7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
1/35
BAB I
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PASIENNama : Tn. Sh
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 37 tahun
Alamat : Kecitraan 05/03 kab.Banjarnegara
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Petani
No RM : 786636
Tanggal Masuk RSMS : 26 desember 2012 dari POLI UROLOGI RSMS
pukul 14.00WIB
Tanggal Pemeriksaan : 27 desember 2012
II. ANAMNESIS1.Keluhan Utama : Nyeri pinggang kanan
2.Keluhan Tambahan : Nyeri saat BAK
3.Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Urologi RSUD Margono Soekarjo Purwokerto pada
hari Rabu, 26 Desember 2012 pukul 14.00WIB dengan keluhan nyeri pinggang
kanan sejak satu setengah bulan yang lalu SMRS. Nyeri bersifat hilang timbul.
2 hari SMRS nyeri dirasakan semakin memberat terutama saat beraktifitas.
Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut pasien berobat ke RSMS. Demam (-),
BAB biasa, BAK merah (-), BAK keluar batu (-), Bak berpasir (-), mual
muntah (-)
4. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
2/35
b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
c. Riwayat kencing manis : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat trauma yang mencederai abdomen : disangkal
f. Riwayat infeksi saluran kemih berulang : disangkal
g. Riwayat asam urat : disangkal
h. Riwayat operasi : disangkal
i. Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami kejadian dan keluhan sama dengan
pasien
III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis/E4M6V5
Tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 78 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Respirasi : 24 x/menit, torako abdominal
Suhu : 37 C, aksiler
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 62 kg
Kesan gizi : normal
Status Generalis
Kepala : Simetris,mesochepal,venektasi temporal (-/-)
Mata : : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Discharge (-/-), deviasi septum (-)
Mulut : Lidah sianosis (-)
Telinga : Kelainan bentuk (-), discharge (-)
Leher : Deviasi trakhea (+) ke kanan, JVP 5+2cm
Thorax : tidak ada kelainan
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
3/35
Abdomen : (status urologi)
Genitalia eksterna : (status urologi)
Ekstremitas atas : tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan
Status Urologi
Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) sinistra:
Inspeksi : Bulging (-)
Palpasi : Ballotement (-)
Nyeri ketok (-)
Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) dextra:
Inspeksi : Bulging (-)
Palpasi : Ballotement (+)
Nyeri ketok (+)
Regio Suprapubik:
Inspeksi : Bulging (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Regio Genitalia Eksterna :
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Rectal Toucher : TSA Baik
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan darah lengkap (26 Desember 2012)
Hemoglobin (Hb) : 15.4 g/dl (14-18 g/dl)
Leukosit : 8.290/ul (480010800/ul)
Hematokrit (Ht) : 44 % (4252 %)
Eritrosit : 5,0 jt/ul (4,76,1 x 106/ul)
Trombosit : 298.000/uI (150.000450.000/ul)
MCV : 87,1 fl (7999 fL)
MCH : 30,6pg (2731 pg)
MCHC : 35,1 % (3337 %)
RDW : 13,1% (11,514,5 %)
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
4/35
MPV : 9,5 fL (7.211.1 fL)
Hitung Jenis :
Basofil : 0.4% (0.001.00 %)
Eosinofil : 4.3% (2.004.00 %)
Batang : 0.00% (2.005.00 %)
Segmen : 54.3% (40.070.0 %)
Limfosit : 32.2% (25.040.0 %)
Monosit : 8.8% (2.008.00 %)
PT : 13.1 detik (11.5-15)
APTT :31.2 detik (25-35)
Elektrolit
Natrium : 144 mmol/L (136-145)
Kalium : 3.8 mmol/L (3.5-5.1)
Klorida : 97 mmol/L (98-107)
Kalsium : 9.5 mg/L (8.4-10.2)
BNO-IVP
Pada pemeriksaan radiologis BNO tampak bayangan radioopaque pada
linea para vertebrae dextra setinggi Lumbal I-III
USG Urologi (10 Desember 2012)
Kesan : Multiple nefrolithiasis kanan dengan ukuran terbesar 0.94cm
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
5/35
V. RESUMEa. Anamnesa
1. Laki-laki 37 tahun
2. Keluhan utama: nyeri pinggang kanan sejak setengah bulan yang
lalu SMRS
3. Nyeri bersifat hilang timbul
4. 2 hari SMRS nyeri dirasakan semakin memberat terutama saat
beraktifitas. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut pasien berobat
ke RSMS
5. Demam (-), BAB biasa, BAK merah (-), BAK keluar batu (-), Bak
berpasir (-), mual muntah (-)
b.PemeriksaanFisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis/E4M6V5
Tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 78 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Respirasi : 24 x/menit, torako abdominal
Suhu : 37 C, aksiler
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 62 kg
Kesan gizi : normal
Status Generalis
Kepala : Simetris,mesochepal,venektasi temporal (-/-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Discharge (-/-), deviasi septum (-)
Mulut : Lidah sianosis (-)
Telinga : Kelainan bentuk (-), discharge (-)
Leher : Deviasi trakhea (+) ke kanan, JVP 5+2cm
Thorax : tidak ada kelainan
Abdomen : (status urologis)
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
6/35
Genitalia eksterna : (status urologis)
Ekstremitas atas : tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan
StatusUrologikus
Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) sinistra:
Inspeksi : Bulging (-)
Palpasi : Ballotement (-)
Nyeri ketok (-)
Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) dextra:
Inspeksi : Bulging (-)
Palpasi : Ballotement (+)
Nyeri ketok (+)
Regio Suprapubik:
Inspeksi : Bulging (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Regio Genitalia Eksterna :
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Rectal Toucher : TSA Baik
c. Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap
Hitung Jenis :
Eosinofil : 4.3% (2.004.00 %)
Batang : 0.00% (2.005.00 %)
Monosit : 8.8% (2.008.00 %)
BNO-IVP
Pada pemeriksaan radiologis BNO tampak bayangan radioopaque
pada linea para vertebrae dextra setinggi Lumbal I-III
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
7/35
USG Urologi (10 Desember 2012)
Kesan : Multiple nefrolithiasis kanan dengan ukuran terbesar 0.94cm
VI. DIAGNOSISLaki-laki, 37 tahun, dengan Nephrolithiasis dextra
VII. PENTALAKSANAANNon medikamentosa:
a. Pasang kateter urin
b. Edukasi mengenai batu ginjal
Medika mentosa:
a. Antibiotik
b. Analgetik
Pembedahan
Extended pyelolitectomi
VIII. PROGNOSIS1. Ad Vitam : Bonam
2. Ad Sanationam : Dubia ad bonam
3. Ad Functionam : Dubia ad bonam
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
8/35
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Ginjal
A. Anatomi Ginjal
Renal Capsule (Fibrous Capsule)
Tiap ginjal dibungkus oleh suatu membran transparan yang
berserat yang disebut renal capsule seperti Myelin di syaraf ( Renal
Capsule - Kortex - medula - Pelvis Renalis). Membran berperan
melindungi ginjal dari trauma dan infeksi.
