1
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
i
Prosiding
SEMINAR REGIONAL WILAYAH SUMATERA
Tema : Pengembangan Teknologi Spesifik Lokasi Melalui Pemanfaatan
Sumberdaya Lokal Menuju Pertanian Ramah Lingkungan
Banda Aceh, 2 3 September 2014
Penanggung Jawab : Basri A.Bakar
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh
Penyunting :
T.Iskandar
Iskandar Mirza
Achmad Subaidi
Yenni Yusriani
Effendi
Syafruddin
Ema Alemina
Cut Nina Herlina
Fenty Ferayanti
Diterbitkan oleh :
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh
Jl.P. Nyak Makam No.27, Lampineung B. Aceh 23125
Telp. : (0651) 7551811
Fax. : (0651) 7552077
E-mail : [email protected]
Website : nad.litbang.pertanian.go.id
ISBN 978-602-17249-1-0
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Banda Aceh, 2014
mailto:[email protected]
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
ii
Prosiding
SEMINAR REGIONAL WILAYAH SUMATERA
Tema : Pengembangan Teknologi Spesifik Lokasi Melalui Pemanfaatan
Sumberdaya Lokal Menuju Pertanian Ramah Lingkungan
Banda Aceh, 2 3 September 2014
Hak Cipta @ 2014. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
Jl.P. Nyak Makam No.27, Lampineung B. Aceh 23125
Telp. : (0651) 7551811
Fax. : (0651) 7552077
E-mail : [email protected]
Website : nad.litbang.pertanian.go.id
Isi prosiding dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya
Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera/I/Iskandar, dkk.
Banda Aceh : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh,2014
ISBN 978-602-17249-1-0
1.Tanaman Pangan 2. Hortikultura 3.Perkebunan 4.Peternakan 5.Diseminasi 6.Lain-
lain
Dicetak di Banda Aceh, Indonesia
mailto:[email protected]
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
iii
KATA PENGANTAR
Kementerian Pertanian telah menetapkan sistem pertanian industrial unggul
berkelanjutan berbasis sumber daya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai
tambah, ekspor dan kesejahteraan petani sebagai visi pembangunan pertanian. Adanya
keberagaman sumberdaya lokal spesifik lokasi merupakan potensi dalam percepatan
pencapaian target pembangunan pertanian nasional sebagaimana sudah ditetapkan empat
target sukses Kementerian Pertanian. Untuk menggali potensi tersebut, dukungan
penerapan teknologi spesifik lokasi yang ramah lingkungan sangat menentukan.
Oleh karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan)
melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang berada di tiap provinsi,
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam menghasilkan inovasi pertanian spesifik
lokasi dalam optimasi pemanfaatan sumberdaya lokal di masing-masing provinsi dengan
dukungan dari Balit/Puslit/Balai Besar serta bersinergi dengan berbagai stakeholders terkait
baik di pusat maupun di daerah.
Dalam rangka memperingati ulang tahun yang ke 40 Badan Litbang Pertanian tahun
2014, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh melaksanakan kegiatan Seminar
Regional Pekan Agroinovasi wilayah Sumatera dengan tema Pengembangan Teknologi
Spesifik Lokasi Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Lokal Menuju Pertanian Ramah
Lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 2-3 September 2014 yang dihadiri
narasumber dan peserta dari berbagai instansi dari Kementerian Pertanian,
Universitas/Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, Swasta, LSM dan petani.
Kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelenggaraan seminar
hingga penyelesaian prosiding kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu disempurnakan, untuk itu
kami sangat mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Aceh
Ir. Basri A. Bakar, M.Si
NIP. 19600811 198503 1 001
Banda Aceh, September 2014
DiseminasiTypewritten textBanda Aceh, Januari 2015
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
iv
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
Kelompok Makalah Tanaman Pangan
Adaptabilitas Tanaman Jagung Varietas Bima pada Tiga Lokasi di Lampung
Utara
Dewi Rumbaina Mustikawati dan Ratna Wylis Arief 1
Analisis Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung di Kecamatan Penengahan
Kabupaten Lampung Selatan
Zahara dan Yulia Pujiharti. 7
Kajian Pertumbuhan dan Produksi Berbagai Varietas Padi Gogo (Oryza sativa
L.) terhadap Pemupukan Majemuk NPK di Aceh Utara
Laila Nazirah, SP.MP.. 15
Penampilan Varietas Unggul Baru Padi Sawah pada Dua Lingkungan Tumbuh
Rr. Ernawati, Dian Meithasari, dan Junita Barus 23
Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L) yang Diinokulasi VA Mikoriza
pada Tumpangsari dengan Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.)
Wahid dan A. Arivin Rivaie.. 31
Prospek Pengembangan Budidaya Koro Pedang (Canavalia sp.) Mendukung
Kecukupan Pangan dan Gizi Serta Kesuburan Tanah di Kepulauan Maluku
A. Arivin Rivaie............................................................................................ 41
Uji Beberapa Rekomendasi Pemupukan Terhadap Hasil Dua Varietas Padi
Sawah di Lampung
Junita Barus dan Rr. Ernawati 51
Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah pada Sentra
Produksi Padi di Tanjung Bintang, Lampung Selatan
Nina Mulyanti, Yulia Pujiharti dan Endriani. 57
Karakter Agronomi Padi Toleran terhadap Cekaman Kekeringan pada Sistem
Sawah
Maisura, Muhamad Ahmad Chozin, Iskandar Lubis, Ahmad Junaedi, Hiroshi
Ehara 63
Pemanfaatan Mulsa Jerami dan Inokulasi Iletrisoy pada Tanaman Kedelai di
Desa Bumi Setia, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah
Dewi Rumbaina Mustikawati, Nina Mulyanti dan Endriani..
72
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
v
Teknologi Pengendalian Hama Pengisap Polong Kedelai dengan Penggunaan
Insektisida Nabati dan Tanaman Penghalang
Hendrival, Alfiatun Nisa, dan Nurfitriana. 77
Uji Efektivitas Pupuk Organik Berbahan Baku Lokal terhadap Hasil Kedelai
pada Lahan Kering
Junita Barus............................................................................................... 85
Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik dari Limbah Kulit Mete terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L.) pada Lahan Kering Sub-
Optimal di Sulawesi Tenggara
Asmin dan Mehran...................................................................................... 91
Kajian Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Tanah pada
Lahan Tadah Hujan di Kabupaten Blora Jawa Tengah
Forita Dyah Arianti, Sodiq Jauhari dan Moh. Ismail Wahab. 99
Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Sawah Irigasi di
Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh
Basri A. Bakar dan Husaini Yusuf 106
Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Empat Varietas Unggul Kedelai di
Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh
Chairunnas 114
Pengaruh Pemberian Biochar dan Pupuk NPK terhadap Pertrumbuhan dan
Hasil Kedelai Varietas Anjasmoro di Lahan Sawah Kabupaten Pidie
Chairunnas 120
Pengaruh Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas
Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt)
Idawanni dan Fenty Ferayanti 130
Produktivitas Kedelai (Glysine max L) dengan Penambahan Pembenah Tanah
Procal pada Lahan Sawah Irigasi
Q.D. Ernawanto dan T. Sudaryono 139
Peningkatan Produktivitas Padi dengan Penambahan Pembenah Tanah Procal
pada Lahan Sawah Irigasi
Q.D. Ernawanto dan T. Sudaryono 148
Uji Adaptasi Sistem Olah Tanah dan Pemberian Kompos terhadap Produksi
Jagung Manis di Kebun Percobaan
Abdul Azis..................................................................................................
158
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
vi
Kelompok Makalah Hortikultura
Evaluasi Daya Hasil dan Pertumbuhan 7 Varietas Bawang Merah (Allium Cepa)
pada Dataran Tinggi Basah Berastagi
Agustina E Marpaung, Bina Br Karo, Shorta Simatupang dan Rini Rosliani.. 168
Induksi Tunas In Vitro dari Eksplan Mata Tunas Bibit Tanaman Manggis
Wanayasa dan Malinau
Rd. Selvy Handayani, Ismadi.. 176
Keragaan Budidaya Nanas Var Pakpak Bharat dan Upaya Perbaikannya
Sarman Tobing dan Sortha Simatupang. 185
Pengkajian Introduksi Teknologi Perbanyakan Benih Kentang Bermutu di
Kelompok Tani Kabupaten Karo
Sortha Simatupang 197
Produktivitas dan Kinerja Sebaran Varietas Pisang di Kabupaten Pesawaran
Zahara dan Nina Mulyanti. 211
Teknologi Budidaya Mendukung Standar Mutu Jeruk Siem Madu (Citrus sp)
di Kabupaten Karo
Lukas Sebayang dan Lermansius Haloho. 218
Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang
Merah (Allium ascalonicum L)
Marlina. 228
Kelompok Makalah Pasca Panen
Kajian Optimasi Produksi Tepung Ubi Kayu dengan Proses Fermentasi dalam
Pembuatan Mi Basah di Sumaterta Utara
Besman Napitupulu ,Nurmalia N.D.M.Romauli Hutabarat dan Hendri F.
Purba 235
Kajian Pembuatan Roti Tawar dari Beberapa Jenis Tepung Komposit Ubi
Kayu dengan Terigu
Besman Napitupulu, Nurmalia N.D. M. Romauli Hutabarat dan Hendri
F. Purba. 245
Teknologi Penanganan Pascapanen Primer Beberapa Komoditas Buah-Buahan
(Review)
Ratna Wylis Arief 254
Kajian Penanganan Pascapanen Padi untuk Mengurangi Susut Mutu Beras
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
vii
Desy Nofriati dan Yenni Yusriani.. 264
Pengembangan Roti Manis Berbahan Tepung Pangan Lokal
Andi Dalapati dan Jonni Firdaus
272
Kajian Porositas Kemasan terhadap Penyimpanan Benih
Vivi Aryati dan Abdul Azis. 278
Kelompok Makalah Peternakan
Pemberian Pakan Metode Flushing untuk Peningkatan Skor Kondisi Tubuh
(SKT) pada Ternak Sapi Betina di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau
Yayu Zurriyati dan Dahono.. 285
Potensi Limbah Jagung Sebagai Pakan Ternak di Kabupaten Muna Sulawesi
Tenggara
Wa Ode Aljumiati dan Yenni Yusriani 293
Implementasi Demonstrasi Urea Molases Blok (UMB) untuk Meningkatkan
Produksi Susu Sapi Perah di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat
Titiek Maryati S. dan Nandang Sunandar 299
Kemampuan Peternak dalam Memahami Sifat Kualitatif Itik Kerinci
Sari Yanti Hayanti, Masito dan Rini Anggraini 305
Kelompok Makalah Diseminasi/Sosek
Adopsi Sistem Integrasi Sapi dengan Kelapa Sawit pada Peternakan Rakyat di
Provinsi Riau
Sri Haryani Sitindaon dan Nasri Joni.. 313
Analisa Usahatani Cabe Merah (Capsicum Anuum L) Organik Studi Kasus Desa
Aur Sati Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar Provinsi Riau
Syuryati dan Rizqi Sari Anggraini. 316
Analisis Keuntungan dan Nilai Tukar Penerimaan Usahatani Kedelai pada
Lahan Sawah Tadah Hujan di Sulawesi Tenggara (Studi Kasus Di Kab.
