5/19/2018 Profil Tikep
1/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 1
BAB II
KONDISI UMUM WILAYAH
2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik
Kepulauan Tidore sebelumnya merupakan Ibukota Halmahera
Tengah, seiring dengan reformasi sistem pemerintahan di Indonesia maka,
pada tahun 2003 Tidore Kepulauan dimekarkan sebagai daerah otonomberdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2003, yang diresmikan pada
tanggal 31 Mei 2003.dengan luas wilayah 13.862,86 km2,
dengan luas laut
4.746 dan luas daratan 9.116, 36 km2. Secara geografis, letak wilayah Kota
Tidore Kepulauan berada pada batas astronomis 0-20 Lintang Utara dan
pada posisi 127- 127,45 Bujur Timur. dan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Pulau Ternate,
Kota Ternate dan Kecamatan Jailolo Selatan
Kabupaten Halmahera barat.
sebelah timur : Berbatasan dengan Kecamatan Wasile Selatan,
Kabupaten Halmahera Timur dan Kecamatan
Weda Kabupaten Halmahera Tengah.
Sebelah selatan : Berbatasan dengan Gane Barat Kabupaten
Halmahera Selatan dan Kecamatan pulau Moti
Kota ternate.
Sebelah barat : Berbatasan dengan Laut Maluku.
Iklim
Iklim yang terdapat di wilayah Kota Tidore Kepulauan ini seperti umumnya
daerah kepulauan beriklim tropis, dimana iklimnya sangat dipengaruhi oleh
angin laut, curah hujan rata-rata kurang dari 2.000 mm. Musim kemarau
5/19/2018 Profil Tikep
2/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 2
terjadi pada bulan Desember sampai Maret, sedangkan musim hujan pada
bulan Mei sampai dengan Oktober yang disebabkan oleh angin musim
tenggara. Musim pancaroba terjadi pada bulan April dan Desember.
Curah hujan
Curah hujan tertinggi terjadi bulan Juni dengan hari hujan 20 disusul bulan
September dan Februari pada tahun 2006 kemudian untuk curah hujan
tertinggi pada tahun 2007 yaitu pada bulan November dengan jumlah hari
hujan 12 disusul bulan Juni dan Januari.Suhu udara rata-rata bulanan
berkisar antara 25oC sampai 26,6oC. Suhu udara rata-rata tertinggi terjadi
pada bulan Desember dan terendah pada bulan Maret dan Juni.
Kelembaban relatif udara rata-rata bulanan berkisar antara 80% hingga
90%. Kelembaban rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Juni dan terendah
pada bulan Juli Lama penyinaran matahari rata-rata bulanan berkisar
antara 20% sampai 79%, dengan lama penyinaran tertinggi terjadi pada
bulan Agustus dan terendah pada bulan September. Kecepatan angin rata-
rata berkisar antara 11 km/jam dan 25 km/jam. Kecapatan angin tertinggi
terjadi pada bulan Februari, dan terendah terjadi pada bulan November.
Rata-rata curah hujan dari stasiun yang ada di Kota Tidore Kepulauan
adalah 24.55 mm/tahun. Bulan Basah terjadi rata-rata 6-7 bulan per-tahun
dan Bulan Lembab terjadi hanya 3-4 bulan. Rata-rata jumlah hari hujan
pada stasiun penakar curah hujan di Kota Tidore Kepulauan adalah 7 hari.
Kondisi Topografi
Daerah Kota Tidore Kepulauan secara fisiografi dapat dibagi menjadi 2
bentukan utama yaitu pada daerah Pulau Tidore dan Pulau Halmahera.
Pulau Tidore memiliki satuan bentukan asal gunungapi. Satuan ini memiliki
kelerengan bervariasi mulai dari 2 % hingga lebih dari 40%, hal ini sesuai
dengan jenis bentukan asal Satuan vulkanik. Sedangkan untuk Bagian ke
5/19/2018 Profil Tikep
3/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 3
dua wilayah Kota Tidore yang berada pada dartan Pulau Halmahera
memiliki karakteristik yang berbeda dengan Pulau Tidore. Satuan
geomorfologi ini antara lain adalah dataran alluvial, perbukitan
denudasional, perbukitan denudasional ultramafik, Plato dan Monoklin.
Dilihat dari topografi tiap pulau, maka hanya pulau Tidore yang memiliki
topografi yang tajam dibandingkan dengan tiga gugusan pulau terdekatnya
yaitu berkisar antara 15 40 % dan bahkan sebagian > 40 %. Daerah-
daerah yang mempunyai topografi datar sampai landai di pulau Tidore
dapat ditemui di Kelurahan Dowora, sebagian Kelurahan Indonesiana,Rum, Ome,dan beberapa kelurahan yang mempunyai topografi datar.
Kondisi topografi yang demikian juga dapat ditemui di Pulau Maitara dan
Pulau Mare, dimana seluruh kawasan yang mempunyai topografi datar
sampai landai sudah dimanfaatkan untuk permukiman.Sementara
kawasankawasan dengan kemiringan lereng antara 25-40% diperuntukkan
untuk lahan perkebunan dan pertanian (kebun, tegalan, ladang).
Topografi / kemiringan tanah di Kota Tidore bervariasi antara 0- 2%, 2-
15%, 15 - 40%, banyak tersebar di pinggiran pantai pulau Kondisi tekstur
tanah di Kota Tidore Kepulauan sebagian besar memiliki cirri Halus sampai
Sedang sedikit berpasir memberikan kemampuan drainase yang cukup baik
dilihat dari sifat porositas tanah yang menyerap air.
Jenis Tanah
Jenis Tanah Kota Tidore Kepulauan antara lain : Letosol, A Pedosol coklat
kelabu, Pedosol merah Kuning penjelasan sebagai berikut :
a. Tanah Letosol.
