Prosedur Tindakan Tekhnik Operasi Phacoemulsifikasi
Terdapat beberapa hal penting pada bedah katarak fakoemulifikasi dengan
penanaman lensa intraokuler, yang sangat erat kaitanya dengan reaksi inflamasi pasca
bedah. Adapun beberapa hal tersebut adalah : 4
a. Pemberian asam mefenamat 500 mg atau indometasin 50 mg peroral 1 – 2 jam
sebelum operasi.
b. Anastesi local pada mata yang ingin dioperasi dengan cara menyuntukkan langsung
melalui palpebra bagian atas dan bawah
c. Operator kemudian menekan bola mata dengan tanggannya untuk melihat apakah ada
kemungkinan perdarahan, dan juga dapat merendahkan tekanan intraokuler.
d. Operator melihat melalui sebuah mikroskip dan membuat insisi sepanjang kira-kira
3mm pada sisi kornea yang teranestesi.
e. Kapsulotomi anterior dengan menggunakan jarum kapsulotomi melalui insisi kecil
pada kornea.
f. Setelah insisi dilakukan, suatu cairan viscoelastik dimasukan untuk mengurangi
getaran pada jaringan intraokuler.
g. Dilakukan hidrodiseksi dan hidrodilemenesi untuk memisahkan inti lensa dari korteks
kemudian dilakukan fakoemulsifikasi dengan teknik horizontal choop menggunakan
mesin fako unit.
h. Korteks lensa dikeluarkan dengan cara irigasi aspirasi menggunakan mesin fako unit .
i. Insersi lensa intraokuler foldauble pada bilik mata belakang dilakukan secara in the
bag, setelah sebelumnya diberikan bahan viskoelastik untuk mengurangi komplikasi.
j. Bahan viskoelastik dikeluarkan dengan cara irigasi aspirasi menggunakan mesin fako
unit.
k. Luka operasi ditutup tanpa jahitan.
l. Diberikan suntikan antibiotika (Gentamisin) 0,5 ml dan kortikostroid (Kortison Asetat)
0,5 ml, subkonjutiva.
m. Pasca bedah diberikan tetes mata antibiotika (Neomycin-Polymixin B) dan anti
inflamasi (Deksametason) 0,1 ml., setiap 8 jam sekali.
Gambar1. Insisi kornea
Gambar2. Tindakan kapsulorhexis
Gambar3. Hidrodiseksi
Gambar4. Pembuatan alur pada Nukleus
Gambar5. Pemecahan Nukleus
Gambar6. Pecahan nukleus diaspirasi
Gambar 7. Aspirasi Korteks Lensa
Gambar 8. Injeksi Vibroelastic pada Kapsul
Gambar 9. Insisi diperlebar
Gambar 10. Pemasukan Intraokular lensa
Gambar 11. Proses pemasangan IOL
Gambar 12. IOL disesuaikan dengan posisi lensa sebelumnya
Inflamasi Pasca Bedah Phaecoemulsifikasi
Pada setiap tindakan bedah katarak fakoemulsifikasi, bahkan pada pembedahan yang
sangat hati-hati sekalipun, akan selalu diikuti oleh beberapa komplikasi sebagai berikut.
Iritis atau iridosiklitis
Hal ini terjadi akibat adanya manipulasi iris, lisis dari zonula, adanya tindakan
irigasi pada bilik mata depan, serta adanya kemungkinan sisa Materi lensa yang
tertinggal. Biasanya iritis terjadi minimal dan dapat menghilang dengan
sendirinya, tanpa meninggalkan bekas yang permanen. Tetapi pada beberapa
kasus dapat terjadi dimana reaksi tersebut tidak cepat menghilang dan cendrung
menjadi kronis atau bertambah berat, sehingga dapat menimbulkan berbagai
penyulit yang lain seperti penurunan tajam penglihatan, pembentukan membrane
pada pupil, terjadinya sinekia anterior atau posperior, glaucoma skunder dan lain-
lain.
Inflamasi pasca bedah katarak fakoemulsifikasi ditandai dengan rasa tidak
nyaman (discomfort) pada mata hingga rasa nyeri, hiperemi konjungtiva dan
prikornea, serta adanya flare dan sel pada bilik mata depan.3,4
Ruptur Kapsula lensa Posterior2
Tanda :
COA yang dangkal atau dalam secara mendadak, dan dilatasi pupil yang
hanya sementara.
Jatuhnya nukleus lensa dan tidak dapat didekati oleh ujung dari alat fako
Vitreus yang ikut teraspirasi kedalam alat fako ditandai dengan bahan material
lens yang ikut terasspirasi perlahan-lahan.
Cairan vitreus yang dapat dilihat secara langsung
Management:tergangung dari besarnya, ukuran, dan tipe dari sisa material lensa,
dan presentasi kemungkinan dari prolaps vitreus. Prinsipnya adakah sebagai
berikut:
Bahan vibroelastik (Viscoat) disuntikkan di bagian posterior dari nukleus
dengan tujuan bahan tersebut masuk ke COA dan mencegah herniasi dari
vitreus ke arah anterior. Jika inti nukleus masih dalam keadaan utuh perlu
dipertmbangkan untuk melakukan EKEK penggunaan alat vitrektor juga
diketahui dapat menghilangkan sisa dari cairan vitreus yang masih berada
pada fragmen nukleus.
