TEMU ILMIAH IPLBI 2015
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | A 047
Prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) Pantai,
berbasis Potensi Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa, Makassar
Andi Bachtiar Arief(1), M. Isran Ramli(2), Arifuddin Akil(3), and Ananto Yudono(4)
(1)Mahasiswa Pascasarjana, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
(2)Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
(3)Dosen Program Studi PWK, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
(4)Kepala Laboratorium Urban Planning and Design, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. Abstrak
Transit oriented development (TOD) adalah salah satu model tata ruang perkotaan yang efektif untuk
menyelesaikan kemacetan lalulintas kota seperti Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan
prinsip-prinsip yang sesuai untuk pengembangan TOD pantai di kota Makassar. Pelabuhan Rakyat
Kayu Bangkoa adalah tempat transit favorit bagi para komuter yang tinggal di pulau-pulau kecil sekitar
daratan utama kota Makassar. Berdasarkan survey OD dan teknik analisis tabulasi silang, penelitian
ini mengidentifikasikan bahwa para komuter melakukan pemborosan dalam hal jarak, waktu, energy,
dan biaya untuk perjalanan harian mereka. Beberapa fasilitas yang bisa memenuhi tujuan perjalanan
mereka antara lain intermoda angkutan, perbelanjaan, SPBU, tempat bertemu, jual beli hasil laut serta
fasilitas parkir, memungkinkan untuk diakomodir pada kawasan TOD Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa.
TOD Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa akan dapat mengurangi secara signifikan pemborosan trip
sehari-hari para komuter untuk memenuhi maksud perjalanan mereka.
Kata kunci : prinsip-prinsip TOD pantai, Makassar
1.Latar Belakang
Pembangunan yang berfokus ke kota, seperti
infrastruktur, faislitas sosial dan fasilitas umum
mendorong perkembangan industri dan perda-
gangan yang berdampak pada pertumbuhan
ekonomi perkotaan (Pu Hao, Richard Sliuzas, &
Geertman, 2010). Pertumbuhan penduduk dan
perekonomian kota menjadi salahsatu penyebab
bertambahnya volume perjalanan orang dan
barang (Hayati Sari Hasibuan, Tresna P Soemardi,
Raldi Koestoer, & Moersidik., 2014).
Perkembangan sistem lalu-lintas kota Makassar,
selain ditentukan oleh pergerakan orang maupun
barang kota, juga dipengaruhi oleh perjalanan
para komuter dari pulau-pulau kecil di sekitar
kota, maupun dari kabupaten sekitarnya dalam
lingkup metropolitan Mammi-nasata, yang cen-
derung semakin kurang lancar, kurang aman,
dan kurang efisien. Prinsip utama penyelesaian
masalah lalu-lintas adalah pengurangan jumlah
kendaraan, jarak perjalanan, dengan pening-
katan daya guna moda transportasi umum
massal, jalur pedestrian, manajemen lalu-lintas
orang dan barang yang tidak saling mengganggu,
serta penataan ruang wilayah kota yang
berorientasi transit, seperti prinsip transit orien-
ted compact city development (Ananto Yudono,
2013).
Setiap hari para komuter dari pulau-pulau kecil
sekitar kota Makassar, dalam radius sampai 15km,
seperti P. Laelae, P. Samalona, P. Barrang Caddi,
P. Barrang Lompo melakukan perjalanan sehari-
hari ke kota Makassar menggunakan perahu yang
barlabuh pelabuhan Kayu Bangkoa untuk transit.
Mereka masih harus melakukan perjalanan darat
untuk mencapai tempat-tempat dengan berbagai
tujuannya. Sebagian besar tujuan-tujuan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhannya
baik berupa barang maupun jasa potensiil
dikembangkan di sekitar Pelabuhan Kayu Bang-
koa (PKB), dengan penataan kembali kawasan ini.
Prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) Pantai, berbasis Potensi Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa, Makassar
A 048 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Penataan kembali kawasan ini dalam prinsip
transit oriented development, yang didukung
oleh eksisting maupun pengembangan moda
kendaraan umum akan mengurangi jarak
perjalanan, yang berarti juga berdampak pada
pengurangan volume lalu-lintas kendaraan,
pengurangan polusi gas buang kendaraan,
penghematan bahan bakar dan penghematan
biaya perjalanan, terutama bagi para komuter
dari pulau-pulau kecil. Gambar berikut
memperlihatkan posisi PKB.
Gambar 1. Posisi Pelabuhan Kayu Bangkoa (PKB)
terhadap Pelabuhan lainnya di Kota Makassar.
Sumber: Digitasi berdasarkan Google Earth.
Uraian di atas mendasari penentuan masalah
penelitian tentang faktor dan variable apa yang
signifikan perlu dipertimbangkan dalam pe-
ngembangan Transit Oriented Development
(TOD) PKB yang efektif dalam pengurangan
perjalanan darat dalam kota oleh para komuter
dari pulau-pulau kecil.
Tujuan
1) Identifikasi pola trip sehari-hari para
komuter dari pulau-pulau kecil;
2) Identifikasi maksud trip para komuter;
3) Identifikasi potensi dan kendala fisik
kawasan PKB untuk pengembangan TOD
4) Penentuan prinsip-prinsip pengembangan
TOD-PKB.
1. Teori dan Pandangan Terkait
Volume konsumsi energi transportasi, dan
produksi polusi kendaraan, dapat dikurangi
secara substansial dengan pengembangan ruang
wilayah kota yang lebih kompak. Penalaran ini
menemukan cara tepat dari studi akademisi bagi
kebijakan publik di banyak negara. Apakah demi
penghematan energy perlu kebijakan yang non
populer? Penilaian empiris tentang keborosan
konsumsi energi transportasi yang disebabkan
oleh desentralisasi pusat-pusat kawasan dengan
fungsi berbeda adalah tepat menjawab
pertanyaan ini.
Kesimpulannya adalah bahwa pengembangan
compact city dengan pusat-pusat kawasan multi
fungsi sangat bermanfaat untuk eliminasi jarak
perjalanan dan konsumsi energi transportasi
(Michael Breheny, 1994). Oleh karena itu
kecendrungan perkembangan urban sprawl
suatu kota harus dihindari sebisa mungkin.
Seiring meningkatnya populasi penduduk, dan
beragamnya aktivitas, area terbangun perkotaan
yang cenderung secara sporadis dan menjauh
dari pusat kota dengan kepadatan rendah.
Kemudahan dalam pemilikan dan penggunaan
kendaraan pribadi memicu terjadinya kemacetan
lalulintas, meningkatnya volume penggunaan
energi transportasi, meningkatnya produksi gas
buang kendaraan, yang berarti keborasn dalam
jarak, waktu, energy dan biaya perjalanan, serta
terjadi proses degradasi kualitas lingkungan
perkotaan (Shirly Wunas & Natalia., 2011).
Kondisi angkutan umum yang kurang layak
dalam jangkauan pelayanan, jadwal perjalanan,
kelancaran, keamanan dan kenyamanan, men-
jadi faktor pendorong pilihan penggunaan mobil
pribadi karena lebih bebas dan dapat
menjangkau seluruh origin dan destination
(Rober Cervero, Kockelman, & Kara, 1997),
(Cervero, 2007), (Shirshir Mathur & Ferrell.,
2012), and (Cervero & Guerra, 2013). Ada 4
penyebab SAUM tidak berkembang, yaitu;
kecenderungan membesarnya volume mobil
pribadi sebagai ancaman serius, pembangunan
infrasruktur yang lebih menghargai kelncaran
mobil pribadi, kendaraan pribadi bebas
digunakan kapan dan dimanapun, tingginya
Soetta
Paotere
Kayu Bangkoa
Untea
3 km0 1 2
F.Rotterdam
Andi Bachtiar Arief
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | A 049
biaya sosial dan lingkungan (Cervero, 2007).
