PRODUK-PRODUK BIOLOGIS
(BIOLOGICS)Dra. Ike Yulia Wiendarlina. M. Farm., Apt
Produk biologis adalah produk yang diperoleh dari tanaman atau hewan, yaitu :
Vaksin dari bakteri, riketsia dan viral origin. Imunoserum untuk pencegahan atau
pengobatan penyakit. Produk-produk diagnostik. Darah manusia. Produk-produk darah manusia.
DEFINISI
Produk Biologis
Antigen Antibodi
KLASIFIKASI
Substansi yang masuk ke dalam jaringan manusia atau vertebrata lain yang menyebabkan pembentukan antibodi.
Sifat biologis antigen : Imunogenesitas : suatu kemampuan
menginduksi pembentukan antibodi. Spesifik/khusus : ditentukan oleh suatu
determinan antigenik.
ANTIGEN
Secara kimia antigen biasanya adalah suatu protein, polisakarida berbobot molekul tinggi.
Secara fisika, antigen harus memiliki berat molekul tinggi (lebih dari 10.000 dalton).
Sifat kimia dan sifat fisika antigen
Contoh antigen yang secara langsung berhubungan dengan penyakit infeksi:
Eksotoksin Protein (permukaan sel bakteri dan pada
lapisan partikel virus). Polisakarida (permukaan sel dan kapsul
bakteri).
Mikroorganisme mengandung lebih dari satu antigen dan menyebabkan banyak determinan antigenik yang bervariasi dalam ukuran dan kompleksitas kimiawinya.
Asam amino aromatik memberikan imunogenesitas yang lebih besar daripada residu non aromatik.
Bentuk sederhana dari determinan antigenik ditentukan dengan adanya molekul antigenik kompleks yang disebut epitop.
Epitop dan antibodi berkombinasi membentuk struktur komplementer dan sesuai bersama-sama dalam susunan kunci dan anak kunci (lock and key arrangement).
Senyawa dengan berat molekul kurang dari 10.000 Dalton dapat menjadi bagian dari suatu antigen, disebut hapten. Karena bobot molekulnya rendah, hapten tidak dapat menginduksi pembentukan antibodi.
Hapten kurang memiliki sifat imunogenitas.
Terutama ditemukan pada serum darah, walaupun terdapat juga pada cairan tubuh yang lain, juga berhubungan dengan jaringan lain seperti nodus limfe dan membran mukosa.
Jika protein serum dipisahkan dengan elektroforesis, ada 4 fraksi yang lazim, yaitu albumin serum dan globulin alfa, beta dan gamma.
Antibodi umumnya terdiri dari fraksi gammaglobulin dan disebut dengan immunoglobulin.
ANTIBODI
Berdasarkan sifat fisika, kimia dan biologi, immunoglobulin dibagi dalam 5 subkelas: IgA, IgD, IgE, IgG dan IgM.
IgG merupakan jumlah terbanyak dalam immunoglobulin serum, ditemukan sekitar 80% sesudah infeksi virus atau bakteri.
IgG mempunyai berat molekul kira-kira 150.000 dan menngandung kurang lebih 1400 asam amino.
IgM ditemukan pada bayi yang baru lahir.
Klasifikasi immunoglobulin
IgA, IgD dan IgE ditemukan dalam konsentrasi yang relatif rendah dalam serum darah.
IgA merupakan immunoglobulin utama dalam sekresi eksternal seperti saliva, sekresi saluran pernafasan dan saluran pencernaan, kemungkinan membentuk mekanisme pertahanan pada area tersebut.
IgE hanya 0,004 % dari total immunoglobulin serum, tapi terikat dengan afinitas yang tinggi pada sel mast.
LANJUTAN
Melalui kombinasi dengan antigen spesifik tertentu yang disebut alergen, molekul IgE mencetuskan pembebasan suatu mediator kimia yang disebut histamin dari sel mast.
Histamin bertanggung jawab pada gejala seperti asma, hay fever, anafilaksis dan erupsi kulit.
IgD adalah suatu monomer, mungkin sebagai reseptor antigen pada sel yang memproduksi antibodi yang dirancang untuk mencetuskan pembentukan antibodi.
LANJUTAN
IMUNITAS
ALAMI (NATURAL/INNATE)
DAPATAN (ACQUIRED)
KLASIFIKASI IMUNITAS
IMUNITAS DAPATAN
AKTIF
AKTIF DAPATAN
ALAMI
AKTIF DAPATAN BUATAN
PASIF
PASIF DAPATAN
ALAMI
PASIF DAPATAN BUATAN
Kekebalan aktif diartikan sebagai kekebalan spesifik yang dikembangkan oleh seseorang sebagai respon terhadap masuknya substansi antigenik ke dalam tubuh.
Substansi antigenik dapat diperoleh melalui : Cara alami ( kekebalan aktif dapatan alami), eq:
penyembuhan dari infeksi campak (measles) atau scarlet fever. Berkembang pelan dan biasanya bertahan dalam waktu lama (long acting).
Melalui pemberian vaksin atau toksoid (kekebalan aktif dapatan buatan). Berkembang bertahap dan biasanya juga bertahan dalam waktu yang lama.
LANJUTAN
Antibodi dapat dideteksi di dalam serum beberapa hari setelah injeksi pertama, tergantung pada sifat antigen dan tempat injeksinya.
Titer antibodi meningkat secara bertahap dan menurun setelah beberapa bulan.
Injeksi kedua yang diberikan selagi antibodi dari stimuluspertama masih ada akan menghasilkan peningkatan yang cepat untuk mencapai kadar puncak yang lebih tinggi.
LANJUTAN
Injeksi kedua seharusnya tidak terlalu dekat dengan suntikan pertama, karena tidak ada efek pada penambahan produksi antibodi.
Antibodi hilang dalam waktu yang lebih lambat dibandingkan dengan suntikan yang pertama.
Kenaikan yang cepat dari titer antibodi setelah pemberian antigen kedua (suntikan booster) dimungkinkan karena sel penghasil antibodi sudah dipancing oleh kontak pertama dengan antigen.
Selanjutnya memberikan respon yang lebih cepat dan efektif pada saat dikenai antigen kedua kalinya. Fenomena ini disebut recall atau anamnestic.
LANJUTAN
Komponen seluler utama dalam sistem imun adalah makrofag dan limfosit.
Sumber serum antibodi adalah limfosit tertentu yang disebut sel B, berasal dari sumsum tulang manusia.
Sel B dikenal sebagai sistem humoral atau imunitas karena sel B tersirkulasi dalam cairan tubuh, khususnya darah.
