1
PROBLEMATIKA GURU DALAM MENGELOLA KELAS
DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL YAQQIN SIMPANG
SUNGAI DUREN KECAMATA JALUKO KABUPATEN
MUARO JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
pendidikan
NOER HELIZA
NIM. TPG. 161931
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Nama : Noer Heliza
Nim : TPG.161931
Judul : Problematika Guru Dalam Mengelola Kelas Di Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Kecamatan
Jaluko Kabupaten Muaro Jambi
Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan problematika guru mengelola
kelas di MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Kabupaten
Muaro Jambi,Meliputi bagaimana menciptakan iklim belajar yang tepat,mengatur
ruangan belajar,dan mengelola intiraksi kegiatan belajr mengajar. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif jenis deskkriptif. Subjek dalam penelitian ini
adalah guru kelas IV. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan
pedoman observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pengelolaan kelas guru kelas IV 1)
menciptakan iklim blajar yang tepat guru lebih cenderung pada penekanan hal
positif. 2) pengaturan ruang belajar guru cenderung hanya merubah format tempat
duduk per dua bulan sekali. 3) mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar
cenderung terlihat saat guru melakukan kegiatan membuka dan menutup
pelajaran.
Kata kunci : Mengelola Kelas, Problematika Guru, Iklim belajar
vii
ABSTRACT
Nama : Noer Heliza
Nim : TPG.161931
Judul : Teacher Problems In Managing Classes In Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Yaqin Simpang River Duren Jaluko Subdistrict
Muaro Jambi District
This study aims to describe the problematics of teachers managing classes
in MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren, Jaluko District, Muaro Jambi District,
covering how to create an appropriate learning climate, organize learning spaces,
and manage the intiraction of teaching learning activities. This research is a
descriptive qualitative research. The subjects in this study were class IV teachers.
Dayta collection techniques used are the method of observation, interviews and
documentation. The research instrument used observation and interview
guidelines. Data analysis techniques used are data reduction, data presentation,
and drawing conclusions. The data validity technique uses source triangulation
and technique triangulation. The results showed that in carrying out classroom
teacher management class IV 1) creating an appropriate learning climate the
teacher was more inclined to emphasize the positive things. 2) the arrangement of
the teacher's learning space tends to only change the format of seating every two
months. 3) managing the interaction of teaching and learning activities tends to be
seen when the teacher does the activity of opening and closing the lesson.
Keywords: Manage Classes, Teacher Problems, Learning Climate
viii
MOTTO
“Manajemen adalh efisiensi dalam mendaki tangga kesuksesan, kepemimpinan
agar tangga tersebut bersandar pada tembok yang benar”
(Stephen Covery)
Guru yang menganggap manajemen kelas sebagai proses dalam membangun dan
mempertahankan lingkungan belajar yang efektif
Cenderung lebih berhasil dari pada guru yang lebih menekankan perenan mereka
sebagai figur otoritas atau pendisiplin.
(Thomas L. Good dan Jere Brophy)
ix
“PERSEMBAHAN"
Kusimpuhkan kedua belah kakiku Ku sujudkan kepalaku ke arah kiblatku
Ku haturkan do’a kepada ALLAH SWT, Rabb-Kukerena-Nya lah akhir karya
kecil ini terselesaikan sebagai ungkapan rasa puji syukur dan ku untai shalawat
serta salam kepada Nabi Muhammad SAW merangkai pengharapan bagi
syafaatnya.
Ku persembahkan skripsi ini untuk :
Ayahanda Kasned Dan Ibunda Alm. Azizah untuk curahan do’a cinta
dan kasih sayang yang tak terhingga serta kakak ku Indra Feni serta sahabat-
sahabat karibku FERI SAPUTRA. SE, Resi Juliana, Nurjannah Safitri,
Mustika Putri, Mesan Despa, Aulia, serta teman-teman kukerta posko 20 di
Desa Gelanggang Kec, Sungai Manau Kab Merangin yang tidak bisa saya
sebutkan nama nya satu persatu serta teman-teman PPL di Mi Nurul Ittihad, dan
tak lupo juga teman-teman PGMI, Angkatan 2016 Khususnya PGMI C, terima
kasih atas semua perhatian saran dan nasehat selama ini yang teramat sangat
berharga.
Saudara saudariku seiman, maha suci Allah SWT yang telah
mempertemukan kita dikampus UIN STS JAMBI yang menjadi kembagaan kita,
biarlah nama-nama kalian semua tertulis dilembaran hati ini, kutemuklan arti ke
ikhalasan perjuangan.
Bersama kalian “terima kasih ya Allah SWT atas nikmat ukhuwah yang
kami rasakan hingga hari ini AMIN..........
“ Allah itu maha pengasih dan maha penyayang, maka berdo’a lah
kepadanya, yakin lah atas janji dan takdirnya”
(INSYAALLAH)
x
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya
sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip
dari hasil karya orang lain telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi bukan
hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
Jambi, 02 Maret 2020
Noer heliza
TPG. 161931
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat rahmat
dan rhido-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
penelitian Kualitatif ini dengan baik. Pelaksanaan penulisan ini merupakan salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar Serjana Strata Satu (S1) dalam bidang
ilmu pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, di fakultas Tarbiyah dan keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi, penelitian ini berjudul
“Problematika Guru Dalam Mengelola Kelas d Di MI Nurul Yaqin Simpang
Sungai Duren Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi”. penelitian ini
penulis gunakan untuk mengetahui pengelolaan kelas di kelas IV MI Nurul Yaqin.
Penulisan penelitian Kualitatif ini dapat terwujud berkat bantuan dan jasa
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak prof. Dr. H. Suaidi Asyari, M.A, Ph,D selaku rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddi Jambi.
2. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE, M.EI selaku wakil rektor I UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr, Asad Isma M.Pd selaku wakil rektor II UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag selaku wakil rektor III UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
5. Ibu Dr,Hj Fadilah Husen, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Ibu Dr. Risnita, M.Pd Selaku wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan
keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Dr. Najmul Hayat, M.Pd.I Selaku wakil Dekan II Fakultas Tarbiyah
dan keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Ibu Dr Yusria S.Ag. M.Ag Selaku wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan
keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
xii
9. Ibu Ikhtiati M.Pd Selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Thaha
Saifudin Jambi
10. Ibu Nasyariah Siregar M.Pd.I Selaku Sekretaris Jurusan Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi
11. Dr,H Armida, M.Pd..i Selaku Dosen Pembimbing I dan bapak Amirul
Mukminin M,Pd.i Selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Ibu Kariem. S.Pd.i Kepala sekolah MI Nurul Yaqqin yang telah
memeberikan kemudahan kepada penulis dalam memperoleh data di
lapangan.
13. novalisa S.Pd.I Selaku guru kelas IV yang telah memberikan banyak
informasi guna mempermudah penulis memperoleh data di kelas.
14. Sahabat-sahabat Mahasiswa PGMI yang telah menjadi patner diskusi
dalam penyusunan skripsi ini.
15. Sahabat-sahabat yang memberikan penulis motivasi dan dukungan dari
awal hingga akhir sampai skripsi ini selesai.
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
dan amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Jambi, 03 februari 2020
Penulis
Noer Heliza
NIM:TPG.161931
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
NOTA DINAS ............................................................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................................ iv
PERSEMBAHAN .......................................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................................... ix
ABSTRACK .................................................................................................................. x
DAFTAR ISI .................................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................................. 6
C. Rumusan Masalah .............................................................................................. 6
D. Tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ........................................................ 6
1.Tujuan Penelitian . ........................................................................................... 6
2. kegunaan Penelitian ........................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengelolaan Kelas .............................................................................................. 8
1. pengertian pengelolaan kelas.......................................................................... 8
2. Kegiatan utama dalam pengelolaan kelas ...................................................... 10
B. Penelitian yang relavan ..................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian ..................................................................... 26
B. Setting dan Subjek Penelitian ............................................................................. 26
C. Jenis Dan Sumber Data ...................................................................................... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 27
xiv
E. Teknik Analisis Data .......................................................................................... 28
F. Teknik Pemeriksaan Data ................................................................................... 29
G. Jadwal Penelitian ................................................................................................ 30
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................................. 31
1.Sejarah madrasah ............................................................................................. 31
2. Letak geografis madrasah ............................................................................... 31
3. Visi dan misi madrasah .................................................................................. 32
B.Struktur organisasi sekolah ................................................................................ 32
C.Tenaga pendidik .................................................................................................. 34
D.Struktur kurikulum madrasah .............................................................................. 35
E.Siswa madrasah ................................................................................................... 37
F.Sarana dan prasarana ........................................................................................... 37
G.Sarana prasarana.................................................................................................. 38
H.Temuan penelitian ............................................................................................... 39
a. menciptakan iklim belajar yang tepat ................................................................. 38
1. kehangatan dan antusias ................................................................................. 38
2. tantangan ........................................................................................................ 40
3. bervariasi ........................................................................................................ 41
4. keluwesan dan penekanan hal positif ............................................................. 42
5. penanaman disiplin diri .................................................................................. 42
B. Mengatur ruangan belajar ................................................................................... 43
1. Pengaturan tempat duduk ............................................................................... 43
2. Pengaturan media pendidikan ........................................................................ 43
3. Pemberian aromaterapi ................................................................................... 44
C. Mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar .................................................. 42
1. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran ............................................ 44
2. Keterampilan menjelaskan ............................................................................ 45
3. Keterampilan bertanya ................................................................................... 46
4. Keterampilan memberi penguatan ................................................................. 46
5. keterampilan membimbing diskusi ................................................................ 47
I.Pembahasan .......................................................................................................... 47
xv
a. Menciptakan iklim belajar yang tepat ............................................................ 47
b. Mengatur ruangan belajar ............................................................................... 48
c. Mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar .............................................. 49
d. Keterbatasan penelitian .................................................................................. 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 54
B. Saran ................................................................................................................... 54
C. Penutup ............................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Guru Mi Nurul Yaqqin .......................................................................... 34
Tabel 2.1 Data nama Guru Wali Kelas .......................................................................... 35
Tabel 3.1 Mata Pelajaran................................................................................................ 36
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Per Kelas ................................................................................. 37
Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana ..................................................................................... 38
Tabel 3.4 Sarana dan Prasarana ..................................................................................... 39
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Hasil Wawancara
Lampiran II : Hasil Wawancara
Lampiran III : Hasil Wawancara
Lampiran IV: Dokumentasi Penelitian
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
(UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003). Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab I Pasal I Ayat (1). (Fitri Mahdalena, 2017). Noer Aly,1999, hlm. 20).
Secara faktual, “Pendidikan yaitu suatu kegiatan pendidikan yang
dilakukan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota
masyarakat, sebab pendidikan merupakan suatu proses pembentukan
pribadi seseorang yang memungkinkan tumbuh dan berkembang potensi
dan kemauannya”.
Upaya untuk mengaktifkan dan menghidupkan ruang kelas dalam rangka
melaksanakan pengelolaan kelas yang efektif untuk diarahkan pada tercapainya
tujuan pembelajaran, tentu membutuhkan sikap yang simultan dari berbagai
elemen yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Dalam keseharian guru
dituntut agar dapat berkembang secara dinamis dalam meningkatkan
kekreativitasannya guna menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar dan
memungkinkan para peserta didik dapat berekspresi dengan bebas,
menyenangkan, dan penuh gairah dalam belajar untuk mempelajari dan
memahami esensi berbagai hal yang mereka pelajari.
Mengatur lingkungan fisik bagi pembelajaran merupakan titik mula yang
logis untuk melaksanakan pengelolaan kelas, karena hal ini merupakan sebuah
tugas yang dihadapi semua guru sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Oleh
karena itu, guru tidak hanya cukup memahami tentang kondisi peserta didik
semata namun juga harus dapat memahami dan mengenal tentang lingkungan fisik
yang akan digunakan sebagai tempat kegiatan pembelajaran. Melaksanakan
kegiatan pembelajaran di kelas merupakan salah satu tugas guru sebagai pendidik
profesional. Bahkan sebagian besar tugas guru sering dihabiskan untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran di ruang kelas,sehingga wajar kiranya jika
guru memberikan perhatian lebih terhadap ruang kelas sebagai tempat belajar
yang lebih sering digunakan oleh peserta didik.Itulah sebabnya seorang guru
dikatakan harus memiliki keterampilan dalampengelolaan kelas. (Novan Ardy
Wiyani, 2013, hlm. 129).
Disadari bersama memang tren perkembangan dan kemajuan pendidikan
yang modern adalah kegiatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan secara
outdoor atau pembelajaran di luar ruang kelas. Namun hal itu walaupun sebagai
tren perkembangan pembelajaran yang dinilai baik, tidak semerta-merta harus
dilasanakan setiap hari, karena apa pun itu jika dilaksanakan secara terlalu sering
frekuensi dan jarak pelaksanaannya peserta didik tentu akan merasa bosan juga.
Maka pembelajaran di ruang kelas walaupun terkesan konvensional masih tetap
eksis untuk dilaksanakan dimana pun dan kapan pun. Pembelajaran di ruang kelas
yang terkesan konvensional harus dapat dilakukan pengelolaan kelas yang baik
oleh guru sebagai agen pendidikan, agar pembelajaran di dalam ruang kelas yang
terkesan konvensional tersebut dapat menjadi lebih menarik dan menantang
peserta didik untuk terus aktif dan antusias mempelajari berbagai hal dalam
kegiatan pembelajaran. Pengelolaan kelas merupakan salah satu aspek dari
pengelolaan proses pembelajaran yang paling rumit, tetapi menarik perhatian,
baik oleh guru yang sudah berpengalaman maupun guru-guru muda yang baru
bertugas. Dikatakan rumit karena pengelolaan kelas merupakan hal yang
memerlukan berbagai kriteria keterampilan, pengalaman, dan juga sikap serta
kepribadian guru memiliki pengaruh terhadap pengelolaan kelas yang
dilaksanakan. (Mulyadi, 2009. hlm. 18).
Pengelolaan kelas yang dilaksanakan dengan baik maka akan dapat
berimplikasi pada kegiatan pembelajaran yang bermutu, pembelajaran bermutu
yang dapat terlaksana akan dapat pula berpengaruh pada keberhasilan suatu
pembelajaran yang dilaksanakan dengan indikator dapat tercapainya tujuan
pembelajaran oleh guru dan para peserta didik. Semua komponen lain dalam
pembelajaran mulai dari kurikulum yangideal, sarana dan prasana yang lengkap,
gedung yang baik, pembiayaan yang memadai, dan sebagainya tidak akan banyak
berarti dalam peningkatan mutu pendidikan atau pembelajaran apabila esensi
pembelajaran yaitu dalam interaksi yang dibangun antara guru dan peserta didik
dalam pembelajaran tidak berkualitas. Untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran
yang berkualitas, seorang guru mutlak diharuskan menguasai kompetensi
paedagogi, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial. Berbagai kompetensi tersebut di atas juga dapat dilihat dari bagaimana
kemampuan seorang guru di dalam melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator
dalam pembelajaran, aktualisasinya dalam kegiatan pembelajaran, interaksinya
dalam menjalin komunikasi dalam pembelajaran dan antar warga sekolah, dan
dalam mengambil keputusan sebagai sebuah kebijakan tertentu terkait dengan
jalannya kegiatan pembelajaran. Pemerintah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran, terus melakukan pembenahan melalui berbagai cara seperti melalui
penetapan kebijakankebijakan atau perundang-undangan yang terkait dengan
kegiatan pembelajaran.
Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada pasal 20 poin
(a) disebutkan “bahwa tugas guru adalah merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan
mengev aluasi hasil pembelajaran. Tugas-tugas guru tersebut merupakan
tugas-tugas yang akan membawa kegiatan pembelajaran menjadi bermutu
jika hal-hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik”. (Arif Rahman,
2009, hlm. 240).
Sebenarnya jalannya pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak sekedar
hanya membutuhkan para guru yang memiliki kemampuan lebih dalam hal
intelektualnya saja, dalam artian guru yang pintar untuk memahami atau menjiwai
segala jenis materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik namun
dalam jalannya kegiatan pembelajaran juga membutuhkan guru yang memiliki
skill atau keterampilan. Skill atau keterampilan yang dimaksud adalah para guru
memiliki keterampilan dalam membuat alat peraga yang bervariasi, mencari
media atau sumber-sumber belajar pada lingkungan tempat tinggal peserta didik
yang relevan dengan materi yang akan dipelajari oleh peserta didik, keterampilan
dalam berbahasa atau berkomunikasi yang baik, dan keterampilan dalam
pengelolaan kelas yang baik, berupa dapat melakukan penataan lingkungan fisik
ruang kelas, membangun komunikasi yang baik, dan pengendalian tingkah laku
para peserta didik, dan lain sebagainya. Keterampilan-keterampilan di atas sangat
menentukan dalam membangun interaksi antara guru dengan peserta didik serta
peserta didik dengan peserta didik lain yang efektif dan efisien selama
pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung. Interaksi antara guru dengan
peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik lainnya yang terjalin dengan
baik, akan berdampak pada semakin baiknya kualitas pembelajaran yang
dihasilkan. Suatu sistem pendidikan dikatakan berkualitas apabila proses
pembelajarannya dapat berlangsung dengan menarik dan menantang. Terkait
dengan hal itu, salah satunya yang diperlukan dalam sistem pendidikan adalah
inovasi dalam pengelolaan kelas sehingga diperolehlah suasana belajar yang baru
dan bervariasi, yang pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan pembelajaran
yang menarik dan menantang sesuai dengan perkembangan para peserta didik.
(Radno Harsanto, 2007, Hlm. 9).
Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan oleh guru untuk
mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan serta dapat
memotivasi peserta didik untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Segala
usaha yang dilakukan untuk memperlancar kegiatan pembelajaran adalah
tanggung jawab guru. Usaha-usaha yang dilakukan melalui upaya pemanfaatan
segala sumber daya yang ada dan tersedia di dalam kelas. Selain itu, pengelolaan
kelas memang berfungsi untuk mengelola tingkah laku peserta didik dalam kelas,
menciptakan iklim yang kondusif emosional, dan mengelola proses belajar
kelompok yang efektif.
Sedangkan menurut penulis yang dimaksud dengan pengelolaan kelas
adalah salah satu tugas guru dalam upayanya menciptakan dan mempertahankan
kondisi belajar yang menarik dan menantang, sehingga peserta didik dapat belajar
dengan senang untuk mempelajari materi-materi pelajaran. Oleh karena itu,
sangat penting untuk dapat direncanakan, dikelola/dilaksanakan, dan dievaluasi
secara baik oleh setiap individu guru selaku agen pendidikan. Pengelolaan kelas
dilaksanakan dengan tidak mengutamakan berbagai sumber daya yang dinilai
modern untuk kelancaran pembelajaran, namun pengelolaan kelas dilaksanakan
dengan mengedepankan berbagai sumber daya yang ada baik yang sengaja dibuat
atau yang bersumber dari alam.
Pengelolaan kelas dapat dilaksanakan dalam berbagai cara sesuai dengan
keadaan setiap tempat belajar yang tersedia, sehingga pengelolaan tempat belajar
nantinya akan dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan
menantang untuk para peserta didik mempelajari berbagai hal yang belum mereka
ketahui. Hal lain dari itu dan tidak kalah pentingnya yaitu akan dapat pula
memperlancar dan mempermudah guru dan para peserta didik dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. (Ahmad Sulaiman, 1995)
http://perencenaan.blogspot.co.id/, diakses pada hari senin, 29 Juli 2019 pukul
13:29 WIB).
Sekolah merupakan lembaga formal yang berkewajiban menanggulangi
masalah pendidikan. Kaitannya dengan hal tesebut dalam dunia pendidikan,
proses belajar mengajar pada intinya bertumpu pada suatu persoalan, yaitu
bagaimana guru memberikan kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar
mengajar yang efektif atau mencapai hasil dengan tujuan yang telah ditentukan.
Peran guru dalam dunia pendidikan sangat strategis, karena sampai kapanpun
kehadiran guru tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Oleh karena itu,
profesinalisme guru sangat dituntut dalam dunia pendidikan guna tercapainya
tujuan Pendidikan Nasional sesuai dengan yang tercantum dalam
Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1
Ayat (1) yaitu : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran antara peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”. Dari uraian di atas maka sangat diharapkan kepada semua pihak,
terutama guru sebagai unsur pokok yang ada di sekolah, agar mampu
memahami perkembangan dan pertumbuhan siswa, dengan demikian dapat
diterapkan berbagai strategi dan metode pendidikan yang efektif dan
sistem penilaian yang memadai. Dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dalam proses belajar
mengajar yang paling sulit dilakukan oleh seorang guru, bahkan seorang
guru berpengalaman sekalipun adalah bagaimana seorang guru mampu
mengelola kelas dengan baik, karena sampai saat ini dalam proses belajar
mengajar tidak ada satupun pendekatan dalam pengelolaan kelas yang
dianggap paling baik”.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada hari jumat tanggal 05
juli 2019 di kelas IV MI Nurul Yaqin. Pada saat guru kelas dalam menyampaikan
materi ada beberapa siswa asik mengobrol dan berjalan-jalan di dalam kelas
sehingga membuat suasana kelas kurang kondusif.. Selain itu terdapat juga
beberapa tempat duduk yang kosong dan tidak terpakai hal ini menyebabkan
beberapa siswa berpindah-pindah tempat duduk pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
Mengacu dari hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa kemampuan
guru dalam mengelola kelas tentunya sangat bermanfaat untuk merangsang
aktivitas siswa dalam hal pembelajaran. Berdasarkan gambaran awal tersebut,
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Problematika Guru
Dalam Mengelola Kelas d Di MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren
Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi”.
A. Fokus Penelitian
Untuk menjaga terjadinya pembahasan yang terlalu luas dan
menyimpang dari rumusan masalah, maka penulis membatasi pembahasan
peneliti mengenai Problematika Guru dalam mengelola Kelas di Kelas IV MI
Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
Berdasarkan fokus masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
1. Mengapa problematika guru dalam mengelola kelas IV di MI Nurul
Yaqin ?
2. Apa saja penyebab kendala guru dalam Mengelola kelas di MI
Nurul Yaqqin ?
3. Solusi problematika guru dalam mengatasi kendala dalam mengelola kelas
di MI Nurul Yaqqin ?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dan kegunaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
Berdasarkan rumusan masalah yang diperoleh tujuan dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mendeskripsikan problematika guru dalam mengelola kelas IV
di MI Nurul Yaqin ?
2. Untuk mengatahui kendala guru dalam mengelola kelas di MI Nurul
Yaqqin ?
3. Untuk mengatahui problematika guru dalam mengatasi kendala dalam
mengelola kelas di MI Nurul Yaqqin ?
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah
a. Bagi siswa : agar tercipta suasana kelas yang lebih kondusif pada siswa kelas
IV MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Kec. Jaluko Kab. Muari Jambi.
b. Bagi guru : Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru untuk lebih
memperhatikan dalam hal mengelolaan kelas. Jadi diharapkan guru dapat
memberikan pembelajaran yang baik dan dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
c. Bagi sekolah : meningkatkan mutu sekolah melalui seminar dalam rangka
peningkatan minat belajar pada mata pelajaran tematik.
d. Bagi kepala sekolah: Sebagai bahan pertimbangan atau pengawasan agar guru
dalam mengelola kelas bisa berjalan maksimal.
e. Bagi peneliti : Penelitian ini digunakan sebagai penambah wawasan,
pengetahuan serta pengalaman berharga yang bermanfaat sebelum benar-
benar terjun langsung menjadi seorang guru
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan
kelas.pengelolaan itu sendiri katanya adalah “kelola”, ditambahkan awalan “pe”
dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”.
Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris, yaitu “managemen”,
yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan (Syaiful dan Aswan,
2002, hlm. 195-196). Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yakni kata
pengelolaan dan kata kelas.Untuk mendefenisikan istilah pengelolaan kelas
perlu melacak defenisi kedua kata tersebut. Kata pengelolaan memiliki makna
yang sama dengan management dalam bahasa Inggris, selanjutnya dalam
bahasa Indonesia menjadi manajemen. Menurut Saiful Sagala manajemen
adalah serangkaian kegiatan pendayagunaan segala sumber daya secara efektif
untuk mencapai suatu tujuan (Saiful Sagala, 2010, hlm. 52).
Menurut (Moh. Uzer Usman, 2006, hlm.97) pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Sedangkan Djamarah (Sugihartono dkk, 2007, hlm. 86) seorang guru
hendaknya bisa mengelola kelas dengan baik karena kelas merupakan tempat
berhimpun guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan pengelolaan kelas
yang baik diharapkan siswa memiliki motivasi tinggi dan dapat mencapai hasil
belajar optimal.
9
Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk
mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta
dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan
kemampuannya (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, hlm. 106) Mulyasa
mengemukakan bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika
terjadi gangguan dalam pembelajaran (E. Mulyasa, 2007, hlm. 91). Sedikitnya
terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan yaitu ruang belajar, pengaturan
sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum
masuk materi yang akan dipelajari, dan bina suasana dalam belajar (Abdul
Majid, 2012, hlm. 165).
Menurut Barbara L. Wilt (Alben Ambarita, 2006, hlm. 35)
mendefinisikan manajemen kelas sebagai penggunaan tata cara untuk
memastikan sebuah lingkungan mendukung terlaksananya pembelajaran dengan
sukses. Pengelolaan kelas tidak sekedar bagaimana mengatue ruang kelas
dengan segala sarana-prasarana, tetapi juga menyangkut interaksi dari pribadi-
pribadi yang ada di dalamnya. Menurut (Novan Ardy Wiyani, 2013, hlm. 59)
pengertian pengelolan kelas adalah keterampilan guru sebagai seorang leader
sekaligus manajer dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk meraih
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Pengelolaan kelas diperlukan karena
dari hari ke hari dan bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan
anak didik selalu berubah. Hari ini anak didik dapat belajar dengan baik dan
tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam
kelompok, di masa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. kelas
selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap mental, dan emosional
anak didik. Menurut Winarno Hamiseno yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto.
Pengelolaan adalah subtantifa dari mengelola. Sedangkan mengelola
berarti suatu tindakan yang dimulai dari menyusun data, merencana,
mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan, dan penilaian.
Dijelaskan selanjutnya bahwa pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu
10
itu dapat menjadi sumber penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan
selanjutnya.
Sedangkan Suharsimi, memisahkan kegiatan pengawasan dan
penilaian, serta mengganti istilah “penyusunan data” dengan “pengumpulan
data”. Dalam pengelolaan, kegiatan dimulai dari pengumpulan data, merencana,
mengorganisasikan, dan melaksanakan. Kegiatan pengawasan dilakukan
terhadap keempat kegiatan. Berdasarkan pengawasan, dilakukan kegiatan
penilaian yang memberikan umpan balik untuk semuanya (Suharsimi Arikunto,
1996, hlm. 8).
Nasrul mengartikan pengelolaan kelas sebagai suatu proses mengatur
tingkah laku peserta didik. Dalam hal ini guru beroeran menciptakan dan
memertahankan situasi disiplin dalam kelas. Di dalamnya terdapat kekuasaan
yang berbentuk norma untuk ditaati anggota kelas (Nasrul, 2014, hlm.72).
Sedangkan menurut James H Stronge praktik pengelolaan kelas harus
membangun lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran. Mengarahkan
lingkungan yang menunjang pembelajaran ini agar menghasilkan efek yang
diinginkan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
kelas adalah upaya guru dalam menciptakan dan mempertahankan suasana
kelas yang menunjang progam pengajaran, yang meliputi penciptaan iklim
belajar yang tepat, pengaturan ruang belajar, dan mengelola interaksi belajar
mengajar.
2. Kegiatan Utama dalam Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan proses pemberdayaan sumber daya yang ada
di dalam kelas, sehingga memberikan kontribusi dalam pencapaian efektivitas
pembelajaran. Sebagai sebuah proses, maka dalam pelaksanaanya pengelolaan
kelas memiliki berbagai kegiatan yang harus dilakukan. Kegiatan pengelolaan
kelas meliputi dua kegiatan yang secara garis besar terdiri dari: (Euis Karawati &
Donni Juni Priansa 2014, hlm. 23-26)
a. Pengaturan peserta didik
Peserta didik adalah orang yang melakukan aktivitas dan kegiatan di kelas
yang ditempatkan sebagai objek dan arena perkembangan ilmu pengetahuan dan
11
kesadaran manusia, maka peserta didik bergerak kemudian menduduki fungsi
sebagai subyek. Artinya peserta didik bukan barang atau objek yang hanya
dikenai akan tetapi juga merupak objek yang memiliki potensi dan pilihan untuk
bergerak.
Pergerakan yang terjadi dalam konteks pencapaian tujuan tidak
sembarangan, artinya dalam hal ini fungsi guru tetap memiliki proporsi yang besar
untuk dapat membimbing, mengarahkan, serta memandu setiap aktivitas yang
harus dilakukan peserta didik. Oleh karena itu pengaturan orang atau peserta didik
adalah bagaimana mangatur atau menempatkan peserta didik dalam kelas sesuai
dengan potensi intelektual dan perkembangan emosionalnya. Peserta didik
diberikan kesempatan untuk memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan
minat dan keinginannya. Menurut (tim Dosen AP 2010,hlm.50) manajemen
peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang
berkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa itu masuk sampai dengan keluar
dari suatu sekolah. Manajemen peserta didik tidak semata pencatatan data peserta
didik tetapi meliputi aspek yang lebih luas yaitu dapat membantu upaya
pertumbuhan anak melalui proses pendidikan di sekolah.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pengaturan peserta
didik merupakan layanan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk dapat
membimbing, mengarahkan, serta memandu setiap aktivitas yang harus dilakukan
peserta didik.
b. Pengaturan Fasilitas
Aktivitas yang dilakukan guru maupun peserta didik di dalam kelas sangat
dipengaruhi oleh kondisi dan situasi fisik lingkungan kelas. Oleh karena itu,
lingkungan fisik kelas berupa sarana dan prasarana harus dapat memenuhi dan
mendukung interaksi yang terjadi di ruang kelas, sehingga harmonisasi kehidupan
kelas dapat berlangsung dengan baik, dari permulaan masa kegiatan belajar
mengajar sampai akhir masa belajar mengajar. (Wahyuningrum, 2004, hlm. 4)
menyatakan bahwa fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
melancarkan pelaksanaan suatu usaha. Fasilitas disini merupakan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan atau memperlancar suatu kegiatan.
(Moh. Uzer Usman, 2006,
12
hlm. 10) berpendapat bahwa sebagai pengelola kelas guru bertanggung jawab
memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk
belajar dan mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial di dalam
kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi
juga mengembangkan kebiasaan bekerja sama dengan siswa lainnya. Kriteria
minimal yang perlu diciptakan di kelas adalah aman, memiliki nilai estetis, bersih,
sehat, dan nyaman, selain itu adalah bahwa fasilitas yang ada di kelas dapat diatur
dengan baik sehingga dapat memiliki nilai guna yang optimal.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pengaturan
Fasilitas merupakan guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik
kelasnya agar senantiasa menyenangkan, aman, memiliki nilai estetis, bersih,
sehat, dan nyaman, selain itu adalah bahwa fasilitas yang ada di kelas dapat diatur
dengan baik sehingga dapat memiliki nilai guna yang optimal untuk belajar dan
mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya.
Sementara itu menurut (Novan Ardy Wiyani , 2013, hlm. 65), setidaknya ada tiga
kegiatan inti pada manajemen kelas atau pengelolaan kelas, yaitu sebagai berikut :
c. Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
Menciptakan iklim belajar yang tepat diarahkan untuk mewujudkan
suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan agar dapat memotivasi peserta
didik untuk dapat belajar dengan baik sesuai dengan perkambangan dan
kemampuannya. Iklim belajar yang aman dan tertib akan membuat proses belajar
mengajar dapat berlangsung dengan nyaman (Agus Wibowo, 2003, hlm. 120).
Untuk menciptakan iklim belajar yang tepat, seorang guru sebagai manajer
diantaranya harus menguasai prinsip-prinsip manajemen kelas. Kegiatan
pengelolaan kelas bukan tugas yang ringan, berbagai faktor mempengaruhi
pengelolaan kelas termasuk faktor dari dalam maupun dari luar diri siswa. Faktor
tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kegiatan pembelajar. Oleh
karena itu, guru dalam pengelolaan kelas harus menguasai prinsip-prinsip
pengelolaan kelas yang digunakan untuk menangani atau memperkecil gangguan
dalam kelas. (Moh. Uzer Usman,
13
2006, hlm. 97-98) berpendapat dalam mengelola kelas seorang guru harus
mempunyai 6 prinsip, yaitu kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi,
keluwesan, penekanan pada hal-hal yang positif, dan penanaman disiplin diri.
1) Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang
hangat dan akrab pada peserta didik selalau menunjukkan antusias pada
tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan
pengelolaan kelas.
2) Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3) Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar, pola interaksi antara guru dan
peserta didik akan mengurangi munculnya gangguan, dan meningkatkan
perhatian peserta didik. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya
pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4) Keluwesan (Rusdiana, 2015, hlm. 168-169)
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta didik serta
menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran
dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan peserta didik, tidak
ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan sebagainya.
5) Penekanan
Hal yang positif Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus
menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan
perhatian pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal positif yaitu
penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku peserta didik yang
positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif.
6) Penanaman kedisiplinan
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah peserta didik dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi
14
teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru
harus disiplin dalam segala hal bila ingin peserta didiknya ikut disiplin
dalam segala hal.
d. Mengatur ruang belajar
Ruang belajar dalam hal ini ruang kelas harus didesain sedemikian rupa
sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenangkan dan dapat memunculkan
semangat serta keinginan untuk belajar dengan baik seperti pengaturan meja,
lemari, kursi, gambar-gambar afirmasi, pajangan hasil karya peserta didik yang
berpretasi, berbagai alat peraga, media pembelajaran dan iringan musik yang
sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan atau nuansa musik yang dapat
membangun gairah belajar peserta didik.
Pengaturan ruang kelas dapat didefiniikan sebagai mengurus dan menata
segala sarana belajar yang terdapat di dalam ruang kelas oleh guru. Barbagai
sarana belajar yang ada di dalam kelas seperti meja dan kursi, papan tulis,
penghapus, penggaris, papan absensi, rak buku, dan lain sebagainya. Kegiatan
terkait pengaturan ruang kelas adalah sebagai berikut:
1) Pengaturan tempat duduk peserta didik
Sesuai dengan Permendiknas No. 24 tahun 2007, standar kursi peserta
didik di tingkat SD/MI dideskripsikan kuat, stabil, aman, dan mudah dipindahkan
oleh peserta didik. Ukuran sesuai dengan kelompok usia peserta didik dan
mendukung pembentukan postur tubuh yang baik, minimum dibedakan menjadi 2
yaitu, kelas rendah (kelas 1-3) dan kelas tinggi (kelas 4-6). Selain itu, desain
dudukan dan sandaran membuat peserta didik nyaman belajar (Barnawi & M.
