•Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50 Juta
•Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300Juta
Usaha Mikro
•Memiliki kekayaan bersih Rp50 Juta s.d. Rp500 Juta
•Memiliki hasil penjualan tahunan Rp300 Juta s.d. Rp2,5 Milyar
Usaha Kecil
•Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500 Juta
•Memiliki hasil penjualan tahunan diatas Rp2,5 Milyar s.d. Rp50 Milyar
Usaha Menengah
Kriteria UMKM Menurut Pasal 1 dan 6 UU Nomor 10 tahun 2008
Perkembangan UMKM di Indonesia
Penyelenggaran Pembukuan
* Menurut Pasal 28 UU KUP pihak-pihak yang wajib menyelenggarakan pembukuan antara lain:
1. Wajib Pajak (WP) Badan; termasuk UMKM (pengertian badan menurut Pasal 1 UU KUP)
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (Empat milyar delapan ratus juta rupiah).
*Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian.
Model Perpajakan UMKM
Perpajakan untuk UMKM sebelum PP 46 Tahun 2013 - PPh Badan sesuai Pasal 31E UU PPh
Berdasarkan Pasal 31E UU PPh, Wajib Pajak badan dalam negeri dengan
peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima
puluh persen) dari tarif 25% (berlaku sejak Tahun 2010) yang dikenakan
atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Contoh…………..
ContohPeredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2010 sebesar Rp30.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp3.000.000.000,00 Penghitungan PPh yang terutang:yang memperoleh fasilitas: = Rp4.800.000.000,00 x Rp3.000.000.000,00 Rp30.000.000.000,00= Rp480.000.000,00yang tidak memperoleh fasilitas: = Rp3.000.000.000,00 – Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00PPh yang terutang:(50% x 25%) x Rp480.000.000,00 = Rp 60.000.000,0025% x Rp2.520.000.000,00 = Rp630.000.000,00(+) Jumlah PPh yang terutang = Rp690.000.000,00Kontribusi UKM pada perekonomian domestik mencapai 57,94%. Namun, pembayaran pajak dari UKM baru mencapai 0,7%. Karena itulah, muncul PP 46 Tahun 2013.
Ilustrasi Pengenaan pajak untuk UMKM sebelum PP 46 Tahun 2013
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2010 sebesar Rp4.500.000.000,00 dengan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp500.000.000,00
Penghitungan pajak yang terutang:
Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenai tarif
sebesar 50% dari tarif PPh badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT Y tidak
melebihi Rp4.800.000.000,00
PPh yang terutang:
(50% x 25%) x Rp500.000.000,00 = Rp62.500.000,00
PP 46 Tahun 2013Subjek Pajak/yang dikenai pajak:Orang pribadiBadan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT), Pengecualian- Non Subjek Pajak/yang tidak dikenai pajak berdasarkan PP 46 Tahun 2013:Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum. misalnya pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area kaki-lima, dan sejenisnya. (catatan: Pedagang kaki lima dapat digolongkan dalam kategori ini)Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4,8 miliar. Objek Pajak:Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun pajak.Catatan: Jika memiliki beberapa cabang, perhitungan omzet dibuat jadi satu.
PP 46 Tahun 2013
Tarif PajakBesarnya pajak adalah 1 persen dari omzet bulanan dan bersifat final. setiap bulan. Wajib Pajak Badan yang memenuhi kriteria ini setiap bulannya menghitung dan menyetor PPh yang terutang atas penghasilannya sebesar 1% dari Peredaran Bruto selama satu bulan yang bersangkutanPenghasilan Yang Tidak Termasuk Dalam Akumulasi Bruto 4,8M/ penghasilan yang tidak dikenakan pajak 1%:•Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3);•Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri;•Usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri; dan•Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.Penyetoran PajakPenyetoran penyetoran PPh Final 1% dilakukan setiap bulan, paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Contoh: pada bulan Agustus 2013, PPh yang sifatnya final tersebut harus disetor untuk omzet bulan Juli 2013.
PP 46 Tahun 2013
Pelaporan PajakKewajiban pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) mulai diterapkan masa pajak Januari 2014. Sementara itu, secara normatif, SPT masa semestinya dilaporkan paling lambat 20 hari dari masa pajak berakhir.
