PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP KESEJAHTERAAN
BURUH PEMETIK APEL MELALUI TINGKAT PRODUKTIVITAS
(Studi Kasus Buruh Pemetik Apel di Kota Batu, Jawa Timur)
Oleh :
Maya Abida (23812)
Sari Handayani (23386)
Ken Retno B (23364)
I Putu Arya P.A. (23796)
Aldio Merancia (23502)
Arfian Wibowo (23384)
JURUSAN PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
BAB l
PENDAHULUAN
A. JUDUL
Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kesejahteraan Buruh Pemetik Apel Melalui
Tingkat Produktivitas. Studi kasus tentang buruh pemetik apel di Kota Batu, Jawa Timur.
B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
1. Aktualitas
Pada era tahun 1980an produksi apel Malang melimpah, sehingga pada akhirnya
Malang mendapat julukan sebagai kota Apel. Namun hal ini tidak berlangsung lama,
sekarang apel manalagi yang konon menjadi jawara di Malang ini sangat sulit ditemui di
pasaran. Keberadaannya tergeser oleh apel-apel impor yang harganya relatif lebih murah.
Seiring dengan hal tersebut kami melihat bahwa penurunan produksi apel tidak terlepas
dari tingkat kesejahteraan para buruh di sana. Dapat dilihat dari kompensasi atau upah
yang diterima buruh. Upah tersebut merupakan balas jasa yang dibayarkan kepada
pekerja harian dengan berpedoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya
(Hasibuan, 1990: 133). Ini menarik bagi kami untuk meneliti tingkat kesejahteraan buruh
pemetik apel disana melalui tingkat produktivitas.
2. Orisinalitas
Dalam proposal penelitian ini, kami ingin meneliti pengaruh kompensasi dan
motivasi buruh terhadap kesejahteraan buruh pemetik apel yang dilihat melalui
produktivitas buruh. Sebelumnya, telah ada penelitian terkait motivasi buruh, juga
terkait kesejahteraan para buruh. Diantaranya ialah penelitian dalam rangka
penyelesaian skripsi milik David Michael Cook, seorang mahasiswa Program Australian
Consortium For In-Country Indonesian Studies (ACICIS) Angkatan ke XXIII Semester
Genap, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang pada
Mei 2006. Judul skripsi tersebut ialah “Kematian Industri Apel”. Adapun penelitian
lainnya ialah hasil karya Imam Nasrodin, dkk, mahasiswa Universitas Negeri Malang, yang
mana penelitian ini dilakukan dalam rangka mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa.
Judul penelitian mereka ialah MANAJEMEN JITU DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI
PETANI APEL DI BATU. Meskipun telah ada penelitian yang dilakukan sebelumnya, kami
tidak memplagiasi penelitian mereka. Pada penelitian David Cook, fokus utama
penelitiannya adalah penyebab menurunnya produktivitas industri apel, yang mana di
dalamnya terkait perbedaan ekonomi industri apel dan bunga potong, kondisi kerja,
kesejahteraan, dan pendidikan di industri apel dibanding industri bunga potong, serta
tingkat kebanggaan para petani apel. Sedangkan pada penelitian milik Imam Nasrodin,
dkk, fokus utama penelitian ada pada bagaimana petani apel dapat mempertahankan
eksistensinya sebagai petani apel dengan mengikuti metode jitu Pak Haryono, yang mana
merupakan salah satu dari sedikit petani apel sukses yang mampu mempertahankan
eksistensinya sebagai petani apel. Fokus penelitian kami berbeda. Kami berfokus pada
pengaruh kompensasi dan motivasi terhadap kesejahteraan buruh pemetik apel melalui
tingkat produktivitas. Ide penelitian kami ini berasal dari pemikiran kami sendiri. Kami
tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompensasi dan motivasi buruh
terhadap kesejahteraan para buruh pemetik apel melalui tingkat produktivitas. Dalam
menyusun proposal ini, data-data pendukung kami peroleh dari berbagai buku literatur
terkait, internet, media online serta pengetahuan peneliti.
3. Relevansi dengan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan
Beragam permasalahan hidup yang ada menuntut mereka yang tidak mampu
bekerja di sektor formal berusaha membuka peruntungan mereka di sektor informal.
Dimana mereka memiliki daulat penuh dalam menjalankan pekerjaannya tersebut.
Dengan semangat ‘darurat’ mereka masih berharap keinginannya untuk bekerja di sektor
formal dapat tercapai. Buruh merupakan salah satu korban dari kemajuan ekonomi yang
menjadikan dirinya menghamba pada majikan, termasuk pula buruh pemetik apel.
Mereka menjadikan faktor ekonomi sebagai alasan kuat yang membuat mereka
menjalani profesi semacam ini.
Dalam keilmuan kita, kesejahteraan beriringan dengan proses pemberdayaan.
Dimana pemberdayaan dikatakan berhasil ketika mereka yang tidak berdaya itu mampu
mengakses fasilitas publik demi memenuhi kebutuhannya. Mereka akan semakin
sejahtera ketika mereka mandiri dalam mengalokasikan sumber daya yang ada secara
tepat dan adil. Sehingga dari kompensasi yang baik dapat mendorong terciptanya
keadaan yang produktif dimana hal itu mampu meningkatkan kesejahteraan bagi buruh-
buruh yang lain. Dan hal ini menjadi senjata yang cukup ampuh dalam proses
pembangunan masyarakat, khususnya buruh pemetik apel di Batu. Atas dasar itulah kami
menganggap proposal penelitian ini relevan dengan keilmuan Pembangunan Sosial dan
Kesejahteraan dan layak untuk diteliti.
4. Analisis KUWAT
Landasan dari alasan subyektivitas penelitian ini adalah analisis KUWAT, yaitu
kesempatan, uang, waktu, alat dan tenaga yang diprediksikan masih dalam jangkauan
kami selaku penyusun proposal penelitian ini.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian:
1. Tujuan Operasional
a. Penelitian ini kami lakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum I Jurusan
Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM.
b. Sebagai sumbangan pemikiran untuk penelitian yang selanjutnya yang mungkin akan
dilakukan.
c. Mampu memberikan kontribusi bagi jurusan dalam upaya pengembangan
pelayanan sosial pada masyarakat.
d. Sebagai sumbangan untuk masyarakat terutama pemerintah Kota Batu dalam upaya
menyelesaikan permasalahan kesejahteraan buruh pemetik apel di Kota Batu, Jawa
Timur.
2. Tujuan Substansial
a. Mengetahui gambaran kompensasi dan motivasi terhadap kesejahteraan buruh
pemetik apel di Kota Batu, Jawa Timur melalui tingkat produktivitas.
b. Mengetahui pengaruh kompensasi dan motivasi terhadap kesejahteraan buruh
pemetik apel di Kota Batu, Jawa Timur melalui tingkat produktivitas.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis : Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kota Batu
sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan buruh pemetik apel sekaligus produksi
buah tersebut.
2. Sebagai bahan masukan bagi kawasan Kota Batu dan wilayah-wilayah di
sekitarnya yang juga sebagai daerah produksi apel sehingga dapat digunakan untuk
menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3. Sebagai bahan informasi untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,
khususnya sektor informal sebagai suatu disiplin ilmu.