Jenis tanah ini mempunyai bahan induk yang berasal dari tuff vulkanis
dan mempunyai 2 jenis yakni letosol Vulkanis yang terdapat di
5/19/2018 Profil Tikep
4/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 4
Kecamatan Oba dan Oba Utara dengan luas masing 2.673 Ha dan 1.826
Ha
b. Tanah Aluvial
Jenis tanah ini terdapat di tanah datar dan terbentuk dari endapan
sungai, yang terdiri dari 2 jenis yaitu alluvial pantai yang pada umumnya
terdapat di pesisir pantai Kecamatan Oba dan Oba Utara dengan luas
4.730 Ha sedangkan Aluvial lembah 2.560 Ha.
c. Tanah Regosol
Jenis tanah ini adalah yang masih muda tanpa mengalami
perkembangan.Struktur besar, drainasenya agak cepat dan jenis tanah
tersebut terdapat di Pulau Tidore dengan luas 7.435 Ha.
d. Tanah Pedosol
Jenis tanah ini dikenal ada 2 macam yaitu pedosol merah kuning
mempunyai bahan induk metamorphosis dan pedosol kelabu yang
berasal dari batu metamorphosis. Daerah Kota Tidore Kepulauan
memiliki jenis pedosol merah kuning yang terdapat di Kecamatan Oba
dengan luas 567,8 Ha.
e. Tanah Kompleks
Tanah kompleks ini merupakan tanah yang terdiri dari beberapa jenis
tanah yang tidak dapat dipisahkan sendiri-sendiri terdapat di
Kecamatan Oba dan Oba Utara dengan luas + 786,85 Ha. Jenis tanah ini
mempunyai vegetasi intan.
Kondisi hidrologi
Secara umum ketersediaan air bersih di Pulau Tidore mengalami kesulitan
terutama pada musim kemarau. Pada daerah pesisir yang tidak terlayani
PDAM, air bersih didapatkan dari sumur gali penduduk. Pada musim
kemarau, sumur ini mengalami penurunan debit air dan kadang terasa
agak payau. Sumur ini dapat melayani 30 Kepala keluarga. Masyarakat
5/19/2018 Profil Tikep
5/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 5
menimba dan menggunakan gerobak untuk mengangkut dari sumur ke
rumah.
Gambar : Sumur Penduduk Sebagai Salah Satu Sumber Air Bersih. Pada
daerah yang agak tinggi baik di Pulau Tidore maupun di Halmahera, pada
umumnya memanfaatkan mata air
Gambar 2.10 (a)Mata Air di Desa Gurabunga Dengan Debit 0,3 l/dt. (b)Pada
Musim Hujan Masyarakat Menampung Air Dalam Bak Penampungan
5/19/2018 Profil Tikep
6/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 6
Pada musim penghujan pada umumnya sebagian masyarakat kota tidore
kepulauan memanfaatkan air dengan cara menampung air yang jatuh di
genting dan mengalirkannya ke dalam bak penampung air. Sungai sungai
yang besar di Halmahera diantaranya adalah S.Kayasa, S.Akelamo,
S.Neweri, S.Sinofa, S.Tafaga, S.Lifofa.
Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai di Kota Tidore Kepulauan
Nama Desa DAS Luas (Ha) Debit
Kecamatan Tidore
Sungai Goto 38.23
Sungai Togubu 29.23
Kecamatan Tidore SelatanSungai Tingowai 8.99
Sungai gurabati 12.59
Sungai dokiri 22.74
Sungai toloa 29.23
Kecamatan Tidore Utara
Sungai bobo 28.33
Sungai mareku 12.59
Sungai ome 31.93
Sungai rum pasar 81.48
Sungai depan SMP rum 36.19
Sungai tahua 12.38
Sungai balibunga 72.38
Kecanatan Tidore TimurSungai Jati 25.49
Sungai Dowora 42.48
Sungai supera 6.74
Sungai tosa 0.75
Sungai mangga Gole 1.50
Sungai majui 4.50
Sungai mafututu 6.80
Kecanatan Oba Utara
Sungai Gurapin 48.00
Sungai Kusu 6.75
Sungai Oba 135.00
Kecanatan Oba Tengah
Sungai Tugwae 3.15Sungai pasigau 15.40
Sungai noramaake 11.50
Sungai Bula 16.10
Sungai leleo 23.10
Sungai akelamo 100.00
Sungai siokona 29.40
Sungai yehu 1.26
Sungai tauno 0.96
Sungai talasi 0.66
Kecanatan Oba
Sungai gita 0.96
Sungai todapa 2.24
Sungai Toseho 5.76
Sungai Tului 6.56
5/19/2018 Profil Tikep
7/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 7
Sungai talagamora 7.36
Sungai tayawai 378.00
Sungai akelaka kosa 54.00
Sungai Kosa 36.00
Sungai Payahe 45.00Sungai Bastiong 38.50
Sungai Sigala 28.00
Sungai Kusunipa 32.00
Sungai toe 44.00
Kecanatan Oba Selatan
Sungai Selamalofo 11.25
Sungai Maidi 14.00
Sungai akelaka 42.00
Sungai Hitam 29.60
Sungai hager 29.60
Sungai Hategau 18.56
Sungai Lifofa 40.50
Sungai Tagalaya 42.00Sungai Nuku 70.00
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Tidore Kepulauan
Dari tabel DAS diatas, kita bisa mengetahui bahwa untuk wilayah adminitrasi
Kota Tidore Kepulauan yang terdiri dari 8 (delapan) kecamatan semuanya
terdapat DAS. Namun dari semua sugai diatas sebagian besar tidak memiliki
debit air yang banyak,namun pada umumnya untuk DAS yang berukuran
besar semuanya berada di dataran pulau Halmahera seperti sugai Kayasa,sungai Akelamo yang berada di Kecamatan Oba Tengah, Sungai Payahe yang
berada di Kecamatan Oba, Sungai Neweri, Sungai Sinofa, Sungai Tafaga dan
Sungai Lifofa .
