Sekapur SirihSekapur Sirih
Dewasa ini, gerakan atau komunitas yang bergerak dalam ranah kesenian di Yogyakarta sangat beragam, Sanggar Nuun Yogyakarta salah satunya. Sebagai sebuah komunitas kesenian Sanggar Nuun tentunya memiliki catatan dan jejak rekam proses yang panjang dan beragam. Buku Profil ini akan memuat tentang kami; Sanggar Nuun Yogyakarta secara mendalam. Selain itu, dengan adanya Buku Profil ini kami berharap agar jejak-jejak sejarah yang telah diukir oleh sanggar Nuun bisa terus dikenang dan menjadi sebuah pelajaran berharga dimasa yang akan datang.
Berproses dalam ranah kesenian bukanlah hal
yang mudah, dibutuhkan perjalanan panjang dan kesiapan mental untuk bisa mencapai sebuah titik yang disebut keindahan. Berbagai macam pengalaman dan gesekan menjadi tantangan dan kenikmatan tersendiri bagi para pelaku seni dalam wadah yang bernama Sanggar Nuun. Bermodalkan kayakinan dan semangat untuk tetap mempertahankan Kesenian dan budaya yang adiluhung inilah kami memutuskan untuk berproses secara kolektif.
Bismillahi majreeha wa mursahaa. Bara semangat untuk tetap melakukan proses kesenian ini harus tetap dipertahankan dalam tubuh Sanggar Nuun, Proses ini akan menjadikan laku estetik setiap individu yang terlibat dalam bahtera ini menjadi lebih matang. Disinilah kami belajar. Sanggar Nuun adalah tempat kami saling bergesekan kreatif dan menempa mental satu sama lain. Diluasnya bentangan samudra kehidupan ini Kami akan tetap berlayar untuk menyelami arti gelombang, menuju samudra pengembaraan.
Ilham MaulidinKetua Sanggar Nuun
2012-2014
ejak didirikan pada 27 Oktober 1992 di Kaliurang Yogyakarta, Sanggar Nuun telah Smelewati berbagai laku perjalanan estetik,
semangat menjelajah dunia kesenian. Sebagai komunitas kesenian, Sanggar Nuun menjadi wadah atau tempat berkumpul, berpikir dan “bergesekan” secara kreatif untuk mendialogkan berbagai nilai dan idealisme berkesenian.
Secara legal formal Sanggar Nuun adalah Badan Otonomi Mahasiswa (BOM) Fakultas yang bernaung di bawah Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga dan berkedudukan sebagai duta resmi kebudayaan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga.
Menjelang usianya yang ke 20, Sanggar Nuun yang bergerak di wilayah seni dan budaya, dengan konsentrasi pada beberapa disiplin seni, yakni: Teater, Pantomim, Sastra, Musik dan Seni Rupa, terus melakukan upaya-upaya kreatif untuk menggali berbagai macam kemungkinan dalam proses penciptaan karya seni yang berdasar atas nilai
Sekilas Tentang Sanggar Nuun
religiusitas-humanis, suatu keniscayaan untuk diterapkan dalam proses kreatif manusia yang selalu merindukan muasal dalam proses pencarian diri.
Dengan di dukung kurang lebih 50 anggota aktif dan 600 warga (pasif) yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, hingga saat ini, Sanggar Nuun telah melakukan berbagai produksi karya, yakni: 22 kali produksi musik, 2 kali produksi pantomim, 18 kali produksi teater, 4 kali pameran seni rupa, 3 kali pesantren sastra, serta berbagai bentuk kegiatan lain, baik di dalam maupun di luar Yogyakarta.
Ibarat sebuah pelayaran, Sanggar Nuun merupakan perahu bagi orang-orang yang hendak melakukan perjalanan alternatif, bermodalkan angin sebagai mesin penggerak guna menjelajah samudera. Berlayar dan berlabuh dari dan ke berbagai dermaga.
TeaterBerangkat dari keyakinan bahwa eksistensi manusia adalah sebuah nilai yang selalu ada dan mengada dalam proses yang terus “menjadi”, eksistensi manusia tidak berhenti di sebuah definisi. Keyakinan tersebut menjadi prinsip dalam proses berteater di Sanggar Nuun.
Setiap pertunjukan menuntut pelaku teater di Sanggar Nuun untuk masuk lebih dalam ke diri masing-masing, tanpa meninggalkan realitas kekinian yang melingkupinya.
