Download - presus luka tusuk

Transcript
  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    1/29

    1

    STATUS PASIEN

    A. Identitas Pasien

    Nama : Tn. M

    Usia : 26 tahunJenis kelamin : Laki laki

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Tentara

    Alamat : Perum bukit waringin, blok M 13 No. 7 RT:

    05 / 01, Desa Sukmajaya kec: Tajurhalang

    kab: bogor.

    Tanggal/pukul masuk perawatan : 29 Oktober 2011 / 01.30 WIB

    B. Anamnesis

    Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 31 Oktober 2011

    Keluhan Utama

    Sesak napas karena tertusk 1 jam sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS)

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang ke RSPAD GS karena luka tusuk 1 jam SMRS. Pasien ditusuk

    dari arah depan sebanyak tiga kali oleh perampok. Pasien ditusuk menggunakan

    pisau dapur. Setelah ditusuk pasien terjatuh dan banyak mengeluarkan darah.

    Pasien merasa sesak dan langsung dibawa ke RSPAD GS.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Hipertensi : disangkal

    DM : disangkal

    Asma : disangkal

    Alergi : disangkal

    Operasi : disangkal

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    2/29

    2

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Hipertensi : disangkal

    DM : disangkal

    Asma : disangkal

    Alergi : disangkal

    C. Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum : tampak sakit sedang

    Kesadaran : compos mentis

    Tanda vital :

    Tek. Darah : 110/80

    Nadi : 84 kali/menit

    Laju Napas : 24 kali/menit

    Suhu : 36,7C

    Status Generalis

    Kepala : Normocephale, distribusi rambut merata, asimetri wajah (-)

    Mata : Conjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,

    RCL +/+, RCTL +/+, mata cekung (-),

    Telinga : normotia, membran tympani intak +/+, serumen (+), sekret

    (-)

    Hidung : deviasi septum (-), sekret (-), krusta (-), pernapasan cuping

    hidung (+)

    Mulut : bibir kering (-), sianosis perioral (-)

    Leher : tidak teraba pembesaran tiroid, tidak teraba pembesaran

    kelenjar getah bening, retraksi suprasternal (-), kaku kuduk

    (-), krepitasi (-)

    Thoraks :

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    3/29

    3

    Paru :

    Inspeksi : Kedua hemitoraks simetris dalam keadaan

    statis dan dinamis, retraksi sela iga (-)

    Palpasi : Vocal fremitus kanan sama dengan kiri,

    emfisema subkutis menyebar dari leher kiri,

    dada kiri depan-belakang

    Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

    Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, Rhonchi

    -/-, Wheezing -/-

    Jantung :

    Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

    Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V

    Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), Gallop (-)

    Abdomen : supel, datar, bising usus (+), hepar/lien tak teraba, turgor

    baik

    Ekstremitas : akral hangat, sianosis akral (-) di keempat ekstremitas,

    edema (-) di keempat ekstremitas

    Status Lokalis

    Jejas pada thoraks dextra setara linea parasternalis ICS 4

    Jejas pada thoraks anterior setara dengan garis sternum ICS 2

    D. Pemeriksaan Laboratorium

    Hb : 10,3 gr/dL

    Ht : 31 %

    Leukosit : 12.600/mm3

    Trombosit : 237.000/mm3

    Gol. Darah : O

    GDS : 121

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    4/29

    4

    E. Pemeriksaan Pencitraan

    a. Foto polos thoraks posisi AP

    b. Foto thoraks posisi PA

    F. Resume

    Pasien laki laki, 26 tahun datang ke RSPAD GS karena luka tusuk 1 jam

    SMRS. Pasien ditusuk dari arah depan sebanyak tiga kali oleh perampok. Pasien

    ditusuk menggunakan pisau dapur. Setelah ditusuk pasien terjatuh dan banyak

    mengeluarkan darah. Pasien merasa sesak dan langsung dibawa ke RSPAD

    GS. Pada pemeriksaan fisik, pasien dalam keadaan compos mentis dan tampak

    sakit sedang. Pada pemeriksaan penunjang foto polos thoraks posisi AP

    terdapat kesan hematopneumothoraks dextra dan pneumothoraks sinistra.