4. Manfaat Teoritis : Sebagai pengetahuan serta pemahaman konseptual dan
teori mengenai pengembangan masyarakat (khususnya pada sektor informal) dan
masalah-masalah sosial yang bertujuan untuk mengembangkan keilmuan jurusan
Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan.
D. LATAR BELAKANG
Perkebunan di Indonesia, seperti halnya perkebunan di negara berkembang lainnya,
dikenal melalui kolonialisme barat, yang mana di Indonesia dikenal melalui kolonial Belanda
(Sartono Kartodidjo & Djoko Suryo, 1991:9, dalam Mubyarto, dkk 1992:15). Indonesia, negara
yang kaya akan hasil bumi, dan juga dengan hutan-hutan hijau yang tersebar hampir di seluruh
negeri sehingga Indonesia disebut dengan zamrud khatulistiwa. Keadaan alam yang seperti ini
membuat lahan-lahan di Indonesia layak untuk ditanami berbagai macam jenis tanaman
perkebunan. Pada masa kolonialisme Belanda, perkebunan di Indonesia dikerahkan untuk
perkebunan rempah-rempah, kopi, dan tebu. Ketika Indonesia telah menjadi negara yang
merdeka pada tahun 1945, lahan perkebunan yang sebelumnya milik pemerintah kolonial
diambil alih dan dikelola oleh pemerintah Republik Indonesia atau dinasionalisasikan. Kegiatan
nasionalisasi perkebunan ini mulai dilaksanakan pada tahun 1951 dan sejak saat itu perkebunan
yang ada di Indonesia, baik di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa mulai beroperasi kembali
(Mubyarto dkk, 1992:25). Untuk melindungi dan mengawasi perkebunan Indonesia, dibentuk
sebuah organisasi yang bernama Pusat Perkebunan Negara dan Jawatan Perkebunan (Pelzer,
1991:206, dalam Mubyarto dkk, 1992:26).
Jawa Timur merupakan wilayah yang mampu memproduksi apel dalam jumlah besar,
terutama pada era 1980an. Apel mengalami masa kejayaannya pada tahun 1984-1988 (lihat
tabel 1.1). Namun beberapa tahun setelah itu apel tidak lagi mendominasi hasil perkebunan.
Hasil perkebunan didominasi oleh kelapa; 234.429 ton kemudian tebu; 1.207.373 ton pada
tahun 2007, jambu mete; 14.267 ton, kopi; 45.032 ton, cengkeh; 10.977 ton, kapuk randu;
20.461 ton, teh; 3.652 ton, tembakau; 111.041 ton1.
Kota Batu bersanding dengan sederet wilayah yang memproduksi apel seperti Kabupaten
Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Magetan,
Kota Blitar, Kota Malang2. Tanaman apel tumbuh dengan baik pada ketinggian 700-1200 m
diatas permukaan laut, suhu maksimum 270 celcius dan suhu minimum 160 celcius dengan
1 Diolah dari Dinas Pertanian Jawa Timur2 Provinsi Jawa Timur Dalam Angka.2008
kelembapan 75-85%3 . Kota Batu berada pada ketinggian 871 m diatas permukaan laut, dengan
luas 93 km2 dan bersuhu 160 menjadi lokasi yang pas untuk pembudidayaan tanaman apel. Rata-
rata tiap tahunnya kota Batu dapat menghasilkan lebih kurang 12.000 ton apel. Hal ini di
dukung dengan jenis tanah yang pas bagi buah apel, yaitu jenis regosol kelabu, asosiasi andosol
coklat kekuningan dan regosol coklat serta asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu4.
Tabel 1.1 :
Perkembangan Produksi Apel (ton) Jawa Timur
Tahun 1984-1988
Tahun Produksi (ton)
1984 146.696
1985 202.279
1986 173.280
1987 261.967
1988 275.085
Sumber : di olah dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan provinsi Jawa Timur
Tabel 1.2 :
Perkembangan Produksi Apel (ton) di Jawa Timur
Tahun 2000-2007
Kab/kotaTahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Batu - - 50.379 38.218 45.366 43.215 38.678 34.397
Malang 57.957 76.333 15.742 27.293 67.431 162.832 209.751 61.000
Pasuruan 12.699 91.292 121.040 160.196 140.201 225.854 298.728 172.390
Sumber : Ibu Farida
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur
3 Buletin Pertanian dan Peternakan vol 4 no 8 thn 2003:116-1224 Buletin Pertanian dan Peternakan vol 4 no 8 thn 2003:116-122
Selain dijual langsung, apel juga diolah menjadi berbagai produk makanan lain seperti
dodol apel, jenang apel, keripik apel, cuka apel, dll. Hal ini dilakukan oleh sebagian besar
masyarakat Batu. Pada era tahun 1980an produksi apel menembus angka 275.085 ton (lihat
tabel 1.1). Data Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemerintah Kota Batu mencatat total luas lahan
tanaman apel di Kota Batu pada 1980 sebesar 2.015 hektare, dengan jumlah produksi per tahun
sebesar 72 ribu ton dari 5,64 juta pohon. Tanaman apel mengalami masa kejayaan pada 1980-
an hingga 1996. Karena itulah, apel pun dijadikan maskot Kota Batu. Namun luas lahan apel dari
tahun ke tahun terus menyusut. Data Dinas pada 2009 menyebutkan bahwa luas lahan apel
tinggal 600 hektare, dengan jumlah pohon apel sebanyak 2.506.546. Dari jumlah itu, produksi
apel hanya 24.625 ton per tahun. Angka yang tidak seimbang. Hal ini yang kemudian
mendorong petani apel beralih pada budidaya tanaman lain yang lebih menguntungkan.
Biasanya seorang petani apel mampu memproduksi hingga 15-20 ton apel namun sekarang
untuk mendapatkan 1-2 ton apel sangat sulit. Menurut Penelitian D.M. Cook, 20065 “kematian”
indusutri apel di kota Batu disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1. Industri apel di Batu menghadapi banyak masalah. Masalah-masalah ini sebagian besar
ekonomis. Apel Batu tidak berhubungan dengan persaingan dibandingkan buah impor.
Industri apel hidup terus lama tujuh puluh tahun. Keadaan terjadi karena tidak ada
persaingan dari luar negeri. Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia memutuskan menjadi
anggota WTO. Akibatnya, pasar Indonesia dibuka kepada produk lain dari negara lain. Pasar
buah Indonesia dibanjir apel yang berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Australia, Cina dan
Selandia Baru. Yang jelas adalah bahwa buah impor adalah buah lebih baik dan harganya
lebih murah daripada apel Batu.
2. Industri apel di Batu menghadapi kesulitan untuk memperoleh keuangan.
3. Kondisi kerja di industri apel cukup baik. Dibandingkan kondisi kerja industri bunga potong
hampir sama, kecuali kebunan apel terletak di luar, di lerengan gunung-gunung di
kecamatan Batu dan Bumiaji. Sebaliknya, petani bunga potong biasanya bekerja di dalam
greenhouses, atau kalau di luar, di kebunan yang terletak di satu tingkat. Petani apel harus
membawa keranjang buah apel naik lerengan curam. Keranjang itu biasanya lebih berat
daripada ember bunga potong.
4. Mayoritas petani dan buruh apel tidak berpendidikan tinggi. Dibandingkan petani dan buruh
bunga potong, petani apel berpendidikan sangat rendah.
