i
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
MODULASI SISTEM IMUN AYAM KAMPUNG MENGGUNAKAN
LIMBAH PUPA SUTRA
BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh :
Mia Sumiati G34120018/2012
Achmad Alfiyan G34120013/2012
Pristina Tuti Wijayanti G34120060/2012
Vinna Windy Putri G34120095/2012
Wildan Mubarok G34120103/2012
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
RINGKASAN…………………………………………………………….., iv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………... 3
1.4 Luaran yang Diharapkan……………………………………… 3
1.5 Manfaat Penelitian……………………………………………. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 3
2.1. Deskripsi Ayam Kampung…………………………………… 3
2.2. Penyebab Kematian Ayam………………………………….... 4
2.3. Pengaruh Sistem Imun Terhadap Kualitas Daging dan Telur… 5
BAB III METODE DAN PENELITIAN ………………………………… 5
3.1. Lokasi dan Waktu…………………………………………….. 5
3.2. Alat dan Bahan ………………………………………………. 5
3.3. Alur Penelitian……………………………………………….. 6
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN………………………….. 7
4.1. Anggaran Biaya………………………………………………. 7
4.2. Jadwal Kegiatan……………………………………………… 7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 8
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………….. 10
iv
RINGKASAN
Usaha peternakan ayam kampung merupakan salah satu usaha yang
berpotensi cukup besar untuk menunjang keluarga di pedesaan. Beberapa daerah
menjadikan ayam lokal menjadi satu-satunya sumber pendapatan tunai pada
musim kemarau panjang. Pemeliharaan yang masih tradisional menyebabkan
usaha ayam kampung tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar dibandingkan
dengan usaha ayam potong. Pengusaha ayam potong memberikan perlakuan
penggemukan dengan penggemuk untuk memperoleh daging lebih banyak dan
memberikan vaksin sebagai antisipasi terhadap penyakit. Sebaliknya, pengusaha
ayam kampung tidak memberikan vaksin maupun perlakuan untuk meningkatkan
imun karena kurangnya pengetahuan pengusaha.
Pupa ulat sutra kaya akan nutrisi, terutama kandungan protein dan asam
lemak tidak jenuh. Pupa ulat sutra juga mengandung vitamin B2, vitamin B1,
asam nikotinat, dan asam folat. Dalam hal ketersediaan, pupa ulat sutra yang
merupakan limbah dari industri peternakan ulat sutra, ada dalam jumlah yang
besar, murah dan belum dioptirnalkan pemanfaatannya. Struktur pupa memiliki
kandungan sistem imun yang tinggi. Peningkatan sistem imun dapat
meningkatkan ketahanan ayam kampung terhadap penyakit akibat infeksi virus flu
burung, bakteri, protozoa, dan parasit. Oleh karena hal tersebut penelitian
terhadap modulasi sistem imun ayam perlu dilakukan untuk mengurangi kematian
ayam yang akan merugikan peternak kecil di pedesaan.
Penelitian akan dilakukan dalam enam tahap, yakni pengeringan pupa ulat
sutra, pengekstrakan pupa ulat sutra yang telah kering, pencampuran hasil
ekstraksi pupa ulat sutra ke dalam pakan ayam, pemeliharaan ayam, pengambilan
darah ayam, dan pengecekan darah yang telah diambil. Pupa ulat sutra kering
dihancurkan, dilarutkan, dan diendapkan untuk memperoleh ekstrak. Ekstrak
ditampung dalam gelas ukur dan dicampurkan ke dalam pakan ayam standar
konsentrasi 0 %, 1 %, dan 10%, masing-masing pada 5 ekor ayam d.o.c dan ayam
remaja. Ayam d.o.c dan ayam remaja dipelihara selama dua bulan dan diberi
pakan yang telah dicampur dengan ekstrak pupa ulat sutra. Darah ayam diambil
dengan menggunakan suntikan, pengambilan pada jam ke-0, ke-6, ke-24, dan ke
72 setelah diberikan pakan ayam standar + ekstrak pupa ulat sutra. Darah yang
telah diambil sebagian diambil untuk dihitung sel darah merah dan sel darah putih.