Manfaat SAUM adalah menurunkan volume lalu-
lintas kendaraan yang berate juga menurunkan
tingkat kemacetan lalulintas, mengurangi polusi
gas buang kendaraan, meningkatkan kualitas
lingkungan, dan meningkatkan keadilan sosial
(Shuxin Jin, Jianjun Wang, & Jiao., 2013).
Kesadaran pentingnya keterpaduan pola dan
struktur ruang wilayah perkotaan dengan sistem
operasional sarana angkutan umum massal
(SAUM) telah menghasilkan ide brilian tentang
pengembangan kota yang berbasis transit
oriented development (TOD). TOD adalah
strategi untuk membuat kota lebih efisien dalam
system transportasi orang maupun barang
dengan pengembangan kawasan fungsi
campuran pada pusat-pusat kegiatan perkotaan
di sekitar setasiun SAUM , dengan kawasan aman
dan nyaman bagi pejalan kaki (Bruce, 2012).
Model penataan kota berbasis TOD ini sebagai
bentuk kelayak-hunian dan keber-lanjutan proses
urbanisasi yang terkait tempat tinggal, tempat
kerja, dan kegiatan perkotaan lainnya yang dapat
ditempuh dengan berjalan kaki yang
menyenangkan, aman, mudah dan nyaman ke
dan dari stasiun SAUM, sebagai pengganti
perjalanan yang dilakukan dengan mobil pribadi
ke tempat tujuan (Cervero, 2007). Perjalanan
tanpa kendaraan bermotor erat kaitannya
dengan system transportasi yang berkelanjutan
(Raha & Taweesin, 2013).
Pandangan serupa tentang cepatnya proses
urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi, berakibat
tingginya penggunaan kendaraan bermotor di
perkotaan, berpeluang untuk penerapan TOD
dengan konsep pengaturan perkembangan kota
pada jalur transit yang memiliki ciri mixed use,
kompak, walkable zone, dan fokus pada
penggunaan moda SAUM (Hayati Sari Hasibuan
et al., 2014). Dalam rangka untuk menumbuh-
kembangkan SAUM dan memaksimalkan akses
berjalan kaki atau bersepeda yang sesuai prinsip
TOD, maka perlu dilakukan penataan ruang
dengan konsep pola tata guna lahan campuran
baik tempat tinggal, tempat kerja, kantor serta
tempat perbelanjaan (Cervero & Guerra, 2013).
TOD mengacu pada pusat-pusat kawasan
perumahan dan komersial, dengan radius skala
bersepeda, 1.25~1.5 mil atau sekitar 1.75~2.1
km, dengan inti kawasan berupa ruang terbuka
di dekat setasiun yang dikelilingi oleh bangunan-
bangunan tempat kerja, perbelanjaan, dan
perumahan, dengan kepadatan penduduk dan
bangunan yang relative tinggi. Kepadatan ini
secara berangsur semakin rendah sesuai dengan
jarak yang semakin jauh dari pusat TOD. Di
belakang lingkar blok perumahan ditempatkan
fasilitas sosial seperti sekolah, gedung ibadah,
gedung pertemuan serbaguna, play ground,
taman, dsb. TOD dirancang untuk memak-
simalkan akses SAUM dan kendaraan tak
bermotor, sehingga mendorong penggunaan
moda SAUM, sepeda dan jalan kaki. Secara
umum prinsip pengembangan TOD adalah (TDM
Encyclopedia, 2012):
Lingkungan dirancang untuk bersepeda dan
berjalan kaki, dengan fasilitas jalan yang
memadai dan menarik.
Jalan-jalan dirancang dalam sistem jaringan
koneksitas, dan difokuskan untuk mengontrol
kecepatan lalu lintas agar lambat dan tidak
gaduh.