5 http://id.shvoong.com/travel/destination/2062893-apel-batu-hidup-segan-mati/ diunduh pada 7 April 2011 16:04
5. Petani dan buruh-buruh apel merasa sangat bangga untuk bekerja di bidang pertanian apel.
Petani tersebut memikul penderitaan ekonomis tetapi tetap puas dengan industri tersebut
karena merasa kebanggaan. Perasaan kebanggaan digunakan untuk mempromosikan buah
apel sebagai buah terbaik, antara lain memajukan produk apel kerajin tangan seperti dodol
dan jenang. Produk khas Batu dijual sebagai produk harga lebih mahal karena produk
tersebut mewakili lambang kebanggaan di industri apel
6. Industri apel berada di Batu, tetapi adanya bukan secara kuat. Industri apel tidak membuat
banyak keuntungan. Bahkan, untuk buruh-buruh apel, hidup tidak enak. Buruh-buruh tinggal
di desa dan mendapat gaji rendah.
7. Secara fisik, industri apel masih menderita masalah rencana dari 20-30 tahun yang lalu. Pada
tahunan 70-an, Dinas Pertanian bersama pemerintah Indonesia mengusulkan kepada petani
bahwa industri memerlukan lebih banyak pohon. Akibatnya, kecamatan Bumiaji dan Batu
mulai menanam banyak pohon. Pada saat itu, petani apel menanam empat jenis utama,
yaitu Rome Beauty, Manalagi, Anna dan Wanglin. Kebanyakan pohon itu masih ada. Pohon-
pohon tua itu tidak tepat guna. Pohon itu memerlukan sebanyak pupuk, air dan kimia
dengan pohon muda. Namun pohon tua tidak menghasilkan buah secara efisien. Banyak
petani tidak mampu membayar untuk menghilangkan pohon tua dari kebun. Pada waktu
sama, petani juga tidak mampu membeli pohon baru, atau bibit.
Buruh mempunyai peran yang cukup vital dalam perkebunan apel. Tidak hanya sebatas
menghasilkan buah. Tapi disana ada suatu siklus produksi hingga konsumsi. Di dalamnya tidak
hanya produsen dan konsumen saja, tapi ada faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap
produksi apel tersebut, yaitu buruh. Buruh pemetik apel menjadi salah satu faktor yang cukup
penting dalam proses produksi apel, ketangkasan dan kepiawaian buruh dalam memetik apel
sangat diandalkan. Baik buruknya apel yang didapat tergantung bagaimana mereka memetik
apel, memilih apel mana yang cukup matang sehingga siap dipetik, berapa banyak buah apel
berkualitas bagus yang mampu dia petik dalam satu menit, dll. Dalam diri buruh (secara
individual) pun terdapat faktor internal yang secara langsung mempengaruhi produktivitasnya.
Tabel 1.3 :
Perkembangan Produktivitas Apel (ton)
Tahun 2000-2007
No Kab/kotaTahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1 Batu - - 16,21 14,85 15,71 14,09 22,37 14,32
2 Malang 14,61 16,41 12,38 17,73 24,91 30,33 51,27 15,10
3 Pasuruan 10,05 5,42 43,54 91,65 24,78 20,68 31,66 29,32
Sumber : Ibu Farida
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur
Ketika terjadi penurunan produktivitas apel secara tidak langsung kesejahteraan
buruh pemetik apel ada kaitan dengan penurunan itu. Semakin banyak produksinya maka
semakin besar pula balas jasanya (Hasibuan, 1990: 164). Hasil produksi yang makin menurun
menggambarkan tidak ada keselarasan pada balas jasa (upah) yang di terima buruh. Hal ini pula
yang mempengaruhi kesejahteraan buruh disana. Secara internal, penurunan produktivitas
terkait dengan kompensasi dan motivasi yang ada pada buruh tersebut. Apabila buruh memiliki
kompensasi yang bagus, dalam arti kehidupan ekonominya menunjang pekerjaannya tersebut
maka kesejahteraannya pun akan meningkat. Tercermin pada produktivitas buruh yang ikut
meningkat. Sebesar apapun produksi apel di Batu terkait erat dengan kesejahteraan buruh
pemetik apel, sehingga faktor utama yang harus diperhatikan dalam mempertahankan produksi
apel di Batu adalah dengan memperhatikan kesejahteraan dan reward untuk pemetik apel.
E. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah terutama realitas yang terjadi pada buruh pemetik
apel di Kota Batu, Malang, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. “Apakah ada pengaruh kompensasi dan motivasi buruh terhadap kesejahteraan
buruh pemetik apel di Kota Batu melalui tingkat produktivitas?”
2. Jika ada, sejauh mana?
F. KERANGKA TEORI
Penelitian Kuantitatif berpedoman pada prinsip paradigma positivistik. Dalam peneliatian
kali ini akan digunakan salah satu dari paradigma perilaku sosial. Secara singkat persoalan
sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam
hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan
dalam faktor lingkungan menimbulkan yang berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku, jadi
terdapat hubungan fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam
lingkungan aktor.
Teori pertukaran, yang dikembangkan oleh George Homans dalam buku Teori Sosiologi
Modern merupakan bagian dari paradigma perilaku sosial dalam ranah teori sosiologi. Teori
pertukaran ini berakar dari behaviorisme, dimana dalam behaviorisme yang menjadi perhatian
utamanya adalah imbalan, atau dorongan, dan ongkos, atau hukuman. Imbalan disini
didefinisikan sebagai kemampuan untuk memperkuat (atau mendorong) perilaku, sementara
itu ongkos mengurangi kecenderungan dilakukannya suatu perilaku atau tindakan. Dari situ
Homans mulai mengembangkan teori pertukaran. Homans mengakui bahwa teori
pertukarannya berasal dari psikologi perilaku dan ekonomi dasar. Dalam karyanya, Homans
membatasi dirinya pada interaksi sosial sehari-hari. Homans lalu mengembangkan beberapa
proposisi, yaitu:
1. Proposisi sukses
Jika makin sering tindakan apapun yang dilakukan orang memperoleh imbalan,
makin besar pula kecenderungan orang itu untuk mengulangi tindakan tersebut. Atau
dalam kata lain semakin sering seseorang mendapatkan imbalan, atau manfaat atas
tindakan yang dilakukannya, maka orang tersebut akan cenderung untuk mengulangi
tindakannya itu. Tindakannya itu dilakukan dengan harapan akan mendapat hasil yang
sama seperti yang sudah-sudah.
Secara umum, perilaku yang selaras dengan proposisi sukses meliputi tiga
tahap, pertama, tindakan seseorang, kedua, hasil yang diberikan; dan yang ketiga,
pengulangan tindakan asli atau minimal tindakan yang dalam beberapa hal
menyerupai tindakan asli.
2. Proposisi stimulus
Jika di masa lalu terjadinya stimulus tertentu, atau serangkaian stimulus, adalah
situasi di mana tindakan seseorang diberikan imbalan, maka semakin mirip stimulus
saat ini dengan stimulus di masa lalu itu, semakin besar kecenderungan orang
tersebut mengulangi tindakan yang sama, atau yang serupa. Seseorang mengulangi
tindakan yang sama dengan harapan akan memperoleh hasil yang telah diperolehnya
di masa lampau. Imbalan yang diberikan tidak persis sama dengan yang diterima di
masa lalu, tapi bentuknya menyerupai, atau mendekati imbalan yang diperoleh di
masa lau.