Administratif
Secara administrasi kota Tidore Kepulauan memiliki luas wilayah 13.862,86
km2, dengan luas daratan 9.116, 36 km2 dan luas lautan 4.746 km2. Kota
Tidore Kepulauan memiliki 8 kecamatan. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Daerah (PERDA) No.13, 14, 15 dan 16 Tahun 2007 serta Peraturan Daerah
No..01 tahun 2008 tentang Pemekaran Kecamatan. Dengan luas masing-
masing kecamatan adalah; Tidore dengan ibukota Gamtufkange 212,13 km2,
Tidore Selatan dengan ibukota Gurabati 249,32 km2, Tidore Utara dengan
ibukota Rum 221,33 km2, Tidore Timur dengan ibukota Tosa dan luas daerah
199,92 Km2. Kecamatan Oba dengan ibukota Payahe dengan luas wilayah
5/19/2018 Profil Tikep
8/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 8
2.373,63 km2, Oba Selatan dengan ibukota Lifofa luas daerah 2.210,92 Km
2,
Oba Utara dengan ibukota Sofifi dengan luas wilayah 1.155,91 km2dan Oba
Tengah dengan ibukota Akelamo 2.493,17 km2
.Dan dari 8 kacamatan terdapat
72 kelurahan dan desa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan/Desa
Nama KecamatanJumlah
Kelurahan/Desa
Luas Wilayah
Administrasi Terbangun
(Ha) (%) thd total (Ha) (%) thd total
Kecamatan Tidore 13 36,08 2,33 - -
Kecamatan Tidore Selatan 8 42,40 2,73 - -Kecamatan Tidore Utara 14 37.64 2,43 - -
Kecamatan Tidore Timur 7 34,00 2,19 - -
Kecamata Oba Utara 13 376,00 2,43 - -
Kecamata Oba Tengah 14 424,00 27,53 - -
Kecamata Oba 13 403.67 26,04 - -
Kecamata Oba Selatan 7 196,58 12,68 - -
Total Kelurahan/Desa 89
Sumber : BPS Tidore dalam angka
Dari tabel diatas, kita bisa mengetahui bahwa jumlah wilayah admintrasi
secara keseluruhan Kota Tidore Kepulauan yang terdiri dari jumlah dan
status desa/ kelurahan, dari jumlah desa/ kelurahan yakni 89 Kel/Desa
berada di 2 (dua) daratan yang berbeda, secara khusus untuk 4 (empat)
kecamatan yang berada di Pulau Tidore memiliki 42 jumlah total
kelurahan/desa. Sementara untuk untuk 4 (empat) kecamatan yang
berada didataran pulau Halmahera jumlah Desa/Kel,sebanyak 47.
2.2. Demografi
Penduduk merupakan sumberdaya yang potensial dalam proses
pembangunan suatu bangsa. Jumlah penduduk yang besar dapat
dikembangkan sebagai tenaga kerja produktif sehingga berfungsi sebagai
pengelola sumberdaya alam. Namun jumlah penduduk yang besar juga
5/19/2018 Profil Tikep
9/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 9
dapat menimbulkan berbagai permasalahan sosial dalam proses
pembangunan suatu bangsa/daerah misalnya meningkatnya angka
pengangguran dan kemiskinan. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota
Tidore Kepualauan sebesar 92.226 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki
sebesar 46,537 dan jumlah perempuan 45.689 dan apabilah dibandingkan
dengan jumlah luas wilayah Kota Tidore Kepulauan maka rata-rata jumlah
perkm2atau kepadatan penduduk adalah 60 jiwa per km
2.
Kecamatan Tidore adalah yang paling banyak penduduknya dengan
jumlah 18.923 jiwa dan kecamatan yang paling sedikit jumlah pendudukadalah Kecamatan Oba Selatan yakni 5.011 jiwa. Dan untuk kepadatan
penduduk perkecamatan maka Kecamatan Tidore paling tinggi tingkat
kepadatan dengan jumlah 525 jiwa tiap km2,kemudian Kecamatan Tidore
Utara dengan jumlah 397 jiwa per km2 dan yang paling sedikit adalah
kecamatan Oba Tengah dengan 16 jiwa per km2.
Tabel 2.3: Jumlah penduduk dan kepadatannya 3 tahun terakhir
Kecamatan
Jumlah Penduduk Jumlah KKTingkat
Pertumbuhan Kepadatan pddk
Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012Tidore 18 475 18 923 19,687 5,150 5914 6,362 2,42 2,42 3,22 513 524,47 545,64
Tidore Selatan 13 131 13 446 14,127 3291 3606 3,903 2,40 2,40 3,72 310 317,12 333,18
Tidore Utara 14 573 14 924 15,680 3454 3805 4,313 2,41 2,41 3,73 387 396,49 416,57
Tidore Timur 7657 7840 8,157 1823 2006 2,105 2,39 2,39 3,21 225 230,59 239,91
Oba Utara 13 331 13653 14,205 2693 3015 3,746 2,42 2,42 3,22 35 36,31 37,77
Oba Tengah 7659 7844 8,161 1596 1781 2,170 2,42 2,42 3,23 18 15,50 19,24
Oba 10 337 10585 11,013 2327 2575 2,906 2,40 2,40 3,21 26 26,22 27,28
Oba Selatan 4892 5011 5,213 1129 1248 1,459 2.43 2.43 3,22 25 25,49 26,51
Sumber :BPS Kota Tidore dalam angka
Tabel 2.4: Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Kecamatan
Jumlah Penduduk Jumlah KK
Tahun Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
Tidore 20,378 20,887 21,410 21,945 22,494 2,895.97 3,042.58 3,118.65 3,196.61 3,276.53
Tidore Selatan 14,269 14,554 14,845 15,142 15,445 3,167.49 3,327.85 3,361.37 3,428.60 3,497.17
Tidore Utara 15,837 16,154 16,477 16,807 17,143 4,016.25 4,178.50 4,262.07 4,347.32 4,434.26
Tidore Timur 8,320 8,486 8,656 8,829 9,006 1,663.97 1,731.20 1,765.82 1,801.14 1,837.16
Oba Utara 14,489 14,778 15,074 15,375 15,683 2,246.58 2,337.34 2,384.09 2,431.77 2,480.40
Oba Tengah 8,324 8,491 8,660 8,834 9,010 1,063.54 1,106.51 1,128.64 1,151.21 1,174.24
Oba 11,233 11,458 11,687 11,920 12,159 2,897.73 3,014.80 3,075.10 3,136.60 3,199.33
Oba Selatan 5,318 5,424 5,533 5,643 5,756 1,664.82 1,732.08 1,766.72 1,802.06 1,838.10
5/19/2018 Profil Tikep
10/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 10
2.3. Keuangan dan Perkonomian Daerah
Pertumbuhan ekonomi disamping dapat berdampak pada
peningkatan pendapatan, pada akhirnya juga akan berpengaruh pada
pendapatan daerah. Semakin mampu menggali potensi perekonomian
daerah yang dimiliki akan semakin besar Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD), korelasi PDRB dan PAD, dapat
dicapai jika kebijakan ekonomi dapat memberikan efek bagi tumbuhnya
investasi di Kota Tidore kepulauan, yang dapat memberikan efek berantai
bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, pemulihan dan penguatan struktur
ekonomi dan peningkatan pendapatan daerah, yang berimplikasi langsung
pada kebutuhan dan peningkatan keuangan daerah dalam menunjang
pelaksanaan otonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi Kota Tidore Kepulauan rata-rata pertahun
mengalami peningkatan sebesar 0,5%, pada akhir tahun 2010 mencapai
5,13 %. Laju pertumbuhan yang positif dipengaruhi oleh konsumsi yang
mendominasi laju pertumbuhan ekonomi, sehingga struktur perekonomian
yang ditopang oleh sektor pertanian, cenderung mengalami penurunan,
sehingga perekonomian Kota Tidore Kepulauan dengan laju pertumbuhan
yang positif belum mampu menciptakan pemerataan pembangunan,
kondisi ini belum menunjukan kualitas laju pertumbuhan yang mampu
menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk usia produktif yang
menganggur, dan menurunkan angka kemiskinan di Kota Tidore
Kecamatan
Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk
Tahun Tahun
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017Tidore 3,77 4,17 5.03 5,90 6,78 401,33 421,64 432,17 442,98 454.07
Tidore Selatan 3,01 3,48 3,35 3,62 4,14 373,51 392,42 396,39 404,31 412,40Tidore Utara 2,81 3,49 4,17 3,62 4,14 533,50 555,07 566,15 577,89 589,02
Tidore Timur 2,80 3,48 3,11 3,62 4,14 244,70 254,58 259,67 264,88 270,17
Oba Utara 2,81 3,49 3,35 3,63 4,14 29,875 31,08 31,70 32,33 32,98
Oba Tengah 2,81 3,49 3,35 3,63 4,14 12,54 13,04 13,30 13,57 13,84
Oba 2,81 3,49 3,35 3,63 4,14 35,89 37,34 38,08 38,85 39,62
Oba Selatan 2,81 3,49 3,35 3,63 4,14 42,34 44,05 44,93 45,83 46,74
5/19/2018 Profil Tikep
11/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 11
Kepulauan. Pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari perwujudan
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahaan, dituntut merumuskan
model penganggaran yang menganut prinsi-prinsip value for money,
dengan mempertimbangkan karakteristik daerah, sehingga membutuhkan
kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang transparan, partisipatif dan
akuntabel.