Renal capsule tersusun dari serat yang kuat, terutama colagen dan elastin
(protein berserat), yang membantu menyokong massa ginjal dan
melindungi jaringan vital dari luka. Renal capsule menerima suplai
darahnya terutama dari arteri interlobar, suatu pembuluh darah yang
merupakan percabangan dari renal arteri utama. Pembuluh darah ini
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
9/35
menjalar melalui cortex ginjal dan berujung pada renal capsule. Membrane
ini biasanya 2-3 milimeter tebalnya.
Renal Capsule melindungi dinding luar dan masuk melalui bagian
cekung ginjal yang dikenal dengan sinus. Sinus berisi pembuluh utama
yang mengangkut urin dan pembuluh arteri dan venna yang menyuplai
jaringan dengan nutrisi dan oksigen. Renal capsule terhubung kepada
struktur ini dalam sinus dan melapisi dinding sinus. Pada orang yang
normal, renal capsule berwarna merah muda, tembus cahaya, halus, dan
mengkilat. Biasanya membran ini mudah dilepas dari jaringan ginjal.
Ginjal yang terkena penyakit sering membuat ikatan serat dari jaringan
utamanya kepada renal capsule, yang membuat capsule melekat lebih kuat.
Sulitnya membuka capsule ini merupakan pertanda bahwa ginjal telah
terkena penyakit.
Cortex
Cortex merupakan lapisan pembungkus ginjal , merupakan
jaringan yang kuat yang melindungi lapisan dalam ginjal. Cortex terletak
diantara renal capsule dan Medulla.
Bagian atas nephron, yaitu glomerulus dan kapsula Bowman yang
membentuk Badan malphigi berada di lapisan cortex ini.untuk tubulus
contortus proximal , distal maupun kolektivus tidak berada dilapisan ini
tetapi di lapisan Medula. Cortex membentuk zona luar yang halus
tersambung dengan projectil (kolom kortikal) yang menjulur diantara
piramid sehingga dilapisan ini terdapat renal corpusle dan renal tubules
kecuali untuk bagian dari Henle's loop yang turun kedalam renal medulla.
Cortex juga mengandung pembuluh darah dan kortikal pembuluh
penampung.
Medulla
Medulla berada dibawah Cortex. Bagian ini merupakan area yang
berisi 8 sampai 18 bagian berbentuk kerucut yang disebut piramid, yang
terbentuk hampir semuanya dari ikatan saluran berukuran mikroskopis.
Ujung dari tiap piramid mengarah pada bagian pusat dari ginjal. Saluran
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
10/35
ini mengangkut urin dari cortical atau bagian luar ginjal, dimana urin
dihasilkan, ke calyces. Calyces merupakan suatu penampung berbentuk
cangkir dimana urin terkumpul sebelum mencapai kandung kemih melalui
ureter. Ruang diantara piramid diisi oleh cotex dan membentuk struktur
yang disebut renal columns.
Ujung dari tiap pyramid, yang disebut papilla, menuju pada
Calyces di pusat tengah ginjal. Permukaan papilla memiliki penampilan
seperti saringan karena banyaknya lubang-lubang kecil tempat dimana
tetesan urin lewat. Setiap lubang merupakan ujung dari sebuah saluran
yang merupakan bagian dari nephron, yang dinamakan saluran Bellini;
dimana semua saluran pengumpul didalam piramid mengarah. Serat otot
mengarah dari calyx menuju papilla. Pada saat serat otot pada calyx
berkontraksi, urin mengalir melalui saluran Bellini kedalam
calyx(calyces). Urin kemudian mengalir ke kandung kemih melalui renal
pelvis dan ureter.
PELVIS RENALIS
Pelvis renalis berada di tengah tiap ginjal sebagai saluran tempat
urin mengalir dari ginjal ke kandung kemih. Bentuk Pelvis renalis adalah
seperti corong yang melengkung di satu sisinya. Pelvis renalis hampir
seluruhnya dibungkus dalam lekukan dalam pada sisi cekung ginjal, yaitu
sinus. Ujung akhir dari pelvis memiliki bentuk seperti cangkir yang
disebut calyces. Pelvis renalis dilapisi oleh lapisan membran berselaput
lendir yang lembab yang hanya beberapa sel tebalnya. Membran ini terkait
kepada bungkus yang lebih tebal dari serat otot yang halus, yang
dibungkus lagi dengan lapisan jaringan yang terhubung. Membran
berselaput lendir pada pelvis ini agak berlipat sehingga terdapat ruang bagi
jaringan untuk mengembang ketika urin menggelembungkan pelvis. Serat
otot tertata dalam lapisan longitudinal dan melingkar. Kontraksi lapisan
otot terjadi dengan gelombang yang bersifat periodik yang disebut gerak
peristaltis pelvis. Gerakan ini mendorong urin dari pelvis menuju ureter
dan kandung kemih. Dengan adanya pelapis pada pelvis dan ureter yang
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
11/35
tidak dapat ditembus oleh substansi normal dalam urin, maka dinding
struktur ini tidak menyerap cairan.