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Ayam kampung memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk
unggulan dalam upaya menunjang ketahanan pangan dan meningkatkan
kesejahteraan petani. Peternak ayam kampung merupakan sebagian besar petani di
pedesaan, sehingga selama ini usaha ternak ayam kampung hanya berskala kecil
dan tanpa teknologi. Usaha ternak ayam kampung dapat dikembangkan dengan
menerapkan teknologi maju sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan
pendapatan peternak (Nataamijaya 2010).
Di Negara berkembang, usaha ternak ayam kampung berperan penting
dalam meningkatkan pendapatan masyarakat karena usaha tersebut melibatkan
sebagian besar penduduk miskin (Sonaiya 2007). Saat ini permintaan terhadap
produk peternakan meningkat setiap tahun, seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk serta meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya mengonsumsi pangan yang bergizi. Namun peningkatan permintaan
tersebut tidak diikuti dengan hasil peternakan ayam yang dikembangkan di desa,
sehingga peternak tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar dan tidak mendapatkan
keuntungan secara maksimum. Keadaan ini akan semakin parah pada saat mulai
diberlakukannya World Trade Organization (WTO) 2020, yang memungkinkan
produk impor dengan segala keunggulannya menyerbu pasar Indonesia.
Ayam kampung merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat
miskin, khususnya di pedesaan.Masyarakat pedesaan umumnya memelihara ayam
kampung untuk kebutuhan sendiri seperti daging, telur maupun sebagai tabungan
yang sewaktu-waktu dapat diuangkan. Masih jarang sekali masyarakat pedesaan
yang mengembangkan usaha ayam kampung skala besar. Padahal usaha
peternakan ayam kampung akan membuka peluang kerja yang besar karena
bersifat padat karya dibandingkan industri ayam ras yang bersifat padat modal.
(Nataamijaya 2010).
Ayam kampung memiliki daging yang sangat diminati masyarakat karena
rasanya yang enak dan rendah lemak, sehingga permintaan pasar akan ayam
kampung terus meningkat. Daging ayam kampung selain lebih gurih juga
memiliki kandungan lemak yang rendah, hal ini merupakan salah satu nilai jual
ayam kampung (Suryo et al. 2012). Beberapa keunggulan ayam kampung adalah
preferensi konsumen terhadap daging dan telurnya cukup tinggi karena dapat
dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat, harga relatif stabil dan tinggi,
pemasaran mudah, dan daya adaptasinya tinggi terhadap berbagai kondisi
(Resnawati 2010). Daging ayam kampung memiliki kolesterol yang lebih rendah
dibandingkan ayam broiler. Telur ayam kampung dapat meningkatkan stamina
atau vitalitas (Krista & Harianto 2010). Ayam kampung merupakan salah satu
penyumbang protein hewani bagi masyarakat karena mudah didapat dan mudah
disajikan dibandingkan protein hewani lain (Singarimbun et al. 2013).Pengusaha
ayam potong memberikan perlakuan penggemukan dengan penggemuk untuk
2
memperoleh daging lebih banyak dan memberikan vaksin sebagai antisipasi
terhadap penyakit. Sebaliknya, pengusaha ayam kampung tidak memberikan
vaksin maupun perlakuan untuk meningkatkan imun karena kurangnya
pengetahuan pengusaha.
Penyakit pada ayam lokal umumnya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri,
protozoa, dan parasit (Nataamijaya 2010). Penyakit lain yang sering menyerang
ayam dan menimbulkan kerugian besar adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus, seperti tetelo (Newcastle disease/ND) (Orsi et al. 2010), cacar (avian pox)
(Islam et al. 2008), gumboro (infectious bursal disease) (Mazengia et al. 2009),
dan infectious bronchitis (Jones 1997), marek (Lobago dan Woldemeskel 2004).