Sel B menangani sebagian besar infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
LANJUTAN
Limfosit lain yaitu sel T, berasal dari sumsum tulang tetapi tergantung pada sel thymus.
Sel T lebih pasif daripada sel B dan jarang ditemukan pada sirkulasi darah.
Sel T berfungsi menahan infeksi yang disebabkan oleh jamur (fungi), basil tahan asam (eq. Mycobacterium tuberculosis) dan virus.
Sel T bertanggung jawab terhadap hipersensitif yang lambat, seperti reaksi tuberkulin dan dermatitis karena racun ivy.
Menjaga kekebalan terhadap kanker dan mediator penolakan pencangkokan.
Lanjutan
Jenis lain dari sel T adalah sel Th (helper) dan Ts (suppressor), bertugas sebagai immunoregulator dalam sistem imun spesifik.
Interaksi selular antara sel Th dan sel B penting untuk respon imun humoral yang spesifik pada antigen umumnya.
Bila sel Th mengenali antigen, mereka menstimulasi sel B dan sel T lainnya yang spesifik untuk antigen yang sama, berakibat terjadinya proliferasi dan deferensiasi.
Sel Ts mempunyai efek berlawanan dan menghilangkan aktivitas sel kelompok yang sama.
LANJUTAN
Kekebalan pasif merupakan tipe yang dikembangkan dengan pemberian antibodi (bukan antigen) ke dalam tubuh. Sel tubuh tidak distimulasi untuk menghasilkan antibodinya sendiri.
Kekebalan pasif dapatan alami adalah kekebalan yang diperoleh bayi baru lahir melalui transmisi antibodi dari darah ibu, dihasilkan cepat tapi tidak tahan lama.
Injeksi produk biologi yang mengandung antibodi seperti antitoksin difteri atau gammaglobulin menghasilkan kekebalan pasif dapatan buatan yang cepat tapi tidak bertahan lama.
LANJUTAN
Beberapa produk biologis dimaksudkan untuk terapi profilaktik atau preventif dan beberapa produk yang lain dapat digunakan sebagai tindakan terapeutik atau kuratif.
Vaksin dan toksoid memberikan kemampuan preventif tapi tidak memberikan proteksi segera kepada pasien.
Antitoksin, serum dan globulin memberikan proteksi instan kepada pasien.
LANJUTAN
Semua produk biologi mempunyai tanggal kadaluarsa karena tidak dapat mempertahankan potensinya untuk waktu yang tidak dapat ditentukan.
Potensi produk biologis masih bisa bertahan sampai mendekati akhir tanggal kadaluarsa tergantung metode penyimpanan.
Pada umumnya produk biologis disimpan pada suhu 2-8⁰C, beberapa produk memerlukan suhu yang lebih rendah.
LANJUTAN
VAKSIN
Vaksin dapat mengandung virus hidup, virus yang dilemahkan atau dimatikan, riketsia yang dimatikan, bakteri yang dilemahkan atau dimatikan.
Digunakan sebagai inokulasi untuk merangsang pembentukan antibodi.
Pada umumnya vaksin digunakan sebagai tindakan profilaksi, karena imunitas yang dihasilkan dari vaksin berkembang lebih lambat dibandingkan masa inkubasi sebagian besar infeksi.
Vaksin harus diberikan sebelum terpapar infeksi.
VAKSIN
Kekecualian pada vaksin rabies, karena virus rabies mempunyai periode inkubasi rata-rata 35 hari pada manusia, biasanya merupakan waktu yang cukup untuk mengembangkan antibodi protektif jika vaksin diberikan sesudah terpapar virus rabies.
Vaksin mati memberikan proteksi dalam waktu yang sangat terbatas, sehingga perlu pemberian ulang untuk menjaga potensinya.
Keuntungan imunisasi aktif, jauh lebih banyak dibandingkan bahaya penggunaan vaksin, sejauh benar-benar diikuti aturan pemakaiannya.
LANJUTAN
Penggunaan vaksin dikontraindikasikan pada kondisi dimana respon imun ditekan, misalnya selama terapi : Kortikosteroid Antineoplastik immunosupressan Radiasi
Pasien dengan defisiensi immunoglobulin (agammaglobulin dan disgammaglobulin)
Pasien dengan infeksi laten atau aktif.
LANJUTAN
Imunisasi aktif mungkin dapat menimbulkan efek samping :
Demam Rasa sakit pada tempat suntikanArtralgia/nyeri sendi dan artritis /radang
sendi pada vaksin rubella Kejang pada vaksin pertusis Alergi akibat organisme yang terdapat pada
vaksin atau protein yang dimasukkan ke dalam vaksin selama proses pembuatannya.
LANJUTAN
VAKSIN VIRAL
Mengandung virus hidup, digunakan untuk profilaksis melawan :
Gondongan/mumps Rubella Rubeola Cacar/smallpox Demam kuning
Virus yang tidak aktif atau dimatikan digunakan pada :
vaksin influenza rabies
VAKSIN VIRAL
Pada imunisasi poliomyelitis digunakan sediaan yang mengandung virus hidup yanng dilemahkan atau virus yang dimatikan.
Kultivasi virus merupakan suatu masalah karena virus tergantung penuh pada sel hidup dan makanannya.
Tidak diketahui metode pertumbuhan virus pada media kultur buatan.
Sejumlah virus yang digunakan secara langsung pada vaksin viral, ditumbuhkan pada kultur embrio anak ayam, ginjal monyet atau sel diploid manusia.
Saat ini lebih banyak digunakan kultur jaringan dari sel manusia.
LANJUTAN
Merupakan virus hidup dari vaksinia (cowpox) yang ditumbuhkan pada kulit anak sapi yang divaksinasi.
Tersedia dalam bentuk kering dan cair. Dalam bentuk cair mengandung suspensi
yang halus dan aqueous dari jaringan yang terinfeksi.
Mengandung 40-60% gliserin atau sorbitol dan tidak lebih dari 0,5% fenol sebagai pengawet.
Ditemukan pertamakali oleh Dr. Edward Jenner.
VAKSIN CACAR
Vaksin cair harus disimpan di bawah 0⁰C. Vaksin kering disimpan pada temperatur 2-
8⁰C, karena potensinya dengan cepat menghilang pada temperatur yang lebih tinggi.
Vaksin cacar digunakan sebagai profilaksis sebelum terjadi infeksi, dapat membuat imunitas aktif selama kira-kira 7 tahun.
Diberikan perkutan, satu tube kapiler dengan metode tusukan multiple.
LANJUTAN
Saat ini sudah tidak digunakan secara umum karena penyakit cacar sudah dianggap dapat diberantas secara sempurna di dunia.