PP 46 TIDAK WAJIB Lapor SPT Masa Jika:Wajib Pajak pada bulan tersebut tidak mempunyai omset/NIHILWP dengan omzet tertentu yang telah menyetor PPh Pasal 4 (2) dan telah divalidasi oleh Kas Negara tidak perlu melaporkan SPT Masa
Angsuran PajakWajib Pajak yang hanya menerima atau memperoleh penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final, tidak diwajibkan melakukan pembayaran angsuran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Sesudah Ditetapkannya PP 46 Tahun 2013
Akumulasi Tunggakan Pajak UKM Penghitungan baru pajak penghasilan (PPh) untuk usaha dengan omzet di bawah Rp4,8 miliar atau disebut sebagai pajak usaha kecil dan menengah (UKM) berlaku mulai penghitungan pajak Juli 2013. Jika pelaku usaha belum tahu atau alpa, pajak akan terutang dan terus ditagih DJP. Artinya, jika WP tidak membayar pajak sejak Juli 2013 maka tunggakan pajak tersebut akan terus diakumulasi.
PembukuanWalaupun penghitungan PPh atas penghasilan yang diperoleh cukup dihitung atas peredaran usaha, namun bagi Wajib Pajak Badan yang memenuhi kriteria sesuai ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini tetap harus memiliki pembukuan yang dapat menggambarkan kegiatan usahanya untuk menyajikan transaksi-transaksi yang menjadi objek pemotongan dan pemungutan PPh (baik PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Pasal 15).
Sesudah Ditetapkannya PP 46 Tahun 2013
Permasalahan:Bagaimana jika wajib pajak sudah menyetor tiap bulannya 1% kemudian ada pihak lain yang memotong pajaknya atas suatu pekerjaan?Solusi: Untuk mengantisipasi pajak ganda tersebut, rekanan meminta Surat Keterangan Bebas atas pemotongan PPh Pasal 22 kepada Kantor Pajak ( KPP) jadi nanti WP cukup membayar PPh Final 1% saja dan Dinas tidak perlu memotong PPh 22 jika sudah disertai Surat Keterangan Bebas (SKB). Surat Keterangan BebasCara Mengajukan SKB PPh Format Baru terdapat di pasal 4 ayat 1 PER-32/PJ/2013), yaitu diajukan ke KPP tempat Wajib Pajak Menyampaikan SPT Tahunan. SKB ini diajukan untuk setiap pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21, Pasal 22, Pasal 22 impor, dan/atau Pasal 23. (sesuai dengan pasal 4 ayat (1) PER-32/PJ/2013)
WAWANCARA
Warung Angkringan Bamboe Dorong (Usaha Mikro)
Hari/ Tanggal
Pelaksanaan
: Minggu, 1 Desember 2013
Waktu Pelaksanaan : 09.00 – 11.00
Narasumber : Putro Sasono Adi Nugroho
Tempat Pelaksanaan : Warung Angkringan Bamboe Dorong
Tema Wawancara : Perpajakan UMKM
Tujuan Wawancara : 1. Mengetahui perpajakan terkait UMKM.
2. Mengetahui kepatuhan perpajakan oleh UMKM yang
bersangkutan.
Warung Angkringan Bamboe Dorong
Usaha ini bergerak
dibidang apa?
: Usaha ini bergerak dibidang makanan dan minuman
Kapan usaha ini berdiri? : Kira-kira 1 tahun 6 bulan kalau dihitung dari sekarang. Dan
sudah ada 2 gerobak bambu
Barang/ jasa yang
ditawarkan
: Warung Angkringan Bamboe Dorong ini memproduksi/ menjual
produk makanan dan minuman khas dari Yogyakarta dan Jawa
tengah seperti Nasi Kucing, dengan berbagai lauk
Target konsumen atas
usaha anda siapa saja?
: Warung Angkringan Bamboe Dorong berlokasi di Jalan
Margonda Raya tidak jauh dari Margonda Residence. pangsa
pasar utama dari Warung Angkringan Bamboe Dorong adalah
Kaum pelajar, mahasiswa dan kaula muda serta masyarakat
pada umumnya
Warung Angkringan Bamboe Dorong
Berapa omset penghasilan anda
sebulan? Dan berapa total asset yang
anda miliki dalam usaha ini?
: pada hari kerja (senin-jumat) omsetnya berkisar sekitar Rp
350.000 sampai dengan Rp 500.000 sehari tergantung
ramainya pelanggan,tetapi ketika malam minggu dan hari libur
omset sehari bisa mencapai Rp 700.000 sampai dengan Rp
1.000.000. Laba bersih sebulan rata Rp 2.900.000 dengan
omset sekitar Rp 22.500.000/Bulan. Dari sejak awal berdiri
saya menghabiskan Rp 30.000.000 untuk pembangunan usaha.