Konawe Selatan)
Rusdin, Zainal Abidin dan Cut Nina Herlina................................................... 326
Analisis Struktur Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung di
Kecamatan Penengahan
Yulia Pujiharti dan Zahara 334
Dampak Pelaksanaan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari terhadap
Pemanfaatan Pekarangan di Kabupaten Kolaka Utara
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
viii
Dahya dan Nurbaiti.. 341
Demonstrasi Pemanfaatan Pekarangan Rumah dalam Peningkatan
Pendapatan Petani di Kabupaten Labuhan Batu Selatan Sumatera Utara
Tristiana Handayani, Vivi Aryati dan Sri Haryani Sitindaon 349
Pengkajian Sistim Penyediaan Benih Unggul Bermutu Padi Secara
Berkelanjutan di Tingkat Penangkar Benih Sumatera Utara
Sortha Simatupang dan Didik H 355
Implementasi Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi
di Sulawesi Tenggara
Sri Bananiek, Zainal Abidin dan Muh. Taufiq Ratule.. 369
Kajian Persepsi Petani dan Tingkat Adopsi terhadap Teknologi Pengelolaan
Tanaman Terpadu Padi Sawah di Sulawesi Tenggara
Sri Bananiek dan Muh. Taufiq Ratule. 378
Karakteristik Kelompok Tani dalam Pembangunan Pertanian di Kabupaten
Rokan Hulu Provinsi Riau
Sri Haryani Sitindaon, Empersi dan Winda Syafitri. 385
Keragaan Implementasi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL)
dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Kolaka Timur
Edi Tando dan Elviwirda 393
Desain dan Pengujian Alat Tanam Benih Langsung (Atabela) Jajar Legowo 4:1
pada Padi Sawah (Design And Testing Legowo 4:1 Paddy Direct Seeder).
Jonni Firdaus dan Cecep Saepul Rahman 400
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Buton Utara
Edi Tando, Bungati dan Elviwirda 411
Pemanfatan Lahan Pekarangan dalam Pemenuhan Konsumsi Pangan di Kota
Baubau
Rusdin, M.A. Mustaha dan Fenty Ferayanti.................................................... 418
Peningkatkan Pola Pangan Harapan (PPH) Melalui Program M-KRPL di Desa
Tomoahi, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara
Bungati dan Idawanni 426
Penyelamatan Sumberdaya Genetik Pangan Lokal pada Kawasan Rumah
Pangan Lestari di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara
Muhammad Alwi Mustaha, Rusdin dan Iskandar Mirza 432
Potensi Pengembangan Diversifikasi Pangan Melalui Pemanfaatan Bahan
Pangan Lokal di Lokasi M-KRPL Kabupaten Pesawaran
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
ix
Ratna Wylis Arief dan Robet Asnawi.. 442
Analisis Usahatani Kedelai (Glycine max L Merril) di Lahan Kering Kabupaten
Bireuen
Chairunnas, Emlan Fauzi, Husaini Yusuf..
451
Peningkatan Produksi Melalui Pendampingan SL-PTT Kedelai di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur
Yardha, Erwan Wahyudi dan Adri 457
Inovasi Teknologi Budidaya Mendukung Program Kawasan Rumah Pangan
Lestari Mitra dengan TNI-AD Di Provinsi Jambi
Syafri Edi, Defira Suci Gusfarina dan Endrizal 470
Model Saluran Tata Niaga Sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti - Riau
Mendukung Empat Sukses Kementerian Pertanian
Rizqi Sari Anggraini dan Syuryati. 480
Analisis Usahatani dan Produktivitas Lahan Kopi Rakyat Di Kabupaten
Kepahiang Provinsi Bengkulu
Dedi Sugandi, Emlan Fauzi dan Herlena Bidi Astuti 487
Perbenihan Padi Sawah Mendukung P2BN di Sulawesi Tenggara
Samrin dan Muhammad Taufiq Ratule.. 492
Introduksi Teknologi Pemupukan Spesifik Lokasi dalam Meningkatkan
Produksi Padi Mendukung Program P2BN di Kabupaten Buton Sulawesi
Tenggara
Asmin dan Yufniati ZA 497
Penataan Pekarangan untuk Meningkatkan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan dan Pendapatan Masyarakat
(Studi Kasus KRPL Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi)
Desy Nofriati, Defira Suci Gusfarina dan Syafri Edi 507
Respon Petani terhadap Display Varietas Unggul Baru Padi di Kecamatan
Cangkuang Kabupaten Bandung
Ratima Sianipar, Sukmaya dan Anna Sinaga. 515
Keragaan Produktivitas Vub Padi Rawa Lebak di Kabupaten Muaro Jambi
Firdaus, Adri dan Cut Nina Herlina 523
Keragaan Penerapan Model Usahatani Integrasi Tanaman Sorgum dan Ternak
Sapi Ramah Lingkungan pada Lahan Sub-optimal di Jawa Barat
Nandang Sunandar, Nana Sutrisna, dan Yanto Surdianto
529
Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Penerapan Sistem Tanam Jajar
Legowo pada Lokasi SL-PTT Di Provinsi Jambi
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
x
Endrizal, Adri dan Julistia Bobihoe.. 543
Kajian Efektivitas Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis pada Pengembangan
Usaha Produktif Gapoktan di Provinsi Aceh
Yufniati ZA, Rini Andriani dan Cut Hilda Rahmi
553
Potensi dan Kebutuhan Teknologi Guna Mendukung Swasembada Kedelai di
Jawa Tengah
Renie Oelviani, Moh. Ismail Wahab, Ratih Kurnia J 563
Analisa Usahatani Empat Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering di
Kabupaten Aceh Timur
Mehran 572
Karakteristik Responden Petani Kedelai terhadap Tingkat Adopsi Pengelolaan
Tanaman Terpadu (Ptt) di 2 Kabupaten Propinsi Aceh
Cut Hilda dan Nazariah . 577
Kajian Peran Perempuan dalam Rumah Tangga Petani Mendukung Program
Strategis Kementerian Pertanian di Propinsi Aceh
Nazariah 585
Desain Model Komunikasi dan Metode Percepatan Adopsi Teknologi Ptt
Kedelai di Provinsi Aceh
Nazariah. 597
Lain lain
Deskripsi dan Identifikasi Efek Gas Rumah Kaca terhadap Keamanan Pangan
di Jambi
Lutfi Izhar, Lindawati dan Salwati 606
Hama Kumbang Tanaman Sagu di Perkebunan Rakyat Kepulauan Meranti
Rustam 616
Mutu Fisik Biji Kakao Hasil Sambung Samping Tanpa Fermentasi
Imran, Rubiyo, Idawanni.. 624
Prospek Pengembangan Sorgum di Aceh
Elvira Sari Dewi.. 631
Replanting pada Perkebunan Karet Rakyat dengan Klon Bermutu di Lokasi
M-P3mi Desa Sungai Ungar, Karimun, Kepri.
Misbah, Dahono dan Supriadi. 637
Teknik Pemenuhan Kebutuhan Air dan Neraca Air Lahan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.)
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
xi
Salwati, Wahyu Suprapto dan Lutfi Izhar. 636
Kajian Kelimpahan dan Keanekaragaman Artropoda pada Ekosistem Kedelai di
Kabupaten Sarmi
Petrus A Beding dan Fenty Ferayanti.
655
Putting Theories into Practices: Community Based Biodiversity Management
on Local Mangoes (Mangifera Casturi Delmiana) Supporting Environmental
Services in South Kalimantan
Idha Widi Arsanti dan Dian Kurniasih. 662
Karakteristik Habitat Tanaman Sagu (Metroxylon spp.) di Kepulauan Meranti,
Riau
Empersi dan Rustam 670
Pemuliaan Ketahanan Tanaman Wijen Terhadap Hama Tunga
(Polyphagotarsonemus Latus Banks)
Sri Adikadarsih dan Abdul Aziz.. 676
Peluang Usaha Hasil Usaha Tani Virgin Coconut Oil di Indonesia
Erwan Wahyudi dan Yardha 687
Dukungan Mekanisasi dan Pasca Panen terhadap Peningkatan Produksi Padi
di Lahan Sub-optimal Pasang Surut Provinsi Sumatera Selatan (Studi Kasus
Kabupaten Banyuasin)
Budi Raharjo, Yeni E Maryana dan Wiratno
696
Bioassay Pengendalian Nilaparvata lugens Menggunakan Pestisida Nabati dan
Peluang Pemanfaatannya di Lahan Pasang Surut
Wiratno 707
Pengkajian Penggunaan Perangkap Cahaya (Light Traps) dalam
Mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) di Lahan Sawah
Agus Nurawan dan Basri AB 714
Perlakuan Autoklaf dan Pengukusan Sebelum Fermentasi terhadap
Kandungan Nutrisi dan Antinutrisi Bungkil Biji Jarak Pagar (BBJP)
Yenni Yusriani, T. Toharmat, Sumiati, E. Wina, A. Setyono 721
Pengaruh Media Tanam dan Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Anggrek Dendrobium (Dendropbium sp)
Elly Kesumawati , Mardhiah Hayati dan Deviani. 731
Peran Wanita Tani Dalam Pengembangan M-Krpl Untuk Mendukung Ketersediaan Pangan Keluarga Di Desa Deyah Aceh Besar Cut Nina Herlina.
742
Notulensi........ 750
Daftar Peserta. 758
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
1
ADAPTABILITAS TANAMAN JAGUNG VARIETAS BIMA
PADA TIGA LOKASI DI LAMPUNG UTARA
Dewi Rumbaina Mustikawati dan Ratna Wylis Arief
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung
Jl. ZA. Pagar Alam No.IA Rajabasa, Bandar Lampung
Email: [email protected]
Abstrak
Varietas unggul yang ideal adalah berdaya hasil tinggi, tahan hama penyakit utama,
dan stabil di berbagai target lingkungan. Dalam rangka pengembangan varietas unggul baru
perlu diketahui sampai seberapa jauh interaksi antara varietas dengan lingkungannya.
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui daya adaptasi dan stabilitas hasil jagung hibrida
varietas Bima 3 Bantimurung dan varietas Bima 4 pada tiga lokasi di daerah Lampung Utara.
Pengkajian dilakukan di lahan kering pada tiga lokasi yaitu Desa Jagang Kecamatan
Blambangan Pagar, Desa Penagan Ratu Kecamatan Abung Timur dan Desa Abung Jayo
Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara dari bulan Nopember 2011 sampai
Maret 2012. Varietas jagung hibrida yang dikaji adalah varietas Bima 3 Bantimurung dan
varieats Bima 4 berasal dari Balit Sereal Maros. Pada setiap lokasi kedua varietas tersebut
ditanam dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Jarak tanam 75 cm x 25 cm,
satu biji per lubang. Pupuk yang diaplikasikan adalah 3500 kg pupuk kandang, 550 kg Urea
dan 100 kg NPK per hektar. Pengamatan dilakukan dalam ubinan seluas 3 m x 2,5 m. Data
yang dianalisis adalah data hasil per hektar. Adaptabilitas dan stabilitas hasil dianalisa
mengikuti metode Eberhart dan Russel. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jagung
hibrida varietas Bima 3 Bantimurung dan varietas Bima 4 dapat beradaptasi baik pada
lingkungan kurang subur. Rata-rata hasil varietas Bima 3 Bantimurung mencapai 9,96
ton/ha, sedangkan varietas Bima 4 mencapai 8,48 ton/ha.
