PROSPEK USAHA PEMELIHARAAN AYAM PETELUR JANTAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor peternakan merupakan salah satu penyokong pilar pembangunan nasional
berkaitan dengan pemenuhan protein hewani masyarakat. Pengembangan usaha
peternakan di Indonesia masih memiliki prospek yang baik karena konsumsi protein
hewani masih kecil dan berpotensi selalu meningkat seiring peningkatan jumlah
penduduk. Sesuai standar nasional, konsumsiprotein orang dewasa per hari per kapita
55 g yang terdiri dari 80% protein nabati dan 20% protein hewani. Saat ini permintaan
daging ayam semakin bertambah seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan
penduduk, meningkatnya penghasilan penduduk, dan kasadaran penduduk akan
pentingnya protein hewani.
Dari sisi permintaan dalam struktur konsumsi daging nasional, dari tahun ke tahun
peranan daging ayam ras tercatat peningkatanya, dari 13% pada tahun 1970-an
manjadi sekitar 60% pada tahun 1990-an. Kemampuan daging ayam ras menggeser
daging ruminansia, ternyata pergeseran ini pun terjadi di tingkat internasional.
USDA. (United States Department of Agriculture) mencatat bahwa pada tahun 1985 –
1993 laju konsumsi redmeat dunia menurun 1,8% per tahun dan
konsumsi whitemeat asal ayam meningkat 3,5% per tahun (Abidin,2002). Daging ayam
broiler mengandung protein yang lebih tinggi (20%) dibandingkan dengan ternak lain,
yaitu daging sapi dengan protein 19,5%, kambing 17%, dan babi 16%.
Selain kecenderungan itu, terjadi peningkatan konsumsi daging per kapita, yaitu 0,06 kg
pada tahun 1980 menjadi 3 kg pada tahun 1996. Salah satu penyebabnya adalah
peningkatan pendapatan per kapita per tahun. Hal ini juga sejalan dengan tren
diseluruh dunia. Contohnya, pada tahun 1993 konsumsi daging ayam ras di Filipina
baru mancapai 5 kg dengan pendapatan US$ 915 per kapita per tahun. Pada tahun yang
sama, Thailand dengan pendapatan US$ 1.700 mengonsumsi 9 kg per kapita per tahun,
New Zealand dengan pendapatan US$ 12.000 mengonsumsi 20 kg per kapita per tahun
(Abidin, 2002). Peningkatan konsumsi daging ayam ras pedaging diperkirakan terus
meningkat apabila terjadi pertumbuhan ekonomi penduduk maka korelasi antara
konsumsi dengan pendapatan masyarakat cukup tinggi.
Selain ayam ras pedaging (broiler), ada lagi jenis ayam ras yang dikembangkan di
Indonesia, yaitu ayam ras petelur (layer). Ayam ras petelur adalah ayam ras betina yang
dikembangkan untuk diambil telurnya saja. Perkembangan ayam petelur di Pulau Jawa
setelah tahun 1972 juga disusul dengan perkembangan petelur di propinsi lain,
terutama di Sumatera Utara, Ujung Pandang, dan daerah-daerah potensial lainnya yang
menunjukkan bahwa peternakan ayam petelur memberikan harapan yang cerah di
setiap tempat di Indonesia, tidak hanya di Pulau Jawa (Rasyaf, 1989).
Ayam petelur diperoleh dari usaha penetasan ayam petelur yang dilakukan
oleh breeder. Hasil penetasan tersebut tentunya tidak kesemuanya ayam betina. Jika
presentase diasumsikan 50% ayam betina, maka 50% akan dihasilkan produk yang
berupa ayam petelur dengan kelamin jantan. Akan tetapi, karena produk petelur jantan
ini tidak memiliki nilai jual, maka ayam petelur yang jantan dijadikan sebagai produk
sampingan. Bahkan dibelahan bumi utara, produk sampingan ini dimusnahkan untuk
dijadikan bahan pakan. Berbagai kondisi ini menggambarkan besarnya peluang yang
bisa diraih apabila ayam petelur jantan dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Ayam
jantan lebih cepat untuk dibudidayakan dibandingkan dengan ayam betina, terlebih,
jika menggunakan sistem intensif serta memperhatikan faktor-faktor budidaya yang
baik.