Sayatan dapat diperbesar tergantung dari ukuran lensa Glide yang
diletakan dibelakang dari fragmen lensa untuk mencegah terjadinya defect
pada kapsul..
Sisa dari fragmen nukleus di bersihkan dengan menggunakan alat fako
dengan ketinggian botol yang rendah dan tekanan aspirasi flow rate (AFR)
yang rendah., atau jika sisa dari fragmennya berukuran besar bisa
digunakan tekhnik viscoexpression.
Setelah sisa dari nukleus dibersihkan, ruang COA diisi dengan bahan
viscoelastik dan dilakukan manual aspirasi cannula dengan cara irigasi.
Sisa dari korteks di bersihkan,
Semua cairan vitreus harus dibersihkan dari COA dengan menggunakan
alat vitrektor yang dimasukan melalui sayatan menuju robekan pada
kapsular posterior. Dengan tekhnik bimanual dilakukan pemisahan dengan
menggunakan infus dan alat pemotong khusus. Dalam beberapa kasus
sering dibantu dengan visualisasi dari cairan vitreus dengan menggunakan
trypan blue 0,06% (vision Blue) atau 0,1mg Triamsinolon.
Jika robekan pada kapsular posterior kecil, perlu tindakan yang hati-hati
dalam mengimplantasi IOL posterior karena dapat terjadinya
capsulorhexis.
Penggunaan asetilcolin (miochol) dapat membuat dilatasi pupil sehingga
mempermudah implantasi IOL di COP atau menginsersi IOL pada COA.
Pada kasus kebocoran kapsular, dibutuhkan implantasi dari IOL di COA.
Dapat dilakukan iridektomi untuk mencegah terjadinya blok pupil.
Penjahitan dari bekas sayatan, walaupun dapat tertutup dengan sendirinya.
Gambar 13. Ruptur Kapsula Posterior
Gambar 14. Pemasukan IOL kedalam COA
Fragmen Lensa terlepas ke Posterior2
Dislokasi dari material lensa ke arah area vitreus akibat dari ruptunrya kapsula
posterior sering terjadi. Tetapi untukasus yang serius sering diakibatkan oleh
glaucoma, uveitis kronik, robeknya retina, atau udem cystoid makular kronik.
Sebelum pengobatan, perlu ditangani adanya uveitis atau peningkatan TIO
terlebih dahulu. jika fragmen kecil, cukup digunakan pengobatan konservatif,
tetapi jika fragmen besar dapat digunakan pengambilan dengan tekhnik pars
plana vitrektomi.
Dislokasi Posterior dari IOL2
Dislokasi dari IOL kedalam daerah vitreus sebenarnya jarang terjadi tetapi dapat
menimbulkan komplikasi yang serius jika disertai dengan lepasnya material dari
lensa. Jika IOL terlepas ke arah posterior dapat menyebabkan pedarahan pada
vitreus, robekan retina, uveitus, dan udemcystoid makular kronik. Penanganannya
dengan cara dilakukan pars plana vitrectomi untuk mengambil, mereposisi atau
mengganti dari IOL tersebut.
Gambar 15. IOL didalam Retina Gambar 16. IOL dan Fragmen
nuklear dalam vitreus
Perdarahan Suprachoroidalis2
Disebabkan oleh karena ruptur dari arteri ciliaris posterior. Pada kasus yang berat
mungkin disebabkan oleh karena tekanan dari intraokular. Insidens dari
komplikasi ini sudah jarang terjadi (0,04%) dengan adanya phacoemulsifikasi.
Faktor yang mendukung terjadinya komplikasi ini adalah dari usia, adanya
glaucoma, penyakit cardiovaskular sistemik, robeknya vitreus, dan tindakan
EKEK tanpa Phacoemulsifikasi.
Tanda:
COA yang dangkal dan progresif, pem=ningkatan Tekanan Intraokuler,
prolaps iris.
Tekanan vitreus yang meninggi, pada funduskopi terlihat partikel bebas
dan tampak titik hitam dibelakang dari pupil.
Dalam kasus yang berat, segmen posterior tertekan kearah COA melalui
robekan yang terjadi.
Penanganan segera:
COA diisi dengan bahan viscoelastik jenis cohesive lalu tempat insisi
dijahit kembali.
Bahan viscoelastic harus ditempatkan dalam bola mata untuk menjaga
Tekanan Intraokular dan menyumbat perdarahan.
Menurunkan Tekanan Intraokular dengan obat asetazolamide .
Pengobatan postoperatif dengan menggunakan topikal dan sistemik
steroid dapat mengurangi peradangan intraokular.
Penanganan lanjut:
Jika tidak dapat terjadi absorpsi spontan, perlu dilakukan tindakan
oengkentian perdarahan pada 7-14 hari kemudian dimana harus
menunggu dari pencairan bekuan darah. Prognosis dari penglihatan
tergantung dari besarnya perdarahan yang terjadi. Mungkin dibutuhkan
pars plana vitrectomi untuk menghentikan perdarahan akibat dari
robeknya retina. Jika penanganan tepat, dapat dilakukan operasi
katarak setelah 1-2 minggu kemudian.
Top Related