Vaksin ini hanya diindikasikan pada pekerja laboratorium yang secara langsung berhubungan dengan virus variola atau virus orhtopox.
LANJUTAN
Vaksin ini juga dikenal sebagai “human diploid cell rabies vaccine atau HDCV”.
Merupakan suatu sediaan terliofilisasi steril dari virion seluruhnya atau sebagian virus rabies.
Vaksin ini direkomendasikan terutama untuk mencegah rabies pada seseorang yang digigit binatang yang diduga atau diketahui gila.
Vaksin ini juga dapat diberikan pada veterinarian atau individu resiko tinggi sebelum tergigit (pre-exposure).
Dosis pre-exposure adalah 3 kali injeksi I mL vaksin yg sudah direkonstitusi pada hari ke 0, 7 dan hari ke 21.
VAKSIN RABIES
Untuk kejadian sesudah gigitan (post-exposure), imunisasi diberikan sesegera mungkin sesudah luka, 5 kali 1 mL pada hari ke 0, 3, 7, 14, dan 28.
Tambahan proteksi dapat diberikan immunoglobulin rabies pada saat pemberian dosis vaksin yang pertama, khususnya pada kasus digigit binatang buas.
LANJUTAN
Demam kuning (yellow fever/yellow jack) merupakan penyakit endemik di daerah tropis tertentu, yang disebabkan oleh suatu virus yang dapat melewati suatu filter dan tidak dapat dikultivasi dengan vektor nyamuk Aedes.
Vaksin demam kuning merupakan suatu strain virus demam kuning yang dilemahkan, dipilih untuk aktivitas yang tinggi dan aman.
VAKSIN DEMAM KUNING (YELLOW FEVER)
Dipersiapkan dengan kultur virus pada embrio hidup dari Gallus domesticus.
USA membatasi pemakaian vaksin ini pada orang yang akan melalui perjalanan ke daerah endemik demam kuning.
Waktu kadaluarsa 1 tahun setelah diedarkan.
Harus disimpan di bawah suhu 0⁰C
LANJUTAN
Vaksin ini mempunyai derajat strain yg spesifik dan ketidakstabilan genetik, sehingga memerlukan re-evaluasi komponen vaksin virus influenza secara kontinyu.
Vaksin merupakan sediaan steril, suspensi cair dari virus influenza tipe A dan B yg sesuai, secara individual atau kombinasi keduanya, atau subunit virus cairan embrionik ayam yg sdh diinfeksi virus.
VAKSIN VIRUS INFLUENZA
Vaksin ini mengandung pengawet yang sesuai dan adsorben seperti aluminium fosfat atau protamin.
Harus disimpan pada suhu 2-8⁰C dan kadaluarsa dalam waktu tidak lebih dari 18 bulan sejak dikeluarkan.
Diberikan 0,5 mL secara im. Direkomendasikan unyuk individu resiko
tinggi.
LANJUTAN
Vaksin virus polio inaktif (IPV Salk) merupakan suspensi steril dari virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3.
Strain virus ditumbuhkan secara terpisah terutama pada kultur jaringan ginjal monyet Rhesus.
Virus diinaktivasi dengan formaldehid, kemudian formaldehid dinetralisasi dan ditambahkan pengawt.
Tiga tipe virus disatukan dan diperoleh campuran berupa vaksin trivalent.
VAKSIN POLIOMYELITIS
Vaksin sudah melalui berbagai tahap penelitian dan dikembangkan oleh Dr. Jonas Salk.
Diberikan secara sub kutan, 3 kali injeksi 1 mL dalam 4 minggu atau lebih secara terpisah
Dosis penguatan ke 4 sebanyak 1 mL dalam waktu 6 bulan atau 12 bulan berikutnya.
Vaksin virus polio hidup-oral merupakan sediaan dari satu atau kombinasi 3 tipe virus hidup yang dilemahkan, sering disebut Trivalent Oral Polio Vaccine (TOPV) dan mengandung tipe 1, 2,3 virus polio strain Sabin.
LANJUTAN
Vaksin polio Sabin dapat melindungi paralisis karena poliomyelitis juga dapat menghambat pertumbuhan virus di saluran cerna.
Harus disimpan pada suhu -10⁰C Tanggal kadaluarsa kurang dari 1 tahun. Diberikan dalam 2 dosis dalam interval 8
minggu dan dikuatkan lagi 8-12 bulan kemudian.
LANJUTAN
Vaksin ini mengandung rubeola (measles/campak) dan rubeola (campak Jerman) hidup yang dilemahkan.
Virus vaksin ini ditumbuhkan pada kultur jaringan embrio burung atau jaringan sel diploid manusia.
Tersedia dalam bentuk liofilisat. Disimpan pada temperatur 2-8⁰C Tanggal kadaluarsa 1 tahun. Direkomendasikan untuk anak>15 bulan.
VAKSIN CAMPAK (MEASLES)
Imunisasi aktif untuk campak jerman pada usia 1 tahun sampai remaja.
Tidak boleh diberikan pada wanita hamil. Diberikan secara sub kutan dosis tunggal. Tidak direkomendasikan untuk anak di
bawah 1 tahun.
LANJUTAN
Vaksin virus hidup yang dilemahkan. Diperoleh dari virus strain B-level Jeryl Lynn. Ditumbuhkan pada kultur jaringan sel embrio
anak ayam. Memberikan kekebalan aktif selama 10 tahun. Tidak direkomendasikan pada bayi kurang
dari 1 tahun. Tersedia dalam bentuk liofilisat. Diberikan dalam dosis tunggal dengan injeksi
sub kutan.
VAKSIN GONDONGAN (MUMPS)
Vaksin hepatitis B terdiri dari partikel antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) yang diperoleh dari plasma karier HBsAg kronis yg sehat, dipisahkan dari partikel yg terinfeksi dgn sntrifuge densitas tinggi dan diabsorpsikan pada aluminium hidroksida.
Antibodi khusus (anti HBs) 75-90% berkembang pada orang dewasa sehat sesudah 2 dosis pertama, 85-90% sesudah dosis ketiga.
VAKSIN HEPATITIS
Bila sudah lama mungkin diperlukan booster.
Direkomendasikan untuk individu beresiko tinggi.
Diberikan im 3 dosis 1 mL (20µg) dengan 2 dosis jarak 1 bulan.
Booster 6 bulan setelah suntikan pertama. Pada pasien yg menjalani dialsis, digunakan
3 dosis 2 mL (40µg). Anak-anak di bawah 10 tahun diberikan 3
dosis 0,5 mL (10µg).
LANJUTAN
Mengandung virus campak dan rubella, virus rubella dan gondongan atau virus campak, virus rubella dan virus gondongan.