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri, yaitu coryza/snot (Mouahid et al. 1991),
berak kapur/pulorum (Damayanti et al. 2009), kolera (Zhang et al. 2004), chronic
respiratory disease/CRD, dan Colibacillosis (Rahman et al. 2004). Penyakit juga
disebabkan oleh protozoa seperti koksidiosis (Marusich et al. 1972) atau parasit
seperti cacingan (Damayanti et al. 2009).
Larvaulat sutera, Bombyx mori, bersifat fitofagus. Ia bertindak sebagai
bioakumulan dari material organik yang ada dalam daun yang dimakannya. Ketika
larva membentuk pupa, beragam jenis molekul polisakarida dalam jumlah yang
sangat kecil ada di dalamnya.Freitak et al. (2003) menuliskan bahwa beberapa
jenis molekul polisakarida yang membentuk struktur pupabisa merangsang sistem
imun dan beberapa jenis molekul yang lain bisa menekan sistem imun secara non
spesifik. Jika pupa ditambahkan pada pakan ayam secara utuh maka pupa bisa
dipandang sebagai sumber nutrisi yang tidak berkaitan dengan sistem imun ayam.
Hal yang lain adalah jika dilakukan pemisahan terhadap molekul-molekul
penyusun struktur pupa maka beberapa jenis molekul polisakaridanya bisa
memodulasi (merangsang) sistem imun ayam. Modulasi sistem imun ini akhirnya
dapat meningkatkan ketahanan ayam kampung terhadap penyakit akibat infeksi
virus flu burung, bakteri, protozoa, dan parasit, secara non spesifik. Oleh karena
itu penelitian terhadap modulasi sistem imun ayam perlu dilakukan untuk
merangsang sistem imun sehingga dapat mengurangi kematian ayam yang akan
merugikan peternak kecil di pedesaan.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang permasalahan di atas adalah :
1. Dibutuhkan inovasi baru yang dapat meningkatkan sistem imun ayam
kampung.
2. Kematian ayam kampung yang tinggi perlu diturunkan.
3. Penyebab kematian ayam kampung yaitu infeksi dari bakteri dan virus
yang dapat dicegah dengan memperkuat sistem imun.
3
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui efektivitas ekstrak pupa ulat sutera dalam meningkatkan
sistem imun ayam kampung.
2. Mendapatkan formula yang tepat untuk meningkatkan sistem imun ayam
kampungmenggunakan pupa ulat sutera.
1.4. Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Dihasilkan formula yang efektif untuk meningkatkan sistem imun ayam
kampung dari limbah pupa.
2. Publikasi hasil penelitian ini di forum regional, nasional atau internasional.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi masyarakat secara umum yaitu pemanfaatan limbah pupa untuk
meningkatkan sistem imun ayam kampung. Penelitian ini bagi institusi diharapkan
dapat membantu mengembangkan Tridharma Perguruan Tinggi dengan
memunculkan berbagai inovasi baru yang bermanfaat bagi kegiatan belajar
mengajar, baik bagi mahasiswa maupun dosen. Selain itu,mampu menginisiasi
subjek-subjek penelitian yang meningkatkan pemanfaatan semaksimal mungkin
sumber daya alam yang ada tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan dengan
tetap memperhatikan dan berpegang teguh pada pelestariannya, serta
meningkatkan kegiatan pengabdian pada masyarakat melalui aplikasi diantara
teknologi tepat guna yang dihasilkan melalui penelitian-penelitian terkait.
Bagi mahasiswa, penelitian ini akan berguna sebagai proses belajar dalam
membangun ide penelitian, kepedulian terhadap lingkungan, mengembangkan
wawasan dalam dunia peternakan secara luas, belajar bekerja sama dalam suatu
tim untuk menjaga kekompakan, kepercayaan, saling menghargai pendapat,
meningkatkan hard dan soft skill dan hands on experience, serta meningkatkan
kemampuan managerial skill tim.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Ayam Kampung
Ayam kampung dikembangkan dari ayam hutan, dan sekarang populasinya
ditaksir mencapai 157 juta ekor yang menyumbang 20 sampai 40% telur dan 25%
daging yang dikonsumsi di dalam negeri (Departemen Pertanian 1989).