3. Proposisi nilai
Semakin bernilai hasil tindakan bagi seseorang, semakin cenderung ia
melakukan tindakan yang serupa. Peningkatan nilai sebuah hasil atas tindakan yang
dilakukan mendorong seseorang untuk mengulangi tindakannya di masa yang akan
datang. Dalam hal ini Homans mengenalkan konsep imbalan dan hukuman. Imbalan
adalah tindakan yang bernilai positif, sebaliknya dengan hukuman. Hukuman dianggap
sebagai tindakan yang bernilai negatif. Homans juga menjelaskan bahwa imbalan yang
diperoleh tidak hanya berupa materi (uang, harta benda), tapi juga altruis (membantu
orang lain).
4. Proposisi kelebihan/kekurangan
Jika menjelang saat tertentu, orang makin sering menerima imbalan tertentu,
maka makin kurang bernilai imbalan yang selanjutnya diberikan kepadanya. Semakin
sering tindakan seseorang dilakukan, semakin sering imbalan, atau manfaat yang
diperoleh. Maka, orang tersebut akan merasa jenuh atau bosan untuk mengulangi
tindakannya itu dan memperoleh hasil atau imbalan yang sama. Disini Homans
mengembangkan dua konsep krisis lain, yaitu ongkos dan keuntungan. Ongkos
didefinisikan sebagai suatu hal yang harus dikorbankan dalam melakukan suatu
tindakan untuk memperoleh suatu imbalan, seperti waktu dan tenaga. Keuntungan
didefinisikan sebagai hasil yang diperoleh setelah melakukan tindakan tersebut.
5. Proposisi agresi-pujian
a. Ketika tindakan seseorang tidak mendapatkan imbalan yang diharapkan, atau
menerima hukuman yang tidak diharapkan, ia akan marah. Ia cenderung
berperilaku agresif, dan akibat perilaku tersebut menjadi lebih bernilai
untuknya. Apa yang diharapkan seseorang ketika melakukan suatu tindakan
tidak menjadi kenyataan, maka tindakannya cenderung berubah. Perubahan
perilaku dan tindakannya itu akan memberi kepuasan tersendiri bagi si
pelaku. Proposisi A ini merujuk pada emosi negatif, seperti marah dan
kecewa.
b.Ketika tindakan seseorang menerima imbalan yang diharapakannya,
khususnya imbalan yang lebih besar dari yang diharapkannya, atau tidak
mendapatkan hukuman yang diharapkannya, ia akan senang, ia lebih
cenderung berperilaku menyenangkan, dan hasil dari tindakan ini lebih
bernilai baginya. Seseorang mendapatkan imbalan yang lebih daripada yang
diharapkannya atas tindakan yang telah dilakukannya, hal ini akan
berpengaruh pada perilaku orang tersebut. Perilakunya akan berubah menjadi
menyenangkan dan hal itu memberi kepuasan bagi pelaku. Proposisi B ini
berbicara mengenai emosi positif pelaku tindakan.
6. Proposisi rasionalitas
Ketika memilih tindakan alternatif, seseorang akan memilih tindakan,
sebagaimana dipersepsikannya kala itu, yang jika nilai hasilnya (V) dikalikan
probabilitas keberhasilan (p) adalah lebih besar. Seseorang dalam melakukan suatu
tindakan akan memilih alternatif tindakan yang bisa memberikan hasil yang paling
besar atau paling bermanfaat bagi dirinya.
Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan antara kompensasi terhadap kesejahteraan buruh pemetik apel di Kota Batu,
Jawa Timur melalui tingkat produktivitas
Kesejahteraan dapat dimaknai sebagai suatu keadaan dimana seseorang merasa puas
dan nyaman dengan keadaan dan kondisinya sekarang. Seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan dan memperoleh pendapatan salah satunya adalah karena ingin sejahtera. Semakin
meningkat kinerja seseorang, maka semakin tinggi pula kompensasi yang diterima serta makin
tinggi pula tingkat kesejahteraan yang dapat dicapai atau diwujudkan.
Dalam hal ini, kinerja dapat diartikan sebagai produktivitas. Adanya peningkatkan
produktivitas buruh pemetik apel berarti ada kemungkinan adanya peningkatan kompensasi
yang mana dapat dimanfaatkan guna mewujudkan kesejahteraan yang mereka inginkan.
Mereka menginginkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Maka cara untuk mewujudkan hal
tersebut salah satunya ialah dengan meningkatkan produktivitas atau kinerja mereka sebagai
buruh pemetik buah apel sehingga kompensasi yang mereka terima dapat meningkat. Karena
dalam teori produktivitas menurut Sukarna6 (yang mana merupakan teori turunan dari teori
pertukaran, yang menjadi faktor produktivitas salah satunya ialah upah kerja atau kompensasi.
Tingginya kompensasi atau pendapatan hanya akan dicapai jika produktivitas meningkat
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa kesejahteraan dapat diwujudkan salah
satunya dengan peningkatan kompensasi yang disertai dengan peningkatan produktivitas. 6 http://harisahmad.blogspot.com/2010/05/teori-produktivitas.html, diunduh tanggal 26 April 2011 pkl 18.34
Peningkatan produktivitas terjadi karena adanya harapan akan peningkatan kompensasi yang
dimanfaatkan untuk mewujudkan kesejahteraan atau kondisi kehidupan yang lebih baik.
Kompensasi yang diperoleh melalui produktivitas menjadi salah satu faktor dalam usaha
mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik sesuai dengan harapan para buruh pemetik apel.
2. Hubungan antara motivasi terhadap kesejahteraan buruh pemetik apel di Kota Batu, Jawa
Timur melalui tingkat produktivitas
Dari penjabaran teori pertukaran Hommans, motivasi dapat diartikan sebagai faktor
pendorong bagi seseorang dalam melakukan sesuatu. Seperti yang telah dijelaskan oleh
Homman dalam proposisi-proposisinya, imbalan menjadi motivasi terbesar seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan. Semakin besar dan bernilai imbalan yang didapat, semakin
bersemangat pula seseorang melakukan pekerjaan yang sama.
Adanya motivasi memungkinkan terjadinya perulangan tindakan atau pekerjaan yang
telah dilakukan di masa lampau agar kembali mendapat imbalan yang sama atau lebih baik dari
imbalan yang telah diterima. Motivasi juga memungkinkan seseorang agar melakukan suatu
pekerjaan dengan lebih baik lagi agar imbalan yang diterima lebih baik dan lebih bernilai.
Begitu pula dalam hubungan antara tingkat motivasi dengan kesejahteran buruh
melalui tingkat produktivitas. Semakin besar dan bernilai imbalan yang diterima, maka semakin
termotivasi pula orang tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan. Semakin tinggi motivasinya,
maka akan berakibat pada semakin tinggi produktivitasnya, dan semakin tinggi pula
kesejahteraannya. Hal ini berarti pewujudan kesejahteraan yang diinginkan tergantung pada
individu itu sendiri. Dalam arti apa dan bagaimana kesejahteraan itu diwujudkan tidak
tergantung pad pengaruh dari luar, melainkan tergantung dari keinginan dan besarnya motivasi
individu tersebut.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas ialah, motivasi menjadi salah
satu faktor yang berpengaruh pada kesejahteraan buruh pemetik apel. Semakin tinggi motivasi
seorang pekerja, maka dapat diharapkan kesejahteraan orang tersebut akan ikut meningkat.