Diberikan subkutan pada anak usia 15 bulan atau lebih.
Tidak direkomendasikan untuk bayi di bawah 15 bulan.
VAKSIN VIRUS KOMBINASI
VAKSIN RICKETTSIAL
Di kultur pada embrio anak ayam atau kultur jaringan ginjal monyet.
Tidak dapat ditumbuhkan dalam media kultur buatan.
Saat ini sudah tidak diproduksi lagi. Contoh penyakit yang diatasi dengan vaksin
jenis ini: tifus murin, demam tsutsugamushi.
VAKSIN RICKETTSIAL
VAKSIN BAKTERI
Terdiri dari suspensi yang dilemahkan atau dimatikan dalam larutan natrium klorida atau pelarut lain yang sesuai.
Strain bakteri yang digunakan harus diseleksi supaya antigenesitasnya tinggi .
Suspensi dari organisme muda yang hidup pada kultur media standar dimatikan secara kimia, dengan penerapan panas basah pada temperatur di atas deathpoint atau dengan paparan uv.
VAKSIN BAKTERI
Strain bakteri yang halus/smooth atau strain S lebih antigenik daripada strain kasar/rough atau starin R.
Respon imunologi yang baik diperoleh pada vaksin bakteri untuk kasus kolera, pertusis, pes dan tifoid.
Keefektifan vaksin BCG, meningitis dan pneumokokal masih dievaluasi.
LANJUTAN
Merupakan imunisasi aktif untuk melawan demam tifoid.
Vaksin ini berupa suspensi steril atau sediaan padat yang mengandung basil tifoid yang dimatikan (Salmonella typhi) atau stain Ty-2 yang sudah diseleksi.
Disebut vaksin enterik karena mencegah pengaruh penyakit pada saluran cerna.
Direkomendasikan bagi orang yang kontak serumah dengan karier tifoid atau orang yang pergi ke daerah endemik demam tifoid.
VAKSIN TIFOID
Diberikan secara sub kutan 2 kali 0,5 mL pada rentang waktu 4 minggu, diikuti 0,5 mL setiap 3 tahun sesudahnya.
Injeksi booster direkomendasikan jika terjadi resiko demam tifoid.
LANJUTAN
Suspensi steril dari Vibrio cholerae yang dimatikan dalam larutan natrium klorida isotonik atau larutan yang sesuai.
Diperoleh dari strain Inaba dan Ogawa. Harus disimpan pada suhu 2-8⁰C. Tanggal kadaluarsa tidak lebih dari 18
bulan. Dosis lazim adalah injeksi sub kutan atau im
0,5 mL, kemudian 0,5 mL 1 atau 4 minggu sesudahnya, diulang dengan dosis 0,5 mL tiap 6 bulan jika perlu.
VAKSIN KOLERA
Suspensi steril dalam larutan natrium klorida isotonik atau larutan yang sesuai dari basil pes yang dimatikan (Yersinia pestis) dari strain yang dipilih.
Tikus merupakan binatang yang menyimpan organisme ini, tapi ditularkan pada manusia melalui gigitan kutu yang ada pada tikus.
Diberikan pada orang yang akan bepergian ke daerah pes, misal Mongolia, China, nepal dan orang-orang yang sering kontak dengan rodentia buaspada daerah yang rawan pes.
VAKSIN PES/PLAGUE
Pemberian secara im 2 kali 1,0 mL dosis pertama.
Dosis kedua 0,2 mL setelah 1-3 bulan. Dosis ketiga 0,2 mL 3-6 bulan sesudahnya
jika direkomendasikan.
LANJUTAN
Batuk rejan atau pertusis disebabkan oleh Bordetella pertusis, yaitu toksin yang ada dalam tubuh bakteri tersebut.
Organisme tersebut menyerang silia dari sel epitel di dalam trachea dan menyebabkan iritasi yang menimbulkan spasme batuk.
Vaksin pertusis merupakan frkasi bakteri steril atau suspensi steril dari basil pertusis yang dimatikan.
Penggunaannya 12 unit protektif per dosis imunisasi individual.
VAKSIN PERTUSIS
Harus disimpan pada suhu 2-8⁰C dan harus dijaga agar tidak beku.
Tanggal kadaluarsa 18 bulan setelah tanggal pengeluaran.
Dapat diberikan dalam bentuk kombinasi dengan difteria dan toksoid tetanus. Untuk memberikan imunisasi multiple.
Tidak direkomendasikan pada anak-anak sesudah berumur 7 tahun.
LANJUTAN
Vaksin ini dikenal sebagai vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Sediaan beku kering dari kultur strain Tuberculosis bovine yang dilemahkan.
Vaksin BCG merupakan kultur hidup pada medium yang sesuai, dalam keadaan kerig ari basil Calmette Guerin strain Mycobacterium tuberculosis var. bovis.
Waktu kadalauarsa 1 tahun jika disimpan pada suhu 5⁰C.
VAKSIN TUBERKULOSIS
Harus segera digunakan dalam waktu 2 jam setelah direkonstitusi.
Vaksin ini tidak permanen. Direkomendasikan terutama untuk orang
yang terpapar tuberkulosis yang tinggi. Hanya diberikan pada individu yang
mempunyai hasil skin test tuberkulin yang negatif.
Diberikan intradermal dalam dosis 0,1 mL.
LANJUTAN
Merupakan vaksin meningococcal polisakarida yang mengandung polisakarida kapsular bakteri yg spesifik, yaitu Neisseria meningitides serogrup A,C,Y dan W-135.
Sudah tersedia vaksin bivalen serogrup A dan C.
Penggunaan diindikasikan untuk anak di atas 2 tahun, rekrutmen tenaga militer dan orang dewasa yang beresiko pada area epidemik.
Diberikan secara subkitan 0,5 mL.
VAKSIN MENINGITIS
Diperoleh dari isolasi dan pemurnian antigen polisakarida strain Streptococcus pneumoniae.
Diindikasikan pada anak usia 2 tahun atau lebih.
Diberikan sebagai dosis tunggal 0,5 mL secara subkutan atau im.
Tidak direkomendasikan lebih dari 1 dosis.
VAKSIN PNEUMOKOKKAL
Vaksin polisakarida Hemofilus B terdiri dari kapsular Haemophilus influenzae tipe B (Hib) yang dimurnikan.
Direkomendasikan pada semua anak saat usia 2 tahun atau pada anak usia 2-5 tahun yang belum pernah diimunisasi sebelumnya.
Diberikan secara subkutan dengan dosis tunggal 0,5 mL.