Dalam 5 tahun pelaksanaan pembangunan masih dirasakan
terdapat ketimpangan alokasi anggaran, baik dari aspek aparatur dan
masyarakat, maupun ketimpangan alokasi antar sektor, antar wilayah, danantar pelaku ekonomi, sehingga pengeluaran pemerintah yang diharapkan
menjadi pengerak bagi peningkatan kualitas pembangunan ekonomi belum
menunjukan kemajuan yang signifikan, walaupun disaat yang sama data
menunjukan pertumbuhan ekonomi yang cenderung positif, namun dari
aspek pemerataan belum menunjukan keseimbangan ekonomi.
Sumber-sumber penerimaan daerah dalam 5 tahun pembangunan
Kota Tidore Kepulauan (2005-2010), masih didominasi dana perimbangan,
dengan konstribusi mencapai 90%, sedangkan PAD yang diharapkan
menjadi instrument bagi kualitas pembangunan otonomi daerah masih
sangat rendah. Hasil kajian Departemen Keuangan Republik Indonesia,
tentang pemetaan kapasitas fiskal daerah di Indonesia, menempatkan Kota
Tidore Kepulauan dengan nilai 2,7465 yang tergolong sangat tinggi,
menunjukan bahwa kapasitas fiskal daerah yang baik, namun data APBDberdasarkan alokasi anggaran dalam 5 tahun terakhir menunjukan
ketimpangan alokasi, dimana beban belanja Tidak langsung lebih besar
dari belanja langsung, pada tahun 2009 Pemerintah Kota Tidore Kepulauan
menganggarkan belanja daerah sebesar Rp. 367.5 milyar dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan perhitungan total belanja
tidak langsung adalah Rp. 171,213,274,593 dan belanja langsung sebesar
Rp. 157,582,940,726.
5/19/2018 Profil Tikep
12/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 12
Rincian pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berjumlah
Rp.8,379,000,000, Dana Perimbangan Rp. 309,286,971,000 dan Pendapatan
lain-lain yang sah berjumlah Rp. 2,300,000,000. Dari data di atas
menunjukan terdapat perbedaan penyajian data analisisi sehingga perlu
dilakukan evaluasi ulang atas kajian Departemen Keuangan melalui PMK
Nomor 245/PMK.7/2010 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah, sehingga
informasi perencanaan anggara nasional tidak berdampak pada penurunan
kualitas alokasi pembangunan Kota Tidore Kepulauan, yang masih
membutuhkan peran investasi pemerintah dalam mengatasi angka
kemiskinan dan pengangguran yang relative tinggi.
2.4. Tata Ruang Wilayah
2.4.1. Kebijakan Penataan Ruang Kota Tidore Kepulauan
Proses kegiatan penataan ruang harus selalu meliputi tiga hal yaitu
proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, serta
pengendaliannya. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya
untuk mewujudkan tertib tata ruang agar pemanfaatan ruang
dalam kurun berlakunya rencana sesuai dengan rencana tata
ruang.Mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang dijabarkan
dalam bentuk ketentuan umum pengaturan zonasi, ketentuan
perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
A.
Kebijakan Perencanaan Ruang
Pemanfaatan ruang, sebagai bagian dari tata ruang merupakan
tindak lanjut implementatif dari perencanaan. Agar Arahan
pemanfaatan ruang selalu sesuai dengan rencana maka diperlukan
suatu arahan yang nantinya diturunkan dalam bentuk indikasi
program. Arahan pemanfaatan ruang bertujuan untuk mewujudkan
5/19/2018 Profil Tikep
13/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 13
struktur pemanfaatan ruang kota dan pola ruang sesuai dengan
kebijakan dan strategi yang telah disusun dalam rencana.
1. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang
dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Kebijakan ini
bertujuan untuk mewujudkan rencana tata ruang sesuai
dengan kaidah penataan ruang.
2. RTRW Kabupaten ditinjau kembali dan/atau disempurnakan
1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dalam hal RTRW
Kabupaten tidak mampu untuk mengakomodasikan
dinamika perkembangan yang disebabkan oleh faktor
eksternal maupun internal, perubahan kondisi lingkungan
strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam
skala besar, serta ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau perubahan batas wilayah
provinsi berdasarkan undang-undang.
Kebijakan ini bertujuan untuk:
Mewujudkan sinkronisasi antara perencanaan ruang
dengan perencanaan sektoral dan wilayah;
Mewujudkan keselarasan perencanaan ruang antara
rencana ruang provinsi, dengan rencana ruang
kabupaten yang berdekatan lokasinya.
3. RTRW kabupaten perlu ditindaklanjuti ke dalam rencana
yang lebih terperinci. Kebijakan ini bertujuan untuk merinci
arahan pemanfaatan ruang yang tertuang dalam RTRW
kabupaten.