Fungsi kawasan dirancang mixed-use yang
meliputi pertokoan, sekolah-sekolah dan
pelayanan publik lainnya. Setiap blok neigh-
borhood bervariasi tipe dan harga rumahnya,
untuk menampung berbagai golongan
ekonomi masyarakat.
Manajemen perparkiran menerapkan disin-
sentif untuk untuk mengurangi penggunaan
mobil pribadi, dengan meminimalisasi luas
lahan parkir.
Setasiun dan halte-halte dibangun agar
memberikan kemudahan, kenyamanan dan
keamanan seperti ruang tunggu, keter-
sediaan kios-kios minuman dan maja-lah,
washrooms, meeting point, dan alat-alat
petunjuk penggunaan multi-moda transpor-
tasi.
Sebuah TOD adalah pola penggunaan lahan
secara kompak dan terpadu dengan perumahan,
taman dan plaza publik, tempat kerja, dan
layanan publik yang terletak di pusat kegiatan
sistem transit. Aplikasi strategis prinsip-prinsip
Prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) Pantai, berbasis Potensi Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa, Makassar
A 050 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
TOD adalah saling interaksi antar kegiatan,
meningkatkan kualitas udara, dan menciptakan
zaona yang aman, nyaman dan menyenangkan
untuk pejalan kaki, serta lingkungan perumahan
yang interaktif.
TOD adalah suatu kawasan mixed-use dalam
area radius jarak jalan kaki 2000 feet atau ± 600
m, tempat transit para penumpang yang
menggunakan SAUM dan kendaraan feedernya.
Desain, konfigurasi, dan mixed-use berorientasi
ke walkable zone, yang penggunaan moda
transportasi umum, dengan tanpa mengabaikan
moda kendaraan bermotor pribadi. Berikut ini
model umum tata ruang kawasan TOD (PDOCA,
1992).
Gambar 2. Model umum tata ruang kawasan TOD,
Sumber: data:image/jpeg;base64,/ (151011)
Bahasan teori dan pandangan ini, dirangkum
sebagai berikut, yang mendasari kegiatan studi
ini.
a. Mobilitas orang maupun barang pada kota
yang berpola urban sprawl boros dalam
jarak, waktu, energi dan biaya perjalanan,
serta memproduksi terlalu banyak gas
buang kendaraan bermotor. Oleh karena itu
hindari perkembangan fisik kota yang
mengarah ke urban sprawl.
b. Pengembangan infrstruktur transportasi
dan kemudahan pemilikan dan penggunaan
kendaraan pribadi, serta tidak tersedianya
SAUM dan kurangnya daya tarik kendaraan
umum menyebabkan pertambahan jumah
kendaraan pribadi melampaui peningkatan
kapasitas jalan. Hal ini penyebab utama
kepadatan dan kemacetan lalu-lintas. Oleh
karena itu pengembangan sistem SAUM
yang lebih menarik dibanding pengguaan
kendaraan pribadi menjadi keniscayaan
bagi kota-kota besar.
c. Pengembangan kota kompak yang terpadu
dengan system transportasi SAUM menjadi
dasar pengembangan TOD. Prinsip-prinsip
TOD akan mendukung eliminasi volume
kendaraan pribadi, dan eliminasi keborosan
jarak, energy, waktu dan biaya perjalanan,
serta eliminasi produk gas buang kendaraan.
2. Analisis dan Pembahasan
PKB merupakan pelabuhan perahu rakyat tempat
transit para komuter dari pulau-pulau kecil kota
Makassar dari perjalanan/trip laut ke perjalanan
darat dan sebaliknya. Sekitar PKB merupakan
pusat perbelanjaan Sombaopu dan tempat
rekreasi Anjungan Pantai Losari. Walaupun
demikian fasilitas perbelanjaan Sombaopu yang
secara umum menjadi konsumen para wisatawan
dan masyarakat berpenghasilan menengah ke
atas ini tidak berkaitan dengan maksud dan
tujuan trip para komuter dari pulau-pulau kecil
yang termasuk masyarakat berpenghasilan
rendah. Harga lahan di sekitar PKB relative mahal.