Kata Kunci: Jagung, hibrida, adaptabilitas, lokasi
Abstract
The ideal superior varieties are high yielding, pest-resistant major diseases, and
stable in various target environments. In order to develop new varieties need to know to
what extent the interaction between varieties with the environment. This study aims to
determine the adaptability and yield stability of hybrid maize varieties of Bima 3
Bantimurung and Bima 4 at three locations in North Lampung. The assessment carried out
on dry land at three locations ie: The assessment carried out on dry land at three locations
ie: Jagang Village, Blambangan Pagar Sub-district, Penagan Ratu Village, East Abung Sub-
district and Abung Jayo Village, South Abung Subdistrict, North Lampung regency from
November 2011 to March 2012. Hybrid maize varieties studied were Bima 3 Bantimurung
and Bima 4 from Balit Cereals Maros. At each location two varieties were planted in a
randomized block design with three replications. Spacing was 75 cm x 25 cm, one seed per
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
2
hole. Fertilizer is applied were 3500 kg of manure, 550 kg of Urea and 100 kg of NPK per
hectare. Observations made in the plot area was 3 m x 2.5 m. The data analyzed were the
data yield per hectare. Adaptability and yield stability were analyzed following the method of
Eberhart and Russel. The results showed that the hybrid maize varieties of Bima 3
Bantimurung and Bima 4 can adapt well to the environment are less fertile. The average
yield of varieties of Bima 3 Bantimurung reached 9.96 t/ha, whereas Bima 4 reached 8.48
t/ha.
Keywords: Corn, hybrids, adaptability, location
PENDAHULUAN
Di Propinsi Lampung komoditi jagung menempati urutan ketiga jika dilihat dari
jumlah produksi setelah ubikayu dan padi. Produksi ubikayu 7.569.178 ton, padi 2.673.844
ton dan jagung 2.067.710 ton. Tanaman jagung di Propinsi Lampung didominasi dengan
jagung hibrida dengan produktivitas 4,8 ton/ha (Lampung Dalam Angka, 2010). Penggunaan
jagung hibrida di Propinsi Lampung umumnya berasal dari Perusahaan Swasta Nasional.
Upaya peningkatan produksi jagung dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan
perluasan areal tanam yang berlangsung pada berbagai lingkungan ekositem yang beragam
mulai dari lingkungan berproduktivitas tinggi (lahan subur) sampai yang berproduktivitas
rendah (lahan marginal). Pertumbuhan dan produksi jagung sangat dipengaruhi oleh faktor
iklim (cahaya matahari dan curah hujan), kondisi lahan dan jenis jagung (varietas) yang
ditanam (Sutoro et al., 1988 dalam Sija et al., 2010).
Penampilan suatu genotip/varietas pada lingkungan yang berbeda dapat berbeda
pula, sehingga sampai seberapa jauh interaksi antara genotip/varietas dengan
lingkungannya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diketahui dalam rangka
pengembangannya (Mangoendidjojo, 2000).
Balai Penelitian tanaman Serealia telah melepas beberapa varietas jagung hibrida
antara lain varietas Bima 3 Bantimurung yang memiliki potensi hasil 10,0 t/ha dan varieats
Bima 4 yang memiliki potensi hasil 11,7 t/ha (Novia dan M.Aqil, 2011). Kedua varietas ini
mulai diperkenalkan kepada petani jagung di daerah Lampung utara. Varietas unggul yang
ideal adalah berdaya hasil tinggi, tahan hama penyakit utama, dan stabil di berbagai target
lingkungan (Sija et al., 2010).
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui daya adaptasi dan stabilitas hasil jagung
hibrida varietas Bima 3 Bantimurung dan varieats Bima 4 pada tiga lokasi di daerah
Lampung Utara.
BAHAN DAN METODE
Pengkajian dilakukan di lahan kering pada tiga lokasi yaitu Desa Jagang Kecamatan
Blambangan Pagar, Desa Penagan Ratu Kecamatan Abung Timur dan Desa Abung Jayo
Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung dari bulan
Nopember 2011 sampai Maret 2012. Varietas jagung hibrida yang dikaji adalah varietas
Bima 3 Bantimurung dan varietas Bima 4 berasal dari Balit Sereal Maros. Pada setiap lokasi
kedua varietas tersebut ditanam dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan.
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
3
Jarak tanam 75 cm x 25 cm, satu biji per lubang. Pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk
kandang = 3500 kg, Urea I = 250 kg, Urea II = 300 kg, NPK = 100 kg per hektar, pupuk
kandang diaplikasikan 1 minggu sebelum tanam, urea I umur 15 hari, urea II umur 40-45
hari. NPK umur 15 hari. Pengamatan dilakukan dalam ubinan seluas 3 m x 2,5 m. Data yang
dianalisis adalah data hasil per hektar. Adaptabilitas dan stabilitas hasil dianalisa mengikuti
metode Eberhart dan Russel (1966) berdasarkan metode regresi. Menurut metode ini suatu
varietas dinyatakan stabil bila koefisien regresi linier terhadap lingkungan mendekati nilai
satu (b 1) dan standar deviasi dari koefisien regresi mendekati nilai nol (Sb 0) (Baihaki
dan Wicaksana, 2005). Untuk memperoleh informasi ada tidaknya interaksi antara varietas
dengan lingkungan (lokasi) digunakan analisis gabungan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ragam gabungan menunjukkan bahwa varietas juga lokasi berpengaruh
nyata terhadap variabel yang diamati, tetapi interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata
(Tabel 1).
Tabel 1. Analisis ragam gabungan karakter hasil jagung di 3 lokasi
Sumber keragaman Df MS F F.05 F.01
Varietas (A) 1 9,946 17,689* 4,96 10,04
Lokasi (B) 2 8,126 14,452* 4,10 7,56
A x B 2 1,731 3,07 4,10 7,56
Galat 10 0,562
* Berpengaruh nyata pada taraf 0,05 KK (%) = 8,13.
Tidak adanya interaksi antara varietas dengan lingkungan menunjukkan tanggapan
jagung varietas Bima terhadap perubahan lingkungan sangat konsisten artinya tidak
terdapat perubahan tanggapan varietas jagung Bima dari satu lokasi ke lokasi lain, dengan
kata lain interaksi varietas (linier) dengan lokasi yang tidak nyata menunjukkan bahwa
peningkatan hasil tidak sejalan dengan meningkatnya produktivitas lingkungan (kristamtini,
2010). Varietas demikian dapat dikatakan memiliki daya adaptasi yang luas karena interaksi
antara varietas dengan lingkungan sangat kecil. Varietas demikian sangat sesuai dengan
semua lokasi, namun potensi hasil yang diperoleh kemungkinan tidak sama. Hasil percobaan
multilokasi pada populasi jagung sering menunjukkan adanya perbedaan daya hasil di
masing-masing lokasi. Suatu populasi yang memberikan hasil tertinggi di suatu lokasi sering
tidak konsisten di lokasi yang lain (Sutresna, 2010).
Penggunaan varietas unggul dan beradaptasi luas sangat penting untuk mengurangi
resiko petani yang mungkin timbul akibat pengaruh lingkungan yang tidak dapat diramalkan
(Subandi 1979 dalam Yusuf et al. 2002). Walau demikian menurut Hartono et al. (2008),
penampilan suatu tanaman dimungkinkan akan berfluktuasi pada lingkungan yang berbeda,
sebaliknya dimungkinkan pula diperoleh penampilan tanaman dengan fluktuasi yang kecil
jika lingkungan berubah. Hasil jagung varietas Bima 3 Bantimurung lebih tinggi dan
berbeda nyata dibanding varietas Bima 4 pada setiap lokasi (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil jagung varietas Bima pada tiga lokasi (ton/ha).
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
4
Varietas Desa Jagang Desa Penagan
Ratu
Desa Abung
Jayo
Bima 3 Bantimurung 8,04 a 10,67 a 11,18 a
Bima 4 7,79 b 8,53 b 9,11 b
Analisis stabilitas memperlihatkan bahwa koefisien regresi (b) varietas Bima 3
Bantimurung adalah 0,4262 dan varietas Bima 4 adalah 0,2088 (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil koefisien regresi (b) dan deviasi dari koefisien regresi (Sb) pada varietas
jagung di 3 lokasi.
Varietas Rata-rata
hasil (t/ha)
b Sb
Bima 3 Bantimurung 9,96 0,4262 1,55
Bima 4 8,48 0,2088 0,90
Menurut Eberhart dan Russel (1966), varietas yang mempunyai koefisien regresi
lebih dari 1,0 akan beradaptasi baik pada lingkungan yang subur, sedangkan varietas yang
mempunyai koefisien regresi kurang dari 1,0 akan beradaptasi baik pada lingkungan kurang
subur. Jagung hibrida varietas Bima 3 Bantimurung dan varietas Bima 4 termasuk varietas
yang dapat beradaptasi baik pada lingkungan kurang subur karena keduanya memiliki nilai
koefisien regresi kurang dari 1,0. Tanah yang subur adalah tanah yang mampu
menyediakan unsur hara secara cukup dan seimbang untuk dapat diserap oleh tanaman
(Yamani, 2010). Sedangkan tanah yang kurang subur adalah tanah yang kurang unsur hara
dan air (http://dyahayumutiara.blogspot.com/2012). Menurut Madjid (2007), salah satu sifat
kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator
kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK). Hasil analisa tanah menunjukkan
KTK rendah di ketiga lokasi (Tabel 4).
Tabel 4. Hasil analisa tanah di lokasi kegiatan
Jenis Analisis Hasil Analisis
Desa Jagang Desa Penagan Ratu Desa Abung
Jayo
pH HO 4,64 (Msm) 4,27
(S msm)
4,13
(S msm)
C-organik (%) 1,28 (R) 1,33 (R) 1,28 (R)
Nitrogen (%) 0,10 (R) 0,08 (SR) 0,08 (SR)
P Tersedia Bray I (ppm PO) 44,47 (ST) 20,69 (ST) 25,69 (ST)
P Potensial (mg PO/100 gr) 52,01 (T) 22,36 (S) 35,36 (S)
K Potensial (mg KO/100 gr) 34,67 (S) 27,98 (S) 30,59 (S)
KTK (cmol/Kg) 9,24 (R) 9,79 (R) 10,45 (R)
Keterangan: Di analisis di Laboratorium BPTP Lampung
Msm = masam; S msm = sangat masam; R = rendah; SR = sangat rendah; ST = sangat tinggi; T = tinggi; S = sedang
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
5
Kedua varietas jagung yang diuji termasuk tidak stabil terhadap perubahan kondisi
lingkungan tumbuh karena standar deviasi dari koefisien regresinya tidak mendekati nilai nol
(Tabel 3). Penyebab stabilitas hasil belum diketahui secara jelas, perlu pertimbangan
faktor-faktor lingkungan seperti curah hujan, ketinggian tempat, jenis tanah dan lokasi
percobaan (Sutresna, 2010).