VAKSIN HAEMOFILUS
ANTIGEN DIAGNOSTIK
Adalah sejumlah sediaan yang mengandung antigen, digunakan sebagai alat bantu diagnostik untuk menentukan apakah seseorang sudah mempunyai hipersensitif yang dikembangkan terhadap suatu organisme.
Hipersensitifitas tersebut biasanya merupakan hasil dari suatu infeksi sebelumnya yang disebabkan ole agen spesifik secara etiologi.
LANJUTAN
Sejumlah kecil sediaan diagnostik biasanya diinjeksikan secara intardermal dan reaksi perkembangan biasanya dibaca pada 48 jam, walaupun pengamatan pada 24 jam dan 72 jam sering berguna.
Respon positif biasanya ditandai dengan eritema yang terlokalisasi.
LANJUTAN
Merupakan sediaan yang diperoleh dengan sejumlah cara dari basil tuberkel manusia dan strain bovine.
Tidak larut dalam alkohol yangn dibebaskan oleh organisme selama multiplikasi.
Digunakan sebagai agen diagnostik untuk menentukan apakah seseorang atau binatang sedang atau sudah terinfeksi Mycobacterium.
TUBERKULIN
Diberikan secara intrakutan, digosok-gosokkan pada kulit yang digores, dengan meneteskan pada mata atau dengan cara lain.
Reaksi positif ditandai dengan adanya kemerahan atau inflamasi.
Hasil tes positif tidak menandakan infeksi aktif, tetapi menandakan perlunya dilakukan evaluasi lebih lanjut.
LANJUTAN
Disebut juga tuberkulin pekat, tuberkulin kasar atau tuberkulin Koch.
Merupakan larutan steril yang dipekatkan dan mudah larut dari basilus tuberkel (Mycobacterium tuberculosis).
Larutan disesuaikan dengan potensi standar dengan penambahan gliserin dan larutan natrium klorida isotonik.
TUBERKULIN LAMA
CARA PENYIAPAN TUBERKULIN LAMA : Basil tuberkel ditumbuhkan pada medium
Broth selama 8 minggu. Kultur kemudian dididihkan, organismenya
disaring dan dibuang, filtrat diuapkan hingga 1/10 volumenya.
Produk akhir adalah cairan bening kecoklatan yang mudah bercampur dengan air dan berbau khas.
LANJUTAN
Tuberkulin harus disimpan pada suhu 2-8⁰C. Tanggal kadaluarsa dalam bentuk kering 5
tahun, tapi dalam bentuk larutan tidak lebih 1 tahun setelah tanggal pembuatan atau pengeluaran.
Digunakan sebagai alat diagnostik imunologi pada pasien yang diduga menderita tuberkulosis.
Karena adanya gliserin, pepton dan garam mineral pada produk akhir bisa menimbulkan hasil positif palsu.
LANJUTAN
Diberikan secara intradermal, dengan dosis 5 unit tuberkulin.
Hasil tes positif ditandai dengan adanya daerah inflamasi dan indurasi yang jelas atau udem berdiameter 5 mm, yang terlihat pada 6-8 jam dan mencapai maksimun pada 24-48 jam.
Biasanya hilang dalam 6-10 hari.
LANJUTAN
Merupakan produk steril, mudah larut dan dimurnikan sebagian dari suatu pertumbuhan basilus tuberkel (Mycobacterium tuberculosis) yang disiapkan dalam medium cair khusus yang bebas protein.
Basil tuberkel dikultur pada medium sintetik sampai diperoleh pertumbuhan yang diinginkan.
Material tuberkulin aktif yang sudah disaring dimurnikan dengan presipitasi menggunakan asam trikloroasetat.
PPD TUBERKULIN/TURUNAN PROTEIN TUBERKULIN YANG DIMURNIKAN
Masa kadaluarsa PPD tuberkulin tidak kurang dari 2 tahun setelah pembuatan atau pengeluaran.
Digunakan untuk diagnosa pada pasien yang diduga menderita tuberkulosis, tidak digunakan untuk mengobati.
Diberikan secara intradermal dalam 5 unit dosis. Hasil tes dibaca pada 48-72 jam setelah
pemberian. Hasil positif ditandai dengan adanya indurasi
yang jelas dengan ukuran 10 mm atau lebih.
LANJUTAN
Merupakan larutan pekat steril yang sudah distandarisasi dari fungi Histoplasma capsulatum, ketika tumbuh pada fase miselial dalam medium sintetik.
Digunakan pada skintest untuk menentukan adanya histoplasmosis, suatu penyakit yang dapat menyebabkan pembesaran hati, limfa dan nodus limfe.
Merupakan alat bantu diagnosa untuk menentukan apakah seorang pasien menyimpan organisme fungi.
HISTOPLASMIN
Harus disimpan pada suhu 2-8 ⁰C. Masa kadaluarsa 2 tahun setelah pembuatan
atau pengeluaran. Diberikan secara intradermal dengan dosis
0,1 mL pada flexor lengan bawah. Penderita histoplasmin biasanya memberika
reaksi positif pada skin test. Beberapa individu yg tanpa gejala penyakit
dapat memberikan reaksi positif, hal ini menun jukkan paparan subklinis atau reaksi silang dari ekstrak fungi dengan organisme fungi lain dalam tubuh.
LANJUTAN
Direkomendasikan dengan tes tuberkulin untuk menghilangkan kemungkinan adanya tuberkulosis.
Skin test histoplasmin jarang digunakan, karena kemungkinan meningkatkan titer fiksasi komplemen, yang merupakan metode yang lebih disukai untuk mendiagnosa infeksi aktif pada histoplasmosis.
LANJUTAN
Disebut juga toksin difteri untuk test Schick Merupakan larutan steril dari pertumbuhan
basilus difteria (Corynebacterium diphteriae)yang sudah diencerkan dan distandarisasi.
Diberikan secara intradermal 0,I mL larutan kontrol pada lengan bawah kiri dan 0,I mL toksin pada lengan bawah kanan.
Reaksi positif ditandai dengan warna kemerahan diameter 1cm atau lebih setelah 24-36 jam, pada lengan kanan (intensitas terbesar pada hari ke 4 atau ke 5). Pada lengan kiri tidak ada reaksi.
TOKSIN DIFTERI
Merupakan suspensi steril dari formaldehid-virus gondong inaktif yang disiapkan dari cairan embrio ayam yang diinfeksi dengan virus gondong.
Harus disimpan pada suhu 2-8⁰C. Masa kadaluarsa 18 bulan.
ANTIGEN SKIN TEST UNTUK GONDONG/MUMPS
Diberikan secara intradermal untuk mendeteksi apakah seseorang pernah terpapar virus gondong, khususnya digunakan selama atau sesudah masa remaja.