Batimetri dasar perairan pantai relative dangkal,
± 2m.
Jumlah penduduk pulau-pulau kecil hunian utama
mayoritas para komuter yaitu P. Kodingareng, P.
Barang Cadi’, P. Barrang Lompo cenderung naik
setiap tahunnya. Pertambahan penduduk ini
dapat ditampung pada pulau-pulau kecil yang
daya tampungnya ditambah dengan usaha
perluasan pulau dengan reklamasi, atau dengan
pemindahan sebagai penduduk. Pemindahan
penduduk dapat di kawasan PKB dalam sistem
tatanan TOD. Tabel berikut menjelaskan proyeksi
2020 2025 2030 2035
Kodingareng 4229 4230 4231 4232
Barrang Caddi 4533 4562 4592 4622
Barrang Lompo 4432 4449 4466 4483
Laelae 1727 1736 1745 1754
PulauTahun
Tabel 1. Proyeksi jumlah penduduk pulau-pulau hunian
mayoritas para komuter
Andi Bachtiar Arief
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | A 051
penduduk empat pulau-pulau kecil yang
merupakan hunian mayoritas para komuter.
Survei origin destination (OD) perjalanan sehari-
hari dilakukan bagi para pelaku perjalanan yang
menggunakan PKB sebagai tempat transit dari
perjalanan laut ke perjalanan darat dan sebalik-
nya. Variabel yang diperoleh dari OD survei
dianalisis dengan teknik analisis tabulasi slang
menggunakan program Fortran 90. Selain
daripada itu juga dilakukan survei kondisi dan
fungsi bangunan-bangunan di kawasan PKB dan
sekitarnya dalam radius 600m.
Berdasarkan radius kenyamanan pejalan kaki dan
naik kendaraan tak bermotor, serta jarak batas
kota Makassar terjauh dari dan ke PKB, maka
penentuan posisi asal dan tujuan perjalanan
diperhitungkan dalam kwadran-kwadran radius
500m, 2500m, 5,000m, 10,000m, dan 15,000m,
serta delapan bagian berdasarkan arah mata
angin. Gambar berikut menjelaskan kwadran-
kwadran wilayah studi.
Gambar 3. Kwadran posisi asal dan tujuan perjalanan
R 1 = 500m, jarak 250m
R 2 = 500-2,000m, jarak 1,250m R 3 = 2,000-5,000m, jarak 5.000 m R 4 = 5,000-10,000m, jarak 10.000 m R 5 = 10,000-15,000 m, jarak 15.000 m
Catatan: R = ring
Jarak = jarak rata2 dari Dermaga Kayu Bangkoa
Para komuter dari pulau-pulau kecil yang transit
di Pelabuhan Kayu Bangkoa didominasi wanita
sebanyak 61,1% dan laki-laki 38,9%. Para
komuter yang transit tersebut, akan meneruskan
perjalanan dari TOD Kayu Bangkoa ke destinasi
di daratan Kota Makassar untuk beraktivitas dan
memenuhi keperluan rumah tangganya. Para
komuter dari pulau-pulau kecil umumnya menuju
ke pasar tradisional untuk berbelanja memenuhi
keperluan rumahtangga, diantaranya bahan
pangan, meubeler, BBM, dan bahan bangunan.
Komuter lainnya menuju ke pusat perbelanjaan
pakaian, mall, sekolah atau kuliah, dan berkun-
jung kepada keluarga atau kerabat. Sedangkan
para komuter yang menuju ke pulau-pulau kecil,
bermaksud untuk rekreasi, kunjungan keluarga,
ilmu pengetahuan, bekerja, berlibur, dan istirahat.