Budidaya ayam petelur jantan merupakan peluang besar yang bisa dimanfaatkan untuk
memulai usaha melalui proyek usaha mandiri. Proyek Usaha Mandiri (PUM) merupakan
mata kuliah wajib yang harus diambil selururuh mahasiswa semester lima dengan
tujuan untuk melatih mahasiswa agar bisa mandiri untuk berwirausaha. Peluang
pemeliharaan ayam petelur pejantan ini diharapkan mampu memberikan informasi
kepada peternak tentang potensi ayam petelur jantan sebagai penghasil daging untuk
pemenuhan gizi masyarakat serta mampu menciptakan peluang usaha baru untuk
masyarakat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini adalah untuk mengetahui prospek usaha
dari pemeliharaan ayam petelur jantan.
1.3 Kerangka Pemikiran
Permintaan terhadap daging ayam semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
penghasilan dan kesadaran penduduk akan pentingnya protein hewani. Salah satu
sumber protein hewani yang dapat diusahakan ketersediaanya adalah melalui budidaya
ayam ras pedaging (broiler).
Beternak broiler merupakan salah satu jenis usaha dibidang peternakan yang sangat
menguntungkan jika dilakukan dengan serius karena telah diketahui bahwa daging
broiler adalah sumber protein hewani yang saat ini digemari oleh masyarakat. Selain
ayam broiler ini, ayam petelur (layer) juga merupakan sumber protein yang juga
dibudidayakan dengan pemanfaatan telurnya sebagai sumber protein.
Ayam petelur menyebar di seluruh propinsi di Indonesia. Keadaan ini menunjukan
bahwa secara geografis dan temperatur lingkungan, ayam petelur dapat diterima di
seluruh tempat di Indonesia, tidak ada hambatan dengan temperatur, curah hujan, dan
kondisi geografi lainya di Indonesia, walaupun Indonesia termasuk negara beriklim
tropis dengan ciri : temperatur panas, banyak hujan, dan kelembabanya tinggi, tetapi
tidak menjadi hambatan bagi ayam petelur untuk dipelihara dan berproduksi. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari seorang pakar peternakan (Rasyaf, 1989) yang
mengemukakan bahwa perkembangan ayam petelur di pulau Jawa setelah tahun 1972
juga disusul dengan perkembangan petelur di propinsi lain, terutama di Sumatera
Utara, Ujung Pandang, dan daerah-daerah potensial lainnya yang menunjukkan bahwa
peternakan ayam petelur memberikan harapan yang cerah di setiap tempat di
Indonesia, tidak hanya di Pulau Jawa.
Ayam petelur diperoleh dari usaha penetasan ayam petelur yang dilakukan
oleh breeder atau farm. Hasil penetasan tersebut tentunya tidak kesemuanya ayam
betina. Jika presentase diasumsikan 50% ayam betina, maka 50% akan dihasilkan
produk yang berupa ayam petelur dengan kelamin jantan. Akan tetapi, karena produk
petelur jantan ini tidak memiliki nilai jual, maka ayam petelur yang jantan dijadikan
sebagai produk sampingan (by product).
Saat ini peternak mulai berminat mengusahakan anak jantan ayam petelur yang dulu
dibuang untuk dibesarkan sebagai penghasil daging. Minat itu ditunjang dengan harga
bibit yang murah, dan pertumbuhannya lumayan cepat. Peletakan dagingnya tipis
namun padat, dan peletakan lemaknya sedikit. Ukuran badannya tidak beda dengan
ayam kampung (buras), demikian pula mutu dagingnya. Sering kali daging anak jantan
ayam petelur digunakan untuk memalsu daging ayam ras yang harganya lebih tinggi
daripada ayam broiler. Jika pemeliharaan ayam jantan petelur dikelola dengan
manajeman yang baik, maka akan dapat menghasilkan keuntungan yang besar.