Pencarian kreatif dalam setiap produksi karya dilakukan secara runtut, mulai dari bedah naskah, riset data, dialog, pengayaan wacana, observasi dan menjalani pelbagai metode latihan lain demi mendukung terciptanya
Historiografi Karya Teater Historiografi Karya Teater Produksi I “?”Penata Artistik: Rakastiwi AK, Heri Duren, Irul A, Beqy YeachAuditorium IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 19 November 1993
Produksi II “KEINGINAN YANG TERBESIT” Penata Artistik: Rakastiwi AK, Heri Duren, Irul A, Beqy YeachIAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1995
Produksi III “ ABU DZAR AL GHIFARY”Naskah : Agung WaskitoSutradara : Gayong Aziz Ruang 207 Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 10 juni 1995
Produksi IV “D'BIANG”Naskah : Agung WaskitoSutradara : Gayong AzizAula II IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1996
Produksi V “SETERU DALAM LINGKARAN”NO PREENaskah dan Sutradara : MZ FananiKEMELUT DI MULUT GAWANGNaskah dan Sutradara : Syafe'i Pahlevi TUHAHTUHANTUHANTU....Naskah dan Sutradara : KhairudinGANG KANTHILNaskah dan Sutradara : Fauzan SantaPASAR TROTOARNaskah dan Sutradara : Gayong AzisIAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1996
Produksi VI “KHOTBAH” Adaptasi Puisi Khotbah karya WS. RendraDalam Pagelaran Teater Musim Panas, Taman Budaya Yogyakarta 1997
Naskah dan Sutradara: Fauzan SantaTeater Arena Taman Budaya Yogyakarta , 6-7 Juli 1997
Produksi VII “ANJING MATI” Dalam Nuun di Titik Nol dan Festival Teater Musim Panas (TEMPA) Taman Budaya Yogyakarta 1998Naskah : Bertolt BrechtSutradara : Fauzan SantaTeater Arena Taman Budaya Yogyakarta, 25 juli 1998
Produksi VIII “LIMA PENGGAL CERITA CINTA” SERIBU KUNANG-KUNANG DI MANHATTAN, Naskah: Umar Kayam, Sutradara: MZ. Fanani PENAGIH HUTANG, Naskah: Anton Chekov, Sutradara: Agus Slamet RiyadiSETAN DALAM BAHAYA, Naskah: Taufik El Hakim, Sutradara: Burhan SolihinPAGI BENING, Naskah: Serafin & Joaqin A. Quientero, Sutradara: Ahmad JunaediWAJAH MELANKOLIS, Naskah: Henry Boll, Sutradara: Yahya OrtegaAuditorium IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 23-24 Oktober 1998
Produksi IX “SELAMAT PAGI, REQUIEM”Dalam Lomba Tafsir KING LEAR Karya William Shakespeare, Japan Foundation, 1999Naskah dan Sutradara: Fozan SantaGelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan November 1998
Produksi X “THE BLIND”
Dalam Festival Teater Musim Panas (TEMPA) Taman Budaya Yogyakarta, 1999Naskah: Kahlil GibranSutradara: Fozan SantaGedung Societed Militer Taman Budaya Yogyakarta, 19 November 1999
Produksi XI “EKSPRESI KENISCAYAAN TAK TERHINGGA”TEMBANG CINTA, Naskah: MZ. Fanani, Sutradara: Harits Abdul Hakim BAPAK, Naskah: B. Soelatro, Sutradara: Yahya OrtegaKARYA SENI, Naskah: Anton Chekov, Sutradara: Agus Slamet RiyadiRUNTUHNYA TAHTA MERAK, Naskah dan Sutradara: Syafe'i PahleviAuditorium IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 23-24 November 2000
Produksi XII “BERJALAN DI PERSINGGAHAN ”Naskah dan Sutradara: MZ. FananiSocieted Militer Taman Budaya Yogyakarta, 4 Juni 2001Aula Fakultas Sastra UNAIR Surabaya, 7 Oktober 2001Aula STAIN Malang, 9 Oktober 2001
Produksi XIII “TEK-TOK LESUNG”Naskah: Harits Abdul HakimSutradara: Deny JazuliAula II IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 31 Mei 2002
Produksi XIV “SIBAKHIL”Naskah: MollierePenata Artistik: Miftahul Anwar, Harits Abdul Hakim, Salim PunjabiRuang 207 Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002
Produksi XVI “WABAH”Dalam Feksimida Wilayah DIY Teater Kampus se-Indonesia 2004Naskah : Hanindawan, Sutradara: WahyudinAuditorium Teater Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, 17-18 April 2004
Study Pentas WORKSHOP VII 2005 “DILEMA”Naskah: MZ. Fanani Sutradara: Mustain AhmadRuang 207 Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 29 Mei 2004
Produksi XVII “SANG JURU TAMAN” Adaptasi Puisi Karya Rabindranath TagoreNaskah dan Sutradara: Mustain AhmadTaman Budaya Surakarta, 26 Juni 2007STAIN Salatiga, 28 Juni 2007Pendopo Kampus III IAIN Walisongo Semarang, 30 Juni 2007Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 7 Juli 2007
Study Pentas Workshop VII “SEBUAH KESAKSIAN”Adaptasi Cerpen “Sarpin Minta dikebiri” Karya Ahmad TohariNaskah: MZ. FananiSutradara: Mukhosis NoorParkiran terpadu UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1 Maret 2008
Parodi Musikal “LAKONE MUNGKIDI” Dalam Pekan Budaya Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga YogyakartaNaskah: Mukhosis NoorSutradara: WahyudinUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008
Pentas Teater “DI BAWAH BAYANG-BAYANG POHON BAKAU”Naskah: WahyudinSutradara: Tony KartiwaTeater Terbuka UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008
Produksi XV “D`TAK DI HARIBAAN”Naskah dan Sutradara: Miftahul AnwarGedung Societed Militer TBY, 1 Juni 2003Auditorium UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1 Juli 2003Auditorium IAIN Sunan Gunung Jati Bandung, 5 Juli 2003
Study Pentas Kemah Seni 2008 “SANDIWARA SUMPAH DAN TIPU DAYA”BUL DIAPUSINaskah: Theo Sunu Widodo, Sutradara: Mukhosis Noor SAMPAH WAKTU SUMPAH BATUNaskah: Muhamad Tri Muda'i, Sutradara: Abda' Rifqi RizalKonstruksi Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 13-14 Maret 2008
Pentas Kerjasama dengan Teater Rongsokan IAIN Ar-Ranirri Aceh “DUA PENGGAL CINTA DARI JOGJA UNTUK ACEH”PERKAWINAN PERAKNaskah: Jhon Bown, Sutradara: WahyudinSEPASANG MATA INDAHNaskah: Kirdjo Mulyo, Sutradara: Tony KartiwaTaman Budaya Banda aceh, 19 Desember 2008Balai Pendari Takengon, 20-21 Desember 2008Gedung Kesenian Sabang, 24 Desember 2008
Parodi Musikal “MUNGKIDI WES BALIK MANING” Sekuel kedua dari “Lakone Mungkidi” Dalam Sanggar Nuun Expo “Dermaga XVII” Naskah : Wahyudin dan Mukhosis NoorSutradara : WahyudinTaman Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 24 Oktober 2009
Pentas Teater “BUTIR AIR DI TANAH MERAH”Naskah : Sanggar NuunSutradara : Wahyu Widayat NarkoDalam Festival AIR SENI Rawa Kali Bayem, Yogyakarta, 24 Desember 2009 Teater Terbuka UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 29 Desember 2009.