Pajak apa saja yang anda lakukan
terkait usaha anda?
: Sampai saat ini saya belum pernah bayar pajak atas usaha saya
Bagaimana sistem pencatatan dan
pembukuan usaha anda? Standar
akuntansi yang anda gunakan?
: Sistem pembukuan omset dan pengeluaran hanya dilakukan
sederhana, memakai aplikasi excel dan membukukan keluar masuk
uang, dan melakukan pemisahan atas transaksi tersebut.
Tidak ada standar akuntansinya, uang masuk yang dicatat sebagai
pendapatan, dan kalau terjadi hutang dicatat sebagai hutang di
buku.
KOPERASI SEJAHTERA ANGGARAN Koperasi Pegawai Direktorat Jenderal Anggaran
Hari/ Tanggal
Pelaksanaan
: Jumat, 6 Desember 2013
Waktu Pelaksanaan : 15.00 – 16.00
Narasumber : Rully Ardyansyah
Tempat Pelaksanaan : Koperasi Sejahtera Anggaran
Tema Wawancara : Perpajakan UMKM
Tujuan Wawancara : 1. Mengetahui perpajakan terkait UMKM.
2. Mengetahui kepatuhan perpajakan oleh UMKM yang
bersangkutan.
Usaha Kecil
KOPERASI SEJAHTERA ANGGARAN Koperasi Pegawai Direktorat Jenderal Anggaran
Usaha ini bergerak
dibidang apa?
: Pada intinya kami bergerak dalam bidang koperasi
dengan beberapa unit kegiatan
Kapan usaha ini
berdiri?
:Akta Pendirian Nomor : 57 Tanggal : 19 September 2007Notaris : Titiek Irawati Sugianto, SH
Barang/ jasa yang
ditawarkan
: Koperasi Sejahtera Anggaran
Target konsumen : para pegawai Direktorat Jendral Anggaran
KOPERASI SEJAHTERA ANGGARAN Koperasi Pegawai Direktorat Jenderal Anggaran
Berapa omset penghasilan
sebulan? berapa kira – kira total
kekayaan?
: Omset KSA adalah sekitar Rp800.000.000 dalam setahun. Total kekayaan tidak bisa
diukur secara pasti karena pencatatan tersebut ada di accounting koperasi, tetapi
berkisar sebesar Rp 450.000.000
Pajak apa saja yang anda
lakukan terkait usaha anda?
: Setiap bulan KSA menyetorkan PPh pasal 25 secara tepat waktu. Kemudian PPh
tersebut nantinya dikreditkan untuk menghitung PPh Badan yang masih harus
dibayar. Biasanya selalu lebih bayar. Selain itu, KSA juga dipotong pajak dan
dipungut pajak seperti dipungut PPN. KSA mengaku sudah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP) karena omsetnya telah melebihi Rp600.000.000 dalam
setahun
Bagaimana sistem pencatatan
dan pembukuan?
: Pembukuan telah dilakukan dengan baik. Hasil pembukuan dan laporan keuangan
dipublish di Rapat Anggota Tahunan
Bagaimana proses pelaporan
pajak yang usaha ini lakukan?
: KSA melaporkan pajaknya secara tepat waktu ke KPP tempat terdaftar, yaitu KPP
Pratama Jakarta Sawah Besar Dua. Sejauh ini belum pernah terkena sanksi pajak
karena selalu tepat waktu dalam menyetorkan dan melaporkan pajak.
KOPERASI SEJAHTERA ANGGARAN Koperasi Pegawai Direktorat Jenderal Anggaran
Apakah anda sudah
mengetahui tentang PP No.46
Tahun 2013 di mana bagi yang
omset setahun s.d. 4,8M
dikenakan pajak 1% dikali
omset setiap bulannya?
: KSA sudah mengetahui mengenai PP 46 tahun 2013 karena
sudah mengikuti sosialisasi terkait peraturan tersebut yang
diselenggarakan oleh Persatuan Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (PKPRI) dan masih memikirkan kemungkinan atas
penerapa PP tersebut dalam usaha kami.
Informasi tambahan : KSA tergabung dalam Persatuan Koperasi Pegawai
Republik Indonesia (PKPRI)
KSA sudah bisa mengikuti tender, misalnya pengadaan
ATK di Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian
Keuangan.
PT MEGA DAYA MAJU SELARAS
Usaha Menengah
Hari/ Tanggal
Pelaksanaan
: Kamis, 5 Desember 2013
Waktu Pelaksanaan : 17.00 – 21.00
Narasumber : Nadya Rismaya
Tempat Pelaksanaan : Kantor PT. Megadaya Maju Selaras
Tema Wawancara : Perpajakan UMKM
Tujuan Wawancara : 1. Mengetahui perpajakan terkait UMKM.
