Download - Presentasi Kasus Emi. Anak

Transcript
Page 1: Presentasi Kasus Emi. Anak

PRESENTASI KASUS

IKTERUS FISIOLOGIS PADA NEONATUS

Oleh:

Emi Rahmadhani

1110103000029

Pembimbing:

dr. Gunawan Sugiarto, SpA

MODUL KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/ 1436 H

Page 2: Presentasi Kasus Emi. Anak

BAB I

ILUSTRASI KASUS

1.1 Identitas Pasien

• Nomor Rekam Medik : 01375684

• Nama : By. Ny. Siti fauziah

• Tanggal lahir : 17 Juli 2015

• Jenis kelamin : Perempuan

• Usia : 0 bulan

• Agama : Islam

• Alamat : Jl. Madrasah RT 02/04 Pasar Minggu, Cilndak Timur,

Jakarta Selatan

• Masuk rawat : 17 Juli 2015

Identitas Orang Tua

Ayah Ibu

Nama Bp A Ibu F

Usia 30 tahun 26 tahun

Alamat Jl. Madrasah RT 02/04 Pasar

Minggu, Cilndak Timur,

Jakarta Selatan

Jl. Madrasah RT 02/04

Pasar Minggu, Cilndak

Timur, Jakarta Selatan

Agama Islam Islam

Pendidikan terakhir SMA SMP

Pekerjaan Buruh IRT

1.2Anamnesis (20 Juli 2015)

Page 3: Presentasi Kasus Emi. Anak

Data didapatkan dari data sekunder yaitu rekam medis.

Keluhan Utama

Bayi tampak kuning pada hari ketiga setelah kelahiran

Riwayat Penyakit Sekarang

Hari pertama setelah kelahiran, pasien dirawat diruang bayi, bayi dalam

keadaan aktif, menangis kuat tidak melengking, belum BAB, BAK baik, tidak biru

dan tidak kuning, tidak sesak, tidak mual dan muntah, tidak demam, nafas spontan,

tali pusat tidak berbau, tidak kemerahan dan tidak bernanah.

Hari kedua, pasien tetap aktif, masih di ruang bayi, menangis kuat tidak

melengking, sudah BAB dan BAK baik, tidak kuning dan biru, tidak sesak, tidak

mual dan muntah, tidak demam, nafas spontan, tali pusat tidak berbau, tidak

kemerahan dan tidak bernanah.

Hari ketiga, pasien dalam keadaan aktif, masih di ruang bayi, menangis kuat

tidak melengking, sudah BAB dan BAK baik, tidak kuning dan biru, tidak sesak,

tidak mual dan muntah, tidak demam, nafas spontan, bayi rutin minum ASI, tali pusat

tidak berbau, tidak bernanah dan merah. Tepat jam 21.30 WIB pasien tampak kuning

pada bagian wajah sampai dada. Akan tetapi bagian tubuh lainnya tidak kuning.

Setelah itu pasien dipindahkan ke incubator di ruang perinatologi, pasien

diberi terapi sinar biru selama 24 jam.

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada yang memiliki riwayat sakit kuning, gangguan liver, gangguan empedu

Riwayat Kehamilan dan persalinan

Selama kehamilan tidak ada keluhan, ibu pasien juga rajin ANC ke bidan,

tidak pernah meminum jamu atau obat-obatan, kecuali vitamin dari bidan. Pasien

adalah anak pertama lahir SC ai distosia PK I aktif, ketuban pecah 6 jam, warna hijau

kental. Lahir bayi perempuan, BL : 3400gram, PB : 50 cm, L.kep : 35 cm, AS 8/9.

Nafas spontan, teratur, menangis kuat, anus ada dan tidak ada kelainan bawaan.