Produksi Teater XVIII “GERHANA BULAN KETIGA”Naskah : Wahyudin Sutradara : Mukhosis NoorSocieted Militer Taman Budaya Yogyakarta, 18 Juni 2011Gelanggang Remaja Bulungan Jakarta Selatan, 23 Juni 2011
Pentas Teater Keliling Indonesia-Malaysia “PERNIKAHAN PERAK” Kerjasama dengan Majelis Teater Negeri Pahang, Anggun Performing Arts,Dewan Bahasa dan Pustaka Negeri MalaysiaNaskah : John BownSutradara : Roslan MadunGedung Sukan dan Belia, Seramban Negeri Sembilan, 24 Januari 2012Gedung Dewan Semarak SMK Rompin, 29 Januari 20012Gedung Tun Fatimah IPG Perempuan Melayu, Malaka, 31 Januari 2012Gedung Dewan Hamzah Fansuri IPG Bahasa Melayu, Kuala Lumpur, 2 Februari 2012IPG KTTA, Kuala Lipis, 03 Februari 2012
Study Pentas Workshop IX 2011 MATAHARI DI SEBUAH JALAN KECILNaskah : Arifin C. NoerSutradara : M. Badrul MunifSEBUAH DUNIA YANG SUNYINaskah : Harits Abdul HakimSutradara : Okta FirmansyahParkir Terpadu UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 16-17 Februari 2012
“Kau tidak tahu atau lupa Kalim? Rapat Dewan Agung tadi siang sangatlah kelihatan bahwa mereka memiliki ambisi yang sama, suara mereka berbeda satu sama lain tetapi tujuan mereka tidak ingin mencapai kesepakatan bersama untuk wilayah ini.”
Kutipan tragis di atas adalah sebuah
bantahan Samina terhadap Kalim
dalam naskah Gerhana Bulan Ketiga
yang ditulis oleh Wahyudin. Samina
dengan tegas menolak bahwa harapan
atas wilayah mereka berdiri tidaklah
dapat diserahkan sepenuhnya kepada
Dewan Agung, di mana suara rakyat
ditentukan di sana. Meski ia sendiri
berdiri di tempat yang terhormat
dalam sebuah keluarga “ningrat”.
Keaadan krisis yang dihadapi dan
dirasakan keluarga Samina juga hampir
serupa dengan kenyataan yang sering
kita temukan dalam hidup bernegara.
Di mana tidak ditemukanya “obat”
sebagai penawar rasa sakit yang
dirasakan warga. Bahkan dari rasa
sakit tersebut, warga terkadang harus
dipaksa untuk menemukan jalan
keluarnya sendiri yang kemudian
melahirkan sikap apatisme dan tidak
jarang sampai pada pemberontakan
ala Samina.
Warga sudah tidak peduli dengan
adanya kekuasaan yang ada.
Sikap apatis yang menjadi paham
akhirnya muncul melalui ungkapan
baik pemimpin bagi diri seutuhnya
maupun bagi orang lain; “Setiap kamu
adalah pemimpin yang berkuasa atas
dirimu sendiri”. Keyakinan bahwa setiap
insan memiliki nurani menjadi pijakan
untuk mengejawantahkan kegelisahan
sekaligus mengajak membaca kenyataan
di depan mata.
Namun, persoalan tidak dapat
terselesaikan hanya dengan satu sudut
pandang, karena setiap individu memiliki
sudut pandang-sudut pandang yang
berbeda sebagai pelaku. Kebenaran
seutuhnya milik masing-masing individu
yang mau menyadari adanya wilayah
kekuasaan dalam dirinya, atas
ketidakberdayaan manusia sebagai
penguasa.
Gerhana Bulan Ketiga merupakan produksi teater ke 18 Sanggar Nuun yang di gelar di Societed Militer Taman Budaya Yogyakarta pada Sabtu, 18 Juni 2011 dan di Gelanggang Remaja Bulungan Jakarta pada Kamis, 23 Juni 2011. Kerja kreatif kali ini memakan waktu 6 bulan 17 hari dengan intensitas waktu 10 jam dalam sehari dan melibatkan 19 aktor yang memainkan 39 tokoh dalam 3 babak.
Kepahitan yang dirasakan warga di
sana tidak muncul dalam sebuah
tragedi tetapi sebaliknya melahirkan
komedi. Mereka membuat parodi-
parodi untuk menertawakan keadaan
dan diri mereka sendiri di dalam
keriuhan sebuah pasar karena keadaan
sudah tidak dapat diharapkan.
Ibarat dua keping mata uang, Gerhana
Bulan Ketiga merupakan bangunan
kesatuan kisah dari dua tipe lakon,
yakni tragedi dan komedi. Sebuah
kisah tentang suksesi kepemimpinan
dalam suatu wilayah yang berujung
kepada krisis. Sebuah ironi tentang
kesemerawutan yang acapkali menjadi
barang lumrah, namun akan menjadi
suatu hal yang lucu ketika orang-orang
menyadari penuh apa yang ia perbuat
Di bawah arahan sutradara Mukhosis
Noor, Gerhana Bulan Ketiga
diwujudkan ke realitas pentas dengan
mempertanyakan kembali hakikat
manusia sebagai sosok pemimpin,
Gerhana Bulan Ketiga
DokumentasiGerhana Bulan KetigaJogjakarta, 18 Juni 2011Jakarta, 23 Juni 2011
Bahasa bukan monopoli kata-
kata dan suara. “Bisu” adalah dilema, bicara atau mati! Karena berbicara adalah kodrat manusia, maka “bisu” bukanlah pilihan, karena bisu adalah kematian itu sendiri. Apabila kebebasan kata-kata dan suara dibungkam, tubuhlah yang akan berbicara.