Arifin, 2012, hlm. 106). Sejalan dengan pendapat tersebut, (Novan Ardy Wiyani,
2013, hlm. 131)
juga menyatakan bahwa tempat duduk peserta didik harus bagus, tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, tidak terlalu beasar dan tidak terlalu kecil,
tidak terlalu berat, dan sesuai dengan postur peserta didik. Selain standar tempat
duduk, pengaturan posisi tempat duduk peserta didik di kelas juga sangat penting.
Pengatura tempat duduk sangat berpengaruh bagi peserta didik, interaksi antara
mereka, dan interaksi dengan guru. (Radino Harsanto, 2007, hlm. 59) menyatakan
15
bahwa tata letak tempat duduk siswa dalam kelas formal di sekolah pada
umumnya berbentuk format kolom dan baris.
2) Pengaturan media pendidikan
Istilah media pendidikan ini sering kali disamakan dengan alat pendidikan,
yang mana keduanya merupakan sarana yang digunakan untuk membantu
kegiatan belajar-mengajar terutama yang berkaitan dengan panca indra
pendengaran dan pengelihatan. Keberadaan media pendidikan tersebut diyakini
dapat menciptakan berbagai situasi kelas, serta dapat menciptkan iklim yang
emosionaldan sehat antara guru dengan peserta didiknya dan antar peserta didik.
Bahkan dengan media dunia yang luas ini dapat dibawa ke dalam kelas. Sesuatu
yang abstrak dan asing sifatnya dapat menjadi nyata atau kongkret dan mudah
dimengeri oleh peserta didik dengan bantuan media pendidikan. Jika media
pendidikan difungsikan , peserta didik akan banyak terlibat dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga aktifitas dan kreativitas peserta didik dapat tercipta yang pada
gilirannya akan menciptakan kelas yang kondusif. (Novan Ardy Wiyani, 2013,
hlm. 145).
Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa media pendidikan adalah
sekumpulan fisik yang digunakan oleh seorang guru untuk menyajikan materi
pelajaran ataupun pesan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Alat
dalam konteks media tersebut bisa bersifat materi maupun nonmateri. Media
pendidikan yang bersifat materi dapat disebut sebagai alat keras (hardware)
pendidikan. Sementara media pendidikan yang bersifat nonmateri dapat disebut
sebagai alat (software) pendidikan. Dalam konteks penelitian ini peneliti hendak
membahas tentang pengaturan media pendidikan yang merupakan alat keras
(hardware) pendidikan dikelas. Pada umumnya alat keras (hardware) pendidikan
yang digunakan oleh guru di kelas seperti papan tulis, gambar maupun poster, dan
LCD.
Media pendidikan yang dimaksud adalah media yang digunakan oleh guru
di kelas seperti papan tulis, gambar, maupun poster. Menurut Permendiknas No
24 tahun 2007, standar papan tulis di tingkat SD/MI dideskripsikan kuat, stabil,
aman, ukuran minimum 90 cm x 200 cm, serta penempatanya harus pada posisi
yang memungkinkan seluruh peserta didik dapat melihatnya dengan jelas. Begitu
16
juga terkait dengan gambar maupun poster yang digunakan di kelas, penempatan
harus di tempat yang strategis agar seluruh peserta didik dapat melihatnya dengan
mudah dan mudah dijangkau guru untuk dipindahkan. Hal ini sesuai dengan
pendapat (Novan Ardy Wijayani, 2013, hlm. 151) yang mengatakan bahwa guru
hendaknya meletakan gambar atau poster pada tempat yang mudah dilihat oleh
peserta didik dan dijangkau oleh guru agar tidak merepotkan guru jika hendak
memindahkannya.
3) Pengaturan media pendidikan
Penggunaan aromaterapi di kelas sangatlah sederhana yaitu dengan cara
menyemprotkan aromaterapi tersebut kedalam kelas, dengan demikian
peserta didik diharapkan dapat lebih rileks dan nyaman sehingga akhirnya
peserta didik bisa fokus dan konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.
e. Mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar
Dalam interaksi belajar mengajar, guru dan peserta didik harus aktif. Akti
dalam arti sikap, mental, dan perbuatan. (Mar‟at, 1991, hlm. 54) berpendapat
bahwa interaksi social adalah suatu proses dimana individu memperhatikan dan
merespon terhadap individu lain sehinga dibalas dengan suatu tingkah laku
tertentu. Reaksi yang timbul ini berati bahwa individu memperhatikan orang yang
memberi stimulus, sehingga dengan adanya perhatian terhadap stimulus tersebut
terjadi suatu hubungan yang disebut sebagai interaksi sosial. (Soerjono soekanto,
1992, hlm. 194) mengemukakan bahwa suatu interaksi sosial tidak akan akan
mungkin terjadi apabila tidak memenuhi 2 (dua) syarat yaitu:
1) Adanya kontak sosial (social-contact)
Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-
sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Secara fisik, kontak baru terjadi
hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berati hubungan
badaniah karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa
menyentuhnya. Bahwa dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa
menyentuhnya. Bahwa dapat dikatakan hubungan badaniah tidak perlu menjadi
syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga
bentuk yaitu: antara orang perorangan, antara orang perorangan dengan suatu
17
kelompok manusia atau sebaliknya, antara suatu kelompok manusia dengan
kelompok manusia lainnya.
2) Adanya komunikasi
Arti penting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsir pada
perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak badaniah atau sikap
perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Evertt M Rogers (Euis
Karawati & Donni Juni Priansa, 2014, hlm. 95) komunikasi sebagai proses yang
didalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima
dengan tujuan untuk mengubah perilakunya.
Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert (Euis Karawati &
Donni Juni Priansa, 2014, hlm. 95) komunikasi merupakan proses yang
didalamnya menunjukan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada
orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.
Sedangkan menurut Wilbur Schramm (Euis Karawati & Donni Juni Priansa, 2014,
hlm. 95) komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim
dan penerima, dengan bantuan pesan , pengirim dan penerima memiliki beberapa
pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan symbol yang dikirim oleh
pengirim, dan di terima serta ditafsirkan oleh penerima.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses penyampaian informasi
dengan adanya tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima,
dengan bantuan pesan. Untuk menciptakan interaksi belajar mengajar yang
efektif, setidaknya guru harus menguasai dan mempraktikan berbagi keterampian
dasar mengajar. Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar antara lain:
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan,
keterampilan bertanya, keterampilan member penguatan, keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil. Menurut (Euis Karawati & Donni Juni
Priansa, 2014, hlm. 32-34) komponen keterampilan mengajar guru yaitu:
a) Keterampilan bertanya
Guru perlu memiliki keterampilan dasar dalam bertanya kepada peserta didik
dan mampu memotivsi peserta didik untuk bertanya kepada guru. Sehingga
aliran komunikasi, pengetahuan dan proses transfer keilmuan akan semakin
18
cepat dan tepat. Dalam memberikan pertanyaan hendaknya guru
mengungkapkan secara jelas dan singkat. Sehingga mudah dimengerti oleh
peserta didik. Idealnya pertanyaan diberikan ke kelas terlebih dahulu,
sehingga peserta didik berfikir (memikirkan jawabanya), setelah itu
pertanyaan disebar untuk memberikan kesempatan pada semua peserta didik.
b) Keterampilan memberikan penguatan
Keterampilan guru dalam memberi penguatan bagi peserta didik menjadi
perhatian yang sangat penting, hal tersebut disebabkan karena penguatan
lebih penting dilakukan guru dari pada guru memberikan hukuman bagi
peserta didik. Penguatan dari guru dapat dilakukan secara verbal (misalnya
ungkapan bagus, bagus, pintar, ya, cerdas) maupun non verbal (misalnya
gerakan, isyarat, sentuhan, elusan, pendekatan yang menyatakan bahwa guru
memberikan respon yang positif).
Pemberian penguatan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang
guru dalam proses belajar mengajar, yang dimaksudkan untuk membesarkan
hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar
mengajar. Penguatan mempunyai pengaruh yang positif bagi siswa terhadap
proses belajarnya dan bertujuan sebagai berikut:
(1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
(2) Merangsang dan meningkatkan minat belajar.
(3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang
produktif (Moh.Uzer Usman, 2010, hlm. 80).
c) Keterampilan menjelaskan
Guru yang terampil adalah guru yang mampu melaksanakan kegiatan
transfer keilmuan melalui keterampilan menjelaskan. Keterampilan menjelaskan
ini berkaitan dengan stimulus guru agar peserta didik mampu terlibat dalam
eksplorasi dan elaborasi materi pembelajaran. Penjelasan hendaknya diberikan
dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh peserta
didik, hindari penggunaan kata-kata yang kompleks dan tidak perlu.
d) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra-kondisi
19
bagi peserta didik agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan
dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif
terhadap kegiatan belajar. Keterampilan membuka pelajaran bisa dilakukan
dengan cara memberikan apersepsi (memberikan kaitan antara materi sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari) sehingga materi yang dipelajari merupakan
satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisah-pisah. Sedangkan keterampilan
menutup pembelajaran ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
menutup pembelajaran. Kegiatan ini terkait dengan kemampuan guru untuk
mengambil intisari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Komponen penting dalam penutupan pembelajaran menurut Permendiknas
Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses satuan pendidikan dasar dan
menengah:
(1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/ atau sendiri membuat kesimpulan
pembelajaran.
(2) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial,
pengayaan, layanan bimbingan, memberikan tugas baik individu maupun
kelompok.
(3) Melakukan penilaian dan/ atau refleksi terhadap kegiatn yang telah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
(4) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
e) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik
yang satu dengan peserta didik yang lainnya dalam satu kelompok. Dalam
kelompok tersebut, peserta didik bisa berbagi informasi dan solusi atas berbagai
hal yang terjadi pada proses pembelajaran. Guru berfungsi sebagai pembimbing
yang menjadi pengarah sekaligus melaksanakan kegiatan supervisi keefektifan
kelompok tersebut.
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah
(Moh.Uzer Usman, 2010, hlm. 94). Dari pengertian ini, berarti siswa berdiskusi
20
dalam kelompok-kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau temannya untuk
berbagi informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan.
Diskusi tersebut berlangsung secara terbuka. Setiap siswa bebas untuk
mengemukakan ide-ide tanpa merasa ada tekanan dari guru ataupun dari
temannya, dan setiap siswa harus mentaati semua peraturan yang telah ditetapkan.
f) Komponen – komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
(Euis Karawati & Donni Juni Priansa, 2014, hlm. 32-34), berpendapat
bahwa komponen keterampilan mengelola kelas dibagi menjadi dua bagian, yaitu
keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan
dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
1) Menunjukan sikap tanggap.
Guru memperlihatkan sikap positif terhadap setiap perilaku yang muncul dari
peserta didik dan memberikan berbagai tanggapan secara proporsional
terhadap perilaku tersebut, dengan maksud tidak menyudutkan kondisi
peserta didik, perasaan tertekan dan memunculkan perilaku susulan yang
kurang baik.
2) Membagi perhatian
Kelas diisi oleh peserta didik yang bervariasi, akan tetapi sejumlah peserta
didik memiliki keterbatasan tertentu yang membutuhkan perhatian khusus
dari guru. Namun demikan, perhatian guru tidak hanya terfokus pada satu
peserta didik atau satu kelompok tertentu saja yang dapat menimbulkan
kecemburuan, perhatian guru harus berbagi dengan merata kepada setiap
peserta didik yang ada di dalam kelas.
3) Memusatkan perhatian kelompok
Munculnya kelompok informal dikelas, atau pengelompokan karena di
sengaja oleh guru dalam kepentingan pembelajaran membutuhkan
kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan perilakunya, terutama ketika
kelompok perhatiannya harus terpusat pada tugas yang harus diselesaikan.
4) Memberikan petunjuk dengan jelas
Untuk mengarahkan kelompok ke dalam pusat perhatian seperti dijelaskan
sebelumnya, serta untuk memudahkan peserta didik menjalankan tugas yang
21
dibebankan kepadanya, maka tugas guru adalah menyampaikan setiap
pelaksanaan yang harus dilaksanakan peserta didik secara bertahap dan jelas
5) Menegur
Permasalahan bisa terjadi dalam hubungan yang terbangun, baik antar peserta
didik, mupun antara guru dengan peserta didik. Permasalahan dalam
hubungan tersebut bisa terjadi dalam konteks pembelajaran, sehingga guru
sebagai pemegang kendali kelas harus mampu memberikan teguran yang
sesuai dengan beban permasalahan yang terjadi serta menyesuaikan dengan
tugas dan perkembangan peserta didik tidak memberikan efek penyerta yang
dapat menimbulkan ketautan bagi peserta didik, namun memberikan
kesadaran kepada peserta didik tentang masalah yang terjadi.
6) Memberikan penguatan Penguatan merupakan upaya yang diarahkan guru
agar prestasi dan perilaku yang baik dapat dipertahankan oleh peserta didik
atau bahkan mungkin ditingkatkan dan dapat ditularkan kepada peserta didik
lainnya. Penguatan yang dimksud dapat berupa pemberian hadiah (reward)
yang bersifat moril maupun materil namun tidak berlebihan.
g) Keterampilan pengendalian kondisi belajar
(1). Memodifikasi tingkah laku
Memodifikasi tingkah laku adalah menyesuaikan bentuk-bentuk tingkah laku
ke dalam tuntutan kegiatan pembelajarn sehingga tidak muncul prototype
pada diri peserta didik tentang peniruan perilaku yang kurang baik.
(2). Pengelolaan Kelompok
Kelompok belajar di kels merupakan bagian dari pencapaian tujuan
pembelajaran dan strategi yang diterapkan oleh guru. Kelompok juga bisa
muncul secara informal seperti teman bermain, teman seperjalanan, teman
karena gender dan lain-lain. Untuk kelancaran pembelajaran dan pencapaian
tujuan pembelajaran, maka kelompok yang ada di kelas itu harus di kelola
dengan baik oleh guru.
(3) Menemukan dan Memecahkan Tingkah Laku yang Menimbulkan Masalah
Permasalahan memiliki sifat akan selalu ada (perennial) dan memberikan efek
berkelanjutan (nurturan effect), oleh karena itu permasalahan akan muncul di
dalam kelas, yang berkaitan dengan interaksi dan akan diikuti oleh dampak
22
pengiring yang besar bila tidak diselesaikan secepatnya. Guru harus dapat
mendeteksi permasalahan yang muncul serta secepatnya mampu mengambil
langkah-langkah penyelesaian, sehingga permasalahan tersebut akan cepat
teratasi.
Sejalan dengan Euis Karawati & Donni Juni Priansa, menurut (Moh. Uzer
Usman, 2006, hlm. 98-100) juga berpendapat bahwa dalam mengelola kelas,
dibagi menjadi dua, yaitu 1Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan
dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, meliputi mununjukan sikap
tanggal, memberi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan
petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur, dan memberi penguatan. 2) Keterampilan
yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal, meliputi
memodifikasi tingkah laku, menemukan dan memecahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah, pendekatan pemecahan masalah kelompok.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Komponen – komponen
dalam keterampilan mengelola kelas dibagi menjadi dua yaitu: 1) Keterampilan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar meliputi : Menunjukan sikap
tanggap, Membagi perhatian, Memusatkan perhatian kelompok, Memberikan
petunjuk dengan jelas, Menegur, Memberikan penguatan. 2) Keterampilan
pengendalian kondisi belajar meliputi: Memodifikasi tingkah laku, Pengelolaan
Kelompok, Menemukan dan Memecahkan Tingkah Laku yang Menimbulkan
Masalah.
3. Tujuan Pengelolaan Kelas
(Euis Karawati & Donni Juni Priansa, 2014, hlm. 27-28) berpendapat
bahwa dalam proses mengelola kelas keberhasilan dapat dilihat dari tujuan apa
yang ingin dicapainya, oleh karena itu guru harus menetapkan tujuan apa yang
hendak dicapai dengan kegiatan mengelola kelas yang dilakukannya. Mengelola
kelas pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Menurut (Rusdinal & Elizar, 2005, hlm. 12) berpendapat bahwa tujuan
dari pengelolaan kelas adalah untuk menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan bagi anak dalam melakukan sejumlah aktivitas yang dirancang
bagi kepentingan pembelajaran melalui pendekatan sambil bermain, dengan
23
demikian kegiatan pengelolaan kelas akan membantu proses perkembangan anak
secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut
Arikunto dalam (Rusdinal & Elizar, 2005, hlm. 13) tujuan pengelolaan kelas ialah
agar setiap anak dikelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Tertib menurut Arikunto, bukanlah
suasana kaku dan tegang dalam melaksanakan aktifitas, melainkan adanya
keberaturan yang didasarkan oleh adanya perencanaan dan pengorganisasian kelas
secara sistematis. Keadaan inilah yang menghasilkan perilaku tertib yang
didukung oleh rasa gembira, senang, termotivasi yang dimiliki anak untuk
berinteraksi dengan lingkungan belajar. Ketercapaian tujuan mengelola kelas
dapat dideteksi atau dilihat dari:
a. Anak-anak memberikan respon yang setimpal terhadap perlakuan yang sopan
dan penuh perhatian dari orang dewasa. Artinya bahwa perilaku yang
diperlihatkan peserta didik seberapa tinggi, seberapa baik dan seberapa besar
terhadap pola perilaku yang diperlihatkan guru kepadanya di dalam kelas.
b. Mereka akan bekerja dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam melakukan
tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya. Perilaku yang diperlihatkan
guru berupa kinerja dan pola perilaku orang dewasa dalam nilai dan norma
balikannya akan berupa peniruan dan percontohan oleh peserta didik atau
buruknya sangat bergantung kepada bagaimana perilaku itu diperankan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen kelas ialah
adanya respon yang setimpal terhadap perlakuan yang sopan dan penuh perhatian
dari apa yang diperlihatkan guru kepadanya di dalam kelas. Mereka akan bekerja
dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam melakukan tugas-tugas yang sesuai
dengan kemampuannya sehingga tujuan yang telah di tetapkan oleh guru bisa
dicapai.