Page 4: Presentasi Kasus Emi. Anak

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Daya hisap menyusui kuat

Riwayat makanan

Pasien mendapat ASI, 1x sehari

Riwayat imunisasi

Pasien sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B

1.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : tampak sakit sedang, Menangis kuat

Kesadaran : composmentis

Tanda vital : Nadi : 145x/menit

Nafas : 40x/menit,teratur

Suhu : 36,9oC

Antropometri : BB : 3,4 kg, TB: 50cm

Kepala : UUB datar, tidak cekung, tidak ada hematom

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera ikterik, baby eyecare, tidak

cekung

Hidung : tidak ada kelainan

Mulut : tidak tampak sianosis, mukosa bibir licin dan mulut lembab

Telinga : tidak ada kelainan

Leher : tidak ada pembesaran KGB dan tiroid, tidak ada nafas bantu

tambahan

Jantung : BJ 1 dan 2 normal, tidak ada murmur dan gallop

Paru : suara nafas vesikuler di kedua lapang paru, tidak ada ronkhi,

tidak ada wheezing

Abdomen : datar, supel, BU + normal, turgor cukup, tidak ada

hepatosplenomegali

Ekstremitas : akral hangat, tidak sianosis, tidak ikterik, capillary refill time

< 3 detik

Genitalia dan rectum: tidak ada kelainan

Kulit : tidak sianosis, ikterik pada wajah dan dada

Page 5: Presentasi Kasus Emi. Anak

1.3 Pemeriksaan Penunjang (17 Juli 2015)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

Hematologi

- Hb

- Hematokrit

- Leukosit

- Trombosit

- Eritrosit

- VER

- HER

- KHER

- RDW

17,8 g/dL

57 %

6,0 ribu/uL

239 ribu/uL

5,30 juta/uL

106,6 fl

33,5 pg

31,5 g/dl

15,9 %

15,2-23,6 g/dl

44-72 %

9,4-34,0 ribu/uL

229-553 ribu/uL

4,30-6,30 juta/uL

98,0-122,0 fl

33,0-41,0 pg

31,0-35,0 g/dL

11,5-14,5 %

Normal

Normal

Menurun

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Meningkat

GDS 56 mg/dL 30-60 mg/dL Normal

Sero-imunologi

- CRP kuantitatif

- Golongan darah

<0.4 mg/dl

A/Rhesus (+)

<1,0 Normal

19 Juli 2015

Hematologi

- Hb

- Hematokrit

- Leukosit

- Trombosit

- Eritrosit

- VER

- HER

- KHER

- RDW

15,8 g/dL

50 %

14,7 ribu/uL

239 ribu/uL

4,76 juta/uL

104,1 fl

33,2 pg

31,9 g/dl

15,9 %

15,2-23,6 g/dl

44-72 %

9,4-34,0 ribu/uL

229-553 ribu/uL

4,30-6,30 juta/uL

98,0-122,0 fl

33,0-41,0 pg

31,0-35,0 g/dL

11,5-14,5 %

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Meningkat

Page 6: Presentasi Kasus Emi. Anak

Sero-imunologi

- CRP kuantitatif

- Golongan darah

8,6 mg/dl

A/Rhesus (+)

<1,0 Meningkat

IT Ratio 0,06 <0,2 Normal

Fungsi hati

-Bilirubin Total

-Bilirubin Direk

-Bilirubin Indirek

14,70 mg/dl

0,60 mg/dl

14,10 mg/dl

0,00-6,00

<0,6

<0,6

Meningkat

Normal

Meningkat

20 juli 2015

Hematologi

- Hb

- Hematokrit

- Leukosit

- Trombosit

- Eritrosit

- VER

- HER

- KHER

- RDW

15,5 g/dL

45 %

9,7 ribu/uL

270 ribu/uL

5,51 juta/uL

81,8 fl

28,1 pg

34,3 g/dl

13,7 %

15,2-23,6 g/dl

44-72 %

9,4-34,0 ribu/uL

229-553 ribu/uL

4,30-6,30 juta/uL

98,0-122,0 fl

33,0-41,0 pg

31,0-35,0 g/dL

11,5-14,5 %

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Fungsi hati

-SGOT

-SGPT

15 u/l

11 u/l

0-34

0-40

Normal

Normal

Fungsi Ginjal

-Ureum darah

-Kreatinin darah

14 mg/dl

0,4 mg/dl

0-48

0,0-0,9

Normal

Normal

Page 7: Presentasi Kasus Emi. Anak

Elektrolit darah

-Natrium

-Kalium

-Klorida

138 Mmol/l

2,07 Mmol/l

108 Mmol/l

135-147

3,10-5,10

95-108

Normal

Menurun

Normal

1.4 resume

By. Perempuan 0 bulan dengan keluhan kuning pada hari ketiga setelah

kelahiran. Hari pertama pasien dirawat diruang bayi, bayi dalam keadaan aktif,

menangis kuat tidak melengking, belum BAB, BAK baik, tidak biru dan tidak

kuning, tidak sesak, tidak mual dan muntah, tidak demam, nafas spontan, tali pusat

tidak berbau, tidak kemerahan dan tidak bernanah.