Dari “keterbatasan” bicara itulah pantomim di Sanggar Nuun berproses sebagai medium membaca ketimpangan sosial di masyarakat. Lahirlah pantomim kritik, yakni bentuk intepretasi tubuh yang dibangun dalam parodi-satir. Pertunjukan dalam bahasa “bisu” yang ringan dan menghibur, tapi tidak meninggalkan “bicara” pada gejala ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.
PantomimPantomim
Historiografi Karya Pantomim
Historiografi Karya Pantomim Produksi I “URBANing MATI”.Naskah : Sanggar NuunSutradara : Ahmad SyaifuddinAula II UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 29 Mei 2004
Pentas Pantomim “PENYAKIT AKUT, KOMPLIKASI NASIB” Dalam Penutupan Pameran Visual Art Sanggar NuunNaskah dan Sutradara: M. NovalFakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 15 Maret 2009
Produksi II “Global WarNing!”Naskah : Sanggar NuunSutradara : Tony KartiwaTeater Arena Taman Budaya Jawa Tengah, 10 Agustus 2009Auditorium IST Akprind Yogyakarta, 13 Agustus 2009
Pentas Pantomim “SINDROM”Dalam Sanggar Nuun Expo “DERMAGA XVII” Naskah dan Sutradara: Abda` Rifqi RizalFakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 24 Oktober 2009
Global WarNing!Global WarNing!
Suatu hal yang ironis, jika menilik kembali kehidupan manusia dengan ragam aktifitas kesehariannya dewasa kini. Segala hal yang
mengelilingi kata "Global Warming" atau tantangan pemanasan global hanya menjadi semacam peringatan-peringatan semu. Di mana penyikapan terhadap kondisi alam, kerusakan serta ancaman bencana hanya hadir dalam kata-kata. Kampanye tentang lingkungan hidup berserak di mana-mana, kepedulian terhadap pengelolaan sampah digembar-gemborkan, namun itu semua hanya sebatas ucapan mulut belaka tanpa diringi tindakan yang nyata. Gaya hidup sehat yang ditawarkan, bukan untuk kebaikan bumi, melainkan untuk kepentingan yang menguntungkan bagi seseorang atau kelompok-kelompok tertentu.
Manusia masih bebas menabung kerusakan-kerusakan yang menjadikannya lupa akan siapa alam, siapa air, siapa tanah dan siapa udara. Manusia menjadi terlalu akrab dengan teknologi,
kehidupan virtual serta kebodohan-kebodohan yang mereka tertawakan sendiri. Semua hal yang terkait kerusakan hanya menjadi peringatan -Warning !- yang sesekali mereka peringati.
Berawal dari diskusi AfterNuun School yang rutin
diselenggarakan setiap malam Rabu, gagasan-gagasan di
atas akhirnya disusun bersama menjadi sebuah naskah
Pantomim “Global WarNing!”. Melalui 9 aktornya dengan
arahan Sutradara Tony Kartiwa, “Global WarNing!”
mencoba menyuarakan kritik terhadap perilaku manusia
yang semena-mena atas bumi dan alamnya.
“Global WarNing!” merupakan produksi pantomim II
Sanggar Nuun yang memakan waktu proses lebih kurang
tiga bulan. Produksi Pantomim “Global WarNing!”
dipentaskan di dua kota, Surakarta dan Yogyakarta.
Pementasan produksi digelar di Teater Arena Taman
Budaya Surakarta pada 10 Agustus 2009 dan Auditorium
IST Akprind Yogyakarta pada 13 Agustus 2009.
Produksi Pantomim II
“Bumi semakin kacau, kerusakan alam dan bencana menjadi bagian dari hari-hari kedepan di bumi. Hal inilah yang membuat sekelompok orang berfikir untuk mempersiapkan sebuah kehidupan baru, kehidupan yang menghindarkan mereka dari bencana besar yang mereka bayangkan akan melanda bumi, kehidupan ini mereka sebut sebagai dunia bawah.”
Musik Kreatif Akulturatif begitulah kami menyebutnya. Lewat akulturasi gamelan diatonis atau instrument musik tradisi Indonesia lainnya dengan
instrument musik “modern”, menjadikan musik Sanggar Nuun memiliki gaya tersendiri dan tidak terjebak pada genre atau aliran musik tertentu.
Eksplorasi dalam bermusik tidak hanya sebatas pada instrument dan nada yang dihasilkan. Namun telah merambah ke upaya untuk memasukkan unsur disiplin
seni yang lain, seperti halnya teater dan sastra.