B. Penataan Ruangan Kelas
1. Pengaturan tempat duduk
Dalam belajar siswa memerlukan tempat duduk. Tempat duduk
mempengaruhi siswa dalam belajar. Bila tempat duduk bagus, tidak terlalu
rendah, tidak terlalu besar, tidak berat, bundar, persegi panjang dan sesuai dengan
postur tubuh siswa maka siswa dapat belajar dengan baik dan tenang. Bentuk dan
24
ukuran tempat duduk yang digunakan sekarang bermacam-macam, ada yang satu
tempat duduk dapat diduduki oleh beberapa orang siswa, ada pula yang hanya
dapat diduduki oleh dua orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu tidak
berukuran terlalu besar agar mudah diubah-ubah formasi sesuai dengan keinginan.
Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai kebutuhan.
Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka formasi tempat
duduk sebaiknya berbentuk melingkar. Jika pengajaran ditempuh dengan metode
ceramah, tempat duduk sebaiknya berderet memanjang ke belakang. Menurut Novan
Ardy Wiyani(2013:133) ada beberapa bentuk formasi.
1) Formasi tradisional (konvensional)
Formasi tradisional merupakan formasi yang pada umumnya hampir di
setiap kelas pada sekolah-sekolah di indonesia. Formasi ini dikatakan tradisional
karena memegang penggunaan formasi ini sudah menjadi tradisi dari masa ke
masa. Pada formasi tradisional siswa duduk berpasang-pasangan dalam satu meja
dengan satu kursi panjang atau dua kursi. Tempat duduk pada formasi ini berderet
memanjang ke belakang. Biasanya siswa perempuan berada pada barisan barisan
depan, sedangkan siswa laki-laki di barisan belakang atau siswa yang berpostur
tubuh pendek duduk di barisan depan, sedangkan yang berpostur tubuh tinggi di
bagian belakang. Formasi tradisional ini sangat tepat sekali dibentuk jika guru
hendak menggunakan metode ceramah pada saat mengajar.Kelebihannya adalah
dalam proses pembelajaran siswa yang duduk berpasang-pasangan dapat
bekerjasama, sedangkan kelemahannya siswa yang duduk pada barisan belakang
belum tentu mengikuti pembelajaran secara efektif karena guru biasanya kurang
memperhatikan siswa yang ada dibelakang.
2) Formasi auditorium
Formasi aunditorium hampir sama dengan formasi tradisional,
perbedaannya pada formasi ini posisi tempat duduk siswa berderet memanjang ke
samping bukan ke belakang seperti pada formasi tradisional. Formasi auditorium
ini memungkinkan semua siswa untuk mudah melihat pergerakan guru. Hal ini
mejadikan guru menajdi orang yang menajadi pusat perhatian siswa. dalam
formasi ini guru juga dapat melihat ataupun mengamati siswa aecara menyeluruh
25
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Metode ceramah dan metode tanya
jawab yang bersifat interaktif sangat tepat sekali digunakan dengan formasi kelas
auditorium ini. Adapun kelebihan dari formasi auditorium adalah dapat
mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara
konvensional, selain itu guru juga menjadi pusat perhatian peserta didik sehingga
dalam proses pembelajran guru dapat melihat ataupun mengamati siswanya secara
menyeluruh, sedangkan kekurangan dari formasi auditorium adalah lingkungan
yang sangat terbatas untuk belajar aktif.
3) Formasi chevron
Diakui ataupun tidak pada kondisi tertentu formasi kelas tradisional
kurang memadai untuk menjadikan kegiatan belajar efektif yaitu kegiatan belajar
yang menjadikan siswa aktif, apalagi jika jumlah siswa melebihi standar yang
telah ditentukan atau terlalu banyak. Tentunnya hal tersebut menuntut guru untuk
lebih kreatif dalam menjadikan siswa untuk tetap aktif. Formasi tempat duduk
chevron bisa digunakan sebagai solusinya. Hal ini disebabkan dalam formasi
chevron jarak antar siswa dan jarak siswa dengan guru dapat terkurangi. Dengan
demikian formasi ini menjadikan guru dan siswa mempunyai pandangan yang
lebih baik terhadap lingkungan kelas dan dapat berperan secara aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Formasi chevron ini membuat interaksi guru dengan siswa dan antar siswa
lebih intensif sehingga siswa dapat menjalani kegiatan belajar mengajar dengan
antusias, menyenangkan, dan fokus. Formasi ini cocok digunakan oleh guru jika
guru hendak menyampaikan materi dengan metode ceramah interaktif, tanya
jawab, dan diskusi kelompok. Adapun kelebihan dari formasi chevron yaitu dapat
mengurangi jarak diantara siswa maupun siswa dengan guru, sehingga siswa dan
guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan
mampu aktif dalam pembelajaran.
26
4) Formasi kelas bentuk U
Formasi kelas bentuk U ini sangat menarik dan mampu mengaktifkan para
siswa sehingga mampu membuat siswa antusias dalam mengikuti kegiatan belajar.
Dengan demikian harapan keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat
27
tercapai. Dalam formasi ini guru merupakan orang yang paling aktif bergerak
dinamis ke segala arah serta langsung berinteraksi secara berhadap-hadapan
dengan siswa. Gerakan yang dilakukan seperti gerakan maju ketengah dan
kembali lagi ke tempat semula serta menyamping ke kanan dan ke kiri kemudian
melakukan gerak mundur (kembali ketempat semula) guru tidak boleh berbalik
kebelakang tetapi harus berjalan mundur dan tetap memfokuskan pandangannya
kepada siswa.
Formasi kelas bentuk U sangat tepat dilakukan kegiatan belajar yang
dilakukan dengan diskusi, presentasi, dan kerja tim. Pada formasi ini guru dapat
memindahkan siswa yang di deretan bangku kanan kederetan bangku kiri dan
sebaliknnya tergantung kreativitas guru dalam menempatkan siswa. dengan begitu
siswa dapat lebih memaksimalkan potensi alat indra mereka dalam mengikuti
kegiatan belaajr menagajar dan mampu berinteraksi secara langsung sehingga
akan mendapatkan respon dari guru secara langsung pula.
Adapun kelebihan dari formasi later U yaitu guru dapat menjangkau
seluruh siswa sehingga pembelajaran dapat maksimal, sedangkan kekurangannya
adalah kondisi ini digunakan untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu
banyak.
5) Formasi meja pertemuan
Formasi meja pertemuan ini umumnya diselengarakan di tempat-tempat
pertemuan dan seminar. Formasi ini dapat digunakan dengan cara membagi siswa
menjadi beberapa kelompok di dalam kelas yang mana guru biasanya memberikan
tugas kelompok untuk diselesaikan secara kolektif. Kemudian hasil dari
pembahasan tersebut dibahas atau diplenokan oleh guru. Selanjutnya guru
memberikan klarifikasi terhadap persoalan yang telah dibahas oleh masing-
masing kelompok. Pada pelaksanaan formasi meja pertemuan sebuah kelompok
bisa terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang dibentuk manjadi 5 hingga 6 kelompok
tergantung dari jumlah siswa di dalam kelas tersebut. Kelebihan dari formasi meja
pertemuan ialah.
28
6) Formasi konferensi
Formasi konferensi dapat membaut siswa menajdi lebih aktif di dalam
kelas karena siswa akan menguasai jalannya kegiatan belajar mengajar, sedangkan
guru pada formasi ini hanya melontarkan tema yang harus dibahas kemudian
mengawasi dan sesekali mengarahkan siswa untuk bisa menjalankan kegiatan
belajar. Formasi konferensi ini sangat baik digunakan ketika guru hendak
menggunakan metode diskusi, debat aktif, dan tim kuis. Untuk bisa membentuk
formasi konferensi meja yang harus digunakan adalah meja panjang yang
didekatkan satu per satu dalam bentuk memanjang sehingga berbentuk kumpulan
meja berbentuk persegi panjang. Kemudian para siswa duduk di kursi yang
mengelilingi meja-meja persegi panjang tersebut.
Formasi konferensi juga bisa diubah atau dimodifikasi dengan menepatkan
guru di tengah-tengah kursi siswa sehingga memungkin guru untuk berperan seta
dalam kegiatan diskusi yang dibahas oleh siswa. walaupun demikian tugas guru
tetaplah mengawasi dan mengarahkan siswa saja serta membiarkan jalannya
kegiatan diskusi tersebut. Kemudian formasi konferensi juga dapat dibentuk
dengan cara menggabungkan beberapa meja kemudian di tengah-tengah cara
menggabungkan beberapa meja kemudian di tengah-tengah meja tersebut di
kosongkan.
Kelebihan dari formasi konverensi adalah menjadikan permasalahan yang
dianggap susah menjadi mudah karena di diskusikan secara bersama, sedangkan
kekurangannya adalah dapat mengurangi peran penting siswa.
7) Formasi pengelompokan terpisah (breakout groupings)
Jika ruang kelas memungkinkan atau cukup besar, guru dapat meletakan
meja-meja dan kursi yang mana kelompok kecil dapat melakukan aktivitas belajar
yang dipecah menjadi beberapa tim. Guru dapat menempatkan susunan pecahan-
pecahan kelompok tersebut secara berjauhan sehingga kelompok yang satu tidak
menggangu kelompok yang lain. Tetapi guru hendaknya menghindari penempatan
ruangan kelompok-kelompok kecil yang terlalu jauh dari ruang kelas supaya
mudah diawasi. Kemudian di samping kelompok kecil yang letaknya agak saling
29
berjauhan ada sekelompok siswa yang tetap berada dalam bimbingan guru yang
berada dalam formasi huruf U. Hal tersebut disesuaikan dengan tema pengajaran
yang cocok dengan formasi ini. Tujuannya yaitu berusaha untuk memberikan
upayan pendalaman pada sebagian siswa dalam bentuk kelompok-kelompok kecil.
Sementara itu yang masih membutuhkan bimbingan dari guru tetap berada dalam
pengawasan guru.
8) Formasi tempat kerja
Formasi tempat kerja ini sangat tepat jika dilakukan di dalam laboratorium
yang mana setiap siswa duduk satu tempat untuk mengerjakan tugas seperti
mengoperasikan komputer, mesin, atau melakukan praktik di laboratorium.
Mejanya dibedakan menurut bagiannya masing-masing tempat yang saling
berhadapan mendorong partner belajar untuk menempatkan dua siswa pada
tempat yang sama.
9) Formasi kelompok untuk kelompok
Formasi kelompok untuk kelompok ini merupakan formasi yang mana terdapat
beberapa kelompok yang duduk dalam satu meja persegi berukuran besar (bisa
juga dengan membuat beberapa meja dijadikan satu membentuk meja besar)
sehingga setiap kelompok duduk saling berhadapan. Susunan formasi kelompok
untuk kelompok sangat memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau
menyusun permainan peran, berdebat, atau observasi pada kegiatan kelompok.
Adapun kelebihan dari formasi kelompok untuk kelompok ialah siswa secara aktif
dapat bekerja sama dalam kelompok dan meningkatkan semangat kompetisi
dalam diri siswa serta memungkinkan guru melakukan diskusi atau menyusun
permainan peran, berdebat atau observasi pada kegiatan kelompok sedangkan
kekurangannya ialah siswa kurang memperhatikan guru karena siswa lebih asik
bermain dengan teman kelompoknya, dan jika dalam kelompok ada yang lebih
pintar maka anggota kelompok dalam kelompok tersebuttidak mau berfikir karena
bergantung pada siswa yang pintar.
10) Formasi Lingkaran
30
Formasi lingkaran ini merupakan pengaturan tempat duduk yang disusun
melingkar tanpa menggunakan meja dan kursi. Formasi lingkaran ini biasanya
digunakan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dalam satu kelompok yang
mana guru sebagai seorang manajer kelas memiliki peran untuk membimbing dan
mengarahkan jalannya kegiatan belajar mengajar tersebut. Formasi lingkaran ini
tentunya merupakan formasi yang efektif bagi sebuah kelompok karena siswa
siswa akan dapat berinteraksi secara langsung dengan guru dan siswa lainnya
guna membahas atau mengkaji materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Adapun kelebihn dari formasi lingkaran ialah sistem ini dapat menyelesaikan
permasalahan kelompok secara bersama dengan siswa yang junlahnya banyak,
dapat menjadikan mudah permasalahan yang dianggap sulit. Kekurangannya ialah
pembelajaran kurang efektif dalam penerimaan dan pemberian tugas karena siswa
umum nya lebih suka bermain.
11) Formasi peripheral
Seorang guru mengiginkan siswanya memiliki tempat untuk menulis guru
menggunakan formasi tempat duduk peripheral yaitu meja ditempatkan di
belakang siswa guru dapat menyuruh siswa memutar kursi-kursinya secara
melingkar saat guru mengiginkan diskusi kelompok.
2. Gaya penataan
a. Gaya auditorium, gaya susunan kelas di mana semua murid duduk
menghadap guru
b. Gaya tatap muka, gaya susunan kelas di mana murid saling menghadap
c. Gaya off-sett, gaya susunan kelas di mana sejumlah (biasanya tiga atau
empat anak) duduk di bangku, tetapi tidak duduk berhadapn langsung satu
sama lain.
d. Gaya seminar, gaya susunan kelas di mana sejumlah besar murid (sepulh
atau lebih duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk
U.
31
e. Gaya klaster, gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya empat
sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil.
3. Prinsip penataan kelas
Berikut ini empat prinsip dasar yang dapat dipakai untuk menata kelas
yang dikemukakan dalam buku John W. Santrock (Evertson, Emmer & Worsham,
2003).
a. Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang. Gangguan dapat terjadi di daerah
yang sering dilewati. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku
murid, meja guru, dan lokasi penyimpanan pensil, rak buku, komputer,
dan lokasi lainnya. Pisahkan area-area ini sejauh mungkin dan pastikan
mudah di akses
b. Pastikan bahwa dapat dengan mudah melihat semua murid. Tugas
manajemen yang penting adalah memonitor murid secara cermat. Untuk
itu, harus bisa melihat semua murid. Pastilkan ada jarak pandang yang
jelas dari meja guru, lokasi instruksional, meja murid, dan semua murid.
Jangan sampai ada yang tidak kelihatan
c. Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah di akses. Ini akan
meminimalkan waktu persiapan dan perapian, dan mengurangi kelambatan
dan gangguan aktivitas.
d. Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.
Tentukan dimana anda dan murid anda akan berada pada saat presentasi
kelas diadakan. Untuk aktvitas ini murid, murid tidak boleh memindahkan
kursi atau menjulurkan lehernya. Untuk mengetahui seberapa baik murid
dapat melihat dari tempat mereka, duduklah dikursi mereka.
4. Manajemen Kelas
Ada beberapa ragam manajemen kelas yang dikemukakan John Afifi
(2014:14-78) :
a. Manajemen Kelas Spatial Learning (Penataan Ruang Belajar)
32
Berbicara tentang kegiatan mengajar, satu hal yang pasti bahwa tujuan dari
proses pengajaran tidak akan tercapai bilamana kegiatan mengajar dilkukan di
dalam ruangan kelas yang tidak tertata rapi, berantakan, dan tidak dapat membuat
siswa merasa nyaman. Oleh karena itu, merupakan sebuah syarat wajib bagi setiap
sekolah untuk memiliki ruangan kelas yang memadai. Bagaimanapun ruangan
kelas sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini tidak dapat
dibantah, karena ruangan kelas merupakan sarana utama dalam kegiatan belajar
mengajar. Di ruangan kelas, guru manyampaikan materi pelajaran sesuai dengan
kompetensi dasar yang telah ditentukan, sementara siswa mengambil pemahaman
secara langsung, bertanya jawab, berdiskusi, dan belajar berkelompok bersama
teman-temannya terkait materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru.
Pada prinsipnya ruangan kelas merupakan sentral untuk menyerap
pengetahuan-pengetahuan baru bagi siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang
telah disampaikan oleh guru. Karena begitu pentingnya fungsi ruangan, maka
ruangan kelas harus tertata rapi, tidak berantakan, dan mampu membuat siswa
yang belajar di dalamnya merasa nyaman.
b. Manajemen kelas Determination of regulation in the room (Penataan
peraturan di dalam Ruangan)
Keberhasilan seorang guru bergantung pada kemampuan guru dalam
mengelola kelas dan menciptakan suasana yang nyaman bagi siswa untuk belajar
di dalam kelas. Karena itu, sangat penting bagi seorang guru untuk menerapkan
manajemen kelas Determination of regulation in the room guna mendukung
terciptakannya keberhasilan tersebut. Penenerapan manajemen kelas
Determination of regulation in the room ini tidak bertujuan untuk membatasi
gerak siswa, melainkan sebagai penjelas perilaku mereka yang mengajarah pada
visi dan misi kelas. Lebih jauh dari itu, manajemen kelas ini juga merupakan
syarat bagi terciptanya kelas yang baik, karena berfungsi sebagai pengatur kelas
agar siswa dapat belaajr dengan nyaman dan gurupun mengajar dengan baik.