Hari kedua, tidak ada kuning maupun sianosis.

Hari ketiga jam 21.30 WIB pasien tampak kuning pada bagian wajah sampai

dada. Akan tetapi bagian tubuh lainnya tidak kuning.

Setelah itu pasien dipindahkan ke incubator di ruang perinatologi, pasien

diberi terapi sinar biru selama 24 jam. Riwayat kuning di keluarga tidak ada. Pasien

adalah anak pertama lahir SC ai distosia PK I aktif, ketuban pecah 6 jam, warna hijau

kental. Lahir bayi perempuan, BL : 3400gram, PB : 50 cm, L.kep : 35 cm, AS 8/9.

Nafas spontan, teratur, menangis kuat, anus ada dan tidak ada kelainan bawaan. Daya

hisap menyusui kuat, Pasien mendapat ASI, 1x sehari, Pasien sudah mendapatkan

imunisasi Hepatitis B. pf: tampak sakit sedang, Menangis kuat, composmentis, Nadi:

145x/menit, Nafas: 40x/menit,teratur, Suhu: 36,9oC, generalis: dbn, kecuali sclera

ikterik, kulit ikterik pada wajah dan dada. Lab: CRP kusntitatif 8,6 mg/dl, bil total

14,70 mg/dl, bil indirek 14,10 mg/dl.

1.5 Diagnosa Kerja

NCBSMK SC ai distosia PK I aktif, ketuban pecah 6 jam, warna hijau

kental

Page 8: Presentasi Kasus Emi. Anak

Ikterus fisiologis

1.6Diagnosa Banding

Sepsis

1.7Tatalaksana

- Terapi Blue Light 24 jam + Baby eyecare

- Pemberian ASI 8-12x/hari

- Amoxicillin 2x170 mg

- Gentamycin 17 mg

- Pencegahan

1.8 Prognosis

ad vitam: bonam

ad functionam: bonam

ad sanationam: bonam

1.9 Pemeriksaan Anjuran

Cek DL, bilirubin direk,

indirek sesudah pemberian

terapi blue light 24 jam.

Page 9: Presentasi Kasus Emi. Anak

Follow up

21 juli 2015 22 juli 2015 23 juli 2015

S : Pasien dalam keadaan

aktif, menangis kuat, BAB

dan BAK baik, kuning, tidak

sesak, tidak mual dan muntah,

tidak demam, nafas spontan,

bayi minum ASI 1x sehari

S : Pasien dalam keadaan aktif,

menangis kuat, BAB dan BAK

baik, kuning berkurang, tidak

sesak, tidak mual dan muntah,

tidak demam, nafas spontan,

bayi rutin minum ASI 1x

sehari

S : Pasien dalam keadaan aktif,

menangis kuat, BAB dan BAK baik,

kuning semakin berkurang, tidak

sesak, tidak mual dan muntah, tidak

demam, nafas spontan, bayi rutin

minum ASI 1x sehari

O : KeadaanUmum:tampak

sakit sedang, Menangis kuat

Kesadaran: composmentis

Tanda vital

Nadi:140x/menit, Nafas:

37x/menit,teraturSuhu: 36,7oC

Kepala: UUB datar

Mata: Konjungtiva tidak

anemis, sklera ikterik, baby

eyecare

Hidung: tidak ada kelainan

Mulut: tidak tampak sianosis,

mukosa bibir licin dan mulut

lembab

Telinga: tidak ada kelainan

Leher: tidak ada pembesaran

KGB

Jantung: BJ 1 dan 2 normal,

tidakada murmur

dan gallop

Paru: suara nafas vesikuler

dikedua lapang paru,

O : Keadaan Umum:tampak

sakit sedang, Menangis kuat

Kesadaran: composmentis

Tanda vital

Nadi:142x/menit, Nafas:

40x/menit,teraturSuhu: 36,9oC

Kepala: UUB datar

Mata: Konjungtiva tidak

anemis, sklera ikterik, baby

eyecare

Hidung: tidak ada kelainan

Mulut: tidak tampak sianosis,

mukosa bibir licin dan mulut

lembab

Telinga: tidak ada kelainan

Leher: tidak ada pembesaran

KGB

Jantung: BJ 1 dan 2 normal,

tidakada murmur dan

gallop

Paru: suara nafas vesikuler di

kedua lapang paru, tidak

O : Keadaan Umum:tampak sakit

sedang, Menangis kuat

Kesadaran: composmentis

Tanda vital

Nadi:140x/menit, Nafas:

36x/menit,teraturSuhu: 36,8oC

Kepala: UUB datar

Mata: Konjungtiva tidak anemis,

sklera ikterik, baby eyecare

Hidung: tidak ada kelainan

Mulut: tidak tampak sianosis,

mukosa bibir licin dan mulut lembab

Telinga: tidak ada kelainan

Leher: tidak ada pembesaran KGB

Jantung: BJ 1 dan 2 normal,

tidakada murmur dan

gallop

Paru: suara nafas vesikuler di kedua

lapang paru, tidak ada ronkhi,

tidak ada wheezing

Abdomen : datar, supel, BU +

Page 10: Presentasi Kasus Emi. Anak

tidak ada ronkhi, tidak

ada wheezing

Abdomen : datar, supel, BU +

normal,tidakadahepatospleno

megali

Ekstremitas:akral hangat,

tidak edema,

tidak sianosis,

tidak ikterik,

capillary refill

time < 3 detik

Genitalia dan anus: tidak ada

kelainan

Kulit: tidak sianosis, ikterik

pada

wajah

dan

dada

ada ronkhi, tidak ada

wheezing

Abdomen : datar, supel, BU +

normal,tidakadahepatosplenom

egali

Ekstremitas:akral hangat,

tidak edema,

tidak sianosis,

tidak ikterik,

capillary refill

time < 3 detik

Genitalia dan anus: tidak ada

kelainan

Kulit: tidak sianosis, ikterik

pada

wajah

dan dada

Ht: 46

Bil tot: 4,80

Bil direk: 1,00

Bil indirek: 3,80

CRP Kuantitatif: 1,4

normal,tidakadahepatosplenomegali

Ekstremitas:akral hangat, tidak

edema, tidak sianosis,

tidak ikterik, capillary

refill time < 3 detik

Genitalia dan anus: tidak ada

kelainan

Kulit: tidak sianosis, ikterik pada

wajah dan

dada

A : -NCBSMK SC ai distosia

PK I aktif, ketuban pecah 6

jam, warna hijau kental

-Hiperbilirubinemia fisiologis

ec. ASI

A :-NCBSMK SC ai distosia

PK I aktif, ketuban pecah 6

jam, warna hijau kental

-Hiperbilirubinemia fisiologis

ec. ASI perbaikan

A :-NCBSMK SC ai distosia PK I

aktif, ketuban pecah 6 jam, warna

hijau kental

-Hiperbilirubinemia fisiologis ec.

ASI perbaikan

P : - Terapi Blue Light24 jam

- Baby eyecare

- Pemberian ASI

P : - Terapi Blue Light24 jam

- Baby eyecare

- Pemberian ASI

P : -Terapi Blue Light24 jam

- Baby eyecare

- PemberianASI 8-12x/hari

Page 11: Presentasi Kasus Emi. Anak

812x/hari

- Amoxicillin 2x170 mg

- Gentamycin 17 mg

812x/hari

- Amoxicillin 2x170 mg

- Gentamycin 17 mg

- Amoxicillin 2x170 mg

- Gentamycin 17 mg

BAB II

Page 12: Presentasi Kasus Emi. Anak

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membrane mukosa dan sclera akibat

peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Orang dewasa tampak kuning bila kadar bilirubin

serum >2 mg/dl, sedangkan pada neonates bila kadar bilirubin >5 mg/dl.

Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian besar

neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya.

Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan

80% bayi kurang bulan.

Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang paling sering dijumpai pada minggu

pertama kehidupan.Keadaan ini merupakan kejadian sesaat yang dapat hilang spontan.Akan

tetapi, hiperbilirubinemia dapat juga merupakan hal yang serius dan mengancam jiwa.