4. RTRW Kabupaten wajib menyelaraskan dengan subtansi
RTRWP. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan
5/19/2018 Profil Tikep
14/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 14
keterpaduan dan keterkaitan perencanaan tata ruang
antara provinsi dengan Kabupaten dan antar Kabupaten.
B. Kebijakan Pemanfaatan Ruang
1. Kebijakan Pengembangan Wilayah
Dengan adanya Kota Sofifi Sebagai pusat administrasi
(pemerintahan) Provinsi Maluku Utara maka akan membawa
dampak bagi perkembangan fisik dan kegiatan di Kota Tidore
kepulauan. Dengan demikian diperlukan pengembanganstruktur tata ruang yang sesuai dengan kondisi tersebut.
Struktur Tata Ruang Kota Tidore Kepulauan adalah sebagai
berikut:
a. Pengembangan pusat pusat aktivitas ekonomi meliputi
Pulau Tidore sebagai PKW, Sofifi sebagai PKLW, Gita-Payahe
sebagai PKL 1 dan seluruh ibukota kecamatan sebagai Pusat
Kegiatan Kecamatan (PKL 2).
b.Struktur jaringan transportasi meliputi pengembangan
terminal angkutan darat di Soasio dan Sofifi, Pengembangan
perhubungan laut di Soasio dan Sofifi serta pengembangan
jaringan jalan regional yang meliputi pengembangan
jaringan jalan Trans Halmahera sebagai jalan arteri yang di
dalam Kota Tidore Kepulauan menghubungkan Sofifi, Loleo,
Gita-Payahe dan Lifofa. Jaringan transportasi diarahkan
agar terminal dan atau sub terminal terletak berdekatan
dengan pelabuhan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
pergerakan antar moda
c. Pusat pusat pengembangan kawasan wisata bahari dan
budaya yang tersebar di seluruh wilayah Kota Tidore
Kepulauan
5/19/2018 Profil Tikep
15/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 15
Untuk memudahkan pelaksanaan prioritas pembangunan Kota
Tidore Kepulauan dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan kriteria pembagian wilayah. Selain memudahkan
prioritas pelaksanaan penanganan dan pembangunan wilayah
kota tetapi juga, memudahkan dalam penangan masalah
terutama dalam perencanaan tata ruang yang lebih
detail.Berdasarkan tata ruang, penentuan Satuan Wilayah
Pembangunan (SWP) didasarkan pada :
1.
Kesamaan sifat kondisi alami2. Kesamaan sifat fungsi bangunan
3. Kesamaan sifat kepadatan bangunan
4. Kesamaan sifat kegiatan penduduk
5. Keterkaitan fungsi satu peruntukan dengan peruntukan
lainnya (Unity)
6. Batas alam maupun batas jalan
7.
Batas administrasi
8. Kekompakan Wilayah Pembangunan tersebut dilihat dari
pola perkembangan
9. Kemudahan dalam pelaksanaan tahap pembangunan
kota
Kota Tidore Kepulauan menjadi wilayah kota sejak tahun
2003 sebagai pemekaran di wilayah Provinsi Maluku Utara.Terjadinya pemekaran wilayah dikarenakan wilayah tersebut
dikategorikan dapat berkembang lebih pesat dan mandiri jika
berdiri sendiri menjadi sebuah kota. Dalam
perkembangannya, Kota Tidore Kepulauan telah ditetapkan
menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) untuk mendukung
keberadaan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Ternate. Ternate
sebagai ibukota provinsi telah berkembang menjadi kota yang
5/19/2018 Profil Tikep
16/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 16
padat dengan berkumpulnya fasilitas perdagangan harus
didukung oleh Tidore sebagai simpul transportasi dan
distribusi barang dan jasa kepada wilayah lainnya. Seiring
berkembangnya Ternate, maka direncanakan perpindahan
ibukota Provinsi Maluku Utara ke Kota Sofifi.Kota Sofifi yang
merupakan wilayah Kota Tidore Kepulauan dalam RTRW
Provinsi Maluku Utara direncanakan sebagai pusat
pemerintahan Provinsi Maluku Utara.Perpindahan pusat
pemerintahan tersebut ditujukan agar Ternate dapat
berkembang menjadi pusat perdagangan di Provinsi Maluku
Utara.
2. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang
Berdasarkan pertimbangan diatas maka konsep
pengembangan struktur tata ruang di Kota Tidore Kepulauan
dibedakan antara perkembangan di wilayah Pulau Tidore dan
di wilayah Pulau Halmahera.
Konsep pengembangan struktur ruang di wilayah Pulau
Tidore
Pertumbuhan di Pulau Tidore berpusat pada pelabuhan dan
menyebar, namun karena topografi Pulau Tidore yang
membatasi pertumbuhan karena kelerengannya, yang
terjadi adalah perkembangan memanjang mengikuti
jaringan jalan dan tidak menyebar secara radial.
Perkembangan di Pulau Tidore membentuk pola pita (ribbon
pattern).
Konsep struktur ruang di wilayah Pulau Halmahera
Pertumbuhan di wilayah Kota Tidore Kepulauan yang
berada di bagian Pulau Halmahera menunjukkan
5/19/2018 Profil Tikep
17/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 17
perkembangan yang relatif mirip, yaitu berpusat pada
pelabuhan.Pertumbuhan di bagian Pulau Halmahera ini
dapat membentuk pola radial dikarenakan topografinya
masih memungkinkan.
Konsep pengembangan struktur tata ruang Kota Tidore Kepulauan
yang disesuaikan dengan konsep pengembangan Multi Nukleus,
dialokasikan menyebar di tempat tempat strategis atau yang
memiliki aksesibilitas baik sehingga mudah dijangkau dari seluruh
Wilayah Pembangunan.Kegiatan utama yang dikembangkan dipusat pelayanan ini berupa jasa pelayanan kegiatan pemerintahan,
jasa pelayanan kegiatan perekonomian dan jasa pelayanan kegiatan
permukiman, yang dikembangkan secara berjenjang dan terpadu
sesuai skala pelayanannya.