Batas-batas Ginjal
Ginjal Kanan
Batas anterior: Galndula Suprarenalis, hepar, pars descendens
duodenum, dan flexura coli dextra
Batas posterior: Diagfragma, recessus costodiagphragmaticus, costae
XII, m. Psoas major, m. Quadratus lumborum, dan m. Transversus
abdominis, nervus subcostalis (T12), nerveus iliohypogastricus, dan
nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah dan lateral.
Ginjal Kiri
Batas anterior: Galndula Suprarenalis, lien, gaster, pancreas, flexura
coli dextra, dan lengkung lengkung jejenum.
Batas posterior: Diagfragma, recessus costodiagphragmaticus, costae
X dan XIII, m. Psoas major, m. Quadratus lumborum, dan m.
Transversus abdominis, nervus subcostalis (T12), nerveus
iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah
dan lateral.
Pendarahan dan Persarafan Ginjal :
Arteriae
Arteriae renalis berasal dari aorta setinggi vertebrae lumbalis II.
Masing masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima
arteri segmentales yang masuk ke dalam hilum renale, empat di
depan dan satu di belakang pelvis renalis. Arteriae ini mendarahi
segmen-segmen atau area renalis yang berbeda. Arteria lobaris
berasal dari arteria segmentalis, masing-masing satu buah untuk satu
pyramid renalis. Sebelum masuk substansia renalis, setiap arteria
lobaris mempercabangkan dua atau tiga arteriae interlobares. Arteria
interlobares berjalan menuju cortex di anatara pyramides renales.
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
12/35
Pada perbatasan menuju cortex dan medula renalis, arteriae
interlobares bercabang menjadi arteria arcuatae yang mekengkung di
atas basis pyramides renales. Arteria arcuatea mempercabangkan
sejumlah arteriae interlobares yang berjalan ke atas di dalam cortex.
Arteriolae aferen glomerulus merupakan cabang arteria interlobares.
Venae
Vena renalis keluar dari hilum renale di depan arteria renalis dan
mengalirkan darah ke vena cava inferior
Persarafan
Serabut plexus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui
plexus renalis masuk ke medulla spinalis melalui nervi thoracici 10, 11,
dan 12.
B. Fisiologi Ginjal
Ginjal memiliki beberapa fungsi penting, diantaranya:
1. Urinasi dan Penyaringan darahUnit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat
berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia
dewasa.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nefron&action=edithttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nefron&action=edit7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
13/35
Darah mengalir masuk ke ginjal melalui Arteri Renalis. Arteri
bercabang-cabang dan menjadi pembuluh darah yang semakin kecil,
disebut arteriole, dan akhirnya berujung pada pembuluh kapiler di
glomerulus pada setiap nephron.
Darah yang mengalir ke ginjal, masuk kedalam glomerulus
melalui Affarent Arteriole. Di dalam glomerulus, darah mengalir
melalui capiler yang berkelok-kelok. Dinding pembuluh kapiler disini
agak tipis, dan tekanan darah dalam kapiler tinggi. Hal ini
mengakibatkan air, bersama dengan zat-zat yang terlarut di dalamnya
seperti garam, glukosa atau gula, asam amino, dan limbah urea dan
asam uratterdorong keluar melalui dinding kapiler yang tipis, yang
kemudian dikumpulkan di Kapsul Bowmen. Partikel yang lebih besar
dalam darah, seperti sel darah merah dan molekul protein, terlalu besar
untuk melewati dinding kapiler dan mereka tetap berada dalam aliran
darah. Darah yang sudah disaring meninggalkan glomerulus melalui
Everent Arteriole yang lain, yang bercabang-cabang membentuk suatu
jaring pembuluh darah diseputar tubulus renal. Darah kemudian keluar
dari ginjal melalui vena renalis. Sekitar 180 liter (50 galon) darah
disaring oleh ginjal setiap harinya, dan sekitar 1,5 liter (1,3 qt) urin
diproduksi.
Produksi urin diawali dengan zat-zat yang ditinggalkan darah
pada saat darah melewati ginjalseperti air, garam, dan zat-zat lain
yang dikumpulkan dari glomerulus dalam kapsul Bowman. Cairan ini,
disebut saringan glomerular, bergerak dari kapsul Bowman melewati
tubul renalis. Bersamaan dengan mengalirnya cairan tadi sepanjang
tubul renalis, jaring pembuluh darah yang menyelubungi tubulus
menyerap kembali sebagian air, garam dan semua nutrisi, terutama
glukosa dan asam amino, yang terpisah pada saat darah melewati
glomerulus. Proses penting ini, disebut penyerapan tubular, membuat
tubuh kita secara selektif memilah zat-zat yang masih diperlukan dan
membuang limbah dan racun yang tidak bergunal lagi. Pada akhirnya,
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
14/35
sekitar 99% dari air, garam dan nutrisi lainnya diserap kembali oleh
tubuh.
Pada saat ginjal melakukan proses penyerapan kembali nutrisi
yang masih dibutuhkan dari saringan glomerular, ginjal melakukan
suatu pekerjaan yang berlawanan, yang disebut sekresi tubular. Dalam
proses ini, zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan dari kapiler yang
menyelubungi nephron dimasukan dalam saringan glomerular. Zat-zat
ini termasuk partikel bermuatan yang disebut ion, termasuk ion
ammonium, ion hydrogen, dan potassium.
Ketiga proses ini, saringan glomerular, penyerapan tubular dan
sekresi tubular; yang kemudian menghasilkan urine, yang mengalir
menuju tubulus pengumpul urin. Tubulus pengumpul ini mengalirkan
urin ke tubulus mikro pada piramida ginjal. Urin kemudian disimpan
dalam sebuah kamar dalam ginjal dan akhirnya dialirkan ke ureter,
suatu saluran panjang dan sempit yang berakhir di kandung kemih.
Dari sekitar 180 liter darah yang disaring ginjal setiap hari,
menghasilkan sekitar 1,5 liter urine.