Musik
Produksi I “Qasidah Kontemporer”Pekan Raya Jakarta, 1994
Produksi II “Musik Kontemplatif” dalam Peringatan Tahun Baru Hijriah 1417UPN Veteran Yogyakarta, 1995
Produksi III “Musik Kreatif Akulturatif” dalam 50 Tahun Indonesia EmasTemanggung, 1995
Produksi IV “Persada” dalam Pekan Budaya SMF Adab IAIN Sunan Kalijaga YogyakartaIAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1995
Produksi V “Perahu”TVRI Stasiun Yogyakarta, 1995
Produksi VI “Musik Kreatif Akulturatif”dalam Talk Show “Malioboro-Malioboro”TVRI Stasiun Yogyakarta, 1996
Produksi VII “Kolaborasi Multi Seni” (Musik, Seni Rupa dan Sastra) dalam Peringatan 5 Tahun Sanggar NuunIAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1997
Produksi VIII “Musik Kreatif Akulturatif”Departemen Agama DIY dan Sekaten Alun-alun Utara, Yogyakarta 1997
Produksi IX “Musik Religius; AL-FATH” Yogyakarta, 1997
Produksi Musik X “Musik Religius” dalam Pekan Muharram 1418 HMasjid Saffinaturrahmah Yogyakarta, 1997
Produksi XI “Peduli”Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta, 1997
Produksi XII “Musikalisasi Puisi Istighosah”Naskah dan Sutradara: Nurul Huda SyPenata Musik: Mamiek SlametIAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan TVRI Stasiun Yogyakarta 1997
Produksi XIII “Musik Rebana” dalam Festival Rebana Qasidah al-Barzanji Purawisata Yogyakarta, 1997
Produksi XIV “Jazz Rock Gamelan; Jika Cinta Itu Angin”dalam Nuun di Titik Nol(Produksi bersama antar Divisi Sanggar Nuun 1997)IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1997
Produksi XV “Musik Representatif” dalam Penyambutan Mahasiswa Baru IAIN Sunan Kalijaga IIAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1998
Historiografi Karya Musik
Produksi XVI “Musik Pemuas Batin” dalam Pasar Komik Sanggar Nuun 2000IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1999
Produksi XVII “Sumpal”Purna Budaya, Taman Budaya Yogyakarta, 1999
Produksi XVIII “Menggapai Cahaya Illahi” IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001
Produksi XIX “Menebar Kasih Menggapai Cahaya”Komplek Candi Prambanan Yogyakarta, 2001
Produksi XX “Selamat Datang Keresahan”Arranger: Azi Hasan ArifIAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 20 September 2002
Produksi XXI “Naskah: Siti Zainon IsmailSutradara: Nurul Huda SyArranger: M. Nur Arifin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 26 Maret 2005
Produksi Musik XXII “Kidung Matahari-The Sound of Harmony”Naskah dan Sutradara: Mustain AhmadArranger: M. Nur Arifin, Asyharul Umam, Wahyu Widayat NarkoPenyelaras Musik: Mamiek SlametSaung Angklung Udjo Bandung, 27 April 201o Lembaga Indonesia Perancis Yogyakarta, 10 Mei 2010
Witir Sela Merapi”
Waktu menjadi cerita, karena waktu dialami
manusia secara nyata, dirasakan dan dimaknai adanya. Hubungan antara waktu dan keberadaan matahari membawa kepada konsep hari, yakni konsep waktu sederhana yang didasarkan pada rotasi bumi itu sendiri. Bumi berputar bersama waktu menurut garis edarnya, mengelilingi matahari, membawa cerita dan kisah bagi manusia.
Kidung Matahari bercerita tentang hari yang didasarkan pada kehadiran matahari, mulai dari semburat fajar, semangat pagi, panas tengah hari, senjakala, hingga hening dan gulita malam. Kidung Matahari juga berarti suatu perjalanan yang mencari nuansa musikal dan harmoni di setiap bagiannya. Dan perjalanan pun ternyata harus berakhir, Kidung Matahari menutupnya dengan sebuah kesaksian akan adanya akhir hari, melalui sebuah realitas bahwa matahari ternyata tidak terbit dari timur, namun bumilah yang berotasi dan menjadikan siang dan malam!.
Kidung Matahari “The Sound of Harmony” adalah Produksi Musik XXII Sanggar Nuun yang berangkat dari pengalaman sehari-hari tentang waktu, yang kemudian ditulis menjadi naskah oleh Mustain Ahmad dan diwujudkan ke dalam musik oleh M. Nur Arifin, Wahyu Widayat Narko dan Asyharul Umam. Kidung Matahari dikemas ke dalam musik kreatif akulturatif dengan memadukan teater dan
Setelah melalui proses yang cukup panjang, terhitung dari awal bulan Januari hingga pertengahan bulan Mei, Kidung Matahari “ The Sound of Harmony” dipentaskan di dua kota, yakni di Saung Angklung Udjo Bandung Jawa Barat pada 27 April 2010 dan LIP (Lembaga Indonesia Prancis) Yogyakarta pada 10 Mei 2010. Kidung Matahari menyajikan 8 komposisi musik, 6 musikalisasi dan pembacaan puisi, 3 lagu oleh paduan suara oleh PSM Gita Savana dan 2 tembang jawa.
Kidung MatahariKidung MatahariThe Sound of Harmony
Produksi Musik XXI
Sastra Profetik menjadi acuan Divisi Sastra dalam penciptaan karya kesusateraannya, yakni
suatu bentuk sastra yang berkutat pada nilai-nilai transendental. Penjelajahan “ruang gelap” dan pencarian simbol Maha Pencipta, yang diwujudkan dalam karya sastra.
Sebuah pilihan yang kami yakin akan menjadi semangat untuk terlibat dalam sejarah kemanusiaan.