KESIMPULAN
1. Koefisien regresi varietas Bima 3 Bantimurung adalah 0,4262 dan varietas Bima 4
adalah 0,2088. Standar deviasi dari koefisien regresi varietas Bima 3 Bantimurung
adalah 1,55 dan varietas Bima 4 adalah 0,90.
2. Jagung hibrida varietas Bima 3 Bantimurung dan varietas Bima 4 dapat beradaptasi baik
pada lingkungan kurang subur seperti kekurangan unsur hara dan air.
3. Kedua varietas jagung yang diuji memberikan respon yang tidak stabil terhadap
perubahan kondisi lingkungan tumbuh.
4. Rata-rata hasil varietas Bima 3 Bantimurung mencapai 9,96 ton/ha, sedangkan varietas
Bima 4 mencapai 8,48 ton/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaki, A. dan N. Wicaksana. 2005. Interaksi genotip x lingkungan, adaptabilitas, dan
stabilitas hasil, dalam pengembangan tanaman varietas unggul di indonesia. Zuriat.
Vol. 16. No. 1. JanuariJuni 2005: 18.
Eberhart, S.A. and E.M. Russel. 1966. Stability parameters for comparing varieties. Crop Sci.
6: 3640.
Hartono, A., Anggia E.P., A. Ismail, E. Suryadi, dan D. Ruswandi. 2008. Stabilitas dan
adaptabilitas hibrida potensial di beberapa ketinggian tempat di Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Zuriat 19 (2): 140152.
http://dyahayumutiara.blogspot.com/. 2012. Jenis-Jenis Tanah, Ciri-Ciri Tanah Subur dan
Tidak Subur, Manfaat Tanah.
Kristamtini. 2010. Stabilitas dan Adaptabilitas Varietas Padi Merah Lokal Daerah Istimewa
Yogyakarta. Buletin Plasma Nutfah. Vol. 16 (2): 103-106.
Lampung Dalam Angka. 2010. Pertanian. Kerjasama BPS dan Bappeda Propinsi Lampung.
Mangoendidjojo, W. 2000. Analisis Interaksi Genotip x Lingkungan Tanaman Perkebunan
(Studi Kasus Pada Tanaman Teh). Zuriat. Vol. 11 (1), Januari-Juni: 15-21.
Madjid, A. 2007. Kapasitas Tukar Kation (KTK). Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah
Online Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/11/kapasitas-tukar-kation-ktk.html
Novia dan M. Aqil. 2011. Bima 3 Bantimurung dan Bima 4. Leflet. Balai Penelitian Tanaman
Serealia.
http://dyahayumutiara.blogspot.com/
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
6
Sija, P. dan Syafruddin. 2010. Uji Adaptasi Jagung Varietas Bima di Lahan Kering. Prosiding
Pekan Serealia Nasional. p: 220-223.
Sutresna, I. W. 2010. Adaptasi dan Stabilitas Hasil Genotipe Jagung (Zea Mays L.) di Pulau
Lombok. Agroteksos Vol. 20 No. 1, April 2010: 19-22.
Yamani, A. 2010. Analisis Kadar Hara Makro Dalam Tanah Pada Tanaman Agroforestri di
Desa Tambun Raya Kalimantan Tengah. Jurnal Hutan Tropis Vol. 11 (30), Edisi
September: 37-46.
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
7
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG
DI KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Zahara dan Yulia Pujiharti
Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) Lampung
Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No. 1a Rajabasa Bandar Lampung
Email : [email protected]
Abstrak
Pengkajian ini bertujuan untu kmengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi
usahatani jagung di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi
pengkajian terletak di Desa Banjarmasin dan Klaten Kecamatan Penengahan Kabupaten
Lampung Selatan. Pengkajian dilaksanakan dari Bulan Agustus sampai dengan Nopember
2011. Sampel dipilih secara acak (random sampling) sebanyak 26 orang terdiri atas 16
petani di Desa Banjarmasin dan 10 petani di Desa Klaten. Faktor-faktor produksi yang dikaji
adalah luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4), phonska (X5), pestisida (X6),
herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8). Data yang dikumpulkan adalah data primer yang
terdiri dari : karakteristik petani, input dan output usahatani jagung. Faktor-faktor produksi
dianalisis menggunakan regresi linier berganda dengan fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil
uji statistik regeresi linier berganda diperoleh persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas : Y=
-4394,115 + 3457,310 X1 + 201,778X2 + 8,119X3 +2,386X4 2,150X5 203,056X6 +
284,619X7 2,292X8. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa Secara bersama-sama variabel
luas lahan, benih, urea, SP36, phonska, pestisida, herbisida dan tenaga kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap produksi jagung pada tingkat kepercayaan sampai dengan
99%. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikan F 0,000 yang lebih kecil dari
0,01 ( =1%). Secara parsial variabel luas lahan, benih, pestisida dan herbisida
berpengaruh signifikan terhadap usahatani jagung sedangkan urea, SP36, phonska dan
tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap usahatani jagung.
Kata kunci : fungsi produksi, usahatani, jagung
Abstract
This assessment aims to determine the factors that influence the production of maize
farming in the Penengahan sub-district of South Lampung regency. The location of
assesment is situated in the village of Banjarmasin and Klaten sub-district of South Lampung
regency. The assessment was carried out from August to November 2011. Samples were
randomly selected (random sampling) of 26 people consist of 16 farmers in the village of
Banjarmasin and 10 farmers in the village of Klaten. The factors of production assessed are
land area (X1), seeds (X2), urea (X3), SP36 (X4), Phonska (X5), pesticides (X6), herbicides
(X7) and labor (X8). The data collected is primary data that consists of: the characteristics
of the farmer, maize farming inputs and outputs. Production factors were analyzed using
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
8
multiple linear regression with the Cobb-Douglas production function. Regeresi statistical
test results obtained linear equation Cobb-Douglas production function Y= -4394,115 +
3457,310 X1 + 201,778X2 + 8,119X3 +2,386X4 2,150X5 203,056X6 + 284,619X7
2,292X8. The assessment showed that the variables taken together land, seeds, urea, SP36,
Phonska, pesticides, herbicides and labor significant positive effect on maize at a rate of
confidence up to 99%. This is indicated by the significant probability value F 0,000 smaller
than 0.01 ( =1%). In partial area of land, seed, pesticides and herbicides significant effect
on maize farming, while urea, SP36, phonska and labor no significant effect on maize
farming.
Key words : production function, farming, maize
PENDAHULUAN
Jagung termasuk komoditas utama yang ditanam cukup luas di Indonesia. sebagai
pengganti beras dan ubi kayu. Sebagian masyarakat memanfaatkan jagung sebagai
makanan pokok sehari-hari. Selain itu, jagung dimanfaatkan juga sebagai bahan olahan
tepung, gula jagung, minyak goring dan pakan ternak. Semakin luasnya pemanfatan jagung
menyebabkan kebutuhan akan jagung meningkat. Pemenuhan kebutuhan jagung tidak
hanya dari dalam negeri tetapi pemerintah mengimpor dari luar negeri. Pada 2011 impor
mencapai 3,1 juta ton dan pada 2012 hanya 1,6 juta ton. Peningkatan impor itu tejadi
karena penurunan produksi jagung dan meningkatnya kebutuhan jagung untuk industri
pakan ternak (Mustaidah, 2013).
Berdasarkan Berita Resmi Statistik BPS tahun 2014, Produksi jagung pada tahun
2013 (ASEM) sebesar 18,51 juta ton pipilan kering atau turun sebesar 0,88 juta ton (4,54
persen) dibanding tahun 2012. Penurunan produksi ini terjadi di Jawa sebesar 0,62 juta ton
dan di luar Jawa sebesar 0,26 juta ton. Penurunan produksi terjadi karena adanya
penurunan luas panen seluas 137,43 ribu hektar (3,47 persen) dan penurunan produktivitas
sebesar 0,55 kuintal/hektar (1,12 persen). Penurunan produksi jagung pada tahun 2013
yang relative besar terjadi di Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa
Tengah dan DI Yogyakarta. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi jagung
di Indonesia. Produksi jagung di Lampung tahun 2013 (Angka Ramalan II) diperkirakan
sebesar 1,72 juta ton pipilan kering, turun 149 juta ton (0,01 persen persen) dibanding
produksi tahun 2012. Upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi jagung adalah
melalui PTT jagung di daerah-daerah penghasil jagung, salah satunya Lampung.
Beberapa permasalahan yang dijumpai dalam pengembangan jagung di antaranya
adalah fluktuasi produksi dan harga, penanganan pascapanen pada saat panen raya dan
alsin prossesing dan pengolahannya (dryer dan corn sheller) termasuk silo, masih terbatas
sehingga berpengaruh terhadap kualitas hasil, terbatasnya modal usahatani, dan kemitraan
usaha belum berkembang (Purwanto, 2007). Mubyarto, (1989) dan Soekartawi, (1990)
dalam Suryana, 2007 menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan
menjadi dua kelompok yakni : (1) faktor biologi seperti lahan pertanian dengan macam dan
tingkat kesuburannya, varietas bibit, jenis pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya, (2)
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
9
faktor-faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, biaya tenaga kerja, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, tersedianya kelembagaan kredit, ketidakpastian dan
sebagainya.
Faktor-faktor produksi seperti luas lahan, pupuk, benih dan tenaga kerja penting
untuk dikaji mengingat faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi fluktuasi produksi
jagung.Hasil penelitian Riyadi (2007) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap produksi jagung secara signifikan adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk,
dan pestisida. Penggunaan pupuk tunggal NPK yang dikombinasikan dengan pupuk kandang
memberikan hasil pipilan jagung lebih tinggi dari rata-rata hasil jagung nasional dan Maluku
(Sirappa dan Razak, 2010). Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
produksi yang terdiri dari luas lahan, benih, pupuk, pestisida, herbisida dan tenaga kerja
yang mempengaruhi produksi jagung di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung
Selatan.