Berdasarkan matriks asal tujuan, ditemukan
bahwa rasio intensitas perjalanan OD sehari-hari
dari dan ke setiap kawadran yang relatif tinggi
adalah kwadran 11, yaitu PKB, kwadran 85 yaitu
P. Barranglompo dengan P. Barrang Caddi, dan
kwadran 75 yaitu P. Kodingareng. Selanjutnya
kwadran yang rasio intensitas perjalanan OD
cukup tinggi secara berturut-turut adalah
kwadran 22, kwadran 32, dan kwadran 72 yaitu
P. Laelae. Berikut ini table dan gambar yang
menjelaskan intensitas trip pada kawdran OD.
Berdasarkan survei OD para pengguna PKB
sebagai tempat transit alih moda transportasi laut
dengan transportasi darat, diketahui bahwa
jumlah kumulatif jarak trip darat dalam kota
mereka adalah ± 3.900 km per minggu. Apabila
sebagian maksud perjalanan mereka dapat
dipenuhi di PKB maka dapat mengeliminir jarak
perjalanan mereka.
Jumlah kumulatif jarak trip darat para komuter
akan bertambah paralel dengan pertambahan
Tabel 2. Intensitas jumlah trip ke dan dari masing-masing kwadran
KR1 % KR2 % KR2 % KR4 % KR5 %
11 46.32 12 3.19 13 0 14 - 15 0
21 0.65 22 5.65 23 1.80 24 - 25 -
31 1.23 32 5.32 33 0.74 34 0.16 35 0.74
41 0.65 42 2.78 43 0.90 44 2.78 45 -
51 - 52 0.49 53 0.74 54 0.74 55 1.47
61 - 62 - 63 0.74 64 - 65 -
71 - 72 4.50 73 - 74 0.33 75 8.67
81 - 82 0.25 83 - 84 - 85 9.17
Catatan: KR1 = Kwadran 1
% = persentase jumlah trip ke dan dari kwadran maisng-masing
Prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) Pantai, berbasis Potensi Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa, Makassar
A 052 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
para penghuni pulau-pulau kecil, rata-rata 2.35%
per tahun, yang akan semakin meningkat dengan
peningkatan perekonomian mereka.
Oleh karena itu pada tahun 2020 jumlah
kumulatif jarak perjalanan penduduk dari empat
pulau kecil tersebut diproyeksikan akan bertam-
bah menjadi ± 4.358 km pada tahun 2020,
menjadi ± 4.870 km tahun 2025, menjadi ±
5.388 km tahun 2030, dan akan menjadi ± 5.906
km pada tahun 2035 dalam setiap minggu.
Gambar 4. Kuadran posisi asal dan tujuan
Berdasarkan survey OD, maksud trip darat ke
kwadran-kwadran yang intensitas kunjungannya
tinggi, yang memungkinkan diakomodasi dalam
pengembanagn TOD-PKB adalah sebagai berikut:
(1) maksud trip ke kwadran 11, PKB dan
sekitarnya, adalah untuk transit alih moda
transportasi, menjemput, jual ikan, jual barang
campuran;
(2) maksud trip ke kwadran 22, pertokoan Jl.
Andalas dan sekitarnya, adalah belanja barang
barang-barang kebutuhan rumah tangga, beli
pakaian, dan cuci foto; dan
(3) maksud trip ke kwadran 32, pertokoan Pasar
Sentral, pertokoan Jl. Bulusaraung, dan Pasar
Terong, adalah belanja barang-barang
kebutuhan rumah tangga dan beli BBM.
Moda transportasi laut yang digunakan untuk
melakukan trip ke dan dari PKB sebagai tempat
transit untuk bepindah dari dan ke moda
transportasi darat, adalah kapal kayu dan speed
boat . Kapal kayu paling banyak digunakan oleh
para komuter dari pulau-pulau kecil kota
Makassar yang berfungsi sebagai kendaraan
umum laut, kapasitasnya adalah ± 30 penum-
pang untuk jarak > 10 km, penghubung daratan
kota Makassar dengan P. Barrang Lompo, P.
