PRESENTASI KASUS
HIDROSEFALUS
Dosen Pembimbing :
dr.Agus Budi Setiawan, Sp.BS
Oleh :
Wandito Gayuh U. G1A210071Filly Ulfa K. G1A210081Indah Permata Sari 0920221180
SMF ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNSOED PURWOKERTO
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Hidrosefalus
Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior bagian Ilmu Bedah Syaraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Telah disetujui dan dipresentasikanpada tanggal: Januari 2012
Disusun Oleh :
Wandito Gayuh U. G1A210071Filly Ulfa K. G1A210081Indah Permata Sari 0920221180
Purwokerto, Januari 2012
Dosen Pembimbing :
Dr. Agus Budi Setiawan, Sp.BS
1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M. Zaqi
Umur : 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Belik
Tanggal masuk : 10 Januari 2012
No. CM : 880680
II. ANAMNESIS (Alloanamnesa)
A. Keluhan utama : kepala membesar
B. Keluhan tambahan : bayi kurang aktif
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Bedah Saraf RS Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto pada tanggal 31 Desember 2011, dengan keluhan
kepala membesar. Ibu pasien mengatakan bahwa pembesaran kepala
anaknya mulai dirasakan sejak usia 5 bulan, oleh karena itu ibu pasien
memeriksakan keadaan anaknya ke bidan dan setelah diukur pada saat itu
ukuran lingkar kepala pasien 47 cm dan bidan menyarankan untuk
memeriksakan ke dokter. Ibu pasien kemudian memeriksakan ke dokter dan
disarankan untuk dilakukan pereriksaan CT scan namun orangtua pasien
menunda pemeriksaan CT scan tersebut hingga 1 bulan kemudian, saat akan
memeriksakan kembali keadaan anaknya dan dilakukan CT scan lingkar
kepala pasien sudah menjadi 51 cm, dan hasil CT scan menurut ibu pasien
yang diberi keterangan oleh dokter yang memeriksa adalah penyakit
Hidrosefalus. Kemudian pasien disarankan untuk ke RS Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto untuk berkonsultasi dan dilakukan operasi. Satu bulan
kemudian pasien dibawa ke RS Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dan
lingkar kepala pasien sudah bertambah lagi menjadi 53 cm.
2
Riwayat Kehamilan:
Ibu 38 tahun, P8A0 ( pasien anak ke-8 )
Sejak awal kehamilan ibu pasien sering sakit-sakitan
Saat usia kandungan 7 bulan dilakukan USG yang hasilnya
dokter mengatakan bahwa terdapat gangguan organ otak janin
dimana terjadi penyakit yang bernama ‘Dandy Walker’.
Riwayat Kelahiran:
Pasien lahir melalui Sectio Cesarea (SC) pada usia kehamilan 8
bulan karena gangguan kesehatan ibu
Sejak awal kehamilan ibu pasien sering sakit-sakitan
BBL 2500 gr, menangis lemah
Ibu dan bayi dirawat di rumah sakit selama 10 hari, bayi tidak
aktif, tidur terus, jarang menangis, tidak mau minum dan sempat
‘kuning’ sehingga dilakukan perawatan intensif
Setelah pulang ke rumah bayi mulai dilatih minum dan dilakukan
penggerakan tangan dan kaki sesuai saran dokter
Riwayat Perkembangan:
Usia 4 bulan pandangan dapat mengikuti gerak benda dan tangan
sudah mulai dapat menggenggam benda
Usia 5 bulan sudah dapat tertawa bila diajak bermain
Usia 6 bulan hingga sekarang masih belum ada perkembangan
lainnya
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa
III. PEMERIKSAAN FISIK
3
17 JANUARI 2012
Keadaan umum : Kurang aktif
Kesadaran : Menangis kuat, menyusu kuat
Vital sign :
HR : 128 x/menit
RR : 60 x/menit
S : 35,9 oC
Status Lokalis
Regio Capitis
- Inspeksi : Jejas (-), perban (+), rembes (-)
Kepala tampak membesar
Vena kulit kepala terlihat
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
Status Generalis
1. Pemeriksaan Kepala
- Bentuk kepala : Makrochepal, simetris
- Rambut : Ada, warna hitam
2. Pemeriksaan Mata
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Ikterik (-/-)
- Pupil : Reflek cahaya (+/+) N, Pupil bulat isokor Ø
2mm/2mm