Disamping populasinya yang besar, ayam kampung juga mempunyai beberapa
kelebihan yaitu menyebar luas di seluruh pelosok tanah air, telah beradaptasi
dengan lingkungan setempat dan lebih tahan terhadap penyakit. Disamping itu
ayam kampung lebih memungkinkan untuk dikembangkan sebagai peternakan
rakyat mengingat bahwa ayam kampung tidak memerlukan modal yang besar,
4
mudah dalam pemeliharaannya, daya adaptasinya tinggi, serta daging dan telurnya
lebih disenangi oleh masyarakat untuk kepentingan tertentu, seperti untuk
campuran jamu dan keperluan lain sehingga harganya relatif tinggi dan stabil
(Departemen Pertanian 1984).
Produksi daging ayam kampung di Indonesia sebanyak 349.000 ton
(16%). Rumah tangga peternak ayam kampung di Jateng ada 4.347.262, berarti
sekitar 50 % dari jumlah total 8.352.000 rumah tangga yang ada di Jateng. Ayam
kampung mempunyai kelebihan dibandingkan dengan ayam ras/broiler seperti
berikut: dapat diusahakan pada lahan yang tidak begitu luas, bisa dipelihara secara
ekstensif, semi intensif, atau intensif, daya tahan tubuh lebih kuat dibandingkan
dengan ayam ras, harga jual relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam ras,
daging ayam kampung rasanya lebih diterima oleh masyarakat Indonesia, dan bisa
membuka lapangan kerja baru, baik untuk keluarga atau pun petani peternak
Umumnya, ayam kampung dipelihara secara umbaran (tradisional) dan
banyak dijumpai di desa. Saat ini cara seperti ini banyak mengundang resiko di
samping tidak ekonomis.Jelas perbaikan lingkungan yang diikuti perbaikan
manajemen pemeliharaan akan meningkatkan produktivitas ayam kampung di
Indonesia yang perlu dilestarikan (Anang & Suharyanto 2008).
2.2. Penyebab Kematian Ayam
Pada umumnya ayam kampung belum dikelola dengan baik.
Perkandangan masih seadanya, bahkan tanpa ada kandang sama sekali. Unggas
tersebut biasanya dibiarkan berkeliaran untuk mencari makan sendiri, hanya
kadang-kadang diberikan pakan tambahan berupa sisa-sisa makanan pemiliknya.
Program pencegahan dan pengendalian penyakit sama sekali belum ada.
Meskipun ayam kampung tersebut mempunyai reputasi ketahanan terhadap
penyakit, tetapi pada kenyataannya perkembangan ayam kampung menjadi
terhambat karena kematian ayam kampung yang dapat mencapai lebih dari 50%
per tahun. Penyakit utama yang berperan sebagai penyebab kematian ayam
kampung tersebut adalah virus velogenik viserotropik Newcastle disease (VVND)
atau penyakit Newcastle bentuk pencernaan, yang dikenal sebagai salah satu
penyakit ND paling virulen (Wibowo & Amanu 2010).
Penyakit Newcastle atau biasa dikenal sebagai penyakit ND, dikalangan
masyarakat peternak Indonesia lebih dikenal dengan tetelo, merupakan penyakit
unggas, khususnyaayam yang sangat mudah menular dan akut serta menimbulkan
gejala gangguan pencernaan, pernafasan dan syaraf. Penyakit tersebut disebabkan
oleh virus Newcastle, genus Paramixovirus. Virus tersebut dapat menggumpalkan
eritrosit ayam. Sejauh ini belum ada obat untuk mengatasi virus ND. Tindakan
utama yang dapat dikerjakan adalah mencegah munculnya penyakit tersebut
dengan melakukan vaksinasi dan didukung dengan perbaikan tatalaksana
pemeliharaan ayam (Wibowo & Amanu 2010).