    G. Diagnosis

    Hematopneumothoraks dextra + pneumothoraks sinistra

    H. Tata Laksana

    1. Oksigenasi dengan Nasal kanul 1-2 L/menit

    2. IVFD : Ringer Laktat per 6 jam

    3. Tindakan :

    a. WSD (Water Seal Drainage)

    b. Post WSD :

    i. Chest phisiotherapy untuk membantu pengembangan paru

    ii. Inhalasi per 8 jam , Barotech : Bisolvon : NaCl = 1 : 1 : 1

    iii. Rontgen thorax kontrol

    4. Medikamentosa :

    a. Ceftazidime 2 x 1gr

    b. Ketorolac 3 x 30 mg

    I. Laporan pemasangan WSD

    a. A dan antiseptik pada daerah insisi

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    5/29

    5

    b. Insisi pada ICS VII, menembus kutis, subkutis, fasia, dan pleura parietal

    c. Ketika pleura parietal ditembus, udara keluas, darah (+)

    d. WSD dipasang :

    i. Initial bubble (+)

    ii. Force expiration bubble (+)

    iii. Continuous bubble (-)

    iv. Darah (+)

    J. Evaluasi Harian Pasien

    Tanggal 08 November 2011

    Tanda Vital

    TD : 120/90 mmHg

    Nadi : 80 kali/menit

    Suhu : 36,6C

    RR : 24 kali/menit

    Subjektif

    Sesak napas berkurang, BAK lancar, terdapat bintil bintil pada daerah abdomen.

    Objektif

    Kes/KU : CM, SS

    Thoraks : gerak dada simetris statis-dinamis, SN vesikuler +/+,

    wheezing -/-, rhonchi -/-

    Assessment

    Hematopneumothoraks (KU perbaikan)

    Post pemasangan WSD

    Planning

    Tirah baring

    IVFD RL/ 6 jam

    Obat : Ceftazidime 2 x 1gr (IV)

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    6/29

    6

    Ketorolac 3 x 30 mg (IV)

    Ronde

    Terapi lanjut

    Aff WSD

    Chest Phisotherapy

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    7/29

    7

    TINJAUAN PUSTAKA

    ANATOMI THORAKS

    Thoraks adalah bagian atas batang tubuh yang terletak antara leher dan

    abdomen. Cavitas thoracisyang dibatasi oleh dinding thoraks, berisi thymus, jantung,

    paru-paru, bagian distal trachea dan bagian besar oesophagus.

    Dinding Thoraks

    Dinding thoraks terdiri dari kulit, fascia, otot, saraf, dan tulang.

    Kerangka Dinding Tulang

    Kerangka dinding thorax membentuk sangkar dada osteokartilaginosa yang

    melindungi jantung, paru-paru, dan beberapa organ abdomen (misalnya hepar).

    kerangka thoraks terdiri dari

    - Vertebra thoracica (12) dan discus intervertebralis

    - Costa (12 pasang) dan cartilago costalis

    - Sternum

    Sifat khusus vertebra thoracica mencakup :

    Fovea costalis pada corpus vertebra untuk bersendi dengan caput costae

    Fovea costalis pada processus transversus untk bersendi dengan tuberculum

    costae, kecuali pada dua atau tiga costae terkaudal

    Processus spinosus yang panjang

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    8/29

    8

    Gambar 1. Lapisan thoraks

    Costa

    Costa adalah tulang pipih yang sempit dan lengkung membatasi bagian terbesar

    sangkar dada.

    Ketujuh (kadang-kadang delapan) costae pertama disebut costa sejati

    (vertebrosternal) karena menghubungakn vertebra dengan sternum melalui

    cartilago costalisnya.

    Costa VIII sampai costa X adalah costa tak sejati (vertebrokondral) karena

    cartilafo masing-masing costa melekat kepada cartilago costalis tepat di atasnya.

    Costa XI dan XII adalah costa bebas atau costa melayang karena ujung cartilago

    costalis masing-masing costa berakhir dalam susunan otot abdomen dorsal.

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    9/29

    9

    Cartilago costalis memperpanjang costa ke arah ventral dan turut menambah

    kelenturan dinding thoraks. Cartilago costalis VII sampai cartilago costalis X terarah ke

    kranial dan bersatu untuk membentuk angulus infrasternalis dan arcus costarum pada

    kedua sisi. Costa berikut carilago costalisnya terpisah satu sama lain oleh spatium

    intercostalis yang berisi musculus intercostalis, arteria intercostalis, vena intercostalis,

    dan nervus intercostalis.

    Anatomi Permukaan Dinding Thoraks

    Kedua clavicula terletak subkutan pada pertemuan thoraks dan leher. Kedua

    tulang itu teraba dengan mudah, terutama pada tempat persendian dengan manubrium

    sterni.

