PROMOSI DIGITAL DESTINASI DIGITAL
BANTEN OLEH GENERASI PESONA
INDONESIA (GENPI) BANTEN
(Studi pada Pasar Kampung Bekelir)
SKRIPSI
(Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada konsentrasi Humas
Program Studi Ilmu Komunikasi)
Disusun oleh
Annisa Ratu (6662141190)
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2018
iv
v
ABSTRAK
Annisa Ratu. NIM. 6662141190. Promosi Digital Destinasi Digital Banten
Oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten (Studi pada Pasar
Kampung Bekelir). Pembimbing I: Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si. dan
Pembimbing II: Iman Mukhroman, M.Si.
Saat ini teknologi digital sangat mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat,
bahkan banyak kebutuhan yang muncul akibat pengaruh digitalisasi ini, termasuk
salah satunya kebutuhan untuk diakui secara digital. Destinasi digital merupakan
destinasi baru yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pengakuan
secara digital, oleh karena itu destinasi ini memiliki ciri kebaruan, bagus untuk
berfoto, dan bagus untuk diunggah ke berbagai platform digital. Destinasi digital
merupakan salah satu program Kementerian Pariwista Republik Indonesia untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.
Destinasi digital dibuat oleh Kementerian Pariwisata melalui Komunitas Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) yang tersebar di seluruh Indonesia. Komunitas ini
merupakan komunitas pariwisata yang aktif di dunia digital. Komunitas ini
bergerak di promosi pariwisata Indonesia termasuk salah satunya destinasi digital.
Dalam mempromosikan destinasi digital Generasi Pesona Indonesia (GenPI)
Banten menggunakan tiga platform sosial media populer, yaitu Facebook, Twitter,
dan Instagram. Fokus masalah penelitian ini adalah bagaimana proses promosi
destinasi digital yang dilakukan oleh GenPI Banten di ketiga media sosial
tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses promosi digital
destinasi digital, untuk mengetahui cara GenPI Banten mengelola informasi
promosi destinasi digital, untuk mengetahui gangguan promosi digital destinasi
digital dan penanganannya, untuk mengetahui umpan balik dari sasaran promosi.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teori yang
digunakan adalah Teori Difusi Inovasi oleh Everett M. Rogers. Hasil penelitian
ini adalah bahwa proses promosi digital destinasi digital oleh GenPI Banten
melalui beberapa tahap komunikasi, kemudian dalam mengelola informasi
promosi dengan memperhatikan karakteristik media sosial yang digunakan agar
lebih dimengerti.
Kata Kunci: Destinasi Digital, Promosi Digital, Teori Difusi Inovasi.
vi
ABSTRACT
Annisa Ratu. NIM. 6662141190. Digital Promotion of Destinasi Digital Banten
By Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten (A Descriptive Study on Pasar
Kampung Bekelir). Advisor I: Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si. and
Advisor II: Iman Mukhroman, M.Si.
Digital technology nowadays is affecting everydays life, even there are many
needs that arise due to this digitalization, including the need for recognition in the
digital world. Destinasi digital is a new tourism destination which can fulfill the
need for recognition in digital platform, therefore this new tourism destination
has some characteristics such as inovative, good for taking pictures, and good to
be uploaded in various digital platforms. Destinasi digital is a program which ran
by Ministry of Tourism Republic of Indonesia to increase the tourism visit.
Destinasi digital is made by Ministry of Tourism Republic of Indonesia through
the role of a community called Generasi Pesona Indonesia (GenPI) in all over the
country. This community is active on a digital world. This community is active in
promoting Indonesian tourism, including destinasi digital. In promoting destinasi
digital, Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten is using three popular social
media platforms, such as Facebook, Twitter, and Instagram. This research focus
on the process of how GenPI Banten promoting the destinasi digital in Facebook,
Twitter, and Instagram. The purpose of this study is to determine the process of
promoting the destinasi digital in digital platforms, to know how GenPI Banten
manages the information of destinasi digital, to determine the barriers to digital
promotion of the destinasi digital and how to handle it, and to know the feedback
from the promotion target. This study used a descriptive qualitative method. This
study used Diffusion and Innovation Theory by Everett M. Rogers. In the end, the
study shows that the process of digital promotion in promoting destinasi digital by
GenPI Banten is through some communication steps, and GenPI Banten takes
concern to the characteristics of social media which used to promote destinasi
digital.
Keywords: Destinasi Digital, Digital Promotion, Diffusion and Innovation
Theory.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan tugas akhir untuk meraih gelar sarjana. Adapun
skripsi ini berjudul Promosi Digital Destinasi Digital Banten oleh Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten (Studi pada Pasar Kampung Bekelir).
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna karena segala
keterbatasan penulis. Alhamdulillah, penyusunan skripsi ini lancar berkat bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati, penulis
berterimakasih kepada semua pihak atas segala bantuan, dukungan, nasehat,
motivasi, serta doa. Maka, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Allah SWT karena telah melimpahkan segala rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis selalu mendapatkan kemudahan dan semangat selama
proses penyusunan skripsi.
2. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
viii
5. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I
yang telah bersedia membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini
dengan penuh kesabaran. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
keberkahan.
6. Bapak Iman Mukhroman, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang juga
telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. Semoga Allah
SWT senantiasa membalasnya dengan kebaikan.
7. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos, M.I.kom. selaku Ketua Penguji Sidang
Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menguji skripsi ini.
8. Bapak Ari Pandu Witantra, M.I.Kom selaku Penguji Sidang Skripsi yang
telah meluangkan waktunya untuk menguji skripsi ini.
9. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis dalam bidang akademik.
10. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi yang telah membagi ilmunya dan Staff
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
11. Komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten yang telah
memberikan saya kesempatan untuk bergabung dan belajar bersama
mengenai Pariwisata Indonesia. Terimakasih juga kepada para narasumber
yang telah bersedia memberikan informasi kepada penulis demi
kelengkapan skripsi ini.
12. Orangtua penulis yang selalu mencintai penulis, memberi selalu
memberikan dukungan, nasehat, motivasi, bantuan, dan doa sehingga
penulis terus semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah
ix
SWT senantiasa memberikan rahmat, karunia, perlindungan, umur
panjang, kesehatan, serta mengabulkan segala doa-doa Mama dan Papa.
13. Adik-adik penulis yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis.
Semoga Allah SWT mengabulkan segala cita-cita dan doa kalian.
14. Keluarga besar penulis di Tulungagung dan Surabaya yang senantiasa
memberikan dukungan dan doa kepada penulis. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan keberkahan kepada keluarga besar penulis.
15. Teman-teman Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
baik hati. Terimakasih atas kebersamaannya.
16. Teman-teman terdekat selama empat tahun terakhir, Ermanatu Rosidah,
Hendra Fitriansyah, Luliyana Rimawati, Muhammad Aryo Wibowo,
Nafisa Nuraini, Puput Fujianti, Rai Intan Nurul Fajri, Riska Aulia, dan
Yunita Sintono yang telah memberikan motivasi dalam menjalankan
kebaikan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kebahagiaan.
17. Teman-teman Tirta FM yang senantiasa memberikan motivasi dan
bersedia membagi ilmu mengenai radio dan manajemennya. Terimakasih
atas kebersamaannya. Semoga Tirta FM selalu berjaya di udara dan
semakin baik.
18. Semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini,
oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
x
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi teman-teman mahasiswa
khususnya mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Serang, 6 Juni 2018
Annisa Ratu
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 10
1.3. Identifikasi Masalah .................................................................................... 10
1.4. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 11
1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 12
1.5.1. Manfaat Teoritis ............................................................................... 12
1.5.2. Manfaat Praktis ................................................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 14
2.1. Komunikasi Pemasaran ............................................................................... 14
xii
2.2. Pemasaran Era Digital ................................................................................. 21
2.3. New Media .................................................................................................. 23
2.4. Viral Marketing ........................................................................................... 31
2.5. Cyber Community ....................................................................................... 33
2.6. Destinasi Digital .......................................................................................... 37
2.7. Teori Difusi Inovasi ..................................................................................... 40
2.8. Kerangka Berfikir ........................................................................................ 44
2.9. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 52
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian .............................................................. 52
3.2. Paradigma Penelitian ................................................................................... 53
3.3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 54
3.4. Informan Penelitian ..................................................................................... 57
3.5. Analisis Data ............................................................................................... 60
3.6. Uji Keabsahan Data ..................................................................................... 61
3.7. Lokasi dan Watku Penelitian ....................................................................... 63
3.7.1. Lokasi Penelitian .............................................................................. 63
3.7.2. Waktu Penelitian .............................................................................. 64
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 65
4.1. Deskripsi Subjek Penelitian ......................................................................... 65
4.1.1. Sejarah Generasi Pesona Indonesia (GenPI) ................................... 65
4.1.2. Profil Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten .......................... 67
4.1.3. Kegiatan Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten ..................... 71
xiii
4.1.4. Deskripsi Informan Penelitian.......................................................... 76
4.2. Deskripsi Objek Penelitian .......................................................................... 80
4.2.1. Destinasi Digital Banten .................................................................. 80
4.2.2. Media Sosial Facebook, Twitter, Instagram .................................... 89
4.3. Analisis Data Penelitian .............................................................................. 91
4.3.1. Proses Promosi Digital Destinasi Digital ........................................ 91
4.3.2. Pengelolaan Informasi di Media Sosial ......................................... 102
4.3.3. Hambatan dan Penanganan Hambatan Komunikasi ...................... 110
4.3.4. Umpan Balik Promosi .................................................................... 113
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 121
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 121
5.1.1. Proses Promosi Digital Destinasi Digital ...................................... 121
5.1.2. Pengelolaan Informasi di Media Sosial ......................................... 122
5.1.3. Hambatan dan Penanganan Hambatan Promosi ............................ 123
5.1.4. Umpan Balik Promosi .................................................................... 123
5.2. Saran .......................................................................................................... 124
5.2.1. Saran Praktis .................................................................................. 124
5.2.2. Saran Akademis ............................................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 126
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Relasi antara Bauran Pemasaran dengan Bauran Komunikasi .............. 16
Tabel 2.2. Perbedaan Historis antara First Media Age dan Second Media Age ... 25
Tabel 2.3. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 50
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian................................................................................... 64
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Logo Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten ........................... 69
Gambar 4.2. Kegiatan Seminar GenPI Banten....................................................... 73
Gambar 4.3. Kegiatan Pelatihan Fotografi GenPI Banten .................................... 74
Gambar 4.4. Kegiatan Familiarization Trip GenPI Banten ................................... 75
Gambar 4.5. Kegiatan persiapan Launching Pasar Kaulinan Menes .................... 76
Gambar 4.6. Kegiatan di Pasar Kampung Bekelir ................................................. 86
Gambar 4.7. Kegiatan di Pasar Kaulinan Menes ................................................... 87
Gambar 4.8. Foto promosi Destinasi Digital Pasar Kampung Bekelir ................. 93
Gambar 4.9. Foto promosi Destinasi Digital Pasar Kaulinan Menes .................... 94
Gambar 4.10. Percakapan Anggota GenPI Banten di Grup obrolanWhatsApp ... 97
Gambar 4.11. Konten promosi berupa foto Destinasi Digital Pasar Kampung
Bekelir di Facebook GenPI Banten ............................................. 105
Gambar 4.12. Konten promosi berupa pamflet jadwal acara Destinasi Digital
Pasar Kaulinan Menes di Facebook GenPI Banten ..................... 105
Gambar 4.13. Konten promosi berupa tulisan di Twitter GenPI Banten ............. 107
Gambar 4.14. Konten promosi berupa video di Instagram GenPI Banten .......... 108
Gambar 4.15. Umpan Balik pada promosi Pasar Kampung Bekelir
di Facebook ................................................................................. 117
Gambar 4.16. Umpan balik pada promosi Pasar Kampung Bekelir
di Instagram ................................................................................. 118
Gambar 4.17. Umpan balik di pada promosi Pasar Kampung Bekelir
xvi
di Twitter ..................................................................................... 118
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Proses Komunikasi .............................................................................. 19
Bagan 2.2. Kerangka Berfikir ................................................................................ 44
Bagan 4.1. Struktur Kepengurusan Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten .. 69
Bagan 4.2. Struktur Kepanitiaan Destinasi Digital Pasar Kaulinan Menes
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten...................................... ..88
Bagan 4.3. Alur Distribusi Pesan Promosi Digital Destinasi Digital Banten ....... 98
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Pernyataan Narasumber
Lampiran 3 Dokumentasi
Lampiran 4 Pedoman Observasi
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
Lampiran 6 Transkrip Wawancara
Lampiran 7 Catatan Bimbingan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi pariwisata. Faktor
keindahan alam dan sumber daya manusia hingga keragaman budaya dan agama
Indonesia membuat Indonesia memiliki potensi yang baik di bidang pariwisata
(Bungin, 2015). Pariwisata Indonesia pun memiliki kontribusi dalam
pembangunan perekonomian nasional, pengembangan wilayah maupun
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kontribusi terhadap penciptaan
lapangan kerja, meningkatnya devisa, dan meningkatnya Produk Domestik Bruto
(PDB) di setiap tahunnya ((t.n.), 19 September 2017). Dengan potensi pariwisata
yang dimiliki Indonesia, negara ini bisa terus memajukan pariwisata Indonesia
dengan terus memperbaiki kondisi dan meningkatkan kualitas destinasi wisata
Indonesia serta gencar mempromosikan parwisata Indonesia baik di Indonesia
maupun di mancanegara.
Untuk memajukan pariwisata Indonesia secara keseluruhan, diperlukan
kerjasama dari berbagai pihak, terutama pihak-pihak dari daerah-daerah di
Indonesia. Hal ini perlu dilakukan karena Indonesia merupakan negara kepulauan
dengan banyak sekali destinasi wisata, sehingga dengan adanya pihak-pihak yang
bergerak memajukan pariwisata di setiap daerah mereka, maka kegiatan
memajukan pariwisata ini akan semakin terfokus ke daerah masing-masing dan
2
2
akan membantu memajukan pariwisata Indonesia secara keseluruhan. Menurut
Menteri Pariwisata Arief Yahya, untuk memajukan sektor pariwisata, pihak
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia tidak bisa bergerak sendirian,
melainkan bergerak bersama dengan konsep Indonesia Incorporated. Indonesia
Incorporated sendiri terinspirasi dari konsep Pentahelix ABGCM (Academics,
Business, Government, Community, Media). Indonesia Incorporated sendiri
mengacu pada upaya memajukan pariwisata Indonesia beramai-ramai dengan
melibatkan banyak pihak, maksudnya seluruh unsur pentahelix tersebut
bekerjasama untuk memajukan pariwisata Indonesia. (Admin Dispar, 31 Oktober
2017).
Setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan dan potensi pariwisata yang
dapat digali. Provinsi Banten pun memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah
baik jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Terbukti dari
masuknya salah satu destinasi wisata Banten, Tanjung Lesung ke dalam salah satu
dari sepuluh destinasi prioritas nasional (Biro Hukum dan Komunikasi Publik, 13
April 2016). Bahkan Dinas Pariwisata Provinsi Banten pun mengusung tujuh
destinasi wisata prioritas Provinsi Banten yaitu Banten Lama, Tanjung Lesung,
Sawarna, Anyer-Carita, Cisadane, Baduy, dan Ujung Kulon yang dijuluki Banten
7 Wonders agar promosi destinasi wisata tersebut lebih gencar dilakukan dan
terfokus mengingat Banten 7 Wonders merupakan destinasi terkemuka yang
perkembangannya cukup baik sehingga akan dapat berkembang pesat jika terus
diperhatikan (Admin Dispar, 31 Oktober 2017). Selain destinasi prioritas tersebut,
ada banyak destinasi wisata menarik yang dapat ditemukan di penjuru Banten.
3
3
Untuk memajukan pariwisata Banten pun dibutuhkan peran serta unsur-unsur
pentahelix juga. Jadi bukan hanya pemerintah melalui Dinas Pariwisata Provinsi
Banten saja, melainkan juga akademisi, pihak-pihak dari ranah bisnis atau
enterpreneur, komunitas, dan media.
Di era digital ini, masyarakat sudah sangat bergantung pada gadget yang
tersambung dengan jaringan internet. Begitu mudahnya akses internet dan
praktisnya penggunaan gadget, ditambah dengan perkembangan media sosial dan
platform informasi dan pemberitaan digital yang pesat, masyarakat sekarang
dalam mengakses informasi pun lebih memilih melalui media sosial dan media
online. Digitalisasi yang dewasa ini mempengaruhi hampir seluruh aspek
kehidupan juga mempengaruhi promosi pariwisata Indonesia. Perkembangan
zaman menuntut pariwisata Indonesia juga berkembang agar bisa memenuhi
kebutuhan masyarakat. Hal ini melatarbelakangi tercetusnya ide di Kementerian
Pariwisata untuk mengajak generasi muda yang melek teknologi digital dan
sangat bergantung pada teknologi ini untuk bersama-sama memajukan pariwisata
Indonesia melalui promosi di berbagai platform media sosial dan media online.
Promosi atau Promotion merupakan salah satu elemen bauran pemasaran
selain product, price, dan place. Karena pentingnya promosi, pada
perkembangannya akhirnya sebagian besar komunikasi perusahaan berlangsung
sebagai bagian dari suatu program promosi yang diawasi dan direncanakan
dengan hati-hati (Morissan, 2010). Instrumen dasar yang digunakan untuk
mencapai tujuan komunikasi perusahaan disebut dengan bauran promosi
(promotional mix). Promotional Mix merupakan instrumen komunikasi pemasaran
4
4
terpadu (integrated marketing communications) yang memainkan peran penting.
Promotional mix merupakan kombinasi berbagai cara memasarkan produk untuk
memberikan informasi kepada konsumen secara maksimal. Secara tradisional
terdapat empat elemen promotional mix, yaitu iklan, promosi penjualan,
publikasi/humas, dan personal selling, kemudian Belch dan Belch menambahkan
dua elemen lagi yaitu direct marketing dan interactive marketing (Morissan,
2010).
Di era yang serba digital ini sangat mempengaruhi sistem komunikasi,
begitu juga komunikasi pemasaran yang dulu masih menggunakan media-media
konvensional, sekarang sudah beralih ke digital, namun bukan berarti media
konvensional ditinggalkan begitu saja. Perkembangan dan adapatasi media
komunikasi akan selalu ada seiring dengan kebutuhan masyarakat. Pemasaran
bidang pariwisata pun sudah terdigitalisasi.
Generasi Pesona Indonesia atau yang lebih sering disebut GenPI adalah
komunitas sukarelawan yang mempunyai kemampuan lebih di dunia internet
(Yahya, 22 November 2017). Komunitas yang berbasis digital ini bertugas
mempromosikan pariwisata mulai dari destinasi wisata, acara-acara pariwisata,
hingga kebijakan pemerintah terkait perkembangan pariwisata (Admin Dispar, 30
Mei 2017). Anggota Generasi Pesona Indonesia (GenPI) adalah mereka yang
memiliki minat di bidang pariwisata dan rutin mengakses blog dan media sosial
dalam berbagai platform.
5
5
Awal mula terbentuknya Generasi Pesona Indonesia (GenPI) adalah untuk
tim pemenangan kompetisi World Halal Tourism Award (WHTA) pada tahun
2015 dan 2016. Generasi Pesona Indonesia (GenPI) pertama adalah GenPI
Lombok Sumbawa yang diresmikan oleh Kementerian Pariwisata pada 3 Oktober
2016. GenPI Lombok Sumbawa langsung membuktikan kontribusinya dengan
menyukseskan vote kompetisi WHTA sehingga berhasil memenangkan 12
penghargaan (Yahya, 22 November 2017). Selain itu Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) juga berkontribusi pada beberapa prestasi pariwisata Indonesia di tingkat
internasional. Karena kesuksesan inilah Kementerian Pariwisata kemudian
membentuk Generasi Pesona Indonesia (GenPI) lainnya di berbagai daerah di
Indonesia sebagai bentuk komitmen untuk memajukan pariwisata Indonesia
khususnya melalui dunia digital. Dengan terbentuknya Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) di berbagai wilayah di Indonesia, maka konsep Indonesia Incorporated
akan terealisasikan, khususnya di unsur pentahelix Community karena GenPI
sendiri berbentuk komunitas.
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten sendiri terbentuk pada 29 Mei
2017. Tujuan dibentuknya GenPI Banten dan GenPI di wilayah-wilayah lainnya
adalah untuk mempromosikan pariwisata daerah secara digital. Dengan gerakan
mempromosikan pariwisata daerah Banten secara digital oleh komunitas GenPI
Banten, maka GenPI Banten telah berkontribusi membantu memajukan pariwisata
Indonesia secara keseluruhan khususnya di dunia digital.
Selain mempromosikan destinasi wisata daerah masing-masing, Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) juga berkontribusi mempromosikan bahkan
6
6
membentuk destinasi digital. Destinasi digital adalah terobosan Kementerian
Pariwisata untuk meningkatkan pariwisata di era digital (Admin Dispar, 13
Desember 2017). Destinasi digital dilatarbelakangi oleh perubahan cara pandang
wisatawan dalam mengeksplorasi setiap destinasi yang dikunjugi akibat pengaruh
dunia digital. Zaman sekarang masyarakat disibukan dengan kegiatan
mengabadikan momen-momen berwisata dengan foto dan video yang kemudian
mereka unggah ke berbagai platform media sosial dan blog yang mereka miliki
dengan tujuan memenuhi hasrat menampilkan diri mereka atau memenuhi
kebutuhan untuk diakui oleh masyarakat dunia maya atau netizen. Hal itulah yang
mendorong Kementerian Pariwisata mencetuskan destinasi digital, yaitu
destinasi-destinasi wisata yang berkembang akibat peran wisatawan yang secara
tidak langsung telah mempromosikan destinasi-destinasi wisata tersebut melalui
berbagai platform media sosial dan blog mereka. Destinasi-destinasi baru yang
ditemukan dan dipromosikan oleh wisatawan secara digital juga dapat dikatakan
destinasi digital.
Provinsi Banten yang kaya akan potensi wisata juga memiliki potensi
destinasi-destinasi digital. Terdapat beberapa contoh destinasi wisata yang telah
terbentuk karena peran wisatawan mempromosikan destinasi wisata tersebut.
Beberapa diantaranya yaitu Gunung Pinang, Gunung Pilar, dan Kampung Warna-
warni Cilegon. Gunung Pinang yang terletak di Kecamatan Kramatwatu
Kabupaten Serang ini merupakan tempat wisata yang sudah ada sejak dulu,
namun sejak awal tahun 2017 tempat wisata Gunung Pinang menjadi sangat ramai
dikunjungi oleh wisatawan yang rata-rata anak muda. Hal ini karena sudah
7
7
tersedianya tempat berfoto dengan panorama Kabupaten Serang hingga pelabuhan
Karangantu. Tersedianya tempat berfoto ini pun semakin meningkatkan daya tarik
wisatawan khususnya wisatawan yang aktif di media sosial dan blog karena
wisatawan yang juga merupakan netizen ini memiliki motivasi memamerkan
kegiatan mereka berwisata di Gunung Pinang. Dan pada pertengahan 2017 ini,
terdapat tambahan tempat berfoto lainnya yaitu ornamen payung berwarna-warni
yang digantung di pepohonan untuk lebih menarik wisatawan datang ke Gunung
Pinang. Persis seperti Gunung Pinang, Gunung Pilar pun berkembang dan menjadi
destinasi wisata baru masyarakat Banten khususnya Kabupaten Serang karena
daya tarik keindahan alam sekitarnya ditambah dengan tempat berfoto dan ayunan
di atas gunung. Ayunan di atas gunung sendiri beberapa tahun belakangan sangat
tren karena kesuksesan destinasi wisata Maribaya, Lembang Bandung. Kemudian
Kampung Warna-warni Cilegon yang belakangan sering dijadikan tempat berfoto
anak-anak muda karena keunikannya dan sangat menarik bagi netizen lainnya
untuk datang ke kampung Ramanuju yang terletak di Kelurahan Citangkil,
Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon. Kampung warna-warni tersebut merupakan
inisiasi dari ketua RT 004 yang juga didukung oleh warga dan seniman-seniman
daerah Cilegon yang melukis lukisan dua dimensi dan tiga dimensi di bangunan-
bangunan yang ada di kampung tersebut. Kampung Warna-warni Cilegon
merupakan kampung tematik yang menjadi destinasi baru masyarakat Cilegon dan
sekitarnya.
Adanya fenomena menjamurnya destinasi wisata yang dapat memenuhi
hasrat netizen untuk memamerkannya ke dunia digital, membuat Kementerian
8
8
Pariwisata terinspirasi untuk menciptakan destinasi digital yang bukan hanya
menyediakan tempat berfoto yang menarik, tetapi memiliki nilai-nilai kreativitas
dan komersil (Yahya, 13 Februari 2018). Penciptaan destinasi digital ini
dilakukan dengan mendorong komunitas berbasis digital, Generasi Pesona
Indonesia agar berkreasi membentuk destinasi digital di tempat mereka masing-
masing. Pembentukan destinasi digital di berbagai tempat di seluruh Indonesia ini
sudah menjadi rencana Kementerian Pariwisata (Yahya, 13 Februari 2018).
Di Provinsi Banten sendiri sejak 2017 hingga Maret 2018 sudah memiliki
dua destinasi digital yaitu Pasar Kampung Bekelir dan Pasar Kaulinan Menes
dimana kedua destinasi digital tersebut bukan hanya unggul dalam menyediakan
tempat berfoto yang bagus, tetapi juga terdapat muatan kreativitas seperti atraksi
kesenian dan budaya dari warga sekitar dan komunitas dari Provinsi Banten, dan
muatan komersil seperti lokasinya yang di tengah kota dan strategis, memiliki
fasilitas yang nyaman, dan membantu memajukan usaha rumahan warga sekitar
destinasi digital. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada promosi Pasar
Kampung Bekelir karena Kampung Bekelir merupakan contoh pengembangan
kampung tematik pertama di Provinsi Banten yang bertemakan perkampungan
berwarna-warni yang bukan hanya fisiknya saja yang bagus untuk difoto tetapi
juga masyarakat sekitar pun ikut berkembang dari segi perekonomian, kehidupan
sosial, budaya, serta kesehatan. Pasar Kampung Bekelir juga merupakan destinasi
digital pertama di Banten yang dibentuk dan dipromosikan oleh GenPI Banten,
maka ini merupakan aksi pertama GenPI Banten dalam mempromosikan destinasi
digital daerahnya.
9
9
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten sebagai komunitas yang berisi
orang-orang yang memiliki minat di bidang pariwisata sekaligus melek teknologi
digital berperan dalam mempromosikan destinasi digital di berbagai platform
digital. Adapun beberapa platform digital yang digunakan oleh Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten yaitu media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram,
serta blog. Penggunaan berbagai media komunikasi digital oleh Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten dalam mempromosikan pariwisata Baten ini bertujuan
untuk menciptakan pengetahuan dan pemahaman masyarakat seluas-luasnya
terhadap pariwisata Banten.
Belakangan memang banyak sekali komunitas dan masyarakat yang
memiliki minat bahkan telah bergerak mempromosikan pariwisata melalui sosial
media dan blog. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya akun-akun sosial media dan
blog yang bertemakan pariwisata dan petualangan yang berisi foto-foto, video,
dan tulisan mengenai pariwisata Indonesia. Namun yang menjadikan komunitas
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) istimewa adalah komunitas ini merupakan
inisiasi dari Kementerian Pariwisata langsung yang menjadikan komunitas ini
mendapatkan perhatian dan kontrol dari Kementerian Pariwisata, perhatian dan
kontrol dari Kementerian Pariwisata ini terwujud dalam pengikutsertaan Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) dalam berbagai acara Kementerian Pariwisata dan
berbagai pelatihan promosi pariwisata Indonesia. Komunitas ini juga menjaring
orang-orang yang memiliki minat di bidang pariwisata dan memiliki ketertarikan
di bidang fotografi, videografi, dan menulis atau membuat konten di sosial media
dan blog atau website. Bukan hanya menjaring orang-orang dengan minat yang
10
10
sama, tetapi Generasi Pesona Indonesia (GenPI) juga membantu mengembangkan
passion orang-orang tersebut agar lebih terarah dan terfokus dengan pelatihan-
pelatihan dan penempatan kepanitiaan dalam berbagai acara sesuai dengan bidang
keahlian mereka.
Peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan pada hal-hal yang berkaitan
dengan komunikasi pemasaran destinasi digital Banten secara digital yaitu
melalui media-media digital yang digunakan oleh GenPI Banten agar penelitian
lebih fokus dan terarah. Oleh karena itu, peneliti ingin mengkaji lebih dalam
proses promosi digital yang dilakukan oleh GenPI Banten di media sosial populer
yaitu Facebook, Twitter, dan Instagram dengan judul Promosi Digital “Destinasi
Digital” Banten oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten (Studi pada
Pasar Kampung Bekelir).
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang ditulis, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut: Bagaimana promosi digital destinasi digital yang
dilakukan oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten?
1.3. Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti mengidentifikasi beberapa
permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian, yaitu sebagai berikut:
11
11
1. Bagaimana proses promosi digital destinasi digital yang dilakukan oleh
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten?
2. Bagaimana cara Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten mengelola
informasi di media sosial Twitter, Facebook, dan Instagram?
3. Bagaimana cara Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten menangani
berbagai gangguan yang terjadi pada proses promosi digital destinasi
digital Banten?
4. Bagaimana cara Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten mengelola
umpan balik dari sasaran promosi mereka (friends, fans, followers)?
1.4. Tujuan Penelitian
Berikut ini merupakan tujuan dari penelitian berjudul Promosi Digital
“Destinasi Digital” Banten oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
(Studi pada Pasar Kampung Bekelir):
1. Untuk mengetahui proses promosi digital destinasi digital yang
dilakukan oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten.
2. Untuk mengetahui cara Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
mengelola informasi di media sosial Twitter, Facebook, dan Instagram.
12
12
3. Untuk mengetahui cara Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
menangani berbagai gangguan yang terjadi pada proses promosi digital
destinasi digital Banten.
4. Untuk mengetahui cara Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
mengelola umpan balik dari sasaran promosi mereka (friends, fans,
followers).
1.5. Manfaat Penelitian
Berikut adalah manfaat penelitian yang berjudul Promosi Digital
“Destinasi Digital” Banten oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
(Studi pada Pasar Kampung Bekelir):
1.5.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
menambah wawasan seputar komunikasi pemasaran khususnya
mengenai promosi digital bidang pariwisata di Banten yang
dilakukan oleh komunitas berbasis digital.
1.5.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi akademisi
mengenai komunikasi pemasaran. Selain itu juga diharapkan dapat
memberikan manfaat dan masukan bagi Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten dalam mempromosikan pariwisata Banten secara
13
13
digital. Hal ini karena Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
sendiri terhitung baru berdiri dan penelitian dengan subjek GenPI
sendiri dan promosi destinasi digital masih jarang.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Pemasaran
Menurut The American Marketing Association (AMA), pemasaran
didefinisikan sebagai berikut:
“The process of planning and executing the conception, pricing,
promotion, and distribution of ideas, goods and services to create
exchanges that satisfy individual and organizational objectives” (dalam
Morissan, 2010, p. 3).
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran
merupakan sebuah proses perencanaan dan pelaksanaan pertukaran harga,
promosi, distribusi ide, barang, dan jasa.
Sedangkan Kotler mendefinisikan pemasaran sebagai berikut:
“A societal process by which individual and groups obtains what
they need and want through creating, offering, and freely exchanging
product and service of value with others” (dalam Soemanagara, 2012, p.
2).
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa pemasaran merupakan sebuah
proses menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk dan jasa yang
dilakukan antara produsen dengan individu atau grup untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan mereka.
Definisi lain diungkapkan oleh Kasali (2001) yang menyatakan bahwa
pemasaran adalah konsep yang menyangkut suatu sikap mental dan suatu cara
15
15
berpikir yang dapat mendorong untuk melakukan sesuatu yang tidak selalu
menjual benda tetapi juga menjual gagasan-gagasan, karier, tempat, undang-
undang, jasa, hiburan, dan kegiatan-kegiatan nirlaba seperti yayasan-yayasan
sosial dan keagamaan (dalam Morissan, 2010, p. 2).
Dalam pemasaran, harus terdapat dua pihak atau lebih yang memiliki
sesuatu yang bernilai untuk ditukarkan, dari masing-masing pihak memiliki
keinginan dan kemampuan untuk melakukan pertukaran, serta adanya suatu cara
untuk berkomunikasi. Namun tidak semua transaksi pemasaran melibatkan
pertukaran uang dengan suatu produk nyata seperti barang atau jasa tertentu
(Morissan, 2010).
Pemasaran merupakan suatu bentuk pertukaran yang dilakukan oleh
produsen dan konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Untuk
menyukseskan suatu pemasaran, sangat penting untuk mengetahui elemen-elemen
pemasaran atau yang disebut dengan marketing mix. Menurut Kotler, marketing
mix terdiri dari product, price, place, dan promotion atau yang dikenal dengan
istilah Four of P’s (dalam Soemanagara, 2012, p. 3).
Product merupakan suatu kebutuhan dan keinginan konsumen yang
dikembangkan menjadi suatu barang atau jasa, atau pada konsep komunikasi
disebut dengan costumer solution. Price merupakan biaya yang harus dikeluarkan
konsumen untuk ditukarkan dengan suatu produk, atau pada konsep komunikasi
dikenal dengan costumer cost. Kemudian place yaitu tempat-tempat yang menjadi
pasar untuk mendistribusikan produk, hal ini berhubungan dengan kenyamanan
16
16
konsumen, atau pada konsep komunikasi disebut dengan convenience. Yang
terakhir promotion yang merupakan komunikasi produsen dan konsumen untuk
menciptakan kesadaran dan ketertarikan serta tindakan untuk membeli suatu
produk, atau pada konsep komunikasi disebut dengan communications.
Relasi antara bauran pemasaran dan bauran komunikasi ditunjukan pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1.
Relasi antara Bauran Pemasaran dengan Bauran Komunikasi (Soemanagara, 2012,
p. 3)
Four of P’s Four of C’s
Product Costumer solutions
Price Costumer cost
Place Convenience
Promotion Communications
Sangat penting untuk menggabungkan keempat elemen marketing mix
tersebut untuk melakukan pemasaran sehingga tercipta pertukaran yang baik
antara produsen dan konsumen.
Penggabungan dari dua kajian yaitu pemasaran dan komunikasi
menghasilkan kajian baru yang kemudian diberi nama komunikasi pemasaran
(marketing communication). Soemanagara (2012) menjelaskan bahwa komunikasi
pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan
pesan kepada konsumen dengan menggunakan sejumlah media dan berbagai
17
17
saluran yang dapat digunakan dengan harapan terjadinya tiga tahapan perubahan,
yaitu perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan yang
dikehendaki.
Demi tercapainya tujuan pemasaran yaitu peningkatan laba karena
peningkatan pembeli dan loyalitas pembeli, produsen selain menggabungkan
keempat elemen marketing mix, juga berusaha melakukan komunikasi pemasaran
dengan baik seperti menjalankan berbagai bentuk promosi. Namun komunikasi
pemasaran ini hanya mencakup segala kegiatan yang berkaitan dengan iklan,
promosi, penjualan langsung, dan hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan
terutama secara materiil, kegiatan pemasaran tidak berkaitan dengan kegiatan
humas seperti publisitas, mengelola citra, dan hubungan dengan publik. Seiring
berkembangnya pengetahuan, berbagai perusahaan sekarang sudah melakukan
komunikasi pemasaran terpadu.
Komunikasi pemasaran terpadu atau integrated marketing communications
(IMC) menurut Asosiasi Biro Iklan Amerika (American Association of
Advertising Agencies) yaitu
“... suatu konsep perencanaan komunikasi pemasaran komprehensif
yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi,
misalnya, iklan umum, respon langsung, promosi penjualan, dan hubungan
masyarakat, dan menggabungkan berbagai disiplin tersebut guna
memberikan penjelasan, konsistensi, serta dampak komunikasi yang
maksimal” (dalam Morrisan, 2010, p. 8).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi pemasaran
terpadu merupakan kegiatan komunikasi melalui berbagai cara dan media untuk
18
18
memasarkan produk sekaligus menghasilkan citra yang baik di mata konsumen
dan publik terkait lainnya.
Salah satu kegiatan dalam komunikasi yaitu promosi, sebagaimana
menurut Morissan (2010) bahwa sebagian besar komunikasi perusahaan
berlangsung sebagai bagian dari suatu program promosi yang diawasi dan
direncanakan dengan hati-hati. Michael Ray (1982) dalam bukunya Advertising
and Communication Management mendefinisikan promosi sebagai berikut:
“...the coordination of all seller-iniated efforts to setup channels of
information and persuasion to sell goods and services or promote an
idea” (dalam Morissan, 2010, p. 16).
Pengertian tersebut mengacu pada pemakaian berbagai saluran informasi
dan persuasi untuk menjual produk.
Bauran promosi (promotional mix) pada mulanya mencakup empat
elemen, yaitu iklan, promosi penjualan, publikasi/humas, dan personal selling.
Namun George dan Michael Belch menambahkan dua elemen lagi yaitu direct
marketing dan interactive media (Morissan, 2010).