Oleh karena itu dalam melaksanakan manajemen kelas Determination of
regulation in the room, seorang guru tidak boleh menajadi hakim yang berhak
menentukan segalanya, karena peraturan kelas harus dibuat berdasarkan
33
kesepakatan semua siswa. namun apabila dalam penetapannya ada beberapa siswa
yang tidak setuju, makan seorang guru harus tegas dalam mengambil suatu
keputusan dengan tetap mempertimbangkan sisi positif dan negatifnya.
c. Manajemen kelas Beginning of Effective Teaching (Permulaan Pengajaran
yang Efektif)
Permulaan pengajaran yang efektif merupakan bagian tertpenting dalam
pengelolaan kelas, karena siswa akan mempelajari sikap, perilaku, dan kebiasaan
yang harus mereka terapkan di sekolah setiap hari. Maka dari itu, sangat penting
bagi guru untuk melaksanakan manajemen kelas Beginning of Effective Teaching
guna memperkuat keyakinan para siswa bahwa kesuksesan belajar itu harus
dikejar. Semangat belajar siswa masih sangat tinggi dan terjaga dengan baik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa permulaan pengajaran yang efektif dapat
menajadi kunci bagi kegiatan belajar mengajar yang sukses.
Keberhasilan dalam melaksanakan manajemen kelas Beginning of
Effective Teaching bergantung pada kemampuan dalam menerapkan strategi
pengajaran yang efektif. Oleh karena itu perlu dipahami bahwa pengajaran
merupakan sarana yang dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide
keterampilan, cara berfikir, dan cara-cara belajar sebagaimana mestinya. Di sisi
lain pengajaran merupakan upaya untuk menagajarkan sesuatu hal kepada siswa,
maka dari itu kita harus menyesuaikan dengan kondisi seberapa jauh siswa dapat
menyerap dan memahami materi pelajaran yang diajarkan. Kegiatan pengajaran
merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Itulah sebabnya
dalam kegiatan belajar mengajar siswa berinteraksi dengan guru sebagai penyaji
sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
mungkin digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran.
d. Manajemen Kelas Implementation of Effective Learning (Pelaksanaan
Pembelajaran yang Efektif)
Belajar merupakan tugas terpenting yang harus dilakukan oleh setiap
siswa di sekolah. Namun dalam faktanya siswa memiliki perbedaan cara belajar
dalam hal proses berfikir dan menyerap materi pelajaran. Sebuah terori
34
pendidikan mengatakan bahwa setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing dalam mengikuti kegiatan belajar yang efektif. Oleh karena itu
setelah memastikan bahwa manajemen-manajemen kelas yang sudah diterapkan
dapat berjalan dengan lancar, guru perlu menyempurnakannya dengan
menerapkan manajemen kelas Implementation of Effective Learning. Pelaksanaan
manajemen kelas Implementation of Effective Learning ini ditujukan untuk
mengelola metode pembelaajran agar menemui titik temu dengan cara belaajar
siswa. tak dapat dipungkiri, ada berbagai jenis kepribadian siswa yang masing-
masing membutuhkan penanganan dengan metode pembelajaran yang berbeda.
Namun dengan adanya manajemen kelas ini, diharapkan dapat memenuhi semua
kebutuhan belaajar siswa mengingat jumlah mereka di dalam kelas yang terlalu
banyak. Dengan melaksanakan manajemen kelas ini secara baik, akan membantu
guru dalam setiap mengajarkan setiap materi pelajaran dengan lebih efektif.
e. Manajement kelas Study Groups (Kelompok Belajar)
Manajemen kelas Study Groups merupakan salah satu manajemen kelas
yang bisa diandalkan untuk meningkatkan pemahaman siswa terkait materi
pelajaran. Selain itu manajemen kelas ini juga difungsikan untuk menunjang
kemampuan siswa dalam belajar. Sebab didalam kelompok belajar siswa
diajarkan untuk saling bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai permasalahan-
permasalahan yang muncul terkait materi pelajaran. Pada dasarnya ada banyak
sekali kelompok belajar yang bisa dibentuk di dalam kelas. Namun yang paling
sering digunakan dalam strategi mengajar selama ini adalah kelompok kooperatif
kecil, kelompok kooperatif heterogen, dan kelompok pasangan siswa. tentu saja
setiap jenis kelompok belajar memiliki kelebihan dan kekurangan namun
semuanya tergantung bagaimana guru menggunakannya.
Pembentukan kelompok belajar siswa dinilai efektif bilamana dapat
memaksimalkan hasil belajar siswa dengan kemampuan dan minat siswa sementara
itu disisilain pembentukan kelompok belajar dinilai berhasil bilamana dapat
membantu guru untuk menerangkan sekaligus menanamkan pemahaman terkait
materi pelajaran kepada siswa.
35
C. Penelitian yang Relevan
Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa kegiatan penelitian
yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain yang memiliki persamaan dan
perbedaan tertentu dengan konteks peneliti ini. Diantara hasil penelitian terdahulu
yang menurut peneliti terdapat kemiripan diantaranya :
1. Fitri Mahdalena (2017). Dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul “ Peran
Wali Kelas Dalam Pengelolaan Kelas Di Smp Negeri 14 Banda Aceh “.
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui peran wali kelas dalam
pengelolaan kelas di SMPN 14. Persamaan penelitian ini dengan peneliti
adalah sama-sama meneliti guru dalam pengelolaan kelasnya. Sedangkan
perbedaanya adalah penelitian ini meneliti pada sekolah menengah dan peneliti
meneliti di tingkat sekolah dasar.
2. Ahmad Jakfar (2017) Dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul “ Strategi
Guru Dalam Mengelola Kelas Inklusif di SDN kiduldalem 1 Malang “
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi guru dalam mengelola kelas
inklusif. Persamaan penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama meneliti
strategi guru dalam pengelolaan kelasnya. Sedangkan perbedanya adalah
penelitian ini meneliti di tingkat sekolah dasar inklusif dan peneliti meneliti di
sekolah dasar biasa.
3. Fila Nurkhotijah (2016) dalam karya tulis ilmiahnya yang berjudul “
Keterampilan Guru dalam Pengelolaan Kelas pada pembelajaran Tematik
Kelas V Ali Bin Abi Thalib di MIN Purwokerto “. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahu keterampilan guru dalam pengelolaan kelasnya. Persamaan
penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang guru dalam
pengelolaan kelasnya. Sedangkan perbedaanya adalah penelitian ini meneliti di
MIN Purwokerto Kelas V pada pembelajaran tematik dan peneliti meneliti di
Sekolah Dasar pada Kelas III.
4. Nelawati (2016) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Pengelolaan Kelas
dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda, Kediri . Merupakan penelitian
korelasional dengan teknik analisis korelasi product moment dan teknik
analisis korelasi ganda. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan
36
pengelolaan kelas dan motivasi belajar dengan prestasi belajar. Hasil dalam
penelitian ini adalah terdapat hubungan yangyang positif dan signifikan antara
pengelolaan kelas dengan prestasi belajar, terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar, serta terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara pengelolaan kelas dan motivasi
belajar dengan prestasi belajar. Persamaan penelitian Nelawati dengan
penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pengelolaan kelas yang
dilakukan oleh guru. Perbedaannya yaitu terletak pada metode penelitian dan
teknik analisa yang digunakan.
5. Dheni purwanti (2015), dalam karya tulis ilmiah nya yang berjudul
“Manajemen kelas di kelas V sekolah dasar negeri Se-kecamatan Danurajen
Yogyakarta”, menyimpulkan bahwa manajemen kelas memegang peranan
penting dalam pencapaian keberhasilan proses pembelajaran. Tujuan
pembelajaran kelas adalah menciptakan dan memelihara suatu kondisi kelas
yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar, sehinggga siswa bisa belajar
dengan efektif dan guru juga bisa mengajar dengan efektif. Pengelolaan
kelas tidak hanya terkait dengan pengaturan ruang kelas saja, tetapi juga
menyangkut pengelolaan interaksi yang ada di dalamnya serta membangun
iklim kelas yang positif. Baik buruknya pengelolaan kelas yang dilakukan
guru, bisa dilihat dari ketiga aspek tersebut.
Berdasarkan penelitian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ketercapaian
tujuan pembelajaran yang telah di tentukan tidak lepas dari bagaimana seorang
guru dalam melaksanakan pengelolaan kelasnya. Pengelolaan kelas tidak hanya
terkait dengan pengaturan ruang kelas saja, melainkan bagaimana seorang guru
menciptakan iklim belajar yang tepat dan mengelola interaksi kegiatan ngajar
mengajar.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Desain penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Moleong mengemukakan bahwa penelitian kualitatif antara
lain bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata
atau gambar dari pada angka-angka. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain yang sudah disebutkan yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010).
Rancangan penelitian ini penulis gunakan untuk mengetahui pengelolaan kelas
di kelas IV MI Nurul Yaqin Tahun Pelajaran 2018/2019 yang terdiri atas
prinsip-prinsip pengelolaan kelas, keterampilan guru dalam mengelola kelas,
dan penataan ruang kelas IV MI Nurul Yaqin.
Melalui desain penelitian ini, data yang telah dikumpulkan selanjutnya
di identifikasi, dianalisis, dideskripsikan, dan diorientasikan untuk mencapai
tujuan dari penelitian. Selanjutnya, pendeskripsian ditulis dalam bentuk narasi
dan argumentasi untuk melengkapi gambaran menyeluruh tentang apa yang
terjadidalam peristiwa yang dilaporkan. Penulis melakukan
pendeskripsian dengan menyeimbangkan antara analisis dan interpretasi.
Analisis digunakan untuk mengorganisasi deskripsi agar dapat
dikendalikan sehingga dapat membantu pembaca memahami interpretasi
penulis.
B. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV MI Nurul Yaqin. Subjek
penelitian ini adalah guru kelas IV yang bernama Novalisa S Pd.I. Kegiatan
penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019.
C. Jenis dan Sumber Data
Data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar
kajian (analisis atau kesimulan), untuk itu jenis data harus di ungkapkan dalam
38
bagian ini. Dalam data penelitian kualitatif kualitatif berupa kata-kata, tindakan
atau perilaku dan selebihnya adalah data tambahan sepert dokumen dan lain-
lain. Adapun jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang bersumber dari informasi secara langsung
yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Data primer ini adalah data yang
hanya di gunakan digunakan dan merupakan salah satu ciri penelitian kualitatif.
Data primer diperoleh dari wawancara terbuka dan mendalam yang berpedoman
pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Seperti yang dikatakan Moelong
bahwa kata-kata atau ucapan lisan dan perilaku manusia merupakan data utama
dan data primer dalam suatu penelitian. Adapun data primer dalam penelitian
ini adalah kepala sekolah, waka kurikulum, dan guru kelas IV di MI Nurul
Yaqin.
2. Data Sekunder
Data sekunder biaasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-
dokumen. Data ini diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh dari
subjek penelitian. Data sekunder atau data tangan kedua biasanyan berwujud
data dokumentasi atau data yang telah tersedia.
Data sekunder yang diperoleh selama penelitian berupa data-data
dokumentasi hal yang berkaitan dengan manajemen kelas yang dilakukan
peneliti di kelas IV MI Nurul Yaqin berupa dokumen yang berisi karakteristik
kelas baik dari lokasi kelas, fasilitas kelas sampai sarana prasarana yang
terdapat di kelas IV MI Nurul Yaqin.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
observasi, dokumentasi, dan wawancara.
1. Observasi
Observasi atau pengamatan langsung yang dilakukan penulis adalah
observasi terhadap ruang kelas IV MI Nurul Yaqin. Sebelum pengamatan di
kelas peneliti terlebih dahulu melakukan observasi terhadap kelas, selain itu
observasi juga dilakukan terhadap aktivitas belajar pada pelaksanaan
pembelajaran, yaitu aktivitas guru mengajar di dalam kelas. Tujuan penulis
melakukan observasi yaitu untuk mengetahui situasi ruang kelas IV MI Nurul
Yaqin.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan
mengumpulkan data-data otentik berupa dokumen-dokumen atau rekaman
yang sudah bersifat tersedia untuk langsung dianalisis.
3. Wawancara
Wawancara atau interview,(Nurgiyantoro, 1988,hlm. 53). menyatakan
wawancara atau interview merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk
mendapatkan informasi dari responden dengan melakukan tanya jawab
sepihak. Wawancara ini dilakukan oleh penanya kepada guru (responden)
dengan memberikan beberapa pertanyaan kemudian guru menjawab pertanyaan
yang diberikan. Tujuan penulis melakukan wawancara dengan guru kelas IV
yaitu sebagai data tambahan yang mendukung pembahasan mengenai
pengelolaan kelas IV.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain Bogdan (Sugiyono, 2013, hlm. 244). Dalam menganalisis
data, peneliti melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut.
1. Melaksanakan observasi partisipan pasif, peneliti berada di lokasi
penelitian ketika berlangsung, namun tidak ikut andil dalam pembelajaran.
Peneliti hanya mengamati aktivitas yang dilakukan oleh guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai peserta didik.
2. Melakukan wawancara tidak berstruktur terhadap guru kelas IV yang
dijadikan subjek penelititan terkait dengan pengelolaan kelas di kelas IV
MI Nurul Yaqin.
3. Mengamati dan melakukan dokumentasi terhadap aktivitas proses
belajar mengajar di kelas.
4. Menganalisis kesesuaian pengelolaan kelas dengan acuan penilaian
indikator pengelolaan kelas.
5. Mendeskripsikan semua hasil pengamatan yang telah dianalisis.
6. Menyimpulkan bagaimana pengelolaan kelas guru kelas IV dalam
pengelolaan kelas, keterampilan guru dalam meneglola kelas, dan penataan
ruang kelas IV MI Nurul Yaqin.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam pengecekan
keabsahan data, seperti perpanjangan pengamatan, dan peningkatan
ketekunan.
1. Uji Kredibilitas
(Sugiyono, 2012, hlm.121). berpendapat bahwa uji kredibilitas data
dilakukan dengan cara memperpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis
kasus negatif, dan member check. Peneliti memilih triangulasi dengan
mengecek data dari berbagai sumber yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Dengan pembandingan tersebut akan menghasilkan suatu
kesimpulan.
2. Perpanjangan Pengamatan
(Sugiyono, 2010, hlm. 369). menyatakan bahwa lama waktu perpanjangan
pengamatan yang dilakukan akan sangat tergantung pada kedalaman,
keluasan, dan kepastian data. Perpanjangan pengamatan pada penelitian ini
adalah dengan cara memperpanjang waktu pengamatan.
3. Peningkatan Ketekunan
(Sugiyono, 2010, hlm. 371). menyatakan bahwa meningkatkan ketekunan
berarti melakukan pengecekan kembali apakah data-data yang telah
ditemukan salah atau tidak. Peningkatan ketekunan dengan cara
perpanjang pengamatan maupun hasil penelitian atau dokumentasi yang
terkait dengan temuan yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan mengamati
dengan cermat dan teliti.
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Sejarah Sekolah
Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin ini berlokasi di RT.02 jalan
jambi Km.17 Simpang Sungai Duren kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten
Muaro Jambi. Berdirinya Madrasah ini merupakan Jawaban dari tuntutan
masyarakat akan pentingnya pendidikan agama di desa Simpang Sungai Duren
ini. Pada awalnya Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin ini berdiri atas swadaya
masyarakat yang memang berkeinginan untuk mendirikan suatu lembaga
pendidikan agama di desa ini.
Yayasan Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Kabupaten Muaro Jambi didirikan
pada tahun 2006. Selain mengikuti Kurikulum KTSP yayasan ini juga mengikuti
kurikulum yang diselenggarakan oleh kementerian agama dan keberadaan Yayasan Nurul
Yaqin Simpang Sungai Duren Kabupaten Muaro Jambi ini dalam rangka untuk
mencerdaskan bangsa dan agar generasi muda mendapatkan motivasi serta bimbingan
terutama dibidang agama untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Yayasan tersebut pada awalnya masih memakai gedung Puskesmas lama
yang sudah tidak dipakai lagi, namun sudah dihibahkan oleh Kepala Desa untuk
Madrasah dan pada tahun 2009 sudah membangun gedung baru sebanyak tiga
kelas. Dananya diperoleh dari Pemerintah yaitu dana blockgreen yang diperoleh
dari Kantor Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jambi melalui Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Muaro Jambi.
2. Letak Geografis Madrasah
Sekolah itu bernama MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren dan
terletak di jalan Prof, Dr. Seomatri Pall 111 Sungai Duren Kecamatan MI
Nurul Yaqin Merupakan daerah yang strategis, karena lokasi ini berada dipusat
kota jambi dan tidak jauh dari sarana pendidikan lainya. Madrasaha MI Nurul
Yaqin Simpang Sungai Duren Kota Jambi terletaknya juga bersebelah dengan
MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren dan juga sekolah menengah pertama
di MI Nurul Yaqin.
3. Visi dan Misi Madrasah
Visi “Terwujud peserta didik yang cakap ,terampil beriman dan
bertaqwa serta Berakhlak Mulia”.
Misi MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren
1. Membina dan membimbing peserta agar cakap dan trampil berakhlak
Mulia dan berbudi luhur.
2. Meningkat Kedisplinan dankualitifikasi tenaga pendidikan dan
kependidikan agar tercapai siswa aktif bermain dan bertaqwa.
3. Melaksanakan program gemar mengaji setiap hari dan tahfis juz amma
agar peserta didik terhindar buta aksara ,menjadi sholeh dan sholeh.