Istilah kuning pada bayi:

1. Ikterus neonatorum

ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera

diakibatkan oleh akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.

ikterus akan tampak bila bilirubin darah 5-7 mg/dL.

2. Hiperbilirubinemia :

merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari

kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi.

2.2 Metabolisme bilirubin

Page 13: Presentasi Kasus Emi. Anak

2.3 Ikterus fisiologis :

Page 14: Presentasi Kasus Emi. Anak

Pada bayi baru lahir,kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dL,

Pada bayi yang cukup bulan dan mendapatkan susu formula : kadar bilirubin akan mencapai

puncaknya sekitar 6-8 mg/dL pada hari ke-3 kehidupannya, akan menurun cepat selama 2-3 hari

dan juga dilanjutkan dengan penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dL selama 1-2 minggu. Bayi

yang cukup bulan dan mendapatkan ASI sejak lahir : kadar bilirubin meningkat pada puncaknya

yaitu mencapai 7-14 mg/dL dan akan turun lagi namun lebih lambat yang bisa terjadi dalam

waktu 2-4 minggu, bahkan bisa mencapai 6 minggu. Sekitar 1 dari 200 bayi cukup bulan yang

menyusu ASI : terdapat kenaikan bermakna dari bilirubin tak terkonjugasi antara umur 4 dan 7

hari, mencapai kadar maksimal setinggi 10-30 mg/dl selama minggu ke-2 sampai ke-3.Pada bayi

kurang bulan dengan mendapat susu formula:akan terjadi peningkatan dengan puncak yang lebih

tinggi dan lebih lama lagi, begitu juga dengan penurunannnya jika tidak diberikan fototerapi

pencegahan.

Dikatakan ikterus kisaran fisiologis:

Jika kadar bilirubin meningkat sampai 10-12 mg/dL, bahkan hingga 15 mg/dL tanpa

disertai kelainan metabolisme bilurubin pun masih dalam kisaran fisiologis.

2.4 Ikterus Non-fisiologis (patologis) dinyatakan sebagai berikut:

Ikterus terjadi < 24 jam, setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan

fototerapi, peningkatan kadar bilirubin total serum > 0,5 mg/dL/jam, adanya tanda-tanda

penyakit yang mendasari pada setiap bayi, seperti muntah, letargis, malas menetek, penurunan

berat badan yang cepat, apneu, takipneu atau suhu yang tidak stabil, ikterus bertahan setelah 8

hari pada bayi cukup bulan atau 14 hari pada bayi kurang bulan.

Bilirubin ensefalopati: timbul akibat efek toksik bilirubin pada sistem saraf pusat (ganglia

basal dan pada nuklei batang otak), biasanya timbul pada minggu pertama sesudah bayi lahir.

Manifestasi klinis pada saat fase awal bayi dengan ikterus yang berat akan tampak beberapa

keadaan seperti : letargis, hipotonikdan refleks hisap buruk, ada fase intermediate biasanya

ditandai dengan : moderate stupor, iritabilitasdan hipertoni, kemudian selanjutnya bayi akan

mengalami demam, high-pitched cry, kemudian jadi drowsiness dan hipotoni yang berupa

retrocolis dan opistotonus.

Page 15: Presentasi Kasus Emi. Anak

Kern ikterus: perubahan neuropatologi yang ditandai dengan terjadinya deposisi pigmen

bilirubin pada beberapa tempat di otak terutama di ganglia basalis, pons, serebelum. Biasanya

terjadi pada tahap yang kronis, bayi yang dapat bertahan hidup nantinya akan berkembang

menjadi athetoid cerebral palsy berat, gangguan pendengaran, displasia denta enamel, paralisis

upward gaze.