Untuk berkomunikasi secara efektif, produsen perlu memahami cara kerja
komunikasi. Terdapat sembilan elemen cara kerja komunikasi, yaitu pengirim
(sender) yang merupakan pihak yang mengirimkan pesan; penyusunan kode
(encoding) yaitu proses penempatan pemikiran ke dalam bentuk-bentuk simbol
seperti gambar, tulisan, dan sebagainya; pesan (message) yaitu seperangkat
simbol yang dikirimkan oleh pengirim; media yaitu saluran yang digunakan untuk
mengirimkan pesan; pemecahan kode (decode) yaitu pemberian makna oleh
19
19
Media
penerima (receiver) dari simbol-simbol yang disampaikan oleh pengirim;
penerima (receiver) yaitu pihak yang menerima pesan dari pengirim (sender);
tanggapan (response) yaitu reaksi dari penerima setelah menerima pesan seperti
menjadi sadar, menjadi suka atau minat, dan melakukan suatu tindakan; umpan
balik (feedback) yaitu bagian dari tanggapan penerima yang dikomunikasikan
kembali ke pengirim seperti memuji, mengkritik, atau bertanya; gangguan (noise)
yaitu sesuatu yang dapat menghambat proses komunikasi (Kotler&Keller, 2009).
Berikut ini adalah bagan proses komunikasi:
Bagan 2.1.
Proses komunikasi (Kotler&Keller, 2009, p. 177)
Kemudian menurut Kotler&Keller (2009), setelah mengerti proses
komunikasi yang efektif, produsen perlu memahami langkah komunikasi dalam
promosi yang efisien. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan
komunikasi yang efektif yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi sasaran
Yaitu dengan menentukan target potensial produk yang diproduksi,
kemudian identifikasi mereka apakah pengguna saat ini, pengguna yang
Pengirim Penyusunan
Kode Pesan
Pemecahan
Kode
Penerima
Gangguan
Umpan Balik Respon
20
20
mungkin memiliki preferensi produk, atau calon pengguna. Hal ini
dilakukan agar produsen dapat dengan mudah menentukan langkah
selanjutnya dalam mempromosikan produk mereka.
2. Menentukan tujuan
Pada tahapan ini komunikator pemasaran harus memutuskan seperti apa
tanggapan yang ingin didapat dari sasaran komunikasi mereka. Apakah
kesadaran, pengetahuan, rasa suka, preferensi, keyakinan, atau bahkan
hingga pembelian.
3. Merancang komunikasi
Pada tahapan ini komunikator pemasaran harus merumuskan komunikasi
untuk mencapai respon yang diinginkan yaitu dengan menyusun apa yang
harus dikatakan (strategi pesan), bagaimana cara mengatakannya (strategi
kreatif), dan siapa yang harus mengatakannya (sumber pesan).
4. Memilih saluran
Komunikator pemasaran harus memilih saluran komunikasi seperti apa
yang cocok untuk mempromosikan produknya, apakah saluran komunikasi
pribadi atau saluran komunikasi non pribadi. Saluran pribadi seperti
komunikasi tatap muka, dengan telepon, email. Saluran non pribadi seperti
media cetak (surat kabar, majalah), media siaran (radio dan televisi),
media jaringan (website).
5. Menetapkan anggaran
Pada tahap ini komunikator pemasaran harus menentukan anggaran atau
biaya yang harus dikeluarkan untuk promosi.
21
21
6. Memutuskan bauran komunikasi pemasaran
Pada tahap ini, komunikator pemasaran menentukan cara komunikasi
pemasaran seperti apa yang ingin dijalankan sesuai dengan anggaran dan
juga mempertimbangkan sasaran.
7. Mengukur hasil
Mengukur hasil komunikasi bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti
survei kepada sasaran pemasaran, memberi contoh umpan balik yang
diterima, dan sebagainya.
8. Mengelola proses komunikasi pemasaran terintegrasi
Komunikator pemasaran harus senantiasa mengembangkan komunikasi
pemasarannya dengan terus mengikuti perkembangan sarana komunikasi,
namun tetap menyesuaikan dengan berbagai pertimbangan yang ada
seperti produknya, sasaran, dan sebagainya.
2.2. Pemasaran Era Digital
Seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi, dunia periklanan dan
promosi pun berevolusi, dalam hal ini menjadi bersifat interaktif karena adanya
berbagai platform di internet yang menyediakan sarana berkomunikasi secara
interaktif. Media interaktif memungkinkan terjadinya arus informasi timbal balik
yang memungkinkan pengguna dapat berpartisipasi dan memodifikasi bentuk dan
isi informasi pada saat itu juga (real time) (Morrisan, 2010).
22
22
Salah satu jenis media interaktif atau media baru adalah media sosial.
Dewasa ini media sosial sangat berkembang pesat, hal ini ditandai dengan
banyaknya platform media sosial yang bermunculan dan menjadi tren dan budaya
di masyarakat. Banyak produsen yang yang memanfaatkan media sosial untuk
memasarkan produknya bahkan di berbagai bentuk atau platform sekaligus.
Kehadiran internet tidak saja telah mengubah cara-cara perusahaan dalam
merancang dan melaksanakan strategi pemasaran tetapi juga mempengaruhi
program komunikasi pemasaran mereka (Morissan, 2010). Semua aktivitas dapat
dilakukan dalam dunia maya, termasuk aktivitas yang bersifat komersial seperti
pasar, pembeli, pialang, nasabah, barang, uang, transaksi, penyediaan modal,
perbankan, periklanan, dan sebagainya (Bungin, 2013). Maka dari itu munculah
konsep e-commerce, e-market, e-banking, e-advertising yang membuat
masyarakat dapat melakukan semua aktivitas komersial dalam dunia maya. Semua
kegiatan komersial tersebut dapat dilakukan secara global, tanpa batas wilayah,
waktu, lebih efisien, serta memiliki tingkat recovery yang sangat tinggi (Bungin,
2013).
Internet merupakan media yang dapat digunakan untuk melaksanakan
seluruh elemen bauran promosi (Morissan, 2010). Selain digunakan untuk
beriklan, internet juga digunakan untuk melakukan kegiatan pemasaran online,
penjualan personal, serta kegiatan hubungan masyarakat secara lebih efektif dan
efisien.
23
23
2.3. New Media
Sejauh ini dalam berbagai literatur akademis, ada banyak penyebutan
untuk media siber, seperti media baru, media online, media digital, media virtual,
e-media, media network, dan media web (Nasrullah, 2016). Media online atau
dalam jaringan atau disebut juga media siber dapat dikatakan media yang tersaji
secara online. Media dalam jaringan merupakan media generasi ketiga setelah
media cetak dan media elektronik (Sihabudin, 15 Februari 2017).
Lister et al. (2009), dalam buku New Media: A Critical Introduction,
Second Edition berpendapat:
“The unifying term of new media actually refers to a wide range of
changes in media production, distribution, and use. These changes that
are technological, textual, conventional, and cultural.” (p. 13)
New media atau media baru secara luas mengacu pada perubahan pada
produksi, distribusi, dan cara penggunaan media. Perubahan tersebut merupakan
perubahan dalam bentuk teknologi, tekstual yang kemudian mempengaruhi
kebiasaan dan budaya.
Media baru memiliki ciri-ciri yaitu digital, interactive, hypertextual,
virtual, networked, dan simulated. Digital mengacu pada bentuk data yang diolah
pada media baru, dimana data-data fisik diubah dalam bentuk kode binary.
Interaktif mengacu pada penggunanya yang dapat saling berinteraksi. Hiperteks
maksudnya adalah tampilan dokumen dalam media baru yang dapat diakses oleh
pengguna. Virtual adalah gambaran secara digital bentuknya bisa gambar, video,
teks, dan sebagainya. Network mengacu pada kemungkinan pengguna media baru
24
24
untuk saling terhubung dalam sebuah jaringan. Sedangkan simulasi merupakan
tiruan dunia nyata dalam dunia maya (Lister et al., 2009).
Adapun menurut Vivian (2008), keberadaan media baru seperti internet
bisa melampaui pola penyebaran pesan tradisional karena sifatnya yang
mengaburkan batas geografis, interaktif, dan bisa dilakukan secara real time
(dalam Nasrullah, 2016, p. 14). Kemudian menurut Gene dan Beer (2008),
karakteristik media baru yaitu term network, interactivity, information, interface,
archive, dan simulation (dalam Nasrullah, 2016, p. 14).
Poster (1990) berpendapat bahwa media baru merupakan media yang
menandai periode baru, yaitu era media kedua (dalam Littlejohn, 2014, p. 413).
Holmes (2005) menggambarkan perbedaan ciri media era pertama dan kedua,
dimana era media pertama digambarkan oleh sentralisasi produksi (dari satu
menjadi banyak), komunikasi satu arah, kendali situasi untuk sebagian besar,
reproduksi stratifikasi sosial dan perbedaan melalui media, audiens massa yang
terpecah, dan pembentukan kesadaran sosial. Sedangkan era media kedua
digambarkan sebagai desentralisasi, dua arah, di luar kendali situasi,
demokratisasi, mengangkat kesadaran individu, dan orientasi individu (dalam
Littlejohn, 2014, p. 413). Era media pertama menekankan pada penyiaran
sedangkan era media kedua menekankan pada jaringan.
Perbedaan historis antara era media pertama dan era media kedua,
digambarkan lebih lengkap pada tabel berikut:
25
25
Tabel 2.2.
Perbedaan Historis antara First Media Age dan Second Media Age (Holmes,
2012, p. 21)
Era media pertama (penyiaran) Era media kedua (interaktivitas)
Tersentral (sedikit berbicara pada
banyak)
Tersebar (banyak berbicara pada
banyak)
Komunikasi satu arah Komunikasi dua arah
Cenderung pada kontrol negara Menghindari kontrol negara
Instrumen bagi rezim stratifikasi dan
ketidaksetaraan
Demokratisasi memfasilitasi
kewarganegaraan universal
Peserta terfragmentasi dan dipandang
sebagai suatu massa
Peserta dipandang tetap bisa
mempertahankan individualitas mereka
Mempengaruhi kesadaran Mempengaruhi pengalaman individu
tentang ruang dan waktu
Media pada era media pertama ditandai oleh komunikasi satu arah yang
biasanya memerlukan satu pengirim pesan untuk massa, sementara sebaliknya, era
media kedua membiarkan setiap orang menjadi broadcaster sehingga sifatnya
lebih demokratis (Holmes, 2012). Hal ini kemudian menjadikan informasi
terdesentralisasi atau tersebar dan tidak dapat dikendalikan oleh siapapun
termasuk pemerintah. Media pada era media pertama digambarkan dengan
komunikasi satu arah karena pengirim pesan berasal dari satu sumber yaitu
mereka yang menjalankan media seperti televisi, radio, dan koran misalnya.
Namun pada media di era kedua, komunikasi bisa terjadi dua arah, karena
26
26
individu selain bisa menerima informasi, mereka juga bisa dengan bebas
berpendapat secara langsung terhadap informasi tersebut sehingga peran mereka
menjadi lebih aktif. Hal ini kemudian bisa mengangkat kesadaran individu atau
mempertahankan individualitas mereka, dan mempengaruhi pengalaman mereka
secara individu.
Holmes (2005) menjelaskan bahwa terdapat dua pandangan yang
membantu membedakan era media pertama dan era media kedua, yaitu
pendekatan interaksi sosial (social interaction) dan pendekatan integrasi sosial
(social integration) (dalam Littlejohn, 2014, p 413). Pada pendekatan interaksi
membedakan media menurut seberapa dekat media dengan model interaksi tatap
muka. Media penyiaran dianggap sebagai media informasional karena
menekankan pada penyebaran informasi dan mengurangi peluang interaksi.
Sedangkan media baru lebih interaktif. Pada pendekatan integrasi sosial, media
bukan lagi digambarkan dalam bentuk interaksi, informasi, dan penyebarannya,
tetapi dalam bentuk ritual, atau bagaimana manusia menggunakan media sebagai
cara menciptakan masyarakat. Jadi pada pendekatan integrasi sosial, interaksi
bukanlah komponen penting, karena kita berinteraksi bukan dengan orang lain
melainkan media itu sendiri.
Terdapat berbagai media dengan jaringan internet, salah satunya media
sosial yang merupakan suatu jenis media baru. Media sosial tersaji dalam berbagai
bentuk. Beberapa diantaranya yang populer yaitu Facebook, Twitter, dan
Instagram.
27
27
Twitter adalah layanan jejaring sosial dan mikroblog dalam jaringan yang
memungkinkan penggunanya untuk menulis teks sebanyak 140 karakter yang
disebut dengan tweet. Salah satu hal menarik dari Twitter adalah trending topics
yaitu topik hangat yang muncul karena upaya terpadu dari pengguna Twitter
membicarakan kata atau frasa atau topik dibandingkan hal lainnya yang
menjadikan kata atau frasa atau topik tersebut hangat atau trending. Terkadang di
awal kata, frasa, atau suatu topik kita menambahkan tanda pagar atau lebih
familiar disebut hashtag untuk menandai kata, frasa, atau topik tersebut sehingga
dapat dicari dan mengelompok dengan pesan-pesan lain yang sejenis yang
mengandung hashtag dan kata, frasa, atau topik yang sama. Sesuai dengan
misinya, yaitu memberi setiap orang keberanian untuk berkreasi dan membagikan
ide dan informasi secara instan dan tanpa batasan, Twitter menjadi website yang
sangat praktis dengan jangkauan luas (Twitter, 8 Februari 2018). Twitter
merupakan situs yang cukup sering dikunjungi menurut perhitungan Alexa,
perusahaan perhitungan web traffic. Terhitung selama 30 hari pada Desember
hingga 8 Januari 2018 Twitter menduduki peringkat 13 secara global sebagai
website yang paling sering dikunjungi (Alexa, 10 Januari 2018). Kepopuleran
jenis media sosial ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan mulai dari
kampanye politik hingga kepentingan komersial.
Sesuai dengan misinya, memberikan dorongan kepada masyarakat untuk
membentuk komunitas dan menciptakan kedekatan, Facebook merupakan media
sosial dimana penggunanya dapat berkomunikasi dengan sesama melalui fitur-
fitur seperti pesan pribadi, obrolan, dan kolom status serta komentar. Facebook
28
28
menyediakan halaman grup dan halaman kesukaan (fan page) dimana
penggunanya dapat bergabung di grup sesuai minat dan menyukai fan page yang
menyediakan konten yang mereka sukai tersebut (Facebook, 8 Februari 2018).
Terhitung selama 30 hari pada Desember hingga 8 Januari 2018 Facebook
menduduki peringkat 3 secara global sebagai website yang paling sering
dikunjungi (Alexa, 10 Januari 2018). Facebook bukan hanya digunakan untuk
kepentingan berkomunikasi secara kasual, tapi juga dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan seperti contohnya bisnis.
Instagram merupakan media berbagi foto dan video singkat dan
memungkinkan penggunanya untuk mengambil foto dan video serta
mengaplikasikan filter digital. Instagram juga memiliki aplikasi khusus untuk
dipasang di telepon pintar. Instagram memiliki tampilan yang sederhana yang
dapat menampilkan foto dan keterangan foto beserta tagging, geotagging, dan
dilengkapi dengan fitur likes dan komentar. Karena tampilan instagram yang
sederhana dan menarik dengan menampilkan gambar dan video dengan rasio
ukuran yang telah ditentukan yaitu 1:1 dan 3:4 menjadikan feeds intagram rapih
dan menarik. Selama 2017, Instagram mencatat telah lebih dari 800 juta pengguna
dari seluruh dunia yang terdaftar (Instagram, 29 November 2017). Terhitung
selama 30 hari pada Desember hingga 8 Januari 2018 Instagram menduduki
peringkat 17 secara global sebagai website yang paling sering dikunjungi (Alexa,
10 Januari 2018). Aplikasi instagram memungkinkan penggunanya mengunggah
foto secara instan, keunikan lain dari instagram adalah memiliki fitur instastory
dimana pengguna dapat mengunggah foto dan video singkat bersifat sementara
29
29
yaitu hanya muncul selama 24 jam. Instagram banyak digunakan untuk berbagai
kepentingan, mulai dari bersosialisasi hingga memasarkan produk.
Zaman sekarang, segala aspek kehidupan sudah bergeser dan
terdigitalisasi atau menjadi serba digital. Teknologi digital sudah masuk ke
berbagai bidang termasuk pariwisata. Sektor pariwisata bertransformasi mengikuti
perkembangan zaman yang sekaligus menuntut seluruh pihak di sektor pariwisata
tidak boleh ketinggalan, mengingat masyarakat sebagai konsumen juga berubah
pesat mengikuti perkembangan teknologi.
Pariwisata menurut KBBI adalah sesuatu yang berhubungan dengan
perjalanan untuk rekreasi, pelancongan, turisme (KBBI Online, (t.t.)). Kemudian
menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, “pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.”
Banyak negara di dunia yang bergantung pada sektor pariwisata untuk
meningkatkan pembangunan negaranya. Baik pemerintah maupun pihak swasta
berusaha mengembangkan wilayah untuk bisa menarik wisatawan baik dari lokal
dalam negeri maupun dari luar negeri, karena dari banyaknya wisatawan,
perekonomian di suatu wilayah tersebut dapat meningkat, mulai dari perdagangan
barang dan jasa hingga terbukanya lapangan pekerjaan. Indonesia yang
merupakan negara dengan keanekaragaman budaya dan keindahan alam memiliki
30
30
potensi untuk menarik wisatawan untuk berwisata ke berbagai daerah di negara
ini.
Pada masa pemerintahan Joko Widodo sejak 2014 hingga sekarang,
pariwisata Indonesia terus memberikan kontribusinya pada pembangunan
nasional, terlebih sektor pariwisata ditempatkan sebagai prioritas utama dalam
pembangunan nasional ((n.n.), 19 September 2017). Perkembangan pariwisata
Indonesia juga ditunjukan oleh peningkatan target kunjungan wisatawan
mancanegara setiap tahunnya, 2016 dengan target 12 juta kunjungan, 2017 dengan
target 15 juta kunjungan, hingga tahun 2019 yang ditargetkan mencapai 20 juta
wisatawan macanegara (Biro Hukum dan Komunikasi Publik, 16 Oktober 2017).
Pada 2018 sendiri, target kunjungan wisatawan mancanegaranya sebesar 17 juta
(Yahya, 13 Februari 2018). Peningkatan target-target pariwisata ini juga dibarengi
dengan pembangunan dan pengembangan destinasi-destinasi wisata dan
peningkatan promosi pariwisata Indonesia.
Di era teknologi informasi dan komunikasi yang maju dimana masyarakat
sudah sangat akrab dan bergantung pada teknologi digital, menjadikan seluruh
sektor pembangunan nasional terdigitalisasi. Pemerintah dituntut untuk mengikuti
perkembangan zaman dengan melakukan pembangunan di berbagai sektor
berbasis digital termasuk di sektor pariwisata.
Menurut Vellas dan Becherel, teknologi merupakan komponen penting
bagi strategi pariwisata. Fokus pemasaran pariwisata adalah mengomunikasikan
nilai dari produknya (dalam Bungin, 2015, p. 187).
31
31
Dengan karakteristik yang dimiliki media baru, media baru dapat dijadikan
sebagai sarana untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Promosi pariwisata
Indonesia secara digital telah dilakukan di berbagai platform media baru untuk
membantu memberikan informasi pariwisata, mempersuasi konsumen, dan
menjual pariwisata.
2.4. Viral Marketing
Media baru memungkinkan penggunanya untuk berkomunikasi,
berinteraksi, dan berintegrasi dengan sesama pengguna lainnya, bahkan integrasi
pengguna di media baru terjadi karena kebiasaan (ritual) dalam mengakses media
baru. Dalam teori media baru, dikatakan manusia menggunakan media sebagai
cara menciptakan masyarakat, bahkan secara pendekatan integrasi, interaksi
bukanlah komponen penting, karena manusia berinteraksi bukan dengan orang
lain melainkan media itu sendiri.
Dewasa ini media sosial banyak dijadikan sebagai tempat untuk
memasarkan produk, baik oleh perusahaan besar maupun oleh pelaku usaha
perorangan. Dengan segala kelebihan media sosial seperti mudah diakses, murah,
banyak diakses oleh masyarakat, dan jaringan luas, serta dijadikan tempat
berinteraksi membuat media sosial banyak dimanfaatkan untuk memasarkan
produk dengan cara yang berbeda dari cara pemasaran produk di media
terdahulunya.
32
32
Menurut Kotler&Keller (2009) berita dari mulut ke mulut (word of mouth)
bisa sangat efektif untuk mempromosikan sesuatu karena pada promosi dari mulut
ke mulut, sasaran promosi dapat merasakan hubungan yang lebih pribadi. Seiring
berkembangnya teknologi, promosi dari mulut ke mulut pun jadi bergeser menjadi
terdigitalisasi karena menggunakan media baru, seperti jenis media sosial yang
tersedia di berbagai platform seperti beberapa yang populer yaitu Twitter,
Facebook, dan Instagram. Pemasaran dari mulut ke mulut menggunakan media
jaringan disebut juga pemasaran buzz dan viral.
Pemasaran buzz (gosip atau perbincangan) yaitu pemasaran yang
menghasilkan ketertarikan, menciptakan publisitas, dan mengekspresikan
informasi baru yang berhubungan dengan merek melalui sarana yang tidak
terduga atau bahkan mengejutkan. Pemasaran viral adalah bentuk lain berita dari
mulut ke mulut atau berita dari satu klik mouse ke klik mouse berikutnya, yang
mendorong konsumen menceritakan produk dan jasa yang dikembangkan
perusahaan atau menyebarkan informasi dalam bentuk audio, video, dan tulisan
kepada orang lain secara online (Kotler&Keller, 2009). Pemasaran ini berusaha
untuk menciptakan publikasi di pasar untuk memamerkan merk dan segala
kelebihannya. Karena sistem penyebarannya yang dari mulut ke mulut dan
disampaikan oleh konsumen atau masyarakat biasa yang menggunakan media
sosial, pemasaran viral lebih dinilai sebagai iklan hiburan daripada iklan dengan
sifat komersilnya yang terlihat tujuan utamanya yaitu untuk menarik konsumen.
Menurut Kotler&Keller (2009), jaringan sosial dalam bentuk komunitas
online dapat menjadi sumber daya yang penting bagi perusahaan. Banyak
33
33
perusahaan yang memanfaatkan jaringan sosial untuk promosi dari mulut ke
mulut di dunia maya atau viral marketing. Banyak perusahaan yang memfasilitasi
promosi dunia maya oleh komunitas online supaya menjadi viral, bahkan banyak
terbentuk agensi yang khusus membantu klien menciptakan buzz.
2.5. Cyber Community
Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya dan keindahan alam
sangat diharapkan untuk bisa unggul di bidang pariwisata. Sudah beberapa
penghargaan di bidang pariwisata yang telah diraih oleh Indonesia, namun hal
tersebut belum cukup, mengingat jika dibandingkan negara-negara tetangga
seperti Malaysia dan Thailand, Indonesia masih tertinggal cukup jauh dari
berbagai macam aspek pendukung pariwisata.
Untuk itu, sesuai konsep yang diusung oleh Menteri Pariwisata, Arief
Yahya, yaitu Indonesia Incorporated, dalam memajukan pariwisata Indonesia,
semua pihak harus ikut andil. Terdapat lima unsur dalam konsep pentahelix yang
dapat diaplikasikan pada konsep Indonesia Incorporated. Kelima unsur ini yaitu
academics, business, government, community, dan media yang dapat
mempengaruhi majunya pariwisata Indonesia (Admin Dispar, 31 Oktober 2017).
Di era digital, masyarakat yang dulu hanya mengenal penyebaran
informasi dan interaksi secara lokal, mulai berkembang ke cakupan yang lebih
besar, yaitu secara global. Bungin (2013) menyatakan:
34
34
“...teknologi mulai mengubah bentuk masyarakat manusia, dari
masyarakat dunia lokal, menjadi masyarakat dunia global dimana dunia
transparan terhadap perkembangan informasi, transportasi, serta teknologi
yang begitu cepat dan begitu besar memengaruhi peradaban umat manusia,
sehingga dunia dijuluki sebagai the big village, dimana masyarakatnya
saling kenal dan saling menyapa satu dengan lainnya.” (p. 163)
Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa teknologi telah
mengubah masyarakat yang tadinya sulit untuk berinteraksi secara luas, menjadi
mudah, karena teknologi sekarang seperti dapat mempersempit ruang gerak
masyarakat. Selanjutnya menurut Bungin, tanpa disadari teknologi telah membuat
manusia hidup dalam dua kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan
masyarakat maya yang kemudian disebut dengan cyber community.
Digitalisasi yang telah merambah ke berbagai aspek kehidupan telah
mengubah gaya hidup masyarakat. Masyarakat khususnya usia muda sudah sangat
akrab dengan teknologi digital karena mereka memang berkembang ditengah
pesatnya perkembangan teknologi. Hal ini membuat masyarakat tersebut sangat
bergantung pada teknologi. Realitas inilah yang membuat Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia membentuk suatu komunitas yang dapat membantu pariwisata
Indonesia viral di dunia digital sehingga nantinya akan berdampak pada
meningkatnya wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Generasi Pesona Indonesia adalah sebuah komunitas yang diinisiasi oleh
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dalam rangka memajukan pariwisata
Indonesia khususnya di dunia digital. Generasi Pesona Indonesia atau yang
disingkat GenPI merupakan komunitas yang berbasis digital, yang bertugas
mempromosikan pariwisata mulai dari destinasi wisata, acara-acara pariwisata,
35
35
hingga kebijakan pemerintah terkait perkembangan pariwisata (Admin Dispar, 30
Mei 2017). Anggota Generasi Pesona Indonesia (GenPI) merupakan orang-orang
yang akrab dengan teknologi digital dan memiliki minat di bidang pariwisata yang
juga rela mempromosikan pariwisata Indonesia secara digital karena komunitas
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) merupakan komunitas yang bersifat tidak
berbayar atau sukarela.
Untuk memaksimalkan promosi pariwisata daerah secara digital oleh
komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPI), akhirnya Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) di berbagai wilayah di Indonesia pun dibentuk. Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten terbentuk pada 29 Mei 2017, dengan
diresmikan langsung oleh Staf Khusus Kementerian Pariwisata Bidang
Komunikasi, Don Kardono dan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Eneng
Nurcahyati di Titik Nol Anyer (Admin Dispar, 30 Mei 2017). Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) berperan dalam mempromosikan pariwisata Banten secara
digital, terutama destinasi-destinasi digital di Provinsi Banten.
Zaman sekarang, media sosial dan blog merupakan wahana berkomunikasi
yang banyak digunakan oleh masyarakat terutama anak muda. Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten dimana anggotanya merupakan orang-orang yang
melek teknologi diharapkan dapat aktif mempromosikan pariwisata Banten
melalui berbagai platform digital. Adapun beberapa platform digital yang
digunakan oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten yaitu media sosial
Facebook, Twitter, dan Instagram, serta blog.
36
36
Untuk memajukan pariwisata Indonesia, setiap unsur pentahelix harus
bersinergi untuk bersama-sama memasarkan pariwisata Indonesia dengan baik.
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten sebagai komunitas yang anggotanya
aktif di berbagai media sosial mempromosikan pariwisata Banten khususnya
destinasi digital Banten melalui media sosial populer yaitu Facebook, Twitter, dan
Instagram. Penggunaan berbagai media sosial untuk mempromosikan destinasi
digital Banten ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat
secara maksimal agar masyarakat mengetahui dan memahami produk dengan
maksimal.
Komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPI) memasarkan destinasi
pariwisata Indonesia melalui media digital namun tidak mendapatkan imbalan
atau keuntungan materiil, dapat dikatakan mereka melakukannya dengan sukarela.
Adapun sesuatu yang mereka dapat dari kegiatan promosi yang mereka lakukan
yaitu berupa kepuasan sosial karena telah membantu mempromosikan pariwisata
Indonesia yang juga merupakan minat mereka. Selain itu, mereka juga merupakan
masyarakat yang telah terpengaruh oleh teknologi sehingga perilaku mereka pun
bergeser menjadi sangat dipengaruhi oleh faktor pengakuan dari 3F, yaitu friends,
fans, dan followers, seperti yang dituliskan oleh Kasali (dalam Yahya, 22
November 2017). Jadi dengan memasarkan pariwisata Indonesia melalui media
digital, mereka akan merasakan kepuasan sosial karena dapat membantu
memajukan pariwisata Indonesia sekaligus mendapatkan pengakuan dari 3F
(friends, fans, dan followers).
37
37
2.6. Destinasi Digital
Penetapan pariwisata Indonesia sebagai leading sector pada pembangunan
nasional oleh Presiden Joko Widodo membuat Kementerian Pariwisata semakin
berupaya meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara demi
meningkatkan pembangunan perekonomian nasional, pengembangan wilayah
maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Upaya peningkatan kunjungan
wisatawan itu dibarengi juga dengan terobosan-terobosan baru di bidang
pariwisata yang sesuai dengan tuntutan zaman. Salah satu terobosan tersebut
adalah dicanangkannya destinasi digital.
Destinasi merupakan suatu kumpulan produk pariwisata, dimana
kumpulan produk pariwisata tersebut ditempatkan dalam satu wilayah (Bungin,
2015). Vellas&Becherel (2008) membagi destinasi ke dalam beberapa jenis, yaitu
pertama, kawasan lengkap, hotel country club, perkampungan; kedua, desa, kota;
ketiga, wilayah yang mempunyai identitas khusus dan erat kaitannya dengan tema
khusus seperti taman nasional; keempat, wilayah atau nama yang sudah dikenal;
kelima, negara; keenam, sekelompok negara dan benua-benua (dalam Bungin,
2015, p. 189).
Teknologi digital mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat atau
konsumen. Hal ini sesuai dengan tulisan Menteri Pariwisata Arief Yahya yang
mengutip dari tulisan Rhenald Kasali, bahwa perilaku konsumen sangat
dipengaruhi oleh faktor pengakuan dari sesama (3F), yaitu friends, followers, and
fans (Yahya, 22 November 2017). Hal inilah yang kemudian menjadi latar
38
38
belakang untuk mencanangkan destinasi wisata yang dapat memenuhi kebutuhan
akan pengakuan dari sesama atau yang dapat meningkatkan kepercayaan diri (self
esteem). Destinasi wisata ini kemudian disebut dengan destinasi digital.
Menurut Menteri Pariwisata, Arief Yahya, pada Rapat Koordinasi
Nasional Pariwisata IV, destinasi digital adalah sebuah destinasi baru, yang
kreatif, instagramable dan bagus untuk diunggah ke media sosial, nyaman bagi
wisatawan, dan harus senantiasa diviralkan (Admin Dispar, 13 Desember 2017).
Ada banyak potensi destinasi digital yang dapat dikembangkan di Indonesia. Di
Provinsi Banten sendiri, sudah mulai bermunculan berbagai destinasi wisata yang
memenuhi syarat destinasi digital yaitu kreatif, instagramable dan bagus untuk
diunggah ke media sosial, pantas untuk diviralkan, dan nyaman untuk wisatawan.
Tempat wisata yang pada awal tahun 2018 semakin berkembang dan ramai
dikunjungi adalah Gunung Pinang. Destinasi wisata yang terletak di Kecamatan
Kramatwatu Kabupaten Serang ini telah menambah beberapa fasilitas tempat
berfoto seperti balon udara dan rumah hobbit.
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) membuat konsep pasar yang dapat
membungkus destinasi digital. Konsep pasar dipilih karena pasar merupakan
tempat paling bebas dimana bukan hanya merupakan tempat bertemunya penjual
dan pembeli, tetapi juga merupakan tempat berkreasi, berkumpul, dan
berinteraksi. Konsep pasar juga dipilih karena memiliki dua nilai sekaligus yaitu
creative values dan commercial values (Yahya, 13 Februari 2018).
39
39
Destinasi digital dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu pertama, destinasi
digital nature, yang berbasis pada alam seperti pedesaan, sawah, gunung, hutan,
pantai, dan semua unsur alam. Kedua, destinasi digital culture, yaitu destinasi
yang mengambil tema karya budaya seperti cagar budaya, kota lama, kota tua,
taman budaya, kuliner, busana nusantara, dan sebagainya. Yang ketiga, destinasi
digital man-made atau urban market untuk dalam kota seperti tempat-tempat yang
dikreasikan oleh masyarakat seperti kampung warna-warni (Yahya, 13 Februari
2018).
Hingga akhir 2017, terdapat tujuh destinasi digital yang telah sukses
dibangun di beberapa daerah di Indonesia, yaitu Pasar Tahura di Lampung, Pasar
Kakilangit di Jogjakarta, Pasar Baba Boentjit di Palembang, Pasar Siti Nurbaya di
Padang, Pasar Karetan di Semarang, Pasar Mangrove di Batam, dan Pasar
Pancingan di Lombok. Dari situlah pada tahun 2018, Kementerian Pariwisata
mencanangkan 100 destinasi digital (Yustiana, 12 Desember 2017).
Di provinsi Banten telah terbentuk destinasi digital dalam bentuk pasar
seperti pasar wisata seperti yang telah dibangun di beberapa kota di berbagai
penjuru Indonesia, yaitu Pasar Kampung Bekelir yang berlokasi di Kelurahan
Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Pasar Kampung Bekelir
merupakan destinasi digital yang berupa sebuah kampung yang dicat warna-
warni, dipenuhi dengan grafiti, dan mural tiga dimensi, yang di dalamnya terdapat
banyak atraksi pertunjukan seni dari warga kampung dan warga sekitarnya serta
penjualan dari berbagai produk kuliner modern dan tradisional hingga kerajinan
tangan warga Kampung Bekelir. Pasar Kampung Bekelir yang termasuk dalam
40
40
kategori destinasi digital man-made baru saja soft launching pada Minggu, 11
Februari 2018.
2.7. Teori Difusi Inovasi
Teori Difusi Inovasi merupakan pengembangan dari Model Komunikasi
Dua Tahap (Two Step Flow of Communications) Paul Lazarfeld dimana media
massa tidak langsung mempengaruhi audiens, melainkan melalui perantara pihak
lain yang disebut pemuka pendapat (opinion leader) (Kadushin, 2012).
Menurut Rogers, difusi merupakan proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara
para anggota suatu sistem (dalam Ardianto et al., 2007, p 64). Inovasi sendiri
merupakan suatu ide atau karya atau objek yang dianggap baru oleh seseorang
(Ardianto et al., 2007).
Rogers dan Kincaid (1981) mengemukakan bahwa teori dari
pengembangan dari model komunikasi linear ini tidak sesederhana pengirim
pesan yang mengirim pesan kepada penerima dan pesan diterima begitu saja tanpa
adanya proses penerimaan yang lebih dalam dan faktor lain yang mempengaruhi
proses penerimaan pesan tersebut. Seperti yang dinyatakan sebagai berikut:
“We think of communication as two-way process of convergence,
rather than as a one-way, linear act in which one individual seeks to
transfer a message to another” (dalam Rogers, 1981, p. 5).
41
41
Rogers (1983) juga menyatakan bahwa difusi merupakan jenis komunikasi
yang spesial, terutama menyangkut pesan yang memuat hal baru. Kemudian
Rogers menambahkan bahwa kebaruan yang menjadi keistimewaan difusi juga
menyebabkan “ketidakpastian”, kemudian ketidakpastian inilah yang membuat
penerima pesan cenderung mempertimbangkan dan berfikir ulang untuk
menerima hal baru tersebut.
Pada awal perkembangannya, media massa memiliki pengaruh yang kuat
dalam menyebarkan penemuan baru, apalagi jika penemuan tersebut diteruskan
oleh pemuka pendapat. Akan tetapi kemudian difusi inovasi juga bisa mengenai
langsung khalayaknya (Nurudin, 2011). Dalam teori Difusi Inovasi, dikatakan
bahwa komunikator yang mendapatkan pesan dari media massa sangat kuat untuk
mempengaruhi orang-orang. Dengan demikian, adanya inovasi yang disebarkan
melalui media massa akan kuat memengaruhi massa untuk mengikutinya
(Nurudin, 2011).
Menurut teori ini, sesuatu yang baru akan menimbulkan keingintahuan
masyarakat. Seseorang yang menemukan hal baru cenderung menyosialisasikan
dan menyebarkan kepada orang lain (Nurudin, 2011). Namun, seperti yang
dinyatakan oleh Rogers (1983) bahwa suatu kebaruan memiliki sifat
ketidakpastian sehingga harus dipertimbangkan kembali, maka dari itu, hal baru
atau inovasi tersebut harus memiliki nilai-nilai tertentu agar dapat diadopsi oleh
masyarakat. Berikut ini lima karakteristik inovasi yang dapat menentukan tingkat
adopsi menurut Rogers (dalam Ardianto, et al., 2007, p. 65):
42
42
1. Relative advantage (keuntungan relatif) yaitu derajat inovasi dapat
dirasakan lebih baik daripada ide lain yang menggantikannya. Semakin
besar keuntungan yang dapat dirasakan oleh adopter, maka semakin besar
juga kemungkinan inovasi tersebut cepat diadopsi oleh masyarakat.