2. Pengatur Kadar Air dalam Darah.
Fungsi penting lain ginjal adalah untuk mengatur jumlah
kandungan air dalam darah. Proses ini dipengaruhi oleh antidiuretic
hormone (ADH), yang disebut juga vasopressin, yang diproduksi di
hipotalamus (bagian otak yang mengatur banyak fungsi internal) dan
menyimpannya dalam kelenjar pituari yang terletak didekatnya.
Receptor di dalam otak memonitor kandungan air dalam darah. Ketika
kadar garam dan zat-zat yang lain dalam darah menjadi terlalu tinggi,
kelenjar pituari melepaskan ADH kedalam aliran darah.
Darah yang mengandung ADH dari otak mengalir dan masuk
kedalam ginjal. ADH membuat tubulus renal dan pembuluh
pengumpul menjadi lebih mudah ditembus oleh larutan dan air. Hal ini
menyebabkan lebih banyak air diserap kembali dalam aliran darah.
Dilain sisi, ketiadaan ADH membuat pembuluh pengumpul tidak dapat
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
15/35
ditembus oleh larutan dan air, sehingga cairan dalam pembuluh,
dimana sebagian larutan telah dibuang, tetap banyak mengandung air;
urin menjadi encer.
3. Pengatur Tekanan Darah
Pengaturan tekanan darah berhubungan erat dengan
kemampuan ginjal untuk mengeluarkan cukup sodium chloride
(garam) untuk memelihara jumlah sodium yang normal, volume cairan
extraselular dna volume darah. Penyakit ginjal merupakan penyebab
utama hipertensi tipe kedua. Bahkan gangguan kecil dalam fungsi
ginjal memainka peran besar pada sebagian besar (jika tidak semua)
kasus tekanan darah tinggi dan menaikkan cedera pada ginjal. Cedera
ini akhirnya dapat menyebabkan darah tinggi berat, stroke atau bahkan
kematian.
Pada orang normal, ketika mengkonsumsi banyak sodium
klorida, tubuh menyesuaikan. Tubuh mengeluarkan lebih banyak
sodium klorida tanpa menaikkan tekanan pembuluh arteri. Namun
demikian, banyak pengaruh dari luar yang mengurangi kemampuan
ginjal untuk mengeluarkan sodium. Jika ginjal tidak cukup mampu
untuk mengeluarkan garam dengan asupan garam normal atau tinggi,
mengakibatkan tejadinya peningkatan kronis volume cairan
extraselular dan peningkatan volume darah. Hal ini memicu terjadinya
tekanan darah tinggi. Ketika terjadi peningkatan kadar hormon dan
neurotransmitter yang menyebabkan pembuluh darah menyempit,
bahkan kenaikan kecil volume darah menjadi berbahaya. (Hal ini
disebabkan karena kecilnya ruang pembuluh darah tempat darah
dipaksa untuk mengalir). Meski peningkatan tekanan arterial membuat
ginjal mengeluarkan lebih banyak sodium (yang memperbaiki
keseimbangan sodium), tekanan yang lebih tinggi dalam arteri
mungkin terjadi. Hal ini memperlihatkan hubungan antara penyakit
ginjal dan tekanan darah tinggi.
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
16/35
Hormone aldosterone yang dihasilkan oleh kelenjar adrenalin,
berinteraksi dengan ginjal untuk mengatur kandungan sodium dan
potasium dalam darah. Aldosteron dengan jumlah yang banyak
menyebabkan nefron menyerap kembali ion sodium lebih banyak, air,
dan lebih sedikit ion potasium. Sedikit aldosteron menyebabkan efek
sebaliknya. Respon ginjal terhadap aldosterone membantu menjaga
kadar garam dalam darah pada batas yang sempit yang terbaik bagi
aktivitas fisik dasar.
Aldosterone juga membantu mengatur tekana darah. Ketika
tekanan darah mulai turun, ginjal melepaskan enzim (protein khusus)
yang disebut renin, yang mengubah protein darah menjadi hormon
angiotensin. Hormon ini menyebabkan pembuluh darah mengerut
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Angiotensin kemudian
mempengaruhi kelenjar adrenalin untuk melepas aldosterone, yang
menyebabkan sodium dan air diserap kembali dan menaikkan volume
darah dan tekanan darah.
4. Menjaga Keseimbangan Kadar Asam dalam Tubuh
Ginjal juga menyesuaikan keseimbangan kadar asam dalam
tubuh untuk mencegah kelainan darah seperti acidosis atau alkalosis,
keduanya melumpuhkan fungsi sistem saraf pusat. Jika darah terlalu
asam, dimana terlalu banyak terdapat ion hidrogen, ginjal menyerap
ion ini kedalam urin melalui proses sekresi tubular.
5. Penghasil Hormon
Erythropoietin
Erythropoietin, mempengaruhi produksi sel darah merah dalam
sumsum tulang. Ketika ginjal mendeteksi bahwa jumlah sel darah
merah dalam tubuh berkurang, ginjal memproduksi eritropoitin.
Hormon ini berjalan dalam aliran darah ke sumsum tulang,
merangsang produksi dan pelepasan lebih banyak sel darah.
Erythropoietin adalah glikoprotein. Hormon ini bekerja pada
sumsum tulang untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Stimuli
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
17/35
seperti pendarahan atau pergi ke tempat ketinggian (dimana oksigen
tipis) memicu pelepasan EPO. Orang yang mengalami gagal ginjal
dapat tetap hidup dengan dialisis. Tetapi dialisis hanya membersihkan
darah dari limbah. Tanpa sumber EPO, orang ini akan menderita
anemia. Sekarang, berkat teknologi rekombinan DNA, rekombinan
EPO manusia telah tersedia untuk mengobati pasien ini.
Karena EPO meningkatkan hematocrit, ini menyebabkan lebih
banyak oksigen mengalir ke otot kerangka. Sebagian pembalap sepeda
dan pelari jarak jauh menggunakan rekombinan EPO untuk
meningkatkan performa mereka. Walau rekombinan EPO memiliki
sekuen yang persis sama dengan asam amino sebagai hormon alami,
zat gula yang dilekatkan oleh sel yang digunakan oleh industri farmasi
berbeda dengan yang dilekatkan oleh sel pada ginjal manusia.