5
2.3. Pengaruh Sistem Imun Terhadap Kualitas Daging dan Telur
Industri perunggasan merupakan salah satu industri yang cukup penting
dalam penyediaan protein hewani dan merupakan sumber pendapatan bagi
masyarakat.Pencegahan dan pengendalian penyakit adalah salah satu kendala
dalam industri perunggasan.Daya tahan tubuh ternak sangat penting peranannya
dalam menangkal berbagai macam penyakit.Daya tahan erat kaitannya dengan
sistem kekebalan tubuh yang ditunjang oleh fungsi sel imun serta produksi
antibodi. Sistem pertahanan yang semakin baik, sistem imun tubuh semakin
tangguh melawan berbagai agen infeksi. Pakan merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam peningkatan daya tahan tubuh ternak (Regar et al.
2014)
Apabila upaya pencegahan penyakit yang telah dilakukan yaitu dengan
pemberian antibiotik. Penggunaan antibiotik dalam pakan ternak bertujuan
sebagai pemacu pertumbuhan, untuk memperbaiki efisiensi penggunaan pakan
dan pencegahan terhadap kemungkinan infeksi patogen Antibiotik dipercaya
dapat menekan pertumbuhan bakteri- bakteri patogen yang berakibat
melambungnya populasi bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan.
Menurut Revington dalam Regar et al. 2014, penggunaan antibiotik ini
mulai memberikan masalah yang serius yaitu ditemukannya residu antibiotik
dalam karkas ternak yang akhirnya meningkatkan prevalensi kasus penyakit
infeksi yang resistanterhadapantibiotikpada manusia. Residuantibiotikakan
terbawa dalam produk-produk ternak sepertidaging,telur, dansusu,danakan
berbahaya bagi konsumen yang mengkonsumsinya. Sehingga dapat memberikan
kualitas yang buruk terhadap kualitas daging dan telur.
BAB 3 METODE DAN PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian akan di laksanakan di Lab Bio 4, Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB dan pemeliharaan ayam dilakukan
di kandang C Fakultas Peternakan, IPB.Waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan
penelitian selama empat bulan, dilakukan mulai dari bulan Februari sampai Mei
2014.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama penelitian adalah siring dengan jarum No 27,
alkohol 96%, ruang vakum penguap alkohol, mikroskop, hemasitometer, counting
chamber, dan kaca obyek. Bahan yang dibutuhkan adalah pupa ulat sutra,ayam
kampung d.o.c , ayam remaja, pakan ayam standar, buffer leukocyte counting, dan
pewarna Giemsa.
6
3.3 Alur Penelitian
Penelitian akan dilakukan dalam tiga tahap, yaitupreparasi ekstrak pupa
ulat sutera, pencampuran hasil ekstraksi pupa ke dalam pakan dan pengamatan
fisiologis darah.
Pengeringan Pupa Ulat Sutra
Pupaulat sutra yang telah dikumpulkan,dikeringkan dengan menggunakan
panas matahari.
Pengekstrakan Pupa Ulat Sutra
Pupa ulat sutra yang telah kering dihancurkan kemudian dilarutkan dengan
alkohol 96%, lalu diendapkan. Setelah mengendap pelarut serta zat yang
terekstrak ditampung dalam gelas ukur.
Pencampuran Ekstrak Pupa Ulat Sutra Dan Pakan Ayam
Hasil ekstraksi yang didapat dicampurkan ke dalam pakan ayam standar
dengan konsentrasi yang berbeda yakni konsentrasi 0 %, 1 %, dan 10%. Pakan
ayam standar + 0 % pada ayam d.o.c dan pada ayam remaja, Pakan ayam standar
+ 1 % pada ayam d.o.c dan pada ayam remaja, serta Pakan ayam standar + 10 %
pada ayam d.o.c dan pada ayam remaja.