    Sternum juga terletak subkutan dan teraba seluruh panjangnya. Incisura jugularis

    pada manubrium mudah teraba antara ujung medial kedua clavicula yang menonjol.

    Angulus sterni Ludovici pada symphisis, manubriosternalis dapat diraba dan seringkali

    dapat diamati karena symphisis manubriosternalis antara manubrium sterni dan corpus

    sterni bergerak pada pernapasan. Angulus sterni yang merupakan patokan penting,

    terletak setinggi pasangan cartilago costalis II. Untuk menghitung costae dan spatia

    intercostalis, ikutilah angulus sterni dengan jari tangan ke arah lateral sampai pada

    cartilago costalis II, lalu hitunglah costae dan spatia intercostalis sambil menggeserkan

    jari ke arah laterokaudal. Spatium intercostale I terletak kaudal dari costa I, demikian

    pula spatia intercostalis yang lain terletak kaudal terhadap costa dengan nomor urut

    yang sama. Processus xyphoideus terdapat dalam lekuk yang dangkal, tempat bertau

    arcus costalis dexter dengan arcus costalis sinister untuk membentuk angulus

    infrasternalis. Angulus infrasternalis dimanfaatkan pada resusitasi kardiopulmoner untuk

    menempatkan tangan secara tepat pada corpus sterni. Kedua struktur ini terentang dari

    synchondrosis xiphosternalis ke arah sternokaudal. Bagian kranial arcus costae

    dibentuk oleh cartilago costalis VII, dan bagian kaudal oleh cartilago costalis VII sampai

    cartilago costalis X.

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    10/29

    10

    Gambar 2. Topografi Paru-Paru

    Pleura dan Paru-Paru

    Pleura

    Paru-paru masing-masing diliputi oleh sebuah kantong pleura yang terdiri dari

    dua selaput serosa yang disebut pleura, yakni : pleura parietalis melapisi dinding

    thoraks, dan pleura visceralis meliputi paru-paru, termasuk permukaannya dalam fisura.

    Cavitas pleuralis adalah ruang potensial antara kedua lembar pleura dan berisi

    selapis kapiler cairan pleura serosa yang melumas permukaan pleura menggeser

    secara lancar satu terhadap yang lain pada pernapasan.

    Pleura parietalis melekat pada dinding thorax, mediastinum dan diaphragma.

    Pleura parietalis mencakup bagian-bagian berikut :

    Pleura kostal menutupi permukaan dalam dinding thoraks (sternum, cartilago

    costalis, costa, musculus intercostalis, dan sisi vertebra thoracica)

    Pleura mediastinal menutupi mediastinum

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    11/29

    11

    Pleura diafragmatik menutupi permukaan torakal diafragma

    Pleura servikal (cupula pleurae) menjulang sekitar 3 cm ke dalam leher, dan

    puncaknya membentuk kubah seperti mangkuk di atas apex pulmonis.

    Pleura parietalis beralih menjadi pleura visceralis dengan membentuk sudut

    tajam menurut garis yang disebut garis refleksi pleural. Ini terjadi pada peralihan pleura

    kostal menjadi pleura mediastinal di sebelah ventral dan dorsal, dan pada peralihan

    pleura kostal menjadi pleura difragmatik di sebelah kaudal. Pada radix pulmonis terjadi

    peralihan pula antara lembar pleura visceralis dan pleura parietalis; sebuah duplikatur

    pleura parietalis yang dikenal sebagai ligamentum pulmonale tergantung ke arah kaudal

    di daerah ini.

    Gambar 3. Pleura dan Paru-paru

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    12/29

    12

    Paru-Paru

    Paru-paru normal bersifat ringan, lunak, dan menyerupai spons. Paru-paru juga

    kenyal dan dapat mengisut sampai sekitar sepertiga besarnya, jika cavitas thoracis

    dibuka. Paru-paru kanan dan kiri terpisah oleh jantung dan pembuluh darah besar

    dalam mediastinum medius. Paru-paru berhubungan dengan jantung dan trachea

    melalui struktur dalam radix pulmonis. Radix pulmonis adalah daerah peralihan pelura

    visceralis ke pleura parietalis yang menguhubungkan fascies mediastinalis paru-paru

    dengan jantung dan trachea. Hilum pulmonis berisi brinchus principalis, pembuluh

    pulmonal, pembuluh bronkial, pembuluh limfe dan saraf yang menuju ke paru-paru atau

    sebaliknya.