1.4 Kontribusi
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa ayam petelur jantan juga
mempunyai prospek yang baik dan sangat bagus untuk dikembangkan karena
disamping usaha ini sangat menguntungkan, juga sebagai alternatif permintaan daging
ayam kampung yang dapat diterima oleh masyarakat.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Ayam Ras di Indonesia
2.1.1 Ayam Broiler
Usaha ternak ayam broiler, sejak tahun 1980 semakin menonjol perananya dalam
mempersempit kesenjangan terhadap meningkatnya kebutuhan akan daging. Daging
ayam broiler dipilih sebagai salah satu alternatif, karena ketika itu masyarakat tahu
bahwa ayam broiler sangat efektif di produksi. Dalam jangka 6 – 8 minggu ayam
tersebut sanggup mancapai berat hidup 1.5 kg – 2 kg, dan secara umum dapat
memenuhi selera konsumen (Murtidjo, 1987).
2.1.2 Ayam Petelur
Ayam petelur merupakan unsur produksi dalam usaha peternakan ayam petelur, ayam
petelur adalah ayam yang akan dimanfaatkan telurnya untuk suatu usaha dan
memenuhi kriteria untuk dijadikan alat produksi yang mampu bertelur banyak, ayam
ras petelur dapat dibagi menjadi dua berdasarkan warna bulu dan warna kerabangnya,
pertama, ayam petelur putih yang berbulu putih dan telurnya berwarna putih.
Tubuhnya ramping mata bersinar, jengger tunggal berwarna merah darah. Ayam ini
dikenal dengan tipe petelur unggul. Kedua, ayam ras petelur berbulu coklat dan warna
kerabangnya juga coklat. Berbadan agak gemuk, padat dan telur lebih besar. Ayam
petelur semacam ini dikenal dengan tipe ayam petelur tipe dwiguna.(Rasyaf, 1995).
2.1.3 Ayam Petelur Jantan.
Akibat pemasaran ayam broiler yang demikian, pada periode tahun 1980 bermunculan
peternak yang memelihara ayam jantan petelur dwiguna bagaikan ayam broiler,
tujuannya jelas untuk daging. Ayam jantan petelur dwiguna ini memang dapat diambil
dagingnya karena dipelihara sama seperti ayam broiler. Sebagai ayam jantan tentu
pertumbuhannya lebih cepat, walaupun masih kalah dengan pertumbuhan ayam
broiler. Ayam jantan petelur dwiguna menjadi alternatif lain untuk ayam broiler yang
kala itu sulit diperoleh bibitnya. Perlu diketahui bahwa bila penetasan ayam petelur
kira-kira 50% jantan dan 50% betina. Petelur komersial yang final stock digunakan
ayam betina, bukan jantan. Dahulu yang jantan dibakar begitu saja akibat tidak lau
dijual dan tidak mungkin diternakkan. Namun, akibat sulitnya DOC (Day Old Chicken)
broiler dan didukung oleh selera konsumen indonesia, membuat ayam jantan petelur
dwiguna dimanfaatkan dan diperlakukan sama seperti ayam broiler. Tidak heran bila
saat itu ayam jantan petelur dwiguna lambat laun naik daun dan laku terjual. Bahkan,
kala itu harganya menyamai DOC ayam broiler ( Rasyaf, 1993).
Melihat potensi yang ada, usaha ternak ayam ras di Indonesia dalam kebijakan sub-
sektor peternakan memperoleh prioritas utama, pertimbangan tersebut berkaitan
dengan upaya mengejar standardisasi Program Gizi Nasional (Murtidjo, 1987).
.
2.2 Perkandangan
Kandang adalah lingkungan kecil tempat ayam hidup dan berproduksi, oleh karena itu
dibutuhkan kandang yang nyaman dan berpengaruh terhadap kesehatan ayam serta
hasil produksi yang maksimal (Abidin, 2003).