2. Compability (kesesuaian) adalah derajat dimana inovasi dirasakan sesuai
dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Jika inovasi sesuai dengan
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, maka inovasi akan cepat diadopsi
oleh masyarakat.
3. Complexity (kerumitan) yaitu seberapa rumit inovasi dapat diadopsi oleh
masyarakat.
4. Triability (dapat diuji coba) yaitu apakah inovasi dapat diuji cobakan
dalam kondisi sebenarnya. Jika suatu inovasi dapat diuji coba terlebih
dahulu, maka masyarakat dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan
inovasi tersebut.
5. Observability (dapat diobservasi) yaitu kemungkinan inovasi dapat
diamati dan disaksikan oleh masyarakat.
Kemudian Rogers mengemukakan tahapan dalam proses adopsi inovasi.
Menurut Rogers (dalam Sihabudin&Winangsih, 2012, p. 155) terdapat lima tahap
dalam proses adopsi inovasi, yaitu:
1. Pengetahuan: Kesadaran individu akan adanya inovasi dan adanya
pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
2. Persuasi: Individu membentuk/memiliki sifat menyetujui/tidak menyetujui
inovasi tersebut.
43
43
3. Keputusan: Individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada suatu
pilihan untuk menerima atau menolak inovasi.
4. Pelaksanaan: Individu melaksanakan keputusan sesuai pilihannya.
5. Konfirmasi: Individu akan mencari pendapat yang dapat menguatkan
keputusan yang telah diambilnya sebelumnya. Individu mungkin saja
berbalik keputusan jika memperoleh isi pernyataan yang bertentangan.
Kemudian Rogers (1983) memaparkan lima tipe adopter, yaitu:
1. Inovators (Inovator): Mereka yang pertama-tama mengadopsi inovasi.
Inovator belum tentu pencetus gagasan baru, bisa jadi mereka mengadopsi
sesuatu dari luar, tetapi merekalah yang memperkenalkan inovasi secara
cukup luas.
2. Early Adopters (Adopter awal): Pembawa pengaruh yang sering
diperankan oleh pemimpin opini.
3. Early Majority (Mayoritas awal): Mereka mengikuti pembawa pengaruh
dan membawa inovasi kepada adopter selanjutnya. Mayoritas awal
memegang posisi penting dalam difusi karena di sini mulai banyak yang
mengadopsi inovasi dan bahkan terus memperkenalkannya.
4. Late Majority (Mayoritas akhir): Mereka yang mengadopsi inovasi agak
belakangan karena terpengaruh oleh mayoritas awal.
5. Laggards (Kelompok yang tertinggal): Mereka adalah kelompok akhir
yang mengadopsi inovasi. Ada banyak faktor yang membuat mereka
menjadi yang terakhir dalam adopsi inovasi, bisa jadi karena menjunjung
nilai tradisional, terisolasi dari jaringan sosial, dan sebagainya.
44
44
Pada penelitian berjudul Promosi Digital “Destinasi Digital” Banten oleh
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten (Studi pada Pasar Kampung Bekelir)
ini, GenPI Banten merupakan komunitas berbasis digital yang bergerak di bidang
promosi pariwisata Indonesia khususnya Provinsi Banten menjadi komunitas yang
kredibel untuk bisa menyampaikan informasi pariwisata Banten ke khalayak,
dalam hal ini khalayak sosial media populer yang digunakan GenPI Banten yaitu
Twitter, Instagram, dan Facebook. Adapun informasi pariwisata yang
disampaikan oleh GenPI Banten mencakup banyak hal, baik itu kebijakan
pariwisata, event pariwisata, hingga destinasi pariwisata khususnya destinasi
digital yang merupakan inisiasi Kementerian Pariwisata bersama GenPI.
Destinasi digital ini merupakan destinasi baru yang menurut Menteri Pariwisata
Arief Yahya didorong oleh kebutuhan masyarakat sekarang untuk diakui oleh
friends, fans, dan followers di dunia maya. Maka menyampaikan informasi
mengenai destinasi digital melalui media sosial dapat lebih efektif. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rogers bahwa media massa mempunyai pengaruh yang kuat
dalam menyebarkan penemuan baru, apalagi jika penemuan baru itu kemudian
diteruskan oleh para pemuka masyarakat.
2.8. Kerangka Berfikir
Pada penelitian ini, peneliti ingin menjelaskan bagaimana proses promosi
digital oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten dalam mempromosikan
destinasi digital Banten di tiga platform sosial media yaitu Twitter, Facebook, dan
45
45
Instagram. Adapun teori yang digunakan yaitu Teori Difusi Inovasi yang
menjelaskan proses adopsi destinasi digital Banten.
Bagan 2.2.
Kerangka Berfikir
2.9. Penelitian Terdahulu
Terdapat tiga penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Ketiga penelitian tersebut yaitu
Promosi Digital
Informasi seputar
destinasi digital
yang memamerkan
keindahan, fasilitas,
dan faktor-faktor
lain yang
diasumsikan dapat
memenuhi
kebutuhan
masyarakat akan
kepercayaan diri di
dunia digital.
Keputusan Konfirmasi Pengetahuan
Teori Difusi Inovasi
Persuasi Pelaksanaan
Penolakan Penolakan
Penolakan Pengapdosian
selanjutnya
Karakteristik Inovasi
1. Keuntungan
relatif
2. Kompatibilitas
3. Kompleksibilitas
4. Triabilitas
5. Observabilitas
46
46
penelitian yang berjudul Strategi Komunikasi Online Marketing Kraton Wedding
Yogyakarta (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Twitter @kratonwedding dan
Akun Facebook Kraton Wedding) oleh Paulina Krisanti Nugrahaningtyas dari
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, skripsi berjudul Strategi Komunikasi
Pemasaran Berbasis Online Melalui Jejaring Sosial Twitter (Studi Deskriptif
Pada Online Shop pesandvd) oleh Aini Azizah dari Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, dan jurnal berjudul Potensi Media Sosial Sebagai Sarana Promosi
Interaktif Bagi Pariwisata Indonesia oleh Yeni Imaniar Hamzah dari Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif.
Penelitian terdahulu yang pertama, Strategi Komunikasi Online Marketing
Kraton Wedding Yogyakarta (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Twitter
@kratonwedding dan Akun Facebook Kraton Wedding) yang disusun oleh
Paulina Krisanti Nugrahaningtyas dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Program Studi Ilmu Komunikasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Penelitian ini menjelaskan strategi komunikasi pemasaran online pada
akun twitter dan facebook Kraton Wedding. Tujuan dari penelitian yang
dilakukan pada tahun 2014 tersebut yaitu untuk mengetahui strategi komunikasi
online marketing Kraton Wedding Yogyakarta melalui Twitter @kratonwedding
dan akun Facebook Kraton Wedding. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Kraton
Wedding menyampaikan pesan menggunakan kanal media sosial Facebook dan
Twitter yang populer di kalangan anak muda Indonesia usia 15 hingga 25 tahun
agar anak muda dapat mengenal budaya Keraton Yogyakarta dengan mudah
47
47
karena bahasa yang digunakan Kraton Wedding pun bahasa yang santai. Selain itu
Kraton Wedding juga bekerjasama dengan pihak lain yaitu komunitas Iphonesia
dan Japemethe dari Jogja untuk memperluas jaringan dan menjaring anak muda
lebih luas untuk mengetahui budaya Keraton Jogja.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti akan teliti adalah
kedua penelitian meneliti komunikasi pemasaran secara online di media sosial
populer yaitu Twitter dan Facebook, walaupun penelitian yang akan peneliti teliti
tidak hanya meneliti komunikasi pemasaran di Twitter dan Facebook tetapi juga
di Instagram. Selain itu juga pemasaran yang dilakukan oleh subjek penelitian
pada penelitian ini tidak untuk mendapatkan keuntungan secara materiil karena
Kraton Wedding hanya menyediakan informasi mengenai kebudayaan Keraton
Yogyakarta, sama seperti Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten yang tidak
mengambil keuntungan materiil secara langsung dari meningkatnya jumlah
wisatawan di destinasi digital yang dipromosikan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti teliti terletak
pada subjek penelitian, dan teori yang digunakan yaitu teori umum pemasaran
online terpadu yaitu melalui Facebook dan Twitter serta kerjasama dengan
Komunitas Iphonesia dan Japemethe yang aktif di media sosial Instagram.
Kemudian penelitian terdahulu yang kedua yaitu Strategi Komunikasi
Pemasaran Berbasis Online Melalui Jejaring Sosial Twitter (Studi Deskriptif
Pada Online Shop pesandvd) oleh Aini Azizah dari Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, Program Studi Ilmu Komunikasi. Penelitian ini menggunakan metode
48
48
kualitatif dengan studi deskriptif pada subjek penelitian. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran berbasis online melalui jejaring
sosial Twitter. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu proses pertukaran informasi
pada komunikasi pemasaran online adalah dengan melakukan pendekatan atau
menciptakan keintiman. Pengelolaan informasi pada komunikasi pemasaran
online adalah dengan mendigitalisasi informasi produk, layanan, pembelian,
periklanan, dan sponsorship kreatif.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti teliti
terletak pada komunikasi pemasaran secara online yaitu melalui Twitter dengan
mendigitalisasi informasi produk. Teori yang digunakan pun Teori Difusi Inovasi
dengan menganalisa hal-hal apa saja yang mempengaruhi konsumen untuk
memesan DVD ke online shop @pesandvd dan bagaimana proses komunikasi
antara online shop @pesandvd dengan konsumennya.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti oleh
peneliti terletak pada subjek penelitiannya, dimana subjek penelitian pada
penelitian tersebut terfokus pada keuntungan materiil dengan menjual produknya
sendiri, sementara subjek penelitian peneliti, yaitu Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten tidak menjual produk untuk meraih keuntungan pribadi namun
membantu memasarkan destinasi pariwisata di daerahnya, yaitu Provinsi Banten.
Perbedaannya juga terletak pada teori yang digunakan, karena pada penelitian
Aini Azizah tidak hanya menggunakan teori Difusi Inovasi, tetapi juga Teori
Keintiman untuk menjelaskan kedekatan yang dapat diciptakan dari penggunaan
sosial media Twitter untuk melayani pelanggan online shop pesandvd.
49
49
Peneltian terdahulu yang ketiga yaitu jurnal yang berjudul Potensi Media
Sosial Sebagai Sarana Promosi Interaktif Bagi Pariwisata Indonesia oleh Yeni
Imaniar Hamzah dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data sekunder
yaitu dengan teknik studi pustaka dari buku, jurnal, dan artikel. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi penggunaan media sosial sebagai sarana
promosi interaktif pariwisata Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
penggunaan media sosial untuk menyampaikan pesan dengan cara persuasif dan
menjalin kedekatan emosional sehingga dapat meningkatkan kepercayaan para
pengikut sebuah akun media sosial terhadap informasi yang diberikan.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan terletak pada pembahasan promosi pariwisata secara online di media
sosial oleh blogger dan pengguna sosial media yang memiliki hobi berpariwisata,
sama seperti anggota Generasi Pesona Indonesia yang memiliki ketertarikan di
bidang pariwisata dan aktif di media sosial, yang cenderung dianggap lebih
kredibel dibandingkan public figure penerima endorse untuk mempromosikan
pariwisata karena sifat sukarela dan lebih dekat dengan sasaran promosi.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan yaitu terletak pada teori yang digunakan yaitu teori Belajar Sosial dari
Albert Bandura, dimana individu belajar lewat mengimitasi perilaku model yang
pantas untuk diimitasi. Dalam hal ini subjek penelitiannya adalah orang-orang
50
50
yang terpercaya dalam bidang pariwisata yaitu Trinity Traveler, seorang blogger
yang hobi berpetualang.
Berikut ini adalah rincian penelitian terdahulu yang peneliti jadikan
referensi dalam penelitian ini.
Tabel 2.3.
Penelitian Terdahulu
Peneliti Paulina Krisanti
Nugrahaningtyas Aini Azizah Yeni Imaniar
Hamzah
Universitas/
Institusi
Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
Pusat Penelitian
dan
Pengembangan
Kebijakan
Kepariwisataan
Kementerian
Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
Judul Strategi Komunikasi
Online Marketing
Kraton Wedding
Yogyakarta (Studi
Deskriptif Kualitatif
Terhadap Twitter
@kratonwedding dan
Akun Facebook Kraton
Wedding)
Strategi Komunikasi
Pemasaran Berbasis
Online Melalui
Jejaring Sosial Twitter
(Studi Deskriptif Pada
Online Shop
pesandvd)
Potensi Media
Sosial Sebagai
Sarana Promosi
Interaktif Bagi
Pariwisata
Indonesia
Tujuan Mengetahui strategi
online marketing
Kraton Wedding
Yogyakarta melalui
@kratonwedding dan
akun Facebook Kraton
Wedding
1. Mengetahui
proses
pertukaran
informasi
dalam
komunikasi
pemasaran
berbasis online.
2. Mengetahui cara
online shop
pesandvd
mengelola
informasi melalui
komunikasi
pemasarannya agar
Mengetahui
potensi
penggunaan
sosial media
sebagai sarana
promosi
interaktif
pariwisata
Indonesia.
51
51
dimengerti oleh
target pasar atau
khalayak.
3. Mengetahui cara
online shop
pesandvd
menangani
berbagai
penyimpangan
(noise) yang terjadi
dalam proses
komunikasi
pemasarannya.
4. Mengetahui cara
online shop
pesandvd
mengelola
feedback atau
umpan balik dari
target pasar atau
khalayaknya.
Kesimpulan Strategi komunikasi
pemasaran Kraton
Wedding yaitu dengan
menyampaikan pesan
menggunakan kanal
media sosial Facebook
dan Twitter yang
populer di kalangan
anak muda Indonesia
bekerjasama dengan
pihak lain yaitu
komunitas Iphonesia
dan Japemethe dari
Jogja untuk
memperluas jaringan
dan menjaring anak
muda lebih luas untuk
mengetahui budaya
Keraton Jogja.
Proses pertukaran
informasi pada
komunikasi pemasaran
online adalah dengan
melakukan pendekatan
atau menciptakan
keintiman.
Pengelolaan informasi
pada komunikasi
pemasaran online
adalah dengan
mendigitalisasi
informasi produk,
layanan, pembelian,
periklanan, dan
sponsorship kreatif.
Penggunaan
media sosial
untuk
menyampaikan
pesan dengan
cara persuasif
dan menjalin
kedekatan
emosional
sehingga dapat
meningkatkan
kepercayaan
para pengikut
sebuah akun
media sosial
terhadap
informasi yang
diberikan.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena
peneliti ingin menjelaskan fenomena dari data-data yang diperoleh secara
mendalam melalui kata-kata. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman makna dengan mengembangkan teori dan menggambarkan realita
secara deskriptif.
Penelitian kualitatif sendiri merupakan penelitian yang bertujuan
menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-
dalamnya (Kriyantono, 2012). Penelitian kualitatif lebih menekankan pada
kedalaman atau kualitas data bukan banyaknya data. Seperti menurut Sugiyono
(2012), bahwa penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi
lebih menekankan pada makna.
Penelitian ini bersifat deskriptif, jenis penelitian deskriptif merupakan
jenis penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis,
faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu
(Kriyantono, 2012).
Menurut Kriyantono (2012), studi kasus merupakan “metode riset yang
menggunakan berbagai sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti,
53
53
menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu,
kelompok, suatu program, organisasi, atau peristiwa secara sistematis.” (p. 65).
Menurut Mulyana (2001), studi kasus mengkaji sejumlah besar variabel mengenai
suatu kasus khusus dengan mempelajari semaksimal mungkin individu,
kelompok, atau suatu kejadian dengan tujuan menguraikan secara lengkap dan
mendalam mengenai subjek yang diteliti (dalam Kriyantono, 2012, p. 66).
Penelitian berjudul Promosi Digital “Destinasi Digital” Banten oleh
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten (Studi pada Pasar Kampung Bekelir)
ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin memaparkan
fenomena promosi digital yang dilakukan oleh Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten dalam mempromosikan destinasi digital Banten secara
mendalam. Cara pemaparan dalam penelitian ini yaitu secara deskriptif dengan
menggambarkan realitas yang sedang terjadi. Penelitian ini menggunakan metode
studi kasus yaitu dengan menggunakan berbagai instrumen pengumpulan data
untuk menjelaskan secara lengkap, yaitu dengan observasi, wawancara, studi
dokumen, dan sebagainya.
3.2. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma post positivisme dimana
paradigma ini merupakan kritik terhadap paradigma positivisme. Post positivisme
memiliki asumsi pertama, fakta tidak bebas nilai melaikan bermuatan teori.
Kedua, tidak satu teoripun yang sepenuhnya dapat dijelaskan dengan bukti
54
54
empiris. Ketiga, fakta tidak bebas melainkan penuh nilai. Keempat, adanya
interaksi antara subjek dan objek, dan hasilnya senantiasa berubah (Ardianto&Q-
Anees, 2007).
Dilihat dari aspek ontologi, post positivisme memandang bahwa realitas
sesuai dengan hukum alam, namun ada peran serta subjek dalam mengonstruksi
realitas. Dilihat dari aspek epistimologi, dalam post positivisme, hubungan antara
pengamat dan objek bersifat interaktif namun harus tetap netral dengan berpegang
pada teori. Dilihat dari aspek aksiologi, post positivisme tidak bebas nilai, yaitu
kritis terhadap bukti empiris (Ardianto&Q-Anees, 2007).
Penelitian ini menggunakan perspektif post positivisme karena dilakukan
pada objek yang alamiah dan berkembang apa adanya, realitas sosial juga
dipandang sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan
hubungan gejala bersifat interaktif (Sugiyono, 2012). Karena pada penelitian
kualitatif yang menjadi instrumennya adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti
harus dibekali dengan teori sehingga dapat menganalisis dan memahami
konstruksi sosial. Seperti pada asumsi paradigma ini, walaupun peneliti aktif
berinteraksi, namun peneliti harus tetap mengacu pada teori sehingga objektivitas
dapat tercapai.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2012), terdapat dua hal utama yang mempengaruhi
kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian, dan kualitas
55
55
pengumpulan data. Peneliti harus melakukan kegiatan pengumpulan data,
pengumpulan data adalah prosedur yang sangat menentukan baik atau tidaknya
riset. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Wawancara
Menurut Berger (2000), wawancara adalah percakapan antara
periset, yaitu seorang yang berharap mendapatkan informasi, dan
informan, yaitu seorang yang diasumsikan memiliki informasi penting
tentang suatu objek (dalam Kriyantono, 2012, p. 100). Wawancara
adalah cara pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan
informasi langsung dari sumbernya.
Adapun jenis wawancara untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah wawancara mendalam (depth interview).
Wawancara mendalam menurut Kriyantono (2012), adalah “suatu cara
mengumpulkan data dengan langsung bertatap muka dengan informan
agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.” (p. 102).
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan beberapa
informan kunci yang diasumsikan mengetahui permasalahan yang
akan peneliti teliti, yaitu memahami proses distribusi pesan promosi
digital dari sumber pertama hingga bisa sampai ke sasaran promosi
mereka, memahami proses pengelolaan pesan promosi dan senantiasa
terlibat dalam kegiatan tersebut, mengetahui dan pernah mengalami
hambatan-hambatan yang dialami oleh Komunitas Generasi Pesona
56
56
Indonesia (GenPI) Banten dalam mempromosikan destinasi digital
terutama Kampung Bekelir, dan mengetahui dan pernah mendapatkan
umpan balik dari sasaran promosi destinasi digital sehingga dapat
memberikan informasi yang faktual dan akurat. Selain itu, peneliti juga
mewawancara beberapa informan pendukung untuk lebih
memperdalam dan melengkapi data penelitian.
2. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung objek
untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut
(Kriyantono 2012). Pada penelitian ini, peneliti menjalankan jenis
metode observasi partisipan, yaitu metode observasi dimana peneliti
selain berfungsi sebagai observer, peneliti juga berfungsi sebagai
partisipan yang ikut serta dalam kegiatan subjek penelitian
(Kriyantono, 2012). Maka dari itu, observasi ini dilakukan dengan cara
peneliti ikut berpartisipasi sebagai anggota Generasi Pesona Indonesia
Banten dan mengamati kegiatan promosi digital pariwisata Indonesia
khususnya destinasi digital Banten.
57
57
3. Studi Dokumen
“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang” (Sugiyono 2012, p. 240). Adapun
dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu dokumen berupa
bukti-bukti gambar screen capture promosi destinasi digital Banten di
media sosial Twitter, Facebook, dan Instagram, skrip tweets Twitter
dan keterangan foto instagram dan facebook mengenai promosi
destinasi digital kemudian dokumen-dokumen pendukung berupa
notulensi diskusi-diskusi yang dilakukan Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten khususnya mengenai organisasi Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten dan promosi pariwisata di media sosial.
Dokumen-dokumen tersebut nantinya akan dianalisis untuk
melengkapi temuan-temuan pada observasi dan wawancara.
3.4. Informan Penelitian
Spradley menyatakan bahwa penelitian kualitatif tidak menggunakan
istilah populasi, melainkan situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu
tempat, pelaku, dan aktivitas yang berkaitan satu sama lain. Situasi sosial tersebut
dapat dinyatakan sebagai objek penelitian (dalam Sugiyono, 2012, p. 215). Pada
penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu dan mengumpulkan
data dari orang-orang di dalam situasi tersebut.
58
58
Sampel dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek riset, yaitu
orang-orang yang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset
(Kriyantono, 2012). Sampel dalam penelitian kualitatif disebut sebagai informan,
narasumber, partisipan, atau guru dalam penelitian (Sugiyono, 2012). Sampel
penelitian kualitatif juga tidak disebut sampel statistik, melainkan sampel teoritis
karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori (Sugiyono,
2012).
Untuk mendapatkan sampel yang tepat untuk penelitian, peneliti harus
mengikuti prosedur pemilihan sampel. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian berjudul Promosi Digital “Destinasi Digital” Banten oleh Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten (Studi pada Pasar Kampung Bekelir) ini
menggunakan teknik purposive sampling yang termasuk nonprobability sampling.
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiyono, 2012). Purposive sampling sendiri merupakan teknik pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan riset (Kriyantono, 2012).
Peneliti menentukan informan penelitian dengan mempertimbangkan
kriteria tertentu. Mengacu pada kriteria informan menurut Sanafiah Faisal, 1990
(dalam Sugiyono, 2012, p. 221), peneliti menentukan informan dengan
mempertimbangkan kriteria sebagai berikut:
1. Informan merupakan orang yang menguasai atau memahami sesuatu
melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan hanya sekedar
59
59
diketahui tetapi juga dihayati. Dalam hal penelitian ini, informan
haruslah orang yang memahami komunikasi pemasaran dalam
mempromosikan destinasi digital yang dilakukan oleh Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten, bahkan ikut menjalankan aktivitas
promosi pariwisata tersebut.
2. Informan merupakan orang yang tergolong masih berkecimpung atau
terlibat dalam kegiatan yang tengah diteliti. Dalam penelitian ini,
informan merupakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan
komunikasi pemasaran destinasi digital Banten, baik yang merupakan
anggota Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten, maupun pihak-
pihak yang terlibat dan memahami kegiatan Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten dan pemasaran pariwisata.
3. Informan memiliki waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
4. Informan yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri.
5. Informan yang tergolong cukup asing dengan peneliti sehingga lebih
baik untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
Dari kriteria tersebut, peneliti mengambil beberapa sampel yang dijadikan
informan dalam penelitian ini, yaitu Ketua Generasi Pesona Indonesia (GenPI)
Banten, Penanggungjawab Promosi Media Sosial Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten, Admin Media Sosial Instagram, Twitter, dan Facebook Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten, Anggota Generasi Pesona Indonesia (GenPI)
60
60
Nasional, dan beberapa followers media sosial Generasi Pesona Indonesia (GenPI)
Banten.
3.5. Analisis Data
Analisis data menurut (Sugiyono, 2012) adalah:
“proses mencari dan menyusun data dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.” (p. 244).
Pada penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak sebelum memulai
memasuki lapangan, saat penelitian atau selama di lapangan, hingga setelah
selesai di lapangan.
Pada penelitian ini, peneliti menganalisis data dengan analisis data model
Miles dan Huberman, dimana aktivitas analisis data dibagi menjadi tiga langkah,
yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion
verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi) (Sugiyono, 2012).
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya untuk mempermudah peneliti
melakukan pengumpulan data selanjutnya karena data menjadi lebih terfokus.
Pada penelitian ini, peneliti merangkum hasil pengumpulan data yang didapatkan
dari wawancara, observasi, dan dokumentasi agar lebih terfokus pada hal-hal
61
61
penting yang berkaitan dengan promosi destinasi digital Banten khususnya
Kampung Bekelir di tiga media sosial yaitu Facebook, Twitter, dan Instagram.
Penyajian data merupakan langkah yang dilakukan setelah merangkum
data. Data yang telah dirangkum tersebut disajikan atau disusun dalam beberapa
bentuk penyajian seperti uraian singkat atau teks naratif, bagan, grafik, dan
sebagainya.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan dengan menelaah kembali
hasil pengumpulan data dan melakukan pengecekan ulang. Diharapkan pada
penelitian ini, peneliti dapat mengumpulkan bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat melakukan pengecekan ulang sehingga dapat menarik kesimpulan yang
kredibel.
3.6. Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian, sangat penting untuk menguji apakah data yang
didapatkan valid atau tidak untuk mengetahui apakah suatu penelitian kredibel
atau tidak. Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2012). Jadi dapat
dikatakan data yang terjadi pada objek penelitian adalah sama dengan data yang
dilaporkan oleh peneliti.
Menurut Susan Stainback (1988), reabilitas adalah derajat konsistensi dan
stabilitas data atau temuan (dalam Sugiyono, 2012, p. 268). Dalam penelitian
62
62
kualitatif, suatu realitas bersifat majemuk, dinamis, sehingga tidak ada yang
konsisten dan berulang (Sugiyono, 2012). Maka dari itu, menurut Susan Stainback
(1988), pada penelitian kualitatif, uji keabsahan data lebih menekankan pada
aspek validitas (dalam Sugiyono, 2012, p. 268).
Terdapat beberapa cara pengujian kredibilitas pada data penelitian
kualitatif, yaitu perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekukan, triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck
(Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini, uji keabsahan data dilakukan peneliti
adalah dengan cara triangulasi data.
Menurut Wiliam Wiersma (1986), “triangulasi dalam pengujian
kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu.” (dalam Sugiyono, 2012, p. 273).
1. Triangulasi sumber merupakan cara menguji kredibilitas data dengan
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Pada
penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan dan pengujian data ke
beberapa sumber yaitu ketua Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten,
anggota Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten yang
bertanggungjawab atas kegiatan promosi pariwisata Banten di media
sosial, serta followers media sosial Generasi Pesona Indonesia (GenPI)
Banten.
2. Triangulasi teknik merupakan cara menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama tetapi dengan
63
63
teknik yang berbeda. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan
dan uji keabsahan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi
untuk memastikan data adalah benar.
3. Triangulasi waktu merupakan cara menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan melakukan setiap teknik pengumpulan data di waktu
yang berbeda. Hal ini karena waktu dan situasi yang berbeda-beda dapat
mempengaruhi jawaban dari informan. Pada penelitian ini, peneliti
melakukan pengecekan data dengan wawancara dan observasi di waktu
yang berbeda-beda.
3.7. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.7.1. Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian melalui beberapa akun media sosial
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten dan anggotanya, dan grup
obrolan WhatsApp, serta pertemuan langsung pada beberapa acara di
beberapa lokasi, baik yang diselenggarakan oleh Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten, maupun Dinas Pariwisata Provinsi Banten dan
beberapa pihak lain. Di destinasi digital Pasar Kampung Bekelir dan
Pasar Kaulinan Menes. Adapun beberapa link media sosial Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten adalah sebagai berikut:
Twitter : https://twitter.com/genpibanten
64
64
Facebook : https://www.facebook.com/genpi.banten.9
Instagram : https://www.instagram.com/genpibanten/
3.7.2. Waktu Penelitian
Peneliti melakukan persiapan penelitian sebelum terjun ke
lapangan hingga sidang penelitian skripsi dalam waktu yang dirinci
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1. Pra Penelitian
2. Penyusunan Bab 1-3
3. Sidang Outline
4. Ke Lapangan untuk Pengumpulan Data
5. Penyusunan Bab 4-5
6. Sidang Skripsi
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Subjek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian disebut informan, yaitu
orang-orang yang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset
dan informan dianggap aktif mengonstruksi realitas (Kriyantono, 2012). Adapun
subjek pada penelitian ini adalah Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
karena komunitas tersebut adalah komunitas yang menjalankan proses promosi
digital destinasi digital Banten yang akan diteliti.
4.1.1. Sejarah Generasi Pesona Indonesia (GenPI)
Generasi Pesona Indonesia atau yang disingkat GenPI merupakan
komunitas inisiasi dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia yang
dilatarbelakangi oleh digitalisasi yang telah merambah ke segala aspek
sehingga sangat memengaruhi kehidupan masyarakat, khususnya masyarakan
usia muda yang sangat melek teknologi dan bergantung pada teknologi.
Kesadaran bahwa teknologi digital sangat penting dalam membantu
memperkenalkan pariwisata Indonesia ke masyarakat Indonesia dan
internasional karena dapat menjangkau khalayak luas dengan mudah, murah,
dan cepat membuat Kementerian Pariwisata membentuk suatu komunitas
66
66
berbasis digital yang dapat mempromosikan pariwisata Indonesia secara
online dengan memanfaatkan berbagai fasilitas di dunia digital.
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) pertama adalah GenPI Lombok
Sumbawa yang diresmikan oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia
pada 3 Oktober 2016. Pada mulanya GenPI Lombok Sumbawa bernama
Wonderful Lombok Sumbawa, yang merupakan sebuah komunitas yang
bertujuan untuk mempromosikan pariwisata daerah mereka yaitu pariwisata
di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kemudian Komunitas tersebut menjadi tim
pemenangan online pariwisata Indonesia untuk vote kompetisi pariwisata
internasional yaitu World Halal Tourism Award (WHTA) pada tahun 2015
dan 2016 dengan mempromosikan pariwisata Indonesia sekaligus mengajak
masyarakat Indonesia untuk bersama-sama mendukung pariwisata Indonesia
dalam ajang tersebut sehingga Indonesia berhasil memenangkan 12
penghargaan World Halal Tourism Award (WHTA). Dari sanalah tercetus
terbentuknya komunitas pariwisata Indonesia yang bergerak di dunia digital,
Generasi Pesona Indonesia (GenPI). Komunitas tersebut kemudian terbentuk
di berbagai daerah di Indonesia, dibawah kontrol Dinas Pariwisata di setiap
provinsi. Sejak Oktober 2016 hingga April 2018 tercatat sudah 21 provinsi di
Indonesia yang telah membentuk Generasi Pesona Indonesia (GenPI).
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) merupakan komunitas berbasis
online dan bersifat sukarela (volunteer) dimana anggotanya memiliki minat di
bidang pariwisata dan aktif di dunia digital. Komunitas ini dapat menampung
netizen yang memiliki hobi di bidang travel, kuliner, fotografi, videografi,
67
67
dan budaya. Generasi Pesona Indonesia (GenPI) memiliki visi untuk
mengangkat pariwisata Indonesia agar lebih dikenal di dunia digital secara
luas sehingga akan meningkatkan jumlah wisatawan baik dari dalam negeri
maupun mancanegara. Visi tersebut berusaha diwujudkan dengan
memviralkan destinasi pariwisata, agenda pariwisata, dan kebijakan
pariwisata baik dari skala regional mereka maupun skala nasional, dan
menciptakan sekaligus mempromosikan destinasi digital yang dibungkus
dalam bentuk pasar kreatif.
4.1.2. Profil Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten merupakan suatu komunitas
pariwisata yang aktif di dunia digital yang diinisiasi oleh Kementerian
Pariwisata Republik Indonesia. Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
diluncurkan pada tanggal 29 Mei 2017 di Titik Nol Anyer, dan diresmikan
langsung oleh Staf Khusus Bidang Pariwisata Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia, Don Kardono. Peluncuran tersebut menjadikan Provinsi
Banten daerah ke sebelas yang memiliki komunitas yang aktif
mempromosikan pariwisata.
Sama seperti Generasi Pesona Indonesia (GenPI) daerah lainnya,
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten pun memiliki visi untuk
memajukan pariwisata Indonesia, khususnya pariwisata daerah, yaitu Provinsi
Banten. Hal tersebut karena pembentukan Generasi Pesona Indonesia (GenPI)
68
68
di setiap provinsi di Indonesia memang bertujuan untuk mengangkat
pariwisata daerah sehingga membantu memajukan pariwisata Indonesia
secara keseluruhan, terutama di dunia digital. Visi tersebut diwujudkan
kedalam dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan online dan offline yang keduanya
mengandung unsur promosi pariwisata Indonesia khususnya dalam hal
destinasi, event pariwisata, dan kebijakan pariwisata.
Terhitung sejak Mei 2017 hingga April 2018, Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten sudah memiliki 356 anggota yang tersebar di
delapan kabupaten dan kota Provinsi Banten. Anggota-anggota tersebut
terdaftar pada pendaftaran manual secara online yang dibuka oleh Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten, dan dari situs resmi Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) yang beralamat di GenPI.co.
Selain Generasi Pesona Indonesia (GenPI) dari regional Banten, di
kabupaten dan kota di Provinsi Banten pun diberikan kesempatan untuk
membentuk GenPI daerah kabupaten dan kota. Sejak Mei 2017 hingga April
2018, terhitung sudah ada 5 daerah di provinsi Banten yang membentuk
GenPI, yaitu GenPI Kabupaten Lebak, GenPI Kabupaten Pandeglang, GenPI
Kabupaten Tangerang, dan GenPI Kota Tangerang yang menjalankan
pengukuhan pada 26 Februari 2018, dan GenPI Kota Cilegon yang
diluncurkan pada 19 April 2018. GenPI daerah ini dibentuk dengan harapan
agar anggota-anggota GenPI dapat lebih terkonsentrasi mempromosikan
pariwisata di daerah mereka masing-masing.
69
69
Gambar 4.1.
Logo Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten juga memiliki struktur
kepengurusan agar pembagian tugas dan peran menjadi lebih jelas serta
efektif dan terkontrol dalam menjalankan pekerjaan.
Berikut ini struktur kepengurusan Generasi Pesona Indonesia (GenPI)
Banten:
Bagan 4.1.
Struktur Kepengurusan Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
Tahun Kepengurusan 2017-2018
Ketua Nisaul Hasanah
Sekretaris Nurul Isti
Bendahara Aditya Fajar
Humas Sukma Wijaya
Ketua Bidang Online
Angga Pratama
Anggota
Bidang Desain Dan Editor
Jalaludin dan Sukma Wijaya
Ketua Bidang Offline
Fajri Nugraha
Anggota Anggota
70
70
Adapun ketua Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten memiliki
tanggungjawab atas berjalannya komunitas Generasi Pesona Indonesia
Banten ini, dengan mengkoordinasikan timnya untuk dapat bekerja sesuai
dengan tugas dan kewajiban masing-masing. Sekretaris Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten bertugas untuk mengurus segala hal yang berkaitan
dengan kesekretariatan dan administratif komunitas. Bendahara Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten bertugas mengatur segala hal yang
berkaitan dengan keuangan komunitas. Kemudian bagian hubungan
masyarakat Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten bertanggungjawab
atas segala bentuk komunikasi kepada pihak di luar GenPI Banten seperti
Dinas Pariwisata, GenPI dari daerah lain, dan sebagainya. Kemudian bidang
online merupakan bagian komunitas yang mengurus segala hal di dunia
digital, terutama promosi pariwisata. Bidang online memantau keaktifan
anggota dalam mempromosikan pariwisata di media sosial mereka masing-
masing yang sudah terdaftar di daftar media sosial anggota GenPI Banten.
Ketua bidang online mengkoordinasi seluruh anggota GenPI Banten untuk
mempromosikan destinasi wisata, event pariwisata, maupun kebijakan
pariwisata. Sedangkan bidang offline merupakan bagian komunitas yang
mengurus segala kegiatan offline atau di luar dunia digital seperti pelatihan
promosi pariwisata, diskusi, familiarization trip, dan kegiatan pasar digital
atau destinasi digital. Ketua bidang offline bertugas mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan offline yang akan dilakukan dan membentuk kepanitian
baru di setiap kegiatan offline GenPI Banten. Kemudian bidang desain dan
71
71
editor merupakan bagian yang mengurus segala bahan promosi pariwisata
oleh GenPI Banten. Bagian desain bertugas dalam pembuatan logo, berbagai
pamflet untuk keperluan promosi, dan foto. Sedangkan bagian editor bertugas
dalam penyuntingan video, foto, dan berbagai jenis teks bahan promosi
GenPI Banten.