Barrang Caddi dan P. Kodingareng, sedangkan
speed boat merupakan sewa atau kendaraan laut
jarak dekat penghubung daratan kota Makassar
dengan P. Laelae.
Kendaraan darat yang paling sering digunakan
oleh para komuter dari pulau-pulau kecil adalah
becak, angkot yang biasa disebut Pete-pete,
sepeda motor, jalan kaki dan mobil jemputan.
Tabel berikut menjelaskan moda transportasi dari
dan ke PKB.
Trip jarak dekat, ± 300 m, biasanya mereka
lakukan dengan jalan kaki, trip jarak sedang, ±
1,000 m, mereka menggunakan becak, sedang-
kan trip lebih jauh dari itu mereka menggunakan
angkutan kota yang disebut pete-pete atau
sepeda motor atau mobil. Bis kota belum tersedia
di kota Makassar. Ada pelayanan bus trans
Makassar tetapi belum menjangkau tujuan-
tujuan utama para komuter pulau-pulau kecil,
dan frekuensinya masih sangat rendah, sehingga
mereka belum memanfaatkannya.
Tabel 3. Moda transportasi dari dan ke PKB
No MODA DARI PKB KE PKB
Transportasi Laut % %
1 Kapal kayu 76.26 78.57
2 Speedboat 23.74 21.43
Transportasi Darat % %
3 Bis khusus 0.78 0.76
4 Pete-pete 25.00 10.69
5 Mobil pribadi - 0.76
6 Ojek 0.78 1.53
7 Spd motor 17.97 16.79
8 Becak 31.25 41.98
9 Sepeda 0.78 1.53
10 Jalan kaki 7.81 9.92
11 Sepeda motor 7.81 6.87
12 Mobil/dijemput 7.81 9.16
1
2
3
4
5
6
7
8
3
2
6
4
5
Soetta
Paotere
K. Bangkoa
Untea
3 km0 1 2
F.Rotterdam
Andi Bachtiar Arief
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | A 053
3. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil analisis di atas
dapat ditarik kesimpulan berupa prinsip-prinsip
pengembangan TOD-PKB sbb:
1) TOD-PKB dibangun terutama ditujukan untuk
mengeliminasi pemborosan jarak, waktu,
energy, dan biaya trip darat para komuter,
serta mengeliminasi volume kendaraan di
jalan raya kota Makassar termasuk eliminasi
produk gas sisa pembakaran kendaraan
bermotor.
2) Pengembangan TOD-PKB lebih berorientasi
untuk menyediakan fasilitas pencapaian mak-
sud trip para komuter dari pulau-pulau kecil
kota Makassar berupa toko dan pasar yang
menjual barang-barang kebutuhan rumah
tangga mingguan dan/atau bulanan, seperti
barang-barang yang tidak dapat diproduksi di
pulau-pulau kecil seperti beras, gula, pakaian,
dan peralatan rumah tangga, dengan kualitas
dan harga yang sesuai dengan kemampuan
mereka sebagai masyarakat berpenghasilan
rendah.
3) Peningkatan frekuensi dan jangkauan
pelayanan bis trans Makassar sesuai dengan
OD para komuter.
4) TOD-PKB potensiil dikembangkan dengan
cara reklamasi memanfaatkan perairan pantai
yang relative dangkal, serta pembangunan-
nya juga mengarah ke bangunan bertingkat
sederhana sampai empat lantai.
5) Pembangunan rusunawa bila memungkinkan
di dalam kawasan TOD, atau memanfaatkan
lokasi di kawasan rusunawa dan rusunami di
wilayah sekitarnya dengan pengembangan
pelayanan sarana angkutan umum massal.
Daftar Pustaka
Ananto, Y. (2013). Isu, Prinsip, dan Ide Penataan Kota
Makassar Jilid 1. Badan Penerbit UNM, Makassar.