Motivasi dapat mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan yang diinginkan hanya jika ada
produktivitas. Tanpa adanya produktivitas, kesejahteraan tidak akan dapat terwujud, tidak
peduli seberapa besar motivasi seseorang dalam usaha mewujudkan kesejahteraannya.
G. ASUMSI
Buruh selayaknya manusia pada umumnya ingin memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan taraf hidupnya. Tidak lebih dan tidak kurang buruh yang berada di Kota Batu,
Malang, Jawa Timur, terutama buruh pemetik apel. Oleh karena itu jika mereka dapat
memenuhi kebutuhannya tersebut maka kompensasi dan motivasi akan berpengaruh pada
kesejahteraan mereka.
H. HIPOTESIS
1. Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara kompensasi dan motivasi buruh terhadap kesejahteraan buruh
pemetik apel di Kota Batu, Jawa Timur melalui tingkat produktivitas buruh.
2. Hipotesis Minor
Semakin tinggi tingkat kompensasi buruh maka semakin tinggi pula
kesejahteraan buruh pemetik apel di Kota Batu, Jawa Timur dimana diantara
hubungan keduanya terdapat produktivitas buruh.
Semakin tinggi tingkat motivasi buruh maka semakin tinggi pula kesejahteraan
buruh pemetik apel di Kota Batu, Jawa Timur, dimana diantara hubungan
keduanya terdapat produktivitas buruh.
3. Hipotesis Geometrikal
X1 : tingkat kompensasi
X2 : tingkat motivasi
Z : tingkat produktivitas
Y : tingkat kesejahteraan
BAB II
X1
X2
Z Y
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah Metode
Penelitian Survei. Yang dimaksud dengan metode penelitian survei adalah metode penelitian
yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok dengan jenis explanatory research7, yaitu dengan mengkaji
populasi (atau Universe) yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel
yang dipilih dari populasi itu, untuk menemukan insidensi, distribusi, interelasi relatif dari
variabel-variabel sosiologis dan psikologis.
A. DEFINISI KONSEPTUAL
A.1 Produktivitas
Definisi produktivitas secara sederhana adalah hubungan antara kualitas yang
dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil itu. Sedangkan
secara umum produktivitas merupakan ratio antara kepuasan atas kebutuhan dan
pengorbanan yang dilakukan, (Rusli Syarif 1991: 1 ).
Sedangkan konsep produktivitas menurut piagam OSLA tahun 1984 adalah (J.
Ravianto,1986: 18):
a. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin
banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan
sedikit sumber daya.
b. Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif
merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif
dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap
menjaga kualitas.
c. Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen,
informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap
bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh.
d. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan
kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam
jangka panjang dan pendek, namun masing-masing negara mempunyai kesamaan
dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi.
7 Singarimbun, Masri dan Sofyan effendi, 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
e. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan tetapi
juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk
terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik.
A.2 Motivasi
Motivasi adalah keadaan didalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu
untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan (Soekamto Reksahadipraja, T.
Hani Handoko, 1997: 252)8. Motivasi atau dorongan kerja merupakan suatu hal yang penting
bagi tinggi rendahnya produktivitas perusahaan. “Motivasi penting karena dengan motivasi
ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai
produktivitas kerja yang tinggi”(Malayu, 2003 : 92)9.
Faktor-faktor motivasi terbagi ke dalam dua kelompok yaitu, faktor eksternal
(karakteristik organisasi) dan faktor internal (karakteristik pribadi). Faktor eksternal
(karakteristik organisasi) yaitu : lingkungan kerja yang menyenangkan, tingkat kompensasi,
supervisi yang baik, adanya penghargaan atas prestasi, status dan tanggung jawab. Faktor
internal (karakteristik pribadi) yaitu : tingkat kematangan pribadi, tingkat pendidikan,
keinginan dan harapan pribadi, kebutuhan, kelelahan dan kebosanan, Gouzaly (2000 : 257)
dalam bukunya, “Manajemen Sumber Daya Manusia”10.
Ada 2 (dua) jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif
(incentive positive), adalah suatu dorongan yang bersifat positif, yaitu jika pegawai dapat
menghasilkan prestasi diatas prestasi standar, maka pegawai diberikan insentif berupa
hadiah. Sebaliknya, motivasi negatif (incentive negative), adalah mendorong pegawai dengan
ancaman hukuman, artinya jika prestasinya kurang dari prestasi standar akan dikenakan
hukuman11.
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa
seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini tidak dapat melakukannya, sekalipun
hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi
seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
8 http://etd.eprints.ums.ac.id/2819/1/B100010567.pdf diunduh 1 april pukul 08.31 WIB)9 http://etd.eprints.ums.ac.id/3706/2/A210050004.pdf diunduh 27 April 2011 pukul 20.5210 http://digilib.unsri.ac.id/download/JurnalMMVol%203%20No%206%20Artikel%204%20Anwar%20Prabu.pdf 6 april 01.18)11 http://digilib.unsri.ac.id/download/JurnalMMVol%203%20No%206%20Artikel%204%20Anwar%20Prabu.pdf 6 april 01.18)
Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam
melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome
tertentu)
Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi
harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang
diharapkan12.
A.3 Kesejahteraan
Selama buruh bekerja maka perlu dilakukan motivasi kepada mereka
agar maksimal dalam melaksanakan pekerjannya. Kesejahteraan yang diberikan
sangat berarti dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental
karyawan beserta keluaraganya. Pemberian kesejahteraan ini akan menciptakan
ketenangan, semangat kerja, dedikasi, disiplin dan sikap loyal karyawan
terhadap perusahaan13.
Merujuk pada Spicker (1995), Midgley, Tracy dan Livermore (2000), Thompson
(2005), Suharto, (2005a), dan Suharto (2006), pengertian kesejahteraan sedikitnya
mengandung empat makna.
1. Sebagai kondisi sejahtera (well-being). Pengertian ini biasanya menunjuk pada
istilah kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai kondisi terpenuhinya
kebutuhan material dan non-material. Midgley, et al (2000: xi) mendefinisikan
kesejahteraan sosial sebagai “…a condition or state of human well-being.” Kondisi
sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan
dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat
dipenuhi; serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko
utama yang mengancam kehidupannya.
2. Sebagai pelayanan sosial. Di Inggris, Australia dan Selandia Baru, pelayanan
sosial umumnya mencakup lima bentuk, yakni jaminan sosial (social security),
pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan pelayanan sosial personal
(personal social services).
3. Sebagai tunjangan sosial yang, khususnya di Amerika Serikat (AS), diberikan kepada
orang miskin. Karena sebagian besar penerima welfare adalah orangorang miskin,
12 supiani.staff.gunadarma.ac.id/.../TEORI+TEORI+MOTIVASI.doc diunduh pada 27 april 2011 pukul 20.5813 Hasibuan, Malayu S. P.1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : CV Haji Masagung
cacat, penganggur, keadaan ini kemudian menimbulkan konotasi negatif pada istilah
kesejahteraan, seperti kemiskinan, kemalasan, ketergantungan, yang sebenarnya
lebih tepat disebut “social illfare” ketimbang “social welfare”.
4. Sebagai proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-
lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas kehidupan (pengertian pertama) melalui pemberian pelayanan sosial
(pengertian ke dua) dan tunjangan sosial (pengertian ketiga).