Tes positif ditandai dengan eritema berdiameter 1, 5 cm yang nampak pada 24-36 jam setelah injeksi 0,1 mL antigen.
LANJUTAN
TOKSIN DAN TOKSOID
Toksin adalah produk sisa bakteri yang dianggap beracun pada tubuh hewan.
Bisa bekerja sebagai antigen karena kemampuannya merangsang sel-sel tertentu untuk menghasilkan antibodi yang disebut antitoksin.
Eksotoksin : toksin yang dihasilkan oleh sel bakteri dan dilarutkan dalam medium kultur sekelilingnya.
Endotoksin : toksin yang dihasilkan oleh sel bakteri dan tetap berada di tubuh bakteri.
Untuk menghasilkan larutan eksotoksin secara komersial, organisme yang sangat virulen dikulturkan pada medium Broth daging sapi, lalu dimatikan dengan cara yang sesuai, disaring dengan filtrat bakteri.
Filtrat yang mengandung toksin dan produk lain dari pertumbuhan, distandarisasikan pada hewan yang sesuai untuk menentukan minimum lethal dose.
LANJUTAN
Clostridium botulinum merupakan sumber yang paling beracun.
Mikroorganisme yang secara umum tidak dapat tumbuh dalam tubuh hewan berdarah panas, tapi mampu menyebabkan kematian jika eksotoksinnya tertelan/masuk ke lambung.
Toksin yang dihasilkan bakteri ini jika dibandingkan dengan tipe racun protein yang lain (toksin difteria dan bisa ular) , mempunyai potensi 10-1000 kali lebih tinggi.
LANJUTAN
Perlakuan terhadap eksotoksin dengan formaldehid dapat mengurangi/mengeliminasi sifat toksik tanpa mempengaruhi sifat antigeniknya.
Produk yang didetoksifikasi dengan cara ini disebut toksoid cair, digunakan untuk menginduksi imunitas aktif buatan pada individu yang rentan.
Dengan presipitasi atau adsorbsi toksoid cair menggunakan aluminium, aluminium hidroksida atau aluminium fosfat, dihasilkan toksoid teradsorbsi.
LANJUTAN
Toksoid teradsorbsi akan membebaskan antigen lebih lambat dan menghasilkan titer antibodi yang lebih tinggi dan lebih panjang.
Toksoid teradsorbsi cenderung lebih mudah menghasilkan reaksi lokal pada tempat injeksi, oleh karena itu harus diberikan secara i.m sedangkan toksoid cair dapat diberikan secara subkutan.
Toksoid cair dan teradsorbsi keduanya digunakan untuk menghasilkan imunitas aktif melawan difteria dan tetanus.
LANJUTAN
Pada anak kecil, toksoid difteri, dan tetanus sering dikombinasikan dengan vaksin pertusis, disebut sebagai triple antigen DTP.
Imunisasi ulangan dapat meningkatkan beberapa reaksi lokal.
Harus disimpan pada suhu 2-8⁰C. Kadaluarsa 2 tahun sesudah pengeluaran.
LANJUTAN
ANTITOKSIN
Disiapkan dari darah binatang, biasanya kuda yang sudah diimunisasi dengan injeksi berulang oleh suatu eksotoksin bakteri tertentu.
Toksin yang diberikan dengan dosis yang meningkat secara konstan merangsang pembentukan antitoksin dalam darah hewan.
Antitoksin dari kuda diberikan secara hati-hati untuk menjaga terjadinya alergi.
Pemberian serum dari kuda dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas dari anafilaksis akut sampai kematian.
Merupakan larutan steril, non pirogenik, dari protein pekat dan dimurnikan terutama globulin yang mengandung antibodi antitoksin yang diperoleh dari serum atau plasma kuda sehat yang diimunisasi dengan toksin atau toksoid difteri.
Disimpan pada suhu 2-8⁰C. Kadaluarsa 5 tahun setelah pembuatan atau
pengeluaran.
ANTITOKSIN DIFTERI
Merupakan agen kekebalan pasif untuk menginduksi kekebalan terhadap difteri.
Dapat berfungsi sebagai agen kuratif jika digunakan pada jumlah yg cukup untuk menetralisir efek patogenik toksin yang dibentuk pada pasien, diberikan pada awal penyakit dan sebelum terjadi efek yg mengganggu lebih jauh.
Diberikan secara im, 1000-10000 unit untuk profilaksi dan 20000-120000 unit untuk terapeutik.
LANJUTAN
Merupakan larutan steril, non pirogenik, dari protein pekat dan dimurnikan terutama globulin yang mengandung antibodi antitoksin yang diperoleh dari serum atau plasma kuda sehat yang diimunisasi dengan toksin atau toksoid tetanus.
Cara penyimpanan dan kadaluarsa sama dengan antitoksin difteri.
Antitoksin tetanus diberikan dalam pengobatan dan pencegahan tetanus jika immunoglobulin tetanus tidak mencukupi, dengan cara membuat immunitas pasif terhadap tetanus.
ANTITOKSIN TETANUS
Dapat digunakan sebagai agen terapeutik jika diberikan pada awal terjadinya penyakit.
Dosis profilaksis seharusnya diberikan pada individu yang≤ 2 kali pernah diinjeksi tetanus toksoid atau yg mempunyai luka yg mudah terkena tetanus lebih dari 24 jam.
Dosis profilaksi subkutan atau im 1500-5000 unit, dosis terapeutik 50.000-100.000 unit.
Dosis terakhir diberikan secara iv.
LANJUTAN
Merupakan larutan steril, non pirogenik, dari protein pekat dan dimurnikan terutama globulin yang mengandung antibodi antitoksin yang diperoleh dari serum atau plasma kuda sehat yang diimunisasi dengan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum tipe A dan B atau tipe E.
Cara penyimpanan dan kadaluarsa seperti toksin yang lain.
Antitoksin multivalent inidigunakan untuk pengobatan beberapa kasus toxemia karena bakteri botulinus.
ANTITOKSIN BOTULISM
Antitoksin ini sangat berguna karena tidak diperlukan resep dokter dan tidak perlu menunggu determinasi tipe organisme penyebab.
Digunakan sebagai imunisasi pasif untuk pengobatan botulism.
Dosis intravena 20.000 unit, diulang dalam rentang 2-4 jam jika perlu.
Tidak tersedia secara komersial, hanya ada di Centers for Disease Control USA.
LANJUTAN
VENOM DAN ANTIVENIN
Venom adalah ekskresi beracun yang dihasilkan dari binatang dengan kata lain adalah produk sisa yang toksik atau eksotoksin.
Venom yang dihasilkan ular berbisa merupakan suatu campuran yang kompleks, terutama dari protein yang mempunyai aktivitas enzimatis dan fraksi neurotoksik non enzimatis.