- Palpebra : Udem (-/-)
3. Pemeriksaan Telinga
- Simetris
- Discharge : (-/-)
- Perdarahan : (-/-)
4. Pemeriksaan Hidung
- Simetris
4
- Discharge : (-/-)
- Deviasi septum : (-)
- Nafas cuping hidung : (-)
5. Pemeriksaan Mulut : Bibir tidak sianosis, faring tidak hiperemis, lidah
tidak kotor
6. Pemeriksaan Leher : JVP meningkat (-), kaku kuduk (-), spastik (-)
7. Pemeriksaan Dada
Dinding dada : Jejas (-), simetris, ketinggalan gerak (-),
retraksi (-), spider naevi (-)
Pulmo
Inspeksi : Dinding simetris, retraksi (-), ketinggalan
gerak (-), eksperium memanjang (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Bronkovesikuler, Ronkhi (-), wheezing (-)
Cor
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Thrill (-), kuat angkat (-)
Perkusi : Batas kiri atas SIC II LSB
Batas kiri bawah SIC V LSB
Batas kanan atas SIC II RSB
Batas kanan bawah SIC IV RSB
Auskultasi : SD S1 > S2 reguler
ST murmur (-), gallop (-)
7. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Jejas (-), perban (+), rembes (+), Datar,
venektasi (-), spider naevi (-), pulsasi epigastrium (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Hepar/Lien tak teraba
Perkusi : Pekak beralih (-), nyeri ketok costo vertebra
(-)
Auskultasi : BU (+) N
5
8. Pemeriksaan Extremitas
Superior : deformitas (-) , kelemahan (-/-), gerak kurang aktif (+/+)
Inferior : deformitas (-), kelemahan (-/-), gerak kurang aktif (+/+)
Status Neurologis
Motorik Superior Inferior
Gerakan +/+ +/+
Kekuatan 5555/5555 5555/5555
Trofi Eutrofi Eutrofi
Tonus + N +N
Klonus - -
RF + +
RP _ _
Sensibilitas sulit dinilai sulit dinilai
R. Vegetatif BAK (+) N BAB (+) N
Pemeriksaan Nervus Cranialis
N. I
Daya penghidu : sulit dinilai
N. II
Visus : sulit dinilai
Medan penglihatan : sulit dinilai
Buta warna : sulit dinilai
N. III
Reflex cahaya langsung : (kn) + (ki) +
Reflex cahaya konsensuil : (kn) + (ki) +
Reflex akomodasi : (kn) + (ki) +
Bentuk pupil : bulat, isokor
Ukuran : (kn) 2 mm (ki) 2 mm
Ptosis : (kn) - (ki) -
Strabismus divergen : - -
6
Gerak bola mata : Medial +/+ Medial atas +/+
Lateral atas +/+ Lateral bawah +/+
N. IV
Strabismus konvergen : -/-
Gerak bola mata : Medial bawah +/+
N. V
Menggigit : +/+
Reflex bersin : t.d.l
Membuka mulut : +/+
Reflex masseter : +/+
Sensibilitas wajah : sulit dinilai
Reflex zygomatikum : t.d.l
Reflex kornea : +/+
Gerakan mengunyah : +/+
N. VI
Strabismus konvergen : -/-
Diplopia : sulit dinilai
Gerak bola mata : Lateral +/+
N. VII
Reflex glabella : t.d.l
R. aurikulopalpebra : t.d.l
Mengerutkan dahi : sulit dinilai
Bersiul : sulit dinilai
Mengedip : sulit dinilai
Meringis : sulit dinilai
Menutup mata : +/+
Daya kecap 2/3 ant : t.d.l
R. visuopalpebra : t.d.l
Mengembungkan pipi : sulit dinilai
N. VIII
7
Tes berbisik : tidak dilakukan
Menjentikan jari : tidak dilakukan
N. IX
Reflex muntah : tidak dilakukan
Suara sengau : (-)
Reflex tersedak : tidak dilakukan
Daya kecap 1/3 post : tidak dilakukan
N.X
Bersuara : (+)
Menelan : (+)
N.XI
Memalingkan kepala : tidak dilakukan
Kekuatan bahu : tidak dilakukan
Sikap bahu : Simetris
Tropi otot bahu : -/-
N. XII
Artikulasi : sulit dinilai
Deviasi lidah : (-)
Tremor : (-)
Kekuatan lidah : tidak dilakukan
IV. RESUME
Pasien bayi laki-laki dengan keluhan kepala membesar terlihat
sejak usia 5 bulan dan gerak kurang dan hasil CT scan menurut ibu pasien
yang diberi keterangan oleh dokter yang memeriksa adalah penyakit
Hidrosefalus, serta dari anamnesa didapatkan keterlambatan perkembangan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum kurang aktif dan ukuran
kepala makrochepal. Status neurologis, kesadaran E4M6V5 (GCS 15) pupil
isokor dan reflek cahaya positif normal, kekuatan motorik ekstremitas
superior 5555/5555 dan inferior 5555/5555, reflek fisiologis positif normal,
dan tidak ditemukan reflek patologis.
