ZA. Pupuk ini dibuat dari gas
amoniak dan asam belerang. Persenyawaan kedua zat ini menghasilkan pupuk ZA yang
mengandung N 20,5-21%. Artinya tiap 100 ZA berisi 20 kg N. Bentuknya Kristal kecil-
kecil berwarna putih, abu-abu, biru keabu-abuan, dan kuning (Lingga, 1989).
Kalium klorida lebih dikenal dengan singkatan KCl. Sama halnya dengan pupuk ZK, KCl
ini juga ada dua macam, yaitu KCl 80 mengandung K (K2O) 52-53%; KCl 90
mengandung K (K2O) 53-58 %. KCl mengandung klorida yang busa berpengaruh
negative pada tanaman yang tidak membutuhkan atau peka terhadap klorida, seperti
tanaman kentang dan wortel (Lingga, 1989).
Pupuk majemuk NPK yang siap pakai harganya amat mahal ketimbang pupuk tunggal.
Supaya harga ini tidak terlalu mencekik, ada baiknya membuat sendiri dengan cara
mencampur pupuk tunggal. Untuk mendapatkan NPK yang dikehendak, tinggal
menjumlahkan masing-masing pupuk tunggal itu dan itu berarti kita memperoleh NPK
sebanyak yang diinginkan sesuai perbandingan (Lingga, 1989).
Dalm praktikun kali ini, membuat pupuk campur NPK dengan bahan dasar ZA (20% N),
SP20 (20% P2OS), dan KCl (50% K2O). Kadar NPK yang akan memiliki komposisi atau
perbandingan bahan dasar 7:3:9. Dalam hal ini dimisalkan, pupuk yang akan dibuat 100g,
maka kadar masin-masing pupuk tunggal yang dibutuhkan adalah 35g 2A, 15g SP20 dan
18g KCl. Total pupuk tunggal tersebut adalah 68g, sisanya 32g diganti dengan bahan
pengisi berupa abu dapur.
Perbandingan antara N, P, dan K untuk memperoleh pupuk campur dihitung dengan
rumus perhitungan nilai pembanding dibagi kadar unsur tunggal dan kemudian dikali
jumlah pupuk yang akan dibuat. Perbandingan menentukan tingkat kemampuan tanaman
dalam menyerap unsure yang diperlukan. Dalam pembuatan pupuk campur, hal-hal harus
diperhatikan ialah kadar unsure pupuk tunggal harus tepat. Setelah itu barulah ditentukan
jumlah masing-masing pupuk tunggal (Lingga, 2001).
Pemberian pupuk atau pembuatan pupuk campur harus sesuai dengan perbandingan,
karena pemberian pupuk harus diberikan dalam jumlah yang tepat. Apabila pemberian
pupuk berlebihan maka proses atau metabolism tanaman untuk tumbuh terganggu.
Perbandingan harus sesuai agar tingkat pemupukan seimbang dan dapat memenuhi semua
unsure yang dibutuhkan tanaman.
Penggunaan pupuk campur lebih menguntungkan bagi patani karena lebih menghemat
biaya. Selain itu, penggunaan pupuk campuran bias menambah kreatifitas patani dalam
pemupukan. Cara pembuatan pupuk campur mudah dan keuntungan yang diperoleh pun
besar tanpa mengurangi kualitas NPK buatan sendiri itu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu
bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar N 45-46%
(setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono, 2000).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara
misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk
yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K
dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapat terukur
dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang
tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) Pupuk anorganik mudah
diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik. Pupuk
anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk
anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara mikro (Lingga
dan Marsono, 2000).
2. Nitrogen (N)
Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atmosfer, yang takarannya
mencapai 78% volume, dan sumber lainnya senyawa-senyawa yang tersimpan dalam
tubuh jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui karena sifatnya yang mudah larut dalam air
(Poerwowidodo, 1992).
Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4
+ kemudian dimasukkan ke dalam
semua gas amino dan Protein (Indrana, 1994). Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam
tanah mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan humus tanah ; nitrogen
amonium dapat diikat oleh mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut
dan senyawa nitrat (Buckman dan Brady, 1992).
Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus mengalami berbagai
proses terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah nitrogen yang
ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah yang mempengaruhi proses nitrogen.
Begitu pula dengan proses denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan nitrogen
tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih menyukai senyawa dalam
bentuk ion amonium daripada ion nitrat (Jumin, 1992).
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman jagung adalah merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan
penting dalam pembentukan zat hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis
(Lingga dan Marsono, 2000).
Kekahatan atau defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan
akibatnya menyusutkan pertumbuhan. Selain itu, kekahatan senyawa protein
menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan meningkatkan
kandungan selulosa dan lignin. Ini menyebabkan tanaman jagung yang kahat akan
nitrogen tampak kecil, kering, tidak sekulen, dan sudut daun terhadap batang sangat
runcing (Poerwowidodo, 1992).
Salah satu bentuk pupuk N yang banyak digunakan adalah urea (CO(NH2)2). Urea dibuat
dari gas amoniak dan gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini malahirkan pupuk
urea dengan kandungan N sebanyak 46% (Lingga dan Marsono, 2002).
Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembaban 73%,
pupuk ini sudah mampu menarik uap air dan udara. Oleh karena itu urea mudah larut dan
mudah diserap oleh tanaman (Lingga dan Marsono, 2002).
Urea dapat membuat tanaman hangus, terutama yang memiliki daun yang amat peka.
Untuk itu, semprotkan urea dengan bentuk tetesan yang besar. Berdasarkan bentuk
fisiknya maka urea dibagi menjadi dua jenis, yaitu urea prill dan urea non prill (Lingga
dan Marsono, 2002).
3. Phosphor (P)
Paling sedikit ada empat sumber pokok fosfor untuk memenuhi kebutuhan akan unsur ini,
yaitu pupuk buatan, pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk pupuk hijau, dan
senyawa asli unsur ini yang organik dan anorganik, yang terdapat dalam tanah (Buckman
dan Brady, 1992).
Unsur P diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer, H2PO4. menyusul kemudian
dalam HPO42-. Species ion yang merajai tergantung dari PH sistem tanah-pupuk-tanaman,
yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5-7. kepekatan H2PO4 yang tinggi dalam
larutan tanah memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar karena
perakaran tanaman diperkirakan mempunyai 10 kali penyerapan tanaman untuk H2PO4
dibanding untuk HPO42- (Poerwowidodo, 1992).
Bentuk P yang lain yang dapat diserap tanaman adalah pirofosfat dan metafosfat. Kedua
bentuk ini misalnya terdapat dalam bentuk pupuk P dan K metafosfat. Tanaman juga
menyerap P dalam bentuk fosfat organik, yaitu asam nukleat dan phytin. Kedua bentuk
senyawa ini terbentuk melalui proses degradasi dan dekomposisi bahan organik yang
langsung dapat diserap oleh tanaman (Hakim, dkk.,1986).
Ketersediaan phospor di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi yang paling
penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah (masam), phospor akan bereaksi
dengan ion besi (Fe) dan aluminium (Al). reaksi ini akan membentuk besi fosfat atau
aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh
tanaman. Pada tanah ber-pH tinggi (basa), phospor akan bereaksi dengan ion kalsium.
Reaksi ini membentuk kalsium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan
oleh tanaman. Dengan demikian, tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan phospor
tidak akan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002).
Menurut Buckman dan Brady (1992), bahwa fosfor dapat berpengaruh menguntungkan
pada pembelahan sel dan pembentukan lemak serta albumin, pembungaan dan
pembuahan, termasuk proses pembentukan biji, perkembangan akar, khususnya akar
lateral dan akar halus berserabut, kekuatan batang, dan kekebalan tanaman terhadap
penyakit tertentu.
Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat menjadikan pertumbuhan terhambat
(kerdil), daun-daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun, dan juga pada
jagung akan menyebabkan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dan kecil-kecil
(Hardjowigeno, 1993)
4. Kalium (K)
Menurut Buckman dan Brady (1992), berbagai bentuk kalium dalam tanah digolongkan
atas dasar ketersediaannya menjadi 3 golongan besar yaitu bentuk relatif tidak tersedia,
mudah tersedia, dan lambat tersedia. Senyawa yang mengandung sebagian besar bentuk
kalium ini adalah feldspat dan mika, lebih lanjut dijelaskan oleh Mulyani (1999), bahwa
sumber-sumber kalium adalah beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad renik,
air irigasi serta larutan dalam tanah, dan pupuk buatan.
Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dapat dijumpai di dalam tanah dalam
jumlah yang bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi tanaman biasanya
kecil. Kalium ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk garam-garam mudah larut
seperti KC1, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-SO4. Mekanisme penyerapan K mencakup aliran
massa, konveksi, difusi, dan serapan langsung dari permukaan zarah tanah
(Poerwowidodo, 1992).
Di dalam tanah, ion K bersifat sangat dinamis dan juga mudah tercuci pada tanah berpasir
dan tanah dengan pH yang rendah. Sekitar 1-10% terjebak dalam koloid tanah karena
kaliumnya bermuatan positif. Bagi tanaman, ketersediaan kalium pada posisi ini agak
lambat. Kandungan kalium sangat tergantung dari jenis mineral pembentuk tanah dan
kondisi cuaca setempat. Persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang oleh tiga hal,
yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah
(Novizan, 2002).
Menurut Hakim, dkk (1986), bahwa peranan kalium secara fisiologis adalah metabolisme
karbohidrat, yakni pembentukan pemecahan, dan translokasi pati, metabolisme nitrogen
dan sintesis protein, mengawasi dan mengatur kegiatan berbagai unsur mineral,
netralisasi asam-asam organik penting secara fisiologis, mengaktifkan berbagai enzim,
mempercepat proses pertumbuhan jaringan meristematik, mengatur pergerakan stomata
dan hal-hal yang berhubungan dengan air.
Defisiensi kalium agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan
ketika tanaman masih muda (Mulyani, 1999). Pada tanaman jagung, gejalanya daun
terlihakaput lebih tua, muncul warna kuning pada pinggir dan di ujung daun yang
akhirnya mengering dan rontok. Daun mengerut (Keriting) dimulai dari daun tua. Pada
buah, ukuran tongkol menjadi lebih kecil, warna buah tidak merata dan biji buah menjadi
kisut (Novizan, 2002)
BAB II
PEMBAHSAN
2.1. Pupuk organik
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat
atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk
organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan
organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami,
brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri
yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
Sejarah
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian.
Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal
bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari penggunaan
pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua manusia di
daerah aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin. Lahan-lahan
pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena
menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun. Di
Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk Indonesia sudah
mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Setelah
revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis
menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganyapun relatif
murah, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk
buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian.
Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan
sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari
pertanian konvensional ke pertanian organik.
Jenis
Pupuk kandang
Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang kotorannya
sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh
masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam.[4]. Selain berbentuk padat,
pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing (urine) hewan.[4]
Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro.[4] Pupuk kandang padat
(makro) banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium.[4] Unsur hara mikro
yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium, belerang,
natrium, besi, tembaga, dan molibdenum.[4] Kandungan nitrogen dalam urine hewan
ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran
padat.[4] Pupuk kandang terdiri dari dua bagian, yaitu:[4]
1. Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan
secara perlahan oleh mikroorganime sehingga tidak menimbulkan panas,
contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.[4]
2. Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan
mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk
yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam.[4] Pupuk kandang bermanfaat
untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion
yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan - bahan anorganik di dalam
tanah, termasuk pupuk anorganik.[4] Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki
struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bia optomal.[4] Pupuk kandang
yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya tidak
tampak, dan baunya telah berkurang.[4] Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut,
pupuk kandang belum siap digunakan.[4] Penggunaan pupuk yang belum matang
akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman.[4]
Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga
penguapan unsur hara akibat prose kimia dalam tanah dapat dikurangi.[4]
Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling bauk dilakukan setelah
tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang cair ini
akan cepat diserap oleh tanaman.[4]
Pupuk hijau
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa sisa panen.
Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau setelah dikomposkan.
Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau tanaman yang
ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau, seperti sisa–sisa tanaman, kacang-
kacangan, dan tanaman paku air (Azolla). Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk
hijau diutamakan dari jenis legume, karena tanaman ini mengandung hara yang relatif
tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Tanaman legume
juga relatif mudah terdekomposisi sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat.
Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di
dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang
selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah
terhadap erosi.[4] Pupuk hijau digunakan dalam:
1. Penggunaan tanaman pagar, yaitu dengan mengembangkan sistem pertanaman
lorong, dimana tanaman pupuk hijau ditanam sebagai tanaman pagar berseling
dengan tanaman utama.[4]
2. Penggunaan tanaman penutup tanah, yaitu dengan mengembangkan tanaman yang
ditanam sendiri, pada saat tanah tidak ditanami tanaman utama atau tanaman yang
ditanam bersamaan dengan tanaman pokok bila tanaman pokok berupa tanaman
tahunan.[4]
Kompos
Kompos
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah
organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang
sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma,
sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang
sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang
terbuang, dan cairan biogas.[5] Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola. Beberapa kegunaan
kompos adalah:
1. Memperbaiki struktur tanah.
2. Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.
3. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.
4. Memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah.
5. Menambah dan mengaktifkan unsur hara.
Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang
layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur
kompos (di bawah 400 c).
Humus
Humus
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun pelapukan daun-
daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang
akhirnya mengubah humus menjadi (bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah. Bahan
baku untuk humus adalah dari daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah
pertanian dan peternakan, industri makanan, agro industri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu
kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah-limbah padat
perkotaan. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi
pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dalam
pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu, humus dapat
meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk
anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat
menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik toksik.
Kandungan utama dari kompos adalah humus. Humus merupakan penentu akhir dari
kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan
kompos.
Pupuk organik buatan
Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi di pabrik dengan
menggunakan peralatan yang modern. Beberapa manfaat pupuk organik buatan, yaitu:
1. Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
2. Meningkatkan produktivitas tanaman.
3. Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun.
4. Menggemburkan dan menyuburkan tanah.
Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan dengan cara menyebarkannya di
sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan
efisien bagi tanaman yang diberi pupuk organik tersebut.
Manfaat
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif
menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan
sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%.Padahal untuk
memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%. Pupuk
organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun
kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk
organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang
sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan
tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat
fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam
tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk
menjadi humus. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan
mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam
penyediaan hara tanaman. Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara
bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar pupuk
organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. [8]
Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar
kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang
dapat mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya
ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan
dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Pupuk
organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah
dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air,
aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak,
seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah
dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik
memiliki fungsi kimia yang penting seperti:
1. Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan
sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi,
meskipun jumlahnya relatif unsur hara makro dan mikro tersebut sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,,apa lagi bagi pencinta tanaman
hias,,Banyak para hobiis dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi
kandungan pupuk dan prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk
tanaman yang bibit, remaja atau dewasa/indukan.Berikut fungsi unsur-unsur hara
makro :
Nitrogen ( N ) -Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan -Merupakan
bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri -Berfungsi untuk sintesa asam amino dan
protein dalam tanaman -Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau daun, panjang
daun, lebar daun,) dan pertumbuhan vegetatif batang ( tinggi dan ukuran batang). -
Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau
kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
Phospat ( P ) -Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman -
Merangsang pembungaan dan pembuahan -Merangsang pertumbuhan akar -Merangsang
pembentukan biji -Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel -
Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang,
kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat )
Kalium ( K ) -Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim
dan mineral termasuk air. -Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap
penyakit -Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi
lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun
menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
1. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.
2. Membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti
aluminium, besi, dan mangan.
Pupuk Organik Granul
Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Bisa dibuat curah, table,
pelet, briket, atau granul. Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan
aspek-aspek pemasaran lainnya. Salah satu bentuk yang banyak dipakai adalah granul.
Membuat pupuk granul sebenarnya tidak terlalu sulit. Secara garis besar pupuk granul
dapat dibuat dengan cara seperti di bawah ini.
Pupuk Organik Granul
Tahapan Pembuatan Pupuk Organik
Pengeringan Bahan
Bahan pupuk organik yang digunakan bisa dibuat dari pupuk kandang. Tapi perlu diingat
pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang yang sudah ‘matang’ bukan yang
baru keluar dari binatangnya. Bisa juga menggunakan kompos, baik kompos dari limbah
pertanian, kompos dari sampah organik, atau humus yang langsung diambil dari tanah.
Langkah pertama adalah pengeringan. Kompos ini harus dikeringkan terlebih dahulu.
Pengeringan dapat dilakukan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau dengan
menggunakan alat pengering (rotary dryer). Kadar air kompos kering kurang lebih <20%.
Lebih kering lebih bagus.
Penghalusan dan Pengayakan
Kompos yang sudah kering kemudian digiling dengan mesin giling. Atau ditumbuk saja
juga bisa. Tingkat kehalusan kompos yang diperlukan minimal 80 mesh. Biasanya aku
memilin 100 mesh. Kompos halus ini kemudian diayak dengan ayakan 80 mesh atau 100
mesh. Sisa bahan yang tidak lolos ayakan dikembalikan ke alat penggiling.
Penambahan Bahan-bahan Lain
Apabila diperlukan dapat pula ditambahkan beberapa bahan lain. Beberapa bahan yang
sering ditambahkan adalah pupuk anorganik untuk meningkatkan kandungan hara N, P,
K, atau hara mikro lainnya. Dapat pula ditambahkan dengan asam humat atau asam fulvat
atau hormon perangsang pertumbuhan tanaman. Apabila memungkinkan dapat pula
ditambahkan dengan mikroba-mikroba. Cuma tidak semua mikroba bisa ditambahkan ke
dalam pupuk granul. Banyaknya bahan yang ditambahkan berbeda-beda untuk setiap
perusahaan. Jenis dan dosis ini merupakan ‘rahasia perusahaan’ masing-masing.
Ibaratnya masakan, jenis masakan bisa sama tetapi ‘ramuannya’ bisa berbeda-beda untuk
setiap koki.
Granulasi
Setelah semua bahan siap, langkah berikutnya adalah pembuatan granul. Granul dapat
dibuat dengan berbagai cara. Cara paling sederhana adalah dengan menggunakan nampan
biasa. Biasanya aku gunakan cara ini untuk membuat contoh granul skala kecil. Bahan
yang diperlukan sekitar 300 gr – 500 gr. Caranya, bahan dimasukkan ke dalam nampan,
tambahakan air + perekat (jika perlu). Kemudian nampan digoyang-goyang sampai
terbentuk granul. Yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penambahan
air/perekat. Jumlahnya harus pas, tidak boleh berlebih atau terlalu sedikit. Di sinilah seni-
nya membuat granul.
Alat lain yang juga dapat digunakan untuk membuat granul adalah moleh pengaduk
semen. Alat ini biasa digunakan oleh para tukang batu untuk membuat rumah dan dapat
diperoleh di toko-toko penjual alat bagunan. Prinsip kerjanya sama seperti cara di atas.
Pertama masukkan bahan ke dalam moleh. Hidupkan mesinnya. Sambil diputar-putar,
masukkan air sedikit demi sedikit ke dalam molen hingga terbentuk granul. Setelah
granul terbentuk, isi molen dapat dituang.