4.1.3. Kegiatan Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten senantiasa melakukan
beberapa kegiatan baik secara online maupun offline. Kegiatan online GenPI
Banten yaitu mempromosikan pariwisata Indonesia dan Banten yang dibagi
menjadi tiga pembahasan, yaitu pertama, destinasi yang merupakan tujuan
wisata di berbagai daerah di Indonesia, baik wisata alam, wisata budaya,
wisata sejarah, dan lain-lain, kedua, event pariwisata yang merupakan agenda
pariwisata baik yang masuk ke dalam Calendar of Events 100 Wonderful
Events Indonesia maupun agenda pariwisata daerah, dan yang ketiga,
kebijakan pariwisata yang biasa disebut CEO Messages. Kegiatan online
promosi pariwisata ini dilakukan di berbagai media sosial pribadi milik
anggota GenPI Banten dan media sosial resmi milik GenPI Banten seperti
media sosial populer yaitu Twitter, Facebook, dan Instagram, serta platform
media sosial lainnya, media online, dan blog, serta situs resmi Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) yaitu GenPI.co yang dapat diakses oleh seluruh
anggota GenPI di seluruh Indonesia yang telah terdaftar. Adapun media sosial
72
72
resmi GenPI Banten yang senantiasa aktif yaitu media sosial Twitter,
Facebook, dan Instagram.
Selain mempromosikan pariwisata, kegiatan online Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten yaitu diskusi online dengan aplikasi pesan
WhatsApp. Adapun pelaksanaannya di sebuah grup obrolan dimana para
anggota GenPI Banten telah tergabung di dalamnya, kemudian mereka
mengundang narasumber yang dapat menjelaskan tema diskusi yang
diangkat. Adapun tema diskusi yang diangkat merupakan tema-tema yang
berkaitan dengan komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPI) sendiri dan
seputar promosi pariwisata.
Kemudian kegiatan offline Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
yaitu berupa pelatihan promosi pariwisata, diskusi, familiarization trip atau
yang disingkat fam trip, dan kegiatan pasar digital atau destinasi digital.
Pelatihan promosi pariwisata merupakan kegiatan offline Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten yang dilakukan dengan mengundang
narasumber yang dapat menjelaskan bagaimana promosi pariwisata yang baik
khususnya secara online. Adapun narasumber yang pernah mengisi beberapa
pelatihan promosi pariwisata yaitu anggota GenPI Nasional, staff
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, atau anggota GenPI Banten
yang sudah terlatih sebelumnya, atau orang-orang yang ahli di bidang
promosi khusunya bidang pariwisata. GenPI Nasional sendiri merupakan
GenPI pusat yang terbentuk dari perwakilan anggota-anggota GenPI daerah
73
73
yang aktif, yang mampu menjalankan berbagai tugas dan fungsi di GenPI
Nasional seperti membuat draft promosi di berbagai media sosial,
menyunting tulisan, foto, dan video, menganalisis berita atau artikel atau
promosi di berbagai media sosial, media online, dan blog, dan sebagainya.
Kegiatan pelatihan ini biasanya dilakukan dalam sebuah pertemuan yang
lebih resmi dan terstruktur.
Gambar 4.2.
Seminar mengenai Peningkatan Kompetensi SDM Untuk
Pengembangan Destinasi Digital di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Banten
oleh Staff Kementerian Pariwisata Republik Indonesia Bidang Komunikasi
Don Kardono, Kepala Dinas Pariwisata, Eneng Nurcahyati, dan Ketua GenPI
Banten, Nisaul Hasanah (26/2).
(Sumber Gambar: Dokumentasi GenPI Banten)
74
74
Gambar 4.3.
Pelatihan Fotografi GenPI Banten di area kantor Dinas Pariwisata
Provinsi Banten (26/2).
(Sumber Gambar: Dokumentasi GenPI Banten)
Kemudian diskusi offline, kegiatan ini biasanya dilakukan sambil kopi
darat atau pertemuan santai antara sesama anggota Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten. Adapun tema diskusi ini sama seperti diskusi online, namun
dalam diskusi offline, anggota dapat sekaligus mempraktekan bersama-sama
hasil diskusi yang mereka dapatkan, seperti cara membuat caption promosi
untuk sebuah foto dan video di media sosial Facebook dan Instagram, atau
belajar mengambil foto dan video.
Familiarization Trip atau yang biasa disingkat fam trip merupakan
perjalanan wisata ke suatu tempat untuk memperkenalkan potensi wisata yang
ada di tempat tersebut, baik budaya, sejarah, kuliner, alam, dan sebagainya.
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten beberapa kali melakukan
75
75
familiarization trip, seperti mengunjungi beberapa tempat wisata di Kota
Tangerang dan Kota Cilegon bersama Kepala Dinas Pariwisata Provinsi
Banten, Eneng Nurcahyati dan beberapa staffnya.
Gambar 4.4.
Familarization Trip ke Destinasi Digital Kampung Bekelir, Flying
Deck Cisadane, dan Museum Benteng Heritage Tangerang (19/12).
(Sumber Gambar: Dokumentasi GenPI Banten)
Kemudian kegiatan pasar digital atau destinasi digital yaitu segala
kegiatan yang dilakukan di destinasi digital yang dibuat dan dipromosikan
oleh Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten. Di provinsi Banten sendiri,
terdapat dua destinasi digital yang dibentuk oleh masyarakat sekitar dan
dibantu oleh GenPI Banten, yaitu Pasar Kampung Bekelir dan Pasar Kaulinan
Menes. Adapun kegiatan GenPI Banten di destinasi digital tersebut antara
lain mengatur jalannya acara setiap minggunya karena pasar digital ini
sendiri buka setiap hari Minggu pukul 07:00 hingga pukul 12:00. Adapun
acara di pasar digital tersebut seperti atraksi berupa penampilan yang syarat
akan nilai seni dan budaya, serta stand jualan warga sekitar destinasi digital
76
76
tersebut. Selain membantu masyarakat mengatur jalannya kegiatan, GenPI
Banten juga berperan sebagai pengunjung yang senantiasa berfoto dan
mengambil video untuk nantinya dipromosikan di media sosial resmi GenPI
Banten dan media sosial pribadi masing-masing anggota.
Gambar 4.5.
Kegiatan persiapan Launching Pasar Kaulinan Menes (13/3).
(Sumber Gambar: Dokumentasi GenPI Banten)
4.1.4. Deskripsi Informan Penelitian
Dalam menentukan informan penelitian pada penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik purposive sampling yang termasuk nonprobability
sampling. Oleh karena itu, peneliti mempertimbangkan kriteria tertentu dalam
memilih informan penelitian. Berikut ini informan penelitian yang peneliti
pilih untuk dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian
ini.
77
77
1. Nisaul Hasanah merupakan ketua Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten sejak Juli 2017. Nisa juga aktif di kegiatan Pramuka
dan menjadi duta sosial media untuk Pramuka sehingga diajak oleh
penggiat promosi pariwisata di media sosial untuk mempromosikan
pariwisata Banten juga. Informan Nisaul Hasanah merupakan
informan utama dalam penelitian ini karena ia dapat memberikan
informasi yang akurat karena mengerti Komunitas GenPI Banten,
senantiasa merasakan dan mengerti permasalahan promosi digital
baik proses distribusi pesan promosi, pengelolaan pesan promosi,
hambatan-hambatan promosi, hingga berbagai umpan balik yang
diterima oleh Komunitas GenPI Banten secara keseluruhan dan
anggota-anggotanya.
2. Ardiyanto Setyojati merupakan anggota Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten yang menjadi perwakilan GenPI Banten untuk
GenPI Nasional sebagai tim editor. Karyawan Swasta ini juga aktif
di media online Wow Banten yang menyajikan informasi seputar
provinsi Banten termasuk pariwisatanya. Informan Ardiyanto
Setyojati dipilih karena mengerti permasalahan yang diangkat pada
penelitian ini hingga detail informasi lain mengenai GenPI Regional
dan GenPI Nasional.
3. Yasin S. M. merupakan anggota Generasi Pesona Indonesia (GenPI)
Banten yang juga menjalankan media sosial @AlamBanten yang
menyajikan informasi pariwisata di Banten. Yasin menjadi
78
78
penanggungjawab pasar digital Generasi Pesona Indonesia (GenPI)
Banten. Informan Yasin S. M. dipilih karena ia merupakan anggota
GenPI Banten yang aktif mempromosikan pariwisata di media
sosial Facebook, Twitter, dan Instagram, serta mengerti kondisi
destinasi digital Banten, dan proses promosi digital destinasi digital
Banten yang dilakukan di berbagai media sosial, serta merasakan
hambatan, dan sering mendapatkan umpan balik dari promosi yang
dilakukannya.
4. Novia Adiputri merupakan anggota Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten yang menjabat sebagai penanggungjawab media
sosial Facebook GenPI Banten. Mahasiswa Universitas Islam
Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten ini juga menjabat
sebagai sekretaris GenPI Kota Cilegon sejak terbentuknya GenPI
Kota Cilegon yaitu 19 April 2017. Informan Novia Adiputri dipilih
menjadi informan karena keaktifannya dalam mempromosikan
pariwisata dan dan sebagai penanggungjawab media sosial, ia juga
memahami pembuatan konten promosi khususnya di Facebook,
hambatan promosi, dan umpan balik promosi.
5. Nurul Istiqomah merupakan mahasiswa Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa yang aktif menjadi sekretaris Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten sejak Juli 2017. Nurul termasuk anggota GenPI
Banten yang sangat aktif mempromosikan pariwisata Indonesia
teritama di media sosial Twitter, sehingga ia sering diikutsertakan
79
79
dalam berbagai kegiatan pariwisata baik dari GenPI maupun dari
Dinas Pariwisata Provinsi Banten dan Kementerian Pariwisata.
Informan Nurul Istiqomah dipilih menjadi informan karena
keaktifannya dalam segala kegiatan GenPI Banten sehingga sangat
mengerti permasalahan promosi yang diangkat di penelitian ini.
6. Annisa Intan Mulyani merupakan anggota aktif Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten yang juga merupakan sekretaris kegiatan
pasar digital GenPI Banten. Informan Annisa Intan Mulyani dipilih
menjadi informan karena keaktifannya dalam kegiatan-kegiatan
GenPI Banten terutama dalam mempromosikan destinasi digital di
media sosial pribadinya, baik Twitter, Facebook, dan Instagram. Ia
juga cukup sering mendapatkan umpan balik dan mengalami
hambatan promosi.
7. Faisal merupakan follower media sosial Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten. Mahasiswa salah satu universitas di Bandung ini
juga merupakan admin dari instagram @BantenBanget yang
menyajikan segala informasi seputar Banten terutama pariwisata.
Faisal menjadi informan karena ia sering membagikan beberapa
informasi pariwisata yang menarik dari GenPI Banten ke akun
instagram pariwisata yang dijalankannya yaitu @BantenBanget dan
akun instagram pribadinya.
80
80
8. Haifa Mujahidah merupakan mahasiswa Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa yang menjadi follower media sosial Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten. Informan Haifa dipilih untuk menjadi
informan dalam penelitian ini karena sering melihat informasi-
informasi promosi destinasi digital Banten di akun-akun media
sosial GenPI Banten dan akun media sosial teman-temannya yang
merupakan anggota GenPI Banten.
4.2. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, melainkan situasi
sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas yang
berkaitan satu sama lain. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek
penelitian (Sugiyono, 2012). Jadi dapat dikatakan bahwa situasi sosial tersebut
merupakan objek yang peneliti ingin ketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada
penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah destinasi digital dan proses
promosi destinasi digital secara online di media sosial Facebook, Twitter, dan
Instagram.
4.2.1. Destinasi Digital Banten
Destinasi wisata yang dapat memenuhi kebutuhan akan pengakuan di
dunia digital memang beberapa tahun belakangan sedang banyak
81
81
dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia seiring dengan perkembangan
media sosial dan media online serta meningkatnya pengguna berbagai
platform media digital tersebut. Destinasi digital adalah sebuah destinasi
baru, yang kreatif, instagramable dan bagus untuk diunggah ke media sosial,
nyaman bagi wisatawan, dan harus senantiasa diviralkan (Admin Dispar, 13
Desember 2017).
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia memiliki target untuk
membentuk 100 destinasi digital di 34 provinsi di Indonesia hingga tahun
2019 mendatang untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik lokal
maupun mancanegara sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Destinasi digital ini dibungkus dalam bentuk pasar dimana di
dalamnya terdapat berbagai macam atraksi yang memungkinkan masyarakat
melakukan berbagai macam kegiatan. Maka dari itu, destinasi digital sendiri
harus memiliki ciri khas yang menjadi syarat utama yaitu mengandung nilai
kreativitas dan nilai komersil atau yang akrab disebut 2C (Comercial value
and Creative value). Nilai kreativitas ini disampaikan dalam berbagai bentuk
atraksi baik fasilitas yang menarik dan instagramable, sampai penampilan-
penampilan seni dan budaya dari masyarakat setempat. Sementara nilai
komersil ini terwujud dari berbagai atraksi ditambah usaha masyarakat berupa
penjualan berbagai benda kerajinan atau makanan khas. Selain itu, dalam
mengembangkan destinasi digital ini, ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan, yaitu atraksi, amenitas, dan aksesibilitas atau yang sering
disebut 3A (Yahya, 20 Februari 2018). Atraksi merupakan hal yang menarik
82
82
dari sebuah destinasi wisata, amenitas merupakan berbagai fasilitas atau
akomodasi yang tersedia di sebuah destinasi wisata, sedangkan aksesibilitas
adalah kemungkinan sebuah destinasi wisata untuk dapat diakses oleh
wisatawan.
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia membentuk destinasi
digital di berbagai daerah melalui Generasi Pesona Indonesia (GenPI) sebagai
komunitas yang membantu memotivasi masyarakat suatu daerah untuk
membentuk suatu destinasi baru yang kemudian dipromosikan juga di dunia
digital oleh GenPI. Provinsi Banten sendiri diberi kesempatan oleh
Kementerian Pariwisata untuk membuat lima destinasi digital di beberapa
daerah di Banten sampai tahun 2019 mendatang. Pada tahun 2018 ini,
terdapat dua destinasi digital yang sudah terbentuk di Banten, yaitu Pasar
Kampung Bekelir, dan Pasar Kaulinan Menes.
Destinasi digital Banten yang pertama adalah Pasar Kampung Bekelir
yang berlokasi di Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota
Tangerang. Pasar Kampung Bekelir merupakan jenis destinasi digital man
made atau urban market yang berupa sebuah perkampungan tematik, dimana
bangunan-bangunan di kampung ini dicat warna-warni, dipenuhi grafiti, dan
mural tiga dimensi kreasi 120 seniman Indonesia. Grafiti berasal dari bahasa
Italia, grafere yang artinya goresan di permukaan. Grafiti sejak zaman dahulu
digunakan sebagai sarana komunikasi spiritual hingga sarana protes atas
ketidakpuasan terhadap pemerintah. Sekarang grafiti lebih dikenal sebagai
seni coretan di suatu permukaan dengan komposisi warna, bentuk, dan
83
83
volume tulisan yang umumnya menggunakan alat lukis seperti cat semprot
dan spidol (Miles, (t.t.)). Grafiti sering dikaitkan dengan vandalisme atau
pengerusakan fasilitas umum, namun jika seni tersebut diaplikasikan di
tempat yang tepat dengan tujuan yang pasti, grafiti bukanlah vandalisme
melainkan tulisan sebuah kata atau kalimat yang berarti. Terdapat beberapa
grafiti di Kampung Bekelir, yang berupa logo tulisan Kampung Bekelir dan
beberapa tulisan lain seperti Dariku untuk Kotamu, dan sebagainya.
Sedangkan mural berasal dari bahasa latin murus, yang artinya dinding.
Mural merupakan lukisan atau gambar di dinding atau media yang luas yang
bersifat permanen. Mural memiliki daya tarik tersendiri karena dilukis di
media yang besar, seperti zaman sekarang, mural banyak dibuat di dinding-
dinding restoran dan hotel untuk dekorasi yang dapat menarik orang-orang
untuk menjadikannya latar foto ((t.n), 18 Januari 2018). Di Kampung Beklir
terdapat berbagai mural, seperti salah satu yang menarik adalah mural
monokrom perempuan yang sedang menari lenggang cisadane. Dari berbagai
mural dan grafiti yang banyak menggambarkan ciri khas Kota Tangerang dan
Kampung Bekelir, pengunjung dapat belajar hal-hal apa saja yang menjadi
khas daerah tersebut dengan melihat mural dan grafiti di Kampung Bekelir.
Kampung Bekelir juga melakukan penghijauan dengan tanaman-
tanaman yang ditanam di pot-pot gantung di rumah-rumah warga dan di
sepanjang gang kampung. Tidak hanya menyajikan keindahan, Pasar
Kampung Bekelir juga menyajikan atraksi pertunjukan seni dari warga
sekitarnya dan komunitas-komunitas di Kota Tangerang. Berbagai produk
84
84
kuliner modern dan tradisional hingga kerajinan tangan warga Kampung
Bekelir pun diperjual belikan di Pasar Kampung Bekelir.
Kampung Bekelir mulanya merupakan kampung kumuh di pinggir
sungai Cisadane yang terdiri dari empat RT dengan luas sekitar 4 hektar. Dari
inisiatif pemuka masyarakat, kampung tersebut kemudian diubah menjadi
kampung tematik dengan mengadopsi konsep Kampung Melaka di Malaysia
yang juga terletak di pinggir sungai, dimana bangunan-bangunannya dihias
dengan hiasan-hiasan menarik yang meriah untuk menambah daya tarik jalur
pejalan kaki di pinggir sungai. Bedanya adalah Kampung Bekelir dicat
warna-warni dan dihias dengan lukisan-lukisan dinding tiga dimensi.
Kemudian kampung tersebut diberi nama Kampung Bekelir, yang artinya
kampung berwarna. Bekelir berasal dari kata kelir diambil dari bahasa
masyarakat setempat, bahasa Betawi yang artinya warna. Kampung Bekelir
menambah daftar kampung tematik dengan konsep berwarna-warni dengan
mural tiga dimensi dan grafiti yang belakangan sudah dibangun di beberapa
daerah di Indonesia seperti di Malang dengan nama Kampung Jodipan dan di
Semarang dengan nama Kampung Pelangi.
Kampung Bekelir memang sudah dibangun sejak tahun 2017 dan
diresmikan sebagai destinasi wisata baru di Kota Tangerang oleh Walikota
Tangerang, Arief Wismansyah pada 19 November 2017, namun Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten berinisiasi untuk membangun destinasi
digital dengan menambahkan beberapa nilai kreativitas dan komersil agar
lebih menarik, sesuai dengan tujuan Kementerian Pariwisata. Pasar Kampung
85
85
Bekelir sebagai destinasi digital Provinsi Banten pun akhirnya diluncurkan
pada Minggu, 11 Februari 2018. Sama seperti destinasi digital atau pasar
digital lannya, Pasar Kampung Bekelir ini dibuka setiap hari Minggu dan
menyajikan berbagai atraksi mulai dari pertunjukan, fasilitas berfoto, hingga
jualan warga sekitar.
Pada perkembangannya, Kampung Bekelir terus membangun atraksi
berupa berbagai jenis fasilitas berfoto seperti ornamen-ornamen yang
mempercantik rumah dan lingkungan serta tanaman-tanaman hias di beberapa
jalan perkampungan. Namun untuk atraksi berupa pertunjukan seni dan
budaya dan jualan warga sekitar setiap minggunya masih belum konsisten
berjalan. Walaupun demikian, dalam berbagai kesempatan event tertentu atau
ketika ada kunjungan tamu khusus ke Kampung Bekelir, atraksi-atraksi khas
pasar digital senantiasa diadakan.
86
86
Gambar 4.6.
Kegiatan di Pasar Kampung Bekelir
(Sumber Gambar: Dokumentasi GenPI Banten)
Selain Pasar Kampung Bekelir, pada Minggu, 18 Maret 2018, Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten bersama Kepala Dinas Pariwisata Provinsi
Banten, Eneng Nurcahyati meluncurkan destinasi digital Pasar Kaulinan
Menes yang terletak di SMK Baitul Hamdi, Kampung Nanggorak, Desa
Alaswangi, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang. Pasar Kaulinan
Menes merupakan destinasi digital nature and culture dimana destinasi baru
ini menyajikan keindahan alam dan atraksi budaya berupa penampilan seni
dan budaya dari warga sekitar dan komunitas, kelas-kelas pelatihan seperti
penulisan jurnalistik dan melukis, perlombaan permainan tradisional, dan
jualan makanan tradisional Banten dan kerajinan khas Banten oleh warga
sekitar yang transaksinya menggunakan uang tidak langsung berupa koin-
koin yang terbuat dari batok kelapa yang memiliki nilai uang beberapa
87
87
pecahan yaitu Rp. 1.000, Rp. 5.000, dan Rp. 10.000. Transaksi dengan uang
tidak lansung tersebut bertujuan untuk memperkenalkan warga dan
pengunjung bahwa zaman sekarang pembayaran dengan uang tidak langsung
banyak diaplikasikan di banyak tempat seperti e-toll, berbelanja di
supermarket, dan sebagainya.
Gambar 4.7.
Kegiatan di Pasar Kaulinan Menes
(Sumber Gambar: Dokumentasi GenPI Banten)
Dalam membangun Pasar Kaulinan Menes, GenPI Banten bersama
masyarakat sekitar SMK Baitul Hamdi dan Pokdarwis (Kelompok Sadar
Wisata) Pandeglang bergotong royong menghias lahan di SMK Baitul Hamdi
dengan beberapa hiasan untuk berfoto, panggung, fasilitas outbound seperti
flying fox, mainan tradisional, dan beberapa stand jualan, selain itu, beberapa
seniman Pandeglang melukis tembok-tembok bangunan sekolah dengan
lukisan-lukisan menarik.
88
88
Setiap minggunya, Pasar Kaulinan Menes menawarkan atraksi
penampilan seni dan budaya serta atraksi perlombaan permainan tradisional
yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan agar pengunjung senantiasa senang
menikmati sajian yang baru setiap minggunya. Adapun acara penampilan seni
dan budaya serta perlombaan tersebut diatur oleh Generasi Pesona Indonesia
(GenPI) Banten bersama Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Pandeglang.
GenPI Banten sendiri membentuk kepanitian pasar digital untuk mengatur
jalannya acara-acara di Pasar Kaulinan Menes setiap minggunya.
Adapun struktur kepanitiaan destinasi digital Pasar Kaulinan Menes
yaitu sebagai berikut:
Bagan 4.2.
Struktur Kepanitiaan Destinasi Digital Pasar Kaulinan Menes Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten
Sebagai komunitas yang bergerak memotivasi masyarakat yang tinggal
di sekitar destinasi digital dan bergerak mempromosikan destinasi digital,
Bidang
Offline
Ketua Pasar
Sekretaris Bendahara
Umum
Humas Acara Bidang
Online
Bidang
Desain dan
Editor
Koin Distribusi
89
89
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten senantiasa mempromosikan Pasar
Kampung Bekelir dan Pasar Kaulinan Menes baik secara online maupun
secara offline di berbagai kesempatan. Promosi destinasi digital secara online
dilakukan di berbagai platform media sosial dan media online, namun ada
beberapa media sosial populer yang menjadi media promosi utama GenPI
Banten, yaitu Facebook, Twitter, dan Instagram.
4.2.2. Media Sosial Facebook, Twitter, Instagram
Media sosial belakangan memegang peranan penting dalam pemasaran
karena karakteristiknya yang mendukung proses pemasaran khususnya
komunikasi pemasarannya yang dapat menjangkau massa dalam jumlah besar
tanpa batas geografis, interaktif, mudah diakses, murah, khalayak dapat saling
terhubung, dan dapat menyimulasikan dunia nyata. Karakter tersebut
memiliki peran dalam proses pengadopsian suatu informasi atau inovasi.
Baik Facebook, Twitter, maupun Instagram memiliki features atau
keunggulan untuk dapat menyajikan informasi dalam berbagai bentuk dan
tampilan. Produsen dapat memanfaatkan keunggulan-keunggulan media
sosial tersebut untuk memasarkan produk mereka. Keunggulan ketiga media
sosial populer tersebut dapat mempengaruhi proses pengadopsian produk atau
informasi, atau dalam Teori Difusi Inovasi disebut sebagai inovasi.
Menurut Rogers, terdapat beberapa tahapan dalam proses pengadopsian
inovasi, yaitu pengetahuan, persuasi, keputusan, pelaksanaan, dan konfirmasi
90
90
(dalam Sihabudin&Winangsih, 2012, p. 155). Media sosial sendiri memiliki
peran yang besar dalam tahapan-tahapan tersebut terutama pada tahap
pengetahuan dan persuasi. Hal ini karena media sosial memaparkan informasi
yang dapat diakses oleh masyarakat atau netizen sehingga dapat
membangkitkan kesadaran individu akan adanya inovasi bahkan hingga
individu paham tentang inovasi tersebut dan bagaimana inovasi tersebut
berfungsi. Kemudian penyajian informasi di media sosial dalam bentuk foto,
video, dan teks, serta pamflet yang dibuat sedemikian rupa dengan tujuan
pemasaran atau persuasif, dapat membuat masyarakat atau netizen menyetujui
atau tidak menyetujui informasi yang dipaparkan. Setelah melalui tahapan
pengetahuan dan persuasi, dalam pangadopsian sebuah produk pemasaran,
seorang individu harus melewati tahapan keputusan, pelaksanaan, dan
konfirmasi. Tahapan-tahapan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh dua
tahapan sebelumnya, tetapi juga dipengaruhi oleh karakteristik inovasi yaitu
relative advantage, compability, complexity, triability, dan observability
(Rogers dalam Ardianto, et al., 2007, p. 65).
Pada proses promosi digital destinasi digital Banten oleh Generasi
Pesona Indonesia (GenPI) Banten ini, bukan hanya pemaparan informasi di
media sosial saja yang dapat mempengaruhi pengadopsian inovasi atau dalam
hal ini destinasi digital, tetapi juga karakateristik destinasi digital itu sendiri.
91
91
4.3. Analisis Data Penelitian
4.3.1. Proses Promosi Digital Destinasi Digital
Proses promosi merupakan serangkaian tahapan komunikasi yang
dilakukan oleh produsen kepada konsumen untuk tujuan mempersuasi agar
konsumen mau menggunakan atau membeli suatu produk. Terdapat beberapa
elemen dalam proses komunikasi baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang seluruhnya saling berkaitan satu sama lainnya, yaitu pengirim,
penyusunan kode, pesan, media, pemecahan kode, penerima, respon, umpan
balik, dan gangguan. Selain melalui proses komunikasi tersebut, proses
distribusi pesan promosi destinasi digital dari GenPI Banten hingga sampai
ke masyarakat atau netizen harus melalui beberapa tahapan. Seperti yang
diungkapkan oleh anggota Tim Editor GenPI Nasional, Ardiyanto Setyojati,
ketika ditanya tentang proses distribusi pesan promosi destinasi digital
Banten:
“... itu sebelumnya kan tekstualnya sudah dikirim dari GenPI
Banten ke GenPINas, kemudian GenPINas mengolah teks, foto, video
itu, kemudian barulah dikirim ke GenPI Banten lagi. Drafter set A, B,
C untuk di Twitter itu ada Pak Kun, bersama saya dan Om Eko.
Kemudian dari drafter itu setelah diedit disebarkan melalui tim
tranding topic nasional yang menyebarkan ke seluruh GenPI Regional
di seluruh Indonesia melalui grup WhatApp misalnya, dari situ masing-
masing anggota GenPI Regional nge-share lagi kan di sosial media
masing-masing dan menyebar ke teman-teman mereka dan kalau di
update bersamaan itu akan menjadi viral, itulah yang dinamakan
viralisasi.” (Ardiyanto Setyojati, wawancara, 11 April 2018)
92
92
Pernyataan bahwa terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk
memviralkan atau mempromosikan destinasi digital di media sosial tersebut
senada dengan yang diungkapkan oleh Ketua GenPI Banten, Nisaul Hasanah:
“... kita membuat bahan-bahan promosi bisa berupa konten-
konten media sosial untuk dibagikan ke media sosial masing-masing.
Kita membuat bahan itu berupa teks, foto, video ya. Setelah itu baru
bisa kita share. Nah untuk event daerah atau destinasi dari daerah itu
dari GenPI daerah, ke GenPI Nasional, kemudian dari GenPI Nasional
itu setelah melalui proses editing ya dibagikan ke GenPI daerah di
seluruh Indonesia, sehingga bisa dibagikan oleh koordinator GenPI
daerah masing-masing, ke anggota GenPI, gitu.” (Nisaul Hasanah,
wawancara, 29 April 2018)
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) memang komunitas yang berdiri di
berbagai daerah di seluruh Indonesia baik dalam lingkup provinsi maupun
dalam lingkup kabupaten dan kota agar promosi pariwisata daerah masing-
masing dapat lebih intens karena komunitas-komunitas tersebut
terkonsentrasi pada parwisata daerah masing-masing. Untuk mengontrol
pergerakan komunitas GenPI di setiap daerah agar tetap pada koridor promosi
pariwisata, dibentuklah Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Nasional yang
merupakan gabungan dari GenPI di seluruh daerah. Anggota GenPI Nasional
merupakan perwakilan dari GenPI daerah yang memiliki kemampuan dan
kemauan untuk menjalankan tugas-tugas tertentu sesuai dengan tujuan GenPI
Nasional.
Tahapan distribusi informasi promosi destinasi digital Banten tersebut
setidaknya melalui lima tahap, tahap pertama terjadi dari GenPI Banten ke
GenPI Nasional Bidang Online bagian Editor, dimana pada tahap ini GenPI
Banten sudah menyiapkan draft berupa tulisan, video, dan foto, serta pamflet
93
93
mengenai destinasi digital Banten dan mengirimkannya ke bagian Editor
Bidang Online GenPI Nasional untuk diulas (review) dan disunting (edit).
Biasanya proses penyuntingan ini memakan waktu seminggu hingga dua
minggu lamanya karena bagian editor harus membuat draft promosi untuk
berbagai media sosial yaitu Twitter, Facebook, dan Instagram. Namun
biasanya bagian editor hanya membuat draft promosi untuk Twitter saja, dari
yang tadinya hanya sebuah draft, menjadi tiga bentuk draft promosi Twitter
yang diberi nama set A, set B, dan set C. Untuk bahan foto dan video, bagian
editor memilih kembali foto dan video yang bagus dan berkualitas untuk
kemudian disunting dengan menambahkan berbagai logo dan supergraphic
yang dibutuhkan sesuai dengan tema acara dan penyelenggara acaranya,
penambahan logo, supergraphic dan atribut lain ini tidak sembarangan,
melainkan mengikuti panduan tertulis dari Kementerian Pariwisata Republik
Indonesia.
Gambar 4.8.
Foto promosi Destinasi Digital Pasar Kampung Bekelir
94
94
Gambar 4.9.
Foto promosi Destinasi Digital Pasar Kaulinan Menes
Pada tahap pertama ini interaksi banyak terjadi melalui media
komunikasi aplikasi obrolan WhatsApp dan e-mail. Proses komunikasi di
tahap pertama ini penerima tidak langsung memberikan umpan balik berupa
hasil tulisan, video, dan foto bahan promosi yang baru atau yang telah diedit,
melainkan umpan balik berupa balasan email atau balasan obrolan di
WhatsApp seperti ucapan terimakasih atas kiriman draft promosi dan
pertanyaan seputar informasi destinasi digital yang akan dipromosikan.
Selanjutnya yaitu tahap kedua proses distribusi informasi atau bahan
promosi dari GenPI Nasional Bidang Online bagian Editor ke Tim Trending
Topic GenPI Nasional yang terdiri dari perwakilan-perwakilan GenPI
regional atau GenPI provinsi. Pada saat perpindahan bahan promosi ini tidak
banyak banyak yang terjadi, hanya perpindahan informasi melalui grup
95
95
obrolan WhatsApp Tim Trending Topic yang didalamnya terdapat anggota
Tim Trending Topic dan Ketua Bidang Online sebagai koordinator yang
mengirimkan bahan promosi yang sudah melalui proses penyuntingan di
bagian Editor. Adapun umpan balik yang diberikan berupa balasan obrolan di
WhatsApp seperti terimakasih, atau istilah yang sering diucapkan para
anggota GenPI ketika hendak memviralkan pariwisata, “gas!”.
Pada tahap ketiga proses distribusi bahan promosi terjadi dari Tim
Trending Topic ke koordinator GenPI regional, dalam hal ini yang dimaksud
koordinator GenPI regional adalah Ketua GenPI Banten. Tim Trending Topic
sambil mengirimkan bahan promosi juga menambahkan jadwal untuk
memviralkan bahan tersebut. Adapun jadwal promosi sudah diatur oleh
Bidang Online GenPI Nasional agar tujuan untuk memviralkan dapat tercapai
secara maksimal. Penjadwalan promosi di media sosial tersebut
memperhitungkan beberapa faktor, diantaranya adalah waktu
mempromosikan serentak atau memviralkan yang biasanya pada waktu
istirahat beraktivitas atau prime time agar dapat menyasar banyak orang atau
netizen, kemudian frekuensi yaitu banyaknya promosi dalam kurun waktu
tertentu yang dibagi menjadi tiga waktu yaitu pre event, on event, dan post
event, dan yang terakhir adalah durasi memviralkan, khusus Twitter, yaitu
sekitar dua jam. Ardiyanto Setyojati selaku Tim Editor GenPI Nasional
menjelaskan presentase frekuensi promosi pada pre event, on event, dan post
event sebagai berikut:
96
96
“Untuk jadwal kita proses mengolah bahan itu minimal dua
minggu sebelum event supaya sempat kita edit. Karena biasanya kita
sepuluh hari sebelum event atau pra event itu kita sudah harus naik
hashtag promosi. Karena event kan ada tiga tahapan ya, pra event, on
event, dan post event. Nah perbandingan promosinya itu pre event 70
persen, on event 20 persen, dan 10 itu post event.” (Ardiyanto Setyojati,
wawancara, 11 April 2018)
Kemudian Novia Adiputri yang merupakan Penanggungjawab media
sosial Facebook GenPI Banten menjelaskan mengenai durasi dan waktu
memviralkan suatu event pariwisata di Twitter:
“Tapi diusahakan upload di waktu-waktu ramenya orang main
sosial media, misal kayak sore jam 4, siang jam 12, dan malem jam 8
sampai 9. Kalau jadwal naikin informasi dari Kemenpar, atau event
Banten, atau kegiatan GenPI itu biasanya dijadwalkan, jadi terlepas dari
waktu ramenya orang main sosial media, kita juga atur berapa kali
naiknya, dan kapan.” (Novia Adiputri, wawancara, 4 April 2018)
Kemudian pada tahap keempat, yaitu distribusi pesan dari koordinator
atau Ketua GenPI Banten ke Anggota GenPI Banten yang tergabung di grup
obrolan WhatsApp. Pada tahap ini draft promosi sudah tidak disunting lagi,
tinggal menunggu waktu atau jadwal memviralkan informasi destinasi digital
tersebut. Adapun umpan balik yang didapat setelah mengirimkan final draft
promosi destinasi digital biasanya berupa pertanyaan seputar kapan waktu
memviralkannya, atau ungkapan “gas!”.
97
97
Gambar 4.10.
Percakapan Anggota GenPI Banten di Grup obrolan WhatsApp GenPI
Banten ketika menerima kiriman draft promosi Pasar Kampung Bekelir untuk
Yang terakhir, pada tahap kelima, yaitu promosi dari setiap anggota
GenPI Banten ke friends, fans, dan followers mereka masing-masing di media
sosial Facebook, Twitter, dan Instagram. Pada tahap ini masing-masing
anggota GenPI Banten bersama-sama mempromosikan destinasi digital di
media sosial pribadi mereka pada waktu yang ditentukan untuk dapat
menduduki posisi trending topic di media sosial Twitter, kemudian setelah itu
baru mereka dibebaskan untuk mempromosikan konten yang sama namun
berbeda bentuk penulisan di media sosial lain, yaitu Facebook, Instagram,
blog, dan sebagainya.
98
98
Berikut ini merupakan bagan alur distribusi pesan promosi digital
destinasi digital Banten dari sumber pertama hingga sampai ke sasaran
promosi:
Bagan 4.3.