    Fissura horizontalis dan fissura obliqua pada pleura visceralis membagi paru-

    paru menjadi lobus-lobus. Masing-masing paru-paru memiliki puncak (apex), tiga

    permukaan (fascies costalis, fascies mediastinalis, dan fascies diaphragmatica), dan

    tiga tepi (margo superior, margo inferior, dan margo anterior). Apex pulmonis ialah

    ujung kranial yang tumpul dan tertutup oleh pleura servikal. Apex pulmonis dan pleura

    servikal menonjol ke kranial (2-3 cm) melalui apertura thoracis superior ke dalam

    pangkal leher. Karenanya, bagian-bagian ini dapat mengalami cedera karena luka pada

    leher, sehingga terjadi pneumothorax.

    Pneumothoraks

    Definisi

    Pneumothoraks merupakan suatu keadaan dimana terdapat adanya gas/udara

    pada kavum pleura sehingga menyebabkan paru-paru terdesak dan kolaps. Pada

    pneumothoraks, udara memasuki kavitas pleuralis pada inspirasi dengan adanya

    tekanan intrapleura yang negatif, sedangkan selama ekspirasi kebocoran akan tersegel,

    yang menciptakan suatu mekanisme katup bola. Tension pneumothoraks timbul bila

    satu kavitas pleuralis telah terisi lengkap dengan udara dan udara terus memasuki

    kavitas ini, yang menyebabkan pergeseran mediastinum disertai perubahan vena cava,

    obstruksi sebagian aliran balik vena sistemik dan pengurangan curah jantung. Pasien

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    13/29

    13

    pneumothoraks bisa asimtomatik atau bisa mengeluh akan adanya nyeri tajam seperti

    pisau atau bisa menderita gawat napas, hipoksemia, dan hiperresonansi pada sisi sakit.

    Deviasi trakea yang jelas, emfisema subkutis dan sianosis dapat ditemukan. Diagnosis

    biasanya dibuat dengan pemeriksaan fisik dan dikonfirmasi dengan foto toraks. Dengan

    pneumotoraks kecil yang jelas, foto ekspirasi dan inspirasi bisa bermanfaat dalam

    menggambarkan pneumotoraks akibat bula atau kista paru yang besar.

    Etiologi

    Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya pneumothoraks antara

    lain:

    a. Trauma

    -Tension pneumothorax akibat trauma tumpul dengan atau tanpa fraktur

    iga

    - Luka penetrasi yang menyebabkan masuknya udara dari lingkungan luar

    kedalam kavum pleura sehingga menyebabkan udara terperangkap di

    dalam kavum pleura

    b. Iatrogenik pneumothorax, misalnya prosedur pemasangan chest tube yang

    kurang tepat, terapi ventilasi mekanik, kanulasi vena sentral, resusitasi

    kardiopulmoner, terapi oksigen hiperbarik, operasi daerah leher, dan sebagainya.

    c. Tension pneumothorax sekunder dari kondisi medis yang sudad ada seperti :

    - Asthma, PPOK, pneumonia, pertussis, tuberculosis, abses paru, cystic

    fibrosis

    - Marfan sindrom

    Manifestasi Klinis

    Berdasarkan anamnesis, dapat ditemukan keluhan pasien adalah nyeri dada

    (90%), sesak napas (80%), gelisah, nyeri epigastrik akut (jarang) dan fatigue.

    Sedangkan pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda sebagai berikut :

    - distress pernapasan atau respiratory arrest

    - suara napas melemah pada sisi yang sakit

    - adanya suara napas tambahan seperi ronchi atau wheezing yang ipsilateral

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    14/29

    14

    - tachypneu lalu kemudian menjadi bradipneu pada kondisi terminal

    - hiperresonansi dinding dada pada perkusi (bisa tidak ada pada stadium lanjut)

    - hiperekspansi dinding dada

    - sianosis

    - takikardia

    - hipotensi

    - pulsus paradoxus

    - distensi vena jugularis

    - deviasi trakea (tanda-tanda lanjut)

    - distensi abdominal (akibat peningkatan tekanan intratoraks sehingga

    menyebabkan deviasi ke kaudal dari diafragma)

    Pemeriksaan Pencitraan

    Foto polos thoraks

    - terlihat bayangan linear dari pleura visceralis tanpa adanya bayangan paru-paru

    di perifer bayangan tersebut, menandakan paru-paru kolaps

    - pada posisi berbaring, terlihat sulcus sign yang radiolusen sepanjang sulcus

    costophrenicus dapat membantu mengidentifikasi pneumothoraks.