B. Struktur Organisasi Madrsah
Sekolah merupakan suatu organisasi yag mempunyai visi dan misi,
oleh karena itu dibutuhkan suatu struktur dimana setiap bagian pada struktur
itu mempunyai fungsi dan sosialisasi kerja sehingga sekolah teroganisasi
dengan baik. Adapun struktur organisasi MI Nurul Yaqin adalah sebagai
berikut :
STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH IBTIDAYAH
NURUL YAQIN TAHUN AJARAN 2018/2019
Gambar : 1.1 Struktur Organisasi
C. Tenaga Pendidikan
Tabel 1.1
Tata Usaha
Ulyani, S.Pd.I
Bendaharawan
Mardiana, S.Pd.I
Kepala madrasah
Kariem, S.Pd.I
Komite madrasah
Wan jang ning
Guru kelas 1A
Mardiana, S.Pd.I
Guru kelas IV
Novalisa,S.Pd.I
Guru kelas III
Hasnah, S.Pd.I
Guru kelas 1B
Marnis
Guru kelas V1
Aisar,S.Pd.I
Coordinator
Aisar, S.Pd.I Pustakawan
Dela Miranti,
S.Pd.I
Guru Kelas II B
Irawati, S.Pd.I
Guru kelas IIA
Dela Miranti, S.Pd.I
Guru kelas V
Rinta Murti,S.Pd.I
Siswa Penjaga
Data Guru MIS Nurul Yaqin Kota Jambi
NO NAMA NIP GOL
PENDIDIKA
N
TERKAHIR
KET
1. Kariem,S.Pd.I 197312312005012020 III.a SI Kepala sekolah
2. Irawati,S.Pd.I 197603121999032003 IV.a SI Guru kelas
3. Novalisa,S.Pd.I 198011152005012009 III.c SI Guru kelas
4. Hasnah,S.Pd.I 198003012005011020 III.b SI Guru kelas
5. RintaMurti,S.Pd.I 197810032005012005 III.b SI Guru kelas
6. Aisar, S.Pd.I 197107032005011006 III.b SI Guru kelas
7. Marnis 196603032006042011 II.d PGA Guru kelas
8. Ulyani, S.Pd.I - - SI Guru kelas
9. Eli Rosita, S.Pd.I - - SI Guru mapel
10. Yulianti, S.Pd - - SI Guru mapel
11. Muhammad
Taufik,S.Pd.I
197207172005011007 III.a SI Guru mapel
12. Mardiana, S.Pd.I - - SI Guru kelas
13. a Dela Mianti, S.Pd.I - SI Guru kelas
14. Ambo Asnan - SI Guru mapel
15. M. Atib - SI Guru mapel
Keadaan guru
Guru mempunyai peranan yang penting dalam keberhasilan siswanya dan
tanggung jawab dalam proses pembelajaran disekolah. Keberhasilan guru dalam
mengajar tergantung dari sejauh mana guru tersebut menjelaskan peranan dan
tanggung jawab..daftar nama guru dan bidang studinya sebagai berikut.
Tabel 2.1
Daftar nama guru wali kelas
NO KELAS NAMA
1 I A Mardiana, S.Pd.I
2 I B Marnis
3 II A Dela Miranti,S.Pd.I
4 II B Irawati, S.Pd.I
5 III A Hasnah, S.Pd.I
6 III B Eli Rosita, S.Pd.I
6 IV Novalisa , S.Pd.I
7 V Rinta Murti, S.Pd.I
8 VI Aisar , S.Pd.I
D. Struktur kurikulum Madrasah
Struktur kurikulum 2013 bagi Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebenarnya tidak
terlalu menimbulkan polemik, berbeda dengan kurikulum kombinasi (KTSP dan
K13) yang diberlakukan untuk MI yang kemudian menimbulkan beragam
kegamaan bagi sebagian pihak:
Kurikulum 2013 terlah diberlakukan kepada berbagai madrasah di
Indonesia mulai dari MI, MTs, hingga MA.madrasah-madrasah penyelanggara
kurtilas ini telah dittetapkan berdasarkan SK Dirjen pendidikan Islam. SK dirjen
Nomor 5114 Tahun 20144 tentang penetapan Madrasah pelaksana kurikulum
2013 dan lampiran SK Dirjen Nomor 5114 Tahun 2014.
Pelaksanaan kurikulum 2013 dan penentuan struktur kurikulum 2013
dimadrasah Ibtidaiyah berdasarkan pada peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulu
sekolah dasar/madrasah Ibtidaiyah yang kemudian pelaksanaan kurikulum 2013
dan penetuan struktur kurikulum 2013 dimadrasah ibtidaiyah.yang kmudian
ditegaskan melalui keputusan menteri RI Nomor 117 Tahun 2014 tentang
implementasi kurikulum 2013 dimadrasah dan keputusan menteri agama Nomor
165 Tahun 2014 tentang pedoman kurikulum madrasah 2013 mata pelajaran
pendidikan agama islam dan bahasa arab.
Tabel 3.1
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER
MINGGU
I II III IV V VI
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Pancasila 4 4 4 4 4 4
2. Pendidikan pancasila 5 5 6 5 5 5
3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7
4. Matematika 5 6 6 6 6 6
5. Ilmu pendidikan alam - - - 3 3 3
6. Ilmu pendidikan social - - - 3 3 3
Kelompok B(Umum)
1. Pendidikanbudaya 4 4 4 4 4 4
2. Pendidikan Jasmani 4 4 4 4 4 4
Jumlah jam pelajaran 30 32 36 36 36 36
E. Siswa Madrasah
Siswa MI Nurul Yaqin Kota Jambi adalah siswa yang diterima melalui
proses seleksi yang telah diterapkan melalui ketentuan sekolah. Jumlah siswa
yang ada berjumlah orang. Berikut ini keadaan siswa yang distribusinya untuk
setiap kelas.
Tabel 3.2
No Kelas Jumlah
1. 1A 27
2. 1B 23
3. 2A 24
4. 2B 23
5. 3A 23
6. 3B 23
7. 4 30
8. 5 31
9. 6 23
F. Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana Madrasah Ibtidaiyah Nurul Yaqin
Simpang Sungai Duren Kabupaten Muaro Jambi memang masih mimim,
terdapat banyak kekurangan sarana penunjang pendidikan hal
tersebutdikarenakan Madrasah ini baru berdiri selama tiga belas tahun oleh
karena itu keadaan sarana dan fasilMIS Nurul Yaqin Muaro Jambisarana
pembelajaran masih kurang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
tersebut:
G.Sarana dan prasarana
1. Keadaan Gedung dan Meubelair
Tabel 3.3
No Sarana Jumlah Kondisi
1. Gedung 1 Baik
2. Lokal 6 Baik
3. Kantor 1 Baik
4. Perpustakaan 1 Baik
5. Ruang UKS 1 Baik
6. Ruang Bimbingan 1 Baik
7. Konseling 1 Baik
8. Wc Guru 1 Baik
9. Wc Siswa 1 Baik
Tabel 3.4
No Sarana Kondisi
1. Meja Baik
2. Kursi Baik
3. Papan Tulis Baik
4. Komputer Baik
5. Listrik Baik
6. Air Baik
7. Lapangan Basket Kurang Ada
H. Penelitian Temuan
a. Menciptakan iklim belajar yang tepat
1). Kehangatan dan antusias
Kehangatan dan antusias guru bisa terlihat dengan cara guru berbicara dan
menasehati para siswa. Informasi tentang cara guru berbicara dan menasehati para
siswa diperoleh peneliti dengan teknik observasi.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 12 – februari
2020 diketahui bahwa cara guru kelas IV berkomunikasi dan respon dari siswa
saat guru menasehati para siswa dengan cara guru mendekati siswa yang
bersangkutan sehingga siswa tidak akan merasa takut saat berinteraksi langsung
dengan guru kelas.
Saat melakukan wawancara dengan akbar selaku siswa kelas IV
mengatakan, Saya tidak takut saat ibu guru bertanya
(akbar,wawancara 14 februari 2020) ,
Saat melakukan wawancara dengan pidia selaku siswa kelas IV
mengatakan, Saya berani dan senang saat ibu guru bertanya kepada
saya (pidia,wawancara 14 februari 2020)
Nova lisa selaku guru kelas 4 terlihat akrab dengan siswanya. Hal ini
dikarenakan dalam berbicara maupun menegur siswa ibu nova menggunakan kata-
kata yang tidak kasar.
Saat melakukan wawancara dengan guru kelas IV yaitu ibu nova
mengatakan,
Terkadang saya memanggil siswa untuk maju ke depan meja guru
tapi lebih sering langsung mendekat kepada siswa yang
bersangkutan dan memagang bahu nya kemudian saya bicara
langsung kepada siswa tersebut karna biasanya kalo saya panggil
untuk maju ke depan siswa malah merasa takut seperti akan
mendapatkan hukuman jadi saya lebih sering lebih memilih untuk
mendekati siswa (Novalisa,wawancara,14 februari 2020).
Berdasarkan hasil observasi peneliti mengenai kehangatan dan antusias, yaitu
guru dalam berkomunikasi dengan siswa secara individu yaitu dengan cara guru
mendekati siswa yang bersangkutan sehingga siswa merasa akrab dengan guru kelas dan
tidak merasa takut untuk bertanya maupun berinteraksi langsung dengan guru kelas.
2) Tantangan
dalam hal ini ialah guru kelas mengajak belajar di luar kelas untuk
mengamati lingkungan sekolah dan sekitarnya. Guru kelas MI Nurul yaqin selalu
mengajak para siswanya belajar di luar kelas untuk mengamati lingkungan
sekolah dan sekitarnya jika materi yang di ajarkan mengharuskan untuk belajar di
luar kelas, seperti yang dikatakan oleh novalisa selaku guru kelas IV. ya biasanya
kalo materi mengharuskan untuk belajar di luar kelas ya saya ajak para siswa
untuk belajar di luar kelas, Saat melakukan wawancara dengan guru kelas IV
yaitu ibu novalisa mengatakan,
Kalau memang materi pelajaran mengharuskan untuk belajar di
luar kelas ya saya ajak siswa belajar di luar kelas, tapi karena nama
nya juga anak-anak kalau sudah di ajak belajar diluar kelas agak
susah di kondisikan. (novalisa,wawancara, 14 februari 2020).
Gambar :1.2 Guru dan siswa belajar di luar kelas
(Dokumentasi pribadi)
Dari paparan wawancara observasi serta dokumentasi diatas dapat
disimpulkan bahwa dalam proses kegiatan belajar mengajar guru tidak hanya
mengajar di dalam kelas saja tetapi bias juga mengajak siswa nya untuk belajar
diluar kelas untuk mengamati lingkungan sekolah dan sekitar nya, jika materi
yang di ajarkan mengharuskan untuk belajar di luar kelas, namun saat proses
belajar mengajar diluar kelas guru agak susah mengkondisikan siswanya.
3). Bervariasi
Guru dalam mengajar menggunakan media pembelajaran (gambar, alat
atau benda) ketika mengajar. Penggunaan media pembelajaran bagi siswa
tentunya akan membuat para siswa lebih tertarik dan akan lebih antusias dalam
mengikuti setiap kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan peneliti di kelas IV, novalisa selaku guru kelas IV dalam
menyampaikan materi dengan menunjukan contoh gambar.
Peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa kelas IV. Naura selaku
siswa kelas IV mengatakan .
Tidak kak, kadang bu nova menunjukan contoh gambar
Sedangkan sarifa selaku siswa kelas IV mengatakan ,
Tidak kak bu nova menggunakan buku tambahan dan kadang
membawa gambar sebagai contoh.
Saat melakukan wawancara dengan guru kelas IV yaitu bu nova
mengatakan,
Saya membawa benda kongkrit untuk siswa sebagai contoh,
kadang kalo contoh ada diluar saya ajak siswa nya keluar
(novalisa,wawancara,14 februari 2020),
Gambar : 1.3 Guru menunjukkan media benda kongkrit
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Dari paparan wawancara observasi serta dokumentasi diatas dapat di
simpulkan, bahwa guru dalam memberi contoh kepada siswa guru membawa
benda kongkrit, dalam prinsip penggunaan variasi sudah terlaksana namun dalam
pelaksaaan nya masih banyak kekurangan. Seperti media yang seharusnya di
tempel, hal ini di karenakan ruangan dinding kelas yang sudah penuh dengan
gambar-gambar. Dan seharus nya sekolah menyediakan fasilitas yang memadai
seperti proyektor. Menunjukkan video agar siswa lebih paham dengan
menggunakan proyektor.
4). Keluwesan Dan Penekanan Hal Positif
14 Februari 2020 peneliti melihat ketika terjadi kegaduhan di dalam kelas
IV, Guru mengajak siswa berfokus kepada tepuk-tepuk sepaya mereka bisa diam
dan konsentrasi. Saat melakukan wawancara dengan guru kelas IV yaitu ibu
novalisa mengatakan,
ya saya biasanya mengajak siswa difokuskan dengan bertepuk-
tepuk supaya anak-anak tersebut bisa diam dan kembali
berkonsentrasi,karna anak seusia itu kan sulit untuk diam karna
mereka sehat ,jadi ketika mulai kegaduhan saya suruh tepuk-tepuk
supaya anak-anak bisa fokus kembali. (novalisa,wawancara,14
februari 2020).
Dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan tindakan saat terjadi
kegaduhan di dalam kelas, yaitu dengan guru mengajar siswa berfokus dengan
bertepuk tangan. Supaya siswa bias fokus kembali pada kegiatan pembelajaran.
5). Penanaman disiplin diri
Penanaman disiplin diri disini ialah bagaimana tindakan guru dalam
menanamkan disiplin kepada para siswa. Pada saat peneliti melakukan observasi
di kelas 4 setiap pagi bu nova selaku guru kelas 4 setiap pagi jam pertama masuk
selalu mengecek kebersihan kelas dan menanyakan siapa saja yang tidak
melakukan piket sesuai jadwal. Saat wawancara dengan guru kelas 4 yaitu ibu
nova mengatakan,
Kalau saya untuk menanamkan disiplin ke siswa biasanya setiap
hari jam pertama saya cek kebersihan kelas dan siapa saja yang
piket hari ini, jika ada siswa yang ketahuan tidak piket saya suruh
untuk menuliskan catatan kecil yang saya namakan janji siswa.
(novalisa,wawancara,14 februari 2020).
Saat melakukan wawancara dengan diva selaku siswa kelas 4
mengatakan, Peraturan piket kelas kak, kalo ada siswa yang
ketahuan tidak piket bu nova menyuruh untuk buat janji siswa.
Berdasarkan hasil penelitian observasi pada beberapa pertemuan peneliti
melihat dalam melakukan tindakan penanaman disiplin diri melakukan dengan
cara mengajak siswa agar bertanggung jawab atas kebersihan kelas kepada siswa
yang piket setiap hari nya. Tidak hanya itu ibu novalisa juga memberikan
kebiasaan-kebiasaan kepada siswa nya agar selalu tertib dan bertanggug jawab
dalam segala hal.
B. Mengatur ruangan belajar
1). Pengaturan tempat duduk
Saat melakukan observasi peneliti mendapatkan bahwa untuk pengaturan
tempat duduk para siswa, guru kelas 4 menerapkan format leter U. Untuk ukuran
tempat duduk sendiri, Saat wawancara dengan guru kelas 4 yaitu ibu nova
mengatakan,
Untuk format tempat duduk bulan lalu saya bikin format tempat
duduk nya perkelompok yang terdiri dari 6 kelompok,nah yang
sekarang saya ubah lagi menjadi leter U,perubahan format tempat
duduk bisa di bilang 2 bulan sekali,kalau pun misal nya tempat
tidak berubah kadang anak-anak nya yang saya putar.
(novalisa,wawancara,14 februari 2020)
Dari hasil paparan diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam pengaturan
tempat duduk menggunakan format leter U, sedangkan untuk perubahan format
tempat duduk di robah dalam waktu sekitaran 2 bulan satu kali.
2. Pengaturan media pendidikan
Saat melakukan observasi peneliti mendapatkan bahwa untuk pengaturan
media pendidikan.guru kelas 4 peneliti melihat untuk penempatan papan tulis
seperti pada umumnya yaitu di depan kelas samping meja guru, Sedangkan untuk
pemasangan media pendidikan berupa gambar maupun poster guru menempelkan
di bagian samping dinding kelas sehingga semua siswa bisa melihatnya dengan
jelas, Saat melakukan wawancara dengan guru kelas 4 yaitu ibu nova mengatakan,
Seperti pada umumnya untuk penempatan papan tulis saya
letakkan di depan samping meja saya,sedangkan untuk gambar
atau poster saya tempel mengelilingi dinding kelas agarsiswa bisa
melihat dengan jelas kadang saya tempel di lemari karena bisa dilihat
dinding dikelas ni sudah penuh. (novalisa,wawancara,14 februari 2020).
Untuk mendapatkan keabsahan data peneliti menyajikan gambar dari hasil
observasi dari beberapa pertemuan.
Gambar: 1.4 Guru mengajar di kelas
(sumber Dokumentasi pribadi)
Dari hasil paparan diatas peneliti menyimpulkan bahwa untuk pengaturan
media pendidikan bias di bilang cukup baik, hal tersebut dapat dilihat dari cara
guru meletakkan media pendidikan berupa papan tulis, gambar maupun poster.
3. Pemberian aromaterapi
Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal 14 januari 2020 , di dalam kelas
IV udaranya terasa tepengap ini dikarenakan ruang kelas yang kecil dan dengan
siswa yang banyak. Saat melakukan wawancara dengan guru kelas IV yaitu ibu
nova mengatakan,
Pada saat proses belajar agar udara kelas tidak terasa pengap saya
selalu membuka jendela dan menyalakan kipas angin, dikarenakan
kelas yang kecil maka dari itu saya selalu membuka jendela kelas
dan menyalakan kipas angin yang ada di ruang kelas.