Sastra Sastra
Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahuku Mengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestaku Berbekal sejuta do'a dan harapan menggebu Pembungkus tubuh sejak dalam kandungan ibuku Berbekal kompas bismillah yang diajarkan ayahku Di Universitas kehidupan yang menjadi almamaterkuBismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahuku Mengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestaku Setelah kutinggalkan tanah kelahiranku Di perbatasan cakrawala awal pengembaraan Setelah kutinggalkan sejerit tangisanDi pintu gerbang rahim kehidupan Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahuku Mengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestaku Menembus amukan badai, melawan hantaman gelombang Meremuklantakkan batu-batu karang yang menghadang Membelah malam-malam kelam ditinggalkan bintang-bintang Memburu hari-hari di perbatasan fajar yang merentang Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahuku Mengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mengharungi makna kesemestaan samudraMu dalam samudraku Mengharungi makna kehidupan samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mengharungi simbol-simbol samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mendendangkan puisi-puisi samudra semestaMu dalam samudra semestaku Memecahkan rumus-rumus samudra semestaMu dalam samudra semestaku Merenangi arti gelombang samudra semestaMu dalam samudra semestaku Merenangi arti debur ombak samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mengharungi daratan samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mengharungi belantara samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mengharungi tatasurya samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mengharungi cakrawala samudra semestaMu dalam samudra semestaku Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahuku Mengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestaku Meninggalkan tanah kelahiran di perbatasan awal pengembaraan Menuju batas a k h i r p e r j a l a n a n , d i s a a t p e r a h u k u l a b u h k a n
Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahuku Mengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestaku Berbekal sejuta do'a dan harapan menggebu Pembungkus tubuh sejak dalam kandungan ibuku Berbekal kompas bismillah yang diajarkan ayahku Di Universitas kehidupan yang menjadi almamaterkuBismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahuku Mengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestaku Setelah kutinggalkan tanah kelahiranku Di perbatasan cakrawala awal pengembaraan Setelah kutinggalkan sejerit tangisanDi pintu gerbang rahim kehidupan Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahuku Mengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestaku Menembus amukan badai, melawan hantaman gelombang Meremuklantakkan batu-batu karang yang menghadang Membelah malam-malam kelam ditinggalkan bintang-bintang Memburu hari-hari di perbatasan fajar yang merentang Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahuku Mengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mengharungi makna kesemestaan samudraMu dalam samudraku Mengharungi makna kehidupan samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mengharungi simbol-simbol samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mendendangkan puisi-puisi samudra semestaMu dalam samudra semestaku Memecahkan rumus-rumus samudra semestaMu dalam samudra semestaku Merenangi arti gelombang samudra semestaMu dalam samudra semestaku Merenangi arti debur ombak samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mengharungi daratan samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mengharungi belantara samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mengharungi tatasurya samudra semestaMu dalam samudra semestaku Mengharungi cakrawala samudra semestaMu dalam samudra semestaku Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahuku Mengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestaku Meninggalkan tanah kelahiran di perbatasan awal pengembaraan Menuju batas a k h i r p e r j a l a n a n , d i s a a t p e r a h u k u l a b u h k a n
Diskusi dan Dialog Sastra, “FEMINISME”IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1995
PENDELEGASIAN PIALA HB YASSIN VI 1995Lomba Baca Puisi Tingkat NasionalFozan SantaTaman Ismail Marzuki, Jakarta 25 - 31 Oktober 1995
PENDELEGASIAN PIALA HB YASSIN 1996Lomba Baca Puisi Tingkat NasionalFozan SantaTaman Ismail Marzuki, Jakarta 1996
Kolak Budaya “METEDOLOGI PENULISAN NASKAH DALAM PERSPEKTIF SASTRA”Bersama: Sri Harjanto SyahidIAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1997
Tadarus Puisi “MALAM SERIBU BUNGA”IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1997
Bedah Buku “JIKA JURNALISME DIBUNGKAMSASTRA HARUS BICARA”Karya: Seno G. AjidharmaDalam Nuun di Titik Nol(Produksi Bersama Antar Divisi Sanggar Nuun 1997)IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1997 LOMBA PEMBACAAN CERPEN TINGKAT MAHASISWA SE-DIYDalam Nuun di Titik Nol(Produksi Bersama Antar Divisi Sanggar Nuun 1997)IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1997
LOMBA PEMBACAAN PENERJEMAHAN CERPEN BAHASA ARAB TINGKAT MAHASISWA SE-DIY Dalam Nuun di Titik Nol (Produksi Bersama Antar Divisi Seni 1997)IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1997
Pesantren Sastra I “SASTRA, AGAMA TANPA EKSPRESI RITUS"Pembicara: Prof. Dr. Sumintho A Sayuthi, Dr. M. Machasin MA, Landung Simatupang, Kuswaedi Syafi`I, Bambang JP, Adi Wicaksono, Agus Noor, Abidah El Khalieqy, Dick Hartono, Hamdy Salad, Aprinus Salam, Bachrum Bunyamin, Otto Sukatno CR, Abdul Wachid BSPimpinan Produksi: Harits Abdul HakimIAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 18 - 24 Desember 1999
Bedah Buku “SAYAP-SAYAP PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KHALIL GIBRAN”.Karya: Prof. Dr. Suminto A. SuyutiBersama: Prof. Dr. Suminto A. Suyuti, A. Norma PermataRuang 207 Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 5 Oktober 2000
Pesantren Sastra II “MEMBACA 5,9 SR DENGAN MENULIS”Bersama: Hamdy Salad, Abidah el-Khalieqy, Yulia Nasrul Lathifi, Khanif Anwari, Bachrum Bunyamin Pimpinan Produksi: Mukhosis NoorBumi Perkemahan Babarsari Yogyakarta, 29 September - 1 Oktober 2006
Bedah Puisi “PERAHU” Karya: Bachrum BunyaminDalam Rangkaian Acara Pameran Visual Art Sanggar NuunTaman Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 14 April 2009
Jagongan Sastra dan Budaya “RAMADHAN DAN BUDAYA KONSUMSI DAN KEPENULISAN PUISI”Bersama: Wahyudin, M. Irsyadul Ibad, Iman RomansyahPimpinan Produksi: Arum FatimahTaman Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,Yogyakarta, 1-2 September 2009
Peluncuran Buletin “SAMPAN” Melayarkan Kembali Informasi Sastra dan BudayaNo.1 Tahun 2009 Edisi September-OktoberPimpinan Redaksi: Arum FatimahFakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009 Bedah Novel “KITAB DUSTA DARI SURGA” Karya: Aguk IrawanBersama: Aguk Irawan, WahyudinDalam Sanggar Nuun Expo “DERMAGA XVII” Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 26 Oktober 2009
Pesantren Sastra III “MENGEJA KATA MENCIPTA MAKNA”Bersama: Wahyudin, Inyiak Ridwan Mudhir, Aning Ayu Kusumawati, Abidah el-Khalieqy, Bachrum Bunyamin, M. Djadul MaulaPimpinan Produksi: Okta FirmansyahLingkungan Kampus Timur UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 19-21 Agustus 2010
Historiografi Karya Sastra Historiografi Karya Sastra
Membangun Atmosfer kreativitasAtmosfer kreativitas tak selalu identik dengan suasana kemanjaan dan kemerdekaan berkreasi. Situasi yang serba tertindas dan tertekan bisa juga dimaknai sebagai sebuah atmosfer kreativitas yang bisa mendorong seseorang untuk terus berkarya sebagai upaya untuk mendapatkan legitimasi kepenulisan di tengah deraan nasib yang menelikungnya.