8
V. DIAGNOSIS KERJA
Hidrocephalus
VI. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. CT Scan Kepala
Tanggal 8 Desember 2011
Kesan : CT scan kepala tanpa kontras
- Tampak ventrikel Lateral, III, melebar, relatif simertis, ventrikel IV
relatif tak melebar, ventrikel III-IV mungkin berhubungan dengan
9
cisterna magna yang melebar, tidak simetris, Cerebellum tampak
hipotrofi terutama sinistra (tidak simetris)
Kesimpulan: Hidrocephalus dengan Dandy Walker Variant
Syndrome
- Hemisfer serebri tampak tipis, gyri dan sulci agak prominent
- Struktur mediana tampak di tengah, tidak deviasi, tak tampak massa
serebri
b. Laboratorium lengkap
Laboratorium Tgl 11.01.2012 :
- Hb : 12,5 (14,0– 18,0 g/dl)
- Leukosit : 14510 (4.000-10.000 /L)
- Hematokrit : 38 (42 – 52 %)
- Eritrosit : 5,2 (4,7- 6,1 juta /L)
- Trombosit : 429.000 (150.000 – 450.000 /L)
- MCV : 73,4 ↓ (79,0-99,0 fl)
- MCH : 23,9 ↓ (27,0-31,0 pgr)
- MCHC : 32,6 ↓ (33,0-37,0 %)
- RDW : 14,8 ↑ (11,5-14,5%)
- MPV : 9,2 (7,2-11,1 TL)
Hitung Jenis :
Eosinofil : 0,1 (0,0-1,0%)
Basofil : 3,6 (2,0-4,0 %)
Batang : 0,00 ↓ (2,00-5,00 %)
Segmen : 43,8 (40,0-70,0 %)
Limfosit : 43,8 ↑ (25,0-40,0%)
Monosit : 8,7 ↑ (3-9 %)
LED : 25 ↑ (0-20 mm/jam)
PT : 12,3 (11,5-15,5 detik)
APTT : 22,4 ↓ (25-35 detik)
Elektrolit
10
- Natrium : 142 (136-145 mmol/l)
- Kalium : 4,9 (3,5-5,1 mmol/l)
- Klorida : 94 ↓ (98-107mmol/l)
-Kalsium : 9,3 ↓ (8,4-10,2 mq/l)
VII. PENATALAKSANAAN
Umum : Observasi tanda vital dan GCS
Khusus: Operasi ETV dan VP Shunt Cabra
Terapi : Ceftriakson 2x150 mg
Ranitidin 2x1/3 amp
Novalgin 3x1/3 amp
VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad malam
Quo ad Sanationam : dubia
PEMBAHASAN
Definisi
11
Hidrosefalus adalah terjadinya pengumpulan cairan otak secara berlebihan
di dalam sistim ventrikel (ruangan cairan otak) yang normal sehingga
menyebabkan pelebaran sistim ventrikel dan terjadi peninggian tekanan
intrakranial. (Ashari, 2011) Hidrocephalus adalah keadaan dimana terjadi
akumulasi LCS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel dan ruang
subarakhnoid. (Satyanegara 1980) Hidrocephalus terjadi akibat
ketidakseimbangan antara produksi, absorbsi atau aliran LCS sehingga terjadi
penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang menyebabkan dilatasi
ventrikel otak. (De Jong, 1997)
Patofisiologi dan Klasifikasi
Hidrosefalus terjadi akibat adanya gangguan dari sirkulasi cairan otak
(adanya sumbatan aliran normal, gangguan penyerapan) ataupun produksi cairan
otak yang berlebihan. Hidrosefalus dapat terjadi secara akut maupun kronis, dapat
muncul sebagai kondisi tunggal ataupun berhubungan dengan berbagai penyakit
saraf lain serta dapat menimpa baik janin di dalam kandungan, bayi, anak-anak
maupun dewasa.