2. Mengetahui kepatuhan perpajakan oleh UMKM yang
bersangkutan.
PT MEGA DAYA MAJU SELARAS
Usaha Menengah
Hari/ Tanggal
Pelaksanaan
: Kamis, 5 Desember 2013
Waktu Pelaksanaan : 17.00 – 21.00
Narasumber : Nadya Rismaya
Tempat Pelaksanaan : Kantor PT. Megadaya Maju Selaras
Tema Wawancara : Perpajakan UMKM
Tujuan Wawancara : 1. Mengetahui perpajakan terkait UMKM.
2. Mengetahui kepatuhan perpajakan oleh UMKM yang
bersangkutan.
PT MEGA DAYA MAJU SELARAS
Usaha Menengah
Usaha ini bergerak
dibidang apa?
: Ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menjalankan usaha
dibidang pembangunan, pengembang dan pemborong untuk
BUMN dan perusahaan lainnya
Kapan usaha ini berdiri? : berdasarkan akta nomor 11 pada tanggal 31 Desember 2011
dihadapan Lilawati, sarjana hukum, notaris berkedudukan di
Bekasi. Akta pendirian perusahaan tersebut telah mendapat
pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan
SK No. AHU-02121.AH.01.01 tanggal 13 Januari 2012.
Jasa yang ditawarkan
dalam usaha anda?
: Kami menyediakan jasa instalasi sesuai dengan pesanan
misalnya jasa pemasangan lampu pada proyek – proyek BUMN
atau pun menyediakan barang – barang kebutuhan para
kontraktor.
Target konsumen atas
usaha anda siapa saja?
: BUMN dan perusahaan – perusahaan kontraktor
PT MEGA DAYA MAJU SELARAS
Usaha Menengah
Berapa omset penghasilan
anda sebulan? Dan berapa
total kekayaan
perusahaan ini?
: Tidak tentu, karena perusahaan kami bergerak berdasarkan pesanan, tapi
untuk tahun 2012 ini omset kami sudah mencapai Rp 3 Milyar diakhir tahun
November. Total kekayaan perusahaan sekarang sebesar Rp 2.500.000.000,-
Pajak apa saja yang anda
lakukan terkait usaha
anda?
: Terkait dengan PPN untuk jasa dan barang yang kami konsumsi, PPh 23 untuk
jasa – jasa terkait dengan pengurusan proyek, PPh 21 untuk para pegawai dan
Pasal 4 (2) untuk sewa ruang usaha kami.
Bagaimana sistem
pencatatan dan
pembukuan usaha anda?
: Masih manual menggunakan excel, karena transaksi kami tidak terlalu banyak
dan tidak rutin.
Bagaimana proses
pelaporan pajak yang
usaha ini lakukan?
: kami melaporkan pajaknya secara tepat waktu ke KPP tempat terdaftar, yaitu
KPP Pratama Jakarta Pasar Rebo. Sejauh ini belum pernah terkena sanksi pajak
karena selalu tepat waktu dalam menyetorkan dan melaporkan pajak.
PT MEGA DAYA MAJU SELARAS
Usaha Menengah
Apakah anda sudah
mengetahui tentang PP
No.46 Tahun 2013 di
mana bagi yang omset
setahun s.d. 4,8M
dikenakan pajak 1%
dikali omset setiap
bulannya?
: Iya, saya sudah mengetahuinya ketika saya
dikukuhkan menjadi PKP bulan desember kemarin,
dan langsung disarankan oleh AR di KPP tempat saya
terdaftar untuk menggunakan PP No.46, akhirnya
saya menggunaka PP No.46 tersebut.