METODE PENGKAJIAN
Lokasi pengkajian terletak di Desa Banjarmasin dan Klaten Kecamatan Penengahan
Kabupaten Lampung Selatan. Pengkajian dilaksanakan dari Bulan Agustus sampai dengan
Nopember 2011. Sampel dipilih secara acak (random sampling) sebanyak 26 orang terdiri
atas 16 petani di Banjarmasin dan 10 petani di Klaten. Faktor-faktor yang dikaji adalah luas
lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4) Phonska (X5), pestisida (X6), herbisida (X7)
dan tenaga kerja (X8). Data yang dikumpulkan adalah data primer yang terdiri dari :
karakteristik petani, input dan output usahatani jagung. Faktor-faktor produksi dianalisis
menggunakan regresi linier berganda dengan fungsi produksi Cobb-Douglas menggunakan
program SPSS 16. Persamaan Cobb-Douglas (Prastito, 2004) adalah sebagai berikut :
Y = a X1b1 X2
b2 X3b3X4
b4 e
Dimana :
Y : Produksi jagung X5 : Phonska (kg/ha) a : Konstanta X6 : Pestisida (lt/ha) X1 : Luas lahan (ha) X7 : Herbisida (kg/ha) X2 : Benih (kg/ha) X8 : Tenaga Kerja (HOK) X3 : Urea (kg/ha) E : Standar Errors X4 : SP36 (kg/ha) b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8 : Koefisien regresi parsialX1,
X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8
Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara luas luas lahan (X1), benih (X2), urea
(X3), SP36 (X4), phonska (X5), pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8)
terhadap produksi digunakan rumus koefisien korelasi dengan menggunakan program SPSS
16 for windows. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut :
b1X1Y+b2X2Y+b3X3Y
R =
Y2
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
10
Dimana :
R = Koefisien korelasi
b1, b2, b3 = Koefisien regresi parsialX1, X2, X3, X4
X1,X2,X3,X4 = Luas lahan, pupuk, benih dan tenaga kerja
Y = Produksi
Untuk mengetahui pengaruh luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4),
phonska (X5), pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8)terhadap produksi secara
parsial dilakukan uji signifikansi koefisien parsial ( Uji t).
r n-3
t hitung =
1-r2
Keterangan =
r = Koefisien korelasi sederhana
n = Jumlah data
Hipotesis sebagai berikut :
- Ho ditolak, jika t hitung lebih besar ( ) dari t tabel pada signifikan 5% berarti
Variabel bebas (Xi) yaitu luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4), phonska
(X5), pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8) terhadap produksi jagung
(Y).
- Ho diterima, Jika t hitung lebih kecil ( ) dari t tabel pada signifikan 5% berarti
Variabel bebas (Xi) yaitu luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4), phonska
(X5), pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8) terhadap produksi jagung
(Y).
Untuk mengetahui apakah luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4),
phonska (X5), pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8) secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap produksi menggunakan Uji F (Uji Koefisiensi Regresi
secara bersama-sama).
R2/k
F hitung =
(1-R2)/(n-k-1)
Keterangan :
R2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah data
k = Jumlah variabel independen
Hipotesis sebagai berikut :
- Ho ditolak, jika F hitung lebih besar ( ) dari F tabel pada signifikan level 5% berarti
Variabel (Xi) bebas yaitu luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4), phonska (X5),
pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8) terhadap produksi jagung (Y).
- Ho diterima, jika F hitung lebih kecil ( ) dari F tabel pada signifikan level 5% berarti
Variabel (Xi) bebas yaitu luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), SP36 (X4), phonska (X5),
pestisida (X6), herbisida (X7) dan tenaga kerja (X8) terhadap produksi jagung (Y).
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Tabel 1. Karakteristik Petani Padi di Kabupaten Lampung Selatan
Uraian Umur (th) Anggota Keluarga (jiwa)
Pendidikan (th)
Mean 39.46 3 8
Median 38 3 6
Standard Deviation 10.97 1.39 4.03
Minimum 25 0 0
Maximum 63 6 17 Sumber : data diolah
Umur petani yang dijadikan responden rata-rata mencapai 39 tahun, umur ini
tergolong usia produktif. Secara fisik usia produktif akan meningkatkan etos kerja yang
tinggi bagi petani untuk menjalankan usahatani jagung. Selain itu, hal ini menunjukkan
bahwa pekerjaan sebagai petani tidak saja didominasi oleh orang yang berusia tua namun
juga yang berusia muda. Pendidikan petani responden rata-rata 8 tahun, ini menunjukkan
bahwa petani lulus sekolah dasar (SD). Jumlah anggota keluarga petani rata-rata 3 orang,
hal ini menunjukkan petani keluarga kecil. Petani responden ada yang tidak memiliki
anggota keluarga karena masih membujang dan ada yang tidak sekolah.
Faktor-faktor Produksi
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan digunakan model regresi dengan
persamaan sebagai berikut :
Y = a X1b1 X2
b2 X3b3X4
b4 e
Hasil regresi dari model diatas dengan bantuan software SPSS 16 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Regresi
Variabel Penelitian Koefisien Regresi t hitung Prob
Luas Lahan (X1) 3457,310 3,112*** 0,006
Benih (X2) 201,778 5,458*** 0,000
Urea (X3) 8,119 1,829* 0,085
SP36 (X4) 2,386 0,483 0,635
Phonska (X5) -2,150 -0,462 0,65
Pestisida (X6) -203,056 -4,18*** 0,001
Herbisida (X7) 284,169 3,094*** 0,007
Tenaga Kerja (X8) -2,292 -0,262 0,796
Fhitung 9,362
Prob. Sig 0,000***
R 0,903
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
12
R2 Square 0,815
Adjust R Square 0,728
Constanta -4394,115
*** : Nyata pada derajat kepercayaan 99% ( = 0,01)
** : Nyata pada derajat kepercayaan 95% ( = 0,05)
* : Nyata pada derajat kepercayaan 90% ( = 0,10)
Berdasarkan hasil regresi seperti pada Tabel 2, maka kondisi produksi jagung di
Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan dapat diformulasikan dengan
persamaan berikut :
Y = -4394,115 + 3457,310 X1 + 201,778 X2 + 8,119 X3 + 2,386 X4 2,150 X5 203,056 X6
+ 284,169 X7 2,292 X8
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa secara bersama-sama (uji F) variabel bebas
yang terdiri dari luas lahan, benih, urea, SP36, phonska, pestisida, herbisida dan tenaga
kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produksi jagung sampai pada tingkat
kepercayaan 99% ( = 0,01). Hal ini terlihat dari nilai probabilitas signifikansi F sebesar
0,000 yang lebih kecil dari 0,01. Uji ketepatan model berdasarkan nilai koofisien determinasi
(r2) sebesar 0,815 menunjukkan bahwa variabel luas lahan, benih, urea, SP36, phonska,
pestisida, herbisida dan tenaga kerja secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel
produksi padi sebesar 81,5% dan sisanya 18,5% dijelaskan oleh variabel lain di luar
persamaan ini. Secara parsial (uji t) variabel bebas yang terdiri dari luas lahan, benih, urea,
pestisida dan herbisida memberikan nilai kooefisien yang positif dan signifikan terhadap
produksi jagung. Hal ini terlihat dari nilai t hitung yang memiliki nilai probabilitas signifikansi
lebih kecil dari 0,05.
Nilai t hitung variabel luas lahan mempunyai probabilitas signifikansi 0,006 lebih kecil
dari 0,01, dengan demikian variabel luas lahan (X1) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produksi jagung di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini
berarti apabila lahan semakin luas maka produksi jagung juga semakin tinggi. Nilai
kooefisien regresi luas lahan (X1) 3457,310 artinya bila ada penambahan luas lahan sebesar
1% maka produksi akan naik 3457,310%. Luas kepemilikan lahan petani tidak terlalu luas
berkisar antara 0,251,5 ha. Adiwilaga (1982) dalam Muzdalifah (2011) menyatakan bahwa
sukses usahatani tergantung dari bentangan tanah usahanya sehingga luas lahan tanah
garapan menjadi sangat penting untuk meningkatkan suatu produksi usahatani. Semakin
luas lahan yang dimiliki maka semakin tinggi pula produksi yang diperoleh.
Variabel benih memiliki nilai probabilitas signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,01 yang
berarti bahwa benih mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi
jagung. Nilai koofisien regresi benih (X2) 201,778, ini berarti bahwa dengan penambahan
benih sebesar 1% maka produksi jagung akan naik 201,778%. Rata-rata benih yang
digunakan oleh petani berkisar antara 15-25 kg/ha. Varietas yang digunakan petani di
Kecamatan Penengahan adalah Pacific, DK, Bisi 2 yang merupakan jagung hibrida yang
memiliki potensi produksi cukup tinggi.
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
13
Variabel pupuk urea (X3) memiliki nilai probabilitas signifikansi 0,085 lebih kecil dari
0,1 yang berarti mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi jagung.
Semakin tinggi pupuk urea yang digunakan maka semakin tinggi pula produksi jagung yang
dihasilkan. Nilai koofisien regresi variabel pupuk urea 8,119, artinya bila ada penambahan
urea 1% maka akan meningkatkan produksi jagung sebesar 8,119%. Petani menggunakan
dosis urea rata-rata 264 kg/ha. Hal ini sesuai dengan penelitian Saragih, dkk (2013)
menunjukkan bahwa pemberian dosis 285 kg urea/ha mampu meningkatkan bobot kering
berangkasan. Pemberian dosis 100 kg urea/ha dengan aplikasi 2 kali (1 MST dan awal
berbunga) sudah meningkatkan hasil jagung sebesar 10,65 t ha-1. Variabel pupuk SP36 (X4)
dan phonska (X5) memiliki nilai probabilitas signifikansi masing-masing 0,635 dan 0,65 lebih
besar dari 0,05. Artinya SP36 (X4) dan phonska (X5) tidak berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap produksi jagung.
Variabel pestisida (X6) dan herbisida (X7) memiliki nilai probabilitas signifikansi 0,001
dan 0,007 lebih kecil dari 0,01. Artinya pestisida (X6) dan herbisida (X7) mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi jagung. Nilai kooefisien variabel
pestisida (X6) -203,056, artinya bila ada penambahan pestisida 1% maka akan menurunkan
produksi jagung 203,056%. Sedangkan herbisida (X7) memiliki nilai koofisien 284,169,
artinya bila ada penambahan herbisida 1% maka akan meningkatkan produksi jagung
284,269%. Hal ini dimungkinkan petani sangat memperhatikan pencegahan terhadap hama
dan penyakit yang akan menyerang. Penggunaan pestisida dan herbisida sudah sesuai
dengan anjuran dalam kemasan.
Variabel tenaga kerja (X8) memiliki nilai probabilitas signifikansi 0,796 lebih besar
dari 0,05. Artinya tenaga kerja (X8) tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi di
Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. Nilai kooefisien regresi tenaga kerja
(X8) -2,292, artinya apabila ada penambahan tenaga kerja 1% maka akan menurunkan
produksi padi sebesar 2,292%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan :
1. Secara simultan variabel luas lahan, benih, urea, SP36, phonska, pestisida, herbisida
dan tenaga kerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi
padi di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan.
2. Secara parsial variabel luas lahan, benih, urea, pestisida dan herbisida mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi padi di Kecamatan Penengahan
Kabupaten Lampung Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mustaidah, A. Impor Jagung 2013 Capai 3,2 Juta Ton. 20 Juni 2014.
http://www.investor.co.id/pages/investordailyku/paidsubscription.php
Berita Resmi Statistik BPS. Produksi Padi, Jagung, Dan Kedelai (Angka Sementara Tahun
2013). No. 22/03/ Th. XVII, 3 Maret 2014.
http://www.investor.co.id/pages/investordailyku/paidsubscription.php
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
14
Purwanto, S. 2007. Jagung : Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Departemen Pertanian.