Hidrosefalus dibagi atas beberapa kelompok yang berbeda. Komunikan
dan non komunikan adalah salah satu pengelompokan yang sering digunakan.
Pengelompokan lain adalah kongenital – didapat, internal – eksternal, hidrosefalus
tekanan normal (normo pressure hydrocephalus) – hidrosefalus ex vacuo.
Hidrosefalus komunikan terjadi saat vili arachnoid tidak dapat menyerap
cairan otak secara memadai. Gangguan penyerapan ini dapat disebabkan
terjadinya perdarahan di ruang ventrikel dan subarahnoid (selaput otak) atau
setelah terjadinya infeksi otak seperti meningitis. Penyebab lain dari hidrosefalus
komunikan adalah produksi cairan otak yang berlebihan akibat adanya tumor
pleksus koroid. Pada hidrosefalus non komunikans sistim ventrikel tidak
berhubungan dengan vili arachnoid disebabkan adanya hambatan sirkulasi cairan
otak. Penyebab hambatan aliran cairan otak dapat berupa tumor, abnormalitas
12
kongenital, kosta, peradangan akibat infeksi maupun segala kondisi yang dapat
mengganggu sirkulasi cairan otak.
Hidrosefalus kongenital disebabkan setiap kondisi yang terjadi sebelum
proses kelahiran. Hidrosefalus dapat terlihat ataupun belum muncul saat bayi
dilahirkan. Contoh kondisi-kondisi tersebut seperti tertutupnya akuaduktus
sylvius, malformasi Dandy-Walker, X-linked hydrocephalus (gangguan terpaut
genetik), mielomeningokel, encefalokel, malformasi chiari, infeksi prenatal.
Hidrosedalus didapat (acquired hydrosephalus) disebabkan oleh kondisi-kondisi
yang sebelumnya tidak terdapat pada pasien. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
sumbatan sirkulasi, produksi yang berlebihan ataupun hambatan penyerapan
cairan otak.
Hidrosefalus internal adalah pelebaran ventrikel disebabkan oleh
patofisiologi terkait. Istilah hidrosefalus umumnya ditujukan untuk hidrosefalus
internal. Hidrosefalus eksternal adalah menumpuknya cairan otak baik di ruang
subarahnoid atau subdural. Jika penumpukan cairan tersebut menyebabkan
pendesakan pada jaringan parenkim otak dan bergejala atau menyebabkan
penambahan lingkar kepala maka kondisi ini perlu ditatalaksana secara
pembedahan.
Hidrosefalus ex vacuo adalah kondisi di mana terjadi penyusutan volume
jaringan otak. Kondisi tersebut dapat ditemukan saat bayi dilahirkan.
Penyebabkan dapat karena kegagalan pertumbuhan otak janin, kerusakan atau
atrofi otak janin yang disebabkan infeksi, malnutrisi, dan sebagainya. Ventrikel
tampak melebar dengan tidak terlihatnya jaringan otak. Kondisi ini dapat disertai
dengan peningkatan tekanan intrakranial ataupun tidak. Hidrosefalus tekanan
normal (normal pressure hydrocephalus) adalah suatu kondisi yang terjadi tanpa
disertainya peningkatan tekanan intrakranial. Terdapat pelebaran ventrikel yang
menyebabkan penekanan jaringan otak akan tetapi tekanan dalam ventrikel
normal. Pasien mengalami perkembangan gejala secara perlahan-lahan, dengan
gejala khas berupa demensia, gangguan berjalan dan inkontinensia urin
(mengompol). Kondisi ini sering terjadi pada orang tua.