Wrg. Angkringan
Bamboe Dorong
Koperasi Sejahtera
Anggaran
PT. Megadaya Maju
Selaras
Kriteria Usaha Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
Jenis Usaha Tata Boga Koperasi Pemborong
Tahun
Pendirian
2011 2007 2011
Hasil Usaha
Setahun
± Rp 270.000.000 ± Rp 800.000.000 ± Rp 3.000.000.000
Total Kekayaan ± Rp 30.000.000 ± Rp 450.000.000 ± Rp 2.500.000.000
Konsumen Masyarakat Pegawai Dirjen
Anggaran
BUMN dan Kontraktor
Kesimpulan Wawancara
Wrg. Angkringan Bamboe Dorong
Koperasi Sejahtera Anggaran
PT. Megadaya Maju Selaras
- PPh 21 × √Untuk :- Pemotongan pajak karyawan
√Untuk :- Pemotongan pajak karyawan
- PPh 22 × √Untuk :- Dipungut bendahara
Pemerintah ketika menang tender ATK
√Untuk :- Dipungut bendahara
Pemerintah ketika melakukan borongan di pemerintahan
- PPh 23 × √Untuk :- Dipotong PPh 23 atas fee jasa
salah satu unit kegiatan, misalnya jasa penerbitan dan pameran
√Untuk :- Memotong dan dipotong PPh 23
atas jasa borongan dan memotong untuk jasa konsultasi
- PPh 4 (2) × √Untuk :- Potong atas jasa sewa ruangan
√Untuk :- Potong atas jasa sewa ruangan
- PPh 25 × √ ×- PPh Final 1% × × √- PPn × √ √
Kesimpulan Wawancara
Wrg. Angkringan
Bamboe Dorong
Koperasi Sejahtera
Anggaran
PT. Megadaya Maju
Selaras
Pencatatan Ada Ada Ada
Pembukuan Tidak Ada Ada Ada
Standar Pelaporan Tidak Ada PSAK 45 PSAK ETAP
Kesimpulan Wawancara
Kesimpulan
1. Usaha mikro yang dimiliki oleh perseorangan tidak melaksanakan aturan
perpajakan, sedangkan untuk usaha kecil dan menengah yang biasanya sudah
memiliki badan hukum cenderung telah melaksanakan perpajakan dengan baik.
2. alasan bahwa penjualan yang dilakukannya terjadi pada saat terdapat pesanan.
3. Koperasi Sejahtera Anggaran adalah wajib pajak yang patuh karena telah
menjalankan kewajiban pajak yaitu mendaftar (telah memiliki NPWP dan telah
dikukuhkan sebagai PKP), menghitung pajak, menyetor pajak,
memperhitungkan pajak dan melaporkan pajak secara tepat waktu. KSA juga
telah mengetahui peraturan terbaru yang mengatur perpajakan UMKM yaitu PP
46 Tahun 2013 berkat bantuan PKPRI yang menyelenggarakan sosialisasi. Hanya
saja KSA belum menerapkan PP 46 Tahun 2013.
Kesimpulan
4. PT. Maju Daya Selaras adalah wajib pajak yang patuh karena telah menjalankan
kewajiban pajak yaitu mendaftar (telah memiliki NPWP dan telah dikukuhkan
sebagai PKP), PT. Maju Daya Selaras juga telah menerapkan peraturan terbaru yang
mengatur perpajakan UMKM yaitu PP 46 Tahun 2013 dan telah menerapkannya
dalam laporan perpajakannya, namun belum mengajukan surat keterangan bebas
pajak.
5. Semua jenis usaha hasil wawancara melakukan pencatatan, namun hanya Koperasi
Sejahtera Anggaran dan PT. Maju Daya Selaras yang melakukan pembukan yang
melaporkan catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. Hal
ini dikarenakan adanya pemisahan antara kekayaan pemilik dan perusahaan.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan kepada DJP, antara lain:
1. DJP dapat memberikan pengaturan bahwa bagi UMKM yang telah mendaftarkan diri
dan melaporkan pajak terhutangnya sejak 1 Juli 2013 tidak akan dilakukan
pemeriksaan atau verifikasi untuk tahun-tahun sebelumnya dengan persyaratan
menghitung sendiri pajak yang terutang sejak 5 tahun sebelum 1 Juli 2013.
2. Bagi UMKM yang sudah memperoleh NPWP sebelum 1 Juli 2013, atas pajak yang
sudah dibayar menjadi pasti besarnya dengan cara dikeluarkan ketetapan SKPN.
3. Penggunaan formulir pelaporan dan perhitungan pajak yang lebih sederhana dan
ringkas.
4. Terhitung sejak 1 Juli 2013 hingga batas waktu yang ditetapkan DJP, DJP tidak akan
melakukan pemeriksaan terhadap UMKM dengan syarat formil yang ditetapkan
misal: menjadi WP Patuh dengan jangka waktu tertentu.
5. Membuka layanan khusus semisal KPP Khusus UMKM di setiap Kanwil agar lebih
mampu mengetahui karakteristik UMKM dan lebih mampu memberikan pelayanan
yang lebih bernuansa UMKM, misalnya dapat mencontoh strategi BRI dalam
melayani nasabah mikro di tingkat pedesaan.