    - Pergeseran mediastinum ke kontralateral

    - Efusi pleura minimal sering ditemukan

    - dapat ditemukan adanya diskontinuitas tulang iga sebagai tanda fraktur iga

    Penatalaksanaan

    - observasi tanpa oksigenasi : merupakan observasi sederhana, sesuai untuk

    pasien dengan pneumothoraks yang asimtomatik dengan pneumotoraks minimal

    dengan evaluasi ketat untuk memastikan bahwa pneumothoraks tidak

    bertambah. Udara biasanya direabsorbsi spontan sebanyak 1,25% dari ukuran

    pneumothorax per hari.

    - Oksigenasi : pemberian oksigen sebanyak 3L/menit dengan nasal kanul untuk

    mengatasi kemungkinan hipoksemia dan membantu absorpsi udara pada rongga

    pleural menjadi lebih cepat.

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    15/29

    15

    - Pemasangan Water-Seal Drainage (WSD)

    - Dapat diberikan medikamentosa untuk membantu mengatasi keluhan pasien

    seperti nyeri dan anxietas.

    HEMATOTHORAK

    Hemothoraks adalah adanya darah yang masuk ke areal pleura (antara pleura viseralis

    dan pleura parietalis). Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam

    pada dada, yang mengakibatkan robeknya membran serosa pada dinding dada bagian

    dalam atau selaput pembungkus paru. Robekan ini akan mengaikibatkan darah

    mengalir ke dalam rongga pleura, yang akan menyebabkan penekanan pada paru.

    Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A. mamaria interna.

    Perlu diingat bahwa rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, sehingga

    pasien hematotoraks dapat syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya

    perdarahan yang nyata, oleh karena perdarahan masif yang terjadi terkumpul di dalam

    rongga toraks.

    Penampakan klinis yang ditemukan sesuai dengan besarnya perdarahan atau jumlah

    darah yang terakumulasi. Perhatikan adanya tanda dan gejala instabilitas hemodinamik

    dan depresi pernapasan

    Hemothoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto thoraks, sebaiknyaditerapi dengan selang dada caliber besar. Selang dada tersebut akan mengeluarkan

    darah dari rongga pleura, mengurani resiko terbentuknya bekuan darah di dalam

    rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan selanjutnya. Evakuasi

    darah atau cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan

    terjadinya rupture diafragma traumatik. Banyak faktor yang berperan dalam

    memutuskan perlunya indikasi operasi pada penderita hemothoraks, status fisiologis

    dan volume darah yang keluar dari selang dada merupakan factor utama. Sebagai

    patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang dada sebanyak 1500 ml,

    atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap jam untuk 2 sampai 4 jam, atau jika

    membutuhkan transfuse darah terus menerus, eksplorasi bedah harus

    dipertimbangkan.

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    16/29

    16

    KLASIFIKASI

    Pembagian hemothorak

    a) Hemothorak Kecil : yang tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto

    rontgen, perkusi pekak sampai iga IX. Jumlah darah sampai 300 ml.

    b) Hemothorak Sedang : 15 35 % tertutup bayangan pada foto rontgen, perkusi

    pekak sampai iga VI.jumlah darah sampai 800 ml

    c) Hemothorak Besar : lebih 35 % pada foto rontgen, perkusi pekak sampai cranial,

    iga IV. Jumlah darah sampai lebih dari 800 ml

    Gambar 4. Foto Rontgen Hematothoraks

    PATOFISIOLOGI

    Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru

    menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau

    menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya

    darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume

    darah seseorang5.

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Serous_membrane&prev=/search%3Fq%3Dhemothorax%2Bwikipedia%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3D5Ua%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgOXzPSfdhIszSr0yltJWov9lQD2Ahttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Lungs&prev=/search%3Fq%3Dhemothorax%2Bwikipedia%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3D5Ua%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjUJIWH_eWlXavrWEzuuknQgtEf1whttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Lungs&prev=/search%3Fq%3Dhemothorax%2Bwikipedia%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3D5Ua%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjUJIWH_eWlXavrWEzuuknQgtEf1whttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Serous_membrane&prev=/search%3Fq%3Dhemothorax%2Bwikipedia%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3D5Ua%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgOXzPSfdhIszSr0yltJWov9lQD2A
  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    17/29

    17

    MANIFESTASI KLINIS

    Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding dada.