Suryana, S. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di Kabupaten
Blora. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Sirappa, M.P. dan N. Razak. 2010. Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui Pemberian
Pupuk N, P, K dan pupuk Kandang pada Lahan Kering di Maluku. Prosiding Pekan
Serealia Nasional 2010.
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
15
KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BERBAGAI VARIETAS PADI GOGO
(Oryza sativa L.) TERHADAP PEMUPUKAN MAJEMUK NPK
DI ACEH UTARA
Laila Nazirah SP, MP
Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh
Jl. Cot Teungku Nie Reuleut Kecamatan Muara batu Aceh Utara
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menkaji dan mengetahui tanggap pertumbuhan dan produksi
beberapa varietas padi gogo terhadap pemupukan majemuk NPK. Penelitian ini dilaksanakan
di Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara. Penelitian di laksanakan sejak bulan Juni 2013 sampai
Oktober 2013. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk Rancangan Petak Terpisah (RPT)
terdiri dari tiga varietas padi gogo dan tiga taraf pemupukan pupuk majemuk NPK. Petak
Utama adalah tiga varietas padi gogo yaitu Inpago 4 (V1), Inpago 5 (V2) dan Ipago 8(V3).
Anak petak terdiri dari Pemupukan pupuk majemuk NPK dengan dosis 0 kg/ha (P0), 150
kg/ha (P1) dan 250 kg/ha (P2). Ukuran plot 4 m x 4 m. Tolok ukur yang diamati pada
percobaan ini terdiri dari tinggi tanaman (cm), jumlah anakan / rumpun, jumlah anakan
produktif, panjang malai/rumpun, bobot 1000 butir gabah dan produksi gabah kering per
rumpun (gr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas memberikan berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif dan panjang malai pada
setiap waktu pengamatan. Berat 1000 butir dan produksi gabah kering tidak memberikan
berpengaruh nyata. Perlakuan Varietas Inpago 4 (V1) yang terbaik untuk tinggi tanaman,
Inpago 5 (V2) untuk jumlah anakan dan inpago 8 (V3) untuk komponen produksi.
Perlakuan pemupukan majemuk NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi
tanaman 3 MST dan jumlah anakan umur 3 MST, dan tidak berpengaruh nyata pada variable
jumlah anakan produktif, panjang malai, 1000 butir dan produksi gabah kering. Perlakuan
pemupukan NPK yang terbaik untuk semua variable pengamatan terdapat pada taraf 250
kg/ha (P2). Interaksi kedua perlakuan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap
parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, panjang malai, berat
1000 butir dan produksi gabah.
Kata kunci : varietas padi gogo,pupuk majemuk
Abstrac
This study aims to understand the response menkaji and growth and production of some
upland rice varieties to NPK fertilization. This study was conducted in North Aceh Regency
Lhoksukon. The research carried out from June 2013 to October 2013. Study was conducted
in the form of plots Draft Separated (RPT) consists of three upland rice varieties and three
levels of NPK compound fertilizer fertilizing. Main plots were three upland rice varieties
namely Inpago 4 (V1), Inpago 5 (V2) and Ipago 8 (V3). Subplot consisted of NPK compound
fertilizer fertilizing with a dose of 0 kg / ha (P0), 150 kg / ha (P1) and 250 kg / ha (P2). Plot
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
16
size 4 m x 4 m. The benchmarks were observed in this experiment consisted of plant height
(cm), number of tillers / clump, number of productive tillers, panicle length / clump, 1000
grain weight and grain production of dry grain per hill (g). The results showed that the
varieties gave significantly affect plant height, number of tillers, number of productive tillers
and panicle length at each observation time. 1000 grain weight and dry grain production
does not give a significant effect. Varieties of Treatment Inpago 4 (V1) is best for plant
height, Inpago 5 (V2) for the number of tillers and inpago 8 (V3) for component production.
NPK compound fertilizer treatment significantly affect the parameters of plant height and
number of tillers 3 MST MST age 3, and no significant effect on the variable number of
productive tillers, panicle length, 1000 grain and dry grain production. NPK fertilizer
treatment is best for all variables contained observations on the level of 250 kg / ha (P2).
The interaction of the two treatments were not significant effect on the parameters of plant
height, number of tillers, number of productive tillers, panicle length, 1000 grain weight and
grain production
Keywords : varieties of upland rice, compound fertile
PENDAHULUAN
Tantangan pengadaan pangan khususnya beras ke depan akan semakin sulit
mengingat penduduk terus bertambah, tetapi di lain pihak luas sawah irigasi banyak yang
terkonversi untuk kepentingan non pertanian. Hal ini yang menambah sulitnya pemenuhan
kebutuhan beras adalah tingkat produktivitas lahan sawah sudah mengalami kejenuhan dan
cenderung menurun serta adanya perubahan pola makan penduduk dari beberapa daerah
dari non beras ke beras. Kalau dalam waktu dekat tidak ada terobosan baru untuk
memenuhi kebutuhan pangan penduduk ke depan kita akan tergantung beras impor, yang
sudah barang tentu akan memerlukan devisa yang juga terus meningkat (Toha, 2005).
Menurut data BPS 2011 menunjukkan angka produksi padi mencapai 67.31 juta ton
gabah kering atau setara dengan 37.8 juta ton beras. diperkirakan surplus pada akhir tahun
karena volumenya melebihi kebutuhan beras nasional. Produksi beras nasional menurut
angka ramalan pertama sebanyak 37,8 juta ton sedang kebutuhan nasional, dengan asumsi
jumlah penduduk 241,1 juta orang dan konsumsi 139,15 kilogram per kapita per tahun
sebanyak 33,5 juta ton. Jadi meskipun produksinya tidak banyak meningkat, diperkirakan
masih surplus 4,29 juta ton sepanjang tahun 2011. (Rusman 2011) menjelaskan bahwa
angka surplus produksi itu terjadi pada waktu tertentu atau akhir tahun sehingga tidak bisa
menjadi jaminan bahwa sepanjang tahun persediaan beras tak berfluktuasi. Akan tetapi,
produksi tersebut masih belum mampu memenuhi kebutuhan beras nasional. Indonesia
dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 1,4 persen per tahun dan areal panen 11,8 juta
hektar dihadapkan pada ancaman rawan pangan pada tahun 2030 (Yuwanda, 2008). Untuk
mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan usaha meningkatkan produktivitas padi.
Padi gogo merupakan salah satu tanaman yang potensial untuk dikembangkan pada
lahan kering. Pengembangan padi gogo kurang mendapat perhatian karena produktivitasnya
rendah dan padi gogo baru menyumbang sekitar 6% dari total produksi nasional
(Puslitbangtan, 1994).
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
17
Varietas inpago 4, inpago 5 dan inpago 8 merupakan varietas unggul padi gogo
baru yang termasuk dalam golongan care dengan umur genjah dan memiliki potensi hasil
tinggi. Selain itu, lingkungan merupakan faktor pendukung dari kemampuan suatu varietas
untuk meningkatkan produktivitasnya. Menurut Sri Setyati (1993) bahwa interaksi antara
padi dengan faktor lingkungan bisa mempengaruhi pertumbuhan padi.
Penurunan kesuburan tanah akan berdampak kepada produksi tanaman padi.
Pemupukan secara anorganik secara terus menerus secara berlebihan menyebabkan
penurunan unsur hara. Menurut Setyorini (2005). Djaka kirana dan Sabihan, (2007)
menyatakan bahwa, rendahnya kandungan bahan organik tanah disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara penggunaan bahan organik dan hilangnya bahan organik dari
tanah utamanya melalui proses oksidasi biologis dalam tanah.
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi padi gogo adalah pemupukan dengan
dosis yang tepat. Pupuk yang umum digunakan dalam budidaya padi gogo adalah pupuk
majemuk NPK. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kurangnya
unsur hara tersebut adalah pemberian pupuk anorganik seperti Urea, TSP/SP-36 dan KCI,
yang sangat nyata pengaruhnya terhadap tanaman, utamanya pupuk urea, sehingga petani
lebih cenderung menggunakan pupuk Urea dibandingkan dengan TSP dan KCI. Dengan
cara seperti demikian produksi padi secara optimal sulit dicapai, karena kondisi lahan tetap
kekurangan unsur P dan K terus berlanjut. Khususnya K disamping mudah terurai dalam
tanah juga banyak terangkut oleh tanaman waktu panen, sehingga mutlak adanya
penambahan unsur ini setiap saat atau setiap musim tanam. Pemupukan secara berimbang
utamanya keseimbangan antar pupuk Urea, TSP/ SP- 36 dan KCL pada sentra
pengembangan padi di Aceh Utara, perlu dilaksanakan dan diinformasikan kepada petani,
karena umumnya petani hanya menggunakan Urea saja, dengan alasan atau pertimbangan
ekonomis tanpa memperhatikan aspek produktivitas tanaman dan aspek produksi.
Rekomendasi pemupukan berimbang harus didasarkan atas penilaian status dan
dinamika hara dalam tanah serta kebutuhan tanaman, agar pemupukan efektif dan efisien.
BAHAN DAN ALAT
Bahan yang di gunakan adalah : benih padi gogo varietas Inpago 4, Inpago 5 dan
Inpago 8. Pupuk NPK dosis sesuai perlakuan, pestisida, cangkul, garu, parang dan alat-alat
lainnya yang mendukung penelitian.
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penelitian mengacu kepada pola RPT dengan 3
ulangan. Ukuran plot 4 x 4 di tanam dengan cara jajar legowo{(20x25)x30}. Petak Utama
adalah varietas (V) terdiri dari 3 taraf yaitu: V1 = Inpago 4 , V2 = Inpago 5,V3 = Inpago 8.
Anak Petak adalah Pemupukan majemuk NPK (P) terdiri dari 4 taraf yaitu: P0 = 0
kg/ha , P1= 150 kg/ha, P2 = 250 kg/ha.
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman (cm)
Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi tanaman pada umur 3 MST dan 6 MST. Berpengaruh nyata umur 9 MST.
Perlakuan pupuk majemuk NPK berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada
umur 3 MST dan tidak memberikan pengaruh pada umur 6 dan 9 MST.
Tabel 1. Tinggi Tanaman pada Percobaan Tanggap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa
Varietas Padi Gogo Terhadap Pemberian Pupuk Majemuk NPK Umur 3, 6 dan 9 MST
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
3 MST 6 MST 9 MST
Varietas V1 (Varietas Inpago 4) 41.32 a 67.20 a 83.33
b V2 (Varietas Inpago 5) 38.32 b 56.54 ab 75.23
a V3 (Varietas Inpago 8) 37.32 b 55.77 b 72.11
a Pupuk Majemuk NPK P0 ( 0 kg/ha) 37.01 b 58.36 a 72.33a P1 (150 kg/ha) 40.58 a 60.04 a 78.11a P2 (250 kg/ha) 39.42 a 61.43 a 81.68a
Keterangan : Angka-angka dalam kolom sama yang diikuti oleh huruf sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) berdasarkan Uji DMRT
Pada Tabel 1 terlihat bahwa tanaman tertinggi umur 3 , 6 dan 9 MST diperoleh pada
Perlakuan (V1) Varietas Inpago 4 yaitu masing-masing 41.32, 67.20 dan 83.33 dan
terendah terdapat pada (V3) Varietas Inpago 8 yaitu 37.32, 56.54 dan 72, 11. Perlakuan
Pupuk Majemuk NPK tertinggi umur 3 MST di jumpai pada P1 (150 kg/ha) yaitu 40.58 umur
6 dan 9 MST yang tertinggi terdapat pada P2 (250 kg/ha) yaitu 61.43 dan 81.68, sedangkan
terendah dijumpai pada P0 (0 kg/ha) dengan nilai masing-masing 37.01 58.36 dan 72.33.