Diperoleh dengan menarik racun ular menggunakan wadah gelas berbentuk kerucut dengan selembar karet tipis.
Ular akan menarik karet dan menghunjamkan giginya, lalu venom kental dikeluarkan ke dalam wadah.
Campuran venom dari ular-ular berbisa dari suatu daerah, negara atau benua disiapkan dan digunakan sebagai sediaan antivenin polyvalent (serum anti gigitan ular/anti snakebite serum).
VENOM ULAR/SNAKE VENINS
Antivenin disiapkan dengan cara yang sama seperti antitoksin.
Venin spesifik diinjeksikanpada seekor kuda dalam dosis yang meningkat sampai titer dalam darah mencapai kekuatan yang diinginkan.
Kuda tersebut lalu dilukai dan serum darah diproses lebih lanjut.
LANJUTAN
Polivalent Antivenin (Crotalidae) Merupakan sediaan steril non pirogenik
yang diperoleh dengan pengeringan larutan beku dari globulin penetral venom spesifik, yang diperoleh dari serum kuda sehat yang sudah diimunisasi terhadap venom dari 4 ular berbisa, yaitu Crotalus atrox, C. adamanteus, C.dusissus terrificus dan Bothrops atrox.
Digunakan sebagai imunisasi pasif untuk perawatan dari gigitan ular berbisa tersebut.
Diberikan secara iv.
Contoh antivenin yang beredar di pasaran
Antivenin gigitan laba-laba (Latrodectus mactans).
Diperoleh dari serum kuda sehat yang diimunisasi terhadap venom black widow spider (Lactrodectus mactans).
Tersedia dalam bentuk liofilisat dan direkomendasikan sebagai perawatan khusus pengaruh venom dari gigitan laba-laba ini.
Diberikan secara im atau iv jika lebih dari 15 menit setelah digigit.
LANJUTAN
ANTISERUM
Merupakan produk biologis yang disiapkan dengan cara yang sama dengan antitoksin dan antivenin, tetapi menggunakan bakteri atau virus yang digunakan untuk merangsang antibodi tertentu pada hewan sehat seperti kuda.
Sel virus atau bakteri, sperti yang ditemukan pada vaksin, bertindak sebagai substansi antigenik, yang dimasukkan ke dalam tubuh hewan dengan dosis yang meningkat sampai titer antibodi dalam serum darah mencapai standar.
Destruksi sel yang dimasukkan oleh sel fagosit membebaskan material antigenik, selanjutnya merangsang pembentukan antibodi.
Kefektifan terapeutik antiserum didasarkan pada kekebalan pasif buatan.
Masing-masing serum merupakan produk biologis khusus untuk pembentukan antibodi buatan.
LANJUTAN
Serum Antirabies. Merupakan larutan steril nonpirogenik yang
mengandung substansi antivirus yang diperoleh dari serum atau plasma darah dari kuda sehat yang sudah diimunisasi terhadap rabies dengan vaksin.
Injeksi serum antirabies memberikan proteksi terhadap vaksin.
Kadaluarsa tidak lebih dari 2 tahun setelah tanggal pembuatan.
Diberikan sebagai dosis tunggal secara im.
Contoh
IMMUN GLOBULIN
Merupakan produk biologis pembuat kekebalan yang mengandung antibodi spesifik yang diperoleh dari darah manusia yang punya daya tahan terhadap serangan penyakit tertentu atau seseorang yang sudah diimunisasi dengan berbagai cara lain.
Kemungkinan terjadinya sensitasi lebih sedikit dengan turunan serum manusia daripada dengan serum imun dari hewan.
Immun globulin diperoleh dari sejumlah besar plasma atau serum darah donor yang sudah di hiperimunisasi terhadap bahan antigenik spesifik.
Immun globulin/gammaglobulin/immun serum globulin merupakan larutan globulin steril, non pirogenik dan mengandung sejumlah antibodi yang biasanya terdapat pada darah orang dewasa.
Harus disimpan pada suhu 2-8⁰C. Kadaluarsa tidak lebih dari 3 tahun sesudah
tanggal pengeluaran. Diberikan secara im.
LANJUTAN
Tiap lot immun globulin disiapkan dengan pengumpulan bahan-bahan dari sumber darah, plasma, serum atau plasenta tidak kurang dari 1000 individu.
Immun globulin mempunyai beberapa nilai profilaksis dalam kasus cacar air/chicken pox, hepatitis A, rubella dll.
Pada beberapa kasus, serum globulin tidak memberikan keuntungan bila diberikan sesudah adanya gejala penyakit.
LANJUTAN
Immun globulin iv memberikan level antibodi yang lebih cepat dibandingkan dengan im yg memerlukan waktu 2-5 hari sebelum diperoleh kadar dalam serum yang adekuat.
Digunakan dalam sindrom imunodefisiensi khususnya pada pasien yang memerlukan peningkatan kadar immunoglobulin darah secepatnya.
LANJUTAN
Merupakan larutan globulin steril, non pirogenik yang diperoleh dari plasma darah donor orang dewasa yang sudah diimunisasi dengan vaksin pertusis sebelumnya.
Dapat digunakan untuk profilaksis dan pengobatan pertusis.
Diberikan secara im diulang 1-2 minggu jika perlu.
Dosis terapeutik sama, tapi diulang 1-2 hari tergantung respon klinis.
IMMUN GLOBULIN PERTUSIS
Merupakan larutan globulin steril, non pirogenik yang diperoleh dari plasma darah donor orang dewasa yang sudah diimunisasi dengan toksoid tetanus sebelumnya.
Dapat digunakan sebagai imunisasi pasif terhadap tetanus pada orang dengan luka yang terkontaminasi dengan mikroorganisme tetanus.
Diberikan khususnya pada orang yang belum menerima toksoid tetanus sebagai imunisasi aktif untuk profilaksis dan pengobatan tetanus
Diberikan secara im.
IMMUN GLOBULIN TETANUS
Merupakan larutan steril non pirogenik dari gammaglobulin antirabies yang dipekatkan dengan fraksinasi alkohol dingin dari plasma donor yang di hiperimunisasi dengan vaksin virus.
Diindikasikan sebagai proteksi pasif terhadap rabies.
Disarankan untuk digunakan dalam kombinasi dengan vaksin rabies untuk profilaksis sesudah paparan.
Setengah dari dosis dimasukkan ke luka dan sisanya diberikan im.
IMMUN GLOBULIN RABIES
Merupakan larutan immun globulin steril, non pirogenik yang disiapkan dari kumpulan plasma donor darah dengan titer yang tinggi dari antibodi terhadap antigen hepatitis B permukaan (HBs).