13
Tanda dan Gejala
Tanda-tanda dan gejala hidrosefalus pada bayi dan anak-anak bervariasi
tergantung pada umut, derajat dari hidrosefalus saat diketahui, penyebab utama
dan kecepatan waktu terjadinya hidrosefalus. Karena plastisitas otak bayi dan
kemampuan tulang tengkorak bayi untuk meluas, ventrikulomegali dapat
berlangsung tanpa tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yang jelas.
Pada bayi prematur yang sehat kecepatan penambahan lingkar kepala rata-
rata adalah 1 cm per minggu. Pada bayi yang cukup bulan kecepatan penambahan
lingkat kepala rata-rata adalah 2 cm/bulan selama 3 bulan pada bulan pertama, 1,5
cm/bulan pada bulan ke 4-5, serta sekitar 0,5 cm/bulan pada bulan ke 6-12.
Pengukuran pertumbuhan lingkar kepala juga dapat menggunakan panduan grafik.
Pada anak-anak yang ubun-ubunnya telah menutup, gejala idrosefalus
dapat muncul secara akut karena tidak adanya kemampuan kompensasi dari
kepala terhadap pelebaran ventrikel dan peningkatan tekanan intrakranial.
Diagnosis
Modalitas-modalitas yang dapat digunakan dalam mendiagnosis
hidrosefalus, yaitu USG, Rontgen X foto polos tengkorak, CT Scan dan MRI
kepala.
1. Ultra Sonografi / USG
USG prenatal dapat diandalkan dan cukup akurat dalam
mendiagnosis hidrosefalus. Hidrosefalus pada janin dapat mulai dideteksi
pada akhir trimester pertama kehamilan, tetapi pelebaran abnormal dari
sistim ventrikel akan lebih jelas terlihat setelah usia 20-24 minggu gestasi.
Walaupun pemeriksaan USG prenatal dapat mendeteksi hidrosefalus,
tetapi tidak dapat menentukan penyebab dan letak dari sumbatan. Kejadian
hidrosefalus yang muncul sejak trimester awal memiliki prognosis
mortalitas dan perkembangan yang buruk.
14
USG kepala dapat berguna pada bayi dan anak-anak dengan ubun-
ubun depan yang masih terbuka (biasanya di bawah usia 18 bulan).
Melalui ubun-ubun depan dapat diperlihatkan bentuk dari ventrikel lateral
serta gambaran bekuan intraventrikular, tetapi kurang akurat dalam
menilai ventrikel 3, 4 dan ruang subarahnoid. Karena itu diagnosis
hidrosefalus jarang berdasarkan USG saja. Keuntungan dari USG adalah
peralatannya lebih mudah dibawa, tidak memberikan radiasi, pemeriksaan
tidak memerlukan sedasi (pembiusan), dan biaya lebih murah
dibandingkan CT Scan/MRI.
2. Tanda hidrosefalus pada rontgen polos kepala berupa makrokrania,
pelebaran sutura tengkorak (pada bayi dengan ubun-ubun dan sutura yang
belum menutup), gambaran alur pembuluh darah yang semakin jelas,
pendataran sella tursika serta adanya gambaran impressio digitate
(gambaran seperti bekas penekanan jari-jari akibat tekanan permukaan
otak pada tengkorak).
3. CT Scanning Kepala
CT Scan kepala dapat memperlihatkan secara akurat bentuk dan
ukuran dari ventrikel, adanya gambaran perdarahan, kalsifikasi, kista, dan
alat shunt. CT Scan juga dapat memperlihatkan dengan jelas tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial seperti hilangnya gambaran sulkus
cerebri, hilangnya gambaran ruang subarahnoid di konveksitas, imbibisi
dari cairan cerebrospinal di substansia alba periventral. Gambaran ini yang
membedakan hidrosefalus dengan ventrikulomegali karena atrofi cerebri
(tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial).
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan pemeriksaan terpilih untuk meneliti penyebab
anatomis yang mendasari hidrosefalus. Pemeriksaan ini dapat
memperlihatkan gambaran anatomis otak dan lesi intrakranial (tumor,
vaskuler) dengan lebih baik. Dengan MRI dapat dilihat gambaran
membran pada loculated ventricle, patensi akuaduktus sylvius yang
bermanfaat pada penilaian pre endoskopi.