Pembentukan struktur kota ini sangat dipengaruhi oleh faktor
faktor berikut:
1) Struktur kota yang telah terbentuk
2) Perkembangan pusat dan sub pusat kegiatan
3) Potensi dan kendala pengembangan yang ada seperti
topografi dan kebencanaan serta kemungkinan
pengembangan pusat dan atau sub pusat pengembangan
baru
4)
Pola jaringan infrastruktur utama (pelabuhan dan jalan)
5) Kecenderungan perkembangan yang ada (berkaitan erat
dengan pengembangan sektor unggulan yang ada)
6) Kebijakan pengembangan seperti rencana tata ruang kota
(RTRW, RUTR, RDTR), kebijakan sektoral yang ada seperti
rencana pengembangan jaringan jalan, rencana
pengembangan pelabuhan, masterplan drainase kota,
5/19/2018 Profil Tikep
18/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 18
penerbitan ijin lokasi untuk kegiatan industri, perumahan,
perdagangan dan lainlain
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya struktur Kota Tidore Kepulauan diarahkan sebagai
berikut:
1) Soasio sebagai pusat administrasi Kota TIdore
Kepulauan, pusat perdagangan dan jasa, pusat
pendidikan, pusat
2)
Sofifi sebagai pusat administrasi Provinsi Maluku Utara,
Pusat perdagangan dan jasa, pusat pendidikan tinggi
3) Pengembangan pelabuhan nasional di Sofifi
4) Pengembangan kawasan industri perikanan dan
pertanian di Payahe
5) Pengembangan industri agro di Tidore Utara dan Tidore
Timur
6) Pengembangan industri bersih di Tidore dan Tidore
Selatan
7) Pengembangan kawasan transmigrasi di daerah Oba
dan Oba Selatan
8) Pengembangan kegiatan wisata alam bahari yang
tersebar di seluruh wilayah Kota Tidore Kepulauan
9)
Pengembangan wisata budaya di pulau Tidore yaitukawasan cagar budaya Gurabunga dan Kedaton
Kesultanan Tidore
10) Jaringan jalan arteri Trans Halmahera yang melewati
Kota Sofifi- Payahe-Nuku kemudian berlanjut ke
Halmahera Selatan.
5/19/2018 Profil Tikep
19/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 19
3. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang
Konsep pengembangan pola ruang Kota Tidore Kepulauan
dimaksudkan untuk menciptakan pola ruang yang mampu menjadi
wadah bagi berlangsungnya berbagai kegiatan penduduk serta
keterkaitan fungsional antar kegiatan, sehingga tercipta keserasian
antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya serta tetap menjaga
kelestarian lingkungan. Dalam mengembangkan konsep pola ruang
kota ini disesuaikan dengan potensi dan permasalahan yang ada di
kota Tidore Kepulauan, dengan tetap mempertimbangkan hal halberikut:
Keserasian arahan pemanfaatan ruang Wilayah
Pembangunan Kota Tidore Kepulauan dengan arahan tata
ruang Provinsi Maluku Utara
Peran dan fungsi Kota Tidore Kepulauan sesuai dengan
struktur tata ruang Provinsi Maluku Utara.Pola penggunaan
lahan eksisting dan kecenderungan perkembangannya, baik
fisik, sosial maupun ekonomi ke dalam konsep pemanfaatan
ruang yang mudah dilaksanakan (realistis).
Potensi dan kendala fisik alam.
Mengamankan kawasan lindung guna menjaga kelestarian
daya dukung lingkungan.
C.Kebijakan Pengendalian Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang bertujuan untuk menjaga
konsistensi pemanfaatanruang dengan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan. Sasaran pengendalian pemanfaatan ruang adalah
terminimalisasinya penyimpangan terhadap RTRW Kabupaten yang
dilaksanakan melalui pengawasan dan penertiban.
5/19/2018 Profil Tikep
20/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 20
Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang adalah :
a.Mengendalikan pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan
penertiban yang didasarkan kepada arahan perijinan, arahan
peraturan zonasi, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan
sanksi.
b.Menjadikan pemberian ijin pemanfaatan ruang sebagai salah satu
alat pengendalianpemanfaatan ruang.
c. Pemberian ijin pemanfaatan ruang yang merupakan kewenangan
Kabupaten dalam pelaksanaannya harus memperhatikan danmempertimbangkan RTRW.
Pemberian ijin pemanfaatan ruang oleh Kabupaten yang berdampak
besar dan/atau menyangkut kepentingan umum secara luas,
terlebih dahulu dikoordinasikan dengan Gubernur.Berdasar hasil
analisis system pusat-pusat pelayanan yang ada di Kota Tidore
Kepulauan yang tertuang di dalam RTRW Kota Tidore Kepulauan,
untuk system perkotaan ditetapkan 2 (dua) tingkatan hirarki/orde
yaitu orde II dan orde III direncanakan juga meliputi 2 (dua)
tingkatan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu PKL I dan PKL II. Pusat
Kegiatan Lokal diharapkan dapat berungsi sebagai pusat koleksi dan
distribusi local untuk itu setiap Pusat Kegiatan Lokal (PKL) akan
dilengkapi dengan fasilitas minimum untuk mendorong berfungsinya
Puat Kegiatan Lokal (PKL).
2.4.2 Pola Ruang Kawasan Bencana
Dari realita kondisi fisik wilayah kota tidore kepulauan dan analisis
kerawanan bencana yang telah dilakukan, sedikitnya terdapat 5
(lima) jenis bencana yang rawan terjadi di daerah ini dan sekitarnya,
yaitu : Gempa Bumi, Tsunami, Tanah Longsor, Banjir dan Gunung
Berapi.
5/19/2018 Profil Tikep
21/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 21
1. Gempa Bumi
Kegempaan di Indonesia berkaitan dengan zona subduksi yang
berbagai bentuk dan bermacam arah. Zona subduksi merupakan
daerah utama gempabumi, sebagian besar gempa terjadi di zona
subduksi, baik gempa dangkal, menengah maupun dalam,
sehingga zona ini disebut sebagai zona seismik aktif. Palung laut
dan gunung api terdapat di zona ini.
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng
tektonik utama, yaitu lempeng Eurasia di Utara, lempeng Indo-
Australia di Selatan, lempeng Pasifik di Timur dan lempeng kecil
Filipina diantara ke tiga lempeng utama tersebut. Batas lempeng-
lempeng ini di wilayah Indonesia umumnya berbentuk zona
subduksi yang mempunyai arah dan jenis penunjaman berbeda-
beda.
Secara umum struktur tektonik Indonesia bagian timur lebih rumit
dibanding Indonesia bagian Barat. Di wilayah Indonesia bagian
Barat, lempeng Indo-Australia menunjam dari arah Selatan ke
Utara di bawah lempeng Eurasia, ditandai dengan jalur gempa
Mediteran. Sedangkan di wilayah Indonesia bagian Timur,
lempeng Pasifik bertemu dengan lempeng Filipina, lempeng
Eurasia dan lempeng Indo-Australia, ditandai dengan bertemunya
jalur gempa Mediteran dengan jalur gempa Sirkum Pasifik. Berikut
adalah penyebaran gempa sejak tahun 1673 hingga sekarang yang
tercatat di United State Geological Survey (USGS).