Dalam konteks demikian, betapa perlunya menciptakan atmosfer kreativitas sebagai media untuk membangun ruang-ruang berkreasi, khususnya bagi calon-calon penulis. Mereka butuh banyak asupan kreativitas dari orang-orang di sekelilingnya untuk memacu semangatnya dalam mengasah potensi dalam dirinya. Sebagai sosok yang merdeka dan otonom, sang penulis tetap memiliki kekuatan personal untuk terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakter dan kekhasan dirinya.
Proses Kreatif Penciptaan Karya SastraKarya sastra tak lahir begitu saja dari seorang penulis, tetapi melalui sebuah proses kreatif. Bagaimana ia bermain dengan angan-angan untuk keinginannya menciptakan suatu karya sastra. Penciptaan itu dapat berangkat melalui berbagai macam proses, salah satunya melalui observasi dan pengamatan yang menyertakan kepekaan rasa dalam membaca fenomena, sehingga menemukan momentum penciptaan.
Proses kreatif tersebut berlanjut pada penekanan dalam landasan dasar, imajinasi, sublimasi, penghayatan, pencarian bentuk, kreativitas dan sejatinya kejujuran karya sastra hasil ciptaan penulis. Guna melengkapi dan menyeimbangkan proses kreatif tersebut, diperlukan banyaknya wacana keilmuan dan pengetahuan yang luas dari berbagai macam disiplin ilmu.
Proses kreatif yang “panjang” itu tak jarang membuat kebanyakan orang tidak ingin ambil pusing dalam penciptaan karya sastra sehingga lebih mengedepankan bentuk dari pada nilai dan isinya. Bisa saja hal itu bertujuan, bagaimana karya sastra hasil ciptaannya dapat laku keras dan diminati pasar. Karya sastra semacam itu bisa jadi tidak dapat dipertanggung jawabkan ditengah publik. Sangat berbeda dengan proses kreatif yang melalui pelbagai observasi dan kepekaan rasa yang tinggi, mereka lebih mengedepankan nilai dan isi tanpa mengesampingkan bentuk. Kepekaan rasa yang akan menemukan bentuknya sendiri, atau dapat juga dikatakan suatu bentuk mempunyai ruh.
Atmosfer kreatifitas yang berlanjut ke dalam proses kreatif penciptaan karya sastra yang jujur inilah yang coba diangkat oleh Sanggar Nuun dan melalui Pesantren Sastra III bertemakan “Mengeja Kata Mencipta Makna” yang diselenggarakan pada 27 Juli-22 Agustus 2010 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Maraknya pelbagai diskursus sastra yang dilakukan terutama mengenai kepenulisan, di satu sisi, sedikit banyak masih belum mampu mendorong seseorang untuk menciptakan karya sastra. Hanya sebagai wacana mentah yang berlaku ketika proses penggodogan tersebut berlangsung.
Dunia sastra era 20-an ditantang untuk menghasilkan tangan-tangan kreatif penulis muda dalam menciptakan dan mengapresiasi karya sastra yang mampu memberikan ruang perubahan bagi atau bahkan menjadi tanda bagi zamannya, seperti halnya Chairil Anwar dengan puisi bintang jalangnya yang menjadi semangat tersndiri bagi pejuang kemerdekaan bangsanya, atau Pramoedya Ananta Toer, menjadi besar lewat Novel Tetraloginya; Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca, yang justru harus mengalami dahulu pengalaman kelam dan sarat dengan penindasan.
Di sisi lain, diskursus sastra juga berdampak kepada sisi produksi teks yang berlimpah ruah melalui kelahiran penulis-penulis muda. Namun di balik banyaknya jumlah produksi teks tersebut, timbullah pertanyaan, bagaimana dengan kualitas teks-nya? yang hingga saat ini, sangat jarang tersentuh oleh kritik sastra.
Mencipta Makna
Pesantren Sastra III
Mengeja Kata
Seni RupaSeni Rupa
eni Rupa bukan sekedar karya seni yang bisa Sditangkap oleh mata dan
dirasakan dengan rabaan semata, lebih dari itu, Seni Rupa adalah media penyadaran manusia sebagai subyek yang mencipta kebudayaan, bukan sebagai konsumen yang bersifat pasif. Bertolak dari hal itulah, Sanggar Nuun mencoba untuk terus berkutat di wilayah Seni Rupa.