Jumlah Anakan (batang)
Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan Varietas berpengaruh nyata pada umur
3 MST dan sangat nyata pada umur 6 dan 9 MST. Perlakuan pupuk majemuk NPK
berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada umur 3 MST dan tidak memberikan
pengaruh pada umur 6 dan 9 MST.
Tabel 2. Perkembangan Jumlah Anakan pada Perlakuan Varietas dan pemupukan Majemuk
NPK Umur 3, 6 dan 9 MST
Perlakuan Jumlah Anakan (Batang)
------------------------------------------------------
3 MST 6 MST 9 MST
Varietas
V1 (Varietas Inpago 4) 6.83 ab 10.50 c 14.11 b
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
19
V2 (Varietas Inpago 5) 7.39 a 13.75 a 18.51 a
V3 (Varietas Inpago 8) 6.54 b 12.50 b 15.45 b
Pupuk Majemuk NPK
P0 ( 0 kg/ha) 6.13 b 11.81 a 14.76 a
P1 (150 kg/ha) 7.10 a 12.19 a 16.24 a
P2 (250 kg/ha) 7.53 a 12.82 a 17.07 a
Keterangan : Angka-angka dalam kolom sama yang diikuti oleh huruf sama menunjukkan berbeda tidak
nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) berdasarkan Uji DMRT
Tabel 2 diatas terlihat bahwa jumlah anakan tertinggi umur 3 , 6 dan 9 MST
diperoleh pada Perlakuan (V2) Varietas Inpago 5 yaitu masing-masing 7.39, 13.75 dan
18.51 dan jumlah anakan terendah pada umur 3 MST terdapat pada (V3) Varietas Inpago 8
yaitu 6.54 sedang umur 6 dan 9 MST terdapat pada Inpago 4 (V1) 10.50 dan 14.11.
Perlakuan Pupuk Majemuk NPK pada umur 3 MST memberikan pengaruh sangat nyata dan
terbanyak jumlah anakan terdapat pada P2 (250 kg/ha) yaitu 7.53. Pada umur 6 dan 9 MST
walau tidak berbeda nyata tetapi dengan kasat mata terlihat jumlah anakan tertinggi di
jumpai pada P2( 250 kg/ha) yaitu, 12.82 dan 17.07 sedangkan yang terendah terdapat
pada P0 (0 kg/ha) yaitu 11.81 dan 14.76.
Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Berat 1000 Butir dan produksi Gabah
Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata pada jumlah
anakan produktif dan sangat nyata pada panjang malai tapi berpengaruh tidak nyata
terhadap 1000 butir dan produksi gabah. Perlakuan pupuk Majemuk NPK berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah anakan produktif, panjang malai berat 1000 butir dan produksi
gabah Serta tidak menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan varietas dan pemberian
pupuk majemuk NPK.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Malai, Panjang Malai, Berat 1000 Butir dan Produksi Gabah pada
perlakuan Varietas dan pemupukan
Perlakuan Jumlah Malai Panjang Malai (cm)
Berat 1000 Produksi Gabah
Varietas
V1 (Varietas Inpago 4)
6.32 b 22.62 a 24.59 a 6.92 a
V2 (Varietas Inpago 5)
6.63 ab 19.27 c 24.81 a 6.15 a
V3 (Varietas Inpago 8)
8.01 a 20.27 b 24.96 a 6.47 a
Pupuk Majemuk NPK
P0 ( 0 kg/ha) 6.38 a 20.63 a 23.78 a 5.53 a
P1 (150 kg/ha) 7.20 a 20.74 a 24.70 a 6.84 a
P2 (250 kg/ha) 7.39 a 21.21 a 25.88 a 5.53 a Keterangan : Angka-angka dalam kolom sama yang diikuti oleh huruf sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) berdasarkan UjiDMRT
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
20
Pada Tabel 3 terlihat bahwa jumlah anakan produktif tertinggi dan berat 1000 butir
tertinggi diperoleh pada varietas Inpago 8 (V3) yaitu 8.01 dan 24.96 serta terendah pada
varietas Inpago 4 (V1) yaitu 6.322 dan 4.59. Pada panjang malai dan produksi gabah
varietas Inpago 4 (V1) memiliki jumlah tertinggi pada varietas Inpago 4 (V1) memiliki
jumlah malai tertinggi yaitu 22.62 dan 6.92 dan terendah di temukan pada varietas Inpago
5 (V2) yaitu 19.27 dan 6.15. Perlakuan Pupuk Majemuk NPK pada jumlah anakan produktif,
panjang malai, berat 1000 butir dan produksi gabah tidak berpengaruh nyata tapi secara
kasat mata menunjukkan dosis 250 kg/ha (P2) terbaik yaitu masing 7.39, 21.21, 25.88 dan
5.53 serta terendah terdapat pada 0 kg/ha yaitu masing-masing 6.38, 20.63, 23.78 dan 5.53.
PEMBAHASAN
Tinggi tanaman padi gogo varietas inpago 4 lebih tinggi dan berbeda sangat nyata di
bandingkan varietas lainnya. Varietas padi gogo dengan performance tinggi tanaman yang
rendah adalah varietas inpago 5 dan inpago 8. Varietas Inpago 4 sangat rensponsif
terhadap pemupukan. Dalam deskripsi varietas inpago 4 ini memang mempunyai vigor
pertumbuhan yang lebih tinggi dari Inpago 5 dan Inpago 8 (BPTP 2010). Hal ini di duga di
pengaruhi oleh sifat genetik tanaman. Faktor genetik merupakan faktor yang ada dalam
tanaman tersebut. Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab
keragaman penampilan tanaman dalam hal ini tinggi tanaman. Sesuai dengan pendapat
Mildaerizanti, (2008) bahwa perbedaan tinggi tanaman lebih di tentukan oleh faktor genetik.
Di samping di pengaruhi oleh faktor genetik juga di pengaruhi oleh kondisi lingkungan
tumbuh tanaman. Apabila lingkungan tumbuh sesuai bagi pertumbuhan tanaman maka
dapat meningkatkan produksi tanaman. Keadaan yang bervariasi dari suatu tempat ke
tempat lain dan kebutuhan tanaman akan keadaan lingkungan yang khusus akan
mengakibatkan keragaman pertumbuhan tanaman. (Saragih, 2010) Menyatakan bahwa
varietas inpago 4 sangat adaptif terhadap lingkungan yang kurang baik seperti kekurangan
air waktu budidaya tidak akan mengganggu pembentukan dan pertumbuhan padi.
Pertambahan ukuran tanaman cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya
umur tanaman. Pemupukan pupuk majemuk NPK secara rata-rata tertinggi mencapai 81 cm
di capai pada perlakuan P2 (250 kg/ha).
Jumlah anakan padi gogo varietas inpago 5 lebih banyak dan berbeda sangat nyata
di bandingkan varietas lainnya. Varietas padi gogo dengan jumlah anakan yang rendah
adalah varietas inpago 4 dan inpago 8. Pemupukan NPK meningkatkan jumlah anakan pada
tiga fase pertumbuhan. Jumlah anakan paling banyak di capai pada perlakuan pemupukan
P2 (250 kg/ha) pada dosis pupuk majemuk NPK yang semakin tinggi pertumbuhan jumlah
anakan semakin bertambah karena seperti telah diketahui bahwa nutrisi sangat dibutuhkan
oleh tanaman untuk masa pertumbuhan vegetatif seperti pembentukan jumlah anakan, dan
yang terendah pada P0 (0 kg/ha).
Adanya perbedaan pembentukan jumlah anakan diduga akibat perbedaan
ketersediaan hara didalam tanah yang mempengaruhi ketersediaan hara didalam tanaman.
Hal ini terbukti dengan makin rendah dosis pupuk NPK majemuk yang diberikan maka
pembentukan jumlah anakan makin rendah. Pupuk majemuk NPK bagi tanaman padi
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
21
berperan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun), meningkatkan
jumlah anakan, meningkatkan jumlah bulir/ rumpun. Kekurangan unsur hara makro
menyebabkan pertumbuhan menjadi kerdil, daun tampak kekuning-kuningan dan sistem
perakaran terbatas.
Jumlah anakan produktif varietas Inpago 8 mempunyai pertumbuhan jumlah anakan
produktif lebih banyak di banding varietas inpago 4 dan inpago 5. Pada deskripsi terlihat
bahwa jumlah anakan produktif untuk inpago 8 lebih rendah dari inpago 5 dan hampir
setara dengan Inpago 4, kemungkinan faktor genetik dari varietas yang mempunyai fungsi
lebih baik untuk adaptasi pada kondisi tanah tersebut. Hasil ini bertolak belakang dengan
data pertumbuhan tanaman. Tampaknya tanaman yang pertumbuhannya tinggi hanya
mampu menghasilkan jumlah anakan produktif yang lebih sedikit.
Panjang malai tertinggi di jumpai pada varietas Inpago 4 dan terendah di capai di
Inpago 5 dan inpago 8. Panjang malai biasanya berhubungan dengan hasil tanaman padi
dimana semakin panjang malai diharapkan semakin banyak jumlah gabah total sebagaimana
disampaikan oleh Khairullah et al (2001) yang melaporkan adanya kecenderungan
peningkatan hasil gabah pada malai yang lebih panjang. Pupuk NPK berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan komponen hasil padi, menurut Krismawati (2007), penggunaan pupuk
NPK dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, berat gabah, bobot
1000 butir dan hasil varietas Situ Patenggang. Tingginya produksi kultivar mungkin
disebabkan oleh faktor genetik dari kultivar tersebut yang memang mempunyai potensi
hasil yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mildaerizanti,
(2008) yang mencatat bahwa dilihat dari segi hasil varietas Limboto mampu mencapai hasil
3,6 ton ha-1 dan Seratus Malam 2,08 ton ha-1 di daerah aliran sungai (DAS).
Berat 1000 butir walau tidak memberikan pengararuh yang nyata tetapi secara kasat
mata terlihat varietas Inpago 8 mempunyai berat 1000 butir terberat di banding kedua
varietas inpago 5 dan inpago 4. Berdasarkan deskripsi varietas Inpago 8 terlihat memiliki
berat terbanyak di banding kedua varietas lainnya kemungkinan faktor genetik dari varietas
ini yang mempunyai fungsi lebih baik untuk adaptasi pada kondisi tanah tersebut.