Bagian yang terpenting dalam suatu peternakan adalah kandang. Sebab Kandang
merupakan tempat ayam berdiam dan berproduksi. Kandang yang baik adalah kandang
yang bisa menimbulkan nyaman dan tentram bagi ayam. Sebab Kenyamanan dalam
kandang berarti kenikmatan dalam berproduksi.
Agar kandang itu bisa memberikan kenikmatan ideal, maka kondisi kandang harus
dalam kondisi baik, mengingat masalah kandang merupakan salah satu andil besar
disamping faktor bibit dan makanan dalam menentukan produksi.
Syarat syarat kandang yang harus dipenuhi sebagai bangunan kandang ayam yang baik
antara lain :
1) Lokasi kandang
2) Letak antar kandang
3) Ruangan yang cukup
4) Fentilasi udara yang sempurna
5) Penyinaran di dalam kandang merata
6) Penggunaan bahan bangunan yang tahan lama,murah dan memenuhi syarat
7) Bentuk dan system atap yang tak merugikan
8) Lebar kandang cukup
9) Peralatan kandang memadai
Berdasarkan lantainya kandang dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu :
1. Kandang dengan alaslitter, yaitu kandang dengan lantai yang dilapisi kulit padi,
pesak atau sekam padi, lantai litter ini umumnya diterapkan pada kandang sistem
koloni. Sistem litter ini membuat lantai kandang menjadi lebih empuk.
2. Kandang dengan lantai kolong berlubang, kandang ini untuk mengatasi kelemahan
lantai litter.
Karena lantai litter mempunyai satu kelemahan yang cukup parah, yaitu alas litter cepat
kotor dan berbau.dan akan jadi lebih parah lagi bila digunakan untuk ayam petelur tipe
medium.lantai kandang dengan sistem ini terbuat dari bambu atau kayu kaso.
3. Kandang dengan lantai campuran litter dan kolong berlubang, cara ini ingin
mengambil kabaikan dari kedua sistem diatas.
Menurut sistemnya kandang ayam bisa dibedakan antara kandang baterai dan
kandang postal. Pada umumnya kandang baterai ini untuk kandang petelur.
4. Kandang baterai, yaitu kandang yang berbentuk kotak yang bersambugan satu
dengan lainnya, terbuat dari kayu, bambu, atau kawat. Masing-masing yang berbentuk
kotak ini bisa dibuat dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 20 cm, dan tingginya 40 cm.
Kontruksi lantai pada kandang baterai umumnya renggang, dan dibagian depan dibuat
agak miring 5-7 cm. Keuntungan system kandang baterai :
1) Kemungkinan terjadinya kanibalis dan pematukan telur bisa di cegah.
2) Mempermudah melakukan pencatatan secara individual
3) Telur lebih bersih
4) Peredaran kandang dalam kandang lebih leluasa
5) Dapat mengurangi adanya penularan penyakit
6) Menghemat tempat, dan energy-energi yang dikeluarkan lebih sedikit.
5. Kandang postal, yaitu kandang berlantai rapat yang menggunakan litter. Kandang ini
bisa dibuat bertingkat, akan tetapi kandang postal yang beringkat ini ukurnyya tidak
oleh terlalu lebar dan tidak lebih dari dua tingkat. Sebab kandang yang bertingkat tiga
akan mempersulit tatalaksana. Ukuran bangunan tinggi 2 – 2,5 m, lebar 6 – 7 m, sedang
untuk kandang tingkat bawah ukuran tinggi 1 m, dinding kandang sebagian besar
terbuka, Hai ini tergantung lingkungannya, kandang jenis ini biasanya dibuat dengan
tunggal dengan kontruksi miring atau monitor.
2.3 Ransum
Makanan adalah salah satu faktor terpenting didunia usaha ternak ayam. Oleh karena
itu disamping para peternak harus memiki bibit yang baik, membangun kandang yang
memenuhi persyaratan serta bisa menerapkan tatalaksana yang benar, mereka juga
harus memilih ransum yang bermutu tinggi.