15
MRI dapat memperlihatkan tumor, abses, dan malformasi vaskuler.
Pemeriksaan ini merupakan alat penapis diagnostik yang cepat tanpa
adanya paparan radiasi.
Tata Laksana
1. Medikamentosa
Tidak terdapat terapi medis yang dapat mengobati hidrosefalus
secara efektif. Adakalanya digunakan obat-obatan diuretik sebagai
pengobatan sementara sebelum dilakukan tindakan shunt.
Asetazolamid (penghambat enzim karbonik anhidrase) dapat
mengurangi produksi cairan otak. Dosisnya dapat mencapai 100 mg/kg
dan untuk mencapai efektifitas penurunan cairan serebro spinal bermakna
dibutuhkan penghambaran terhadap 99% enzim karbonik anhidrase.
Furosemid dengan dosis 1 mg/kg/hari juga dapat digunakan. Mekanisme
aksinya tidak diketahui, tetapi diduga dengan mengurangi cairan
ekstraseluler di otak. Walaupun kedua obat tersebut lazim digunakan
sebagai tatalaksana sementara tetapi belum terdapat data uji klinis terhadap
terapi ini.
2. Tindakan Intervensi/Pembedahan
Pungsi (penyedotan cairan otak) dari lumbar atau dari ventrikel
berkala juga dilakukan sebagai tindakan sementara untuk mengurangi
cairan otak. Walaupun manfaat tindakan ini kontroversial, namun ada yang
melakukan secara rutin sambil menunggu kondisi bayi menjadi stabil dan
memiliki toleransi yang baik untuk pembedahan.
Tujuan tindakan ini untuk menurunkan tekanan dalam kepala dan
membantu membersihkan cairan otak dari toksik yang terbentuk akibat
proses lisis dari darah. Jika penyerapan cairan otak tetap tidak memadai
maka akan dilakukan pemasangan shunt.
Tindakan membuat pirau / shunt cairan otak adalah tatalaksana
standar hidrosefalus, berupa pemasangan selang ke dalam ruang ventrikel
otak untuk kemudian mengalirkan cairan otak ke rongga tubuh lain agar
16
bisa diserap. Terdapat berbagai jenis alat shunt, tetapi memiliki ciri yang
serupa karena terdiri dari komponen proksimal (selang ventrikel), katup
dan komponen sidtal.
Selang ventrikel dimasukkan ke intrakranial melalui sebuah lubang
bor / burr holedi frontal atau parieto-oksipital (biasanya sisi kanan yang
non dominan). Ujung selang ventrikel diarahkan ke kornu frontal dari
ventrikel lateral, di mana tidak terdapat pleksus khoroid sehingga
mengurangi risiko sumbatan selang ventrikel oleh struktur tersebut.
Terdapat berbagai macam bentuk katup yang diproduksi.
Semuanya bertujuan untuk mengatur aliran cairan otak melalui sistim
katup satu arah. Katup yang ada saat ini diatur berdasarkan differential
pressure valves, flow-regulating valves, dan siphon-resisting valves.
Tekanan yang menyebabkan terbukanya katup pada alat shunt
disebut opening pressure. Secara umum terdapat katup tekanan rendah,
sedang dan tinggi merujuk pada opening pressure sekitar 5, 10, dan 15 cm
H2O. Aliran cairan otak baru akan terjadi jika tekanan intraventrikuler
melebihi opening pressure dari katup alat shunt. Flow-regulating valves
mampu mempertahankan aliran cairan otak yang tetap walaupun terjadi
perubahan tekanan dan posisi. Siphon-resisting valves digunakan untuk
mencegah pengaliran berlebih (overdrainage) dari cairan serebrospinal
akibat pengaruh gravitasi. Pilihan penggunaan jenis katup tergantung
pengalaman dari ahli bedah saraf. Sampai saat ini belum terdapat data
tentang keunggulan satu jenis katup dibanding yang lain.
Selang distal dapat diletakkan di rongga peritoneal, atrium kanan
jantung, rongga pleura dan kandung kemih/vesika urinaria. Tempat yang
paling sering digunakan adalah rongga peritoneum dengan alasan:
ruangannya yang besar memungkinkan memasukkan selang peritoneal
yang panjang seingga dapat mengikuti pertumbuhan tubuh dengan
kebutuhan revisi yang rendah, memiliki kemampuan absorbsi yang efisien,
mudah di akses dan jika terjadi infeksi biasanya lebih terlokalisir.