Alur Distribusi Pesan Promosi Digital Destinasi Digital Banten
Twitter menjadi media sosial utama mereka dalam mempromosikan
destinasi digital karena Twitter memiliki keunggulan (feature) trending topic
yang senantiasa dicari tahu informasinya oleh netizen dan dapat menggerakan
netizen untuk melakukan pencarian dengan mengklik sebuah hashtag kata
atau frasa yang masuk di daftar trending topic Twitter atau yang sedang ramai
diperbincangkan. Hal ini senada dengan pernyataan Ardiyanto Setyojati:
“Jadi level pertama itu ada di trending topic, level kedua itu di
sosial media, kemudian level ketiga itu di website. Tapi sekarang itu
dibalik ya, dari trending topic, kemudian di website yaitu GenPI.co,
I GenPI Regional
IV
Koordinator GenPI Regional
V Anggota GenPI Regional
Banten
II GenPI Nasional Bidang
Online
III GenPI Nasional Tim
Trending Topic
VI Friends, Fans, Followers
1
2 3
4
5
99
99
kemudian baru sosial media. Yang penting trending topic dulu supaya
jadi perbincangan, kemudian barulah ke website GenPI.co itu maupun
website yang lain seperti blog misalnya, sambil disebar juga ke sosial
media lainnya.” (Ardiyanto Setyojati, wawancara, 11 April 2018)
Dalam Teori Difusi Inovasi, sesuatu yang baru akan menimbulkan
keingintahuan masyarakat, dan seseorang yang menemukan hal baru
cenderung menyosialisasikan dan menyebarkan kepada orang lain (Nurudin,
2011). Pada proses promosi destinasi digital Banten, terdapat proses adopsi
inovasi, dimana baik anggota GenPI, maupun friends, fans, dan followers atau
yang lebih umum disebut netizen melalui tahapan pengadopsian inovasi, yaitu
pengetahuan, persuasi, keputusan, pelaksanaan, dan konfirmasi. Walaupun
tidak semua individu yang mendapatkan informasi promosi destinasi digital
pada akhirnya benar-benar mengadopsi atau dalam hal ini menyosialisasikan
bahkan mengunjungi destinasi digital tersebut, mereka setidaknya melalui
beberapa tahapan sebelum pengadopsian. Hal ini karena terdapat faktor-faktor
tertentu yang membuat mereka melakukan penolakan pengadopsian sebelum
mereka mencapai tahap adopsi. Penolakan-penolakan tersebut disebabkan
oleh karakter inovasi itu sendiri maupun pendapat pribadi, pendapat dari luar,
dan keputusan pribadi.
Karakter inovasi menurut Rogers (dalam Ardianto, et al., 2007, p. 65)
yaitu relative advantage, compability, complexity, triability, dan
observability. Jika sebuah inovasi dapat memberikan banyak keuntungan
bagi seorang individu, maka tingkat adopsi inovasi tersebut semakin tinggi.
100
100
Selain karakter inovasi, pendapat pribadi dapat mempengaruhi
penerimaan atau penolakan inovasi atau dalam hal ini destinasi digital, karena
setiap individu memiliki penilaian pribadi mengenai sebuah inovasi yang juga
dapat mempengaruhi keputusannya untuk mengadopsi inovasi tersebut.
Begitu juga pendapat dari luar, dimana seorang individu bisa mendengar
pendapat pihak lain mengenai penilaian terhadap suatu inovasi dan hal
tersebut juga dapat mempengaruhi tindakan yang akan diambil selanjutnya,
apakah akan mengadopsi inovasi atau akan menolak inovasi.
Dalam proses promosi destinasi digital ini, anggota Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten sendiri melalui proses adopsi inovasi. Mereka
melalui beberapa tahap pengadopsian inovasi. Ada yang benar-benar sampai
mengadopsi inovasi bahkan hingga pengadopsian ulang inovasi, ada juga
yang hanya sampai tahap keputusan dan pelaksanaan. Seperti pernyataan
Nurul Istiqomah selaku Sekretaris GenPI Banten:
“Nurul sering sih naikin hashtag gitu soalnya emang suka sih dan
ikut kegiatan-kegitan gitu ya enjoy aja gitu jalaninnya gak dibikin
beban.” (Nurul Istiqomah, wawancara, 4 April 2018)
Nurul merupakan salah seorang anggota GenPI Banten yang sangat
aktif dan sering mengunjungi destinasi digital Pasar Kampung Bekelir dan
Pasar Kaulinan Menes. Nurul merupakan anggota GenPI Banten yang telah
melalui proses adopsi inovasi hingga penadopsian ulang.
“... saya online maupun offline pun senang mempromosikan
pariwisata gitu. Misalnya di Instagram gitu mereka sering tanya di
komentar foto aku di Pasar Kaulinan, “Ih itu dimana?” gitu, jadi
101
101
seneng aja gak sia-sia kan mempromosikan gitu.” (Annisa Intan
Mulyani, wawancara, 4 April 2018)
Annisa yang merupakan anggota GenPI Banten yang juga menjadi
sekretaris umum Pasar Kaulinan Menes juga melalui proses adopsi inovasi
hingga penadopsian ulang. Hal tersebut karena karakter inovasi memberikan
banyak keuntungan baginya, seperti dapat tempat yang bagus untuk berfoto
untuk diunggah ke Instagram pribadi. Selain itu karena faktor pribadi yang
suka mempromosikan pariwisata.
“Kalau saya sendiri ke Pasar Kaulinan pernah soalnya bareng-
bareng kan waktu itu, tapi kalau ke Kampung Bekelir belum pernah
karena ya jauh dan belum ada kesempatan ke sana. Seandainya dekat
dan ada temen kesana sih mau.” (Novia Adiputri, wawancara, 4 April
2018)
Proses adopsi inovasi pada narasumber anggota GenPI Banten, Novia,
mencapai proses pelaksanaan yaitu melaksanakan keputusan untuk
berkunjung ke destinasi digital Pasar Kaulinan karena beberapa faktor yaitu
karena ada kesempatan dan ada teman untuk pergi bersama. Namun untuk
proses adopsi inovasi destinasi digital Pasar Kampung Bekelir, proses
pengadopsian hanya sampai pada tahap keputusan, yaitu narasumber
menyetujui untuk mengunjungi destinasi digital Pasar Kampung Bekelir
namun belum melaksanakannya karena faktor karakteristik inovasi yaitu
Pasar Kampung Bekelir yang terletak di Kota Tangerang dan berjarak cukup
jauh dari tempat tinggal narasumber.
102
102
4.3.2. Pengelolaan Informasi di Media Sosial
Dalam mempromosikan suatu produk, baik barang maupun jasa, sangat
penting untuk mengelola pesan mengenai informasi produk tersebut agar
pesan dapat sampai dengan baik kepada konsumen dan dapat mempersuasi
konsumen untuk menggunakan produk yang dipromosikan tersebut.
Soemanagara (2012) menjelaskan relasi antara bauran pemasaran dan bauran
komunikasi dimana dua kajian tersebut menjadi sebuah kajian baru yaitu
komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran merupakan kegiatan
komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada konsumen
dengan menggunakan sejumlah media dan berbagai saluran yang dapat
digunakan dengan harapan terjadinya perubahan pengetahuan, perubahan
sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki (Somanagara, 2012). Untuk
mencapai harapan tersebut, perlu adanya pengelolaan informasi yang akan
disampaikan kepada konsumen.
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten sebagai komunitas yang
bergerak di bidang pariwisata khususnya promosi digital, senantiasa
melakukan komunikasi pemasaran dengan khalayaknya di sosial media.
Untuk itu, komunitas ini melakukan pengelolaan informasi promosi
pariwisata untuk dapat mencapai tujuan mereka yaitu untuk membangkitkan
kesadaran masyarakat akan pariwisata daerah Banten khususnya destinasi
digital, sehingga dapat membantu merealisasikan target Kementerian
Pariwisata Republik Indonesia untuk meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan nusantara maupun mancanegara, hingga 20 juta kunjungan untuk
103
103
wisatawan mancanegara pada tahun 2019 (Biro Hukum dan Komunikasi
Publik, 16 Oktober 2017).
GenPI Banten membagikan beberapa jenis informasi seputar pariwisata,
tiga diantaranya yang paling sering dibagikan oleh GenPI Banten di media
sosial yaitu destinasi pariwisata, event pariwisata, dan kebijakan pariwisata,
seperti yang diungkapkan oleh anggota GenPI Banten, sebagai berikut:
“Kalau GenPI Banten sendiri sih fokusnya ke destinasi yang ada
di Banten, kemudian event atau agenda pariwisata Banten, sama
kebijakan-kebijakan.” (Novia Adiputri, wawancara, 4 April 2018).
“Ada tentang destinasi wisata misalnya destinasi apa yang harus
diviralkan, baik destinasi baru atau destinasi lama, seperti itu.
Kemudian kebijakan pariwisata, seperti kebijakan dari Dispar, atau dari
Kementeriannya, ada juga CEO Message itu ya di internet banyak
banget. Kemudian event-event pariwisata daerah seperti yang akan
dilaksanakan itu seperti CEC itu Cilegon Ethnic Carnival, terus ada
Golok Day di Cilegon, kemudian Kang Nong. Nah, selain event
pariwisata daerah, ada event dari COE atau Calendar of Event Indonesia
seperti Seba Baduy ya, ada banyak banget ya yang dari luar itu ada
Festival Komodo, Festival Borobudur ya, event COE itu sering ya
diviralkan oleh GenPI, karena memang ada 100 event nasional di 100
Wonder Events Visit Wonderful Indonesia, itu di Calendar of Events
ya.” (Nisaul Hasanah, wawancara, 29 April 2018)
Informasi-informasi tersebut harus diviralkan di media sosial oleh
GenPI untuk menarik minat pengunjung baik wisatawan nusantara maupun
wisatawan mancanegara. GenPI Banten sendiri memfokuskan promosi pada
destinasi pariwisata Banten baik destinasi lama maupun baru termasuk
destinasi digital, juga event-event daerah Banten dan kebijakan pariwisata
khususnya kebijakan dari Dinas Pariwisata Provinsi Banten.
104
104
Pengelolaan informasi promosi digital yaitu dengan membuat konten
promosi yang sesuai dengan karakter media sosial Facebook, Twitter, dan
Instagram. Seperti yang dijelaskan oleh Ketua GenPI, Nisaul Hasanah:
“Dalam mengelola informasi ya kita membuat dulu konten-
konten media sosial yang cocok untuk Twitter, Facebook, Instagram,
dan media sosial lainnya, karena setiap media sosial itu punya karakter
masing-masing dan itu sangat menentukan seperti apa bentuk konten
promosi kita.” (Nisaul Hasanah, wawancara, 29 April 2018)
Hal senada juga disampaikan oleh Penanggungjawab Online dan
Admin Facebook GenPI Banten, Novia Adiputri:
“GenPI Banten kan aktif di banyak sosial media ya, seperti
Facebook, Twitter, dan Instagram, nah, ketiga sosial media ini beda-
beda jenisnya dan kita juga harus bedakan cara penulisan informasinya
atau bedakan data-data yang di-share di masing-masing sosial media.”
(Novia Adiputri, wawancara, 4 April 2018)
Konten promosi di Facebook biasanya berupa foto dan video yang
diberi keterangan informasi promosi berupa tulisan naratif bisa dalam bentuk
ajakan untuk mengunjungi suatu tempat wisata atau dalam bentuk cerita
sejarah suatu tempat dan kejadian serta budaya. Hal ini karena Facebook
memungkinkan penggunanya untuk mengunggah foto dan video disertai
dengan teks untuk keterangannya tanpa dibatasi jumlah karakter. Selain itu,
Facebook juga memungkinkan pencarian dengan hashtag, oleh karena itu
dalam promosi di Facebook, GenPI Banten senantiasa menambahkan hashtag
tertentu sesuai dengan ketentuan yang sudah disepakati sebelumnya dan
melalui proses penyuntingan oleh GenPI Nasional.
105
105
Gambar 4.11.
Konten promosi berupa foto Destinasi Digital Pasar Kampung Bekelir
di Facebook GenPI Banten
Gambar 4.12.
Konten promosi berupa pamflet jadwal acara Destinasi Digital Pasar
Kaulinan Menes di Facebook GenPI Banten
Selanjutnya konten promosi di Twitter biasanya berupa tweets yang
disusun secara bersambung atau yang biasa disebut thread, hal ini karena
106
106
media sosial Twitter memungkinkan penggunanya untuk menulis sesuatu
dengan pembatasan karakter tulisan sebanyak 140 karakter, jika ingin menulis
lebih dari itu, Twitter memiliki feature Add untuk menambah tulisan agar
ketika tweet tersebut dibuka, maka akan muncul tweet lainnya yang berkaitan.
Maka dari itu GenPI Banten memotong satu tulisan panjang menjadi
beberapa kalimat yang kurang dari 140 karakter dan membuat beberapa
variasi yang mereka namakan set A, set B, dan set C. Pada promosi di
Twitter, GenPI Banten juga bisa menyisipkan foto dan video. Kelebihan
Twitter yang utama sekaligus yang menjadikan Twitter sebagai media sosial
utama GenPI Banten dalam berpromosi adalah feature Trending Topic
dimana suatu kata, frasa, atau hashtag yang diikuti kata atau frasa yang
banyak diperbincangkan di Twitter muncul di urutan trending topic.
Pengguna Twitter juga bisa mengatur trending topic berdasarkan negara,
kota, dan seluruh dunia. Salah satu strategi promosi GenPI Banten adalah
mengangkat suatu hashtag agar viral sehingga menjadi perbincangan di
Twitter dan menjadi trending topic sehingga mendorong rasa ingin tahu
pengguna Twitter.
107
107
Gambar 4.13.
Konten promosi berupa tulisan di Twitter GenPI Banten
Kemudian konten promosi di Instagram yaitu berupa foto, video, dan
tulisan yang merupakan caption atau keterangan foto dan video. Karena
Instagram merupakan media sosial untuk berbagi foto dan video, maka ketika
mempromosikan pariwisata melalui Instagram harus menggunakan foto dan
video yang bagus, menarik dan berkualitas. Karena kekuatan Instagram ada di
foto dan video, biasanya pengguna Instagram hanya tertarik melihat foto dan
video, sementara keterangan foto jarang menjadi perhatian, namun GenPI
mensiasatinya dengan membuat tulisan yang singkat namun menarik dari segi
isi maupun tata letaknya. Selain itu, Instagram juga dilengkapi dengan feature
Instagram Story yang berfungsi untuk membagikan foto dan video maupun
tulisan, bahkan video live atau siaran langsung yang dipublikasikan dalam
108
108
kurun waktu 24 jam, biasanya GenPI Banten menggunakan feature Instagram
Story untuk siaran langsung ketika menghadiri sebuah event pariwisata atau
ketika berkegiatan di pasar digital.
Gambar 4.14.
Konten promosi berupa video di Instagram GenPI Banten
Setiap anggota GenPI Banten perlu memahami algoritma setiap media
sosial yang mereka gunakan khususnya media sosial populer Facebook,
Twitter, dan Instagram yang paling sering mereka gunakan untuk
mempromosikan pariwisata. Adapun yang dimaksud algoritma adalah suatu
sistem di suatu media sosial yang mengatur pencarian penggunanya
berdasarkan ketertarikan penggunanya akan sesuatu (Adam, 19 November
2017). Seperti penjelasan Ardiyanto Setyojati ketika ditanya tentang
109
109
pengelolaan informasi di berbagai sosial media yang digunakan GenPI
Banten untuk berpromosi:
“Misalnya algoritma Twitter, dalam membuat trending topic itu
harus ada perbincangan massal dari banyak akun pada waktu tertentu
secara bersamaan, nah Twitter bisa membaca itu, itu yang namanya
algoritma. Instagram juga punya algoritma sendiri misalnya untuk
pencarian hashtag, misal kita klik hashtag, itu akan muncul top post,
nah top post itu adalah posting terbaik dalam kurun waktu tertentu
untuk hashtag #Banten misalnya, itu bisa jadi yang terbaik karena like,
share, save, dan komentarnya banyak. Kalau interaksinya bagus, itu
engagementnya bagus. Tapi belum tentu semua akun itu
engagementnya bagus.” (Ardiyanto Setyojati, wawancara, 11 April
2018)
Selanjutnya Ardi menjelaskan bahwa ketika menggunakan media sosial
Instagram untuk promosi, harus memperhatikan interaksi dengan sesama
pengguna khususnya sasaran promosi karena hal tersebut dapat membentuk
keterikatan atau engagement dengan sasaran promosi. Hal ini juga berkaitan
dengan algoritma Instagram yang mengatur pencarian penggunanya
berdasarkan ketertarikan penggunanya akan sesuatu dan keterikatan antar
pengguna yang dipengaruhi oleh komentar yang interaktif, likes, save, dan
share.
“Facebook algoritmanya jadi harus banyak-banyak interaksi juga
biar jadi populer dan selalu muncul di pencarian. Selain itu dengan kita
berinteraksi, hashtag yang kita naikan itu saat diklik bisa muncul di
pencarian paling atas yang artinya populer. Facebook sama Instagram itu
hampir mirip algoritmanya, karena satu manajemen kan, sama WhatsApp
juga.” (Ardiyanto Setyojati, wawancara, 11 April 2018)
Dengan mengerti karakter masing-masing media sosial dan algoritma
media sosial, anggota GenPI Banten dapat dengan mudah mengelola
110
110
informasi promosi yang akan dibagikan serta dapat mempromosikan
pariwisata secara maksimal dan tepat sasaran.
4.3.3. Hambatan dan Penanganan Hambatan Komunikasi
Proses komunikasi tidak selalu berjalan sesuai yang dikehendaki oleh
pelaku komunikasi. Terkadang ada gangguan (noise) yang menghambat
proses tersebut. Adapun hambatan dalam proses komunikasi bermacam-
macam, bisa berasal dari pengirim pesan, pesan itu sendiri, media, penerima
pesan, dan sebagainya. Dalam proses promosi destinasi digital di media
sosial, anggota GenPI Banten terkadang mengalami kesulitan karena adanya
hambatan komunikasi. Seperti yang diungkapkan oleh Ardiyanto Setyojati
selaku Tim Editor GenPI Nasional:
“... karena suasana pilkada itu persaingan trending topic juga
susah, dan itu bukan cuma di Twitter tapi juga di sosial media lain.
Itulah masalahnya kita bisa kalah populer dengan trending topic lain
misalnya kita bersaing dengan trending topic Indonesian Idol, itu sulit
sekali untuk menang karena seluruh Indonesia ya nge-tweet Indonesian
Idol gitu atau sama Karma ANTV itu juga sulit. Kemudian hambatan
yang kedua itu ada dari SDM yaitu anggota GenPI sendiri yang belum
semua paham promosi online sehingga performanya kurang maksimal.
Seandainya semua anggota GenPI itu paham dan naikin hashtag sama-
sama pasti akan lebih viral lagi. Terus ada juga suspend, nah itu kalau
kita kebanyakan nge-like, nge-retweet, sama nge-tweet itu bisa
dibekukan akun Twitternya sampai beberapa waktu atau bahkan ada
juga yang permanen jadi selamanya gak bisa dipakai. Instagram juga
gitu, saya pernah kebanyakan follow dan kecepetan sampai saya
diskorsing gak bisa follow selama seminggu.” (Ardiyanto Setyojati,
wawancara, 11 April 2018)
Hambatan pertama yang diungkapkan oleh Tim Editor GenPI Nasional
tersebut yaitu karena banyaknya pengguna Twitter yang mencuit hashtag
111
111
populer seperti Indonesian Idol dan Karma ANTV serta hashtag politik yang
selalu menjadi perbincangan ramai di Twitter saat musim kampanye pilkada,
membuat hashtag promosi pariwisata yang ingin dijadikan trending topic
oleh GenPI sulit masuk ke peringkat trending topic. Sebenarnya musim
pilkada atau waktu tayang acara TV populer seperti Indonesian Idol dan
Karma merupakan tantangan bagi anggota GenPI Banten untuk bersama-
sama memviralkan hashtag pariwisata Indonesia dan menjadi trending topic
mengalahkan topik-topik politik dan hoax, namun seperti yang diungkapkan
oleh Ardi, ada hambatan kedua, yaitu dari anggota GenPI sendiri yang belum
kompak untuk bersama-sama mengepos tweets promosi pariwisata untuk
diviralkan. Hambatan karena kurang kompaknya anggota GenPI Banten
dalam bersama-sama memviralkan konten promosi pariwisata ini juga
diungkapkan oleh beberapa anggota GenPI Banten lainnya, seperti Nisaul
Hasanah, Ketua GenPI. Kurang kompaknya anggota GenPI dalam
memviralkan pariwisata Indonesia di media sosial dapat ditangani dengan
pelatihan-pelatihan membuat konten promosi digital yang menarik, sekaligus
sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya promosi
pariwisata Indonesia.
Kemudian Hambatan ketiga yang diungkapkan oleh Ardiyanto
Setyojati, yaitu karena hambatan dari media sosial itu sendiri, Ardi
mengambil contoh media sosial Twitter dan Instagram yang memiliki aturan
skorsing atau membekukan akun pengguna untuk sementara atau bahkan
selamanya, karena dianggap sebagai akun robot yang dapat mengepos tweets
112
112
secara otomatis dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat. Hal ini juga
diungkapkan oleh anggota GenPI Banten Nurul Istiqomah (wawancara, 4
April 2018), Novia Adiputri (wawancara, 4 April 2018), dan Annisa Intan
Mulyani (wawancara, 4 April 2018). Untuk mensiasati agar media sosial
tidak membekukan akun anggota GenPI Banten, dalam mengepos tweets di
Twitter, anggota GenPI Banten tidak boleh terburu-buru sehingga mengepos
banyak tweets sekaligus dalam waktu singkat, beri jeda untuk setiap tweets,
jangan terlalu banyak me-retweets dan memberikan likes dalam satu waktu,
namun harus diselingi dengan saling berinteraksi dengan followers. Begitu
juga di media sosial Facebook dan Instagram, kedua media sosial yang
memiliki algoritma serupa tersebut dapat mendekteksi penggunanya yang
mengepos tulisan, video, dan foto terlalu banyak, atau membuat hashtag
terlalu banyak.
Kemudian selain ketiga hambatan tersebut, hambatan lain juga
ditemukan, seperti yang diungkapkan oleh Novia Adiputri selaku
Penanggungjawab media sosial Facebook GenPI Banten:
“Hambatannya paling karena gak ada kuota sih. Kalau udah gitu,
ya paling telat naikin hashtag karena nyari wifi kan.” (Novia Adiputri,
wawancara, 4 April 2018)
Hambatan yang dialami oleh Novia Adiputri tersebut dialami juga oleh
Annisa Intan Mulyani. Adapun cara mereka mengatasi hal tersebut adalah
dengan mencari wifi. Selain hambatan yang terjadi pada anggota GenPI ketika
memviralkan pariwisata, hambatan juga dihadapi oleh follower GenPI
Banten, Faisal:
113
113
“... informasi event di Pasar Kaulinan Menes gitu, jadwalnya kurang
jelas apa. Jadi kita mau berkunjung juga gimana ya, gak tau di sana ada
apa gitu, Teh.” (Faisal, wawancara telepon, 19 April 2018)
Faisal memang tidak mengalami hambatan ketika berkomunikasi
dengan GenPI Banten di media sosial, namun ia merasa kurang mendapatkan
informasi yang lengkap ketika membaca promosi destinasi digital Pasar
Kaulinan Menes karena tidak dapat menemukan jadwal acara event mingguan
pasar digital tersebut. GenPI Banten sebagai penyelenggara acara yang juga
mengatur jalannya pasar digital, sudah seharusnya konsisten dalam membuat
konten promosi. Pada prakteknya, GenPI Banten tidak selalu mengepos
jadwal acara atau keterangan akan ada penampilan dan kelas apa saja di suatu
destinasi digital.
4.3.4. Umpan Balik Promosi
Dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi pemasaran untuk tujuan
meningkatkan pengtetahuan, mengubah sikap, dan tindakan sasaran
pemasaran sesuai dengan yang dikehendaki produsen, sangat penting untuk
mengetahui respon dan umpan balik (feedback) dari sasaran pemasaran.
Respon atau tanggapan adalah reaksi dari penerima setelah menerima pesan
seperti menjadi sadar, suka, atau minat, dan melakukan suatu tindakan,
sedangkan umpan balik adalah bagian dari tanggapan penerima yang
dikomunikasikan kembali ke pengirim seperti memuji, mengkritik, atau
114
114
bertanya (Kotler&Keller, 2009). Respon dan umpan balik yang diberikan
oleh sasaran promosi yang baik adalah yang sesuai dengan tujuan promosi.
Dari promosi destinasi digital Banten yang dilakukan oleh GenPI
Banten di media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram, terdapat banyak
respon langsung dari followers dan juga beberapa umpan balik. Seperti
pernyataan Ketua GenPI Banten, Nisaul Hasanah:
“Mereka berterimakasih karena tahu informasi, kemudian ya
bertanya itu dimana, acara apa, dan sebagainya. Baik di media sosial,
atau langsung ke saya atau ke anggota-anggota GenPI lainnya.” (Nisaul
Hasanah, wawancara, 29 April 2018)
Hal senada juga diungkapkan oleh anggota lainnya, Yasin yang
merupakan Penanggungjawab Pasar Digital:
“Yang bales ya banyak, kita jawab aja terkait apa yang mereka
tanyakan. Jadi kita harus terus berinteraksi karena juga justru interaksi
itu yang diperhitungkan di sosial media. Kalau kita posting doang,
waktu ada yang tanya terus kita gak bales, kita diemin aja itu kayak
akun mati, akun tanpa admin aja. Yang tanya langsung juga banyak,
seputar wisata atau referensi tempat wisata yang bagus, tanya “ini
dimana?” gitu.” (Yasin S.M, wawancara, 11 April 2018)
Kemudian selain pertanyaan-pertanyaan seputar wisata, ada juga umpan
balik dari sasaran promosi berupa pertanyaan-pertanyaan seputar Komunitas
GenPI Banten, seperti yang dinyatakan oleh anggota GenPI Banten, Annisa
Intan Mulyani:
“Terus di offline juga banyak yang nanya seperti kakak kelas saya
juga tanya, “Ih GenPI itu apa sih?” gitu, terus saya ya jelasin GenPI itu
komunitas volunteer pariwisata. Banyak sih yang tanya-tanya mau
gabung gitu setelah melihat kegiatan offline kita.” (Annisa Intan
Mulyani, wawancara, 4 April 2018)
115
115
Adapun umpan balik yang didapatkan secara langsung dengan bertanya
ke anggota GenPI secara personal tanpa perantara berupa pertanyaan-
pertanyaan seputar dimana letak Pasar Kampung Bekelir atau Pasar Kaulinan
Menes, acara apa saja yang diselenggarakan di pasar digital tersebut, dan
pertanyaan-pertanyaan seputar Komunitas GenPI Banten.
Umpan balik yang didapatkan melalui media sosial biasanya selain
komentar pos di Facebook dan Instagram, serta balasan di Twitter, juga
berupa like, share, dan retweet, dan pertanyaan-pertanyaan di direct message
baik seputar pariwisata maupun informasi komunitas GenPI Banten sendiri.
Seperti yang diungkapkan oleh follower media sosial GenPI Banten, Haifa
Mujahidah:
“... ya paling scroll doang sih lihat-lihat sekilas gitu. Paling nge-
like, udah sih. Komentar atau direct message gitu gak pernah.” (Haifa
Mujahidah, wawancara, 26 April 2018)
Narasumber Haifa Mujahidah adalah pengguna aktif Instagram yang
mengikuti akun Instagram GenPI Banten dan beberapa akun Instagram
temannya yang juga merupakan anggota GenPI Banten yang aktif mengepos
konten promosi pariwisata di Instagram sehingga narasumber sering melihat
foto dan video promosi destinasi digital. Narasumber Haifa Mujahidah
memang jarang membaca dengan seksama caption foto dan video GenPI
Banten, namun narasumber sudah cukup memahami destinasi digital dan
senang memberikan umpan balik berupa likes.
116
116
Faisal yang juga merupakan follower media sosial GenPI Banten pun
mengungkapkan senang memberikan likes dan membagikan konten promosi
yang ada di Twitter dan Instagram GenPI Banten:
“ ... paling kalau lihat sekilas ya like gitu. Paling ada beberapa
postingan yang saya share gitu Teh, misalnya di akun Banten Banget
gitu teh, kayak video, foto, itu saya share gitu karena kan ya sama-sama
akun pariwisata gitu, di Instagram Story juga iya. Saya kan punya
banyak teman juga ya jadi saling ingetin dan promosiin tentang GenPI
sih, Teh, maksudnya soal postingan pariwisata, pasar digital-nya gitu,
jadi waktu teman saya ke Pasar Kaulinan itu ya ambil foto, video juga
buat di-post di Banten Banget gitu, Teh.” (Faisal, wawancara telepon,
19 April 2018)
Narasumber Faisal yang memiliki akun informasi pariwisata, Banten
Banget, cukup sering membagikan dan menyukai konten promosi di akun
Instagram dan Twitter GenPI Banten. Biasanya narasumber menggunakan
feature Instagram Story untuk membagikan konten promosi dari GenPI
Banten dengan menandai (tag) akun GenPI Banten. Hal tersebut juga sering
ia lakukan di akun pribadinya.
117
117
Gambar 4.15.
Umpan Balik pada promosi Pasar Kampung Bekelir di Facebook
118
118
Gambar 4.16.
Umpan balik pada promosi Pasar Kampung Bekelir di Instagram
Gambar 4.17.
Umpan balik di pada promosi Pasar Kampung Bekelir Twitter
119
119
Dengan mengetahui umpan balik yang diberikan oleh sasaran promosi,
berarti setidaknya salah satu tujuan promosi yaitu memberikan pengetahuan
telah tercapai. Selebihnya mengenai perubahan sikap dan tindakan dapat
diketahui dari banyaknya jumlah pengunjung di destinasi digital Banten.
Namun tindakan mengunjungi destinasi digital tersebut juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang merupakan karakteristik inovasi itu sendiri yaitu
relative advantage, compability, complexity, triability, dan observability
(Rogers dalam Ardianto, et al., 2007, p. 65). Seperti yang diungkapkan oleh
Haifa Mujahidah yang merupakan follower media sosial Instagram dan
Twitter GenPI Banten:
“Iya tahu, destinasi digital, destinasi baru yang dibangun gitu
sama GenPI ya. Itu ada Kampung Bekelir sama Pasar Kaulinan ya,
Kak. Itu di Pandeglang sama di Tangerang, kan? Tempat yang bagus
buat foto, buat posting di Instagram, gitu. Tapi aku belum pernah ke
sana karena jauh ya. Kekurangannya itu karena sulit dijangkau ya, jauh
kan di Pandeglang sama di Tangerang. Kalau buat aku pribadi sih, sulit
ya transportasinya, mungkin kalau dekat aku mau sih ke sana.” (Haifa
Mujahidah, wawancara, 26 April 2018)
Hal serupa juga diungkapkan oleh narasumber Faisal yang juga
merupakan follower media sosial GenPI Banten:
“Kalau untuk datang ke Pasar Kampung Bekelir dan Pasar
Kaulinan Menes ya, jujur ya sih saya pengen, tapi saya untuk yang
Pasar Kaulinan Menes itu mikir-mikir lagi sih karena jauh ya dan dari
cerita-cerita teman gitu ya perjalanannya, perjuangannya jadi bikin
mikir-mikir lagi gitu, Teh.” (Faisal, wawancara telepon, 19 April 2018)
Baik Haifa maupun Faisal, keduanya tertarik untuk mengunjungi
destinasi digital Pasar Kampung Bekelir dan Pasar Kaulinan Menes, namun
ada beberapa faktor yang menunda mereka mengunjungi destinasi digital.
120
120
Haifa yang tinggal di Kota Serang tidak dapat mengunjungi destinasi digital
karena kedua destinasi digital Banten terletak di tempat yang cukup jauh dari
Kota Serang dan menurutnya sulit dijangkau. Sementara Faisal yang tinggal
di Bandung tidak dapat mengunjungi destinasi digital karena belum ada
kesempatan untuk bepergian jauh, dan selain itu ia ragu untuk mengunjungi
destinasi digital Pasar Kaulinan Menes karena letaknya yang menurutnya
jauh dan sulit dijangkau, tidak seperti Pasar Kampung Bekelir yang letaknya
di tengah Kota Tangerang.
121
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang didapat pada penelitian yang dilakukan pada
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten dalam mempromosikan destinasi
digital Banten.
5.1.1. Proses Promosi Digital Destinasi Digital
Dari analisis lapangan dan hasil wawancara, penulis menyimpulkan
proses promosi digital destinasi digital oleh GenPI Banten melalui beberapa
tahapan. Informasi promosi destinasi digital berpindah beberapa kali dari
sumbernya hingga ke penerima terakhir. Bahan promosi berupa tulisan, foto,
dan video berasal dari GenPI Banten, kemudian dikirimkan ke GenPI
Nasional Bagian Editing untuk diulas dan disunting, kemudian dari GenPI
Nasional Bagian dikirim ke GenPI Nasional Tim Trending Topic untuk
disebarkan kembali ke koordinator GenPI Regional di seluruh Indonesia,
Kemudian dari koordinator GenPI Regional Banten disebarkan ke setiap
anggota melalui grup obrolan, dan dari setiap anggota tersebut pesan disebar
di akun media sosial masing-masing kepada friends, fans, dan followers
mereka.
122
122
Pada tahapan tersebut terdapat proses difusi inovasi yaitu proses
masuknya pengetahuan, proses persuasi, dan proses pengambilan keputusan
untuk mempromosikan destinasi digital di akun media sosial masing-masing.
Kemudian proses pelaksanaan dan konfirmasi hingga pengadopsian ulang
destinasi digital juga terjadi pada beberapa adopter.
5.1.2. Pengelolaan Informasi di Media Sosial
Dalam mengelola informasi di media sosial, GenPI Banten membuat
konten dengan bentuk yang sesuai dengan karakteristik setiap media sosial
yang digunakan, yaitu Facebook, Twitter, dan Instagram. Pesan di Facebook
dikemas dalam bentuk foto, video, pamflet, dan tulisan keterangan, atau
narasi yang cukup panjang. Konten promosi di Twitter berupa tulisan yang
sudah dipotong-potong menjadi sejumlah tweets, namun dipublikasikan
secara beruntun dalam sebuah thread sesuai urutan, dengan disertai hashtag.
Pesan di Instagram berupa foto dan video dengan caption foto yang menarik
dan menandai (tag) beberapa akun Instagram GenPI regional, Dinas
Pariwsata, Kementerian Pariwisata, dan beberapa akun Instagram yang
bersangkutan agar ikut memposting ulang (repost).
123
123
5.1.3. Hambatan dan Penanganan Hambatan Promosi
Hambatan dalam proses promosi digital ini berupa pembekuan akun
media sosial baik dari Twitter dan Instagram, selain itu keterlambatan dalam
mempromosikan di Twitter karena tidak ada kuota internet juga jadi
hambatan. Untuk mencegah pembekuan akun, GenPI Banten menyarankan
kepada anggotanya dalam berbagai kesempatan pelatihan promosi agar tidak
terlalu banyak mengirim tweets dalam waktu singkat, tidak menggunakan
hashtag yang terlalu banyak. Sementara dari sisi pihak terakhir penerima
pesan, yaitu followers, tidak ada hambatan berarti ketika berkomunikasi
dengan GenPI Banten, namun terkadang masih merasa kekurangan informasi
berupa jadwal acara yang akan diselenggarakan di destinasi digital sehingga
sulit membayangkan acara seperti apa yang diselenggarakan di destinasi
digital tersebut.
5.1.4. Umpan Balik Promosi
Umpan balik yang didapat oleh GenPI Banten ketika mempromosikan
destinasi digital berupa umpan balik komunikasi secara langsung dari
followers ke anggota GenPI Banten, dan melalui media sosial di akun GenPI
Banten maupun akun pribadi anggota GenPI Banten. Adapun umpan balik
tersebut berupa pertanyaan seputar destinasi digital, event, dan destinasi
pariwisata di Banten, serta seputar GenPI Banten. Selain itu, ada pula umpan
balik berupa likes, dan shares.
124
124
5.2. Saran
5.2.1. Saran Praktis
1. Destinasi digital merupakan destinasi wisata baru yang sedang
diminati oleh masyarakat bekalangan ini. Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten sebagai promotor dan penggerak jalannya
destinasi digital harus senantiasa konsisten dalam menyajikan
informasi promosi pasar digital yang lengkap setiap minggunya
agar masyarakat lebih tau mengenai acara-acara apa saja yang akan
diselenggarakan. Oleh karena itu, sebaiknya GenPI Banten
melakukan pelatihan yang terjadwal dengan tema-tema yang juga
sudah tersusun agar pelaku promosi dapat lebih mengerti tentang
komunikasi pemasaran, agar dapat mengimplementasikannya ketika
melakukan promosi.
2. Selain pelatihan, GenPI Banten juga diharapkan lebih rutin
mengadakan familirization trip, selain untuk menambah
pengetahuan mengenai destinasi wisata, trip tersebut juga bisa
dijadikan sebagai ajang memperkuat kedekatan sesama anggota
supaya lebih kompak dalam menjalankan promosi online maupun
offline.
125
125
5.2.2. Saran Akademis
1. Penelitian mengenai promosi digital destinasi digital ini diharapkan
dapat lebih spesifik dalam membahas tentang konsep dan teori
tentang promosi digital dengan menambah referensi buku-buku dan
penelitian terdahulu. Serta lebih mengeksplor dampak promosi
digital yang dilakukan oleh sebuah komunitas bagi masyarakat.
126
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah. (2017). Komunikasi
Massa: Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Refika Offset.
Bungin, Burhan. (2015). Komunikasi Pariwisata Pemasaran dan Brand Destinasi.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Bungin, Burhan. (2013). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si., dan Bambang Q-Anees, M.Ag. (2007). Filsafat
Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Dr. Rulli Nasrullah, M.Si. (2016). Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia).
Jakarta: Prenada Media Group.
Holmes, David. (2012). Teori Komunikasi Media, Teknologi, dan Masyarakat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kadushin, Charles. (2012). Understanding Social Networks. New York: Oxford
University Press.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. (2009). Manajemen Pemasaran Edisi
Ketiga Belas Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lister, Martin. et al. (2009). New Media: A Critical Introduction Second Edition.