Ransum diartikan sebagai satu atau beberapa jenis pakan yang diberikan untuk seekor
ternak sehari semalam. Ransum harus dapat memenuhi zat gizi yang dibutuhkan ternak
untuk berbagai fungsi tubuhnya,misalnya hidup pokok, produksi, maupun reproduksi
(Siregar, 1994)
Pakan merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan
perlu mendapat perhatian yang serius. Tujuan utama pemberian ransum adalah untuk
menjamin pertambahan berat badan yang maksimal selama periode pertambahan atau
penggemukan berlangsung (Anggorodi, 1994). Menurut Rasyaf (2001), ransum yang
efisien bagi ayam adalah ransum yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun
mengikuti aturan yang telah ditentukan, aturan itu meliputi nilai kebutuhan gizi bagi
ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan.
2.4 PenampilanProduksi
2.4.1 Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Menurut Anggorodi (1987), pertambahan merupakan perwujudan dari perubahan-
perubahan dari unit pertumbuhan terkecil, yaitu yang mengalami hiperplasi atau
pertambahan jumlah sel dan hipertropis atau pembesaran ukuran sel dalam interval
waktu tertentu. Laju pertumbuhan dipengaruhi oleh tipe dan strain ayam, jenis kelamin,
umur, ransum, tatalaksana pemeliharaan, serta suhu lingkungan. Selain itu
pertumbuhan juga dipengaruhi oleh hormon.
Menurut (Tillman, dkk, 1991) Pertambahan bobot badan diperoleh melalui pengukuran
kenaikan bobot badan dengan melakukan penimbangan berulang-ulang dalam waktu
tiap hari,tiap minggu atau tiap bulan. Kecepatan pertumbuhan mempunyai variasi yang
cukup besar, keadaan ini tergantung tipe ayam, jenis kelamin, galur, tatalaksana,
temperatur lingkungan, tempat ayam tersebut dipelihara, serta kualitas dan kuantitas
makanan (Anggorodi, 1980).
2.4.2 Feed Convertion Ratio (FCR)
Feed Convertion Ratio (FCR) diartikan sebagai angka banding dari berat pakan yang di
konsumsi ayam dibagi dengan berat badan yang diperoleh. Angka konversi ransum
tersebut merupakan salah satu kriteria seleksi dalam perbaikan mutu genetik ayam
(Abidin, 2002). Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pakan yang dikonsumsi ayam
untuk memperoleh berat badan tertentu.
2.5 Analisis Usaha
2.5.1 BiayaProduksi
Biaya produksi merupakan total biaya yang digunakan dalam produksi.
2.5.2 Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah input yang diterima dari aktivitas produksi, misal hasil dari
penjualan ayam.
2.5.3 Keuntungan.
Keuntungan yaitu hasil yang diperoleh dari total pendapatan dikurangi total biaya.
2.5.4 Analisis Break Event Point (BEP).
Analisis Break Event Point (BEP) disebut juga titik impas, merupakan suatu keadaan
dimana hasil usaha yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. BEP dapat
dihitung dengan perbandingan antara biaya produksi dengan total produksi.
2.5.5 Harga Pokok Produksi (HPP)
Merupakan komponen harga pembentuk biaya total produksi. HPP dapat digunakan
untuk mengetahui berapa harga per unit yang harus dijual agar modal kembali.
2.5.6 Analisis Revenue Cost Ratio (R/C).
Analisis Revenue Cost Ratio yaitu analisis yang digunakan untuk menengetahui besaran
pendapatan per kerugian serta kelayakan suatu proyek. dengan membandingkan antara
pendapatan (revenue) yang diperoleh dengan total pengeluaran (cost).
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan PUM telah dilaksanakan di kandang ternak Politeknik Negeri Lampung yang
berlangsung dari 13 Oktober – 13 Desember 2012.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan antara lain :ayam petelur jantan sebanyak 200 ekor, pakan 511
BRAVO, sekam, vaksin ND clone,dan vitamin.
Alat yang digunakan antara lain : feeder tube, drinker tube, sprayer, sapu, ember, sekat,
dan terpal.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Persiapan kandang
Persiapan kandang dilakukan seminggu sebelum ayam tiba, adapun kegiatan-kegiatan
yang dilakukan yaitu membersihkan kandang, menyemprot dengan desinfektan, dan
pengapuran.