5/19/2018 Profil Tikep
22/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 22
Gambar 3.2 Titik Gempa Bumi di Kepulauan Maluku
Sumber: United State Geological Survey (USGS)
2. Gerakan Tanah
Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng,
berupa batuan, bahan timbunan, tanah, atau material campurantersebut bergerak ke arah bawah dan keluar lereng.Di daerah
perencanaan gerakan tanah banyak terjadi di daerah Halmahera.
Jenis gerakan tanah tersebut adalah jatuhan(rock fall) dan aliran
masa batuan(debris flow).
Gerakan tanah yang lain yang dapat terjadi adalah daerah yang
dilalui oleh struktur sesar. Sesar adalah daerah yang mengalami
pergeseran. Pergeseran ini biasanya terjadi pada saat gempa. Dan
dengan bergesernya sesar ini dapat mengakibatkan gerakan
tanah(longsor, rack fall, dan debris flow).
3. Tsunami
Daerah Tidore Kepulauan merupakan daerah rawan gelombang
tsunami, karena rata-rata pemukiman warga berada pada garis
5/19/2018 Profil Tikep
23/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 23
pesisir. Kejadian gelombang tsunami tertinggi (Run Up) dalam
sejarah adalah 9 m (yaitu pada tahun 1858). Dengan demikian
maka daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 9 meter di atas
permukaan air laut adalah merupakan daerah yang rawan akan
terjadinya dampak gelombang tsunami. Berdasarkan data
statistik Kota Tidore Kepulauan menyangkut dengan ketinggiaan
wilayah atas permukaan laut dari 8 (delapan) kecamatan yang ada
hanya 1 kecamatan yang ketinggian dari permukaan laut hanya 7
meter yakni kecaatan Oba Tengah. Dampak yang paling besar
dapat terjadi pada daerah teluk, hal ini dikarenakan daerah teluk
merupakan daerah yang berbentuk cekung sehingga dapat
mengakibatkan akumulasi energi tsunami.
Tabel 3.4 Titik Tsunami di Kepulauan Maluku
Year Month Day Lat Long Depth mb Ms Mw Mt I Hmax Source
1608 7 1 0 127 1.5 Makian Is., Indonesia
1673 8 12 0.8 127.3 1 Ternate Isl., Indonesia
1771 11 9 0.78 127.4 0.5 Ternate Is., Indonesia1840 2 14 0.78 127.38 0.5 Ternate Is., Indonesia
1859 6 28 1 126.5 7 3 9 N. Molucca Is., Indonesia
1968 8 10 1.42 126.26 19 7.6 7.5 8 -2 0.4 N.Molucca Islands.Indonesia
1994 1 21 1.01 127.73 19 6.2 7.3 6.9 1.5 2 Halmahera, Indonesia
Sumber: United State Geological Survey (USGS)
4. Banjir
Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu
tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnyabendungan sungai. Daerah rawan banjir terutama pada daerah
yang berada di hilir sungai besar seperti desa yang berada di hilir
sungai Akelamo dan Payahe
5. Bencana Letusan Gunung api
Gunung Kiematubu adalah merupakan gunung api. Saat ini gunung
ini mengalami stadium tidak aktif. Namun tidak menutup
kemungkinan Gunung Kiematubu dapat aktif kembali. Untuk
http://id.wikipedia.org/wiki/Hujanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bendunganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bendunganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sungaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Hujan5/19/2018 Profil Tikep
24/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 24
mengantisipasi ini maka perlu adanya zonasi daerah rawan terhadap
dampak letusan gunung kiematubu. Dengan memperhatikan
dampak rawan bencana di sekitar gunungapi dengan radius 3,5 km
dan morfologi daerah Gunung Kiematubu.
2.5. Sosial Dan Budaya
Salah satu indikator penting dalam evaluasi pembangunan daerah
Kota Tidore Kepulauan adalah pendidikan, hingga tahun 2010 jumlah
Taman Kanak-Kanak (TK) sebanyak 55 unit yang terdiri dari 2 TK negeri dan
53 TK swasta, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 98 yang terdiri dari 97 sekolah
negeri dan 1 sekolah swasta, Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah
33 sekolah yang terdiri dari 25 sekolah negeri dan 8 sekolah swasta,
sedangkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota Tidore untuk SMA
berjumlah 18 sekolah yang terdiri dari 10 SMA negeri dan 8 SMA swasta,
sedangkan jumlah SMK di Kota Tidore Kepulauan terdiri dari 7 sekolah
yang terdiri dari 5 SMK negeri dan 2 SMK swasta.
Kota Tidore Kepulauan memiliki 4 perguruan tinggi yaitu Universitas Nuku
dan STIMIK Tidore Mandiri di Soasiu, Akbid Gatra Buana di Gurabati, dan
Universitas Bumi Hijrah di Sofifi. Jumlah guru yang ada di Kota Tidore
Kepulauan sebanyak 2.350 orang yang terdiri dari 268 orang guru TK, 1.174
orang guru SD, 445 orang guru SMP, 333 orang guru SMA dan 130 orang
guru SMK. Jumlah Madrasah Ibtidayah 12 sekolah yang terdiri dari 6
sekolah negeri dan 6 swasta dengan jumlah guru 175 orang pada tahun
2009, jumlah Madrasah Tsanawiyah 11 sekolah yang terdiri dari 3 sekolah
negeri dan 8 sekolah swasta dengan jumlah guru 230, sedangkan
Madrasah Aliyah sebanyak 6 sekolah yang terdiri dari 1 sekolah negeri dan
5 sekolah swasta dengan jumlah guru 132.
Hasil input evaluasi pembagunan pendidikan yang bersumber dari Dinas
pendidikan pemuda dan Olahraga Kota Tidore Kepulauan tahun 2010, dari
5/19/2018 Profil Tikep
25/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 25
tahun 2005-2010 menunjukan rata-rata Angka Partisipasi Sekolah (APS) di
kota Tidore Kepulauan pada dua tahun terakhir menunjukan peningkatan
dari kelompok usia 7-18 jenjang pendidikan SD s/d SMA/SMK pada tahun
2009 penduduk usia sekolah adalah 25.129 dan jumlah siswa SD dari SD
s/d SMA/SMK adalah 20.546, dimana APS pada tahun 2009 adalah 81.76%.