New York: Routledge.
Little John, Stephen W, dan Foss, Karen A. (2014). Teori Komunikasi. Jakarta:
Salemba Humanika.
Morissan, M.A. (2010). Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta:
Pranadamedia Group.
Nurudin. (2011). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Prof. Dr. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Rachmat Kriyantono, Ph.D. (2012). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Rd. Soemanagara. (2012). Strategic Marketing Communication: Konsep Strategis
dan Terapan. Bandung: Alfabeta.
Rogers, M. Everett. (1983). Diffusion of Innovation. New York: The Free Press.
127
127
Sihabudin, Ahmad, dan Rahmi Winangsih. (2012). Komunikasi Antarmanusia.
Serang: Getok Tular.
Sumber lain:
Adam, Aulia (2017, 19 September). Filter Bubble: Sisi Gelap Algoritma Media
Sosial. Tirto.id. Diakses dari https://tirto.id/filter-bubble-sisi-gelap-
algoritma-media-sosial-cwSU.
Admin Dispar. (2017, 30 Mei). GenPI Banten Dilauching: Makin Gencar
Promosi Wisata. Diakses dari
https://dispar.bantenprov.go.id/read/news/191/GenPI-Banten-Dilaunching-
Makin-Gencar-Promosi-Wisata.html.
Admin Dispar. (2017, 31 Oktober). Indonesia Incorporated Dikerahkan di Sektor
Pariwisata. Diakses dari
https://dispar.bantenprov.go.id/read/news/342/Indonesia-Incorporated-
Dikerahkan-di-Sektor-Pariwisata.html.
Admin Dispar. (2017, 2 November). Seven Wonders Bakal “Dijual” di Banten
Expo 2017. Diakses dari
https://dispar.bantenprov.go.id/read/news/345/Seven-Wonders-bakal-
dijual-di-Banten-Expo-2017.html.
Admin Dispar. (2017, 13 Desember). Ikuti Rakornas Pariwisata, Banten Siapkan
Pasar Digital. Diakses dari
https://dispar.bantenprov.go.id/read/news/392/Ikuti-Rakornas-Pariwisata-
Banten-Siapkan-Pasar-Digital.html.
Alexa Internet. (t.t). Facebook.com Traffic Statistic. Diakses dari
https://www.alexa.com/siteinfo/facebook.com.
Alexa Internet. (t.t). Instagram. Diakses dari
https://www.alexa.com/siteinfo/instagram.com.
Alexa Internet. (t.t). Twitter.com Traffic Statistic. Diakses dari
http://www.alexa.com/siteinfo/twitter.com.
Azizah, Aini. (2013). Strategi Komunikasi Pemasaran Berbasis Online Melalui
Jejaring Sosial Twitter (Studi Deskriptif Pada Online Shop pesandvd).
Skripsi. FISIP, Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Diakses dari http://repository.fisip-untirta.ac.id/299/
Biro Hukum dan Komunikasi Publik. (2016, 13 April). Menpar Bersama
Gubernur dan Bupati Membahas 10 Destinasi Wisata Prioritas.
Diakses dari http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=3142.
128
128
Biro Hukum dan Komunikasi Publik. (2017, 16 Oktober). Siaran Pers Inilah
Poin-poin Penting Pemasaran Mancanegara Kemenpar 2017. Diakses
dari http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=3808.
Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc. (2017, 22 November). CEO Message #39 GenPI:
Generasi Zaman Now. Diakses dari
http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=193&id=3824.
Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc. (2018, 13 Februari). CEO Message #41 Destinasi
Digital. Diakses dari
http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=193&id=3945.
Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc. (2018, 20 Februari). CEO Message #42 Nomadic
Tourism. Diakses dari
http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=193&id=3963.
Facebook. (t.t). Tentang. Diakses dari
https://www.facebook.com/pg/facebook/about/.
Hamzah, Yeni Imaniar. (t.t.). Potensi Media Sosial Sebagai Sarana Promosi
Interaktif Bagi Pariwisata Indonesia. E-jurnal. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif. Diakses dari
http://www.kemenpar.go.id/userfiles/JKI%20Vol_8%20No_3%202013%2
0-
%20Potensi%20Media%20Sosial%20Sebagai%20Sarana%20Promosi%20
Interaktif%20Bagi%20Pariwisata%20Indonesia.pdf
Instagram. (2017, 29 November). Instagram’s 2017 Year In Review.
Diakses dari https://instagram-press.com/blog/2017/11/29/instagrams-
2017-year-in-review/.
Miles, Denise. (t.t.). What Is Graffiti? – Definition, History, and Types.
Studi.com. Diakses dari https://study.com/academy/lesson/what-is-
graffiti-definition-history-types.html.
Nugrahaningtyas, Paulina Krisanti. (2014). Strategi Komunikasi Online
Marketing Kraton Wedding Yogyakarta (Studi Deskriptif Kualitatif
Terhadap Twitter @kratonwedding dan Akun Facebook Kraton Wedding).
Skripsi. FISIP, Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Diakses dari e-journal.uajy.ac.id/6598/
Pariwisata. (t.t.). Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi Online. Diakses dari
https://kbbi.web.id/pariwisata.
Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan.
129
129
Sihabudin, Ahmad. (2017, 15 Februari). Media Daring dan Demokrasi Radikal.
Kabar Banten.
Twitter. (t.t). About. Diakses dari https://about.twitter.com/en_us/company.html.
Yustiana, Kurnia. (2017, 12 Desember). Kemenpar Akan Canangkan 100
Destinasi Digital Pada 2018, Seperti Apa?. Travel Detik. Diakses dari
https://travel.detik.com/travel-news/d-3766677/kemenpar-akan-
canangkan-100-destinasi-digital-pada-2018-seperti-apa.
(t.n.). (2017, 19 September). Visi Misi Kemenpar, Homestay dan Progress
Homestay. Diakses dari
http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=3740.
(t.n.). (2018, 18 Januari). Pengertian Mural, Sejarah, Perkembangan dan
Perbedaan Mural dengan Seni Lukis Lainnya. Imural. Diakses dari
http://www.imural.id/blog/pengertian-mural/
130
130
LAMPIRAN
131
131
Surat Izin Penelitian
132
132
Surat Pernyataan Narasumber
Foto Terbaru Surat Pernyataan Narasumber 1
133
133
Foto Terbaru Surat Pernyataan Narasumber 2
134
134
Foto Terbaru Surat Pernyataan Narasumber 3
135
135
Foto Terbaru Surat Pernyataan Narasumber 4
136
136
Foto Terbaru Surat Pernyataan Narasumber 5
137
137
Foto Terbaru Surat Pernyataan Narasumber 6
138
138
Foto Terbaru Surat Pernyataan Narasumber 7
139
139
Foto Terbaru Surat Pernyataan Narasumber 8
140
140
Dokumentasi
Foto ketika mengikuti kegiatan GenPI Banten
Foto Kegiatan Seminar Pariwisata dan Fieldtrip ke Kampung Bekelir, Benteng
Heritage, dan Flying Deck Cisadane, Kota Tangerang
Gathering akhir tahun di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Banten
141
141
Kegiatan di Pasar Kaulinan Menes
142
142
Foto bersama narasumber saat wawancara
143
143
Pedoman Observasi
Peneliti melakukan pengamatan pada Komunitas Generasi Pesona
Indonesia (GenPI) Banten mulai dari kegiatan komunitas baik secara online
maupun offline, terutama yang berkaitan dengan promosi digital destinasi digital
Pasar Kampung Bekelir. Tujuan dilakukannya observasi ini adalah untuk
mengetahui dan ikut merasakan kegiatan Komunitas GenPI Banten secara jelas
dan nyata sehingga dapat membuktikan proses promosi digital destinasi digital
Banten. Selain itu, peneliti juga dapat bertanya hal-hal yang peneliti tidak ketahui
dan melakukan pengecekan ulang data-data yang sudah didapatkan sebelumnya
baik melalui wawancara maupun studi dokumen.
Objek yang
diamati Lokasi Temuan di lapangan
Promosi digital
destinasi digital
Pasar Kampung
Bekelir.
Online dan pada
event
pariwisata.
1. Online:
• Di Facebook berupa foto,
video, pamflet, dan teks.
• Di Twitter berupa teks, foto,
dan video.
• Di Instagram berupa foto,
video, dan pamflet.
• Situs GenPI.co berupa tulisan
review destinasi wisata oleh
anggota GenPI Banten.
2. Offline: Pada beberapa event pariwisata
offline seperti salah satunya yang
penulis amati di event Exciting Banten
on Seba Baduy di Alun-alun Barat
Kota Serang. GenPI Banten mendirikan
stand GenPI tepat di depan panggung
utama dan di sebelah kanan dan kiri
stand dipasang photo booth Pasar
Kampung Bekelir dan Pasar Kaulinan
Menes. Serta terdapat atraksi dari
144
144
seniman Banten yang membuat grafiti
yang bertuliskan “Kampung Bekelir on
Seba Baduy”
Pengelolaan
informasi
promosi digital
destinasi digital
Pasar Kampung
Bekelir
Kampung
Bekelir dan
Online
Anggota GenPI Banten sambil
mengunjungi Pasar Kampung Bekelir
sambil membuat konten promosi seperti
berfoto selfie dan mengambil foto kegiatan
di Pasar Kampung Bekelir serta membuat
video. Kemudian anggota-anggota GenPI
saling mengirimkan hasil foto dan video
mereka ke grup obrolan WhatsApp.
Beberapa meminta bantuan ke anggota
lainnya untuk mengedit video yang
mereka rekam sebelumnya. Kemudian
beberapa hari berikutnya muncul draft
tulisan promosi untuk di Twitter (draft A,
B, C) dan Instagram berupa teks contoh
keterangan foto, serta beberapa foto dan
video yang sudah disunting sebagai bahan
promosi di Facebook, Twitter, dan
Instagram anggota GenPI. Ketika
berpromosi, banyak anggota GenPI yang
mengkreasikan bahan promosi yang sudah
diatur sebelumnya dengan bahasa mereka
sendiri.
Hambatan dan
penanganan
hambatan
promosi
Online dan pada
kegiatan diskusi
bersama dan
pelatihan.
Pada kegiatan diskusi dan pelatihan
promosi, banyak anggota GenPI yang
bercerita mengenai pengalaman mereka
terlambat memviralkan karena tidak
memiliki kuota internet dan kesibukan
sekolah dan kuliah. Beberapa bercerita
mengalami pembekuan akun pribadi
Twitter dan Instagram, sedangkan menurut
mereka akun Facebook tidak pernah
bermasalah. Penulis sendiri hanya
mengalami keterlambatan untuk
memviralkan konten promosi karena
kesibukan dan karena tidak memiliki kuota
internet.
Umpan balik
promosi
Online dan pada
saat kegiatan
diskusi bersama
serta pelatihan.
Penulis membaca komentar di Facebook
GenPI, dan membaca balasan-balasan di
Twitter beberapa anggota GenPI Banten
pada saat memviralkan destinasi digital.
Kebanyakan berupa pertanyaan dari
followers mereka mengenai lokasi dan
acara di destinasi digital. Kemudian
145
145
mereka mengajak followers mereka untuk
mengunjungi Provinsi Banten. Beberapa
followers mereka juga merupakan anggota
GenPI dari provinsi lain. Sementara di
Instagram, kebanyakan anggota GenPI
Banten berpromosi dengan memanfaatkan
feature Insta Story dengan mengupload
video singkat atau teaser Pasar Kampung
Bekelir, foto, dan pamflet Pasar Kampung
Bekelir, jadi penulis tidak dapat melihat
umpan balik dari promosi tersebut karena
balasan akan masuk ke kotak pesan
pribadi anggota GenPI Banten.
Kondisi
Kampung Bekelir
sebelum
dikembangkan
menjadi destinasi
digital GenPI
Banten dan
sesudah
dikembangkan
menjadi destinasi
digital GenPI
Banten.
Kampung
Bekelir
(Kelurahan
Babakan,
Kecamatan
Tangerang, Kota
Tangerang)
Sebelum:
• Kampung Bekelir sudah dicat
berwarna-warni dan terdapat mural
dan grafiti, ornamen hiasan yang
bisa digunakan untuk berfoto, serta
adanya penghijauan.
• Tidak banyak warga yang
berjualan kuliner dan oleh-oleh
khas Kampung Bekelir.
• Setiap harinya terdapat pengunjung
yang merupakan warga sekitar
Kota Tangerang dan beberapa
rombongan wisata baik dari dalam
dan luar kota. Mereka berkeliling
melihat-lihat Kampung Bekelir dan
berfoto.
Sesudah:
• Terdapat fasilitas tambahan berupa
permainan tradisional seperti
lompat tali, permainan engklek
yang dicat di gang-gang Kampung
Bekelir, cogklak, dan sebagainya.
Fasilitas tersebut ditambahkan
untuk menambah nilai kreatif
sekaligus mengajak anak-anak
untuk bermain permainan
tradisional, pengunjung pun bisa
menggunakan fasilitas permainan
tradisional ini.
• Pada hari Minggu banyak warga
yang membuka jualannya seperti
makanan khas Kota Tangerang
seperti Nasi Ulam dan Laksa. Serta
146
146
camilan pagi lainnya. Kerajinan
dan oleh-oleh khas Kampung
Bekelir pun dijual bahkan setiap
hari dibuka.
• Selain wisatawan, setiap hari
Minggu dari pukul 7 pagi hingga
12 siang, Pasar Kampung Bekelir
banyak dikunjungi oleh komunitas
warga sekitar seperti komunitas
fotografi, komunitas reptil,
komunitas ontel, dan sebagainya.
• Setiap hari Minggu terdapat atraksi
kesenian dan budaya dari
masyarakat sekitar.
• Yang terakhir terdapat fasilitas
tempat bermain anak di Ruang
Pelayanan Kelurahan Babakan
yang dindingnya dicat warna-warni
dan dilukis serta dilengkapi dengan
fasilitas belajar dan bermain anak-
anak.
147
147
Pedoman Wawancara
A. Pertanyaan untuk anggota Generasi Pesona Indonesia (GenPI)
Banten
1. Proses promosi digital destinasi digital yang dilakukan oleh
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
a. Apa saja informasi yang dibagikan dalam proses promosi digital
destinasi digital?
b. Siapa yang melakukan promosi?
c. Kapan promosi tersebut dilakukan?
d. Dimana promosi tersebut terjadi?
e. Siapa penerima informasi
f. Mengapa informasi-informasi tersebut dibagikan dalam proses
promosi?
g. Bagaimana proses promosi digital destinasi digital?
h. Apa efek yang ditimbulkan dalam proses promosi tersebut?
2. Cara pengelolaan informasi di media sosial Twitter, Facebook,
dan Instagram Generasi Pesona Indonesai (GenPI) Banten
a. Apa saja informasi yang dikelola di media sosial?
148
148
b. Siapa yang mengelola informasi di media sosial?
c. Kapan pengelolaan informasi tersebut dilakukan?
d. Dimana pengelolaan informasi tersebut dilakukan?
e. Bagaimana pengelolaan informasi tersebut dilakukan?
f. Mengapa informasi harus dikelola?
3. Cara Generasi Pesona Indonesai (GenPI) Banten menangani
gangguan dalam proses promosi digital di media sosial Twitter,
Facebook, dan Instagram
a. Apa saja gangguan yang terjadi ketika proses promosi
berlangsung?
b. Siapa yang melakukan penyimpangan ketika proses promosi
berlangsung?
c. Dimana gangguan tersebut terjadi
d. Mengapa gangguan tersebut bisa terjadi?
e. Apakah gangguan tersebut terjadi terus menerus?
f. Bagaimana cara menangani gangguan tersebut?
g. Bagaimana cara mencegah gangguan tersebut?
h. Siapa yang menangani gangguan?
149
149
4. Cara Generasi Pesona Indonesai (GenPI) Banten mengelola
umpan balik dari sasaran promosinya
a. Apa umpan balik yang diterima?
b. Siapa yang memberikan umpan balik?
c. Siapa yang menerima umpan balik tersebut?
d. Bagaimana cara mengelola umpan balik?
e. Apa yang dilakukan setelah menerima umpan balik?
f. Bagaimana jika tidak ada umpan balik?
g. Apakah ada respon dari pengguna sosial media mengenai informasi
yang dibagikan?
h. Bagaimana respon dari pengguna sosial media tersebut?
B. Pertanyaan untuk pengikut sosial media Generasi Pesona Indonesai
(GenPI) Banten
1. Proses promosi digital destinasi digital yang dilakukan oleh
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Banten
a. Apa informasi yang Anda dapatkan?
b. Siapa yang membagikan informasi tersebut?
150
150
c. Kapan Anda mendapatkan informasi tersebut?
d. Bagaimana Anda mendapatkan informasi tersebut?
e. Menurut Anda, mengapa informasi tersebut dibagikan?
f. Apa yang Anda lakukan ketika mendapatkan informasi tersebut?
g. Mengapa Anda melakukan hal tersebut?
2. Cara pengelolaan informasi di media sosial Twitter, Facebook,
dan Instagram Generasi Pesona Indonesai (GenPI) Banten
a. Apa saja informasi yang Anda terima dari sosial media GenPI
Banten?
b. Bagaimana pendapat Anda mengenai informasi-informasi yang
Anda terima?
c. Apa kelebihan dan kekurangan dari informasi yang Anda terima?
d. Apakah informasi yang disajikan GenPI Banten sudah memenuhi
kebutuhan Anda akan informasi?
e. Apakah penyajian informasi di media sosial GenPI Banten
dijadikan dasar dalam mengambil keputusan untuk mengunjungi
destinasi digital Banten?
151
151
3. Cara Generasi Pesona Indonesai (GenPI) Banten menangani
gangguan dalam proses promosi digital di media sosial Twitter,
Facebook, dan Instagram
a. Apakah Anda menyadari pernah adanya gangguan atau
penyimpangan pada promosi digital destinasi digital yang
dilakukan GenPI Banten?
b. Gangguan seperti apa yang pernah Anda alami?
c. Kapan gangguan tersebut Anda alami?
d. Berapa lama gangguan tersebut terjadi?
e. Apakah ada solusi yang ditawarkan GenPI Banten ketika terjadi
gangguan dalam proses promosi?
f. Seperti apa solusi yang diberikan?
g. Apakah pemberian solusi tersebut cukup memuaskan?
4. Cara Generasi Pesona Indonesai (GenPI) Banten mengelola
umpan balik dari sasaran promosinya
a. Apa respon Anda ketika melihat informasi destinasi digital dari
GenPI Banten?
b. Apakah Anda memberikan umpan balik atas informasi dari GenPI
Banten?
152
152
c. Informasi apa yang Anda berikan?
d. Bagaimana cara Anda memberikan umpan balik tersebut?
e. Mengapa Anda memberikan umpan balik tersebut?
f. Apakah umpan balik yang Anda berikan selalu mendapat
tanggapan dari GenPI Banten/anggota GenPI Banten?
Bagaimana anggota GenPI menanggapi umpan balik yang Anda
berikan?
153
153
Transkrip Wawancara
Informan 1 (Ketua Generasi Pesona Indonesia Banten)
Nama : Nisaul Hasanah
Jabatan : Ketua GenPI Banten
Lokasi : Via Telepon
Hari/ Tanggal : Minggu, 29 April 2018
Waktu : 09:52 WIB
Peneliti : Bisa ceritakan awal mula bergabung di GenPI Banten, dan
pengalaman apa saja yang didapat di GenPI Banten?
Narasumber : Nah GenPI itu komunitas dari Kementerian Pariwisata dimana
mereka bergerak atau berkecimpung di bidang pariwisata di bagian
atau dunia digital seperti itu sebagai netizen karena bergerak di
media sosial. Nah, kenapa dibuat GenPI? Karena kan pariwisata ini
banyak di Indonesia, bagaimana untuk membuat wisatawan dalam
dan luar negeri ini datang ke Indonesia. Ada banyak bentuk
promosi ya, maka dari itu GenPI dibentuk untuk bergerak di
promosi di dunia digital ya, baik promosi pariwisata daerah
maupun Indonesia. GenPI juga bergerak secara volunteer atau
154
154
sukarela ya. Nah, itu sejarahnya ya. GenPI sekarang ada di 21
provinsi, kemudian aktivitas GenPI selain memviralkan pariwisata,
juga mempromosikan Calendar of Event Indonesia, dan kebijakan-
kebijakan pariwisata Indonesia. Nah, kalau saya masuk GenPI itu,
dulu kan saya menang jadi duta media sosial di Pramuka, kemudian
saya diarahkan oleh rekan-rekan yang bergerak di bidang
pariwisata untuk promosi juga di bidang pariwisata, karena kan di
Pramuka juga ada bidang pariwisatanya juga, seperti itu, jadi
sekalian mempromosikan pariwisata. Nah, saya jadi ketua itu dari
kemarin kan karena ada reshuffle ketua yang lama. Kemudian ada
musyawarah dan ada voting juga, nah hasil voting itu terpilih saya.
Peneliti : Informasi apa saja yang dibagikan oleh GenPI Banten di media
sosial?
Narasumber : Ada tentang destinasi wisata misalnya destinasi apa yang harus
diviralkan, baik destinasi baru atau destinasi lama, seperti itu.
Kemudian kebijakan pariwisata, seperti kebijakan dari Dispar, atau
dari Kementeriannya, ada juga CEO Message itu ya di internet
banyak banget. Kemudian event-event pariwisata daerah seperti
yang akan dilaksanakan itu seperti CEC itu Cilegon Ethnic
Carnival, terus ada Golok Day di Cilegon, kemudian Kang Nong.
Nah, selain event pariwisata daerah, ada event dari COE atau
Calendar of Event Indonesia seperti Seba Baduy ya, ada banyak
banget ya yang dari luar itu ada Festival Komodo, Festival
155
155
Borobudur ya, event COE itu sering ya diviralkan oleh GenPI,
karena memang ada 100 event nasional di 100 Wonder Events Visit
Wonderful Indonesia, itu di Calendar of Events ya. Nah, kita
(GenPI Banten) memang harus bersinergi dalam mempromosikan
kegiatan-kegiatan tersebut, seperti itu.
Peneliti : Bagaimana GenPI Banten membentuk dan menjalankan destinasi
digital Banten?
Narasumber : Kalau membentuknya itu kan karena destinasi digital ini adalah
progam Kementerian agar setiap daerah membentuk destinasi
digital sampai total seluruh Indonesia itu 100 destinasi digital.
Nah, Banten diberikan kesempatan untuk membuat destinasi digital
ini, seperti itu. Sebetulnya destinasi digital ini adalah kegiatan
dimana berupa pasar, bentuknya pasarnya bisa apa saja, bisa pasar
tradisional, pasar urban atau modern ya, pasar pelelangan ikan,
atau pasar apa saja yang bisa dibuat ya dimana disana ada atraksi
jual beli dimana tidak menggunakan uang langsung atau kita
sebutnya flash money ya. Flash money ini bentuknya bisa apa saja
ya bebas, bisa berupa koin, kayu, atau apa saja ya bebas jadi
transaksi uang ini secara tidak langsung ya. Mengapa transaksinya
menggunakan flash money? Itu karena zaman sekarang itu banyak
transaksi menggunakan e-money ya, atau menggunakan uang
secara tidak langsung seperti e-toll, berbelanja di supermarket, dan
sebagainya itu ya. Nah, GenPI ini kan generasi milenial ya, dimana
156
156
sudah terbiasa untuk menggunakan uang tidak langsung itu, nah
menggunakan flash money itu tujuannya untuk memperkenalkan
pembayaran tidak langsung itu kepada masyarakat karena zaman
sekarang itu memang sudah zamannya pembayaran uang tidak
langsung, seperti itu, itu menjadi salah satu ketentuan pasar digital
GenPI ya, di banyak pasar GenPI seperti itu atraksi
pembayarannya. Masyarakat juga yang berdagang di pasar digital
itu, sehingga kita memberikan dampak perekonomian untuk
masyarakat ya, karena tujuannya juga untuk kesejahteraan
masyarakat. Karena tujuannya mensejahterakan masyarakat, maka
dari itu memberdayakan msayarakat, yang jualan juga masyarakat
setempat, Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) di daerah tersebut,
dan sebagainya. Tapi memang konsepnya dari Kementerian untuk
dijalankan oleh Generasi Pesona Indonesia ya. Nah, GenPI disana
perannya adalah manajemennya, mulai dari stand-standnya, dan
atraksi-atraksinya seperti itu. Untuk promosinya kita bergerak di
media sosial, di website GenPI.co, dan sebagainya ya di dunia
digital ini. Nah, untuk pembentukan destinasi digital sendiri ini
pertama harus disurvei dulu lokasinya dimana, cocoknya bertema
apa, apakah destinasi digital urban, alam atau nature, atau culture.
Kemudian apakah masyarakatnya bisa diberdayakan atau tidak,
begitu. Kita mendekati masyarkatnya itu sosialisasi terlebih dahulu,
kita sampaikan tujuan kita apa, untuk membangun destinasi digital
157
157
yang tujuannya juga bisa mensejahterakan masyarakat. Kemudian
setelah itu kita bersama masyarakat sekitar bergotong royong
membangun destinasi digital itu. Yang penting masyarakat mau
menjadikan daerah tempat tinggalnya destinasi digital, mau
berdaya untuk menjalankan atraksi di destinasi digital tersebut
seperti berdagang, menampilkan penampilan khas, dan sebagainya.
Untuk dagangan oleh masyarakat itu kami atur agar bertema ya.
Kalau bisa memuat nilai-nilai tradisionalnya. Seperti berjualan
makanan tradisional khas daerah mereka, misalnya di Pasar
Kaulinan itu ada kue balok, nasi uduk, dan sebagainya, sesuai
temanya yang tradisional. Kalau temanya urban, ya boleh
berjualannya food truck, tapi boleh menyisipkan dagangan
tradisional untuk memperkenalkan khas daerah mereka ya boleh.
Nah, untuk mengatur jalannya atraksi setiap minggunya itu ya kita
menentukan tema dan kontennya terlebih dahulu. Biasanya kami
bekerja sama dengan komunitas-komunitas di daerah yang mau
menampilkan sesuatu tapi tidak dibayar ya karena memang kami
sifatnya sukarela dan sambil mempromosikan komunitas mereka
juga ya, seperti itu. Seperti misalnya tema kita fashion, kita
mengundang komunitas yang bergerak di bidang itu, kalau temanya
tari tradisional, ya kita undang komunitas yang bergerak di bidang
tari tradisional, seperti itu. Nah, kalau untuk di Kampung Bekelir
untuk atraksi performance itu belum berjalan maksimal, sedangkan
158
158
untuk atraksi spot foto, dagangan masyarakat itu masih berjalan.
Yang penting terus dipromosikan dengan konten yang menarik
seperti video, teks, dan foto-foto kegiatan di Pasar Kampung
Bekelir itu. Dan dari GenPI daerah itu juga harus terus aktif
mempromosikan Kampung Bekelir itu agar orang-orang dan
komunitas juga tertarik untuk main ke sana, seperti itu. Karena kan
kalau bisa di setiap daerah di suatu provinsi itu dibentuk GenPI
daerah sehingga bisa terkonsentrasi memviralkan destinasi daerah
masing-masing termasuk destinasi digital yang masih terus
dibangun di berbagai daerah, seperti itu. Karena destinasi digital
ini juga bisa menjadi tempat berkumpulnya GenPI daerah ya, untuk
berdiskusi, dan sebagainya. Untuk GenPI di daerah Banten yang
sudah dideklarasikan atau di-launching itu ada lima ya, yaitu
Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kota Tangerang,
Kabupaten Tangerang, dan Kota Cilegon.
Peneliti : Bagaimana proses promosi destinasi digital Banten?
Narasumber : Pertama kita membuat destinasi digital, kita menentukan apa saja
yang akan dirancang ya, seperti atraksinya apa, destinasinya seperti
apa, dan penjualannya seperti apa, gitu. Kemudian kita membuat
bahan-bahan promosi bisa berupa konten-konten media sosial
untuk dibagikan ke media sosial masing-masing. Kita membuat
bahan itu beruba teks, foto, video ya. Setelah itu baru bisa kita
share. Nah untuk event daerah atau destinasi dari daerah itu dari
159
159
GenPI daerah, ke GenPI Nasional, kemudian dari GenPI Nasional
itu setelah melalui proses editing ya dibagikan ke GenPI daerah di
seluruh Indonesia, sehingga bisa dibagikan oleh koordinator GenPI
daerah masing-masing, ke anggota GenPI, gitu.
Peneliti : Bagaimana GenPI Banten mengelola informasi yang akan
dibagikan?
Narasumber : Dalam mengelola informasi ya kita membuat dulu konten-konten
media sosial yang cocok untuk Twitter, Facebook, Instagram, dan
media sosial lainnya, karena setiap media sosial itu punya karakter
masing-masing dan itu sangat menentukan seperti apa bentuk
konten promosi kita. Misal di Twitter harus pakai hashtag agar
mudah untuk pencarian, kemudian juga harus 140 karakter, seperti
itu. Begitu juga dengan Facebook yang bisa menyajikan konten itu
dalam bentuk narasi yang lebih panjang karena tidak dibatasi
karakter yang sedikit ya seperti Twitter. Sedangkan Instagram bisa
memuat foto dan video pendek, seperti itu. Setelah itu ya kita edit,
kemudian kita sebarkan ke anggota dan kemudian baru kita
viralkan bersama.
Peneliti : Apakah ada SOP (Standard Operating Procedure) atau peraturan
tertentu dalam mempromosikan sesuatu di media sosial GenPI
Banten?
160
160
Narasumber : Yang penting kontennya bagus, no hoax, no politic, no SARA, ya
pokoknya masih dalam koridor etika bersosial media.
Peneliti : Bisa ceritakan seperti apa umpan balik dari followers GenPI
Banten di media sosial, dan bagaimana menanggapinya?
Narasumber : Mereka berterimakasih karena tahu informasi, kemudian ya
bertanya itu dimana, acara apa, dan sebagainya. Baik di media
sosial, atau langsung ke saya atau ke anggota-anggota GenPI
lainnya.
Peneliti : Adakah hambatan yang terjadi dalam proses promosi di media
sosial GenPI Banten? Jika ada, apa saja hambatan/kendala yang
terjadi ketika promosi di media sosial?
Narasumber : Hambatan paling karena manajemen waktu pribadi aja sih, ketika
harus menaikan hashtag, tapi ada kegiatan lainnya juga. Kemudian
dari anggota GenPI sendiri seharusnya semuanya bisa bersama-
sama memviralkan, seperti itu.
161
161
Informan 2 (Tim Editor Generasi Pesona Indonesia Nasional)
Nama : Ardiyanto Setyojati W.
Jabatan : Tim Editor GenPINas
Lokasi : Jl. Bhayangkara Baru, Penancangan Kota Serang
Hari/ Tanggal : Rabu, 11 April 2018
Waktu : 09:59 WIB
Peneliti : Bisa ceritakan awal mula bergabung di GenPI Banten, dan
pengalaman apa saja yang didapat di GenPI Banten?
Narasumber : Dulu pertama kali GenPI itu dibentuk di Lombok. Awal mulanya
GenPI Banten sendiri itu dibentuknya bulan Mei, 29 Mei waktu
pengukuhan di Mercusuar Anyer itu. Nah awalnya GenPI ini
dibentuk oleh Kementerian Pariwisata, ada dua ya ada GenPI, ada
GenWI. GenPI itu Generasi Pesona Indonesia, GenWI itu Generasi
Wonderful Indonesia. Perbedaannya kalau Pesona Indonesia itu
ruang lingkupnya nasional, sedangkan Wonderful Indonesia itu
lingkupnya Internasional. Jadi sekarang mereka (Kementerian
Pariwisata) melihat bahwa promosi itu bagus secara digital seperti
itu. Nah, aktu itu kita dapat informasi dari Dinas Pariwisata bahwa
akan dibentuk GenPI Banten. Nah, waktu itu Dinas Pariwisata
162
162
mengumpulkan pelaku-pelaku sosial media ya, ada saya dari Wow
Banten, kemudian ada dari Explore Banten, Kemudian ada Info
Serang, dan ya banyak ya pelaku sosial media yang ada. Mereka
dikumpulkan di Mercusuar Anyer itu. Itu mulanya dari Kemenpar
ya, setelah mereka membentuk GenPI, mereka memberikan
instruksi ke setiap Dinas Pariwisata seluruh Indonesia untuk
membentuk GenPI. Karena waktu kemarin Rapat Koordinasi
Nasional ya, di Bali kemarin juga Pak Menteri bilang bahwa setiap
daerah harus punya GenPI. Ya sudah, kepala dinas manapun gak
berani menentang kan, Cilegon saja minta dibikin GenPI gitu ya.
Kemudian diadakan pertemuan untuk membentuk struktur. Setelah
dari Mercusuar Anyer itu kita kumpul di Sultan TV tempatnya
Bahroji, itu ada Bu Eneng, ada saya, Bahroji, ada Om Eko Toha,
ada Om Imam, ada Ki Sunda Labuan ya, dan sepuh-sepuh lainnya.
Kemudian ditunjuklah ketua GenPI yang pertama itu Eko Toha.
Kemudian dibentuklah struktur sementara karena belum ada acuan
dari Kemenpar. Intinya GenPI itu mempromosikan yang tiga itu
tadi ya baik dari skala Nasional maupun dari daerah sendiri ya.
Kalau logo sendiri yang bikin Adi Ridwan dari Wow Banten, tim
saya. Kemudian sampai sekarang, saya sudah bergabung di
GenPINas itu GenPI Nasional ya.
Peneliti : Informasi apa saja yang dibagikan oleh GenPI Banten di media
sosial?
163
163
Narasumber : Nah, yang dipromosikan oleh Generasi Pesoana Indonesia itu
utamanya ada tiga, yang pertama itu destinasi pariwisata, yang
kedua itu event yang disebut COE itu Calendar of Event yang di
breakdown jadi event-event daerah ya, yang ketiga itu kebijakan-
kebijakan pariwisata yang contohnya hashtag #CEOMessage, nah
yang sering disebut CEO Message itu, udah pernah naikin hashtag
itu ya? Dari ketiga informasi itu, GenPI melakukan upaya
viralisasi.
Peneliti : Bagaimana GenPI Banten membentuk dan menjalankan destinasi
digital Banten?
Narasumber : Nah, sebelumnya yang namanya pasar digital itu harus ada
GenPInya. Kalau gak ada GenPInya ya berarti bukan pasar digital
namanya. Kalau di suatu daerah bilang sudah punya pasar digital
tapi di daerah tersebut belum ada GenPInya, itu berarti bukan pasar
digital. Nah, yang namanya destinasi digital atau pasar digital itu
harus memenuhi nilai 2C, yaitu creative value dan commercial
value. Jadi creative value itu GenPI diberi kesempatan untuk
berkreasi jadi dari situ bisa tereksplor kreativitasnya. Kalau
commercial value itu harus ada pembagian hasil dari warga dan
GenPI sebagai pengelola walaupun tidak seberapa, karena GenPI
juga harus belajar bisnis. Misal dari stand kuliner, itu harus ada
pembagiannya misal 80 persen untuk warga, 20 persen untuk
GenPI gitu, itu sudah harus disepakati dengan warga. Kalau di
164
164
Pasar Kampung Bekelir itu memang belum berjalan untuk
commercial value karena belum ada pembagian hasil yang seperti
itu, dan creative valuenya belum maksimal karena kemarin itu
waktu lauching kan ada ya atraksinya dan acara-acaranya, tapi
semakin kesini jadi sepi, begitu juga dengan pedagangnya, mereka
sudah gak berjualan lagi di setelah launching itu sekitar minggu
ketiga. Saya gak tau ya itu belum berjalan karena masih harus ada
banyak penambahan seperti atraksi, kemudian area selfie, lebih
rapih lagi area jualannya dan seharusnya nilai tradisionalnya lebih
ditambah lagi karena Kampung Bekelir belum punya ciri khas yang
benar-benar mengangkat tradisi gitu karena kan pasar digital atau
pasar GenPI seharusnya mengangkat budaya dan tradisional gitu.
Label pasar digital memang sudah ada di Kampung Bekelir tapi ya
itu masih banyak kekurangannya, makannya gak dinaikin lagi ya
hashtagnya karena ya itu masih banyak yang harus ditambahkan.
Berbeda dengan Pasar Kaulinan Menes, itu sudah jalan ya creative
value dan commercial valuenya. Jadi untuk creative value itu
awalnya ya dihitung jualan berapa banyak, kemudian pendapatan
berapa, nanti bagi hasil begitu. Nah, GenPI sendiri mengelola pasar
itu menjalankan manajemennya, jadi bagaimana pasar bisa
diwujudkan, kemudian yang pasti promosi digitalnya. Pokoknya
pasar digital itu harus ada GenPInya. Jadi ya, Kampung Bekelir ini
konsepnya urban ya, destinasi digital urban, jadi wisata kota. Yang
165
165
diangkat oleh mereka itu Kampung Bekelirnya, tapi pasarnya
belum jalan. Kampung Bekelir kan memang sudah ada seperti di
Cilegon ada Kampung Lukis, tapi untuk syarat 2C itu belum jalan.
Peneliti : Bagaimana proses promosi destinasi digital Banten?