3.3.2 Kegiatan saat DOC tiba
Kegiatan ini merupakan kegiatan pemasukan ayam ke dalam kandang pemeliharaan.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah menghitung populasi awal, penimbangan bobot
tubuh, pemindahan ayam ke kandang, pemberian pakan dan air minum sesuai
kebutuhan, vaksinasi ND, dan vaksin coryza.
3.3.3 Aktivitas rutin
Aktivitas rutin yang dilakukan yaitu pemberian pakan dan air minum, menyapu lantai
dan mencuci tempat air minum, dilakukan dua kali sehari sesuai kebutuhan ayam
dengan waktu pemberian pagi dan sore. Pakan diberikan sesuai dengan umur ayam
sesuai dengan table kebutuhan pakan.
3.3.4 Tatalaksana kesehatan
Kesehatan merupakan bagian dari hal penting dalam menunjang keberhasilan suatu
peternakan. Penerapannya, tidak hanya dalam tatalaksana kesehatan kandang
(biosecurity), tetapi juga ternaknya, sehingga ternak tetap terjaga kesehatannya,
terhindar dari penyakit dan produksipun bisa maksimal. Tatalaksana kesehatan yang
dilakukan adalah desinfeksi, vaksinasi ND, vaksinasi coryza, dan pemberian vitamin.
Pemberian vitamin dilakukan satu minggu sekali.
3.4 Pengamatan
3.4.1 Idikator Produksi
a) Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Pertambahan bobot tubuh diperoleh dengan cara menghitung selisih antara bobot
tubuh awal pemeliharaan dengan bobot tubuh akhir pemeliharaan.
b) Feed Convertion Ratio (R/C)
Feed Convertion Ratio (R/C) adalah perbandingan antara jumlah ransum yang
dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu.
3.4.2 Analisis Usaha
a) Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang digunakan selama pemeliharaan berlangsung. Biaya
produksi meliputi semua komponen produksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
tabel 1.
Tabel 1. Biaya Produksi
N
o.Uraian
Juml
ahSatuan
Harga (Rp)
Ekor Total
1 Ayam Petelur
Jantan200 Ekor 1.750 350.000
2 Pakan 511
BRAVO6 Sak
310.0
00
1.860.00
0
3 Sewa Kandang 1 Periode/
Ekor500 100.000
4 Sekam 5 sak 2.500 12.500
5 Tali rafia 1 gulung 5.000 5.000
6 Desinsfektan 1 100 ml11.50
011.500
7 Vaksin Clone 2 500 dosis20.00
040.000
8 VitaStress 1 bungkus15.00
015.000
Total 2.394.00
0
JumlahProduk X HargaJualProduk
b) Pendapatan.
.
Pendapatan - Biaya
c) Keuntungan.
Biaya Produksi : Total Produksi
d) Analisis Break Event Point (BEP ) Harga.
.
Biaya Produksi : Harga Jual Produk
Analisis Break Event Point (BEP) Unit.
Total Komponen Biaya Produksi
e) Harga Pokok Produksi (HPP).
Revenue (Pendapatan) : Cost (Biaya)
f) Analisis Revenue Cost Ratio (R/C).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Karakteristik Ayam Petelur Jantan
Ayam petelur tipe ringan mempunyai sifat lebih sensitif terhadap cuaca panas dan
keributan. Ayam ini mudah kaget dan sangat aktif bergerak serta memiliki sifat
kanibalisme. Ayam ini menpunyai bobot tubuh yang lebih ringan di banding dengan
ayam tipe medium (Rasyaf, 1989).
Tipe petelur ringan banyak juga disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ini
mempunyai badan yang ramping. Warna bulunya putih bersih dan berjengger merah,
ayam petelur putih mempunyai produksi telur hingga 260 butir per tahun bagi yang
betina (Rasyaf, 1989).