Alat lain yang khusus dibuat untuk granulasi adalah pan granulator. Alat ini berbentuk
piringan yang berputar. Prinsip kerjanya sih masih sama dengan cara nampan di atas.
Ukuran piringan bisa bermacam-macam. Kami memiliki pan granulator ukuran kecil
dengan diameter 1 m dan ada juga yang berukuran 2.5 m. Cara kerjanya sama seperti
yang telah disebutkan di atas.
Pengeringan dan Pengemasan
Langkah berikutnya adalah pengeringan dan pengemasan pupuk granul. Pengeringan bisa
dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari/dijemur atau menggunakan mesin
pengering.
Ukuran kemasan bisa bermacam-macam. Kemasan-kemasan kecil bisa berukurang 1 kg,
5 kg, atau 10 kg. Kemasan juga bisa menggunakan karung dengan ukuran 25 – 30 kg.
Kemasan biasanya terdiri dari dua bagian, bagian luar dan bagian dalam (inner).
Kemasan bagian luar diberi merek/nama/logo perusahaan.
Pelestarian lingkungan
Tanaman penutup tanah (cover crop) dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan
ketahanan pangan. Oleh karena itu sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan
pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik perlu digalakkan. Sistem pertanian yang
disebut sebagai LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) menggunakan
kombinasi pupuk organik dan anorganik yang berlandaskan konsep good agricultural
practices perlu dilakukan agar degredasi lahan dapat dikurangi dalam rangka memelihara
kelestarian lingkungan. Pemanfaatan pupuk organik dan pupuk anorganik untuk
meningkatkan produktivitas lahan dan produksi pertanian perlu dipromosikan dan
digalakkan. Program-program pengembangan pertanian yang mengintegrasikan ternak
dan tanaman (crop-livestock) serta penggunaan tanaman legum baik berupa tanaman
lorong (alley cropping) maupun tanaman penutup tanah (cover crop) sebagai pupuk hijau
maupun kompos perlu diintensifkan.
BAB III
KESIMPULAN
Ada beberapa jenis pupuk buatan yang lazim digunakan dalam pertanian. Jenis pupuk
tersebut antara lain :
PUPUK UREA adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi.
Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2
CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah
menghisap air (higroskopis). Pupuk urea yang dijual di pasaran biasanya mengandung
unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg
Nitrogen.
PUPUK SP - 36 merupakan sumber hara fosfor bagi tanaman. Pupuk SP – 36
berbentuk butiran berwarna keabu – abuan. Unsur hara Fosfor yang terdapat dalam pupuk
SP-36 hampir seluruhnya larut dalam air. Pupuk ini tidak mudah menghisap air, sehingga
dapat disimpan cukup lama dalam kondisi penyimpanan yang baik. Sesuai dengan
namanya(SP-36) kandungan hara Fosfor dalam bentuk P2O5 pada pupuk ini yaitu
sebesar 36%.
PUPUK NPK merupakan jenis pupuk majemuk yang mengandung unsur hara makro
Nitrogen (N) , Phospor (P) dan Kalium (K). Pupuk ini berbentuk butiran (prill) dengan
bulatan besar berwarna merah bata. Pupuk ini termasuk pupuk yang tidak mudah
menyerap air, sehingga tahan disimpan lama di dalam gudang. Kandungan Nitrogen,
Phospor dan Kalium pada pupuk NPK yang dijual di pasaran ini bervariasi. Perbandingan
kandungan yang paling lazim dijual di pasaran yaitu :
DAFTAR PUSTAKA
1. http://luki2blog.wordpress.com/2008/05/10/apa-itu-pupuk-anorganik-apa-itu-pupuk-
organik-apa-itu-pupuk-berimbang/
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_organik
3. http://z47d.wordpress.com/2010/09/01/pembuatan-pupuk-buatan/
4. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080927022146AA5HBd1
5. http://openlibrary.org/books/OL4395728M/
Pupuk_buatan_dan_penggunaannja_disusun_oleh_M._Ali_Sastrohoetomo.
Top Related