Pemeliharaan Ayam
Ayam d.o.c dan ayam remaja yang menjadi obyek penelitian dipelihara
selama dua bulan di kandang C Fakultas Peternakan IPB dengan diberi pakan
yang telah dicampur dengan ekstrak pupa ulat sutra. Pakan ayam standar + 0 %
ekstrak pupa ulat sutra untuk 5 ekor ayam tiap golongan umur, pakan ayam
standar + 1 % ekstrak pupa ulat sutra untuk 5 ekor ayam tiap golongan umur, dan
pakan ayam standar + 10 % ekstrak pupa ulat sutra untuk 5 ekor ayam tiap
golongan umur.
Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap
dengan pola faktorial 2 x 3. Perlakuan yang terdapat dalam penelitian berupa
faktor umur yakni ayam d.o.c dan ayam remaja, dan faktor konsentrasi ekstrak
pupa yang dicampurkan pada pakan ayam standar yakni pakan ayam standar + 0
% ekstrak pupa ulat sutra, pakan ayam standar + 1 % ekstrak pupa ulat sutra, dan
pakan ayam standar + 10 % ekstrak pupa ulat sutra. Data yang nantinya akan
terkumpul akan dianalisa secara deskriptif.
7
Parameter Yang Diukur
Selama penelitian berlangsung data yang akan diambil untuk dianalisa
berupa jumlah sel darah merah dan sel darah putih dari ayam pada masing –
masing perlakuan dan jumlah ayam yang mati pada masing – masing perlakuan.
Pengambilan darah ayam
Darah ayam diambil dengan menggunakan siring dengan jarum No 27.
Pengambilan darah akan dilakukan jam ke-0, ke-6, ke-24, dan ke 72 setelah
diberikan pakan ayam standar + ekstrak pupa ulat sutra.
Pengecekan darah ayam
Darah yang telah diambil kemudian dibagi menjadi tiga porsi. Porsi
pertama digunakan untuk menghitung jumlah sel darah merah. Porsi kedua
digunakan untuk menghitung jumlah sel darah putih. Kemudian porsi ketiga
digunakan untuk membuat preparat ulas darah untuk menghitung rasio jenis-jenis
sel darah putih (leukocyte differentiation).
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya
Rincian Biaya
Peralatan penunjang Rp.7.460.000
Bahan habis pakai Rp. 4.300.000
Perjalanan Rp. 82.000
Lain – lain Rp.158.000
Total Rp. 12.000.000
*Rincian lengkap anggaran dana penelitian terlampir dalam Lampiran 2.
Justifikasi Anggaran Kegiatan
4.2. Jadwal Kegiatan
Bulan ke-
No Kegiatan I II III IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi
dengan dosen
pembimbing
2 Perizinan
penggunaan Lab
3 Persiapan alat dan
bahan
4 Preparasi dan
ekstrasi sampel
5 Uji Fsiologis
6 Pemeliharaan
Ayam
7 Laporan
8 Monev
8
DAFTAR PUSTAKA
Anang A, Suharyanto. 2008. Panen Ayam Kampung. Jakarta (ID) : Penebar
Swadaya.
Cavandis CI, Hapsari AW, Lalitya N, Kelana HP, Musthofa C. 2008.
Pengembangan bomby's snack berbasis chrysallis ulat sutra (Bombyx
mori) sebagai pemanfaatan limbah peternakan ulat sutra [PKM]. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Damayanti E, A Sofyan, H Julendra, T Untari. 2009. The use of earthworm meal
(Lumbricus rubelus) as antipullorum agent in feed additive of broiler
chickens. JITV 14 (2) : 83−89.
Departemen Pertanian. 1984. Petunjuk Pembinaan Kelompok Peternak. Jakarta
(ID) : Koperasi PIR Perunggasan.
Freitak D, Ots I, Vanatoa A, Hörak P. 2003. Immune response is energetically
costly in white cabbage butterfly pupae. Proceedings of the Royal
Society of London. Series B: Biological Sciences, 270 (2) : 220-222.