Perbedaan ini dapat dideteksi pada urin atlet.
Calcitriol
Calcitriol adalah 1,25[OH]2 Vitamin D3, bentuk aktif dari vitamin D.
Calcitriol diperoleh dari calciferol (vitamin D3) dari makanan yang
dikonsumsi, yang kemudian disintesa oleh kulit yang terkena sinar
ultraviolet dari cahaya matahari pagi hari.
Calciferol dalam darah dirubah menjadi vitamin aktif dalam dua
langkah:
1. Calciferol dirubah dalam liver menjadi 25[OH] vitamin D3
kemudian dibawa ke ginjal (terikat ke serum globulin) dimana
selanjutnya dirubah menjadi calcitriol.
2. Langkah terakhir ini dibantu oleh hormon parathyroid (PTH)
Calcitriol bekerja dalam sel usus untuk membantu penyerapan kalsium
dalam makanan. Calcitriol bekerja pula dalam tulang untuk
memobilisasi calcium dari tulang kedalam darah. Calcitriol masuk
kedalam sel, jika sel tersebut mengandung reseptor untuknya (sel usus
memiliki reseptor tersebut), hormon ini kemudian terikat pada reseptor
tersebut. Reseptor Calcitriol merupakan faktor transkripsi zinc-finger
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
18/35
(lipatan berbentuk jari dari asam amino dan ion zinc, yang ditemukan di
bagian molekul protein yang terikat pada DNA dan RNA) a finger-
shaped fold of amino acids plus a zinc ion that is found in regions of
protein molecules that bind to DNA and RNA. Kekurangan calcitriol
mengakibatkan terkumpulnya kalsium di tulang menjadi terhambat.
II. Batu Ginjal (Nephrolithiasis)
A. Patofisiologi
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan
supersaturasi dari elemen-elemen yang secara normal berada dalam air
kemih. Batu ureter seringkali berasal dari batu daerah ginjal yang bergulir
ke bawah dan tertahan di ureter, normalnya batu yang ukurannya yang
tidak terlalu besar akan didorong oleh peristaltik otot-otot pelvicalices dan
turun ke ureter akan melalui ureter menuju vesica urinaria menjadi batu
ureter.Tenaga peristaltik ureter akan mencoba mengeluarkan batu hingga
turun ke buli-buli. Batu yang ukurannya kurang dari 5 mm akan dapat
keluar secara spontan sedangkan yang lebih besar dapat mengakibatkan
keradangan serta menimbulkan obstruksi kronis berupa hidroureter dan
hidronefrosis. Jika batu disertai dengan adanya infeksi sekunder maka
akan menimbulkan urosepsis, pyonefrosis, abses ginjal, abses paranefrik,
abses perinefrik, pielonefritis, serta timbul kerusakan ginjal bahkan gagal
ginjal permanen bila sudah lanjut.
B. Etiologi
Batu mulanya diginjal dalam bentuk plak yang sangat kecil pada
solute urin di lapian ginjal. Plak ini berkembang dari deposit konstituen
urin pada permukaan ginjal. Perkembangannya rata bervariasi. Pada
penilaian akhir-akhir ini, beberapa batu membutuhkann waktu sampai
tahunan untuk memperbesar diameter batu dari hanya beberapa milimeter.
Batu ini bisa dua kali lipat membesar ukurannya dalam beberapa bulan,
terutama ketika aliran volum urin sedikit, abnormalitas biokimia atau
infeksi sistem urinarius.
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
19/35
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
20/35
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
21/35
Peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin
seperti sistin, xantin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah
terbentuknya batu. Kejenuhan ini juga sangat dipengaruhi oleh pH dan
kekuatan ion.
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam
urin. Di dalam urin yang asam akan mengendap sistin, xastin, asam
urat, sedang didalam urin yang basa akan mengendap garam-garam
fosfat.
d. Teori berkurangnya faktor penghambat
Mengatakan bahwa tidak adanya atau berkurangnya substansi
penghambat pembentukan batu seperti fosfopeptida, pirofosfat,
polifosfat, asam mukopolisakarida dalam urin akan mempermudah
pembentukan batu urin. Teori ini tidaklah benar secara absolut karena
banyak orang yang kekurangan zat penghambat tak pernah menderita
batu, dan sebalinya mereka yang memiliki faktor pengahambat
berlimpah membentuk batu.
e. Teori lain adalah berkurangnya volume urin
Kekurangan cairan akan menyebabkan peningkatan kosentrasi zat
terlarut (misal: kalsium, natrium, oksalat dan protein) yang mana ini
dapat menimbulkan pembentukan kristaldiurin). Sebagai contoh,
beberapa pasien dengan batu asam urat dan urikosuria, mungkin
disebabkan makan protein yang berlebihan, yang mana ini akan
mendasari terjadi gangguan metabolisme asam urat (misalnya, gout,
kelainan mieloproliferatif), atau juga karena penggunaan obat -obat
urikosurik. Pada pasien lain dengan batu asam urat dapat terjadi tanpa
disertai hiperurikosuria dan hiperurikemia, tetapi ekresi asam urat
menetap diurine namun kela rutan asam urat sangat terbatas. Keadaan
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
22/35
ini disebabkan karena penderita tersebut selalu mengeluarkan urine
asam dimana ini akan mempermudah presipitasi asam urat. Kenaikan
produksi asam urat (pada gout primer) akan mengakibatkan
hiperukosuria dan hiperurikemia dan ini akan mempermudah
terjadinya batu asam urat.. Selain faktor diatas, faktor lain yang
berpengaruh terhadap pembentukan batu asam urat adalah kencing
yang sedikit atau kurang minum.
D. KLASIFIKASI BATU
a. Batu kalsium
Batu kalsium paling banyak ditemukan, sekitar 70-80% dari seluruh
batu saluran kemih. Dapat dievaluasi dengan metode pengumpulan
urine 24 jam dan dibagi menjadi hiperkalsiuria, hiperuricosuria,
hyperoxaluria dan hypocitraturia.