2.5 Etiologi

1. Hiperbilirubinemia fisiologis

2. Inkompatibilitas golongan darah ABO

3. ’Breast Milk Jaundice’

4. Inkompatibilitas golongan darah rhesus

5. Infeksi

6. Hematoma sefal, hematoma subdural, ’excessive bruising’

7. IDM (’Infant of Diabetic Mother’)

8. Polisitemia / hiperviskositas

9. Prematuritas / BBLR

10. Asfiksia (hipoksia, anoksia), dehidrasi-asidosis, hipoglikemia

11. Lain-lain

Penyebab yang jarang terjadi:

1. Defisienasi G6PD (Glucose 6 – Phosphat Dehydrogenase)

2. Defisiensi piruvat kinase

3. Sferositosis kongenital

4. Lucey – Driscoll syndrome (ikterus neonatorum familial)

5. Hipotiroidism

6. Hemoglobinopathy

2.5 Manifestasi klinis

Page 16: Presentasi Kasus Emi. Anak

Gejala utama adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa. Di samping itu

dapat pula disertai dengan gejala dan tanda : Dehidrasi, Asupan kalori tidak adekuat, pucat yang

sering berkaitan dengan anemia hemolitik, trauma lahir : bruising, sefal hematoma, perdarahan

tertutup lainnya, pletorik akibat polisitemia, yang dapat disebabkan oleh kelambatan memotong

tali pusat, bayi KMK, letargi dan gejala klinis sepsis lainnya, ptekie yang sering berkaitan

dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis, mikrosefali, korioretinitis: sering berkaitan

dengan anemia hemolitik, infeksi congenital, penyakit hati, hepatosplenomegali, omfalitis,

hipotiroidisme, massa abdomen kanan atas: sering berkaitan dengan duktus koledokus, feses

dempul disertai urin warna coklat tua.

Page 17: Presentasi Kasus Emi. Anak

Berdasarkan kremer dibagi:

Derajat

ikterus Daerah ikterus

Perkiraan kadar

bilirubin

I Kepala dan leher 5,0 mg%

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 9,0 mg%

III

Sampai badan bawah (di bawah umbilikus)

hingga tungkai atas (di atas lutut) 11,4 mg/dl

IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg/dl

V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg/dl

2.6 Faktor resiko

Mayor: sebelum pulang, kadar bilirubin serum total atau bilirubin transkutaneus terletak

pada daerah resiko tinggi, ikterus yang muncul dalam 24 jam pertama kehidupan,

inkompatibilitas golongan darah dengan tes antiglobulin direk yang positif atau penyakit

hemolitik lainnya (defisiensi G6PD, peningkatan ETCO), umur kehamilan 35-36 minggu,

Page 18: Presentasi Kasus Emi. Anak

riwayat anak sebelumnya yang mendapat fototerapi, sefalhematom atau memar yang bermakna,

ASI eksklusif dengan cara perawatan tidak baik dan kehilangan BB yang berlebihan , Ras Asia

Timur.

Minor: Sebelum pulang, kadar bilirubin serum total atau bilirubin transkutaneus terletak

pada daerah resiko sedang, umur kehamilan 37-38 minggu, sebelum pulang bayi tampak kuning,

riwayat anak sebelumnya kuning, bayi makrosomia dari ibu DM, umur ibu > 25 tahun, laki-laki.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kadar bilirubin serum (total). Kadar bilirubin serum direk dianjurkan untuk diperiksa,

bila dijumpai bayi kuning dengan usia>10 hari dan atau dicurigai adanya suatu kolestasis.

Darah tepi lengkap dan gambaran hapusan darah tepi untuk melihat morfologi eritrosit

dan hitung retikulosit.

Penentuan golongan darah dan factor Rh dari ibu dan bayi. Bayi yang berasal dari ibu

dengan Rh negative harus dilakukan pemeriksaan golongan darah, factor Rh, uji Coombs

pada saat bayi dilahirkan, kadar hemoglobin dan bilirubin tali pusat juga diperiksa.

Pada ikterus yang berkepanjangan, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urine

terhadap galaktosemia.

Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin, rasio IT dan

pemeriksaan C-reactive protein (CRP).