Diindikasikan sebagai profilaksis sesudah paparan.
Diberikan secara im tidak lebih dari 7 hari sesudah paparan.
IMMUN GLOBULIN HEPATITIS B
Merupakan fraksi globulin dari plasma manusia, khususnya immun globulin G, yang diperoleh dari skrining donor darah sukarela.
Paling efektif jika diberikan dalam waktu 96 jam setelah paparan virus Varicella.
Karena keterbatasan supply, hanya diberikan penggunaannya pada individu imunodefisien yang rentan.
Diberikan secara im.
IMMUN GLOBULIN VARICELLA-ZOSTER
Merupakan larutan pekat steril, non pirogenik dari turunan globulin yang diperoleh dari plasma darah manusia yang mengandung faktor eritrosit Rh (D).
Antibodi ini menetralisir antigen dalam darah Rh positif, dimana Rh negatif yang terdapat pada wanita yang peka akan menghasilkan penyakit Rh hemolitik pada bayi baru lahir.
IMMUN GLOBULIN Rh (D)
Suatu immunosupresan selektif limfosit yang diperoleh dari kuda yang sudah diimunisasi dengan sel thymus manusia, kemudian diisolasi gamma globulinnya.
Digunakan pada transplantasi organ melalui infus intravena.
IMMUN GLOBULIN LIMFOSIT/ GLOBULIN ANTIMOSIT
PRODUK BIOLOGIS LAIN YANG BERHUBUNGAN
DENGAN DARAH MANUSIA
Merupakan darah yang sudah diambil dari donor pilihan di bawah kondisi yang sangat aseptis.
Mengandung ion sitrat atau heparin sebagai antikoagulan.
Harus disimpan pada temperatur konstan antara 1-6⁰C.
Kadaluarsa 21 hari jika menggunakan antikoagulan dekstrose fosfat atau dekstrose sitrat. 35 hari jika menggunakan adenin dekstrose fosfat sitrat. 48 jam jika menggunakan heparin.
Digunakan sebagai pengisi darah, diberikan iv.
WHOLE BLOOD/DARAH MURNI (LENGKAP)
Diperoleh dari whole blood yang sudah dihilangkan plasmanya.
Dapat dipersiapkan setiap waktu yang diinginkan dari whole blood dengan sentrifugasi atau sedimentasi.
Penyimpanan pada suhu ≤-65⁰C. Kadaluarsa tidak kurang dari 3 tahun. Digunakan sebagai pengganti darah
khususnya pada kasus anemia, jika penambahan plasma tidak diinginkan.
SEL DARAH MERAH
Konsentrat dari faktor antihemofilik dalam plasma manusia diperlukan untuk mengontrol 2 tipe hemofilia.
Faktor antihemofilik merupakan sediaan konsentrat baku kering dan steril dari faktor antihemofilik manusia (disiapkan dari faktor VIII-fraksi yang kaya cryoprotein dari plasma vena manusia).
Digunakan dalam terapi hemofilia A/hemofilia klasik dengan cara mempercepat waktu beku lambat yang abnormal.
TURUNAN ANTIHEMOFILIK
Faktor VIII dibutuhkan untuk transformasi protrombin menjadi trombin melalui jalur intrinsik.
Harus disimpan pada suhu 2-8⁰C. Kadaluarsa tidak kurang dari 1 atau 2 tahun
sejak tanggal pembuatan. Diberikan dengan cara intravena 1 atau 2
kali sehari atau seperlunya untuk menjaga kadar faktor VIII yang tepat dalam darah.
LANJUTAN
Kompleks antihemofilik faktor IX merupakan plasma yang dikeringkan yang terdiri dari fraksi faktor IX koagulasi ( komponen tromboplastin plasma), II (protrombin), VII (prokonvertin) dan X (faktor Stuart-Power).
Digunakan untuk mencegah pendarahan yang berbahaya atau untuk melakukan pembedahan, dimana satu atau lebih faktor koagulasi spesifik tidak ada pada darah pasien.
Dosis tergantung keadaan pasien.
LANJUTAN
Merupakan sediaan non pirogenik dan steril dari serum albumin yang diperoleh dengan material fraksinasi (dari sumber darah, plasma, serum atau plasenta dari donor manusia yang sehat).
Bahan tersebut sudah diuji bebas dari HBsAg.
Tidak kurang dari 96% bahan-bahan tersebut mengandung albumin.
Albumin manusia merupakan penyokong volume darah, biasanya diberikan secara iv.
ALBUMIN MANUSIA/HUMAN ALBUMIN
Merupakan larutan steril dari protein terseleksi yang diperoleh dengan material fraksinasi (dari sumber darah, plasma atau serum) dari donor manusia yang sehat dan bebas HBsAg.
Mengandung tidak kurang dari 4,5 g dan tidak lebih dari 5,5 g protein /100 mL.
Tidak kurang dari 83% nya albumin. Tidak lebih dari 17% nya alfa dan beta
globulin.
FRAKSI PROTEIN PLASMA
Diindikasikan untuk pemulihan volume darah pada pasien dalam keadaan syok karena terbakar, luka sangat parah dan keadaan lain yang menyebabkan kehilangan cairan plasma, lebih utama tidak kehilangan sel darah merah.
Sebagai penyokong volume darah, biasanya diberikan 250-500 mL dengan infus intravena pada kecepatan tidak lebih dari 10 mL per menit.
LANJUTAN
Merupakan sediaan albumin ter-iodinasi yang steril, di-buffer, isotonik.
Mengandung tidak kurang dari 10 mg “radio-ionated normal human albumin” per mL dan diatur untuk memberikan radioaktivitas tidak lebih dari 1millicurie per mL.
Digunakan sebagai alat bantu diagnostik untuk menentukan volume darah dan curah jantung serta pembersihan paru-paru.
RADIO-IONATED SERUM ALBUMIN
Merupakan substansi protein steril yang disiapkan dari protrombin dengan penambahan tromboplastin dengan adanya kalsium.
Tersedia dalam bentuk solid liofilisat. Kadaluarsa tidak lebih dari 3 tahun etelah
tanggal pengeluaran. Dalam bentuk larutan harus segera dipakai
dalam beberapa jam.
TROMBIN
Digunakan sebagai hemostatik lokal, dengan penggunaan topikal untuk mengontrol pengeluaran darah dari kapiler dan vena kecil.
Digunakan juga pada prosedur bedah gigi, larink dan hidung, bedah plastik dan cangkok kulit.
Dapat digunakan dalam bentuk serbuk atau dalam larutan NaCl fisiologis atau aqua pro injection.
LANJUTAN
Top Related