Jumlah penduduk usia sekolah sebesar 24.397, dan jumlah siswa usia
sekolah adalah 20.348, dengan presentasi Angka Partisipasi Sekolah (APS)
83.40% meningkat dari tahun sebelumnya.
Secara umum terlihat bahwa APM di kota Tidore Kepulauan pada usiasekolah 7-12 tahun pada tahun 2009 sebesar 12.162 jiwa dimana jumlah
siswa usia sekolah sebanyak 11.320. Sedangkan pada tahun 2010 usia
sekolah 7-12 tahun sebanyak 12.682 dan jumlah siswa usia sekolah sebesar
11.868, sehingga presentasi APM untuk kelompok usia 7-12 tahun 2009
adalah 93.08% dan pada tahun 2010 tidak terjadi peningkatan yaitu
93.08% sama seperti tahun sebelumnya. Untuk kelompok usia 13-15
tahun 2009 penduduk usia sekolah 7.230 dengan jumlah siswa 5.203, pada
tahun 2010 sebanyak 6.030 dengan jumlah siswa 4.245 siswa, presentasi
APM pada kelompok usia 13-15 adalah 71.96% pada tahun 2009 dan pada
tahun 2010 menurun menjadi 70.40 %. Sedangkan pada kelompok usia 16-
18 pada jenjang pendidikan SMA/SMK, tahun 2009 jumlah penduduk usia
sekolah adalah 5.737 dengan jumlah siswa adalah 4.023, sementara tahun
2010 kelompok usia sekolah adalah 5.685 dengan jumlah siswa 4.235,
sehingga presentasi APS pada kelompok usia 16-18 pada tahun 2009
adalah 70.12% dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 74.49%.
Untuk data relevansi pendidikan tahun 2009, jumlah siswa di Kota Tidore
Kepulauan adalah SD 11.569 orang, SMP 4.322 orang, SMA 3.001 orang
dan SMK 670 orang, pada tahun 2010 meningkat menjadi SD 11.866 orang,
SMP 4.345 orang, SMA 3002 orang dan SMK 731 orang. Dari segi input,
total tingkat kelulusan juga menujukan peningkatan pada tahun 2010
5/19/2018 Profil Tikep
26/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 26
khususnya pada tingkat SD dan SMP, yaitu SD 100% sama dengan pada
tahun 2009 dan SMP 77,45 % di tahun 2010 dan 93,3 % pada tahun 2010.
Sedangkan tingkat kelulusan pada SMA/SMK mengalami penurunan
dimana tingkat kelulusan di SMA tahun 2009 dari 89.83% menurun
menjadi 77,37% di tahun 2010 dan pada SMK di tahun 2009 100%
menurun menjadi 6.16 %. Hingga tahun 2008 angka putus sekolah pada
usia 15 adalah 3, 19 dan dan rata-rata lama sekolah 8,27 di tahun 2008
meningkat menjadi 8,6 di tahun 2009.Kebijakan Pembangunan Sosial
Budaya diorientasikan pada penciptaan tatanan masyarakat yang religius,
maju dan menuju kehidupan masyarakat sejatera.
Tabel 2.9 Fasilitas pendidikan di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2011
No Kecamatan
Jumlah Sarana Pendidikan
Umum/Negeri Agama
SD SLTP SLTA SMK MI MTs MA
1 Tidore 14 2 2 - 1 1 2
2 Tidore Selatan 11 3 2 - - - -
3 Tidore Utara 15 4 2 - - 1 -
4 Tidore Timur 7 2 2 - - - -
5 Oba 14 6 1 - - 1 2
6 Oba Utara 18 3 3 - - 3 3
7 Oba Selatan 7 2 1 - - - 1
8 Oba Tengah 12 5 - - - 1 2
Jumlah 99 29 22 - 1 7 10
Sumber: Kota Tidore Kepulauan Dalam Angka (kerjasama BPS dan BAPPEDA) 2012
Gambaran tabel diatas begitu jelas bahwa untuk fasilitas pendidikan yang
ada kota tidore kepulauan, mulai dari Tingkat SD,SMP,Dan SMU
telahmenyebar diseluruh kecamatan yang ada dikota tidore
kepulauan.baik fasilitas pendidikan yang berstatus Agama/swasta maupunnegeri menyebar di 8 (delapan) Kecamatan.
Tabel 2.10 Jumlah penduduk miskin per kecamatan
No Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK)
1 Kecamatan Tidore 1.549
2 Kecamatan Tidore Selatan 1.125
3 Kecamatan Tidore Utara 1.307
4 Kecamatan Tidore Timur 1.362
5 Kecamata Oba Utara 1.574
6 Kecamata Oba Tengah 1.545
7 Kecamata Oba 2.185
8 Kecamata Oba Selatan 1.185
5/19/2018 Profil Tikep
27/27
Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012
II - 27
TOTAL
Sumber: Kota Tidore Kepulauan Dalam Angka (kerjasama BPS dan BAPPEDA) 2012
Gambaran table diatas,bahwa jumlah kerluarga miskin di Kota Tidore
Kepulauan sacara umum di 8 delapan kecamatan yang ada, angka kemiskinan
yang paling tingggi terdapat di Kecamatan Oba yakni 2.185 sedangkan untuk
7 tujuh kecamatan lainya total angka kemiskinan perkecamatan hampir sama
Tabel 2.11 Jumlah rumah per kecamatan
No Kecamatan Jumlah RumahJumlah Rumahyang diperiksa
JumlahRumah Sehat
Presentase %
1 Tidore 4296 4296 3960 92.18
2 Tidore Selatan 2868 2868 2370 82.643 Tidore Utara 3063 2863 1333 46.56
4 Tidore Timur 1533 1504 1332 88.56
5 Oba Utara 3036 3063 2816 91.94
6 Oba Tengah 1426 1426 901 63.18
7 Oba 2268 2268 1129 70.49
8 Oba Selatan 1173 1173 583 49.70
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tidore KepulauanTahun 2013
Dari tabel diatas,kita bisa mengetahui bahwa untuk jumlah rumah di 8
(delapan) kecamatan yang ada di Kota Tidore Kepulauan dan untuk jumlah
rumah yang banyak diantara 8 kecamatan terdapat di kecamatan Tidore
dengan jumlah rumah 4.296 dan kecamatan yang jumlah rumah sedikit
terdapat di kecamatan Oba Selatan dengan jumlah 1.173 rumah.
Top Related