Sedangkan Produksi gabah tertinggi di jumpai pada varietas Inpago 4 dan terendah di capai
pada Inpago 5, hal ini membuktikan bahwa panjang malai sinergis dengan produksi
tanaman padi gogo yaitu di peroleh pada Inpago 4. Walau tidak berbeda nyata Namun
secara kasat mata memberikan produksi tertinggi sedangkan pada deskripsi varietas
tersebut tidak setinggi produksi Inpago 8. Dengan pemupukan pupuk majemuk NPK pada
dosis (250 kg/ha) mampu meningkatkan berat 1000 butir dan produksi gabah.
Setara dengan hasil percontohan yang di lakukan di Aceh Timur terhadap bebrapa
varietas padi gogo inpago 8 (5,9 ton/ha) inpago 6 (5,5 ton/ha) inpago 5 (4,5 ton/ha) dan
Inpago 4 (6.0 ton/ha). Inpago 4 berada pada urutan tertinggi dikarenakan adaptif terhadap
lingkungan setempat (BPTP Aceh, 2013).
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
22
KESIMPULAN
Varietas memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan,
jumlah anakan produktif dan panjang malai terhadap setiap waktu pengamatan. Sedangkan
berat 1000 butir dan produksi gabah kering tidak memberikan pengaruh nyata. Perlakuan
Varietas Inpago 4 (V1) yang terbaik untuk tinggi tanaman dan untuk komponen produksi
sedangkan untuk jumlah anakan yang terbanyak diperoleh pada Inpago 5 (V2) .
Perlakuan pemupukan NPK berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman
3 MST dan jumlah anakan umur 3 MST, dan tidak berpengaruh nyata pada variable jumlah
anakan produktif, panjang malai, 1000 butir dan produksi gabah kering. Perlakuan
pemupukan majemuk NPK yang terbaik untuk semua variable pengamatan terdapat pada
taraf 250 kg/ha (P2).
Interaksi kedua perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap parameter
tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, panjang malai, berat 1000 butir
dan produksi gabah.
DAFTAR PUSTAKA
BPTP 2013. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Aceh
BPTP. 2011. Padi. Pusat penelitian Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Bogor.
Khairullah , I, S. Subowo, dan S. Sulaiman. 2001. Daya hasil dan penampilan fenotipik galur-
galur harapan padi lahan pasang surut di Kalimantan Selatan. Prosiding Kongres IV
dan Simposium Nasional Perhipi. Peran Pemuliaan dalam Memakmurkan Bangsa.
Peripi Komda DIY dan Fak. Pertanian Universitas Gajah Mada. p. 169- 174
Puslitbangtan. 1994. Perkembangan Perbenihan Padi dan Palawija di Indonesia. Direktorat
Bina Produksi Padi dan Palawija. Jakarta.
Rusman, 2011. Produksi Beras 2011 Diperkirakan 37 Juta Ton. Jakarta (Antara News)
Selasa, 1 Maret 2011.
Toha, H.M,. 2005. Padi Gogo dan Pola Pengembangannya. Balai Penelitian Tanaman Padi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Sri Setyati Harjadi. (1993). Pengantar Agronomi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Setyorini, D., S. Rasti, dan K.A. Ea. 2006. Kompas: Pupuk organik dan pupuk hayati.
Seminar sehari penggunaan pupuk organik BPTP. Yogyakarta.h: 11 40.
Saragih, I,. 2010. Penyuluhan pertanian (Materi spesifik Lokalita) Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia pertanian. Kementrian pertanian.
Sutanto, A., B. Hadisutrisno, dan Tjokrosoedarsono, A. 1995. Peranan Anasir Cuaca
Terhadap Perkembangan Penyakit Cacar The Di Perkebunan The NV. Tambi
Wonosobo. Di Dalam Prosiding Kongres Nasional PFI Mataram.
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
23
PENAMPILAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH
PADA DUA LINGKUNGAN TUMBUH
Rr. Ernawati, Dian Meithasari, dan Junita Barus
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung
Jl. Z.A Pagar Alam No. 1a. Rajabasa. BandarLampung
Email: [email protected]
Abstrak
Pengujian varietas unggul baru padi sawah untuk mengevaluasi penampilan pertumbuhan
tanaman dan hasil telah dilakukan pada dua lingkungan tumbuh yaitu wilayah sektor
perbenihan formal(SPF) dan wilayah sektor perbenihan informal(SPI) di Kabupaten
Pringsewu-Lampung pada MK 2013. Perlakuan Varietas Unggul Baru padi yang dikaji adalah
Inpari 10, Inpari 14, Inpari 15, Inpari 16, serta Ciherang dan Mekongga sebagai
pembanding. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 ulangan, petani
kooperator sebagai ulangan. Pertanaman dipupuk Urea, SP36, dan KCl dengan dosis
berturut-turut 250 kg, 100 kg dan 50 kg/ha. Hasil kajian menunjukkan bahwa penampilan
pertumbuhan tanaman Varietas Unggul Baru padi hampir sama pada kedua lingkungan
tumbuh baik di wilayah SPF maupun SPI,namun terhadap penampilan hasil, rata-rata
tanaman yang di wilayah SPI menghasilkan lebih tinggi dibanding yang ada di wilayah SPF,
tertinggi ditunjukkan oleh varietas Inpari 10.
Kata kunci : keragaan,varietas, unggul, baru,beda, lingkungan,tumbuh
Abstract
The test of new lowland rice varieties to evaluate the performance of plant growth and yield
have been conducted on two environments, namely the region of formal seed sector and the
region of informal seed sector in the District of Pringsewu, Province of Lampung on dry
season of 2013. The treatment of new rice varieties that studied were Inpari 10, Inpari 14,
Inpari 15, Inpari 16, as well as a comparison Ciherang and Mekongga. The design was
Randomized Block Design with five replications, farmer cooperators as replicates. The
plantation was fertilized by urea, SP36 and KCl with doses of 250 kg, 100 kg and 50 kg/ha,
respectively. The result indicated that the appearance of new lowland rice varieties was
almost the same in both environments, the region of formal seed sector and the region of
informal seed sector, but the appearance of the yields, the average yield in the region of
informal seed sector was higher than in the region of formal seed sector, indicated by the
highest Inpari 10.
Key words : performance, new varieties, different environment, grow
mailto:[email protected]
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
24
PENDAHULUAN
Produksi padi terus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang
terus bertambah. Kebutuhan beras nasional dewasa ini telah menyentuh angka lebih dari
30 juta ton per tahun. Disisi lain, tantangan yang dihadapi dalam pengadaan produksi padi
semakin berat. Laju pertumbuhan penduduk dan tingkat konsumsi beras yang relatif masih
tinggi menuntut peningkatan produksi yang sinambung, sementara sebagian lahan sawah
yang subur telah beralih fungsi untuk usaha lainnya. Perubahan iklim global juga menjadi
ancaman bagi upaya peningkatan produksi pangan, khususnya padi. Ancaman kekeringan
dimusim kemarau dan kebanjiran dimusim hujan sudah semakin sering melanda
pertanaman petani. Naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global telah
menyebabkan semakin meluasnya lahan salin yang mengancam produksi padi (Departemen
Pertanian, 2009).
Dari masalah tersebut di atas, salah satu solusinya adalah menggunakan varietas
yang sesuai dengan kondisi lokasi dan alam setempat. Penggunaan varietas unggul yang
cocok dan adaptif merupakan salah satu komponen teknologi yang nyata kontribusinya
terhadap peningkatan produktivitas tanaman dan dapat dengan cepat diadopsi petani
karena murah dan penggunaannya lebih praktis. Karena keterbatasan pengetahuan petani
akan varietas yang cocok ditanam, menyebabkan petani menggunakan varietas-varietas
yang seadanya. Padahal, Badan Litbang Pertanian telah banyak menghasilkan varietas-
varietas unggul, namun penyebarannya dirasakan sangat lambat. Untuk itu diperlukan
upaya percepatan diseminasi agar penyebarannya langsung sampai ke pengguna.,sehingga
masyarakat petani dapat lebih mengenal dan dapat memilih varietas sesuai kemampuan
adaptasinya. Adopsi varietas unggul telah terbukti mampu meningkatkan produksi padi dan
pendapatan petani. Agar dapat tersebar dan teradopsinya VUB padi kepada petani dilakukan
display dalam bentuk kajian di wilayah sentra padi.
Sejak dimulainya penelitian padi sampai tahun 2008, pemerintah telah melepas
sekitar 234 varietas unggul padi, 71 varietas diantaranya adalah merupakan Varietas
Unggul Baru (VUB), 54 VUB dilepas pada periode tahun 1985 2003, dan selanjutnya pada
tahun 2004-2008 dilepas 17 varietas, terdiri dari 14 varietas padi sawah irigasi dan 3
varietas padi rawa. (Suprihatno et al,2009).
Dalam rangka introduksi dan penyebaran varietas unggul baru, keberadaan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di tiap provinsi sangat berkontribusi terhadap
percepatan dan penyebarluasan varietas unggul baru (Badan Litbang Pertanian, 2007).
Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi pertumbuhan dan hasil
beberapa VUB padi yang ditanam pada dua lingkungan tumbuh,yaitu di wilayah sektor
perbenihan formal (SPF) dan di wilayah sektor perbenihan informal (SPI) di Lampung.
BAHAN DAN METODA
Kegiatan Display Varietas Unggul Baru Padi perlu dilakukan di wilayah sentra padi ,
sebaiknya sekaligus pada wilayah yang biasa memproduksi benih unggul bersertifikat
( Sektor Perbenihan Formal) maupun wilayah yang pada umumnya belum pernah
Prosiding Seminar Regional Wilayah Sumatera 2014
25
menangkarkan dan memproduksi benih bersertifikat, yaitu disebut sebagai Sektor
Perbenihan Informal (Kementerian Pertanian, 2012). Kegiatan Kajian dilakukan di Wilayah
Sektor Perbenihan Formal dan Informal dilaksanakan di Kabupaten Pringsewu merupakan
salah satu Kabupaten sentra padi di Lampung, mulai bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014
. Pelaksana tanam di wilayah sektor perbenihan informal (SPI) adalah Kelompok tani Tunas
Makmur di Desa Tanjung Dalam Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu, sedangkan di
wilayah sektor perbenihan formal (SPF) adalah petani penangkar benih yang masuk sebagai
produsen benih Dewi Sri di Desa Wates Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.
Pertanaman dipupuk Urea, SP36, dan KCl dengan dosis berturut-turut 250 kg, 100 kg dan
50 kg/ha. Pengkajian ini di laksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
dengan enam perlakuan varietas padi (Tabel 1), yaitu: 4 (empat) varietas unggul baru
(Inpari 10, Inpari 14, Inpari 15, Inpari 16) dan 2 (dua) varietas pembanding (Ciherang dan
Mekongga) adalah varietas yang biasa digunakan petani setempat yang dikaji pada dua
lingkungan tumbuh, di sektor perbenihan formal (SPF) dan di secktor perbenihan informal
(SPI).dengan 5 (lima) ulangan ,petani sebagai ulangan.
Tabel 1. Perlakuan