Hipercalsiuria: Ada tiga tipe penyerapan yang menyebabkan
hiperkalsiuria, tipe pertama bergantung pada makanan yang
dikonsumsi, terapi pada pasien ini bukanlah diet rendah kalsium
karena kalsium diperlukan untuk absorpsi oksalat dalam usus,oleh
karena itu terapi yang tepat untuk pasien tipe ini adalah pemberian
pengikat kalsium seperti selulose fosfat atau potassium citrate. Type II
absorpsi calsium bergantung pada diet dan pasien akan memiliki kadar
kalsium yang meningkat bila memakan makanan kaya kalsium. Pada
pasien tipe ini diperlukan pembatasan jumlah. Type III adalah tipe
sekunder akibat kurangnya fosfat renal. Pasien ini diperbaiki dengan
pemberian suplemen fosfat.
Hiperoksaluria: ekskresi oksalat lebih dari 45 gram per hari. BAnyak
dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis
menjalani pembedahan usus atau pasien yang mengkonsumsi
makanan kaya oksalat diantaranya the, kopi, softdrink, sayuran
berwarna hijau contohnya bayam, arbei.
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
23/35
Hiperurikosuria: asam urat dalam urin melebihi 850 mg/24 jam.Asam
urat yang berlebihan bertindak sebagai inti batu/nidus.
Hipositraturia: di dalam urin sitrat bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium
oksalat atau kalsium fosfat. Ikatan kalsium sitrat lebih mudah terlarut.
Dengan berkurangnya kadar sitrat maka kecenderungan pembentukan
batu kalsium semakin meningkat.
b. Batu Magnesium-ammonium-phosphate
Batu magnesium-ammonium-phosphate seringkali disebut batu
struvit.Batu ini sering ditemukan pada wanita dengan infeksi traktus
urinarius berulang antara lain oleh Proteus, Providencia,
Pseudomonas. Bakteri pemecah urea ini merubah pH dari harga
normal 5.8 menjadi 7.2. Batu struvite akan berpresipitasi pada urin
jika pH lebih dari 7.2.
c. Batu Asam Urat
Batu asam urat menampakan gambaran radioluscen. Tipe ini biasa
terjadi pada pria dengan angka kekambuhan yang tinggi. Batu asam
urat dapat diatasi secara medis dengan peningkatan pH urin menjadi
6.0-6.5 melalui pemberian potassium citrate atau potassium
bicarbonate.
d. Batu Cystine
Batu Cystine disebabkan oleh abnormalitas pompa asam amino yang
mempengaruhi cystine, ornithine, lysine and arginine (COLA).
Terdapat gambaran ground-glass appearance pada KUB. Intervansi
harus berdasarkan gejala klinik dan bukti adanya obstruksi yang
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
24/35
progresif. Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi air dalam jumlah
banyak untuk mengurangi supersaturasi cystine.
e. Batu Xantin
Disebabkan oleh adanya defisiensi xantin oksidase congenital. Enzim
ini normalnya mengkatalisis oksidasi hipoxantin menjadi xantindan
xantin menjadi asam urat.
f. Batu Indinavir
Inhibitor protease merupakan terapi yang popular dan efektif pada
pasien dengan AIDS. Indinavir merupakan inhibitor protease yang
paling umum yang menghasilkan batu radiolusen pada CT Scan non
kontras. Terdapatnya batu ini dapat berhubungan dengan komponen
kalsium. Pemberian medikasi secara berkala dengan hidrasi intravena
dapat mengeluarkan batu begitu saja. Batu indinavir berwarna merah
dan biasanya terpecah selama ekstraksi.
g. Batu silikat
Sangat jarang terjadi dan biasanya berhubungan dengan penggunaan
antasida yang mengandung silica pada pemakaian jangka waktu lama.
E. FAKTOR RISIKO
1. Mula penyakit saat berusia < 25 tahun
2. Stones containing brushite
3. Hanya satu ginjal yang berfungsi
4. Penyakit yang berhubungan dengan pembentukan batu:
Hiperparatiroid
Asidosis tubular ginjal
Bypass jejunoileal
Penyakit Crohns
Reseksi intestinum
Kondisi malabsorbsi
Sarcoidosis
Hipertiroid
5. Pengobatan yang dihubungkan dengan pembentukan batu
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
25/35
Suplemen kalsium
Suplemen vitamin D
Azetazolamid
Vitamin C dalam dosis besar (> 4 gr/hari)
Sulfonamid
6. Abnormalitas anatomi yang dihubungkan dengan pembentukan batu
Tubular ektasia
Obstruksi pelvo-ureteral junction
Divertikulum kaliks, kista kaliks
Striktur ureter
Refluk vesico ureteral
Ginjal bentuk sepatu kuda
Ureterocel
F. GAMBARAN KLINIS
Kebanyakan batu pada ginjal tidak menunjukkan gejala dan
ditemukan secara kebetulan. Batu yang masih kecil yang tidak pernahberkembang lebih besar, atau tidak berpindah turun, tidak akan
menimbulkan gejala. Tetapi ada beberapa batu yang menetap di ginjal dan
berkembang. Batu ini bisa mencapai sampai beberapa sentimeter. Batu
akan menyebabkan nyeri tumpul pada pinggang, urin menjadi merah, dan
meningkatkan risiko infeksi urinarius. Batu ginjal yang kecil bisa
meninggalkan ginjal mengikuti aliran urin. Jika batu ini sangat kecil
(paling kecil berdiameter 3 mm ), tidak disadarai akan turun ke ureter
masuk kedalam kandung kemih, dan lama-kelamaan akan turun ke uretra
yang kemudian akan dikeluarkan lewat urin. Batu dengan diameter 3 mm
sampai 6 mm dan yang meninggalkan ginjal mungkin akan secara
kebetulan dikeluarkan dari sistem urinarius, tapi sepertinya sementara
waktu akan menyumbat suatu titik tempat di ureter. Batu dengan diameter
antara 6 mm sampai 1 cm akan meninggalkan ginjal tapi akan bisa juga
menyumbat pada ureter . Sensasi nyeri yang ditimbulkan adalah karena
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
26/35
regangan kapsul ginjal, yang bisa disebabkan oleh pielonefritis akut yang
menimbulkan edema, obstruksi saluran kemih yang menyebabkan
hidronefrosis atau tumor ginjal.