Narasumber : Baik, saya jelaskan dari struktur dulu ya. Di GenPINas itu ada
Ketua namanya Mansyur Ebo, kemdian Ketua Harian namanya
Jheipun, Ketua SDM itu Robi Sumata, Ketua Bidang Online itu ada
Eko Nuryono yang mengurus trending topic, dan Ketua Offline itu
Gera, dia yang ngurusin pasar digital jadi setiap daerah yang mau
membentuk pasar itu harus menghubungi Gera baru nanti dia
review dan baru bisa promosi online, jadi komposisi kegiatan
online dan offline itu sekitar 70 persen online dan 30 persen offline.
Kegiatan online itu berupa promosi-promosi di media sosial, kalau
kegiatan offline itu ya kopdar sambil pelatihan-pelatihan promosi di
media sosial seperti nulis caption, nge-tweet, foto-foto, dan
sebagainya itu, kemudian famtrip (familiarization trip) ke pasar
digital misalnya, atau kemarin itu jalan-jalan ke Cilegon ya,
kemudian ya kegiatan pasar digital itu. Kemudian ada Humas yang
ngurusin GenPI.co namanya Yofie. Nah kita harus mengerti dulu
ini strukturnya, bagaimana GenPI ini bekerja. Misal ada event
offline yang mau dijalankan, misalnya Seba Baduy. Nah event itu
masuk ke GenPINas, saya dari GenPINas minta bahan keterangan-
keterangan untuk promosi ke Nisa (Ketua GenPI Banten), foto-foto
166
166
dan draft kontennya. Nah dari foto-foto itu kita jadikan bahan
media promosi, untuk kita bikin pamflet dan sebagainya, kemudian
draft itu kita kembangkan jadi potongan-potongan tulisan untuk di
Twitter dan kita buat berbagai macam jenisnya dalam set A, B, C.
Kemudian kita tentukan penjadwalannya, misal Seba Baduy ini
mau naik berapa kali di Twitter, dan kapan aja. Di Facebook dan
Instagram juga kita buatkan dan jadwalkan semua. Jadi tanggal
berapa, jam berapa itu sudah ada semua jadwalnya teratur. Seperti
kemarin itu ada #ExcitingBantenOnSebaBaduy, itu sebelumnya kan
tekstualnya sudah dikirim dari GenPI Banten ke GenPINas,
kemudian GenPINas mengolah teks, foto, video itu, kemudian
barulah dikirim ke GenPI Banten lagi. Drafter set A, B, C untuk di
Twitter itu ada Pak Kun, bersama saya dan Om Eko. Kemudian
dari drafter itu setelah diedit disebarkan melalui tim tranding topic
nasional yang menyebarkan ke seluruh GenPI Regional di seluruh
Indonesia melalui grup WhatApp misalnya, dari situ masing-
masing anggota GenPI Regional nge-share lagi kan di sosial media
masing-masing dan menyebar ke teman-teman mereka dan kalau di
update bersamaan itu akan menjadi viral, itulah yang dinamakan
viralisasi. Untuk pengiriman data tulisan, foto, video dari
GenPINas ke GenPI Regional atau sebaliknya itu bisa melalui
berbagai macam media ya bisa email untuk foto dan video, bisa
dari WhatsApp saja untuk teksnya, atau lewat email semua bisa.
167
167
Untuk bahan yang sudah jadi dan tinggal di naikin hashtagnya sih
ya dari grup-grup chat WhatsApp aja cukup kok, biar gampang dan
cepat naikin hashtag juga kan. Kalau foto-foto yang ada tulisan dan
logo-logonya itu yang edit bisa dari GenPI Regional bisa juga dari
GenPINas, misal kayak foto-foto yang diujungnya ada tanda begini
nih, itu namanya supergraphic, itu sudah ada aturannya di
Kemenpar warna-warnanya untuk penanda itu event apa, ada
budaya, dan lain-lain supergraphic ada yang biru, kuning, ungu.
Ada juga logo Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia. Logo
Pesona Indonesia itu untuk event skala nasional, logo Wonderful
Indonesia itu untuk event skala internasional gitu. Untuk jadwal
kita proses mengolah bahan itu minimal dua minggu sebelum event
supaya sempat kita edit. Karena biasanya kita sepuluh hari sebelum
event atau pra event itu kita sudah harus naik hashtag promosi.
Karena event kan ada tiga tahapan ya, pra event, on event, dan post
event. Nah perbandingan promosinya itu pre event 70 persen, on
event 20 persen, dan 10 itu post event. Jadi misal ada Seba Baduy
itu kalau dihitung sudah naik hashtagnya sejak dua minggu
sebelum acara kan, kalau gak salah ada 6 kali naik hashtag untuk
pre event, on event, sampai post event, dan itu dihitung ya
presentasenya dari 6 kali itu berapa kali untuk pre event, on event,
dan post event.
168
168
Peneliti : Bagaimana GenPI Banten mengelola informasi yang akan
dibagikan?
Narasumber : Dari ketiga informasi itu tadi yang destinasi, COE, dan CEO
Message itu, GenPI melakukan viralisasi. Bagaimana caranya agar
viral? Yang pertama itu harus menjadikan informasi itu trending
topic. Jadi level pertama itu ada di trending topic, level kedua itu di
sosial media, kemudian level ketiga itu di website. Tapi sekarang
itu dibalik ya, dari trending topic, kemudian di website yaitu
GenPI.co, kemudian baru sosial media. Yang penting trending
topic dulu supaya jadi perbincangan, kemudian barulah ke website
GenPI.co itu maupun website yang lain seperti blog misalnya,
sambil disebar juga ke sosial media lainnya. Nah untuk menjadikan
trending topic itu, salah satu upayanya itu kita bikin set A, B, C
untuk thread tweets. Jadi semakin banyak jenisnya atau variasinya
itu semakin besar kemungkinan untuk jadi trending topic itu
semakin besar. Selain itu set A, B, C itu dibuat supaya nyambung
dan pesannya bisa lebih diterima makannya dipisah-pisah satu set
satu thread karena thread itu kan harus nyambung biar orang enak
bacanya. Nah selain itu, algoritma setiap sosial media juga
berpengaruh, algoritma itu sistem yang dipakai di setiap sosial
media ya. Misalnya algoritma Twitter, dalam membuat trending
topic itu harus ada perbincangan massal dari banyak akun pada
waktu tertentu secara bersamaan, nah Twitter bisa membaca itu, itu
169
169
yang namanya algoritma. Instagram juga punya algoritma sendiri
misalnya untuk pencarian hashtag, misal kita klik hashtag, itu akan
muncul top post, nah top post itu adalah posting terbaik dalam
kurun waktu tertentu untuk hashtag #Banten misalnya, itu bisa jadi
yang terbaik karena like, share, save, dan komentarnya banyak.
Kalau interaksinya bagus, itu engagementnya bagus. Tapi belum
tentu semua akun itu engagementnya bagus. Contohnya, ini bukan
menjelekan, kamu tau (sensor 1)? Itu berbeda jumlah rata-rata
likesnya dengan (sensor 2), padahal followersnya masih banyakan
(sensor 1). Facebook juga gitu, misal Atu sering-sering interaksi
dengan orang, nah orang itu terus kan yang selalu nongol di
beranda Atu? Facebook algoritmanya jadi harus banyak-banyak
interaksi juga biar jadi populer dan selalu muncul di pencarian.
Selain itu dengan kita berinteraksi, hashtag yang kita naikan itu
saat diklik bisa muncul di pencarian paling atas yang artinya
populer. Facebook sama Instagram itu hampir mirip algoritmanya,
karena satu manajemen kan, sama WhatsApp juga. Di Twitter juga
sama, semakin banyak kita berinteraksi, semakin kita terkenal di
pencarian hashtag itu. Tapi untuk jadi trending topic itu hashtag
harus diperbincangkan dengan banyak orang dalam waktu yang
bersamaan. Makannya kita juga memperhitungkan waktunya kapan
kita naikin hashtag. Kita lihat trafficnya apakah ramai orang
melihat handphone, lihat persaingannya juga. Biasanya kalau
170
170
traffic ramai memang semakin berat persaingannya karena mereka
semua juga naikin hashtag saat traffic ramai. Makannya kalau
persaingan topik lagi berat, ya kita harus lebih gencar lagi naikin
hashtag kita. Contohnya kemarin itu waktu
#ExcitingBantenOnSebaBaduy kan lama banget tuh trending topic
terus sampai tadi pagi.
Peneliti : Apakah ada SOP (Standard Operating Procedure) atau peraturan
tertentu dalam mempromosikan sesuatu di media sosial GenPI
Banten?
Narasumber : Oh itu gak ada sih kalau yang tertulis, yang penting ya no hoax,
no politic, no SARA, no pornography.
Peneliti : Bisa ceritakan seperti apa umpan balik dari followers GenPI
Banten di media sosial, dan bagaimana menanggapinya?
Narasumber : Banyak yang tanya misal, “Itu dimana?” ya kita jawab aja sesuai
pertanyaan dia gitu, karena kita harus terus berinteraksi. Misal di
Instagram ada yang tanya, ya kita harus jawab karena dengan
berinteraksi itu bisa memperluas jangkauan kita gitu, lagipula kalau
gak dibales itu sama aja seperti sosial media yang gak ada
adminnya. Terus kalau yang tanggapan langsung gitu ya, secara
offline juga banyak, ada yang tanya tentang GenPI, seputar wisata,
kemudian referensi tempat wisata yang bagus dimana, gitu.
171
171
Peneliti : Adakah hambatan yang terjadi dalam proses promosi di media
sosial GenPI Banten? Jika ada, apa saja hambatan/kendala yang
terjadi ketika promosi di media sosial?
Narasumber : Oh itu sering, apalagi sekarang kan lagi musim pilkada ya. Jadi
dimana-mana banyak tweets politik, isu inilah, isu itu lah, belum
lagi ada hoax kan. Jadi kita di GenPI pokoknya harus berpegang
teguh dengan no hoax, no sara, no politic, gitu. Pokoknya kita
berusaha untuk mendinginkan. Yang namanya pariwisata itu kan
netral ya, jadi GenPI harus tetap berusaha netral diantara tweets
politik itu jadi harus bisa mendinginkan suasana. Nah, jadi karena
suasana pilkada itu persaingan trending topic juga susah, dan itu
bukan cuma di Twitter tapi juga di sosial media lain. Itulah
masalahnya kita bisa kalah populer dengan trending topic lain
misalnya kita bersaing dengan trending topic Indonesian Idol, itu
sulit sekali untuk menang karena seluruh Indonesia ya nge-tweet
Indonesian Idol gitu atau sama Karma ANTV itu juga sulit.
Kemudian hambatan yang kedua itu ada dari SDM yaitu anggota
GenPI sendiri yang belum semua paham promosi online sehingga
performanya kurang maksimal. Seandainya semua anggota GenPI
itu paham dan naikin hashtag sama-sama pasti akan lebih viral lagi,
bayangkan ada ribuan yang terdaftar di GenPI.co, seandainya
semuanya bisa berkontribusi secara maksimal, pasti lebih booming
lagi pariwisata kita. Itu karena sosialisasi ke daerah-daerah juga
172
172
belum maksimal, dan dari GenPINas sendiri mengakui itu.
Seharusnya dari daerah-daerah itu membuat agenda untuk pelatihan
promosi online itu seperti kemarin kita kopdar pelatihan itu, itulah
kenapa sosialisasi sangat penting. Tapi ya kita tidak bisa
memaksakan karena anggota kita juga punya kesibukan masing-
masing, namanya juga komunitas sukarela ya. Terus ada juga
suspend, nah itu kalau kita kebanyakan nge-like, nge-retweet, sama
nge-tweet itu bisa dibekukan akun Twitternya sampai beberapa
waktu atau bahkan ada juga yang permanen jadi selamanya gak
bisa dipakai. Instagram juga gitu, saya pernah kebanyakan follow
dan kecepetan sampai saya diskorsing gak bisa follow selama
seminggu.
173
173
Informan 3 (Penanggungjawab Pasar Digital GenPI Banten)
Nama : Yasin S.M.
Jabatan : Penanggungjawab Pasar Digital GenPI Banten
Lokasi : Jl. Bhayangkara Baru, Penancangan Kota Serang
Hari/ Tanggal : Rabu, 11 April 2018
Waktu : 11:09 WIB
Peneliti : Bisa ceritakan awal mula bergabung di GenPI Banten, dan
pengalaman apa saja yang didapat di GenPI Banten?
Narasumber : Awalnya saya hanya pelaku media sosial, saya punya akun
@AlamBanten di Twitter, kemudian ya saya diajak masuk ke
GenPI Banten oleh sesama pelaku media sosial lainnya.
Kemudian saat awal saya di GenPI, ya saya ikut-ikut aja aktif di
Twitter pakai akun @AlamBanten, sama akun pribadi saya sendiri
juga @kang_yashen itu. Saya follow orang-orang yang
followersnya banyak juga lebih dari seribu gitu ya, saya juga
banyakin followers saya biar semakin banyak gitu yang baca
tweet saya. Ya, kemudian saya semakin aktif, sampai sekarang
saya ditunjuk jadi penanggungjawab Pasar Kaulinan itu.
174
174
Peneliti : Bagaimana proses terbentuknya pasar digital hingga bisa
berjalan sampai sekarang?
Narasumber : Untuk terbentuknya Pasar Kaulinan Menes, Pasar Kampung
Bekelir itu ya kita mengacu pada Kementerian Pariwisata gitu ya,
karena kan memang Kementerian itu punya rencana bikin pasar
digital itu, kalau gak salah rencananya sih 100 pasar ya targetnya
untuk tahun 2019. Nah, di Banten itu sudah ada dua pasar itu
tadi. Pasar Kaulinan Menes sendiri pasar ke delapan kalau gak
salah ya, eh, ke sembilan, yang sebelumnya itu Pasar Kampung
Bekelir itu. Tapi Pasar Kampung Bekelir sendiri masih banyak
yang kurangnya, atraksinya kurang, kemudian masih belum
punya ciri khas yang tradisional banget gitu. Atraksi sendiri itu ya
performance kesenian atau apapun dari komunitas, kemudian
permainan-permainan, ya gitu. Kalau Pasar Kaulinan kan sudah
bagus ya, ciri khasnya dapet, tradisionalnya dapet, banyak
atraksinya juga gitu. Hmm bukan diperbaiki, tapi ditambahkan
lagi atraksinya, sarana permainannya, gitu supaya pengunjung
juga gak bosen dan datang terus karena selalu ada yang baru di
sana gitu, karena kita juga menyasar wisatawan gitu supaya nanti
investasi di bidang pariwisatanya juga maju gitu. Untuk berapa
lama waktunya itu kalau untuk Kampung Bekelir gak begitu lama
ya, beberapa bulan gitu, kemudian untuk Pasar Kaulinan Menes
gak lama sih ya hanya sebulan sih ya tapi nyari tempatnya itu
175
175
yang agak lama ya. Nah, kemudian kita bekerja sama dengan
orang-orang sekitar sana, kalau Kampung Bekelir ya dengan Pak
Lurahnya, ya warganya diberi tahu. Kita kasih proposalnya dan
presentasi gitu. Kalau Pasar Kaulinan Menes itu ya sama, kita
kasih proposalnya, ada proses komunikasi lah ya sama
pemiliknya itu, pemilik sekolah Baitul Hamdi. Kemudian ya kita
rapat itu semalam, terus ya persiapan dan gotong royong bersama
warga juga itu setiap weekend selama dua minggu. Di Pasar
Kaulinan itu walaupun di sekolah tapi gak mengganggu ya,
karena setiap hari Minggu aja, kelas-kelas yang dipakai untuk
Kelas Jurnalistik dan lain-lain itu juga sudah izin ya kita jelaskan
juga ruangan mana dan tempat-tempat apa saja yang kita
butuhkan gitu, misal untuk outbound dimana, untuk kegiatan
Kelas Jurnalistik dimana gitu. Untuk masuk ke Pasar Kaulinan
Menes itu gratis, cuma bayar parkir aja Rp. 2.000 ya, karena yang
namanya pasar digital itu harus ada commercial value-nya,
commercial value itu ya dari bayar parkir itu yang dikelola sama
warga ya. Selain itu warga juga jualan, ada sekitar 13 stand jualan
mulai dari makanan tradisional Menes Pandeglang sampai hasil
kerajinan tangan khas Banten seperti kerajinan Baduy sendiri
untuk oleh-oleh begitu ya. Untuk pasar digital Kaulinan ini ya
temanya seperti kembali ke masa lalu gitu ya, ke tahun 90an,
masih tradisional, makanan tradisional banyak, itu untuk
176
176
mengajak mengenang zaman dulu gitu dan memperkenalkan
anak-anak muda budaya tradisional Banten gitu. Kalau untuk
yang pasar digital bertema urban ya mengangkat juga yang
modernnya, tapi tetap harus ada tradisionalnya juga gitu biar ada
ciri khas daerahnya juga. GenPI gak jualan, hanya mengelola aja,
tapi boleh kalau mau jualan juga. Nah, di Pasar Kaulinan Menes
itu bagi hasilnya sudah jalan ya, misal 20 persen keuntungan itu
masuk GenPI, 80 persen untuk warga yang berjualan gitu. Untuk
pemodalan itu ada dari Dispar, ada juga dari warga dan pemilik
tempat gitu ya untuk bikin spot foto itu. Nanti memang ada
support dari Kemenpar, tapi sementara dari Dispar dulu. Ide
kreatif dari GenPI, kemudian gotong royong bersama warga.
Untuk performance, itu kita buka seluas-luasnya untuk orang-
orang atau yang mau tampil tapi ya sukarela karena kami tidak
bayar ya, syaratnya hanya memuat seni dan budaya, boleh
modern, boleh tradisional, tapi bukan jenis hiburan yang
berpotensi ricuh seperti reggae atau dangdut sawer misalnya. Jadi
kita harus selektif, cari yang positif dan tidak berpotensi negatif.
Untuk pengunjung selama ini, sekarang kan sudah empat minggu
berjalan ya, mau lima minggu. Minggu pertama waktu
pembukaan ada sekitar 1500 pengunjung, minggu kedua memang
agak menurun jadi 1000 pengunjung, minggu ketiga itu waktu
ulang tahun Pandeglang ada 2000 pengunjung ya, minggu ke
177
177
empat kemarin itu sekitar 1300an. Kita hitung pakai alat hitung
yang cekrek-cekrek (manual hand counter) itu loh yang kayak
buat tasbih. Untuk besok itu acaranya ya hampir seperti biasa ya,
paling ada komunitas-komunitas yang datang. Untuk masalah
yang mau tampil gitu ngisi acara ya urusannya Kang Acut ya.
Persiapan Pasar setiap minggunya itu ya ada, kita selesai acara itu
biasanya evaluasi sekaligus briefing untuk minggu depannya,
nanti panitia ya jalan sendiri-sendiri, ketemu lagi sehari atau
beberapa hari sebelum acara. Gitu terus prosesnya. Nah, untuk
bisa terpilihnya daerah Menes untuk pasar digital Kaulinan
Menes itu ya karena tempatnya sejuk, enak ya buat piknik.
Karena memang kalau bisa pasar digital itu mengangkat suatu
tempat yang berpotensi tapi belum begitu terangkat gitu seperti
Menes ini. Ini kan temanya culture sama alam ya nature gitu,
dapet sih dari temanya. Kemudian juga syaratnya ya 3A
(accessibility, accomodation, attraction) itu, akses gampang,
akomodasi, sama atraksi.
Peneliti : Informasi apa saja yang dibagikan oleh GenPI Banten di media
sosial?
Narasumber : Informasi ya seputar wisata, karena kan GenPI bergerak di
bidang pariwisata gitu kan di promosinya terutama. Yang sering
diangkat ya destinasi, event pariwisata, sama kebijakan CEO
Message itu.
178
178
Peneliti : Bagaimana proses promosi destinasi digital Banten?
Narasumber : Promosi itu ya kita bikin pamfletnya sama keterangannya. Ya
ada foto-foto pasar digitalnya, foto-foto kegiatan-kegiatan di sana,
kemudian kita kasih keterangan misalnya ngajak untuk dateng,
“Yuk, datang ke Pasar Kaulinan Menes!” gitu. Yang bikin
pamflet dan tulisan-tulisan itu ya anak-anak GenPI Banten, yang
bisa nulis ya nulis, yang suka foto ya kita minta fotonya yang
bagus dipilih gitu ya, kemudian di-edit sama ketua GenPI Banten
gitu, kan suka lihat di grup WhatsApp kan waktu pada ngirim
foto, tulisan itu? Nah, setelah itu ya kita kirim ke GenPINas untuk
ya entah di-edit lagi atau ditambahkan apa gitu kan, kemudian
dari GenPINas dikirim lagi ke seluruh GenPI di seluruh Indonesia
gitu termasuk GenPI Banten. Dari GenPI Banten itu kan ketua
sebar ke grup WhatsApp itu kan? Nah, dari situ (Ketua GenPI
Banten melalui grup obrolan WhatsApp) masing-masing orang
sebarin lagi ke teman-teman di sosial media mereka gitu. Kalau
Atu (nama panggilan Peneliti) mau nulis, bisa, tapi ya harus
melalui proses edit itu tadi. Atu ajukan ke ketua GenPI Banten
lewat email misalnya untuk di-review, nanti dari situ ya bisa di-
edit lagi kemudian dikirim ke GenPINas, dan seterusnya seperti
proses tadi ya. Nah, kalau untuk tulisan-tulisan bebas, bukan
hanya soal event, kebijakan, sama destinasi, Atu bisa tulis di
GenPI.co, tapi dari situ ya ada proses edit lagi, orang GenPI.co
179
179
itu me-review tulisan Atu apakah layak naik atau perlu diperbaiki
dulu. Kalau sudah diperbaiki baru bisa naik, tapi hak cipta tetap
milik Atu, nanti muncul kok namanya, nanti yang berhak
mendapat reward itu ya tetap Atu, itu berupa uang ya Rp. 50.000
per postingan gitu nanti dikirim ke Atu. Syarat tulisan di
GenPI.co ya belum pernah ditulis atau di-publish sebelumnya, ya
itu urusan orang GenPI.co lah ya, mereka nanti yang tahu itu
pernah di-publish atau belum. Untuk GenPI Regional sendiri ya
punya tim editing gitu, untuk tadi itu naikin tentang destinasi,
event, dan kebijakan di sosial media. Kalau mau nulis bebas ya
bisa di GenPI.co, jadi intinya mah proses editing itu pasti ada.
Peneliti : Bisa ceritakan seperti apa umpan balik dari followers GenPI
Banten di media sosial, dan bagaimana menanggapinya?
Narasumber : Yang bales ya banyak, kita jawab aja terkait apa yang mereka
tanyakan. Jadi kita harus terus berinteraksi karena juga justru
interaksi itu yang diperhitungkan di sosial media. Kalau kita
posting doang, waktu ada yang tanya terus kita gak bales, kita
diemin aja itu kayak akun mati, akun tanpa admin aja. Yang tanya
langsung juga banyak, seputar wisata atau referensi tempat wisata
yang bagus, tanya “ini dimana?” gitu.
Peneliti : Adakah hambatan yang terjadi dalam mempersiapkan pasar
digital setiap minggunya dan proses promosi di media sosial
180
180
GenPI Banten? Jika ada, apa saja hambatan/kendala yang terjadi
ketika promosi di media sosial?
Narasumber : Kalau hambatan ya dari biaya sih, walaupun sudah di-support
dari Dispar gitu ya kadang-kadang masih ada kekurangan sih,
paling kalau ada yang kurang-kurang itu dari laporan
keuangannya itu ya bisa kita kasih ya ke Dispar gitu, nanti bisa
di-support lagi, ya gitu lah. Tapi ya gampang lah, dari Kepala
Dinasnya juga support gitu. Kalau dari proses promosinya di
media sosial gak ada sih, paling kerjasamanya aja gitu kalau harus
ngegas (istilah di kalangan GenPI untuk bersama-sama viralkan
suatu hashtag, kata, frasa, atau tema tertentu di Twitter,
Facebook, dan Instagram). Karena kan kadang ada yang gak
sempat karena kesibukan masing-masing, ada juga yang kurang
aktif gitu ya. Padahal kan kalau kompak, destinasi digital kita,
berita-berita dari Kemenpar, atau event-event kita bisa semakin
terkenal gitu.
181
181
Informan 4 (Penanggungjawab Online, Admin Facebook GenPI Banten)
Nama : Novia Adiputri
Jabatan : Penanggungjawab Online, Admin Facebook GenPI Banten
Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Hari/ Tanggal : Rabu, 4 April 2018
Waktu : 09:14 WIB
Peneliti : Bisa ceritakan awal mula kamu bergabung di GenPI Banten, dan
pengalaman apa saja yang kamu dapatkan di GenPI Banten?
Narasumber : Awalnya sebelum saya gabung GenPI, saya gabung komunitas
Backpacker Indonesia, sektor Banten. Nah, di Backpacker
Indonesia itu sering jalan-jalan bareng. Nah, saat saya ke Semarang
bareng Backpacker Indonesia itu, saya bertemu dengan teman-
teman baru, salah satunya cerita ke saya kalau dia gabung GenPI
Jawa Tengah. Kemudian saya tanya tuh, GenPI Jateng itu apa,
ngapain aja di GenPI Jateng, dan lain-lain. Terus dia bilang kalau
Banten juga ada GenPI. Akhirnya dari situ saya cari tahu soal
GenPI Banten, dan mau banget gabung. Akhirnya saya kepoin tuh
sosial medianya GenPI Banten, ada apa aja sih, dan gimana cara
gabungnya, karena sebenarnya saya tertarik dengan semua yang
182
182
berbau pariwisata dan jalan-jalan. Oh ya sebelumnya saya juga
gabung di komunitas Miniwalk Banten, komunitas fotografi di
Instagram yang lumayan sering ngadain kopdar, namanya
instameet. Dari instameet Miniwalk Banten itu saya bertemu
teman-teman GenPI lain. Kemudian dari situ saya diajak untuk
kopdar dengan teman-teman GenPI lainnya, salah satunya ada
ketua GenPI Banten juga, Teh Nisa. Dari situ saya diajak untuk
bergabung GenPI, sebelum open recruitment GenPI Banten
Desember lalu yang anggotanya tuh ada di grup GenPI 2 (Grup
obrolan WhatsApp). Jadi saya masuk di grup GenPI 1 (Grup
obrolan WhatsApp) itu. Dari situ saya mulai aktif naikin hashtag di
Twitter, update di Facebook, dan Instagram pribadi saya. Tapi saya
pikir sosial media GenPI Banten isinya sama saja seperti media
sosial yang bergerak di pariwisata Banten lainnya seperti Banten
Banget, dan lain-lain. Tapi setelah saya ikuti kegiatan online di
media sosial, dan kegiatan offline nya juga, GenPI Banten ternyata
berbeda, GenPI ini bentuknya komunitas, terus ada dibawah
Kemenpar dan Dispar. Jadi anggota GenPI itu ada dimana-mana di
seluruh Indonesia, dengan bergabung di GenPI saya bisa punya
banyak teman dari mana-mana. Di kegiatan offline nya bermanfaat,
seperti pelatihan menulis caption di sosial media, trik-trik nge-
tweet, dan lain-lain. Selain itu juga bisa ikut acara jalan-jalan
dengan GenPI Banten seperti contohnya ke pasar digital Pasar
183
183
Kaulinan Menes. Dan dari bidang online nya, semakin kesini juga
sosial media GenPI Banten sudah semakin bagus, isinya gak cuma
repost foto-foto netizen di Instagram tapi juga banyak informasi
lain yang baru dan fresh gitu seputar Banten maupun yang dari
seluruh Indonesia. Ada juga lomba-lomba yang diadakan GenPI
seperti lomba foto event pariwisata, dan sebagainya. Itu menarik
menurut saya.
Peneliti : Informasi apa saja yang dibagikan oleh GenPI Banten di media
sosial?
Narasumber : Informasi yang dibagikan ya yang berkaitan dengan pariwisata.
Kalau GenPI Banten sendiri sih fokusnya ke destinasi yang ada di
Banten, kemudian event atau agenda pariwisata Banten, sama
kebijakan-kebijakan. Tapi walaupun fokusnya ke destinasi yang
ada di Banten, sesekali kita naikin hashtag promosi destinasi atau
event yang ada di luar Banten gitu. Kalau di Facebook GenPI
sendiri, sama aja sih, saya naikin informasi seputar destinasi
Banten, budaya seperti kulinernya, kesenian, dan sebagainya,
kemudian event pariwisata Banten, sama kebijakan. Informasi-
informasi itu saya bagikan dalam bentuk tulisan, foto, dan video,
tergantung saya dapatnya dalam bentuk apa. Kalau dapatnya foto
dan tulisan ya saya share foto dan tulisan, kalau dapat ketiga-
tiganya ya lebih bagus. Oh ya, untuk sumber informasi yang saya
share di Facebook sih saya biasanya dapat dari pusat (Kemenpar),
184
184
atau ada juga dari temen-temen GenPI Banten sendiri yang
biasanya bagi-bagi foto destinasi Banten, atau kuliner, kesenian,
dan budaya. Karena biasanya temen-temen GenPI Banten itu suka
foto-foto dan di-share di grup chat GenPI, jadi paling saya ambil
dari foto-foto mereka juga gitu. Untuk masalah hak cipta gitu, setau
saya kalau memang yang di-share di grup chat GenPI itu hasil
jepretan mereka sendiri ya gak apa-apa kita gak nyantumin sumber,
soalnya sudah jadi milik GenPI. Tapi kalau saya share dari
postingan orang lain atau download dari sumber lain, ya saya
berusaha tulis sumbernya. Tapi kan daripada gitu mending pake
repost atau share, jadi langsung ketauan sumber aslinya dari mana
gitu. Kan feature itu gunanya untuk dukung hak cipta juga.
Peneliti : Bagaimana GenPI Banten mengelola informasi yang akan
dibagikan?
Narasumber : GenPI Banten kan aktif di banyak sosial media ya, seperti
Facebook, Twitter, dan Instagram, nah, ketiga sosial media ini
beda-beda jenisnya dan kita juga harus bedakan cara penulisan
informasinya atau bedakan data-data yang di-share di masing-
masing sosial media. Maksudnya, Facebook misalnya, di situ kan
kita bisa membagikan foto, video, dan tulisan yang panjang, bebas
juga bisa foto saja, atau video saja, atau tulisan saja, atau kombinasi
tiga-tiganya. Kita bisa tuh tulis cerita yang panjang dan lengkap di
Facebook, gak seperti twitter yang terbatas 140 karakter, atau
185
185
Instagram yang kekuatan utamanya itu di foto. Jadi kalau di
Facebook tulisan kita itu narasinya mengalir aja gak terputus-putus
seperti di Twitter dan gak harus terlalu disingkat agar lebih enak
dibaca seperti di Instagram. Tiga sosial media ini punya keunikan
masing-masing gitu, dan cara mengolah informasinya juga pasti
beda-beda di tiga sosial media ini.
Peneliti : Bagaimana proses promosi yang dilakukan oleh GenPI Banten
khususnya di Facebook ini?
Narasumber : Kalau saya kan admin Facebook GenPI ya, jadi sebenarnya
kerjanya jadi dua kali lebih banyak daripada anggota GenPI yang
hanya naikin hashtag di sosial media mereka masing-masing. Saya
harus naikin hashtag di sosial media saya dan di Facebook GenPI
Banten juga. Untuk proses sih sebenarnya tergantung informasi
apa, ada yang dari Kemenparnya langsung seperti COE (Calendar
of Event), kebijakan yang CEO Message itu, sama destinasi itu
biasanya berawal dari pusat dulu. Dari Kemenpar, ke GenPINas
(Generasi Pesona Indonesia Nasional), kemudian baru ke ketua
GenPI Regional, dari ketua GenPI itu disebar di grup seperti yang
saya terima. Posisi saya itu di GenPI regional Banten, jadi kalau
informasi yang dari pusat itu saya termasuk yang terakhir-terakhir
menerima informasi gitu. Nah, GenPINas sendiri itu gabungan dari
GenPI-GenPI regional di seluruh Indonesia, jadi mereka
(GenPINas) adalah perwakilan dari masing-masing GenPI
186
186
Regional, kalau dari GenPI Banten sendiri ada Om Ardi yang di
GenPINas. Terus selain informasi dari Kemenpar itu, ada juga
informasi yang memang dari Banten, seperti destinasi Banten,
kebudayaan Banten, dan Event di Banten, informasi yang dari
daerah kita ya berarti berawal dari kita GenPI Banten, tapi harus
ada proses editing dulu oleh tim online, di situ ada editor GenPI
Banten, Bang Sukma, sama Teh Nisa juga ketua GenPI. Contohnya
nih akhir-akhir ini kan lagi naikin Seba Baduy nih, nah itu
informasinya ya berasal dari kita sendiri gitu, kan namanya GenPI
Banten ya berarti kita harus tau informasi pariwisata yang ada di
Banten, jadi untuk yang pariwisata di Banten ya kita cari tahu
sendiri, kita tulis sendiri, ambil foto sendiri, dan share di sosial
media. Kan anak-anak GenPI memang suka jalan-jalan dan foto-
foto terus di-share di sosial media mereka. Tapi kalau di sosial
media GenPI sendiri itu harus ada proses editing biar rapih aja
kata-katanya dan foto-foto, dan videonya juga dipilih yang
kualitasnya bagus gitu. Nah, untuk jadwal upload itu untuk
informasi yang bebas, yang bukan dari Kemenpar, itu gak tentu,
sedapatnya informasi seputar Banten aja, dan kapanpun ada
kiriman tulisan dari temen-temen GenPI Banten. Tapi diusahakan
upload di waktu-waktu ramenya orang main sosial media, misal
kayak sore jam 4, siang jam 12, dan malem jam 8 sampai 9. Kalau
jadwal naikin informasi dari Kemenpar, atau event Banten, atau
187
187
kegiatan GenPI itu biasanya dijadwalkan, jadi terlepas dari waktu
ramenya orang main sosial media, kita juga atur berapa kali
naiknya, dan kapan. Misalnya untuk promosi acara GenPI, Pasar
Kaulinan Menes nih yang sudah tiga minggu berlangsung, itu kita
jadwalkan. Saya kurang paham sih jadwalnya, tapi setahu saya
setiap minggu pasti naik hashtag Twitter, di Instagram, dan di
Facebook juga naik, dua hari sebelum dan sehari sebelum acara
Pasar Kaulinan Menes. Saat hari H juga biasanya kita update gitu,
sambil live report di instalive atau instastory Instagram, terus
tweet, dan di Facebook juga kita upload foto-foto pas acara.
Peneliti : Bagaimana proses promosi destinasi digital Banten?
Narasumber : Nah, sekarang kan destinasi digital di Banten ada dua ya,
rencananya dari Kemenpar itu akan buat 100 destinasi digital
GenPI di seluruh Indonesia. Sekarang kalau gak salah sudah ada
tujuh destinasi digital, ditambah yang dari Banten dua, jadi
totalnya sembilan. Nah, di Banten itu ada Pasar Kampung Bekelir
sama Pasar Kaulinan Menes. Untuk yang Kampung Bekelir sendiri
itu kan memang kampung yang masih tetap terbuka untuk umum
ya setiap harinya, tapi saya kurang tau apakah sampai sekarang
event Pasar Kampung Bekelir ini masih berjalan setiap minggunya,
soalnya saya juga gak pernah nerima draft tulisan, foto, dan video
lagi untuk di-upload ke Facebook. Mungkin masih pada fokus ke
Pasar Kaulinan Menes kali ya. Ya memang sih, seharusnya itu
188
188
dipromosikan bareng-bareng karena kan sama-sama buka di hari
Minggu, harusnya ya anggota GenPI ada juga yang bantu di sana
biar ada atraksinya, yang jualan juga lebih rapih lagi gitu. Tapi
yang akhir-akhir ini sering dipromosikan ya ini, Pasar Kaulinan
Menes. Apalagi kemarin ada HUT Pandeglang itu, Pasar Kaulinan
Menes buka sampai malam. Ada banyak atraksi, perlombaan, dan
banyak yang jualan makanan dan kerajinan khas Menes gitu.
Proses promosinya ya seperti biasa di sosial media. Jadi teman-
teman GenPI foto-foto, rekam video, dan menulis tentang
Kampung Bekelir ini. Tulisan bisa dalam bentuk narasi panjang
yang cocok untuk di Facebook, kemudian tulisan yang dipotong-
potong yang enak untuk dibaca di Twitter, dan tulisan untuk
caption foto atau video di Instagram. Foto-foto itu kemudian di-
share di sosial media GenPI dan di sosial media masing-masing
anggota. Bisa juga ditulis di GenPI.co, itu website GenPI yang bisa
digunakan oleh seluruh anggota GenPI di seluruh Indonesia. Kita
bisa menulis artikel pariwisata di sana, dan kalau bagus, dari pihak
editor di GenPI.co bisa publish tulisan kita dan kita bisa dapat
reward Rp. 50.000 rupiah untuk satu tulisan. Saya belum pernah
sih nulis di situ, paling Teh Nurul tuh, sekretaris GenPI sering
banget dapat reward.