Ayam petelur jantan merupakan ayam yang sangat aktif bergerak selain untuk mencari
makan ayam ini juga aktif bergerak hanya untuk sekedar bermain, kebiasaan yang
paling mencolok pada ayam pejantan yaitu sering bertengger pada sekat kandang, pada
feeder tube, dan kadang ada yang masuk ke dalam feeder tube, sesekali ayam jantan ini
berkelahi. Untuk lebih jelas mengenai karakteristik ayam petelur janatan dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar : Karakteristik Ayam Pejantan
4.1.2 Penampilan Produksi
Penampilan produksi ayam petelur jantan yang ditimbang pada hari ke-50
dapatdilihatpadatabel 2berikut.
1. Pertambahan Bobot Badan (PBB)
Pertambahan bobot badan merupakan penambahan bobot badan yang diperoleh
dengan cara menghitung selisih antara bobot tubuh awal pemeliharaan dengan bobot
tubuh akhir pemeliharaan. Pertambahan bobot badan ayam jantan yang kami pelihara
selama satu priode, dengan jumlah 200 ekor mempunyai PBB 626,75.
b. FeedConvertionRatio (FCR)
Merupakan perbandingan antara pertambahan bobot badan dalam jangka waktu
tertentu dengan jumlah ransum yang dikonsumsi. Apabila FCR mempunyai nilai yang
tinggi berarti konversi pakan tidak baik, sebaliknya, semakin rendah nilai FCR maka
konversi pakan semakin baikyang menunjukkan bahwa pakan yang dikonsumsi lebih
banyak untuk pertambahan bobot badan seluruhnya. Berdasarkan tabel diatas nilai FCR
padapelaksanaan PUM sebesar 2,42. Hal iniberartiuntukmenghasilkan 1 Kg
bobotbadandibutuhkanpakansebanyak 2,42 Kg.
4.1.3 Analisis Usaha
1. a. BiayaProduksi
Biayaproduksimerupakan total biaya yang digunakandalamproduksi,
yaitumeliputisemuakomponenproduksi.
Jumlah Ayam 200
Harga Pokok Produksi/Ekor Rp 11.887,50
Total Biaya Produksi Rp 2.377.500
1. b. Pendapatan
Pendapatandiperolehdarihargajualprodukdikalikanjumlahproduk.
Jumlah Ayam 194
Harga Per Ekor Rp 20.000
Total Rp 3.880.000
1. c. Keuntungan
Keuntungandihitungdenganmengurangkanantarapendapatandenganbiayaproduksi.
Total Pendapatan Rp 3.880.000
Total Biaya Produksi Rp 2.377.500
Keuntungan Rp 1.502.500
1. d. Break Event Point (BEP)
BEP harga, diperolehdariperbandinganantara total biayaproduksidengan total produksi.
Total Biaya Produksi Rp 2.377.500
Jumlah Ayam 200
BEP Harga Rp 11.887,50
BEP unit, diperolehdariperbandingan total biayaproduksidenganhargajualproduk.
Total Biaya Produksi Rp 2.377.500
Harga jual Per Ekor Rp 20.000
BEP Unit 119
1. e. HargaPokokProduksi (HPP)
HargaPokokProduksi (HPP) dihitungdari total komponenbiayaproduksi per ekor.
Tabel 8.HargaPokokProduksi (HPP)
Komponen Produksi per Ekor Harga
Pakan Rp 9.375
DOC Rp 1.750
Sewa Kandang Rp 500
Sekam Rp 62,5
Tali Rafia Rp 25
OVK Rp 175
Total (Harga Pokok Produksi) Rp 11.887,50
1. f. Revenue Cost Ratio (R/C)
Dihitungdenganmembandingkanantaratotal pendapatan (revenue) dengantotal
biayaproduksi (cost).
Total Pendapatan Rp 3.880.000
Total Biaya Produksi Rp 2.377.500
RevenueCostRatio 1.63
4.2 Pembahasan
Harga Pokok Produksi (HPP) yaitu total harga dari komponen biaya produksi. Biasanya
HPP yang digunakan adalah besar biaya per ekor. Pada tabel, besar HPP yaitu Rp
11.887,5.,-.Artinyahargapokokproduksi yang dikeluarkanuntuk 1 ekorayamdalam 1
periodesebesarRp 11.887,5.,-.