G. DIAGNOSIS
Klinis
Pasien dengan kolik ginjal biasanya mengeluh nyeri pinggang, muntah dan
demam, serta mungkin mempunyai riwayat penyakit batu. Diagnosis klinis
haruslah ditunjang oleh pemeriksaan pencitraan yang sesuai. Hal ini akan
membantu memutuskan apakah cukup dengan terapi konservatif atau
dibutuhkan terapi lain.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai
mempunyai batu. Hampir semua batu saluran kemih (98%) merupakan
batu radioopak. Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan melalui radiografi.
Pemeriksaan rutin meliputi foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung
kemih (KUB) ditambah USG atau excretory pyelography (Intravenous
Pyelography, IVP). Excretory pyelography tidak boleh dilakukan pada
pasien dengan alergi media kontras, kreatinin serum > 2 mg/dL,
pengobatan metformin, dan myelomatosis.
Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :
Retrograde atau antegrade pyelography
Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT)
Scintigraphy
CT Scan tanpa kontras (unenhanced) merupakan pemeriksaan terbaik
untuk diagnosis nyeri pinggang akut, sensitivitasnya mencapai 100% dan
spesifisitas 98%. CT Scan tanpa kontras tersedia luas di negara-negara
maju dan juga dapat memberikan informasi mengenai abnormalitas di luar
saluran kemih. IVP memiliki sensitivitas 64% dan spesifisitas 92%.
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
27/35
Pemeriksaan ini membutuhkan waktu cukup lama dan harus dilakukan
dengan hati-hati karena kemungkinan alergi terhadap kontras.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi: sedimen urin / tes dipstik untuk
mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan pada pemeriksaan
urinalisa bila pH >7.6 biasanya ditemukan kuman urea splitting yang
menyebabkan batu anorganik sedangkan pH asam menyebabkan batu
organic (batu asam urat).Dapat pula ditemukan sediment, hematuria
mikroskopik. Pemeriksaan untuk mencari sebab lain dapat diukur ekskresi
Ca, fosfor, asam urat dalam urin 24 jam. Untuk mengetahui fungsi ginjal,
diperiksa kreatinin serum. Pada keadaan demam, sebaiknya diperiksa C-
reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin. Pada keadaan
muntah, sebaiknya diperiksa natrium dan kalium darah. Untuk mencari
faktor risiko metabolik, sebaiknya diperiksa kadar kalsium dan asam urat
darah.
H. PENATALAKSANAAN
Manajemen Observasi
Manajemen Operatif
Indikasi pengeluaran aktif batu tergantung pada ukuran, tempat
dan bentuk batu yang mempengaruhi keputusan. Juga kemungkinan
pengeluaran spontan harus dievaluasi. Pengeluaran spontan batu bisa
diharapkan 80% pada pasien dengan ukuran batu dengan diameter tidak
lebih dari 4 mm. Untuk batu dengan diameter lebih dari 7 mm untuk bisa
keluar secara spontan sangat kecil sekali kemungkinannnya. Pengeluaran
batu diindikasikan untuk batu dengan ukuran 6-7 mm.
Pengeluaran batu secara aktif sangat dianjurkan pada pasien dengan
kriteria:
1.Nyeri yang persisten meskipun dengan medikasi yang adekuat.
2.Obstruksi persisten dengan risiko rusaknya fungsi renal
3.Risiko pyonefrosis atau urosepsis
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
28/35
4.Obstruksi bilateral
Terapi aktif dalam mengeluarkan batu ginjal dibagi menjadi:
Open Surgery
Pada open surgery, akan dilakukan pembedahan untuk melihat ureter
dimana batu berada. Pembedahan lain dilakukan langsung pada ureter itu
sendiri dan batu secara langsung diambil. Open surgery adalah terapi
invasif yang paling banyak dilakukan. Ini kadang kala menimbulkan
komplikasi. Banyak pasien membutuhkan waktu sekitar 6 minggu untu
pemulihan setelah operasi.
Percutaneous Nephrolitotipsy (PCNL)
Prosedur ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu akses perkutan dan
pengangkatan batu. Untuk mencapai akses perkutan, urolog atau radiolog
memasang kabel penuntun fleksibel berukuran kecil di bawah kontrol
fluoroskopi melalui pinggang pasien ke dalam ginjal lalu turun ke ureter.
Jika akses sudah diperoleh, saluran dilebarkan sampai ukuran 30 F dan
dimasukkan selongsong, lalu nefroskop atau ureteroskop rigid / fleksibel
dimasukkan melalui selongsong.
Dengan tuntunan fluoroskopi dan endokamera, batu diangkat secara utuh
atau setelah dipecahkan menggunakan litotripsi intrakorporal.
PNL memiliki keuntungan sebagai berikut : (1) Jika batu dapat dilihat,
hampir dipastikan batu tersebut dapat dihancurkan. (2) Dengan alat
fleksibel, ureter dapat dilihat secara langsung sehingga fragmen kecil
dapat diidentifikasi dan diangkat. (3) Proses cepat, dengan hasil yang
dapat diketahui saat itu juga.
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
29/35
Perawatan di rumah sakit biasanya 3 sampai 5 hari, pasien dapat kembali
melakukan aktivitas ringan setelah 1 sampai 2 minggu. Angka transfusi
PNL sekitar 2-6%. Angka perawatan kembali, yaitu angka dimana
instrumen harus dimasukkan kembali untuk mengangkat batu yang tersisa
bervariasi dari 10% sampai 40-50%. Angka bebas batu adalah 75-90%.
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi perdarahan, infeksi, dan fistula
arteri-vena.
Ekstracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL)
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) telah menjadi metode
yang paling sering digunakan dalam tatalaksana aktif batu ureter. Alat
ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy
pada tahun 1980. Alat dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal,
atau batu buli tanpa melalui tindakan invasive dan tanpa pembiusan..