189
189
Peneliti : Apakah ada SOP (Standard Operating Procedure) atau peraturan
tertentu dalam mempromosikan sesuatu di media sosial GenPI
Banten?
Narasumber : Kalau peraturan tertulis gitu gak ada sih, kan kita bentuknya
komunitas, jadi gak ada ADARTnya, yang penting no hoax, no
politic, no SARA, no pornography.
Peneliti : Bisa ceritakan seperti apa umpan balik dari followers GenPI
Banten di media sosial, dan bagaimana menanggapinya?
Narasumber : Iya, saya cerita tentang sosial media Facebook GenPI Banten
yang saya pegang ya. Jadi awalnya kan saya suka add orang-orang
di luar GenPI, seperti teman-teman saya yang hobi jalan-jalan, dan
anak-anak muda lainnya lah yang aktif Facebook, karena kan kita
juga harus memperluas jaringan supaya makin banyak yang tau
informasi pariwisata Banten dan seluruh Indonesia dari GenPI gitu.
Dan gak cuma add, tapi juga harus ninggalin jejak kayak nge-like
postingan teman-teman yang saya add gitu biar ada interaksi. Kan
kalau saya like atau komentar di postingan mereka, mereka juga
jadi semakin penasaran dengan GenPI Banten gitu, dan
kemungkinan bisa balik nge-like postingan GenPI gitu. Lagian
kalau di Facebook, postingan di beranda Facebook itu kan yang
muncul adalah postingan dari teman-teman terdekat atau postingan
dari orang yang sering berinteraksi dengan kita. Sadar gak Teh,
190
190
kalau di Facebook Teteh nih, walaupun teman ratusan tapi yang
muncul di beranda Facebook Teteh cuma orang-orang itu aja? Nah,
itu memang algoritma Facebook begitu, jadi memang teman-teman
dekat atau yang sering berinteraksi dengan kita yang sering muncul
di beranda kita. Itulah pentingnya bangun teraksi dengan teman-
teman di Facebook GenPI Banten, walaupun cuma nge-like
postingan mereka, tapi itu justru bisa bikin postingan GenPI Banten
terlihat di beranda Facebook mereka. Sejauh ini lumayan sih
tanggapannya dari teman-teman di Facebook GenPI Banten.
Mereka sih biasanya nge-like, share gitu, kalau komentar paling
tanya, “ini dimana?” di postingan destinasi Banten. Ya paling saya
jawab aja pertanyaan mereka. Ada juga komentar-komentar dari
teman-teman GenPI Regional lain, seperti komentar, “Gasss” atau
“Mantap, gasss terus”. Dari komentar-komentar teman-teman
GenPI Regional lain ini, kita bisa dapat teman-teman baru dari
lingkaran pertemanan mereka yang add Facebook GenPI Banten,
jadi jaringan semakin luas. Kalau di direct message sendiri jarang
sih, karena kan memang Facebook sudah jarang dipakai sama
orang-orang, sekarang mereka di Instagram aktifnya. Kalau direct
message ada yang tanya, “gimana cara gabung GenPI? Di GenPI
ngapain aja?” gitu. Paling saya jawab dengan mengajak mereka
gabung di GenPI, saya cantumkan juga link formulir open
recruitment GenPI Banten dulu waktu masih jaman open
191
191
recruitment Desember kemarin, dan ada juga yang saya kasih
formulir pendaftaran GenPI yang di GenPI.co, website GenPI itu.
Ada juga tanggapan yang langsung disampaikan ke saya, misalnya
teman kampus tanya, “GenPI itu apa?”, “Bagaimana cara gabung
di GenPI?”, “Ngapain aja di GenPI?”, yang tanya destinasi juga
ada, seperti, “Pasar Kaulinan Menes itu dimana?”, “Ada apa aja
di sana?”, dan sebagainya. Biasanya ya saya jawab aja sambil
sekalian ngajak teman-teman saya. Kemarin ada kok yang bukan
anggota GenPI tapi mau jauh-jauh ke Kaulinan Menes gara-gara
penasaran gitu sama Pasar Kaulinan Menes soalnya kan di-share
dimana-mana kan itu promosinya terus-terusan, gak berhenti-
berhenti karena setiap minggu buka, nanti kalau gak dipromosikan
orang-orang juga pasti bertanya-tanya kan, ‘Pasar Kaulinan buka
gak ya’. Kalau saya sendiri ke Pasar Kaulinan pernah soalnya
bareng-bareng kan waktu itu, tapi kalau ke Kampung Bekelir
belum pernah karena ya jauh dan belum ada kesempatan ke sana.
Seandainya dekat dan ada temen kesana sih mau.
Peneliti : Adakah hambatan yang terjadi dalam proses promosi di media
sosial GenPI Banten? Jika ada, apa saja hambatan/kendala yang
terjadi ketika promosi di media sosial?
Narasumber : Hambatannya paling karena gak ada kuota sih. Kalau udah gitu,
ya paling telat naikin hashtag karena nyari wifi kan.
192
192
Informan 5 (Sekretaris GenPI Banten, dan Anggota Tim Online Twitter)
Nama : Nurul Istiqomah
Jabatan : Sekretaris GenPI Banten
Lokasi : Pondok Tiara, Cinanggung, Serang
Hari/ Tanggal : Rabu, 4 April 2018
Waktu : 20:55 WIB
Peneliti : Bisa ceritakan awal mula kamu bergabung di GenPI Banten, dan
pengalaman apa saja yang kamu dapatkan di GenPI Banten?
Narasumber : Awalnya tau dari hashtag di Instagram #GenPIBanten gitu, terus
ada foto-foto pelatihan-pelatihan gitu. Nah, dari situ Nurul tertarik
kan, terus Nurul langsung komentar di Instagramnya Bunda (Eneng
Nurcahyati, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten), Nurul
bilang, “Aku mau ikutan dong”. Akhirnya dibales komentar itu
sama ketua GenPI Banten, waktu itu masih Om Eko Toha. Nah,
dari situ Nurul akhirnya ditunjuk jadi tim online Twitter yang
tugasnya naikin hashtag di Twitter, buat interaksi dengan followers
Nurul biar makin banyak yang baca tweets Nurul, dan promosi
pariwisata di Twitter. Sejak Nurul ditunjuk jadi tim online Twitter,
Nurul cari teman-teman lain biar ikutan GenPI Banten juga, kayak
193
193
Annisa Intan, Yuyun, banyak deh itu kenalan dari temen-temen di
organisasi lain gitu yang Nurul ikuti gitu, sampai sekarang akhirnya
Nurul jadi Sekretaris, ya baru pertama kali sih tapi ya sambil
belajar. Dan sejak bergabung di GenPI Banten apalagi jadi tim
online Twitter, Twitter Nurul jadi aktif banget, jadi semakin
banyak followersnya, banyak juga followers dari luar Banten
seperti anggota-anggota GenPI Regional lain gitu, sampai orang-
orang luar negeri juga ada. Tapi selain Twitter, sosial media lain
juga aktif sih, seperti Instagram sama Facebook. Tapi yang paling
aktif ya Twitter soalnya Nurul gak terlalu suka upload foto-foto
gitu, Nurul lebih suka nulis aja. Nurul bikin Twitter khusus untuk
promosi gitu yang @nurulisti_, Nurul sering sih naikin hashtag
gitu soalnya emang suka sih dan ikut kegiatan-kegitan gitu ya enjoy
aja gitu jalaninnya gak dibikin beban.
Peneliti : Informasi apa saja yang dibagikan oleh GenPI Banten di media
sosial?
Narasumber : Ada tiga sih yang utama, CEO Message itu kebijakan pariwisata
dari Kemenpar, kemudian ada destinasi, dan COE itu Calendar of
Event yang isinya agenda-agenda pariwisata seluruh Indonesia
seperti event-event besar lah.
Peneliti : Bagaimana proses promosi yang dilakukan oleh GenPI Banten
khususnya di Twitter ini?
194
194
Narasumber : Awalnya informasi itu dari Kemenpar, kemudian ke GenPINas
(Generasi Pesona Indonesia Nasional). Nah, terbentuknya
GenPINas sendiri itu kan dari GenPI-GenPI Regional yang diambil
perwakilan-perwakilannya. Nah, jadi informasi itu dari Kemenpar
ke GenPINas, baru ke GenPI Regional gitu.
Peneliti : Bagaimana proses promosi destinasi digital Banten?
Narasumber : Nah, kemarin kan Teh Nisa, ketua GenPI Banten ikut Rapat
Koordinasi Nasional, disana Menteri Pariwisata menyampaikan
rencananya untuk membuat 100 destinasi digital. Nah, untuk pasar
digital atau destinasi digital ini, konsepnya harus tradisional,
instagramable, kreatif gitu. Awalnya itu di Pasar Karetan di Jawa
Tengah, kemudian Pasar Kakilangit di Jogja, dan di daerah-daerah
lain mengikuti. Pokoknya setiap provinsi harus punya destinasi
digital. Pak Menteri sendiri mengusulkan Banten untuk membuat
lima destinasi digital. Nah, di Banten itu rencananya destinasi
digital selain Pasar Kampung Bekelir di Kota Tangerang dan Pasar
Kaulinan Menes, ada Pasar Cikadu di Pandeglang yang masih
proses. Sedangkan yang dua lagi belum ada dan belum tau juga
nanti tempatnya dimana. Untuk prosesnya sendiri ya sama aja,
dipromosikan di sosial media Facebook, Twitter, Instagram. Dan
alurnya ya dari GenPI Regional Banten, terus ke GenPINas, baru
ke GenPI Regional di seluruh Indonesia, biar mereka ikut naikin
hashtag destinasi digital Banten juga.
195
195
Peneliti : Bagaimana proses GenPI Banten dalam membentuk destinasi
digital di Banten?
Narasumber : Kalau itu sih ya kita pendekatan dengan warga sekitar yang punya
tempat. Kalau di Kampung Bekelir itu ya ke Pak Lurahnya, kita
kasih proposalnya, terus presentasi konsepnya seperti apa, dan lain-
lain dan mereka mau kok karena destinasi digital sendiri kan
program Kemenpar gitu. Lagipula dari awal kan Kampung Bekelir
memang sudah jadi destinasi wisata karena masyarakatnya juga
mengikhlaskan kampungnya dikunjungi wisatawan gitu, terus
ketika ada GenPI yang menawarkan konsep pasar digital ini ya
mereka akhirnya setuju dan sudah di launching juga kan. Pasar
Kaulinan Menes juga sama, kebetulan yang punya sekolah Baitul
Hamdi itu senang pariwisata, jadi ketika kita presentasi juga dia
sangat mendukung.
Peneliti : Bagaimana GenPI Banten mengelola informasi yang akan
dibagikan?
Narasumber : Kalau Nurul kan tim online Twitter ya, nah, kalau di Twitter itu
biasanya kita bikin draft tweets yang dibuat beberapa jenis, set A,
set B, set C. Kemudian draft itu dikirim ke GenPINas untuk
mungkin di-edit lagi dan nantinya dikirimkan di GenPI Regional di
seluruh wilayah di Indonesia melalui grup-grup chat itu untuk
dinaikan hashtagnya. Selain draft tweets juga kita siapkan foto-foto
196
196
dan video dari teman-teman GenPI yang senang fotografi dan
videografi, terus ya foto dan video itu dikirim juga ke GenPINas
biar dibagikan lagi ke GenPI Regional lainnya. Biasanya sih hari
Sabtu itu kita sering dapat draft untuk naikin hashtag tentang
destinasi digital yang ada, bukan cuma destinasi digital yang ada di
Banten, yang ada di daerah lain juga ikut kita naikin hashtagnya.
Jadi pokoknya dari GenPI Regional ke GenPINas, terus dari
GenPINas ke seluruh GenPI Regional di Indonesia. Untuk
informasi yang dari daerah seperti destinasi digital gitu bisa dari
perorangan asalkan di-edit dulu di GenPI Regionalnya kemudian
di-edit lagi di GenPINas juga. Kalau GenPI Banten itu ada Kak
Sukma yang edit, dia juga sekaligus bagian humas dan koordinator
artikel-artikel yang berkaitan dengan GenPI dan pariwisata gitu.
Nah, terus untuk masing-masing sosial media itu ada cara
mengelola informasinya gitu, kalau Twitter kan tadi ya bikin draft
gitu, kalau Facebook dan Instagram juga sama tapi bedanya bentuk
draftnya kalau Twitter dibagi-bagi tulisannya sedikit-sedikit karena
gak boleh lebih dari 140 karakter kan, kalau Facebook itu lebih
panjang boleh, terus Instagram itu singkat juga karena caption foto
kan, tapi bisa lebih dari 140 karakter sih. Terus selain itu karena
Twitter, Instagram, dan Facebook itu punya aturan sendiri-sendiri
ya, istilahnya algoritma gitu, jadi saat naikin hashtag atau
postingan itu gak boleh banyak-banyak, atau gak boleh kebanyakan
197
197
nge-like, atau nge-retweet, atau nge-follow karena nanti sistem di
Twitter itu menganggap akun kita akun robot atau kita akun spam
jadi bisa di-suspend seperti dibekukan gitu atau malah gak bisa
dipakai selamanya, tapi ya gitu dilemanya kita harus naikin hashtag
sebanyak-banyaknya supaya masuk ke trending topic, jadi ya
pinter-pinter aja naikin hashtagnya supaya akunnya gak di-
suspend. Kalau Facebook dan Instagram Nurul kurang tahu ya
seperti apa algoritmanya, kalau gak salah sih Instagram itu
hashtagnya gak boleh lebih dari lima dalam satu postingan foto jadi
hashtag lebih dari itu gak akan terbaca. Gitu, jadi ya selain harus
tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing sosial media, kita
juga harus tahu aturan-aturan itu supaya promosi kita gak sia-sia
gitu.
Peneliti : Apakah ada SOP (Standard Operating Procedure) atau peraturan
tertentu dalam mempromosikan sesuatu di media sosial GenPI
Banten?
Narasumber : Peraturannya paling no hoax, no politic, no SARA, no
pornography.
Peneliti : Bisa ceritakan seperti apa umpan balik dari followers GenPI
Banten di media sosial, dan bagaimana menanggapinya?
Narasumber : Umpan balik banyak sih karena memang di GenPI itu setiap
naikin hashtag harus saling saut-sautan. Awalnya memang cuma ke
198
198
sesama anggota GenPI, tapi lama-kelamaan kan orang-orang jadi
banyak yang ikut tanya atau bahkan nge-tweet pakai hashtag yang
lagi kita naikin gitu. Umpan balik yang Nurul dapet di akun Twitter
pribadi Nurul sih dari anak-anak GenPI di seluruh Indonesia misal
tanya, “Wah itu acara apa?”, “Tempat wisata dimana?” atau
bahkan dari orang luar juga ada yang tanya gitu, kemarin ada yang
tanya tempat wisata di Bintan pakai bahasa Inggris gitu. Kalau kita
tahu ya langsung jawab, tapi kalau gak tahu kita bisa tanya dulu ke
GenPI Bintan misalnya. Ada juga yang ngasih umpan balik negatif
gitu, tapi lebih kayak robot gitu sih, pakai hashtag yang kita naikin,
mention akun Nurul, tapi gak nyambung isi tweetsnya.
Peneliti : Adakah hambatan yang terjadi dalam proses promosi di media
sosial GenPI Banten? Jika ada, apa saja hambatan/kendala yang
terjadi ketika promosi di media sosial?
Narasumber : Paling hambatannya gak bisa nge-tweet, nge-like, nge-retweet,
dan nge-follow banyak-banyak sih karena nanti bisa di-suspend itu.
Jadi kita harus bisa batasin, maksudnya dalam satu waktu gak
boleh nge-tweet lebih dari sekian tweet gitu, Nurul gak tau sih
jumlah batas maksimal pastinya, tapi pokoknya kalau terlalu
ngebut naikin hashtag karena itu bisa di-suspend. Biasanya sih
dalam satu draft itu ada 25 tweets, jadi kan biasanya ada dua
sampai tiga draft ya, draft A, B, C, nah totalnya paling 75, itu harus
199
199
kita naikin pelan-pelan aja atau setiap sekian tweets kita jeda satu
menit atau tiga puluh detik gitu.
200
200
Informan 6 (Anggota GenPI Banten)
Nama : Annisa Intan Mulyani
Jabatan : Anggota GenPI Banten
Lokasi : Pondok Tiara, Cinanggung, Serang
Hari/ Tanggal : Rabu, 4 April 2018
Waktu : 19:30 WIB
Peneliti : Bisa ceritakan awal mula kamu bergabung di GenPI Banten, dan
pengalaman apa saja yang kamu dapatkan di GenPI Banten?
Narasumber : Kalau dulu saya awalnya ikut GenPI itu ditawarin sama teman
saya, tapi saya masih belum paham tugas-tugasnya apa, pokoknya
harus promosi pariwisata saja, terus ya saya hanya nge-tweet ikut-
ikutan saja lah awalnya itu. Saya mulai aktif banget di GenPI
setelah sekitar enam bulan kepengurusan berjalan, saya gabung di
GenPI 1 (Grup obrolan WhatsApp). Saya juga sudah follow akun-
akun sosial media GenPI karena dari awal masuk itu sudah disuruh
follow akun-akun GenPI gitu, itu sekitar sebelum launching
(Launching GenPI 29 Mei 2017) juga saya sudah diajak gitu tapi ya
baru mulai aktif sekitar Juli kalau gak salah. Nah dari situ saya
sering diajak kopdar-kopdar gitu dan diajarin gimana caranya suatu
201
201
hashtag dijadikan trending topic. Awalnya saya gak paham kenapa
hashtag itu bisa jadi trending topic dan kenapa itu penting gitu.
Ternyata kalau kita rame-rame nge-tweet suatu hashtag dalam satu
waktu gitu, kita hashtag itu kita klik, di pencarian itu banyak
banget hasilnya dan bisa bikin trending topic dan itu ternyata
ngebantu buat promosi pariwisata gitu. Dulu saya gak paham
artinya retweet, artinya reply gitu, padahal dengan retweet kita bisa
menahan trending topic itu supaya bisa lebih lama, reply juga bisa
bikin suatu topik itu tambah ngetren gitu. Terus di GenPI itu kita
bisa punya banyak teman dari daerah lain gitu. Soalnya kan GenPI
ini memang ada dimana-mana kan anggotanya di seluruh Indonesia
ya. Jadi kalau ada acara di luar itu bisa ketemu gitu. Walaupun
sebelumnya baru ngobrol online aja tapi gak tau kenapa ya deket
aja gitu ketika sudah ketemu langsung, mungkin karena tujuannya
sama ya kita mau promosikan pariwisata.
Peneliti : Informasi apa saja yang dibagikan oleh GenPI Banten di media
sosial?
Narasumber : Ya segala sesuatu tentang pariwisata. Ada yang berbentuk artikel,
ada yang berbentuk konten Twitter. Saya paling update itu di
Twitter sama Instagram. Di Twitter itu informasinya ada destinasi
pariwisata, kegiatan Kementerian Pariwisata yang CEO Message
itu yang sering di-update di Twitter itu, dan lain-lain. Kalau di
Instagram itu ya sama, tapi gak semua yang di-update di Twitter itu
202
202
di-update di Instagram, kalau diinstruksikan aja kita baru update
konten di Instagram. Jadi makannya di Twitter itu lebih lengkap
daripada Instagram karena memang untuk naikan hashtag juga sih.
Kalau di Instagram itu lebihnya untuk foto dan video, di situ untuk
orang-orang yang lebih tertarik dengan foto dan video karena kan
ada ya orang-orang yang malas baca jadi ya kita juga update di
Instagram gitu. Tapi Twitter juga penting untuk naikin hashtag itu.
Peneliti : Bagaimana GenPI Banten mengelola informasi yang akan
dibagikan?
Narasumber : Informasi itu kan ada yang dari Kemenpar, ada yang dari kitanya
ya. Jadi ya sebenarnya kita udah dapet sih draftnya yang bisa kita
pakai untuk promosi gitu. Paling kalau yang informasi dari kita itu
ada sih anak GenPI yang nulis, terus ya harus dikirim dulu ke pusat
terus nanti dari pusat ke GenPI lagi gitu ke GenPI seluruh
Indonesia. Aduh aku gak terlalu ngerti sih, ya pokoknya kadang
dari pusat kadang ya ada tulisan dari anak-anak GenPInya sendiri
gitu tapi paling ya kalau tentang daerah kitanya. Kan kebanyakan
mah dari luar daerah juga gitu.
Peneliti : Bagaimana proses promosi yang dilakukan oleh GenPI Banten?
Narasumber : Jadi instruksi ada di pusat, baru nanti disebarkan ke grup-grup di
daerah-daerah gitu melalui koordinator atau ketua-ketua di daerah-
daerahnya. Jadi meskipun dari pusat gitu kita yang perorangan bisa
203
203
tahu instruksi dari pusat gitu. Kalau GenPINas itu orang-orangnya
diambil dari GenPI Regional gitu sebagai delegasi. Nah, pembina
dari GenPINas ini menginformasikan ke GenPI Regional gitu ke
masing-masing ketua GenPI Regional gitu. Kalau untuk destinasi
digital sendiri itu ya tiap minggu sih kita promosi apalagi yang
Kaulinan Menes itu kita promosi terus ya sebelum acara itu
menjelang hari Minggu kan.
Peneliti : Bisa ceritakan seperti apa umpan balik dari followers GenPI
Banten di media sosial, dan bagaimana menanggapinya?
Narasumber : Sering, sering banget ada yang tanya, seperti, “Kak itu acara
apa?”, “Kak itu dimana?” gitu, jadi mereka lebih kepo gitu. Itu
reply di akun Twitter personal. Di online maupun offline itu sering
ada yang tanya soal pariwisata gitu soalnya saya online maupun
offline pun senang mempromosikan pariwisata gitu. Misalnya di
Instagram gitu mereka sering tanya di komentar foto aku di Pasar
Kaulinan, “Ih itu dimana?” gitu, jadi seneng aja gak sia-sia kan
mempromosikan gitu. Terus di offline juga banyak yang nanya
seperti kakak kelas saya juga tanya, “Ih GenPI itu apa sih?” gitu,
terus saya ya jelasin GenPI itu komunitas volunteer pariwisata.
Banyak sih yang tanya-tanya mau gabung gitu setelah melihat
kegiatan offline kita.
204
204
Peneliti : Adakah hambatan yang terjadi dalam proses promosi di media
sosial GenPI Banten? Jika ada, apa saja hambatan/kendala yang
terjadi ketika promosi di media sosial?
Narasumber : Hambatannya kalau di Twitter memang banyak sih. Contohnya
jika kita update terlalu banyak di Twitter itu akun Twitter kita bisa
di-suspend, kebanyakan nge-retweet juga kita jadi gak bisa nge-
retweet lagi dalam beberapa waktu gitu seperti dibekukan gitu lah.
Udah sih gitu aja. Paling kalau hambatan yang dari diri kita ya
paling kalau saya sih lagi ada kuliah gitu jadi gak bisa naikin
hashtag tepat waktu sesuai jadwal, tapi kalau udah selesai kuliah ya
saya berusaha tetap naikin hashtag sih karena kan sayang ya kalau
gak ikut naikin hashtag. Kalau di instagram sih gak ada hambatan
ya soalnya konten juga udah disipkan, jadi ya kita tinggal upload
aja, paling edit dikit. Paling kalau di Instagram feeds kita jadi
berantakan gitu gak banyak foto-foto kitanya. Tapi GenPI bantu
banget kok kalau misalnya kita gak bisa update karena gak ada
kuota misalnya atau kita telat naikin hashtag, kita bisa kok kayak
pinjemin akun kita ke temen-temen yang lain untuk bantuin
viralkan hashtag itu, jadi mereka bisa pakai akun kita gitu. Iya
walaupun akun pribadi. Terus kalau soal feeds jadi berantakan ya
kita bisa aja bikin dua akun Instagram yang khusus untuk promosi
misalnya, kan sekarang Instagram bisa satu aplikasi lebih dari satu
akun.
205
205
Informan 7 (Follower GenPI Banten/Admin Instagram Banten Banget)
Nama : Faisal
Jabatan : Follower GenPI Banten/Admin Instagram Banten Banget
Lokasi : Via Telepon
Hari/ Tanggal : Kamis, 19 April 2018
Waktu : 20:35 WIB
Peneliti : Bisa ceritakan apa yang kamu tahu tentang GenPI Banten?
Narasumber : Hmm sebenarnya saya termasuk salah satu anggota GenPI
Banten, dan termasuk orang-orang yang ada pada saat awal
terbentuknya GenPI Banten gitu, Teh. Saya kan bergerak di bidang
pariwisata ya, di Banten Banget itu, jadi saya dan teman-teman
juga kenal dengan admin-admin akun dan beberapa orang dinas
(Dinas Pariwisata Provinsi Banten) gitu ya, dan selain itu juga
Banten Banget pernah menerima penghargaan dari Gubernur gitu
ya tahun 2015 atau 2016 gitu. Dari situ kita jadi sering kontekan
sama orang dinas juga. Kebetulan GenPI juga kan sekarang jadi
anak emasnya KemenPar gitu ya, nah akhirnya dibentuklah di
Banten gitu, Teh. Awalnya saya diajak join ya saat belum resmi.
Karena kebetulan ketua sebelumnya itu bergeraknya dengan
206
206
mengumpulkan orang-orang Instagram dulu gitu, jadi admin-admin
Instagram itu dikumpulin. Ya, saya mah ikut-ikutan aja, Teh,
karena saya juga ingin tahu itu bergeraknya ke arah mana gitu, Teh.
Jadi ya saya cuma anggota Teh, tapi ya gak aktif karena saya kan
gak bisa bolak-balik gitu ya dari Bandung ke Serang dan harus
ngurus Banten Banget juga, gitu. Saya juga gak aktif di Grup
WhatsApp soalnya ya capek gitu scroll-nya kan saya mah suka
capek gitu ya pusing lihat banyak pesan gitu.
Peneliti : Media sosial GenPI Banten apa saja yang kamu ikuti?
Narasumber : Paling selain Instagram ya, Twitter sih. Tapi saya gak terlalu aktif
di Twitter, paling aktif ya di Instagram itu, Teh.
Peneliti : Informasi apa saja yang kamu dapatkan di media sosial GenPI
Banten?
Narasumber : Aduh, saya sih kurang memperhatikan sosial media sih Teh,
soalnya saya pusing, Teh, kalau kelamaan lihat-lihat sosial media.
Paling ya GenPI itu nge-post event-event pariwisata gitu, destinasi
terutama pasar, eh, pasar digital itu. Hmm, destinasi digital gitu,
Teh. Kalau informasi yang belakangan saya tahu dari GenPI
Banten sih event nasional itu, Teh, yang Festival di Dieng itu, sama
kalau yang di Banten itu Seba Baduy, Teh. Kalau soal Kampung
Bekelir dan Pasar Kaulinan Menes, jujur aja sih saya belum pernah
ke sana. Nah, Kampung Bekelir itu setahu saya memang destinasi
207
207
wisata yang terinspirasi dari daerah di Belanda kalau gak salah ya,
terus ya itu swadaya masyarakat, para pemudanya gitu ya, untuk
sama-sama membentuk desa wisata gitu ya. Terus kalau Pasar
Kaulinan Menes itu kalau gak salah tempat dimana banyak spot
fotonya, terus kesenian daerahnya, gitu sih. Katanya sih destinasi
digital Kaulinan Menes ini dibuat di Menes karena memang
warganya juga pengen bikin gitu, Teh, katanya biar gak nganggur
aja gitu, Teh. Nah, kalau pendapat saya soal destinasi digital itu ya,
kalau yang Kaulinan Menes itu terlalu monoton ya, Teh, soalnya
tiap minggunya temanya itu-itu aja gitu. Harusnya tiap minggu ada
temanya misalnya minggu ini tentang anak-anak, ya bahasnya ya
anak-anak gitu, misal minggu depan tentang dunia laut, ya
ngundang putri kelautan atau apa gitu. Karena kekurangan Pasar
Kaulinan Menes itu jauh ya, jauh dari Kota Pandeglangnya jadi
jangan sampai orang jauh-jauh kesana kecewa gitu, Teh. Karena
kan pengguna sosial media yang kayak Instagram itu kan
kebanyakan orang kota gitu loh. Gini, Teh, dari parkiran ke
lokasinya aja jauh banget, Teh, itu saya dengar dari teman saya
yang sudah pernah ke sana ya. Emang sih, ada banyak hiburan,
nari-nari segala, tapi kan harusnya itu bisa merangkul semuanya
gitu. Kaum milenial ya emang suka-suka aja sih tapi kan bosen
juga kalau gak ada jadwal pasti dan harusnya ganti-ganti
(atraksinya) dan di-schedule gitu, biar pada dateng dan tertarik gitu,
208
208
jadi itu kurang terkonsep jadwalnya, misalnya seharusnya dikasih
tahu minggu ini misal ada talkshow dengan KemenPar gitu, jadi
kita jauh-jauh ke sana itu harusnya ada gambaran gitu. Spot
fotonya juga masih kurang. Tapi kalau baru memulai ya bagus sih.
Peneliti : Apa kekurangan dan kelebihan dari informasi yang kamu terima
dari media sosial GenPI Banten?
Narasumber : Informasinya sih udah cukup jelas, apalagi kalau di media
sosialnya itu, terutama yang event daerah kita ya, itu terus-terusan
sih diinformasiinnya jadi bagus sih. Kalau yang informasi event di
luar daerah sih ya gak terus-terusan tapi udah jelas sih.
Peneliti : Apakah ada umpan balik yang kamu berikan kepada GenPI
Banten di media sosial atas informasi yang mereka berikan, atau
respon apa yang pernah kamu berikan terhadap informasi dari
GenPI Banten?
Narasumber : Kalau saya sih jarang ya buka-buka sosial media gitu, paling
kalau lihat sekilas ya like gitu. Paling ada beberapa postingan yang
saya share gitu Teh, misalnya di akun Banten Banget gitu teh,
kayak video, foto, itu saya share gitu karena kan ya sama-sama
akun pariwisata gitu, di Instagram Story juga iya. Saya kan punya
banyak teman juga ya jadi saling ingetin dan promosiin tentang
GenPI sih, Teh, maksudnya soal postingan pariwisata, pasar
digital-nya gitu, jadi waktu teman saya ke Pasar Kaulinan itu ya
209
209
ambil foto, video juga buat di-post di Banten Banget gitu, Teh.
Kalau untuk datang ke Pasar Kampung Bekelir dan Pasar Kaulinan
Menes ya, jujur ya sih saya pengen, tapi saya untuk yang Pasar
Kaulinan Menes itu mikir-mikir lagi sih karena jauh ya dan dari
cerita-cerita teman gitu ya perjalanannya, perjuangannya jadi bikin
mikir-mikir lagi gitu, Teh.
Peneliti : Adakah hambatan yang terjadi dalam proses penerimaan pesan
promosi atau berinteraksi di media sosial GenPI Banten? Jika ada,
apa saja hambatan/kendala yang terjadi?
Narasumber : Gak ada sih, paling ya itu tadi, informasi event di Pasar Kaulinan
Menes gitu, jadwalnya kurang jelas apa. Jadi kita mau berkunjung
juga gimana ya, gak tau di sana ada apa gitu, Teh.
210
210
Informan 8 (Follower GenPI Banten)
Nama : Haifa Mujahidah
Jabatan : Follower GenPI Banten
Lokasi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Hari/ Tanggal : Kamis, 26 April 2018
Waktu : 15:38 WIB
Peneliti : Bisa ceritakan apa yang kamu tahu tentang GenPI Banten?
Narasumber : GenPI Banten itu Generasi Pesona Indonesia ya, awalnya aku
tahu itu dari Kak Atu kan. Nah, kebetulan waktu itu lagi open
recruitment juga kan, tapi aku gak bisa aktif di grupnya karena
banyak kesibukan lainnya. GenPI isinya juga anak-anak muda yang
apa ya, peduli dengan pariwisata Indonesia gitu, Kak. Mereka
senang show off pariwisata yang ada di daerahnya gitu, Kak.
Peneliti : Media sosial GenPI Banten apa saja yang kamu ikuti?
Narasumber : Ya paling Instagram sama Twitter sih, tapi Twitter kan aku udah
gak terlalu aktif lagi ya, jadi lebih ke Instagram sih.
Peneliti : Informasi apa saja yang kamu dapatkan di media sosial GenPI
Banten?
211
211
Narasumber : Ya banyak destinasi-destinasi yang baru dibangun gitu, terus
kayak acara-acara budaya yang ada di daerah gitu, Kak. Selain
Seba Baduy tuh, apa tuh ya, yang sebelum Seba Baduy, kan kalau
Seba Baduy kan aku sudah tahu ya, Kak. Itu HUT Pandeglang. Ya
bagus sih, jadi tau gitu acara-acara di daerah-daerah di Indonesia,
kan dari situ kan orang-orang juga banyak yang tahu ya. Aku tahu
informasi itu selain dari Instagram GenPInya sih ya dari anggota-
anggota GenPI juga yang aku follow, kayak Teh Nurul Isti itu, Kak
Jalal, kan. Teh Nurul Isti itu postingnya di Line juga, Kak. Aku sih
tahunya informasi kayak gitu ya sekilas-sekilas aja sih scroll
Instagram gitu lihat gambarnya, aku jarang baca caption sih, tapi ya
kebaca lah sedikit. Ya lumayan lah jadi lebih tahu acara-acara di
daerah-daerah gitu, walaupun kecil tapi ternyata ada gitu, dan
bagus sih, keren. Jadi yang biasanya paling pemerintah aja yang
tahu, masyarakat jarang tahu kan, sekarang jadi tahu gitu, acara-
acara kayak di sekitar Banten gitu. Kalau dekat dan ada waktu sih
aku samperin, Kak.
Peneliti : Apa kekurangan dan kelebihan dari informasi yang kamu terima
dari media sosial GenPI Banten?
Narasumber : Apa ya, paling kalau kelebihannya sih karena sering posting ya,
jadi selalu ada gitu, walaupun aku jarang buka Instagram gitu, tapi
setiap aku buka Instagram tuh selalu terlihat di timeline aku gitu,
terus kalau aku buka Instastory juga selalu ada, Kak. Terus untuk
212
212
kekurangannya sih, waktu itu kan pernah ada kuis ya, nah, itu
seharusnya lebih sering ngadain kuis, Kak. Terus kalau ada acara-
acara gitu, harusnya dikemasnya lebih menarik lagi gitu, Kak.
Misalnya lomba foto (pamflet lomba) gitu, Kak, seharusnya
desainnya lebih bagus lagi gitu. Terus buat testimoni seperti dari
artis-artis atau idola anak muda gitu untuk mengajak gitu loh, ‘ayo
dong, datang’ gitu, Kak.
Peneliti : Apakah kamu tahu destinasi digital?
Narasumber : Iya tahu, destinasi digital, destinasi baru yang dibangun gitu sama
GenPI ya. Itu ada Kampung Bekelir sama Pasar Kaulinan ya, Kak.
Itu di Pandeglang sama di Tangerang, kan? Tempat yang bagus
buat foto, buat posting di Instagram, gitu. Tapi aku belum pernah
ke sana karena jauh ya. Kekurangannya itu karena sulit dijangkau
ya, jauh kan di Pandeglang sama di Tangerang. Kalau buat aku
pribadi sih, sulit ya transportasinya, mungkin kalau dekat aku mau
sih ke sana. Kalau kelebihannya sih ya bagus ya untuk masyarakat,
jadi tujuan wisata masyarakat gitu, tapi ya harus disiapkan juga
karena kan itu destinasi baru, jangan sampai destinasinya sudah
bagus, tapi masyarakatnya belum bisa menerima wisatawan gitu,
jangan sampai ada wisatawan tapi masyarakatnya malah “minta-
minta” gitu kayak di Banten Lama, jadi harus ada penyuluhan
misalnya dari pemerintah supaya masyarakat lebih ramah dengan
pengunjung, gitu.
213
213
Peneliti : Apakah ada umpan balik yang kamu berikan kepada GenPI
Banten di media sosial atas informasi yang mereka berikan, atau
respon apa yang pernah kamu berikan terhadap informasi dari
GenPI Banten?
Narasumber : Karena aku pribadi jarang buka sosial media ya kayak Instagram
gitu, ya paling scroll doang sih lihat-lihat sekilas gitu. Paling nge-
like, udah sih. Komentar atau direct message gitu gak pernah.
Peneliti : Adakah hambatan yang terjadi dalam proses penerimaan pesan
promosi atau berinteraksi di media sosial GenPI Banten? Jika ada,
apa saja hambatan/kendala yang terjadi?
Narasumber : Gak sih, karena emang cuma lihat sekilas doang.
214
214
Catatan Bimbingan
215
BIODATA PENULIS
Nama : Annisa Ratu
Tempat, Tanggal Lahir : Tulungagung, 23 Desember 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. P.A. Udapati Blok C2 No. 18 Perumnas Ciracas
Serang
No. HP : 087809077718
Email : [email protected]
Latar Belakang Pendidikan
SD Negeri Serang 11 2001-2007
SMP Negeri 1 Kota Serang 2007-2010
SMA Negeri 1 Kota Serang 2010-2013
Pengalaman Organisasi
Anggota Lab. Radio Komunitas Kampus UNTIRTA Tirta FM
Top Related