Dalam prosesnya, Divisi Seni Rupa tidak membatasi teknik dalam mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan ke berbagai bentuk dan medium karya seni rupa. Materi atau bahan apapun yang terdapat disekitar dapat dijadikan sebuah karya seni rupa.
PAMERAN FOTOGRAPHY Karya: A. Jay Lamong, Junaedy IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 27 Oktober 1997
LOMBA LUKIS KALIGRAFI TINGKAT DIY Dalam Nuun di Titik Nol (Produksi Bersama Antar Divisi 1997)IAIN Sunan KalijagaYogyakarta, 1997
PASAR KOMIK 2000IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1999
ANGKRINGAN KOMIK 2001Pimpinan Produksi: Lukman HakimHalaman Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 12-19 Maret 2001
Pameran Bersama ”VISUAL ART”Direktur Artistik: Mukhosis NoorPimpinan Produksi: Adib HasbullahFakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 13-15 April 2009
Pameran Seni Rupa 18 Tahun Sanggar Nuun “NDANG NGGAWE-GAWE”Warga Sanggar Nuun Bersama Bogang Jagro, Tri Suharyanto, Jhonny Chandra, Firman Pe-thuQ, Ali Hakim G.N, Janur Kilat, Edi Purwantoro, Iskandar Ishak, Anjar Ardianto, Johannes, Bebeth, Sindhu Cutter, Amri Yahya, Komunitas Origami JogjaPimpinan Produksi: Ahmad Nasrul AffandiDirektur Artistik: Adib HasbullahSayap Timur Gedung Multi Purpose UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 26-29 Oktober 2010
Mural Tembok “EDUKASI MELALUI PERCAKAPAN KOMIK” Adib Hasbullah, Akbar Binbachrie, M. Badrul Munif, Okta FirmansyahR.A UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1-15 Desember 2010
Historiografi Karya Seni Rupa
Historiografi Karya Seni Rupa
Afternuun School dibentuk pada tahun 2007. Afternuun School adalah tempat kuliah bagi orang-orang yang “berkebutuhan khusus”. Berkebutuhan khusus karena di sini tidak seperti kuliah di tempat-tempat umumnya orang kuliah.
Di sini, hanya ada rasa ingin tahu, sebagaimana rasa yang ada saat berproses untuk membuat karya, ada rasa ingin mencipta. Afternuun School juga berarti tempat pengembangan pemikiran bersama dalam komunitas tentang seni dan kebudayaan.
Pengembangan pemikiran diperlukan karena disatu
sisi wilayah praktek berkarya dalam komunitas Sanggar Nuun sudah berjalan dan sedikit banyak telah menemukan arahnya.
Dengan kata lain, praktek pengalamanan berkesenian yang selama ini telah menjadi sebuah karya atau hanya sebatas catatan dalam wilayah estetika juga harus terus diasah.
Afternuun bersifat terbuka kepada siapapun yang memiliki keingintahuan untuk memahami substansi wacana yang sedang terjadi di sekitar tempat berproses kreatif.
Lantai 1 Gedung Student Center No.03 UIN Sunan KalijagaJalan Laksda Adi Sucipto Yogyakarta 55281
Telepon: 0274-8244454e-mail: [email protected]
www.sanggarnuun.or.id
Susunan PengurusSanggar Nuun 2012-2014
Susunan PengurusSanggar Nuun 2012-2014
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Rumah Tangga
Unit Media dan Dokumentasi
Ilham Maulidin
Zulfan Arif
Sumiati
Mahmud Adibil MukhtarDeni Insan Kamil
Hanik Nurdiana SabitaAzam
Divisi Teater dan Pantomim
Divisi Musik
Divisi Sastra
Divisi Seni Rupa
Anin Luthfi MahfudhohFaturrohim
Nurkholis HamidAhmad Abdillah Barsas
Faisal AkbarThian Awanda Rachmayanti
Puput LestariAgus Awang Pamungkas
PERAHUPERAHU
Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahukuMengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestakuBerbekal sejuta do’a dan harapan menggebuPembungkus tubuh sejak dalam kandungan ibukuBerbekal kompas bismillah yang diajarkan ayahkuDi Universitas kehidupan yang menjadi almamaterku
Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahukuMengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestakuSetelah kutinggalkan tanah kelahirankuDi perbatasan cakrawala awal pengembaraanSetelah kutinggalkan sejerit tangisanDi pintu gerbang rahim kehidupan
Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahukuMengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestakuMenembus amukan badai, melawan hantaman gelombangMeremuklantakkan batu-batu karang yang menghadangMembelah malam-malam kelam ditinggalkan bintang-bintangMemburu hari-hari di perbatasan fajar yang merentang
Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahukuMengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestakuMengharungi makna kesemestaan samudraMu dalam samudrakuMengharungi makna kehidupan samudra semestaMu dalam samudra semestakuMengharungi simbol-simbol samudra semestaMu dalam samudra semestakuMendendangkan puisi-puisi samudra semestaMu dalam samudra semestakuMemecahkan rumus-rumus samudra semestaMu dalam samudra semestakuMerenangi arti gelombang samudra semestaMu dalam samudra semestakuMerenangi arti debur ombak samudra semestaMu dalam samudra semestakuMengharungi daratan samudra semestaMu dalam samudra semestakuMengharungi belantara samudra semestaMu dalam samudra semestakuMengharungi tatasurya samudra semestaMu dalam samudra semestakuMengharungi cakrawala samudra semestaMu dalam samudra semestaku
Bismillahi majreehaa wa mursaahaa, kulayarkan perahukuMengharungi samudra semestaMu dalam samudra semestakuMeninggalkan tanah kelahiran di perbatasan awal pengembaraanMenuju batas akhir perjalanan, disaat perahu kulabuhkan
Bachrum Bunyamin
Yogyakarta, 1992
Top Related