2.8 Penegakan diagnosis ikterus neonatorum berdasarkan waktu kejadiannya

Waktu Diagnosis banding Anjuran pemeriksaan

Hari ke-1 Inkompatibilitas darah

(Rh, ABO)

Sferositosis

Infeksi intrauterine

(TORCH)

Anemia hemolitik non-

sferositosis(mis.G6PD)

Kadar bilirubin serum

berkala, Hb, golongan

darah ibu bayi, uji

Coombs

Darah tepi lengkap,

riwayat keluarga, IgM,

serologi, trombosit,

biakan darah/urin

Page 19: Presentasi Kasus Emi. Anak

Uji lapis defisiensi

enzim

Hari ke-2 Infeksi

Keadaan-keadaan

seperti hari ke-1 tetapi

baru timbul kemudian

fisiologis

darah tepi, biakan

darah/urin, pungsi

lumbal (kalau perlu)

foto paru, dll

sama seperti diatas

Hari ke-3 Fisiologis (keadaan

umum baik, mau

minum, berat badan

naik, kadar bilirubin

total <15 mg/dl,

menghilang pada hari

ke-10)

Bila criteria tidak

dipenuhi, periksa

midstream urin, darah

tepi (untuk infeksi

laten), golongan darah

dan uji Coombs (untuk

penyakit hemolitik

ringan dan defisiensi

enzim)

>5 hari atau menetap s/d 10

hari

Minum ASI

Infeksi bakteri/virus

Anemia hemolitik

Galaktosemia

Hipotiroidisme

Obat-obatan

Syndrome Lucey-

Driscoll

Fibrosis kistik

Penyakit gilbert

Ikterus obstruktif

Awasi keadaan umum,

berat badan dan

minumnya

Pemeriksaan darah,

urin, sesuaikan dengan

diagnosis

2.9 Penatalaksanaan

Page 20: Presentasi Kasus Emi. Anak

Tujuan utama:

Untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat

menimbulkan kernikterus/ensefalopati bilirubin,serta mengobati penyebab langsung

ikterus

Terapi sinar

Status hidrasi dan pemberian minum

Monitoring kadar bilirubin

Transfusi Tukar

Obat-obatan :

-Phenobarbital

-Intra venous immunoglobulin

-Mettaloporphyrins

-Cholestyramine

1. Pertimbangan terapi sinar pada:

-NCB-SMK sehat: kadar bilirubin total > 12 mg/dl

-NKB sehat: kadar bilirubin total > 10 mg/dl

2. Pertimbangkan transfuse tukar bila kadar bilirubin indirek> 20 mg/dl

Pada ikterus patologis, angka-angka diatas harus di modifikasi dan pada umumnya

tatalaksana bersifat lebih agresif. Sebagai perbandingan dapat dilihat penanganan bayi kuning

yang diajukan American Academy of Pediatric tahun 2004.

Terapi Sinar

Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh Cremer sejak 1958. Banyak

teori yang dikemukakan mengenai pengaruh sinar tersebut. Teori terbaru mengemukakan bahwa

terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin.

Pada saat penyinaran diusahakan :

Page 21: Presentasi Kasus Emi. Anak

Agar bagian tubuh yang terpapar dapat seluas-luasnya, yaitu dengan membuka pakaian

bayi

Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 6-8 jam agar bagian tubuh yang terkena cahaya

dapat menyeluruh

Kedua mata ditutup namun gonad tidak perlu ditutup lagi

Selama penyinaran kadar bilirubin dan hemoglobin bayi di pantau secara berkala dan

terapi dihentikan apabila kadar bilirubin <10 mg/dL (<171 μmol/L)

Lamanya penyinaran biasanya tidak melebihi 100 jam

Penghentian atau peninjauan kembali penyinaran juga dilakukan apabila ditemukan efek

samping terapi sinar

Transfusi Tukar

Transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat menurunkan dengan cepat

bilirubin indirek dalam tubuh

Selain itu juga bermanfaat dalam mengganti eritrosit yang telah terhemolisis dan

membuang pula antibodi yang menimbulkan hemolisis

Walaupun transfusi tukar ini sangat bermanfaat, tetapi efek samping dan komplikasinya

yang mungkin timbul perlu di perhatikan dan karenanya tindakan hanya dilakukan bila

ada indikasi

Transfusi tukar

‘Double Volume’ artinya dibutuhkan dua kali volume darah, diharapkan dapat mengganti

kurang lebih 90 % dari sirkulasi darah bayi dan 88 % mengganti Hb bayi

‘Iso Volume’ artinya hanya dibutuhkan sebanyak volume darah bayi, dapat mengganti 65