A3. Kompensasi
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang
langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebgai imbalan atas jasa yang
diberikan kepada perusahaan. Kompensasi memiliki dua bentuk, yaitu berbentuk uang
dan barang. Kompensasi dibedakan menjadi dua: kompensasi langsung (direct
compensation) berupa gaji, upah, upah insentif dan kompensasi tidak langsung (indirect
compensation atau employee welfare atau kesejahteraan rakyat). Gaji adalah balas jasa
yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang
pasti. Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan
berpedoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya. Upah insentif adalah
tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas
prestasi standar. Kompensasi (balas jasa) langsung ini merupakan hak bagi karyawan
dan menjadi kewajiban perusahaan untuk membayarnya. Tujuan pemberian
kompensasi antara lain untuk menjalin ikatan kerja sama, kepuasan kerja, pengadaan
efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, pengaruh serikat buruh dan pengaruh
pemerintah14.
Upah ialah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dan pemberian kerja
kepada penerimaan kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan
dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi
kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan
menurut suatu persetujuan, Undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar
14 Hasibuan, Malayu S. P.1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : CV Haji Masagung
suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja (Heidjrahman dan
Husnan, 1997: 61)15.
Shultz dan Coleman memandang bahwa penetapan upah sangat berkait dengan
faktor-faktor ekonomi, sehingga dengan melihat faktor-faktor ekonomi dapat diberikan
alasan atau pembenaran penetapan upah tersebut. Faktor-faktor yang menentukan
antara lain:
1. Peningkatan Kebutuhan Hidup.
2. Peningkatan Produktifitas Kerja.
3. Kemajuan (atau ketidakmampuan) majikan untuk membayar.
4. Pembayaran upah pada industri yang satu dengan industri yang lain pada suatu
wilayah.
5. Dampak yang timbul dari tinggi atau rendahnya upah dalam nilai tawar buruh (power
employment16).
B. DEFINISI OPERASIONAL
1. kompensasi
- upah
- insentif
2. motivasi
- usaha
- harapan
3. produktivitas
- keahlian
4. kesejahteraan
- pendidikan
- kesehatan dan gizi
- taraf dan pola konsumsi
- perumahan dan lingkungan
15 http://etd.eprints.ums.ac.id/4865/1/B100050315.PDF diunduh pada 28 April 2011 pukul 19.05 16http://leidenuniv.academia.edu/herlambang/Books/167604/ Kebijakan_Penangguhan_Upah_Buruh_di_Indonesia_-_Skripsi_S1-Hukum 28 aprl 2011 pukul 19.22
A. PENENTUAN STATUS VARIABEL
Agar kita lebih dalam menerangkan sebuah fenomena sosial tertentu dan lebih mudah
untuk dianalisa dan diamati lebih lanjut maka perlu ditetapkan hubungan antar variabel. Karena
fenomena sosial lebih mudah diteliti ketika hubungan antar variabelnya diketahui. Dalam
penelitian sosial mungkin saja terdapat beberapa variabel yang saling berhubungan secara
langsung ataupun melalui variabel-variabel tertentu, tetapi bisa pula variabel yang satu tidak
mempengaruhi variabel yang lainnya. Variabel-variabel tersebut digolongkan menurut kaitan
antara satu dengan lainnya dalam waktu tertentu yang kemudian menentukan status variabel
yang bersangkutan.
Hubungan antar variabel yang paling mendasar adalah hubungan antara variabel
bebas/pengaruh (independent variabel) dengan variabel terikat/terpengaruh (dependent
variabel). Apabila hubungan di antara dua jenis variabel pokok tersebut bukanlah suatu
hubungan yang langsung tetapi melalui variabel yang lain, berarti terdapat variabel antara
(intervening variabel). Dengan masuknya variabel ini hubungan statistik yang semula nampak
antara dua variabel menjadi lemah atau bahkan lenyap. (Singarimbun dan Effendi, 1989 ; 64)
Dalam penelitian ini digunakan 2 variabel, di mana masing-masing variabel mempunyai
status tertentu, yaitu:
1. Variabel Pengaruh (Independent Variable)
X1 : tingkat kompensasi
X2 : tingkat motivasi
2. Variabel Antara (Intervening Variable)
Z : tingkat produktivitas
3. Variabel Terpengaruh (Dependent Variable)
Y : tingkat kesejahteraan
B. PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya dapat diduga, atau
peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah buruh pemetik apel Kota Batu, Malang,
provinsi Jawa Timur.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel secara acak
sederhana (simple random sampling) dengan demikian setiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama untuk menjadi sampel (Husaini dan Purnomo, 2008).
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Kepustakaan
Teknik pengumpulan data dengan kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang mendukung dalam menjelaskan fenomena serta melengkapi informasi
tentang masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik ini digunakan dalam
keseluruhan proses penelitian sejak perencanaan sampai dengan pelaporan
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan hal pokok dalam pengumpulan data. Dalam kuesioner terdapat
daftar pertanyaan yang diberikan pada responden. Hasil kuesioner tersebut akan
dimasukkan ke dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik, dan uraian serta
kesimpulan dalam penelitian. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk
memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei dan memperoleh informasi
dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. Dengan membuat daftar pertanyaan
secara tertulis dengan tujuan pokok untuk memperoleh data informasi yang relevan.
Ada empat jenis pertanyaan kuesioner:
Pertanyaan tertutup
Kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak
diberi kesempatan memberikan jawaban lain.
Pertanyaan terbuka
Kemungkinan jawabannya tidak ditentukan terlebih dahulu dan responden bebas
memberikan jawaban.
Kombinasi tertutup dan terbuka
Jawabannya sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
Pertanyaan semi terbuka
Pada pertanyaan semi terbuka jawabannya sudah tersusun tetapi masih ada
kemungkinan tambahan jawaban.
c. Interview guide
Wawancara merupakan teknik komunikasi langsung antar peneliti dengan responden
dan menjadi salah satu bagian terpenting untuk mendapatkan informasi mengenai objek
yang diteliti. Kegiatan wawancara dilakukan dengan tatap muka dan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disusun.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bentuk pengumpulan dan pencatatan data yang diperoleh
dengan menggunakan media sebagai bentuk laporan baik secara tertulis maupun berupa
foto.
D. TEKNIK PENGUMPULAN SKOR
Pada tahap penentuan skor, ada dua hal yang harus diperhatikan oleh peneliti. Pertama
adalah peneliti harus membuat keputusan tentang jenjang (range skor) untuk indeks yang telah
disusunnya. Hal kedua yang diperhatikan adalah menetukan skor yang akan diberikan pada
setiap jawaban dari masing – masing pertanyaan. Dalam penelitian survei ini, jawaban yang
diberikan oleh responden memiliki skor tertentu yang bergerak antara 1 sampai 3. Apabila
diketahui suatu pertanyaan adalah favorable, maka jawaban yang tidak mendukung diberi skor
1, jawaban yang kurang mendukung mendapat skor 2, dan jawaban paling mendukung diberi
skor 3.
Untuk menentukan tinggi rendahnya atau baik buruknya suatu variabel tertentu, maka
terlebih dahulu ditentukan interval kategori, yakni selisih antara skor tertinggi dengan skor
terendah dibagi dengan banyaknya alternative jawaban dalam skala.