(wawancara,novalisa,14 februari 2020)
Dari hasil paparan diatas peneliti menyimpulkan bahwa untuk membuat
udara kelas terasa tidak pengap guru kelas selalu menyalakan kipas angina dan
membuka jendela kelas.
c. Mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar
1). Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Saat melakukan observasi di kelas 4 peneliti mendapatkan sebelum
pembelajaran dimulai ibu nova selaku guru kelas 4 melakukan ice breking
sebelum memulaikan pembelajaran dan menanyakan kepada siswa terkait materi
pelajaran terahir sebelumnya dan menyuruh para siswa mengumpulkan tugas
pekerjaan rumah. Untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran ibu nova selalu
memberikan pertanyaan. Saat melakukan wawancara dengan guru kelas 4 yaitu
ibu nova mengatakan,
Untuk pengkondisian sebelum kegiatan belajar dimulai saya ajak
siswa untuk berdoa terlebih dahulu, setelah itu saya cek siswa yang
tidak berangkat dengan memanggil satu per satu berdasarkan
presensi siswa. Setelah itu baru saya ajak siswa icebreking sekitar
5 menit, Setelah itu baru saya tanya tentang materi terakhir dan
menyuruh siswa untuk mengumpulkan pekerjaan rumahnya. untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran biasanya saya berikan soal
pengayaan jika waktunya masih cukup. (novalisa,wawancara 14
februari 2020)
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam
mengkondisikan siswa ketika akan memulai dan mengakhiri kegiatan
pembelajaran, guru selalu mengajak siswa berdo’a dan mengecek siswa yang
tidak berangkat terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan belajar mengajar baru
setelah itu guru menanyakan terkait materi pembelajaran sebelumnya.dan untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran guru memberikan soal pengayaan dan
memberikan kegiatan tinjak lanjut yaitu dengan pemberian pekerjaan rumah
kepada siswa untuk mengatahui seberapa paham siswa terhadap materi yang
disampaikan oleh guru kelas.
2).Keterampilan menjelaskan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa guru kelas dalam menjelaskan agar
siswa lebih mudah paham akan pelajaran guru kelas 4 menjelaskan menggunakan
bahasa formal akan tetapi guru juga menggunakan bahasa daerah agar beberapa
siswa lebih mengerti dan paham akan materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Saat melakukan wawancara dengan guru kelas 4 yaitu ibu nova mengatakan.
Ya saya selain menggunakan bahasa formal juga menggunakan
bahasa daerah supaya meraka lebih paham, intinya dalam
tranformasi ilmu itu dengan menggunakan bahasa yang tepat agar
siswa lebih mengerti apa yang saya jelaskan.
(novalisa,wawancara,14 februari 2020).
Dari hasil wawancara dapat di tarik kesimpulan bahwa guru kelas IV Mi
Nurul Yaqqin dalam menjelaskan materi nya menggunakan bahasa formal dan
bahasa daerah.
3).Keterampilan bertanya
Saat melakukan observasi peneliti mendapatkan bahwa guru kelas IV
dalam bertanya kepada siswa pertanyaan awal diberikan kepada seluruh siswa
kelas setelah itu baru guru menerapkan sistem acak dalam penyebarannya. Saat
melakukan wawancara dengan guru kelas IV yaitu ibu nova mengatakan.
Awalnya pertanyaan saya tanyakan kepada seluruh siswa, tapi jika
belum ada siswa yang mau menjawab saya baru pilih acak, yang
kira-kira saya melihat ada siswa yang konsentrasinya agak
terganggu langsung saya kasih pertanyaan. (novalisa,wawancara,14
februari 2020)
Dapat disimpulkan bahwa untuk keterampilan bertanya guru lebih memilih
secara acak, namun sebelum memilih acak guru memberikan pertanyaan kepada
seluruh siswa kelas terlebih dahulu. Guru kelas lebih memilh penyebaran secara
acak dikarenakan saat guru kelas memberikan tugas kepada siswa ada beberapa
siswa yang malah tidak konsentrasi dan malah bermain sendiri. Cara ini dipilih
agar siswa bias kembali berkonsentrasi saat mengikuti kegiatan belajar mengajar
didalam kelas.
4).Keterampilan memberi penguatan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 14 februari 2020
diketahui bahwa dalam memberikan penguatan guru kelas IV selalu memberikan
apresiasi kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan guru dan berani bertanya
kepada guru dengan mengajak para siswa lain untuk bertepuk tangan. Saat
melakukan wawancara dengan guru kelas IV yaitu ibu nova mengatakan.
Untuk penguatan biasanya saya mengajak para siswa lain untuk
bertepuk tangan kepada siswa yang mau bertanya dan bisa
menjawab pertanyaan dari saya,biasa nya saya memberi motivasi
kepada siswa yang takut akan bertanya” kamu pasti bisa
nak”(novalisa.wawancara 14 februari 2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpukan bahwa dalam memberikan
penguatan siswa yang berani bertanya dan bisa menjawab pertanyaan guru yaitu
dengan mengucapkan bagus atau selamat kepada siswa tersebut dan mengajak
siswa lain untuk bertepuk tangan bersama, namun ketika siswa yang takut akan
bertanya guru memberi penguatan nya dengan berkata “kamu pasti bisa nak”.
5).Keterampilan membimbing diskusi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 14 februari 2020
diketahui bahwa guru kelas IV dalam membimbing diskusi selalu di dalam kelas
membimbing para siswa, mulai dari pembagian kelompok sampai
mempresentasikan hasil/tugas kelompok di depan kelas. Saat melakukan
wawancara dengan guru kelas IV yaitu ibu nova mengatakan.
Saya bimbing para siswa mulai dari pembagian kelompok sampai
mempresentasikan hasil tugas/diskusinya di depan kelas,
mengingat siswa jika berkelompok pasti akan lebih rame.
(novalisa,wawancara,14 februari 2020)
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan guru dalam membimbing
diskusi selalu berada didalam kelas, guru kelas juga berperan dalam penentuan
pembagian kelompok sampai kelompok mana saja yang maju untk
memprentasikan hasil kelompok nya didepan kelas.
I. PEMBAHASAN
a. Menciptakan iklim belajar yang tepat
Dalam kegiatan mengelola kelas hendaknya seorang guru harus mampu
menciptakan iklim belajar-mengajar yang tepat. Seperti yang dijelakan oleh
(Novan Ardy Wiyani,2013,hlm.65) bahwa kegiatan mengelola kelas diarahkan
untuk mewujudkan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan agar dapat
memotivasi peserta didik untuk dapat belajar dengan baik sesuai dengan baik dan
sesuai dengan perkembangan dan kemampuannya.
Saat proses belajar mengajar berlangsung di kelas IV Mi Nurul Yaqin.
guru dan siswa terlihat akrab seperti yang dijelaskan oleh Djamarah dalam (Euis
Karawati & Donni Juni Priansa. 2014,hlm. 26) Guru yang hangat dan akrab pada
peserta didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya
akan berhasil dalam mengimplementasikan mengelola kelas. Oleh karena itu guru
kelas IV saat berkomunikasi dengan siswanya menggunakan kata-kata yang tidak
kasar hal tersebut terlihat saat proses belajar mengajar berlangsung para siswa
santai tidak merasa takut untuk mengajukan pertanyaan terkait materi yang sedang
diajarkan oleh guru. Ketika terjadi kegaduhan di dalam kelas, guru kelas IV
mempunyai cara agar kondisi kelas bisa fokus seperti yang dijelaskan oleh
Djamarah dalam (Euis Karawati & Donni Juni Priansa.2014.hlm. 26) Keluwesan
pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan peserta didik,
tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya. Saat terjadi
kegaduhan guru kalas IV akan melakukan tepuk-tepuk. Untuk pemusatan
perhatian setelah terjadi kegaduhan guru memberikan tepuk satu, tepuk dua,
supaya anak-anak bisa fokus kembali.
Guru kelas IV Mi Nurul Yaqin dalam proses pembelajaran juga sering
menggunakan media tersebut agar siswa tidak merasa jenuh dalam belajar seperti
yang dijelaskan oleh Djamarah dalam (Euis Karawati & Donni Juni Priansa,
2014.hlm.26) Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya mengelola kelas
yang efektif dan menghindari kejenuhan. Guru mengajak para siswa untuk belajar
di luar kelas seperti yang dijelaskan oleh Djamarah dalam (Euis Karawati &
Donni Juni Priansa .2014.hlm.26) Penggunaan bahan-bahan, atau cara kerja yang
menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyinggung. Tidak
hanya belajar di dalam kelas saja guru juga mengajak siswa untuk belajar di luar
kelas jika materi mengharuskan belajar di luar kelas atau di lingkungan sekolah.
b. Mengatur ruangan belajar
Ruang belajar dalam hal ini ruang kelas harus didesain sedemikian rupa
sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenangkan dan dapat memunculkan
semangat serta keinginan untuk belajar dengan baik Mengatur ruangan belajar
menurut Novan Ardy Wiyani (2013: 140) Pengaturan ruang kelas dapat
didefiniikan sebagai mengurus dan menata. segala sarana belajar yang terdapat di
dalam ruang kelas oleh guru. Barbagai sarana belajar yang ada di dalam kelas
seperti meja dan kursi, papan tulis, penghapus, penggaris, papan absensi, rak
buku, dan lain sebagainya. Saat melakukan penelitian, peneliti mendapatkan
bahwa untuk pengaturan tempat duduk para siswa, guru kelas 4 Mi Nurul Yaqin
menerapkan format leter U. Seperti yang dijelaskan oleh. Sedangkan untuk
penempatan media pendidikan yaitu berupa papan tulis, gambar maupun poster,
seperti yang dijelaskan oleh (Novan Ardy Wijayani ,2013, hlm.151) Bahwa guru
hendaknya meletakan media pendidikan berupa papan tulis, gambar maupun
poster, hendaknya di tempatkan pada tempat yang mudah dilihat oleh peserta
didik dan dijangkau oleh guru agar tidak merepotkan guru jika hendak
memindahkannya. Untuk penempatan papan tulis guru kelas 4 dalam
penempatannya seperti pada umumnya yaitu di depan kelas samping meja guru.
Sedangkan untuk pemasangan media pendidikan berupa gambar maupun poster
guru menempelkan di bagian samping mengelilingi dinding kelas sehingga semua
siswa bisa melihatnya dengan jelas. Sebagai pengelola kelas guru juga harus
memperhatikan udara di dalam kelas yaitu pemberian aromaterapi seperti yang di
jelaskan oleh (Novan Ardy Wiyani ,2013,hlm, 153) Penggunaan
aromaterapi di kelas sangatlah sederhana yaitu dengan cara menyemprotkan
aromaterapi tersebut kedalam kelas, dengan demikian peserta didik diharapkan
dapat lebih rileks dan nyaman sehingga akhirnya peserta didik bisa fokus dan
konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Udara di dalam kelas 4 terasa sedikit
pengap ini dikarenakan kipas angin hanya satu dengan jumlah siswa yang rame.
Pada saat proses belajar guru kelas selalu menyalakan kipas angin yang ada di
ruang kelas IV.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, guru kelas IV Mi Nurul Yaqin dalam
mengatur ruangan belajar kedua guru kelas tersebut dalam penempatan tempat
duduk siswa guru kelas IV Mi Nurul Yaqin menerapkan format leter U. Untuk
penempatan papan tulis guru kelas IV Mi Nurul Yaqin dalam penempatannya
seperti pada umumnya yaitu di depan kelas samping meja guru. Sedangkan untuk
pemasangan media pendidikan berupa gambar maupun poster guru menempelkan
di bagian samping mengelilingi dinding kelas sehingga semua siswa bisa
melihatnya dengan jelas.
c. Mengelola interaksi kegiatan belajar mengajar
Dalam interaksi belajar mengajar, guru dan peserta didik harus aktif. Aktif
dalam arti sikap, mental, dan perbuatan. Untuk menciptakan interaksi belajar
mengajar yang efektif, setidaknya guru harus menguasai dan mempraktikan
berbagi keterampian dasar mengajar. Menurut (Euis Karawati & Donni Juni
Priansa .2014.hlm. 32-34) Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar
antara lain: keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan member penguatan,
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Saat melakukan penelitian,
peneliti mendapatkan bahwa guru kelas IV Mi Nurul Yaqin tidak langsung
memulai kegiatan belajar melainkan ada beberapa hal yang harus dilaksanakan
terlebih dahulu seperti yang dijelaskan oleh (Euis Karawati & Donni Juni Priansa
,2014,hlm, 33) Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra-kondisi
bagi peserta didik agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan
dipelajarinya. Guru kelas IV Mi Nurul Yaqin selalu mengajak siswa berdoa dan
mengecek siswa yang tidak berangkat terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan
belajar mengajar baru setelah itu guru menanyakan terkait materi pembelajaran
sebelumnya dan menanyakan pekerjaan rumah terkait
materi pelajaran sebelumnya. Dan untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran guru kelas IV memberikan soal pengayaan dan memberikan
kegiatan tindak lanjut yaitu dengan pemberian pekerjaan rumah kepada para siswa
untuk mengetahui seberapa paham siswa terhadap materi yang di sampaikan oleh
guru kelas.
Sedangkan saat menjelaskan materi pelajaran guru kelas IV Mi Nurul
Yaqin. guru dalam menjelaskan materi pembelajaran guru menggunakan bahasa
formal mengingat siswa kelas 4 adalah warga asli sekitar Mi Nurul Yaqin guru
juga menggunakan bahasa daerah agar beberapa siswa lebih mengerti dan paham
akan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut seperti yang di
jelaskan oleh( Euis Karawati & Donni Juni Priansa .2014.hlm. 33) dalam
menjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti dan dipahami oleh peserta didik, hindari penggunaan kata-kata yang
kompleks dan tidak perlu. Dalam penyebaran pertanyaan guru kelas IV lebih
memilih secara acak namun sebelum memilih acak guru memberikan pertanyaan
keseluruh siswa kelas terlebih dahulu. Guru kelas lebih memilih penyebaran
secara acak dikarenakan saat guru kelas memberikan tugas kepada siswa ada
beberapa siswa yang malah tidak konsentrasi malah bermain sendiri. Cara ini
dipilih agar siswa bisa kembali berkonsentrasi saat mengikuti kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas. Hal tersebut seperti yang di jelaskan oleh (Euis Karawati
& Donni Juni Priansa .2014,hlm .32) Dalam memberikan pertanyaan hendaknya
guru mengungkapkan secara jelas dan singkat. Sehingga mudah dimengerti oleh
peserta didik. Idealnya pertanyaan diberikan ke kelas terlebih dahulu, sehingga
peserta didik berfikir (memikirkan jawabanya), setelah itu pertanyaan disebar
untuk memberikan kesempatan pada semua peserta didik. Saat ada siswa yang
berhasil menjawab pertanyaan guru kelas IV Mi Nurul Yaqin memberikan
penguatan kepada siswa tersebut dengan mengajak para siswa lain untuk bertepuk
tangan. Hal tersebut seperti yang di jelaskan oleh ( Euis Karawati & Donni Juni
Priansa .2014, hlm 32) Keterampilan guru dalam memberi penguatan bagi peserta
didik menjadi perhatian yang sangat penting, hal tersebut disebabkan karena
penguatan lebih penting dilakukan guru dari pada guru memberikan hukuman
bagi peserta didik. Penguatan dari guru dapat dilakukan secara verbal (misalnya
ungkapan bagus, bagus, pintar, ya, cerdas) maupun non verbal (misalnya gerakan,
isyarat, sentuhan, elusan, pendekatan yang menyatakan bahwa guru memberikan
respon yang positif).
Sedangkan dalam membimbing diskusi guru kelas IV Mi Nurul Yaqin
selalu berada di dalam kelas membimbing siswanya, guru kelas juga berperan
dalam penentuan pembagian kelompok sampai kelompok mana saja yang maju
untuk mempresentasikan hasil kelompoknya di depan kelas. Untuk pembagian
kelompok dalam satu kelompoknya terdiri dari 5 siswa namun ada 2 kelompok
yang terdiri dari 6 siswa mengingat jumlah siswa kelas 4 sama yaitu 32 siswa. Hal
tersebut seperti yang di jelaskan oleh( Euis Karawati & Donni Juni Priansa,
2014,hlm.34) Guru berfungsi sebagai pembimbing yang menjadi pengarah
sekaligus melaksanakan kegiatan supervisi keefektifan kelompok tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, guru kelas IV dan Mi Nurul Yaqin dalam
melaksanakan interaksi belajar mengajar guru tersebut sudah mempunyai
keterampilan dasar mengajar seperti yang di ungkapkan (Euis Karawati & Donni
Juni Priansa, 2014, hlm.32-34) Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar
antara lain: keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan member penguatan,
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
Untuk keterampilan membuka dan menutup pelajaran guru kelas IV Mi
Nurul Yaqin tidak langsung memulai kegiatan belajar melainkan ada beberapa hal
yang harus dilaksanakan terlebih dahulu yaitu dengan mengajak siswa berdoa,
mengecek siswa yang tidak berangkat, guru menanyakan terkait materi
pembelajaran sebelumnya dan menanyakan pekerjaan rumah terkait materi
pelajaran sebelumnya. Dan untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran guru
memberikan soal pengayaan dan memberikan kegiatan tindak lanjut yaitu dengan
pemberian pekerjaan rumah kepada para siswa untuk mengetahui seberapa paham
siswa terhadap materi yang di sampaikan oleh guru kelas. Sedangkan untuk
keterampilan menjelaskan guru kelas IV Mi Nurul Yaqin. guru dalam
menjelaskan materi pembelajaran guru menggunakan bahasa formal mengingat
siswa kelas IV adalah warga asli sekitar Mi Nurul Yaqin guru juga menggunakan
bahasa daerah agar beberapa siswa lebih mengerti dan paham akan materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Untuk keterampilan bertanyaan guru
kelas IV lebih memilih secara acak namun sebelum memilih acak guru
memberikan pertanyaan keseluruh siswa kelas terlebih dahulu. Untuk
keterampilan memberikan penguatan ditunjukan saat ada siswa yang berhasil
menjawab pertanyaan guru kelas IV Nurul Yaqin memberikan penguatan kepada
siswa tersebut dengan mengajak para siswa lain untuk bertepuk tangan.