Haryasyah C, Gunawan SA, Artianti A, Handy SG. 2009. Pemanfaatan limbah
pupa ulat sutra (Bombyx mori) dalam produksi sup krim instan tinggi
protein [PKM]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Islam MR, MSR Khan, MA Islam, MEH Kayesh, MR Karim, MA. Gani, A Kabir.
2008. Comparative efficacy of imported fowl pox virus vaccine with
locally produced one in backyard chicks. BangI. J. Vet. Med 6 (1) :
23−26.
Jones RC. 1997. Infectious bronchitis virus : Immunopathogenesis of infection in
the chicken. Avian Pathol 26 : 677−706.
Krista B, Harianto B. 2010. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Ayam Kampung.
Jakarta (ID) : AgroMedia.
Lobago F, M Woldemeskel. 2004. An outbreak of marek’s disease in chickens in
Central Ethiopia. Trop. Anim. Health Prod. 36 (4) : 397−406.
Mangisah I, Estiningdriati I, Sumarsih S. 2002. Evaluasi nilai nutrisi tepung pupa
ulat sutra dan pengaruh penggunaannya dalam ransum ayam petelur
terhadap performan produksi [Karya Ilmiah]. Semarang (ID) :
Universitas Diponegoro.
Marusich WL, E Schildknecht, EF Ogrinz, PR Brown, M Mitrovic. 1972. Effect
of coccidiosis on pigmentation in broilers. Br. Poult. Sci. 13 (13) :
577−585.
9
Mazengia H, ST Bekele, T Negash. 2009. Incidence of infectious bursal disease in
village chickens in two districts of Amhara Region, Northwest Ethiopia.
Livestock Res. Rural Dev. 21 : 214−217.
Mouahid M, K Bouzoubaa, Z Zouaqui. 1991. Preparation and use of an
autogenous bacterin against infectious coryza in chickens. Vet. Res.
Comm. 15 : 413−419.
Nataamijaya, AG. 2010. Pengembangan potensi ayam lokal untuk menunjang
tingkat kesejahteraan petani. Jurnal Litbang Pertanian, 29(4): 131-138.
Orsi MA, L Doretto Jr., SCA Camillo, D Reischak, SAM. Ribeiro, A Ramazzoti,
AO Mendonca, FR Spilki, MG Buzinaro, HL Ferreira, CW Arns. 2010.
Prevalence of newcastle disease virus in broiler chickens (Gallus
domesticus) in Brazil. Braz. J. Mirobiol 41 (2) : 114−119.
Rahman MA, MA Samad, MB Rahman, SML Kahir. 2004. Bacteria pathological
studies on Salmonellosis, Colibacillosis and Pasteurellosis in natural and
experimental infections in chickens. Bangl. J. Vet. Med. 2 (1) : 01−08.
Regar MN, Mutia R, Widhyari SD, Kowel YHS. 2014. Pengaruh pemberian
ransum kombinasisuplemen herbal dengan mineral zink terhadap jumlah
leukosit, eritrosit, dan kadar hemoglobin broiler yang diinfeksi Escherichia
coli. J. Zootek. 34(2):82-88
Resnawati H. 2010. Inovasi Teknologi Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal
Mendukung Pengembangan Industri Ayam Kampung. Orasi Pengukuhan
Profesor Riset Bidang Pakan dan Nutrisi Ternak. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta, 66.
Singarimbun JF, Mahfuds LD, Suprijatna E. 2013. Pengaruh pemberian pakan
dengan level protein berbeda terhadap kualitas karkas hasil persilangan
ayam bangkok dan ayam arab. Animal Agricultural Journal 2 (2) : 15-25.
Sonaiya, EB .2007. Family poultry, food security and the impact of HPAI. J.
World’s Poult. Sci. 63: 132−138.
Suryo H, Yudiarti T, Isroli I. 2012. Pengaruh pemberian probiotik sebagai aditif
pakan terhadap kadar kolesterol, high density lipoprotein (hdl) dan low
density lipoprotein (ldl) dalam darah ayam kampung. Animal
Agricultural Journal, 1 (2) : 228-237.