Skor tertinggi – skor terendah
Indeks =
Banyaknya alternatif jawaban
E. TEKNIK ANALISA DATA
1. Analisis Chi Square
Berfungsi untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel data yang
diperoleh melalui observasi.
Rumus:
Fh
fhfoX 2
2
Keterangan:
X = nilai Chi Square
F = frekuensi observasi
Fh = frekuensi harapan
(Hadi, 2004: 259)
Setelah mendapatkan hasil yang signifikan dari X² maka untuk mengetahui
seberapa besar hubungan antara pertanyaan dari variabel satu dengan variabel lain
diketahui dengan rumus:
2
2
XN
XCC
Keterangan:
CC = Koefisien kontingensi (0,5)
N = Jumlah total
Sedang untuk mengetahui tingkat asosiasi digunakan rumus sebagai berikut:
mCc /11max
Keterangan:
m = jumlah terkecil dari baris atau kolom
Dari derajat hubungan tersebut, maka dapat dikategorikan menjadi tiga:
a. CC > 0,5 CCmax, maka derajat hubungan tinggi
b. CC = 0,5 CCmax, maka derajat hubungan sedang
c. CC < 0,5 CCmax, maka derajat hubungan rendah
2. Korelasi Produk Moment
Analisa ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara dua variabel
(variabel bebas dan variabel terikat).
Rumus:
(Hadi, 2004: 240)
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = jumlah sampel
X = variabel bebas
Y = variabel terikat
3. Analisis Regresi Linier Berganda
a. Korelasi Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara satu variable
terikat dengan kombinasi keseluruhan variabel bebas secara bersama-sama. Rumus
yang digunakan sebagai berikut :
2
332211
Y
YXaYXaYXaR
Untuk mengetahui taraf signifikan korelasi berganda tersebut digunakan tes
signifikasi dengan rumus :
Freg = R2 (N-k-1)
(1-R)2k
Keterangan :
R = koefisien korelasi berganda
N = jumlah sample
K = jumlah variabel bebas ( Hadi, 1983: 33 dalam Laporan Praktikum 1, 2008)
b. Analisis Korelasi Koefisien Determinasi
Analisa ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh seluruh
variabel predikter secara bersama-sama terhadap variabel kriterium. Besarnya koefisien
predikter ini dapat diketahui dengan mengkuadratkan korelasi berganda (R2).
c. Analisis Sumbangan Relatif dan Sumbangan efektif
Untuk mengetahui sumbangan relatif dan sumbangan efektif prediktor lebih
dahulu dicari jumlah kuadrat regresi dengan rumus :
JKreg = (a1 ∑X1Y+a2∑X2Y+a3∑X3Y)
Analisis sumbangan relatif digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan
efektif masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Rumus :
SR%Xn = an∑XnY x 100%
JKreg
Analisis sumbangan efektif digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan
afektif masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Rumus :
SE%Xn = SR% XnR2
(Hadi, 1992: 43 dalam Laporan Praktikum 1, 2008)
d. Analisis Ketepatan Prediksi
Untuk mengetahui kecermatan dari prediksi dalam persamaan garis regresi.
Suatu persamaan dikatakan cermat apabila :
Standar Deviasi Y > Standar Error of Estimate
e. Uji Residual
Untuk mengetahui kemungkinan adanya variabel lain yang mempengaruhi
variabel terikat yang tidak terungkap dalam penelitian.
Rumus :
E = 1 – R2
Keterangan:
E = residu
R = Koefisien determinasi
4. Analisis Korelasi Parsial
a) Korelasi Parsial (jenjang1)
Rumus:
2.112.1
2.12.1.21.
22 ryr
rryryry
b) Korelasi Parsial (jenjang2)
Rumus:
2.3
223.1
2
2.323.121.3.21
11
Y
YYY
rr
rrrr
Korelasi parsial digunakan:
Untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel dengan mengontrol variabel lainnya
Untuk mengetahui hubungan murni atau tidak
Interpertasi korelasi parsial
X1Y : signifikan
X1Y-X2 : tidak signifikan, maka X2 sebagai VARIABEL INTERVENING
X1Y : signifikan
X1Y-X2 : signifikan, maka HUBUNGAN MURNI
X1Y : positif
X1Y-X2 : negatif, maka X2 sebagai VARIABEL KONTROL
X1Y : negatif
X1Y-X2 : positif, maka X2 sebagai VARIABEL KONTROL
X1Y : tidak signifikan
X1Y-X2 : signifikan, maka X2 sebagai VARIABEL KONTROL/
PENGGANGGU
X1Y : tidak signifikan
X1Y-X2 : tidak signifikan maka TIDAK BERKORELASI
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
BPS. Jawa Timur dalam Angka 1988.
BPS. Jawa Timur dalam Angka 2008.
Buletin Pertanian dan Peternakan vol 4 no 8 thn 2003:116-122
Hadi, Sutrisno. 2004. Statistik. Yogyakarta : Andi Offset
Hasibuan, Malayu S. P. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Haji Masagung
Mubyarto, dkk. 1992. Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan. Yogyakarta : Aditya Media
Ritzer, George. 2009. Teori Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, Jakarta: Rajawali Pers
Ritzer, George, Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi, Bantul: Kreasi Wacana
Ritzer, George, Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana
Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES
Singarimbun, Masri dan Sofyan effendi, 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
Usman, Husaini, Purnomo Setiady. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.
Yustika, Ahmad Erani. 2000. Industrialisasi Pinggiran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
___________. Laporan Penelitian Praktikum 1 Jurusan Ilmu Sosiatri 2007: Partisipasi
Masyarakat Terhadap Program CSR PT. Pertamina UP IV Cilacap, Jawa Tengah (Studi Tentang
Tingkat Persepsi dan Tingkat Harapan Nilai Manfaat Melalui Tingkat Responsibilitas
Masyarakat)
Sumber internet:
http://id.shvoong.com/travel/destination/2062893-apel-batu-hidup-segan-mati/ diunduh
pada 7 April 2011 16:04
http://etd.eprints.ums.ac.id/2819/1/B100010567.pdf diunduh 1 april pukul 08.31 WIB
http://etd.eprints.ums.ac.id/3706/2/A210050004.pdf diunduh 27 April 2011 pukul 20.52
http://digilib.unsri.ac.id/download/JurnalMMVol%203%20No%206%20Artikel
%204%20Anwar%20Prabu.pdf diunduh pada 6 april 2011 pk 01.18
supiani.staff.gunadarma.ac.id/.../ TEORI + TEORI +MOTIVASI.doc diunduh pada 27 april 2011
pukul 20.58
PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP KESEJAHTERAAN
BURUH PEMETIK APEL MELALUI TINGKAT PRODUKTIVITAS
(Studi Kasus Buruh Pemetik Apel di Kota Batu, Jawa Timur)
DIISI OLEH PENELITI
1. Nama pewawancara : Kelompok :
2. Tanggal Wawancara : Waktu : .........sd..........WIB
DATA DIRI RESPONDEN
- Nama:
- Umur:
- Alamat :
- Pekerjaan :
-Pendidikan terakhir :
- Jenis kelamin: perempuan/laki-laki*
- Status: nikah/belum nikah*
(*coret yang tidak perlu)
TINGKAT KOMPENSASI BURUH
Upah
1. Apakah pekerjaan utama Bapak/Ibu, Sdra/i adalah buruh pemetik apel?
a. Ya (3)
b. tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
2. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memiliki pekerjaan lain selain memetik apel?