Bruce, C. (2012). Transit-Oriented Development in
China: Designing a new transit-oriented neighbour-
hood in Herxi New Town, Nanjing, Based on
Hongkong Case Studies. Bahan Kuliah, Bleking
Institute of Technology & Nanjing Forestry
University(Urban Design), 1-58.
Cervero, R. (2007). The Transit Metropolis: A Global
Inquiry 4 th Edition. Environment and Planning A
2007, 39(Transit Oriented Development, and Public
Polices), 2068-2085. doi: 10.1068/a38377
Cervero, R., & Guerra, E. (2013). Is a Half-Mile the
Right Standard for TODs? Access 42, -(Design,
Development, and Housing, Tools of the Trade:
Practice, Measuring, and Models), 1-6.
Hardiman, G. (2008). Pengamatan Pengembangan
Ruang Publik di Tepi Pantai dari Beberapa Kota di
Pulau Sulawesi dari Aspek "Tropis Lembab". Seminar
Nasional Peran Arsitektur Perkotaan dalam
Mewujudkan Kota Tropis., -(-), 1-8.
Hayati Sari Hasibuan, Tresna P Soemardi, Raldi
Koestoer, & Moersidik., S. (2014). The Role of Transit
Oriented Development in constructing urban
environment sustainability, the case of Jabodetabek,
Indonesia. Elsevier Procedia Environmental Sciences,
-(Transit Oriented Development), 622-631.
Michael Breheny. 1994. The compact city and transport
energy consumption. Trans Inst Br Geogr NS 20 81-
101 1995 ISSN: 0020-2754
Planning Department Office of The City Architect
(PDOCA). (1992). Transit-Oriented Development
Design Guidelines. PDOCA, San Diego, California
92101-4411
Pu Hao, Richard Sliuzas, & Geertman., S. (2010). The
Development and redevelopment of Urban Village in
Shenzhen. Habitat International, 35(Urban Village,
informal settlement, migrant housing,urbanization
Shenzhen), 214-224.
Raha, U., & Taweesin, K. (2013). Encouraging the use
of non motorized in Bangkok. Elsevier Procedia
Environmental Sciences, 17 (Non motorized
Rober Cervero, Kockelman, & Kara. (1997). Travel
demand and the 3Ds: Density, diversity, and design.
Transportation Research Part D: Transport and
Environment, 2(3), 199-219. doi: http://dx.doi.org
/10.1016/S1361-9209(97)00009-6
Robert C., & Kockelman, K. (1997). Travel Demand and
The 3Ds: Density, Diversity, and Design. Transp.Res
Elsevier Science Ltd. Printed in Great Britain.,
2(Travel Demand), 199-219.
Shirly Wunas, & Natalia., V. V. (2011). Integrated
Spatial Planning dan Transportation Systm to Reduce
Mobility in Sub Urban Area The 14th FSTPT
International Symposium, Pekanbaru, -(Urban sprawl,
TOD, suburban, mixed land use), 1-11.
Shirshir Mathur, & Ferrell., C. (2012). Measuring the
impact of sub-urban transit-oriented developments
on single-family home value. Transportation
Research, -(TOD, Hedonic Reggression, home values),
42-55.
Prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) Pantai, berbasis Potensi Pelabuhan Rakyat Kayu Bangkoa, Makassar
A 054 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Shuxin J., Jianjun Wang, & Jiao., J. (2013). The Study
in Diamond Interchange Traffic Organization.
DElsevier ScienceDirect Procedia - Social and
Behavioral Sciences 96 (2013), 591-598.
TDM Encyclopedia. (2012). Transit Oriented
Development: Using Public Transit to Create More
Accessible and Livable Neighborhoods. Victoria
Transport Policy Institute. 1250 Rudlin Street, Victoria,
BC, V8V 3R7, Canada.
Top Related