Zhang P, N Fegan, I Fraser, P Duffy, RE Bowles, A Gordon, PI Ketterer, W
Shinwari, PJ Blackall. 2004. Molecular epidemiology of two fowl
cholera outbreaks on a free-range chicken layer farm. J. Vet. Diagnostic
Invest. 16 (5) : 458−460.
15
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Peralatan Penunjang
Pengeluaran Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas Harga/Unit Total
Uji fisiologis Uji sistem imun 120 sample 30.000 3.600.000
Tempat pakan Untuk tempat
makan ayam
6 buah 20.000 120.000
Tempat minum Untuk tempat
minum ayam
6 buah 20.000 120.000
Jarum suntik Untuk
mengambil
darah
3 kotak 500.000 1.500.000
Sewa kandang Untuk tempat
tinggal ayam
1 kandang/2
bulan
800.000/bulan 1.600.000
Proposal Penilaian
gagasan secara
langsung
5 eks 15.000 75.000
Laporan
evaluasi
Melaporkan
hasil evaluasi
penelitian
5 eks 10.000 50.000
Laporan akhir Melaporkan
hasil akhir
5 eks 15.000 75.000
Log book, buku
keuangan, dan
alat tulis
Administrasi 1 paket 20.000 20.000
Kaca preparat Tempat darah 2 kotak 20.000 40.000
Tabung reaksi Tempat larutan
ekstrasi
5 buah 10.000 50.000
Gelas ukur 100
ml
Media ekstrasi 2 buah 50.000 100.000
Beaker glass Alat ekstraksi 2 buah 55.000 110.000
Subtotal 7.460.000
2. Bahan Habis Pakai
Pengeluaran Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas Harga/Unit Total
Ayam doc Bahan
percobaan
15 ekor 8.000 120.000
Ayam remaja Bahan
percobaan
15 ekor 65.000 975.000
Pakan Untuk makan
ayam
240kg 7000/kg 1.680.000
Alkohol 96% Ektrasi 2 liter 125.000 250.000
Alkohol 70% strerilisasi 5 liter 20.000 100.000
Pupa Bahan ekstraksi 22 kg
50.000 1.100.000
Kapas Sterilisasi
sebelum
penyuntikkan
5 gulung 10.000/gulung 50.000
Tisu Sterilisasi
tempat dan alat
1 pack 25.000/pack 25.000
Subtotal 4.300.000
16
3. Perjalanan
Pengeluaran Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas Harga/Unit Total
Sewa motor Transportasi
pengiriman
ayam dan
membeli pakan
1 buah 50.000/jam 50.000
Bensin Untuk isi ulang
motor
4 liter 8.000/liter 32.000
Subtotal 82.000
4. Lain-lain
Pengeluaran Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas Harga/Unit Total
Sapu Membersihkan
kandang
2 buah 15.000 30.000
Serok Membersihkan
kandang
2 buah 8.000 16.000
Masker Melindungi dari
bau kotoran ayam
dan melindngi
dari bahan kimia
1 kotak 57.000 57.000
Sarung tangan Melindungi dari
bahan kimia yang
berbahaya
1 kotak 55.000 55.000
Subtotal 158.000
Total 12.000.000
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
No Nama / NIM Program
Studi
Bidang
Ilmu
Alokasi Waktu
(jam/minggu) Uraian Tugas
1 Mia Sumiati/
G34120018
Biologi Biologi 8 Koordinator
Kegiatan
2 Achmad Alfiyan/
G34120013
Biologi Biologi 8 Bendahara
3 Pristina Tuti Wijayanti/
G34120060
Biologi Biologi 8 PJ Laboratorium
4 Vinna Windy Putri/
G34120095
Biologi Biologi 8 Sekretaris
5 Wildan Mubarok/
G34120103
Biologi Biologi 8 Transportasi dan
dokumentasi
Top Related