17
Tindakan shunt hidrosefalus lainnya yang jarang dilakukan adalah
shunt lumboperitoneal. Tindakan ini kadang digunakan untuk kasus
hidrosefalus komunikan, sindrom slit ventricle dan pseudotumor cerebri.
Tindakan Endoscopic third ventriculostomy (ETV) merupakan alternatif
pembedahan bagi pasien dengan hidrosefalus nonkomunikans. Tindakan
ini membocorkan dasar ventrikel tiga yang tipis dan bertujuan memintas
aliran cairan otak ke ruang subarahnoid normal.
Keberhasilan tindakan ini tergantung sekali dari pemilihan pasien
secara tepat. Pasien yang kemungkinan akan memperoleh manfaat dari
tindakan ini adalah mereka yang mengalami sumbatan aliran cairan otak
antara sistim ventrikel dan ruang subarahnoid dengan fungsi absorbsi
cairan otak yang normal. Pemeriksaan MRI harus dilakukan sebelumnya
untuk memastikan a.basilar tidak berada di bawah dasar ventrikel tiga
sehingga tidak terjadi perdarahan saat dilakukannya prosedur ini.
Pasien dengan stenosis akuaduktus sylvius, tumor di fossa
posterior merupakan kandidat paling baik untuk dilakukannya tindakan
ini. Walaupun kontroversial, pasien di bawah usia 6 bulan sering
memberikan hasil yang tidak memuaskan.
Tindakan ETV memiliki angka sukses setelah 3 tahun sekitar 75%.
Kegagalan ETV dapat terjadi baik segera ataupun sesudah beberapa lama.
Kegagalan segera sesudah tindakan ini disebabkan perdarahan di sekitar
daerah yang dibocorkan, adakalanya lapisan arahnoid yang menghambat
aliran cairan otak, ukuran lubang pada dasar ventrikel tiga yang terlalu
kecil. Kegagalan yang muncul belakangan disebabkan tertutupnya kembali
lubang di dasar ventrikel tiga oleh jaringan parut (gliotik) ataupun lapisan
arahnoid, serta akibat gangguan absorbs di vili arahnoid. (Ashari, 2011)
Diferensial Diagnosis
18
Tampilan CT scan dari hidrocephalus simpel yang berat serupa dengan
hidranensefali, porensefali berat, hematoma subdural bilateral berat,
holoprosensefali, dan keadaan serupa lainnya. Hidrocephalus simpel adalah
kelainan yang dapat ditindak, bahkan bila berat dan mempunyai mantel serebral
setipis kertas. Sebaliknya temuan CT scan serupa dengan hidrocephalus ini tak
dapat ditindak, dan biasanya bukan kandidat untuk tindakan bedah. Karenanya
diagnosis diferensial sangat penting untuk prognosis dan terapeutik. Untuk
diagnosis pasti hidrocephalus, dan untuk membedakan dari hidranensefali dan
higroma subdural bilateral masif, diperlukan angiografi serebral, bahkan setelah
adanya CT scan. (Satyanegara, 1980)
Prognosis
Tindakan penatalaksanaan hidrosefalus haruslah segera dilakukan setelah
diagnosis ditegakkan. Penatalaksanaan yang cepat memberikan harapan yang
lebih baik. Jika kerusakan parenkim serebral sudah lanjut, bahkan sudah terjadi
hidransefali dan ukuran kepala sudah sangat besar maka tindakan bedah saraf
bertujuan hanya untuk menghambat bertambah besarnya kepala, sedangkan
kecacatan saraf yang sudah terjadi (seperti kebutaan) tidak dapat diperbaiki. Pada
pasien seperti ini perkembangan otaknya juga tidak baik dan risiko komplikasi
pasca tindakan bedah saraf juga akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
19
Ashari, Samsul. 2011. Hidrosefalus. Sinopsis Ilmu Bedah Saraf.
Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM. Sagung Seto: Jakarta
Satyanegara, 1980, Ilmu Bedah Saraf, Edisi 3. Gramedia, Jakarta.
Wim de Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 1, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
20
Top Related