    Luka di pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang

    anemia dan syok hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul.

    Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea

    berat, tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai

    dengan penurunan curah jantung.

    DIAGNOSIS

    Pemeriksaan penunjang

    1. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat

    menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).Hanya boleh dilakukan

    jika keadaan pasien stabil.

    2. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan

    mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-

    kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen

    biasanya menurun.

    3. Torakosentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).

    4. Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.

    PENATALAKSANAAN

    Tujuan:

    Evakuasi darah dan pengembangan paru secepatnya.

    Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari kegagalan sirkulasi.

    a) Hemothorak kecil : cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan tidak

    memerlukan tindakan khusus.

    b) Hemothorak sedang : di pungsi dan penderita diberi transfusi. Dipungsi sedapat

    mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata kambuh dipasang penyalir sekat air.

    c) Hemothorak besar : diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan transfusi.

    Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan pendarahan, dan

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    18/29

    18

    menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura6. Penanganan pada hemotoraks

    adalah3,5,6

    1. Resusitasi cairan.

    Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan

    bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus cairan kristaloid

    secara cepat dengan jarum besar dan kemudian pemnberian darah dengan golongan

    spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan

    yang cocok untuk autotranfusi.bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest

    tube ( WSD )3.

    2. Pemasangan chest tube ( WSD )

    ukuran besar agar darah pada toraks tersebut dapat cepat keluar sehingga tidak

    membeku didalam pleura. Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada

    foto toraks sebaiknya di terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut

    akan mengeluarkan darah dari rongga pleura mengurangi resiko terbentuknya bekuan

    darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah

    selanjutnya. Evakuasi darah / cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian

    terhadap kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik.3 WSD adalah suatu

    sistem drainase yang menggunakan air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk

    mempertahankan tekanan negatif intrapleural / cavum pleura7.

    Macam WSD adalah :

    WSD aktif : continous suction, gelembung berasal dari udara sistem.

    WSD pasif : gelembung udara berasal dari cavum toraks pasien.

    Pemasangan WSD :

    Setinggi SIC 5 6 sejajar dengan linea axillaris anterior pada sisi yang sakit .

    a. Persiapkan kulit dengan antiseptik

    b. Lakukan infiltratif kulit, otot dan pleura dengan lidokain 1 % diruang sela iga yang

    sesuai, biasanya di sela iga ke 5 atau ke 6 pada garis mid axillaris.

    c. Perhatikan bahwa ujung jarum harus mencapai rongga pleura

    d. Hisap cairan dari rongga dada untuk memastikan diagnosis

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    19/29

    19

    e. Buat incisi kecil dengan arah transversal tepat diatas iga, untuk menghindari melukai

    pembuluh darah di bagian bawah iga

    f. Dengan menggunan forceps arteri bengkok panjang, lakukan penetrasi pleura dan

    perlebar lubangnya

    g. Gunakan forceps yang sama untuk menjepit ujung selang dan dimasukkan ke dalam

    kulit

    h. Tutup kulit luka dengan jahitan terputus, dan selang tersebut di fiksasi dengan satu

    jahitan.

    i. Tinggalkan 1 jahitan tambahan berdekatan dengan selang tersebut tanpa dijahit,

    yang berguna untuk menutup luka setelah selang dicabut nanti. Tutup dengan selembar

    kasa hubungkan selang tersebut dengan sistem drainage tertutup air

    j. Tandai tinggi awal cairan dalam botol drainage.

    3. Thoracotomy

    Torakotomi dilakukan bila dalam keadaan3

    :

    a. Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml, kemungkinan besar penderita

    tersebut membutuhkan torakotomi segera.

    b. Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500ml, tetapi

    perdarahan tetap berlangsung terus.

    c. Bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak 200cc / jam dalam waktu

    2 4 jam.

    d. Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis puting susu atau luka di

    daerah posterior, medial dari scapula harus dipertimbangkan kemungkinan

    diperlukannya torakotomi, oleh karena kemungkinan melukai pembuluh darah besar,

    struktur hilus atau jantung yang potensial menjadi tamponade jantung.