ESWL didasarkan pada prinsip bahwa gelombang kejut bertekanan tinggi
akan melepaskan energi ketika melewati area-area yang memiliki
kepadatan akustik berbeda. Gelombang kejut yang dibangkitkan di luar
tubuh dapat difokuskan ke sebuah batu menggunakan berbagai teknik
geometrik. Gelombang kejut melewati tubuh dan melepaskan energinya
saat melewati sebuah batu. Tujuan dari metode ini adalah untuk memecah
batu menjadi partikel-partikel yang cukup kecil sehingga dapat melewati
ureter tanpa menimbulkan nyeri yang berarti.
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
30/35
ESWL adalah prosedur yang paling sedikit bersifat invasif dari keempat
metode diatas. Dan pasien bisa menjalani aktovitas normal hanya dalam
beberapa hari dan waktu pemulihan yang paling cepat.
Batu berukuran diameter 2cm paling baik diterapi dengan teknik endoskopi. El-Anany melakukan
uji klinis terhadap 30 pasien dengan batu ginjal >2cm yang diterapi
dengan laser holmium melalui ureteroskop. Keberhasilan didefinisikan
sebagai fragmentasi total mencapai 3cm, terapi membutuhkan 135
(75-160) menit dan sukses pada tiga pasien. Semakin kecil beban batu,
semakin besar kesuksesan dan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan.
Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa terapi batu ginjal menggunakan
ureteropieloskopik merupakan terapi invasif minimal dibandingkan PNL
dan operasi terbuka, aman serta efektif untuk batu pelvis besar.
Peschel, Janetschek dan Bartsch melakukan studi prospektif acak yang
bertujuan menentukan terapi lini pertama untuk batu ureter distal.
Sebanyak 80 pasien dengan batu ureter distal (40 batu 5 mm, 40 batu5
mm) diacak dan diterapi dengan ESWL atau ureteroskopi 9,5F atau 6,5F.
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
31/35
Hasilnya, ureteroskopi secara bermakna memberikan hasil lebih baik dalah
hal lamanya prosedur, durasi fluoroskopi dan waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai bebas batu. Semakin kecil batu, semakin besar perbedaan
antar kedua modalitas terapi tersebut. Studi ini merekomendasikan
ureteroskopi sebagai terapi lini pertama untuk batu ureter distal. Apabila
batu 5 mm tidak lewat secara spontan, kepada pasien diinformasikan
bahwa kemungkinan terjadi stenosis relatif dari ureter intramural yang
akan mengakibatkan menurunnya harapan keberhasilan ESWL sehingga
membutuhkan terapi ulang lebih sering.
Segera memberikan komentar bahwa studi ini merupakan studi yang
sangat baik dan merupakan studi yang harus dilakukan pada situasi dimana
terdapat terapi-terapi kompetitif untuk kasus spesifik. Aspek positif lain
dari desain studi ini adalah penundaan terapi selama 3 minggu setelah
diagnosis untuk mengoptimalisasi kesempatan batu lewat spontan. Studi
ini juga sangat memperhatikan kepuasan pasien, karena setelah tercapai
angka bebas batu atau setelah stent dilepas, pasien ditanyakan apakah
mereka bersedia untuk menjalani prosedur yang sama lagi apabila terjadi
rekurensi, dan bila tidak bersedia, apa alasannya. Uji kepuasan dilakukan
dengan tes berpasangan serasi Wilcoxons dan test t. Hasilnya, semua
pasien yang diterapi ureteroskopi merasa puas sedangkan hanya sebagian
pada kelompok ESWL. 29 (Level of evidence IIa)
Pearle melakukan studi prospektif acak untuk membandingkan efikasi
ESWL dan ureteroskopi untuk batu batu ureter distal. Sebanyak 64 pasien
dengan batu ureter distal radioopak, soliter, diameter terbesar 15 mm
diacak untuk terapi dengan ESWL (32) menggunakan Dornier HM3 dan
ureteroskopi (32). Hasilnya, nyeri pinggang dan disuri postoperatif lebih
berat pada grup ureteroskopi daripada grup litotripsi, walaupun
perbedaannya tidak bermakna secara statistik (p disuri=0,109; p nyeri
pinggang=0,420).
Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa baik ureteroskopi maupun ESWL
memberikan angka kesuksesan yang tinggi dan angka komplikasi rendah.
7/29/2019 PRESUS Nephrolithiasis
32/35
Namun, ESWL membutuhkan waktu prosedur yang lebih rendah secara
bermakna, juga menunjukkan kecenderungan nyeri pinggang dan disuri
yang lebih rendah, komplikasi yang lebih sedikit, serta penyembuhan yang
lebih cepat. Walaupun ureteroskopi dan ESWL sama-sama efektif untuk
batu ureter distal, lebih dianjurkan penggunaan ESWL karena lebih efisien
dan morbiditas yang lebih rendah.
Hasil studi tersebut juga didukung oleh Thomas, Macaluso, et al. melalui
uji klinis terhadap 130 pasien dengan batu ureter sepertiga bawah
simtomatik yang diterapi dengan ESWL (Medstone Lithotriptor). Pada
mesin generasi pertama (Dornier HM3) ditemui kesulitan dalam
pengaturan posisi pasien dan lokalisasi batu, sedangkan mesin generasi
kedua memiliki kelebihan dalam hal pengaturan posisi yang jauh lebih
baik dan mudah. Sebanyak 126 pasien menjalani monoterapi, dan 10 (8%)
dari antaranya drop-out dalam follow-up, sedangkan dari 116 pasien
sebanyak 101 pasien mengalami bebas batu dengan terapi tunggal dan 15
pasien gagal. Ukuran batu pada pasien yang gagal lebih besar daripada
ukuran batu rata-rata. Sebanyak 10 pasien (8,6% dari total) membutuhkan
ureteroskopi dan 5 (4,3%) dari total memiliki fragmen residu asimtomatik.
Kesimpulan dari uji klinis ini adalah bahwa ESWL in situ merupakan
terapi efektif untuk batu ureter sepertiga bawah, terutama batu berukuran