Sedangkan keterampilan membimbing diskusi guru kelas IV Mi Nurul Yaqin
selalu berada di dalam kelas membimbing siswanya, guru kelas juga berperan
dalam penentuan pembagian kelompok sampai kelompok mana saja yang maju
untuk mempresentasikan hasil kelompoknya di depan kelas.
J. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul Problematika Guru Dalam Mengelola
Kelas d Di MI Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko
Kabupaten Muaro Jambi”. ini masih terdapat banyak kekurangan karena
keterbatasan penelitian. keterbatasan tersebut adalah :
1. Peneliti belum dapat meneliti kegiatan belajar mengajar secara
berkelanjutan di kelas yang berbeda hal ini dikarenakan peneliti melakukan
kegiatan penelitian disatu kelas saja yaitu kelas IV Mi Nurul Yaqin.
2. Terdapat beberapa siswa yang tidak mau di mintai keterangan terkait
kemampuan guru dalam mengelola kelas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan problematika guru
dalam mengelola kelas di madrasah Ibtidaiyyah Nurul Yaqin menganalisis
Problematika Guru Dalam Mengelola Kelas Di Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Yaqin Simpang Sungai Duren Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi
1. Karena Guru kelas IV MI Nurul Yaqin dalam menciptakan iklim
belajar yang tepat guru lebih cenderung pada penekanan hal positif,
dimana guru akan menghitung 1 sampai 3 saat ada siswa yang
gaduh/ribut, untuk pemusatan kembali guru mengajak siswanya
untuk tepuk-tepuk supaya siswa bisa fokus kembali.
2. Penyebab Guru kelas IV MI Nurul Yaqin dalam mengatur ruangan
guru cenderung hanya Untuk format tempat duduk nya
perkelompok yang terdiri dari 6 kelompok,lalu di ubah lagi
menjadi leter U,perubahan format tempat duduk bisa di bilang 2
bulan sekali,kalau pun misal nya tempat tidak berubah kadang
anak-anak nya yang hanya di putar
3. Solusi Guru kelas IV MI nurul yaqin dalam mengelola interaksi
belajar mengajar cenderung terlihat saat guru melakukan kegiatan
membuka dan menutup pelajaran, dimana siswa memberikan
respon kepada guru mulai dari guru mengajak siswa berdoa,
mengecek siswa yang tidak berangkat, menanyakan materi terakhir
dan pekerjaan rumahnya. Saat mengakhiri kegiatan pembelajaran
guru memberikan soal pengayaan dan pekerjaan rumah.
B. Saran
Guru kelas hendaknya meningkatkan intensitas dalam melakukan
perubahan format tempat duduk siswa untuk mengganti suasana kelas,
sehingga tidak terasa membosankan, strategi pengelolaan kelas IV di Mi
Nurul Yaqin belum bisa dikatakan efektif dan maksimal, karena masih ada
banyak kekurangn, baik dari sarana maupun kemampuan guru , oleh
karena itu guru kelas IV dengan kemampuan nya sebaik nya dapat
memanfaatkan pasilitas dan alat pembelajaran dengan maksimal dan
berkoordinasi dengan kepala sekolah bidang sarana maupun prasarana
untuk melengkapi sarana pembelajaran.
Hal ini dimaksud agar strategi pembelajaran kelas dapat di
terapkan dengan maksimal untuk membuat peserta didik tidak bosan
dalam mengikuti proses pembelajaran yang berkesan dan nyaman
sehingga akan berdampak pada motivasi dan prestasi belajar peserta didik.
C. Penutup
Dengan menngucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada
Allah SWT bahwa penulis telah dapat menyelesaikan penelitian kualitatif
ini, namun dalam penulisan karya ilmiah ini tentunya masih terdapat
kekurangan-kekurangan, baik dalam sistematika penulisan mauopun
bentuk kata-kata.
Untuk itu keritik dan saran sangat di harapkan penulis demi
perbaikan penulisan penelitian kualitatif ini. Kemudian penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersedia
memberikan bantuan kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pada guru di madrasah
Ibtidaiyyah Nurul Yaqqin simpang sungai Duren.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sulaiman, (1995) http://perencenaan.blogspot.co.id/, diakses pada hari
senin, 29 Juli 2019 pukul 13:29 WIB).
Albertus Heriyanto dan Sandjaja. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta:
PrestasiPustaka
Ametembun. (1974). Management Kelas. Bandung: IKIP Bandung.
Ana Nurhayati. (2012). Kliping Prestasi dan Kegiatan SD Muhammadiyah
SapenYogyakarta. Yogyakarta: SD Muhammadiyah Sapen Kota
Yogyakarta.
Andi Prastowo. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.
Arif Rahman, Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta:
Laksbang
Djunaidi Ghony dan Fa Uzan Almanshur. (2012). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa. (2014). Manajemen Kelas: Guru
rofesional yang Insiparif, Kreatif, Menyenangkan, dan
Berprestasi.Bandung: Alfabeta.
Ibrahim Bafadal. (2009). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: Dari
Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta.
Imam Gunawan. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Jane Bluestein. (2013). Manajemen Kelas. Jakarta
Lexy J. Moleong. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung
Maman Rachman. (1999). Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan
Tinggi.
Mar‟at. (1991). Sikap Manusia Perubahan dan Pengukurannya. Bandung:
Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran
Martinis Yamin dan Maisah. (2009). Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta :
GP Press.
Mary Underwood. (2000). Pengelolaan Kelas yang Efektif. Jakarta : Arcan.
Novan Ardy Wiyani (2013). Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk
Menciptakan Kelas yang Kondusif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Radino Harsanto. (2005). Pengelolaan kelas yang dinamis. Yogyakarta: Kanisius
Radno Harsanto, .( 2007). Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Yogyakarta:
Kanisius.
Rusdinal & Elizar. (2005). Pengelolaan kelas di taman kanak-kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Direktorat Ketenagaan.
Soerjono Soekanto. (1992) Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit
Universitas Indonesia
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Suharsimi Arikunto. (2006). prosedur penelitian suatu pendekatan praktek,
Cetakan Ketigabelas.Jakarta.
Usman Moh. Uzer. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung.
Lampiran I
HASIL WAWANCARA
Informan : Pidia Putri Pratiwi
Jabatan : Siswa Kelas IV (Empat)
Hari/Tanggal : Jum’at 14 februari 2020
Tempat : Ruangan Kelas IV
Peneliti : Bagaimana perasaan (takut, berani) adik-adik saat
dipanggil dan berbicara atau bertanya pada ibu guru?
Informan : Berani dan senang
Peneliti : dalam belajar apa ibu hanya mengajar kalian di dalam
kelas saja?
Informan : tidak, terkadang diluar
neliti : saat mengajar apakah ibu hanya menggunakan buku
cetak?
Informan : Tidak
Peneliti : jika ada teman yang gaduh atau bermain sendiri di dalam
kelas bagaimana ibu guru menegurnya?
Informan : mengingatkan agar diam
Peneliti : peraturan apa saja yang sudah menjadi kebiasaan didalam
kelas?
Informan : Jangan ribut, tulisan nya rapi
Peneliti : Apakah setiap hari posisi tempat duduk adik-adik sama
setiao hari? Dan apa setiap hari adik-adik duduk di kursi
dan meja yang sama?
Informan : Setiap bulan berpindah-pindah tempat duduk.
Peneliti : Bagaimana tulisan ibu di papan tulis? Terlihat jelas?
Informan : Jelas
Peneliti : Menurut adik-adik bagaimana udara di dalam kelas?
informan : Panas
peneliti : Sebelum pelajaran dimulai, apakah ibu guru mengaitkan
materi yang akan dipelajari dengan materi yang sudah
dipelajari dan di akhir pelajaran, guru menyampaikan
kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari?
informan : Iya, menanyakannya berulang-ulang
peneliti : Menurut adik-adik saat ibu guru menjelaskan pelajaran
sudah menggunakan bahasa dan kalimat yang jelas?
informan : Iya
peneliti : Saat ibu guru memberikan pertanyaan kepada adik-adik,
dipilih secara acak atau berdasarkan daftar hadir?
Informan : Secara acak
Peneliti : Apa penghargaan yang diberikan oleh guru ketika adik-
adik mau bertanya dan bisa menjawab pertanyaan guru?
Informan : Tepuk tangan
Peneliti : apakah saat melakukan diskusi, ibu guru berada di dalam
kelas dan membimbing adik-adik?
Informan : Iya
Lampiran II
HASIL WAWANCARA
Informan : Sarifa Aini
Jabatan : Siswa Kelas IV (Empat)
Hari/Tanggal : Jum’at 14 februari 2020
Tempat : Ruangan Kelas IV
Peneliti : Bagaimana perasaan (takut, berani) adik-adik saat
dipanggil dan berbicara atau bertanya pada ibu guru?
Informan : Berani dan senang
Peneliti : dalam belajar apa ibu hanya mengajar kalian di dalam
kelas saja?
Informan : tidak
neliti : saat mengajar apakah ibu hanya menggunakan buku
cetak?
Informan : Tidak, ada buku tambahan
Peneliti : jika ada teman yang gaduh atau bermain sendiri di dalam
kelas bagaimana ibu guru menegurnya?
Informan : Jangan Ribut
Peneliti : peraturan apa saja yang sudah menjadi kebiasaan didalam
kelas?
Informan : Saat belajar jangan main
Peneliti : Apakah setiap hari posisi tempat duduk adik-adik sama
setiao hari? Dan apa setiap hari adik-adik duduk di kursi
dan meja yang sama?
Informan : Posisi tetap, tapi waktu kerja kelompok saja yang
berpindah
Peneliti : Bagaimana tulisan ibu di papan tulis? Terlihat jelas?
Informan : Terlihat jelas
Peneliti : Menurut adik-adik bagaimana udara di dalam kelas?
informan : Panas
peneliti : Sebelum pelajaran dimulai, apakah ibu guru mengaitkan
materi yang akan dipelajari dengan materi yang sudah
dipelajari dan di akhir pelajaran, guru menyampaikan
kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari?
informan : Iya
peneliti : Menurut adik-adik saat ibu guru menjelaskan pelajaran
sudah menggunakan bahasa dan kalimat yang jelas?
informan : Jelas
peneliti : Saat ibu guru memberikan pertanyaan kepada adik-adik,
dipilih secara acak atau berdasarkan daftar hadir?
Informan : Acak
Peneliti : Apa penghargaan yang diberikan oleh guru ketika adik-
adik mau bertanya dan bisa menjawab pertanyaan guru?
Informan : Di kasih tepuk tangan
Peneliti : apakah saat melakukan diskusi, ibu guru berada di dalam
kelas dan membimbing adik-adik?
Informan : Membimbing.
Lampiran: III
HASIL WAWANCARA
Informan : Novalisa S.pd.I
NIP : 198011152005012009
Jabatan : Guru Kelas IV
Hari/Tanggal : Jum’at 14 februari 2020
Tempat : Ruangan Guru
Peneliti : bagaimana cara ibu dalam berkomunikasi kepada para
siswa saat menegur atau menasehati siswa ?
Informan : Saya kadang memanggil siswa untuk maju ke depan meja
guru tapi lebih sering langsung mendekat kepada siswa
yang bersangkutan dan memagang bahu nya kemudian
saya bicara langsung kepada siswa tersebut karna
biasanya kalo saya panggil untuk maju ke depan siswa
malah merasa takut seperti akan mendapatkan hukuman
jadi saya lebih sering lebih memilih untuk mendekati
siswa
Peneliti : selain belajar di dalam kelas apa ibi mengajak siswa
belajar di luar kelas?
Informan : ya biasanya kalo materi mengharuskan untuk belajar di
luar kelas ya saya ajak para siswa untuk belajar di luar
kelas
Peneliti : bagaimana ibu dalam menunjukan contoh kepada siswa?
Informan : Saya membawa benda kongkrit untuk siswa sebagai
contoh, kadang kalo contoh ada diluar saya ajak siswa nya
keluar
Peneliti : bagaimana tindakan ibu apabila terjadi kegaduhan atau
keributan didalam kelas ? dan bagaimana cara ibi
memusatkan perhatian siswa agar berkonsentrasi
mengikuti pelajaran ?
Informan : ya saya biasanya mengajak siswa difokuskan dengan
bertepuk-tepuk supaya anak-anak tersebut bisa diam dan
kembali berkonsentrasi,karna anak seusia itu kan sulit
untuk diam karna mereka sehat ,jadi ketika mulai
kegaduhan saya suruh tepuk-tepuk supaya anak-anak bisa
fokus kembali
Peneliti : bagaimana cara atau tindakan ibu untuk menanamkan
disiplin diri kepada siswa?
Informan : saya untuk menanamkan disiplin ke siswa biasanya setiap
hari jam pertama saya cek kebersihan kelas dan siapa saja
yang piket hari ini, jika ada siswa yang ketahuan tidak
piket saya suruh untuk menuliskan catatan kecil yang saya
namakan janji siswa
Peneliti : bagaimana penempatan tempat duduk untuk siswa?
Apakah ibu merubah format tempat duduk siswa?
Informan : Untuk format tempat duduk bulan lalu saya bikin format
tempat duduk nya perkelompok yang terdiri dari 6
kelompok,nah yang sekarang saya ubah lagi menjadi leter
U,perubahan format tempat duduk bisa di bilang 2 bulan
sekali,kalau pun misal nya tempat tidak berubah kadang
anak-anak nya yang saya putar
Peneliti : bagaimana cara ibu untuk menempat kan media
pendidikan (papan tulis,gambar/poster) yang ada di kelas ?
Informan : Seperti pada umumnya untuk penempatan papan tulis saya
letakkan di depan samping meja saya, , sedangkan untuk
gambar atau poster saya tempel mengelilingi dinding kelas
agar siswa bisa melihat dengan jelas kadang saya tempel
di lemari karena bisa dilihat dinding dikelas ni sudah
penuh
Peneliti : bagaimana cara ibu agar udara kelas tidak terasa pengap
dan panas ?
informan : Pada saat proses belajar agar udara kelas tidak terasa
pengap saya selalu membuka jendela kelas dan
menyalakan kipas angin yang ada di ruang kelas 4
peneliti : bagaimana cara ibu dalam mengkondisikan siswa ketika
akan memulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran ?
informan : Untuk pengkondisian sebelum kegiatan belajar dimulai
saya ajak siswa untuk berdoa terlebih dahulu, setelah itu
saya cek siswa yang tidak berangkat dengan memanggil
satu per satu berdasarkan presensi siswa. Setelah itu baru
saya ajak siswa icebreking sekitar 5 menit, Setelah itu baru
saya tanya tentang materi terakhir dan menyuruh siswa
untuk mengumpulkan pekerjaan rumahnya. untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran biasanya saya berikan
soal pengayaan jika waktunya masih cukup
peneliti : agar siswa lebih paham tentang materi pelajaran ibu
menggunakan bahasa formal atau bahasa daerah ?
informan : Ya saya selain menggunakan bahasa formal juga
menggunakan bahasa daerah supaya meraka lebih paham,
intinya dalam tranformasi ilmu itu dengan menggunakan
bahasa yang tepat agar siswa lebih mengerti apa yang saya
jelaskan
peneliti : dalam memberikan pertanyaan biasanya ibu menanyakan
keseluruhan siswa terlebih dahulu atau langsung
menentukan dengan memilih acak atau menggunakan
daftar hadir siswa?
Informan : Awalnya pertanyaan saya tanyakan kepada seluruh siswa,
tapi jika belum ada siswa yang mau menjawab saya baru
pilih acak, yang kira-kira saya melihat ada siswa yang
konsentrasinya agak terganggu langsung saya kasih
pertanyaan
Peneliti : bagaimana cara ibu dalam memberikan penguatan kepada
siswa yang mau bertanya dan bisa menjawab pertanyaan
ibu?
Informan : Untuk penguatan biasanya saya mengajak para siswa lain
untuk bertepuk tangan kepada siswa yang mau bertanya
dan bisa menjawab pertanyaan dari saya,biasa nya saya
memberi motivasi kepada siswa yang takut akan bertanya”
kamu pasti bisa nak”
Peneliti : bagaimana peran atau tindakan ibu dalam membimbing
diskusi ?
Informan : Saya bimbing para siswa mulai dari pembagian kelompok
sampai mempresentasikan hasil tugas/diskusinya di depan
kelas, mengingat siswa jika berkelompok pasti akan lebih
rame.
Lampiran V: Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi Penelitian Di MI Nurul Yaqin
Foto saat guru menjelaskan pembelajaran
Foto saat belajar di luar kelas
Foto saat diskusi kelompok
Foto brrsama wali kelas IV
Ibu Novalisa S.Pd.I
Ibu n
Foto Saat wawancara siswa
Foto saat wawancara wali kelas IV
Ibu Novalisa S.Pd.I
Daftar Riwayat Hidup
(Corriculum Vitae)
Nama : Noer Heliza
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl. Lahir : Sarolangun, 15 September 1998
Alamat : Sarolangun
Email : [email protected]
No. Hp : +628-5357-166658
Pengalaman Pendidikan :
2004-20010 : SDN 139 Sarolangun
2010-2013 : MTS N Sarolangun
2013-2016 : SMA N 7 Sarolangun
Sekarang : Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah
Top Related