    Tranfusi darah diperlukan selam aada indikasi untuk torakotomi. Selama penderita

    dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan chest tube dan

    kehilangan darah selanjutnya harus ditambahkan ke dalam cairan pengganti yang akan

    diberikan. Warna darah ( artery / vena ) bukan merupakan indikator yang baik untuk di

    pakai sebagai dasar dilakukannya torakotomi3.

    Torakotomi sayatan yang dapat dilakukan di samping, di bawah lengan (aksilaris

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    20/29

    20

    torakotomi); di bagian depan, melalui dada (rata-rata sternotomy); miring dari belakang

    ke samping (posterolateral torakotomi); atau di bawah payudara (anterolateral

    torakotomi) . Dalam beberapa kasus, dokter dapat membuat sayatan antara tulang

    rusuk (interkostal disebut pendekatan) untuk meminimalkan memotong tulang, saraf,

    dan otot. Sayatan dapat berkisar dari hanya di bawah 12.7 cm hingga 25 cm8.

    KOMPLIKASI

    Komplikasi dapat berupa4 :

    1. Kegagalan pernafasan

    2. Kematian

    3. Fibrosis atau parut dari membran pleura

    4. Syok

    Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma (otot besar

    di dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk memperluas dan kontak. Jika tekanan

    dalam rongga dada berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang

    mengumpul di rongga menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi

    paru-paru, atau bahkan kehancuran (disebut pneumotoraks ).

    Water Seal Drainage (WSD)

    Definisi

    WSD merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk mengeluarkan udara,

    cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan

    menggunakan pipa penghubung.

    Indikasi

    a. Pneumothoraks :

    - Spontan > 20% oleh karena ruptur

    - Luka tusuk tembus

    - Klem dada yang terlalu lama

    - Kerusakan selang dada pada sistem drainase

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.umm.edu/ency/article/000039.htm&prev=/search%3Fq%3Dhemothorax%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DPjc%26sa%3DN%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhimm_-wEVW_vPrdAXHIb2W8EGEEcghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.umm.edu/ency/article/000039.htm&prev=/search%3Fq%3Dhemothorax%26hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DPjc%26sa%3DN%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhimm_-wEVW_vPrdAXHIb2W8EGEEcg
  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    21/29

    21

    b. Hemothoraks :

    - Robekan pleura

    - Kelebihan antikoagulan

    - Pasca bedah thoraks

    c. Thorakotomy :

    - Lobektomy

    - Pneumoktomy

    d. Efusi pleura

    e. Empiema :

    - Penyakit paru serius

    - Kondisi inflamasi

    Tujuan

    Mengeluarkan cairan atau darah, dan udara dari rongga pleura dan rongga thorak

    Mengembalikan tekanan negatif pada rongga pleura

    Mengembangkan kembali paru yang kolaps

    Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada

    Tempat Pemasangan WSD

    a. Bagian apex paru (apical)

    - anterolateral interkosta ke 1-2

    - fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

    b. Bagian basal

    - postero lateral interkosta ke 8-9

    - fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    22/29

    22

    Gambar 5. Lokasi penusukan WSD

    Jenis-jenis WSD

    a. WSD dengan sistem satu botol

    - Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple

    pneumothoraks

    - Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang

    yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol

    - Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm

    untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan

    kolaps paru

    - Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi

    udara dari rongga pleura keluar

    - Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi

    - Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :

    Inspirasi akan meningkat

    Ekpirasi menurun

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    23/29

    23

    b. WSD dengan sistem 2 botol

    - Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2

    botol water seal

    - Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan

    hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di

    botol 2 yang berisi water seal

    - Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari

    rongga pleura masuk ke water seal botol 2

    - Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir

    dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui

    selang masuk ke WSD

    - Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks,

    hemopneumothoraks, efusi pleural

    c. WSD dengan sistem 3 botol

    - Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah

    hisapan yang digunakan

    - Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan

    - Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3.

    Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam

    dalam air botol WSD

    - Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan

    - Botol ke-3 mempunyai 3 selang :

    Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol

    ke dua

    Tube pendek lain dihubungkan dengan suction

    Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan

    terbuka ke atmosfer

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    24/29

    24

    Gambar 6. Macam-macam WSD

    Komplikasi Pemasangan WSD

    a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia

    b. Komplikasi sekunder : infeksi, empiema

    Prosedur pemasangan WSD

    a. Persiapan pasien

    - Siapkan pasien

    - Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :

    Tujuan tindakan

    Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi

    klien dapat duduk atau berbaring

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    25/29

    25

    Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas

    dalam, distraksi

    Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena

    c. Persiapan alat

    - Sistem drainage tertutup

    - Motor suction

    - Slang penghubung steril

    - Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau

    jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic, benang catgut dan jarumnya, duk

    bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor,

    set balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker

    d. Pelaksanaan

    - Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea

    aksillaris anterior dan media.

    - Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.

    - Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai

    muskulus interkostalis.

    - Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan.

    Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai

    rongga pleura / menyentuh paru.

    - Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan

    menggunakan Kelly forceps

    - Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke

    dinding dada

    - Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.

    - Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    26/29

    26

    Gambar 7. Pemasangan WSD

    e. Tindakan setelah prosedur

    - Perhatikan undulasi pada slang WSD

    - Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :

    o Motor suction tidak berjalan

    o Slang tersumbat

    o Slang terlipat

    o Paru-paru telah mengembang

    - Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi

    sistem drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas

    - Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    27/29

    27

    - Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah

    ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air

    - Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah

    cairan yg keluar

    - Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama

    - Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan

    - Anjurkan pasien memilih posisi yang nyaman dengan memperhatikan jangan

    sampai slang terlipat

    - Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi

    - Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu

    - Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang

    dibuang

    - Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran

    - Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema

    subkutan

    Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara

    batuk efektif

    Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh

    Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD

    Latih dan anjurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali sehari

    melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah

    pemasangan WSD

    Pencabutan selang WSD

    Indikasi pengangkatan WSD adalah bila :

    a. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :

    i. Tidak ada undulasi

    ii. Cairan yang keluar tidak ada

    iii. Tidak ada gelembung udara yang keluar

    iv. Kesulitan bernafas tidak ada

    v. Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    28/29

    28

    vi. Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara

    b. Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan

    pada slang.

  • 7/29/2019 presus luka tusuk

    29/29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Bowman JG. Pneumothorax, Tension and Traumatic. February 5,2009. Cited on

    Febuary 20, 2010. Available at http://emedicine.medscape.com/article/827551-

    overview

    2. http://www.netterimages.com/image/10375.htm

    3. Kumpulan Kuliah Bedah. Jakarta : Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia ; 1992

    4. Moore KL. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Penerbit Hipokrates ; 2002

    5. Sabiston, DC.Essentials of Surgery. Edisi ke -1.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

    EGC ; 1994

    7. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi. Penerbit Buku

    Kedokteran EGC. Jakarta. 1997

    8. ADAM, Inc, Hemothorax,http://www.healthscout.com/ency/1/000126.html, April 2009

    9. Denise Serebrisky, MD, hemotoraks, pendahuluan,

    http://emedicine.medscape.com/article/1002107-overview, maret 2009

    10. American college of surgeons, ATLS, hemotoraks, IKABI, 2004

    11. Robert A. Cowles, MD, Hemothorax Overview,

    http://www.umm.edu/ency/article/000126.htm, oktober 200812. Misthos, P, dkk, Hemothorax, http://en.wikipedia.org/wiki/Hemothorax, februari

    2010.

    13. Maryland medical center, http://www.umm.edu/ency/article/000126.htm, 2009

    14. Sari, Dina kartika, dkk, massive hematotoraks, chirurgica, Tosca enterprise, 2005.

    15. Townsend, Courtney M,dkk, Torakotomi, http://www.surgeryencyclopedia.com/St-

    Wr/Thoracotomy.html, 2010

    http://www.healthscout.com/ency/1/000126.htmlhttp://www.healthscout.com/ency/1/000126.htmlhttp://www.healthscout.com/ency/1/000126.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/1002107-overviewhttp://www.umm.edu/ency/article/000126.htmhttp://en.wikipedia.org/wiki/Hemothoraxhttp://www.umm.edu/ency/article/000126.htmhttp://www.surgeryencyclopedia.com/St-Wr/Thoracotomy.htmlhttp://www.surgeryencyclopedia.com/St-Wr/Thoracotomy.htmlhttp://www.surgeryencyclopedia.com/St-Wr/Thoracotomy.htmlhttp://www.surgeryencyclopedia.com/St-Wr/Thoracotomy.htmlhttp://www.umm.edu/ency/article/000126.htmhttp://en.wikipedia.org/wiki/Hemothoraxhttp://www.umm.edu/ency/article/000126.htmhttp://emedicine.medscape.com/article/1002107-overviewhttp://www.healthscout.com/ency/1/000126.html