a. Ya (3)
b. tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
3. Bagaimana status pekerjaan Bapak/Ibu, Sdra/i dalam memetik apel?
a. Buruh tetap (3)
b. Buruh lepas (2)
c. Tidak tahu (1)
4. Saya akan mendapat bonus jika memetik lebih banyak apel.
a. Ya (3)
b. Tidak (2)
c. Ragu-ragu (1)
No Pernyataan Sangat
Setuju
(5)
Setuju
(4)
Ragu-
Ragu
(3)
Tidak
Setuju
(2)
Sangat
Tidak
Setuju
(1)
5. Upah yang diterima sesuai dengan hasil
kerja saya
Insentif
6. Selama 3 bulan terakhir apakah mendapat insentif?
a. Ya (3)
b. Tidak (2)
c. Ragu-Ragu (1)
TINGKAT MOTIVASI BURUH
Usaha
7. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i puas dengan pekerjaan sebagai buruh pemetik apel?
a. Ya (3)
b. tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
8. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memetik banyak apel agar upah naik?
a. Ya (3)
b. tidak (2)
c. Ragu-ragu (1)
No. Pernyataan Sangat
Setuju
(5)
Setuju
(4)
Ragu-
Ragu
(3)
Tidak
Setuju
(2)
Sangat
Tidak
Setuju
(1)
9. Saya serius dengan pekerjaan saya
sebagai buruh pemetik apel
10. Saya bekerja memetik apel tanpa paksaan
11. Saya merasa bertanggung jawab dalam
bekerja
12. Dalam memetik apel saya selalu
memenuhi target yang ingin dicapai
13. Saya selalu berusaha untuk memperbaiki
cara memetik apel
14. Saya selalu bekerja walaupun tidak ada
kebutuhan mendesak
15. Saya senang dengan pekerjaan saya
sebagai buruh pemetik apel
16. Saya merasa dihargai lingkungan sekitar
jika saya bekerja
17. Saya senang bekerja sama dengan buruh
pekerja lain
18. Saya selalu puas setiap kali
menyelesaikan memetik apel
19. Saya bisa menyesuaikan diri dalam
lingkungan perkebunan apel
Harapan
No. Pernyataan Sangat
Setuju
(5)
Setuju
(4)
Ragu-
Ragu
(3)
Tidak
Setuju
(2)
Sangat
Tidak
Setuju
(1)
20. Saya akan mendapatkan bonus jika saya
bekerja dengan baik
21. Saya memetik apel untuk memperbaiki
keadaan ekonomi keluarga
TINGKAT PRODUKTIVITAS BURUH
Keahlian
22. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i menemukan kesulitan dalam memetik apel?
a. Ya (1)
b. Tidak (3)
c. Ragu-Ragu (2)
23. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memetik apel berdasarkan warna?
a. Ya (3)
b.Tidak (1)
c. Ragu-Ragu (2)
24. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memetik apel berdasarkan ukuran buah?
a. Ya (3)
b.Tidak (1)
c. Ragu-Ragu (2)
25. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i mengetahui cara memetik apel dari keluarga?
a. Ya (3)
b.Tidak (2)
c. Ragu-Ragu (1)
No. Pernyataan Sangat
Setuju
(5)
Setuju
(4)
Ragu-
Ragu
(3)
Tidak
Setuju
(2)
Sangat
Tidak
Setuju
(1)
26. Saya tidak pernah gagal dalam
melakukan pekerjaan memetik apel
27. Saya memetik apel dengan hati-hati
28. Saya dapat membedakan buah yang akan
dipetik
29. Saya yakin pada kemampuan saya dalam
memetik apel
30. Saya tidak pernah salah memetik buah
apel
TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH
Pendidikan
31. Apakah putra/i Bapak/Ibu, Sdra/i bersekolah?
a. Ya (3)
b. Tidak (2)
c. Tidak tahu (1)
Taraf dan Pola Konsumsi
32. Berapa kali Bapak/Ibu, Sdra/i makan dalam sehari?
a. 1 (1)
b. 2 (2)
c. 3 (3)
33. Apakah semua gaji dari Bapak/Ibu, Sdra/i digunakan untuk konsumsi?
a. Ya (1)
b. Tidak (3)
c. Ragu (2)
34. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i merasa kebutuhan harian sudah terpenuhi?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Ragu (2)
35. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memiliki anggaran untuk barang-barang selain
kebutuhan pokok
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Ragu (2)
36. Apakah keluarga Bapak/Ibu, Sdra/i setiap hari mengkonsumsi nasi?
a. Ya (3)
b.Tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
37. Apakah keluarga Bapak/Ibu, Sdra/i mengkonsumsi lauk setiap hari?
a. Ya (3)
b.Tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
38. Apakah barang kebutuhan pokok Bapak/Ibu, Sdra/i sudah terpenuhi?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Tidak tahu (2)
39. Berapa kali dalam seminggu Bapak/Ibu, Sdra/i mengkonsumsi daging (sapi,
ayam, ikan)
a. Tidak (1)
b. 1-3 kali (2)
c. >3 kali (3)
40. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memiliki anggaran hiburan?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Ragu (2)
41. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memiliki anggaran kesehatan?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Ragu (2)
42. Apakah dalam 1 bulan terakhir Anda membeli peralatan elektronik?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Ragu (2)
Kesehatan dan Gizi
43. Apakah dalam tiga bulan terakhir, dalam keluarga Bapak/Ibu, Sdra/i ada yang pergi
memeriksakan diri ke dokter / puskesmas / mantri?
a. Ya (3)
b.Tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
Perumahan dan Lingkungan
44. Apakah tersedia air bersih yang cukup di rumah tempat tinggal Bapak/Ibu, Sdra/i ?
a. Ya (3)
b.Tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
45. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i merasa nyaman bertempat tinggal di tempat tinggal yang
dihuni saat ini?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
46. Apakah status rumah Bapak/Ibu, Sdra/i?
a. Milik sendiri (3)
b. Kontrak (2)
c. Menumpang (1)
47. Berapa banyak tanggungan keluarga yang tinggal di rumah Bapak/Ibu, Sdra/i?
a. < 3 orang (3)
b. 3-5 orang (2)
c. > 5 orang (1)
48. Apakah dalam rumah Bapak/Ibu, Sdra/i, ada anggota keluarga di luar anggota
keluarga inti?
a. Ya (1)
b. Tidak (3)
c. Ragu-ragu (2)
49. Apakah rumah Bapak/Ibu, Sdra/i sudah terbuat dari tembok?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
50. Apakah dalam rumah Bapak/Ibu, Sdra/i terdapat kamar mandi?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
51. Apakah rumah Bapak/Ibu, Sdra/i dilengkapi dengan fasilitas listrik ?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
52. Apakah rumah Bapak/Ibu, Sdra/i cukup memberikan kenyamanan bagi anda ?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
53. Apakah rumah Bapak/Ibu, Sdra/i cukup memberikan keamanan bagi anda ?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
54. Apakah tempat tinggal Bapak/Ibu, Sdra/i sesuai dengan harapan?
a. Ya (3)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (2)
55. Kepemilikan barang
No Jenis Barang Jumlah Barang Harga
Persatuan
Indeks Nilai
1 Motor
2 TV
3 Gerobak
4 Handphone
5 Sepeda
6 Radio / Tape