BreakEventPoint (BEP) yaitu merupakan titik impas suatu usaha. Pada analisis usaha
ini, nilai BEP terjadi bila penerimaan sama dengan biaya produksi.Berdasarkantabel di
atas, nilai BEP hargaadalahRp 11.887,5.,-.
Artinyausahapemeliharaanayampetelurjantanakanmencapai
Titikimpasbilapenjualan per ekorRp 11.887,5.,-. Sedangkan BEP unit berdasarkan table
yaitu
119.Artinyausahapemeliharaanayampetelurjantanakanmencapaititikimpasbilaproduk
yang terjualsebanyak 119 ekor.
RevenueCostRatio (R/C) dalam usaha peternakan digunakan untuk menghitung
efisiensi ekonomis dimana R (revenue) merupakan penerimaan dari hasil penjualan,
dan C (cost) merupakan biaya total yang digunakan untuk produksi.
Returncostratiomenunjukan penerimaan dalam usaha (peternakan) yang diterima
untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dengan ketentuan apabila nilai R/C melebihi
angka 1 maka usaha tersebut layak untuk dijalankan dan seballiknya jika nilai R/C lebih
rendah atau sama dengan 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Diketahui bahwa pemeliharaan ayam petelur jantan ini dilaksanakan pada bulan
Oktober-November yang waktu penjualnnya sudah memasuki bulan Muharram (bulan
Syuro untuk kalender Jawa). Pada bulan Syuro, kepercayaan sukujawa tidak boleh ada
acara pesta untukmenghindarimusibah.
Keadaantersebutberdampakpadapermintaandagingayamyang
mengalamipenurunan.Hargaayam broiler denganbobot 1 kg 10.000.- per November
(Pinsar 2012). Begitujugadenganayampetelurjantan yang
tentunyaikutturun.Berbedadenganbulandesember yang harganyasudahmembaikyaitu
18.300.-
Berdasarkanuraiandiatasjika usaha ini dilakukan pada bulan
Muharrammasihmenguntungkan,terlebih jika dilakukan pada
bulanlainya.Terutamadilakukan 2 bulan menjelangharirayaidulfitri,makaakan lebih
menguntungkan lagi. Dengan demikianusahaayampetelurjantanmemilikiprospek yang
baikuntukdilanjutkansebagaiusaha.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Usaha ayam petelur jantan memeiliki prospek yang baikuntuk dilanjutkan sebagai
usaha.
4.1 Saran
1) Diberikan sekat yang lebih tinggi dibanding sekat ayam broiler untuk
menghindari ayam lompat.
2) Sebaiknya diberi pengalih perhatian, misalnya rumput ilalang di sekeliling
sekatuntuk menghindari kanibalisme.
3) Sebaiknya pemberian pakan sedikit – sedikit, dan bila habis ditambah pakan
kembali secara kontinyu (adlibitum)untuk menghindari pakan tumpah.
Anggorodi.1987. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT Gramedia.Jakarta.
Murtidjo, A.B.1987.Pedoman Beternak Ayam Broiler. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Rasyaf, M.1989.Beternak Ayam Petelur.PenebarSwadaya.Yogyakarta.
Rasyaf, M.1984.Beternak Ayam Kampung.PenebarSwadaya.Yogyakarta.
Rasyaf, M.1994.Beternak Ayam Pedaging.PenerbitKanisius.Yogyakarta.
Siregar, S.B.1994.Ransum Ternak Ruminansia. Bogor. Penebar Swadaya.
Prakkasi, A.1980.Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Angkasa. Bandung.
Tillman, Alen D, Hartadi Hari, ReksohadiprodjoSoedomo, Prawirokusumo Soeharto Dan
LebdosoekojoSoekanto, 1998.Ilmu Makanan Ternak Dasar.Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Top Related