% Hb bayi

‘Partial Exchange’ artinya memberikan cairan koloid atau kristaloid pada kasus

polisitemia atau darah pada anemia

Terapi Obat

Page 22: Presentasi Kasus Emi. Anak

Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan

konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya

Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa

minggu sebelum melahirkan

Penggunaan phenobarbital setelah lahir masih kontroversial dan secara umum tidak

direkomendasikan

2.10 Strategi pencegahan

Pencegahan primer

-Menyusui bayi paling sedikit 8-12 kali/hari

-Tidak memberikan cairan tambahan : dextrose,air

Pencegahan sekunder

-Penilaian pada kemungkinan resiko

-Evaluasi laboratorium

-Penyebab kuning

-Penilaian risiko sebelum bayi di pulangkan

BAB III

Page 23: Presentasi Kasus Emi. Anak

ANALISA KASUS

Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membrane mukosa dan sclera akibat

peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Orang dewasa tampak kuning bila kadar bilirubin

serum >2 mg/dl, sedangkan pada neonates bila kadar bilirubin >5 mg/dl. Dari kasus diatas sesuai

dengan teori bahwasanya pasien mengalami peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg/dl.

Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang paling sering dijumpai pada minggu

pertama kehidupan.Keadaan ini merupakan kejadian sesaat yang dapat hilang spontan. Akan

tetapi, hiperbilirubinemia dapat juga merupakan hal yang serius dan mengancam jiwa. Pada

pasien terjadi kuning di hari ketiga dan menghilang dalam waktu 1 minggu.

Ikterus neonatorum

ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera

diakibatkan oleh akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.

ikterus akan tampak bila bilirubin darah 5-7 mg/dL.

Dari pemeriksaan pada pasien sesuai dengan teori.

Pada bayi baru lahir,kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dL,

Bayi yang cukup bulan dan mendapatkan ASI sejak lahir :kadar bilirubin meningkat pada

puncaknya yaitu mencapai 7-14 mg/dL dan akan turun lagi. Sekitar 1 dari 200 bayi cukup bulan

yang menyusu ASI :terdapat kenaikan bermakna dari bilirubin tak terkonjugasi antara umur 4

dan 7 hari, mencapai kadar maksimal setinggi 10-30 mg/dl selama minggu ke-2 sampai ke-3.

Dari pasien sesuai dengan teoei adanya peningkatan bilirubin dan sesuai dengan asupan pasien

yaitu ASI.

Dikatakan ikterus kisaran fisiologis:

Page 24: Presentasi Kasus Emi. Anak

Jika kadar bilirubin meningkat sampai 10-12 mg/dL, bahkan hingga 15 mg/dL tanpa

disertai kelainan metabolisme bilurubin pun masih dalam kisaran fisiologis. Fisiologis (keadaan

umum baik, mau minum, berat badan naik, kadar bilirubin total <15 mg/dl, menghilang pada hari

ke-10). Dari diagnosa pasien yaitu hiperbilirubinemia yang fisiologis sesuai dengan teori yang

ada. Keadaan umum pasien baik, kadar bilirubin dibawah 15 mg/dl.

Pertimbangan terapi sinar pada:

-NCB-SMK sehat: kadar bilirubin total > 12 mg/dl

-NKB sehat: kadar bilirubin total > 10 mg/dl

Pada pasien dilakukan terapi sinar sesuai dengan teori yang ada. Kadar bilirubin pada pasien

lebih dari 12 mg/dl.

BAB IV

Page 25: Presentasi Kasus Emi. Anak

DAFTAR PUSTAKA

1. UKK Perinatologi IDAI. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Badan Penerbit IDAI:

Jakarta;2009.

2. Mohammad Juffrie, dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jilid 1. Badan Penerbit

IDAI: Jakarta. 2010.

3.

4. Hay, William W, Myron J. Levin, Judith M. Sondheimer, Robin R. Deterding. Current

Diagnosis & Treatment In Pediatrics 18th edition. Mc. Braw Hill. 2007.

5. Schwartz, M. William. Clinical Handbook Of Pediatrics. Lippincott Williams & Wilkins.

2003.

6. Meadow, Roy, Simon Newell. Lecture Notes Pediatrica 7th edition. Erlangga. 2005.

7. Diagnosis Dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Gejala Kuning. FKUI-RSCM. 2007.

8. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I. Ikatan Dokter Anak Indonesa. 2004.

9. Panduan Pelayanan Medis. Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. 2007.